90474483 gizi buruk rvisii
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gizi merupakan salah satu faktor penting, bahkan merupakan
penentu keberhasilan upaya pembangunan manusia Indonesia. Kondisi
kesehatan yang baik dan optimal akan memungkinkan seseorang untuk
memiliki kesempatan dan kemampuan yang lebih besar dalam memenuhi
kebutuhan pendidikan dan ekonomi (Atmaja, 2010). Anak merupakan
investasi sumber daya manusia (SDM) yang memerlukan perhatian khusus
untuk kecukupan status gizinya sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan.
Setelah lahir, asupan makanan untuk bayi sejak usia dini merupakan
fondasi yang penting bagi kesehatan dan kesejahteraannya di masa depan.
Balita akan sehat jika sejak awal kehidupannya sudah diberi makanan sehat
dan seimbang sehingga kualitas SDM yang dihasilkan optimal (Baskoro,
2008).
Gambaran status gizi buruk balita di Indonesia menurut BB/U
berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010 sebesar 4,9%. Sedangkan persentase
gizi buruh ruk balita menurut BB/U di daerah Jawa Tengah sebesar 3,3%.
Jumlah persentase status gizi balita berdasarkan TB/U untuk Indonesia balita
dengan status sangat pendek sebesar 18,5% dan untuk Jawa tengah sebesar
16,9% (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).
Persentase gizi buruk pada balita di kabupaten Banyumas meningkat dari
0,05% pada tahun 2009 menjadi 0,16% pada tahun 2010. Dengan jumlah
tertinggi terdapat di tiga wilayah kerja puskesmas. Daerah wilayah kerja
puskesmas dengan jumlah balita gizi buruk adalah Puskesmas Kembaran I
jumlah 12 balita dengan persentase 0.56%, Puskesmas Sumbang I jumlah 12
balita dengan persentase 0,46% dan puskesmas Sokaraja I jumlah 12 balita
dengan persentase 0,43%. Desa Karangsari Kecamatan Kembaran memiliki
angka gizi buruk...... (Profil Kesehatan Banyumas, 2010).
Pengetahuan serta pendapatan yang kurang dari masyarakat merupakan
faktor tidak langsung di gizi buruk. Karena faktor pngetahuan dan pendapatan
yang kurang tersebut maka dalam muncul persepsi bahwa makanan yang sehat
2
merupakan makanan yang mahal. Guna menghilangkan pesepsi tersebut
perlunya pendidikan kesehatan guna memberikan persepsi bahwa makanan
tidak harus mahal.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dapat diketahui bahwa di desa
Karangsari mempunyai angka prevalensi gizi buruk yang cukup besar sehingga
diperlukan adanya upaya mengenai peningkatan pengetahuan dan sikap
masyarakat tentang makanann sehat agar prevalensi kejadian gizi buruk dapat
menurun.
C. Tujuan
1. Umum
Meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang pentingnya makanan
sehat dan bergizi pada ibu rumah tangga di desa.... Sebagai upaya
pencegahan gizi buruk
2. Khusus
a. Mengenalkan makanan yang mengandung protein, lemak, karbohidrat.
b. Memberikan contoh tentang menu seimbang untuk konsumsi rumah
tangga sehari-hari
D. Keluaran yang Diharapkan
1. Adanya kesadaran dari masyarakat desa ..... untuk mengaplikasikan menu
makanan sehat dan bergizi untuk kebutuhan sehari-hari.
2. Penerapan pola makan sehat dan bergizi di desa......
3. Menghidangkan menu sehat dan bergizi dengan biaya yang murah.
3
E. Manfaat
1. Mahasiswa
a. Menumbuhkan sikap peduli terhadap masyarakat.
b. Menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan kegiatan.
c. Media pengembangan serta penerapan ilmu pengetahuan.
d. Mendorong mahasiswa untuk berfikir kreatif, inovativ dan dinamis.
2. Perguruan Tinggi
a. Perwujudan tri darma perguruan tinggi
b. Menambah khasanah ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh
perguruan tinggi
c. Meningkatkan citra positiv perguruan tinggi sebagai salah satu pencetak
generasi perubah yang positiv bagi bangsa.
3. Lingkungan Masyarakat
a. Membangun kesadaran seluruh masyarakat tentang makanan sehat dan
bergizi serta tidak mahal
b. Penerapan pola makan sehat dan bergizi untuk menu keluarga sehari-
hari.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Status Gizi
Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara
konsumsi dan penyerapan gizi dan penggunaan zat gizi tersebut atau
keadaan fisiologi akibat dari tersedianya zat gizi dalam sel tubuh
(Supariasa, 2002). Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Dibedakan atas status gizi
buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih (Almatsier, 2006 yang
dikutip oleh Simarmata, 2009).
Status gizi merupakan faktor yang terdapat dalam level
individu (level yang paling mikro). Faktor yang mempengaruhi secara
langsung adalah asupan makanan dan infeksi. Pengaruh tidak langsung
dari status gizi ada tiga faktor yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola
pengasuhan anak, dan lingkungan kesehatan yang tepat, termasuk akses
terhadap pelayanan kesehatan (Riyadi, 2001 yang dikutip oleh
Simarmata, 2009).
