92 cara agar anak rajin shalat

Upload: ahmad-afandi

Post on 17-Jul-2015

384 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

92 CARA AGAR PUTERA-PUTERI KITA TERBIASA DENGAN SHALAT PENULIS: HANNA BINTI ABDUL AZIZ ASH-SHANI PENERJEMAH: AHMAD AFANDI1

PENDAHULUAN

Segala pujapuji kami persembahkan kepada Allah SWT, Tuhan sekalian alam. Kesejahteraan dan keselamatan semoga tetap mengalir ke haribaan Nabi besar Muhammad beserta semua keluarga dan sahabatnya. Buku yang berada di tangan kita ini merupakan ringkasan dari buku yang telah saya tulis sebelumnya, yakni buku yang berjudul Usaha-usaha bagi Orang Tua agar Puteraputerinya Terbiasa Melaksanakan Shalat. Dalam buku tersebut saya menyusun kumpulan cara-cara yang saya ambil dari berbagai pengalaman, sebagai usaha agar anak-anak menjadi terbiasa dengan shalat. Saya yakin, buku ini sudah cukup untuk dijadikan pegangan bagi kita dalam usaha membiasakan shalat pada putera-puteri kita. Karena semua intisari dari buku yang saya tulis sebelumnya ada pada buku ringkasan yang saya buat lebih menarik dan lebih bagus ini, bak bunga mawar yang wanginya harum semerbak. Tidak lupa saya ingatkan pada pembaca, bahwa ketika saya menyebut kata anak atau anak-anak, maka maksudnya adalah mencakup anak laki-laki dan anak perempuan (puteraputeri). Tetapi di saat yang lain, saya juga memaksudkan kata itu untuk anak yang masih kecil dan yang sudah besar. Maka saya harapkan pada para pembaca agar benar-benar memperhatikan dan mengingat hal ini, agar tidak terjadi kerancuan dan kesalah pahaman. Dan sekarang, mari kita mulai. 1. Dalam melakukan berbagai upaya agar anak terbiasa dengan shalat, kita harus ikhlas, mengharap ridla Allah semata dan mengharap balasan-Nya di akhirat kelak. Sehingga dengan ini kita akan merasa bagaikan gunung yang tidak akan dapat goyah hanya karena desiran angin cobaan dan ujian dari Allah SWT. 2. Tanamkan pada jiwa putera-puteri kita, bahwa kematian bisa datang kapan saja dan di mana saja mereka berada, bahwa malaikat maut akan selalu siap untuk mencabut nyawa mereka dalam situasi dan kondisi apapun juga. 3. Jalinlah kerja sama dengan tetangga dekat kita. Dalam suatu kesempatan, ajaklah puteraputeri mereka menghadiri mesjid. Dan dalam kesempatan yang lain, giliran mereka yang mengajak putera-puteri kita akan hal yang sama. Ingatkan putera-puteri mereka agar melaksanakan shalat di mesjid saat mereka tidak berada di samping putera-puterinya. Dan berpesanlah pada tetangga kita agar mereka bersedia mengingatkan putera-puteri kitaMahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. E-mail: [email protected], cp: 085743904236/ 085292134678. Penerjemah terbuka untuk berdiskusi seputar Hukum dan Hukum Islam.1

untuk segera melaksanakan shalat ketika kita tidak berada di samping putera-puteri kita. Juga ketika putera-puteri kita sedang asyik bermain, padahal waktu shalat sudah tiba.

4. Setiap kita membimbing mereka, bacakanlah ayat berikut pada mereka,

(

)

