8. tragedi penangkapan berlebih

15
LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN TRAGEDI PENANGKAPAN BERLEBIH (OVERFISHING) Disusun Oleh : Carissa Paresky Arisagy 12 / 334991 / PN / 12981 Asisten : Lukman Hakim LABORATORIUM MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PERIKANAN

Upload: carissa-paresky-arisagy

Post on 10-Jul-2016

220 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN TRAGEDI PENANGKAPAN BERLEBIH (OVERFISHING)

TRANSCRIPT

Page 1: 8. Tragedi Penangkapan Berlebih

LAPORAN

PRAKTIKUM MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN

TRAGEDI PENANGKAPAN BERLEBIH (OVERFISHING)

Disusun Oleh :

Carissa Paresky Arisagy

12 / 334991 / PN / 12981

Asisten :

Lukman Hakim

LABORATORIUM MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAHMADA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: 8. Tragedi Penangkapan Berlebih

TRAGEDI PENANGKAPAN BERLEBIH (OVERFISHING)

Carissa Paresky Arisagy

12 / 334991 / PN / 12981

Manajemen Sumberdaya Perikanan

Intisari

Sektor perikanan merupakan sektor strategis dalam perekonomian Indonesia mengingat Indonesia memiliki potensi kelautan dan fishing ground yang sangat luas. Selain itu, keanekaragaman biota di laut Indonesia yang sangat beragam menambah potensi ekonomi tinggi bagi bangsa Indonesia. Namun demikian, sifat industri perikanan tangkap yang open access telah memunculkan adanya isu overfishing. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang kelemahan metode yang digunakan sebagai alat manajemen perikanan tangkap serta memberikan pemahaman tentang tekanan penangkapan yang berlebih. Praktikum acara Tragedi Penangkapan Berlebih dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015 di Laboratorium TPI dan Kolam Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Berdasarkan hasil praktikum, pada perlakuaan tanpa penambahan sumberdaya ikan mengalami overfishing, sedangkan pada perlakuan dengan penambahan 10% sumberdaya ikan belum mengalami overfishing. Kelemahan metode yang digunakan sebagai alat manajemen perikanan tangkap berdasarkan hasil simulasi penangkapan pada praktikum ini adalah belum mampunya upaya restocking tersebut untuk menjamin terjaganya kelestarian sumberdaya ikan di alam. Tekanan terhadap eksploitasi perikanan, yaitu pertumbuhan populasi penduduk dunia dimana ikan adalah sumber protein penting bagi manusia, dan target pembangunan untuk mencapai pendapatan yang tinggi dari sektor perikanan. Kondisi ini diperburuk dengan sifat sumber daya perikanan yang common property, lemahnya pengawasan pada pembatasan kapal ikan dan praktek illegal fishing.

Kata kunci : ikan, nelayan, overfishing, penangkapan, pengelolaan

PENDAHULUAN

Sektor perikanan merupakan sektor strategis dalam perekonomian Indonesia

mengingat Indonesia memiliki potensi kelautan dan fishing ground yang sangat luas. Selain

itu, keanekaragaman biota di laut Indonesia yang sangat beragam menambah potensi ekonomi

tinggi bagi bangsa Indonesia. Namun demikian, sifat industri perikanan tangkap yang open

access telah memunculkan adanya isu overfishing. Kondisi tersebut tentu sangat

mengkhawatirkan karena secara ekonomi dapat menimbulkan inefisiensi. Di sisi lain,

ancaman bagi kelangsungan hidup industri perikanan bukan hanya dari aspek ekonomi tetapi

juga aspek ekologi berupa deplesi sumber daya ikan. Review terakhir FAO mengenai kondisi

sumber daya perikanan global memperkirakan bahwa dari 523 jenis ikan dunia yang

dilakukan stock assessment, 52% sumber daya ikan sudah mencapai tingkat eksploitasi penuh

atau fully exploited (FAO, 2005). Ikan diproyeksikan akan punah dari perairan bumi tahun

