75835848 lp pemeriksaan fisik napas abnormal

11
Laporan Pendahuluan Praktikum Pemeriksaan Fisik Pernafasan Abnormal 1. PENGERTIAN TINDAKAN Pemeriksaan fisik pernafasan abnormal merupakan peninjauan sistem pernafasan baik dari segi anatomis maupun fisiologis untuk memberikan informasi objektif tentang kondisi sistem pernafasan klien (apakah mengalami gangguan atau tidak) serta memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis mengenai gangguan pernafasan tersebut. 2. TUJUAN TINDAKAN Tujuan dari tindakan ini adalah: Untuk mengumpulkan data dasar mengenai kondisi atau gangguan pada sistem pernafasan klien Untuk menambah, menginformasikan atau menyangkal data terkait kondisi atau gangguan sistem pernafasan yang diperoleh dalam riwayat keperawatan klien sebelumnya Untuk menginformasikan dan mengidentifikasikan diagnosa keperawatan terkait kondisi atau gangguan pada sistem pernafasan klien Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan kondisi sistem pernafasan klien yang mengalami gangguan serta rencana penatalaksanaannya Untuk mengevaluasi hasil dari proses keperawatan terkait gangguan sistem pernafasan klien sebelumnya 3. KOMPETENSI DASAR YANG HARUS DIMILIKI PERAWAT Kesabaran dan dedikasi terhadap kecermatan dan ketelitian Perawat harus dapat membuat pengukuran yang akurat, terperinci dan objektif melalui pengkajian fisik Penggunaan stetoskop dengan benar - Pastikan bahwa earpiece mengikuti garis bentuk saluran telinga - Pelajari apa yang paling sesuai bagi kita dengan membandingkan amplifikasi bunyi dengan earpiece pada kedua arah - Pasang earpiece di telinga dengan ujung earpiece menghadap kearah wajah - Tiup sedikit diafragma

Upload: bambang-tri

Post on 23-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

  • Laporan Pendahuluan Praktikum

    Pemeriksaan Fisik Pernafasan Abnormal 1. PENGERTIAN TINDAKAN

    Pemeriksaan fisik pernafasan abnormal merupakan peninjauan sistem pernafasan baik dari

    segi anatomis maupun fisiologis untuk memberikan informasi objektif tentang kondisi

    sistem pernafasan klien (apakah mengalami gangguan atau tidak) serta memungkinkan

    perawat untuk membuat penilaian klinis mengenai gangguan pernafasan tersebut.

    2. TUJUAN TINDAKAN

    Tujuan dari tindakan ini adalah:

    Untuk mengumpulkan data dasar mengenai kondisi atau gangguan pada sistem

    pernafasan klien

    Untuk menambah, menginformasikan atau menyangkal data terkait kondisi atau

    gangguan sistem pernafasan yang diperoleh dalam riwayat keperawatan klien

    sebelumnya

    Untuk menginformasikan dan mengidentifikasikan diagnosa keperawatan terkait

    kondisi atau gangguan pada sistem pernafasan klien

    Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan kondisi sistem pernafasan klien

    yang mengalami gangguan serta rencana penatalaksanaannya

    Untuk mengevaluasi hasil dari proses keperawatan terkait gangguan sistem pernafasan

    klien sebelumnya

    3. KOMPETENSI DASAR YANG HARUS DIMILIKI PERAWAT

    Kesabaran dan dedikasi terhadap kecermatan dan ketelitian

    Perawat harus dapat membuat pengukuran yang akurat, terperinci dan objektif melalui

    pengkajian fisik

    Penggunaan stetoskop dengan benar

    - Pastikan bahwa earpiece mengikuti garis bentuk saluran telinga

    - Pelajari apa yang paling sesuai bagi kita dengan membandingkan amplifikasi bunyi

    dengan earpiece pada kedua arah

    - Pasang earpiece di telinga dengan ujung earpiece menghadap kearah wajah

    - Tiup sedikit diafragma

  • - Sekali lagi, pasang earpiece di telinga, kali ini dengan ujungnya mengarah ke

    belakang bagian kepala

    - Tiup sedikit diafragma

    - Setelah mendapatkan amplifikasi yang terbaik, gunakan stetoskop dengan cara yang

    sama

    - Letakkan stetoskop dan ketuk selangnya dengan perlahan

    - Selang harus tetap dalam posisi tergantung bebas. Menggerakkan atau menyentuh

    selang menimbulkan bunyi yang tidak perlu.