Artinya: Tidakkah dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?(al-Alaq: 14) Dengan memahami ayat ini, diharapkan mereka akan segera melaksanakan shalat sekalipun kita tidak berada di samping mereka. Secara tidak langsung, kita juga telah menanamkan pada diri mereka bahwa Allah akan selalu mengawasi perbuatan mereka. Akhirnya mereka akan dengan ikhlas melaksanakan kewajiban shalat dan ibadah-ibadah lainnya. Mereka melaksanakan shalat tidak karena takut pada kita, tetapi karena hati mereka telah terpenuhi dengan kecintaan pada Allah, mengagungkan-Nya, mengharapkan pahala-Nya, serta takut akan siksa-Nya. Dalam upaya ini, jangan selalu mengatakan bahwa kita akan selalu mengawasi mereka, kemudian dengan mengatakan itu kita merasa bahwa kita telah menanamkan pada diri mereka akan sifat raqabah (selalu mengawasi makhluk)-Nya. Maka akibatnya, mereka melaksanakan shalat hanya ketika kita berada di samping mereka. Ini akan berpengaruh negatif dalam proses pembimbingan putera-puteri kita. Seolah kita menyerahkan sepenuhnya upaya tersebut kepada Allah, tanpa kita harus ikut bertanggung jawab. 5. Jangan sampai kita menampakkan sikap keputus-asaan di hadapan mereka. Karena ini akan membuat mereka lebih berbangga dan congkak dengan diri mereka. Sebagaimana halnya berputus asa dari rahmat Allah yang akan mengakibatkan suuddhan (berburuk sangka) dan dapat mengurangi kadar keimanan pada-Nya. Ibnu Qayyim pernah mengatakan: Barang siapa berputus asa dari rahmat dan kasih sayang Allah, maka buruk sangka akan timbul dalam hatinya. 6. Buatlah sebuah majelis ilmu untuk seluruh anggota keluarga kita. Pemateri atau guru pengajarnya dapat diperankan oleh kita, isteri kita, atau salah satu dari putera-puteri kita yang besar dan sudah dianggap mampu. Majelis ini berfungsi sebagai ajang pembelajaran, saling bertukar pikiran dan saling menasehati. Masalah waktunya bisa dilaksanakan satu minggu satu kali dengan durasi waktu setengah jam atau lebih tergantung kebutuhan, yang terpenting adalah kontinuitas majelis tersebut. Karena sebentar tapi konsisten lebih baik dari pada dengan durasi waktu yang lama tapi hanya berlangsung satu kali. Dengan majelis ini diharapkan seluruh anggota keluarga kita dapat memetik hasil yang maksimal. 7. Peringatan bagi seorang ayah yang tidak dapat menyertai putera-puterinya, baik karena urusan pekerjaan, sedang terbaring sakit atau karena sudah bercerai dengan isteri, agar dia juga selalu mengikuti perkembangan anaknya melalui telepon, dengan tujuan supaya dia juga ikut merasakan peristiwa yang dialami anaknya, begitu pula sebaliknya. Banyak yang telah melakukan hal ini. Bahkan ketika dia harus ke luar kota akibat tuntutan pekerjaan, dia selalu menyempatkan diri untuk menjalin hubungan dan

