88826150-kal-tara

8
I.PENDAHULUAN Wilayah perbatasan merupakan kawasan tertentu yang mempunyai dampak penting dan peran strategis bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat di dalam ataupun di luar wilayah, memiliki keterkaitan yang kuat dengan kegiatan di wilayah lain yang berbatasan, baik dalam lingkup nasional maupun regional (antar negara), serta mempunyai dampak politis dan fungsi pertahanan keamanan nasional. Oleh karena peran strategis tersebut, maka pengembangan wilayah perbatasan Indoensia merupakan prioritas penting pembangunan nasional untuk menjamin keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mengenai pembentukan dan perancangan undang-undang (UU) tentang Batas Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sesungguhnya sudah menjadi usul inisiatif DPR sebagai salah satu Rancangan Undang-Undang (RUU) yang sangat penting pada saat ini. Tentu saja RUU itu merupakan hal baru terutama dari segi substansi dan pelaksanaan operasionalnya. Hai ini terbukti bahwa sampai sekarang Indonesia belum bisa menentukan dan menetapkan batas wilayah negaranya serta belum mempunyai UU mengenai batas wilayah negara. RUU tersebut pada prinsipnya merupakan perintah dari konstitusi negara, sebagaimana yang tercantum dalam Amendemen Kedua UUD NKRI Tahun 1945 dalam Pasal 25 A, "Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang." Hal ini menyiratkan bahwa mutlak diperlukan UU yang mengatur perbatasan sebagai dasar kebijakan dan strategi untuk mempertahankan kedaulatan NKRI, memperjuangkan kepentingan nasional dan keselamatan bangsa, memperkuat potensi, pemberdayaan dan pengembangan sumber daya alam bagi kemakmuran seluruh bangsa Indonesia sesuai dengan UUD 1945. II.BATAS WILAYAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk republik, terletak di kawasan Asia Tenggara. Indonesia memiliki lebih kurang 17.000 buah pulau dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2 Berdasarkan posisi geografisnya, negara Indonesia memiliki batas-batas: Utara - Negara Malaysia, Singapura, Filipina, Laut Cina Selatan. Selatan - Negara Australia, Samudera Hindia. Barat - Samudera Hindia. Timur - Negara Papua Nugini, Timor

Upload: chikanatsu

Post on 14-Dec-2014

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 88826150-Kal-Tara

I.PENDAHULUAN Wilayah perbatasan merupakan kawasan tertentu yang mempunyai dampak penting dan peran strategis bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat di dalam ataupun di luar wilayah, memiliki keterkaitan yang kuat dengan kegiatan di wilayah lain yang berbatasan, baik dalam lingkup nasional maupun regional (antar negara), serta mempunyai dampak politis dan fungsi pertahanan keamanan nasional. Oleh karena peran strategis tersebut, maka pengembangan wilayah perbatasan Indoensia merupakan prioritas penting pembangunan nasional untuk menjamin keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mengenai pembentukan dan perancangan undang-undang (UU) tentang Batas Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sesungguhnya sudah menjadi usul inisiatif DPR sebagai salah satu Rancangan Undang-Undang (RUU) yang sangat penting pada saat ini. Tentu saja RUU itu merupakan hal baru terutama dari segi substansi dan pelaksanaan operasionalnya. Hai ini terbukti bahwa sampai sekarang Indonesia belum bisa menentukan dan menetapkan batas wilayah negaranya serta belum mempunyai UU mengenai batas wilayah negara. RUU tersebut pada prinsipnya merupakan perintah dari konstitusi negara, sebagaimana yang tercantum dalam Amendemen Kedua UUD NKRI Tahun 1945 dalam Pasal 25 A, "Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang." Hal ini menyiratkan bahwa mutlak diperlukan UU yang mengatur perbatasan sebagai dasar kebijakan dan strategi untuk mempertahankan kedaulatan NKRI, memperjuangkan kepentingan nasional dan keselamatan bangsa, memperkuat potensi, pemberdayaan dan pengembangan sumber daya alam bagi kemakmuran seluruh bangsa Indonesia sesuai dengan UUD 1945.