    4. INDIKASI, KONTRAINDIKASI DAN KOMPLIKASI TINDAKAN

    a. Indikasi

    Pada klien dengan pernafasan normal

    Pada klien dengan pernafasan abnormal (terdapat gangguan pernafasan)

    b. Kontraindikasi

    Pada klien dengan cedera otot atau tulang dada (untuk palpasi dan perkusi)

    Pada klien dengan cedera otot atau tulang punggung (untuk palpasi dan perkusi)

    Pada klien tirah baring (untuk palpasi atau perkusi yang dilakukan pada punggung

    klien)

    Pada klien dengan gangguan integritas kulit pada bagian dada atau punggung

    c. Komplikasi

    Nyeri pada bagian yang dipalpasi atau diperkusi apabila menggunakan teknik yang

    tidak tepat

    Nyeri atau trauma otot apabila menggunakan teknik yang tidak tepat pada saat

    memposisikan klien untuk kepentingan pemeriksaan

    5. ALAT DAN BAHAN

    Sarung tangan (bersih atau steril)

    Skort untuk perawat dan klien (jika diperlukan)

    Tempat tidur

    Brankar

    Meja pemeriksaan khusus

    Senter dan lampu sorot

    Jam tangan dengan detik atau display digital

  • Palu perkusi

    Stetoskop

    6. ANATOMI DAERAH TINDAKAN

    Kerangka dada

    Saluran dan organ respirasi terletak di rongga dada yang dilindungi oleh kerangka dada.

    Kerangka dada dibentuk oleh:

    - Bagian anterior (sternum)

    - Bagian posterior (vertebra thorakalis I-XII)

    - Bagian lateral (costae dan cartilago)

    - Bagian kranial (costae I)

    - Bagian kaudal (arcus costae-vertebrae thorakalis XI)

    Otot-otot punggung

    - Otot-otot punggung luar, terdiri dari M. Trapezius, M. Latisimus dorsi, M.

    Rumboideus, M. Levator scapula

    - Otot-otot spino kostale, terdiri dari M. Serratus posterior superior, M. Serratus

    posterior inferior

    - Permukaan traktus lateralis otot punggung, terdiri dari M. Iliokostalis (M. Ilio

    kostalis lumborum, M. Ilio kostalis torakalis, M. Ilio kostalis servikalis); M.

    Longisimus (M. Longisimus torasis, M. Longisimus servisis, M. Longisimus

    kapitis); M. Spinalis (M. Spinalis ossis, M. Spinalis servisis, M. Spunbalis kapitis)

    - Lapisan profundus (traktus medialis) M. Transvero spinalis, terdiri dari M.

    Semispinalis (M. Spinalis torasis, M. Semispinalis servisis, M. Spinalis kapitis); M.

    Rotatores; M. Intertransversarii; M. Lavatores kostarum (brevis dan lungus)

    - Permukaan servikal otot punggung, terdiri dari M. Splenisus kapitis dan M.

    Splenisus servisis

    Otot-otot dada

    Terdiri dari: M. Pektoralis mayor; M. Pektoralis minor; M. Subklavius; M. Serratus

    anterior; M. Interkostalis eksterni; M. Interkostalis interni; M. Sub kostalis; M.

    Transversus torasikus

    Bronkus

    Pada garis atas vertebrae thoracalis ke 7, trachea bercabang menjadi struktur bronchus

    primer sinistra dan bronchus primer dextra yang masing-masing menuju ke paru

  • sinistra dan dextra. Bronchus primer bercabang menjadi bronchus sekunder (bronchus

    segmentaris) dan dilanjutkan dengan cabang yang lebih kecil yaitu bronchus tersier

    (bronchus lobaris). Ujung bronchus yaitu bronchiolus.

    Paru-paru

    Sistem pernafasan terdiri dari sistem konduksi (saluran) dan sistem respiratori. Sistem

    respiratori terdiri dari bronchiale respiratorias, ductus alveolaris dan saccus alveolaris.