berkomunikasi secara langsung dengan anak-anaknya, tidak lupa dia menanyakan perihal shalat pada mereka. 8. Sampaikan pada putera-puteri kita akan bahaya suul khatimah (mati dalam keadaan tidak mempunyai iman) agar mereka dapat menghindari penyebab-penyebabnya. Sampaikan pula akan nikmatnya husnul khatimah (mati dalam keadaan beriman) agar mereka melakukan hal-hal yang menjadi penyebabnya. 9. Dalam upaya memberi mereka bimbingan, kita harus bersungguh-sungguh agar mereka selalu melaksanakan shalat. Jangan sekali-kali kita membiarkan mereka bermalasmalasan dalam melaksanakan shalat. 10. Sampaikan pada mereka masalah-masalah seputar akhirat disertai bandingannya dengan masalah-masalah dunia serta segala aspek dan unsur-unsur yang terkait di dalamnya. Agar putera-puteri kita terbiasa dengan dialektika seputar masalah dunia-akhirat, juga agar mereka mengetahui bahwa urusan akhirat tidak lebih penting dari urusan dunia. Dengan demikian, mereka akan sadar bahwa melaksanakan shalat tepat pada waktunya lebih utama dari pada melaksanakan kewajiban-kewajiban sekolah, mengikuti satu rakaat dalam shalat lebih utama dari pada bermain sepak bola, dan menjaga ketepatan waktu shalat lebih penting dari pada berbincang-bincang dengan teman, bercakap-cakap di telepon atau melihat acara televisi. 11. Berpindah rumah jika menurut kita dapat menjadi lebih baik dan mendatangkan keuntungan-keuntungan. Jika tidak atau bahkan sebaliknya, maka hal ini tidak perlu dilakukan. 12. Menjalin hubungan dengan pihak sekolah tempat putera-puteri kita belajar dan bekerja sama dengan dewan guru di sana, supaya mereka bersedia menjelaskan kepada siswa tentang balasan bagi orang yang selalu melaksanakan shalat dan dosa akibat meninggalkannya. Dalam penjelasan mereka, para siswa diminta untuk bertanya. Misalnya; bagaimana caranya agar kita dapat secara konsisten melaksanakan shalat? Atau menanyakan kesediaan masing-masing dewan guru untuk setiap harinya melontarkan pertanyaan minimal pada tiga orang siswa, Apakah kamu melaksanakan shalat shubuh pada hari ini? 13. Belilah buku-buku gambar yang bervariasi untuk putera-puteri kita yang masih kecil, agar mereka terbiasa berinteraksi dengan gambar. Kemudian belilah buku-buku atau kertas bergambar yang menjelaskan tentang tata-cara berwudlu dan shalat serta memuat bacaan-bacaan yang biasa dipakai dalam berdzikir. 14. Dekaplah putera-puteri kita, menciumnya, menepuk bahunya, dan mengelus punggungnya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Hal ini kita lakukan setiap kali mereka selesai melaksanakan shalat, agar mereka terus tergerak dan termotivasi untuk terus melakukannya, tanpa kita harus memberi mereka hadiah atau imbalan yang dapat menimbulkan efek negatif. 15. Bagaimana caranya agar setiap kita membangunkan putera-puteri kita untuk melaksanakan shalat, mereka dengan segera melakukannya?

Banyak cara yang bisa kita lakukan, antara lain: Berkomunikasi dengan bahasa yang halus Menepuk pahu/pundaknya dan mengelus-elus kepalanya Sampaikan pada mereka kisah-kisah yang dapat menjadi suri tauladan, sehingga membuatnya lebih bergairah dan dapat menghilangkan rasa kantuknya. Misalnya, Pada hari ini kamu akan pergi ke anu, sedangkan si fulan akan berkunjung kemari. Si fulan itu anaknya pintar, selalu sukses dan berprestasidan seterusnya. Setelah membangunkan, biarkan dulu putera-puteri kita untuk tidur lagi sejenak. Lima menit atau tiga menit kemudian bangunkanlah mereka kembali jika memang waktu shalat masih banyak. Matikan AC kamarnya Hidupkan lampu kamarnya. Ambillah air dan percikkan ke wajahnya bila perlu. Memanggilnya seraya mendoakannya. Seperti, Bangunlah anakku, mudah-mudahan Allah melapangkan dadamu. Sampaikanlah petuah-petuah yang dapat membuat diri mereka selalu berharap akan rahmat Allah, takut akan siksa-Nya, dan selalu ingat pada-Nya. Misalnya, Shalat dapat membuat kuburanmu terang benderang kelak, atau Bangunlah anakku, karena kita lah yang menentukan perihal surga atau neraka yang akan kita pilih. Tariklah selimutnya, bangunkan mereka dengan menggoncang-goncangkan tubuhnya secara halus disertai dengan memanggilnya untuk segera bangun. Dekatkan jam waker yang dapat menyuarakan adzan pada telinga atau tubuh mereka. Jangan sampai kita mengatakan, Bangunlah, sudah waktunya sekolah., tetapi katakanlah pada mereka, Bangunlah, sudah waktunya shalat shubuh. Bangunkan mereka sambil bercanda dan dengan guyonan-guyonan menyegarkan. Lalu bacakan secara berulang-ulang pada mereka ayat-ayat al-Quran, hadits-hadits Nabi, atau syair-syair yang ada kaitannya dengan shalat. Ini adalah cara yang cukup efektif dan telah banyak dipraktekkan. Tetapi dengan syarat harus dibaca dengan khusyu dari hati yang terdalam dan disertai dengan penjelasan maknanya secara lugas. Setelah membangunkan mereka, ikutilah di belakangnya sampai kita dapat memastikan bahwa mereka tidak akan tidur lagi di tempat lain. Berilah hadiah dan perhatian khusus di antara putera-puteri kita yang bangun dan melaksanakan shalat lebih awal dari yang lain. Berilah sanjungan dan pujian di antara putera-puteri kita yang bisa membangunkan dan mengajak shalat yang lain. Dan yang terakhir, jika mereka masih enggan untuk bangun dan segera malaksanakan shalat, pukullah2 mereka yang sudah mencapai umur sepuluh tahun. kita memukul mereka karena terdorong rasa kasih sayang dan agar tubuh mereka tidak tersentuh panasnya api neraka. 16. Gantungkanlah hati putera-puterimu pada Allah SWT. Dengan kata lain, tanamkanlah dasar-dasar keimanan dan ketauhidan pada diri mereka. Seperti cinta dan patuh terhadap perintah Allah dan rasul-Nya, berharap rahmat-Nya, takut akan siksa-Nya dan beriman sepenuh hati kepada-Nya.

