88349517 laporan pbl ii
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah salah satu kebutuhan pokok dan juga merupakan
faktor penting yang mempengaruhi produktivitas dan kualitas sumber daya
manusia. Dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-
undang nomor 23/1992 menetapkan bahwa kesehatan adalah hak
fundamental setiap warga. Oleh karena itu negara bertanggung jawab
dalam pengaturan hak hidup sehat bagi penduduknya. Pembangunan
Kesehatan adalah pembangunan manusia seutuhnya dimana faktor
kesehatan turut berperan mulai dari pra konsepsi, bayi, balita, remaja,
dewasa hingga usia lanjut.
Dalam buku Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-
2014 (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.HK.03.01/160/I/2010) ditetapkan Visi dan Misi Kementerian Kesehatan
sekaligus juga sebagai Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan selama 5
tahun kedepan (2010-2014). Visi baru yaitu “Masyarakat Sehat Yang
Mandiri dan Berkeadilan” yang akan diwujudkan dengan misi-misi, pertama
yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani. Kemudian misi
kedua adalah melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin
tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan
2
berkeadilan. Misi selanjutnya yaitu menjamin ketersediaan dan pemerataan
sumberdaya kesehatan, dan misi terakhir adalah menciptakan tata kelola
yang baik.
Guna mempertegas rumusan Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan
selama 5 tahun kedepan (2010-2014) tersebut, telah ditetapkan pula
indikator-indikatornya secara lebih terinci. Di samping itu, telah ditetapkan
pula target yang ingin dicapai pada 5 tahun mendatang untuk setiap
indikator tersebut. Indikator-indikator yang telah ditetapkan itu terdiri atas
indikator untuk status kesehatan dan gizi masyarakat, indikator untuk
morbiditas akibat penyakit menular, indikator untuk penyediaan anggaran
publik untuk kesehatan, indikator untuk PHBS Rumah Tangga, indikator
untuk tenaga kesehatan, indikator untuk pengendalian penyakit, dan
indikator untuk Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Pengertian Kesehatan Masyarakat Menurut Winslow (1920) dalam
(Notoatmodjo, 2003) menjabarkan bahwa Kesehatan Masyarakat (Public
Health) adalah Ilmu dan Seni : mencegah penyakit, memperpanjang hidup,
dan meningkatkan kesehatan, melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian
masyarakat“ untuk perbaikan sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit-
penyakit menular, pendidikan untuk kebersihan perorangan,
pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk
diagnosis dini dan pengobatan, dan pengembangan rekayasa sosial untuk
menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam
memelihara kesehatannya. Sedangkan menurut Ikatan Dokter Amerika
3
(1948) Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara,
melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat.
Adapun Visi dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur yaitu
peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kalimantan Timur terbaik di luar
Jawa dan Bali. Maknanya akses pelayanan komprehensif yang bermutu
dengan mudah diperoleh masyarakat dan tercapainya sasaran MDG’s pada
akhir 2013 dengan pencapaian diatas rata nasional dan lebih baik
dikawasan luar Jawa-Bali. Dengan misi diantaranya adalah memelihara dan
meningkatkan upaya kesehatan yang bermutu, terjangkau, dan
berkeadilan, memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan
mambangun kemitraan dengan lintas sektor, mengembangkan sumber
daya kesehatan yang memadai dan berkesinambungan, memantapkan
manajemen kesehatan yang dinamis dan akuntabel, membangun dan
mengembangkan Sistem Kesehatan Daerah (dinkes.pemprovkaltim).
Dengan visi dan misi dari Departemen Kesehatan RI dan Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur maka Kabupaten Kutai Kartanegara
mulai berfikir untuk sebuah perubahan dalam paradigma lama yang
mengatakan bahwa pembiayaan kesehatan adalah beban anggaran
pembangunan sehingga berangkat dari pradigma lama tersebut kita hanya
mengalokasikan sedikit waktu, biaya dan tenaga kita bagi pembangunan
kesehatan padahal dari sudut pandang ekonomi kesehatan dan dengan
paradigma baru segala bentuk pembiayaan kesehatan adalah sebuah
4
investasi yaitu sebuah kegiatan yang akan mendatangkan keuntungan di
kemudian hari.
Salah satu desa yang terdapat di Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kecamatan Tenggarong Seberang adalah Desa Karang Tunggal. Secara
umum, Desa Karang Tunggal berpenduduk 2947 jiwa atau sekitar 792 KK
dengan luas wilayah kurang lebih 1.300 ha. Desa Karang Tunggal
merupakan desa pemekaran dari Desa Manunggal Jaya pada tahun 2004.
Terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Rejo Makmur, Dusun Rejosari, dan Dusun
Mekar Jaya. Sebelah utara desa ini berbatasan dengan Desa Manunggal
Jaya, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Air Putih Samarinda,
sebelah barat ini berbatasan dengan Desa Bukit Raya dan Desa Tanjung
Batu, sedangkan sebelah timurnya berbatasan dengan Kelurahan Sempaja
Samarinda.
Desa Karang Tunggal merupakan salah satu desa yang terdapat di
Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Desa
Karang Tunggal berpenduduk 2947 jiwa atau sekitar 792 KK dengan luas
wilayah kurang lebih 1.300 ha. Dengan tingkat pendidikan masyarakat
sebagian besar adalah tamat SD/sederajat (18,73%) dan mayoritas
penduduk bekerja pada sektor pertanian (62,61%).
Berdasarkan hasil laporan PBL I pada tahun 2009, masalah-msalah
kesehatan yang terdapat di Dusun Mekar Jaya meliputi masalah Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), masalah kesehatan lingkungan, masalah
5
Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK), dan masalah Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA).
Berdasarkan laporan PBL I tahun 2009, masalah Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) yang terdapat di Dusun Mekar Jaya Desa Karang
Tunggal yaitu masih buruknya penerapan 10 indikator PHBS di rumah
tangga. Misalnya kurangnya ketersediaan air bersih pada 68% responden
dari 100 responden, kemudian hanya 28% responden yang mengkonsumsi
sayur dan buah-buahan setiap harinya, dan hanya 7% responden yang
melakukan aktifitas fisik (berolahraga) setiap hari. Disamping itu
berdasarkan hasil survey, diketahui bahwa 68% responden merokok dan 36
responden diantaranya merokok didalam rumah.
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya, adalah kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum, sehingga berpengaruh positif terwujudnya status
kesehatan yang optimum pula. Berdasarkan laporan PBL I tahun 2009,
masalah kesehatan lingkungan yang terdapat di Dusun Mekar Jaya Desa
Karang Tunggal yaitu mengenai sampah. Dari 100 responden, sebanyak
86% responden membuang sampah dengan cara dibakar.
Administrasi kesehatan adalah proses menyangkut perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian, dan
penilaian terhadap sumber, tata cara, dan kesanggupan yang tersedia
untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan terhadap kesehatan. Berdasarkan
laporan PBL I tahun 2009, masalah administrasi kebijakan kesehatan yang
terdapat di Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal adalah sebesar 69%
6
responden tidak memiliki jaminan kesehatan. Hal ini disebabkan kurangnya
pengetahuan mengenai jaminan kesehatan (57%) akibat kurangnya
sosialisasi jaminan kesehatan yang diberikan pemerintah seperti Askeskin,
berobat gratis, dll.
Permasalahan selanjutnya adalah mengenai Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA). Berdasarkan laporan PBL I tahun 2009, masalah Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) yang terdapat di Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal
adalah masih tingginya angka ibu melahirkan pada usia muda (kurang dari
20 tahun) yaitu sebesar 46,32% responden. Selain itu, masih kurangnya
pengetahuan responden yang dalam hal ini adalah para ibu mengenai ASI
Eksklusif yaitu 83% dari 100 responden. Hal tersebut menyebabkan masih
banyaknya para ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayi
mereka.
Dalam rangka memberdayakan masyarakat untuk meminimilasir
masalah kesehatan, terlebih dahulu dilakukan Focus Group Discussion
(FGD) sebagai metode untuk mengetahui masalah kesehatan yang terjadi
di Desa Karang Tunggal, khususnya Dusun Mekar Jaya.
Berdasarkan masalah kesehatan yang ada di Dusun mekar Jaya Desa
Karang Tunggal tersebut, maka dalam PBL II ini perlu dilakukan intervensi
sebagai solusi penyelesaian masalah kesehatan berdasarkan sumber daya
yang ada.
7
B. Analisis Situasi Status Kesehatan Masyarakat Dusun Mekar Jaya Desa
Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai
Kartanegara
Berdasarkan latar belakang di atas, situasi status kesehatan
masyarakat Dusun Mekar Jaya di Desa Karang Tunggal dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Ketidaktahuan masyarakat mengenai program JPKMM dengan
presentase 57% dari 100 responden.
2. Tidak dimilikinya Program Pelayanan Kesehatan oleh masyarakat yaitu
sebesar 69% dari 100 responden.
3. Ketidaktahuan ibu mengenai pengertian dan manfaat dari ASI Eksklusif
sebanyak 83% dari 100 responden.
4. Tingginya usia melahirkan pada usia muda (kurang dari 20 tahun) yaitu
sebesar 46,32% dari 95 responden.
5. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pengolahan akhir
sampah rumah tangga yaitu sebesar 86% dari 100 responden (metode
pembuangan sampah dengan cara dibakar).
6. Kurangnya ketersediaan sumber air bersih pada masyarakat yaitu
sebesar 68% dari 100 responden.
7. Masih buruknya penerapan PHBS Rumah Tangga (tidak memenuhi 10
indikator PHBS) pada masyarakat yaitu 0% dari 100 responden.
8. Masih tingginya perilaku merokok di masyarakat yaitu dengan
persentase 68% dari 100 responden.
8
Sedangkan berdasarkan hasil penggalian masalah kesehatan terbaru
yang dilaksanakan pada hari Jum’at, 21 Januari 2011 ditemukan beberapa
masalah, yaitu :
a. Kurangnya ketersediaan air bersih karena masyarakat masih
menggunakan air bor untuk aktivitas MCK, yang masyarakat
khawatirkan dapat merusak gigi dan kulit. Serta penggunaan air minum
yang didapatkan dari depo air minum isi ulang yang masyarakat
khawatirkan higienitasnya kurang baik.
b. Kurangnya penerapan PHBS di masyarakat terutama pada perilaku
cuci tangan.
c. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai Jaminan Kesehatan
Daerah (JAMKESDA) baik dari segi manfaatnya maupun alur untuk
mendapatkannya.
d. Kurangnya pengetahuan masyarakat terutama para ibu mengenai
pengertian dan manfaat pemberian ASI Eksklusif kepada anaknya.
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dan analisis situasi kesehatan masyarakat
di Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong
Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara, maka dapat diketahui identifikasi
masalah kesehatan sebagai berikut :
9
1. Masalah Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK), seperti kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang JAMKESDA, dan kurangnya
masyarakat yang memiliki program pelayanan kesehatan.
2. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), seperti kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai pengertian dan manfaat ASI
Eksklusif serta waktu pemberiannya.
3. Masalah Kesehatan Lingkungan, seperti kurangnya ketersediaan
sumber air bersih dan air minum di lingkungan masyarakat.
4. Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti penerapan
PHBS Rumah Tangga yang masih buruk (perilaku cuci tangan) dan
ketersediaan air bersih yang masih kurang di rumah tangga tersebut.
D. Rumusan Masalah
Bagaimana diagnosa masalah kesehatan dan pengembangan program
kesehatan di Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal Kecamatan
Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara ?
10
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT
A. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pelaksanaan PBL II ini adalah agar
mahasiswa mampu merencanakan dan melaksanakan kegiatan intervensi
kesehatan masyarakat sesuai dengan permasalahan dan sumber daya
yang ada di Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal Kecamatan
Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.
B. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pelaksanaan PBL II ini memiliki dua tahapan, yaitu
tahapan diagnosis masalah yang meliputi :
1. Tahapan Diagnosis Masalah Kesehatan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaksanakan identifikasi masalah
kesehatan bersama dengan segala unsur masyarakat di Dusun
Mekar Jaya Desa Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong
Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.
a. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu melaksanakan identifikasi masalah
bersama masyarakat.
11
2) Mahasiswa mampu menyusun prioritas masalah bersama
masyarakat.
3) Mahasiswa mampu menganalisa penyebab masalah.
2. Tahapan Pengembangan Program Kesehatan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengambangkan program kesehatan yang
ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang
ditentukan pada tahap sebelumnya.
b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu memilih program kesehatan sebagai solusi
dari masalah kesehatan masyarakat bersama masyarakat.
2) Mahasiswa mampu melaksanakan proses perencanaan
program kesehatan.
3) Mahasiswa mampu melaksanakan program kesehatan yang
telah dirancang.
4) Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi program
kesehatan.
C. Manfaat
1. Manfaat Bagi Mahasiswa
Adapun manfaat dari pelaksanaan PBL II ini bagi mahasiswa
adalah mahasiswa mampu mendiagnosa masalah kesehatan dan
mengembangkan program kesehatan.
12
2. Manfaat Bagi Masyarakat
Adapun manfaat dari pelaksanaan PBL II ini bagi masyarakat
adalah agar masyarakat mengetahui masalah-masalah kesehatan yang
menjadi masalah di Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal
Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara dan
bagaimana solusi pemecahannya.
3. Manfaat Bagi Instansi Kesehatan
Adapun manfaat dari pelaksanaan PBL II ini adalah membantu
instansi kesehatan dalam rangka menetapkan kebijakan kesehatan
khususnya perencanaan program-program kesehatan.
4. Manfaat Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat UNMUL
Adapun manfaat dari pelaksanaan PBL II ini adalah :
a. Sebagai kegiatan evaluasi penyelenggaraan program pendidikan
Ilmu Kesehatan Masyarakat.
b. Mewujudkan program perguruan tinggi dalam rangka pengabdian
kepada masyarakat.
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK)
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah bagian dari pelayanan
kesehatan yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan
dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.
(Azwar, 1996)
1. Stratifikasi Pelayanan Kesehatan
Stratifikasi pelayanan kesehatan dibagi menjadi beberapa tingkatan
yaitu :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama
(Primary Health Services) adalah pelayanan kesehatan yang
bersifat pokok (Basic Health Services), yang sangat dibutuhkan
oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis
untuk meningkatkan derajat kesehatan. Pada umumnya pelayanan
kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat kedua
(secondary health services) adalah pelayanan kesehatan yang
lebih lanjut, telah bersifat rawat inap dan untuk
14
menyelenggarakannya dibutuhkan tersedianya tenaga–tenaga
spesialis.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat ketiga
(tertiary health services) adalah pelayanan kesehatan yang bersifat
lebih kompleks dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga
spesialis (Azwar, 1996).
2. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan
Untuk dapat disebut sebagai pelayanan kesehatan yang baik, maka
ada beberapa syarat pokok yang harus dipenuhi, yaitu :
a. Tersedia dan berkesinambungan
Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh
masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam
masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.
b. Dapat diterima dan wajar
Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan
dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.
c. Mudah dicapai
Pengertian ketercapaian yang dimaksudkan disini terutama dari
sudut lokasi, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi
sangat penting.
15
d. Mudah dijangkau
Pengertian keterjangkauan disini terutama dari sudut biaya,
sehingga harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
e. Bermutu
Artinya lebih kepada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang disempurnakan, yang di satu pihak dapat
memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan dipihak lain tata
cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar
yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).
3. Sumber Biaya Kesehatan
Secara umum sumber biaya kesehatan dapat dibagi menjadi dua
macam yaitu :
a. Seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah
Seluruh pelayanan kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah
dan pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan secara cuma–
cuma.
b. Sebagian ditanggung oleh masyarakat
Masyarakat diajak berperan serta, baik dalam
menyelenggarakan kesehatan pada waktu memanfaatkan jasa
pelayanan kesehatan. Sehingga pelayanan kesehatan tidaklah
cuma–cuma karena masyarakat diharuskan membayar pelayanan
kesehatan yang dimanfaatkannya (Azwar, 1996)..
16
4. Pengertian Asuransi
Asuransi adalah suatu upaya untuk memberikan perlindungan
terhadap kemungkinan–kemungkinan yang dapat mengakibatkan
kerugian ekonomi (Breider dan Breadles, 1972).
Asuransi adalah suatu perjanjian dimana si penanggung dengan
menerima suatu premi mengikatkan dirinya untuk memberi ganti rugi
kepada tertanggung yang mungkin diderita karena terjadinya suatu
peristiwa yang mengandung ketidakpastian dan yang akan
mengakibatkan kehilangan, kerugian atau kehilangan suatu keuntungan
(Kitab UU Hukum Dagang, 1987).
5. Macam–Macam Asuransi Kesehatan
Tergantung dari ciri-ciri khusus yang dimiliki, maka asuransi
kesehatan dapat dibedakan atas beberapa macam yaitu:
a. Ditinjau dari pengelola dana
1) Asuransi Kesehatan Pemerintah
2) Asuransi Kesehatan Swasta
b. Ditinjau dari keikutsertaan anggota
1) Asuransi Kesehatan Wajib
2) Asuransi Kesehatan Sukarela
c. Ditinjau dari jenis pelayanan yang ditanggung
1) Menanggung seluruh jenis pelayanan kesehatan
2) Menanggung sebagian pelayanan kesehatan saja
17
d. Ditinjau dari jumlah dana yang ditanggung
1) Menanggung seluruh biaya kesehatan yang diperlukan
2) Hanya menanggung pelayanan kesehatan dengan biaya tinggi
saja.
e. Ditinjau dari jumlah peserta yang ditanggung
1) Peserta adalah perseorangan
2) Peserta adalah satu keluarga
3) Peserta adalah satu kelompok
a.Ditinjau dari peranan badan asuransi
1) Hanya bertindak sebagai pengelola dana
2) Juga bertindak sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan
g. Ditinjau dari cara pembayaran kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan
1) Pembayaran berdasarkan jumlah kunjungan peserta
2) Pembayaran dilakukan di muka (Azwar, 1996).
6. Jamkesda
Program Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) adalah salah
satu program jaminan kesehatan sosial yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah Kabupaten Kutai Kartanegara yang wajib diikuti oleh
setiap penduduk di Kabupaten Kutai Kartanegara yang belum memiliki
jaminan pemeliharaan kesehatan.
Penyelenggaraan program Jamkesda tersebut merupakan amanat
Undang-Undang No. 12 tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah
18
beserta peraturan pelaksanaanya dan Undang-Undang No. 40 tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) pasca
putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.
Penyelenggaraan Jamkesda ditetapkan melalui peraturan Bupati
Nomor 16 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Sistem Jaminan
Kesehatan Daerah di Kabupaten Kutai Kartanegara dan sebagai Badan
Penyelenggara Program Jamkesda mempunyai kewenangan untuk
menunjuk Pemberi Pelayanan Kesehatan (PKK) bagi pesertanya.
Tujuan umum Jamkesda ini sendiri dapat meningkatkan status
kesehatan masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara melalui pelayanan
kesehatan dasar dengan menerapkan sistem pelayanan kesehatan
yang bermutu dengan biaya yang terkendali.
a. Prosedur Kepesertaan
1) Seluruh masyarakat yang memiliki KTP Kabupaten Kutai
Kartanegara beserta anggota keluarganya yang belum memiliki
jaminan kesehatandapat menjadi Peserta Program Jamkesda
2) Sebagai bukti kepesertaan Jamkesda, sertiap peserta harus
mempunyai Kartu Peserta Jamkesda (KPJ), yang dapat
dipakai pada saat peserta atau anggota keluarganya akan
berobat di PPK
3) Cara mendapatkan Kartu Peserta Jamkesda (KPJ) adalah :
19
a) Calon peserta datang ke Puskesmas Induk di wilayah
tempat tinggalnya dengan membawa persyaratan fotocopy
KTP dan fotocopy KK
b) Selanjutnya petugas puskesmas akan melakukan verifikasi
persyaratan tersebut dan bila dianggap memenuhi syarat
maka petugas puskesmas akan menerbitkan Kartu Peserta
Jamkesda Sementara
c) Kartu peserta Jamkesda Sementara harus dibawa setiap
peserta atau anggota keluarganya akan berobat baik di
PPK tingkat I (Puskesmas) maupun PPK tingkat II (Rumah
Sakit)
4) Dalam pendaftaran dan pembuatan Kartu Peserta Jamkesda
Sementara, peserta tidak dipungut biaya apapun
b.Persyaratan Peserta Jamkesda
1) Setiap warga masyarakat yang memiliki KTP Kabupaten Kutai
Kartanegara beserta anggota keluarganya yang belum memiliki
jaminan kesehatan manapun
2) Anggota keluarga yang belum memiliki sistem Jaminan
Kesehatan (tidak masuk ke dalam sistem Jaminan Kesehatan
orang tuanya, seperti ASKES/ Jamsostek, dll)
c. Dasar hukum Jamkesda Kabupaten Kutai Kartanegara:
1) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
tahun 1945 dan Amandemennya
20
2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (UU SJSN)
3) Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja beserta Peraturan Pelaksanaannya
4) Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,
beserta Peraturan Pelaksanaannya
5) Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah
Daerah beserta Peraturan Pelaksanaanya
6) Peraturan Daerah Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara
tentang Struktur Organisasi Perakat Daerah dan Sekretariat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara
7) Peraturan Bupati Kutai Kartanegara No. 16 Tahun 2008
Tentang Penyelenggaraan sistem Jaminan Kesehatan Daerah
di Kabupaten Kutai Kartanegara
d.Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan Jamkesda
Ruang lingkup pelayanan kesehatan Program Jamkesda di
PPK Puskesmas Induk / Puskesmas Pembantu / Polindes, terdiri
dari :
1) Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)
a) Pemeriksaan dan Pengobatan oleh Dokter Umum
b) Pemeriksaan dan Pengobatan oleh Dokter Gigi
c) Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan
21
d) Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Ibu Anak
(Imunisasi Tetanus Toxoid untuk ibu, Imunisasi dasar untuk
anak serta ANC)
e) Pelayanan Penunjang Diagnostik
f) Tindakan Medis Sederhana
g) Pemberian Surat Rujukan
2) Rawat Inap Tingkat Pertama, dilakukan di Puskesmas yang
memiliki fasilitas Rawat Inap
a) Kamar perawatan
b) Visit Dokter Umum
c) Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
d) Tindakan Medis sederhana
e) Pemberian Obat Generik/ daftar obat Jamkesda, serta
bahan habis pakai selama masa perawatan
f) Makan
g) Pemberian Surat Rujukan
3) Pelayanan Emergensi (Kegawatdaruratan)
4) Pelayanan Persalinan
a) Biaya persalinan normal diberikan sebesar Rp 500.000,-
(tanpa penyulit)
b) Pelayanan persalinan yang dijamin meliputi :
(1) Kamar perawatan
(2) Pertolongan partus oleh bidan atau dokter umum
22
(3) Perawatan ibu, meliputi:
(a) Biaya perawatan ibu
(b) Makan 3 kali sehari
(c) Laundry alat-alat Rumah Bersalin
(d) Visit dokter umum
(4) Perawatan bayi, meliputi:
(a) Perawatan bayi tanpa kelainan
(b) Sidik jari
(c) Imunisasi
(5) Perawatan tali pusat, meliputi:
(a) Cuci tali pusat
(b) Pengemasan tali pusat
(c) Penyimpanan ke kantong atau kendil
(6) Tindakan hecting
(7) Perlengkapan partus lainnya, meliputi:
(a) Surat Keterangan Lahir
(b) Peneng bayi
(c) Peneng Ibu
(d) Pembalut
(8) Placenta Manual/ Induksi, yaitu:
(a) Tindakan Manual Placenta
(b) Pelayanan induksi untuk partus tidak maju
23
c) Pelayanan Pra Rujukan Persalinan yang dijamin, meliputi :
(1) Kamar perawatan
(2) Visit dokter umum
(3) Makan
(4) Obat-obatan
(Juknis Jamkesda Kutai Kartanegara, 2011)
e.Manfaat pengembangan Jamkesda
1) Terwujudnya akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat
yang optimal, bermutu dan efisien
2) Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat sehingga
produktivitas kerja juga meningkat
3) Meningkatnya ekonomi masyarakat sehingga terjadinya
efisiensi APBD
4) Adanya mekanisme fiscal dan sumber pendanaan
pembangunan kesehatan alternative tambahan disamping
mekanisme fiscal dan sumber pendanaan dari APBD
5) Tersedianya database tentang pelayanan kesehatan dan
pembiayaannya sebagai sistem informasi di suatu daerah. Hal
ini akan bermanfaat untuk perencanaan dan masukan dalam
penetapan kebijakan di daerah.