    Paru-paru dilindungi oleh lapisan pleura yang terdiri dari pleura viseralis (ke arah

    dalam) dan pleura parietalis (ke arah luar). Paru-paru berbentuk piramid dengan tekstur

    spongious berwarna coklat berbintik/bercak-bercak hitam dengan bagian apeks di atas 1

    inchi di atas clavicula dan bagian basal di bawah dibatasi oleh struktur diafragma. Paru

    terlindung oleh dinding thorax yang dibentuk oleh costae.

    7. ASPEK KEAMANAN DAN KESELAMATAN YANG HARUS DIPERHATIKAN

    Persiapan lingkungan dan alat yang tepat memastikan pemeriksaan fisik yang lancar

    dengan sedikit gangguan. Pendekatan yang tidak teratur ketika mempersiapkan

    pemeriksaan fisik dapat menyebabkan kesalahan yang merugikan baik bagi klien maupun

    perawat yang memeriksa.

    Pengendalian infeksi

    Selama pemeriksaan, perawat harus berhati-hati apabila menemukan klien yang

    menderita lesi kulit terbuka atau luka basah. Teknik pemeriksaan fisik sangat

    memungkinkan perawat melakukan kontak dengan cairan tubuh klien. Tindakan

    kewaspadaan standar harus dilakukan selama pemeriksaan. Sarung tangan harus

    digunakan pada saat melakukan palpasi dan perkusi untuk mengurangi kontak dengan

    mikroorganisme. Jika klien memiliki drainase luka yang sangat banyak, perawat perlu

    menggunakan skort.

    Lingkungan

    Pemeriksaan fisik memerlukan lingkungan yang bersifat privasi. Di rumah sakit,

    pemeriksaan biasanya terjadi di kamar klien yang memerlukan tirai atau pembatas

    ruangan di sekitar tempat tidur. Kamar periksa harus memiliki peralatan yang lengkap

    untuk semua prosedur yang diperlukan. Pencahayaan yang adekuat diperlukan untuk

    penerangan yang tepat terhadap bagian tubuh. Selain itu, perawat perlu menghilangkan

    sumber kebisingan seperti televisi, radio, dan mengambil langkah untuk mencegah

    gangguan dari orang lain.

  • Untuk klien yang melakukan pemeriksaan di atas meja pemeriksaan yang tinggi dan

    sempit, perawat harus membantu klien dengan hati-hati agar klien tidak jatuh pada saat

    naik dan turun meja tersebut. Klien yang bingung, gelisah atau tidak kooperatif tidak

    boleh ditinggal sendiri tanpa pengawasan di atas meja tersebut.

    Peralatan

    Mencuci tangan dilakukan sebelum menyiapkan alat dan pemeriksaan. Mencuci tangan

    sangat penting untuk mengurangi perpindahan kuman. Peralatan yang akan digunakan

    harus bersih, siap pakai dan diatur sedemikian rupa untuk mempermudah penggunaan.

    Jika memungkinkan, alat-alat tersebut harus dijaga agar tetap hangat. Sebagai contoh,

    diafragma stetoskop dapat diusap-usap di antara tangan sebelum ditempelkan ke kulit.

    Semua alat harus diperiksa untuk mengetahui ketepatan fungsinya.

    8. PROSEDUR TINDAKAN

    Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi jaringan klien yang

    meliputi evaluasi keseluruhan sistem kardiopulmonar. Teknik inspeksi, palpasi, auskultasi

    dan perkusi digunakan dalam pemeriksaan fisik tersebut.

    a. Inspeksi

    Saat melakukan teknik inspeksi, perawat melakukan observasi dari kepala sampai ke

    ujung kaki klien untuk mengkaji kulit dan warna membran mukosa, penampilan umum,

    tingkat kesadaran, keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernafasan dan gerakan dinding

    dada. Setiap kelainan harus diperiksa selama palpasi, perkusi dan auskultasi.

    Inspeksi status kardiopulmonar:

    - Mata: Xantelasma (lesi lipid kuning di kelopak mata); arkus kornea (cincin buram

    agak keputihan di sekeliling sambungan kornea dan sklera); konjungtiva pucat;

    konjungtiva pada sianosis; ada atau tidaknya petekia pada konjungtiva.

    - Mulut dan bibir: Membran mukosa yang sianosis; bernafas dengan mulut.

    - Vena di leher: Distensi (terkait gagal jantung kanan).

