91725786 resin akrilik

15
RESIN AKRILIK 2.2 Basis Gigi Tiruan • Basis gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan lepasan yang paling luas, sering disebut juga dengan dasar atau sadle yang merupakan bagian yang menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang. • Fungsi basis gigi tiruan: 1. Memberikan retensi dan stabilisasi kepada gigi tiruan. 2. Tempat elemen atau anasir gigi menempel. 3. Menyalurkan kekuatan (tekanan oklusal) dari gigi ke mukosa (jaringan pendukung), dan gigi lainnya. • Syarat-syarat basis gigi tiruan: 1. Non toxik dan non irritant. 2. Tidak berpengaruh oleh cairan mulut (saliva), meskipun dapat menyerap sedikit air. 3. Mempunyai sifat mekanis, antara lain: a. Modulus elastisitasnya tinggi. b. Tidak mudah mengalami perubahan secara permanent jika mengalami tekanan. c. Kekuatannya tinggi. d. Cukup resilience (kekenyalan). e. Impact strength tinggi. f. Fatique strength tinggi. g. Abbration ressistence dan kekerasan tinggi. 4. Sifat-sifat lainnya yang harus dimiliki: a. Thermal conductivity tinggi. b. Density rendah → membantu retensi gigi tiruan rahang atas. 5. Sifat fisik basis gigi tiruan, secara estetik → memuaskan. Bahan hendaknya transparan / translucent. 6. Hal-hal yang harus diperhatikan: a. Radio opacity (tidak tembus cahaya). b. Mudah dimanipulasi (diproses dengan alat sederhana). c. Mudah diperbaiki jika patah. d. Tidak mengalami perubahan dimensi. e. Mudah dibersihkan. 2.3 Resin Akrilik 2.3.1 Pengertian 1) Jenis resin sintetik yang paling banyak dipergunakan dalam bidang kedokteran gigi sebagai basis gigi tiruan 2) Disebut juga polymetyl metacrylate (PMMA). Polymetyl metacrylate murni tidak berwarna, transparan, dan padat. 3) Turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya. 2.3.2 Syarat – Syarat

Upload: husenah

Post on 15-May-2017

229 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

RESIN AKRILIK

2.2 Basis Gigi Tiruan

• Basis gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan lepasan yang paling luas, sering disebut juga dengan

dasar atau sadle yang merupakan bagian yang menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang.

• Fungsi basis gigi tiruan:

1. Memberikan retensi dan stabilisasi kepada gigi tiruan.

2. Tempat elemen atau anasir gigi menempel.

3. Menyalurkan kekuatan (tekanan oklusal) dari gigi ke mukosa (jaringan pendukung), dan gigi

lainnya.

• Syarat-syarat basis gigi tiruan:

1. Non toxik dan non irritant.

2. Tidak berpengaruh oleh cairan mulut (saliva), meskipun dapat menyerap sedikit air.

3. Mempunyai sifat mekanis, antara lain:

a. Modulus elastisitasnya tinggi.

b. Tidak mudah mengalami perubahan secara permanent jika mengalami tekanan.

c. Kekuatannya tinggi.

d. Cukup resilience (kekenyalan).

e. Impact strength tinggi.

f. Fatique strength tinggi.

g. Abbration ressistence dan kekerasan tinggi.

4. Sifat-sifat lainnya yang harus dimiliki:

a. Thermal conductivity tinggi.

b. Density rendah → membantu retensi gigi tiruan rahang atas.

5. Sifat fisik basis gigi tiruan, secara estetik → memuaskan. Bahan hendaknya transparan /

translucent.

6. Hal-hal yang harus diperhatikan:

a. Radio opacity (tidak tembus cahaya).

b. Mudah dimanipulasi (diproses dengan alat sederhana).

c. Mudah diperbaiki jika patah.

d. Tidak mengalami perubahan dimensi.

e. Mudah dibersihkan.

2.3 Resin Akrilik

2.3.1 Pengertian

1) Jenis resin sintetik yang paling banyak dipergunakan dalam bidang kedokteran gigi sebagai basis

gigi tiruan

2) Disebut juga polymetyl metacrylate (PMMA). Polymetyl metacrylate murni tidak berwarna,

transparan, dan padat.

3) Turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya.

2.3.2 Syarat – Syarat

1) Pertimbangan Biologis

Tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksik, dan tidak mengiritasi jaringan mulut.

2) Sifat Fisik

- Harus memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahap terhadap tekanan gigit atau pengunyahan,

tekanan benturan, serta keausan berlebihan yang dapat terjadi dalam rongga mulut.

- Harus stabil dimensinya di bawah semua keadaan, termasuk perubahan termal serta variasi-variasi

dalam beban.

- Bila digunakan sebagai basis gigi tiruan untuk protesa rahang atas, gaya grafitasinya harus rendah.

3) Sifat Estetik

- Harus menunjukkan translusensi atau transparansi yang cukup sehingga cocok dengan penampilan

jaringan mulut yang digantikannya.

- Harus dapat diwarnai atau dipigmentasi, dan harus tidak berubah warna atau penampilan setelah

pembentukan.

4) Karakteristik Penanganan

- Tidak boleh menghasilkan uap atau debu toksik selama penanganan dan manipulasi.

- Harus mudah diaduk, dimasukkan, dibentuk, dan diproses, serta tidak sensitive terhadap variasi

prosedur penanganan ini.