(Mukti dan Moertjahjo, 2008)
24
Gambar 2.1 Alur Pelayanan Kesehatan Program Jamkesda
(Dinkes Kutai Kartanegara, 2011)
B. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
1. Gizi untuk Kelompok Bayi
Dalam siklus kehidupan manusia, bayi berada dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat. Bayi yang
dilahirkan dengan sehat, pada umur 6 bulan akan mencapai
pertumbuhan atau berat badan 2 kali lipat dari berat badan pada waktu
dilahirkan. Untuk pertumbuhan bayi dengan baik zat-zat gizi yang
sangat dibutuhkan ialah:
a. Protein, dibutuhkan 3-4 gram/kilogram berat badan.
b. Calsium (Cl).
c. Vitamin D, tetapi karena Indonesia berada di daerah tropis maka
hal ini tidak begitu menjadi masalah.
Berobat Di Rujuk
MembawaKartu Peserta
Membawa Kartu PesertaSurat Rujukan
Peserta
PPK TK 1Puskesmas, Dokter
& Bidan PraktekPPK TK 2
Rumah Sakit
Kasus Emergency (Gawat Darurat)
25
d. Vitamin A dan K yang harus diberikan sejak post natal.
e. Fe (zat besi) diperlukan karena dalam proses kelahiran sebagian
Fe ikut terbuang (Notoatmodjo, 2003).
2. Air Susu Ibu Eksklusif (ASI Eksklusif)
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan (Depkes RI,
2004). Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.
Pada tahun 2001 World Health Organization / Organisasi Kesehatan
Dunia menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama
hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan
sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak
berlaku lagi.
Tabel 2.1 Peralihan ASI ke Makanan dan Kebutuhan Kalori
Umur anak PMT Kebutuhan Kalori0-4 bulan4-9 bulan
9-12 bulan18-24 bulan
24 bulan (2 th.)
ASI sajaMakanan halusMakanan lunak
Makanan semi kerasMakanan dewasa dan
disapih
300 kalori800 kalori
1100 kalori1300 kalori
(Notoatmodjo, 2003)
a. Bagaimana Mencapai ASI Eksklusif
WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut
untuk memulai dan mencapai ASI eksklusif : (WHO, 2001)
1) Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran
2) Menyusui secara ekslusif: hanya ASI. Artinya, tidak ditambah
makanan atau minuman lain, bahkan air putih sekalipun.
26
3) Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand), sesering yang
bayi mau, siang dan malam.
4) Tidak menggunakan botol susu maupun empeng.
5) Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan
tangan, disaat tidak bersama anak.
6) Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang.
Setelah ASI ekslusif enam bulan tersebut, bukan berarti
pemberian ASI dihentikan. Seiiring dengan pengenalan makanan
kepada bayi, pemberian ASI tetap dilakukan, sebaiknya menyusui
dua tahun menurut rekomendasi WHO.
b. Manfaat ASI Eksklusif Enam Bulan
Menambahkan manfaat ASI, berikut adalah manfaat ASI
Eksklusif enam bulan daripada hanya empat bulan :
1) Untuk Bayi
a) Melindungi dari infeksi gastrointestinal
b) Bayi yang ASI eksklusif selama enam bulan tingkat
pertumbuhannya sama dengan yang ASI eksklusif hanya
empat bulan.
c) ASI eksklusif enam bulan ternyata tidak menyebabkan
kekurangan zat besi
2) Untuk Ibu
a) Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca
melahirkan, sehingga :
27
(1) Memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias
menunda kehamilan berikutnya.
(2) Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui
tidak membutuhkan zat besi sebanyak ketika
mengalami menstruasi
b) Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu
menyusui enam bulan lebih langsing setengah kg dibanding
ibu yang menyusui empat bulan (Health Canada, 2004).
3. Gizi Balita
Makanan pendamping ASI diberikan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi untuk keperluan hidup, memelihara kesehatan dan
untuk aktivitas sehari-hari, menunjang tercapainya tumbuh kembang
yang sempurna, mendidik anak agar terbentuk selera dan pola makan
sehat.
Saat pemberian MP-ASI sebaiknya harus disesuaikan dengan
maturitas saluran pencernaan bayi dan makanan anak. Sebaiknya MP-
ASI baru diberikan pada usia 4 atau 6 bulan dengan alasan kebutuhan
energi bayi untuk pertumbuhan dan aktivitas seamkin bertambah.
Makanan bayi dan anak harus memenuhi syarat-syarat :
a. Dapat memenuhi kebutuhan zat gizi secara adekuat, tidak
berlebihan dan tida kekurangan.
b. Mudah diterima dan dicerna.
28
c. Jenis makanan dan cara pemberian makanan disesuaikan dengan
usia dan kebiasaan makanan yang sehat.
d. Terjamin kebersihannya dan bebas dari sumber penyakit.
e. Susunan menu seimbang (10-15% protein, 23-35% lemak dan 50-
65% karbohidrat)
Pemberian MP-ASI yang terlalu dini dapat menyebabkan:
(Notoatmodjo, 2003):
a. Bayi lebih sering menderita diare
b. Bayi lebih sering menderita alergi terhadap zat makan tertentu
c. Terjadi malnutrisi
d. Produk ASI menurun
C. Kesehatan Lingkungan
1. Pengertian Kesehatan Lingkungan
Ilmu kesehatan lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari
hubungan timbal ballik antara faktor kesehatan dan faktor lingkungan.
Untuk dapat mempelajari ilmu kesehatan lingkungan, diperlukan
beberapa pengertian termasuk pengertian dari ekologi, ekosistem,
pencemaran lingkungan, AMDAL, dan dasar-dasar pengelolaan
lingkungan. Kesehatan menyangkut semua segi kehidupan yang
lingkup jangkauannya sangat luas. Salah satu parameter untuk
mengetahui status kesehatan dari suatu daerah adalah angka
kesakitan, yang menunjukkan ratio penyakit di masyarakat. Dalam hal
29
ini termasuk usaha-usaha peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang
bersifat menyeluruh terpadu, dan berkesinambungan.
Banyak faktor yang mempengaruhi usaha kesehatan tersebut di
atas berupa faktor lingkungan fisik/kimia, lingkungan biologik ataupun
lingkungan sosial ekonomi budaya yang bersifat dinamis dan kompleks.
Faktor tersebut dapat mempengaruhi kondisi fisiologis dari manusia
dan dapat menimbulkan penyakit. Akibat ekspansi dan ulah manusia
yang tidak bertanggung jawab dan dapat menyebabkan timbulnya
suatu ketimpangan ekologis, sehingga dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan dan akhirnya dapat menimbulkan gangguan fisiologis dan
psikologis pada manusia. (Mukono, 1999)
2. Pengertian dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya, adalah kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimum, sehingga berpengaruh positif
terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup
kesehatan lingkungan tersebut, antara lain mencakup : perumahan, dan
pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih,
pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan
ternak (kandang), dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan
usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki
atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia. Agar merupakan
30
media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi
manusia yang hidup didalamnya.
Mengingat bahwa masalah kesehatan lingkungan di negara-negara
yang sedang berkembang adalah berkisar pada sanitasi (jamban),
penyediaan air minum, perumahan (housing), pembuangan sampah,
dan pembuangan air limbah (air kotor), maka hanya akan dibahas
kelima masalah tersebut. (Notoatmodjo, 2003)
3. Penyediaan Air Bersih (PAB)
a. Pengertian Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum setelah dimasak (Permenkes RI No.416 / Menkes / Per /
IX / 1990).
Manusia tidak dapat hidup tanpa air. Air bagi manusia adalah
kebutuhan yang sangat mutlak, karena air adalah zat pembentuk
tubuh manusia yang terbesar, yaitu mencapai 75 % dari bagian
tubuh manusia tanpa jaringan lemak.
Persediaaan air untuk keperluan rumah tangga harus cukup,
baik kualitas maupun kuantitasnya. Air untuk keperluan rumah
tangga harus memenuhi 2 syarat utama, yaitu :
31
1) Syarat Kuantitas
Syarat kuantitas, yaitu di daerah pedesaan untuk hidup
secara sehat cukup dengan memperoleh 60 / liter / hari / orang,
sedangkan daerah perkotaan 100-150 / liter / hari / orang.
2) Syarat Kualitas
Air rumah tangga harus memenuhi 3 syarat, yaitu :
a) Syarat fisik, yaitu air harus jernih, tidak berbau, tidak
berasa, dan tidak berwarna.
b) Syarat Kimiawi, yaitu air tidak mengandung zat racun
(toksin), tidak mengandung mineral-mineral, dan zat
organik yang lebih tinggi dari jumlah yang di tentukan.
Misalnya zat besi (Fe) tidak boleh lebih dari 0,10 mg per
liter, sulfat tidak boleh lebih dari 250,00 mg per liter, timah
hitam tidak boleh lebih dari 0,05 mg per liter, zat organik
tidak boleh lebih dari 10,00 mg per liter. PH (keasaman)
antara 6-8, kesadahan antara 5-10 derajat Jerman (1
derajat Jerman = 10 mg CaO per liter).
c) Syarat Bakteriologis, yaitu air tidak boleh mengandung
kuman penyakit menular, antarenteria bacillaris dan lain
Cholera dan Paracholera Eltor ; Typhus abdominalis dan
Paratyphus A, B, dan C; Dysenteria amoebica; Hepatitis
infectiosa; Poliomyelitis anterioracuta; dan cacing. Untuk
kepentingan air minum, hendaknya air dimasak sampai
32
mendidih, agar semua bakteri parasit mati. (Notoatmodjo,
2003)
b. Sumber dan Karakter Air Bersih
1) Sumber Air
a) Air Hujan
Air hujan adalah uap air yang sudah terkondensasi dan
jatuh ke bumi, selain berupa zat cair, air hujan dapat jatuh
ke bumi sebagai zat padat (es/salju).
b) Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang tergenang/mengalir di
atas permukaan tanah dan umumnya merupakan air yang
kurang baik untuk langsung dikonsumsi manusia harus
melalui pengolahan terlebih dahulu.
c) Air Tanah
Air tanah adalah air yang tersimpan/terangkap dalam
lapisan tanah yang mengalami pengisian/penambahan
secara terus-menerus oleh alam.
Air tanah juga merupakan air hujan atau air permukaan
yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk
lapisan air tanah yang disebut aqiuifer. (Waryati, 2006)
2) Sumber Air Bersih
Berbagai sumber air bersih dapat digunakan untuk
kepentingan aktivitas dengan ketentuan harus memenuhi
33
syarat yang sesuai dari segi konstruksi sarana pengolahan,
pemeliharaan, dan pengawasan kualitasnya. Urutan sumber-
sumber air bersih berdasarkan kemudahan pengolahan dapat
berasal dari :
a) Perusahaan Air Minum (PAM)
b) Air tanah (sumur pompa, sumur bor, dan artesis)
c) Air hujan
3) Karakterisitik Sumber Air
a) Perusahaan Air Minum (PAM), dari segi kualitas relatif
sudah memenuhi syarat (fisik, kimia, dan bakteriologis).
b) Air tanah, mutu air sangat dipengaruhi keadaan geologis
setempat.
c) Air hujan, biasanya bersifat asam, CO2 bebas tinggi,
mineral rendah, kesadahan rendah.
(Daud. A & Rosman, 2003)
4. Pengolahan Air Minum
Air minum harus steril (steril = tidak mengandung hama penyakit
apapun). Sumber-sumber air minum pada umumnya dan di daerah
pedesaan khususnya tidak terlindung sehingga air tersebut tidak atau
kurang memenuhi persyaratan kesehatan. Untuk itu perlu pengolahan
terlebih dahulu.
Pengolahan air untuk diminum dapat dikerjakan dengan 2 cara
berikut :
34
a. Menggodok atau mendidihkan air, sehingga semua kuman¬kuman
mati. Cara ini membutuhkan waktu yang lama dan tidak dapat
dilakukan secara besar-besaran
b. Dengan menggunakan zat-zat kimia seperti gas chloor, kaporit, dan
lain-lain. Cara ini dapat dilakukan secara besar¬besaran, cepat dan
murah.
Ada beberapa cara pengolahan air minum antara lain sebagai
berikut:
a. Pengolahan Secara Alamiah
Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan dari air
yang diperoleh dari berbagai macam sumber, seperti air danau, air
sungai, air sumur dan sebagainya. Di dalam penyimpanan ini air
dibiarkan untuk beberapa jam di tempatnya. Kemudian akan terjadi
koagulasi dari zat-zat yang terdapat didalam air dan akhirnya
terbentuk endapan. Air akan menjadi jernih karena partikel-partikel
yang ada dalam air akan ikut mengendap.
b. Pengolahan Air dengan Menyaring
Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan
kerikil, ijuk dan pasir. Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi
dilakukan oleh PAM (Perusahaan Air Minum) yang hasilnya dapat
dikonsumsi umum.
35
c. Pengolahan Air dengan Menambahkan Zat Kimia
Zat kimia yang digunakan dapat berupa 2 macam yakni zat
kimia yang berfungsi untuk koagulasi dan akhirnya mempercepat
pengendapan (misalnya tawas). Zat kimia yang kedua adalah
berfungsi untuk menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang
ada didalam air, misalnya klor (Cl).
d. Pengolahan Air dengan Mengalirkan Udara
Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau
yang tidak enak, menghilangkan gas-gas yang tak diperlukan,
misalnya CO2 dan juga menaikkan derajat keasaman air.
e. Pengolahan Air dengan Memanaskan Sampai Mendidih
Tujuannya untuk membunuh kuman-kuman yang terdapat pada
air. Pengolahan semacam ini lebih tepat hanya untuk konsumsi
kecil misalnya untuk kebutuhan rumah tangga. Dilihat dari
konsumennya, pengolahan air pada prinsipnya dapat digolongkan
menjadi 2 yakni :
1) Pengolahan Air Minum untuk Umum
2) Penampungan Air Hujan.
Air hujan dapat ditampung didalam suatu dam (danau
buatan) yang dibangun berdasarkan partisipasi masyarakat
setempat. Semua air hujan dialirkan ke danau tersebut melalui
alur-alur air. Kemudian disekitar danau tersebut dibuat sumur
pompa atau sumur gali untuk umum. Air hujan juga dapat
36
ditampung dengan bak-bak ferosemen dan disekitarnya
dibangun atap-atap untuk mengumpulkan air hujan. Di sekitar
bak tersebut dibuat saluran-saluran keluar untuk pengambilan
air untuk umum. Air hujan baik yang berasal dari sumur (danau)
dan bak penampungan tersebut secara bakteriologik belum
terjamin untuk itu maka kewajiban keluarga-keluarga untuk
memasaknya sendiri misalnya dengan merebus air tersebut.
f. Pengolahan Air Sungai
Air sungai dialirkan ke dalam suatu bak penampung I melalui
saringan kasar yang dapat memisahkan benda-benda padat dalam
partikel besar. Bak penampung I tadi diberi saringan yang terdiri
dari ijuk, pasir, kerikil dan sebagainya. Kemudian air dialirkan ke
bak penampung II. Disini dibubuhkan tawas dan chlor. Dari sini
baru dialirkan ke penduduk atau diambil penduduk sendiri langsung
ke tempat itu. Agar bebas dari bakteri bila air akan diminum masih
memerlukan direbus terlebih dahulu.
g. Pengolahan Mata Air
Mata air yang secara alamiah timbul di desa-desa perlu dikelola
dengan melindungi sumber mata air tersebut agar tidak tercemar
oleh kotoran. Dari sini air tersebut dapat dialirkan ke rumah-rumah
penduduk melalui pipa-pipa bambu atau penduduk dapat langsung
mengambilnya sendiri ke sumber yang sudah terlindungi tersebut.
37
h. Pengolahan Air Untuk Rumah Tangga
Air sumur pompa terutama air sumur pompa dalam sudah
cukup memenuhi persyaratan kesehatan. Tetapi sumur pompa ini
di daerah pedesaan masih mahal, disamping itu teknologi masih
dianggap tinggi untuk masyarakat pedesaan. Yang lebih umum di
daerah pedesaan adalah sumur gali.
Agar air sumur pompa gali ini tidak tercemar oleh kotoran di
sekitarnya, perlu adanya syarat-syarat sebagai berikut:
1) Harus ada bibir sumur agar bila musim huujan tiba, air tanah
tidak akan masuk ke dalamnya.
2) Pada bagian atas kurang lebih 3 m dari ppermukaan tanah
harus ditembok, agar air dari atas tidak dapat mengotori air
sumur.
3) Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bbawah sumur tersebut
untuk mengurangi kekeruhan.
4) Sebagai pengganti kerikil, ke dalam sumur ini dapat
dimasukkan suatu zat yang dapat membentuk endapan,
misalnya aluminium sulfat (tawas).
5) Membersihkan air sumur yang keruh ini dapat dilakukan
dengan menyaringnya dengan saringan yang dapat dibuat
sendiri dari kaleng bekas.
38
i. Air Hujan
Kebutuhan rumah tangga akan air dapat pula dilakukan melalui
penampungan air hujan. Tiap-tiap keluarga dapat melakukan
penampungan air hujan dari atapnya masing¬masing melalui aliran
talang. Pada musim hujan hal ini tidak menjadi masalah tetapi pada
musim kemarau mungkin menjadi masalah. Untuk mengatasi
keluarga memerlukan tempat penampungan air hujan yang lebih
besar agar mempunyai tandon untuk musim kemarau.
(http://www.smallcrab.com/makanan-dan-gizi/609-penyediaan-air-
bersih-dan-sehat)
5. Teknik Penyaringan Air
Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan
untuk mendapatkan air bersih, dan cara yang paling mudah dan paling
umum digunakan adalah dengan membuat saringan air, dan bagi kita
mungkin yang paling tepat adalah membuat penjernih air atau saringan
air sederhana. Perlu diperhatikan, bahwa air bersih yang dihasilkan dari
proses penyaringan air secara sederhana tersebut tidak dapat
menghilangkan sepenuhnya garam yang terlarut di dalam air.
Gunakan destilasi sederhana untuk menghasilkan air yang tidak
mengandung garam. Saran saya, sebelum anda membeli alat / mesin
penjernih air yang harganya ratusan ribu sampai jutaan rupiah, anda
mencoba terlebih dahulu beberapa alternatif cara sederhana dan
39
mudah guna mendapatkan air bersih dengan cara mempergunakan
filter air / penyaringan air :
a. Saringan Kain Katun
Pembuatan saringan air dengan menggunakan kain katun
merupakan teknik penyaringan yang paling sederhana / mudah. Air
keruh disaring dengan menggunakan kain katun yang bersih.
Saringan ini dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme
kecil yang ada dalam air keruh. Air hasil saringan tergantung pada
ketebalan dan kerapatan kain yang digunakan.
b. Saringan Kapas
Teknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih baik
dari teknik sebelumnya. Seperti halnya penyaringan dengan kain
katun, penyaringan dengan kapas juga dapat membersihkan air
dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air keruh. Hasil
saringan juga tergantung pada ketebalan dan kerapatan kapas
yang digunakan.
40
c. Aerasi
Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan
oksigen ke dalam air. Dengan diisikannya oksigen ke dalam air
maka zat-zat seperti karbon dioksida serta hidrogen sulfida dan
metana yang mempengaruhi rasa dan bau dari air dapat dikurangi
atau dihilangkan. Selain itu partikel mineral yang terlarut dalam air
seperti besi dan mangan akan teroksidasi dan secara cepat akan
membentuk lapisan endapan yang nantinya dapat dihilangkan
melalui proses sedimentasi atau filtrasi.
41
d. Saringan Pasir Lambat (SPL)
Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat
dengan menggunakan lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil
pada bagian bawah. Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring
air baku melewati lapisan pasir terlebih dahulu baru kemudian
melewati lapisan kerikil.
e. Saringan Pasir Cepat (SPC)
Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat,
terdiri atas lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian
bawah. Tetapi arah penyaringan air terbalik bila dibandingkan
dengan Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas (up flow).
Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati
lapisan kerikil terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan
pasir.
42
f. Gravity-Fed Filtering System
Gravity-Fed Filtering System merupakan gabungan dari
Saringan Pasir Cepat(SPC) dan Saringan Pasir Lambat(SPL). Air
bersih dihasilkan melalui dua tahap. Pertama-tama air disaring
menggunakan Saringan Pasir Cepat(SPC). Air hasil penyaringan
tersebut dan kemudian hasilnya disaring kembali menggunakan
Saringan Pasir Lambat. Dengan dua kali penyaringan tersebut
diharapkan kualitas air bersih yang dihasilkan tersebut dapat lebih
baik. Untuk mengantisipasi debit air hasil penyaringan yang keluar
dari Saringan Pasir Cepat, dapat digunakan beberapa / multi
Saringan Pasir Lambat.