II.BATAS WILAYAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk republik, terletak di kawasan Asia Tenggara. Indonesia memiliki lebih kurang 17.000 buah pulau dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2 Berdasarkan posisi geografisnya, negara Indonesia memiliki batas-batas: Utara - Negara Malaysia, Singapura, Filipina, Laut Cina Selatan. Selatan - Negara Australia, Samudera Hindia. Barat - Samudera Hindia. Timur - Negara Papua Nugini, Timor Leste, Samudera Pasifik. Posisi geografis Indonesia terdiri atas letak astronomis dan letak geografis yang berbeda pengertian dan pandangannya. Beberapa Perundingan Perjanjian Garis Batas Wilayah Indonesia Dengan Negara Tetangga Malaysia, Thailand, Australia dan India : 1. Perjanjian RI dan Malaysia - Penetapan garis batas landas kontinen kedua negara di Selat Malaka dan laut Cina Selatan - Ditandatangai tanggal 27 oktober 1969 - Berlaku mulai 7 November 1969 2. Perjanjian Republik Indonesia dengan Thailand - Penetapan garis batas landas kontinen kedua negara di Selat Malaka dan laut andaman - Ditandatangai tanggal 17 Desember 1971 - Berlaku mulai 7 April 1972 3. Perjanjian Republik Indonesia dengan Malaysia dan Thailand - Penetapan garis batas landas kontinen bagian utara - Ditandatangai tanggal 21 Desember 1971 - Berlaku mulai 16 Juli 1973 4. Perjanjian RI dengan Australia - Penetapan atas batas dasar laut di Laut Arafuru, di depan pantai selatan Pulau Papua / Irian serta di depan Pantau Utara Irian / Papua - Ditandatangai tanggal 18 Mei 1971 - Berlaku mulai 19 November 1973 5. Perjanjian RI dengan Australia (Tambahan Perjanjian Sebelumnya) - Penetapan atas batas-batas dasar laut di daerah wilayah Laut Timor dan Laut Arafuru - Ditandatangai tanggal 18 Mei 1971 - Berlaku mulai 9 Oktober 1972 6. Perjanjian RI dengan India - Penetapan garis batas landas kontinen kedua negara di wilayah Sumatera / Sumatra dengan

Page 2: 88826150-Kal-Tara

Kepulauan Nikobar / Nicobar - Ditandatangai tanggal 8 Agustus 1974 - Berlaku mulai 8 Agustus 1974

III.KESIMPULAN Sebuah negara diakui merdeka dan berdaulat atas wilayah tertentu yang dalam hukum internasional disebut "A defined territory" atau batas wilayah tertentu yang pasti. Terkait dengan persoalan penentuan luas wilayah negara, didasarkan pada faktor-faktor tertentu yaitu: dari segi historis, politis, atau hukum. Oleh karena itu pengaturan mengenai batas wilayah ini perlu mendapat perhatian untuk menjaga keutuhan wilayah dan kedaulatan Indonesia. Jelasnya batas wilayah NKRI sangat diperlukan untuk penegakan hukum dan sebagai wujud penegakan kedaulatan. Sebab itu UU ini sangat penting untuk dapat diselesaikan oleh DPR. Undang-undang ini harus memuat apa konsep NKRI, batas kedaulatan nasional, apa yang merupakan yurisdiksi nasional, dan apa pula yang menjadi kewajiban-kewajiban internasional yang harus dipatuhi, harus memuat definisi yang jelas tentang batas, perbatasan, wilayah perbatasan dan tapal tapal batas wilayah, siapa yang dikenakan kewajiban menjadi leading sector dalam implementasi undang-undang batas wilayah NKRI ini.

PantonaNews.com - Terbentuknya Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) sebagai pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) memiliki beberapa nilai strategi. Selain sebagai perwujudan aspirasi masyarakat yang berada  di Kabupaten Bulungan, Malinau, Nunukan, Tana Tidung dan Kota Tarakan, juga merupakan upaya untuk memperkuat wilayah perbatasan. Bagaimanapun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus terjaga utuh, jangan sampai dibiarkan sejengkal tanah pun diserobot negeri tetangga. Dengan berstatus provinsi, maka Kalimantan Utara akan mendapat perhatian yang jauh lebih besar, sehingga posisi tawar dengan negeri jiran bertambah kuat. Dengan terbentuknya Provinsi Kaltara maka beban kerja Provinsi Kaltim pun menjadi berkurang.

