8. jurnal vol 6 no 1 2014.pdf
TRANSCRIPT
GENERASI KAMPUSVOLUME 6, NOMOR 1, APRIL 2013
DITERBITKAN OLEH :PEMBANTU REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, TAHUN 2013
ISSN 1978-869X
MAJALAH / JURNAL
MAJALAH/JURNAL
GENERASI KAMPUS(CAMPUS GENERATION)
VOLUME 6, NOMOR 1, APRIL 2013 APRIL 2011Terbit Dua kali setahun pada bulan April dan September. Berisi ringkasan hasil penelitian, gagasan kopseptual, kajian teori, aplikasi teori yang dimuat dalam Majalah/jurnal Generasi Kampus .
Pelindung : Rektor Unimed (Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si.)
Pengarah : *Pembantu Rektor 1 Unimed (Prof. Dr.Khairil Ansari, M.Pd). *Pembantu Rektor 2 Unimed (Drs. Chairul Azmi, M.Pd). *Pembantu Rektor IV Unimed (Prof. Dr. Berlin Sibarani, M.Pd)
Penanggung jawab : Pembantu Rektor III Unimed (Prof. Dr. Biner ambarita, M.Pd.)
Ketua Penyunting : Pardomuan N. J. M. Sinambela, M.Pd
Sekretaris Penyunting : Tappil Rambe, S.Pd, M.Si
Penyunting Pelaksana : *Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd *Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd *Drs. Wanapri Pangaribuan, M.T. *Lamhot Sihombing, S.Pd, M.Pd. *Drs. Paningkat Siburian, M.Pd *Drs. Swardi Rajaguguk. *Dr. Sukarman Purba, M.Pd. *Drs. Jongga Manullang, M.Pd. *Ir. Haikal Rahman, M.Si. *Syamsul Gutom SKM, M.Kes. * PD 3 FIP, *PD 3 FBS, *PD 3 FT, *PD 3, *PD 3 FIS *PD 3 FIK, dan *PD 3 FE
Penyunting Ahli :Prof. Selamat Triono, M.Sc, PhD (Universitas Negeri Medan)Prof. Dr. Hamka (Universitas Negeri Padang)Dr. Herminarta Sofyan (Universitas Negeri Yogyakarta)Prof. Yusuf Sudo Hadi (Institut Pertanian Bogor)Eddy Nur Ilyas, S.H, M.Hum (Universitas Syah Kuala Darussalam B. Aceh)Ir. H.RB. Ainurrasyid, NIS (Universitas Brawijaya)Syarif A. Barmawi, S.H, M.Si (Universitas Pajajaran Bandung)Prof. Dr. H.R. Boenyamin (Universitas Jendral Sudirman)
Kontributor : *Samrah, S.Pd. *Anuar Manurung, S.Pd *Nurlan *Yuli
Pelaksana Tata Usaha : Bani Ismail; Dewita Rita
Alamat Tata Usaha : Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan, Lantai 3. Jln. Williem Iskandar, Pasar V, Medan Estate. Kotak Pos 1589, Medan 20221. Telp : (061) 6613276, 6613365, 6618754. Fax : (061) 6613319.
e-mail : [email protected]
ISSN 1978-869X
Penyunting menerima
sumbangan tulisan
yang belum pernalh
diterbitkan dalam
media cetak lain.
Naskah diketik dengan
spasi 1,5 pada kertas
A4 dengan jumlah
halaman 10-15. (lebih
jelas baca petunjuk
bagi penulis pada
sampul dalam
belakang). Naskah
yang masuk di evaluasi
oleh penyunting ahli.
Penyunting dapat
melakukan perubahan
pada tulisan yang
i
SURAT DARI REDAKSI
Terima kasih atas penyertaan dan bimbinganNya, sehingga JurnalGenerasi Kampus Volume 6 nomor 1, April tahun 2013 dapat terbit sesuaidengan harapan yang diinginkan. Jurnal Generasi Kampus merupakan sebuahmedia ilmiah yang menyuguhkan artikel hasil penelitian dan artikel non hasilpenelitian (kajian teori) yang menjelaskan berbagai fenomena bidang pendidikanmaupun bidang lainnya.
Pada kesempatan yang baik inidisampaikan terima kasih kepada parapenulis, ketua penyunting penyunting pelaksana, dan para penyunting ahli yangtelah membantu dalam rangka penyusunan artikel pada jurnal ilmiah ini. Dalamjurnal edisi ini akan ditampilkan beberapa artikel yang berjudul : 1) sinerginitasberbasis multikulturalisme dalam perspektif manajemen organisasi global, 2)Implementasi strategi pembelajaran kooperatif tipe numbered heads togetherdalam meningkatkan hasil belajar mata kuliah rangkaian listrik 2 mahasiswa JPTEUnimed, 3) Membangun ide dan gagasan ilmiah bernilai jual, 4) Pengaruhsupervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja guru smp negeri di kecamatanmedan kota, 5) Pendanaan pensiun dengan metode benefit prorate constant dollar(studi kasus pada PT. Wooil Indonesia), 6) Senam hamil untuk mengurangi nyeripunggung selama hamil, 7) Hubungan antara kadar haemoglobin dengan tingkatvo2max atlet PPLM Provinsi Sumatera Utara, 8) Perbedaan burnout antara tipekepribadian introvert dan tipe kepribadian ekstrovert pada perawat di ruangancritical care, 9) Perbedaan pengaruh latihan medicine ball twist toss denganlatihan medicine ball scoop toss terhadap peningkatan power otot lengan dankemampuan hit dalam permainan hoki pada atlet putra unimed hoki club (UHC),10) Karakteristik dan teknik bernyanyi lagu kategori negro spiritual padakelompok paduan suara, 11) Transformasi arsitektur tradisional rumah adat bataktoba di toba samosir.
Kiranya Jurnal Generasi Kampus untuk edisi ini bermanfaat bagi semuapihak dalam rangka pengembangan dunia pendidikan
Medan, April 2013
Penanggungjawab Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan UNIMED,
Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd.NIP. 19570515 198403 1 004
ii
MAJALAH/JURNAL
GENERASI KAMPUS(CAMPUS GENERATION)
V VOLUME VOLUME 6, NOMOR 1, APRIL 2013Daftar Isi
Biner Ambarita Sinerginitas Berbasis MultikulturalismeDalam Perspektif Manajemen OrganisasiGlobal
1-12
Paningkat Siburian danJongga Manullang
Implementasi Strategi PembelajaranKooperatif Tipe Numbered Heads Togetherdalam Meningkatkan Hasil Belajar MataKuliah Rangkaian Listrik 2 Mahasiswa JPTEUnimed
13-27
Wanapri Pangaribuan Membangun Ide Dan Gagasan IlmiahBernilai Jual
28-38
Sukarman Purba Pengaruh Supervisi Akademik KepalaSekolah Terhadap Kinerja Guru Smp NegeriDi Kecamatan Medan Kota
39-56
Devni Prima Sari danSudianto Manullang
Pendanaan Pensiun dengan Metode BenefitProrate Constant Dollar (Studi Kasus padaPT. Wooil Indonesia)
57-78
Syamsul Gultom Senam Hamil untuk Mengurangi NyeriPunggung Selama Hamil
79-88
Fajar Apollo Sinaga Hubungan Antara Kadar Haemoglobindengan Tingkat Vo2max Atlet Pplm ProvinsiSumatera Utara
89-99
Togi Fitri Afriani Ambarita Perbedaan Burnout Antara Tipe KepribadianIntrovert dan Tipe Kepribadian EkstrovertPada Perawat di Ruangan Critical Care
100-114
Irwansyah Siregar Perbedaan Pengaruh Latihan Medicine BallTwist Toss dengan Latihan Medicine BallScoop Toss Terhadap Peningkatan PowerOtot Lengan dan Kemampuan Hit dalamPermainan Hoki Pada Atlet Putra UnimedHoki Club (UHC)
115-128
Lamhot Basani Sihombing Karakteristik dan Teknik Bernyanyi LaguKategori Negro Spiritual pada KelompokPaduan Suara
129-143
Aron Samosir Transformasi Arsitektur Tradisional RumahAdat Batak Toba di Toba Samosir
144-162
ISSN 1978-869X
Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan
1
SINERGINITAS BERBASIS MULTIKULTURALISME DALAMPERSPEKTIF MANAJEMEN ORGANISASI GLOBAL
Biner Ambarita
Abstrak
Sinerginitas organisasi global yaitu sekumpulan masyarakat global yang terikatsecara transendental dan bekerja sama untuk tujuan kemajuan dan kesejahteraanmanusia. Pembangunan organisasi global dengan strategi aliansi global berbasismultikulturalisme menciptakan organisasi yang kokoh dan adaptif terhadapperubahan. Pancasila merupakan dasar negara dan dasar berorganisasi bagimasyarakat Indonesia mampu menjawab tantangan perkembangan masyarakatglobal yang memiliki keragaman kultur (multikulturalisme).
Kata Kunci: Sinerginitas, Organisasi Global, Multikulturalisme, Pancasila.
PENDAHULUAN
Perkembangan dan globalisasi
ilmu pengetahuan, sains, teknologi
dan seni yang sangat pesat menuntut
kualitas dan daya saing internasional
harus dimiliki oleh bangsa dan negara
agar dapat berperan dan
diperhitungkan dalam kancah politik,
ekonomi perdagangan, pendidikan,
budaya dan dunia kerja.
Gelombang informasi dari
berbagai belahan dunia yang bebas
memasuki wilayah setiap negara
membawa dampak positif dan negatif,
sehingga memaksa bangsa-bangsa
membangun kualitas dan daya saing
yang tinggi generasi muda penerus
bangsa, agar tidak mengalami
ketertinggalan dengan bangsa lain.
Dalam era globalisasi dan
informasi, peran sumber daya
manusia dengan jaringan yang
dimiliki akan sangat menentukan
kualitas kehidupan masyarakat di
mana yang bersangkutan berakar dan
bergerak, dan pada akhirnya daya
saing dan produktivitas sumber daya
manusia tersebut yang menentukan
keunggulan dalam masyarakat lokal,
nasional, regional dan global.
(Habibie, 2012:1)
Sistem globalisasi informasi
dunia tidak dapat ditolak dan
Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan
2
dihindari dan semakin meningkat
tantangan dan peluang bagi suatu
bangsa. Arus informasi tersebut perlu
diimbangi dengan arus informasi
yang cocok dan menguntungkan
proses pembudayaan serta ketahanan
budaya itu sendiri perlu ditingkatkan.
Mencermati suasana kehidupan
yang serba kompetitif dalam era
global saat ini, kreativitas dianggap
sebagai lambang supermasi manusia
yang paling berharga. Bahkan prestasi
dan prestise seseorang pada
kenyataannya diukur berdasarkan
kualitas dan kuantitas kreativitasnya.
Berarti masalah kreativitas dan
kualitas menjadi persoalan mendesak
dan sangat penting dalam prospek
kehidupan manusia yang pada
kenyataannya semakin memiliki
koneksitas yang amat tinggi.
Manusia sebagai makhluk sosial
yang hidup berinteraksi dengan
manusia lain dan saling
mempengaruhi dan menghasilkan
paradigma baru yang disebut dengan
kehidupan global.
Manusia berbeda dalam bahasa,
sistem nilai, umur, latar belakang
pendidikan, agama, gender, cara
berpikir, kompetensi, latar belakang
sosial ekonomi, pekerjaan, budaya,
tempat tinggal, sehingga sering
menimbulkan konflik horizontal
maupun vertikal (Hanum, 2012: 2).
Perbedaan harus dipahami dan
diterima sebagai bagian dari
masyarakat lokal maupun global yang
saling mempengaruhi dan
berketergantungan membentuk
jaringan kerja sama. Perbedaan
dimaknai sebagai keragaman yang
tidak harus ditolak atau dihilangkan
akan tetapi harus disikapi dan
dimaknai (Marjani, 2009:6). Jaringan
kerja sama masyarakat sangat
mentukan kemajuan suatu masyarakat
di kancah lokal, regional,
internasional, dan global (Habibie,
2012: 1). Masyarakat yang tidak
dapat menerima perbedaan dan tidak
memiliki jaringan tersebut akan
mengalami tekanan dan terkucil dari
masyarakat lokal maupun global,
sehingga menimbulkan
ketidakmampuan dan ketertinggalan.
Percepatan perubahan berbagai
aspek kehidupan masyarakat
dalam era globalisasi
menimbulkan persaingan yang
Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan
3
memperkuat kekuasaan masyarakat
maju dan melemahkan kekuasaan
masyarakat yang tidak dapat
mengikutinya. Ketidakmampuan
mengikuti perubahan dan tidak
beruntung dalam persaingan global
disebabkan berbagai faktor, salah
satunya adalah penolakan atas
perbedaan tersebut, sehingga tidak
dapat mensinergikan berbagai usaha
yang membangun dirinya.
Bangsa Indonesia terdiri dari
sekitar 600 suku bangsa dengan
identitasnya masing-masing dengan
sekitar 200 bahasa yang berbeda dan
berada di 17.000 pulau dengan
panjang pantai nomor 2 di dunia yang
diikat dengan dasar dan filsafat
bangsa (Hanum, 2012:1) (Raka,
2012:3). Dasar dan filsafat bangsa
Indonesia “Pancasila” sebagai
panduan pemahaman
multikulturalisme masyarakat lokal
dan global. Pancasila menjadi sumber
inspirasi sinerginitas masyarakat
Indonesia dalam masyarakat
multikultural di dunia. Pancasila
sebagai dasar perumusan motto
“Bhineka Tunggal Ika” yang artinya
“Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
Konsep Umum Multikulturalisme
Multikulturalisme;
terminologi yang relatif baru
muncul dan berkembang di akhir abad
ke-20, merupakan gagasan baru dan
respon terhadap banyaknya budaya
yang beragam terutama di Inggris
Raya imbas dari kolonialisasi yang
terjadi sebelumnya (Marjani,
2009:2). Hadirnya para imigran dari
negara-negara mantan koloni sebagai
sebuah fenomena dan menjadi
masalah baru yang memerlukan
respon komprehensip dalam
penanganannya. Fenomena tersebut
tidak hanya terjadi di Eropa tetapi
juga di Kanada dan mengimbas di
berbagai negara di berbagai benua.
Secara etimologi
multikulturalisme berasal dari kata
“multi” yang berarti plural, dan
“kultural” berarti kultur atau budaya,
sedangkan “isme” berarti paham atau
aliran. Multikulturalisme, secara
sederhana berarti paham tentang
budaya yang beragam, akan tetapi
tidak hanya sekedar pengakuan
terhadap budaya yang beragam, akan
tetapi pengakuan yang berimplikasi
Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan
4
politis, sosial, ekonomi, hukum,
pendidikan, dan lain-lain.
Rob Reich (dalam Marjani,
2009) menjelaskan kajian
multikulturalisme sebagai
multikulturalisme deskriptif dan
multikuluralisme normatif.
Multikulturalisme deskriptif yaitu
kenyataan sosial yang dikenal dalam
perspektif politik sebagai kenyataan
pluralistik. Konsep tersebut
melahirkan konsep hal yang baik bagi
masyarakat adalah keragaman.
Multikulturalisme normatif berkaitan
dengan dasar-dasar moral antara
keterkaitan seseorang dalam suatu
negara/bangsa untuk melakukan
sesuatu yang telah menjadi
kesepakatan bersama. Hal tersebut
menjadi kritik sosial dalam
membangun keinginan bersama dari
suatu kelompok, membangun suatu
wadah di dalam pluralitas budaya
yang ada dalam komunitas tersebut.
Implikasi kedua kajian konsep
tersebut adalah terbentuknya
masyarakat pluralisme yang saling
menerima, menghargai, dan bekerja
sama untuk mencapai kemajuan dan
kesejahteraan bersama. Implikasi
yang lebih lanjut adalah terbentuknya
masyarakat global yang di dalamnya
terdapat negara-negara yang bekerja
sama secara sinergis berdasarkan
kemufakatan dan hukum.
Sutarno (2012:4.12-4.16)
mengemukakan berbagai penyakit
budaya masyarakat yang menyangkut
prasangka, stareotipe, etnosentrisme,
rasisme, deskriminasi, dan kambing
hitam (Scape goating). Prasangka
adalah antipati berdasarkan
generalisasi yang salah atau tidak
luwes. Stareotipe adalah bentuk
prasangka antar etnik/ras. Etnosentris
adalah kecenderungan untuk
menetapkan semua norma dan nilai
budaya orang lain dengan standar
budayanya sendiri. Rasisme adalah
paham yang membedakan manusia
berdasarkan warna kulit dan bentuk
wajah. Diskriminasi adalah bentuk
tindakan yang membedakan (tidak
adil) yang disebabkan sikap dan
keyakinan. Kambing hitam adalah
penanggungan perlakuan
ketidakadilan kepada orang lain
akibat penolakan perlakuan
ketidakadilan tersebut.
Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan
5
Multikulturalisme
berimplikasi pada pencegahan dan
pengobatan terhadap penyakit budaya
tersebut, bahkan dapat membangun
sinergi dalam komunikasi, jaringan
kerja, ekonomi, hukum, pendidikan,
politik, dan berbagai aspek lainnya.
Pengobatan dan pencegahan penyakit
sosial dengan multikulturalisme
melalui penerimaan dan penyadaran
akan perbedaan secara horizontal dan
vertikal sehingga membentuk sikap
empati dan saling membantu serta
kerja sama untuk menghindari konflik
dan ketidaknyamanan, justru saling
membantu dan bekerja sama untuk
mencapai kesejahteraan bersama.
Konsep Sinerginitas Kultur dalam Organisasi
Menurut Slocum (2009) agar
organisasi efektif maka individu
dalam organisasi harus memiliki
kompetensi diri, kompetensi
komunikasi, kompetensi diversitas,
kompetensi tim, kompetensi
perubahan, kompetensi etika,
kompetensi lintas budaya.
Kompetensi diversitas dan
kompetensi lintas budaya secara
implisit merupakan kompetensi
multikultural. Sebaliknya jika
kompetensi-kompetensi tersebut tidak
dimiliki individu dalam organisasi,
maka organisasi tidak akan efektif.
Keragaman kemampuan
dan budaya di dalam organisasi
dapat menjadi peluang pengembangan
organisasi dan sebaliknya dapat pula
menjadi sumber konflik yang
menurunkan efektivitas organisasi.
Robbins (2007:458) mengatakan
bahwa pengertian, empati, toleransi,
dan komunikasi merupakan kunci
manajemen keragaman yang
berimplikasi pada efektivitas
organisasi. Sejalan dengan hal
tersebut agar organisasi yang
memiliki keragaman (kompetensi dan
multikultural) efektif, maka individu
dalam organisasi harus memiliki
pengertian, empati, toleransi, dan
komunikasi yang baik.
Koppel (2012) memaparkan
efek sinerginitas dan upaya
implementasinya dalam organisasi,
yang ditampilkan pada tabel berikut.
Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan
6
Tabel Efek Sinerginitas dan ImplementasinyaEfek Sinerginitas Komponen Perspektif UkuranPengurangankonflik danpeningkatankepuasan kerja
Kepuasan pekerja,peningkatan motivasi,penguranganpengunduran diri
Pendekatandiskriminasidan keadilan
Sistem kuota, tidakada penanganandeskriminasi,penetapan jam kerja
Fokus padapengguna danakses pasar
Fokus pada pengguna,membuka pasar baru,pengembangan targetkelompok produksispesifik
Akses pasardanpendekatanhukum
Penghargaan pekerjasesuai dengan latarbelakang budaya
KesuksesanOrganisasi danaksesinternasional
Kreativitas dan inovasi,pengembangan padapembelajaran organisasi
Pembelajarandanpendekatanefektivitas
Adaptasi budayaorganisasi dalam halstruktur, proses, danpengertian diri.
Hasil implementasi
sinerginitas dengan perbedaan
khususnya perbedaan budaya
memperlihatkan peningkatan prestasi
kerja organisasi dan keuntungan.
Perhatian pada pasar yang berbasis
multikulturalisme meningkatkan
kepuasan pelanggan yang diikuti
terhadap peningkatan pesanan dan
omset organisasi. Multikulturisme
menjamin keberlangsungan dan
pengembangan organisasi sehingga
bertaraf internasional.
Membangun Organisasi Global Berbasis Multikulturalisme dalam PerpektifManajemen
Organisasi sebagai mana
organisasi profesional memiliki etika
yang khusus sesuai dengan
karakteristik organisasi tersebut. Ali
mendefinisikan (1995) etika sebagai
ilmu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak). Lebih
lanjut dikatakan bahwa etiket adalah
tata cara (adat, sopan santun, dan
sebagainya) di masyarakat beradab
dalam memelihara hubungan baik
antara sesama manusia.
Masyarakat beradab dalam
arti sempit dapat dimaknai sebagai
satu organisasi atau secara khusus
organisasi professional. Tata cara
tersebut jika dirumuskan untuk
Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan
7
dipedomani dalam organisasi
professional disebut sebagai kode
etik. Kode etik adalah aturan-aturan
tertulis untuk menempatkan perilaku,
komunikasi atas hak dan kewajiban
anggota organisasi.
Menurut Slocum, at. All
(2009) agar organisasi efektif dan
sukses maka individu dalam
organisasi harus memiliki kompetensi
etiket. Colquitt et.al (2009)
mengatakan bahwa agar performansi
kerja (Job Performance) yang
merupakan produktivitas individu
tinggi dan baik, maka salah satu
mekanisme individu yang harus
ditingkatkan adalah etiket (ethics).
Robbins (2009) memandang
etiket dalam organisasi sering sekali
menjadi masalah. Jika organisasi
adalah dalam bidang pendidikan,
maka pengkajian etika pendidikan
sebagai suatu ilmu yang akan
melahirkan kode etik pendidikan dan
bagaimana implementasinya secara
sukses oleh anggota organisasi adalah
sangat penting.
Berdasarkan pendapat-
pendapat para ahli di atas perlu
mengkaji etika yang melahirkan etiket
bagi anggota organisasi pendidikan
sehingga organisasi efektif dan
memperlihatkan unjuk kerja yang
baik.
Parkhe (1991) mengatakan
organisasi global adalah organisasi
yang adaptif terhadap globalisasi
yang memiliki kemufakatan aturan
yang bersifat transenden. Aturan yang
bersifat transenden tersebut dapat
memberi pelayanan yang
menghasilkan kepuasan dan
keuntungan bagi masyarakat global.
Sejalan dengan hal itu organisasi
global harus menggunakan aliansi
global sebagai stategi pengembangan
organisasi.
Organisasi global dibangun
berdasarkan multikulturalisme
sehingga menuntut restrukturisasi
organisasi dalam hal struktur
organisasi bersifat adaptif, kokoh
(robust) yang diikuti perumusan
kebijakan-kebijakan global.
Kebijakan global didukung oleh
manajemen yang adaptif serta
memiliki transendensi kultur.
Sejalan dengan uraian di atas
Kettunen, (2010:6) menjelaskan
multikulturaisme dalam perpektif
Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan
8
manajemen meliputi fungsi-fungsi
manajemen yang bersifat
multikulturalisme yang didukung oleh
sistem informasi yang terkoneksi
secara global. Sitem interkoneksi
secara global membangun jaringan
manajemen multikultural. Fungsi-
fungsi manajemen yang bersifat
multikulturalisme tersebut adalah
perencanaan program dan kegiatan,
pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian.
Berdasarkan uraian tersebut di
atas dapat dinyatakan bahwa
manajemen organisasi memiliki
fungsi atau kegunaan dalam planning,
organizing, controlling, pengarahan
dan pengkoordinasian. Perencanaan
(planning) meliputi serangkaian
keputusan termasuk tujuan, membuat
program, menentukan metode,
prosedur serta menetapkan jadwal
pelaksanaan. Mengorganisasikan
(organizing) selain mengatur unsur-
unsur lain, juga selalu menyangkut
unsur-unsur manusia. Pengontrolan
(controlling) diadakan agar
pelaksanaan manajemen (manusia)
selalu dapat meningkatkan hasil
kerjanya. Pengarahan mencakup
kegiatan mempengaruhi anggota
organisasi agar berprestasi
sedemikian rupa sehingga mendukung
tercapainya tujuan. Pengkoordinasian
berarti melakukan hubungan kerja
sama dengan pihak lain untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pancasila Sebagai dasar Pembangunan Organisasi MultikulturalismePancasila menjadi dasar
Negara, filosofi, pandangan dan
pegangan hidup, yang sangat perlu
dihayati dan diamalkan adalah
sebagai berikut: (1) Ketuhanan Yang
Maha Esa; (2) Kemanusiaan yang adil
dan beradab; (3) Persatuan Indonesia;
(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan; (5)
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Ketetapan MPR Nomor
II/MPR/1978, dirumuskan Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila yang memberi petunjuk
nyata dan jelas wujud pengamalan
Pancasila khususnya sila keempat dan
kelima tersebut sebagai berikut:
Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan
9
Sila keempat: Sila Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan:
(a) Mengutamakan kepentingan
Negara dan masyarakat; (b) Tidak
memaksakan kehendak kepada orang
lain; (c) Mengutamakan musyawarah
dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama; (d)
Musyawarah untuk mencapai mufakat
diliputi oleh semangat kekeluargaan;
(e) Dengan itikad baik dan rasa
tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan
musyawarah; (f) Musyawarah
dilakukan dengan akal sehat dan
sesuai dengan hati nurani yang luhur;
(g) Keputusan yang diambil harus
dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai
kebenaran dan keadilan.
Sila kelima: Sila Keadilan Sosial
bagi seluruh Rakyat Indonesia, (a)
Mengembangkan perbuatan-
perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotong-
royongan; (b) Bersikap adil; (c)
Menjaga keseimbangan antara hak
dan kewajiban; (d) Menghormati hak-
hak orang lain; (f) Suka memberi
pertolongan kepada orang lain; (g)
Menjauhi sikap pemerasan terhadap
orang lain; (h) Tidak bergaya hidup
mewah; (i) Tidak melakukan
perbuatan yang merugikan
kepentingan umum; (j) Suka bekerja
keras; (k) Menghargai hasil karya
orang lain; (l) Bersama-sama
berusaha mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.
Berdasarkan butir-butir
pengamalan Pancasila tersebut dapat
diketahui bahwa butir-butir sila
keempat dan kelima sebagai dasar
berpikir, bersikap, dan bertindak
berorientasi multikulturalisme.
Masyarakat Indonesia siap menjadi
masyarakat global, bagian dari
organisasi global yang bersinergi
dalam segala aspek kehidupan global.
Seiring dengan uraian di atas,
pada azas Internasional, Indonesia
ikut melaksanakan ketertiban dunia
ketertiban antar bangsa, diminta atau
tidak Indonesia harus aktif ikut serta
mengusahakan perdamaian dunia
yang tertuang dalam amanah
Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan
10
Pembukaan UUD 1945 atau amanah
konstitusional yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Pancasila adalah dasar
falsafah, ideologi, dan konstitusi
bangsa dan negara Indonesia yang
cocok untuk Negara Indonesia, di
mana dengan dasar Negara Pancasila
dan UUD 1945 Indonesia mampu
mencapai cita-cita nasionalnya yaitu
masyarakat adil dan sejahtera serta
lestari.
Rakyat Indonesia yang
heterogen dalam hal suku, agama, ras,
dan golongan, serta letak geografis
yang berada di antara tiga benua
dipersatukan dengan ideologi
Pancasila, yang mampu
mempersatukan heterogenitas bangsa
Indonesia. Hal inilah dasar berpijak
bahwa Pancasila sebagai dasar
pembangunan organisasi
multikulturalisme yang berimplikasi
terbentuknya masyarakat yang saling
menerima menghargai dan bekerja
sama untuk mencapai kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
Multikulturalisme berkaitan
dengan moral dan terkait dengan
suatu bangsa atau negara untuk
melakukan sesuatu yang telah
menjadi kesepakatan bersama. Dalam
multikulturalisme terjadi perbedaan
secara horizontal dan vertikal bagi
suatu bangsa atau negara tetapi dapat
membangun sinergi dalam
komunikasi dan membangun kerja
sama di bidang ekonomi, hukum,
politik, pendidikan, budaya dan
berbagai aspek lainnya, untuk
membentuk sikap empati, saling
membantu dan bekerja sama untuk
mencapai kesejahteraan bersama serta
implikasinya terbentuknya
masyarakat global yang di dalamnya
terdapat negara-negara yang secara
sinergis dapat bekerja sama
berdasarkan kemufakatan bersama.
Penutup
Sinergisitas berbasis
multikulturalisme dapat terbangun
dalam masyarakat dan organisasi
global didukung oleh sistem
informasi yang terkoneksi secara
global. Restrukturisasi dan aliansi
organisasi serta kebijakan global
memungkinkan membangun
Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan
11
organisasi yang adaptif dan memiliki
transendensi kultur yang saling
bersinergis . Pancasila sebagai dasar
negara RI dan dasar berorganisasi di
Indonesia memiliki transendensi
kultur, sehingga organisasi dan
manajemen yang dibangun di atasnya
bersifat sinergis dan adaptif terhadap
perubahan global.
Biner Ambarita adalah Guru Besar Universitas Negeri Medan, Pembantu RektorBidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan
12
Daftar Pustaka
Hanum Farida. 2012. PentingnyaPendidikan Multikulturaldalam Mewujudkandemokrasi di Indonesia.Makalah disampaikanpada Seminar Nasional danWisuda Program Akta IVAngkatan I, STIT Alma AtaYogyakarta.
Habibie B. J. 2012.Sumberdaya ManusiaAndalam MasyarakatMadani. Makalahdisampaikan pada KonvensiNasional PenddikanIndonesia VII 2012 diYogayakarta.
Kettunen Petteri. 2010. Large-scale Global ITTransformation: An Insider’sAccount. Disertation.Tempere: Departemen ofComputer SciencesUniversity Tempere.
Koppel Petra, Dominik Sandner.2012. Synergy by Diversity;Real life Examples ofCultural Diversity inCorporations. BertelsmannStiftung.
Marjani Gustiana Isya. 2009.Multikulturalisme danPendidikan: RelevansiPendidikan dalam
Membangun WacanaMultikulturalisme diIndonesia. The 9th AnnualConference on IslamicStudies (Acis).
Parkhe Arvind. 1991. InterfirmDiversity, OrganizationalLearning, and Longevity inGlobal Strategic Alliances.Indiana: Indiana University.(www://jstor.org/discover)
Raka I Dewa Gede. 2012.Pendidikan Karakteruntuk 250 Juta Orang:Gerakan MenyongsongSeratus Tahun IndonesiaMerdeka. MakalahDisampaiakan padaKonvensi NasionalPenddikan Indonesia VII2012 di Yogayakarta
Robbins Stephen P., Mary Coulter.2007. Management. NewJersey: Pearson Prantice Hall
Sutarno. 2012. PendidikanMultikultural. Jakarta: Gramedia.
Slocum, John W., Jr. danHellriegel, Don, 2009.Principles of OrganizationalBehavior, 12th Edition. Cina:South-Western CengageLearning.
Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan
13
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPENUMBERED HEADS TOGETHER DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MATA KULIAH RANGKAIAN LISTRIK 2 MAHASISWAJPTE UNIMED
Paningkat Siburian dan Jongga ManullangAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: perbedaan hasil belajar RangkaianListrik 2 mahamahasiswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajarankooperatif tipe NHT dengan mahamahasiswa yang dibelajarkan dengan strategipembelajaran ekspositori. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa semester VT.P. 2012/2013 JPTE Unimed. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi
eksperimen dengan taraf signifikansi = 0,05 Temuan penelitian menunjukkan:Terdapat perbedaan hasil belajar Rangkaian Listrik II antara mahasiswa yangdiajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT (SPNHT) dibandingkandengan strategi pembelajaran ekspositori (SPekspositori), th sebesar 4,95 dan tt
sebesar 1,99 untuk taraf signifikansi α = 0.05. Berdasarkan hasil perhitungandidapat th (4,95) > tt (1,99).
Kata Kunci: Strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT, ekspositori, dan hasilbelajar Rangkaian Listrik 2.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Jurusan Pendidikan Teknik
Elektro (JPTE), Fakultas Teknik
Unimed adalah Lembaga pendidikan
tinggi yang bertujuan untuk: (1)
menghasilkan tenaga pendidik bidang
teknik elektro yang profesional; (2)
menghasilkan konsep-konsep
pengembangan pendidikan teknik
elektro melalui pengkajian keilmuan
dan penelitian; (3) mengaplikasikan
keahlian teknik elektro dan keahlian
pendidikan teknik elektro dalam
pengabdian kepada masyarakat dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat; (4) memposisikan
program studi sebagai pusat informasi
yang berkaitan dengan pendidikan
Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan
14
teknik elektro; dan (5) menjadi
dinamisator dalam pengembangan
pendidikan teknik elektro dengan
melakukan kerjasama dengan
lembaga pendidikan lainnya dan
dunia usaha/industri. Untuk mencapai
tujuan tersebut, dilakukan kegiatan
pendidikan dan pengajaran,
penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.
Melalui kegiatan pendidikan
dan pengajaran dapat berkembang
potensi mahasiswa, sehingga menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Sehubungan
dengan itu, JPTE menyelenggarakan
perkuliahan Rangkaian Listrik 2 yang
bertujuan untuk menjadikan
mahasiswa menguasai mata kuliah
dasar keahlian sebagai bekal tenaga
pendidik profesional di bidang teknik
elektro.
Berbagai upaya telah
dilakukan dalam penyelenggaraan
perkuliahan Rangkaian Listrik 2 agar
mahasiswa memiliki penguasaan
yang baik terhadap materi kuliahnya.
Pemberian diktat mata kuliah
Rangkaian Listrik 2, tugas di rumah
menyelesaikan soal Rangkaian Listrik
2 setiap minggu setelah selesai
kegiatan tatap muka terjadwal, dan
pemberian motivasi belajar adalah
sebagian dari usaha yang telah
dilakukan agar mahasiswa memiliki
penguasaan yang baik terhadap materi
perkuliahan tersebut.
Namun kenyataannya, nilai
rata-rata asli yang didapatkan
mahasiswa dalam mata kuliah
Rangkaian Listrik 2 pada tahun
akademik 2010/2011 dan 2011/2012
adalah nilai C. Perolehan nilai
tersebut berhubungan erat dengan
strategi pembelajaran yang digunakan
oleh dosen karena berdasarkan hasil
survey, kegiatan pembelajaran selama
ini masih menggunakan kebiasaan
lama yaitu di dalam penyampaian
materi pembelajaran dilaksanakan
secara bertutur (ceramah) tanpa
menuntut keaktifan mahasiswa.
Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan
15
Menyikapi masalah di atas,
perlu adanya upaya yang dilakukan
oleh dosen untuk menggunakan
strategi pembelajaran yang membuat
suasana pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan sehingga mampu
memotivasi mahasiswa untuk belajar.
Suparno seperti dikutip oleh Atmadi
dan Setyaningsih (2000: 186)
mengemukakan bahwa dosen dalam
proses belajar mengajar, harus lebih
memperhatikan apa yang disukai
mahasiswa, apa yang tidak disukai
mahasiswa, yang membantu
mahasiswa belajar dan yang
menghambat mahasiswa belajar.
Selain itu, strategi yang digunakan
juga harus memaksimalkan potensi
mahasiswa dengan memperhatikan
keunikan setiap mahasiswa baik gaya
belajarnya, kecerdasan dominannya,
dan memperhitungkan faktor-faktor
lain yang mampu menunjang proses
belajar mengajar di ruang
perkuliahan. Sejalan dengan yang
dikemukakan Wasliman seperti
dikutip oleh Fajar (2004: 35) bahwa
potensi setiap mahasiswa sebenarnya
berbeda. Untuk itu, perlu
dikembangkan strategi pembelajaran
yang mengakomodasikan perbedaan
potensi dan sekaligus memberikan
seluas-luasnya untuk secara aktif
menumbuhkan kreatifitas siswa, agar
kecerdasannya berkembang secara
optimal dan proporsional.
Strategi pembelajaran
kooperatif merupakan strategi belajar
dalam kelompok kecil, yang
memungkinkan mahasiswa saling
membantu dalam memahami suatu
konsep, memeriksa dan memperbaiki
jawaban teman sebagai masukan serta
kegiatan lain yang bertujuan untuk
mencapai hasil belajar yang optimal.
Aktivitas pembelajaran kooperatif di
samping menekankan pada kesadaran
mahasiswa belajar berpikir,
memecahkan masalah dan belajar
mengaplikasikan pengetahuan,
konsep, keterampilan kepada teman
lain yang membutuhkan mahasiswa
akan merasa senang menyumbangkan
pengetahuannya kepada
teman/anggota lain dalam
kelompoknya. Oleh karena itu belajar
kooperatif adalah saling
Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan
16
menguntungkan antar mahasiswa
yang berkemampuan rendah, sedang
dan mahasiswa yang berkemampuan
tinggi (Suherman, 2003: 262).
Strategi pembelajaran
kooperatif terdiri dari berbagai
macam, salah satu di antaranya adalah
strategi pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT).
Menurut Spencer Kagan seperti
dikutip oleh Ibrahim (2000: 28)
Numbered Heads Together (NHT)
merupakan suatu tipe strategi
pembelajaran kooperatif yang
merupakan struktur sederhana dan
terdiri atas empat tahap yang
digunakan untuk mereview fakta-
fakta dan informasi dasar yang
berfungsi untuk mengatur interaksi
para mahasiswa. Strategi
pembelajaran kooperatif tipe ini juga
dapat digunakan dalam semua mata
pelajaran dan tingkatan usia anak
didik.
Dalam menerapkan strategi
kooperatif tipe NHT ini mahasiswa
ditempatkan sebagai pusat dari proses
pembelajaran, mahasiswa tidak
menjadi obyek pendidikan melainkan
sebagai subyek pendidikan. Selain
faktor–faktor dari dosen, faktor yang
berasal dari dalam diri mahasiswa
juga berpengaruh dalam proses
pembelajaran.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan
yang telah dikemukakan sebelumnya
maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut: apakah terdapat
perbedaan hasil belajar Rangkaian
Listrik 2 mahasiswa yang
dbelajarkan dengan strategi
pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan mahasiswa yang dibelajarkan
dengan strategi pembelajaran
ekspositori?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui: perbedaan hasil belajar
Rangkaian Listrik 2 mahasiswa yang
dibelajarkan dengan strategi
Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan
17
pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan mahasiswa yang dibelajarkan
dengan strategi pembelajaran
ekspositori.
Hakikat Hasil Belajar Rangkaian Listrik 2
Belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya
(Slameto 2003: 2). Dalam bahasa
yang lebih sederhana Fajar (2004: 10)
mendefinisikan belajar sebagai suatu
proses perubahan dalam diri
seseorang yang ditampakkan dalam
bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan pengetahuan, kecakapan,
daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-
lain.
Berdasarkan pendapat ahli di
atas dapat disimpulkan pengertian
belajar sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku baik secara
kualitas maupun kuantitas yang
dipengaruhi dan diperkuat oleh
lingkungan yang bersifat permanen
sebagai akibat dari latihan-latihan.
Hasil belajar didefinisikan
oleh Romiszwoski (1981: 63) sebagai
output (keluaran) dari suatu sistem
pemrosesan input (masukan). Input
dapat berupa berbagai informasi
sedangkan output berupa
performance (kinerja). Kinerja
memberi petunjuk bahwa proses
belajar telah terjadi. Romiszwoski
mengkategorikan hasil belajar dalam
dua macam yaitu keterampilan dan
pengetahuan. Hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar (Dimyati,
2006: 3).
Perubahan yang terjadi dalam
proses belajar adalah berkat
pengalaman atau praktek yang
dilakukan dengan sengaja dan
disadari dengan kata lain bukan
karena kebetulan. Dalam diri
mahasiswa terjadi perubahan seperti
Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan
18
penambahan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Di samping itu
mahasiswa juga diarahkan pada
tercapainya perubahan tersebut.
Rangkaian Listrik 2
merupakan salah satu mata kuliah
harus dikuasai oleh mahasiswa JPTE
Unimed yang meliputi beberapa sub
kompetensi dasar yaitu: (1)
komponen pasif rangkaian listrik, (2)
sumber tegangan listrik, dan (3)
Hukum Dasar Listrik.
Berdasarkan uraian tersebut di
atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar Rangkaian Listrik 2
merupakan perubahan tingkah laku
yang dimiliki mahasiswa baik secara
kualitas maupun kuantitas setelah
mengalami proses pembelajaran
dalam jangka waktu tertentu dengan
berbagai rentang situasi berdasarkan
tujuan pembelajaran. Hasil belajar
yang diperoleh mahasiswa melalui
proses pembelajaran dapat diketahui
melalui test yang disusun sesuai
dengan materi mata kuliah yang
diberikan.