    - Hidung: Pernafasan hidung (air hunger); dispnea.

    - Dada: Retraksi (peningkatan kerja pernafasan, dispnea); kesimetrisan (apabila terjadi

    cedera pada dinding dada).

    - Kulit: Sianosis perifer; sianosis pusat; turgor kulit yang berkurang (terkait dehidrasi);

    edema dependen (terkait gagal jantung kiri dan kanan); edema periorbital (terkait

    penyakit ginjal).

  • - Ujung jari: Sianosis (penurunan curah jantung atau hipoksia); hemoragi pada tulang

    metacarpal (endokarditis akibat bakteri); clubbing (hipoksemia kronik).

    Pola pernafasan

    - Eupnea (16-20 x/menit): normal.

    - Takipnea (>35 x/menit): kegagalan pernafasan; respon pada demam; ansietas; nafas

    pendek; infeksi pernafasan.

    - Bradipnea (15 detik): dapat terjadi sebentar-

    sebentar seperti tidur apnea; gagal nafas.

    - Hipernea (16-20 x/menit): akibat ansietas atau respons pada nyeri; menyebabkan

    alkalosis pernafasan; parestesia; tetani; konfusi yang terlihat nyata.

    - Kussmaul (biasanya >35 dapat menjadi lambat atau normal): pola takipnea

    berhubungan dengan ketoadosis diabetikum; asidosis metabolik atau gagal ginjal.

    - Cheyne-Stokes (variabel): pola yang meningkat dan yang menurun disebabkan

    perubahan dalam status asam-basa; masalah metabolik yang mendasari dan

    menderita neuroserebral.

    - Biot (variabel): periode apnea dan nafas dangkal disebabkan gangguan sistem saraf

    pusat; ditemukan pada beberapa klien sehat.

    - Apneustik (meningkat): peningkatan waktu inspirasi dengan waktu ekspirasi; disertai

    bunyi ngorok (grunting) yang pendek; terlihat pada lesi sistem saraf pusat pada pusat

    pernafasan.

    Pengkajian gerakan dinding dada yang abnormal

    - Retraksi melesak ke dalam jaringan lunak dada antara dan di sekitar kartilaginosa

    serta tulang-tulang iga seperti di ruang interkosta, di ruang intraklavikular, trakea,

    daerah substernum yang semakin memburuk disertai dengan kebutuhan untuk

    meningkatkan usaha inspirasi. Penyebab: setiap kondisi yang menyebabkan

    peningkatan usaha inspirasi (mis. obstruksi jalan nafas, asma, trakeo-bronkitis).

    - Pernafasan paradoks-bernafas dengan tidak sinkron, terdapat kontraksi dada selama

    inspirasi dan ekspansi selama ekspirasi. Penyebab: Flail chest yang disebabkan

    fraktur tulang iga akibat trauma dada atau resusitasi jantung paru (RJP).

    - Peningkatan diameter anteroposterior. Penyebab: emfisema, penyakit paru

    obstruktif kronik, usia lanjut.

    1) Palpasi

  • Palpasi dada dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan palpasi, jenis dan

    jumlah kerja thoraks, daerah nyeri tekan dapat diketahui dan perawat dapat

    mengidentifikasi taktil fremitus, getaran pada dada (thrill), angkatan dada (heaves)

    dan titik impuls jantung maksimal. Palpasi juga memungkinkan perawat untuk

    meraba adanya massa atau benjolan di aksila dan jaringan payudara. Palpasi pada

    ekstremitas menghasilkan data tentang sirkulasi perifer, adanya nadi perifer,

    temperatur kulit, warna dan pengisian perifer.

    2) Perkusi

    Perkusi adalah tindakan mengetuk-ngetuk suatu objek untuk menentukan adanya

    udara, cairan atau benda padat di jaringan yang berada di bawah objek tersebut.

    Perkusi menimbulkan getaran dari daerah di bawah area yang diketuk dengan

    kedalaman 4 sampai 6 cm. Lima nada perkusi adalah resonansi, hiperesonansi, redup,

    datar dan timpani. Perkusi memungkinkan perawat untuk menentukan adanya cairan

    yang tidak normal, udara di paru-paru atau kerja diafragma.