Page 3: 8. Tragedi Penangkapan Berlebih

2048 (Lukito, 2007). Hasil penelitian dari Balai Riset Perikanan Laut Indonesia tentang

pendugaan status perikanan menyatakan bahwa 6 dari 11 WPP (Wilayah Pengelolaan

Perikanan) Indonesia menunjukkan gejala yang jelas telah terjadi penangkapan berlebihan

atau overfishing (WWF, 2008). Mengetahui dan menyadari besarnya dampak yang dapat

ditimbulkan dari kegiatan penangkapan yang berlebihan tersebut, maka dirasa perlu untuk

memahami serta mengkaji lebih dalam mengenai ekploitasi berlebihan dalam usaha

penangkapan ikan beserta upaya pengelolaannya melalui praktikum Manajemen Sumberdaya

Perikanan khususnya pada acara Tragedi Penangkapan Berlebih.

Overfishing atau “tangkap lebih” menurut Israel & Cesar (1997) dapat diartikan

sebagai jumlah ikan yang ditangkap melebihi jumlah ikan yang dibutuhkan untuk

mempertahankan stok ikan lestari dalam suatu wilayah laut tertentu. Salah satu penyebabnya

adalah adanya tekanan terhadap eksploitasi perikanan laut (fishing pressure). Fauzi (2005)

juga menjelaskan bahwa, overfishing dapat diartikan sebagai penangkapan ikan secara

berlebihan sehingga populasi ikan semaikin lama semakin berkurang dan akhirnya tidak ada

lagi yang dapat ditangkap.

Widodo dan Suadi (2008) menerangkan bahwa ada beberapa jenis overfishing, yakni

growth overfishing, recruitment overfishing, biological overfishing, economic overfishing,

ecosystem overfishing, dan Malthusian Overfishing. Growth overfishing terjadi ketika Ikan

ditangkap sebelum mereka sempat tumbuh mencapai ukuran dimana peningkatan lebih lanjut

dari pertumbuhan akan mampu membuat seimbang dengan penyusutan stok yang diakibatkan

oleh mortalitas alami. Recruitment overfishing merupakan pengurangan melalui penangkapan

terhadap suatu stok sehingga jumlah stok induk tidak cukup banyak untuk memproduksi telur.

Biological overfishing merupakan kombinasi dari growth overfishing dan recruitment

overfishing, yang terjadi manakala tingkat upaya penangkapan dalam suatu perikanan tertentu

melampaui tingkat yang diperlukan untuk menghasilkan MSY. Economic overfishing terjadi

bila tingkat upaya penangkapan dalam suatu perikanan melampaui tingkat yang diperlukan

untuk menghadilkan MEY. Ecosystem overfishing terjadi akibat perubahan komposisi jenis

dari suatu stok sebagai akibat dari upaya penangkapan yang berlebihan, dimana spesies target

menghilang dan tidak digantikan secara penuh oleh jenis “pengganti”. Biasanya ecosystem

overfishing mengakibatkan timbulnya suatu transisi dari ikan bernilai ekonomi tinggi

berukuran besar kepada ikan kurang bernilai ekonomi berukuran kecil. Malthusian

overfishing merupakan suatu istilah untuk mengungkapkan masuknya tenaga kerja yang

tergusur dari berbagai aktifitas berbasis darat (land-based activities) kedalam perikanan,

pantai dalam jumlah yang berlebihan yang berkompetisi dengan nelayan tradisional yang

Page 4: 8. Tragedi Penangkapan Berlebih

telah ada dan yang cenderung menggunakan cara-cara penangkapan yang bersifat merusak,

seperti dinamit untuk ikan ikan pelagis, sianida untuk ikan-ikan di terumbu karang dan/atau

insektisida dibeberapa perikanan laguna dan estuari.