Hakikat Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran
berhubungan dengan cara
menyampaikan pesan dalam
pembelajaran. Strategi pembelajaran
meliputi sifat, ruang lingkup, dan
rangkaian kejadian yang mengandung
pengalaman belajar. Strategi
pembelajaran harus memperhitungkan
tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan dan mempertimbangkan
karakteristik mahasiswa. Strategi
pembelajaran adalah rencana untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang
dikembangkan dari metode dan teknik
yang akan membantu mahasiswa
mencapai tujuan pembelajarannya
(Gerlach & Ely 1980: 174).
Untuk mencapai tujuan
pembelajaran, diperlukan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran tersebut. Dick,
W & Carey, L (2005: 37)
mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran merupakan komponen-
komponen umum dari suatu set bahan
Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan
19
pembelajaran dan prosedur-prosedur
yang akan digunakan untuk
menghasilkan hasil belajar tertentu
pada mahasiswa. Prawiradilaga
(2008: 37) mendefinisikan strategi
pembelajaran sebagai upaya yang
dilakukan oleh perancang dalam
menentukan teknik penyampaian
pesan, penentuan metode dan media,
alur isi pelajaran serta interaksi antara
dosen dan mahasiswa.
Dari uraian di atas,
disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran adalah perpaduan dari
urutan kegiatan, metode, media dan
waktu yang digunakan dalam proses
pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan
dapat dicapai secara efektif dan
efisien.
Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
Arends (1997: 228)
mengemukakan bahwa NHT adalah
salah satu jenis strategi pembelajaran
struktural, setiap anggota kelompok
diberi nomor (label) untuk
mempelajari suatu materi mata
kuliah. Lebih lanjut Arends (1997:
326) mengemukakan bahwa NHT
adalah suatu strategi pembelajaran
yang dikembangkan untuk
memberikan kesempatan lebih
banyak kepada mahasiswa dalam
menelaah materi yang tercakup dalam
suatu mata kuliah dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi mata
kuliah tersebut.
Dengan adanya keterlibatan
total semua mahasiswa tentunya akan
berdampak positif terhadap motivasi
belajar mahasiswa. Mahasiswa akan
berusaha memahami konsep-konsep
ataupun memecahkan permasalahan
yang disajikan oleh dosen seperti
yang diungkapkan oleh Ibrahim, dkk
(2000: 7) ) bahwa dengan belajar
kooperatif akan memperbaiki prestasi
mahasiswa atau tugas-tugas akademik
penting lainnya serta akan memberi
keuntungan baik pada mahasiswa
kelompok bawah maupun kelompok
atas yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademis.
Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan
20
Menurut Arends (1997: 16)
strategi pembelajaran kooperatif tipe
NHT dilaksanakan dengan langkah-
langkah sebagai berikut: (1)
mahasiswa dibagi dalam beberapa
kelompok dan masing-masing
mahasiswa dalam setiap
kelompoknya mendapatkan nomor
urut, (2) dosen memberikan tugas dan
masing-masing kelompok
mengerjakan permasalahan, (3)
kelompok memutuskan jawaban yang
dianggap paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok
mengetahui jawaban ini, (4) dosen
menyebutkan salah satu nomor dan
mahasiswa yang bernomor tersebut
melaporkan hasil kerja kelompok dan
(5) jika memungkinkan, dosen dapat
mengubah komposisi kelompok
sehingga mahasiswa yang memiliki
nomor sama membentuk kelompok
baru.
Berdasarkan uraian di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa
strategi pembelajaran kooperatif tipe
NHT adalah suatu pendekatan yang
dikembangkan untuk memberikan
kesempatan lebih banyak kepada
mahasiswa dalam menelaah materi
yang tercakup dalam suatu pelajaran
dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.
Strategi pembelajaran kooperatif tipe
NHT memiliki beberapa tahapan
antara lain yaitu penomoran,
mengajukan pertanyaan, berfikir
bersama dan menjawab.
Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran
ekspositori menurut Sanjaya (2009:
179) adalah strategi pembelajaran
yang menekankan pada proses
penyampaian materi secara verbal
dari seorang dosen kepada
sekelompok mahasiswa dengan
maksud agar mahasiswa dapat
menguasai materi mata kuliah secara
optimal.
Strategi pembelajaran
ekspositori sering dihubungkan
dengan kurangnya latihan dalam
pembelajaran, menggunakan buku
secara monoton, kekakuan,
Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan
21
penekanan pada pembelajaran
berdasarkan fakta dan hafalan,
menggunakan metode ceramah, dan
lain-lain. Manson dan Williams
menjelaskan seperti yang dikutip oleh
Jarolimek & Foster (1976: 95),
pembelajaran yang berbasis pada
mahasiswa secara umum diajukan
sebagai antitesis strategi
pembelajaran ekspositori di mana
pembelajar menjadi penerima
pengetahuan. Strategi pembelajaran
ekpositori lebih cocok digunakan
untuk mentransfer pengetahuan.
Strategi pembelajaran
ekspositori merupakan bentuk dari
pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada dosen (teacher
oriented). dosen memegang peran
yang sangat dominan. Fokus utama
strategi ini adalah kemampuan
akademik (academic achievement)
mahasiswa. Metode pembelajaran
dengan kuliah merupakan bentuk
strategi pembelajaran ekspositori.
Sanjaya (2008: 185)
megemukakan ada beberapa langkah
dalam penerapan strategi ekspositori,
yaitu: (1) persiapan (preparation), (2)
penyajian (presentation), (3)
menghubungkan (correlation), (4)
menyimpulkan (generalization), (5)
penerapan (application).
Strategi pembelajaran
ekspositori akan lebih efektif jika: (1)
guru akan menyampaikan bahan-
bahan baru serta kaitannya dengan
yang akan dan harus dipelajari siswa
(overview). Oleh sebab itu materi
yang disampaikan adalah materi-
materi dasar seperti konsep-konsep
tertentu, prosedur atau rangkaian
aktivitas, dan lain sebagainya, (2)
guru menginginkan agar siswa
mempunyai gaya model intelektual
tertentu, (3) bahan pelajaran yang
akan diajarkan cocok untuk
dipresentasikan, misalnya materi
pelajaran hasil penelitian berupa data-
data khusus, (4) ingin
membangkitkan keingintahuan siswa
tentang topik tertentu, (5) guru
menginginkan untuk
mendemonstrasikan suatu teknik atau
prosedur tertentu untuk kegiatan
praktik, (6) seluruh siswa memiliki
Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan
22
tingkat kesulitan yang sama sehingga
guru perlu menjelaskan untuk seluruh
siswa, (7) guru akan mengajar pada
sekelompok siswa yang rata-rata
memiliki kemampuan rendah (low
achieving students), (8) lingkungan
tidak mendukung untuk
menggunakan strategi yang berpusat
pada siswa, (9) guru tidak memiliki
waktu yang cukup untuk
menggunakan pendekatan yang
berpusat pada siswa.
Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran ekspositori adalah
strategi pembelajaran yang secara
umum kegiatan belajarnya didominasi
dan cenderung berpusat pada guru,
siswa hanya menunggu dan menerima
materi dari guru dan tidak dituntut
aktif dalam pembelajaran.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
metode eksperimen dengan rancangan
quasi eksperimen. Strategi
pembelajaran kooperatif tipe NHT
dan strategi pembelajaran ekspositori
sebagai variabel bebas dan hasil
belajar Rangkaian Listrik 2 sebagai
variabel terikat. Variabel-variabel
tersebut selanjutnya akan ditinjau
dalam penelitian dengan disain
ditunjukkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Desain Eksperimen
Kelas Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen T1 X1 T2
Kontrol T1 X2 T2
Keterangan Tabel 1:
X1 : Strategi pembelajaran kooperatiftipe NHT
X2 : Strategi pembelajaran ekspositori
Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan
23
T1 : Pre-tesT2 : Pos-tes
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hasil belajar Rangkaian Listrik
2 mahasiswa yang diajar dengan
strategi pembelajaran kooperatif tipe
NHT lebih tinggi dibandingkan
dengan mahasiswa yang diajar
dengan strategi pembelajaran
ekspositori, dimana nilai rata-rata
hasil belajar Rangkaian Listrik 2
mahasiswa yang diajar dengan
strategi pembelajaran kooperatif tipe
NHT lebih tinggi dibandingkan nilai
rata-rata hasil belajar mahasiswa yang
diajar dengan strategi pembelajaran
ekspositori. Hal ini berindikasi bahwa
strategi pembelajaran kooperatif tipe
NHT lebih baik dalam meningkatkan
pemahaman mahasiswa tentang
Rangkaian Listrik 2 dibandingkan
dengan strategi pembelajaran
ekspositori. Hasil ini menunjukkan
bahwa untuk mengajarkan materi
pelajaran Rangkaian Listrik 2 lebih
baik menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif tipe NHT
dibandingkan dengan strategi
ekspositori.
Arends (1997: 326)
mengemukakan bahwa NHT adalah
suatu strategi pembelajaran yang
dikembangkan untuk memberikan
kesempatan lebih banyak kepada
mahasiswa dalam menelaah materi
yang tercakup dalam suatu pelajaran
dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.
Dengan adanya keterlibatan total
semua mahasiswa tentunya akan
berdampak positif terhadap motivasi
belajar mahasiswa. Mahasiswa akan
berusaha memahami konsep-konsep
ataupun memecahkan permasalahan
yang disajikan oleh dosen seperti
yang diungkapkan oleh Ibrahim, dkk
(2000: 7) bahwa dengan belajar
kooperatif akan memperbaiki prestasi
mahasiswa atau tugas-tugas akademik
penting lainnya serta akan memberi
keuntungan baik pada mahasiswa
kelompok bawah maupun kelompok
Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan
24
atas yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademis.
Strategi pembelajaran
kooperatif tipe NHT dan strategi
pembelajaran ekspositori memiliki
perbedaan dalam hal mempengaruhi
proses belajar mahasiswa ditinjau dari
pendekatan yang digunakan dan
prosedur pembelajaran yang
dilakukan. Perbedaaan yang paling
mendasar antara strategi
pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan strategi pembelajaran
ekspositori terletak pada orientasi dan
proses pembelajarannya. Strategi
pembelajaran kooperatif tipe NHT
menekankan adanya kerjasama
mahasiswa dalam kelompok. Strategi
pembelajaran ini melibatkan
mahasiswa lebih banyak dalam
menelaah materi. Masing-masing
anggota kelompok memiliki
kesempatan yang sama untuk
mewakili kelompok melalui
pemanggilan label anggota kelompok
secara acak. Artinya wakil kelompok
yang menyampaikan hasil diskusi
kelompok tidak hanya terfokus pada
mahasiswa yang lebih pandai atau
didasarkan kesepakatan kelompok.
Tetapi semua mahasiswa mempunyai
kesempatan untuk mewakili
kelompok, tanpa dibeda-bedakan.
Dalam strategi pembelajaran
kooperatif tipe NHT, dosen
memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada mahasiswa untuk
mengembangkan kualitasnya dalam
pemecahan masalah bersama teman
sekelompoknya, mereka dapat saling
bertukar pikiran, saling mengisi
kekurangan yang ada dan saling
berbagi ilmu yang mereka dapat.
Dalam strategi pembelajaran
kooperatif tipe NHT, semua
mahasiswa dituntut aktif memberikan
pemikirannya masing-masing
sehingga mereka bersama-sama
memperoleh penyelesaian akhir dari
permasalahan yang mereka hadapi
dalam mata pelajaran Rangkaian
Listrik 2. Dengan strategi
pembelajaran kooperatif tipe NHT,
mahasiswa dituntut aktif sehingga
tidak ada lagi yang mengantuk,
merasa bosan ataupun mengganggu
Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan
25
temannya. Mahasiswa dilatih untuk
dapat bertanggung jawab di dalam
kelompoknya karena dalam
menyampaikan kesimpulan akhir
akan dipilih salah seorang dari
mereka secara acak mewakili
kelompoknya masing-masing.
Dengan luasnya kesempatan
diberikan kepada mahasiswa untuk
mengembangkan potensi dirinya,
maka dengan strategi pembelajaran
kooperatif tipe NHT ini akan mampu
meningkatkan hasil belajar
mahasiswa.
Karakteristik strategi
pembelajaran ekpositori adalah
dilakukan oleh dosen dengan cara
menyampaikan materi pelajaran
secara verbal, artinya bertutur secara
lisan merupakan alat utamanya karena
itu sering diidentikan dengan
ceramah, biasanya materi pelajaran
yang disampaikan adalah materi
pelajaran yang sudah jadi, seperti data
atau fakta konsep-konsep tertentu
yang harus dihafal sehingga tidak
menuntut mahasiswa untuk berpikir
ulang, tujuan utama pembelajaran
adalah penguasaan materi pelajaran
itu sendiri. Artinya, setelah proses
pembelajaran berakhir mahasiswa
diharapkan dapat memahaminya
dengan benar dengan cara dapat
mengungkapkan kembali materi yang
telah diuraikan. Strategi pembelajaran
ekspositori merupakan bentuk dari
pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada dosen. Strategi
pembelajaran ekspositori merupakan
pembelajaran yang seluruh
kegiatannya terpusat pada dosen
(teacher centered). Mahasiswa lebih
banyak pasif dan kurang
diberdayakan. Komunikasi yang
terjadi lebih banyak bersifat satu arah.
Dalam strategi pembelajaran
ekspositori, mahasiswa kurang
diberikan kesempatan untuk
mengembangkan potensi dirinya
sehingga mahasiswa hanya dapat
menyelesaikan masalah sesuai dengan
petunjuk yang diajarkan dosen.
Pembelajaran yang terjadi didominasi
oleh dosen sehingga dosen lebih
banyak melakukan ceramah. Setelah
pembelajaran selesai dosen biasanya
memberikan latihan atau tugas untuk
Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan
26
dikerjakan di rumah. Mahasiswa
memperoleh sejumlah pengetahuan
yang diterima dari dosen, sedang
mahasiswa sendiri tidak berusaha
untuk menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan mata kuliah
Rangkaian Listrik 2. Dalam
pembelajaran ekspositori dosen
merupakan satu-satunya sumber
belajar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis seperti yang telah
diuraiakan, penelitian ini
menyimpulkan bahwa :
1. Skor rata-rata hasil belajar
Rangkaian Listrik 2 mahasiswa
yang diajar dengan strategi
pembelajaran kooperatif tipe
NHT sebesar 15,75 dan skor
rata-rata mahasiswa yang diajar
dengan strategi pembelajaran
ekspositori sebesar 12,03.
2. Terdapat perbedaan hasil belajar
Rangkaian Listrik 2 antara
mahasiswa yang diajar dengan
strategi pembelajaran kooperatif
tipe NHT (SPNHT) dibandingkan
dengan strategi pembelajaran
ekspositori (SPekspositori) pada
taraf kepercayaan α = 0,5.
Saran
1. Para dosen mata kuliah Rangkaian
Listrik 2. disarankan untuk
menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif tipe NHT
sebagai strategi pembelajaran
alternatif dalam pembelajaran
Rangkaian Listrik 2. Strategi
pembelajaran kooperatif tipe NHT
telah mampu meningkatkan hasil
belajar Rangkaian Listrik 2
menjadi lebih tinggi.
2. Untuk kesempurnaan penelitian
ini, disarankan untuk
memperbanyak jumlah populasi
dan sampel penelitian, serta
menambah waktu pelaksanaan
penelitian.
Paningkat Siburian ; Jongga Manullang adalah dosen jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik Universitas Negeri Medan
27
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richards. I. 1997. ClasroomIntruction and Management.New York: Mc. Graw-HillCompanies. Inc
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara
Atmadi, A dan Y. Setyaningsih. 2000.Transformasi PendidikanMemasuki Millenium Ketiga.Yogyakarta: Kanisius
Dick, W & Carey, L. 2005. TheSystematic Design ofInstrustional. New York:Longman
Dimyati dan Mudjono. 2006. Belajardan Pembelajaran. Jakarta: RinekaCipta
Fajar, Arnie. 2004. Portofolio dalampembelajaran IPS. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya
Gerlach, Vernon S & Ely, Donald P.1980. Teaching & Media, ASystematic Approach. NewJersey: Prentice Hall
Jarolimek, John & Foster, Clifford D.1976. Teaching and Learningin the Elementary School.London: Macmillan
Ibrahim, Muslimin. Dkk. 2000.Pembelajaran Kooperatif.Surabaya: University Press.Universitas Negeri Surabaya
Prawiradilaga, Dewi Salma. 2008.Prinsip Disain Pembelajaran.Jakarta: Kencana
Romizwoski, A.J. 1981. InstructionalDesign System, DecisionMaking in Course Planningand Curriculum Design.London: Kogan
Sanjaya, Wina. 2008. StrategiPembelajaran. Jakarta:Kencana
Sanjaya, Wina. 2009. StrategiPembelajaran BerorientasiStandar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yangMempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta
Sudjana. 2005. Metoda Statistika.Bandung: Tarsito
Suherman, Erman. dkk. 2003.Strategi PembelajaranMatematika Komtemporer.Bandung: JICA UniversitasPendidikan Indonesia
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan
28
MEMBANGUN IDE DAN GAGASAN ILMIAH BERNILAI JUALWANAPRI PANGARIBUAN
Wanapri Pangaribuan
Abstrak
Ide dan gagasan yang kreatif dan inovatif harus dikembangkan dikalanganmahasiswa, sehingga terbangun pola pikir, sikap, dan perilaku berpikir ilmiahyang kreatif dan inovatif. Pola pikir tersebut sangat diharapkan dalam membangunbangsa dan Negara.
Kata Kunci: Ide, gagasan ilmiah, kreatif, inovatif
PENDAHULUAN
Dalam pengujian kreativitas
individu dari semua lapisan usia,
nilai-nilai kreativitas selalu turun
kira-kira 90% antara usia 5 dan 7
tahun, dan menjelang usia 40 tahun
hanya kira-kira 2% yang kreatif
dibanding individu usia 5 tahun,
namun demikian kreativitas dapat
dilatih kembali (Howard dalam
Timpe, 2002). Begitu pentingnya
kreativitas yang menghasilkan
gagasan dalam diri seseorang penemu
spektakuler yang menghasilkan
gagasan-gagasan yang sangat
dibutuhkan oleh manusia. Misalnya
John J. Moran yang dulunya seorang
teknisi laboratorium, mendapat nasip
baik dengan menemukan alat analisis
darah otomatis pada tahun 1965.
Moran bekerja selama berbulan-bulan
mengenai hal tersebut sebelum
akhirnya menyerah karena frustasi
dan melakukan perjalanan panjang
yang telah lama tertunda. Suatu saat
sinar matahari menerobos jendela
hotel dan menerpa mukanya, dia
melihat dengan mata pikirannya
sebuah diagram yang rinci dari
sebuah mesin. Hal ini merupakan
suatu pemecahan masalah yang telah
lama dicari, dia meloncat dari tempat
tidurnya, membuat sketnya dengan
cepat di buku tulis hotel dan terbang
pulang kerumah. Kemudian selama
berbulan-bulan ia membuat prototipe
dari sketnya, yang pada akhirnya alat
itu dapat bekerja dengan baik dan
Moran membuat sebuah perusahaan
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan
29
yang diberi nama Hycel, Inc., dan
dijual kepada seorang konglomerat
Jerman Barat dengan harga $40 Juta.
Meskipun peristiwa penemuan Moran
sangat menakjubkan bagi sebagian
besar orang, termasuk Moran sendiri,
hal tersebut jauh dari sesuatu yang
unik. Banyak orang dianggap sangat
kreatif telah menceritakan
pengalaman yang sama
mencengangkan ketika diminta untuk
menjelaskan sumber gagasan
briliannya, dan selalu mereka tidak
dapat mengatakannya dengan tepat
proses apa yang mereka lakukan
untuk mendapatkannya.
Ada apa yang dilakukan oleh
para tokoh penemu ternama di dunia,
sehingga menghasilkan gagasan yang
sangat kreatif yang hingga saat ini
menjadi teladan bagi kita ?
TOKOH PENEMU DAN GAGASAN KREATIFNYA
1. Gagasan Seni
Michelangelo (1475-1564)
adalah seorang pemahat, pelukis,
penyair, dan arsitek kondang, namun
sifatnya gampang iri dan mudah naik
darah, dijuluki “si bakat yang
kesepian”. Salah satu karya
pahatannya yang sangat terkenal
adalah diberi nama “Daud”.
Raphael (1483-1520) pelukis
dan pematung, dalam usia muda
sudah terkenal, pahatannya banyak
dalam bentuk Patung Maria.
Leonardo Da Vinci (1452-
1519) yang merupakan guru dari
Michelangelo dan Raphael, banyak
melukis suasana perang yang heroic
yang dibalik semuanya itu adalah
kepedihan. Alangkah indahnya jika
jehidupan ini tidak ada perang, tetapi
hanya ada kebahagiaan. Kebahagiaan
itu tergambar dari senyum yang
teramat manis, dan ia melukis
“Monalisa” dengan senyumannya
termanis di dunia.
Diakhir hidupnya ia berpesan kepada
salah seorang muridnya, :”Meizi,
ingatlah hidup tanpa karya akan
terasa panjang dan lamban, baik-
baiklah mengisi hidup, sesungguhnya
hidup ini singkat. Melewatkan satu
hari yang penuh isi, akan
memperoleh tidur yang tenang;
demikian juga, giat mengisi
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan
30
sepanjang hidup, akan pergi dengan
tenang”. Ketiga tokoh Seni di atas
adalah bangsa Perancis. Tokoh seni
terkenal Indonesia: Affandi, Rendra,
Guntur Soekarno Putra, dll.
Walt Disney (1901-1966)
bangsa Amerika dengan filim karton
humor yang disukai oleh anak-anak
sedunia. Ia penggagas dan
pembangun “Disney Land” yang
resmi dibuka tanggal 23 Oktober
1971.
2. Agama Perenungan
Sidharta Gautama adalah
anak dari Raja Sudhodana dan Ratu
Maya dari kerajaan Kosala. Raja
sangat perkasa dan gagah berani serta
penuh dengan ambisi menaklukkan
kerajaan lain. Pada tahun 623 SM, di
India terdapat banyak kerajaan dan
saling berperang. Sidharta Gautama
adalah putera mahkota yang menjadi
Pangeran, selalu merasa sedih ketika
harus berperang dan banyak melukai
dan membunuh manusia. Iapun
menghindarkan diri dari peperangan
dan meninggalkan kerajaan pergi
bertapa dan merenung dan ia
menjadim manusia yang sejati yang
tak terikat waktu dan tempat (dia
menjadi Budha): “Suasana hati yang
bersih adalah yang terpenting”.
Sidharta Gautama adalah bangsa
India.
3. Ilmu Alam dan Teknologi
Galileo Galilei adalah bangsa
Italia (1564- 1642) anak dari seorang
musisi terkenal yang bernama
Vincenzio. Dalam masa kecilnya,
Galileo hanya bermain membaca,
bermain musik dan melukis. Namun
karena ayahnya tidak memiliki cukup
dana, maka Vincenzio sering
meminjam buku-buku ilmu
pengetahuan dari orang-orang kaya
untuk dibaca oleh anaknya. Galileo
Galilei menemukan system tata surya,
yang menyatakan bahwa: “Mata hari
adalah pusat dari planet-planet”.
Pernyataan Galileo Galilei menentang
pernyataan Aristoteles dan Kaum
Gerejani, yang menyakatakan bahwa:
“Matahari mengelilingi bumi”.
Galileo Galilei juga menciptakan jam
bandul.
Galileo Galilei adalah ilmuan abad
ke-16;
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan
31
Newton dengan hokum geraknya
adalah ilmuan abad ke-17;
Albert Einstein dengan teori
relativitasnya adalah ilmuan abad ke-
20.
Alfred Bernhard Nobel (1833-1896)
penemu dinamid, dan hasil
pemuannya ia mempunyai uang yang
sangat banyak, dan diakhir masa
hidupnya ia berpesan:”semua uang
dan hasil dari uang yang disimpannya
sksn diberi kepada penemu-penemu
sepanjang zaman, yang disebut
sebagai hadiah Nobel. Hadiah Nobel
pertama diserahkan pada tahun 1901,
kepada para ilmuan dan perdamaian
dunia. Alfred Bernhard Nobel adalah
bangsa Swedia.
Marie Curie (1867-1934) bangsa
Polandia, menemukan Teori Radio
Aktif dan menemukan Radium, dan
ia menerima hadiah Nobel bidang
Kimia tahun 1911.
Wright bersaudara (1867-1947)
bangsa Amerika, penemu pesawat
terbang, dan membuat pabrik pesawat
terbang “Wright Company) tahun
1909.
James Watt (1776-1819) bangsa
Scotlandia penemu mesin uap.
Diakhir hidupnya, ia berkata:” Jangan
takut bekerja keras, karena itulah
kunci kesuksesan”.
Alexander Graham Bell (1847-
1923) bangsa Skotlandia penemu
telegraf tahun 1875, dan penemu
telepon tahun 1876. Mendirikan
sekolah tuna rungu tahun 1883.
Christopher Columbus (1451-1505)
bangsa Italia pemimin ekspedisi yang
mengharungi Samudra Atlantik dan
menemukan Pulau Kuba, dan
menyatakan bahwa: Dunia ini adalah
bulat, buka seperti piring ceper”.
Terkenal dalam wacana dan cerita
yaitu: “telur Calombus”
TEKNIK MENGHASILKAN GAGASAN KREATIF
1. Seni Brainstorming
Alex Osborn menjelaskan
metodenya dalam sebuah buku yang
diterbitkan pada tahun 1952 yang
berjudul “Applied Imagination”, yang
menyatakan bahwa Brainstorming
adalah suatu metode yang telah lama
dicari dalam memecahkan masalah
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan
32
kreativitas. Metode ini sukses dalam
menghasilkan slogan-slogan iklan
baru, tetapi lemah dan gagal jika
diperhadapkan dalam memecahkan
tugas-tugas besar seperti pembuatan
strategi-strategi financial baru dan
teknologi-teknologi baru.
2. Pendekatan Analogis
William J.J. Gordon, seorang
professor perekayasaan part-timer di
Harvard University dan eksekutif
dari sebuah perusahaan konsultasi
besar Arthur D. Little, Inc., di
Cambridge, Massachusetts kagum
dengan metode Brainstorming dari
Osborn, tetapi dia yakin bahwa
kreativitas lebih dari teori-teori
tersebut. Dia menemukan pola
pemecahan masalah yang kreatif dari
tim-nya, yaitu pendekatan analogis.
Ketika tim mengemukakan gagasan
baru untuk memecahkan suatu
masalah rumit, hal itu sesungguhnya
terungkap berdasarkan analogi
dengan masalah serupa yang
ditemukan di alam ini atau ditempat
lain dalam kehidupan. Gordon
menuliskan pendekatan ini dalam
bukunya yang berjudul “Synectics”
yang diterbitkan pada tahun 1960.
Langkah pertama dalam metode ini
adalah memahami latar belakang
informasi, dan langkah kedua adalah
pencarian analogi alami. Dalam
pencarian analogi ini, pikiran
dibiarkan bebas sebebas-bebasnya.
Akan tetapi ketika Gordon tidak
memimpin upaya pemecahan masalah
dengan metode yang ia kemukakan,
maka akhirnya menjadi terlalu samar
dan tidak menemukan penyelesaian
masalah. Akhirnya Gordon
menyempurnakan metodenya dengan
menambahkan langkah-langkah yang
lebih rinci dan kesimpulan bahwa
setiap pemecahan masalah yang
kreatif selalu memiliki “paradoks”.
Ketika diminta memasukkan keripik
kentang ke dalam wadah yang
sempit, maka dapat dilakukan dengan
menekannya akan tetapi paradoks-
nya adalah keripik kentang akan
hancur. Proses analogis harus
dilakukan kembali, dengan melihat
daunan hijau yang fleksibel dapat
dimasukkan dalam wadah sempit
tanpa mengalami kehancuran. Maka
gagasan kreativitasnya adalah
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan
33
“fleksibelitas” daun yang dihasilkan
dari kelembaban.
3. Pendekatan Penekanan Sisi
(hemisper) Kiri Otak
George M. Prince kagum dengan
penemuan hasil psikologi otak yang
mengatakan bahwa otak manusia
terbagi atas dua bagian (hemisper)
yang membentuk dua alam pikiran,
yaitu hemisper kiri adalah tempat
pikiran logis dan pembicaraan serta
mengendalikan otot di sisi kanan
bagian tubuh, sedangkan hemisper
kanan adalah tempat impian, hayalan,
dan gudangnya gagasan serta
mengendalikan otot di sisi kiri tubuh.
Kedua hemisper ini berkomunikasi
melalui sekumpulan saraf yang
disebut corpus callosum.
George memunculkan upaya
menyukai otak kanan. Dia
mengemukakan teknik memunculkan
keinginan-keinginan dengan sasaran,
dimana penemu yang memberikan
inspirasi akan memimpikan tentang
bagaimana masalah dapat dipecahkan
jika tidak ada perintang teknik atau
keuangan. Setelah memunculkan
sejumlah gagasan, maka dimita
kembali untuk mengkajinya dan
meminta untuk menggunakan metode
yang baik untuk mencapainya, yang
ia sendiri khawatir akan ditolak oleh
orang lain, yang dia sebut “get-fired
solution”. Akan tetapi akhirnya
sering menghasilkan gagasan kreatif
yang dapat dilaksanakan.
Dudley Lynch dari Dallas
percaya sisi otak kiri dapat ditekan
dengan memainkan musik lembut dan
ritmis sementara memandang
secangkir kopi dimana diproyeksikan
serangkaian warna-warni.
4. Pendekatan Brain-writing
Stanley G. Gryskiewicz , seorang
peneliti mengemukakan pendekatan
brain-writing, yaitu: gagasan-
gagasan tidak dibahas secara terbuka
tetapi ditulis diatas selembar kertas,
nama penulis tidak dibuat, kemudian
diedarkan kepada orang lain yang
mengembangkan gagasan tersebut
dan mengedarkannya kembali.
Akhirnya ditemukan sejumlah
penyempurnaan gagasan dari
berbagai pengembang dan hal inilah
yang perlu diuji dan dicoba.
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan
34
5. Memusatkan Perhatian PadaThetaOtak manusia menghasilkan
empat jenis gelombang sesuai
dengan kondisi manusia tersebut,
yaitu: (1) gelombang alpha yang
dihasilkan saat keadaan jaga yang
relaks; (2) gelombang beta yang
dihasilkan saat terjaga dan
menganalisis sesuatu, berbicara, dan
terlibat secara aktif dalam hal
pemecahan masalah; (3) gelombang
delta yang dihasilkan saat tertidur
lelap tanpa mimpi; dan (4)
gelombang Theta yang dihasilkan
saat melamun, memproses informasi
hari itu dan memperoleh kilatan-
kilatan inspirasi.
Untuk menghasilkan gagasan dan
daya cipta, otak harus menghasilkan
gelombang theta. Profesor Eugene
Gendlin ahli psikologi Universitas
Chicago mengatakan bahwa
seseorang dapat dalam keadaan
gelombang theta dan berada di sana
dalam waktu tak terhingga dengan
teknik yang dia kembangkan yang
disebutnya “focusing”, dalam mana
mirip dengan menghipnotis diri.
Orang yang berada dalam keadaan
tersebut membuat hubungan antara
pikiran sadar dan bawah sadar yang
menjadi inti dari kreativitas.
6. Metode Robert Sternberg(Rose, 2003)
Robert Sternberg melakukan
penelitian bagaimana menghasilkan
gagasan yang kreatif, dan
mengatakan bahwa ada 3 (tiga) tahap
yang harus ditempuh, yaitu:
Tahap Pengertian:
Mendefenisikan masalah dengan
seksama dan memisahkan data yang
relevan dan yang tidak relevan.
Tahap Kombinasi:
Mengkombinasi (mengsintesa) ide-
ide yang ada dalam bentuk satu
kesatuan yang saling mendukung dan
membentuk model baru. Langkah ini
juga dilakukan dengan
mengkombinasikan ide-ide lama
dengan yang baru. Hal ini sering
disebut cara: “Kupia Kompi P”:
Ku; Kumpulkan - informasi yang
banyak
Pi; BerPikir empat arah - lihat
dari setiap sudut
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan
35
A; Alternatif - munculkan
banyak gagasan
Kom; Kombinasi ulang - cari
kombinasi terbaik gagasan-gagasan
ini.
Pi Pilihlah - putuskan mana
kombinasi terbaik
P Pengaruh - lakukan tindakan
Tahap Pembandingan:
Membandingkan yang lama dengan
yang baru.
Cara berpikir empat arah: (a)
Depan ke belakang; (b) belakang ke
depan; (c) atas ke bawah;
Dan (d) bawah ke atas.
(a) Cara Berpikir Depan ke belakang
D definition, defenisikan
masalah yang harus menjadi titik
awal setiap pemikiran.
A Alternatives, Munculkan
banyak alternative
N Narrow Down, sempitkan
alternative-alternatif
C Choose Consequencess, pilih
salah satu alternative dan ujilah
akibat-akibatnya.
E effects/act, akibat/tindakan
(b) Cara Berpikir Belakang ke Depan
A Apa yang harus menjadi
target
I Identifikasi faktor-faktor apa
yang mempengaruhi target
T Tetapkan faktor yang paling
dominan dan yang menjadi pilihan
C Cari akar penyebab adanya
factor-faktor dominan.
N Nagasikan kondisi
S Solusi dan tindakan
Contoh: Bagaimana
membasmi nyamuk demam berdarah
?
Cara berpikir depan kebelakang akan
bertindak bagaimana membunuh
nyamuk-nyamuk. Tetapi cara berpikir
Belakang ke depan adalah bagaimana
seandainya nyamuk-nyamuk tersebut
tidak ada, bagaimana mungkin terjadi
? Maka berpikirlah dengan angan-
angan “seandainya nyamuk-nyamuk
itu tak pernah dilahirkan”. Maka
solusi yang diambil adalah:
lepaskanlah nyamuk-nyamuk yang
telah dimodifikasi gen-nya yang
menyebabkan mandul, sehingga
lambat laun nyamuk-nyamuk akan
lenyap dengan sendirinya. Mulailah
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan
36
dari solusi, barulah pikirkan detail
untuk melaksanakan solusi tersebut.
(c) Cara Berpikir Bawah ke atas
Edward Jenner ketika ingin
memecahkan permasalahan
masyarakat yang banyak kejangkitan
penyakit cacar dan mengakibatkan
banyaknya korban, mendapat ilham
untuk beralih dari mempertanyakan
“mengapa orang terjangkit cacar ?”
menjasi “kenapa sapi perah tidak
terjangkit cacar ?”. Ia meneliti sapi
perah kena cacar sapi , yaitu penyakit
lebih ringan, namun tidak kena cacar
manusia yang lebih berat. Akhirnya
ia mangambil asumsi, jika seseorang
diberikan penyakit cacar yang ringan,
maka penyakit cacar yang berat tidak
akan mengenainya. Solusi yang
diambilnya adalah dengan
menyuntikkan bibit penyakit yang
sudah dilemahkan.
Henry Ford menggunakan cara
berpikir bawah ke atas ini ketika ia
menemukan ban berjalan yang
membawa benda kerja ke pekerja,
bukan sebaliknya para pekerja
menjumpai benda kerjanya.
Pertanyaan:”bagaimana caranya agar
kita bisa mengobati penyakit lebih
baik ? , maka kita ganti menjadi
bagaimana kita dapat membantu
orang agar tetap sehat ?”.
Bagaimana seorang guru mengajari
siswa menjadi pintar, diubah menjadi
bagaimana seorang guru mengajari
anak agar tahu cara belajar yang baik.
Dua orang karyawan
(salesman) disuruh perusahaan untuk
memasarkan sepatu ke satu daerah
yang miskin. Salesman pertama
menelepon manajernya dan berkata
:”tak seorangpun masyarakat disini
yang memakai sepatu dan mungkin
mereka tidak punya uang dan peluang
kita sangat kecil”. Salesman kedua,
mengatakan kepada manajernya:
”Luar biasa peluang kita, karena
belum seorangpun yang memiliki
sepatu”.
(d) Cara Berpikir Atas ke Bawah
Cara berpikir ini adalah
mengingatkan betapa pentingnya
tinjauan yang luas, yang banyak
melibatkan orang lain, dan sangat
penting dalam negosiasi. Cara
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan
37
berpikir ini adalah: “menganalisis
secara system”, bukan secara detail
dan melupakan hubungannya dengan
sub system yang lain.
7. Metode Titik Temu
Johansson ( 2007) mengatakan
bahwa ada dua gagasan, yaitu:
gagasan terarah dan gagasan titik
temu. Gagasan terarah adalah bahwa
kita tahu secara jelas kemana kita
akan menuju, sementara gagasan
titik temu adalah mengasumsikan
bahwa sesuatu yang seolah-olah tak
berhubungan pasti ada titik temu
hubungannya. Titik temu inilah yang
harusnya dicari.
Contoh: Sebuah perusahaan animasi
meminta para programmernya
membuat film animasi. Namun hasil
yang diproduksi kurang memuaskan.
Pimpinan memutuskan melatih para
programmer untuk melakukan acting,
seperti layaknya para bintang film.
Setelah mereka dilatih secara serius,
para programmer dapat menghasilkan
film animasi yang bukan saja secara
tiga dimensi member kesan nyata,
tetapi hingga detail gerak dan mimic
dapat tercipta.
Mengoperasikan kecerdasan untuk mengungkap Gagasan
Sejumlah gagasan dapat
dihasilkan dengan mengoperasikan 8
(delapan) kecerdasan, yaitu: (1)
kecerdasan logis-matematis; (2)
Kecerdasan musical; (3) kecerdasan
interpersonal; (4) kecerdasan
intra personal; (5) kecerdasan
kinetetik; (6) kecerdasan Visual
spasial; (7) kecerdasan
naturalis; (8) kecerdasan linguistik.
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Medan
38
DAFTAR PUSTAKA
Ching Ie Swe.1987. SidhartaGautama. Jakarta: Penerbit PT. AlexMedia komputindo.
Chin Lai Jai. 1987. Galileo Galilei.Jakarta: Penerbit PT. AlexMedia komputindo.
Hwa Lin Jue. 1987. Leonardo DaVinci. Jakarta: Penerbit PT.Alex Media komputindo.
Hwa Lin Jue. 1987. WrightBersaudara. Jakarta: PenerbitPT. Alex Media komputindo.
Howard Niles dalam A. Dale Timpe(alih Bahasa: Sofyan Cikmat).1992. Kreativitas. Jakarta: PT.Alex Media Computindo.
Ie Wang. 1987. Walt Disney. Jakarta:Penerbit PT. Alex Mediakomputindo.
Johansson Frans. (Alih bahasa: HarisPriyatno). 2007. Inovasi TitikTemu. Jakarta: Serambi
Jau Tan Fe. 1987. Alfred BernhardNobel. Jakarta: Penerbit PT.Alex Media komputindo.
Rose Colin, Malcolm J. Nicholl. (alihBahasa: Dedi Ahimsa). 2003.Accelerated Learning For 21’stCentury. Bandung: Nuansa
S0 Wan Ie. 1987. Marie Curie.Jakarta: Penerbit PT. AlexMedia komputindo.
World Animik. 1987. James Watt.Jakarta: Penerbit PT. AlexMedia komputindo.
World Animik. 1987. AlexanderGraham Bell. Jakarta: PenerbitPT. Alex Media komputindo.
Yue Con Ta. 1987. ChristopherColumbus. Jakarta: PenerbitPT. Alex Media komputindo.
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan
39
PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH TERHADAPKINERJA GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN MEDAN KOTA
Sukarman Purba
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung supervisiAkademik Kepala Sekolah terhadap kinerja guru. Populasi target dalampenelitian ini adalah guru-guru SMP Negeri di Kecamatan Medan Kota, sebanyak324 orang guru. Jumlah sampel sebanyak 182 orang dengan menggunakan tabelKreijcie.. Teknik pengambilan sampel yang digunakan Proporsional RandomSampling. Pengumpulan data supervisi akademik kepala sekolah dilakukandengan kuesioner, dan untuk variabel Kinerja guru dilakukan denganmenggunakan lembaran observasi yang diadopsi dari Instrumen Alat PenilaianKinerja Guru (APKG). Metode penelitian adalah penelitian survey denganpendekatan korelasional..Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruhlangsung positif dan signifikan Supervisi Akademik Kepala Sekolah terhadapkinerja guru. Untuk itu, diperlukan kebijakan untuk meningkatkan kinerja guru,sehingga perlu ditingkatkan pemberian Supervisi Akademik kepada guru.