43
g. Saringan Arang
Saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir arang
dengan tambahan satu buah lapisan arang. Lapisan arang ini
sangat efektif dalam menghilangkan bau dan rasa yang ada pada
air baku. Arang yang digunakan dapat berupa arang kayu atau
arang batok kelapa. Untuk hasil yang lebih baik dapat digunakan
arang aktif. Untuk lebih jelasnya dapat lihat bentuk saringan arang
yang direkomendasikan UNICEF pada gambar di bawah ini.
h. Saringan air sederhana / tradisional
Saringan air sederhana/tradisional merupakan modifikasi dari
saringan pasir arang dan saringan pasir lambat. Pada saringan
tradisional ini selain menggunakan pasir, kerikil, batu dan arang
44
juga ditambah satu buah lapisan injuk / ijuk yang berasal dari sabut
kelapa.
i. Saringan Keramik
Saringan keramik dapat disimpan dalam jangka waktu yang
lama sehingga dapat dipersiapkan dan digunakan untuk keadaan
darurat. Air bersih didapatkan dengan jalan penyaringan melalui
elemen filter keramik. Beberapa filter kramik menggunakan
campuran perak yang berfungsi sebagai disinfektan dan
membunuh bakteri. Ketika proses penyaringan, kotoran yang ada
dalam air baku akan tertahan dan lama kelamaan akan menumpuk
dan menyumbat permukaan filter. Sehingga untuk mencegah
penyumbatan yang terlalu sering maka air baku yang dimasukkan
jangan terlalu keruh atau kotor. Untuk perawatan saringn keramik
ini dapat dilakukan dengan cara menyikat filter keramik tersebut
pada air yang mengalir.
45
j. Saringan Cadas / Jempeng / Lumpang Batu
Saringan cadas atau jempeng ini mirip dengan saringan
keramik. Air disaring dengan menggunakan pori-pori dari batu
cadas. Saringan ini umum digunakan oleh masyarakat desa
Kerobokan, Bali. Saringan tersebut digunakan untuk menyaring air
yang berasal dari sumur gali ataupun dari saluran irigasi sawah.
Seperti halnya saringan keramik, kecepatan air hasil saringan dari
jempeng relatif rendah bila dibandingkan dengan SPL terlebih lagi
SPC.
46
k. Saringan Tanah Liat.
Kendi atau belanga dari tanah liat yang dibakar terlebih dahulu
dibentuk khusus pada bagian bawahnya agar air bersih dapat
keluar dari pori-pori pada bagian dasarnya.
(http://www.aimyaya.com)
D. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Upaya-upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
sudah dilakukan dalam rangka perubahan perilaku masyarakat menuju
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil dari pembelajaran yang menjadikan
seseorang dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Atau
upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan
edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui
pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan
pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk
membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri,
dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup
47
sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Bidang PHBS yaitu :
a. Bidang kebersihan perorangan, seperti cuci tangan dengan air
bersih yang mengalir dan sabun, mandi minimal 2x/hari, dll.
b. Bidang Gizi, seperti makan buah dan sayur tiap hari,
mengkonsumsi garam beryodium, menimbang berat badan(BB)
dan tinggi badan (TB) setiap bulan, dll.
c. Bidang Kesling, seperti membuang sampah pada tempatnya,
menggunakan jamban, memberantas jentik, dll. (Depkes RI, 2008)
Menanamkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada
setiap orang bukanlah hal yang mudah, akan tetapi memerlukan proses
yang panjang. Setiap orang hidup dalam tatanannya dan saling
mempengaruhi serta berinteraksi antar pribadi dalam tatanan tersebut.
Memantau, menilai, dan mengukur tingkat kemajuan tatanan adalah
lebih mudah dibandingkan dengan perorangan. Oleh karena itu,
pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dilakukan melalui
pendekatan tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, sekolah, tempat-
tempat umum, tempat kerja, dan institusi kesehatan. (Depkes RI, 2008)
2. PHBS di Rumah Tangga
Adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar
tahu, mau dan mampu mempraktikkan hidup bersih dan sehat, serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Syarat rumah
tangga sehat yaitu : (Depkes RI, 2008)
48
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan)
b. Memberi bayi ASI eksklusif
c. Menimbang bayi dan balita setiap bulan
d. Menggunakan air bersih
e. Mencuci tangan dgn air bersih, mengalir, dan sabun
f. Menggunakan jamban
g. Memberantas jentik di rumah
h. Makan sayur dan buah setiap hari
i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
j. Tidak merokok di dalam rumah
Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga
yaitu : Pasangan Usia Subur, ibu Hamil dan menyusui, anak dan
remaja, usia lanjut, dan pengasuh anak. (Depkes RI, 2008)
Manfaat PHBS di Rumah Tangga
Anggota keluarga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit
Mampu mengupayakan lingkungan sehat
Peningkatan kinerja dan citra Alokasi biaya penanganan masalah kesehatan dapat di alihkan untuk pengembangan lingkungan sehat & penyedian sarana kesehatan merat bermutu & dan terjangkau
Anak tumbuh sehat & cerdas
Mampu mencegah & menanggulangi masalah kesehatan
Menjadi pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pengembangan PHBS di rumah tangga
49
Produktivitas anggota keluarga meningkat
Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
Pengeluaran biaya dapat di alokasikan untuk pemenuhan gizi keluarga, pendidikan & modal usaha untuk peningkatan pendapatan
Mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat seperti Posyandu, JPKM, tabungan bersalin, arisan jamban, kelompok pemakai air, ambulan desa
Sumber : Depkes RI, 2008
3. PHBS di Sekolah
Merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit
yang sering menyerang anak usia sekolah (6 – 10 tahun), yang ternyata
umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui
pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah. Manfaat PHBS di sekolah di
antaranya : (Depkes RI, 2008)
a. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik,
guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai
gangguan dan ancaman penyakit
b. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak
pada prestasi belajar peserta didik
50
c. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat
sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat)
d. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan
e. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain
Sedangkan syarat-syarat sekolah ber-PHBS yaitu :
1) Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
2) Jajan di kantin sekolah yang sehat
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah
5) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap
bulan
6) Tidak merokok di sekolah
7) Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin
8) Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah (Depkes
RI, 2008).
4. Perilaku Mencuci Tangan
Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air
ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi
bersih, sebagai bagian dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan
lainnya. Perilaku mencuci tangan berbeda dengan perilaku cuci
tangan yang merujuk pada kata kiasan.
51
Mencuci tangan baru dikenal pada akhir abad ke 19 dengan tujuan
menjadi sehat saat perilaku dan pelayanan jasa sanitasi menjadi
penyebab penurunan tajam angka kematian dari penyakit menular yang
terdapat pada negara-negara kaya (maju). Perilaku ini diperkenalkan
bersamaan dengan ini isolasi dan pemberlakuan teknik membuang
kotoran yang aman dan penyediaan air bersih dalam jumlah yang
mencukupi.
Cuci tangan merupakan salah satu tindakan yang mudah dan
murah untuk mencegah penyebaran penyakit, virus dan kuman.
Tangan menjadi jembatan bagi bakteri untuk masuk ke dalam tubuh
kita. Agar memperoleh hasil yang maksimal, sebaiknya mengetahui
bagaimana cara mencuci tangan yang benar. Saat ini cuci tangan
sebaiknya sudah menjadi menjadi gaya hidup, satu hal yang terlihat
sepele tetapi sangat berpengaruh terhadap kesehatan, dikarenakan
berbagai penyakit dapat dengan mudahnya masuk kedalam tubuh kita
lewat tangan kita yang tercemar kuman, virus dan penyakit, hal itu bisa
terjadi ketika kita memegang handel pintu, memegang uang, tombol lift,
bersalaman dan lain-lain. Mencuci tangan dengan sabun sudah terbukti
manfaatnya dengan mencuci tangan dengan benar kuman sebagai
sumber penyakit dapat mati. 12 langkah langkah utama membersihkan
tangan dengan sabun dan air :
52
1. Basuh tangan dengan air
2. Gunakan sabun.
3. Ratakan dengan kedua telapak tangan
4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya
5. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari
6. Jari-jari dalam dari kedua tangan dan saling mengunci
53
7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan
dan lakukan sebaliknya
8. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di
telapak tangan kiri dan sebaliknya
9. Bilas kedua tangan dengan air.
10. Keringkan dengan handuk/tisue sekali pakai sampai benar-
benar kering
11. Gunakan handuk/tisue tersebut untuk menutup kran dan tangan
Anda kini sudah aman
(http://www.ygdi.org)
E. Promosi Kesehatan
1. Pengertian Promosi Kesehatan
Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan
pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini,
seperti : Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan
kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak
bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian
dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata,
akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam
rangka perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi
kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan
54
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik,
mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan
aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah
program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa
perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun
dalam organisasi dan lingkungannya.
Menurut Green (cit, Notoatmodjo, 2005), promosi kesehatan adalah
segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang
terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk
memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Green juga mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga
faktor utama, yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi
pengetahuan dan sikap seseorang.
b. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana,
prasarana, dan fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan
perilaku.
c. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi
seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat,
undang-undang, peraturan-peraturan, surat keputusan.
55
2. Penyuluhan
Salah satu kegiatan promosi kesehatan adalah pemberian
informasi atau pesan kesehatan berupa kesehatan untuk memberikan
atau meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan agar
memudahkan terjadinya perilaku sehat (Notoatmodjo, 2005).
Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan
kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi
dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik
secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan sadar mau
mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat (Muninjaya, 2004).
Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal
yang baru agar masyarakat mau tertarik dan berminat untuk
melaksanakannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penyuluhan
juga merupakan suatu kegiatan mendidikkan sesuatu kepada
masyarakat, memberi pengetahuan, informasi-informasi, dan
kemampuan-kemampuan baru, agar dapat membentuk sikap dan
berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya. Pada hakekatnya
penyuluhan merupakan suatu kegiatan nonformal dalam rangka
mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang
dicita-citakan (Zulkarimein, 1989).
56
a. Langkah-langkah Penyuluhan
Untuk melaksanakan program penyuluhan harus membuat
perencanaan penyuluhan terlebih dahulu. Suatu perencanaan yang
baik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Dapat dilaksanakan terus menerus.
2) Berorientasi ke masa depan.
3) Dapat menyelesaikan suatu masalah.
4) Mempunyai tujuan.
Menurut Herijulianti (2002) langkah-langkah yang perlu
dilakukan dalam menyusun perencanaan penyuluhan adalah :
1) Analisis Situasi.
Analisis situasi merupakan suatu kegiatan dalam
mengumpulkan data tentang keadaan wilayah, masalah-
masalah sehingga diperoleh informasi yang akurat tentang
masalah yang dihadapi.
2) Penentuan Prioritas Masalah
Mengurutkan masalah dari masalah yang dianggap paling
penting sampai dengan urutan yang kurang penting. Ini dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, antara lain
dengan cara pembobotan.
3) Penentuan Tujuan
Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku anak dari
perilaku yang tidak sehat ke arah perilaku sehat.
57
4) Penentuan Sasaran
Sasaran untuk penyuluhan dapat dibedakan menjadi :
a) Masyarakat umum
b) Masyarakat sekolah, sebagai masyarakat yang mudah
dicapai
c) Kelompok masyarakat tertentu, misalnya kader kesehatan
yang membantu menggerakkan dan menyebarkan
informasi.
5) Penentuan Pesan
Pesan merupakan informasi yang akan disampaikan
kepada sasaran. Pesan yang disampaikan harus disesuaikan
dengan sasaran yang akan diberikan penyuluhan.
6) Penentuan Metode
Pemilihan metode biasanya mengacu pada penentuan
tujuan yang ingin dicapai, apakah pengubahan pada tingkat
kognitif, afektif atau psikomotor (contoh : untuk mengubah
kognitif/pengetahuan dapat memilih dengan menggunakan
metode ceramah ataupun diskusi).
7) Penentuan Media
Dalam menyampaikan penyuluhan digunakan media dan
alat bantu peraga. Pemilihan media dan metode yang tepat
serta didukung oleh kemampuan dari tenaga penyuluh
58
merupakan suatu hal untuk mempermudah proses belajar
mengajar.
8) Penentuan Rencana Penilaian
Penilaian yang dilakukan meliputi : penentuan tujuan
penilaian, penentuan tolak ukur yang akan digunakan untuk
penilaian.
9) Penyusunan Jadwal Kegiatan
Rencana kegiatan dibuat dalam satu kurun waktu dan
terjadwal yang disesuaikan dengan sasaran, tujuan, materi,
media, alat peraga, petugas penyuluh, waktu dan rencana
penilaian.
b. Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.
Semua metode akan baik bila digunakan secara tepat yaitu sesuai
dengan kebutuhan (Notoatmodjo, 2007). Pada garis besarnya
hanya ada dua jenis metode dalam penyuluhan, yaitu :
1) Metode One Way Methode
Menitikberatkan pendidik yang aktif, sedangkan pihak
sasaran tidak diberi kesempatan untuk aktif. Yang termasuk
metode ini adalah : metode ceramah, siaran melalui radio,
pemutaran film, penyebaran selebaran, pameran.
59
2) Metode Two Way Methode
Pada metode ini terjadi komunikasi dua arah antara
pendidik dan sasaran. Yang termasuk dalam metode ini adalah
wawancara, demonstrasi, sandiwara, simulasi, curah pendapat,
permainan peran (role playing) dan tanya jawab.
Berdasarkan jumlah sasaran, metode yang dapat
digunakan antara lain :
a) Kelompok Besar (lebih dari 15 orang), metode yang baik
untuk kelompok besar ini antara lain adalah ceramah,
demonstrasi dan seminar.
b) Kelompok Kecil (kurang dari 15 orang), metode yang baik
untuk kelompok ini antara lain : diskusi kelompok, curah
pendapat (brain storming), memainkan peran (roleplay).
Adapun metode penyuluhan yang digunakan adalah
metode ceramah, demonstrasi dan praktik.
a) Ceramah
Ceramah merupakan suatu cara dalam menerangkan
dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara
lisan kepada sekelompok sasaran disertai tanya jawab
sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan. Ciri-ciri
metode ceramah : ada sekelompok sasaran yang telah
dipersiapkan sebelumnya, ada ide, pengertian dan pesan
tentang kesehatan yang akan disampaikan, tidak adanya
60
kesempatan bertanya bagi sasaran, bila ada jumlahnya
sangat dibatasi dan menggunakan alat peraga untuk
mempermudah pengertian.
Keuntungan metode ceramah : murah dan mudah
menggunakannya, waktu yang diperlukan dapat
dikendalikan oleh penyuluh, dapat diterima oleh sasaran
yang tidak dapat membaca dan menulis, penyuluh dapat
menjelaskan dengan menekankan bagian yang penting.
Kerugian metode ceramah : tidak dapat memberikan
kesempatan kepada sasaran untuk berpartisipasi secara
pro aktif (sasaran bersifat pasif), cepat membosankan jika
ceramah yang disampaikan kurang menarik sasaran, pesan
yang disampaikan mudah untuk dilupakan oleh sasaran,
sering menimbulkan pengertian lain apabila sasaran kurang
memperhatikan.
b) Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu cara untuk menujukkan
pengertian, ide, dan prosedur tentang sesuatu hal yang
telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan
bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan
dengan menggunakan alat peraga. Metode ini
dipergunakan pada kelompok yang tidak terlalu besar
jumlahnya.
61
Ciri-ciri demonstrasi : memperlihatkan pada kelompok
bagaimana prosedur untuk membuat sesuatu, dapat
meyakinkan peserta bahwa mereka dapat melakukannya
dan dapat meningkatkan minat sasaran untuk belajar.
Keuntungan demonstrasi : kegiatan ini dapat memberikan
suatu keterampilan tertentu kepada kelompok sasaran,
dapat memudahkan berbagai jenis penjelasan karena
penggunaan bahasa yang lebih terbatas, membantu
sasaran untuk memahami dengan jelas jalannya suatu
proses prosedur yang dilakukan. Kerugian demonstrasi :
tidak dapat dilihat oleh sasaran apabila alat yang digunakan
terlalu kecil atau penempatannya kurang pada tempatnya,
uraian atau penjelasan yang disampaikan kurang jelas,
waktu yang disediakan terbatas sehingga sasaran tidak
dapat diikutsertakan (Taufik, 2007).
c) Praktik
Praktik adalah cara untuk melihat tindakan yang
dilakukan seseorang apakah sudah sesuai dengan yang
diinstruksikan.
c. Alat Bantu Penyuluhan
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat atau perlengkapan yang
diperlukan penyuluh guna memperlancar kegiatan penyuluhan. Alat
bantu lebih sering disebut alat peraga yang merupakan alat atau
62
benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh
indera manusia yang berfungsi sebagai alat untuk memperagakan
dan atau menjelaskan uraian yang disampaikan secara lisan oleh
penyuluh guna membantu proses belajar mengajar, agar materi
lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran. Pada garis
besarnya hanya ada tiga macam alat bantu, yaitu sebagai berikut :
1) Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu
menstimulasi indera mata (penglihatan pada waktu terjadinya
proses pendidikan). Alat ini ada dua bentuk, yaitu alat yang
diproyeksikan (slide, film, dan film strip) dan alat-alat yang tidak
diproyeksikan.
2) Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu
untuk menstimulasi indra pendengar pada waktu proses
penyampaian dalam pendidikan, misalnya piringan hitam, radio,
pita suara, dan sebagainya.
3) Alat bantu lihat/dengar (audio-visual aids) seperti televisi dan
video cassete. Alat bantu ini disusun berdasarkan prinsip
bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima
atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera
yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin
banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang
diperoleh. Elgar dale (cit, Notoatmodjo, 2005), membagi alat
bantu alat peraga tersebut atas sebelas macam dan
63
menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam
sebuah kerucut. Secara berurutan dari intensitas yang paling
kecil sampai yang paling besar alat tersebut adalah sebagai
berikut : 1). Kata-kata; 2). Tulisan; 3). Rekaman; 4). Film; 5).
Televisi; 6). Pameran; 7). Fieldtrip; 8). Demonstrasi; 9).
Sandiwara; 10). Benda Tiruan; 11). Benda Asli. Alat bantu
dalam melakukan penyuluhan sangat membantu agar pesan-
pesan dapat disampaikan lebih jelas dan tepat.
Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat
dibedakan menurut pembuatan dan penggunaannya :
a) Alat peraga yang rumit (complicated) seperti film, film strip,
slide, dan sebagainya yang menggunakan listrik dan
proyektor.
b) Alat peraga sederhana seperti leaflet, model buku
bergambar, benda-benda yang nyata seperti buah-buahan
dan sebagainya. Selain itu juga poster, spanduk, leaflet,
flanel graph, boneka wayang dan sebagainya.
d. Media Penyuluhan
Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk
menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh
penyuluh, baik melalui media cetak, elektronik dan media luar
ruang sehingga sasaran mendapat pengetahuan yang akhirnya
64
diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap
kesehatan. Menurut bentuknya media penyuluhan dibedakan atas :
1) Media visual : media yang sifatnya dapat dilihat (slide,
transparansi).
2) Media audio : media yang sifatnya dapat didengar (radio).
3) Media audiovisual : media yang dapat didengar dan dilihat
(televisi, film).
4) Media tempat memperagakan (papan tulis, papan tempel,
OHP, papan planel).
5) Media pengalaman nyata atau media tiruan (simulasi, benda
nyata).
6) Media cetakan (buku bacaan, leaflet, folder, poster, brosur).
F. Identifikasi Masalah
Perencanaan pada hakikatnya adalah suatu bentuk rancangan
pemecahan masalah. Oleh sebab itu, langkah awal dalam perencanaan
kesehatan adalah mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan
masyarakat di lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Sumber
masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh dari berbagai cara antara
lain : (Notoatmodjo, 2003)
1. Laporan-laporan kegiatan dari program-program kesehatan yang ada.
2. Surveilans epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit.
65
3. Survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh masukan
perencanaan kesehatan.
4. Hasil kunjungan lapangan supervisi dan sebagainya.
Ada 3 cara pendekatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan, yakni :
1. Pendekatan Logis
Secara logis, identifikasi masalah kesehatan dilakukan dengan
mengukur mortalitas, morbiditas, dan cacat yang timbul dari penyakit-
penyakit yang ada dalam masyarakat.
2. Pendekatan Pragmatis
Pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit dan rasa
tidak aman yang ditimbulkan penyakit/kecelakaan. Dengan demikian
ukuran pragmatis suatu masalah gangguan kesehatan adalah
gambaran upaya masyarakat untuk memperoleh pengobatan, misalnya
jumlah orang yang datang berobat ke suatu fasilitas kesehatan.
3. Pendekatan Politis
Dalam pendekatan ini, masalah kesehatan diukur atas dasara
pendapat orang-orang penting dalam suatu masyarakat (pemerintah
atau tokoh-tokoh masyarakat). (Azwar, 2003)
Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data
yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan
66
menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah
kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari
suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu
permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari
pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah
yang sedang diteliti.
FGD adalah suatu metode riset yang oleh Irwanto (2006)
didefinisikan sebagai “suatu proses pengumpulan informasi mengenai
suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi
kelompok” (Irwanto, 2006). Dengan perkataan lain FGD merupakan
proses pengumpulan informasi bukan melalui wawancara, bukan
perorangan, dan bukan diskusi bebas tanpa topik spesifik. Metode FGD
termasuk metode kualitatif.
Seperti metode kualitatif lainnya (direct observation, indepth
interview, dsb) FGD berupaya menjawab jenis-jenis pertanyaan how-
and why, bukan jenis-jenis pertanyaan what-and-how-many yang khas
untuk metode kuantitatif (survei, dsb). FGD dan metode kualitatif
lainnya sebenarnya lebih sesuai dibandingkan metode kuantitatif untuk
suatu studi yang bertujuan “to generate theories and explanations”
(Morgan and Kruger, 1993).
67
G. Prioritas Masalah
Penetapan prioritas dinilai oleh sebagian besar manager kesehatan
sebagai inti proses perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik ini
dapat dikatakan sebagai suatu persiapan untuk keputusan penting dalam
penetapan priotitas. Sekali prioritas ditetapkan, langkah berikutnya dapat
dikatakan merupakan gerakan progresif menuju pelaksanaan. Dalam
penentuan priotitas, aspek penilaian dan kebijaksanaan banyak diperlukan
bersama-sama dengan kecakapan unik untuk mensintesis berbagai rincian
yang relavan. Hal ini merupakan bagian dari proses perencanaan yang
biasanya dikatakan paling naluriah. Namun penetapan prioritas mungkin
dapat lebih jauh beramanfaat dibandingkan dengan langkah-langkah lain
bila dibuat eksplisit dan menjadi tindakan yang ditentukan secara jelas.