Pengelolaan perikanan di suatu perairan dimaksudkan untuk meningkatkan produksi

ikan dan mempertahankannya pada tingkat hasil yang stabil mendekati produksi optimumnya

(Sudradjat, 2006). Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi pengelolaan yang didasarkan

kepada data dan informasi ilmiah. Informasi penting untuk keperluan tersebut meliputi aspek

biologi, sosial ekonomi dan kelembagaan. Informasi mengenai aspek biologi, yang terpenting

adalah dinamika stok ikan/dinamika populasi ikan. Menurut Tyler dan Galucci (1980) istilah

populasi pada umumnnya digunakan dalam kaitan dengan aspek-aspek biologi, sedangkan

stok dihubungkan dengan manajemen perikanan. Seringkali, stok dapat terdiri dari satu

populasi atau lebih, Templeman (1983) menjelaskan pengertian populasi dan stok secara

terpisah. Populasi adalah kelompok ikan yang hidup di daerah tertentu pada waktu tertentu,

sedangkan stok adalah kelompok ikan yang menempati perairan tertentu dan mempunyai pola

migrasi, serta daerah pemijahan yang terpisah dari stok lainnya. Dinamika stok ikan meliputi

struktur komunitas, biologi reproduksi, pertumbuhan, mortalitas, rekrutmen, dan besaran stok

ikan. Faktor utama yang mempengaruhi peningkatan stok adalah pertumbuhan dan rekrutmen,

sedangkan yang mempengaruhi penurunan stok adalah mortalitas alami dan penangkapan.

Adapun tujuan dilakukannya praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan acara

Tragedi Penangkapan Berlebih ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang kelemahan

metode yang digunakan sebagai alat manajemen perikanan tangkap. Kemudian tujuan lainnya

adalah untuk memberikan pemahaman tentang tekanan penangkapan yang berlebih.

METODOLOGI

Acara praktikum Tragedi Penangkapan Berlebih (Overfishing) dilakukan pada hari

Selasa, tangal 5 Mei 2015, pada pukul 13.30 – 17.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di

Laboratorium Teknik Penangkapan Ikan Jurusan Perikanan Universitas Gadjah Mada dan

Kolam Jurusan Perikanan Universitas Gadjah Mada. Adapun alat dan bahan yang digunakan

antara lain jaring, ikan dan alat tulis.

Pada prinsipnya praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan, acara Tragedi

Penangkapan Berlebih (Overfishing) ini dilakukan melalui simulasi penangkapan ikan

sebanyak-banyaknya menggunakan alat tangkap jaring dalam 10 kali trip penangkapan.

Praktikan dibagi ke dalam dua kelompok yang melakukan penangkapan ikan di dua kolam

yang berbeda. Penangkapan dilakukan dengan menggunakan alat tangkap jaring/jala, dimana

Page 5: 8. Tragedi Penangkapan Berlebih

masing-masing kolam terdapat ikan berjumlah 100 ekor. Kegiatan penangkapan dilakukan

selama 10 kali trip, dengan dua perlakuan penangkapan yang berbeda yakni dengan

penambahan 10% dari hasil tangkapan setiap tripnya dan tanpa penambahan stok ikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Overfishing bisa diartikan sebagai penangkapan ikan secara berlebihan sehingga

populasi ikan semakin lama semakin berkurang dan akhirnya tidak ada lagi yang dapat

ditangkap. Fauzi (2005) menjelaskan bahwa overfishing dapat dikategorikan menjadi

beberapa jenis, yaitu recruitment overfishing, Growth over fishing, Economic over fishing,

dan Malthusian over fishing. Widodo dan Suadi (2008) menambahkan bahwa terdapat

kategori dari overfishing yang lainnya yaitu biological overfishing dan ecosystem overfishing.

Pada praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan acara Tragedi Penangkapan

Berlebih ini dilakukan simulasi penangkapan ikan dengan dua perlakuan sebanyak 10 kali trip

penangkapan. Pada kondisi sumberdaya ikan yang open access dan common properties, akan

mendorong para nelayan untuk menangkap ikan sebanyak-banyaknya dan ketika stok ikan

semakin menipis, demi memenuhi kebutuhan hidupnya para nelayan cenderung akan berebut

untuk mendapatkan ikan di laut. Kondisi tersebutlah yang disimulasikan, dimana praktikan

bertindak sebagai nelayan yang melakukan penangkapan sebanyak-banyaknya. Dengan

demikian melalui simulasi penangkapan tersebut dapat dilihat dan dianalisis kondisi mana

yang menyebabkan sumberdaya mengalami tangkapan berlebih (overfishing).