B. Gizi Buruk
a. Pengertian Gizi Buruk
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan
nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk
dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein
(disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori
(disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini
biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan
ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk
adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi,
atau dengan ungkapan lain status gizinya berada di bawah standar
rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan
kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang
umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi
5
buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun (Nency, 2005).
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat
diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia
minimal 2 tahun (baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai
dengan pertambahan umur menurut suatu standar organisasi kesehatan
dunia, dia bergizi baik. Jika sedikit dibawah standar disebut bergizi
kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar dikatakan gizi
buruk. Sehingga istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk kekurangan
gizi tingkat berat atau akut (Pardede, J, 2006).
b. Klasifikasi Gizi Buruk
Departemen Kesehatan (2000) mengklasifikasi Gizi buruk menjadi
3 jenis menurut ciri-ciri atau tanda klinis dari masing-masing klasifikasi.
3 klasifikasi tersebut yaitu:
1) Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.
Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut),
tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di
bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit,
gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya.
Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah
makan, karena masih merasa lapar. Gejala marasmus adalah :
a) Penderita tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar
lemak dan otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit.
b) Wajah seperti orang tua
c) Iga gambang dan perut cekung
d) Otot paha mengendor (baggy pant)
e) Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa
lapar
6
2) Kwarshiorkhor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger
baby), bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping
kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh lainnya terutama pada
bagian pantat terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau
edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh. Berikut ini
merupakan ciri dari penderita kwarhiorkor yaitu:
a) Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b) Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah
dicabut, pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat
rambut kepala kusam.
c) Wajah membulat dan sembab
d) Pandangan mata anak sayu
e) Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba
dan terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir
yang tajam.
f) Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan
berubah menjadi coklat kehitaman dan terkelupas.
3) Marasmic-kwarsiorkhor atau kekurangan energi protein (KEP)
Gambaran klinis dari Marasmic-kwarsiorkhor merupakan
campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus.
Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan juga
energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian
disamping menurunnya berat badan < 60% dari normal
memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan
rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi juga dapat
diamati. (Depkes RI, 2000).
C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Gizi Buruk
1) Faktor Langsung
a) Konsumsi Makanan
Faktor makanan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
langsung terhadap keadaan gizi seseorang karena konsumsi makan
7
yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, baik kualitas maupun
kuantitas dapat menimbulkan masalah gizi.
b) Infeksi
Timbulnya KEP tidak hanya karena makanan yang kurang, tetapi juga
karena penyakit. Anak mendapatkan makanan cukup baik tetapi sering
diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita KEP.
Sebaliknya anak yang makannya tidak cukup baik, daya tahan tubuh
dapat melemah. Dalam keadaan demikian mudah diserang infeksi,
kurang nafsu makan, dan akhirnya mudah terserang KEP (Soekirman,
2002).
2) Faktor tidak langsung
a) Tingkat Pendapatan
Tingkat Pendapatan Pendapatan keluarga merupakan penghasilan
dalam jumlah uang yang akan dibelanjakan oleh keluarga dalam
bentuk makanan. Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang
menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum. Hal ini harus
mendapat perhatian serius karena keadaan ekonomi ini relatif mudah
diukur dan berpengaruh besar terhadap konsumen pangan. Golongan
miskin menggunakan bagian terbesar dari pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan makanan, dimana untuk keluarga di negara
berkembang sekitar dua pertiganya. (Sokirman, 2002)
b) Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi ibu merupakan proses untuk merubah sikap dan
perilaku masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang sehat jasmani
dan rohani. Pengetahuan ibu yang ada kaitannya dengan kesehatan
dan gizi erat hubungannya dengan pendidikan ibu. Semakin tinggi
pendidikan akan semakin tinggi pula pengetahuan akan kesehatan dan
gizi keluarganya. Hal ini akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas
zat gizi yang dikonsumsi oleh anggota keluarga ( Soekirman, 2002)
c) Sanitasi Lingkungan
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan
terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare,kecacingan,dan
8
infeksi saluran pencernaan. Apabila anak menderita infeksi saluran
pencernaan, penyerapan zat-zat gizi akan terganggu yang
menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi.Seseorang kekurangan
zat gizi akan mudah terserang penyakit,dan pertumbuhan akan
terganggu (Supariasa, 2002)
D. Pencegahan Gizi Buruk
Pengendalian Gizi buruk dan gizi kurang melalui pemberian PMT
siap saji 4 sehat 5 sempurna, tiga kali seminggu. Pemberian Vitamin
untuk meningkatkan nafsu makan anak dan pemberian meal time. Meal
time dibawa pulang ke rumah masing masing untuk disajikan kepada
balita selama 4 hari kosong. Sehingga dalam 7 hari seminggu balita gizi
kurang dan gizi buruk betul-betul mendapat perhatian yang serius.
Kegiatan PMT ini khusus untuk Balita gizi kurang & gizi buruk, dengan
tujuan untuk pemulihan status gizi balita. (Khomsan, 2004)
Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut :
a. Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda Gizi buruk dan
cara merujuk sebagai upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh
masyarakat
b. Mendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baru atau
therapeutic feeding centre (bila memungkinkan)
c. Melakukan pelayanan gizi dan pengobatan berdasarkan SOP
(pedoman tatalaksanan penanganan gizi buruk rawat inap atau rawat
jalan)
d. Menyediakan sarana, suplementasi gizi dan makanan formula
e. Upaya pencegahan meningkatnya jumlah kasus gizi buruk dengan
meningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi, makanan
tambahan, perbaikan kondisi lingkungan,dll (Khomsan, 2004).