Provinsi Kaltim memiliki luas wilayah 211.440 kilometer persegi, bandingkan dengan luas Pulau Jawa yang  hanya 126.700 kilometer persegi (sekitar 1,7 kali Pulau Jawa). Pulau Jawa dihuni oleh 136 juta jiwa, sementara Provinsi Kaltim hanya 3,5 juta jiwa. Kaltim mengalami kelangkaan penduduk, di sisi lainnya juga jumlah aparatur pemerintah sangat terbatas.

Diambilalihnya  Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan di Kabupaten Nunukan oleh Malaysia, seharusnya menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi Pemerintah RI. Hal itu lebih disebabkan oleh sikap menterlantarkan wilayah perbatasan, sehingga dengan leluasan negara tetangga tersebut mengelola kedua pulau yang masing-masing memiliki luas 10,4 dan 7,9 hektar  tersebut.

Page 3: 88826150-Kal-Tara

Persoalannya, disinyalir yang diambilalih bukan sekedar pulau-pulau kecil, tetapi juga daratan di sekitar perbatasan. Isu mengenai pergeseran patok perbatasan sering terdengar dan hampir tidak ada tindak lanjutnya. Dengan terbentuknya Provinsi Kaltara maka tingkat kepedulian dan perhatian terhadap wilayah perbatasan akan lebih intensif.

Provinsi Kaltara akan meliputi Kabupaten Bulungan, Malinau, Nunukan, Tana Tidung dan Kota Tarakan. Selain meliputi wilayah daratan di bagian utara Kaltim, juga meliputi ratusan pulau besar dan kecil yang   berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sabah dan Sarawak, Malaysia. Bahkan untuk Pulau Sebatik (luas 414 kilometer persegi) wilayahnya dibagi dua dengan Malaysia. Ironisnya hampir 90 persen kebutuhan bahan pokok warga Sebatik Indonesia diperoleh dari Sebatik Melaysia. Hal itu karena harga barang di Malaysia, terutama di Tawau jauh lebih murah,  karena sudah mendapat subsidi dari pemerintah.  Pulau lainnya yang dekat dengan garis perbatasan ialah Pulau Nunukan (luas 215 kilometer persegi), Pulau Bukat dan Bulau Sinualan.

Kabupaten Nunukan merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Malaysia, memiliki luas wilayah 14.493 kilometer persegi, hanya dihuni oleh 140.842 jiwa (Sensus Penduduk Indonesia 2010). Menurut catatan Wikipedia, Pelabuhan Nunukan merupakan pelabuhan lintas dengan kota Tawau, Malaysia. Bagi penduduk kota Nunukan yang hendak pergi ke Tawau diperlukan dokumen PLB (Pas Lintas Batas). Setiap hari rata-rata sekitar 8 unit kapal cepat dengan kapasitas kurang lebih 100 orang mondar-mandir antar Nunukan dengan Tawau, Malaysia. Dengan demikian, sebagai kabupaten di tapal batas, Nunukan harus mendapat perhatian lebih. Kondisi saat ini Kota Nunukan sangat tertinggal jika dibandingkan Tawau (Malaysia), baik dari segi perekonomian maupun infrastruktur penunjang.

Sebenarnya Pemerintah Republik Indonesia masih memberlakukan moratorium pemekaran wilayah, namun khusus untuk usulan pembentukan Provinsi Kaltara akan segera dibahas dalam siding II Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI akhir tahun 2011 ini. Dalam hal ini Hetifah Sjaifudian, anggota Komisi X DPR RI dari daerah pemilihan Kalimantan Timur (dalam nasional.kompas.com) menyatakan, bahwa pemerintah pusat dan DPR secara politik telah sepakat untuk memekarkan wilayah perbatasan seperti Kaltim. Pemekaran untuk mengatasi banyak masalah di perbatasan, terutama karena keterbatasan atau kesalahan penganggaran untuk membangun infrastruktur. Menurutnya,  Kaltara sudah masuk dalam rencana strategis Kementerian Dalam Negeri.  Kaltara itu ibarat beranda rumah yang selama ini ditelantarkan. Dengan pembentukan Kaltara diharapkan pemerataan pembangunan di kawasan perbatasan lebih maksimal dan bisa dirasakan rakyat hingga lapisan terbawah.

Dengan memperhatikan betapa sepak terjang Malaysia di wilayah perbatasan begitu atraktif, terkadang lebay, Maka sudah sewajarnya ditempuh langkah percepatan pembentukan Provinsi Kaltara.