- Produk akhir haruslah mudah dipoles, dan pada keadaan patah yang tidak disengaja, resin harus

dapat diperbaiki dengan mudah dan efisien.

5) Pertimbangan Ekonomis

Biaya resin dan metode pemrosesannya haruslah rendah, dan proses tersebut tidak memerlukan

peralatan kompleks serta mahal.

6) Penampilan Metakrilat Keseluruhan

Keadaan dalam mulut sangat menuntut, dan hanya bahan yang secara kimia paling stabil serta kaku

dapat tahan terhadap kondisi tersebut tanpa kerusakan.

2.3.3 Komposisi

- Pada umumnya terdapat dalam bentuk powder yang berisi polimer yang belum teraktivasi

- Selain powder terdapat juga dalam bentuk liquid yang mengandung komponen monomer yang

dalam berinteraksi dengan polimer dapat berperan sebagai aktivator. Selain monomer, terdapat

komponen aktivator dan inhibitor.

- Untuk mengaktivkan polimer dalam powder, terjadi proses polimerisasi. Seperti yang sudah

dijelaskan pada bagian bahasan polimer, terdapat 2 jenis polimerisasi, yaitu polimerisasi

pertumbuhan bertahap dan polimerisasi tambahan.

- Polimerisasi dalam resin akrilik lebih mengarah pada polimerisasi tambahan. Hal ini terlihat dari

tahap-tahap yang terdapat pada polimerisasi resin akrilik, yaitu:

Induksi1) Aktivasi

Penyebaran2) Inisiasi

Pengakhiran3) Propagasi

Pengalihan Rantai4) Terminasi

2.3.4 Sifat-sifat

1. Berat Molekul :

a. Powder : 500.000-1.000.000

b. Monomer : 100

c. Polimer yang telah kiur, hingga 1.200.000

2. Residual monomer (monomer sisa) :

Akrilik yang telah digodok dengan baik, mengandung 0,2-0,5 %.Processing pada suhu rendah dan

dalam waktu yang singkat menghasilkan sisa monomer yang lebih besar. Ini hendaknya harus

dicegah karena dapat mengakibatkan :

a. Iritasi

b. Akrilik lembek

3. Porositas :

a. Shrinkage porosity : penyusutan

b. Gasseous porosity : gelembung udara yang teratur terdapat pada bagian tertebal dari denture

4. Absorbsi air :

- Menyerap air sampai 2 %

- Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1 % disebabkan oleh absorbsi air menyebabkan terjadinya

ekspansi (mengembang) linear sebesar 0,23 %

- Oleh karena itu denture harus direndam dalam air bila tidak dipakai

- Adanya molekul air dalam akrilik akan menyebabkan :

a. Terjadinya sedikit ekspansi

b. Molekul air mempengaruhi ikatan rantai polimer dan bertindak sebagai plasticisers

- Penelitian laboratories → ekspansi linear oleh karena absorpsi air sama dengan thermal shrinkage

yang disebabkan oleh karena proses polimerisasi.

5. Crazing (retak) :

Penyebab :

a. Mechanical stresses (stress mekanis)

b. Beda coefficients of thermal expansion (stress yang timbul oleh karena adanya perbedaan

koefisien ekspansi termis antara geligi tiruan porselen)

c. Liquid self curing (kerja bahan pelarut)

6. Kekerasan :

Vickers hardness number → akrilik adalah soft dibandingkan dengan alloy → dapat rusak oleh

karena :

a. Abrasive food stuffs : abrasi karena sisa makanan

b. Abrasive dentifrice cleansers : butiran-butiran dari beberapa jenis pasta gigi. Untuk mengurangi

terjadinya abrasi akibat penggunaan pasta, adalah dengan cara:

→ Pilih dentrifice dengan tipe dan ukuran partikel abrasive yang disesuaikan

→ Pilih dentifrice of low abrasivity

7. Dimensional occuracy (ketepatan dimensi):

Factor yang berpengaruh :

a. Mould expansion (ekspansi cetakan) waktu pengisian

b. Thermal expansion (ekspansi termis) dari dough akrilik

c. Polymerization shrinkage (kontraksi sewaktu polimerisasi) sekitar 7 %

d. Thermal shrinkage on cooling (kontraksi termis waktu pendinginan)

e. Panas yang berlebihan pada waktu polishing

8. Dimensional stability (kestabilan dimensional) :

Hal yang berpengaruh :

a. Absorpsi air (penyerapan air)

b. Internal stresses (tekanan didalam mulut)

9. Fracture :

Dapat disebabkan oleh :

a. Jatuh

b. Fatique

10. Resin akrilik adalah radiolucent (tembus cahaya) :

- Beberapa eksperimen dilakukan untuk meningkatkan radiopacity pada acrylic dengan radiopaque

additives sebagai berikut :

a. Metal wire or powdered metals (menyertakan kawat atau rantai logam dalam akrilik)

→ estetik jelek, memperlemah basis

b. Inorganic salt seperti barium sulphate

→ radiopacity kurang bila konsentrasi rendah

→ bila konsentrasi tinggi memperlemah basis

c. Barium acrylate

→ sifat mekanik polimer jelek

d. Halogen yang mengandung co-monomers atau additives, misalnya Tribromophenyl metacrylate

→ additives dapat bertindak sebagai plastisizers

→ co-monomers sangat mahal

- Jika penggunaan radiopaque additives terlalu banyak, maka akan menimbulkan menurunnya sifat

estetik suatu resin akrilik

11. Thermal Conductivity

- Resin akrilik merupakan konduktor panas/elektrik yang jelek dibandingkan dengan gold, cobalt

alloys atau dentin.