Upaya pencegahan gizi buruk dilakukan untuk melindungi
penduduk yang beresiko menderita gizi buruk, upaya ini dilakukan secara
lintas program atau sector seperti :
a. Pemberian imunisasi
9
b. Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah ada
kasus campak
c. Peningkatan cakupan pemantauan pertumbuhan
d. Penyuluhan kepada masyarakat dan konseling pada anak – anak yang
mengalami gagal tumbuh
e. Manajement faktor resiko gizi buruk dan koordinasi dengan program
terkait. Jika faktor resikonya diluar kemampuan (resource) sector
kesehatan, maka dikoordinasikan dengan sector lain
f. Memperhatikan kondisi lingkungan, kondisi ekonomi
E. Kandungan Gizi dalam makanan
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber enegi utama dalam tubuh.
Karbohidrat juga merupakan bagian dari stuktur sel dalam bentuk
glikoprotein. Simpanan energi dalam otot dan hati terdapat dalam
bentuk glikogen, salah satu bentuk karbohidrat yang mudah
dimobilisasikan bila badan memerlukan banyak energi (Sudiarti dan
Indrawani, 2007)
Bahan makanan yang mengandung karbohidrat diantaranya adalah
beras, singkong, gaplek, ubi rambat, jagung, kentang, gandum dan
sagu. Makanan yang berasal dari hewan yang mengandung
karbohidrat dalam jumlah cukup banyak adalah susu, tiram, dan hati
(Sudiarti dan Indrawani, 2007).
Fungsi karbohidrat di dalam tubuh adalah:
1) Fungsi utamanya sebagai sumber energi (1 gram karbohidrat
menghasilkan 4 kalori) bagi kebutuhan sel-sel jaringan tubuh.
Sebagian dari karbohidrat diubah langsung menjadi energi untuk
aktifitas tubuh, dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen
di hati dan di otot. Ada beberapa jaringan tubuh seperti sistem
syaraf dan eritrosit, hanya dapat menggunakan energi yang berasal
dari karbohidrat saja.
10
2) Melindungi protein agar tidak dibakar sebagai penghasil energi.
Kebutuhan tubuh akan energi merupakan prioritas pertama; bila
karbohidrat yang di konsumsi tidak mencukupi untuk kebutuhan
energi tubuh dan jika tidak cukup terdapat lemak di dalam makanan
atau cadangan lemak yang disimpan di dalam tubuh, maka protein
akan menggantikan fungsi karbohidrat sebagai penghasil energi.
Dengan demikian protein akan meninggalkan fungsi utamanya
sebagai zat pembangun. Apabila keadaan ini berlangsung terus
menerus, maka keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tidak
dapat dihindari lagi.
3) Membantu metabolisme lemak dan protein dengan demikian dapat
mencegah terjadinya ketosis dan pemecahan protein yang
berlebihan.
4) Di dalam hepar berfungsi untuk detoksifikasi zat-zat toksik
tertentu.
5) Beberapa jenis karbohidrat mempunyai fungsi khusus di dalam
tubuh. Laktosa rnisalnya berfungsi membantu penyerapan kalsium.
Ribosa merupakan merupakan komponen yang penting dalam asam
nukleat.
6) Selain itu beberapa golongan karbohidrat yang tidak dapat dicerna,
mengandung serat (dietary fiber) berguna untuk pencernaan,
memperlancar defekasi (Sudiarti dan Indrawani, 2007).
Karbohidrat sangat berguna bagi tubuh maka dari jika kekurangan
karbohidrat dapat berakibat gangguna dalam tubuh seperti :
1) Kekurangan karbohidrat akan mengakibatkan cadangan lemak
dalam jaringan adiposa akan dimobilisasi sedemikian cepatnya,
sehingga tubuh tidak dapat mengoksidasi karbohidrat seluruhnya
menjadi CO2 dan H2O. Sebagian dari hasil pemecahan lemak itu
akan diubah menjadi substansi yang disebut dengan keton bodies.
Yang dapat beresiko pada ketosis.
11
2) Tidak adanya cadangan energi dalam tubuh sehingga untuk
menggantikan karbohidrat tubuh menggunakan protein sebagai
pengganti cadangan energi oleh karena itu protein tubuh menjadi
hilang.
3) Meneyebabkan fatique, dehidrasi, mual, nafsu makan berkurang,
dan tekanan darah kadang-kadang turun dengan mendadak sewaktu
bangkit dari posisi berbaring (hipotensi ortostatik) (Sudiarti dan
Indrawani, 2007).
Karbohidrat banyak terdapat dalam berbagai bahan
makanan yang dikonsumsi, terutama pada bahan makanan yang
banyak mengandung zat tepung/pati dan gula. Bahan pangan yang
dikonsumsi rakyat Indonesia kandungan karbohidratnya cukup
tinggi, yaitu sekitar 70% sampai 80%, terutama pada serealia
(padi-padian), umbi-umbian, dan bahan pangan lainnya. Tidak ada
ketentuan tentang kebutuhan karbohidrat sehari untuk manusia.
