86849305-makalah-pembentukan
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perkembangan industri otomotif yang pesat saat ini menuntut industri
perakitan mesin,mobil dll untuk bersaing ditiap tingkatan market. Agar semakin
bersaing factor teknologi desain, efisiensi pekerjaan dan penekanan harga (cost)
menjadi sangatlah penting.
Salah satunya yaitu produk tempa ( forging ) FORGING adalah
proses pembentukan logam secara plastis dengan memberikan gaya tekan
pada logam untuk mengubah bentuk dan atau ukuran dari logam yang
dikerjakan.
Proses forging menurut saya dapat dikerjakan dengan 2 cara pengerjaan
panas (HOT WORKING PROCESS) dan pengerjaan dingin (COLD
WORKING PROCESS). Pengerjaan proses panas dilakukan untuk bahan
yang keras. Dan pengerjaan proses dingin dilakukan untuk bahan yang
lunak, Pada proses pengerjaan ini tidak terjadi kenaikan tegangan lulur,
kekerasan dan penurunan keuletan bahan. Forging dapat dikerjakan
dengan cara manual atau dengan mesin.(hidrolis yang menghasilkan
tekanan tinggi. Jika mnggunakan tenaga pneumatk tenaga yang dihasilkan
kecil). Karena proses forging membutuhkan tenaga yang besar.
1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat mengerti tentang forging
Mahasiwa dapat memahami tentang jenis forging
Mahasiswa dapat mengerti tentang aplikasi benda yang dibuat
dengan cara forging
Mahasiwa dapat mengerti cara pembuatan dengan metode forging
1.3 Rumusan masalah
Apakah forging itu ?
Ada berapa macam proses forging ?
Apakah yang dimaksud open-die-forging ?
Apakah yang dimaksud impression-die-forging ?
Bagaimana cara pembuatan benda yang di forging ?
BAB 2
PEMBAHASAN
PENEMPAAN (FORGING) :
Penempaan adalah proses deformasi yang dilakukan dengan menekan
bendakerja diantara dua cetakan (die), baik menggunakan gaya kejut (impact) atau
ditekan secara gradual hingga diperoleh bentuk akhir bendakerja yang diinginkan.
Klasifikasi tempa :
Tempa dapat diklasifikasikan dengan berbagai macam cara, diantaranya
berdasarkan temperatur kerja :
1) Tempa panas atau hangat; cara ini paling banyak digunakan bila diperlukan
deformasi yang cukup besar; dengan memanaskan kekuatan logam dapat
dikurangi dan keuletannya bertambah.
2) Tempa dingin; cara ini juga sering dilakukan untuk pembuatan produk
tertentu. Keuntungan dari tempa dingin adalah dapat meningkatkan kekuatan
yang dihasilkan dari pengerasan regang.
Berdasarkan cara pemberian gaya untuk mendeformasikan bendakerja, tempa
dapat diklarifikasikan atas :
1) tempa dengan beban impak (impact),
2) tempa dengan beban gradual.
Mesin tempa yang digunakan untuk penempaan dengan beban impak disebut
forging hammer, sedang yang digunakan untuk penempaan beban gradual disebut
forging press.
Cara lain untuk mengklasifikasikan proses tempa adalah berdasarkan derajat
aliran logam kerja yang didesak oleh dies, seperti ditunjukkan dalam gambar 5.10.
Gambar 5.10 Tiga jenis operasi penempaan
(a) tempa cetakan terbuka (open-die forging),
(b) tempa cetakan tertutup (impression-die forging),
(c) tempa tanpa sirip (flashless forging).
Open-die forging; bendakerja ditekan diantara dua buah cetakan (die) yang datar
(hampir datar) sehingga logam mengalir dalam arah lateral tanpa dihambat oleh
permukaan cetakan. Operasi penempaan ini dikenal sebagai upset forging yaitu
mengurangi tinggi bendakerja dan menambah diameternya
Analisa open-die forging
Bila open-die forging dilakukan pada kondisi yang ideal yaitu tidak ada gesekan
antara permukaan bendakerja dan cetakan, sehingga terjadi deformasi yang
homogen, dan aliran radial logam seragam, seperti ditunjukkan dalam gambar
5.11.
Gambar 5.11 Deformasi homogen bendakerja silinder dalam operasi cetakan terbuka
Pada kondisi ideal ini, regangan yang sebenarnya (true starin) dapat ditentukan
dengan :
hh0ln
dimana : h0 = tinggi awal bendakerja,in (mm)
h = tinggi pada titik berilkutnya, in (mm)
Pada akhir penekanan, h = tinggi akhir, hf
Gaya yang dibutuhkan untuk meneruskan penekanan hingga tinggi h dicapai :
.AYF f
dimana : F = gaya, lb (N)
A = luas penampang lintang, in 2 (mm
2)
Yf = tegangan alir, lb/in2 (MPa).