- Merupakan insulator antara jaringan mulut makanan/minuman yang panas/dingin yang masuk

dalam mulut.

2.3.5 Klasifikasi

Menurut spesifikasi ANSI/ADA No. 12 (ISO 1567) untuk Resin Basis Gigi Tiruan. Pada umumnya

plastik yang dilapisi oleh beberapa spesifikasi termasuk asetil, akrilik, karbonat, ester asam

dimetakrilat, styrene, sulfonat dan vinil polimer. Atau bisa juga terbentuk dari pencampuran

beberapa polimer menjadi kopolimer. Terdapat lima jenis resin basis gigi tiruan berdasarkan cara

polimerisasinya yaitu:

Heat-polymerizable polymers / Heat Cured Acrylic (Class 1, Powder dan Liquid ; Class 2, Plastic

Cake)1) Tipe I

Autopolymerizable polymers / Self Cured Acrylic (Class 1,2) Tipe II Powder dan Liquid ; Class 2,

Powder dan Liquid pour- tipe resin)

Thermoplastic blank or powder3) Tipe III

Light activated materials / Visible Light Cured4) Tipe IV

Microwave-cured materials5) Tipe V

2.3.6 Tingkatan Polimerisasi

1. Aktivasi

Proses polimerisasi yang berguna untuk resin gigi umumnya teraktivasi melalui 1 dari 3 proses yaitu

panas, kimia dan sinar.

a. Aktivasi panas

Radikal bebas diperoleh dengan pemanasan benzoil peroksida.

Selama pemanasan molekul benzoil peroksida pecah menjadi 2 radikal bebas yang kemudian

mengawali polimerisasi monomer metal metakrilat.

b. Secara kimia

Pengaktifan secara kimia terjadi pada temperatur dalam mulut.

Terdiri atas 2 reaktan yang bila diaduk bersama, mengalami reaksi kimia yang menghasilkan radikal

bebas.

Selama penyimpanan, komponen harus dipisahkan satu sama lain, karena terdiri dari 2 bagian.

c. Dengan sinar

Dalam sistem ini, foton mengaktifkan inisiator unutk menghasilkan radikal bebas unutk dapat

memulai proses polimerisasi.

Dalam restorasi gigi dengan proses pengerasan menggunakan cahaya, menghasilkan radikal bebas

bila terradisi oleh sinar tampak.

Untuk memicu reaksi, diperlukan cahaya atau sinar dengan panjang gelombang sekitar 470 nm.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah radikal bebas yang terbentuk seperti intensitas cahaya

serta jarak sumber cahaya .

2. Inisiasi

- Inisiasi merupakan tahap penggerak awal dari proses polimerisasi yang membutuhkan radikal

bebas, yaitu spesies kimia yang sangat mudah bereaksi karena memiliki electron ganjil (tidak

mempunyai pasangan), biasanya bagian dari molekul yang lebih besar yang pecah oleh pemanasan.

- Radikal bebas dapat dihasilkan dengan mengaktifkan molekul monomer dengan sinar ultraviolet,

sinar biasa, panas, atau pengalihan energi dari komposisi lain yang bertindak sebagai radikal bebas.

- Radikal bebas ini antara lain dapat diperoleh dari peroxide yang mengurai, dimana satu molekul

membentuk radikal bebas.

- Periode inisiasi adalah waktu dimana molekul-molekul inisiator menjadi berenergi atau teraktivasi

membentuk radikal bebas yang berinteraksi dengan molekul monomer.

3. Propagasi

Tahap ini terjadi reaksi antara monomer dengan radikal bebas sebagai awal dari terbentuknya rantai

polimer. Monomer yang teraktivasi mengaktivkan monomer lainnya agar dapat membentuk rantai

polimer secara terus menerus.

4. Terminasi

Tahap ini tercapai bilamana dua radikal bebas bereaksi membentuk molekul yang stabil. Perubahan

dari rantai polimer satu ke yang lain, yang dalam beberapa situasi terdiri atas monomer-monomer

dan beberapa oligomer.

2.3.7 Bahan Polimetil Metakrilat (PMMA) yang dapat berperan sebagai Basis Gigi Tiruan

1) Pour type of Denture Resins

Komposisi kimia = Self Cured Resin

Bedanya pada ukuran polimer powder/beads

Disebut juga fluid resin, mempunyai partikel bubuk lebih kecil. Bila dicampur dengan monomer

hasil campuran sangat encer, ketika dituangkan pada mold.

Polimerisasi terjadi pada temperatur kamar, dengan tekanan 0,14 mPa

2) High Impact Strength Materials

Kekuatan Impact > PMMA konvensional

Diperkuat oleh karet Butadienestyrene

Partikel karet ditambahkan pada MMA, agar dapat menyatu dengan matriks Akrilik

Tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan

Proses polimerisasi = Heat Cured Acrylic

3) Rapid Heat Polimerized Resins

Disebut juga sebagai Hybrid Acrylic

Proses polimerisasilangsung pada air mendidih (100 oC) selama 20 menit

Bahan kimia dan panas Inisiator

Diharapkan dengan menggunakan inisiator tersebut diharapkan tidak terdapat porositas

4) Light Activated Denture Base Resins

Terdiri dari:

a) Matriks Uretan dimetkrilat dengan kopolimer akrilik

b) Silika ukuran mikro

c) Photo Initiator System

Tersedia dalam bentuk sheet, konsistensi seperti tanah liat / ClayLike

Proses polimerisasi dalam light chamber (curing unit) dengan blue light, yang memiliki panjang

gelombang.