Keterampilan utama yang diperlukan dalam penentuan prioritas adalah
menyeimbangkan variabel-variabel yang memiliki hubungan kuantitatif yang
sangat berbeda dan dalam kenyataannya terletak dalam skala dimensional
yang berbeda pula. Terlalu sering kesalahan timbul akibat memberikan
penekanan terlalu banyak pada satu dimensi (Azwar, 2003).
Seorang ahli epidemiologi cenderung untuk menilai penetapan prioritas
terutama sebagai suatu masalah penentuan mortalitas dan morbiditas
relative dari masalah-masalah kesehatan tertentu. Pendekatan ini dipakai
secara berlebihan dalam virsi pertama “ Metode Amerika Latin” dalam
perencanaan kesehatan ilmuwan sosial, politikus dan masyarakat umum
cenderung memandang penetapan prioritas sebagi suatu tangapan atas
68
perasaan popular mengenai hal-hal yang penting. Bagi mereka
pertimbangan-perimbangan yang penting adalah : pertama, apa yang
diinginkan masyarakat untuk dilakukan dan yang kedua adalah program
kesehatan yang dapat diterima. Para administrator cenderung mengkaji
prioritas terutama dalam hubungannya dengan metode perencanaan
kesehatan Amerika Latin sebagai ”kerawanan” masalah-masalah
kesehatan tertentu. Perhatiannya ada pada ketersediaan metode teknis
untuk mengendalikan penyakit-penyakit atau kondisi-kondisi yang
memerlukan perhatian. Keterbatasan paling serius di Negara berkembang
yang bahkan mungkin seringkali lebih berat dari pada kerangka kerja
administrative untuk menyediakan pelayanan dan personil yang diperlukan.
Para ekonomi memberi penekanan khusus pada biaya. Hal ini biasanya
merupakan kendala akhir yang menentukan apa yang akan dilakuakan,
ongkos-ongkos relative berbagai program pengendalian harus
diseimbangkan (Azwar, 2003).
Kebijakan penting dalam menyeimbangkan ongkos perencanaan
kesehatan umumnya adalah menyediakan pelayanan kesehatan
masyarakat secara maksimum dari pada memberian pelayanan dengan
mutu tertinggi kepada sekelompok kecil masyarakat perencanaan
kesehatan harus mengembangkan keterampialan dalam semua disiplin
ilmu yang diperlukan agar dapat melakukan pendekatan perencanaan yang
seimbang. Yang terutama diperlukan adalah indeks-indeks tertentu yang
valid di dalam informasi baik kualitatif maupun kuantitatif yang digunakan
69
dalam penilaian ini. Tanpa mengindahkan semua usaha pada pengukuran
dan pengelompokan khusus, si perencana akhirnnya harus bersandar pada
elemen-elemen kebijaksanaan yang tak pasti berdasarkan pengalaman
atau evaluasi rencana-rencana sebelumnya dalam membuat keputusan
akhir. Untuk dapat menetapkan prioritas masalah ini, ada beberapa hal
yang harus dilakukan, yakni:
1. Melakukan pengumpulan data
Untuk dapat menetapkan prioritas masalah kesehatan, perlu
tersedia data yang cukup. Untuk itu perlulah dilakuakan pengumpulan
data. Data yang perlu dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan
lingkunagan, perilaku, keturunan dan pelayanan kesehhatan termasuk
keadaan geografis, keadaan pemerintahan, kependudukan, pendidikan,
pekerjaan, mata pencaharian, sosial budaya dan kesehatan.
2. Pengolahan data
Apabila data yang telah berhasil dikumpulkan, maka data tersebut
harus diolah, maksudnya adalah menyusun data yang tersedia
sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-
masing data tersebut. Cara pengolahan data yang dikenal ada tiga
macam, secara manual, elerikal dan mekanik.
3. Penyajian data-data yang telah diolah perlu disajikan
4. Ada tiga macam penyajian yang lazim dipergunakan yakni secara
tekstular, tabular dan grafikal (Azwar, 2003)
5. Pemilihan prioritas masalah
70
Hasil penyajian data akan memunculkan berbagai masalah. Tidak
semua masalah dapat diselesaikan. Karena itu diperlukan pemilihan
prioritas masalah, dalam arti masalah yang paling penting untuk
diselesaikan. Penentuan prioritas masalah kesehatam adalah suatu
proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan
metode tertentu untuk menetukan urutan masalah dari yang paling
penting sampai dengan kurang penting. Penentuan prioritas
memerlukan perumusan masalah yang baik, yakni specific, jelas ada
kesenjangan yang dinytakan secara kualitatif dan kuantitatif serta
dirumuskan secara sistematis.
Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang
harus diperhatikan, yakni :
1. Besarnya masalah yang terjadi
2. Perimbangan politik
3. Persepsi masyarakat
4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan (Azwar, 2003)
Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara
sederhana dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni :
1. Scoring Technique
Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan
score (nilai) yang berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan.
Parameter yang dimaksud adalah :
a. Besarnya masalah
71
b. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan.
c. Kenaikan prevalensi masalah.
d. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
e. Keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika masalah tersebut
terselesaikan.
f. Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah.
g. Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah. (Azwar, 2003).
Secara terperinci cara-cara tersebut antara lain:
a. Cara Bryant, cara ini telah dipergunakan dibeberapa Negara yaitu
di Afrika dan Thailand. Cara ini menggunakan 4 macam criteria,
yaitu :
1) Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat
mengganggap masalah tersebut penting.
2) Prevalensi, yakni berapa banyak penduduk yang terkena
dampak yang ditimbulkan penyakit tersebut.
3) Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan
penyakit tersebut.
4) Manageability, yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan
untuk mengatasinya. Menurut cara ini masing-masing criteria
tersebut diberi scoring, kemudian masing-masing skor
dikalikan. Hasil ini dibandingkan antara masalah-masalah yang
72
dinilai. Masalah dengan skor tertinggi, akan mendapat prioritas
yang tinggi pula.
b. Cara Ekonometrik, cara ini dipergunakan di Amerika Latin. Criteria
yang dipakai adalah :
1) Magnitude (M), yakni criteria yang menunjukkan besarnya
masalah.
2) Importance (I), yakni ditentukan oleh jenis kelompok penduduk
yang terkena masalah.
3) Vulnerability (V), yakni tidak adanya metode atau cara
penanggulangan yang efektif.
4) Cost (C), yakni biaya yang diperlukan untuk penanggulangan
masalah tersebut. Hubungan keempat criteria dalam
menentukan prioritas masalah (P) adalah sebagai berikut :
P = M.I.V
c. Metode Delbeq & Hanlon
1) Metode Delbeq
Proses penentuan criteria diawali engan pembentukan
kelompok yang akan mendiskusikan, merumuskan dan
menetapkan kriteria. Sumber informasi yang dipergunakan
dapat berasal dari :
(a) Pengetahuan dan pengalaman individual para anggota.
(b) Saran dan pendapat narasumber.
(c) Peraturan pemerintah yang relevan (Azwar, 2003).
73
(d) Hasil perumusan analisa keadaan dan masalah kesehatan.
Langkah selanjutnya adalah menginventarisir criteria dan
menginventalisir serta mengevaluasi kriteria.
2) Metode Hanlon
Dalam metode Hanlon dibagi menjadi 4 kelompok kriteria,
masing-masing adalah :
(a) Kelompok kriteria A = besarnya masalah.
(b) Kelompok kriteria B = tingkat kegawatan masalah.
(c) Kelompok kriteria C = kemudahan penanggulangan
masalah.
(d) Kelompok kriteria D = pearl factor, dimana :
P = kesesuaian,
E = secara ekonomi murah,
A = dapat diterima,
R = tersedianya sumber,
L = legalitas terjamin.
2. Non Scoring Technique
Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai
parameter, dilakukan bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak
tersedia data, maka akan menetapkan prioritas masalah yang lazim
digunakan adalah :
a. Delphin Technique yaitu pentapan prioritas masalah tersebut
dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang sama
74
keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui
pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya
dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah pokok,
masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah
yang dicari. (Azwar, 2003).
b. Delbeq Technique yaitu penetapan prioritas masalah dilakukan
melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak sama
keahliannya. Sehingga diperlukan penjabaran terlebih dahulu untuk
meningkatkan pengertian dan pemahaman peserta tanpa
mempengaruhi peserta. Lalu diminta untuk mengemukakan
beberapa masalah. Masalah yang banyak dikemukakan adalah
prioritas masalah.
H. Penyebab Masalah
Digunakan untuk mencari penyebab yang paling utama. Untuk
menentukan penyebab masalah ini dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode diantaranya yaitu :
a. Metode Tulang Ikan (Fishbone)
Suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara faktor-faktor
penyebab masalah dan akibat yang ditimbulkan. Manfaat dari fishbone
diagram antara lain mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah
serta membangkitkan ide-ide untuk mengatasi permasalahan tersebut
(Subirman, 2008).
75
Analisa tulang ikan dipakai jika ada perlu untuk mengkategorikan
berbagai sebab potensial dari satu masalah atau pokok persoalan
dengan cara yang mudah dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu
kita dalam menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses.
Yaitu dengan cara memecah proses menjadi sejumlah kategori yang
berkaitan dengan proses, mencakup manusia, material, mesin, metode,
waktu/lingkungan (Subirman, 2008).
b. Pohon Masalah
Untuk mengidentifikasikan semua masalah dalam suatu situasi
tertentu dan memperagakan informasi ini sebagai rangkaian hubungan
sebab akibat dilakukan denga teknik pohon masalah.
Pohon masalah adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan
semua masalah dalam suatu situasi tertentu dan memperagakan
informasi ini sebagai rangkaian hubungan sebab akibat. Pohon
masalah dimulai dengan masalah utama. Sebagai hasil analisis situasi
di unit kerja, dianalisis penyebab masalah tersebut dalam forum curah
pendapat. Mulailah dengan rumusan pernyataan masalah yang
dihadapi unit kerja, pikirkan apa akibat yang mungkin timbul dari
masalah tersebut, diskusikan dan tuliskan berbagai alternatif penyebab
masalah tersebut secara bertahap, lukiskan dalam sebuah bagan
pohon.
Pohon masalah dimanfaatkan sebagai analogi/permisalan struktur
dan hubungan antar peristiwa/kejadian, masalah, dan faktor-faktor
76
terkait yang sudah dirumuskan. Peristiwa/kejadian, masalah, dan/atau
faktor apa (saja) yang menjadi batang tubuh pohon (sebagai
permasalahan inti), menjadi daun/buah (sebagai akibat/dampak yang
ditimbulkan peristiwa/kejadian, masalah, dan faktor lain), atau menjadi
akar (penyebab dasar atas munculnya peristiwa/kejadian, masalah, dan
faktor-faktor terkait).
c. Metode Pendekatan Sistem Normatif Manajemen
Semua proses manajemen/administrasi/apapun aktivitas organisasi
selalu dilihat beberapa sistem yaitu input proses output. Bahkan
dapat melanjutkan ke outcome atau dampak.
I. Program Kesehatan
Perencanaan adalah merupakan inti kegiatan manajemen, karena
semua kegiatan diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan
perencanan itu memungkinkan para pengambil keputusan atau manajer
untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil guna dan
berdaya guna. Banyak batasan perencanaan yang telah dibuat oleh para
ahli.
Dari batasan-batasan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
perencanaan suatu kegiatan atau proses penganalisaan dan pemahaman
sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan-tujuan demi masa depan yang baik. Dar batasan ini dapat
di tarik kesimpulan-kesimpulan antara lain :
77
1. Perencanaan harus didasarkan kepada analisa dan pemahaman sistem
dengan baik.
2. Perencanaan pada hakekatnya menyusun konsep dan kegiatan yang
akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi.
3. Perencanaan secara implicit mengemban misi organisasi untuk
mencapai hari depan yang lebih baik. (Maidan, 2004).
Secara sederhana dan awam dapat dikatakan bahwa perencanaan
adalah suatu proses yang menghasilkan suatu uarian yang terperinci dan
lengkap tentang suatu program atau kegiatan yang akan dilaksanakan
adalah “Rencana (plan)”. Perencanaan atau rencana itu sendiri banyak
macamnya, antara lain :
1. Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana
1) Rencana jangka panjang (long term planning), yang berlaku antara
10-25 tahun.
2) Rencana jangka menengah (medium range planning), umumnya
hanya berlaku untuk 1 tahun.
2. Dilihat dari tingkatannya
a. Rencana induk (masterplan), lebih menitikberatkan uraian
kebijakan organisasi. Rencana ini mempunyai tujuan jangka
panjang dan mempunyai ruang lingkup yang luas.
b. Rencana operasional (operational planning), lebih menitikberatkan
pada pedoman atau petunjuk dalam melaksanakan suatu program.
78
c. Rencana harian (day to dat palnning) ialah rencana harian yang
bersifat rutin.
3. Dilihat dari ruang lingkupnya
a. Rencana strategis (strategic planning), berisikan uraian tentang
kebijakan tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang
lama. Model rencana ini sulit untuk diubah.
b. Rencana teknis (tactical planning) ialah rencana yang berisi uraian
yang bersifat jangka pendek, mudah menyesuaikan kegiatan-
kegiatannya, asalkan tujuan tidak diubah.
c. Rencana menyeluruh (comprehensive planning) ialah rencana yang
mengandung uraian secara menyeluruh dan lengkap.
d. Rencana terintegrasi (intregrated planning) ialah rencana yang
mengandung uarian yang menyeluruh bersifat terpadu, misalnya
dengan program lain di luar kesehatan.
Meskipun ada berbagai jenis perencanaan berdasarkan aspek-aspek
tersebut diatas, namun prakteknya sulit untuk dipisah-pisahkan seperti
pembagian tersebut. Misalnya berdasarkan tingkatannya suatu rencana
termasuk rencana induk tetapi juga merupakan rencana strategis
berdasarkan ruang lingkupnya dan rencana jangka panjang berdasarkan
jangka waktunya.
79
J. Proses Perencanaan
Perencanaan dalam suatu organisasi adalah suatu proses, dimulai dari
identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah, perencanaan
pemecahan masalah, implementasi (pelaksanaan pemecahan masalah)
dan evaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut akan muncul masalah-masalah
baru kemudian dari masalah-masalah tersebut dipilih prioritas masalah dan
selanjutnya kembali ke siklus semula.
Di bidang kesehatn khususnya, proses perencanaan ini pada umumnya
menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) seperti
bagan Proses Perencanaan. Secara terinci, langkah-langkah perencanaan
kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi Masalah
Perencanaan pada hakekatnya adalah suatu bentuk rancangan
pemecahan masalah. Oleh sebab itu, langkah awal dalam perencanaan
kesehatan adalah mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan
masyarakat di lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Sumber
masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh dari berbagai cara
antara lain :
a. Laporan-laporan kegiatan dari program-program kesehatan yang
ada.
b. Surveilance epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit.
c. Survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh
masukan perencanaan kesehatan.
80
d. Hasil kunjungan lapangan supervisi, dan sebagainya.
Suatu rencana yang baik haruslah mengandung uraian tentang
asumsi perencanaan (planning assumption). Maksudnya adalah
mengetahui dengan jelas berbagai faktor penopang dan ataupun
penghambat yang diperkirakan akan dihadapi apabila rencana tersebut
dilaksanakan. Pengetahuan tentang berbagai faktor penopang dan
ataupun penghambat ini, dalam pekerjaan administrasi dipandang
cukup penting. Dengan diketahuinya berbagai faktor penopang serta
penghambat tersebut akan dapat dilakukan berbagai persiapan,
sedemikian rupa sehingga pelaksanaan rencana akan dapat lebih
lancar. Untuk dapat mengetahui secara lengkap berbagai faktor
penopang serta penghambat, perlu dilakukan kajian seksama tentang
keadaan organiasasi yang akan melaksanakan rencana tersebut.
Kajian yang seperti ini dikenal dengan nama analisis SWOT.
2. Pengertian Analisis SWOT
Pengertian analisis SWOT banyak macamnya. Secara sederhana
dapat diartikan sebagai suatu kajian yang dilakukan terhadap suatu
organisasi sedemikian rupa sehingga diperoleh keterangan yang akurat
tentang berbagai faktor kekuatan, kelemahan, kesempatan serta
hambatan yang dimiliki dan atau yang dihadapi oleh organisasi.
81
a. Unsur-unsur SWOT
Dari batasan sederhana ini, segera terlihat dalam analisis
SWOT ditemukan ada empat unsur pokok yang perlu dipahami.
Keempat unsur yang dimaksud adalah :
1. Kekuatan
Yang dimaksud dengan kekuatan (strength) disini adalah
berbagai kelebihan yang bersifat khas yang dimiliki oleh suatu
organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan berperan
besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga dalam mencapai
tujuan yang dimiliki oleh organisasi.
2. Kelemahan
Yang dimaksud dengan kelemahan (weaknesses) disini
adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas yang dimiliki
oleh suatu organisasi, yang apabila berhasil diatasi akan
berperan besar, tidak hanya dalam memperlancar berbagai
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga
dalam mencapai tujuan yang dimiliki oleh organisasi.
3. Kesempatan
Yang dimaksud dengan kesempatan (Opportunity) ialah
peluang yang bersifat positif yang dihadapi oleh suatu
organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan besar
peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.
82
4. Hambatan
Yang dimaksud hambatan (threat) ialah kendala yang
bersifat negatif yang dihadapi oleh suatu organisasi, yang
apabila berhasil diatasi akan besar peranannya dalam
mencapai tujuan organisasi.
3. Menetapkan Prioritas Masalah
Penetapan prioritas dinilai oleh sebagian besar manager kesehatan
sebagai inti proses perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik
ini, dapat dikatakan sebagai suatu persiapan untuk keputusan penting
dalam penetapan prioritas. Sekali prioritas ditetapkan, langkah
berikutnya dapat dikatakan merupakan gerakan progresif menuju
pelaksanaan. Dalam penentuan prioritas, aspek penilaian dan
kebijaksanaan banyak diperlukan bersama-sama dengan kecakapan
unik untuk mensintesiskan berbagai rincian yang relevan. Hal ini
merupakan bagian dari proses perencanaan yang biasanya dikatakan
paling naluriah. Namun, penetapan prioritas mungkin dapat jauh lebih
bermanfaat dibandingkan dengan langkah-langkah lain bila dibuat
eksplisit dan menjadi tindakan yang ditentukan secara jelas.
Untuk dapat menetapkan prioritas masalah ini, ada beberapa hal
yang harus dilakukan, yaitu :
a. Melakukan pengumpulan data untuk dapat menetapkan prioritas
masalah kesehatan, perlu tersedia data yang cukup. Untuk itu
perlulah dilakukan pengumpulan data. Data yang perlu
83
dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan lingkungan,
perilaku, keturunan, dan pelayan kesehatan, termasuk keadaan
geografis, keadaaan pemerintahan, kependudukan, pendidikan,
pekerjaan, mata pencaharian, sosial budaya dan keadaan
kesehatan
b. Pengolahan data apabila data yang telah berhasil dikumpulkan,
maka data tersebut harus diolah,maksudnya adalah menyusun data
yang tersedia sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang
dimiliki oleh masing-masing data tersebut. Cara pengolahan data
yang dikenal ada tiga macam, secara manual, elektrikal dan
mekanik.
c. Penyajian data-data yang telah diolah perlu disajikan, ada tiga
macam penyajian data yang lajim dipergunakan yakni secara
tekstular, tabular dan grafikal.
d. Pemilihan prioritas masalah hasil penyajian data akan
memunculkan pelbagai masalah. Tidak semua masalah dapat
diselesaikan. Oleh karena itu diperlukan pemilihan prioritas
masalah, dalam arti masalah yang paling penting untuk
diselesaikan. Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu
proses yang dilakukan oleh sekelompok orang yang menggunakan
metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling
penting sampai dengan kurang penting. Penetapan prioritas
memerlukan perumusan masalah yang baik, yakni spesifik, jelas
84
ada kesenjangan yang dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif,
serta dirumuskan secara sistematis.
Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan
yang harus diperhatikan, yakni :
a. Besarnya masalah yang terjadi
b. Pertimbangan politik
c. Persepsi masyarakat
d. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan
Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara
sederhana dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Scoring Tehnique. Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan
dengan memberikan score (nilai) untuk berbagai parameter tertentu
yang telah ditetapkan. Parameter yang dimaksud adalah :
1) Besarnya masalah
2) Berat ringannya akibat yang ditimbulkan
3) Kenaikan prevalensi masalah
4) Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut
5) Keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika masalah tersebut
terselesaikan.
6) Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah
7) Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan uuntuk
mengatasi masalah.
85
Dalam menentukan prioritas masalah terdapat salah satu cara
yang mudah yaitu dengan menggunakan analisis CARL
(Capability / kemampuan, Accibillity / kemudahan, Reaccneess /
kesiapan, Levareage / faktor pendukung).
1) Capabillity / kemampuan
Penilaian prioritas masalah dengan mengukur kemampuan
penilai sendiri dalam menyelesaikan masalah yang menjadi
prioritas.
2) Accibillity / kemudahan
Penilaian prioritas masalah dengan mengukur kemudahan
dalam alternatif pemecahan masalah.
2) Reaccneess / kesiapan
Penilaian prioritas masalah dengan mengukur kesiapan
penilaian dalam menyelesaikan masalah yang ada.
3) Levareage / faktor pendukung
Penilaian prioritas masalah dengan mengukur faktor-faktor
yang dapat menunjang dalam penyelesaian masalah.
b. Non Scoring Tehnique.
Teknik ini masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab
itu juga disebut “Nominal Group Technique (NGT)”. Ada 2 NGT
yakni :
86
1) Delphi Tehnique
Masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang
yang mempunyai keahlian sama. Melalui diskusi tersebut akan
menghasilkan prioritas masalah yang disepkati bersama.
2) Delbeq Tehnique
Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini
adalah juga melalui diskusi kelompok namun peserta diskusi
terdiri dari para peserta yang tidak sama keahliannya maka
sebelumnya dijelaskan dulu sehingga mereka mempunyai
persepsi yang sama terhadap masalah-masalah yang akan
dibahas. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang
disepakati bersama.
e. Menetapkan Tujuan
Menetapkan tujuan perencanaan pada dasarnya adalah membuat
ketetapan-ketetapan tertentu yang ingin dicapai oleh perencanaan
tersebut. Penetapan tujuan yang baik apabila dirumuskan secara
konkret dan dapat diukur. Pada umumnya dibagi dalam tujuan umum
dan tujuan khusus.
a. Tujuan umum
Suatu tujuan masih bersifat umum dan masih dapat dijabarkan
kedalam tujuan-tujuan khusus dan pada umumnya masih abstrak.