Pada perlakuan pertama dilakukan simulasi penangkapan tanpa penambahan stok ikan.

Kondisi ini merupakan analogi penangkapan ikan yang berlebihan di alam, tanpa adanya

pengelolaan. Proses peningkatan stok ikan secara alami baik melalui rekrutmen maupun

pertumbuhan juga diabaikan. Pada perlakuan yang pertama ini dilakukan simulasi 10 kali trip

penangkapan ikan tanpa ada batasan waktu dan kuota penangkapan. Ikan ditangkap

menggunakan jaring/jala. Berikut hasil tangkapan ikan pada perlakuan pertama, disajikan

pada tabel 1.

Tabel 1. Stok ikan hasil tangkapan tanpa pengembalian

Trip Stok Tertangkap Sisa1 100 0 1002 100 1 993 99 5 944 94 0 94

Page 6: 8. Tragedi Penangkapan Berlebih

5 94 2 926 92 3 897 89 6 838 83 12 719 74 7 6410 64 7 57

Berdasarkan hasil praktikum yang disajikan pada tabel 1. tersebut, tampak bahwa

sumberdaya ikan mengalami telah mengalami overfishing, dimana stok ikan dari 10 kali trip

penangkapan hanya tersisa 57% dari stok awalnya. Keadaan ini disebabkan oleh aktivitas

penangkapan yang tidak ada batasan pengelolaan. Stok ikan terus mengalami penurunan

akibat adanya tekanan penangkapan. Kondisi tersebut diperburuk dengan tidak adanya

peningkatan stok baik secara alami melalui pertumbuhan dan rekrutmen maupun secara

buatan melalui kegiatan restocking oleh pelaku usaha penangkapan dan pemangku-pemangku

kepentingan lainnya. Akibat adanya peningkatan tekanan penangkapan tesebut, populasi dari

ikan-ikan berukuran besar menipis dan sebaliknya proporsi dari ikan-ikan berukuran kecil

terus meningkat. Selama kegiatan perikanan terus berkembang tersebut, kematian akibat

penangkapan (fishing mortality) mulai berpengaruh secara signifikan terhadap sumberdaya

ikan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh FAO (1995) bahwa potensi yang dapat

dimanfaatkan (TAC / Total Allowable Catch) adalah sebesar 80% dari MSY (Maximum

Sustainable Yield).

Pada perlakuan kedua dilakukan simulasi penangkapan dengan penambahan stok ikan

sebanyak 10% dari jumlah ikan yang tertangkap dalam setiap tripnya. Kondisi ini merupakan

analogi penangkapan ikan di alam, dengan adanya pengelolaan melalui restocking ikan di

alam oleh nelayan sebanyak 10% dari jumlah tangkapan dalam setiap tripnya. Akan tetapi

proses peningkatan stok ikan secara alami baik melalui rekrutmen maupun pertumbuhan

diabaikan. Pada perlakuan yang pertama ini dilakukan simulasi 10 kali trip penangkapan ikan

tanpa ada batasan waktu dan kuota penangkapan namun dilakukan penambahan stok sebanyak

10% dari jumlah tangkapan setiap tripnya. Ikan ditangkap menggunakan jaring/jala. Berikut

hasil tangkapan ikan pada perlakuan kedua, disajikan pada tabel 2

Tabel 2. Stok ikan hasil tangkapan dengan pengembalian

Trip Stok Tertangkap Sisa1 100 1 992 99 2 97

Page 7: 8. Tragedi Penangkapan Berlebih

3 97 0 974 97 4 935 93 1 926 92 8 857 85 1 848 84 7 789 78 5 7410 74 5 70

Berdasarkan hasil praktikum yang disajikan pada tabel 2. tersebut, tampak bahwa

sumberdaya ikan mengalami belum mengalami overfishing, dimana stok ikan dari 10 kali trip

penangkapan masih tersisa 70% dari stok awalnya. Keadaan ini dapat terjadi dikarenakan oleh

adanya upaya pengelolaan sumberdaya ikan melalui kegiatan restocking atau penambahan

ikan ke alam sebanyak 10% dari total hasil tangkapan. Meskipun stok ikan terus mengalami

penurunan akibat adanya tekanan penangkapan, penurunan tersebut tidak berdampak

signifikan terhadap ketersediaan stok ikan di alam karena adanya peningkatan stok melalui

kegiatan restocking oleh pelaku usaha penangkapan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

upaya pengelolaan melalui kegiatan restocking mampu membantu menopang penurunan stok

ikan akibat upaya penangkapan ikan yang berlebihan.