Tipe I2.4 Heat Cured Acrylic

2.4.1 Pengertian

Jenis resin yang membutuhkan panas untuk melaksanakan proses polimerisasi. Pada umumnya,

dipanaskan pada suhu ≥ 65 oC . Ini adalah polimer bahan landasan gigi tiruan yang paling banyak

digunakan dewasa ini.

2.4.2 Komposisi

A. Powder

i. Polimer poly ( methyl methacrylate). Baik serbuk yang diperoleh dari polimerisasi methyl

methacrilate daslam air maupun partikel ayng tidak teratur bentuknya yang diperoleh dengan cara

menggerinda batangan polimer.

ii. Initiator peroksida ; berupa 0,2-0,5% benzoyl peroksida.

iii. Pigmen ; sekitar 1% tercampur dalam partikel polimer

Titanium atau Zinc Oksidaiv. Opaficer

Dibutil Ptalatv. Plasticizers

Nilon, akrilikvi. Serat Sintetik

B. Cairan

i. Monomer methyl methacrylate

ii. Stabilizer ; sekitar 0,006 % hydroquinone untuk mencegah berlangsungnya polymerisasi selama

penyimpanan.

iii. Kadang-kadang terdapat bahan untuk memcu cross-link; seperti ethylene glycol dimethacrylate

2.4.3 Manipulasi

a) perbandingan polimer/monomer. Biasanya 3 sampai 3,5/1 satuan volume atau 2,5/1 satuan

berat. Penggunaan perbandingan yang benar adalah penting :

i. bila ratio terlalu tinggi, tidak semua polimer sanggup dibasahi oleh monomer dan akibatnya akrilik

yang telah digodok akan bergranula.

ii. Tidak boleh terlalu rendah. Sewaktu polimerisasi monomer murni terjadi pengerutan sekitar 21%

satuan volume. Pada adonan akrilik yang berasal dari perbandingan polimer/monomer yang benar,

kontraksi ini adalah sekitar 7%. Bila terlalu banyak monomer, maka kontraksi yang terjadi akan

besar.

b) Pencampuran bubuk dan cairan dalam perbandingan yang benar dicampur di dalam tempat

tertutup lalu dibiarkan agak lama hingga dicapai stadium dough. Terdapat beberapa tahap pada

interaksi polimer dan monomer, yaitu:

1. Sandy Stage

Polimer meresap ke dalam monomer membentuk suatu cairan yang tidak bersatu, masih terdapat

butiran (Granul)

2. Stringy Stage

Terjadi penetrasi dari monomer sehingga pembungkus polimer pecah dan polimer dapat meresap

ke dalam monomer. Bahan mulai agak lengket dan berserabut ketika ditarik

3. Dough Stage

Polimer telah jenuh di dalam monomer. Masa menjadi halus dan memiliki struktur seperti dempul

(Dough Like) dan mudah dibentuk tanpa melekat dan berserabut.

Pada tahap ini massa telah siap dimasukkan ke dalam mold.

4. Rubbery Stage

Monomer tidak ada lagi, massa tampak seperti karet.

5. Stiff Stage

Massa menjadi kaku

c) Pengamatan setelah pencampuran polimer dan monomer. Bahan yang dicampur akan melalui

fase-fase brikut ini;

i. Mula-mula terbentuk campuran yang menyerupai pasir basah.

ii. Bahan menjadi merekat begitu polimer mulai larut didalam monomer

iii. Kemudian dicapai konsiistensi liat(dough), dimana bahan tidak merekat kedinding mangkuk ; ini

merupakan stadium yang cocok untuk memasukkan bahan kedalam cetakan mould.

iv. Bila campuran dibiarkan terlalu lama, maka akan menjadi seperti karet dan terlalu keras untuk

dibentuk.

d) Waktu dough ( waktu sampai tercapainya konsistensi liat ) tergantung pada :

i. Ukuran partikel polimer ; partikel yang lebih cepat larut dan lebih cepat tercapai konsistensi dough

/ liat

ii. Berat molekul polimer ; lebih kecil berat molekul lebih cepat terbentuk konsistensi liat.

iii. Terdapatnya plasticisier ; pada beberapa bahan terdaspat plasticisier , ini mempercepat

terbentuknya dough .

iv. Suhu adalah penting ; sebagai contoh, pembentukan dough dapat diperlambat dengan

menyimpan campuran didalam freezer

v. Perbandingan polimer / monomer ; bila tinggi mak,a waktu waktu dough lebih singkat

e) Persiapan Mold:

1. Teknik Molding-Tekanan

Susunan gigi tiruan disiapkan untuk proses penanaman.