Untuk memelihara kesehatan, Almatsier (2004) mengutip data
WHO (1990), menganjurkan agar 55% sampai 75% konsumsi
energi total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banyak
hanya 10% berasal dari gula sederhana.
b. Protein
Protein adalah suatu jaringan panjang yang terdiri atas beberapa
molekul asam amino yang terikat mirip kereta api. Asam amino
marupakan bahan dasar protein. Terdapat 9 macam asam amino yang
dinyatkan penting yaitu Histidine, isolucine, lucine, lysine,
Methionine, phenylalanine, threonine, tryptophan, dan valine. Protein
memiliki beberapa fungsi yang penting untuk tubuh, seperti :
1) Menjadi komponen bentuk struktur tubuh
2) Membangun dan mempertahankan struktur tubuh
3) Membantu proses pembekuan darah
4) Sebagai cadangan sumber energi terakhir
5) Menyebarkan zat besi, lemak, mineral, dan oksigen dalam tubuh
12
6) Menjadi bagian dari berbagaienzim dan hormon serta antibodi
dalam tubuh. (Lau, 2009)
Sumber makanan yang mengandung banyak protein dapat
diperoleh dari sumber makanan hewani maupun nabati. Namun untuk
sumber protein dai makanan hewani memiliki kandungan protein yang
lebih melimpah dibandingkan dengan sumber protein dari makanan
nabati. Sumber protein dari makanan hewani seperti daging, ikan,
makanan laut, unggas dan susu. Sumber protein nabati dapat diperoleh
dari kacang-kacangan, biji-bijian dan produk gandum. Sumber protein
tersebut dibedakan menjadi sumber protein lengkap (complete protein
) dan protein tak lengkap (incomplete protein) (Lau, 2009)
Dampak dari kekuarangan protein terutama terjadi dalam jangka
panjang adalah kwasiorkor yaitu keadaan kekurangan protein yang
meliputi kegagalan pertumbuhan, penurunan fungsi mental, dan
edema (pengumpulan cairan). Pada banyak kasus kekuran protein
yang parah dapat menyebabkan gangguan sistem kardovaskular, aliran
filtrasi urin (proses penyaringan yang dilakukan di ginjal untuk
menghasilkan urin) berkurang,penurunan sistem imun, gangguan
elektrolit dan masalah gangguan cerna. (Muhammad dan oktaviani,
2010)
Protein merupakan zat yang penting bagi tubuh namun jika
mengkonsumsi secara berlebihan dapat mengakibatkan gangguan
dalam tubuh seperti :
1) Mengkonsumsi makanan tinggi protein cenderung meningkatkan
kadar kolesterol darah dan resiko terkena penyakit jantung serta
kanker usus
2) Meningkatkan pelepasan kalsium dalam tubuh
3) Peningkatan protein menyebabkan kerja ginjal lebih berat
Peningkatan resiko berat badan dan obesitas, mengingat sumber
protein berupa sumber lemak jika tidak diiringi denganaktivitas
fisik maka resiko akan meningkat. (Lau, 2009)
13
Rekomendasi konsumsi protein ditentukan menurut tingkat
usia dan berat badan. Berikut ini rekomendasi protein menurut usia
dan berat badan:
0-6 bulan 9,1 g/hari
7-12 bulan 1,5 g/hari
1-3 tahun 1,1 g/hari
4-8 tahun 0,95 g/hari
9-13 tahun 0.95 g/ hari
14-18 tahun 0,85 g/hari
Misalnya :
Berat badab seseorang yang berusia 18 tahun adalah 70 kg makan
protein yang dibutuhkan adalah 70x0,85= 56 g. Maka, protein yang
dibutukan adalah 56 gr dalam sehari. (Lau, 2009)
c. Lemak
Lemak merupakan salah satu zat gizi yang sangat diperlukan
oleh tubuh kita disamping zat gizi lain seperti karbohidrat, protein,
vitamin dan mineral. Lemak merupakan salah satu sumber energi yang
memberikan kalori paling tinggi.Satu gram minyak atau lemak dapat
menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya
menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak atau lemak nabati mengandung
asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, linolenat, dan
arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat
penumpukan kolesterol.
Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO (1990)
menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 15-30% kebutuhan energi
total dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan
akan asam lemak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin
larut lemak. Diantara lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan paling
banyak 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, dan
3-7% dari lemak tidak jenuh ganda.konsumsi kolesterol yang
dianjurkan adalah ≤ 300 mg per hari (Yuniastuti,2008).
14
Fungsi lemak bagi tubuh adalah:
1) Sebagai komponen dasar dalam membran sel.
2) Sebagai sumber energi yang lebih efektif dibanding karbohidrat
dan protein.
3) Menghemat penggunaan protein sebagai sumber energi.
4) Berperan sebagai sumber sekaligus pelarut bagi vitamin A, D, E
dan K.
5) Sebagai cadangan energi.
Fungsi lemak tidak hanya untuk kebutuhan tubuh tetapi juga untuk
pangan seperti:
1) Sebagai media penghantar panas, seperti: minyak goreng, mentega
putih, lemak, dan margarin.
2) Menambah kalori (energi).
3) Memperbaiki testur dan cita rasa.
4) Selama proses pencernaan, lemak meninggalkan perut lebih lambat
dibanding karbohidrat dan protein sehingga menangguhkan rasa
lapar dan menyebabkan rasa puas pada seseorang.