Fauzi (2005) menyatakan ada dua hal yang diakui sebagai tekanan terhadap eksploitasi

perikanan, yaitu pertumbuhan populasi dunia dimana ikan adalah sumber protein penting bagi

manusia, dan target pembangunan untuk mencapai pendapatan yang tinggi dari sektor

perikanan. Kondisi ini diperburuk dengan sifat sumber daya perikanan yang common

property, lemahnya pengawasan pada pembatasan kapal ikan dan praktek illegal fishing.

Permasalahan tersebut muncul karena pengelolaan perikanan yang kurang memperhatikan

prinsip-prinsip pembangunan perikanan yang berkelanjutan sehingga terjadi kerusakan

ekologi pesisir dan laut sebagai habitat ikan, dan penurunan stok ikan karena tangkap lebih

(Nikijuluw, 2001). Kegagalan pengelolaan perikanan ini disebabkan oleh, tragedy of the

common yaitu kondisi ketika peningkatan investasi pada perikanan tangkap justru semakin

memiskinkan nelayan karena jumlah tangkapan tidak bertambah tapi malah semakin

berkurang (Alessi, 2008).

Berbagai upaya meningkatkan pendapatan daerah dari sektor perikanan tangkap

dengan meningkatkan produksi atau jumlah tangkapan juga harus dikaji ulang pada daerah-

daerah yang perikanan lautnya telah berstatus lebih tangkap. Pemerintah atau pengelola

perikanan laut harus lebih berhati-hati dalam merumuskan kebijakan yang tepat untuk

Page 8: 8. Tragedi Penangkapan Berlebih

mengatasi berbagai ancaman terhadap keberlanjutan industri perikanan ini. Oleh karena itu,

pemerintah dan didukung oleh masyarakat dan para pelaku usaha wajib menerapkan

kebijakan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). WCED (1987)

mengartikan pembangunan berkelanjutan secara sederhana sebagai pembangunan untuk

memenuhi kebutuhan generasi sekarang dengan tetap menjamin terpenuhinya kebutuhan

generasi yang akan datang. Industri perikanan yang berkelanjutan dapat diciptakan dengan

penerapan kebijakan yang mengatur tingkat upaya penangkapan. Pada kondisi overexploited,

salah satu kebijakan perikanan yang harus diambil adalah membatasi jumlah tangkapan

dengan menetapkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) atau TAC (total allowed

catch) agar kelestarian sumberdaya perikanan terjaga dari kepunahan. JTB ini akan

berdampak pada jumlah armada perikanan yang diperlukan untuk mencapai JTB tersebut

sehingga seringkali terjadi pengurangan jumlah armada perikanan. Namun dalam jangka

panjang penetapan JTB akan meningkatkan stok ikan dan pendapatan nelayan.

Penetapan JTB juga akan berpengaruh pada ketersediaan material bagi industri

pengolahan ikan. Industri pengolahan berperan besar menciptakan tekanan terhadap upaya

penangkapan (fishing pressure). Maka, total kapasitas dari industri pengolahan ikan

seharusnya mempertimbangkan kemampuan lokal dalam menyediakan bahan baku produksi.

Sumber bahan baku dari luar wilayah juga diperhitungkan. Ecolabelling yang sedang giat

dipromosikan oleh FAO mensyaratkan bahwa produk perikanan harus berasal dari area

perikanan yang dikelola dengan baik, tidak berasal dari stok ikan yang over exploited dan

telah dipanen pada tingkat tertentu yang menjamin kelestarian perikanan tersebut.

KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil praktikum, pada perlakuaan tanpa penambahan sumberdaya ikan

mengalami overfishing, sedangkan pada perlakuan dengan penambahan 10% sumberdaya

ikan belum mengalami overfishing.