Model master ditanam dalam stone gigi yang dibentuk dengan tepat

Permukaan oklusal dan insisal elemen gigi tiruan terlihat untuk mempermudah pembukaan

protesa

Penanaman dalam kuvet gigi tiruan penuh rahang atas

Pemisahan kedua bagian kuvet selama proses pembuangan malam

Lebih Akurat2. Teknik Molding Penyuntikan

Penempatan sprue untuk memasukkan resin

Permukaan oklusal dan insisal dari elemen gigi protesa dibuaka untuk mempermudah pengeluaran

protesa

Pemisahan kedua bagian kuvet selama proses pembuangan malam

Penyuntikan resin dan penempatan kuvet kedalam bak air

f) Mould lining. Setelah semua wax dikeluarkan dari cetakan dengan cara menyiramnya dengan air

mendidih dan deterjen, diding cetakan harus diberi lapisan separator untuk :

i. Mencegah merembesnya monomer ke bahan cetakan gips dan berpolimerisasi disan sehingga

menghasilkan permukaan yang kasar dan merekat dengan bahan cetakan / gips

ii. Mencegah air dari bahan cetakan masuk kedalam akrilik resin

g) Pengisian.

Teknik pengisian menggunakan teknik molding tekanan, yaitu:

Resin yang sudah diaduk dengan baik ditekuk menyerupai bentuk tapal kuda dan ditempatkan

dirongga mold

Kuvet ditempatkan pada alat penekan kuvet ke dalam bak air

Kelebihan bahan secara hati-hati dibuang dari kuvet

Kuvet dipindahkan ke alat pembawa kuvet yang berfungsi untuk mempertahankan tekanan pada

kuvet selama proses berlangsung.

Sewaktu melakukan pengisian kedalam cetakan perlu diperhatikan agar :

i. Cetakan terisi penuh, dan

ii. Sewaktu di press terdapat tekanan yang cukup pada cetakan : ini dapat dicapai dengan cara

mengisikan dough sedikit lebih banyak kedalam cetakan. Selama polimerisasi terjadi kontraksi yang

mengakibatkan berkurangnya tekanan di dalam cetakan. Pengisian yang kurang dapat

mengakibatkan berkurangnya tekanan dalam cetakan. Pengisian yang kurang dapat menyebabkan

terjadinya shrinkage porosity

h) Kiur. Cetakan yang telah diisi kemudian dipanaskan dalam oven atau water bath ; suhu dan

lamanya pemanasan harus dikontrol . selama kiur perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :

i. Bila bahan mengalami kiur yang tidak penuh, gigi tiruan kemungkinan mengandung sisa monomer

yang tinggi. Hal ini perlu dicegah.

ii. Kecepatan peningkatan suhu harus tidak terlalu besar. Monomer mendidih pada suhu 100,3o C.

resin hendaknya jangan mencapai suhu ini sewaktu masih terdapat sejumlah bagian monomer yang

belum bereaksi. Reaksi polimerisasi adalah eksoterm. Maka apabila sejumlah besar masa akrilik yang

belum kiur tiba-tiba dimasukkan kedalm air mendidih, suhu resin bias naik sampai diatas 100,3o C

sehingga menyebabkan monomer menguap. Ini menyebabkan terjadinya gaseous porosity

Dapat dipergunakan dua alternative teknik teknik pemanasan :

i. Dipanaskan pada 72o C selama sedikitnya 16 jam , atau

ii. Panaskan pada 72o C selama 2 jam , selama mana hampir semua monomer telah bereaksi

meskipun jumlah sisa monomer masih diatas batas yang dapat ditoleransi ; suhu kemudian

dinaikkan sampai 100o C dan dibiarkan selama 2 jam lagi. Teknik yang belakangan ini menyebabkan

gigi tiruan dapat dibuat dalam waktu yang lebih singkat. Tetapi dengan cara ii lebih besar

kemungkinan terjadinya perubahan bentuk selama pekerjaan deflasking

i) Pendinginan. Kuvet / flask haruis dibiarkan dingin secara perlahan sewaktu masih dalam press;

baik di dalam oven atau pada water bath. Jangan sekali-kali melakukan pendingian terdapat

perbedaan kontraksi antara bahan cetakan / gips dan akrilik yang menyebabkan timbul stress

didalam polimer. Pendinginan secara perlahan memberi kasempatan lepasnya stress ini oleh karena

plastic deformation. Bahan yang kiur pada suhu yang lebih tinggi mempunyai sisa stress yang lebih

besar dan lebih mudah mengalami perubahan bentuk.

j) Deflasking. Mengeluarkan hasil kiur dari bahan cetakan / gips harus dilakukan dengan hati-hati

untuk mencegah patahnya gigi tiruan

k) Penyelesaian dan pemolesan. Biasanya dipergunakan suspensi arahan batu apung halus dalm air.

Pemolesan akhir dilakukan misalnya dengan whiting yang dipakai sebagai suspensi pada kain basah.

Kadang-kadang dilakukan teknik pemolesan kering. Selama pemolesan harus dijaga agar jangan

timbul panas yang berlebih pada gigi tiruan.

2.4.4 Waktu yang dibutuhkan

waktu yang dibutuhkan kurang dari 40 menit sejak memulai proses pengadukan- Menurut

spesifikasi ADA No. 12

- Secara klinis, diperoleh adonan dough dalam waktu kurang dari 10 menit

- Waktu kerja :

Merupakan waktu basis protesa tetap berada dalam tahap seperti adonan

Adonan dapat dibentuk dalam waktu kurang dari 5 menit

Waktu kerja dapat diperpanjang dengan pendinginan di dalam lemari pendingin.