Kata kunci : Supervisi Akademik, Kinerja Guru
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah
satu wahana utama untuk
mengembangkan sumber daya
manusia karena kemajuan suatu
negara dapat dilihat dari kualitas
sumber daya manusia sebagai hasil
dari pendidikannya. Dengan
demikian, pendidikan merupakan
faktor utama dalam pembentukkan
pribadi manusia, yang diharapkan
menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas dan mampu
menghadapi tantangan di masa depan.
Guru sebagai salah satu faktor
yang mempunyai peranan penting
dalam pencapaian keberhasilan proses
belajar mengajar dituntut mampu
berperan dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan
40
optimal. Guru memiliki peran sebagai
pengajar, pendidik, dan pelatih bagi
siswa, dan merupakan agen perubahan
sosial (agent of social change) yang
dapat mengubah pola pikir, sikap, dan
perilaku siswa menuju kehidupan
yang lebih baik. .Menurut Tilaar
(1992) guru dipandang sebagai
manusia bijaksana dan berwibawa,
sarjana yang sujana, berkedudukan
terhormat menyiapkan warga negara
yang terpelajar, maju dan sumber
daya insan yang terampil.
Kemampuan guru sangat menentukan
berhasil tidaknya proses belajar
mengajar. Guru dituntut mampu
menerapkan metode mengajar yang
variatif, sehingga anak didik dapat
menerima pelajaran dan betah untuk
belajar, serta mengubah suasana
belajar yang monoton menjadi
suasana yang penuh dinamika, kreatif,
dan menyenangkan. Dengan
demikian, tugas guru tidak hanya
menanamkan ilmu pengetahuan
kepada anak didik, akan tetapi guru
harus siap menjalankan tiga fungsi,
yaitu melatih, mengajar dan
mendidik.
Menurut laporan Human
Development Index Tahun 2011,
ternyata pendidikan Indonesi masih
menunjukkan pencapaian yang belum
menggembirakan dengan nilai IPM
yaitu 0,617 masih berada di bawah
rata-rata negara lain di kawasan dunia
yang saat ini telah mencapai angka
0,682. Sedangkan laporan, United
Nations Development Programme
(UNDP) pada tanggal 2 November
2011, Indonesia berada pada
peringkat 124 sedunia dari 187
negara, dan masih dibawah Malaysia
dan Singapura. Temuan ini
menunjukkan pelaksanaan pendidikan
di sekolah masih belum sesuai seperti
yang diharapkan. Merosotnya kualitas
pendidikan di Indonesia disebabkan
oleh beberapa factor, yaitu salah satu
faktor tersebut adalah faktor guru.
Peran guru sebagai perancang
sekaligus pelaksana proses
pembelajaran, dituntut tidak hanya
mentransfer ilmu pengetahuan dan
teknologi, namun harus mampu
menanamkan nilai-nilai yang dapat
menumbuhkan sikap juang yang
tinggi. Dengan demikian, peran guru
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan
41
dapat dikatakan sebagai ujung tombak
dalam upaya peningkatan kualitas
layanan dan hasil pendidikan yang
berkualitas. Untuk itu, seorang guru
haruslah memiliki kinerja dan
kompetensi profesional yang tinggi.
Realita yang terjadi pada
guru-guru di SMP Negeri Kecamatan
Medan Kota berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan
ditemukan masih ada 30 persen guru
belum merencanakan pembelajaran
dengan baik, hal ini ditandai para
guru tidak membuat sendiri silabus
dan Rencana Program Pembelajaran
(RPP), tidak memiliki bahan ajar
media yang mendukung dalam proses
pembelajaran. Selain itu, ditemukan
dalam menentukan metode dan
strategi pembelajaran tidak bervariasi,
dalam arti tidak disesuaikan dengan
materi dan kompetensi yang ingin
dicapai. Guru yang membuat
perangkat pembelajaran hanya
sekedar untuk memenuhi kewajiban
administratif tidak dipergunakan
ketika melaksanakan proses
pembelajaran di kelas, sehingga akan
berpengaruh pada kinerja guru.
Berbagai upaya dapat diberikan untuk
membantu guru dalam meningkatkan
kinerjanya, yaitu salah satunya
diantanranya memberikan supervisi
akademik, dimana secara umum
supervisi berfungsi untuk
memelihara, merawat dan
menstimulasi peningkatan kompetensi
dan profesionalitas guru. Pemberian
supervisi akademik oleh kepala
sekolah sangatlah berarti dan
mendukung dalam pencapaian tujuan
yang diharapkan, karena kepala
sekolah merupakan orang yang
langsung memahami dan melihat
kenyataan kemampuan yang dimiliki
oleh guru. Kekurangan atau
kelemahan guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran secara kontinu
dapat diikuti oleh kepala sekolah,
sehingga kepala sekolah dapat
mendiagnosis kelemahan yang
dimiliki oleh guru. Supervisi yang
diberikan kepala sekolah merupakan
salah satu tugas kepala sekolah dalam
membina guru melalui fungsi
pengawasan. Pengawasan yang
dilakukan oleh kepala sekolah pada
intinya yaitu melakukan pembinaan,
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan
42
bimbingan untuk memecahkan
masalah pendidikan termasuk masalah
yang dihadapi guru secara bersama
dan bukan mencari kesalahan guru.
Pemberian supervisi yang terprogram
akan membantu guru ke arah
perbaikan dalam mengajar, sehingga
akan dapat meningkatkan kinerja
guru. Hal ini didukung hasil
penelitian, Samosir (2011) yang
menemukan terdapat hubungan positif
yang signifikan Supervisi Kepala
sekolah dengan Kinerja guru, dengan
koefisien korelasi 0,648. Penelitian,
Frida Nenti (2009) menemukan
supervisi akademik mempunyai
hubungan positif dan berarti dengan
peningkatan kompetensi guru dalam
melaksanakan pembelajaran .
Berdasarkan uraian tersebut,
maka perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui pengaruh Supervisi
Akademik Kepala Sekolah terhadap
kinerja guru Sekolah Menengah
Pertama di kecamatan Medan Kota.
Rumusan Masalah
Sesuai dengan permasalahan yang
dikemukakan maka dirumuskan
masalah sebagai berikut: Apakah
terdapat pengaruh supervisi akademik
kepala sekolah dengan kinerja guru
SMP Negeri di Kecamatan Medan
Kota?
DESKRISI TEORETIK
1. Kinerja Guru
Menurut Gibson, et al (2006)
dikatakan bahwa kinerja adalah
tingkat keberhasilan dalam
melaksanakan tugas dan kemampuan
untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Batasan tersebut
mengandung makna bahwa kinerja
dinyatakan baik dan sukses, jika
tujuan yang diinginkan dapat tercapai
dengan baik. Gibson, Ivancevich dan
Donnelly (1994) mengemukakan
bahwa ada tiga perspektif kinerja
yaitu: (1) kinerja individu, berupa
kontribusi kerja karyawan sesuai
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan
43
status dan perannya dalam organisasi,
(2) kinerja tim (kelompok), berupa
kontribusi yang diberikan oleh
karyawan secara keseluruhan, dan (3)
kinerja organisasi adalah kontribusi
nyata dan kinerja individu dan tim
secara keseluruhan. Selanjutnya
dikatakan kinerja bentuknya berupa
pengukuran terhadap efisiensi dan
efektivitas suatu institusi. Purba
(2008) menyatakan bahwa penekanan
kinerja adalah untuk mendapatkan
hasil yang berorientasi pada
efektifitas dan efisiensi untuk
mencapai suatu tujuan. Lebih lanjut,
Purba (2009) menjelaskan kinerja
adalah sebagai ekspressi potensi
berupa perilaku atau cara seseorang
atau kelompok orang dalam
melaksanakan suatu kegiatan atau
tugas sehingga menghasilkan suatu
produk yang merupakan wujud dari
semua tugas dan tanggungjawab
pekerjaan yang diberikan kepadanya.
Mulyasa (2005)
mengemukakan bahwa guru adalah
pendidik yang menjadi tokoh
panutan dan identifikasi bagi peserta
didik dan lingkungannya. Guru
sebagai pendidik memiliki tugas dan
tanggung jawab yang berat. Guru
harus menyadari bahwa ia harus
mengerjakan tugasnya tersebut
dengan sungguh-sungguh,
bertanggung jawab, ikhlas dan tidak
asal-asalan, sehingga siswa dapat
dengan mudah menerima apa saja
yang disampaikan oleh gurunya. Jika
ini tercapainya maka guru akan
memiiki tingkat kinerja yang tinggi.
Hamalik (2009) menambahkan bahwa
sesungguhnya peranan guru itu
meliputi: (1) guru sebagai pengajar,
(2) guru sebagai pembimbing, (3)
guru sebagai ilmuwan, dan (4) guru
sebagai pribadi. Dengan
memperhatikan kinerja tersebut,
peran guru sangat penting seperti
yang dikemukan oleh Mulyasa (2005)
yaitu: (a) guru sebagai pendidik yang
menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi para peserta didik,
(b) guru sebagai pengajar, (c) guru
sebagai pembimbing, (d) guru sebagai
pelatih, (e) guru sebagai penasehat, (f)
guru sebagai pembaharu atau
inovator, (g) guru sebagai model dan
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan
44
teladan, (h) guru sebagai pribadi yang
memiliki kepribadian dan
mencerminkan seorang pendidik, (i)
guru sebagai peneliti, (j) guru sebagai
pendorong, (k) guru sebagai
pembangkit pandangan, (l) guru
sebagai pekerja rutin, (m) guru
sebagai pemindah kemah, (n) guru
sebagai pembawa cerita, (o) guru
sebagai informan, (p) guru sebagai
emansipator, (q) guru sebagai
evaluator, (r) guru sebagai pengawet,
dan (s) guru sebagai kulminator.
Kinerja guru tidak terlepas
dari tugas guru sebagai pengajar.
Tugas utama guru di sekolah
tentunya adalah melaksanakan
pengajaran kepada siswa. Pengajaran
tersebut menyangkut perencanaan
pengajaran, pelaksanaan, dan
evaluasi hasil pembelajaran. Suwatno
(2008) menyatakan kinerja guru
berkaitan dengan aktivitas dan
perilaku kerjanya dalam mengelola
pembelajaran, yang meliputi
merencanakan pembelajaran,
implementasi pembelajaran, dan
mengevaluasi pembelajaran.
Natawijaya dan Moein (1991)
menyatakan kinerja guru adalah
merupakan perilaku nyata yang
ditunjukkan guru pada waktu dia
memberikan pelajaran kepada
siswanya. Sedangkan, Wibowo
(2007) mengungkapkan pengertian
kinerja guru dalam proses belajar
mengajar adalah kesanggupan atau
kecakapan para guru dalam
menciptakan suasana komunikasi
yang edukatif antara guru dan peserta
didik yang mencakup segi kognitif,
efektif, dan psikomotorik sebagai
upaya mempelajari sesuatu
berdasarkan perencanaan sampai
dengan tahap evaluasi dan tindak
lanjut agar tercapai tujuan pengajaran.
Dengan pemahaman
mengenai konsep kinerja
sebagaimana dikemukakan di atas,
maka akan nampak jelas apa yang
dimaksud dengan kinerja guru pada
dasarnya merupakan kegiatan guru
dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagai seorang
pengajar dan pendidik di sekolah.
Artinya, kinerja guru akan terlihat
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan
45
dari perilaku kerjanya dan hasil dalam
melaksanakan tugas proses belajar
mengajar di sekolah. Apabila guru
mampu melaksanakan serangkaian
proses belajar mengajar dengan baik,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, dan tindak lanjut, maka guru
tersebut dikatakan mampu
melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan tugas dan kewajibannya
Selain kinerja guru di atas
guru juga diberi tugas lain dalam
rangka membantu kepala sekolah
untuk mengatur kelas yaitu sebagai
wali kelas yang tugasnya; (a)
mengelola kelas; (b) mempersiapkan
administrasi kelas seperti denah dan
papan absen siswa, daftar pelajaran
kelas, buku absensi siswa, dan daftar
piket kelas, buku kegiatan
pembelajaran; (c) membuatan statistik
bulanan siswa; (d) mengisi daftar
kumpulan nilai; (e) catatan mutasi
siswa; (f) mengisi buku laporan hasil
belajar siswa; dan (g) pembagian
raport hasil belajar siswa. Disamping
itu kinerja tambahan yang diberikan
kepada guru adalah (a) melaksanakan
musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP), (b) memberikan bimbingan
dan konseling kepada siswa, (c)
mengelola laboratorium dan (e)
melaksanakan piket harian.
Berdasarkan uraian tentang
kinerja yang telah disampaikan dapat
disimpulkan bahwa kinerja guru
adalah unjuk kerja seorang guru untuk
melakukan pekerjaannya sesuai
dengan tanggung jawabnya yaitu
usaha guru untuk melaksanakan tugas
pembelajaran sebaik-baiknya untuk
mencapai tujuan yang diharapkan,
dengan indikator perencanaan
program pengajaran, pelaksanaan
kegiatan pembelajaran, dan evaluasi
hasil pembelajaran.
2. Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Menurut Nawawi (2010)
tujuan supervisi adalah menolong
guru dengan kesadaran sehingga
dapat berkembang dan tumbuh
menjadi guru yang lebih cakap dan
lebih baik dalam menjalankan tugas-
tugasnya. Suhardan (2010)
mengemukakan supervisi pada
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan
46
hakekatnya adalah bantuan dan
layanan, dukungan dan motivasi,
pemberian semangat supaya
kemampuan dan ketrampilan guru
ditampakkan pada waktu
melaksanakan tugasnya.
Arikunto (2004) mengatakan
sasaran supervisi ada 3 macam, yaitu
pembelajaran atau instruksional,
pendukung kelancaran pembelajaran
atau administrasi, dan kelembagaan.
Selanjutnya Suhardan (2010)
mengatakan, ditinjau dari objek yang
disuvervisi dan biasanya dalam
praktek sekarang ada tiga macam
supervisi yaitu: (a). Supervisi
akademik yang menitikberatkan
pengamatan supervisor pada masalah-
masalah akademik, yaitu hal-hal yang
langsung berada dalam lingkungan
kegiatan pembelajaran pada waktu
siswa sedang dalam proses
mempelajari sesuatu; (b) Supervisor
Administrasi yang menitikberatkan
pengamatan supervisior pada aspek-
aspek administrasi yang berfungsi
sebagai pendukung dan pelancar
terlaksananya pembelajaran, (c)
Supervisi Lembaga yang menebarkan
atau menyebarkan objek pengamatan
supervisor pada aspek-aspek yang
berada di seantero sekolah. Jika
supervisi akademik dimaksudkan
untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, maka supervisi
lembaga dimaksudkan untuk
meningkatkan nama baik sekolah atau
kinerja sekolah secara keseluruhan.
Sasaran supervisi akademik
adalah pemberdayaan guru dalam
melaksanakan tanggungjawabnya
sebagai tenaga profesional yang
dimanifestasikan dalam kinerja
membelajarkan peserta didiknya atau
dengan kata lain sasaran utama
supervisi akademik adalah
pemberdayaan akuntabilitas guru
yang direfleksikan dalam
kemampuan. Berdasarkan uraian di
atas, supervisi akademik dapat
dinyatakan sebagai suatu bantuan
terhadap guru-guru, baik secara
individu maupun kelompok dalam
upaya memperbaiki proses belajar
mengajar kearah yang lebih baik,
sehingga dicapai hasil belajar siswa
semakin lebih baik.
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan
47
Suhardan (2010) mengatakan
bantuan profesional digunakan oleh
kepala sekolah untuk merefres
kondisi guru sehingga kembali segar.
Hal ini akan member pengaruh agar
guru mampu mengajar lebih baik,
karena memperoleh bantuan,
dorongan dan motivasi kerja,
terutama memperoleh perhatian atas
masalah yang dihadapinya, sehingga
menumbuhkan kembali rasa percaya
diri. Bantuan profesional yang
diberikan merupakan usaha
menyemangati kembali guru yang
sudah jenuh kepada kondisi yang
lebih baik.
Berdasarkan uaraian di atas,
maka pengertian supervisi akademik
kepala sekolah adalah penilaian guru
terhadap bantuan yang diberikan oleh
kepala sekolah kepada guru dalam
proses belajar mengajar di sekolah,
dengan indikator: penyusunan
program pengajaran, supervisi
pelaksanaan pembelajaran, supervisi
evaluasi hasil belajar.
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis penelitian dirumuskan
yaitu: terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan antara Supervisi
akademik kepala sekolah dengan
kinerja guru
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang
digunakan adalah metode survei
dengan pendekatan Korelasional.
Populasi target pada penelitian ini
adalah guru SMP Negeri di
Kecamatan Medan Kota sebnyak 324
orang guru. Untuk menentukan
jumlah sampel penelitian, ditentukan
dengan menggunakan tabel Kreijcie,
sehingga diperoleh sebanyak 182
orang. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan Proporsional
Random Sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan kuesioner, yaitu
untuk supervisi akademik kepala
sekolah. Butir-butir dalam kuesioner
instrumen penelitian disusun dalam
bentuk pernyataan atau pertanyaan
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan
48
positif ataupun negatif. Sedangkan
untuk variabel Kinerja guru dilakukan
dengan menggunakan lembaran
observasi yang diadopsi dari
Instrumen Penilaian Kinerja Guru
yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan (PMPTK)
Kementerian Pendidikan Nasional
(2008) yang telah dimodifikasi.
dengan metode rating scale yaitu
terdiri dari 4 skor penilaian yaitu skor
1, 2, 3, dan 4. Skor 1 diberikan bila
hanya 1 deskriptor tampak, skor 2 bila
hanya 2 deskriptor tampak, skor 3 bila
hanya 3 deskriptor tampak, dan skor 4
bila seluruh deskriptor tampak.
Jumlah penilai untuk lembaran
observasi menggunakan tiga orang
penilai, yaitu wakil satu kepala
sekolah, pengawas dan guru senior.
. Teknik Analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif
dan analisis inferensial. Analisis
deskriptif digunakan untuk melihat
gambaran tentang data dari masing-
masing variabel penelitian yang
ditunjukkan melalui mean, median,
modus, daftar distribusi frekuensi dan
histogram. Analisis inferensial
digunakan untuk menguji hipotesis
memakai korelasional yang didahului
dengan uji normalitas, dan uji
linieritas.
DESKRIPSI DATA PENELITIAN
Pada Deskripsi data berikut ini
akan disajikan data dari setiap
variabel penelitian, yang meliputi data
variabel Kinerja Guru (Y) dan
Supervisi Akademik Kepala Sekolah
(X).
Tabel. 1. Rangkuman Hasil Perhitungan Deskriptif dari Variabel PenelitianParameter Supervisi Akademik (X) Kinerja Guru (Y)n 182 182
Mean 140.96 51.68
Median 141.00 52.00
Mode 140 54
Std. Deviation 11.979 3.709
Variance 143.507 13.754
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan
49
Range 44 16
Minimum 117 43
Maximum 161 59Untuk dapat mengetahui
tingkat kecenderungan variabel
penelitian, terlebih dahulu dilakukan
perhitungan mencari Mean Ideal (Mi)
dan Standard Deviasi Ideal (SDi).
Berdasarkan hasil perhitungan untuk
variabel Kinerja Guru diperoleh Mi
sebesar 43 dan Sdi sebesar 7,5. Jadi
tingkat kecenderungan Kinerja guru
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Tingkat Kecenderungan Data Kinerja GuruRentangan Frekuensi
AbsolutFrekuensi
Relatif (%)Kategori
> 55 37 20,33 Tinggi43 – 54 145 79,67 Sedang31 – 42 - - Kurang
< 30 - - Rendah
Dari tabel di atas dapat diketahui
bahwa jumlah responden yang
memiliki Kinerja guru dalam kategori
tinggi sebanyak 37 orang (20,33%),
dan kategori sedang sebanyak 145
orang (79,67%). Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa Kinerja
guru SMP Negeri di Kecamatan
Medan Kota berada pada kategori
sedang.
Berdasarkan hasil perhitungan
untuk variabel Supervisi Akademik
Kepala Sekolah diperoleh Mi sebesar
120 dan Sdi sebesar 26,67. Jadi
tingkat kecenderungan Supervisi
Akademik Kepala Sekolah dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Tingkat Kecenderungan Data Supervisi Akademik Kepala SekolahRentangan Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%) Kategori
> 161 20 10,99 Tinggi120 – 160 152 83,52 Sedang80 – 119 10 5,49 Kurang
< 79 - - Rendah
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan
50
Dari tabel di atas dapat diketahui
bahwa jumlah responden yang
merasakan manfaat Supervisi
Akademik Kepala Sekolah yang
masuk kategori tinggi sebanyak 29
orang (10,99%) dan kategori sedang
sebanyak 152 orang (83,52%), dan
katehori kurang sebanyak 10 orang
(5,49%). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pemberian
Supervisi Akademik Kepala Sekolah
di SMP Negeri Kecamatan Medan
Kota berada pada kategori sedang.
PENGUJIAN PERSYARATAN ANALISIS.
Sebelum dilakukan pengujian
hipotesis, maka terlebih dahulu
dilakukan pengujian persyaratan
analisis, yaitu uji normalitas, dan uji
linieritas, yaitu mengetahui hubungan
antara variabel dalam model harus
linier.
Uji Normalitas.
Untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian, maka
dilakukan uji normalitas dengan
menggunakan Uji Kolmogorov-
Simirnov. Rangkuman hasil
perhitungan terlihat pada tabel berikut
ini
Tabel 4. Rangkuman Hasil pengujian Normalitas Kolmogrov-Smirnov
Variabel Dabsolute Dtabel α = 0,05 Kesimpulan
Supervisi Akademik KepalaSekolah (X1)
0,061 0,101 Normal
Kinerja Guru (Y) 0,053 0,101 Normal
Dari tabel terlihat bahwa semua
nilai perhitungan Dabsolute atau Dhitung
dari tiap-tiap variabel penelitian lebih
kecil dari nilai Dtabel pada α = 0,05
sehingga dapat dinyatakan bahwa
semua data dari tiap-tiap variabel
penelitian berbistribusi normal.
Uji Linieritas
Rangkuman hasil perhitungan uji Linieritas dari kelompok variabel
penelitian terlihat pada tabel berikut ini.
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan
51
Tabel 5. Rangkuman Perhitungan Uji Linieritas
Dari tabel terlihat bahwa semua
nilai Fhitung < Ftabel, yaitu 1,152 < 1,47
pada α = 0,05 sehingga dapat
dinyatakan bahwa model atau
persamaan regresi menunjukkan
hubungan yang linier.
Pengujian Hipotesis
Setelah semua persyaratan
terpenuhi maka analisis korelasi dapat
dilakukan. Hipotesis penelitian
menyatakan terdapat pengaruh
yang positip dan signifikan antara
Supervisi Akademik Kepala
Sekolah terhadap Kinerja Guru.
Hasil analisis menunjukkan hubungan
antara variabel tersebut dinyatakan
dengan persamaan regresi Ŷ = 25,37
+ 0,18X. Hal ini berarti bahwa
peningkatan variabel Kinerja Guru
akan meningkatkan variabel Supervisi
Akademik Kepala Sekolah, setiap
kenaikan satu skor Kinerja Guru,
diikuti peningkatan 0,18 skor
Supervisi Akademik Kepala Sekolah,
pada konstanta 25,37.
Bentuk hubungan antara
Supervisi Akademik Kepala Sekolah
dengan Kinerja Guru, ditunjukkan
dengan persamaan regresi Ŷ = 25,37
+ 0,18X yang digambarkan dalam
bentuk model hubungan pada
gambar berikut :
No Model Regresi Fhitung dkFtabel
Kesimpulan = 0,05 = 0,01
1. Y = 25,37 + 0,18X 1,152 37/143 1,47 1,79 Linear
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan
52
Gambar 1 Model Hubungan antara Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X)dengan Kinerja Guru (Y).
Pada gambar terlihat persamaan
regresi merupakan persamaan linear
dengan arah ke atas. Hal ini
menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan dan positif antara Supervisi
Akademik Kepala Sekolah terhadap
Kinerja Guru. Pada gambar terlihat
persamaan regresi memiliki titik
potong dengan sumbu Y pada ordinat
27,17 menunjukkan bahwa setiap
kenaikan satu skor Kinerja Guru,
diikuti peningkatan 0,18 skor
Supervisi Akademik Kepala Sekolah
(X) pada konstanta 25,37.
Tabel 6. ANAVA Uji Signifikasi persamaan regresi Ŷ = 25,37 + 0,18X.
ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.
1 Regression 904.759 1 904.759 102.764 .000a
Residual 1584.758 180 8.804
Total 2489.516 181
a. Predictors: (Constant), Supervisi KAkademik Kepala Sekolah (X)
b. Dependent Variable: Kinerja Guru (Y)Dari tabel terlihat Hasil Uji
signifikansi koefisien arah regresi
sangat signifikan karena nilai Fhitung =
102,76 lebih besar daripada Ftabel=
6,76 pada = 0,01.
Berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh koefisien
korelasi ryx = 0,603. Bila
dibandingkan dengan nilai r tabel
untuk n = 182 pada α = 0,01 sebesar
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan
53
0,146 dan pada α = 0,01 sebesar
0,195. Ini menunjukkan bahwa rhitung
> rtabel atau 0,603 > 0,146.
Untuk mengetahui keberartian dari
koefisien korelasi maka dilakukan
dengan uji t. Hasil uji t diperoleh nilai
thitung sebesar 10,13, jika
dibandingkan kepada nilai ttabel pada
α = 0,01 diperoleh 1,65.Dengan
demikian, nilai thitung > ttabel atau 10,13
> 1,65 sehingga koefisien korelasi
berarti.
Dengan demikian, terdapat
pengaruh yang signifikan antara
Supervisi Akademik Kepala Sekolah
(X) terhadap Kinerja Guru (Y), teruji
kebenarannya. Besar sumbangan dari
variabel Supervisi Akademik Kepala
Sekolah (X) terhadap variabel Kinerja
Guru (Y) ditunjukkan dari besar
koefisien determinasinya. Besar
Koefisien determinasinya dapat
dihitung rYX2 = (0,603)2 x 100 % =
36,36 %. Hal ini berarti bahwa
36,36% variasi Kinerja Guru (Y)
dapat dijelaskan oleh variasi
Supervisi Akademik Kepala Sekolah
(X). Sedangkan, sisanya 63,647%
ditentukan oleh variabel lain.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan Supervisi
Akademik Kepala Sekolah terhadap
Kinerja Guru SMP Negeri di
Kecamatan Medan Kota dengan
keeratan hubungan sebesar 0,603..
Besar sumbangan variabel Supervisi
Akademik Kepala Sekolah terhadap
Kinerja guru sebesar 36,36%.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan
Implikasi penelitian, maka diajukan
rekomendasi:
1. Bagi Dinas pendidikan sebagai
informasi untuk dapat
menentukan kebijakan dalam
rangka peningkatan kinerja guru
dengan cara memperhatikan
kesejahteraan melaui peningkatan
penghasilan, peningkatan karier
dan memberikan rasa adil
terhadap sesama guru.
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan
54
2. Bagi Kepala Sekolah agar dapat
meningkatkan Supervisi
Akademik kepada guru yang
mendukung dalam pelaksanakan
tugas, memberikan pengarahan
dalam penyusunan RPP,
mendengar keluhan yang dialami
guru, baik dalam proses
pembelajaran maupun
peningkatan kepangkatanr
sehingga dapat meningkatkan
kinerjanya.
3. Bagi Guru hendaknya dapat
meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan, dengan cara
mengikuti seminat, penataran
bidang studi maupun aktif
mengikuti kegiatan ikatan profesi
sehingga cakrawala atau wawasan
terhadap materi pembelajaran
semakin kinerjannya meningkat.
4. Peneliti lain yaitu supaya dapat
menjadi bahan pertimbangan
untuk penelitian yang relevan dan
melakukan penelitian yang
berkaitan dengan kinerja dengan
meneliti variabel lain di luar
variaber yang telah diteliti.
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan
55
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi 2004. EvaluasiProgram PendidikanPedoman Teoritis PraktisBagi Praktisi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.
Gibson, James L., et al. 2006.Organizations: Behavior,Structure, Processes. NewYork: McGraw-Hill.
Gibson, James l, Jhon M. Ivancevich,and James H Donnelly, Jr.1994 Organisasi: Perilaku,Struktur, dan proses.Terjemahan Agus Dharma.Jakarta: Erlangga.
Hamalik, Oemar. 2009. ProsesBelajar Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara
Mulyasa, E. 2005. StandarKompetensi dan sertifikasiGuru. Bandung: RemajaRosdaKary
Natawidjaja, Rahman dan H.A.Moein. 1991. PsikologiPendidikan. DepdikbudDirektorat Jenderal PerguruanTinggi.
Nawawi, M. 2010.”Hubungan AntaraPemberian SupervisiPembelajaran Oleh KepalaSekolah dan Motivasi KerjaDengan Kinerja Guru”.Medan, PPS. UNIMED
Nenti, Frida. 2009. “HubunganAntara PelaksanaanSupervisi Manajerial danSupervisi Akademik OlehPengawas sekolah DenganKompetensi Guru DalamMerencanakan PembelajaranDi SMP Negeri KabupatenAceh Tamiang”. Tesis.Program Pasca SarjanaUniversitas Negeri Medan
Penilaian Kinerja Guru.DirektoratTenaga Kependidikan (2008)
Purba, Sukarman, 2008. “PengaruhBudaya Organisasi, ModalIntelektual, dan PerilakuInovatif terhadap KinerjaPimpinan Jurusan diUniversitas Negeri Medan”,Sinopsis Disertasi. Jakarta:Program PascasarjanaUniversitas Negeri Jakarta.
__________, 2009. KinerjaPimpinan Jurusan diPerguruan Tinggi.Yogjakarta: LaksBangPressindo.
Samosir, Piter. 2011. “HubunganSupervisi Kepala Sekolah danMotivasi Kerja denganKinerja Guru di SMP SeKecamatan Medang DerasKabupaten Batubara”. Tesis,
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Medan
56
Medan Program PascasarjanaUniversitas Negeri Medan,
Sugiyono. 2009. Metode PenelitianPendidikan. Bandung :Alfabeta.
Suhardan, Dadang. 2010. SupervisiProfesional: layanan dalammeningkatkan mutu
pembelajaran di era otonomidaerah. Bandung : Alfabeta.
Tilaar, H.A.R, 1992, Kekuasaan danPendidikan, Maselary. Indonesiatera.
Wibowo, 2007. Manajemen Kinerja.Raja Grafindo Persada:Jakarta.
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
57
PENDANAAN PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATECONSTANT DOLLAR
(Studi Kasus Pada PT. Wooil Indonesia)
Devni Prima Sari dan Sudianto Manullang
Abstrak
Program dana pensiun merupakan salah satu faktor pendorong peningkatanproduktivitas angkatan kerja. Program pensiun dalam hal ini berperan pentingdalam memberikan kepastian tentang kesejahteraan hidup pribadi para pesertanyaselama masa pensiun. Agar keinginan angkatan kerja tercapai maka dibentuklahsuatu program pensiun. Pada penelitian ini akan dikonstruksi suatu programpensiun manfaat pasti dengan menggunakan metode Benefit Prorate ConstantDollar. Hasil penelitian berupa perhitungan iuran normal pertahun untuk masing-masing peserta selama aktif bekerja. Perhitungan program dana pensiunmenunjukkan bahwa usia masuk kerja dan usia masuk program dana pensiunmempengaruhi manfaat dan iuran pensiun.Kata kunci: Pensiun, manfaat pasti, Benefit Prorate, Constant Dollar.
PENDAHULUAN
Pembangunan jangka panjang
menimbulkan dampak terjadinya
pergeseran dalam pola pekerjaan
masyarakat. Dalam konteks ini
kelompok pekerja agraris yang
tadinya mendominasi sebagian
besar masyarakat menjadi
berkurang. Tumbuhnya kota-kota
yang berciri masyarakat industri
telah menyebabkan meningkatnya
masyarakat pekerja di bidang ini.
Sejalan dengan
meningkatnya masyarakat yang
memiliki pekerjaan sebagai pegawai
perusahaan, timbul suatu kesadaran
bahwa hidup mereka ini sangat
bergantung pada perusahaan tempat
dimana mereka bekerja. Pada saat-
saat mereka masih aktif,
penghasilan bukanlah menjadi
persoalan. Namun demikian, jika
suatu saat pegawai tersebut tidak
dapat lagi bekerja pada
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
58
perusahaan karena sesuatu hal,
misalnya karena kecelakaan kerja
atau usia lanjut, maka kontinuitas
kehidupan mereka akan terganggu.
Persoalan ini apabila dilihat secara
sepintas mungkin adalah persoalan
yang sepele, tetapi jika dilihat dari
skala yang lebih luas bisa menjadi
persoalan yang cukup serius.
Misalnya persoalan hari tua (usia
lanjut) atau berhenti bekerja
sewaktu-waktu secara langsung atau
tidak, pasti ada dibenak mereka. Hal
ini mungkin bisa berpengaruh kepada
konsentrasi kerja pegawai dan
bukan tidak mungkin jika akhirnya
berpengaruh pada tingkat
produktivitas pegawai.
Antara perusahaan dengan
pegawai sebenarnya merupakan
bagian integral yang saling
membutuhkan. Diantara keduanya
bisa dikombinasikan suatu kerja
sama yang saling mutualis. Di satu
pihak pegawai memerlukan
ketenangan kerja dan jaminan-
jaminan untuk mereka, dan dilain
pihak perusahaan membutuhkan
tenaga mereka untuk mencapai
tujuan perusahaan tersebut. Antara
dua kehendak inilah yang seharusnya
dipadukan.
Berkenaan dengan hal itu,
perusahaan nampaknya menyadari
bahwa upaya pemeliharaan
kesinambungan penghasilan pada
hari tua perlu mendapat perhatian
dan penanganan yang sangat serius.
Dalam rangka inilah perlunya
pembentukan Dana Pensiun yang
diharapan dapat menunjang upaya-
upaya memenuhi kebutuhan ini. Dana
pensiun sendiri diselenggarakan
dalam suatu program yang disebut
program dana pensiun. Program dana
pensiun terbagi atas program pensiun
iuran pasti dan program pensiun
manfaat pasti.
Berdasarkan ulasan dan
permasalahan di atas, penulis
terdorong untuk membahas
bagaimana teknik perhitungan Dana
Pensiun manfaat pasti menggunakan
metode benefit prorate constant
dollar dan benefit prorate constant
percent pada awal pendirian program
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
59
Dana Pensiun. Obyek dari penelitian
ini sendiri adalah data pegawai dari
salah satu perusahaan manufaktur
asing di Indonesia, yaitu PT. Wooil
Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA1. Dana Pensiun
Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
1992, Dana Pensiun adalah badan
hukum yang mengelola dan
menjalankan program yang
menjanjikan manfaat pensiun. Pada
Program Pensiun Manfaat Pasti
(PPMP)/ Defined Benefit, besar
manfaat pensiun ditentukan
berdasarkan rumus tertentu yang telah
ditetapkan di awal. Rumus tersebut
biasanya dikaitkan dengan masa kerja
dan besar penghasilan. Rumus
manfaat pensiun tersebut sudah
ditetapkan dalam Peraturan Dana
Pensiun, sedangkan besar iuran
pensiun ditetapkan berdasarkan
perhitungan aktuaria, kecuali iuran
peserta yang ditetapkan dalam
Peraturan Dana Pensiun. Dengan kata
lain, pada PPMP besar iuran adalah
perkiraan kebutuhan dana yang harus
disisihkan sekarang untuk
merealisasikan pembayaran manfaat
pensiun.
2. Asumsi AktuariaDalam laporan valuasi
tahunan mengenai kecukupan dana
aktuaris akan melaporkan mengenai
angka:
1. Besar kewajiban aktuaria atau
kewajiban masa kerja lalu,
2. Besar biaya normal atau kewajiban
masa kerja akan datang,
Dua angka perhitungan tersebut
penting untuk menentukan kebijakan
dan rencana kerja Dana Pensiun yang
akan datang, khususnya bila terjadi
defisit dan kenaikkan biaya normal.
Winklevoss (1993)
memperkenalkan beberapa asumsi
aktuaria yang akan digunakan dalam
perhitungan biaya pensiun, yaitu:
1. Asumsi Penyusutan Populasi
Anggota (Decrement Assumption),
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
60
2. Asumsi Mengenai Tingkat
Kenaikan Penghasilan (Salary
Assumption),
3. Asumsi Tingkat Suku Bunga.
3. Fungsi-fungsi dasar aktuaria.
Di bawah ini akan dibahas
beberapa fungsi dasar aktuaria yang
digunakan dalam pembentukan
rumusan sehubungan dengan
penentuan dan pensiun.
a. Survival function.
Menurut Dick London (1997),
survival function adalah suatu fungsi
berkenaan dengan suatu distribusi
peluang untuk suatu jenis peubah
acak tertentu. Dalam lapangan
disiplin ilmu aktuaria, peubah acak ,
biasa dituliskan sebagai ( ),biasanya dinamakan future life time
dari orang berusia . Menurut Bowers
(1997), fungsi distribusi dari ( ),dimana ( ) = − , dan
merupakan peubah acak yang
menyatakan usia pada saat meninggal
(X berdistribusi kontinu), dinyatakan
dengan t xT xF x q , didefinisikan
sebagai berikut:
Pr ; 0.t xT xF x q T x t t (2.1)
yang menyatakan peluang bahwa
orang yang berusia , biasanya cukup
dituliskan dengan ( ), akan
meninggal dalam tahun. Sedangkan
survival function untuk ( ),dinyatakan dengan t xp , didefinisikan
sebagai berikut:
Pr 1 ; 0.t x t xp T x t q t (2.2)
yang berarti peluang bahwa ( ) akan mencapai usia + .
Dalam praktek, survival
function biasanya dikaitkan dengan
life table yang sering juga dinamakan
mortality table (tabel mortalitas). Life
table yang telah dipublikasikan
biasanya berisikan tabulasi
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
61
berdasarkan usia-usia individu dari
fungsi-fungsi dasar , , , dan
mungkin juga berisikan fungsi-fungsi
turunannya.
menyatakan banyaknya ( ) yang
hidup mencapai usia + 1;menyatakan banyaknya ( ) yang
meninggal sebelum mencapai usia+ 1.= − (2.3)
menyatakan peluang bahwa ( ) akan meninggal antara usia dan + 1,= = −(2.4)
menyatakan peluang bahwa ( ) akan hidup mencapai usia + 1,= 1 − =(2.5)
Composite Survival Function adalah
fungsi yang menggambarkan peluang
seorang pegawai akan tetap bekerja
selama masa kerja aktif, sampai
waktu yang diperbolehkan untuk
pensiun (Winklevoss, 1993). Peluang
akan tetap bekerja selama satu tahun
dalam kasus penyebab tunggal sama
dengan komplemen dari tingkat
penyebab, sedangkan peluang akan
tetap bekerja selama satu tahun dalam
kasus banyak penyebab (multiple
decrement) sama dengan perkalian
komplemen-komplemen tersebut
untuk setiap tingkat penyebab yang
dapat digunakan, dapat dirumuskan
sebagai berikut:
( ) = 1 − ′( ) . 1 − ′( ) .1 − ′( ) . 1 − ′( )(2.6)
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
62
dimana,( )= tingkat kematian / mortality( )= tingkat kecacatan / disability( )= tingkat pengunduran diri / termination( )= tingkat pensiun dini / retirementSehubungan dengan kedua
persamaan ini, maka peluang seorangpegawai akan tetap bekerja selama
masa aktif sepanjang n tahun sama dengan perkalian peluang composite survival selama satu tahun berturut-turut, yang perumusannya dinyatakan sebagai : ( ) = ∏ ( )(2.7)
Dalam program pensiun,
penurunan populasi peserta perlu
dibedakan antara peserta yang masih
aktif dan peserta yang sudah tidak
aktif bekerja. Penurunan populasi
peserta yang masih aktif dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor
seperti kematian, cacat, pengunduran
diri dari pekerjaan yang dipercepat
dan pengunduran diri karena pensiun.
Sistim penurunan ini dinamakan
sistim penurunan ganda (multiple
decrement).
