75835848 lp pemeriksaan fisik napas abnormal
DESCRIPTION
kesehatanTRANSCRIPT
-
Laporan Pendahuluan Praktikum
Pemeriksaan Fisik Pernafasan Abnormal 1. PENGERTIAN TINDAKAN
Pemeriksaan fisik pernafasan abnormal merupakan peninjauan sistem pernafasan baik dari
segi anatomis maupun fisiologis untuk memberikan informasi objektif tentang kondisi
sistem pernafasan klien (apakah mengalami gangguan atau tidak) serta memungkinkan
perawat untuk membuat penilaian klinis mengenai gangguan pernafasan tersebut.
2. TUJUAN TINDAKAN
Tujuan dari tindakan ini adalah:
Untuk mengumpulkan data dasar mengenai kondisi atau gangguan pada sistem
pernafasan klien
Untuk menambah, menginformasikan atau menyangkal data terkait kondisi atau
gangguan sistem pernafasan yang diperoleh dalam riwayat keperawatan klien
sebelumnya
Untuk menginformasikan dan mengidentifikasikan diagnosa keperawatan terkait
kondisi atau gangguan pada sistem pernafasan klien
Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan kondisi sistem pernafasan klien
yang mengalami gangguan serta rencana penatalaksanaannya
Untuk mengevaluasi hasil dari proses keperawatan terkait gangguan sistem pernafasan
klien sebelumnya
3. KOMPETENSI DASAR YANG HARUS DIMILIKI PERAWAT
Kesabaran dan dedikasi terhadap kecermatan dan ketelitian
Perawat harus dapat membuat pengukuran yang akurat, terperinci dan objektif melalui
pengkajian fisik
Penggunaan stetoskop dengan benar
- Pastikan bahwa earpiece mengikuti garis bentuk saluran telinga
- Pelajari apa yang paling sesuai bagi kita dengan membandingkan amplifikasi bunyi
dengan earpiece pada kedua arah
- Pasang earpiece di telinga dengan ujung earpiece menghadap kearah wajah
- Tiup sedikit diafragma
-
- Sekali lagi, pasang earpiece di telinga, kali ini dengan ujungnya mengarah ke
belakang bagian kepala
- Tiup sedikit diafragma
- Setelah mendapatkan amplifikasi yang terbaik, gunakan stetoskop dengan cara yang
sama
- Letakkan stetoskop dan ketuk selangnya dengan perlahan
- Selang harus tetap dalam posisi tergantung bebas. Menggerakkan atau menyentuh
selang menimbulkan bunyi yang tidak perlu.
4. INDIKASI, KONTRAINDIKASI DAN KOMPLIKASI TINDAKAN
a. Indikasi
Pada klien dengan pernafasan normal
Pada klien dengan pernafasan abnormal (terdapat gangguan pernafasan)
b. Kontraindikasi
Pada klien dengan cedera otot atau tulang dada (untuk palpasi dan perkusi)
Pada klien dengan cedera otot atau tulang punggung (untuk palpasi dan perkusi)
Pada klien tirah baring (untuk palpasi atau perkusi yang dilakukan pada punggung
klien)
Pada klien dengan gangguan integritas kulit pada bagian dada atau punggung
c. Komplikasi
Nyeri pada bagian yang dipalpasi atau diperkusi apabila menggunakan teknik yang
tidak tepat
Nyeri atau trauma otot apabila menggunakan teknik yang tidak tepat pada saat
memposisikan klien untuk kepentingan pemeriksaan
5. ALAT DAN BAHAN
Sarung tangan (bersih atau steril)
Skort untuk perawat dan klien (jika diperlukan)
Tempat tidur
Brankar
Meja pemeriksaan khusus
Senter dan lampu sorot
Jam tangan dengan detik atau display digital
-
Palu perkusi
Stetoskop
6. ANATOMI DAERAH TINDAKAN
Kerangka dada
Saluran dan organ respirasi terletak di rongga dada yang dilindungi oleh kerangka dada.
Kerangka dada dibentuk oleh:
- Bagian anterior (sternum)
- Bagian posterior (vertebra thorakalis I-XII)
- Bagian lateral (costae dan cartilago)
- Bagian kranial (costae I)
- Bagian kaudal (arcus costae-vertebrae thorakalis XI)
Otot-otot punggung
- Otot-otot punggung luar, terdiri dari M. Trapezius, M. Latisimus dorsi, M.
Rumboideus, M. Levator scapula
- Otot-otot spino kostale, terdiri dari M. Serratus posterior superior, M. Serratus
posterior inferior
- Permukaan traktus lateralis otot punggung, terdiri dari M. Iliokostalis (M. Ilio
kostalis lumborum, M. Ilio kostalis torakalis, M. Ilio kostalis servikalis); M.