Namun kekurangannya adalah akan timbul uap yang terkondensasi ketika resin akan dikeluarkan.

Uap tersebut mengurangi sifat fisik dan estetik resin.

Kontaminasi uap dapat dihindari dengan penyimpanan resin dalam wadah yang kedap udara.

Ketika dikeluarkan dari lemari pendingin, wadah tidak boleh langsung dibuka, hingga mencapai

temperatur ruangan.

2.4.5 Akibat Manipulasi yang Salah

- Proses polimerisasi dalam resin basis gigi tiruan tipe I ini merupakan suatu reaksi Eksotermis

panas tidak- Peningkatan temperatur melebihi titik didih monomer monomerdapat dikeluarkan

(karena resin: konduktor panas yang buruk) yang tidak bereaksi atau polimer dengan berta

molekul rendah mendidih PORUS pada basis protesa yang sedang diproses

2.4.6 Sifat-sifat dan Indikasi Penggunaan

- SIFAT-SIFAT:

1) Sifat Menguntungkan:

a) Estetik bagus

b) High Glass-transition Temperature

c) Mudah untuk dimanipulasi

d) Harga terjangkau

e) Hasil akhir pada permukaan terlihat bagus

2) Sifat Merugikan:

a) Monomer bebas atau formaldehid dapat menimbulkan reaksi sensitif

b) Kekuatan terhadap benturan rendah

c) Fleksibilitas rendah

d) Fatigue Life terlalu pendek

e) Radiolusen

- INDIKASI PENGGUNAAN:

1) Bahan individual tray

2) Bahan repair, relining, dan rebasing

Menyesuaikan kondisi mukosa yang secara fisiologis beubah

3) Bahan plat ortodonsi (removeable)

4) Bahan penambah ”post dam” pada full denture

Pada gigi palsu dibuat pagaran ± 2 mm agar dam (jarak antara gigi palsu) tidak kemasukkan saliva

yang dapat membuat lepas

5) Sebagai bahan restorasi

Tipe II2.5 Self Cured Acrylic

2.5.1 Pengertian

Setiap resin yang dapat dipolimerisasi dengan penambahan suatu aktivator atau katalisator tanpa

menggunakan panas dari luar. Disebut juga Chemically Activated Resin, Autopolymer Resin, Cold

Curing Resin, atau Quick Cure Resin.

2.5.2 Komposisi

Tipe I

Powder PMMA

inisiatorBenzoil Peroksida

Pigmen ; sekitar 1% tercampur dalam partikel polimer

Titanium atau Zinc OksidaOpaficer

Dibutil PtalatPlasticizers

Nilon, akrilikSerat Sintetik

Liquid Dapat mengiritasi mukosaMMA

Di-n-butilpthalat

AktivatorDimetil-P-Toluidine

InhibitorHidroquinon

Etilene Glikol DimetakrilatCross Linking Agent

Tipe II

Powder Polietil Metakrilat

InisiatorBenzoil Peroksida

Pigmen ; sekitar 1% tercampur dalam partikel polimer

Titanium atau Zinc OksidaOpaficer

Dibutil PtalatPlasticizers

Nilon, akrilikSerat Sintetik

Liquid Butil Metakrilat

AktivatorDimetil-P-Toluidine

InhibitorHidroquinon

Etilene Glikol DimetakrilatCross Linking Agent

2.5.3 Manipulasi

- Prosedur pencampuran pada dasarnya sama dengan teknik pencampuran pada Heat Cured Resin.

- Persiapan Mold:

1) Teknik yang paling sering digunakan adalah teknik molding tekanan. Urutan kerjanya sama

dengan tenik molding tekanan pada Heat Cured Resin.

2) Teknik lainnya, TEKNIK RESIN CAIR:

• Urutan Kerja:

Susunan gigi yang telah sempurna ditempatkan dalam kuvet resin cair

Berbentuk seperti Gel Susunan gigi diangkat dari Bahan tanam hidrokoloid reversibel

Persiapan Sprue dan jalan masuk resin cair

Mengembalikan posisi elemen gigi dan model master

Memasukkan resin jenis tuang

Melepas protesa yang sudah selesai dibuat

• Keuntungan:

Perbaikan adaptasi terhadap jaringan lunak yang terletak dibawahnya.

Menurunnya kemungkinan kerusakan pada elemen gigi protesa serta basis protesa selama

pembuatan kuvet

Berkurangnya biaya bahan

Penyederhanaan penanaman kuvet, pembukaan kuvet dan prosedur penyelesaian

• Kerugian:

Pergeseran elemen gigi protesa selama proses berlangsung

Terjebaknya udara di dalam basis protesa

Buruknya perlekatan basis protesa dengan elemen gigi resin akrilik

Kepekaan teknik

- Pengisian Resin:

Pembuatan mold dan pengisian resin dilakukan dengan cara yang sama seperti pada Heat Cured

Resin

- Polimerisasi:

1) W:P rasio

Polimer dan monomer dipasok dalam bentuk bubuk dan cairan. Komponen tersebut dicampur dalam

perbandingan tertentu yang disesuaikan pabrik untuk berbagai tujuan penggunaannya.