Contoh : Meningkatnya status gizi anak balita di Kecamatan
Cibadak.
87
b. Tujuan khusus
Tujuan-tujuan yang dijabarkan dari tujuan umum. Tujuan
khusus merupakan jembatan untuk tujuan umum, artinya tujuan
umum yang ditetapkan akan tercapai apabila tujuan-tujuan
khususnya tercapai. Contoh : Apabila tujuan umum seperti contoh
tersebut di atas dijabarkan ke dalam tujuan khusus menjadi sebagai
berikut :
1) Meningkatnya perilaku ibu dalam memberikan makanan bergizi
kepada anak balita.
2) Meningkatnya jumlah anak balita yang ditimbang di posyandu.
3) Meningkatnya jumlah anak yang berat badannya naik, dan
sebagainya.
f. Menetapkan Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan adalah uraian tentang kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Pada umumnya kegiatan mencakup 3 tahap pokok, yakni:
a. Kegiatan pada tahap persiapan, yakni kegiatan-kegiatan yang
dilakukan sebelum kegiatan pokok dilaksanakan, misalnya rapat-
rapat koordinasi, perizinan dan sebagainya.
b. Kegiatan pada tahap pelaksanaan yakni kegiatan pokok program
yang bersangkutan.
c. Kegiatan pada tahap penilaian, yakni kegiatan untuk mengevaluasi
seluruh kegiatan dalam rangka pencapaian program tersebut.
88
g. Menetapkan Sasaran (Target Group)
Sasaran (target group) adalah kelompok masyarakat tertentu yang
akan digarap oleh program yang direncanakan tersebut. Sasaran
program kesehatan biasanya dibagi dua, yakni :
a. Sasaran langsung, yaitu kelompok yang langsung dikenai oleh
program tersebut. Misalnya kalau tujuan umumnya : meningkatkan
ststus gizi anak balita seperti tersebut diatas maka sasaran
langsungnya adalah anak balita.
b. Sasaran tidak langsung, adalah kelompok yang menjadi sasaran
antara program tersebut namun berpengaruh sekali terhadap
sasaran langsung. Misalnya : seperti contoh tersebut di atas, anak
balita sebagai sasaran langsung sedangkan ibu anak balita sebagai
sasaran tidak langsung. Ibu anak balita, khususnya perilaku ibu
dalam memberikan makanan bergizi kepada anak sangat
menentukan status gizi anak balita tersebut.
h. Waktu
Waktu yang ditetapkan dalam perencanaan adalah sangat
tergantung dengan jenis perencanaan yang dibuat serta kegiatan-
kegiatan yang ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan. Oleh sebab
itu, waktu dan kegiatan sebenarnya dapat dijadikan satu dan disajikan
dalam bentuk matriks, yang disebut gant chart.
89
i. Organisasi dan staf
Dalam bagian ini digambarkan atau diuraikan organisasi sekaligus
staf atau personel yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan atau
program tersebut. Disamping itu juga diuraikan tugas (job description)
masing-masing staf pelaksana tersebut. Hal ini penting karena masing-
masing orang yang terlibat dalam program tersebut mengetahui dan
melaksanakan kewajiban.
j. Rencana Anggaran
Uraian tentang biaya-biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan
kegiatan, mulai dari persiapan sampai dengan evaluasi. Biasanya
rincian rencana biaya ini dikelompokkan manjadi :
a. Biaya personalia
b. Biaya operasional
c. Biaya sarana dan fasilitas
d. Biaya penilaian
k. Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi sering dilupakan oleh para perencanaan padahal
hal ini sangat penting. Rencana evaluasi adalah suatu uraian tetntang
kegiatan yang akan dilakukan untuk menilai sejauh mana tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan tersebut telah tercapai
90
K. Pelaksanaan Program Kesehatan
Pekerjaan pelaksanaan bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah,
karena dalam melaksanakan suatu rencana terkandung berbagai aktifitas
yang bukan saja satu sama lain saling berhubungan, tetapi juga bersifat
komplek dan majemuk. Kesemua katifitas ini harus dipadukan sedemikian
rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan
memuaskan.
Memadukan berbagai aktifitas yang seperti ini dan apalagi menugaskan
semua orang yang terlibat dalam organisasi untuk melaksanakan aktifitas
yang dimaksud, memerlukan suatu keterampilan khusus. Untuk dapat
melaksanakan suatu rencana, seorang administrator dan ataupun manager,
perlu menguasai berbagai pengetahuan dan keterampilan yang jika
disederhanakan dapat dibedakan atas 6 macam, yaitu :
1. Pengetahuan dan keterampilan motivasi (motivation).
2. Pengetahuan dan keterampilan komunikasi (communication).
3. Pengetahuan dan keterampilan kepemimpinan (leadership).
4. Pengetahuan dan keterampilan pengarahan (directing).
5. Pengetahuan dan keterampilan pengawasan (controlling).
6. Pengetahuan dan keterampilan supervise (supervision).
Untuk melaksanakan program kesehatan, pengetahuan, dan
keterampilan yang seperti ini juga amat diperlukan. Apalagi jika yang ingin
dilaksanakan tersebut adalah program kesehatan masyarakat.
91
Mudah dipahami karena memanglah ruang lingkup program kesehatan
masyarakat tidak hanya menyangkut pengaturan bawahan yang dimiliki,
tetapi juga masyarakat banyak kepada siapa program kesehatan
masyarakat tersebut ditujukan.
L. Evaluasi Program Kesehatan
1. Pengertian Evaluasi
a. Suatu proses menentukan nilai atau besarnya sukses dalam
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya (American
Public Health Association).
b. Suatu proses yang memungkinkan administrator mengetahui hasil
programnya dan berdasarkan itu mengadakan penyesuaian untuk
mencapai tujuan secara efektif (klineberg).
2. Terminologi dalam Evaluasi
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi pada tahap pengembangan program, jadi sebelum
program dimulai, digunakan untuk mengembangkan program, agar
program itu dapat lebih sesuai dengan situasi dan kondisi sasaran.
b. Evaluasi Proses
Evaluasi terhadap proses untuk memberi gambaran yang
sedang berlangsung dalam suatu program (tentang apa, seberapa
banyak, untuk siapa, kapan, dan oleh siapa).
92
c. Evaluasi Summatif
Evaluasi untuk memantau program sesudah program
dijalankan, memberikan pernyataan efektifitas suatu program dalam
kurun waktu tertentu.
d. Evaluasi Dampak Program
Evaluasi untuk menilai keseluruhan efektifitas program dalam
menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku sasaran.
e. Evaluasi Hasil
Evaluasi untuk menilai perubahan-perubahan perbaikan dalam
hal morbiditas, mortalitas atau indicator status kesehatan lainnya
untuk sekelompok penduduk tertentu.
f. Efektifitas
Pengukuran seberapa besar program mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan sebelumnya.
g. Efisien
Pengukuran cost dari sumber daya yang terpakai untuk
mencapai tujuan program.
h. Analisa Cost Efektif
Pemantauan hubungan antara hasil yang dilihat dengan cost
program, dinyatakan sebagai cost per unit dan dampak yang
dicapai.
93
i. Intervensi
Kombinasi elemen-elemen program yang dirancang untuk
mencapai perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan,
perilaku dan status kesehatan pada sasaran secara terencana dan
sistemtis pada tempat dan kurun waktu tertentu.
j. Validitas Internal
Seberapa besar pengaruh yang terlihat disebabkan oleh
intervensi yang dilakukan.
k. Validitas Eksternal
Seberapa banyak pengaruh yang terlihat yang disebabkan
intervensi yang diadakan.
94
BAB IV
METODE KEGIATAN
A. Rancang Bangun Kegiatan
Adapun rancang bangun kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan II
(PBL II) ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilakukan adalah survey penentuan masalah
dan intervensi program kesehatan.
2. Alur Kegiatan
Kegiatan Pengalaman Belajar (PBL) II dimulai dari pengumpulan
data secara kuantitatif yang berasal dari hasil survey pada PBL I di
tahun 2009. Kemudian dilakukan identifikasi masalah didapatkan
sejumlah masalah yang berasal dari hasil survey dan masalah insidentil
yang berasal dari masyarakat pada saat pelaksanaan Focuss Group
Discussion (FGD).
Setelah proses identifikasi masalah dilakukan penentuan prioritas
masalah dengan menggunakan metode Bryant. Selanjutnya untuk
menganalisis penyebab masalah digunakan metode fish bone metode
teknik kesepakatan kelompok digunakan untuk menentukan prioritas
program. Perencanaan program dilaksanakan dengan menggunakan
metode diskusi kelompok selanjutnya dilakukan pelaksanaan program
serta evaluasi program.
95
Gambar 4.1 Alur Kegiatan PBL II
Brainstorming
Bryant
Fish bone
Teknik Kesepakatan Kelompok
Diskusi Kelompok
Analisis Data Sekunder(Data PBL I)
Identifikasi Masalah
Penentuan Prioritas Masalah
Analisa Penyebab Masalah
Perencanaan Program Kesehatan
Pelaksanaan Program Kesehatan
Evaluasi Program Kesehatan
Penentuan Prioritas Program
96
3. Definisi Operasional
Tabel 4.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Metode Hasil
1. Identifikasi Masalah
Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan meliputi masalah gizi, kesling, epidemiologi, KIA, PKIP dan AKK.
FGD / Brain Storming
Masalah Kesehatan
2. Menyusun Prioritas Masalah
Menyusun prioritas utama dari identifikasi masalah yang ada
Bryant Prioritas Masalah
3. Menganalisis Penyebab Masalah
Menganalisis penyebab masalah yang menjadi prioritas utama
Fishbone Penyebab Masalah
4. Memilih Program Kesehatan
Memilih program kesehatan yang menjadi solusi masalah kesehatan masyarakat
Diskusi Kelompok
Prioritas Program Kesehatan
5. Melaksanakan Proses Perencanaan Program
Melakukan tahapan-tahapan dalam perencanaan
Diskusi kelompok serta diskusi bersama tokoh masyarakat
Perencanaan Program Kesehatan
6. Melaksanakan Program Kesehatan yang telah di rencanakan
Melaksanakan program kesehatan yang terdapat dalam perencanaan program
Diskusi Kelompok
Terlaksana-nya program kesehatan yang direncanakan
7. Melaksanakan evaluasi program
Melihat keberhasilan pelaksanaan program
Evaluasi dampak program
Keberhasilan program
97
B. Tempat dan Waktu
Adapun tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan ini yaitu di Dusun
Mekar Jaya Desa Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara pada tanggal 27 Januari 2011 – 05 Februari
2011.
C. Populasi dan Informan
Adapun populasi dari kegiatan ini yaitu seluruh masyarakat di Desa
Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai
Kartanegara khususnya RT.08, RT.09, RT.10, RT.11, RT.12, RT.13, dan
RT.15 Dusun Mekar Jaya. Sedangkan untuk informan, terdiri dari Kepala
Desa, petugas Puskesmas, kader Posyandu, dan ibu-ibu PKK sebagai
informan formal, dan petugas kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama
sebagai sumber informal.
D. Sasaran
Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat RT.08, RT.09,
RT.10, RT.11, RT.12, RT.13, dan RT.15 Dusun Mekar Jaya di Desa Karang
Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.
98
E. Metode Pemecahan Masalah
1. Identifikasi Masalah-masalah Kesehatan
a. Tujuan
Menemukan masalah-masalah kesehatan yang ada di RT.08,
RT.09, RT.10, RT.11, RT.12, RT.13, dan RT.15 Dusun Mekar Jaya
di Desa Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara.
b. Metode Kegiatan
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah yaitu
dengan metode brainstorming.
c. Proses Kegiatan
Kegiatan identifikasi masalah dengan cara penyampaian
pendapat (Focus Group Discussion) dengan mengumpulkan fakta-
fakta dari hasil survey PBL I yang lalu dan pemaparan masalah
kesehatan yang sedang ada saat ini oleh pihak mahasiswa 10
orang, perwakilan masyarakat 6 orang, 1 orang Ketua RT, dan 1
orang Kepala Dusun.
d. Hasil Kegiatan
Dari hasil identifikasi masalah menggunakan metode FGD
tersebut, diperoleh masalah kesehatan sebagai berikut :
1) Kurangnya ketersediaan air bersih karena masyarakat masih
menggunakan air bor untuk aktivitas MCK, yang masyarakat
khawatirkan dapat merusak gigi dan kulit. Serta penggunaan air
99
minum yang didapatkan dari depo air minum isi ulang yang
masyarakat khawatirkan higienitasnya kurang baik.
2) Kurangnya penerapan PHBS di masyarakat terutama pada
perilaku cuci tangan.
3) Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai Jaminan
Kesehatan Daerah (JAMKESDA) baik dari segi manfaatnya
maupun alur untuk mendapatkannya.
4) Kurangnya pengetahuan masyarakat terutama para ibu
mengenai pengertian dan manfaat pemberian ASI Eksklusif
kepada anaknya.
2. Penentuan Prioritas Masalah
a. Tujuan
Menentukan 4 besar prioritas masalah dari masalah-masalah
yang diidentifikasi sebelumnya, agar dapat menentukan penyebab
masalah-masalah yang ada.
b. Metode Kegiatan
Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah
yaitu dengan metode Bryant. Cara ini telah digunakan di beberapa
Negara yaitu Afrika dan Thailand. Cara ini menggunakan 4 macam
kriteria, yaitu :
1) Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat
menganggap masalah tersebut penting.
100
2) Prevalensi, yakni seberapa banyak penduduk yang terkena
penyakit tersebut.
3) Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan
penyakit tersebut.
4) Managebility, yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan
untuk mengatasinya.
Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut diberi skoring,
kemudian masing-masing skor ditambahkan. Hasil ini dibandingkan
antara masalah-masalah yang dinilai. Masalah-masalah dengan
skor tertinggi akan mendapat prioritas yang tinggi pula.
c. Proses Kegiatan
Kegiatan penentuan prioritas masalah dilakukan setelah
identifikasi masalah dengan metode Bryant. Tahap ini dilakukan
oleh pihak mahasiswa 8 orang, perwakilan masyarakat 3 orang, 1
orang Ketua RT, dan 1 orang Kepala Desa.
d. Hasil Kegiatan
Tabel 4.2 Prioritas Masalah
Alternatif Masalah P S C M Total Prioritas
Kesehatan
Lingkungan (Sampah)5 5 3 3 225 I
ASI Eksklusif 4 5 3 3 180 II
Status Gizi Balita 3 5 3 3 135 III
Pengetahuan
Kesehatan
3 4 2 3 72 IV
101
Reproduksi
Berdasarkan penentuan prioritas masalah diatas, dari alternatif
masalah yang ada, keempat masalah tersebut akan diintervensi,
yaitu Kesehatan Lingkungan (Sampah), ASI Eksklusif, Status Gizi
Balita dan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi. Dari keempat
masalah itu akan didiskusikan kembali untuk memecahkan masalah
tersebut, baik kegiatan fisik maupun nonfisik.
3. Penyebab Masalah
a. Tujuan
Mendapatkan penyebab masalah dari 3 besar prioritas masalah
yang ada, agar dapat menentukan program kesehatan yang tepat.
b. Metode Kegiatan
Metode kegiatan yang digunakan untuk menemukan penyebab
masalah yaitu dengan metode Fish Bone.
c. Proses Kegiatan
Kegiatan analisa penyebab masalah dilakukan setelah
menemukan prioritas masalah.
d. Hasil Kegiatan
1) Berdasarkan hasil prioritas masalah yang pertama adalah
masalah air bersih dan air minum.
102
Fishbone methode
Man Material Machine Time
Methode Money Market
Penjelasan :
Man : - Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
pengelolaan dan pengolahan air bersih serta
dampak dari mengkonsumsi air yang
terkontaminasi.
- Perilaku masyarakat yang mengkonsumsi air
galon tanpa diolah
- Perilaku memakai air sumur bor
- Kurangnya koordinasi antara pihak desa
dengan petugas kesehatan lingkungan di
Puskesmas setempat.
Methode : -
Material : Tidak tersedia saluran PDAM
Money : -
Machine : -
Market : Kurangnya sosialisasi mengenai air bersih
Air Bersih & Air Minum
103
Time : -
2) Berdasarkan hasil prioritas masalah yang kedua adalah
masalah Jamkesda.
Fishbone methode
Man Material Machine Time
Methode Money Market
Penjelasan :
Man : - Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
pemanfaatan Jamkesda
- Alur pelayanan Jamkesda yang berbelit-belit
Methode : -
Material : -
Money : Dana pengobatan yang semakin mahal
Machine : -
Market : Kurangnya sosialisasi Jamkesda oleh pihak
Kantor Desa, RT maupun Puskesmas setempat
Time : -
Jamkesda
104
3) Berdasarkan hasil prioritas masalah yang ketiga adalah
masalah perilaku cuci tangan.
Fishbone methode
Man Material Machine Time
Methode Money Market
Penjelasan :
Man : - Kurangnya kesadaran masyarakat untuk
mencuci tangan
- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
dampak buruk tidak mencuci tangan
Methode : Cara mencuci tangan yang tidak memakai sabun
dan air mengalir
Material : -
Money : -
Machine : -
Market : -
Time : -
Perilaku cuci tangan
105
4) Berdasarkan hasil prioritas masalah yang keempat adalah
masalah ASI Eksklusif.
Fishbone methode
Man Material Machine Time
Methode Money Market
Penjelasan :
Man : - Kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI
eksklusif
- Pemberian makanan tambahan kepada bayi
yang terlalu dini
Methode : -
Material : -
Money : Susu formula yang cukup terjangkau oleh
masyarakat
Machine : -
Market : Maraknya produk susu formula
Time : ASI yang belum keluar pada ibu nifas
ASI Eksklusif
106
4. Penentuan Prioritas Program
a. Tujuan
Menentukan prioritas program dari 4 besar prioritas masalah
dan penyebab masalah yang ada.
b. Metode Kegiatan
Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas program
yaitu dengan metode teknik kesepakatan kelompok.
c. Proses Kegiatan
Penentuan prioritas program dilakukan setelah melakukan
analisa penyebab masalah. Tahap ini dilakukan dengan metode
diskusi kelompok PBL.
d. Hasil Kegiatan
Program yang diprioritaskan dari keempat masalah yang ada
adalah program penyuluhan air bersih dan pengolahannya,
kemudian program sosialisasi Jamkesda, program penyuluhan cuci
tangan (PHBS), dan program penyuluhan ASI Eksklusif.
5. Perencanaan Program
a. Tujuan
Tujuan kegiatan adalah agar pelaksanaan program kesehatan
yang direncanakan dapat berjalan dengan lancar.
b. Metode Kegiatan
Metode yang digunakan untuk perencanaan program adalah
diskusi kelompok.
107
c. Proses Kegiatan
Kegiatan perencanaan program kesehatan dilakukan setelah
penentuan prioritas program setelah sebelumnya dilakukan
pemilihan media promosi kesehatan.
d. Hasil Kegiatan
Hasil perencanaan program kesehatan berupa Program
Rencana Kegiatan (Planning of Action)
108
Tabel 4.3 Plan of Action
No. Kegiatan Tujuan Sasaran TargetWaktu & Tempat
Penanggung Jawab
Sumber Biaya
Indikator Keberhasilan
1. Non Fisik : Penyuluhan Air Bersih dan Air Minum Sehat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang air bersih dan pengolahannya
Ketua RT, Kadus, perwakilan masyarakat dusun
80% dari undangan hadir
Aula Kantor Desa / tanggal 01 Februari 2011
Armyade, Dessy, dan Fatimah
Swadaya masyarakat dan Tim PBL
Peserta bisa menjawab lebih 80% pertanyaan benar dengan nilai pre-post test :a. Pengeta-huan baik jika responden bisa menjawab pertanyaan dengan benar dengan bobot nilai lebih dari 3b. Pengeta-huan sedang jika responden bisa menjawab pertanyaan dengan benar dengan bobot nilai 2
109
c. Pengeta-huan kurang jika responden bisa menjawab pertanyaan dengan benar dengan bobot nilai 1
Fisik 1 : Pembagian leaflet tentang air bersih
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang air bersih dan pengolahannya melalui media informasi (poster)
Ketua RT, Kadus, perwakilan masyarakat dusun
80% dari peserta
Posko PBL dan Aula Kantor Desa / tanggal 01 Februari 2011
Armyade, Dessy, dan Fatimah
Swadaya Tim PBL
80% peserta mendapatkan dan membaca leaflet
Fisik 2 :Pembuatan dan Sosialisasi Alat penjernih air
Menciptakan alat penjernih air yang berfungsi membersihkan air dari segi warna, bau, dan rasa.
Kades, PKK, dan perwakilan masyarakat dusun
80% dari sasaran
29 Jan – 04 Februari 2011 / Posko PBL dan di Kediaman Kepala Desa
Armyade, M. Arif, Dessy, dan Fatimah
Swadaya masyarakat dan Tim PBL
Terjadi perubahan air dari segi warna, bau, dan rasa setelah diolah melalui alat tersebut.
110
2.
Non Fisik : Penyuluhan JAMKESDA
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai Jamkesda
Kades, Ketua RT, Kadus, perwakilan masyarakat dusun
80% dari undangan hadir
Aula Kantor Desa / tanggal 01 Februari 2011
Lioni, Laila, dan M. Arif.
Swadaya masyarakat dan Tim PBL
75% pengetahuan masyarakat meningkat mengenai Jamkesmas melalui hasil pre-postest
Fisik : Pembagian leaflet tentang JAMKESDA
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai Jamkesmas melalui media informasi (leaflet)
Kades, Ketua RT, Kadus, perwakilan masyarakat dusun
80% dari peserta
Posko PBL dan Aula Kantor Desa / tanggal 01 Februari 2011
Lioni, Laila, dan M. Arif.
Swadaya Tim PBL
80% peserta mendapatkan dan membaca leaflet
3.