Luas penampang lintang A secara bertahap akan bertambah selama operasi, dan
sebaliknya tinggi h akan berkurang. Tegangan alir Yf juga bertambah sebagai
akibat pengerasan bendakerja, kecuali logam tersebut plastis sempurna (misalnya
dalam pengerjaan panas). Pada kondisi ini, eksponen pengerasan regang n = 0,
dan tegangan alir Yf = Y (kekuatan yield logam). Gaya F akan mencapai harga
maksimum pada akhir penekanan, yaitu pada saat A dan Yf memiliki harga
tertinggi.
Pada operasi upset forging yang sesungguhnya, deformasi yang terjadi tidak
seperti dalam gambar 5.11, karena adanya gesekan antara bendakerja dengan
permukaan cetakan, seperti ditunjukkan dalam gambar 5.12.
Gambar 5.12 Deformasi sebenarnya bendakerja silinder dalam operasi cetakan
terbuka
Gesekan ini akan bertambah bila pengerjaan dilakukan dalam keadaan panas dan
cetakan (die) tetap dalam keadaan dingin. Hal tersebut dapat mengakibatkan :
(1) bertambahnya koefisien gesekan, dan
(2) adanya transformasi panas dari bendakerja ke permukaan/dekat permukaan
cetakan, sehingga bagian bendakerja yang berdekatan dengan cetakan lebih
sulit dideformasi dibanding dengan bagian tengahnya.
Kedua faktor di atas menyebabkan gaya upset yang sebenarnya lebih besar
dibandingkan dengan yang diprediksikan sebelumnya. Untuk menghitung gaya
upset tersebut dapat digunakan rumus pendekatan sebagai berikut :
.A.YKF ff
dimana : Kf = faktor bentuk penempaan (the forging shape factor)
hμD
Kf
0,41
dimana : = koefisien gesekan
D = diameter bendakerja atau panjang bidang kontak dengan
permukaan die, in (mm)
h = tinggi bendakerja, in (mm)
Impression–die forging; bendakerja ditekan diantara sepasang cetakan yang
tertutup, sehingga aliran logam dalam arah lateral mendapat hambatan yang cukup
signifikan Dalam operasi tempa ini, sejumlah kecil logam kerja mengalir ke dalam
celah diantara kedua cetakan membentuk sirip (flash), seperti dapat dilihat dalam
gambar 5.10(b). Flash yang terbentuk diantara kedua cetakan tersebut harus
dipotong dengan proses trimming.
Impression-die forging kadang-kadang juga disebut penempaan cetakan tertutup
(closed-die forging), dimana bentuk rongga cetakannya merupakan kebalikan
bentuk benda yang akan dibuat. Tahapan proses impression-die forging
ditunjukkan dalam gambar 5.15.
Gambar 5.15 Tahapan proses impression-die forging
Bahan baku bendakerja dalam gambar tersebut berbentuk silinder serupa dengan
bentuk bedakerja dalam operasi open-die forging.
Pada saat cetakan mendekati posisi akhirnya flash dibentuk oleh aliran logam
pada celah diantara cetakan.
Walaupun flash harus dipotong pada akhir operasi, tetapi sebenarnya juga
bermanfaat untuk menekan aliran logam menuju celah diantara cetakan, sehingga
logam akan mengisi seluruh rongga cetakan. Pada penempaan panas, aliran logam
menuju celah akan terhambat karena flash yang tipis lebih cepat menjadi dingin,
tekanan terhadap bendakerja akan bertambah dan mampu untuk mengisi seluruh
bagian dari rongga cetakan, sehingga diperoleh kualitas produk yang lebih baik.
Rumus gaya yang digunakan pada proses penempaan ini sama dengan rumus gaya
yang digunakan dalam open-die forging, tetapi dengan interpetasi sedikit berbeda
:
AYKF ff
dimana : F = gaya maksimum, lb (N)
A = luas proyeksi termasuk flash, in2 (mm
2)
Yf = tegangan alir material, lb/in2 (MPa)
Kf = faktor bentuk penempaan
Pada penempaan panas harga Yf = kekuatan mulur (yield) logam pada temperatur
tersebut. Harga Kf bertambah sesuai dengan bertambah kompleksnya bentuk/
geometri produk yang akan dibuat. Harga Kf untuk berbagai geometri produk
dapat dilihat dalam tabel 5.1.
Tabel 5.1 Harga Kf untuk berbagai geometri produk
Part shape Kf
Impression-die forging Simple shapes with flash Chomplex shapes with flash Very chomplex shapes with flash Flashless forging Coining (top and bottom surfaces) Complex shapes
6.0
8.0
10.0
6.0
8.0
Harga gaya maksimum dicapai pada akhir penempaan bila luas proyeksi terbesar
dan gesekan maksimum.
Keterbatasan impression-die forging :
Dimensi produk yang dihasilkan kurang akurat. Bila diinginkan dimensi yang
lebih akurat, penyelesaian akhir dapat dilakukan dengan proses pemesinan.
Biasanya geometri dasar dari produk yang dibuat dilakukan dengan proses tempa,
dan bagian-bagian yang memerlukan ketelitian yang lebih baik dilakukan dengan
proses pemesinan, misalnya lubang, ulir, dan permukaan-permukaan yang akan
disatukan dengan komponen lainnya.