Longisimus (M. Longisimus torasis, M. Longisimus servisis, M. Longisimus
kapitis); M. Spinalis (M. Spinalis ossis, M. Spinalis servisis, M. Spunbalis kapitis)
- Lapisan profundus (traktus medialis) M. Transvero spinalis, terdiri dari M.
Semispinalis (M. Spinalis torasis, M. Semispinalis servisis, M. Spinalis kapitis); M.
Rotatores; M. Intertransversarii; M. Lavatores kostarum (brevis dan lungus)
- Permukaan servikal otot punggung, terdiri dari M. Splenisus kapitis dan M.
Splenisus servisis
Otot-otot dada
Terdiri dari: M. Pektoralis mayor; M. Pektoralis minor; M. Subklavius; M. Serratus
anterior; M. Interkostalis eksterni; M. Interkostalis interni; M. Sub kostalis; M.
Transversus torasikus
Bronkus
Pada garis atas vertebrae thoracalis ke 7, trachea bercabang menjadi struktur bronchus
primer sinistra dan bronchus primer dextra yang masing-masing menuju ke paru
-
sinistra dan dextra. Bronchus primer bercabang menjadi bronchus sekunder (bronchus
segmentaris) dan dilanjutkan dengan cabang yang lebih kecil yaitu bronchus tersier
(bronchus lobaris). Ujung bronchus yaitu bronchiolus.
Paru-paru
Sistem pernafasan terdiri dari sistem konduksi (saluran) dan sistem respiratori. Sistem
respiratori terdiri dari bronchiale respiratorias, ductus alveolaris dan saccus alveolaris.
Paru-paru dilindungi oleh lapisan pleura yang terdiri dari pleura viseralis (ke arah
dalam) dan pleura parietalis (ke arah luar). Paru-paru berbentuk piramid dengan tekstur
spongious berwarna coklat berbintik/bercak-bercak hitam dengan bagian apeks di atas 1
inchi di atas clavicula dan bagian basal di bawah dibatasi oleh struktur diafragma. Paru
terlindung oleh dinding thorax yang dibentuk oleh costae.
7. ASPEK KEAMANAN DAN KESELAMATAN YANG HARUS DIPERHATIKAN
Persiapan lingkungan dan alat yang tepat memastikan pemeriksaan fisik yang lancar
dengan sedikit gangguan. Pendekatan yang tidak teratur ketika mempersiapkan
pemeriksaan fisik dapat menyebabkan kesalahan yang merugikan baik bagi klien maupun
perawat yang memeriksa.
Pengendalian infeksi
Selama pemeriksaan, perawat harus berhati-hati apabila menemukan klien yang
menderita lesi kulit terbuka atau luka basah. Teknik pemeriksaan fisik sangat
memungkinkan perawat melakukan kontak dengan cairan tubuh klien. Tindakan
kewaspadaan standar harus dilakukan selama pemeriksaan. Sarung tangan harus
digunakan pada saat melakukan palpasi dan perkusi untuk mengurangi kontak dengan
mikroorganisme. Jika klien memiliki drainase luka yang sangat banyak, perawat perlu
menggunakan skort.
Lingkungan
Pemeriksaan fisik memerlukan lingkungan yang bersifat privasi. Di rumah sakit,
pemeriksaan biasanya terjadi di kamar klien yang memerlukan tirai atau pembatas
ruangan di sekitar tempat tidur. Kamar periksa harus memiliki peralatan yang lengkap
untuk semua prosedur yang diperlukan. Pencahayaan yang adekuat diperlukan untuk
penerangan yang tepat terhadap bagian tubuh. Selain itu, perawat perlu menghilangkan
sumber kebisingan seperti televisi, radio, dan mengambil langkah untuk mencegah
gangguan dari orang lain.
-
Untuk klien yang melakukan pemeriksaan di atas meja pemeriksaan yang tinggi dan
sempit, perawat harus membantu klien dengan hati-hati agar klien tidak jatuh pada saat
naik dan turun meja tersebut. Klien yang bingung, gelisah atau tidak kooperatif tidak
boleh ditinggal sendiri tanpa pengawasan di atas meja tersebut.
Peralatan
Mencuci tangan dilakukan sebelum menyiapkan alat dan pemeriksaan. Mencuci tangan
sangat penting untuk mengurangi perpindahan kuman. Peralatan yang akan digunakan
harus bersih, siap pakai dan diatur sedemikian rupa untuk mempermudah penggunaan.