    3) Auskultasi

    Penggunaan auskultasi memungkinkan perawat mengidentifikasi bunyi paru dan

    jantung yang normal maupun yang tidak normal. Auskultasi bunyi paru dilakukan

    dengan mendengarkan gerakan udara di sepanjang lapangan paru: anterior, posterior

    dan lateral. Suara nafas tambahan terdengar jika suatu daerah paru mengalami

    kolaps, terdapat cairan di suatu lapangan paru atau terjadi obstruksi. Auskultasi juga

    dilakukan untuk mengevaluasi respons klien terhadap intervensi yang dilakukan

    untuk meningkatkan status pernafasan.

    Prosedur tindakan:

    - Sebelum mengkaji toraks dan paru-paru, perawat harus mengetahui garis batas dada.

    Garis batas ini membantu perawat melokalisasi temuan dan menggunakan

    keterampilan pengkajian dengan benar.

    - Pemeriksaan paru dan toraks mengharuskan klien membuka pakaiannya sampai ke

    pinggang.

    - Perhatikan pencahayaan. Pencahayaan yang baik merupakan hal yang sangat penting.

    - Perawat harus mengkaji klien yang beresiko mengalami masalah pulmoner seperti

    klien tirah baring atau klien dengan nyeri dada yang tidak dapat mengekspansikan

    parunya secara penuh.

    - Pemeriksaan dimulai dengan klien duduk untuk pengkajian dada posterior dan

    lateral.

  • - Untuk pengkajian dada anterior, klien duduk atau berbaring.

    Pemeriksaan fisik toraks posterior

    Inspeksi

    - Perawat menginspeksi terlebih dahulu bentuk dan kesimetrisan dada klien dari

    belakang dan depan.

    - Perawat menginspeksi toraks posterior untuk menentukan kecepatan dan irama

    pernafasan. Toraks diinspeksi secara keseluruhan. Seluruh toraks normalnya

    berekspansi dan rileks secara teratur dengan gerakan yang seimbang. Pada orang

    dewasa sehat frekuensi pernafasan normal bervariasi dari 12 sampai 20 pernafasan

    permenit.

    Palpasi

    - Untuk mengukur ekskursi dada atau kedalaman pernafasan, perawat berdiri di

    belakang klien dan menempatkan ibu jari sepanjang prosesus spinalis pada iga

    kesepuluh dengan telapak tangan sedikit menyentuh permukaan posterolateral

    - Ibu jari perawat harus berjarak kira-kira 5 cm, mengarah ke spinal dan jari-jari

    lainnya mengarah ke samping.

    - Tangan menekan ke arah spinal sehingga terbentuk lipatan kulit kecil di antara ibu

    jari.

    - Ekskursi dada harus simetrik, memisahkan kedua ibu jari 3 sampai 5 cm.

    - Untuk mempalpasi adanya fremitus taktil perawat meletakkan telapak tangan bawah

    di atas ruang interkostal simetrik, dimulai dengan apeks paru.

    - Gunakan hanya satu tangan untuk memastikan keakuratan.

    Perkusi

    - Klien melipat lengan ke depan dada dengan kepala membungkuk ke depan.

    - Dengan teknik tidak langsung, perawat memperkusi ruang interkostal di atas area

    simetris dari paru.

    Auskultasi

    - Diafragma stetoskop ditempatkan pada kulit, di atas dinding dada posterior antara

    iga.

    - Klien duduk tegak (bila mungkin) dan melipat lengan di depan dada dan kepala tetap

    menunduk ke depan sambil menarik nafas dalam secara perlahan dengan mulut

    sedikit dibuka.

    - Perawat mendengarkan seluruh inspirasi dan ekspirasi pada setiap posisi dengan

    menggunakan stetoskop.

  • - Perawat mengauskultasi bunyi nafas normal, abnormal dan bunyi tambahan (krekels;

    ronki; mengi; gesekan pleura).

    Pemeriksaan fisik toraks lateral

    - Selama pemeriksaan dada lateral klien dalam posisi duduk.

    - Klien diminta untuk mengangkat lengan yang memperbaiki akses ke struktur toraks

    lateral.

    - Perawat menggunakan keempat keterampilan pengkajian untuk memeriksa toraks

    lateral secara metodik.

    Pemeriksaan fisik toraks anterior

    Inspeksi

    - Klien duduk atau berbaring dengan kepala ditinggikan.