Non Fisik : Penyuluhan PHBS (Cuci Tangan)
Meningkatkan pengetahuan tentang cuci tangan yang baik dan benar sejak usia dini
Seluruh siswa-siswi SDN 021 Karang Tunggal
100% dari siswa-siswi SDN 021 Karang Tunggal
Halaman SDN 021 Karang Tunggal / tanggal 29 Januari 2011
Fitri dan Kartina
Swadaya Tim PBL dan pihak sekolah
80% dari siswa-siswi mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar
Fisik :Pembuatan poster cuci
Meningkatkan pengetahuan siswa-siswi
Seluruh siswa-siswi SDN 021
100% dari siswa-siswi SDN
Posko Tim PBL / 28
Fitri dan Kartina
Swadaya Tim PBL
80% dari siswa-siswi mambaca
111
tangan
mengenai cuci tangan melalui media informasi (poster)
Karang Tunggal
021 Karang Tunggal
Januari 2011
poster dan menerapkan cuci tangan yang baik dan benar
4. Non Fisik : Penyuluhan ASI Eksklusif
Meningkatkan pengetahuan para wanita dan ibu tentang pengertian ASI Eksklusif dan manfaatnya
Ibu-ibu PKK, para wanita usia subur, ibu hamil, dan ibu menyusui di Dusun Mekar Jaya
75% dari undangan hadir
Kantor PKK / tanggal 03 Februari 2011
Erina, Erlita, dan Fembriana
Swadaya masyarakat dan Tim PBL
Peserta bisa menjawab lebih 80% pertanyaan benar dengan nilai pre-post test :a. Pengeta-huan baik jika responden bisa menjawab pertanyaan dengan benar dengan bobot nilai lebih dari 4-6b. Pengeta-huan sedang jika responden bisa menjawab pertanyaan dengan benar dengan bobot
112
nilai 3c. Pengeta-huan kurang jika responden bisa menjawab pertanyaan dengan benar dengan bobot nilai 1-2
Fisik 1 :Pembagian leaflet tentang ASI Eksklusif
Meningkatkan pengetahuan para wanita dan ibu tentang pengertian ASI Eksklusif dan manfaatnya melalui media informasi (leaflet)
Ibu-ibu PKK, para wanita usia subur, ibu hamil, dan ibu menyusui di Dusun Mekar Jaya
75% dari peserta
Posko Tim PBL dan Kantor PKK / tanggal 03 Februari 2011
Erina, Erlita, dan Fembriana
Swadaya Tim PBL
75% peserta mendapatkan dan membaca leaflet.
Fisik 2 :Pembagian stiker ASI Eksklusif
Mensosialisasikan program gerakan “6 bulan ASI Eksklusif” kepada para peserta penyuluhan ASI Eksklusif
Ibu-ibu PKK, para wanita usia subur, ibu hamil, dan ibu menyusui di Dusun Mekar Jaya
75% dari peserta
Posko Tim PBL dan Kantor PKK / tanggal 03 Februari 2011
Erina, Erlita, dan Fembriana
Swadaya Tim PBL
75% peserta mendapatkan dan menempelkan stiker tersebut di rumah mereka sehingga pesan kesehatan
113
dapat tersampaikan kepada orang lain juga.
114
BAB V
HASIL
A. Pelaksanaan Program Kesehatan PBL II Dusun Mekar Jaya Desa
Karang Tunggal
1. Penyuluhan Cuci Tangan
a. Tujuan Kegiatan
Meningkatkan pengetahuan tentang cuci tangan yang baik
dan benar sejak usia dini.
b. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan ini adalah seluruh siswa-siswi kelas I-VI
SDN 021 Desa Karang Tunggal.
c. Pelaksanaan Kegiatan
1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penyuluhan cuci tangan dilaksanakan pada hari Sabtu
tanggal 29 Januari 2011 dari pukul 09.00 – 10.30 WITA.
Bertempat di halaman SDN 021 Desa Karang Tunggal.
2) Metode Pelaksanaan Penyuluhan
Metode pelaksanaan penyuluhan cuci tangan ini
adalah dengan penyampaian materi dan menggunakan
metode demonstrasi (senam cuci tangan) dan praktek.
Senam cuci tangan tersebut diiringi oleh musik dan
nyanyian cuci tangan, sedangkan untuk gerakan senam
115
merupakan hasil kreasi sendiri oleh tim PBL. Dalam
penyuluhan ini digunakan media informasi kesehatan
seperti poster dan puzzle. Adapun materi penyuluhan
yang disampaikan yaitu mengenai alasan mengapa harus
mencuci tangan, resiko apabila tidak mencuci tangan, tata
cara dan urutan mencuci tangan yang baik dan benar,
serta waktu yang tepat untuk mencuci tangan.
3) Penanggung Jawab Pelaksana
Penanggung Jawab : Kartina W. Dan Fitri Noviyani
MC : Dessy Nur Rosidah
Pemateri : Laila Puspitasari dan Lioni Farahita
Humas : Lioni Farahita
Perlengkapan : M. Arif, Armyade, Fembriana Wiwik
Notulen : Erina Widya Astuti
Dokumentasi : Kartina Wulandari
Transport : Erlita Budiarti
Instruktur : Fitri Noviyani dan Fatimah M. Noor
4) Susunan Acara
- Pembukaan
- Sambutan Kepala Sekolah SDN 021 Karang Tunggal
- Penyampaian Materi
- Senam Cuci Tangan
- Games
116
- Penutup
5) Rincian Biaya
Kertas kado Rp 7.500
Tissu Rp 25.000
Sabun cuci tangan Rp 20.000
Permen Rp 17.000
Buku tulis Rp 40.000
Tinta Printer Rp 19.000
Total Rp 128.500
d. Pihak Terlibat
Pihak guru SDN 021 Desa Karang Tunggal.
e. Hasil Kegiatan
Penyampaian materi berjalan tepat waktu, antusias
peserta yang tinggi dengan tingkat kehadiran hampir 100%
dari jumlah siswa yang ada yaitu sebanyak 213 siswa,
terlaksananya senam cuci tangan yang dilakukan oleh seluruh
siswa-siswi SDN 021 Karang Tunggal dimana gerakan yang
dilakukan merupakan gerakan urutan cuci tangan yang baik
dan benar, tingginya tingkat keberanian siswa untuk maju
menjawab pertanyaan dan mempraktekkan senam cuci
tangan dengan baik dan benar.
117
2. Pembuatan Poster Cuci Tangan
a. Tujuan Kegiatan
Meningkatkan pengetahuan siswa-siswi SDN 021 Desa
Karang Tunggal mengenai cuci tangan melalui media
informasi yaitu poster.
b. Sasaran Kegiatan
Seluruh siswa-siswi kelas I-VI SDN 021 Desa Karang
Tunggal.
c. Pelaksanaan Kegiatan
1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pembuatan poster cuci tangan dikerjakan pada
tanggal 27 Januari 2011 dan dipasang di SDN 021 pada
hari Sabtu tanggal 29 Januari 2011 seusai penyuluhan
cuci tangan tepatnya pada pukul 10.30 WITA.
2) Metode Pelaksanaan
Metode pemasangan poster cuci tangan yaitu
dilaksanakan dengan memberikan poster kepada pihak
sekolah dan memasangnya di dinding sekolah yang sering
dilalui para siswa.
3) Penanggung Jawab Pelaksana
Penanggung Jawab : Kartina Wulandari dan Fitri
Noviyani
Desain poster : Lioni Farahita
118
4) Rincian biaya
Pencetakan dua buah poster mengeluarkan biaya
sebesar Rp 20.000,-.
d. Hasil Kegiatan
Terpasangnya poster cuci tangan di lingkungan sekolah
untuk meningkatkan pengetahuan para siswa SDN 021 Desa
Karang Tunggal yang sebelumnya kedua poster tersebut
diserahkan secara simbolik dari mahasiswa PBL kepada pihak
sekolah.
e. Isi Poster
Poster tersebut memuat konten atau isi yaitu gambar dan
tulisan mengenai tahapan atau urutan cara mencuci tangan
yang baik dan benar.
3. Penyuluhan Jamkesda
a. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan dari penyuluhan Jamkesda yaitu
pemberian informasi serta sosialisasi Jamkesda Kabupaten
Kutai Kertanegara kepada masyarakat.
b. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan penyuluhan Jamkesda ini adalah warga
Dusun Mekar Jaya RT. 08, RT. 09, RT. 11, RT. 12, RT. 13,
RT.15 termasuk didalamnya adalah para Ketua RT dan
119
beberapa perwakilan masyarakat Dusun Mekar Jaya Desa
Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang.
c. Pelaksanaan Kegiatan
1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penyuluhan Jamkesda dilaksanakan di Aula Kantor
Desa Karang Tunggal yang biasa disebut Balai
Pertemuan Umum (BPU) Desa Karang Tunggal pada hari
Selasa tanggal 01 Februari 2011 pukul 20.30 - 22.00
WITA.
2) Metode Pelaksanaan Penyuluhan
Penyuluhan Jamkesda dilaksanakan dengan metode
diskusi kelompok besar dimana sebelumnya ada
penyampaian materi Jamkesda oleh Tim PBL. Dimana,
jumlah pesertanya lebih dari 15 orang dengan pembagian
leaflet di akhir acara untuk perluasan informasi kepada
orang yang ada disekitarnya. Adapun materi yang
diberikan yaitu mengenai pengertian Jamkesda, tujuan,
sasaran, persyaratan, dan pendaftaran peserta, dan alur
pelayanan kesehatan Jamkesda. Seluruh konten atau isi
materi penyuluhan tersebut diperoleh dari buku Petunjuk
Teknis Program Jamkesda PKK Tingkat I Kabupaten Kutai
Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011.
Sebelum dan sesudah penyuluhan, para peserta terlebih
120
dahulu diberikan pre-test dan post-test untuk mengukur
tingkat pengetahuan masyarakat mengenai Jamkesda.
3) Penanggung Jawab Pelaksana
Penanggung Jawab : Lioni, Laila, dan M.Arif
MC + Moderator : Kartina Wulandari
Pemateri : Muhammad Arif
Dokumentasi : Fitri Noviyani dan Fatimah M. Noor
Perlengkapan : Erlitha, Armyade, Fembriana Wiwik
Notulen : Erina Widya Astuti
Konsumsi : Laila P. dan Dessy Nur Rosidah
Korlap : Lioni Farahita
4) Susunan Acara
- Pre test
- Pembukaan
- Do’a
- Sambutan Korlap dan Kepala Desa Karang Tunggal
- Penyampaian Materi Jamkesda
- Penyampaian Materi Air Bersih
- Diskusi
- Post test
- Door prize
- Penutup
121
5) Rincian Biaya
Souvenir Rp 85.000
Pulpen Rp 64.800
Jam dan baterai Rp 25.500
Kertas minyak Rp 6.000
Foto copy kuesioner Rp 60.000
Konsumsi Rp 106.000
Aqua Rp 36.000
Mika kue Rp 24.000
Door prize Rp 110.000
Jam dinding Rp 16.000
Total Rp 533.300
d. Pihak Terlibat
Dalam penyuluhan Jamkesda ini pihak yang terlibat
adalah pihak Puskesmas Karang Tunggal yaitu Ibu Mei
Purwanti yang bertugas sebagai narasumber yang
memberikan informasi lebih lanjut mengenai Jamkesda.
e. Hasil Kegiatan
Penyuluhan Jamkesda yang dilaksanakan pada tanggal
01 Februari 2011 ini digabung dengan pelaksanaan
penyuluhan air bersih. Tingkat kehadiran peserta telah
mencapai 80% yaitu 28 peserta yang terdiri dari Kepala Desa,
Kepala Dusun, Ketua RT, serta perwakilan masyarakat dari
122
masing-masing RT. Untuk tingkat antusiasme peserta, dapat
dikatakan baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya peserta
yang bertanya dan berdiskusi dengan narasumber untuk
mengetahui segala sesuatu tentang Jamkesda.
Untuk tingkat pengetahuan peserta mengenai Jamkesda
sebelum diberikan materi pada penyuluhan Jamkesda, diukur
melalui hasil pre-test, hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1 Distribusi Pengetahuan Peserta saat Pre-test Penyuluhan
Jamkesda RT. 08, RT. 09, RT. 10, RT. 11, RT. 12, RT. 13 dan
RT, 15 Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal Tahun 2011
No.Tingkat
PengetahuanJumlah Persentase (%)
1. Baik 2 8 %
2. Sedang 11 44 %
3. Kurang 12 48 %
Jumlah 25 100%
Dari tabel 5.1 diatas diketahui bahwa sebelum diberikan
materi, peserta penyuluhan Jamkesda yang tingkat
pengetahuannya baik mengenai Jamkesda hanya ada 8 %,
sedangkan yang berpengetahuan sedang ada 44%, dan yang
berpengetahuan rendah ada 48%.
123
Untuk tingkat pengetahuan peserta mengenai Jamkesda
setelah diberikan materi pada penyuluhan Jamkesda, diukur
melalui hasil post-test, hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 5.2 Distribusi Pengetahuan Peserta saat Post-test
Penyuluhan Jamkesda RT. 08, RT. 09, RT. 10, RT. 11, RT. 12,
RT. 13 dan RT, 15 Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal
Tahun 2011
No.Tingkat
PengetahuanJumlah Persentase (%)
1. Baik 21 84 %
2. Sedang 4 16 %
Jumlah 25 100%
Dari tabel 5.2 diatas diketahui bahwa setelah diberikan
materi, peserta penyuluhan Jamkesda yang tingkat
pengetahuannya baik mengenai Jamkesda sebesar 84%,
sedangkan yang berpengetahuan sedang hanya ada 16%.
4. Pembagian Leaflet Jamkesda
a. Tujuan Kegiatan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat Desa Karang
Tunggal mengenai Jamkesda melalui media informasi yaitu
leaflet. Selain itu leaflet yang dibagikan sebagai perluasan
informasi kepada orang yang ada disekitarnya.
124
b. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan pembagian leaflet Jamkesda ini adalah
warga Dusun Mekar Jaya RT. 08, RT. 09, RT. 11, RT. 12, RT.
13, RT.15 termasuk didalamnya adalah para Ketua RT dan
beberapa perwakilan masyarakat Dusun Mekar Jaya Desa
Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang yang
menjadi peserta penyuluhan Jamkesda.
c. Pelaksanaan Kegiatan
1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pembuatan leaflet Jamkesda dikerjakan oleh tim PBL
pada tanggal 31 Januari 2011 dan dibagikan pada hari
Selasa tanggal 01 Februari 2011 kepada seluruh peserta
seusai penyuluhan Jamkesda di Aula Kantor Desa Karang
Tunggal tepatnya pada pukul 22.00 WITA.
2) Metode Pembagian Leaflet
Metode pembagian leaflet tentang Jamkesda yaitu
dilaksanakan dengan membagi leaflet setelah penyuluhan
Jamkesda.
3) Penanggung Jawab Pelaksana
Penanggung Jawab : Lioni F, Laila P, dan M. Arif
Desain leaflet : Lioni Farahita
125
4) Rincian Biaya
Biaya fotokopi leaflet tentang Jamkesda ini
mengeluarkan biaya sebesar Rp 10.000,-.
d. Pihak Terlibat
Dalam pembuatan leaflet Jamkesda ini pihak yang terlibat
adalah pihak Puskesmas Karang Tunggal yang memberikan
materi Jamkesda dari buku Petunjuk Teknis Program
Jamkesda PKK Tingkat I Kabupaten Kutai Kartanegara.
e. Hasil Kegiatan
Terbaginya dan dibacanya leaflet Jamkesda kepada
seluruh peserta penyuluhan Jamkesda. Sehingga ada 25
lembar leaflet yang diberikan sesuai jumlah kehadiran peserta
dan target pencapaiannya adalah 80% yaitu 25 peserta dari
35 undangan yang diharapkan kehadirannya.
f. Isi leaflet
Konten atau isi materi yang dimuat dalam leaflet terdiri
dari pengertian Jamkesda, siapa yang berhak menerima
Jamkesda, prosedur kepesertaan, cara mendapatkan
Jamkesda, pelayanan kesehatan yang ditanggung Jamkesda,
dan alur pelayanan kesehatan. Seluruh konten atau isi leaflet
tersebut diperoleh dari buku Petunjuk Teknis Program
Jamkesda PKK Tingkat I Kabupaten Kutai Kartanegara
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011.
126
5. Penyuluhan Air Bersih
a. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan dari penyuluhan air bersih yaitu
pemberian informasi serta meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang kriteria air bersih serta dampak yang
ditimbulkan apabila menggunakan air yang tidak bersih atau
yang sudah terkontaminasi dan memberikan pengetahuan
kepada masyarakat bagaimana cara sederhana menguji
kualitas kimia dan biologi air di tingkat rumah tangga.
b. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan penyuluhan air bersih ini adalah warga
Dusun Mekar Jaya RT. 08, RT. 09, RT. 11, RT. 12, RT. 13,
RT.15 termasuk didalamnya adalah para Ketua RT dan
beberapa perwakilan masyarakat Dusun Mekar Jaya Desa
Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang.
c. Pelaksanaan Kegiatan
1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penyuluhan air bersih dilaksanakan di Aula Kantor
Desa Karang Tunggal yang biasa disebut Balai
Pertemuan Umum (BPU) Desa Karang Tunggal pada hari
Selasa tanggal 01 Februari 2011 pukul 20.30 - 22.00
WITA setelah penyuluhan Jamkesda.
127
2) Metode Pelaksanaan Penyuluhan
Penyuluhan air bersih dilaksanakan dengan metode
diskusi kelompok besar dimana sebelumnya ada
penyampaian materi air bersih oleh Tim PBL. Dimana,
jumlah pesertanya lebih dari 15 orang dengan pembagian
leaflet di akhir acara untuk perluasan informasi kepada
orang yang ada disekitarnya. Adapun materi yang
diberikan yaitu mengenai pengertian air bersih, ciri-ciri air
bersih, resiko yang ditimbulkan oleh penggunaan air tidak
bersih, cara pengolahan air bersih, dan cara sederhana
untuk menguji kualitas air rumah tangga. Sebelum dan
sesudah penyuluhan, para peserta terlebih dahulu
diberikan pre-test dan post-test untuk mengukur tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai air bersih.
3) Penanggung Jawab Pelaksana
Penanggung Jawab : Lioni, Laila, dan M.Arif
MC + Moderator : Kartina Wulandari
Pemateri : Armyade
Dokumentasi : Fitri Noviyani dan Fatimah M. Noor
Perlengkapan : Erlitha, Armyade, Fembriana Wiwik
Notulen : Erina Widya Astuti
Konsumsi : Laila P. dan Dessy Nur Rosidah
Korlap : Lioni Farahita
128
4) Susunan Acara
- Pre test
- Pembukaan
- Do’a
- Sambutan Korlap dan Kepala Desa Karang Tunggal
- Penyampaian Materi Jamkesda
- Penyampaian Materi Air Bersih
- Diskusi
- Post test
- Door prize
- Penutup
5) Rincian Biaya
Souvenir Rp 85.000
Pulpen Rp 64.800
Jam dan baterai Rp 25.500
Kertas minyak Rp 6.000
Foto copy kuesioner Rp 60.000
Konsumsi Rp 106.000
Aqua Rp 36.000
Mika kue Rp 24.000
Door prize Rp 110.000
Jam dinding Rp 16.000
Total Rp 533.300
129
d. Pihak Terlibat
Dalam penyuluhan Jamkesda ini pihak yang terlibat
adalah pihak Puskesmas Karang Tunggal yaitu Bapak Bato
S.Sos yang bertugas sebagai narasumber yang memberikan
informasi lebih lanjut mengenai air bersih.
e. Hasil Kegiatan
Penyuluhan air bersih yang dilaksanakan pada tanggal 01
Februari 2011 ini digabung dengan pelaksanaan penyuluhan
Jamkesda. Tingkat kehadiran peserta telah mencapai 80%
yaitu 28 peserta yang terdiri dari Kepala Desa, Kepala Dusun,
Ketua RT, serta perwakilan masyarakat dari masing-masing
RT. Untuk tingkat antusiasme peserta, dapat dikatakan baik.
Hal ini ditandai dengan banyaknya peserta yang bertanya dan
berdiskusi dengan narasumber untuk mengetahui segala
sesuatu tentang air bersih.
Untuk tingkat pengetahuan peserta mengenai air bersih
sebelum diberikan materi pada penyuluhan air bersih, diukur
melalui hasil pre-test, hasilnya adalah sebagai berikut :
130
Tabel 5.3 Distribusi Pengetahuan Peserta saat Pre-test
Penyuluhan Air Bersih RT. 08, RT. 09, RT. 10, RT. 11,
RT. 12, RT. 13 dan RT, 15 Dusun Mekar Jaya Desa Karang
Tunggal Tahun 2011
No.Tingkat
PengetahuanJumlah Persentase (%)
1. Kurang 13 52 %
2. Sedang 1 4 %
3. Baik 11 44 %
Jumlah 25 100%
Dari tabel 5.3 diatas diketahui bahwa sebelum diberikan
materi, dari 25 peserta penyuluhan air bersih yang tingkat
pengetahuannya baik mengenai air bersih ada 44%,
sedangkan yang berpengetahuan sedang ada 4%, dan yang
berpengetahuan rendah ada 52%.
Untuk tingkat pengetahuan peserta mengenai air bersih
setelah diberikan materi pada penyuluhan air bersih, diukur
melalui hasil post-test, hasilnya adalah sebagai berikut :
131
Tabel 5.4 Distribusi Pengetahuan Peserta saat Post-test
Penyuluhan Air Bersih RT. 08, RT. 09, RT. 10, RT. 11,
RT. 12, RT. 13 dan RT, 15 Dusun Mekar Jaya Desa Karang
Tunggal Tahun 2011
No.Tingkat
PengetahuanJumlah Persentase (%)
1. Kurang 2 8 %
2. Sedang 1 4 %
3. Baik 22 88%
Jumlah 25 100%
Dari tabel 5.4 diatas diketahui bahwa setelah diberikan
materi, peserta penyuluhan air bersih yang tingkat
pengetahuannya baik mengenai air bersih sebesar 88%,
sedangkan yang berpengetahuan sedang ada 4%, dan yang
berpengetahuan kurang hanya ada 8%.
6. Pembagian Leaflet Air Bersih
a. Tujuan Kegiatan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat Desa Karang
Tunggal mengenai air bersih melalui media informasi yaitu
leaflet. Selain itu leaflet yang dibagikan sebagai perluasan
informasi kepada orang yang ada disekitarnya.
132
b. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan pembagian leaflet air bersih ini adalah
warga Dusun Mekar Jaya RT. 08, RT. 09, RT. 11, RT. 12, RT.
13, RT.15 termasuk didalamnya adalah para Ketua RT dan
beberapa perwakilan masyarakat Dusun Mekar Jaya Desa
Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang yang
menjadi peserta penyuluhan air bersih.
c. Pelaksanaan Kegiatan
1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pembuatan leaflet air bersih dikerjakan oleh tim PBL
pada tanggal 31 Januari 2011 dan dibagikan pada hari
Selasa tanggal 01 Februari 2011 kepada seluruh peserta
seusai penyuluhan air bersih di Aula Kantor Desa Karang
Tunggal tepatnya pada pukul 22.00 WITA.
2) Metode Pembagian Leaflet
Metode pembagian leaflet tentang air bersih yaitu
dilaksanakan dengan membagi leaflet setelah penyuluhan
air bersih bersamaan dengan pembagian leaflet
Jamkesda.