Lemak terdiri dari lemak nabati dan lemak hewani. Lemak
nabati adalah lemak yang berasal dari tumbuhan, contohnya kelapa,
kacang tanah, kemiri, margarin dan alpukat. Lemak hewani adalah
lemak yang berasal dari hewan, contohnya daging, gajih, mimyak
ikan, dan mentega. Lemak yang tidak digunakan oleh tubuh disimpan
dalam jaringan bawah kulit, sehingga tubuh yang berlebihan lemak
menjadi gemuk. Kelebihan lemak dapat menyebabkan penyakit
kolesterol, yaitu kelebihan lemak dalam jaringan pembuluh darah,
sehingga menimbulkan gangguan pada peredaran darah (Lau, 2009).
d. Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik yang sangat diperlukan
oleh tubuh dalam jumlah sedikit, tidak menghasilkan energi dan
berperan sebagai zat pengatur dalam tubuh. Bahan makanan yang
merupakan sumber utama vitamin, antara lain buah buahan. Menurut
Lau (2009) fungsi vitamin dalam tubuh :
15
1) Vitamin A
Fungsi Vitamin A adalah:
a) Memelihara jaringan epitel
b) Regenerasi rodopsin di retina
c) Pertumbuhan tulang dan gigi
d) Proses oksidasi dalam tubuh
Akibat Kekurangan vitamin A :
a) Hemeralopia yang timbul karena menurunnya kemampuan sel
basilus pada waktu senja
b) Bintik bitot (kerusakan pada retina)
c) Seroftalmia (kornea mata mengering karena terganggunya
kelenjar air mata)
d) Keratomalasi (kornea mata rusak sama sekali karena
berkurangnya produksi minyak meibom)
e) Frinoderma (kulit kaki dan tangan bersisik karena pembentukan
epitel kulit terganggu)
f) Pendarahan pada selaput usus, ginjal, dan paru-paru karena
rusaknya epitel organ
g) Proses pertumbuhan terhenti
Akibat Kelebihan Vitamin A :
a) Kelebihan asupan vitamin A dapat menyebabkan keracunan
pada tubuh, antara lain pusing-pusing, kerontokan rambut, kulit
kering bersisik, dan pingsan
b) Dapat menyebabkan kerabunan
c) Terhambatnya pertumbuhan tubuh
d) Pembengkakan hati, dan iritasi kulit
2) Vitamin B1
Fungsi Vitamin B1:
a) Pembuatan neurotransmitter
b) Sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat
c) Keseimbangan air di dalam tubuh
d) Penyerapan lemak oleh jonjot usus
16
Akibat Kekurangan Vitamin B1 :
a) Beri-beri
b) Selera makan hilang
c) Pertumbuhan terhenti
d) Transpor cairan tubuh terganggu
e) Metabolisme karbohidrat terganggu sehingga terjadi timbunan
asam piruvat dalam sel, yang akan menjadi racun dalam sel
e) Kontraksi otot jantung dan sistem saraf pusat melemah
3) Vitamin B2
Fungsi Vitamin B2:
a) Metabolisme gula dan protein
b) Rangsang saraf mata
c) Pertumbuhan
d) Pemeliharaan jaringan kulit sekitar mulut
e) Merupakan enzim pada oksidasi dalam sel
f) Menghasilkan energi dalam sel
Akibat Kekurangan Vitamin B2:
a) Keilosis (luka pada sudut mulut)
b) Katarak (lensa mata menjadi keruh)
c) Pertumbuhan terhenti
d) Peradangan pada kornea mata sehingga pandangan kabur
4) Vitamin B3
Fungsi Vitamin B3:
a) Membentuk koenzim A
b) Sintesis hormone
c) Kestabilan gula darah
Akibat Kekurangan Vitamin B3 :
a) Dermatitis
b) Insomnia
c) Internitis
d) Gangguan fungsi saraf
e) Kelelahan
17
5) Vitamin B6
Fungsi Vitammin B6:
a) Metabolisme lemak
b) Pembuatan sel darah merah dan kulit
c) Penyusun enzim dekarboksilase dan transaminase
d) Pertumbuhan
e) Aktivitas urat saraf
Akibat Kekurangan Vitamin B6 :
a) Pelagra
b) Anemia
c) Obstipasi
d) Kejang-kejang dan amat peka terhadap rangsang
e) Pertumbuhan terhambat
6) Vitamin B7
Sumber : Hati, susu, kedelai, ragi, bayam, ikan, daging, dan tomat.
Fungsi Vitamin B7:
a) Pertumbuhan
b) Metabolisme sel
c) Pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein
d) Koenzim
Akibat kekurangan Vitamin B7:
a) Pelagra
b) Dermatitis: kulit pecah-pecah, eksim, dan mengelupas
c) Diare
d) Dimensia: kekacauan mental, pelupa, letih, dan suka melamun
e) Pendarahan usus dan gusi
7) Vitamin B11
Sumber : Hati, ginjal, sayuran, daging sapi, pisang, polongan, biji
gandum, dan ragi.