    - Perawat mengobservasi otot-otot pernafasan aksesoris: sternokleidomastoideus,

    trapezius dan otot abdomen.

    - Perawat mengobservasi lebar sudut kostal.

    - Perawat mengobservasi pola nafas.

    Palpasi

    - Perawat mempalpasi otot dan rangka toraks anterior untuk mendeteksi adanya

    benjolan, massa, nyeri tekan atau gerakan tidak wajar.

    - Untuk mengukur ekskursi dada secara anterior, perawat menempatkan tangan di atas

    rongga iga lateral dengan ibu jari berjarak kira-kira 2,5 cm dan membentuk sudut

    sepanjang tepi kostal.

    - Ibu jari didorong kearah garis tengah untuk membentuk lipatan kulit di antara ibu

    jari.

    - Pada saat klien menarik nafas dalam, ibu jari normalnya akan terpisah dengan jarak

    kira-kira 2,5 cm sampai 5 cm dengan setiap sisi meluas seimbang.

    Perkusi

    - Pertama-tama, perawat harus membayangkan lokasi semua organ internal yang dapat

    dijangkau secara anterior untuk pemeriksaan.

    - Perkusi dapat dilakukan dengan posisi klien duduk atau berbaring. Tetapi, prosedur

    ini akan lebih mudah dilakukan jika klien berbaring.

    - Perawat memulai pemeriksaan dari atas klavikula dan bergerak ke samping dan

    kemudian kebawah.

    Auskultasi

  • - Jika memungkinkan, klien harus duduk untuk memaksimalkan ekspansi dada.

    - Perawat memusatkan perhatian pada lobus bawah, tempat biasanya sekresi mukus

    terkumpul.

    9. HAL-HAL PENTING YANG DIPERHATIKAN SAAT MELAKUKAN TINDAKAN

    Persiapan fisik klien

    Kenyamanan fisik klien merupakan hal penting bagi keberhasilan pemeriksaan.

    Persiapan fisik termasuk memastikan bahwa klien sudah diberi pakaian dan selimut

    yang tepat. Selain itu, selama pemeriksaan perawat meminta klien untuk memposisikan

    diri ke posisi yang tepat sehingga bagian tubuh dapat dijangkau dank lien tetap merasa

    nyaman. Kemampuan klien untuk melakukan posisi tersebut bergantung pada kekuatan

    fisik, mobilitas, usia dan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, klien hanya boleh

    berada pada posisi sebatas yang diperlukan saja.

    Persiapan psikologis klien

    Klien mudah merasa malu ketika bagian tubuh mereka dipajankan atau diperiksa.

    Kemungkinan pemeriksa akan menemukan sesuatu yang abnormal juga dapat

    menimbulkan kecemasan, sehingga menurunkan kecemasan tersebut merupakan

    prioritas bagi perawat sebelum melakukan pemeriksaan. Sikap yang kaku dan formal

    dapat menghambat kemampuan klien untuk berkomunikasi, tetapi gaya yang terlalu

    biasa juga menghambat munculnya keyakinan. Penjelasan yang menyeluruh dengan

    menggunakan kata-kata sederhana membuat klien mengetahui apa yang akan terjadi dan

    apa yang akan dilakukan sehingga mereka dapat bekerja sama dengan baik. Selain itu,

    nada suara dan ekspresi wajah juga harus rileks agar klien merasa lebih nyaman.

    Perawat menganjurkan klien untuk mengajukan pertanyaan dan mengatakan

    ketidaknyamanan yang mereka rasakan selama proses pemeriksaan. Selama

    pemeriksaan, perawat juga harus memperhatikan respons emosi klien.

    10. Hal-Hal Penting yang Harus Dicatat Setelah Tindakan (Dokumentasi)

    1. Semua hasil pemeriksaan fisik baik pada saat inspeksi, palpasi, perkusi maupun

    auskultasi.

    2. Diameter anteroposterior.

    3. (Pencatatan selama melakukan tindakan) Sambil berdiri di posisi garis tengah di

    belakang klien, perawat mencatat adanya deformitas, posisi spinal, landaian iga,

  • retraksi tulang interkostal selama inspirasi dan penonjolan tulang interkostal

    selama ekspirasi.