Bagi peserta yang sudah tidak
aktif, penurunan populasi hanya
diakibatkan oleh satu faktor saja yaitu
kematian. Sistem penurunan seperti
ini dinamakan sistim penurunan
tunggal (single decrement).
b. Fungsi bunga (interest function).
Menurut Kellison (1991),
“bunga (interest) dapat diartikan
sebagai kompensasi atas penggunaan
sejumlah uang. Konsep bunga timbul
sebagai akibat adanya nilai waktu dari
uang (time value of money)”.
Winklevoss (1993)
menyatakan bahwa dalam pendanaan
pensiun, fungsi bunga digunakan
untuk mendiskontokan suatu
pembayaran yang akan datang ke
waktu sekarang. Jika tingkat bunga
pada tahun t dinotasikan dengan x
maka nilai sekarang dari pembayaran
sebesar 1 yang akan jatuh tempo n
tahun adalah
1 2
1
1 1 ... 1 ni i i dan jika
1 2 ... ni i i i , diperoleh
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
63
1
1n
i
(2.8)
c. Fungsi gaji (salary function).
Menurut Winklevoss (1993),
jika suatu pensiun plan mempunyai
benefit yang berkaitan dengan gaji
pegawai, maka diperlukan perumusan
notasi gaji dan prosedur untuk
mengestimasi gaji dimasa mendatang.
Gaji kumulatif dari seorang yang
berusia y (pertama masuk anggota
pensiun) sampai dengan usia x-1
dinotasikan dengan , dirumuskan
sebagai berikut :
= ∑ (2.9)
Jika diasumsikan bahwa besarnya
kenaikan gaji adalah % pertahun,
maka untuk mengestimasi gaji
pegawai di usia x didasarkan pada
gaji pegawai pada usia y, digunakan
rumus sebagai berikut:
= (1 + )( ) (2.10) dimana,
= gaji sekarang untuk usia x= gaji dahulu untuk usia y
i = tingkat bunga
d. Fungsi manfaat (benefit
function)
Fungsi manfaat digunakan
untuk menentukan besar manfaat
pensiun yang akan diterima oleh
peserta program pensiun ketika tiba
saatnya pensiun. Misalnyaxb
merupakan besar manfaat yang akan
diterima peserta berusia x tahun jika
tetap bekerja selama satu tahun yang
akan datang. Besar manfaat ini
disebut sebagai Fungsi Satuan
Manfaat (Benefit Accrual Function).
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
64
1x
x tt y
B b
adalah Fungsi Manfaat
Terhimpun (Accrual Benefit
Function), yaitu jumlah manfaat
pensiun yang diberikan kepada
peserta program yang telah bekerja
mulai usia masuk kerja y tahun
sampai dengan usia x-1 tahun
(Winklevoss, 1993).
Pada penelitian ini
formula/rumus dari manfaat pensiun
yang digunakan adalah rata-rata karir
(Career Average). Formula manfaat
rata-rata karir untuk fungsi satuan
manfaat pensiun pada usia x tahun
adalah
= (2.11)
Sedangkan formula manfaat rata-rata karir fungsi terhimpun adalah= (2.12)
Dengan k adalah persentase yang
ditetapkan, jadi bx merupakan
persentase dari gaji tiap tahun masa
kerja.
e. Fungsi anuitas (annuity
function).
Menurut Stephen G. Kellison
(1991), anuitas adalah serangkaian
pembayaran yang dilakukan pada
interval waktu yang sama. Adapun
pembayarannya bisa dilakukan pada
awal tahun xa atau akhir tahun
xa , tergantung atas lamanya
pembayaran berlangsung, sehingga
diperoleh hubungan sebagai berikut
1x xa a (2.13)
Secara matematika, anuitas jiwa dapatdipandang sebagai perpaduan dari
fungsi survival mt xp dan fungsi
bunga tv yang perumusannya
dinyatakan sebagai :
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
65
1
m tx t x
t
a p v(2.14)
Apabila pembayaran dilakukan di
awal masing-masing periode
sebanyak m kali dalam setahun
dengan jumlah pembayaran sebesar 1,
maka rumusnya adalah
1
2m
x x
ma a
m
(2.15)
Nilai anuitas jiwa tidak hanya
didasarkan pada fungsi survival dan
fungsi bunga, tetapi dapat juga
berlandaskan pada mortalitas.
Meskipun demikian sebagai
gambaran singkat akan disajikan
model nilai anuitas jiwa yang
didasarkan pada Tabel Group Annuity
Mortality (GAM) 1971.
METODOLOGIMetode yang digunakan dalam
penyusunan laporan ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengkaji literatur dalam bentuk
buku tentang teori pendanaan
pensiun dan beberapa peraturan
perundangan yang berlaku
kemudian menganalisa metode-
metode yang digunakan yang
diikuti dengan pengambilan data.
2. Pengambilan data pegawai PT.
WOOIL INDONESIA sebanyak
100 (peserta/ pegawai). Data
pegawai meliputi data gaji pokok,
tanggal lahir, dan tanggal mulai
kerja. Kemudian data tersebut
diolah dengan menggunakan
metode benefit prorate constant
dollar dan benefit prorate
constant percent dengan bantuan
software Microsoft Excel.
3. Setelah pengolahan data dengan
menggunakan metode benefit
prorate constant dollar dan
benefit prorate constant percent,
penulis dapat menentukan
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
66
besarnya manfaat/benefit dari
program pensiun yang akan
diterima seorang peserta/pegawai
pada saat pensiun, besarnya
iuran/kewajiban yang harus
dikeluarkan oleh peserta/pegawai
pada masing-masing tahun
kepesertaan dan besarnya iuran
tambahan yang ditanggung oleh
perusahaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN1. Proses Perancangan Program
Pensiun.
Dalam pembentukan suatu
program pensiun, langkah awal yang
harus dilakukan adalah menentukan
peraturan dasar program pensiun. Ada
tiga hal pokok yang perlu
diperhatikan dalam perancangan
program pensiun, yaitu:
a. Pengaturan mengenai persyaratan
keabsahan peserta;
b. Pengaturan mengenai persyaratan
untuk mendapatkan manfaat
pensiun
c. Pengaturan mengenai besamya
manfaat pensiun yang akan
dibayarkan.
Keputusan pertama yang harus
dilakukan oleh pemberi kerja dalam
kaitannya dengan rencana
penyelenggaraan program pensiun
bagi pegawainya adalah memilih
kelompok pegawai yang akan diinput
dalam program pensiun. Persyaratan
ini biasanya dikaitkan dengan usia
minimum dan usia maksimum peserta
pada saat masuk program pensiun.
Selain itu, persyaratan juga biasanya
dikaitkan dengan masa kerja
minimum.
Persyaratan kepesertaan yang
menjadi dasar dalam valuasi aktuaria
program pensiun yang akan dibahas
dalam penelitian ini, adalah sebagai
berikut:
a. Persyaratan kepesertaan pada saat
program pensiun dimulai:
Usia minimum peserta 18 tahun;
Usia maksimum peserta tidak
ditentukan
b. Setelah program pensiun berjalan,
persyaratan untuk peserta baru:
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
67
Usia minimum peserta 18 tahun;
Usia maksimum peserta 40 tahun.
Persyaratan untuk
mendapatkan manfaat pensiun
bergantung pada jenis manfaat
pensiun yang diberikan. Dalam
penelitian ini ditetapkan manfaat
pensiun yang diberikan kepada
pegawai, yaitu manfaat pensiun
normal. Manfaat pensiun normal
diberikan kepada pegawai yang
mencapai usia 56 tahun.
Besarnya manfaat pensiun
normal adalah 5 % dari gaji terakhir
pegawai sebelum pensiun, untuk
setiap tahun masa kerja yang telah
dilalui, dengan ketentuan minimum
40% dari gaji terakhir dan maksimum
75% dari gaji terakhir.
Dalam penelitian ini
diasumsikan bahwa sistim penurunan
tunggal yang disebabkan oleh faktor
kematian, didasarkan pada tabel
Group Annuity Life Table (Male)
1971 (GAM 1971), dan sistim
penurunan tunggal yang disebabkan
oleh faktor pengunduran diri dari
pekerjaan yang dipercepat, cacat dan
pensiun didasarkan pada tabel
pengalaman PT.Taspen (Persero)
tahun1972-1973.
Tabel 4.1 berikut ini memuat
tingkat penurunan (rate of decrement)
berdasarkan sistim penurunan
tunggal,dimana:
' mxq menyatakan rate of decrement
yang disebabkan oleh faktor
kematian,
' txq menyatakan rate of decrement
yang disebabkan oleh faktor
pengunduran diri dari pekerjaan yang
dipercepat.
' dxq menyatakan rate of decrement
yang disebabkan oleh faktor
pengunduran diri dari pekerjaan
karena cacat,dan
' rxq menyatakan rate of decrement
yang disebabkan oleh faktor
pengunduran diri dari pekerjaan
karena pensiun.
Tabel 4.1 Rate of Decrement
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
68
X ' mxq ' t
xq ' dxq ' r
xq18 0,000471 0,000300 0,000200 -19 0,000486 0,000340 0,000400 -20 0,000503 0,000380 0,000500 -21 0,000522 0,000420 0,000700 -22 0,000544 0,000460 0,000800 -23 0,000566 0,000500 0,000800 -24 0,000591 0,000540 0,000899 -25 0,000619 0,000540 0,000999 -26 0,000650 0,000540 0,000999 -27 0,000684 0,000530 0,001099 -28 0,000722 0,000530 0,001099 -29 0,000763 0,000530 0,001099 -30 0,000809 0,000509 0,001199 -31 0,000860 0,000489 0,001199 -32 0,000916 0,000470 0,001199 -33 0,000978 0,000450 0,001199 -34 0,001046 0,000430 0,001199 -35 0,001122 0,000410 0,001299 -36 0,001204 0,000389 0,001399 -37 0,001295 0,000359 0,001499 -38 0,001397 0,000340 0,001499 -39 0,001509 0,000320 0,001299 -40 0,001633 0,000310 0,001199 -41 0,001789 0,000300 0,000999 -42 0,002000 0,000280 0,000999 -43 0,002260 0,000270 0,000999 -44 0,002569 0,000260 0,000799 -45 0,002922 0,000260 0,000899 -46 0,003318 0,000269 0,000799 -47 0,003754 0,000269 0,000798 -48 0,004228 0,000279 0,000798 -49 0,004740 0,000279 0,000798 -50 0,005285 0,000305 0,000690 0,02342651 0,005867 0,000334 - 0,03140252 0,006480 0,000371 - 0,03936553 0,007127 0,000399 - 0,04542854 0,007806 0,000426 - 0,05477355 0,008519 - - 0,06783456 0,009262 - - 1,000000
Dalam penelitian ini diasumsikan
bahwa multiple decrement didasarkan
pada keempat rate of decrement di
atas. Peluang ( ) akan meninggal
sebelum mencapai usia + 1 adalah:
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
69
1
( )
0
mmx s x x sq p ds
(4.1)
Dalam hal ini, diasumsikan bahwa ' js xq adalah fungsi linier dari , untuk
0 ≤ ≤ 1, sehingga diperoleh:
1 '' ' ' '
'0
m
m m t d r xx s x s x s x s x m
s x
qq p p p p ds
p
jadi,
' ' ' '
' ' ' ' ' '
' ' '
11
2
1
31
4
m mx x x x x
x x
t d r
t d t r d rx x x x
x xd
xt r
q q q q q
q q q q q q
q q q (4.2)
Dengan cara yang sama dapat
diperoleh rumus peluang untuk
peserta yang keluar dari pekerjaan
yang dipercepat, cacat dan pensiun.
Multiple decrement table yang
dihitung berdasarkan perumusan di
atas dapat dilihat dalam tabel 4.2
dibawah ini.
Tabel 4.2 Multiple Decrement Table
x mxq t
xq dxq r
xq18 0,000471 0,000300 0,000200 -19 0,000486 0,000340 0,000400 -20 0,000503 0,000380 0,000500 -21 0,000522 0,000420 0,000700 -22 0,000544 0,000460 0,000800 -23 0,000566 0,000500 0,000800 -24 0,000591 0,000540 0,000898 -25 0,000619 0,000540 0,000998 -26 0,000649 0,000540 0,000998 -27 0,000683 0,000530 0,001098 -28 0,000721 0,000530 0,001098 -29 0,000762 0,000530 0,001098 -30 0,000808 0,000508 0,001198 -31 0,000859 0,000488 0,001198 -32 0,000915 0,000470 0,001198 -
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
70
33 0,000977 0,000450 0,001198 -34 0,001045 0,000430 0,001198 -35 0,001121 0,000410 0,001298 -36 0,001203 0,000388 0,001398 -37 0,001294 0,000358 0,001498 -38 0,001396 0,000340 0,001498 -39 0,001508 0,000320 0,001298 -40 0,001632 0,000310 0,001198 -41 0,001788 0,000300 0,000998 -42 0,001999 0,000280 0,000998 -43 0,002259 0,000270 0,000998 -44 0,002568 0,000260 0,000798 -45 0,002920 0,000260 0,000898 -46 0,003316 0,000268 0,000798 -47 0,003752 0,000268 0,000796 -48 0,004226 0,000278 0,000796 -49 0,004737 0,000278 0,000796 -50 0,005221 0,000301 0,000680 0,02335251 0,005774 0,000328 - 0,03130552 0,006351 0,000363 - 0,03923053 0,006964 0,000389 - 0,04525754 0,007591 0,000413 - 0,05454855 0,008230 - - 0,06754556 0,004631 - - 0,995369
Tingkat bunga i yang
digunakan dalam valuasi aktuaria
untuk pendanaan program pensiun
diasumsikan sama untuk setiap tahun,
yang besarnya sesuai dengan tingkat
bunga maksimum yang
diperkenankan menurut peraturan
yaitu sebesar 9% pertahun, sehingga
faktor diskonto v menjadi:
= 1
1,09.
Diasumsikan bahwa kenaikan
gaji pegawai hanya dipengaruhi oleh
peningkatan usia dan masa kerja
pegawai. Dalam hal ini ditetapkan
bahwa gaji pegawai akan meningkat
sebesar 10% pertahun, sehingga:
= (1,1)( ).
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
71
Data yang digunakan dalam
pembahasan penelitian ini adalah data
pegawai PT. Wooil Indonesia yang
menggambarkan kondisi pegawai
yang sudah dikelompokkan
berdasarkan usia dan masa kerja.
Secara garis besar, kondisi data
peserta pada awal valuasi adalah
sebagai berikut:
Jumlah pegawai : 100 orang
Rata-rata gaji setahun :Rp.
16.803.010,56
Rata-rata usia : 42 tahun
Rata-rata masa kerja : 18 tahun
2. Perhitungan anuitas
Misalkan akan dibentuk suatu
program dana pensiun di PT. Wooil
Indonesia, dana pensiun ini
merupakan dana pensiun pemberi
kerja yang menyelenggarakan
program pensiun manfaat pasti. Pada
sistem ini tanggungjawab pemberi
kerja adalah menyelenggarakan dan
menyediakan dana yang cukup untuk
memenuhi kewajiban yang telah
dijanjikan kepada pekerjanya yaitu
memberikan manfaat pensiun pada
saat memasuki usia pensiun dengan
yang telah dijanjikan.
Dana pensiun ini adalah dana
pensiun yang sistem iurannya adalah
contributory adapun contributory
system adalah sistem dana pensiun
yang iurannya ditanggung bersama-
sama antara pemberi kerja dan
karyawan (peserta). Pegawai Tetap di
PT. Wooil Indonesia berjumlah 100
orang. Data ini terdiri dari: nomor
peserta, tanggal lahir, tanggal
diangkat, tanggal pensiun, usia saat
diangkat ( ), usia saat ini ( ), masa
kerja sampai dengan saat ini, masa
kerja sampai dengan pensiun, sisa
masa kerja sampai dengan pensiun,
PhDP saat ini perbulan dan PhDP saat
ini pertahun. Dalam hal ini, istilah
“saat ini” di asumsikan pada tanggal 1
Januari 2013, karena dana pensiun ini
akan dimulai pada tanggal 1 Januari
2013.
Dari Tabel Group Annuity
Mortality (GAM) 1971 ini, kita dapat
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
72
menghitung nilai 56a dengan menggunakan persamaan (2.14) yaitu
56 56
1
1 .m tt
t
a p v
Sehingga diperoleh 56 9,46524.a
Selanjutnya dengan menggunakan persamaan (2.15) yaitu
1,
2m
x x
ma a
m
diperoleh
56
12 19,46524 9,00691.
24ma
Kewajiban
aktuaria (actuarial liability).
Kewajiban adalah nilai tunai dari manfaat pensiun yang terhimpun saatini yang akan dibayarkan pada saat peserta mencapai usia pensiun rtahun (Winklevoss, 1993). Kewajiban aktuaria untuk peserta berusia xyang mulai bekerja saat usia masuk y tahun didefinisikan sebagai
berikut: ( )r T r xx r x x rxAL B P v a
(4.3)
Rumus di atas dapat diartikan
bahwa pada saat sekarang telah
terkumpul manfaat sebesarxB yang
akan diberikan pada saat pensiun
asalkan dia tetap bekerja sampai
mencapai usia pensiun r tahun yang
nilai tunainya pada usia x sebesar
r
xAL . Dengan kata lain kewajiban
aktuaria merupakan dana yang harus
tersedia saat ini untuk membayar
manfaat pensiun xB kepada peserta
yang berusia x.
Nilai tunai manfaat yang akan
datang didefinisikan sebagai nilai
tunai dari total manfaat pensiun yang
diproyeksikan dan dinotasikan dengan
PVFB. Manfaat pensiun yang akan
datang merupakan jumlah manfaat
yang terkumpul sekarang ditambah
dengan manfaat yang akan terkumpul
selama masa kerja pegawai yang akan
datang yang dapat dicapainya. Secara
teoritis, jika program mempunyai
aset/kekayaan yang dapat memenuhi
kewajiban PVFB, maka akan tersedia
cukup dana untuk melunasi semua
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
73
manfaat yang terhimpun sekarang dan
yang terhimpun pada saat yang akan
datang pada peserta program yang
masih menjadi anggota dana pensiun,
dengan syarat semua asumsi aktuaria
sesuai dengan kenyataan.
Nilai PVFB untuk peserta
berusia x tahun dan akan pensiun
pada r tahun didefenisikan sebagai
berikut.
r T r xr r x x rx
PVFB B p v a (2.73)
dengan
rB : besar manfaat pensiun yang diterima pada saat pensiun T
r x xp : probabilitas pegawai berusia x akan tetap bekerja sampai usia r tahun.r xv : diskonto tingkat bunga dari usia x sampai usia pensiun r
ra : nilai tunai anuitas seumur hidup yang pembayarannya mulai usia r tahun
Definisi dari kewajiban aktuaria secara umum adalah sebagai berikut,
,r rx xAL k PVFBPenentuan biaya kewajiban aktuaria
dengan metode benefit prorate
constant dollar, didasarkan pada
porsi dari nilai sekarang dari proyeksi
total manfaat pensiun peserta. Dimana
porsi tersebut adalah rasio antara
lamanya masa kerja pada usia x
(yaitu, x - y) dengan lamanya masa
kerja yang diperkirakan sampai usia
pensiun normal (yaitu, r – y), dan
dapat dituliskan dalam persamaan
berikut.
( )BD r T r xr r x x rx x yAL B p v ar y
(4.4)
3. Biaya Normal (Normal Cost)
Menurut Winklevoss (1993), biaya normal dihitung berdasarkan besaran
manfaat pensiun yang sudah ditetapkan. Biaya normal didefenisikan sebagai :
( )r T r xx r x x rx
NC b p v a untuk y x r
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
74
Dengan demikian biaya normal dapat
dinyatakan sebagai biaya yang
dibutuhkan untuk mendapatkan
satuan manfaat pada tahun yang
sama. Biaya normal yang dibayarkan
dari usia masuk kerja y tahun sampai
usia pensiun r tahun dirancang untuk
memenuhi
r r
y yPVFB PVFNC
dengan
1
( )r
r r T t yt y yy t
t y
PVFNC NC p v
Biaya normal dengan metode benefit
prorate constant dollar merupakan
metode yang menentukan besar
manfaat pensiunrB konstan selama
masa kerja pegawai. Biaya normal
menurut versi benefit prorate
constant dollar adalah
BD
BD
r T r xrr x x rx
rr x
x
BNC p v a
r y
PVFBNC
r y
(4.5)4. Perhitungan untuk pensiun normal peserta ke-24
Untuk mempermudah
pemahaman, berikut ini disajikan
contoh perhitungan dengan
mengambil salah satu peserta
sesuai data yang ada. Misalnya
peserta ke-24 dengan NIK 2346,
mulai diangkat sebagai karyawan
PT.Wooil Indonesia sejak tahun
1992 saat berusia 20 tahun,
sehingga pada saat perhitungan
tanggal 1 Januari 2012 berusia 41
tahun dengan masa kerja 21
tahun, yang berarti 15 tahun lagi
pensiun. Pada saat data diambil
yaitu tahun 2012 gaji perbulan
Peserta ke-24 adalah
Rp.1,877,000 maka gajinya
Rp.22,524,000 pertahun.
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
75
Berdasarkan gaji pokok pada
tahun 2012 tersebut, kita dapat
menghitung gaji pokok pada saat
masuk kerja dengan
mengasumsikan gaji mengalami
kenaikkan sebesar 9% tiap tahun.
Maka gaji Peserta ke-24 saat
masuk kerja sebesar Rp.4,018,977.36 pertahun.
Kita akan menghitung besarnya gaji Peserta ke-24 pada usia 41 tahun, dimana
gaji naik 9% tahun berikutnya. Maka gaji pada usia 41 tahun adalah= (1 + ) = Rp. 22,524,000(1,09)= . 24,551,160.yaitu akumulasi gaji pokok sejak usia 20 sampai dengan usia 40 tahun,∑ , adalah sebesar Rp. 228,135,363.
yaitu akumulasi gaji pokok sejak usia 20 sampai dengan usia 55 tahun,∑ , adalah sebesar Rp. 948,979,914.
yaitu manfaat selama satu tahun pada usia 41 tahun, dengan = 0,05maka = . = 0,05. Rp. 24,551,160 = Rp. 1,227,558.
yaitu akumulasi manfaat sejak usia 20 sampai dengan usia 40 tahun,∑ , adalah sebesar Rp. 11,406,768.
56
41PVFB
yaitu kewajiban aktuaria dari suatu metode biaya dapat juga
dipandang sebagai bagian nilai sekarang dari akumulasi manfaat yang akan
datang 56 1556 15 41 5641
Rp.86,837, 615.20.
PVFB B p v a
Pada saat pensiun nanti nilai sekarang dari akumulasi manfaat yang akan
datang
56
56PVFB adalah Rp. 449,116,438.12.
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
76
56
41
BDAL adalah kewajiban aktuaria sama dengan nilai sekarang dari manfaat
yang dialokasikan pada usia 41 tahun dengan menggunakan metode benefit
prorate constant dollar. Kewajiban aktuarianya adalah sebesar
Rp.50,655,275.53.
Pada saat pensiun nanti yaitu saat Peserta ke-24 mencapai usia 56 tahun besar
56 56
56 56
Rp. 449,116, 438.12.
BDPVFB AL
Besar iuran tahunan yang dikenakan pada peserta yang masih aktif dimana
manfaatnya akan diterima pada saat pensiun. Besar iuran tahunan yang
dikenakan kepada Peserta ke-24 pada saat berusia 41 dengan menggunakan
metode benefit prorate constant dollar adalah
56 56 415656 41 41 5641 56 41
Rp.2, 412,155.98
BD BNC p v a
Tabel berikut menampilkan hasil perhitungan iuran normal pertahun untuk
peserta ke-24 selama aktif bekerja dengan menggunakan metode Benefit Prorate
Costant Dollar.
Tabel 4.3Iuran normal tahunan pensiun Peserta ke-24
x BD 56(NC)x x BD 56(NC)x
20 375,011.70 39 2,017,565.15
21 409,328.60 40 2,206,040.20
22 446,901.59 41 2,412,155.98
23 488,002.58 42 2,637,387.35
24 532,916.63 43 2,884,201.32
25 582,059.93 44 3,154,903.20
26 635,816.47 45 3,451,355.90
27 694,559.27 46 3,777,379.75
28 758,823.47 47 4,135,466.54
29 829,065.26 48 4,529,476.02
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
77
x BD 56(NC)x x BD 56(NC)x
30 905,846.27 49 4,963,436.19
31 989,861.94 50 5,441,771.25
32 1,081,703.49 51 6,112,166.85
33 1,182,110.09 52 6,921,157.30
34 1,291,891.01 53 7,907,357.08
35 1,411,935.00 54 9,097,640.57
36 1,543,374.66 55 10,578,098.50
37 1,687,322.30 56 0.00
38 1,844,993.14
Dari tabel 4.3 terlihat bahwa
iuran normal pertahun yang
dibayarkan peserta semakin besar
seiring dengan meningkatnya usia.
Saat peserta berusia 56 tahun tidak
dikenakan iuran normal karena pada
usia tersebut peserta sudah pensiun.
Dengan menggunakan cara
perhitungan seperti perhitungan iuran
normal tahunan untuk Peserta ke-24,
kita dapat menghitung iuran normal
tahunan untuk seluruh peserta
program pensiun.
PENUTUP
Setelah melakukan perhitungan, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Untuk peserta program dana
pensiun dengan usia masuk kerja
sama, semakin besar usia masuk
program dana pensiun maka
iuran yang harus dibayarkan tiap
tahun juga semakin besar.
2. Untuk peserta dengan usia masuk
kerja yang berbeda dan usia
masuk program dana pensiun
yang sama, semakin besar usia
masuk kerja seseorang maka
manfaat yang diterimanya akan
semakin kecil.
Devni Prima Sari adalah dosen jurusan Mateamtika, Fakultas MIPA Universitas NegeriPadang.Sudianto Manullang adalah dosen jurusan Matematika Fakultas MIPA UniversitasNegeri Medan
78
DAFTAR PUSTAKA
Bowers, Geber, Hickman, Jones,Nesbitt. 1997. ActuarialMathematics. The SocietyOf Actuaries: Illinois.
Kellison, Stephen G. 1991. TheTheory of Interest (2nd ed).McGraw-Hill: USA.
London, Dick, FSA., 1997. SurvivalModels (3th ed). ACTEXPublications.
Undang-Undang Republik Indonesia,Nomor 11 Tahun 1992Tentang Dana Pensiun.
Winklevoss, Howard E. 1993.Pensiun Mathematics withNumerical Illustrati-ons.University of PennsylvaniaPress: Philadelphia.
Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan
79
SENAM HAMIL UNTUK MENGURANGI NYERI PUNGGUNG SELAMAHAMIL
Syamsul Gultom
Abstrak
Senam hamil adalah olah raga yang paling popular dan banyak dilakukan oleh ibuhamil. Lazimnya pelaksanaan senam hamil di Indonesia dilakukan di rumah sakit,rumah bersalin atau tempat-tempat tertentu dengan bimbingan bidan/perawatsenior atau terlatih atau guru senam hamil yang terlatih. Nyeri punggungmerupakan sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri di daerahtulang punggung. Pada wanita hamil biasanya timbul antara umur kehamilan 5-7bulan, tetapi dapat juga timbul lebih awal sekitar kehamilan minggu ke-8 hingga12. Biasanya ini terjadi karena nyeri punggung selama hamil tidak ditanganidengan baik. Senam dapat dilakukan pada usia kehamilan 17 minggu untukmengurangi nyeri punggung selama hamil.
Kata Kunci : Senam hamil, nyeri punggung, wanita hamil.
PENDAHULUAN
Nyeri punggung adalah gejala
yang paling umum ditemukan pada
wanita hamil. Lebih dari 50 % wanita
hamil mengalami nyeri punggung.
Walaupun demikian banyak wanita
hamil menganggap nyeri punggung
merupakan hal yang normal dialami,
tidak perlu dipermasalahkan dan tidak
dapat dihindarkan selama hamil
sehingga mereka tidak mencari
bantuan tenaga kesehatan professional
untuk menanganinya (Moon et al.,
2000; Ostgoard et al, 1997 dalam
Shim, Lee & Kim, 2005).
Menurut Wu et al.(2004)
dalam Granath, Hellgren dan
Gunnarsson (2006) nyeri punggung
dikategorikan menjadi dua yaitu
pregnancy-related pelvic girdle pain
(PPP) dan pregnancy-related low
back pain (PLBP). Sementara
menurut Shim, Lee dan Kim (2005)
istilah low back pain mencakup
Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan
80
lumbar back pain, posterior pelvic
pain dan kombinasi dari keduanya.
Menurut Perkins et al. (1998)
dalam Shim, Lee dan Kim (2005)
nyeri punggung pada wanita hamil
secara signifikan memberikan
dampak yang buruk terhadap kegiatan
sehari-hari dan kesejahteraan selama
hamil. Penelitian sebelumnya juga
melaporkan bahwa nyeri punggung
mengakibatkan aktifitas sehari-hari
terganggu dan peningkatan jumlah
hari cuti sakit pada wanita hamil di
Skandinavia (Noren et al., 1997
dalam Shim, Lee & Kim, 2005).
Mens et al, 1996 dalam Shim, Lee &
Kim, 2005 melaporkan bahwa lebih
dari 80 % wanita hamil dengan back
pain mengalami ketidaknyamanan
dalam beraktifitas sehari-hari,
kesulitan dalam melakukan pekerjaan
rumah dan bekerja. Oleh karena itu
nyeri punggung pada wanita hamil
perlu di cegah dan ditangani.
Penelitian yang dilakukan di
Korea oleh Shim, Lee & Kim (2005)
melaporkan bahwa senam yang
dilakukan secara teratur 5-7 kali per
minggu pada wanita hamil
menunjukkan penurunan angka nyeri
punggung secara significan setelah 12
minggu. Senam dapat dilakukan pada
usia kehamilan 17 minggu. Terdapat
6 gerakan dasar senam yang di desain
oleh Moon dan Choi (2001) dalam
Shim, Lee & Kim (2005) untuk
mengurangi nyeri punggung selama
hamil. Gerakan senam tersebut yaitu
pelvic tilting, knee pull, straight leg
raising, curl up, lateral straight leg
raising dan kegel exercise.
PEMBAHASAN
1. Nyeri punggung pada wanita hamil
Nyeri punggung selama hamil
mencerminkan kebutuhan wanita
akan perawatan untuk mengurangi
nyeri punggung dan meningkatkan
kesejahteraan wanita hamil. Nyeri
punggung merupakan sindroma klinik
yang ditandai dengan gejala utama
nyeri di daerah tulang punggung.
Pada wanita hamil biasanya timbul
antara umur kehamilan 5-7 bulan,
Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan
81
tetapi dapat juga timbul lebih awal
sekitar kehamilan minggu ke-8
hingga 12. Nyeri punggung bahkan
bisa berlangsung sampai 6 bulan
setelah melahirkan. Biasanya ini
terjadi karena nyeri punggung selama
hamil tidak ditangani dengan baik.
Beberapa keadaan yang
meningkatkan nyeri punggung pada
kehamilan adalah pekerjaan fisik
yang berlebihan, mengangkat barang,
membungkuk, atau menggendong
anak, serta adanya riwayat nyeri
punggung sebelum hamil.
Ada dua tipe nyeri punggung
bawah pada kehamilan, yaitu tipe
nyeri lumbal (pinggang bawah) dan
nyeri panggul belakang. Nyeri lumbal
selama hamil berlokasi di atas
pinggang di garis tengah tulang
belakang. Nyeri ini bisa atau tanpa
penjalaran ke tungkai atau kaki.
Biasanya nyeri ini timbul bila wanita
hamil tersebut bekerja dengan posisi
duduk atau berdiri yang lama, atau
melakukan pekerjaan mengangkat
barang secara berulang. Otot-otot di
sepanjang punggung dapat terasa
tegang.
Nyeri belakang panggul
dirasakan di bawah sampai garis
pinggang, dan/atau di atas tulang
ekor. Nyeri ini bisa terjadi di satu sisi
atau kedua sisi. Nyeri ini bisa sampai
ke bokong dan di belakang paha, dan
biasanya tidak menjalar sampai ke
lutut tetapi dapat juga disertai dengan
nyeri tulang kemaluan. Nyeri
belakang panggul tersebut tidak
segera pulih dengan istirahat, dan
biasanya timbul rasa kaku di pagi
hari. Faktor-faktor yang dapat
memperberat timbulnya nyeri panggul
belakang antara lain tidur yang sering
berpindah-pindah posisi (miring ke
kiri dan kanan bolak-balik), naik
tangga, duduk dan berdiri dari tempat
duduk (seperti masuk dan keluar dari
mobil, bak mandi, tempat tidur),
mengangkat barang, memutarkan
badan, membungkukkan badan ke
depan, berlari, dan berjalan
berlebihan. Pekerjaan yang berkaitan
dengan posisi tubuh yang lama dan
ekstrem seperti duduk di depan
komputer dan badan condong ke
depan, berdiri dan bersandar ke meja
Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan
82
kerja meningkatkan risiko nyeri panggul belakang.
2. Senam hamil untuk mengurangi nyeri punggung
Senam adalah olah raga yang
dapat mengurangi nyeri punggung
selama hamil. Penelitian yang
dilakukan di Korea oleh Shim, Lee &
Kim (2005) melaporkan bahwa
program Back Pain Reducing
Program (BPRP) menunjukkan
penurunan angka nyeri punggung
secara signifikan setelah 12 minggu.
Program BPRP terdiri dari pendidikan
kesehatan, pembagian pamflet, kaset
video berisi demonstrasi senam,
laporan kegiatan senam dan panggilan
telepon. Pendidikan kesehatan berupa
penjelasan tentang anatomi dan fungsi
vertebra, perubahan pelvik normal
selama hamil, dan postur tubuh yang
tepat untuk mencegah nyeri punggung
yang diberikan pada kelas antenatal.
Senam dilaksanakan dirumah masing-
masing secara teratur 5-7 kali per
minggu. Panggilan lewat telpon
dilaksanakan 1-2 kali setiap minggu
untuk memberikan motivasi dan
mengkaji intensitas nyeri punggung.
Terdapat 6 gerakan dasar
senam yang di desain oleh Moon dan
Choi (2001) dalam Shim, Lee & Kim
(2005) yang digunakan pada program
untuk mengurangi nyeri punggung
atau BPRP selama hamil, yaitu:
1. Pelvic Tilting
Tujuan dari gerakan ini adalah untuk
menguatkan otot gluteus maksimus
dan mencegah hiperlordosis lumbal.
Tekniknya dapat dilakukan dengan
menekankan punggung pada alas
sambil menegangkan otot perut dan
kedua otot gluteus maksimus dan
dipertahankan selama 5-10 hitungan.
2. Lutut ke dada
Tujuan dari gerakan ini adalah untuk
meregangkan otot punggung yang
tegang dan spasme. Tekniknya dapat
dilakukan dengan menarik lutut ke
dada bergantian semaksimal mungkin
tanpa menimbulkan rasa sakit dan
dipertahankan selama 5-10 detik.
Dapat juga dilakukan dengan kedua
lutut secara bersamaan.
3. Straight Leg Raising
Tujuan dari gerakan ini adalah untuk
meregangkan dan menguatkan otot
hamstring dan gluteus. Tekniknya
Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan
83
dapat dilakukan dengan cara satu lutut
kanan di tekuk, kaki kiri di naikkan
ke atas tanpa bantuan lengan dan
tangan. Gerakan dipertahankan
selama 5-10 detik dan dapat diulangi
pada lutut kiri.
4. Curl Up
Tujuan dari gerakan ini adalah untuk
menguatkan otot perut dan punggung
bawah. Tekniknya dapat dilakukan
dengan perlahan-lahan menaikkan
kepala dan leher sehingga dagu
menyentuh dada, diteruskan dengan
mengangkat punggung bagian ataas
sampai kedua tangan mencapai lutut
(tangan diluruskan), sedangkan
punggung bagian tengah dan bawah
tetap menempel pada dasar.
5. Meregangkan tubuh bagian lateral
Tujuan dari gerakan ini adalah untuk
meregangkan otot lateral tubuh yang
tegang. Tekniknya dapat dilakukan
dengan meletakkan tangan di bawah
kepala dan siku menempel pada alas,
paha kanan disilangkan ke paha kiri
kemudian ditarik kesamping kanan
dan kiri sejauh mungkin. Gerakan ini
dapat juga dilakukan dengan
menyilangkan paha kiri di atas paha
kanan.
6. Kegel exercise
Tujuan dari gerakan ini adalah untuk
menguatkan otot-otot dasar panggul
(pelvic floor muscles) atau otot
pubokoksigis. Tekniknya dapat
dilakukan dengan cara
mengencangkan otot pubokoksigis
dan otot vagina seperti waktu
menahan kencing selama 3 detik
kemudian dikendurkan selama 3
detik.
3. Pelaksanaan senam hamil di Indonesia
Senam hamil adalah olah raga
yang paling popular dan banyak
dilakukan oleh ibu hamil. Lazimnya
pelaksanaan senam hamil di
Indonesia dilakukan di rumah sakit,
rumah bersalin atau tempat-tempat
tertentu dengan bimbingan
bidan/perawat senior atau terlatih
atau guru senam hamil yang terlatih.
Selama senam hamil ibu
dipersiapkan secara fisik maupun
mental untuk persalinan yang cepat
dan spontan. Gerakan – gerakan
senam hamil yang dilakukan
Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan
84
bertujuan agar wanita hamil dapat
menguasi teknik pernafasan,
memperkuat/mempertahankan
elastisitas otot-otot dinding perut,
melatih sikap tubuh selama hamil
dan melatih relaksasi sempurna
sehingga persalinan dapat berjalan
lancar. Oleh karena itu biasanya
senam hamil dimulai pada kehamilan
28-30 minggu (trimester ketiga).
Gerakan-gerakan yang dilakukan
pada senam hamil di rumah sakit dan
klinik bersalin yaitu :
1. Duduk bersila
Merupakan sikap yang paling baik
dilakukan wanita hamil terutama
pada saat kehamilan sudah mencapai
usia 7 bulan. Duduk bersila akan
menyokong dinding perut beserta
isinya, termasuk janin sehingga
kedudukan janin akan lebih baik.
2. Senam anti-odem
Odem atau bengkak biasanya terjadi
pada pergelangan dan jari-jari kaki.
Hal ini terjadi karena ada tekanan
dari perut sehingga sirkulasi
pembuluh darah tidak lancar. Senam
ini juga berfungsi untuk
memperlancar sirkulasi darah.
Gerakan dilakukan dengan posisi
berbaring, kedua telapak kaki sejajar.
Pergelangan kaki diputar ke atas dan
ke bawah selama beberapa kali.
Kemudian ditekuk dengan kencang
ke arah dalam dan diangkat lagi,
begitu terus beberapa kali.
Selanjutnya kedua telapak kaki
berhadapan dengan jarak 20 cm, lalu
diputar ke arah dalam dan luar
beberapa kali.
3. Pernapasan perut
Pernapasan perut berguna untuk
melenturkan otot-otot abdomen.
Gerakan dilakukan dengan menekuk
kedua kaki, meletakkan kedua tangan
di atas perut, kemudian menarik
napas melalui hidung dengan mulut
tertutup dan menghembuskannya
melalui mulut. Dilakukan perlahan-
lahan selama 10-15 kali.
4. Pernapasan iga
Pernapasan iga berguna untuk
menyupplai oksigen ke paru-paru ibu
maupun janin. Gerakan dilakukan
dengan meletakkan kedua tangan
diatas iga dengan siku menekuk.
Kemudian menarik napas melalui
hidung dengan mulut tertutup dan
Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan
85
menghembuskannya melalui mulut.
Dilakukan beberapa kali.
5. Pernapasan dada
Pernapasan dada berfungsi untuk
memperlancar sirkulasi uteroplasenta
dan persiapan persalinan. Gerakan
dilakukan dengan meletakkan kedua
telapak tangan diatas dada dengan
posisi jari-jari tangan kanan dan kiri
bertemu. Kemudian menarik dan
menghembuskan napas dengan mulut
terbuka. Dilakukan beberapa kali.
6. Senam anti-ambeien
Gerakan ini untuk melenturkan otot-
otot sekitar anus sehingga tidak
terjadi hemoroid. Gerakan dilakukan
dengan posisi berbaring. Kedua
tangan diletakkan di samping kanan
dan kiri badan, kedua kaki agak
ditekuk. Kemudian menarik napas
panjang dan mengerutkan bokong.
Selanjutnya mengangkat bokong
setinggi-tingginya selama 6 hitungan
setelah itu diturunkan perlahan-
lahan.