Jika memungkinkan, alat-alat tersebut harus dijaga agar tetap hangat. Sebagai contoh,
diafragma stetoskop dapat diusap-usap di antara tangan sebelum ditempelkan ke kulit.
Semua alat harus diperiksa untuk mengetahui ketepatan fungsinya.
8. PROSEDUR TINDAKAN
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi jaringan klien yang
meliputi evaluasi keseluruhan sistem kardiopulmonar. Teknik inspeksi, palpasi, auskultasi
dan perkusi digunakan dalam pemeriksaan fisik tersebut.
a. Inspeksi
Saat melakukan teknik inspeksi, perawat melakukan observasi dari kepala sampai ke
ujung kaki klien untuk mengkaji kulit dan warna membran mukosa, penampilan umum,
tingkat kesadaran, keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernafasan dan gerakan dinding
dada. Setiap kelainan harus diperiksa selama palpasi, perkusi dan auskultasi.
Inspeksi status kardiopulmonar:
- Mata: Xantelasma (lesi lipid kuning di kelopak mata); arkus kornea (cincin buram
agak keputihan di sekeliling sambungan kornea dan sklera); konjungtiva pucat;
konjungtiva pada sianosis; ada atau tidaknya petekia pada konjungtiva.
- Mulut dan bibir: Membran mukosa yang sianosis; bernafas dengan mulut.
- Vena di leher: Distensi (terkait gagal jantung kanan).
- Hidung: Pernafasan hidung (air hunger); dispnea.
- Dada: Retraksi (peningkatan kerja pernafasan, dispnea); kesimetrisan (apabila terjadi
cedera pada dinding dada).
- Kulit: Sianosis perifer; sianosis pusat; turgor kulit yang berkurang (terkait dehidrasi);
edema dependen (terkait gagal jantung kiri dan kanan); edema periorbital (terkait
penyakit ginjal).
-
- Ujung jari: Sianosis (penurunan curah jantung atau hipoksia); hemoragi pada tulang
metacarpal (endokarditis akibat bakteri); clubbing (hipoksemia kronik).
Pola pernafasan
- Eupnea (16-20 x/menit): normal.
- Takipnea (>35 x/menit): kegagalan pernafasan; respon pada demam; ansietas; nafas
pendek; infeksi pernafasan.
- Bradipnea (15 detik): dapat terjadi sebentar-
sebentar seperti tidur apnea; gagal nafas.
- Hipernea (16-20 x/menit): akibat ansietas atau respons pada nyeri; menyebabkan
alkalosis pernafasan; parestesia; tetani; konfusi yang terlihat nyata.
- Kussmaul (biasanya >35 dapat menjadi lambat atau normal): pola takipnea
berhubungan dengan ketoadosis diabetikum; asidosis metabolik atau gagal ginjal.
- Cheyne-Stokes (variabel): pola yang meningkat dan yang menurun disebabkan
perubahan dalam status asam-basa; masalah metabolik yang mendasari dan
menderita neuroserebral.
- Biot (variabel): periode apnea dan nafas dangkal disebabkan gangguan sistem saraf
pusat; ditemukan pada beberapa klien sehat.
- Apneustik (meningkat): peningkatan waktu inspirasi dengan waktu ekspirasi; disertai
bunyi ngorok (grunting) yang pendek; terlihat pada lesi sistem saraf pusat pada pusat
pernafasan.
Pengkajian gerakan dinding dada yang abnormal
- Retraksi melesak ke dalam jaringan lunak dada antara dan di sekitar kartilaginosa
serta tulang-tulang iga seperti di ruang interkosta, di ruang intraklavikular, trakea,
daerah substernum yang semakin memburuk disertai dengan kebutuhan untuk
meningkatkan usaha inspirasi. Penyebab: setiap kondisi yang menyebabkan
peningkatan usaha inspirasi (mis. obstruksi jalan nafas, asma, trakeo-bronkitis).
- Pernafasan paradoks-bernafas dengan tidak sinkron, terdapat kontraksi dada selama
inspirasi dan ekspansi selama ekspirasi. Penyebab: Flail chest yang disebabkan
fraktur tulang iga akibat trauma dada atau resusitasi jantung paru (RJP).
- Peningkatan diameter anteroposterior. Penyebab: emfisema, penyakit paru
obstruktif kronik, usia lanjut.