Fungsi Vitamin B11:
a) Pembentukan sel darah merah
b) Metabolisme kelompok metal
18
c) Sintesis DNA dan RNA yang berperan dalam pembelahan sel
Akibat kekurangan Vitamin B11:
a) Anemia pernisiosa
b) Peradangan lidah
c) Diare
8) Vitamin B12
Sumber : Hati, ikan, susu, telur, udang, kerang, dan keju. Fungsi
Vitamin B12:
a) Sintesis asam amino
b) Pembentukan sel darah
c) Metabolisme sel dalam pertumbuhan
Akibat kekurangan Vitamin B12:
a) Anemia pernisiosa
b) mudah lelah lesu
c) iritasi kulit
9) Vitamin C
Sumber : Sayur, buah segar, hati, dan ginjal. Fungsi Vitamin C :
a) Metabolisme lemak
b) Pembentukan jaringan ikat (kolagen)
c) Kesehatan gusi
d) Aktivator enzim (koenzim)
e) Oksidasi dan dehidrasi dalam sel
f) Pembentukan trombosit
Akibat Kekurangan Vitamin C :
a) Skorbut, pendarahan gusi
b) Pendarahan kulit
c) Kerusakan sendi
d) Menurunnya permeabilitas sel kapiler darah
e) Pendarahan dalam sumsum tulang
Akibat Kelebihan Vitamin C :
a) Dapat menyebabkan batu ginjal
b) Gangguan saluran pencernaan dan
19
c) Rusaknya sel darah merah
10) Vitamin D
Merupakan salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada
makanan hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta produk
olahannya, seperti keju.
Fungsi Vitamin D :
a) Sebagai penghancur dan pembunuh segala macam virus maupun
bakteri yang merugikan tubuh
b) Memberikan kekuatan terhadap tubuh dari serangan penyakit
c) Memperlancar proses pertumbuhan tulang dan gigi serta
menjaganya dari kerapuhan
Akibat Kekurangan Vitamin D :
a) Tubuh akan mengalami pertumbuhan kaki yang tidak normal,
dimana betis kaki akan membentuk huruf O dan X
b) Gigi akan mudah mengalami kerusakan
c) Otot pun akan mengalami kekejangan
d) Penyakit osteomalasia, yaitu hilangnya unsur kalsium dan fosfor
secara berlebihan di dalam tulang
e) Penyakit osteoporosis, yaitu kerapuhan tulang akibatnya
berkurangnya kepadatan tulang
Akibat Kelebihan Vitamin D :
a) menyebabkan tubuh mengalami diare,
b) berkurangnya berat badan,
c) muntah-muntah, dan
d) dehidrasi berlebihan
11) Vitamin E
Sumber vitamin E : ikan, ayam, kuning telur, ragi, dan minyak
tumbuh-tumbuhan.
Fungsi Vitamin E :
a) menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai dari
jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati
b) melindungi paru-paru manusia dari polusi udara
20
Akibat Kekurangan Vitamin E :
a) menyebabkan gangguan kesehatan yang fatal bagi tubuh, antara
lain kemandulan baik bagi pria maupun wanita
b) saraf dan otot akan mengalami gangguan yang berkepanjangan
12) Vitamin K
Sumber Vitamin K : susu, kuning telur, dan sayuran segar
Fungsi Vitamin K :
a) Pembentukan sistem peredaran darah yang baik dan penutupan
luka
b) Sebagai kofaktor enzim untuk mengkatalis reaksi karboksilasi
asam amino asam glutamat
Akibat Kekurangan Vitamin K :
a) Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada pendarahan di dalam
tubuh
b) Kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau pendarahan
F. Metode Diskusi Kelompok
Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang
peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat dan atau saling
mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan
kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode
diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif. Jumlah anggota
diskusi kelompok biasanya terdiri dari 5 (lima) sampai 20 (dua puluh) orang.
Jumlah ini memudahkan anggota untuk berinteraksi dan memudahkan
penyuluh untuk mengkoordinasi jalannya diskusi. (Notoatmojo, 2005)
Keunggulan metode diskusi terletak pada efektivitasnya untuk mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran tingkat tinggi dan tujuan pembelajaran ranah
afektif. Karena itu, ada tiga macam tujuan pembelajaran yang cocok melalui
penggunaan metode diskusi: Penguasaan bahan pelajaran, Pembentukkan
dan modifikasi sikap, serta pemecahan masalah (Notoatmojo, 2005)
21
a. Keuntungan dan Kekurangan Metode Diskusi Kelompok
Sebagai metode partisipatif, penggunaan metode diskusi memiliki
banyak keuntungan. Berikut ini adalah kelebihan-kelebihan yang
diperoleh dari metode diskusi:
1) Aspek yang didiskusikan oleh peserta bisa berkembang bahkan
melebihi aspek-aspek yang dikemukakan oleh penyuluh.
2) Peserta adalah pengamat yang lebih baik daripada penyuluh dalam
penyelesaian praktis. Hal ini terjadi karena peserta adalah orang yang
merasakan langsung masalah-masalah yang mereka hadapi.
3) Dalam diskusi kelompok ada hubungan yang kuat antara pengetahuan
dengan praktek sehari-hari, yang biasanya tidak terdapat dalam
metode lain seperti ceramah atau media massa.
4) Bahasa yang digunakan dalam diskusi lebih akrab bagi peserta,
sehingga memungkinkan peserta tidak malu untuk berbicara.
5) Peserta dapat memberikan pertanyaan, menyampaikan gagasan atau
memperbaiki pernyataan yang pernah diungkapkannya terdahulu.