7. Senam anti-kram
Gerakan ini bertujuan untuk
menghindari kram pada kaki.
Kedua tangan lurus ke depan dan
berpegangan pada kayu
penopang. Pandangan ke depan,
menarik nafas panjang,
menundukkan kepala selama 3
hitungan, kemudian secara
perlahan menurunkan badan
(jongkok). Selanjutnya bokong
diangkat dengan tumit tetap
menapak pada lantai.
8. Tidur rileks.
Posisi badan agak miring, salah
satu telapak tangan menyangga
kepala (fungsinya seperti bantal),
tangan yang lain rileks dan salah
satu kaki ditekuk.
9. Senam anti-sungsang
Dilakukan di usia kehamilan
lebih dari 7 bulan. Manfaatnya
agar posisi kepala janin kembali
di bawah. Gerakan dilakukan
seperti orang sujud dengan kedua
tangan diletakkan disamping, lalu
menengok 10 menit ke kanan dan
10 menit ke kiri sambil
nungging.
Beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh ibu hamil selama
melakukan senam :
Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan
86
a. Sebaiknya senam dilakukan rutin
3 kali tiap minggu
b. Hindari fleksi dan ekstensi pada
sendi yang berlebihan
c. Hindari perubahan posisi yang
cepat dan tiba-tiba karena sendi
tidak stabil
d. Lakukan pemanasan sebelum
latihan inti selama kurang lebih 5
menit
e. Perhatikan perubahan posisi dari
tidur ke berdiri untuk mencegah
hipotensi ortostatik
f. Sebelum senam yakinkan ibu
sudah mengkonsumsi cairan yang
adekuat untuk menghindari
dehidrasi selama latihan
g. Minum 2-3 gelas cairan akan
menolong ibu dari dehidrasi
selama senam
h. Intake makanan harus tinggi
kalori dan tinggi protein
i. Gunakan bra yang meopang dan
sepatu yang supportif serta
pakaian yang menyerap keringat
j. Hentikan senam apabila ibu
mengalami rasa nyeri pada perut
akibat kontraksi otot-otot perut
atau timbul gejala keringat
dingin, pusing disertai
penglihatan berkunang-kunang,
sesak napas dan tampak
kelelahan atau perdarahan
pervaginam
k. Pendinginan dalam senam
penting untuk mengembalikan
pernapasan, nadi dan
metabolisme kembali normal
l. Diperlukan istirahat selama 10
menit setelah latihan
Panduan khusus yang harus
diperhatikan selama ibu melakukan
senam hamil :
a. Ukur nadi ibu setiap 10- 15 menit
b. Selama latihan nadi tidak boleh
lebih dari 140 kali/menit, jika
terjadi, istirahatkan ibu sampai
nadi maksimal 90 kali/menit
c. Waktu latihan dalam satu periode
tidak lebih dari 15 menit,
istirahat 2-3 menit kemudian
lanjutkan
d. Suhu ibu tidak boleh 38 derajat
celcius atau lebih
Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan
87
KESIMPULAN
Nyeri punggung adalah gejala
yang paling umum ditemukan pada
wanita hamil. Nyeri punggung
selama hamil memberikan dampak
buruk terhadap kegiatan sehari-hari
dan kesejahteraan wanita hamil.
Nyeri punggung juga menyebabkan
wanita hamil merasa tidak nyaman
dalam bekerja.
Intervensi yang dapat
dilakukan untuk mengurangi nyeri
punggung selama hamil adalah
menyarankan dan mengajarkan
wanita hamil untuk melakukan
senam hamil secara teratur.
Pelaksanaan senam hamil dapat
dilakukan di rumah masing-masing,
di klinik bersalin atau di rumah sakit.
Syamsul Gultom adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Medan
88
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jensen & Perry.(1995). MaternityNursing.4th ed. Alih bahasaMaria A. Wijayarini danPeter I. Anugerah. Jakarta :EGC
Garshasbi, A. & Zadeh, S.F. (2005).The effect of exercise on theintensity of low back pain inpregnant women.International Journal ofGynecology and Obstetrics.Vol. 88, pg 271 – 275
Granath, A.B., Hellgren, M.S.E. &Gunnarsson, R.K. (2006).Water aerobics reduces sickdue to low back pain duringpregnancy. Journal ofObstetrics, Gynecology andNeonatal Nursing . Vol. 35,pg 465 – 471
Perkins, J., Hammer, R.L. &Loubert, P.V. (1998).Identification and
management of pregnancy-related low back pain.Journal of Nurse-Midwifery.Vol. 43, pg 331 – 340
Pilliteri, A. (1999). Maternal andchildhealth nursing. Care ofthe childbearing andchildrearing family. 3rd ed.Philadelphia : Lippincott
Shim, M.J., Lee, Y.S., Oh, H.E. &Kim, J.S. (2007). Effects of aback-pain-reducing programduring pregnancy for Koreanwomen: A non-equivalencontrol-group pretest-postteststudy. International Journalof Nursing Studies. Vol. 44,pg 19 – 28
Wong, D.L., Perry, S.E. &Hockenberry, M.J. (2002).Maternal Child NursingCare. 2nd ed. St. Louis :Mosby
Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan
89
HUBUNGAN ANTARA KADAR HAEMOGLOBIN DENGAN TINGKATVO2MAX ATLET PPLM PROVINSI SUMATERA UTARA
Fajar Apollo Sinaga
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kadarHaemoglobin dengan tingkat VO2max atlet PPLM Provinsi Sumatera Utara.Populasi Penelitian dan sekaligus sampel penelitian adalah seluruh atlet PPLMSumatera Utara. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi dan LapanganTenis FIK UNIMED. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptifdengan menggunakan metode survei analitik dan test pengukuran. Bentukpelaksanaan penelitian adalah dengan survey menggunakan pendekatan CrossSectional dimana data yang menyangkut variabel dependen dan independen akandikumpulkan dalam waktu bersama dan secara langsung. Berdasarkan hasilpenelitian diperoleh rata-rata kadar hemoglobin atlet putra adalah 15,7 g/dLsedangkan rata-rata kadar Hb atler putri adalah 14,3 g/dL, sedangkan rata-ratakadar VO2Max diperoleh 51,5 ml/KgBB/menit yang berarti kadar Haemoglobindan kadar VO2max berada dalam kondisi baik. Dari hasil analisis data diperolehkolerasi variabel kadar hemoglobin dengan tingkat VO2 Max atlet PPLM ProvinsiSumatera Utara di dapat angka probabilitas 0,005 artinya ada hubungan antarakadar hemoglobin dengan tingkat VO2 Max atlet PPLM Provinsi Sumatera Utaradengan tingkat korelasi (r)= 0,687.
Kata kunci : Haemoglobin, VO2max, atlet
PENDAHULUAN
Pembinaan prestasi olahraga
merupakan hal yang sangat penting
mendapatkan perhatian karena
prestasi dibidang olahraga merupakan
sesuatu yang sangat bergengsi. Hal ini
tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional pasal 4 bahwa keolahragaan
nasional bertujuan memelihara dan
meningkatkan kesehatan dan
kebugaran, prestasi, kualitas
Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan
90
manusia, menanamkan nilai moral
dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin,
mempererat dan membina persatuan
dan kesatuan bangsa, memperkukuh
ketahanan nasional, serta mengangkat
harkat, martabat, dan kehormatan
bangsa (UU RI No 3, 2005).
Untuk mencapai prestasi yang
maksimal, kemampuan fisik yang
baik merupakan salah satu faktor
pendukung dimana salah satu
diantaranya adalah mempunyai daya
tahan cardiovascular (aerobik) yang
baik. Untuk memiliki daya tahan
aerobik yang baik diperlukan tingkat
VO2 max yang tinggi. Banyak faktor
yang mempengaruhi VO2 max
seperti kemampuan jantung, paru-
paru, kualitas Hemoglobin,
pembuluh darah dan kemampuan otot
rangka dalam mengkonsumsi oksigen.
Apabila salah satu dari komponen
tersebut memiliki kemampuan yang
rendah, maka akan berpengaruh
terhadap tingkat VO2max (Fox,
1988). Hal yang sama juga dikatakan
oleh (Zhu dan Haas, 1997) bahwa
penurunan VO2 max dapat terjadi
pada penderita anemia dengan kadar
Haemoglobin yang menurun dan
konsekuensinya adalah menurunnya
kapasitas transport oksigen di dalam
darah.
Menurut Haas dan Brownlie
(2001), zat besi adalah mineral dalam
hemoglobin, yaitu protein yang
ditemukan dalam sel-sel darah merah.
Zat besi berfungsi dalam
pembentukan sel darah merah dan
mineral ini banyak memberi berfungsi
pada pengangkutan oksigen ke
seluruh anggota badan yang
diperlukan pada proses metabolisme
tubuh. Menurut Weaver dan
Rajaram (1992), Zat besi digunakan
secara luas sebagai salah satu mineral
tambahan untuk atlet melakukan
latihan fisik sehari-hari.
Zat besi merupakan salah satu
logam yang penting bagi hampir
semua bentuk kehidupan termasuk
manusia. Zat besi merupakan unsur
yang penting bagi manusia oleh
karena memegang peranan dalam
banyak proses metabolisme; yaitu
sebagai bagian integral dari banyak
Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan
91
protein dan enzim. Dalam hal ini zat
besi merupakan komponen penting
dalam pembentukan hemoglobin
normal, yaitu bahwa zat besi harus
tersedia dalam jumlah yang memadai
agar proses eritropoiesis berlangsung
efektif sehingga pengangkutan
oksigen oleh darah ke jaringan-
jaringan tubuh (terutama otak dan
otot) pun berlangsung efektif (Sacher,
2004). Zat besi juga penting bagi
pengaturan pertumbuhan dan
diferensiasi sel. Adanya defisiensi
besi akan membatasi pengantaran
oksigen ke sel tubuh sehingga
menyebabkan kelelahan, kinerja
tubuh yang buruk, dan menurunnya
kekebalan tubuh. Jumlah zat besi
pada orang dewasa adalah sekitar 2,5
– 5 g, yang mana dua pertiganya
adalah sebagai bagian dari
hemoglobin yang mengangkut
oksigen. Peran pengangkutan oksigen
tersebut juga dilakukan oleh zat besi
dalam proses pembentukan mioglobin
yaitu molekul hemoglobin yang mirip
hemoglobin yang terdapat di dalam
sel-sel otot. Mioglobin yang berikatan
dengan oksigen inilah yang
menyebabkan daging dan otot
berwarna merah. Selain itu zat besi
juga berperan sebagai kofaktor
berbagai enzim penting seperti
sitokrom, xantin oksidase, katalase
dan peroksidase (Tripathi, 2001;
AHFS, 2002).
Dari hasil pemeriksaan
kesehatan yang pernah dilakukan
oleh Laboratorium fisiologi Olahraga
FIK UNIMED terhadap pantauan
keberadaan kesehatan Atlet PPLM
Sumatera Utara didapati bahwa masih
ada atlet menderita anemia terutama
dialami oleh atlet wanita. Hasil ini
sesuai dengan yang dikatakan oleh
Newhouse dan Clement (1988)
bahwa saat ini masalah kekurangan
zat besi dalam tubuh akibat
pendarahan karena menstruasi banyak
terjadi pada atlet wanita. Konsumsi
zat besi yang tidak memadai berarti
mengakibatkan berkurangnya oksigen
yang disampaikan ke jaringan-
jaringan otot. Masalah ini timbul
apabila atlet wanita tidak
mengkonsumsi zat besi yang
mencukupi dalam menu makanan
Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan
92
pada saat menstruasi, akibatnya darah
yang membawa oksigen menurun dan
ini dapat mempengaruhi prestasi atlet.
Berdasarkan latar belakang di
atas maka perlu diteliti hubungan
antara kadar haemoglobin dengan
tingkat efek pemberian zat besi
terhadap tingkat VO2 Max atlet PPLM
Provinsi Sumatera Utara.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan
adalah penelitian deskriptif dengan
menggunakan metode survei analitik
dan test pengukuran. Bentuk
pelaksanaan penelitian adalah dengan
survey menggunakan pendekatan
Cross Sectional dimana data yang
menyangkut variabel dependen dan
independen akan dikumpulkan dalam
waktu bersama dan secara langsung
(Soekidjo Notoatmodjo, 2002 : 26).
Lokasi Penelitian dilaksanakan di
Laboratorium Fisiologi dan lapangan
Fakultas Ilmu Keolahragaan
UNIMED Waktu Penelitian dilakukan
pada bulan Mei tahun 2011
Subjek penelitian adalah seluruh atlet
PPLM Provinsi Sumatera Utara
dengan kriteria sampel meliputi:
a) Memiliki derajat kesehatan dan
derajat keterlatihan
b) Bersedia menjadi sampel dan
mengisi persyaratan bersedia
mengikuti kegiatan penelitian
berlangsung.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Atlet PPLM Propinsi Sumatera Utara.
Kegiatan penelitian Studi
Kecukupan Energi pada Atlet PPLM
ini telah memeriksa atlet putra
sebanyak 10 orang dan putri sebanyak
5 orang. Usia atlet berkisar antara 18
– 23 tahun (Laki-laki: 20,3 ± 1,7
tahun dan Perempuan: 20,0 ± 1,00
tahun). Cabang olahraga yang
ditekuni adalah atletik.
Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan
93
Kadar Haemoglobin Atlet PPLM Provinsi Sumatera Utara
Hasil pengukuran kadar
Hemoglobin dari 15 orang sampel
atlet PPLM diperoleh kadar
hemoglobin tertinggi pada atlet putra
adalah 16,5 g/dL dan kadar
hemoglobin terendah adalah 14,3
g/dL. Pada atlet putri diperoleh kadar
hemoglobin tertinggi adalah 15,4
g/dL dan terendah adalah 13,4 g/dL .
Rata-rata kadar hemoglobin atlet
putra adalah 15,7 g/dL sedangkan
rata-rata kadar Hb atler putri adalah
14,3 g/dL.
Berdasarkan norma penentuan
kadar hemoglobin normal untuk atlet
putra sebesar 13,5-17,5 g/dL dan atlet
putri remaja putri sebesar 12,0-16,0
g/dL maka semua atlet putra maupun
putri diperoleh kadar Hb yang
normal. Kondisi ini merupakan salah
satu faktor pendukung bagi para atlet
untuk memiliki daya tahan fisik yang
baik pada saat latihan maupun
selama menjalani kompetisi.
Kadar VO2Max Atlet PPLM Provinsi Sumatera Utara
Hasil pengukuran kadar
VO2Max dari 15 orang sampel atlet
PPLM Provinsi Sumatera Utara
diperoleh kadar VO2 Max tertinggi
adalah 77,9 ml/kgbb/menit sedangkan
VO2max terendah adalah
45ml/kgBB/menit. Rata-rata kadar
VO2Max atlet PPLM provinsi
Sumatera Utara adalah 51,5
ml/KgBB/menit. Berdasarkan norma
maka kadar VO2 Max atlet PPLM
Provinsi Sumatera Utara adalah
dalam kategori baik.
Hubungan antar Kadar Hb dengan Kadar V02Max Atlet PPLM Provinsi
Sumatera Utara.
Untuk mengetahui hubungan
antara kadar Haemoglobin dengan
tingkat V02 max atlet PPLM Provinsi
Sumatra Utara maka digunakan uji
korelasi Pearson Product Moment.
Dengan menggunakan teknik ini
akan diperoleh nilai koefisien
korelasi. Nilai tersebut bila di atas 0,5
Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan
94
menunjukkan korelasi yang kuat,
sedang di bawah 0,5 menunjukkan
korelasi lemah. Tanda korelasi juga
berpengaruh pada penafsiran hasil.
Tanda – (negatif) pada output
menunjukkan adanya arah yang
berlawanan dan tanda + (positif)
menunjukkan arah yang sama. Untuk
signifikansinya jika probabilitas >
0,05 maka Ho diterima dan jika
probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
(Singgih Santoso, 2004:299). Hasil
perhitungan dengan menggunakan
bantuan program SPSS 17.0. Hasil
tersebut apabila di buat dalam bentuk
tabel menunjukkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Uji korelasi hubungan antara kadar Hb dengan tingkat VO2MaxAtlet PPLM Provinsi Sumatera Utara
Variabel Uji HB VO2MAXHB Pearson Correlation 1 0,687(**)
Sig. (2-tailed) 0,005N 15 15
VO2MAX Pearson Correlation 0,687(**) 1Sig. (2-tailed) 0,005N 15 15
Tabel diatas menunjukkan bahwa
pada taraf signifikansi 0,05 kolerasi
variabel kadar hemoglobin dengan
tingkat VO2 Max atlet PPLM
Provinsi Sumatera Utara di dapat
angka probabilitas 0,005 artinya ada
hubungan antara kadar hemoglobin
dengan tingkat VO2 Max atlet PPLM
Provinsi Sumatera Utara. Besarnya
koefisien korelasi antara variabel
adalah 0,687 menunjukkan bahwa
semakin tinggi kadar hemoglobin
(dalam batas normal) maka semakin
tinggi tingkat VO2 max atlet PPLM
Provinsi Sumatera Utara.
Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan
95
PEMBAHASAN
Untuk memiliki daya tahan
aerobik yang baik diperlukan tingkat
VO2 max yang tinggi. Banyak faktor
yang mempengaruhi VO2 max
seperti kemampuan jantung, paru-
paru, kualitas Hemoglobin,
pembuluh darah dan kemampuan
otot rangka dalam mengkonsumsi
oksigen. Apabila salah satu dari
komponen tersebut memiliki
kemampuan yang rendah, maka akan
berpengaruh terhadap tingkat
VO2max (Fox, 1988). Hal yang
sama juga dikatakan oleh (Zhu dan
Haas, 1997) bahwa penurunan VO2
max dapat terjadi pada penderita
anemia dengan kadar Haemoglobin
yang menurun dan konsekuensinya
adalah menurunnya kapasitas
transport oksigen di dalam darah.
Menurut Haas dan Brownlie
(2001), zat besi adalah mineral
dalam hemoglobin, yaitu protein
yang ditemukan dalam sel-sel darah
merah. Zat besi berfungsi dalam
pembentukan sel darah merah dan
mineral ini banyak memberi
berfungsi pada pengangkutan
oksigen ke seluruh anggota badan
yang diperlukan pada proses
metabolisme tubuh. Dari pendapat
diatas maka dapat dikatakan bahwa
zat besi yang terdapat pada
haemoglobin berfungsi untuk
mengikat oksigen di dalam darah
sehingga dengan sendirinya akan
mempengaruhi tingkat VO2 Max pada
penelitian yang dilakukan. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa tingkat
VO2 Max dan kadar Hb atlet PPLM
provinsi sumatera uatara berada
dalam keadaan baik, hal ini
menunjukkan bahwa status gizi dan
pola latihan yang selama ini
dilaksanakan sudah sesuai. Dari hasil
pengamatan terhadap menu atlet
menunjukkan bahwa menu
mengandung zat besi yang
merupakan bagian dari haemoglobin.
Pada penelitian ini koefisien korelasi
antara kadar Hb dengan tingkat
VO2Max hanya 0,687 artinya selain
Hb masih ada faktor lain yang dapat
mempengaruhi tingkat VO2Max
seperti kemampuan jantung, paru-
Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan
96
paru, kemampuan otot rangka dalam
mengkonsumsi oksigen.
Pada saat melakukan aktivitas
fisik yang intens, terjadi peningkatan
kebutuhan oksigen oleh otot yang
sedang bekerja. Kebutuhan oksigen
ini didapat dari ventilasi dan
pertukaran oksigen dalam paru-paru.
Ventilasi merupakan proses mekanik
untuk memasukkan atau
mengeluarkan udara dari dalam paru.
Proses ini berlanjut dengan
pertukaran oksigen dalam alveoli
paru dengan cara difusi. Oksigen
yang terdifusi masuk dalam kapiler
paru untuk selanjutnya diedarkan
melalui pembuluh darah ke seluruh
tubuh. Untuk dapat memasok
kebutuhan oksigen yang adekuat,
dibutuhkan paru-paru yang berfungsi
dengan baik, termasuk juga kapiler
dan pembuluh pulmonalnya. Pada
seorang atlet yang terlatih dengan
baik, konsumsi oksigen dan ventilasi
paru total meningkat sekitar 20 kali
pada saat ia melakukan latihan
dengan intensitas maksimal (Fox ,
2003). Dalam fungsi paru, dikenal
juga istilah perbedaan oksigen arteri-
vena (A-VO2diff). Selama aktivitas
fisik yang intens, A-V O2 akan
meningkat karena oksigen darah
lebih banyak dilepas ke otot yang
sedang bekerja, sehingga oksigen
darah vena berkurang. Hal ini
menyebabkan pengiriman oksigen ke
jaringan naik hingga tiga kali lipat
daripada kondisi biasa. Peningkatan
A-V O2diff terjadi serentak dengan
peningkatan cardiac output dan
pertukaran udara sebagai respon
terhadap olah raga berat (Pate et al,
1984). Dari keterangan di atas dapat
menjelaskan bahwa fungsi paru juga
dapat mempengaruhi tingkat
VO2max.
Sementara itu untuk
menjelaskan bahwa jantung juga
dapat mempengaruhi tingkat
VO2max adalah sebagai berikut:
Respon kardiovaskuler yang paling
utama terhadap aktivitas fisik adalah
peningkatan cardiac output.
Peningkatan ini disebabkan oleh
peningkatan isi sekuncup jantung
maupun heart rate yang dapat
mencapai sekitar 95% dari tingkat
maksimalnya. Karena pemakaian
Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan
97
oksigen oleh tubuh tidak dapat lebih
dari kecepatan sistem kardiovaskuler
menghantarkan oksigen ke jaringan,
maka dapat dikatakan bahwa sistem
kardiovaskuler dapat membatasi nilai
VO2max (Pate et al, 1984).
KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
maka dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Tingkat VO2max dan kadar
Haemoglobin atlet PPLM
Provinsi Sumatera Utara berada
dalam kondisi yang baik.
2. Terdapat korelasi antara tingkat
VO2 Max dengan kadar
haemoglobin atlet PPLM
Provinsi Sumatera Utara.
Saran
Kondisi fisik atlet PPLM Provinsi
Sunatera Utara bila ditinjau dari daya
tahan (VO2Max), perlu
dipertahankan baik dengan perbaikan
menu makanan atau dengan
pemberian suplemen yang
mengandung zat besi selama
mengikuti program latihan.
Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan
98
Daftar Pustaka
Anderson, G.J., Frazer, D.M.,McKie, A.T., Wilkins, S.J.,dan Vulpe, C.D. (2002). TheExpression and Regulation ofThe Iron Transport MoleculesHephaestin and IREG1 :Implications for The Controlof Iron Export from The SmallIntestine. Cell BiochemBiophys. 36(2-3):137-146.
Andrews, C.N. (2005).Understanding HemeTransport. The New EnglandJournal of Medicine. Boston.353(23):2508 -2509.
ASHP. (2002). AHFS DrugInformation. Bethesda :American Society of HealthSystem Pharmacists, Inc.
Clement DB, Asmundson RC.Nutritional intake andhematological parameters inendurance runners. PhysicSport Med 1982:10:37- 43.
Fox, E.L.,Browers, R.W., Foss, M.L.(1988). The PhysiologicalBasis of Physical Educationand Atletics, Fourth ED., NewYork, W.B. SaundersCompany.
Ganong, W.F., (1991). FisiologiKedokteran, Jakarta, PenerbitBuku Kedokteran EGC
Garrison, R.H.,J.R., and E. Somer.The Nutrition Desk Reference(New Canaan , C.N: Keats1985)
Guyton, A.C. 1988. Texbook ofMedical Physiology,Philadelphia, W.B. SoundersCompany.
Haas J, Brownlie T IV. Irondeficiency anemia and reducedwork capacity: a criticalreview of the research todetermine a causalrelationship. J Nutr2001;131:676S–90S.
Hinton P, Giordano C, Brownlie T,Haas J. Iron supplementationimproves endurance aftertraining in iron-depleted, non-anemic women. J Appl Physiol2000;88:1103–11.
Ivey, M. dan Elmer, G. (1986).Nutritional Supplement,Mineral, and VitaminProducts. Handbook ofNonprescription Drugs. Edisi8. Washington D.C.: AmericanPharmaceutical Association.
Katharina, D. (1984). Sebulan SekaliBagaimana PriaMenghadapinya, Jakarta, SinarHarapan.
Fajar Apollo Sinaga adalah dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas IlmuKeolahragaan, Universitas Negeri Medan
99
Newhouse II. Clement DB. Ironstatus in athletes. Sports Med1988:5: 337-52.
NIH/ODS (National Institute ofHealth/Office of DietarySupplements). (2005). DietarySupplement Fact Sheet : Iron.Diperoleh dari http://dietary-supplement.info.nih.gov pada22 Maret 2007.
Roseann M L, Connie M Weaver,Darlene A S, Sujaiha Rajaram,Berdine Marlin, andChristopher L M (1992). Ironstatus in exercising women:the effect of oral iron therapyvs increased consumption ofmuscle foods. Am. J. Clin.Nutr.56:1049-55.
Tripathi, K.D.(2001).Essential ofMedical Pharmacology. India :
Jaypee Brothers MedicalPublisher.
USPDI. (1989). Drug Informationfor The Health CareProfessional. Edisi 9. Vol. IA.United States PharmacopeialConvention, Inc.
Weaver C. M., Rajaram S (1992)Exercise and Iron Status.American Institute ofNutrition. J Nutr 1992; 122:782-7.
Zhu, Y. I., and J. D. Haas (1997)Iron depletion without anemiaand physical performance inyoung women. Am. J. Clin.Nutr. 66: 334–341, 1997.
http://sickle.bwh.harvard.edu/iron_trans-port.html
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen
100
PERBEDAAN BURNOUT ANTARA TIPE KEPRIBADIAN INTROVERTDAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT PADA PERAWAT DI
RUANGAN CRITICAL CARE
Togi Fitri Afriani Ambarita
Abstrak
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif dengan menggunakanpurposif sampling, yang meneliti mengenai perbedaan tingkat burnout padaperawat tipe kepribadian introvert dan tipe kepribadian ekstrovert. Burnout adalahsuatu sindrom kelelahan kerja yang perlu diwaspadai kemunculannya padaindividu yang bekerja dibidang pelayanan (human service), misalnya perawat dirumah sakit. Seorang perawat yang mengalami burnout akan menyebabkanturunnya kualitas pelayanan perawat terhadap pasien-pasien di rumah sakit, jikahal ini terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi pasien dan rumah sakit. Sindromini ditandai dengan 3 gejala utama yakni kelelahan emosional, depersonalisasi danlow personal accomplishment. Perkembangan dan kemunculan burnout jugadipengaruhi oleh faktor kepribadian pekerja (perawat). Jung mengemukakanpembagian tipe kepribadian berdasarkan orientasi sikap jiwa seseorang, yakni tipekepribadian introvert dan tipe kepribadian ekstrovert. Tipe kepribadian introvertorientasinya lebih ke dalam diri, yakni tipe orang yang kemampuan sosialisasinyalebih rendah, sebaliknya tipe kepribadian ekstrovert yang orientasinya ke luar diri,orangnya lebih ramah dan mudah bergaul. Peserta penelitian melibatkan 45perawat dari 4 rumah sakit swasta di Medan. Karakteristik sampel penelitianadalah perawat di ruangan critical care (ruangan perawatan intensif dan gawatdarurat), minimal sudah bekerja selama satu tahun di ruangan tersebut, berumur30 tahun kebawah, tipe kepribadian introvert atau tipe kepribadian ekstrovert. Ujireliablitas untuk Skala burnout (MBI) dan skala kepribadian dilakukan pada 50orang sampel, dengan reliabilitas masing-masing sebesar 0.89 dan 0.91. Analisadata dilakukan dengan analisa statistik t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwaada perbedaan yang signifikan tingkat burnout antara tipe kepribadian introvertdan tipe kerpibadian ekstrovert, yakni tipe kepribadian introvert lebih tinggitingkat burnout dibandingkan tipe kepribadian ekstrovert. Jika dilihat per-dimensi,tingkatan burnout berbeda secara signifikan pada dimensi low personalaccomplishment, sementara pada dua dimensi lainnya tingkat burnout juga lebihtinggi pada kepribadian introvert, namun tidak berbeda secara signifikan.
Kata Kunci: burnout, tipe kepribadian introvert, tipe kepribadian ekstrovert,sindrom kelelahan kerja, perawat.
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen
101
PENDAHULUAN
Di indonesia, kualitas
pelayanan sebuah rumah sakit
dinyatakan dengan tingkat akreditas
rumah sakit tersebut (Puageno, 2002).
Akreditasi merupakan pernyataan
bahwa rumah sakit tersebut
memenuhi standart minimal. Rumah
sakit yang sudah terakreditasi
harapannya merupakan rumah sakit
yang sudah mampu memberikan
layanan standart pada masyarakat
yang sakit. Rumah sakit yang dapat
memberikan pelayanan yang baik
merupakan harapan dari setiap pasien
yang sakit yang datang ke rumah sakit
tersebut.
Salah satu indikator dari
akreditasi adalah penilaian unjuk
kerja staff rumah sakit (Aditama,
1999). Perawat merupakan bagian
dari staff rumah sakit yang akan
dinilai unjuk kerjanya. Cara perawat
berinteraksi dalam memberikan
pelayanan kepada pasien menentukan
kualitas pelayanan medis dan
kepuasan yang diperoleh pasien
sebagai pelanggan.
Profesi pelayanan, seperti
perawat, pada dasarnya merupakan
suatu pekerjaan yang menghadapi
tuntutan dan pelibatan emosional.
Maslach (dalam Sutjipto 2001)
menjelaskan bahwa pekerjaan yang
berorientasi melayani orang lain dapat
membentuk hubungan yang bersifat
asimetris antara pemberi dan
penerima jasa pelayanan. Hubungan
yang asimetris terlihat pada saat
perawat memberikan perhatian,
pelayanan, bantuan, dan dukungan
kepada klien atau pasien, sementara
itu pasien bersifat pasif hanya
menerima pelayanan bahkan
menuntut untuk lebih diperhatikan
atau dilayani sesuai dengan
kebutuhannya. Bahkan tak jarang
seorang perawat memberikan
pelayanannya yang terbaik kepada
pasien, namun ia tidak mendapatkan
penghargaan apapun, karena pasien
menganggap memang demikianlah
seharusnya. Hubungan yang tidak
seimbang tersebut dapat
menimbulkan ketegangan emosional
(Sutjipto, 2001).
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen
102
Kontak yang konstan dengan
pasien dapat menjadi stressor untuk
perawat itu sendiri. Situasi ini bahkan
dapat menyebabkan perawat menjadi
kebingungan melayani semua
permintaan pasien, akibatnya dapat
menimbulkan kurang efektifnya
hubungan antara pasien dan perawat.
Perawat menjadi marah-marah,
menunjukkan sikap bahwa pasien
pantas menderita penyakitnya, atau
dia secara emosi menarik diri dari
pasien. Fenomena perilaku perawat
tersebut dikenal dengan istilah
burnout (Kalman & Waughfield,
1987).
Perawat yang mengalami
burnout akan menyebabkan kualitas
pelayanan yang buruk sehingga para
pasien menjadi tidak nyaman yang
kemudian akan menurunkan kualitas
pelayanan suatu rumah sakit.
Istilah burnout pertama kali
diutarakan dan diperkenalkan kepada
masyarakat oleh Herbert
Freudenberger pada tahun 1973 yang
kemudian dikenal sebagai bapak
penemu sindrom burnout. Tulisannya
berpengaruh dalam memperkenalkan
konsep burnout. Freudenberger
adalah seorang psikiatris yang bekerja
dalam sebuah klinik amal untuk
ketergantungan obat. Rata-rata staff
yang bergabung dalam klinik amal
tersebut kebanyakan relawan muda
yang identik dengan motivasi.
Freudenberger mengamati bahwa
banyak anggota relawan tersebut
setelah bekerja selama 1 tahun
kehabisan energi dan kehilangan
motivasi dan komitmen, disertai
dengan ditunjukkannya bermacam-
macam sindrom emosi dan fisik.
Freudenberger memilih kata
‘burnout’ untuk memberi label atas
kondisi tersebut dimana kata ini
biasanya digunakan untuk
menunjukkan efek kronik dari
penyalahgunaan obat (Schaufeli dan
Buunk, 1996).
Penelitian tentang burnout
sendiri sebenarnya telah berlangsung
selama 25 tahun (Maslach, dkk, 2001)
sehingga menghasilkan berbagai
ragam pengertian. Dalam Lexicon of
Psikiatri & Mental Health terms
(1994) dinyatakan bahwa sindrom
burnout merupakan salah satu bentuk
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen
103
reaksi ekstrim terhadap stres yang
berkaitan dengan kerja, dimana istilah
ini masih controversial, dan beberapa
pengarang memasukkannya sebagai
kasus depresi klinis.
Maslach dan Jackson (dalam
Sutjipto, 2001) meneliti tentang
burnout pada bidang pekerjaan yang
berorientasi melayani orang lain
seperti bidang kesehatan mental,
bidang pelayanan kesehatan, bidang
pelayanan sosial, bidang penegakan
hukum, maupun bidang pendidikan;
dalam perkembangannya telah
memberikan sumbangan yang sangat
berarti dalam memahami burnout.
Mereka menemukan bahwa burnout
merupakan suatu pengertian yang
multidimensional. Maslach (dalam
Sutjipto, 2001) mengartikan burnout
sebagai sindrom psikologis yang
terdiri atas tiga dimensi yaitu
kelelahan emosional, depersonalisasi,
dan “low personal accomplishment”.
Sementara itu Pines dan
Aronson (dalam Sutjipto, 2001)
mendefinisikan burnout sebagai
kelelahan secara fisik, mental, dan
emosional karena keterlibatan yang
lama dalam situasi yang menuntut
secara emosional. Burnout dialami
oleh seseorang yang bekerja di sektor
pelayanan sosial dalam waktu yang
cukup lama. Menurut mereka, pada
jenis pekerjaan tersebut, seseorang
menghadapi tuntutan dari klien,
tingkat keberhasilan dari pekerjaan
rendah, dan kurangnya penghargaan
yang adekuat terhadap kinerja
pemberi layanan. Situasi menghadapi
tuntutan dari penerima layanan,
menggambarkan keadaan yang
menuntut secara emosional
(emotionally demanding), sehingga
pada akhirnya dalam jangka panjang
tertentu seseorang akan mengalami
kelelahan, karena ia berusaha
memberikan sesuatu secara maksimal,
namun memperoleh apresiasi yang
minimal.
Pada tahun 1998-1999, sebuah
penelitian mengenai burnout
dilakukan oleh Aiken, dkk (2001) di
Eropah dan Amerika, terhadap
perawat di 5 negara yaitu USA,
Kanada, Inggris, Skotlandia, dan
Jerman. Hasil dari penelitian ini
adalah 30% – 40% perawat di semua
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen
104
negara kecuali Jerman menunjukkan
skor burnout yang tinggi.
Kidd & Wagner (1992),
menyatakan bahwa perawat yang
bekerja dengan pasien kritis
mudah terkena burnout, yaitu
perawat diruangan critical care
(misalnya intensive care unit dan
emergency room). Penelitian yang
dilakukan Krausz Koslowsky (dalam
Sagie dan Krausz, 2003) menemukan
bahwa perawat di ruangan intensive
care unit lebih mengalami burnout
dibandingkan perawat dari
departemen lain. Penelitian burnout
lainnya dilakukan di Yunani oleh
Adali dan assistennya Priami M
(2002). Penelitian ini
membandingkan tingkat burnout
diantara perawat yang berbeda
lingkungan kerja. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa untuk kelelahan
emosional lebih muncul signifikan
pada perawat di ruangan emergency
room dibandingkan perawat yang
bekerja di intensive care unit dan
ruangan internis. Penelitian tersebut
menjelaskan bahwa faktor lingkungan
juga mempengaruhi munculnya
burnout pada perawat.
Disamping faktor situasional
terdapat juga faktor individual yang
mempengaruhi burnout, salah satunya
yaitu pengaruh kepribadian. Beberapa
aspek kepribadian yang juga
mempengaruhi kecenderungan
burnout, misalnya orang tipe A, self-
esteem rendah (Schaufeli dan Buunk,
1996). Sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Phillippens, (2002)
mengenai pengaruh tipe kepribadian
introvert dan ekstrovert terhadap
kelelahan ditempat kerja. Penelitian
ini adalah bagian dari program
penelitian tentang ‘kelelahan di
tempat kerja’ oleh The Netherlands
Organisation for Scientific Research.
Salah satu hasilnya menyatakan
bahwa kelelahan dalam bekerja (yaitu
kelelahan fisik dan mental) lebih
sering dialami individu tipe
kepribadian introvert daripada
individu tipe kepribadian ekstrovert.
Konsep tipe kepribadian
introvert dan ekstrovert pertama kali
dikemukakan oleh Carl Gustav Jung
(Naisaban, 2003). Ia mendefinisikan
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen
105
tipe kepribadian introvert sebagai
individu yang karakteristik sikap jiwa
berorientasi pada perasaan dan
pemikiran diri sendiri (dalam Schultz
dan Sydney, 1993). Tipe kepribadian
ini dicirikan sebagai orang yang
tertutup, pemalu dan menarik diri.
Sebaliknya dengan tipe kepribadian
ekstrovert digambarkan sebagai
individu yang karakteristik sikap jiwa
berorientasi pada orang lain atau hal-
hal diluar dirinya. Individu tipe
kepribadian ekstrovert dicirikan
sebagai orang yang ramah, suka
bersosialisasi
Perawat dengan tipe
kepribadian introvert kurang mampu
menjalin relasi atau komunikasi yang
hangat dengan orang lain, bahkan
beberapa cenderung merupakan orang
yang sulit bergaul. Sementara itu
menjalin interaksi dan komunikasi
yang baik dengan pasien merupakan
ketrampilan yang diharapkan dimiliki
perawat agar mampu memberikan
pelayanan keperawatan terhadap
pasiennya. Gunarsa (1989)
menjelaskan lebih lanjut bahwa
kualitas pelayanan yang diberikan
seorang perawat tergantung pada
kemampuan personalnya untuk
menyenangkan hati pasiennya.
Dengan kepribadian demikian
perawat tipe kepribadian introvert
akan lebih mudah merasakan tekanan
dalam pekerjaannya yang menuntut
interaksi yang konstan dengan orang
lain. Sebaliknya perawat dengan
kepribadian ekstrovert merupakan
orang yang bersifat lebih terbuka dan
memiliki kemampuan sosialisasi yang
lebih baik sehingga tuntutan tugas
untuk banyak berinteraksi dengan
pasien akan dilakukan dengan lebih
mudah dibandingkan dengan perawat
introvert.
Adanya perawat yang
memiliki kemampuan sosialisasi yang
rendah, ditunjukkan dengan
ketidakmampuannya untuk menjalin
hubungan yang menyenangkan
dengan pasien dibenarkan oleh
perawat-perawat di rumah sakit.
Bahkan mereka pun terhambat
komunikasinya dengan teman
sejawat. Hal ini mempengaruhi
kemampuan perawat introvert dalam
memberikan pelayanan kepada
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen
106
pasien. Mereka biasanya kurang dapat
berbasa-basi kepada pasien dan
minim komunikasi dengan pasien.
Kondisi pribadi seperti ini (yang
dialami perawat introvert) lebih
berpotensi mengarahkan timbulnya
perasaan tidak nyaman dalam bekerja.
Kondisi psikologis perawat introvert
akan lebih mudah mengalami
ketidaknyaman daripada perawat
dengan tipe kepribadian ekstrovert.
Kondisi profesi keperawatan
rumah sakit di Indonesia
menunjukkan tingkat pelayanan yang
berbeda antara rumah sakit instansi
swasta dan pemerintah. Berdasarkan
wawancara dengan para pasien,
dikeluhkan bahwa sikap melayani
para perawat di rumah sakit instansi
pemerintah di kota Medan kurang
memuaskan. Para pasien lebih
menyukai pelayanan perawat di
rumah sakit swasta daripada rumah
sakit pemerintah. Perbedaan kualitas
pelayanan ini bisa saja berkaitan
dengan status kepegawaian perawat di
rumah sakit pemerintah sebagai
pegawai negeri membuat tingkat
pemecatannya tidak sesederhana
perawat di swasta. Sementara di
rumah sakit swasta, komplain dari
pasien karena kurang memuaskannya
pelayanan yang diberikan perawat
menyebabkan rumah sakit swasta
lebih mengawasi kualitas pelayanan
perawatnya. Dengan gambaran
kondisi tersebut tampaknya perawat
di rumah sakit negeri cenderung
memberikan pelayanan tidak
semaksimal perawat di rumah sakit
swasta sehingga peneliti melihat
burnout akan lebih muncul pada
perawat di rumah sakit swasta.