2) Prosedur polimerisasi

bubuk dan cairan dicampur, benzoil peroksida teraktivasi oleh Dimetil-P-Toluidine.• Aktivasi

menggunakan substansi kimia untuk membentuk radikal bebas,• Inisiasi memulai reaksi

polimerisasi. Pada tahap ini, diperlukan periode yang panjang. untuk memperpanjang tahap ini,

dapat dilakukan dengan cara menurunkan temperatur massa resin, dengan memasukkan komponen

cair atau alat pengaduk ke lemari pendingin.

molekul yang teraktivasi mengaktivkan molekul lain, membentuk rantai polimer• Propagasi

penyatuan 2 rantai bertumbuh (kombinasi) atau perpindahan suatu ion hidrogen dari satu rantai ke

rantai lain.• Terminasi

3) Interaksi Polimer dan Monomer

Sama dengan interaksi pada Heat Cured Resin, yaitu terdiri atas beberapa tahap:

a. Sandy Stage

b. Stringy Stage

adonan siap di aplikasikan ke cetakanc. Dough Stage

d. Ruberry Stage

e. Stiff Stage

4) Tahap Akhir Polimerisasi

a. Deflasking. Mengeluarkan hasil kiur dari bahan cetakan / gips harus dilakukan dengan hati-hati

untuk mencegah patahnya gigi tiruan

b. Penyelesaian dan Pemolesan. Biasanya dipergunakan suspensi arahan batu apung halus dalm air.

Pemolesan akhir dilakukan misalnya dengan whiting yang dipakai sebagai suspensi pada kain basah.

Kadang-kadang dilakukan teknik pemolesan kering. Selama pemolesan harus dijaga agar jangan

timbul panas yang berlebih pada gigi tiruan.

2.5.4 Waktu yang dibutuhkan

- Setelah penutupan kuvet protesa terakhir, tekanan harus tetap dipertahankan selama proses

polimerisasi. Waktu yang dibutuhkan untuk polimerisasi beragam sesuai deng bahan yang dipilih

- Pengerasan awal resin umumnya terjadi dalam 30 menit setelah penutupan kuvet terakhir. Namun

diragukan bahwa polimerisasi sudah sempurna.

- Untuk menjamin polimerisasi sudah terjadi secara sempurana maka kuvet harus ditahan dibawah

tekanan selama minimal 3 jam.

2.5.5 Akibat Manipulasi yang Salah

- Resin yang terpolimerisasi secara kimia tidak pernah sesempurna Heat 3-5% monomerCured

Resin. Resin yang terpolimerisasi secara kimia 0,2-0,5% monomer bebas.bebas. Sedangkan Heat

Cured Resin

- Kegagalan memperoleh polimerisasi yang sempurna cenderung menyebabkan ketidakstabilan

dimensi basis protesa, serta iritasi jaringan lunak.

2.5.6 Sifat-sifat dan Indikasi Penggunaan

- SIFAT-SIFAT:

1) Sifat Menguntungkan:

a) Mudah untuk dilepas dari kuvet

b) Dimensi lebih akurat

c) Fleksibilitas lebih tinggi dibanding Heat Cured Resin

d) Distorsi lebih rendah dibanding Heat Cured Resin

2) Sifat Merugikan:

a) Cukup mahal

b) Sifat estetik kurang dibanding Heat Cured Resin

c) Terdapat peningkatan Creep

d) Terdapat peningkatan monomer bebas

e) Warna kurang stabil

f) Kurang kuat

g) Adhesi dengan gigi kurang

h) Menyebabkan iritasi

- INDIKASI PENGGUNAAN:

1) Bahan individual tray

2) Bahan repair, relining, dan rebasing

Menyesuaikan kondisi mukosa yang secara fisiologis berubah

3) Bahan plat ortodonsi (removeable)

4) Bahan penambah ”post dam” pada full denture

Pada gigi palsu dibuat pagaran ± 2 mm agar dam (jarak antara gigi palsu) tidak kemasukkan saliva

yang dapat membuat lepas.

5) Kadang digunakan sebagai bahan restorasi

2.5.7 Pour-Cured Resin

- Teknik dimana suatu campuran encer akrilik Self Cured Resin dituang ke cetakan untuk membentuk

suatu basis gigi tiruan.

- Sifat-sifat:

a) Kurang akurat

b) Banyak porus

c) Creep lebih besar

Tipe III2.6 Thermoplastic Blank or Powder

- Resin ini melunak ketika dipanaskan melebihi temperatur transisi kaca (Tg).

- Bahan tersebut kemudian dapat dibentuk dan dengan pendinginan, akan mengeras dalam bentuk

tersebut

- Namun, pada pemanasan ulang bahan melunak kembali serta dapat dibentuk kembali bila

diperlukan sebelum mengeras begitu temperatur menurun. Siklus ini dapat dilakukan berulang-

ulang.

- Resin ini dapat dicampur dan biasanya larut dalam pelarut organik.

- Kebanyakan bahan plastik dalam kedokteran gigi termasuk kelompok termoplastik, seperti

kompoun cetak dan akrilik

Tipe IV2.7 Visible Light Cured Acrylic

2.7.1 Pengertian

Resin yang terpolimerisasi oleh pajanan terhadap cahaya. Resin ini biasanya teraktivasi oleh sinar

biru, dengan panjang gelombang 400-500 nm.

2.7.2 Komposisi

- Resin basis protesa komponen tunggal dipasok dalam bentuk lembaran dan benang serta

dibungkus dalam kantung kedap cahay untuk mencegah polimerisasi yang tidak diinginkan.