6) Diskusi kelompok lebih banyak mendorong kegiatan peserta apabila
divariasikan dengan metode lain seperti bermain peran atau permainan
kartu.
7) Peserta diskusi berkesempatan untuk menemukan aspek masalah yang
tidak diketahuinya. Hal ini akan memungkinkan peserta untuk
mengadopsi pemecahan masalah yang dibicarakan dalam kelompok.
8) Peserta biasanya lebih tertarik karena dapat memberikan kontribusi
pada penentuan masalah yang akan didiskusikannya.
9) Norma kelompok dapat dilihat dan dipertimbangkan oleh penyuluh
dan secara perlahan dapat diubah jika memang diperlukan.
(Notoatmojo, 2005)
Diskusi juga memiliki kelemahan, diantaranya:
1) Alih informasi akan memerlukan waktu yang relatif lebih lama
dibandingkan dengan demonstrasi atau metode ceramah, karena jumlah
sasaran yang terlibat dalam diskusi terbatas.
22
2) Terdapat peserta yang dominan berbicara atau bahkan kurang berbicara
sama sekali, sehingga ketangkasan penyuluh sangat diperlukan untuk
menghindarkan masalah seperti ini.(Notoatmojo, 2005)
G. Promosi Kesehatan
Menurut Green dan Ottoson (Maulana,2009), promosi kesehatan adalah
kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan,
dan peraturan perundang-undangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku
yang menguntungkan kesehatan.
Menurut WHO, promosi kesehatan adalah proses membuat orang mampu
meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatan mereka. Termasuk
didalamnya upaya memperbaiki, memajukan, mendorong, dan menempatkan
kesehatan lebih tinggi dari pada kebutuhan perorangan ataupun masyarakat
pada umumnya. Selanjutnya aspek promosi kesehatan ini bertujuan untuk
melakukan pemberdayaan, sehingga orang mempunyai kepedulian terhadap
pola perilaku maupun pola hidup mereka yang mempengaruhi kesehatan
(Emilia, 2008).
Dalam konsepsi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan merupakan
faktor yang sangat penting. Pendidikan kesehatan mengacu pada setiap
gabungan pengalaman belajar yang dipolakan untuk memudahkan
penyesuaian-penyesuaian perilaku secara sukarela yang memperbaiki
kesehatan individu. Menurut Nyswander Pendidikan kesehatan adalah proses
perubahan perilaku yang dinamis, bukan hanya proses pemindahan materi
dari individu ke orang lain dan buka seperangkat prosedur yang akan
dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai (Maulana, 2009).
H. Media Promosi
Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan
pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran
dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah
perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan. Media elektronik, yaitu suatu
media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan
pesannya melalui alat bantu elektronika. Salah satu dari media elektronik
23
adalah media film, yaitu gambar hidup yang dihasilkan dengan rekaman dari
orang dan benda dengan kamera, dan atau oleh animasi (Santyasa, 2007).
Jenis media promosi dapat dibagi dalam 4 kelompok besar, sebagai berikut :
1. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat
dikenal, mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini
kelemahannya tidak selalu mudah dinawa kemana- mana sebagai alat
bantu mengajar. Alat peraga ini antara lain :
a. Benda sesungguhnya, misalnya tinja dikebun, lalat diatas tinja dsb.
b. Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti
cacing dalam botol pengawet, dll.
c. Sample, yaitu contoh benda sesunguhnya untuk diperdagangkan
seperti oralit, dll.
2. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya.
Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam
promosi kesehatan. Hal ini dikarenakan menggunakan benda asli tidak
memungkinkan, misal ukuran benda asli terlalu besar, terlalu berat, dll.
Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam – macam bahan seperti tanah,
kayu, semen, plastik dll.
3. Gambar / media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan,
dll.
a. Poster
Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar –
gambar dengan sedikit kata – kata. Kata – kata dalam poster harus
jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca dengan
jarak ± 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang
mudah dilihat dan banyak dilalui orang, misalnya di dinding balai
desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dll.
Poster dibuat untuk mempengruhi orang banyak, memberikan pesan
singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik.
24
b. Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat –
kalimat singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar – gambar yang
sederhana. Leaflet digunakan untuk memberikan suatu masalah,
misallnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi
tentang diare dan pencegahannya, dll.
4. Gambar alat optic, seperti photo, slide, film, dll.
a. Photo
Photo yaitu bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
1) Album, yaitu merupakan foto – foto yang isinya beruntutan,
menggambarkan suatu cerita, kegiatan dll.
2) Dokumentasi lepasan, yaitu photo – photo yang berdiri sendiri dan
tidak disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok
persoalan atau titik perhatian.
b. Slide
Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau group.
Slide ini sangat efektif untuk membahas suatu topic tertentu dan
peserta data mencermati setiap materi dengan cara seksama. Karena
slide sifatnya dapat diulang – ulang.
c. Film
Film lebih kearah sasaran secara massal, sifatnya menghibur namun
bernuansa edukatif (Departemen Kesehatan RI, 2004).
25
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Nama Kegiatan
Promosi kesehatan dengan tema Makanan Sehat tidak Harus Mahal
B. Bentuk kegiatan
1. Diskusi Kelompok
Kegiatan ini dilakukan dengan cara membagi peserta yang datng menjadi
3 kelompok, masing-masing kelompok terdiri 10 peserta ibu rumah
tangga dan 2 tentor dari mahasiswa.