Berdasarkan latar belakang
diatas maka peneliti menjadi tertarik
untuk melihat perbedaan burnout
pada perawat tipe kepribadian
introvert dan ekstrovert di ruangan
critical care rumah sakit swasta.
Metode Penelitian
Subjek
Subjek penelitian adalah
perawat yang bekerja di rumah sakit
swasta di kota medan, yang bertugas
di ruangan critical care, yakni
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen
107
emergency room dan intensive care
unit. Para perawat berusia dibawah
30 tahun. Pengalaman bekerja subjek
di ruangan critical care minimum
satu tahun. Jumlah subjek penelitian
45 orang yakni 22 subjek dengan tipe
kepribadian introvert dan 23 subjek
dengan tipe kepribadian ekstrovert.
Teknik sampling yang digunakan
adalah purposife sampling (Hadi,
2000).
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam
penelitian dilakukan dengan
menggunakan 2 skala psikologi
(Suryabrata, 2000), yakni skala
Maslach burnout inventory dan skala
tipe kepribadian introvert dan
ekstrovert. Skala Maslach Burnout
Inventory (MBI) digunakan untuk
mengukur burnout. Skala ini
menguraikan 3 dimensi dari burnout
yakni kelelahan emosional,
depersonalisasi, dan low personal
accomplishment (Maslach, 2001).
Skala tipe kepribadian introvert dan
ekstrovert dikembangkan peneliti
berdasarkan indikator-indikator tipe
kepribadian introvert dan ekstrovert
(dalam Dale, 2000).
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dalam
penelitian ini dianalisis secara
statistik dengan metode korelasi t-test
( Sudjana, 1989), dengan tingkat
kepercayaan 95 % untuk melihat
perbedaan burnout antara tipe
kepribadian introvert dan tipe
kepribadian ekstrovert pada perawat
di ruangan critical care.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Subjek penelitian paling muda
berumur 22 tahun dan yang paling tua
berusia 30 tahun, dimana lebih dari
setengah subjek penelitian berusia
diantara 25 – 27 tahun (52,9 %).
Hampir keseluruhan subjek penelitian
sudah bekerja di ruangan critical care
dengan kisaran waktu 1 – 7 tahun
(91,4%), dimana 50 % subjek
penelitian sudah bekerja di ruangan
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen
108
critical care selama 1 – 3 tahun.
Sebagian besar perawat, yakni 81%,
di gaji dengan kisaran Rp. 500.000 –
Rp. 1.000.000.
Hasil analisis data yakni, rata-
rata skor burnout pada subjek dengan
tipe kepribadian introvert sebesar
75.23 dengan standart deviasi 7.578,
dimana lebih tinggi dari tipe
kepribadian ekstrovert yang nilai rata-
rata skor burnout sebesar 60.70
dengan standart deviasi 5.414. Setelah
dilakukan perhitungan dengan analisis
t-test diperoleh nilai signifikansi p =
0.036, berarti p <0,05 untuk l.o.s 0.05
yang menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan tingkat burnout antara
tipe kepribadian intorvert dan tipe
kerpibadian ekstrovert, yakni burnout
pada perawat kepribadian introvert
lebih tinggi dibandingkan kepribadian
ekstrovert.
Uji beda dengan t-test juga
dilakukan untuk dimensi-dimensi
burnout. Hasilnya menunjukkan
bahwa; untuk dimensi kelelahan,
tidak terdapat perbedaan yang
signifikan skor dimensi kelelahan
emosional antara tipe kerpibadian
introvert dan tipe kepribadian
ekstrovert. Dengan signifikansi p =
0.180, dimana p > 0.05, l.o.s 0.05,
yang berarti tidak ada perbedaan yang
signifikan. Untuk dimensi
depersonalisasi juga tidak ada
perbedaan yang signifikan. Uji beda
untuk skor dimensi depersonalisasi
antara tipe kepribadian introvert dan
tipe kepribadian ekstrovert
menghasilkan p = 0.51, dimana p >
0.05, l.o.s 0.05, yang berarti
perbedaan tidak cukup signifikan.
Untuk dimensi low personal
accomplishment, hasil uji beda
menunjukkan perbedaan yang
signikan antara tipe kepribadian
introvert dan tipe kepribadian
ekstrovert dengan signifikansi p =
0.002, untuk l.o.s 0,01, p < 0,01, yang
artinya hipotesis di terima, yakni
perbedaan kedua skor signifikan.
A. Pembahasan
Dari hasil penelitian diperoleh
bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan tingkat burnout pada
perawat tipe kepribadian introvert
dibandingkan perawat tipe
kepribadian ekstrovert, yakni lebih
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen
109
tinggi pada perawat tipe kepribadian
introvert dibandingkan tipe
kepribadian ekstrovert. Jika dilihat
berdasarkan skor untuk tiap-tiap
dimensi burnout, ditemukan hanya
dimensi yang ketiga yang berbeda
secara signifikan, sementara 2
dimensi lainnya ada perbedaan namun
tidak signifikan.
Maslach seorang psikolog
sosial yang meneliti para pekerja
dibidang human service (dalam
Schaufeli dan Buunk, 1996)
mendefenisikan burnout sbb:
“Burnout is a syndrom ofemotional exhausation,depersonalization, and reducedpersonal accomplishment that canoccur among individuals who do‘people work’ of some kind”.
Dalam menjelaskan sindrom burnout,
ketiga dimensi ini yang diuraikan
lebih lanjut oleh Maslach (1997,
2001).
Kelelahan merupakan penentu
utama kualitas dari burnout. Seorang
yang sudah mengalami kelelahan
akan merasa pekerjaannya sebagai
sesuatu yang memberatkan baik
secara emosional ataupun fisik.
Mereka merasakan seolah energi nya
habis, tidak mampu merasa pulih
kembali meski telah beristirahat
beberapa saat. Kelelahan emosi
ditandai dengan berkembangnya
emosi-emosi negatif yakni perasaan
frustasi, putus asa, sedih, tidak
berdaya, tertekan, apatis terhadap
pekerjaan dan merasa terbelenggu
oleh tugas-tugas dalam pekerjaan
sehingga orang tersebut merasa tidak
mampu memberikan pelayanan secara
psikologis. Dalam penelitian ini skor
kelelahan pada tipe kepribadian
introvert lebih besar dari kepribadian
ekstrovert, namun perbedaannya tidak
cukup signifikan.
Sementara untuk dimensi
depersonalisasi skor yang diperoleh
untuk tipe kepribadian introvert juga
lebih besar dibandingkan tipe
kepribadian ekstrovert, namun
perbedaannya juga tidak signifikan.
Dimensi ini ditandai dengan
berkembangya sikap sinis. Seseorang
yang merasakan kelelahan fisik dan
emosional akibat pekerjaannya, akan
kehilangan rasa antusias terhadap
pekerjaan dan mulai mengembangkan
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen
110
emosi-emosi negatif (sikap sinis)
terhadap pekerjaan, dimana
sebelumnya perasaan seperti ini tidak
ada dirasakan. Seseorang yang
bersikap sinis dengan pekerjaannya
biasanya akan berperilaku menjaga
jarak terhadap pekerjaannya dan
orang-orang yang terlibat dalam
pekerjaannya. Individu tersebut akan
meminimalkan keterlibatannya dalam
pekerjaan, bahkan kehilangan
idealisme akan pekerjaan tersebut.
Sinisme merupakan cara untuk
melindungi diri sendiri dari kelelahan
dan kekecewaan. Individu merasa
lebih aman dengan perilaku tidak
peduli. Mereka kemudian kehilangan
kepercayaan diri akan kemampuan
dirinya terutama dalam melakukan
pekerjaan yang hal ini menimbulkan
ketidakefektifan dalam bekerja. Pada
kedua tipe kepribadian tingkat
depersonalisasi yang dirasakan tidak
berbeda secara signifikan, meski lebih
besar pada perawat introvert.
Pada dimensi ketiga yakni
“low personal accomplishment”,
berkaitan dengan tidak efektifnya
seseorang dalam melakukan
pekerjaannya, yakni rendahnya
kemahiran atau kemampuan dalam
melakukan atau menyelesaikan suatu
pekerjaan. Maslach (2001)
menjelaskan lebih lanjut tentang
dimensi ini, sebagai reaksi dari
dimensi kelelahan, atau dimensi
depersonalisasi, atau interaksi kedua
dimensi kelelahan dan
depersonalisasi. Pada penelitian ini,
perbedaan skor untuk dimensi ketiga
antara tipe kepribadian introvert dan
tipe kepribadian ekstrovert berbeda
secara signifikan, yakni lebih tinggi
pada kepribadian introvert daripada
ekstrovert. Ini menunjukkan lebih
tingginya sindrom burnout pada tipe
kepribadian introvert, terutama
berkaitan dengan rendahnya
keefektifan perawat tipe introvert
dalam melakukan tugas
keperawatannya. Perbedaan skor pada
dua dimensi pertama memang
ditemukan namun tidak berbeda
secara signifikan, namun pada
dimensi ketiga ini, perbedaannya
signifikan. Tampaknya pada perawat
introvert, interaksi dimensi kelelahan
dan dimensi depersonalisasi potensial
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen
111
menyebabkan perawat introvert
menjadi lebih tidak efektif dari pada
perawat ekstrovert.
Interaksi dimensi kelelahan
dan depersonalisasi sebagai pemicu
ketidakefektifan seseorang dalam
bekerja digambarkan yakni ketika
seorang perawat yang merasakan
lelah fisik dan mental terhadap
pekerjaannya, kemudian
mengembangkan penilaian negatif
pada pekerjaan dan pada dirinya,
bahwa dirinya kurang cakap dalam
pekerjaannya, maka dalam kondisi
seperti ini akan sulit bagi perawat
bekerja secara efektif. Dengan
demikian perawat tersebut akan sulit
berinteraksi secara efektif dengan
orang-orang yang dilayaninya.
Jika dilihat dari
kecenderungan kepribadian introvert,
yakni pribadi yang mengelola
permasalahan lebih ke dalam diri
sendiri, maka bisa menjelaskan
bagaimana burnout lebih mudah
berkembang pada tipe kepribadian ini.
Sebagaimana yang digambarkan Jung
(Suryabrata, 1998; Schultz dan
Sydney 1993) tentang individu tipe
ini yakni individu yang lebih
dipengaruhi oleh dunia subjektifnya,
yaitu dunia di dalam dirinya sendiri.
Orientasinya terutama tertuju ke
dalam; pikiran, perasaan, serta
tindakan-tindakannya terutama
ditentukan faktor dalam diri
(subjektif). Penyesuaian dengan dunia
luar kurang baik; jiwanya tertutup,
sukar bergaul, sukar berhubungan
dengan orang lain (Suryabrata 1998).
Pada tipe kepribadian
introvert, saat menghadapi
permasalahan (baik masalah pribadi
atau kerja) akan cenderung “sibuk”
dengan pikiran maupun perasannya
sendiri, sehingga akan sulit bagi
mereka untuk keluar jika berada
dalam situasi perasaan yang menekan.
Mereka perlu untuk dibantu
mengatasi kesalahan persepsi yang
mereka kembangkan tentang diri
sendiri ketika mereka mengalami
sindrom burnout (depersonalisasi).
Merupakan hal yang penting untuk
menggugah mereka agar mau
berkomunikasi lebih terbuka dengan
orang lain, terutama untuk
membicarakan permasalahan-
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen
112
permasalahan yang sifatnya
psikologis. Hal ini dapat membantu
individu ini menghempang
perkembangan pemikiran negatif
tentang dirinya, yang bisa
berkembang ketika mereka
mengalami burnout.
Berdasarkan uraian diatas
dijelaskan bagaimana burnout bisa
berkembang dengan lebih signifikan
pada tipe kepribadian introvert
dibandingkan kepribadian ekstrovert.
Ini sesuai dengan hasil yang diperoleh
dalam penelitian ini.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa
perawat dengan tipe kepribadian
introvert lebih rentan mengalami
burnout dibandingkan perawat
dengan tipe kepribadian ekstrovert.
Dimana dari ketiga simptom burnout,
hanya dimensi low personal
accomplishment berbeda secara
signifikan antara tipe kepribadian
introvert dan ekstrovert, sementara 2
dimensi lainnya meski skor pada tipe
kepribadian introvert juga lebih besar,
namun tidak signifikan.
Saran
1. Untuk rumah sakit di Indonesia,
agar memperhatikan
kesejahteraan psikologis para
perawat. Khususnya pada perawat
yang cenderung menutup diri
(kepribadian introvert), agar
disediakan media konseling
sebagai wadah membicarakan
permasalahan psikologis mereka,
untuk menghindari perawat
terjebak dalam sindrom burnout
yang dapat menyebabkan perawat
kurang efektif.
2. Perlunya dilakukan penelitian
lebih lanjut tentang munculnya
gejala burnout pada profesi
perawat di Indonesia, dan profesi
pelayanan lainnya, misalnya guru.
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen
113
DAFTAR PUSTAKA
Adali, E., & Priami, M. (2002, July –September). Burnout amongnurses in intensive care unit,internal medicine wards andemergency departments ingreek (hal 1 – 19). ICUs andNursing Web Journal[online].http://www.nursing.gr/burnout.pdf
Aditama, T. Y. (1999). ManajemenAdministrasi Rumah Sakit,UI-Press
Aiken, S. P., Clarke, D. M. &Sloane. (2001, Mei). Nurses'reports on hospital care infive countries [Online]Health Affairs 20(3), pp. 43-53.www.ahcpr.gov/research/aug01/
Altschul, A. & Sinclair, H. C. (1981).Psychology for Nurses. Edisike-5, London; BailliéreTindall
Dale, B. (2000, Mei). Your Myers-Briggs Personality InventoryResults,www.ssc.cc.il.us/~bathgate/M-B_Personality_Type.htm
Gunarsa, S., & Gunarsa Y. (1989).Psikologi Perawatan, edisike-3, PT. BPK GunungMulia, Jakarta.
Hadi, S. (2000). MetodologiResearch jilid 1, Jogjakarta:Andi Offset.
Hadi, S. (2000). MetodologiResearch jilid 2, Jogjakarta:Andi Offset.
Kalman, N. & Waughfield, C. G.(1987). Mental HelathConcept, edisi ke-2, DelmarPublishers.Inc
Kerlinger, N.F. (2000). Asas-AsasPenelitian Behavioral, edisiketiga, Yogyakarta: GadjahMadah University Press
Kidd, P. S., & Wagner, K. D. (1992).High Acuity Nursing;Preparing for Practice inToday’s Health CareSettings, Connecticut:Appleton & Lange
Maslach, C., & Leiter, M. P. (1997).The Truth About Burnout,San Fransisco: Jossey-bass
Maslach, C., Schaufeli W. B. &Leiter, M. P. (2001, Mei).Issue: Annual Job Burnout.www.AnnualReviews.org.[online]. www.findarticles.com.
Naisaban, L. (2003). Psikologi Jung,Jakarta: Grasindo
Philippens, M. (2002, 11 September).Introvert persons are morelikely to become tired atwork.www.eurekalert.org/pupnews.php
Puageno, R. A. (2002). Maknaakreditasi RS bagikepentingan publik.www.surya.co.id/02082002/html.
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBPNommensen
114
Rab, H. Tabrani, Prof. Dr. (1998).Agenda Gawat Darurat(Critical Care), jilid 1, edisi1, Bandung: Alumni
Sagie, A. & Kraus, M. (2003).Whataspect of the job have mosteffect on nurses?. HumanResource ManagementJournal, Vol 13 No.1,
Schaufeli, W.M. & Buunk,B.P.(1996). Professional Burnout,dalam Schabrac, M.J. &Winnubst, J.A.M.(Vol Ed),Handbook of Work andHelath Psychology John.Wiley & Sons
Schulz, D. & Sydney, E. (1993).Theories of Personality edisi
ke-5, California: BrooksPublishing Company
Sudjana. (1989). Metode Statistika,Bandung: Tarsito
Suryabrata, S. (1998). PsikologiKepribadian, edisi ke-8, PT.Raja Grafindo Persada,Jakarta.
Suryabrata, S. (2000).Pengembangan Alat UkurPsikologi, Yogyakarta: AndiOffset
Sutjipto. (2001). Apakah andaMengalami Burnout, dalamwww.depdiknas.go.id,
WHO. (1994). Lexicon of Psikiatri &Mental Health terms, edisike-2, Geneva.
Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
115
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN MEDICINE BALL TWIST TOSSDENGAN LATIHAN MEDICINE BALL SCOOP TOSS TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT LENGAN DAN KEMAMPUAN HITDALAM PERMAINAN HOKI PADA ATLET PUTRA
UNIMED HOKI CLUB (UHC)
Irwansyah Siregar
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan medicineball twist toss dengan latihan medicine ball scoop toss terhadap peningkatanpower otot lengan dan kemampuan pukulan hit dalam permainan hoki pada atletputra Unimed Hoki Club Tahun 2012. Populasi populasi dalam penelitian iniadalah seluruh atlet putra Unimed Hoki Club Tahun 2012 yang berjumlah 20orang. Dari hasil penelitian menunjukan ada enam (6) kesimpulan yaitu: Pertama :Terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan medicine ball twist toss terhadappeningkatan power otot lengan pada atlet putra Unimed Hoki Club tahun 2012;Kedua : Terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan medicine ball scoop tossterhadap peningkatan power otot lengan atlet putra Unimed Hoki Club tahun2012; Ketiga : Latihan medicine ball twist toss secara signifikan lebihberpengaruh daripada latihan medicine ball scoop toss terhadap peningkatanpower otot lengan pada atlet putra Unimed Hoki Club tahun 2012; Keempat :Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan medicine ball twist tossterhadap kemampuan hit pada atlet putra Unimed Hoki Club tahun 2012; Kelima :Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan medicine ball scoop tossterhadap kemampuan hit pada atlet putra Unimed Hoki Club tahun 2012; danKeenam : Latihan medicine ball twist toss secara signifikan lebih besarpengaruhnya daripada latihan medicine ball scoop toss terhadap kemampuan hitpada atlet putra Unimed Hoki Club tahun 2012.
Kata Kunci : Latihan medicine ball twist toss, latihan medicine ball scoop toss,peningkatan power otot lengan dan kemampuan pukulan hitdalam permainan hoki
LATAR BELAKANG
Berolahraga berarti melakukan
aktivitas fisik. Toho Cholik Mutahir
(2007 : 2) mendefinisikan olahraga
sebagai segala aktivitas fisik yang
dilakukan dengan sengaja dan
sistematis untuk mendorong,
membina dan mengembangkan
potensi jasmani, rohani dan sosial.
Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
116
Sementara itu Sejarah Olahraga
Indonesia (1991 : 6) mengartikan
olahraga adalah bentuk-bentuk
kegiatan jasmani yang terdapat di
dalam permainan perlombaan dan
kegiatan jasmani yang intensif dalam
rangka memperoleh rekreasi
kemenangan dan prestasi optimal.
Masyarakat Indonesia pada
umumnya lebih menyukai permainan
olahraga permainan dalam bentuk
olahraga beregu atau kelompok, yang
dapat membangun sebuah kerja sama
tim dan menciptakan sebuah
permainan yang indah salah satunya
adalah olahraga hoki
Hoki adalah suatu permainan
yang dimainkan antara 2 (dua) regu
yang setiap permainannya memegang
sebuah tongkat bengkok yang disebut
stick untuk mengolah bola. Primadi
Tabrani (2002 : 79), menyatakan
tujuan permainan hoki adalah
menciptakan gol sebanyak-
banyaknya ke gawang lawan dan
menjaga gawangnya sendiri agar
tidak kemasukan bola. Tabrani (1993
: 4) mengatakan, bahwa ada beberapa
istilah dalam keterampilan dalam
permainan hoki yaitu : “(a)
Memainkan bola – playing the ball,
(b) Stroke – menggerakkan bola
dengan stick, (c) Pukulan (hit), (d)
Push, (e) flick, (f) Scoop, (g)
Tembakan ke gawang- shoot at goal,
(h) Pass back, dan (i) Jarak
permainan.
Dari beberapa teknik pukulan,
pukulan hit adalah salah satu teknik
pukulan yang sangat dominan
dilakukan, karena dengan cara ini
pula peluang untuk menghasilkan gol
lebih besar dan jalannya bola lebih
cepat, sehingga pemain bertahan dan
penjaga gawang akan lebih sulit
menghalau dan menahan bola. Hanya
dalam melakukan hit ini tidak mudah
dilakukan, pegangan stick, posisi
kaki, pergelangan tangan dan faktor
kondisi salah satunya. Karena dalam
permainannya sendiri lengan
merupakan faktor utama yang sangat
digunakan.
Glencross (1984 : 25),
menyatakan hit merupakan salah satu
teknik dasar yang harus dikuasai oleh
seorang pemain hoki secara
sempurna. Hit juga memiliki
kelebihan yakni jalannya bola cepat
untuk menerobos pertahanan lawan,
Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
117
melakukan shooting ke gawang untuk
menghasilkan gol. Dan ada juga
teknik dasar dalam permainan hoki
yaitu memindahkan bola dari tempat
ke tempat yang lain. Dari faktor
teknik yang telah dikemukakan
kemampuan hit dan kemampuan
power otot lengan yang akan
dijadikan fokus perhatian dalam
penelitian ini. Dimana kedua
kemampuan tersebut sebagai salah
satu faktor yang sangat diperlukan
dalam cabang olahraga hoki.
Di Sumatera Utara olahraga
hoki sudah mulai diperkenalkan dan
dikembangkan di masyarakat
khususnya kepada pelajar. Universitas
Negeri Medan merupakan pusat
latihan hoki di Sumatera Utara.
Fasilitas yang dimiliki di pusat
pelatihan ini seperti lapangan rumput
yang rata, gawang 4 buah, bola 50
buah, stick 30 buah, dan perlengkapan
penjaga gawang yang cukup
memadai. Berdasarkan pengamatan
penulis serta hasil diskusi dengan
pelatih dan pembina di Unimed Hoki
Club (UHC), bahwa masih terdapat
kekurangan pada setiap atlet dalam
melakukan hit dan belum
menunjukkan hasil yang memuaskan.
Terlihat jelas pada saat mengikuti
LIHOMANAS VII UHC hanya
menempati peringkat 3, pada
LIHOMANAS VIII UHC menempati
Peringkat 4, pada Liga Hoki
Sumatera Utara Jaya (Lho Sumut Ya)
UHC menempati peringkat 4.Peneliti
menduga lemahnya pukulan hit
dikarenakan power otot lengan atlet
putera UHC masih lemah. Untuk itu
peneliti melakukan tes pendahuluan
agar membuktikan benar atau tidak
dugaan peneliti tersebut.
Tabel 1 : Data Tes Kemampuan Hit Atlet Putra Unimed Hoki Club Tahun2010 (7 Juni 2010)
NO.
NAMAWAKTU TARGET
JUMLAHT SCORE
JUMLAHBAGIDUA
RAW T RAW TSCORE SCORE SCORE SCORE
1. Teguh Amrullah 33,56 58,14 37 60 118,14 59,072. Fahreza Rizki 30,08 65,38 33 48,1 113,48 56,743. M. Fitiransyah 27,92 69,87 39 66,13 136 684. Satmoko Hanggoro 37,41 50,14 28 32,91 83,05 41,525. Rudi Purnomo 40,35 44,04 36 57,06 101,1 50,556. Juni Hardi Utomo 43,26 37,09 31 41,97 79,96 39,98
Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
118
7. Budi Setiarto 39,97 44,38 31 41,97 86,8 34,48. Nanda Ibnasa Rahman 39,47 45,87 36 57,06 102,93 51,469. M. Azhari 36,38 52,28 32 44,99 97,27 48,6310. Fadly Subraza Gultom 37,51 49,94 35 54,04 103,98 57,9911. Wahyudi Hakim Gultom 42,46 39,65 30 38,95 78,6 39,312. M. Fadlan Lubis 41,44 41,77 36 57,06 98,63 49,41
Tabel 2 : Data Tes Pendahuluan Power Otot Lengan Atlet Putra Unimed HokiClub Dengan Menggunakan Tes Medicine Ball Chest Throw
NO NAMA HASIL (CM) KATEGORI1. Teguh Amrullah 361 KURANG2. Fahreza Rizki 430 SEDANG3. M. Fitiransyah 370 KURANG4. Satmoko Hanggoro 390 KURANG5. Rudi Purnomo 410 KURANG6. Juni Hardi Utomo 364 KURANG7. Budi Setiarto 439 SEDANG8. Nanda Ibnasa Rahman 384 KURANG9. M. Azhari 435 SEDANG10. Fadly Subraza Gultom 381 KURANG11. Wahyudi Hakim Gultom 369 KURANG12. M. Fadlan Lubis 388 KURANG
Tabel 3. Norma Kemampuan Power Otot Lengan Untuk Putra. Harsuki(2003:336)
BAIK SEKALI 600BAIK 525 599SEDANG 426 542KURANG 351 425
350
Dari tes pendahuluan di atas terlihat
bahwa atlet Unimed Hoki Club
memiliki power otot lengan dengan
kategori sedang dan kategori kurang.
Mencermati permasalahan di atas
penulis tertarik mengadakan suatu
penelitian dengan judul “Perbedaan
Pengaruh Latihan Medicine Ball
Twist Toos Dengan Latihan Medicine
Ball Scoop Toss Terhadap
Peningkatan Power Otot Lengan dan
Kemampuan Hit Dalam Permainan
Hoki Pada Atlet Putra Unimed Hoki
Club Tahun 2012”.
Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
119
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah ada
pengaruh latihan medicine ball
twist toss terhadap peningkatan
power otot lengan pada atlet putra
Unimed Hoki Club tahun 2012.
2. Untuk mengetahui apakah ada
pengaruh latihan medicine ball
scoop toss terhadap peningkatan
power otot lengan pada atlet putra
Unimed Hoki Club tahun 2012.
3. Untuk mengetahui latihan manakah
yang lebih besar memberikan
pengaruh antara latihan medicine
ball twist toss dengan latihan
medicine ball scoop toss terhadap
peningkatan power otot lengan
pada atlet putra Unimed Hoki Club
tahun 2012.
4. Untuk mengetahui pengaruh dari
latihan medicine ball twist toss
terhadap peningkatan kemampuan
hit pada atlet putra Unimed Hoki
Club tahun 2012.
5. Untuk mengetahui pengaruh dari
latihan medicine ball scoop toss
terhadap peningkatan kemampuan
hit pada atlet putra Unimed Hoki
Club tahun 2012.
6. Untuk mengetahui latihan manakah
yang lebih besar memberikan
pengaruh antara latihan medicine
ball twist toss dengan latihan
medicine ball scoop toss terhadap
kemampuan hit pada atlet putra
Unimed Hoki Club tahun 2012.
Dari hasil penelitian ini
diharapkan akan bermanfaat untuk :
1. Sebagai bahan informasi dan
masukan bagi para atlet dan usaha
pembinaan atlet
2. Sebagai bahan informasi dan
masukan bagi pembina dan pelatih
olahraga hoki khususnya di
Unimed Hoki Club.
3. Sebagai penambah wawasan
ilmiah ilmu pengetahuan, dan
meningkatkan prestasi Hoki
dalam pembinaannya serta
pengembangannya.
4. Sebagai bahan masukan bagi
penulis untuk dapat mengetahui
bentuk latihan yang lebih baik
digunakan dalam melatih power
otot lengan khususnya pada
permainan hoki.
Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
120
1. Hakikat Pukulan Hit
Didalam peraturan PB PHSI
(2005 : 8) mengatakan “hit
(memukul) bola dengan gerakan
mengayun menggunakan stick
(tongkat pemukul) ke arah bola”.
Selanjutnya M. Simanjuntak (1978 :
8) mengatakan “faktor yang penting
harus diingat dalam soal memukul
adalah kecepatan, kekuatan footwork
serta peranan pergelangan tangan
(pols) pada saat mengayun stick
tersebut untuk menghasilkan pukulan
yang keras, maka tidaklah perlu stick
tersebut harus tinggi diayun ke
belakang”. Pukulan hit harus
dilakukan dengan cepat dan tepat,
serta dengan waktu yang sangat
singkat. Kemampuan melakukan hit
dapat digunakan untuk mengoper bola
dengan kawan satu tim, pukulan
bebas, dan tidak melakukan goal
shooting, kecuali finalty stroke.
Cara melakukan hit menurut
M. Simanjuntak (1978 : 8) kedua
tangan rapat memegang ujung stick
(handle) dengan tangan kiri di atas
dengan tangan lainnya rapat
dibawahnya. Kedua kaki dibuka
selebar bahu dengan wajah stick
menghadap ke bola. Selanjutnya stick
diayun ke samping. Berat badan pada
kaki belakang kemudian ayunan stick
ke depan. Dalam mengayun stick
keseimbangan badan harus dijaga.
Teknik hit dilakukan mengarah garis
bahu dari kanan ke kiri menuju arah
sasaran.
Gambar 1. Melakukan Pukulan Hit(Sumber : DR. DJ. Glencross ,1984 : 43)
Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
121
2. Hakikat Latihan
Untuk mencapai suatu prestasi
dalam olahraga, diperlukan suatu
latihan yang harus dilakukan secara
teratur dan berkesinambungan.
Latihan yang dilakukan secara teratur
dan berkesinambungan dapat
dituangkan dalam program latihan
yang akhirnya dapat meningkatkan
kemampuan fisik secara nyata
sehingga dapat mencapai prestasi
olahraga yang diharapkan. Harsono
(1982 : 101) mengatakan “training
adalah proses yang sitematis dan
berlatih atau bekerja, yang dilakukan
secara berulang, dengan kian hari
kian menambah beban latihan atau
pekerjaannya”. Selanjutnya Harsono
(1999 : 100) mengatakan “tujuan serta
sasaran latihan atau training adalah
untuk membantu atlet untuk
meningkatkan keterampilan dan
prestasi semaksimal mungkin”. Untuk
mencapai hal itu ada empat aspek
latihan yang meliputi : latihan teknik,
latihan taktik, latihan fisik, dan
latihan mental.
Perlu juga diperhatikan
prinsip-prinsip dalam latihan seperti
dikemukakan oleh Bower dan Fox
(1992 : 149) diantaranya : Prinsip
beban berlebihan (over load
principle), Prinsip peningkatan secara
bertahap (progresif principle), Prinsip
pengaturan latihan, dan Prinsip
kekhususan.
Membuat program haruslah
disusun secara khusus, yaitu dengan
mengikuti pola keterampilan gerak
yang spesifik agar pengembangan
daya ledak otot akan diikuti dengan
pola gerakan yang sudah mengarah
pada keterampilan yang spesifik
tersebut. Untuk mendapatkan hasil
yang spesifik, program latihan harus
disesuaikan dengan karakteristik
cabang olahraga dan tujuan yang akan
dicapai.
3. Hakikat Latihan Medicine Ball Twist Toss
Latihan medicine ball twist
toss merupakan latihan plyometrics.
Tujuan latihan ini adalah untuk
melatih kekuatan otot lengan dan
power otot lengan. Latihan
plyometrics medicine ball twist toss
Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
122
dilakukan dengan menggunakan bola
medicine sebagai beban.
James C.R dan R.C Farentinos
(1985 : 12) mengatakan cara
melakukan gerakan medicine ball
twist toss adalah : “atlet memegang
bola medicine seberat 3 Kg dengan
kedua tangan di samping kanan
kemudian gerakan ke samping kiri
setinggi bahu. Lakukan 3- 6 set
dengan repetisi masing-masing set
10- 20 kali, dengan waktu istirahat
masing-masing set selama 1 menit”.
Gambar 2. Bentuk Gerakan Latihan Medicine Ball Twist Toss(Sumber : James C.R dan R.C. Farentinos, 1985: 12)
Latihan medicine ball twist toss
bertujuan meningkatkan daya ledak
otot (power) lengan. Pada permainan
hoki power otot lengan sangat
berguna dalam melakukan hit, apabila
power otot lengan bagus maka
kualitas hit yang dilakukan secara
otomatis akan maksimal. Artinya hit
yang dilakukan akan terarah dan
terukur sehingga akan membantu
dalam melakukan goal shooting pada
permainan hoki.
4. Hakikat Latihan Medicine Ball Scoop Toss
Medicine ball scoop toss
merupakan satu bentuk latihan
plyometrics yang melibatkan otot-otot
bahu dan lengan serta posterior
(belakang) dan lateral samping, dan
badan anterior (depan). Latihan
medicine ball scoop toss merupakan
salah satu bentuk latihan yang dapat
Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
122
dilakukan dengan menggunakan bola
medicine sebagai beban.
James C.R dan R.C Farentinos
(1985 : 12) mengatakan cara
melakukan gerakan medicine ball
twist toss adalah : “atlet memegang
bola medicine seberat 3 Kg dengan
kedua tangan di samping kanan
kemudian gerakan ke samping kiri
setinggi bahu. Lakukan 3- 6 set
dengan repetisi masing-masing set
10- 20 kali, dengan waktu istirahat
masing-masing set selama 1 menit”.
Gambar 2. Bentuk Gerakan Latihan Medicine Ball Twist Toss(Sumber : James C.R dan R.C. Farentinos, 1985: 12)
Latihan medicine ball twist toss
bertujuan meningkatkan daya ledak
otot (power) lengan. Pada permainan
hoki power otot lengan sangat
berguna dalam melakukan hit, apabila
power otot lengan bagus maka
kualitas hit yang dilakukan secara
otomatis akan maksimal. Artinya hit
yang dilakukan akan terarah dan
terukur sehingga akan membantu
dalam melakukan goal shooting pada
permainan hoki.
4. Hakikat Latihan Medicine Ball Scoop Toss
Medicine ball scoop toss
merupakan satu bentuk latihan
plyometrics yang melibatkan otot-otot
bahu dan lengan serta posterior
(belakang) dan lateral samping, dan
badan anterior (depan). Latihan
medicine ball scoop toss merupakan
salah satu bentuk latihan yang dapat
Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
122
dilakukan dengan menggunakan bola
medicine sebagai beban.
James C.R dan R.C Farentinos
(1985 : 12) mengatakan cara
melakukan gerakan medicine ball
twist toss adalah : “atlet memegang
bola medicine seberat 3 Kg dengan
kedua tangan di samping kanan
kemudian gerakan ke samping kiri
setinggi bahu. Lakukan 3- 6 set
dengan repetisi masing-masing set
10- 20 kali, dengan waktu istirahat
masing-masing set selama 1 menit”.
Gambar 2. Bentuk Gerakan Latihan Medicine Ball Twist Toss(Sumber : James C.R dan R.C. Farentinos, 1985: 12)
Latihan medicine ball twist toss
bertujuan meningkatkan daya ledak
otot (power) lengan. Pada permainan
hoki power otot lengan sangat
berguna dalam melakukan hit, apabila
power otot lengan bagus maka
kualitas hit yang dilakukan secara
otomatis akan maksimal. Artinya hit
yang dilakukan akan terarah dan
terukur sehingga akan membantu
dalam melakukan goal shooting pada
permainan hoki.
4. Hakikat Latihan Medicine Ball Scoop Toss
Medicine ball scoop toss
merupakan satu bentuk latihan
plyometrics yang melibatkan otot-otot
bahu dan lengan serta posterior
(belakang) dan lateral samping, dan
badan anterior (depan). Latihan
medicine ball scoop toss merupakan
salah satu bentuk latihan yang dapat
Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
123
meningkatkan power otot lengan.
Adapun pelaksanaan latihan medicine
ball scoop toss menurut Radcliffe dan
Farentinos (1985 : 90) adalah dengan
cara orang coba berdiri tegak lurus,
kedua tangan memegang bola
medicine, kemudian kedua lutut
dibengkokkan. Selanjutnya orang
coba melompat tegak lurus dengan
kedua kaki sambil melemparkan bola
medicine ke atas dengan kedua
tangan. Ketika mendarat bola
medicine kembali ditangkap dengan
kedua tangan. Berat medicine ball
yang digunakan adalah 3 kg.
Untuk lebih jelasnya latihan
Medicine Ball Scoop Toss dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3. Bentuk Gerakan Medicine Ball Scoop Toss(Sumber : Radcliffe & Farentinos, 1985 : 90)
Latihan medicine ball scoop
toss bertujuan meningkatkan daya
ledak otot (power) lengan. Pada
permainan hoki power otot lengan
sangat berguna dalam melakukan hit,
apabila power otot lengan bagus maka
kualitas hit yang dilakukan secara
otomatis akan maksimal. Artinya hit
yang dilakukan akan terarah dan
terukur sehingga akan membantu
dalam melakukan goal shooting pada
permainan hoki.
Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
123
meningkatkan power otot lengan.
Adapun pelaksanaan latihan medicine
ball scoop toss menurut Radcliffe dan
Farentinos (1985 : 90) adalah dengan
cara orang coba berdiri tegak lurus,
kedua tangan memegang bola
medicine, kemudian kedua lutut
dibengkokkan. Selanjutnya orang
coba melompat tegak lurus dengan
kedua kaki sambil melemparkan bola
medicine ke atas dengan kedua
tangan. Ketika mendarat bola
medicine kembali ditangkap dengan
kedua tangan. Berat medicine ball
yang digunakan adalah 3 kg.
Untuk lebih jelasnya latihan
Medicine Ball Scoop Toss dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3. Bentuk Gerakan Medicine Ball Scoop Toss(Sumber : Radcliffe & Farentinos, 1985 : 90)
Latihan medicine ball scoop
toss bertujuan meningkatkan daya
ledak otot (power) lengan. Pada
permainan hoki power otot lengan
sangat berguna dalam melakukan hit,
apabila power otot lengan bagus maka
kualitas hit yang dilakukan secara
otomatis akan maksimal. Artinya hit
yang dilakukan akan terarah dan
terukur sehingga akan membantu
dalam melakukan goal shooting pada
permainan hoki.
Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
123
meningkatkan power otot lengan.
Adapun pelaksanaan latihan medicine
ball scoop toss menurut Radcliffe dan
Farentinos (1985 : 90) adalah dengan
cara orang coba berdiri tegak lurus,
kedua tangan memegang bola
medicine, kemudian kedua lutut
dibengkokkan. Selanjutnya orang
coba melompat tegak lurus dengan
kedua kaki sambil melemparkan bola
medicine ke atas dengan kedua
tangan. Ketika mendarat bola
medicine kembali ditangkap dengan
kedua tangan. Berat medicine ball
yang digunakan adalah 3 kg.
Untuk lebih jelasnya latihan
Medicine Ball Scoop Toss dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3. Bentuk Gerakan Medicine Ball Scoop Toss(Sumber : Radcliffe & Farentinos, 1985 : 90)
Latihan medicine ball scoop
toss bertujuan meningkatkan daya
ledak otot (power) lengan. Pada
permainan hoki power otot lengan
sangat berguna dalam melakukan hit,
apabila power otot lengan bagus maka
kualitas hit yang dilakukan secara
otomatis akan maksimal. Artinya hit
yang dilakukan akan terarah dan
terukur sehingga akan membantu
dalam melakukan goal shooting pada
permainan hoki.
Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
124
5. Hakikat Power Otot Lengan
Dalam permainan hoki otot lengan
dan otot kaki memberikan peranan
yang besar untuk melakukan aktivitas
gerak tanpa menghilangkan peran
serta bagian tubuh yang lainnya.
Untuk menguasai lapangan untuk
bergerak kesetiap sudut lapangan
dibutuhkan kecepatan dan kekuatan
dari otot- otot kaki yang terlatih.
Demikian juga dengan otot lengan,
bola harus bisa dipukul setiap saat
untuk bertahan maupun menyerang
lawan. Untuk dapat melakukan hal
tersebut dibutuhkan kekuatan otot
lengan dan juga kecepatan, gabungan
dari kedua komponen fisik tersebut
akan menghasilkan pukulan- pukulan
yang terarah, cepat dan bertenaga.
Menurut Harsono (1998 : 199)
“power adalah kemampuan otot untuk
mengatasi tahanan dengan kontraksi
yang sangat cepat”, sedangkan
menurut Bompa (1994 : 1) bahwa
“power = force x velocity artinya
kemampuan power merupakan
perpaduan antara unsur kekuatan dan
kecepatan”.
Dari pendapat para ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa
daya ledak atau power adalah suatu
usaha yang dilakukan dengan
menggunakan tenaga yang maksimal
dan dilakukan secepat-cepatnya.