- Bahan ini digambarkan sebagai suatu komposit yang terdiri dari:

a) Urethan Dimetakrilat

b) Silika ukuran mikro

c) Monomer resin akrilik yang berberat molekul tinggi

berperan sebagai aktivator, curing agent, dan bonding agent- Sinar yang terlihat oleh mata

berperan sebagai inisiator- Camphoroquinone

2.7.3 Manipulasi

Pembuatan basis protesa dengan menggunakan resin yang diaktifkan dengan sinar adalah dengan

teknik yang dijelaskan sebelumnya, yaitu:

- Media penanam yang opak mencegah masuknya sinar, jadi resin yang diaktifkan dengan sinar tidak

dapat dimasukkan ke dalam kuvet dengan cara konvensional

- Gigi disusun dan basis protesa dibentuk pada model yang akurat

- Basis protesa dipaparka pada sumber sinar berintensitas tinggi yang dapat dilihat mata selama

kurun waktu tertentu.

- Prosedur polimerisasi:

INISIATOR AKTIVATOR

VL

Ar2C O + RCH2CH2NR’ ArC’ OH + RCH2CHNR’

- Protesa dikeluarkan dari model, dirapikan dan dipoles secara konvensional

2.7.4 Sifat-sifat dan Indikasi Penggunaan

- SIFAT-SIFAT:

1) Sifat Menguntungkan:

a) Tidak terdapat monomer metakrilat

b) Penyusutan selama polimerisasi kecil

c) Dapat dibentuk dengan baik

d) Dapat dimanipulasi dengan peralatan sederhana

e) Lebih cepat

2) Sifat Merugikan:

a) Elastik modulus kecil

b) Radiolusen

c) Kemungkinan distorsi kecil

- INDIKASI PENGGUNAAN:

1) Bahan Relining yang cukup kuat

2) Bahan konstruksi sendok cetak

3) Bahan Repair, ketika terjadi fraktur (patah) pada akhir proses restorasi.

Tipe V2.8 Microwave Cured Materials

- Polimerisasi terjadi dengan menggunakan energi gelombang mikro

- Menggunakan resin dengan rumus khusus serta kuvet non-logam

- Oven gelombang mikrokonvensional digunakan untuk memasok energi termal dalam polimerisasi

- Keuntungan utama dari teknik ini adalah kecepatan polimerisasi yang dicapai. Lebih cepat

dibandingkan resin yang terpolimerisasi melalui cara yang konvensional

- Selain itu, ketepatan basis protesa yang terpolimerisasi menggunakan energi gelombang mikro

setara dengan resin yang diproses menggunakan teknik konvensional.

2.9 Pembersih Protesa

- Pada umumnya pasien menggunakan pasta gigi, pembersih protesa komersial, deterjen ringan,

pembersih rumah tangga, pemutih dan cuka, untuk merendam dan menyikat protesa.

- Bahan pembersih protesa yang dianjurkan biasanya diperdagangkan dalam bentuk bubuk dan

tablet, penggunaannya dengan cara merendam. Bahan ini mengandung komponen alkalin, deterjen,

natrium, perborat, dan bahan pemberi aroma.

- Proses pembersihan:

Debris terlepas secara mekanik. Melepaskan Oksigen Lart. Alkalin peroksida Natrium perborat

terurai

- Dapat juga digunakan bahan pemutih. Bekerja untuk membersihkan warna tertentu ketika

diencerkan.

pemakaian jangka panjang- Larutan terkonsentrasi harus dihindari mempengaruhi warna protesa,

misal: menimbulkan warna pada bahan relining lunak, khususnya kelompok silikon

- Pemutih / Lart. Pemutih tidak boleh digunakan untuk membersihkan basis protesa yang terbuat

dari logam, misal: kerangka logam protesa sebagian lepasan. Dapat menyebabkan basis logam

menjadi gelap, kerusakan pada kilap logam, dan fungsi protesa yang tidak dapat diperbaiki.

- Penggunaan sikat gigi dan bahan pembersih komersial tidak membahayakan. Sebaliknya pembersih

rumah tangga (bahan abrasif dapur dan kamar mandi) merupakan kontraindikasi. Karena secara

nyata dapat mengubah permukaan protesa internal maupun eksternal dan mempengaruhi fungsi

dan estetika protesa resin

2.10 Infeksi dan Alergi

- Infeksi terjadi akibat adanya kontaminasi silang antara pasien dengan dokter gigi dan tenaga

laboratorium.

- Berikut ini sebab-sebab kontaminasi dan penyelesaiannya:

Harus disinfeksi sebelum keluar dari laboratoriuma) Piranti Baru

Harus disinfeksi sebelum masuk ke laboratorium dan setelah selesai dilakukan prosedur

laboratoriumb) Protesa lama

Harus bersifat sekali pakai atau disterilkan setelah digunakanc) Bahan Finishing dan Polishing

Disterilkan dalam otoklafd) Barang seperti roda pemoles

Digunakan seperlunya, sesuai anjuran unit dosise) Pumice

- Reaksi alergi dapat terjadi akibat kontak dengan komponen basis protesa maupun lingkungannya.

- Sisa monomer yang paling sering dianggap sebagai sumber iritan. Kandungan monomer sisa dari

manipulasi yang benar < bubuk =" 3:1" cat="technology" cat="technology">