KLASIFIKASI PEMBUATAN BENDA YANG DITEMPA
1. Open-die-forging (penempaan terbuka)
Proses forging velg
Lantas, seperti apa velg forged? Velg forged mengandalkan metal
aluminium alloy yang terdiri campuran aluminium (Al), silikon (Si), besi (Fe),
tembaga (Cu), mangan (Mn), magnesium (Mg), krom (Cr), seng (Zn),
vanadium(V), titanium (Ti), bismut (Bi), galium (Ga), timbal (Pb) hingga
zirkonium (Zr). Nah, komposisi ini dimainkan untuk grade kualitasnya, ada seri
1000, 2000, 3000, 4000, 5000, 6000, 7000 dan 8000. Salah satu yang diunggulkan
untuk velg forged adalah 6061 yang asalnya dipakai buat tulang pesawat terbang!
Selanjutnya, alloy 6061 ini masuk tahap tempa untuk dibentuk velg secara
kasar. Proses ini membutuhkan mesin forging raksasa dengan kekuatan tempa
beragam; dari 5.000, 8.000, 10.000 bahkan 15.000 ton. Metodanya beragam,
bahkan engineer pabrikan sampai mempatenkan caranya. Toh, umumnya
menggunakan closed-dies (cetakan/moulding khusus) secara presisi.
Maka di pasaran kita kenal istilah forging T6, dimana penempaan dijabani
pada temperatur 4000 Fahrenheit (2040C). Proses forging pun tidak berlangsung
sekali. Dapat bentuk kasar, dilanjutkan pembentukan melalui proses spin forging
agar didapat bentuk lebih presisi dengan kekonsentrisan yang tepat. Metoda
RM8000 bikinan Rays Wheels asal Jepang, menjabani spin forging hingga 10.000
ton pembebanan yang ditengarai standar JWL+R.
Penjelasan :
Pertama material di forging terus dipress sekuat mungkin dan menjadi
pada gambar first forging kemudian material dicetak dalam mesin tanpa adanya
hot working, yang terakhir material akan menjadi seperti di finishing.
2. Impressing-die-forging ( penempaan tertutup )
Pembuatan samurai jepang
a. Rough forging
mata pedang dibentuk melalui penempaan baja karbon kualitas tinggi
dalam suhu tinggi. Penempaan berulang-ulang menghasilkan dispersi
(penyebaran) ketahanan yang merata pada seluruh bagian mata pedang.
b. Rough shaping
Pada tahap ini mata pedang dibentuk secara kasar dengan
dimensi yang ditentukan. Pedang belum dibentuk melengkung
tetapi masih lurus.
c. Clay covering
Sebuah tanah liat khusus dibalurkan pada mata pedang
menggunakan tangan. Pada bagian yang tajam (mata pisau) tanah
liat dibalurkan tipis-tipis saja sedangkan pada punggung pedang
dan sisanya lebih tebal. Hal ini menghasilkan pendinginan yang
relatif cepat pada saat quenching serta menghasilkan mata pisau
yang kuat tapi lembut.
d. Quenching
Ini merupakan tahapan paling kritis. Pedang yang sudah
terbaluri dengan tanah liat dipanaskan pada suhu yang sudah
ditetapkan dan kemudian direndam dalam sebuah bak air. Bentuk
hamon (bentuk meliuk-liuk hiasan pada mata pisau), sori
(kelengkungan, dan tingkat kelurusan pisau benar-benar ditentukan
pada tahap ini.
e. Sizing
Tahap ini menentukan sori dan disesuaikan sesuai
kebutuhan serta mengatur titik keseimbangan dan ketepatan
ukuran.
f. Finishing
Memberikan sentuhan akhir pada mata pisau sehingga akan
dihasilkan bentuk hamon yang indah.
g. Saya
Saya ini diukir dari dua potongan kayu yang cocok dengan
panjang, lebar, ketebalan dan kelengkungan pisau selesai. Kedua
bagian tersebut kemudian dibungkus dalam beberapa kali kain
katun halus dan dicat.
h. Handle
Pegangan inti terdiri dari dua potong kayu berukir untuk
memperkokoh. Seluruh Pegangan kemudian dibungkus dengan
tenunan kapas kualitas tinggi.
e. Sageo
Sageo merupakan kayu khusus yang dibungkus dengan
kapas kualitas tinggi. Dalam beberapa kasus, sageo masih berupa
kayu. Proses ini membutuhkan berjam-jam dengan dikerjakan oleh
tenaga kerja ahli dengan tetap memperhatikan design yang akan
diterapkan pada sageo.
f. Assembly
Semua bahan akhirnya dapat dirakit dan disatukan dalam
sebuah karya seni yang indah, tajam, anggun dan mematikan.
MAKALAH PEMBENTUKAN LOGAM
“ FORGING”
Oleh :
M.erfani NIM 091910101070
PROGRAM STUDI STRATA I
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2010