Dalam permainan hoki kelompok
otot-otot lengan sangat perlu dilatih
untuk menjadi kuat dan cepat agar
bisa menghasilkan pukulan-pukulan
yang cepat bertenaga dan terarah.
PEMBAHASAN
Dari hasil pengujian hipotesis
pertama menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara hasil
pre- test dengan post- test pada
kelompok Medicine Ball Twist Toss,
dengan th =11,94 > tt = 2,02, hal ini
menunjukkan adanya peningkatan
power otot lengan atlet putra Unimed
Hoki Club tahun 2012, artinya
semakin baik latihan Medicine Ball
Twist Toss dilakukan semakin
memberikan pengaruh pada
peningkatan power otot lengan.
Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
125
Dari hasil pengujian hipotesis
kedua menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara hasil
pre- test dengan post- test pada
kelompok Medicine Ball Scoop Toss,
dengan th =11,62 > tt = 2,02, hal ini
menunjukkan adanya peningkatan
power otot lengan atlet putra Unimed
Hoki Club tahun 2012, artinya
semakin baik latihan Medicine Ball
Twist Toss dilakukan semakin
memberikan pengaruh pada
peningkatan power otot lengan.
Dari hasil pengujian hipotesis
ketiga dalam perhitungan uji t
gabungan, ditemukan bahwa latihan
Medicine Ball Twist Toss secara
signifikan lebih besar pengaruhnya
dari pada latihan Medicine Ball Scoop
Toss terhadap peningkatan power otot
lengan pada atlet putra Unimed Hoki
Club tahun 2012, dengan th =2,57 > tt
= 2,23, artinya kedua bentuk latihan
ini sama- sama memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap peningkatan
power otot lengan, tetapi latihan
Medicine Ball Twist Toss lebih
direkomendasikan untuk dilakukan.
Dari hasil pengujian hipotesis
keempat menunjukkan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan
antara hasil pre- test dengan post- test
pada kelompok Medicine Ball Twist
Toss, dengan th =1,25 < tt = 2,02. Hal
ini menunjukkan tidak adanya
peningkatan hasil kemampuan hit
pada atlet putra Unimed Hoki Club
tahun 2012 dengan hanya melakukan
latihan Medicine Ball Twist Toss.
Dari hasil pengujian hipotesis
kelima menunjukkan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan
antara hasil pre- test dengan post- test
pada kelompok Medicine Ball Scoop
Toss, dengan th = -2,34 < tt = 2,02. Hal
ini menunjukkan tidak adanya
peningkatan hasil kemampuan hit
pada atlet putra Unimed Hoki Club
tahun 2012 dengan hanya melakukan
latihan Medicine Ball Scoop Toss.
Dari hasil pengujian hipotesis
keenam dalam perhitungan uji t
gabungan, ditemukan bahwa latihan
Medicine Ball Twist Toss secara
signifikan lebih besar pengaruhnya
dari pada latihan Medicine Ball Scoop
Toss terhadap hasil kemampuan hit,
dengan th =3,51 > tt = 2,23, artinya
kedua bentuk latihan ini tidak
memberikan pengaruh yang
Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
126
signifikan terhadap peningkatan
kemampuan hit, tetapi latihan
Medicine Ball Twist Toss dan latihan
Medicine Ball Scoop Toss
direkomendasikan untuk
meningkatkan power otot lengan
sehingga dengan meningkatnya power
otot lengan diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan hit pada
atlet putra Unimed Hoki Club tahun
2012.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil pengujian hipotesis dan
pembahasan hasil penelitian maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Terdapat pengaruh yang
signifikan dari latihan medicine
ball twist toss terhadap
peningkatan power otot lengan
pada atlet putra Unimed Hoki
Club tahun 2012.
2. Terdapat pengaruh yang
signifikan latihan medicine ball
scoop toss terhadap peningkatan
power otot lengan pada atlet
putra Unimed Hoki Club tahun
2012.
3. Latihan medicine ball twist toss
secara signifikan lebih
berpengaruh daripada latihan
medicine ball scoop toss terhadap
peningkatan power otot lengan
pada atlet putra Unimed Hoki
Club tahun 2012.
4. Tidak terdapat pengaruh yang
signifikan dari latihan medicine
ball twist toss terhadap
peningkatan kemampuan hit pada
atlet putra Unimed Hoki Club
tahun 2012.
5. Tidak terdapat pengaruh yang
signifikan dari latihan medicine
ball scoop toss terhadap
peningkatan kemampuan hit pada
atlet putra Unimed Hoki Club
tahun 2012.
6. Latihan medicine ball twist toss
secara signifikan lebih besar
pengaruhnya dari pada latihan
medicine ball scoop toss terhadap
peningkatan kemampuan hit pada
atlet putra Unimed Hoki Club
tahun 2012.
Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
127
Saran
1. Untuk para pelatih hoki
disarankan untuk menerapkan
latihan medicine ball twist toss
dan latihan medicine ball scoop
toss terhadap peningkatan power
otot lengan.
2. Kepada para pemain disarankan
agar melatih power otot lengan
dan kemampuan hit melalui
latihan yang terprogram agar
menghasilkan teknik yang baik.
3. Bagi para ilmuwan olahraga,
terbuka kesempatan untuk
meneliti tentang pengaruh dan
latihan yang sama namun dengan
teknik atau cabang olahraga yang
berbeda.
Irwansyah Siregar adalah dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
128
DAFTAR PUSTAKA.Bompa (2000). Total Training For
Young Champions. NewYork University. Canada
Glenn Cross, DJ. ED. (1984).Coaching Hockey TheAustralian Way, ShoulhMelbourne. AustralianHockey Association TTd
Harsono. (1988). Coaching danAspek-Aspek PsikologisDalam Coaching. TombakKusuma. Bandung
_______. (1997). Garuda Emas,Rencana Induk OlahragaPrestasi Di Indonesia 1992-2007. Panduan KepelatihanKONI. Jakarta.
_______. (1991 Sejarah OlahragaIndonesia. Jakarta
Harsuki. (2003). Pengukuran danEvaluasi PelaksanaanProgram Latihan CabangOlahraga. Rajawali Sport
Hodder dan Stoughton. (1984).Hockey coaching. London,Sydney Auckland. Toronto
Ismail, Yusoff . (1991). Hoki. FajarBakti SDH BHD. KualaLumpur
James. C.R dan R.C.Farentirios.(1985). ExplosivePower Training.HumanKintic Publisher
Mutahir, Toho Cholik. (2007). SportDevelopment. PT. Indeks.Jakarta
PB PHSI. (2005).Peraturan Hoki,FHI (FederationInternasional Hoki). Jakarta
Sajoto, Mochammad. (1988).Pembinaan Kondisi FisikDalam Olahraga. Jakarta
Simanjuntak, Maratua. (1978).Pengantar MetodeCoaching Hockey. FKIP.Medan
Sudjana. (2000). Statistik. Tarsito.Bandung
Tabrani, Primadi. (2002). HockeyKreativitas dan Riset DalamOlahraga. ITB Bandung
Weint, Horst, (1979). The Science ofHockey. Pelham Books LTD.London.
Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan
129
KARAKTERISTIK DAN TEKNIK BERNYANYI LAGU KATEGORINEGRO SPIRITUAL PADA KELOMPOK PADUAN SUARA
Lamhot Basani Sihombing
Abstrak
Bernyanyi adalah kegiatan mengeluarkan nada–nada dan kata–kata yangmengandung nilai estetika, dengan ekspresi natural yang artistik. Paduan suarajuga merupakan salah satu bentuk kelompok dalam bernyanyi. Paduan suaramerupakan gabungan dari beberapa kombinasi suara yaitu sopran, alto, tenor, bassdan tidak menutup kemungkinan untuk pembagian suara lain. Kategori lagu padapaduan suara terdiri dari: Musica Sacra, Negro Spiritual, Folklore/Etnik, Pop/Jazzdan sebagainya. Karakteristik lagu kategori Negro Spiritual terbentuk dari sejarahlahirnya atau terbentuknya Negro Spiritual.Kata Kunci : Karakteristik Lagu, Teknik Bernyanyi, Negro Spiritual, Kelompok
Paduan Suara
PENDAHULUAN
Bernyanyi adalah kegiatan
mengeluarkan nada – nada dan kata –
kata yang mengandung nilai estetika,
dengan ekspresi natural yang artistik.
Fungsi dari bernyanyi antara lain ;
sebagai hiburan, mata pencaharian,
dan juga sebagai media untuk
menyalurkan bakat dan kreatifitas
dalam proses pencapaian sebuah
prestasi. Dalam hal ini perlu diketahui
bahwa bernyanyi bukan hanya
sebagai bakat yang dibawa sejak
lahir, namun bernyanyi juga bisa
dipelajari secara mendalam melalui
lembaga pendidikan formal dan non-
formal. Bernyanyi dapat dilakukan
oleh seorang penyanyi secara pribadi,
grup maupun dalam skala yang besar.
Jika dilakukan oleh perseorangan
maka disebut Solo, dua orang disebut
duet, tiga orang disebut trio, lebih dari
3 atau empat dapat dikategorikan
sebagai grup, bagi kelompok yang
memiliki anggota masimal dari 20
orang disebut chamber choir
sedangkan lebih dari 20 orang dapat
disebut mixed choir.
Paduan suara atau choir
merupakan penyajian musik vokal
yang memadukan berbagai warna
Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan
130
suara menjadi satu kesatuan yang
utuh dan dapat menunjukkan jiwa
lagu yang dibawakan. Paduan suara
dinyanyikan secara serentak untuk
membentuk suatu keharmonisan yang
selaras.
Paduan suara juga dapat
dirubah dengan menggunakan
iringan instrumen maupun tanpa
menggunakan iringan instrumen atau
biasa disebut dengan a cappella.
Paduan suara terdiri dari berbagai
jenis yaitu : paduan suara campuran
(mixed choir), paduan suara pria
(male choir), paduan suara wanita
(female choir), paduan suara dewasa
(adult choir), paduan suara remaja
(youth choir), dan paduan suara anak
(children choir) serta chamber choir.
Namun seiring dengan perkembangan
zaman, pengelompokan paduan suara
pun semakin berkembang dimana-
mana. Terbukti paduan suara dapat
dikelompokkan berdasarkan latar
belakang terbentuknya paduan suara
tersebut. Salah satu contoh yaitu
paduan suara gereja, terbentuk dalam
ruang lingkup gereja atau aktivitas
yang bersifat keagamaan. Masyarakat
saat ini sudah sangat mengenal
paduan suara, dikarenakan
penampilan paduan suara sudah
dipadukan dengan penggunaan
artistik agar tampilan paduan suara
lebih enak dilihat dan didengar.
Perkenalan budaya baru pada
bangsa Afrika yang mendorong
lahirnya nyanyian rohani baru yang
dikenal dengan istilah negro spritual
atau traditional spritual. Negro
Spiritual atau Traditional Spiritual
adalah jenis kategori lagu dalam
paduan suara. Lagu-lagu Negro
Spiritual atau Traditional Spiritual
tercipta pada saat perbudakan
terhadap bangsa Afrika.
PEMBAHASAN
1. Sejarah singkat karakteristikNegro Spiritual atau TraditionalSpiritualPada sekitar tahun 1619, Eropa dan
Amerika bagian Selatan
membutuhkan tenaga kasar untuk
bekerja diperkebunan-perkebunan
dalam jumlah yang sangat besar. Hal
ini mendorong lahirnya perbudakan.
Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan
131
Budak-budak ini berasal dari Afrika
Bagian Barat. Bangsa Afrika adalah
bangsa yang sangat kaya akan budaya
dan tradisi. Bangsa ini memiliki
banyak bahasa dan dialek yang
menyebar diseluruh daerah. Sebagian
besar dari budak tersebut adalah salah
satu penutur multi-lingual (banyak
bahasa) yang menguasai dialek-dialek
Afrika setempat seperti : Wolog, Twi,
Hausa, Yoruba, Dogon, Akan,
Kimbundu, Bambara dan beberapa
dialek lainnya.
Bangsa Afrika adalah bangsa
yang dahulu tidak mengenal dan
memiliki agama. Mereka melakukan
penyembahan berhala atau ritual yang
masih berkembang hingga pada saat
ini yang disebut Voodoo. Namun
terjadinya perbudakan memberi
pengaruh besar dalam kehidupan
beragama bangsa Afrika terutama
yang menjadi budak di Amerika. Para
budak yang di Amerika dikenalkan
dengan agama yang dianut oleh
majikannya. Mayoritas agama di
Amerika adalah Kristen, maka para
budak mengenal yang dinamakan
dengan Kekristenan. Para budak
diberikan kesempatan setiap hari
Minggu untuk beribadah.
Budak-budak yang berada di
Amerika Utara biasanya dipekerjakan
di pabrik. Dan para Budak yang
berada di Amerika Selatan
dipekerjakan di perkebunan. Setiap
hari budak-budak harus bekerja keras
dari matahari terbit hingga matahari
terbenam tanpa gaji dan dengan
perlakuan kasar. Sehingga para budak
harus berhati-hati dalam melakukan
segala hal agar tidak terkena hukuman
cambuk atau cap besi panas. Pada saat
bekerja dan berkomunikasi sehari-hari
para budak dilarang oleh majikan
menggunakan budaya dan bahasa
ataupun dialek-dialek Afrika.
Sebaliknya mereka diperkenalkan
dengan bahasa Inggris. Sehingga para
budak melahirkan sebuah kombinasi
antara dialek Afrika dengan bahasa
Inggris yang disebut dialek Creole :
kay, massa, you just leave me, me sit
here, great fish jump up into de
canoe, here he be, massa, fine fish,
massa; me den very glad; den me sit
very still, until another great fish
jump into de canoe; but me fall
Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan
132
asleep, massa, and no wake’til you
come.(sumber: Agastya Rama Listya,
2007, 68)
Semua hak asasi manusia dari
budak-budak direnggut oleh
majikannya. Tidak boleh belajar
membaca dan menulis, sehingga
pengetahuan mereka tentang dunia
luar sangat terbatas. Hal ini semakin
membuat kecil kemungkinan untuk
berkomunikasi dengan sesama budak.
Oleh sebab itu, para budak memakai
musik sebagai alat untuk
berkomunikasi kepada sesama. Musik
yang mereka gunakan adalah musik
asli dari budaya Afrika. Musik yang
dimaksud dalam hal ini adalah dalam
bentuk nyanyian atau suara, tanpa
menggunakan instrument pengiring.
(sumber : Henry Louis Gates,
Jr.,2001, hal 145)
Pada saat bekerja para budak
bernyanyi untuk menyampaikan
perasaan dan bersorak sorai satu sama
lain. Kadangkala para budak
bernyanyi untuk meringankan beban.
Seperti contoh : pada saat para budak
ingin mengangkut sebuah pohon
besar yang tumbang. Nyanyian yang
dinyanyikan seolah-olah memberi
semangat serta kekuatan yang besar
dalam menyelesaikan segala
pekerjaan. Seperti itulah nyanyian ini
berkembang pada masa perbudakan.
Bernyanyi juga merupakan salah satu
cara untuk menyampaikan segala
penderitaan yang dialami selama
perbudakan. Kaum kulit hitam
merindukan kebebasan. Maka
kebebasan dalam konteks ini
didasarkan atas pengalaman hidup
mereka yang berkisar tentang
perjuangan mereka untuk
memperoleh kebebasan, hak yang
sama dengan kaum kulit putih yang
kemudian membawa perubahan
terhadap nilai-nilai yang telah ada.
Dan para budak menyuarakan segala
perjuangan akan kebebasan melalui
lagu-lagu. Kebangkitan spiritual para
budak lewat lagu-lagu inilah yang
dikenal dengan istilah Negro
Spiritual.
Lagu-lagu ini tercipta secara
spontan ditengah perbudakan. Lagu
Negro Spiritual ini biasanya
digunakan pada saat beribadah,
ataupun berkumpul ditempat
Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan
133
pertemuan rahasia. Agar nyanyian
tersebut tidak didengar oleh majikan,
maka mereka mengisi air pada satu
wadah yang mereka yakini untuk
meredam suara dari nyanyian
tersebut. Pola ritem pada lagu-lagu ini
dipengaruhi oleh pola ritem musik
Afrika dan ada juga yang dipengaruhi
oleh langkah kaki pada saat para
budak bekerja, dan ketika kaki
mereka dirantai. Sementara lirik yang
digunakan para budak berasal dari apa
yang mereka alami selama
perbudakan terjadi. Ciri khas dari
lagu Negro Spiritual ini adalah tepuk
tangan dan hentakan kaki. Ini
merupakan cara untuk lebih
menguatkan dan lebih menunjukkan
ekspresi nyanyian yang sedang
dinyanyikan para budak. Lirik yang
digunakan pada lagu Negro Spiritual
memiliki makna tersirat, ini dapat
dijumpai pada beberapa lagu. Artinya
bahwa lirik pada lagu tersebut ingin
menyampaikan sebuah pesan yang
sangat rahasia mengenai pelarian dan
pemberontakan para budak. (sumber :
http://www.negrospirituals.com/song.
htm)
Seperti yang telah dibahas
sebelumnya bahwa para budak sudah
mengenal Kekristenan. Sehingga
lagu-lagu yang mereka nyanyikan
sudah banyak dipengaruhi oleh
Alkitab. Dan lagu Negro Spiritual
sangat mengalami banyak
perkembangan dimulai dari
penggunaan lirik hingga ke musiknya.
Pada tahun sebelum 1865, Negro
Spiritual digunakan hanya untuk
nyanyian digereja. Ada tiga jenis lagu
yaitu himne, mazmur dan lagu kerja.
Himne dan mazmur adalah lagu yang
dinyanyikan pada saat pelayanan
dalam ibadah yang berisi tentang Injil
Alkitab. Sedangkan lagu kerja
merupakan lagu untuk menyampaikan
kondisi keras pada saat perbudakan.
Pada saat inilah sangat banyak
digunakan pesan rahasia melalui syair
lagu, contoh : “River Jordan”
merujuk pada sungai Ohio yang
merupakan perbatasan yang dianggap
relatif aman dari kejaran majikan.
(sumber : Agastya Rama Listya,
2007, hal 68)
Pada tahun antara 1865 dan
1925, terjadi beberapa perkembangan
Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan
134
yaitu cara bernyanyi dengan
menggunakan vibra, menggunakan
melodi melismatic, keras, penuh nada
tenggorokan, eksploitasi falsetto,
menggeram dan mengerang. Namun
dalam hal lirik lagu, masih tetap sama
dengan lirik Negro Spiritual yang
pertama yaitu menyimpan makna
yang tersembunyi. Yang berkembang
pesat adalah pola dalam lagu Negro
Spiritual pada saat ini disebut “call”
and “response”. Dalam hal ini contoh
dari “call” and “response” adalah
Pendeta (pemimpin) menyanyikan
satu ayat, kemudian Jemaat menjawab
dengan ayat yang lain. Lagu-lagu
Negro Spiritual pada tahun ini banyak
menggunakan sinkopisasi.
Kemudian pada tahun 1925
sampai dengan 1985, lagu Negro
Spiritual dipengaruhi oleh
Renaissance, ini merupakan salah
satu bukti adanya pengaruh musik
Eropa dalam perkembangan lagu-lagu
Negro Spiritual. Pengaruh
Renaissance tampak pada cara
bernyanyi dan menafsirkan lagu-lagu
Negro Spiritual. Pertama, makna
sejarah pada lagu-lagu Negro
Spiritual lebih ditonjolkan.
Kemudian, para penyanyi Negro
Spiritual didorong untuk lebih
terdidik dalam hal bernyanyi. Pada
tahun 1925 perkembangan juga
ditunjukkan pada penggunaan lirik
lagu-lagu Negro Spiritual. Lirik lagu-
lagu tersebut sekarang lebih fokus
untuk memuji Tuhan, memperbaiki
pribadi, dan hidup dalam komunitas
persaudaraan. Pada saat inilah lahir
yang dinamakan “New Gospel” atau
“Gospel Baru”. Gospel adalah lagu-
lagu Negro Spiritual. Tetapi memiliki
sedikit perbedaan dengan lagu-lagu
Negro Spiritual lainnya. Gospel
sudah menggunakan musik pengiring,
bisa berupa piano, tamborin, dan
sebagainya. Sementara pada tahun
1985 lahirlah beberapa komposer
yang membawa perkembangan yang
sangat pesat pada lagu-lagu Negro
Spiritual. Salah satu komposer
tersebut adalah Moses Hogan. Moses
Hogan mengaransemen atau
menciptakan karya-karya baru lagu-
lagu Negro Spiritual. Ada dua jenis
lagu-lagu Injil yang dibuatnya setelah
tahun 1985. Jenis yang pertama
Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan
135
adalah berisi tentang lagu-lagu
kekhawatiran, yang baik digunakan
untuk pelayanan ibadah atau acara
khusus di gereja-gereja. Yang kedua,
meliputi lagu-lagu untuk konser.
Lagu-lagu yang diciptakan ataupun
diaransemen oleh Moses Hogan
sudah mendapat pengakuan dan
penghargaan pada dunia musik
hingga pada dewasa ini. (sumber :
http://ctl.du.edu/spirituals/Times/cont
ext.cfm)
2. Karakteristik Lagu Kategori Negro Spritual
Adapun karakteristik musikal dari
Negro Spiritual secara rangkum
adalah sebagai berikut : (sumber :
Agastya Rama Listya,2007,Hal 69)
1. Musik Negro Spiritual
merupakan musik yang kaya
akan ritmik. Hal ini disebabkan
karena dasarnya adalah musik
Afrika yang mengembangkan
permainan alat musik perkusi.
2. Musik Negro Spiritual terdiri dari
tangga nada pentatonik (hanya
terdiri dari 5 nada). Tetapi pada
perkembangannya
memungkinkan jika digunakan
tangga nada heptatonik terutama
pada abad 19 (untuk musik Jazz
dan Blues).
3. Harmoni-harmoni yang
digunakan sangat sederhana
tetapi kokoh.
4. Karakter komunal sangat
mewarnai karakter dari sebagian
besar lagu Negro Spiritual.
5. Gaya musik call and response
sangat dominan, artinya didalam
bernyanyi lagu Negro Spiritual
ada sebuah gaya musik dimana
setiap penyanyi melakukan
interaksi yang aktif dengan
sesama penyanyi.
6. Bersifat spontan dan
improvisatoris. Pada lagu-lagu
Negro Spiritual ada kalanya Solo
dapat melakukan improvisasi
pada lagu-lagu tertentu yang
tidak tertulis pada partitur dan
tanpa ada dilatih sebelumnya.
7. Body-moving rhythms, artinya
bahwa dalam
menginterpretasikan lagu-lagu
Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan
136
Negro Spiritual ritem lagu
tersebut ada pada gerakan tubuh
8. Soul mengikuti irama lagu.
9. Tarian, tepuk tangan dan
hentakan kaki digunakan untuk
mengiringi jenis tradisional
spritual awal atau dikenal dengan
istilah ”shouts”
10. Tekstur dan warna suara yang
cenderung kasar dan gelap. Hal
ini menjadi penentu dalam
pembentukan karakter vokal
Negro Spiritual. Namun perlu
diperhatikan bahwa tekstur yang
cenderung kasar dan gelap tidak
selamanya dipakai dalam setiap
lagu Negro Spiritual. Tetapi ada
juga beberapa lagu Negro
Spiritual yang tekstur dan warna
suaranya lebih terang. Tekstur
dan warna suara ini sangat erat
kaitannya dengan penggunaan
dinamika pada lagu-lagu Negro
Spiritual. Karena ada juga lagu
Negro Spiritual yang
menggunakan tanda dinamika
piano, pp, dan sebagainya. Dalam
hal ini tekstur yang cenderung
kasar dan gelap harus
menempatkan teknik yang tepat
untuk mengekspresikan dinamika
tersebut.
11. Pada pelafalan teks atau diksi
(dialek) , ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, misalnya :
a. Konsonan th [Ө] seperti pada
kata thinǵ dan th [ð] seperti
pada kata then diucapkan
secara berbeda tergantung
pada letaknya dalam sebuah
kata. Then dilafalkan sebagai
[dεn], the menjadi
[de], brother menjadi
[braddə], smooth menjadi
[smu:v], thin menjadi [tIn],
tooth menjadi [tu:f]
b. Konsonan r [r] biasanya
dihilangkan bila tidak diikuti
dengan huruf vokal,
misalnya; story dilafalkan
sebagai [stəi], lord menjadi
[lΛd], wear menjadi
[wεh], never menjadi
[nεvəh]
c. Konsonan ng [η] dan n
dilafalkan secara berbeda
tergantung pada jumlah suku
katanya, misalnya: sing
Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan
137
dilafalkan [siη],
sebaliknya singing menjadi
[siηiη]. Something
dilafalkan [sΛmfIn],
dan nothing menjadi [nΛfIn]
d. Konsonan t dan d pada
akhir atau setelah tanda kutip
biasanya tidak diucapkan,
misalnya: ain’t dilafalkan
[ein], test dilafalkan
[tεs], hand dilafalkan
menjadi [hεn];
sebaliknya pant tetap
dilafalkan sebagai [pεnt]
e. Konsonan f dilafalkan
sebagai b , misalnya:
of menjadi [ob]
f. Konsonan v ditengah kata
dilafalkan sebagai b ,
misalnya: over menjadi
[ober], river menjadi
[ribbər] dan heaven menjadi
[hεbbən
3. Teknik Bernyanyi Kategori Negro Spiritual
Bernyanyi merupakan suatu
kegiatan membaca dan membunyikan
nada-nada atau partitur musik dengan
suara manusia secara baik dan benar.
Untuk menjaga nada serta suara maka
bernyanyi dapat dilakukan dengan
bantuan musik pengiring, terutama
bagi peserta-peserta. Banyak cara-
cara serta langkah-langkah teknik
dalam bernyanyi dimana hal tersebut
sangat penting dipahami dan alangkah
baiknya dapat dikuasai oleh seorang
pelatih.
a. Dasar - dasar teknik dalam
bernyanyi
Agar dapat bernyanyi dengan
baik, hendaknya harus mempelajari
dasar-dasar teknik bernyanyi yang
mencakup sikap badan, pernafasan,
pembentukan suara, artikulasi, dan
resonansi.
1. Sikap Badan
Sebenarnya badan merupakan
alat musik bagi seorang penyanyi,
oleh sebab itu penyanyi haruslah
selalu menjaga dan merawat
instrumennya ini, yaitu badannya agar
tetap sehat dan kuat. Sikap badan
yang baik untuk bernyanyi adalah
sebagai berikut.
Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan
138
Duduklah di kursi atau bangku
agak ke pinggir bagian depan
dengan bobot badan bertumpu
pada bagian bawah tulang
pinggul.
Tarik dan regangkanlah tulang
pinggang sehingga tegak lurus
dan otot perut agak dikencangkan
sehingga tidak kendur.
Dada agak dibusungkan sehingga
tulang rusuk terangkat, dan
rongga dada akan bertambah
besar.
Tarik dan regangkanlah tulang
tengkuk sehingga leher tegak
lurus, dan posisi kepala juga lurus
dengan pandangan lurus ke depan.
2. Pernafasan
Dalam pernafasan terdapat
kerjasama otot-otot badan, yaitu otot
dada, otot perut, dan sekat rongga
badan atau diafragma.
Pernapasan dada
Pernapasan dada adalah
pernapasan yang dilakukan dengan
mengisi udara ke dalam paru-paru
bagian atas. Akibatnya, dalam
pernapasan ini bahu dan dada tampak
dan terangkat ke atas. Pernapasan ini
kurang baik bagi seorang penyanyi,
karena paru-paru tidak diisi penuh
oleh udara. Dari segi penampilan,
sewaktu melakukan pernapasan akan
terkesan tidak bagus karena dada dan
bahu selalu terangkat sewaktu
mengambil napas.
Pernapasan perut
Pernapasan perut adalah
pernapasan yang terjadi karena
gerakan perut yang menggembung.
Rongga perut menjadi besar, sehingga
udara dari luar dapat masuk.
Pernapasan ini juga tidak baik untuk
seorang penyanyi, karena otot perut
tidak akan kuat lama menahan udara
yang telah dihirup. Akibatnya
penyanyi akan cepat merasa lelah.
Pernafasan diafragma
Pernapasan diafragma adalah
pernapasan yang paling ideal untuk
seorang penyanyi. Diafragma lebih
kuat menahan napas. Sekat rongga
badan (diafragma) terletak membatasi
rongga dada dan perut, pada waktu
istirahat melengkung ke atas,
sebagian masuk ke dalam dada.
Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan
139
3. Pembentukan Suara
Salah satu cara untuk
mendapatkan suara yang bulat itu
adalah sebagai berikut:
Ucapkan A dengan membuka
mulut dan menurunkan rahang
bawah. Bagian belakang mulut
akan terbuka, dan bagian depan
mulut pun terbuka pula.
Ucapkan O juga dengan
menurunkan rahang bawah.
Bagian depan mulut terbuka, akan
tetapi tenaga bibir atas dan bawah
berbentuk bulat.
Dengan bentuk mulut untuk
ucapan O ini, ucapkanlah A.
Dengan demikian bagian belakang
mulut terbuka sehingga dapat
mengeluarkan bunyi vokal A yang
penuh dan bulat.
4. Artikulasi
Artikulasi suara adalah cara
mengucapkan kata-kata sambil
bersuara. Dan meningkatkan
artikulasi yang jelas artinya
meningkatkan cara pengucapan kata-
kata agar mudah di mengerti.
Pengertian serupa juga diterangkan
dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, dinyatakan bahwa
artikulasi adalah bunyi bahasa yang
terjadi karena gerakan alat ucap.
5. Resonansi
Resonansi adalah ikut
bergetarnya sebuah benda lain akibat
getaran benda yang utama. Bila
dikaitkan dengan dengan suara
manusia, maka suara yang dihasilkan
oleh pita suara akan diperkuat oleh
udara yang ada di dalam rongga dan
dinding-dinding resonansi itu sendiri
berupa getaran-getaran pada tulang
rongga resonansi tersebut. Yang
termasuk suara resonansi adalah
rongga tenggorokan, rongga mulut,
rongga hidung, dan rongga dada.
b. Panduan dalam bernyanyi
Dalam bernyanyi sebaiknya kita
perlu mengetahui hal-hal dalam
bernyanyi, diantaranya adalah :
Pengetahuan tentang nada atau
paham dengan nada
Pengetahuan tentang nada
merupakan indikator yang penting
bagi peserta paduan suara yang akan
melakukan pelatihan/pembelajaran
bernyanyi, terutama untuk
mengetahui wilayah nada atau
Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan
140
rentang nada yang dimiliki. Dengan
mengetahui wilayah nada, maka
seseorang dapat menentukan dimana
nada dasar yang cocok dalam
membawakan sebuah lagu.
Memahami tempo atau ketukan
lagu
Dalam hal ini seorang yang
akan bernyanyi apabila tidak paham
dan tidak dapat mengikuti tempo serta
ketukan lagu yang akan dinyanyikan
otomatis tidak akan terjadi
harmonisasi antara si penyanyi
dengan musiknya.
Pendengaran yang baik
Indera pendengaran yaitu
telinga sangat berpengaruh terhadap
seseorang yang akan bernyanyi,
karena apabila seseorang tersebut
memiliki pendengaran yang kurang
bagus otomatis lagu yang akan
dinyanyikan pun akan terdengar tidak
bagus disebabkan penyanyi tidak
dapat mengikuti tempo dan
mengetahui nada dari suatu lagu
tersebut.
Latihan pendengaran bertujuan
untuk menimbulkan kepekaan
pendengaran penyanyi terhadap pitch
nada yang berasal dari sebuah alat
musik yang standar.
Memahami pitch yang tepat
Pitch adalah tingkat ketinggian
nada yang sesuai dengan patokan
tinggi rendah nada yang sudah baku
atau standar. Maka pitch nada yang
standar biasanya terdapat pada alat
musik yang sudah memiliki nada-
nada yang absolut (tone yang tak
berubah-ubah). Suatu lagu yang
dinyanyikan atau dimainkan dengan
intonasi yang tepat, artinya nada-nada
yang dibunyikan dengan pitch yang
tepat. Bunyi nada yang tepat akan
menghasilkan suara yang jernih,
nyaring serta enak didengar.
5. Memahami pernapasan dalam
bernyanyi
Pernapasan dalam bernyanyi
berbeda dengan pernapasan untuk
keperluan berbicara sehari-hari.
Karena pernapasan untuk keperluan
bernyanyi harus dipikirkan sesuai
kebutuhan bernyanyi dengan volume
udara yang dihirup. Selain itu
pernapasan dalam bernyanyi
dilakukan dengan menghirup udara
sebanyak-banyaknya dan secepat-
Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan
141
cepatnya kemudian berhenti sejenak
setelah itu dikeluarkan perlahan-lahan
dan hemat.
Di dalam bernyanyi kita perlu
melakukan persiapan sebelum
bernyanyi diantaranya adalah sebagai
berikut :
Sebelum bernyanyi terlebih
dahulu kita memperhatikan posisi
dalam bernyanyi, yaitu posisi
yang bagus adalah dengan berdiri
tegak.
Melakukan latihan-latihan yang
bertujuan untuk pembentukan
suara dan melatih keluwesan pita
suara.
Selain itu ada juga beberapa hal
yang harus diperhatikan sewaktu kita
bernyanyi yang tujuannya agar dalam
bernyanyi akan didapatkan suara yang
baik dan bagus.
Bernyanyi dapat dilakukan sambil
duduk atau berdiri. Namun untuk
mencapai keleluasaan bergerak,
maka sebaiknya bernyanyi
dilakukan dalam keadaan berdiri.
Baik dalam keadaan berdiri
maupun duduk, posisi badan
harus tetap tegak dengan
memperhatikan posisi tulang
punggung.
Pada saat bernyanyi, kepala
hendaknya direndahkan sedikit
kearah muka. Dengan demikian
urat-urat leher tidak akan menjadi
tegang saat bernyanyi.
Pada saat bernyanyi mesti
diperhatikan tata gerakan tubuh
yang tidak berlebihan. Untuk
menyalurkan berat badan agar
seimbang hendaknya kedua belah
kaki sedikit agak
direngganggakan satu sama
lainnya.
Lakukanlah bernyanyi dalam
keadaan santai dengan cara
membuang semua beban yang
tidak perlu, baik beban yang
bersifat jasmani (lesu, lelah, lapar,
dan lain sebagainya) maupun
beban yang bersifat rohani (takut,
tegang dan lain sebagainya).
Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan
142
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas yang
telah penulis kemukakan mengenai
karakteristik dan teknik bernyanyi
pada lagu Negro spiritual pada
kelompok Paduan Suara maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Negro Spiritual atau Traditional
Spiritual adalah jenis kategori
lagu dalam paduan suara.
2. Lagu-lagu Negro Spiritual atau
Traditional Spiritual tercipta pada
saat perbudakan terhadap bangsa
Afrika.
3. Musik Negro Spiritual merupakan
musik yang kaya akan ritmik. Hal
ini disebabkan karena dasarnya
adalah musik Afrika yang
mengembangkan permainan alat
musik perkusi.
4. Musik Negro Spiritual terdiri dari
tangga nada pentatonik (hanya
terdiri dari 5 nada). Tetapi pada
perkembangannya memungkinkan
jika digunakan tangga nada
heptatonik terutama pada abad 19
(untuk musik Jazz dan Blues).
5. Karakteristik lagu Negro Spiritual
lahir dari sejarah perkembangan
musik pada saat perbudakan
terhadap bangsa Afrika di
Amerika.
6. Teknik bernyanyi pada lagu
Negro Spiritual terdiri dari dasar
teknik bernyanyi, dan panduan
dalam bernyanyi. Hal ini dapat
diguakan pada saat melatih lagu
yang berkarakteristi Negro
Spiritual.
Lamhot Basani Sihombing adalah dosen jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa danSastra, Universitas Negeri Medan
143
DAFTAR PUSTAKA
Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik.Yogyakarta : Kanisius
Berlioz, H. 2007. The Art Of TheConductor. London : The NewTemple Press.
Budhidarma, Pra. 2001. MetodeVokal Profesional. Jakarta :PT. Elex Media Komputindo
Christy, Van A. 1983. ExpressionSinging. USA : WM.C.BrownCompany Publisher
Gates, Henry Louis. 2001. TheHarvard Guide to African-American History. USA:Harvard University Press
Greene, Richard and Brizel, Florie.2002. Word That Shook TheWorld. USA:Prentis Hall Press
Harahap, J. 2005. PerkenalanPaduan Suara. Bandung : PTRemaja Rosdakarya.
Http://Ctl.Du.Edu/Spirituals/Times/Context.Cfm/ Jumat, 01 Februari2013/16:54:02
Http://www.google.com/ Selasa, 06November 2012/ 14:30:10
Http://www.negrospirituals.song.com/Jumat, 01 Februari2013/17:06:30
Listya, Agastya Rama. 2007. A – ZDireksi Paduan Suara. Jakarta: Yayasan Musik Gereja(YAMUGER) di Indonesia.
Lock, William. 2004. ChoralConducting. Jakarta :Rhapsody Music School
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
144
TRANSFORMASI ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH ADATBATAK TOBA DI TOBA SAMOSIR
Aron Samosir
Abstrak
Penelitian ini fokus pada kajian transformasi arsitektur tradisional rumah adatBatak Toba di Kabupaten Tobasa, Provinsi Sumatera Utara. Kajian ini dilakukanuntuk memberikan pemahaman menyeluruh tentang keberadaan tranformasiarsitektur tradisional terhadap bagunan modern yang ada di lokasi penelitiandimana substansi dari arsitektur tradisional tersebut merupakan warisan leluhuretnik Batak Toba yang memiliki makna filosofis. Pendekatan yang digunakandalam adalah pendekatan interdisiplin dengan metode penelitian kualitatif yangmendeskripsikan kondisi transfoemasi di lokasi penelitian. Beberapa teori yangdigunakan dalam mendukung penelitian ini adalah teori antropologi budaya, teoriritual, teori semiotika, teori fungsional, teori post modern, teori arsitektur, danteori transformasi. Data-data dikumpulkan melalui, studi pustaka, observasi,wawancara, dan dokumentasi.
LATAR BELAKANG MASALAH
Arsitektur merupakan seni dan
pengetahuan dalam merancang
bangunan yang mencakup
pertimbangan fungsi, estetika,
firmitas, utilitas dan psikologis.
Arsitektur tradisional merupakan
salah satu bentuk warisan budaya
yang lahir dari kehidupan masyarakat
tradisional itu sendiri yang
berlangsung secara turun temurun
yang mengalami perkembangan
sesuai dengan dinamika kebudayaan.
Unsur seni dalam arsitektur
dimaksudkan untuk pemuasan
kebutuhan spiritual atau emosional
manusia serta merangsang daya pikir
yang dapat menggugah imajinasi para
penguna dan pengamat bangunan,
serta mewadahi tuntutan manusia
akan keindahan dan estetika
lingkungan.
Setiap etnik memiliki gaya
arsitektur tersendiri dalam merancang
bagunan seperti tercermin dalam
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
145
rumah adat. Rancangan yang
mencakup bentuk, ukuran, fungsi dan
pembuatan ornamen erat kaitannya
dengan sistem religi yang diyakini
oleh etnik tertentu. Demikian halnya
dengan pembuatan rumah adat pada
etnik Batak Toba memiliki gaya
asitektur tersendiri yang merupakan
salah satu kekayaan bangsa dalam hal
seni dan rancang bangun. Dalam
kehidupan masyarakat Batak Toba,
rumah adat dianggap sesuatu yang
sakral karena dalam pembagian dan
fungsi rumah adat tersebut terdapat
nilai-nilai kosmologis dan filosofis
sebagai dasar pendirian bangunan.
Penguatan nilai filosofis lebih
diperkuat oleh makna ragam gorga
(ornamen) yang menghiasi bagian
depan rumah adat.
Peninggalan karya arsitektur
tradisional rumah adat Batak Toba
merupakan salah satu rekaman
sejarah dalam bentuk nyata yang
memberi gambaran kontinuitas
kehidupan masyarakat dari masa lalu,
kini, dan berlanjut pada masa yang
akan datang. Peninggalan karya
arsitektur sekaligus sebagai bukti
sejarah yang bisa dikenang oleh
generasi berikutnya tentang
kandungan makna historis dan sosial
budaya. Hal ini merupakan suatu hal
yang sangat penting sebab di era
globalisasi saat ini, seiring dengan
laju perkembangan teknologi dan
informasi yang serba canggih, cepat
dan beragam, keberadaan bangunan
dengan arsitektur tradisional turut
memberikan keunikan dan otentisitas
tersendiri yang merupakan
karakteristik etnik tertentu.