Pasang Surut Hubungan Indonesia-Malaysia Written by Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si    Monday, 30 August 2010 02:04 Dibanding hubungan dengan negara tetangga yang lain, hubungan Indonesia dengan Malaysia

Page 4: 88826150-Kal-Tara

tergolong paling rawan konflik. Pasang surut hubungan dimulai  dari  masalah TKI dan TKW yang diperlakukan kasar dan tidak dibayar sesuai kesepakatan oleh para majikan,  klaim batik, reog, tempe, lagu Rasa Sayange, angklung, pulau Sipadan dan Ligitan (yang akhirnya benar-benar jatuh ke tangan Malaysia) hingga yang paling akhir masalah penangkapan tiga petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan RI yang sedang berpatroli oleh Polisi Marin Diraja Malaysia dan semapat ditahan. Walau akhirnya dibebaskan, tak pelak ulah Malaysia mengundang protes sejumlah elemen masyarakat, mulai aksi membakar bendera Malaysia, melempari Kantor Kedubes Malaysia di Jakarta, tuntutan untuk menarik Duta Besar RI di Kuala Lumpur,  hingga nota protes diplomatik Kemenlu RI di Jakarta ke pemerintah Malaysia. Muncul juga tuntutan agar Menlu RI Marti Natalegawa segera diganti karena dianggap tidak becus mengurusi diplomasi RI di luar negeri.

Reaksi masyarakat itu wajar karena ulah Malaysia mengusik rasa nasionalisme warga negara Indonesia. Ada kesan Malaysia memang sengaja mengganggu Indonesia atau memancing emosi masyarakat Indonesia.  Tetapi setiap kali ada masalah dengan Malaysia masyarakat Indonesia sangat reaktif dan emosional. Mereka tidak mencari akar masalahnya dan berupaya memberikan solusi kepada pemerintah. Misalnya mencari akar masalah bagaimana awal mula kain batik, kesenin reog, makanan tempe, lagu Rasa Sayange, kesenian tradisional angklung itu bisa diklaim sebagai produk asli  Malaysia. Agar tidak merambah ke produk budaya yang lain apa yang mesti segera dilakukan. Sedangkan menyangkut klaim pulau Sipadan dan Ligitan diketahui bahwa ternyata dua pulau itu selama ini tidak terurus oleh Indonesia. Dengan mudahnya Malaysia mengakui sebagai bagian dari wilayahnya dan masalahnya dibawa ke Mahkamah Internasional yang akhirnya memutuskan bahwa dua pulau itu wilayah sah Malaysia. Sejak saat itu sebenarnya benih-benih konflik akibat ketidakpuasan masyarakat Indonesia atas lepasnya dua pulau itu sudah mulai muncul. Oleh karena itu, isu sekecil apa pun dengan Malaysia cepat menjadi isu besar. Bahkan sejarah ‘ketegangan’ Indonesia-Malaysia sudah ada sejak zaman Bung Karno. Dengan sangat lantang Bung Karno menggunakan jargon ‘Ganyang Malaysia’ untuk melawan kesewenang-wenangan Malaysia saat itu. Sampai saat ini jargon politik Bung Karno masih tersimpan rapi dalam memori masyarakat kedua Negara serumpun itu.

Penangkapan tiga petugas Indonesia oleh polisi maritim Malaysia sesungguhnya menyangkut batas wilayah kedua negara. Bagi polisi laut Malaysia, ketiga petugas Indonesia itu telah masuk ke wilayah Malaysia. Sedangkan  bagi petugas Indonesia, wilayah yang dilalui masih masuk wilayah laut Indonesia. Menentukan garis batas laut antara dua negara bukan pekerjaan gampang. Bayangkan saja panjang garis pantai Indonesia mencapai  81. 000 km, luas daratan 1,9 juta km2, dan luas perairan 3,1 juta km2, jumlah pulau yang sudah bernama mencapai 17. 500. Masih ada sekian banyak pulau yang belum diberi nama dan tidak berpenghuni. Dari sisi ukuran panjangnya, wilayah Indonesia mulai Sabang-Merauke itu hampir sama dengan London di Inggris hingga Moskow di Russia atau dari London hingga Kairo di Mesir. Tak pelak, secara fisik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.