2. Lomba Membuat menu
Peserta akan diberikan uang belanja masing kelompok sebesar .....
kemudian dari pserta harus membelanjakan yang tersebut seminimal
mungkin dengan kandungan gizi yang lengkap. Kemudian peserta
membuat menu dalam sehari menggunakan bahan makanan yang telah
diberi.
C. Media Promosi
1. Penayangan Film berkaitan dengan cara memasak yang baik
Media ini digunakan untuk membantu proses pelaksanaan lebih menarik
sehingga lebih mudah dimengerti oleh sasaran.
2. Food Model
Food model makanan sehat digunakan dalam demonstrasi materi
penyuluhan. Sebagai contoh makanan sehat sesuai ukuran rumah tangga.
D. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan promosi kesehatan tentang makanan sehat adalah ibu rumah
tangga desa Karangsari kecamatan Kembaran sebanyak 30 orang dari RT ......
dengan kontrol sebanyak 30 orang dari RT.......
E. Evaluasi Kegiatan
1. Input
Input dari kegiatan ini terdiri dari:
a. Man : Sumber daya manusia yang ada untuk kegiatan ini
sebanyak 7 orang dan peserta kegiatan minimal 75% dari target.
26
b. Money : Sumber dana yang ada untuk kegiatan ini sebesar 585.000
rupiah.
c. Material : peralatan yang digunaka untuk kegiatan ini adalah, LCD,
proyektor.
d. Metode : Metode dalam kegiatan ini adalah dengan diskusi
kelompok, penayangan film, dan perlombaan membuat menu.
e. Media : Media yang digunakan dalam kegiatan ini adalah food
model dan Film tentang makanan sehat
2. Proses
a. Penyusunan Proposal Kegiatan
b. Presentasi Proposal Pelaksanaan
c. Pelaksanaan Kegiatan
d. Penyusunan Laporan Kegiatan
e. Presentasi Laporan Kegiatan
f. Pengumpulan Laporan
3. Output
a. Pembagian kuisioner Pre test sebelum diskusi kelompok
b. Pembagian kuisioner Post test sesudah diskusi kelompok
F. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan penyluhan dengan tema “Asupan Gizi Seimbang Tidak harus Mahal”
ini akan dilaksanakan:
Hari, tanggal : Sabtu, 19 Mei 2012
Waktu : 08.00 s/d Selesai
Tempat : Balai Desa Karangsari
G. Kemitraan
a. Pemerintah Desa Karangsari
b. Dinas kesehatan Kabupaten Banyumas
c. Sponsor
H. Analisis Data
Analisis data menggunakan metode kuantitatif untuk melihat pengetahuan
sebelum dan sesudah pelaksanaan diskusi kelompok dengan menggunakan uji
pair t test apabila data IID (Independent, Identik, distribusi Normal) atau
27
menggunakan uji wilcoxon jika data tidak memenuhi IID. Analisis yang
digunakan untuk membedakan efektivitas metode pembelajaran dengan data
berdistribusi normal menggunakan uji t dua sampel independen, jika data tidak
berdistribusi normal menggunakan uji U Mann Whitney.
I. Susunan Panitia
(Terlampir)
J. Susunan Acara
(Terlampir)
K. Anggaran Kegiatan
(Terlampir)
PENUTUP
Demikian proposal kegiatan ini kami buat, semoga rencana pelaksanaan kegiatan
ini dapat berjalan dengan lancar. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
28
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia; Jakarta
Almatsier, Sunita. 2006. Hidup Sehat dalam Siklus Kehidupan Manusia.
Gramedia; Jakarta
Baskoro, Anton. 2008. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Banyu Media. Cipta;
Jakarta.
Depkes RI. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Depkes
DKK Banyumas. 2010. Profil Kesehatan Banyumas Tahun 2010. Banyumas.
Kemenkes RI. 2010. Profil kesehatan RI Tahun 2010. Jakarta
Khomsan. A 2004. Peranan Pangan Dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. PT.
Grasindo: Jakarta
Lau, Edwin. 2009. Healthy Express : Super Sehat dalam 2 Minggu. Gramedia
Pustaka Utama : Jakarta
Muhammad, Harry Freitag dan Prima Oktaviani. 2010. Bebas Kanker Tanpa
Daging. Jogja Great Publisher: Yogjakarta
Nancy, Y and Thohar. 2006. Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang.
Wahlquist ML, et. Al. Food Based Dietary Guidelines. Paper Presented at
Proposed Joint WHO/FAO Consultation On Preparation And Use Of Food
Based Dietary guidelines, Cyprus, Maret 1995
Notoatmodjo, S., 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Penerbit Rineka:
Jakarta
Soekirman. 2002. Ilmu Gizi Dan Aplikasinya Untuk Keluarga Dan Masyarakat.
Direktorat Jenderal: Jakarta
Sudiarti dan Indrawani. 2007. Bahan Makanan dan Zat Gizi. Penerbit PT Raja
Grafindo Persada: Jakarta.
Supariasa, I Dewa Nyoman, Ibnu Fajar dan Bachyar Bakri. 2002. Penilaian Status
Gizi. EGC, Jakarta.
Yuniastuti A. 2008. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.