2. Kelemahan metode yang digunakan sebagai alat manajemen perikanan tangkap

berdasarkan hasil simulasi penangkapan pada praktikum ini adalah belum mampunya

upaya restocking tersebut untuk menjamin terjaganya kelestarian sumberdaya ikan di

alam.

3. Tekanan terhadap eksploitasi perikanan, yaitu pertumbuhan populasi penduduk dunia

dimana ikan adalah sumber protein penting bagi manusia, dan target pembangunan untuk

mencapai pendapatan yang tinggi dari sektor perikanan. Kondisi ini diperburuk dengan

Page 9: 8. Tragedi Penangkapan Berlebih

sifat sumber daya perikanan yang common property, lemahnya pengawasan pada

pembatasan kapal ikan dan praktek illegal fishing.

SARAN

Untuk menjamin ketersediaan dan kelestarian sumberdaya ikan perlu dilakukan upaya-

upaya pengelolaan yang strategis seperti misalnya pembatasan kuota penangkapan maupun

trip penangkapan, khusunya pada daerah-daerah yang telah berada dalam kondisi over

exploited. Pengelolaan melalui upaya Ecolabelling juga dapat dilakukan, di mana upaya

Ecolabelling tersebut mensyaratkan bahwa produk perikanan harus berasal dari area

perikanan yang dikelola dengan baik, tidak berasal dari stok ikan yang over exploited dan

telah dipanen pada tingkat tertentu yang menjamin kelestarian perikanan tersebut. Selain itu,

juga diperlukan informasi mengenai daerah pemijahan, dan pengasuhan ikan guna

menentukan rencana pengelolaan jika diperlukan penutupan daerah penangkapan untuk

sementara waktu untuk mencegah terjadinya tangkap lebih.

DAFTAR PUSTAKA

Alessi, M. D, 2008, “Measuring the biological sustainability of marine fisheries:property

rights, politics, and science” The electronic journal of Sustainable Development vol 1

(2).

FAO. 1995. CCRF, Code of Condusct for Responsible Fisheries. Fisheries Department of

Food and Agriculture Organization. Rome.

FAO. 2005. Review of the State of World Marine Fisheries Resources. Fisheries Technical

Paper. Fisheries Department of Food and Agriculture Organization. Roma.

Fauzi A. 2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan: Isu, Sintesis dan Gagasan. PT. Gramedia

Jakarta.

Israel, D. dan Caesar. 1997. Overfishing in the Philippine Commercial Marine Fisheries

Sector. Philippine Institute for Development Studies. Philiphine. 26 hlm.

Lukito, O. 2007. Optimalisasi Subsektor Perikanan Dalam Menopang Pembangunan Nasional

Dan Daerah. Seminar Nasional Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.

Nikijuluw. V.P.H. 2001. Populasi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir serta Strategi

Pemberdayaan Mereka Dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara

Terpadu. Makalah Pelatihan Pengelolaan Pesisir Terpadu. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Page 10: 8. Tragedi Penangkapan Berlebih

Sudradjat, A. 2006. Studi Pertumbuhan, Mortalitas, dan Tingkat Eksploitasi Ikan Selar

Kuning di Perairan Pulau Bintan, Riau. Journal of Fisheries Science. Pusat Riset

Perikanan. 8(2):223-228.

Templeman, W. 1983. Stock discrimination in marine fishes. NAFO Sci. Court. Studies. 6(5):

1-62.

Tyler, A.V. dan V.F. Galucci. 1980. Dynamic of fished stocks: Fisheries management.

Blackwell Scientific Publication. Oxford. 111-148.

WCED. 1987. Our Common Future. Report. World Commission on Environment and

Development.

Widodo, J. dan Suadi. 2008. Pengelolaan Perikanan Sumberdaya laut. Gajah Mada University

Press. Yogyakarta.

WWF. 2008. Wajah Perikanan dan Kelautan Indonesia Memasuki Strategi Pengelolaan yang

Berkelanjutan. Lembar Informasi. World Wide Fun For Nature. Indonesia.