3) Penanggung Jawab Pelaksana
Penanggung Jawab : Armyade, Dessy N, dan Fatimah
Desain leaflet : Lioni Farahita
133
4) Rincian Biaya
Biaya fotokopi leaflet tentang air bersih ini
mengeluarkan biaya sebesar Rp 10.000,-.
d. Hasil Kegiatan
Terbaginya dan dibacanya leaflet air bersih kepada
seluruh peserta penyuluhan air bersih. Sehingga ada 25
lembar leaflet yang diberikan sesuai jumlah kehadiran peserta
dan target pencapaiannya adalah 80% yaitu 25 peserta dari
35 undangan yang diharapkan kehadirannya.
e. Isi Leaflet
Konten atau isi materi yang dimuat dalam leaflet terdiri
dari pengertian air bersih, ciri-ciri air bersih, resiko yang
ditimbulkan oleh penggunaan air tidak bersih, cara
pengolahan air bersih, dan cara sederhana untuk menguji
kualitas air rumah tangga.
7. Pembuatan dan Sosialisasi Alat Penjernih Air
a. Tujuan Kegiatan
Menciptakan alat penjernih air yang berfungsi
membersihkan air dari segi warna, bau, dan rasa. Serta untuk
memberikan percontohan kepada warga bagaimana cara
membuat alat penjernih air sederhana, sehingga dapat
mengatasi permasalahan air di lingkungan Dusun Mekar Jaya
Desa Karang Tunggal Kabupaten Kutai Kartanegara.
134
b. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan ini adalah Kepala Desa, PKK, Ketua RT
dan perwakilan masyarakat Dusun Mekar Jaya.
c. Pelaksanaan Kegiatan
1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Proses pembuatan alat penjernih tersebut
dilaksanakan mulai dari tanggal 31 Januari 2011 hingga
tanggal 03 Februari 2011 bertempat di posko kelompok
VII PBL II. Sedangkan kegiatan sosialisasi dan
percobaannya dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 04
Februari 2011 pada pukul 10.00 – 11.00 WITA di
kediaman Bapak Kepala Desa Karang Tunggal.
2) Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan program ini adalah dengan
mempelajari tata cara pembuatan alat penjernih air,
pembelian alat dan bahan, uji coba, sosialisasi, dan
selanjutnya penyerahan alat penjernih air kepada Kepala
Desa Karang Tunggal.
3) Penanggung Jawab Pelaksana
Penanggung Jawab : Armyade, Dessy N, dan Fatimah
Pembuat Alat : Armyade dan M. Arif
4) Rincian Biaya
Karbon Aktif 2 kg @Rp 150.000 Rp 300.000
135
Zeloid 4 bungkus @Rp 15.000 Rp 60.000
Pasir Silika 6 kg @Rp 10.000 Rp 60.000
Ijuk Rp 50.000
Pipa 4 Inci Rp 15.000
Pipa 3 inci Rp 10.000
Pipa ½ inci Rp 30.000
Batang T 3 batang @Rp 2.000 Rp 6.000
Elbow 4 biji @Rp 1.500 Rp 6.000
Stop Kran 3 biji @Rp 7.000 Rp 21.000
Noksel 2 buah @Rp. 3.000 Rp 6.000
Drat masuk 2 biji @Rp. 1.500 Rp 3.000
Lem Pipa Rp 7.000
Lem Besi 2 buah @Rp 10.000 Rp 20.000
Selotif Karet Rp 2.000
Dop Pipa 3 biji @ Rp 15.000 Rp 45.000
Dop Drat 3 biji @ Rp. 18.000 Rp 54.000
Filter 0,5 micron Rp 20.000
Total Rp 715.000
d. Pihak Terlibat
Kabid Penyehatan Lingkungan (PL) Puskesmas Teluk
dalam sebagai pembimbing dan memberikan buku panduan
pembuatan alat penjernih air yang berjudul “Merakit Sendiri
Alat Penjernih Air Untuk Rumah Tangga’ karya Sujana
136
Alamsyah. Pihak yang juga ikut terlibat adalah Kepala Desa
Karang Tunggal dan Badan Perwakilan Desa Karang Tunggal
yang memfasilitasi lokasi dan sarana-prasarana uji coba alat
tersebut.
e. Hasil Kegiatan
Dari hasil percobaan alat filter penjernih air di Rumah
Kepada Desa Karang Tunggal dengan sumber air baku
adalah air sumur bor dengan karakteristik berbau, berasa dan
jernih, Setelah pemasangan alat di rumah tersebut hasil air
mengalami perubahan fisik air menjadi tidak berbau, tidak
berasa dan air menjadi lebih jernih.
Untuk mengetahui kualitas kimia air, dilakukan percobaan
sederhana dengan menggunakan teh. Dari percobaan
tersebut perbandingan kepekatan air teh diantara dua sampel
air berbeda. Tingkat kepekatan warna teh pada sampel air
yang belum diberi perlakuan (filterisasi) lebih pekat
dibandingkan dengan sampel air yang telah diberi perlakuan
(filterisasi).
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa alat filter
penjernih air sangat efektif dalam mengatasi masalah air yang
di alami warga Dusun Mekar Jaya Desa Karang tunggal
Kecamatan Tenggarong Seberang.
137
8. Penyuluhan ASI Eksklusif
a. Tujuan Kegiatan
Meningkatkan pengetahuan wanita dan ibu tentang
pengertian ASI Eksklusif dan manfaatnya.
b. Sasaran Kegiatan
Para wanita usia subur, ibu hamil, dan ibu menyusui di
Dusun Mekar Jaya serta ibu-ibu PKK Desa Karang Tunggal.
Dalam pelaksanaannya peserta yang hadir adalah sebanyak
24 orang yaitu para ibu-ibu PKK Desa Karang Tunggal.
c. Pelaksanaan Kegiatan
1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 3
Februari 2011 bertempat di Kantor PKK Desa Karang
Tunggal. Acara ini dimulai dari pukul 16.00 – 17.00 WITA.
2) Metode Pelaksanaan Penyuluhan
Penyuluhan ASI Eksklusif dilaksanakan dengan
metode diskusi kelompok besar dimana sebelumnya ada
penyampaian materi ASI Eksklusif oleh Tim PBL. Dimana,
jumlah pesertanya lebih dari 15 orang dengan pembagian
leaflet di akhir acara untuk perluasan informasi kepada
orang yang ada disekitarnya. Adapun materi yang
diberikan yaitu mengenai pengertian ASI Eksklusif,
pentingnya ASI Eksklusif, manfaat ASI Eksklusif bagi bayi
138
dan ibu, serta resiko yang ditimbulkan akibat pemberian
cairan selain ASI sebelum bayi berusia 6 bulan. Sebelum
dan sesudah penyuluhan, para peserta terlebih dahulu
diberikan pre-test dan post-test untuk mengukur tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai ASI Eksklusif.
3) Penanggung Jawab Pelaksana
Penanggung Jawab : Erina Widya Astuti, Fembriana
Wiwik, dan Erlita Budhiarti.
Pembawa Acara : Kartina Wulandari
Pemateri : Erina Widya Astuti
Seksi Perpubdekdok : M. Arif, Armyade, Fitri Noviyani.
Seksi Konsumsi : Dessy Nur Rosidah, Laila P.
Notulen : Lioni Farahita
Operator : Fatimah M. Noor
4) Susunan Acara
Susunan acara penyuluhan ASI Eksklusif tersebut
adalah :
- Pembukaan
- Pre test
- Pemutaran video ASI Eksklusif
- Penyampaian materi
- Diskusi dan tanya jawab
- Post test
139
- Pembagian leaflet ASI Eksklusif
- Pembagian stiker ASI Eksklusif
5) Pengeluaran Dana
Kue Rp 80.000
Air mineral Rp 17.000
Fotokopi leaflet Rp 10.000
Souvenir Rp 20.000
Pulpen Rp 30.000
Total Rp 157.000
d. Pihak Terlibat
Dalam kegiatan penyuluhan ASI Eksklusif ini melibatkan
pihak Puskesmas Teluk Dalam yaitu Ibu Bidan Andriani,
A.Md.Keb. sebagai narasumber.
e. Hasil Kegiatan
Terlaksananya seluruh rangkaian kegiatan penyuluhan
ASI Eksklusif yang disertai dengan meningkatnya
pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif. Selain itu tingkat
antusiasme peserta cukup tinggi yang ditandai dengan
banyaknya peserta yang bertanya. Tingkat kehadiran peserta
mencapai 96% yaitu 24 peserta dari 25 peserta yang
diharapkan kehadirannya yang terdiri dari Ibu-ibu PKK, wanita
usia subur, dan ibu hamil..
140
Untuk tingkat pengetahuan peserta mengenai ASI Ekslusif
sebelum diberikan materi pada penyuluhan ASI Ekslusif,
diukur melalui hasil pre-test, hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 5.5 Distribusi Pengetahuan Peserta saat Pre-test
Penyuluhan ASI Ekslusif RT. 08, RT. 09, RT. 10, RT.
11, RT. 12, RT. 13 dan RT, 15 Dusun Mekar Jaya Desa Karang
Tunggal Tahun 2011
No.Tingkat
PengetahuanJumlah Persentase (%)
1. Sedang 1 4,2 %
2. Baik 23 95,8 %
Jumlah 24 100%
Dari tabel 5.5 diatas diketahui bahwa sebelum diberikan
materi, dari 24 peserta penyuluhan ASI Ekslusif yang tingkat
pengetahuannya baik mengenai ASI Ekslusif sebesar 95,8%,
sedangkan yang berpengetahuan sedang hanya sebesar
4,2%.
Untuk tingkat pengetahuan peserta mengenai ASI Ekslusif
setelah diberikan materi pada penyuluhan ASI Ekslusif, diukur
melalui hasil post-test, hasilnya adalah sebagai berikut :
141
Tabel 5.6 Distribusi Pengetahuan Peserta saat Post-test
Penyuluhan ASI Ekslusif RT. 08, RT. 09, RT. 10, RT.
11, RT. 12, RT. 13 dan RT, 15 Dusun Mekar Jaya Desa Karang
Tunggal Tahun 2011
No.Tingkat
PengetahuanJumlah Persentase (%)
1. Baik 24 100%
Jumlah 24 100%
Dari tabel 5.6 diatas diketahui bahwa setelah diberikan
materi, peserta penyuluhan ASI Ekslusif yang tingkat
pengetahuannya baik mengenai ASI Ekslusif mencapai
persentase 100% dari 24 peserta.
9. Pembuatan Leaflet ASI Eksklusif
a. Tujuan Kegiatan
Meningkatkan pengetahuan wanita dan ibu tentang
pengertian ASI Eksklusif dan manfaatnya melalui media
informasi yaitu leaflet.
b. Sasaran Kegiatan
Para wanita usia subur, ibu hamil, dan ibu menyusui di
Dusun Mekar Jaya serta ibu-ibu PKK Desa Karang Tunggal.
142
c. Pelaksanaan Kegiatan
1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pembuatan leaflet dilaksanakan pada tanggal 27
Januari 2011 dan dibagikan kepada peserta penyuluhan
pada akhir kegiatan Penyuluhan ASI Eksklusif di Kantor
PKK yaitu pada hari Kamis tanggal 03 Februari 2011
tepatnya pada pukul 17.00 WITA.
2) Metode Pembagian Leaflet
Metode pembagian leaflet tentang ASI Eksklusif yaitu
dilaksanakan dengan membagi leaflet setelah berakhirnya
penyuluhan ASI Eksklusif.
3) Penanggung Jawab Pelaksana
Penanggung Jawab : Erina Widya Astuti, Fembriana
Wiwik, dan Erlita Budhiarti.
Desain leaflet : Lioni Farahita
4) Pengeluaran Dana
Fotokopi leaflet ASI Eksklusif mengeluarkan biaya
sebesar Rp 10.000,-.
d. Hasil Kegiatan
Terbaginya dan dibacanya leaflet ASI Eksklusif pada para
peserta penyuluhan dan diperolehnya informasi untuk
meningkatkan pengetahuan peserta mengenai pengertian dan
manfaat ASI Eksklusif. Sehingga ada 24 lembar leaflet yang
143
diberikan sesuai jumlah kehadiran peserta dan pencapaiannya
adalah 95,8% yaitu 24 peserta dari 25 undangan yang
diharapkan kehadirannya.
e. Isi Leaflet
Isi atau konten leaflet ASI Eksklusif yaitu memuat
pengertian ASI Eksklusif, manfaat ASI Eksklusif untuk ibu dan
bayi, serta langkah-langkah ASI Eksklusif.
10. Pembuatan Stiker ASI Eksklusif
a. Tujuan Kegiatan
Mensosialisasikan program ASI Eksklusif kepada yaitu 6
bulan pemberian ASI Eksklusif kepada bayi.
b. Sasaran Kegiatan
Para peserta yang hadir pada penyuluhan ASI Eksklusif
yaitu para wanita usia subur, ibu hamil, dan ibu-ibu PKK.
c. Pelaksanaan Kegiatan
1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pembuatan stiker dilaksanakan pada tanggal 28
Januari 2011 dan dibagikan kepada peserta penyuluhan
pada akhir kegiatan Penyuluhan ASI Eksklusif di Kantor
PKK yaitu pada hari Kamis tanggal 03 Februari 2011.
2) Metode Pembagian Stiker
Metode pembagian stiker tentang ASI Eksklusif yaitu
dilaksanakan pasca membagi leaflet setelah berakhirnya
144
penyuluhan ASI Eksklusif. Saat membagikan stiker, tim
PBL sambil meminta kepada para peserta untuk
menempelkan stiker tersebut di rumah mereka.
3) Penanggung Jawab Pelaksana
Penanggung Jawab : Erina Widya Astuti, Fembriana
Wiwik, dan Erlita Budhiarti.
Desain stiker : Lioni Farahita
4) Pengeluaran Dana
Pembelian kertas stiker mengeluarkan biaya sebesar
Rp 10.000,-.
d. Hasil Kegiatan
Terbaginya stiker ASI Eksklusif pada para peserta
penyuluhan dan diperolehnya informasi untuk meningkatkan
pengetahuan peserta mengenai program ASI Eksklusif.
Sehingga ada 24 buah stiker yang diberikan sesuai jumlah
kehadiran peserta dan pencapaiannya adalah 95,8% yaitu 24
peserta dari 25 undangan yang diharapkan kehadirannya.
e. Isi Stiker
Stiker berisi slogan “ 6 Bulan ASI Eksklusif ! ”
145
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisis Situasi Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal Pada
Pelaksanaan PBL II
Situasi Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal saat
pelaksanaan Pengalaman Belajar Lapangan II (PBL II) telah banyak
berubah dibandingkan dengan pada saat pengambilan sampel di
Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL I) pada tahun 2009. Hal ini
terlihat dari beberapa infrastruktur desa yang ada, seperti jalan raya
desa yang hampir 99% telah dilakukan pengaspalan. Selain itu di
Dusun Mekar Jaya khususnya, terjadi penambahan RT yang
dahulunya hanya berjumlah 6 RT (yaitu RT.08, RT.09, RT.10, RT.11,
RT.12, dan RT.13), saat ini bertambah menjadi 7 RT yaitu yaitu
RT.08, RT.09, RT.10, RT.11, RT.12, RT.13, dan RT.15.
B. Diagnosis Masalah
1. Identifikasi Masalah
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan yang ada di Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal
Kecamatan Tenggarong Seberang adalah metode brain storming
dan Focus Group Discussion (FGD).
146
Brain storming atau curah pendapat merupakan modifikasi
diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan metode diskusi
kelompok. Bedanya, pada permulaannya pemimpin kelompok
memancing dengan satu masalah kemudian tiap peserta
memberikan tanggapan terhadap permasalahan yang
disampaikan. Tanggapan tersebut ditampung dan ditulis. Sebelum
semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi
komentar oleh siapa pun. Setelah semua anggota mengeluarkan
pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari dan terjadilah
diskusi (Azwar, 2003).
Sedangkan FGD adalah suatu metode riset yang oleh Irwanto
(2006) didefinisikan sebagai “suatu proses pengumpulan informasi
mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik
melalui diskusi kelompok” (Irwanto, 2006). Dengan perkataan lain
FGD merupakan proses pengumpulan informasi bukan melalui
wawancara, bukan perorangan, dan bukan diskusi bebas tanpa
topik spesifik. Metode FGD termasuk metode kualitatif.
Seperti metode kualitatif lainnya (direct observation, indepth
interview, dsb) FGD berupaya menjawab jenis-jenis pertanyaan
how-and why, bukan jenis-jenis pertanyaan what-and-how-many
yang khas untuk metode kuantitatif (survei, dsb). FGD dan metode
kualitatif lainnya sebenarnya lebih sesuai dibandingkan metode
147
kuantitatif untuk suatu studi yang bertujuan “to generate theories
and explanations” (Morgan and Kruger, 1993).
Dari hasil FGD bersama masyarakat pada hari Jum’at tanggal
21 Januari 2011, diketahui bahwa permasalahan kesehatan yang
sedang terjadi di Dusun Mekar Jaya adalah kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai Jamkesda, kurangnya
ketersediaan air bersih, kurangnya penerapan PHBS (cuci
tangan), dan kurangnya pengetahuan masyarakat terutama wanita
mengenai pengertian dan manfaat ASI Eksklusif.
2. Penentuan Prioritas Masalah
Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah
kesehatan di Dusun Mekar Jaya Kecamatan Tenggarong
Seberang adalah metode Bryant. Cara ini telah digunakan di
beberapa Negara yaitu Afrika dan Thailand. Cara ini
menggunakan 4 macam kriteria, yaitu :
a) Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat
menganggap masalah tersebut penting.
b) Prevalensi, yakni seberapa banyak penduduk yang terkena
penyakit tersebut.
c) Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan
penyakit tersebut.
d) Managebility, yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan
untuk mengatasinya.
148
Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut diberi
skoring, kemudian masing-masing skor ditambahkan. Hasil ini
dibandingkan antara masalah-masalah yang dinilai. Masalah-
masalah dengan skor tertinggi akan mendapat prioritas yang tinggi
pula.
Berdasarkan penentuan prioritas masalah diatas, maka
didapatkan empat masalah yang akan diintervensi, yaitu
mengenai Jamkesda, air bersih, PHBS cuci tangan, dan ASI
Eksklusif.
3. Penyebab Masalah
Metode yang digunakan untuk menentukan penyebab
masalah kesehatan di Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal
Kecamatan Tenggarong Seberang adalah metode Fishbone.
Dimana, masyarakat kurang mengerti mengenai apa yang
dimaksud dengan Jamkesda dan pengolahan air bersih. Selain itu
kesadaran masyarakat untuk menerapkan PHBS dalam hal ini
perilaku mencuci tangan masih rendah. Dan selanjutnya adalah
kurangnya pengetahuan masyarakat terutama wanita mengenai
ASI Eksklusif.
C. Penentuan Prioritas Program
Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas program
dalam penyelesaian masalah kesehatan di Dusun Mekar Jaya,
149
Desa Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang adalah
kesepakatan masyarakat dan kelompok PBL. Berdasarkan
kesepakatan masyarakat dengan kelompok PBL, maka
didapatkan prioritas program yaitu penyuluhan air bersih dan
pembuatan alat penjernih air, penyuluhan JAMKESDA,
penyuluhan cuci tangan dan penyuluhan Asi Eksklusif.
D. Pelaksanaan Program Kesehatan
1. Penyuluhan Cuci Tangan dan Pembuatan Poster Cuci Tangan
Promosi kesehatan di sekolah dibuat untuk memperluas
manfaat kesehatan masyarakat dengan cara meningkatkan
pengetahuan dan perilaku kesehatan dan sanitasi pada anak-
anak sekolah dasar. Selain itu promosi kesehatan sekolah
bertujuan agar murid-murid tersebut bertindak sebagai agen
perubahan bagi orang tua, saudara-saudara, tetangga dan kawan-
kawan mereka.
Program promosi kesehatan di sekolah harus diintegrasikan
ke dalam program usaha kesehatan sekolah, melalui koordinasi
dengan tim pembina UKS ditingkat kecamatan, kabupaten,
provinsi dan pusat. Promosi kesehatan sekolah harus
dikoordinasikan dengan program penyuluhan kesehatan yang
dilakukan oleh puskesmas, dinas kesehatan kabupaten, dinas
kesehatan provinsi dan departemen kesehatan pusat.
150
Keberhasilan promosi kesehatan di sekolah banyak
dipengaruhi oleh hubungan jaringan komunikasi antara cabang
dinas pendidikan (termasuk kepala sekolah, guru, komite sekolah,
orang tua siswa), Puskesmas (pimpinan puskesmas, sanitarian,
staf puskesmas lainnya, bidan desa), serta tokoh masyarakat
(aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi
kemasyarakatan, serta semua anggota masyarakat).
Kegiatan penyuluhan cuci tangan dilaksanakan di SDN 021
Desa Karang Tunggal yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal
29 Januari 2011 dengan sasaran seluruh siswa-siswi kelas I
sampa kelas VI. Tujuan kegiatan meningkatkan pengetahuan
tentang cuci tangan yang baik dan benar sejak usia dini. Kegiatan
penyuluhan ini menggunakan metode penyampaian materi,
demonstrasi, dan praktek dimana dilakukan senam cuci tangan
yang mencakup gerakan mencuci tangan yang baik dan benar.
Penyuluhan cuci tangan ini mencapai target perencanaan yaitu
100% siswa yang bersekolah di SDN 021 Desa Karang Tunggal
yaitu sebanyak 213 siswa.
Peningkatan pengetahuan para siswa mengenai cuci tangan
diketahui dari keaktifan mereka dalam memperagakan kembali
senam cuci tangan yang telah di contohkan oleh tim PBL. Tim
PBL juga sebelumnya telah mempersiapkan 20 pertanyaan
seputar cuci tangan yang diajukan kepada para siswa setelah
151
diberikan materi dengan metode reward (hadiah). Alhasil dari 20
pertanyaan yang diajukan, masing-masing 20 siswa mampu
menjawabnya dengan baik dan benar. Metode lainnya yang
digunakan adalah dengan mengadakan games/permainan
menggunakan puzzle sederhana. Puzzle tersebut memuat gambar
tentang urutan mencuci tangan yang harus bisa disusun oleh para
siswa. Dalam metode permainan tersebut, para siswa juga bisa
menyusunnya dengan benar.
Untuk membantu para siswa SDN 021 dalam mengingat
selalu cara mencuci tangan yang baik dan benar serta agar
mereka selalu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,
maka poster cuci tangan yang dipasang oleh tim PBL di
lingkungan SDN 021 Desa Karang Tunggal sangat membantu hal
tersebut sebagai media informasi kesehatan.
Kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan penyuluhan cuci
tangan adalah praktek cuci tangan menggunakan air mengalir
tidak terlaksana karena terbatasnya sarana dan prasana yaitu air
bersih mengingat Desa Karang Tunggal yang cukup sulit dalam
mengakses air bersih.
2. Penyuluhan Jamkesda dan Pembagian Leaflet Jamkesda
Menurut Green (dalam, Notoatmodjo, 2005), promosi
kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan
dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan
152
organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Maka penyuluhan
merupakan intervensi yang cocok bagi meningkatkan
pengetahuan tentang Jamkesda.
Berdasarkan tujuan kegiatan penyuluhan Jamkesda dan
pembagian leaflet Jamkesda yaitu pemberian informasi serta
sosialisasi Jamkesda Kabupaten Kutai Kartanegara kepada
masyarakat yang termasuk didalamnya mengenai tujuan program
Jamkesda, sasaran program Jamkesda, persyaratan peserta
Jamkesda, prosedur kepesertaan program Jamkesda dan alur
pelayanan kesehatan program Jamkesda.
Program Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) adalah
salah satu program jaminan kesehatan sosial yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara yang wajib diikuti oleh setiap penduduk di Kabupaten
Kutai Kartanegara yang belum memiliki jaminan pemeliharaan
kesehatan.
Pelaksanaan penyuluhan Jamkesda dan pembagian leaflet
yang dilakukan pada tanggal 1 Februari 2011 bertempat di Balai
Pertemuan Umum (BPU) Desa Karang Tunggal. Acara ini di hadiri
oleh Kepala Desa Karang Tunggal, BPD (Badan
Permusyawaratan Desa) Karang Tunggal, LPM (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat) Karang Tunggal, Kepala Dusun
153
Mekar Jaya, para Ketua RT (RT. 08, RT. 09, RT. 10, RT. 11, RT.
12, RT. 13 dan RT, 15), perwakilan Puskesmas Teluk Dalam yang
juga sebagai narasumber serta perwakilan masyarakat (RT. 08,
RT. 09, RT. 10, RT. 11, RT. 12, RT. 13 dan RT, 15).
Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu
metode pendidikan kelompok besar, dimana pesertanya lebih dari
15 orang. Metode yang baik untuk kelompok ini yaitu metode
ceramah. Metode ceramah digunakan untuk sasaran
berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah yaitu :
a. Persiapan
Ceramah yang berhasil apabila penceramah sendiri
menguasai materi dari apa yang diceramahkan. Untuk itu
penceramah harus memepersiapkan diri dengan :
1) Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih
baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema
2) Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah
singkat, slide, transparan, sound sistem dan sebagainya
3) Cara penyampaiannya dapat dimengerti dan dipahami
oleh peserta yang hadir
b. Pelaksanaan
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah apabila
penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah.
154
Untuk dapat menguasai sasaran ceramah (dalam arti
psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut :
1) Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh
bersikap ragu-ragu dan gelisah
2) Suara hendaknya cukup keras dan jelas
3) Pandangan harus tertuju keseluruh peserta ceramah
4) Berdiri di depan (pertengahan), tidak boleh duduk
5) Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal
mungkin (Notoadmodjo, 2003)
Saat kegiatan berlangsung, peserta tampak aktif dalam
diskusi serta tanya jawab yang dilakukan. Dikarenakan sosialisasi
program Jamkesda Kabupaten Kutai Kartanegara ini sendiri masih
sangat kurang kepada masyarakat terutama masyarakat Dusun
Mekar Jaya serta peluncuran program ini sendiri baru dilakukan
oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara pada awal bulan
Januari 2011. Oleh karena itu kegiatan penyuluhan dan
pembagian leaflet Jamkesda selain sebagai upaya pemberian
informasi juga sebagai upaya memfasilitasi dan advokasi bagi
stakeholder Desa Karang Tunggal, Puskesmas Teluk Dalam serta
perwakilan masyarakat RT. 08, RT. 09, RT. 10, RT. 11, RT. 12,
RT. 13 dan RT, 15, agar program Jamkesda ini tersebar secara
merata di kalangan masyarakat.
155
Pendekatan yang dilakukan dalam intervensi ini adalah
dengan menggunakan teknik one group pre test and post tes
design, yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk menilai satu
kelompok saja secara utuh (Notoatmodjo, 2005). Melalui pre and
post test, diketahui bahwa sebelum intervensi pengetahuan
masyarakat akan program Jamkesda hanya 52%, namun setelah
diberikan penyuluhan pengetahuan masyarakat meningkat hingga
100%, dimana terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat
sebesar 48%. Kemudian didapatkan hasil berdasarkan
perhitungan jumlah responden dengan tingkat pengetahuan baik
dan sedang dalam penilaian pre-test adalah 13 peserta dari 25
peserta. Untuk penilaian kuestioner post-test terdapat 25 peserta
atau seluruh peserta dengan tingkat pengetahuan baik dan
sedang bagi peserta yang mengikuti penyuluhan.
Tingkat pengetahuan responden terbagi menjadi 3 tingkatan,
yaitu pengetahuan baik, pengetahuan sedang, dan pengetahuan
kurang. Dari hasil perhitungan kuesioner pre-test diketahui bahwa
12 peserta berpengetahuan kurang, 11 peserta berpengetahuan
sedang dan 2 peserta berpengetahuan baik.
Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner post-test diketahui
bahwa 21 peserta berpengetahuan baik, 4 peserta
berpengetahuan sedang, dan tidak ada peserta berpengetahuan
kurang.
156
Kendala dalam kegiatan ini yaitu keterlambatan pada
mulainya acara, dikarenakan warga masyarakat yang masih sibuk
dengan aktivitas masing-masing serta narasumber yang kesulitan
untuk mengakses tempat berlangsungnya kegiatan.
3. Penyuluhan Air Bersih, Pembagian Leaflet Air Bersih, dan
Pembuatan Alat Penjernih Air
Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari sebaiknya
adalah air yang memenuhi kriteria sebagai air bersih. Air bersih
merupakan air yang dapat digunalan untuk keperluan sehari-hari
yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Sedangkan yang dinamakan air
minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tahap
proses pengolahan memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum. Persyaratan terbaru seperti yang telah
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia memulai
Kepmenkes RI Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002/Tanggal 29 Juli
2002 (Waluyo, 2005).
Penyuluhan air bersih yang dilaksanakan menggunakan
beberapa pendekatan metode pendidikan kesehatan. Pada
penyampaian materi menggunakan metode ceramah serta
simulasi percobaan sederhana uji kualitas kimia air. Selanjutnya
pada sesi tanya jawab menggunakan metode seminar yang
dilakukan oleh narasumber dari Puskesmas Teluk Dalam. Peserta
157
dalam kegiatan ini diambil secara acak pada setiap rukun
tetangga (RT) masing-masing adalah 5 orang perwakilan.
Hasil pre dan post test menunjukkan efektifitas kegiatan
penyuluhan memberikan nilai positif untuk pengetahuan
responden dalam hal mengenal air bersih. Dimana presentasenya
pada pre test adalah 52% responden dengan dengan
pengetahuan kurang, 4% responden dengan pengetahuan
sedang, dan 44% responden dengan pengetahuan baik.
Sedangkan pada post test hanya 8% responden dengan
pengetahuan kurang, 4% responden dengan pengetahuan
sedang, dan 88% resonden dengan pengetahuan baik. Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa penyuluhan air bersih
sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai air bersih.
Hal ini didukung oleh adanya faktor predisposisi dalam bentuk
pemberian informasi atau pesan dalam mengenal air bersih
dengan tujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
air bersih.
Dalam Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah hasil ‘tahu’
dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga, pengetahuan kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
158
tindakan seseorang (overt behavior). Tingkat pengetahuan
memang tidak selalu berkorelasi dengan perilaku yang baik,
namun demikian mengetahui ciri-ciri air bersih, dampak buruk
kesehatan mengkonsumsi air yang tidak memenuhi syarat
kesehatan dan cara mengetahu air yang sehat melalu percobaan
sederhana merupakan langkah awal yang perlu diketahui
masyarakat dengan resiko tinggi untuk mengkonsumsi air didesa
yang mayoritas bersumber dari sumur bor.
Sebagai upaya tindak lanjut dari permasalahan penyedian air
bersih di Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal, Tim PBL
melakukan demonstrasi dan percontohan sebuah alat penjernih
air sederhana pada salah satu rumah warga. Hal ini bertujuan
untuk memberikan praktek percontohan sederhana yang dapat
dilakukan dalam mengatasi permasalahan air bersih
dimasyarakat.
Hal ini sejalan dengan pernyataan yang menyatakan bahwa
kesehatan bukan hanya diketahui atau disadari (knowledge) dan
disikapi (attitude) melainkan harus dikerjakan atau dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari (practice). Hal ini berarti bahwa
tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar masyarakat
dapat mempraktekkan hidup sehat bagi dirinya sendiri (health life
style) (Notoatmodjo, 2005).
159
Demikian pula berdasarkan teori Skinner (1938) dalam
Notoatmodjo (2005) perilaku manusia dikelompokkan menjadi dua
yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka. Respon dalam prilaku
tertutup masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,
persepsi dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Metode
yang digunakan dalam perubahan sikap mengatasi permasalahan
air bersih adalah dengan menggunakan metode pengembangan
keahlian (skill development). Karena dengan menggunkan metode
ini dapat melakukan pemberdayaan masyarakat, sehubungan ada
beberapa masyarakat yang memiliki keahlian dalam bidang sumur
bor (tukang gali sumur) yang akhirnya bertujuan sebagai fasilitator
keberlanjutan program mengatasi air bersih di Dusun Mekar Jaya
tersebut.
Dari hasil percobaan alat filter penjernih air di Rumah Kepada
Desa Karang Tunggal dengan sumber air baku adalah air sumur
bor dengan karakteristik berbau, berasa dan jernih, Setelah
pemasangan alat di rumah tersebut hasil air mengalami
perubahan fisik air menjadi tidak berbau, tidak berasa dan air
menjadi lebih jernih. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
alat filter penjernih air sangat efektif dalam mengatasi masalah air
yang di alami warga dusun mekar Jaya Desa Karang tunggal
Kecamatan Tenggarong Seberang. Sehingga air yang diberi
160
perlakuan menggunakan alat penjernih air dapat memenuhi syarat
kesehatan dari segi fisik yaitu bau, rasa, dan warna.
Kendala yang dialami dalam pelaksanaan kegiatan ini
terutama terdapat pada pembuatan alat penjernih air. Untuk
mendapatkan alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan, tim PBL
harus kembali ke kota Samarinda beberapa kali untuk membeli
dan mendapatkan alat dan bahan yang diperlukan.
4. Penyuluhan ASI Eksklusif, Pembagian Leaflet, dan
Pembagian Stiker ASI Eksklusif
Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan
atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada
masyarakat, kelompok, atau individu. Dengan harapan bahwa
dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok, atau
individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang
lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat
berpengaruh terhadap perilakunya. Dengan kata lain, dengan
adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap
perubahan perilaku sasaran (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan tujuan kegiatan dari penyuluhan ASI Eksklusif
adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama
para wanita dan para ibu mengenai apa yang dimaksud dengan
ASI Eksklusif. Kegiatan penyuluhan dibantu dengan media
informasi tambahan seperti leaflet dan stiker yang diharapkan
161
mampu menjadi perluasan informasi dari peserta penyuluhan
kepada orang lain disekitar mereka. Stiker ASI Eksklusif bertujuan
mensosialisasikan program ASI Eksklusif 6 bulan kepada bayi.
Dalam kegiatan penyuluhan ASI Eksklusif, metode yang
digunakan adalah metode ceramah dan diskusi. Setelah
penyampaian materi oleh tim PBL, ada sesi tanya-jawab dan
diskusi dari peserta. Tim PBL menghadirkan tokoh masyarakat
yang juga merupakan seorang tenaga kesehatan (bidan) di Desa
Karang Tunggal sebagai narasumber dan penjawab pertanyaan
yang diajukan peserta. Dengan hadirnya ibu bidan tersebut,
tingkat antusiasme masyarakat sangat tinggi untuk bertanya dan
berdiskusi mengenai permasalahan yang terkait dengan ASI.
Dari segi tingkat kehadiran telah mencapai target yaitu 96%
kehadiran, terdiri dari ibu-ibu PKK, wanita usia subur, ibu hamil,
dan ibu menyusui. Hasil pre dan post test menunjukkan efektifitas
kegiatan penyuluhan memberikan nilai positif untuk pengetahuan
responden dalam hal mengenal ASI Eksklusif. Dimana
presentasenya pada pre test adalah 4,2% responden dengan
dengan pengetahuan sedang dan 95,8% responden dengan
pengetahuan baik. Sedangkan pada post test 100% responden
berpengetahuan pengetahuan baik. Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa penyuluhan ASI Eksklusif sangat efektif
dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai ASI
162
Eksklusif. Terlihat bahwa sebagian besar pengetahuan para ibu
sudah baik mengenai ASI Eksklusif, namun tidak demikian dalam
praktek pemberiannya. Hampir seluruh ibu yang hadir dalam
penyuluhan tersebut tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayi
mereka dengan berbagai macam alasan seperti rasa kasihan
pada anak apabila tidak diberi makanan tambahan. Namun
permasalahan tersebut dapat diberikan solusinya oleh
narasumber yaitu ibu Bidan Andriani, A.Md.,Keb.
Tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan kegiatan
ini.
E. Evaluasi Program Kesehatan
1. Input
Dalam pelaksanaan program, alat dan bahan yang digunakan
berasal dari dua sumber yaitu swadaya mahasiswa PBL (tim PBL)
dan swadaya masyarakat. Pendanaan yang berasal dari swadaya
masyarakat adalah alat dan bahan pembuatan alat penjernih air.
Sedangkan pendanaan yang berasal dari swadaya mahasiswa
PBL (Tim PBL) adalah pada kegiatan pembuatan media untuk
penyuluhan Jamkesda, penyuluhan air bersih, dan penyuluhan
ASI Eksklusif, serta penyediaan konsumsi pada masing-masing
kegiatan.
163
Tim PBL membuat leaflet dan stiker penyuluhan Jamkesda,
air bersih, dan ASI Eksklusif, serta poster dan puzzle penyuluhan
cuci tangan. Selain itu pada pelaksanaan penyuluhan cuci tangan,
tim PBL menyiapkan bahan, seperti sabun cuci tangan, hadiah /
doorprize sebagai reward bagi siswa yang mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan dan yang mampu mempraktekkan
senam cuci tangan.
2. Proses
Semua program telah berjalan sesuai rencana yang telah
ditentukan dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Warga Dusun Mekar Jaya yang menjadi peserta penyuluhan
terlihat antusias dibuktikan dengan banyaknya warga yang hadir
serta ikut berpartisipasi aktif dalam diskusi pada akhir acara.
Namun, terkendala oleh keterbatasan waktu karena acara
penyelenggaraan pada malam hari yaitu penyuluhan Jamkesda
dan penyuluhan air bersih. Sedangkan pada program pembuatan
alat penjernih air, kendala yang terjadi adalah dalam mendapatkan
alat dan bahan-bahan yang tidak terjangkau di lokasi PBL II,
sehingga tim PBL harus kembali ke Samarinda beberapa kali
untuk mendapatkan alat dan bahan yang diperlukan. Sedangkan
untuk penyuluhan cuci tangan dan ASI Eksklusif berjalan dengan
lancar dan tidak ada kendala berarti. Antusiasme peserta
164
penyuluhan tersebut cukup tinggi ditandai dengan banyaknya
peserta yang mengajukan pertanyaan dan berdiskusi.
3. Output
Keberhasilan pelaksanaan program dilihat dari diskusi yang
dilakukan pada proses penyuluhan dan terjadinya peningkatan
pengetahuan masyarakat mengenai air bersih, Jamkesda, dan
ASI Eksklusif (dilihat dari perbandingan hasil pre-test dan post-
test). Sedangkan untuk penyuluhan cuci tangan, keberhasilan
pelaksanaannya dilihat dari kemampuan para siswa-siswi SDN
021 mempraktekkan senam cuci tangan yang diperagakan oleh
tim PBL. Untuk pembuatan alat penjernih air, keberhasilan terlihat
dari perubahan fisik pada air yang berupa perubahan bau, warna,
dan rasa setelah melalui alat penjernih air. Antusiasme
masyarakat dalam kegiatan uji coba alat penjernih ini juga tinggi.
165
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil diagnosa masalah dan pengembangan program
kesehatan yang dilaksanakan di RT.08, RT.09, RT.10, RT.11, RT.12,
RT.13, dan RT.15 Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal
Tenggarong Seberang yang dilakukan mulai tanggal 27 Januari
sampai dengan 05 Februari 2011 diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Identifikasi masalah dengan menggunakan metode curah
pendapat (Brain Storming) serta Focus Group Discussion (FGD)
dan dapat diketahui bahwa masalah kesehatan yang ada di Dusun
Mekar Jaya antara lain meliputi permasalahan air bersih,
pengetahuan masyarakat mengenai Jamkesda, permasalahan
penerapan PHBS (perilaku cuci tangan), dan permasalahan
pemahaman masyarakat mengenai ASI Eksklusif.
2. Prioritas masalah disusun dengan menggunakan metode Bryant
dan dapat diketahui bahwa prioritas masalah kesehatan yang ada
di Dusun Mekar Jaya yaitu permasalahan kesehatan lingkungan,
permasalahan Administrasi Kebijakan kesehatan (AKK),
permasalahan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan
permasalahan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
166
3. Analisa penyebab masalah disusun dengan menggunakan
metode fish bone. Penyebab masalahnya antara lain adalah
masyarakat kurang mengerti mengenai apa yang dimaksud
dengan Jamkesda dan pengolahan air bersih. Selain itu
kesadaran masyarakat untuk menerapkan PHBS dalam hal ini
perilaku mencuci tangan masih rendah. Dan selanjutnya adalah
kurangnya pengetahuan masyarakat terutama wanita mengenai
ASI Eksklusif.
4. Alternatif pemecahan masalah sampah adalah penyuluhan
kesehatan terhadap masyarakat air bersih, Jamkesda, PHBS cuci
tangan, dan ASI Eksklusif. Pembuatan media promosi kesehatan
air bersih, Jamkesda, PHBS cuci tangan, dan ASI Eksklusif seperti
poster, stiker, dan leaflet, pemberdayaan masyarakat, dengan
melibatkan stakeholder terkait seperti pihak Puskesmas untuk
program air bersih, jamkesda, dan ASI Eksklusif. Untuk
pemecahan masalah sulitnya air bersih, maka dibuat sebuah alat
penjernih air.
5. Prioritas pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan
metode Focus Group Discussion (FGD) dimana masing – masing
pihak mencurahkan pendapatnya untuk mencari prioritas masalah.
Pemecahan permasalahan adalah dengan melakukan:
penyuluhan, pembuatan media informasi kesehatan dan
pembuatan alat penjernih air.
167
6. Metode pelaksanaan program kesehatan untuk masalah air
bersih: adalah penyuluhan air bersih, pembagian leaflet, dan
pembuatan alat penjernih air. Sedangkan untuk permasalahan
Jamkesda, PHBS, dan ASI Eksklusif program kesehatan yang
dilakukan adalah penyuluhan, pembagian leaflet dan poster.
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program adalah
penyuluhan dengan metode ceramah, diskusi, praktek, dan
demonstrasi.
7. Evaluasi program kesehatan dilakukan di Dusun Mekar Jaya Desa
Karang Tunggal. Evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan
metode diskusi kelompok PBL II berdasarkan hasil yang diperoleh
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
B. Saran
Sehubungan dengan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas
maka disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Diharapkan petugas kesehatan di Puskesmas melakukan
penyuluhan secara berkala kepada masyarakat mengenai
masalah-masalah kesehatan yang ada, khususnya mengenai
masalah kesehatan lingkungan.
2. Diharapkan peran aktif tokoh masyarakat baik dari Kepala Desa,
Kepala Dusun, maupun Ketua RT dalam permasalahan Jamkesda
yang masih banyak belum diketahui masyarakat. Selain itu para
168
masyarakat juga dapat aktif mencari informasi kepada pihak
Puskesmas dan bekerjasama secara rutin.
3. Diharapkan pihak Puskesmas khususnya bagian Kesling
melakukan pengecekan terhadao air yang ada di masyarakat.
sehingga apabila terkontaminasi, pihak Puskesmas dapat
memberitahukan kepada masyarakat mengenai dampak dari air
yang terkontaminasi tersebut.
4. Diharapkan pihak Puskesmas dapat bekerjasama dengan pihak
sekolah dalam rangka memberikan pendidikan kesehatan kepada
murid SD.
5. Diharapkan peran aktif pihak Puskesmas, Ibu-ibu PKK, dan
masyarakat dalam mendukung Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
terutama dalam program ASI Eksklusif.
169
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Sujana. 2007. Merakit Sendiri Alat Penjernih Air Untuk Rumah Tangga. Jakarta : Kawan Pustaka.
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan (Edisi Ketiga). Jakarta : Binarupa Aksara.
-------------------. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara. 2011. Petunjuk Pelaksana dan Petunjuk Teknis Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) di PPK Tingkat I. Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.
Daud, A, dan Rosman. 2003. Aspek Kesehatan Penyediaan Air Bersih. Makassar : FKM UH.
Daud, A. 2004. Pencemaran Air dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Makassar : FKM UH.
Departemen Kesehatan RepubIik Indonesia. 2004. Ibu Berikan ASI Eksklusif Baru Dua Persen. Jakarta.
-------------------. 2008. Panduan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta.
D.L. Morgan and R.A. Kruger. 1993. When to Use Focus Group and Why, , in ed. D.L. Morgan Successful Focus Groups, pp.
Health Canada. 2004. Exclusive Breastfeeding Duration - 2004 Health Canada Recommendation.
Herijulianti. 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta : EGC.
Indrawati.1995. Penggunaan Alat Kontrasepsi. Jakarta : Gramedia Pustaka.
170
Irwanto. 2006. Focused Group Discussion. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Maidin, Alimin. 2004. Dasar-dasar Administrasi Kebijakan Kesehatan. Makassar.
Mukono, H.J. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga Surabaya : University Press.
Muninjaya, Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Nasution, Zulkarimein. 1989. Teknologi Komunikasi Dalam Perspektif. Jakarta : Lembaga Penerbit FE-UI.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2015 (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.HK.03.01/160/I/2010).
Suririnah, 1999. www.infoibu.com. Jadwal Imunisasi / Vaksinasi. Tanggal Akses 7 Juli 2009.
WHO. Exclusive Breastfeeding. 2001.
http://www.smallcrab.com/makanan-dan-gizi/609-penyediaan-air-bersih-
dan-sehat
http://www.aimyaya.com
http://www.ygdi.org