1) Palpasi
-
Palpasi dada dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan palpasi, jenis dan
jumlah kerja thoraks, daerah nyeri tekan dapat diketahui dan perawat dapat
mengidentifikasi taktil fremitus, getaran pada dada (thrill), angkatan dada (heaves)
dan titik impuls jantung maksimal. Palpasi juga memungkinkan perawat untuk
meraba adanya massa atau benjolan di aksila dan jaringan payudara. Palpasi pada
ekstremitas menghasilkan data tentang sirkulasi perifer, adanya nadi perifer,
temperatur kulit, warna dan pengisian perifer.
2) Perkusi
Perkusi adalah tindakan mengetuk-ngetuk suatu objek untuk menentukan adanya
udara, cairan atau benda padat di jaringan yang berada di bawah objek tersebut.
Perkusi menimbulkan getaran dari daerah di bawah area yang diketuk dengan
kedalaman 4 sampai 6 cm. Lima nada perkusi adalah resonansi, hiperesonansi, redup,
datar dan timpani. Perkusi memungkinkan perawat untuk menentukan adanya cairan
yang tidak normal, udara di paru-paru atau kerja diafragma.
3) Auskultasi
Penggunaan auskultasi memungkinkan perawat mengidentifikasi bunyi paru dan
jantung yang normal maupun yang tidak normal. Auskultasi bunyi paru dilakukan
dengan mendengarkan gerakan udara di sepanjang lapangan paru: anterior, posterior
dan lateral. Suara nafas tambahan terdengar jika suatu daerah paru mengalami
kolaps, terdapat cairan di suatu lapangan paru atau terjadi obstruksi. Auskultasi juga
dilakukan untuk mengevaluasi respons klien terhadap intervensi yang dilakukan
untuk meningkatkan status pernafasan.
Prosedur tindakan:
- Sebelum mengkaji toraks dan paru-paru, perawat harus mengetahui garis batas dada.
Garis batas ini membantu perawat melokalisasi temuan dan menggunakan
keterampilan pengkajian dengan benar.
- Pemeriksaan paru dan toraks mengharuskan klien membuka pakaiannya sampai ke
pinggang.
- Perhatikan pencahayaan. Pencahayaan yang baik merupakan hal yang sangat penting.
- Perawat harus mengkaji klien yang beresiko mengalami masalah pulmoner seperti
klien tirah baring atau klien dengan nyeri dada yang tidak dapat mengekspansikan
parunya secara penuh.
- Pemeriksaan dimulai dengan klien duduk untuk pengkajian dada posterior dan
lateral.
-
- Untuk pengkajian dada anterior, klien duduk atau berbaring.
Pemeriksaan fisik toraks posterior
Inspeksi
- Perawat menginspeksi terlebih dahulu bentuk dan kesimetrisan dada klien dari
belakang dan depan.
- Perawat menginspeksi toraks posterior untuk menentukan kecepatan dan irama
pernafasan. Toraks diinspeksi secara keseluruhan. Seluruh toraks normalnya
berekspansi dan rileks secara teratur dengan gerakan yang seimbang. Pada orang
dewasa sehat frekuensi pernafasan normal bervariasi dari 12 sampai 20 pernafasan
permenit.
Palpasi
- Untuk mengukur ekskursi dada atau kedalaman pernafasan, perawat berdiri di
belakang klien dan menempatkan ibu jari sepanjang prosesus spinalis pada iga
kesepuluh dengan telapak tangan sedikit menyentuh permukaan posterolateral
- Ibu jari perawat harus berjarak kira-kira 5 cm, mengarah ke spinal dan jari-jari
lainnya mengarah ke samping.
- Tangan menekan ke arah spinal sehingga terbentuk lipatan kulit kecil di antara ibu
jari.
- Ekskursi dada harus simetrik, memisahkan kedua ibu jari 3 sampai 5 cm.
- Untuk mempalpasi adanya fremitus taktil perawat meletakkan telapak tangan bawah
di atas ruang interkostal simetrik, dimulai dengan apeks paru.
- Gunakan hanya satu tangan untuk memastikan keakuratan.
Perkusi
- Klien melipat lengan ke depan dada dengan kepala membungkuk ke depan.
- Dengan teknik tidak langsung, perawat memperkusi ruang interkostal di atas area
simetris dari paru.
Auskultasi
- Diafragma stetoskop ditempatkan pada kulit, di atas dinding dada posterior antara
iga.
- Klien duduk tegak (bila mungkin) dan melipat lengan di depan dada dan kepala tetap
menunduk ke depan sambil menarik nafas dalam secara perlahan dengan mulut
sedikit dibuka.
- Perawat mendengarkan seluruh inspirasi dan ekspirasi pada setiap posisi dengan
menggunakan stetoskop.
-
- Perawat mengauskultasi bunyi nafas normal, abnormal dan bunyi tambahan (krekels;
ronki; mengi; gesekan pleura).