Pelestarian dan pengembangan
arsitektur tradisional merupakan salah
satu indikator penting yang
memperkaya khasanah wajah
lingkungan sebuah kawasan yang
menunjukkan karakteristik etnik serta
kearifan lokal dari etnik setempat.
Mewujudkan karya arsitektur yang
proporsional, holistik, baik dan
mantap pada sekarang maupun di
masa yang akan datang, merupakan
salah satu persyaratan utamanya
adalah hubungan atau keterkaitan
dengan masa lampau. Banyak karya
arsitektur bermutu belajar dari
arsitektur terdahulu, dimana arsitertur
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
146
terdahulu dapat memberikan inspirasi
kepada para arsitek generasi
berikutnya didalam mengembangkan
kreativitasnya baik dari aspek teknik
maupun artistiknya.
Perkembangan karya
arsitektur tradsional Batak Toba di
Kabupaten Toba Samosir cukup
beragam dan telah menghasilkan
banyak karya yang cukup
representatif, salah satunya adalah
memasukkan unsur desain arsitektur
tradisional pada bangunan modern.
Kecenderungan untuk memakai
kembali keunggulan strategi desain
arsitektur tradisional yang kemudian
menjadi inspirasi desain arsitektur
modern adalah suatu usaha untuk
bertindak lebih baik terhadap
lingkungan dalam konteks
penampilan wajah arsitektur rumah
adat Batak Toba pada gedung-gedung
perkantoran milik pemerintah atau
swasta. Usaha ini mendukung untuk
menciptakan suatu desain yang baik
di Kabupaten Toba Samosir, hal ini
umumnya diterapkan pada rancangan
bangunan kantor pemerintah, yang
merupakan salah satu usaha untuk
mengangkat ciri khas setiap daerah
dari segi karya arsitektur.
Tipe khas rumah adat Batak
Toba adalah bentuk atapnya
melengkung dan pada ujung atap
sebelah depan, kadang-kadang
dilengkapi tanduk kerbau, sehingga
rumah adat itu terlihat seperti kerbau.
Punggung kerbau adalah atap yang
melengkung, sedangkan kaki-kaki
kerbau diwujudkan dalam bentuk
tiang-tiang pada kolong rumah.
Mengingat masyarakat tradisional
Batak Toba belum mengenal ukuran
dengan meter, mereka menggunakan
tatacara mengukur dengan depa
(dopa), jengkal (jongkal), asta,
langkah (langka), sehingga setiap
rumah adat cenderung memiliki
ukuran yang berbeda.
Rumah tinggal adalah satu
institusi, bukan hanya struktur yang
dibuat untuk serangkaian tujuan yang
sangat kompleks. Bangunan rumah
adalah suatu gejala struktural, yang
bentuk dan organisasinya sangat
dipengaruhi oleh lingkungan kultur
yang dipunyai (Rapoport,1969:76).
Dengan demikian perkembangan
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
147
arsitektur rumah adat tradisional
Batak Toba di Kabupaten Toba
Samosir cukup menarik untuk diteliti,
di mana banyak ditemukannya desain
bangunan yang menerapkan arsitektur
rumah tradisional (rumah adat) pada
desain bangunan kantor pemerintah
maupun pada bangunan tugu/makam.
Di wilayah Kabupaten Toba Samosir
pada umumnya desain atau
arsitektur bangunan kantor
pemerintah, swasta, maupun
monumen, tugu atau makam
cenderung mentransformasikan
arsitektur tradisional terhadap
bangunan modern yang mencakup
bentuk dan ragam gorga (ornamen)
yang bertujuan untuk memunculkan
karakter/ciri arsitektur tradisional
rumah adat Batak Toba.
Dalam proses transformasi
tersebut terjadi perubahan yang
mencakup: fungsi, bentuk geometri
bangunan, lingkungan dan
penggunaan material (bahan), yang
dapat mempengaruhi kondisi termal
bangunan. Dapat dikatakan bahwa
transformasi mempunyai pengertian
perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi
dan sebagainya) atau pengalihan
menjadi bentuk yang berbeda namun
mempunyai nilai-nilai yang sama,
perubahan dari satu bentuk atau
ungkapan menjadi suatu bentuk yang
mempunyai arti atau ungkapan yang
sama mulai dari struktur permukaan,
fungsi, perubahan bentuk atau
penampilan, atau karakter atau
penempatan dari, mengubah dan
pengakuan, mengubah/mengganti
bentuk atau penampilan luarnya,
mengubah kondisi, alam, fungsi.
Transformasi merupakan
perubahan rupa dari sesuatu yang
mencakup bentuk, sifat, fungsi, dan
berbagai hal dari bentuk asli ke
bentuk yang relatif berbeda sesuai
dengan keinginan atau kepentingan
generasi tertentu. Dengan demikian
transformasi tidak hanya merupakan
saluran, tetapi lautan kreativitas yang
bersungguh-sungguh dan jujur pada
elemen, yang memiliki cukup resiko,
ketertiban dan upaya. Terdapat suatu
kecenderungan bahwa saluran
transformasi dapat sangat menolong
dalam mencapai tujuan. Transformasi
merupakan resultan kompleksitas dari
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
148
upaya untuk mengubah, mengalihkan,
menyatukan beberapa hal dalam
mencapai nilai yang sama-sama dapat
diterima
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses transformasi
arsitektur tradisional rumah adat
Batak Toba terhadap bangunan-
bangunan di Toba Samosir?
2. Bagaimana bentuk transformasi
arsitektur tradisional rumah adat
Batak Toba terhadap bangunan-
bangunan di Toba Samosir?
3. Bentuk dan makna gorga yang
terdapat pada bangunan yang
mengalami transformasi
arsitektur tradisional rumah adat
Batak Toba terhadap bangunan-
bangunan di Toba Samosir.
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mendeskripsikan proses
transformasi arsitektur tradisional
rumah adat Batak Toba terhadap
bangunan-bangunan di Toba
Samosir.
2. Untuk mengetahui bentuk
transformasi arsitektur tradisional
rumah adat Batak Toba terhadap
bangunan-bangunan di Toba
Samosir.
3. Untuk menjelaskan bentuk dan
makna gorga yang terdapat pada
bangunan yang mengalami
transformasi arsitektur tradisional
rumah adat Batak Toba terhadap
bangunan-bangunan di Toba
Samosir.
HASIL PENELITIAN
1. Transformasi Arsitektur Tradisional Rumah Adat Batak Dari Segi
Bangunan
Transformasi arsitektur
tradisional rumah adat Batak Toba
terhadap bangunan modern di Balige
dapat dilihat pada ragam bangunan
modern yang mencakup pada
beberapa perkantoran pemerintah atau
swasta serta serta pada bangunan
lainnya di Toba Samosir khususnya di
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
149
Balige sebagai pusat pemerintahan,
menunjukkan berbagai keprihatinan.
Sebab arsitektur bangunan-bangunan
baru atau bangunan modern pada
umumnya telah mengadopsi arsitektur
modern, tanpa memperhatikan unsur
arsitektur tradisional, baik dari aspek
bentuk maupun penggunaan unsur
seni tradisional seperti gorga
(ornamen) yang yang digunakan
untuk menghiasi bagunan modern.
Transformasi arsitektur
kesesenian tradisional terhadap
arsitek bangunan modern di kawasan
budaya tertentu dalam hal ini seni
budaya Batak Toba di kawasan
Balige,Toba Samosir dengan
sendirinya akan memberi nilai tambah
khususnya apresiasi terhadap
kesenian tradisional etnik Batak Toba
yang menunjukkan karakteristik dan
kearifan lokal yang dapat memberi
spirit kepada masyarakat Balige dan
masyarakat umum yang datang atau
berkunjung ke kawasan tersebut.
Dalam hal ini baik masyarakat
setempat maupun pendatang, dengan
sendirinya dapat melihat atau
menikmati kekayaan budaya Batak
Toba melalui transformasi arsitektur
dan kesenian tradisional dalam bentuk
bagunan serta gorga (ornamen) yang
terdapat pada bangunan-bangunan
modern.
Jika diamati bangunan gedung-
gedung instansi pemerintahan dan
beberapa gedung swasta, selain
menggunakan arsitektur tradisional
yang ada pada rumah adat Batak Toba
yang khas dengan bentuk dan ragam
gorga (ornamen atau hiasan) pada
bangunannya, bangunan pemerintah
juga secara sengaja menggunakan
sebagian dari arsitektur tradisional
tersebut terutama pada bentuk dan
penggunaan gorga pada bagian
depan. Namun pada bagian-bagian
tertentu didesain berdasarkan
arsitektur modern seperti penataan
ruang, dan halaman depan.
Sementara pada bagian dalam tidak
terdapat sentuhan ornamen atau
hiasan lokal berupa gorga (ornamen),
lukisan atau seni ukir atau seni patung
yang menunjukkan ciri khas Batak
Toba. Mestinya hal ini juga
merupakan bagian penting dalam
sebuah transformasi arsitektur dalam
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
150
rangka memperindah bangunan
pemerintah. Untuk lebih
menunjukkan lukisan atau karya
seniman Batak Toba di bagian dalam
gedung, dapat dibeli atau dipesan oleh
pemerintah dalam upaya kepentingan
tersebut. Persoalan yang mendasar
adalah masalah niat atau kepedulian
pemerintah setempat. Dengan adanya
upaya transformasi seperti ini dengan
sendirinya akan dapat meningkatkan
apresiasi seni di kalangan masyarakat
atau para tamu yang berkunjung ke
dalam gedung tersebut.
Dalam proses transformasi
tersebut terjadi perubahan dalam
berbagai hal yang mencakup fungsi
atau kegunaan bangunan, bentuk
geometri bangunan, lingkungan dan
material, yang dapat mempengaruhi
kondisi termal bangunan yang
berkaitan dengan pengatur suhu udara
pada bangunan. Dalam konteks
bangunan balerong ( bagunan pasar
tradisional) yang dibangun dengan
meniru gaya arsitektur rumah adat
Batak Toba, tentu telah mengalami
transformasi dalam banyak hal,
terutama dalam penggunaan ukuran
dan bahan material. Akan tetapi dari
aspek artistik, secara fisik keberadaan
balerong (pasar tradisional) tersebut
akan menunjukkan ciri khas arsitektur
tradisional Batak Toba yang memiliki
daya tarik tersendiri di tengah
bangunan-bangunan modern yang
mengitarinya.
Gambar 1. Balerong (Pasar Tradisional) Bergaya Arsitektur Rumah Adat Batak Tobadi Balige, Toba Samosir.
Dalam konteks ini
transformasi arsitektur berorientasi
pada fungsi objek bangunan dimana
balerong (pasar tradisional)
merupakan sarana atau tempat
bertransaksi antar penduduk dari
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
151
berbagai daerah. Dengan demikian
dari segi luas bangunan, balerong
jauh lebih besar dari ukuran luas
rumah adat. Demikian halnya dengan
bentuk bagian dalam dimana pada
balerong tidak memiliki sekat-sekat
sebagaimana halnya pada rumah adat
dimana setiap sekat memiliki fungsi
dan makna tertentu. Dalam
menyikapi transformasi arsitektur ini,
etnik Batak Toba dapat menyikapinya
sebagai sesuatu hal yang lumrah,
sebagai dampak dari perubahan dan
perkembangan zaman. Namun lebih
dari itu setidaknya arsitektur
tradisional dapat dimunculkan sebagai
sebuah karakteristik lokal.
Menganalisis kondisi dari aspek
termal bangunan, dengan melihat
pengaruh variabel desain dari masing-
masing bangunan berdasarkan
parameter kenyamanan sistem
sirkulasi udara, dengan sendirinya
akan mengalami perubahan yang
sangat signifikan. Berikut ini adalah
deskripsi transformasi yang terjadi
pada bangunan kantor dengan bentuk
arsitektur tradisional meliputi:
transformasi geometri bangunan
(perbandingan panjang dan lebar),
pola denah (single zone layer
pattern), bentuk panggung, posisi
bukaan (cross ventilation), dan
orientasi bangunan terhadap kondisi
lingkungan sejalan dengan fungsi dan
penggunaanya di era modern.
Transformasi arsitektur
bangunan rumah adat tradisional
Batak Toba terhadap arsitektur
modern yang diimplementasikan pada
bangunan modern tampak telah
diterapkan pada berbagai perkantoran,
dan pasar tradisional di Balige. Dalam
perspektif geometri bangunan, jelas
akan mengalami perubahan dimana
pada bangunan modern penggunaan
panjang dan lebar bangunan relatif
lebih besar dari rumah adat karena
harus disesuaikan dengan fungsi
bangunan yang diperuntukkan untuk
pelayanan publik. Sedangkan pada
arsitektur tradisional (rumah adat)
fungsi atau keperluannya hanya untuk
kepentingan keluarga dalam
kehidupan sehari-hari serta
kepentingan yang menyangkut
pelaksanaan upacara adat.
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
152
Dari aspek tranformasi geometri
bagunan yang mencakup ukuran
panjang dan lebar atau ukuran luas
bangunan, tentu menunjukkan ukuran
yang berbeda karena secara fisik
bangunan modern khususnya
perkantoran atau pasar, telah
mengalami perubahan struktur dasar
arsitektur rumah adat dengan
arsitektur tradisional menjadi struktur
baru yang lahir dengan menerapkan
kaidah transformasi modern yang
memiliki luas bangunan yang jauh
lebih besar. Dari sisi denah, telah
terjadi transformasi dari yang
tradisional ke denah modern karena
harus disesuaikan dengan fungsi
gedung sebagai sarana pelayanan
publik dimana denah yang digunakan
selain lebih luas, harus lebih praktis
dalam hal penggunaannya untuk
melayani masyarakat. Demikian
halnya dari aspek bentuk dimana
arsitektur rumah adat Batak Toba
yang menggunakan panggung, tidak
diterapkan pada bangunan modern,
karena dianggap tidak praktis dalam
hal fungsi, dimana gedung
perkantoran digunakan sebagai sarana
pelayanan masyarakat. Demikian
halnya dengan penggunaan bukaan
yang mencakup penggunaan jendela
yang berkaitan dengan sirkulasi udara
dan pencahayaan, dengan sendirinya
harus disesuaikan dengan fungsi
bangunan.
Sejalan dengan dinamika
kemajuan zaman, transformasi
arsitektur rumah adat Batak Toba dari
bentuk arsitektur primitif ke arsitektur
di era modern mencakup peralihan
penggunaan bahan bangunan.
Transformasi tersebut berlangsung
dengan dinamika yang relatif lambat.
Perubahan penggunaan material
tersebut mencakup penggunaan atap
rumah dari bahan ijuk ke bahan seng,
serta penggunaan cat yang merupakan
hasil dari industri modern, termasuk
perubahan teknik ikat pada atap ijuk
ke penggunaan paku pada seng. Pada
tahap ini bentuk rumah adat dan
prinsip penggunaan gorga serta
keyakinan terhadap makna gorga
masih tetap dipertahankan sepanjang
tidak bertentangan dengan ajaran
agama yang dianut.
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
153
Gambar 2. Transformasi Arsitektur Rumah Adat Batak Toba Dalam Bangunan KantorPemerintahan di Balige, Toba Samosir.
Gambar di atas menunjukkan
adanya transformasi dimana
arsiterktur yang diterapkan pada
bangunan kantor Bupati Toba
Samosir merupakan transformasi
arsitektur tradisional rumah adat
Batak Toba yang hanya mencakup
bentuk bangunan dan pengunaan
gorga (ornamen) pada bagian depan
bangunan. Pada bagian interior tidak
terdapat sentuhan seni tradisional
Batak Toba, sehingga terkesan hanya
sebagai bangunan modern saja tanpa
adanya unsur tradisional.
Di sisi lain transformasi
arsitektur rumah adat Batak Toba ada
yang dilakukan dengan mengganti
materialnya secara keseluruhan. Pada
bangunan modern keseluruhannya
menggunakan bahan semen, batu
pasir, dan besi sebagaimana
bangunan modern tanpa merubah
bentuk tradisionalnya.
Gambar 3. Bangunan Modern Dengan Mengadopsi Arsitektur Rumah Adat BatakToba (Foto: Aron Samosir).
Rumah Adat Kantor Bupati Toba Samosir
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
153
Gambar 2. Transformasi Arsitektur Rumah Adat Batak Toba Dalam Bangunan KantorPemerintahan di Balige, Toba Samosir.
Gambar di atas menunjukkan
adanya transformasi dimana
arsiterktur yang diterapkan pada
bangunan kantor Bupati Toba
Samosir merupakan transformasi
arsitektur tradisional rumah adat
Batak Toba yang hanya mencakup
bentuk bangunan dan pengunaan
gorga (ornamen) pada bagian depan
bangunan. Pada bagian interior tidak
terdapat sentuhan seni tradisional
Batak Toba, sehingga terkesan hanya
sebagai bangunan modern saja tanpa
adanya unsur tradisional.
Di sisi lain transformasi
arsitektur rumah adat Batak Toba ada
yang dilakukan dengan mengganti
materialnya secara keseluruhan. Pada
bangunan modern keseluruhannya
menggunakan bahan semen, batu
pasir, dan besi sebagaimana
bangunan modern tanpa merubah
bentuk tradisionalnya.
Gambar 3. Bangunan Modern Dengan Mengadopsi Arsitektur Rumah Adat BatakToba (Foto: Aron Samosir).
Rumah Adat Kantor Bupati Toba Samosir
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
153
Gambar 2. Transformasi Arsitektur Rumah Adat Batak Toba Dalam Bangunan KantorPemerintahan di Balige, Toba Samosir.
Gambar di atas menunjukkan
adanya transformasi dimana
arsiterktur yang diterapkan pada
bangunan kantor Bupati Toba
Samosir merupakan transformasi
arsitektur tradisional rumah adat
Batak Toba yang hanya mencakup
bentuk bangunan dan pengunaan
gorga (ornamen) pada bagian depan
bangunan. Pada bagian interior tidak
terdapat sentuhan seni tradisional
Batak Toba, sehingga terkesan hanya
sebagai bangunan modern saja tanpa
adanya unsur tradisional.
Di sisi lain transformasi
arsitektur rumah adat Batak Toba ada
yang dilakukan dengan mengganti
materialnya secara keseluruhan. Pada
bangunan modern keseluruhannya
menggunakan bahan semen, batu
pasir, dan besi sebagaimana
bangunan modern tanpa merubah
bentuk tradisionalnya.
Gambar 3. Bangunan Modern Dengan Mengadopsi Arsitektur Rumah Adat BatakToba (Foto: Aron Samosir).
Rumah Adat Kantor Bupati Toba Samosir
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
154
Pada bangunan modern tersebut
terlihat bahwa arsitektur tradisional
masih di pertahankan. Perbedaannya
terdapat pada kolong (bara) dimana
pada bangunan modern, kolong telah
beralih fungsi menjadi ruangan.
Demikian halnya dengan posisi
tangga, telah berada di dalam
bangunan. Dalam konteks ini nilai
fungsi kolong rumah sebagai tempat
kandang kerbau telah dihilangkan.
Menurut pemilik rumah, kandang
kerbau telah dibuat secara tersendiri
dengan jarak yang relatif jauh dari
rumah dengan alasan untuk menjaga
kebersihan dan kesehatan dari pemilik
rumah.
Mengingat begitu banyaknya
jenis gorga atau ornamen, seni pahat,
seni patung, dan seni kerajinan,yang
tidak diterapkan (digunakan) pada
interior arsitektur modern, maka
sangat penting agar potensi atau
keberadaan kesenian tradisional itu
dapat dimanfaatkan untuk menghiasi
interior gedung sehingga para tamu
atau pengunjung yang datang dapat
melihat kekayaan seni budaya yang
ada pada etnik Batak Toba. Dari
aspek penggunaan material dan
teknik bangunan telah menerapkan
bahan dan teknik modern dengan
menggunakan beton dan besi. Dalam
hal ini penggunaan material kayu
telah jauh berkurang jika
dibandingkan dengan arsitektur
tradisional yang banyak
menggunakan kayu.
2. Transformasi Arsitektur Tradisional Rumah Adat Batak Toba Dari Segi
Bentuk Geometri
Melihat keberadaan bangunan
modern di kota Balige, Kabupaten
Toba Samosir pada umumnya
didominasi oleh arsitektur modern
tanpa adanya unsur arsitektur
tradisional. Hal ini merupakan suatu
kondisi yang sangat memperihatinkan
terhadap kelangsungan arsitektur
tradisional yang sarat dengan unsur
kesenian tradisional. Jika
dibandingkan denagan keseluruhan
bangunan yang ada, ternyata hanya
sedikit gedung-gedung modern yang
mentransformasikan arsitektur
tradidional. Gedung-gedung tersebut
antara lain, Kantor Bupati Tobasa,
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
155
Gedung DPRD Tobasa, Pasar
Tradisional, Museum Batak Toba,
monumen, dan beberapa gedung milik
swasta. Kondisi ini pada prinsipnya
belum dapat mewakili transformasi
arsitektur tradisional terhadap
bangunan modern yang ada terutama
di kawasan perkotaan.
Bagunan dengan arsitektur
tradisional berupa rumah adat Batak
Toba dengan konstruksi tradisional
serta dihiasi dengan ragam gorga
sudah semakin sedikit, itupun hanya
ditemukan di luar kawasan kota
Balige yakni di kawasan pemukiman
yang disebut dengan huta yang pada
umumnya kondisi rumah-rumah adat
berarsitektur tradisional tersebut
sudah tua. Ironisnya, ketika sebuah
rumah adat telah termakan usia dan
tidak layak di huni lagi, maka pemilik
rumah sudah tidak layak pakai atau
akan diganti dengan bangunan baru,
cenderung bagunan baru tersebut
telah menggunakan konstruksi dan
arsitektur modern. Kondisi ini secara
perlahan dengan sendirinya akan
menghilangkan bangunan dengan
arsitektur tradisional.
Pada umumnya etnik Batak
Toba yang selalu terbuka dengan
perubahan, cenderung meninggalkan
arsitektur tradisional karena dianggap
dari aspek fungsi tidak praktis lagi.
Seperti pengunaan kolong rumah
sebagai kandang ternak, pintu masuk
yang tidak praktis, dan berbagai hal
lainnya. Kendadi dipertahankan,
maka akan sulit untuk mencari bahan
kayu sebagai material pembuatan
rumah. Alasan ini dapat diterima jika
ditinjau dari aspek kesehatan
lingkungan dimana kandang ternak
tidak sesuai di kolong rumah, serta
penggunaan pintu masuk yang sangat
tidak praktis terutama bagi orang
yang sudah relatif tua.
Bentuk arsitektur tradisional
yang digunakan pada rumah adat
tradisional Batak Toba yang
ditransformasikan atau
diimplementasikan pada bagunan-
bangunan modern seperti terdapat
pada perkantoran, pasar dan berbagai
bangunan wasta modern lainnya di
Balige, Toba Samosir, pada
umumnya hanya mengambil bentuk
bangunan serta penggunaan ragam
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
156
gorga atau ornamen yang terdapat
pada bagian luar. Pada aspek lain
seperti penggunaan material serta
teknik bangunan sangat jauh berbeda.
Pada arsitektur rumah adat tradisional
Batak Toba seluruh material atau
bahan bangunan menggunakan bahan
kayu dimana setiap persambungan
kayu dilakukan dengan cara memahat
atau mengikat dengan tali rotan atau
tali yang terbuat dari ijuk dan tidak
menggunakan paku. Atap rumah
terbuat dari bahan ijuk. Wujud dari
teknik ikat dalam bangunan
tradisional rumah adat Batak Toba
tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 4. Penggunaan Bahan Kayu (Setiap Persambungan Dilakukan Dengan CaraMemahat Atau Mengikat. Photo: Aron Samosir).
Kendati demikian, bangunan
rumah adat Batak Toba dengan
arsitektur dan penerapan teknik
membangun yang tradisional ternyata
sangat baik dan memiliki daya tahan
yang relatif lama. Di sisi lain tipologi
arsitektur rumah adat Batak Toba
adalah jenis rumah panggung yang
berkolong. Lantai rumah dibuat di
atas tiang sehingga kalau hendak
masuk kerumah harus melalui tangga
dengan jumlah anak tangga dibuat
dalam bilangan ganjil.
Berbeda dengan bangunan
modern yang menggunakan material
besi dan batu maka dengan sendirinya
teknik yang digunakan dalam
pembangunan tentu berdasarkan
konsep modern dengan tujuan agar
daya tahan bagunan terhadap bencana
alam seperti gempa dan akibat
perubahan cuaca dapat diantisipasi
dengan baik. Penerapan teknik
bangunan dengan standar mendirikan
bangunan merupakan pedoman yang
harus diterapkan. Beberapa hal yang
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
156
gorga atau ornamen yang terdapat
pada bagian luar. Pada aspek lain
seperti penggunaan material serta
teknik bangunan sangat jauh berbeda.
Pada arsitektur rumah adat tradisional
Batak Toba seluruh material atau
bahan bangunan menggunakan bahan
kayu dimana setiap persambungan
kayu dilakukan dengan cara memahat
atau mengikat dengan tali rotan atau
tali yang terbuat dari ijuk dan tidak
menggunakan paku. Atap rumah
terbuat dari bahan ijuk. Wujud dari
teknik ikat dalam bangunan
tradisional rumah adat Batak Toba
tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 4. Penggunaan Bahan Kayu (Setiap Persambungan Dilakukan Dengan CaraMemahat Atau Mengikat. Photo: Aron Samosir).
Kendati demikian, bangunan
rumah adat Batak Toba dengan
arsitektur dan penerapan teknik
membangun yang tradisional ternyata
sangat baik dan memiliki daya tahan
yang relatif lama. Di sisi lain tipologi
arsitektur rumah adat Batak Toba
adalah jenis rumah panggung yang
berkolong. Lantai rumah dibuat di
atas tiang sehingga kalau hendak
masuk kerumah harus melalui tangga
dengan jumlah anak tangga dibuat
dalam bilangan ganjil.
Berbeda dengan bangunan
modern yang menggunakan material
besi dan batu maka dengan sendirinya
teknik yang digunakan dalam
pembangunan tentu berdasarkan
konsep modern dengan tujuan agar
daya tahan bagunan terhadap bencana
alam seperti gempa dan akibat
perubahan cuaca dapat diantisipasi
dengan baik. Penerapan teknik
bangunan dengan standar mendirikan
bangunan merupakan pedoman yang
harus diterapkan. Beberapa hal yang
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
156
gorga atau ornamen yang terdapat
pada bagian luar. Pada aspek lain
seperti penggunaan material serta
teknik bangunan sangat jauh berbeda.
Pada arsitektur rumah adat tradisional
Batak Toba seluruh material atau
bahan bangunan menggunakan bahan
kayu dimana setiap persambungan
kayu dilakukan dengan cara memahat
atau mengikat dengan tali rotan atau
tali yang terbuat dari ijuk dan tidak
menggunakan paku. Atap rumah
terbuat dari bahan ijuk. Wujud dari
teknik ikat dalam bangunan
tradisional rumah adat Batak Toba
tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 4. Penggunaan Bahan Kayu (Setiap Persambungan Dilakukan Dengan CaraMemahat Atau Mengikat. Photo: Aron Samosir).
Kendati demikian, bangunan
rumah adat Batak Toba dengan
arsitektur dan penerapan teknik
membangun yang tradisional ternyata
sangat baik dan memiliki daya tahan
yang relatif lama. Di sisi lain tipologi
arsitektur rumah adat Batak Toba
adalah jenis rumah panggung yang
berkolong. Lantai rumah dibuat di
atas tiang sehingga kalau hendak
masuk kerumah harus melalui tangga
dengan jumlah anak tangga dibuat
dalam bilangan ganjil.
Berbeda dengan bangunan
modern yang menggunakan material
besi dan batu maka dengan sendirinya
teknik yang digunakan dalam
pembangunan tentu berdasarkan
konsep modern dengan tujuan agar
daya tahan bagunan terhadap bencana
alam seperti gempa dan akibat
perubahan cuaca dapat diantisipasi
dengan baik. Penerapan teknik
bangunan dengan standar mendirikan
bangunan merupakan pedoman yang
harus diterapkan. Beberapa hal yang
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
157
sangat mempengaruhi tidak
terakomodasinya arsitektur tradisional
terhadap bangunan modern adalah :
(1) adanya perubahan pola pikir dari
etnik Batak Toba bahwa asitektur
modern dianggap jauh lebih praktis
jika dibandingkan dengan arsitektur
tradisional yang menyangkut banyak
aspek seperti, penggunaan bahan,
dimana bahan kayu sudah sangat
langka, penggunaan tangga dianggap
tidak praktis terutama bagi segmen
generasi tua dimana kondisi fisiknya
tidak memungkinkan lagi untuk
keluar dan masuk rumah melalui
tangga. (2) Faktor dominasi aspek
ekonomi dan teknologi dimana
masyarakat lebih memilih bahan
bagunan modern seperti beton.
Bangunan-bangunan baru
seperti pusat pertokoan, perkantoran,
hotel, bank, dan lain-lain
bermunculan yang kebanyakan
berupa bagunan susun yang mencakar
langit dimana unsur seni khususnya
seni tradisional Batak Toba tidak
mendapat perhatian secara
proporsional. Bagunan modern yang
ada di Toba Samosir pada umumnya
hanya mengutamakan fungsi dan
efesiensi dari sebuah bangunan tanpa
memperhatikan unsur arsitektur
tradisional yang dapat menunjukkan
karakteristik berupa kesenian lokal.
Sejalan dengan karakteristik
atau sifat etnik Batak Toba yang
terbuka terhadap perkembangan
zaman, dengan sendirinya berdampak
pada seluruh sendi kehidupan,
termasuk perubahan terhadap konsep
religi atau sistem kepercayaan yang
mencakup perubahan keyakinan
terhadap makna filosofi bentuk
bangunan rumah, makna filosofi dari
masing-masing gorga. Perubahan ini
secara perlahan terjadi seiring dengan
masuknya misionaris Kristen ke
Tanah Batak serta faktor pendidikan
formal yang ditempuh. Konsepsi
makna filosofis dari arsitektur
tradisional serta makna filosofis dari
ragam gorga dalam ajaran Kristen,
sebagian besar tidak sesuai atau
bertentangan.
Dalam konteks arsitektur rumah
adat, pada bangunan tertentu, telah
terjadi transformasi sebagai dampak
dari kemajuan zaman. Hal itu terlihat
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
158
dari teknik bangunan yang digunakan
pada sebagian kecil rumah adat
tradisional Batak Toba yang dibangun
di era modern dari segi teknik
bangunan telah menerapkan
penggunaan paku yang menggantikan
teknik ikat. Bengitu juga dengan
penggunaan bahan bagunan terutama
pada bagian atap dari bahan ijuk ke
bahan seng. Perubahan tersebut
dilakukan mengingat bahan ijuk pada
saat sekarang ini sudah sulit
ditemukan dan jika ada,
pengerjaannya dianggap terlalu rumit
dan otomatis akan menggunakan
bahan kayu yang lebih banyak.
Demikian halnya dengan daya tahan,
bahan seng relatif akan lebih tahan
dengan cuaca jika dibandingkan
dengan bahan ijuk.
3. Transformasi Arsitektur Tradisional Dari Segi Bentuk dan Makna Gorga
Pada Bangunan Rumah Adat Batak Toba
Tranformasi arsitektur
tradisional rumah adat Batak Toba
mengalami proses transisi antara
tradisional dengan modern yang
disebut dengan ruma epper. Ruma
epper lebih berorientasi pada hal
yang lebih praktis dimana bentuk
arsitekturnya telah mengalami
perubahan yang sama sekali telah
menabrak pola dan struktur
arsitektur tradisional. Jika
dibandingkan dengan arsitektur
tradisional, maka perbedaan itu akan
tampak jelas terutama dari aspek
bentuknya. Pada ruma epper tampak
lebih simpel, praktis dan lebih
sederhana, tidak menggunakan gorga
(ornamen), namun masih tetap
menggunakan bara (kolong).
Demikian pula halnya dengan
penggunaan bahan dan teknik
pengerjaannya. Dari tenik
pengerjaannya, jika pada arsitektur
tradisional rumah adat Batak Toba
tidak menggunakan paku maka pada
ruma epper pengerjaannya
menggunakan paku dengan teknik
modern seperti penggunaan siku
pada sudut bangunan.
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
159
Rumah Adat Ruma Epper
Gambar 5. Perbandingan Rumah Dengan Ruma Epper(Foto: Aron Samosir).
Jika rabung pada arsitektur
tradisional menggunakan rabung 1
yang melengkung bagai punggung
kerbau, namun pada ruma epper
menggunakan rabung 5 atau rabung 8
sebagaimana lazimnya pada bangunan
modern. Bara (kolong rumah) tidak
difungsikan lagi sebagai kandang
ternak sebagaimana halnya pada
arsitektur tradisional. Ruma epper
terdiri dari dua jenis yaitu: (1) ruma
epper sada rassang, dan (2) ruma
epper tolu rassang. Ruma epper sada
rassang menggunakan kolong yang
lebih pendek jika dibandingkan
dengan kolong pada arsitektur
tradisional, dengan penggunaan 3
anak tangga menuju pintu rumah.
Gambar 6. Ruma Epper Sada Rassang (Foto: Aron Samosir).
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
160
PENUTUP
Dalam rangka mempertahankan
konsistensi makna filosofis dari
masing-masing gorga, hendaknya
etnik Batak Toba yang bermukim di
Kabupaten Tobasa ketika membangun
rumah hendaknya senantiasa
mempertahankan bentuk arsitektur
tradisional kendati dibangun dengan
material atau bahan bangunan modern
yang menggunakan besi dan beton.
Dengan demikian makna filosofis dari
gorga tetap dapat dipertahankan
sebagai kekayaan seni tradisional
Batak Toba yang sarat dengan
kearifan lokal.
Pihak swasta, dalam hal ini
para investor atau developer, yang
semakin lama semakin besar
kontribusinya dalam pembangunan,
khususnya di kota besar, agar tidak
semata-mata berorientasi pada
pemenuhan fungsi dan efisiensi
dengan motivasi perolehan
keuntungan ekonomi finansial
semata. Dalam rangka kelangsungan
transformasi arsitektur tradisional
terhadap bangunan modern,
hendaknya menyadari pentingnya
aspek sosio-kultural, pembangunan
fisik yang dilakukan harus
diupayakan akan lebih meningkatkan
kualitas lingkungan, memperkuat
citra spesifik, menumbuhkan rasa
tempat dan rasa kebanggaan bagi
segenap lapisan masyarakat. Persepsi,
aspirasi, harapan dan dambaan
masyarakat yang terkandung dalam
arsitektur tradisional, mesti diserap
terlebih dadulu, sebelum mulai
dengan perancangan arsitektur
modernnya. Kekhasan kesenian
lokal, yakni seni budaya Bayak Toba,
dan tuntutan kebutuhan masyarakat,
wajib dipertimbangkan sebagai
sumber inspirasi dan salah satu
pertimbangan perancangan pada
bangunan modern, setidaknya
implementasi gorga, sehingga
karakteristik lokal dalam hal ini seni
tradisional Batak Toba akan tampak
pada bangunan dengan arsitektur
modern.
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
161
Para arsitek dan perencana
profesional harus selalu berpegang
pada kode etik profesinya. Kaidah-
kaidah perencanaan dan perancangan
yang baik dan benar mesti
dipertahankan untuk menangkal
tekanan-tekanan dari luar yang
cenderung akan memencengkan karya
yang dirancang hanya untuk
kepentingan kalangan tertentu dengan
wawasan jangka pendek. Aspek
ekonomi teknologi dan sosial-budaya
harus dilihat sebagai aspek-aspek
yang saling mendukung, bukan
berlawanan secara dikhotomis. Etnik
Batak Toba perlu dilibatkan dalam
proses perancangan dan perencanaan
serta perancangan arsitektur melalui
dialog yang bekesinambungan. Para
arsitek di bidang arsitektur perlu
melakukan penelitian yang lebih
mendalam, khususnya mengenai
falsafah dan konsep yang melandasi
perancangan arsitektur masa silam.
Aron Samosir adalah Alumni Program Studi Antropologi Sosial, PascasarjanaUnversitas Negeri Medan
162
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, Payung. 1985. KebudayaanBatak Dalam Manusia dankebudayaan Indonesia. Jakarta: Jambatan.
Budiaharjo, Eko.2004. Seni DalamArsitektur. Jakarta :Kementerian Pariwisata danKebudayaan.
Koentjaraningrat.1988. Manusia DanKebudayaan Di Indonesia.Jakarta: Djambatan.
Koentjaraningrat. 2000. Kebudayaan,Mentalitas dan Pembangunan.Jakarta: Gramedia.
Langer, Susanne. 1976. Philosophy ina New Key. A Study in theSymbolism of Reason, Rite andArt. Third Edition. HarvardUniversity Press, Harvard.
Marpaung, Philipus Jarongki. BienPasaribu. 2009. Ruma Gorga,Sosok Pribadi Orang Batak.Penerbit Papas Sinar Sinanti :Jakarta.
Nainggolan, Togar. 2012. BatakToba, Sejarah danTransformasi Religi. Medan :Bina Media Perintis.
Panggabean, Herlan (Editor). 1998.Ornamen (Ragam Hias) Rumah
Adat Batak Toba. Departemen P&K Bagian Proyek PembinaanPermuseuman Sumatera Utara.
Simanjuntak, Bungaran Antonius.2001. Konflik Status danKekuasaan Orang Batak Toba.Yogyakarta : Penerbit Jendela.
Simanjuntak, Bungaran Antonius.2008. Stuktur Sosial dan SistemPolitik Batak Toba. Jakarta :Yayasan Obor Indonesia.
Simanjuntak, Payaman 2000.Pengantar Pada Adat BudayaBatak Dan Kekristenan. Jakarta: Dian Utama.
Sirait, Baginda. 1980. DesignOrmanent Tradisional DaerahSumatera Utara. Medan : WatyGrafika.
Sitanggang, Hilderia.1986. ArsitekturTradisional Daerah SumateraUtara. Departemen Pendidikandan Kebudayaan ProyekInventarisasi dan DokumentasiKebudayaan Daerah : Jakarta.
Tambunan, EH. 1982. SekelumitMengenai Masyarakat BatakToba dan Kebudayaannya,Sebagai Sarana Pembangunan.Bandung : Tarsito.
PETUNJUK BAGI PENULIS
1. Artikel belum pernah dimuat dalam media cetak/elektronik lain, diketik 1,5 spasi pada kertas A4 sepanjang 10 – 15 halaman, dalam betuk soft copy (MS Work) dan hasil ceak (print out) sebanyak satu eksemplar. Diserahkan paling lambat satu bulan sebelum bulan penerbitan.
2. Artikel merupakan hasil penelitian atau non penelitian ( gagasan konseptual, kajian teori, aplikasi teori) yang dimuat dalam Majalah/Jurnal Generasi Kampus.
3. Artikel ditulis dalam bentuk esai, disertai judul subbab (heading). Peringkat judul subbab dinyatakan dengan karakter huruf yang berbeda : 1) peringkat 1 (huruf besar semua rata dengan tepi kiri). 2) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan cetak tebal), 3) Peringkat 3 (huruf besar pada awal subbab, dicetak miring dan tebal)
4. Artikel hasil penelitian memuat :a. Judul b. Nama Penulisc. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia (memuat tujuan, metode, dan hasil
penelitian : 50 – 80 kata)d. Kata-kata kunci)e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah, perumusan
masalah, dan rangkuman kajian teoritik)f. Metode penelitiang. Hasil penelitian h. Pembahasan i. Kesimpulan dan saranj. Daftar pustaka
5. Artikel Non Penelitian memuat :a. Judul b. Nama Penulisc. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia ( 50 – 80 kata)d. Kata-kata kunci)e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, pengantar topic utama diakhiri dengan rumusan
tentang hal-hal pokok yang akan dibahas).f. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan)g. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan) h. Sub Judul ( sesuai dengan kebutuhan)i. Penutup ( atau kesimpulan dan saran)j. Daftar pustaka
6. Daftar pustaka hanya mencantumkan sumber yang dirujuk dalam uraian tulisan saja, diurutkan secara alfabetis, disajikan seperti contoh beikut :
Dryden G dan Dr. Vos Jeannette. (2001). Revolusi Cara Belajar. Bandung : Kaifa.Heninic, Molenda. Russel dan Smadino (1996). Intructional Media and Technology for
Learning. New Jersey :Prentice Hall Inc
ISSN 1978-869X