Wilayah kepulauan yang sedemikian luas dengan sepuluh negara yang langsung berbatasan dengan Indonesia memang rentan konflik, terutama menyangkut garis perbatasannya. Karena keutuhan wilayah dan kedaulatan sebuah negara merupakan masalah sangat prinsip dan menyangkut harkat dan martabat bangsa, maka sudah sangat mendesak bagi pemerintah Indonesia untuk menentukan batas-batas darat dan laut dengan semua negara tetangga secara tuntas dengan melibatkan berbagai kementerian dan para ahli. Jika tidak, bukan mustahil masalah yang sama akan terjadi dengan negara lain selain Malaysia. Belajar dari sejarah hubungan antar-bangsa, konflik antar-negara bertetangga sering terjadi karena masalah

Page 5: 88826150-Kal-Tara

perbatasan yang tidak jelas.

Bagi Indonesia yang berbatasan dengan setidaknya sepuluh negara tetangga, isu sensitif menyangkut perbatasan sebenarnya tidak saja dengan Malaysia, tetapi juga dengan NTT-Timor Leste dan Morotai (Provinsi Maluku Utara) - Filipina. Jika tidak segera diselesaikan batas-batas wilayah antar kedua negara itu, bukan mustahil wilayah perbatasan RI dengan kedua negara itu menjadi bola liar yang sewaktu-waktu meletus. Sejak Timor Leste lepas dari RI lewat jajak pendapat, batas kedua negara masih belum tuntas. Untuk wilayah darat barangkali tidak terlalu sulit karena sebelum masuk menjadi wilayah RI. Timor Leste merupakan wilayah tersendiri sebagai bekas jajahan Portugal. Tetapi menyangkut wilayah laut, batasnya belum jelas. Ada kekhawatiran suatu saat isu perbatasan kedua negara mengemuka menjadi konflik karena diperkirakan adanya kandungan sumber alam berupa minyak di laut celah Timor.

Menyangkut perbatasan Morotai-Filipina juga rentan karena pengamanan di wilayah utara Indonesia itu sangat lemah. Akibatnya praktik penyelundupan barang, orang dan pencurian ikan oleh kapal asing terus berlangsung. Menurut informasi para nelayan asing dengan leluasa masuk ke wilayah Morotai (RI) dan dengan mudah melarikan diri ke wilayah Filipina jika dihalau. Ini artinya wilayah perbatasan laut Morotai-Filipina belum dijaga dengan ketat, sehingga bisa saja suatu saat Filipina --- sebagaimana Malaysia—klaim sebagian laut Morotai sebagai wilayah sahnya.

Karena wilayah perbatasan dengan negara lain demikian penting, maka tidak ada cara lain bagi pemerintah Indonesia melakukan berbagai untuk menetukan batas wilayah NKRI secara tepat baik melelui diplomasi maupun akademik. Secara diplomatik, Indonesia duduk bersama dengan semua perwakilan sepuluh negara yang langsung berbatasan dengan Indonesia dan menentukan batas wilayah negara dengan bersama-sama, tidak secara unilateral berdasarkan hokum internasional yang berlaku. Secara akademik, pemerintah bisa mengundang para pakar mengenai batas negara berdasarkan teori tentang batas wilayah negara. Selain itu, pemerintah Indonesia perlu mendirikan sebuah lembaga strategis di bawah Kementerian Pertahanan dan Keamanan yang khusus mengkaji mengenai batas wilayah NKRI yang berbatasan dengan negara lain. Dengan demikian, jika ada masalah menyangkut perbatasan dengan negara lain lembaga ini bisa memberi jawaban bahkan solusi. Pengerahan pasukan di wilayah perbatasan seperti selama ini dilakukan Indonesia saya kira tidak efektif untuk menyelesaikan isu perbatasan secara komprehensif.

Saya yakin jika Indonesia memiliki lembaga yang kredibel mengenai batas wilayahnya dengan negara lain, Malaysia tidak begitu saja mudah mengklaim bahwa beberapa wilayah Indonesia menjadi bagiannya. Tampaknya ada taktik coba-coba bagi Malaysia siapa tahu Indonesia itu lengah.  Sebab, taktik yang dulu dipakai tatkala mengklaim pulau Ligitan dan Sipadan sangat  berhasil. Perlu diketahui setiap ada sengketa dengan Indonesia, Malaysia pasti akan menawarkan sulusi ke Mahkamah Internasional. Malaysia pasti tahu di sana diplomasi Indonesia lemah.