Pemeriksaan fisik toraks lateral
- Selama pemeriksaan dada lateral klien dalam posisi duduk.
- Klien diminta untuk mengangkat lengan yang memperbaiki akses ke struktur toraks
lateral.
- Perawat menggunakan keempat keterampilan pengkajian untuk memeriksa toraks
lateral secara metodik.
Pemeriksaan fisik toraks anterior
Inspeksi
- Klien duduk atau berbaring dengan kepala ditinggikan.
- Perawat mengobservasi otot-otot pernafasan aksesoris: sternokleidomastoideus,
trapezius dan otot abdomen.
- Perawat mengobservasi lebar sudut kostal.
- Perawat mengobservasi pola nafas.
Palpasi
- Perawat mempalpasi otot dan rangka toraks anterior untuk mendeteksi adanya
benjolan, massa, nyeri tekan atau gerakan tidak wajar.
- Untuk mengukur ekskursi dada secara anterior, perawat menempatkan tangan di atas
rongga iga lateral dengan ibu jari berjarak kira-kira 2,5 cm dan membentuk sudut
sepanjang tepi kostal.
- Ibu jari didorong kearah garis tengah untuk membentuk lipatan kulit di antara ibu
jari.
- Pada saat klien menarik nafas dalam, ibu jari normalnya akan terpisah dengan jarak
kira-kira 2,5 cm sampai 5 cm dengan setiap sisi meluas seimbang.
Perkusi
- Pertama-tama, perawat harus membayangkan lokasi semua organ internal yang dapat
dijangkau secara anterior untuk pemeriksaan.
- Perkusi dapat dilakukan dengan posisi klien duduk atau berbaring. Tetapi, prosedur
ini akan lebih mudah dilakukan jika klien berbaring.
- Perawat memulai pemeriksaan dari atas klavikula dan bergerak ke samping dan
kemudian kebawah.
Auskultasi
-
- Jika memungkinkan, klien harus duduk untuk memaksimalkan ekspansi dada.
- Perawat memusatkan perhatian pada lobus bawah, tempat biasanya sekresi mukus
terkumpul.
9. HAL-HAL PENTING YANG DIPERHATIKAN SAAT MELAKUKAN TINDAKAN
Persiapan fisik klien
Kenyamanan fisik klien merupakan hal penting bagi keberhasilan pemeriksaan.
Persiapan fisik termasuk memastikan bahwa klien sudah diberi pakaian dan selimut
yang tepat. Selain itu, selama pemeriksaan perawat meminta klien untuk memposisikan
diri ke posisi yang tepat sehingga bagian tubuh dapat dijangkau dank lien tetap merasa
nyaman. Kemampuan klien untuk melakukan posisi tersebut bergantung pada kekuatan
fisik, mobilitas, usia dan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, klien hanya boleh
berada pada posisi sebatas yang diperlukan saja.
Persiapan psikologis klien
Klien mudah merasa malu ketika bagian tubuh mereka dipajankan atau diperiksa.
Kemungkinan pemeriksa akan menemukan sesuatu yang abnormal juga dapat
menimbulkan kecemasan, sehingga menurunkan kecemasan tersebut merupakan
prioritas bagi perawat sebelum melakukan pemeriksaan. Sikap yang kaku dan formal
dapat menghambat kemampuan klien untuk berkomunikasi, tetapi gaya yang terlalu
biasa juga menghambat munculnya keyakinan. Penjelasan yang menyeluruh dengan
menggunakan kata-kata sederhana membuat klien mengetahui apa yang akan terjadi dan
apa yang akan dilakukan sehingga mereka dapat bekerja sama dengan baik. Selain itu,
nada suara dan ekspresi wajah juga harus rileks agar klien merasa lebih nyaman.
Perawat menganjurkan klien untuk mengajukan pertanyaan dan mengatakan
ketidaknyamanan yang mereka rasakan selama proses pemeriksaan. Selama
pemeriksaan, perawat juga harus memperhatikan respons emosi klien.
10. Hal-Hal Penting yang Harus Dicatat Setelah Tindakan (Dokumentasi)
1. Semua hasil pemeriksaan fisik baik pada saat inspeksi, palpasi, perkusi maupun
auskultasi.
2. Diameter anteroposterior.
3. (Pencatatan selama melakukan tindakan) Sambil berdiri di posisi garis tengah di
belakang klien, perawat mencatat adanya deformitas, posisi spinal, landaian iga,
-
retraksi tulang interkostal selama inspirasi dan penonjolan tulang interkostal
selama ekspirasi.