2

Yakni dengan pukulan peringatan yang dapat membuatnya jera, bukan dengan pukulan yang dapat membuatnya tersiksa.

Dalam rangka penenaman dasar-dasar ini, ajaklah putera-puteri kita untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dengan kita seputar masalah tauhid rububiyyah (kepercayaan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang menciptakan, melestarikan, dan akan menghancurkan alam), tauhid uluhiyyah (Kepercayaan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang patut dan wajib disembah), dan seputar nama-nama dan sifat Allah SWT. Tauhid bila diumpamakan dengan anggota tubuh adalah sebagai kepalanya, hanya tubuh dengan kepala sehat dan normal saja yang dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban agama yang dibebankan padanya, terlebih kewajiban shalat yang memang sangat membutuhkan kesabaran dan iman yang kuat. 17. Seorang ayah harus memiliki kharisma di mata putera-puterinya, yakni posisi ayah yang dihormati dan disegani melebihi ibu mereka. Sehingga dia dapat memerintah dan mengingatkan shalat secara langsung kepada putera-puterinya. Jangan sampai dia lepas tangan dan melemparkan tanggung jawab hanya sebagai kewajiban ibu mereka saja. 18. Khusus untuk putera-puteri kita yang masih kecil, kita harus selalu mengingatkan mereka agar tidak lupa melaksanakan shalat ketika sudah tiba waktunya, jangan sekali-kali kita mengabaikan dan enggan mengingatkan mereka. Karena biasanya, acap kali seorang anak selalu melaksanakan shalat, tetapi tidak tepat dan awal waktu atau bahkan tidak menghiraukan sama-sekali perihal waktu shalat. Di sinilah fungsi orang tua agar selalu mengingatkan mereka. Kita juga perlu membedakan mana di antara putera-puteri kita yang segera beranjak shalat ketika diingatkan, dan mana yang enggan melaksanakannya walaupun sudah diingatkan berkali-kali. Mengingatkan mereka adalah langkah awal dalam tingkatan proses pembiasaan shalat bagi mereka, dan mungkin langkah ini dapat berlangsung sekian lama. Setelah mereka terbiasa dengan shalat, dengan sendirinya mereka akan merasa bahwa shalat adalah salah satu bagian yang tak terpisahkan dalam hidup mereka, pada akhirnya mereka akan selalu melaksanakan shalat sekalipun tidak diingatkan. 19. Peringatan bagi orang tua; Jangan sekali-kali kita menggantungkan proses pembiasaan ini pada isteri/suami kita. Karena masing-masing dari kita mempunyai tanggung jawab yang sama. Kelak Allah juga akan meminta pertanggungjawaban kita, menanyakan apa yang telah kita lakukan untuk putera-puteri kita, dan tidak menanyakan apa yang telah dilakukan suami/isteri kita. Bentuk penggantungan tersebut misalnya seorang ayah mengatakan, Ibunya anak-anak lalai dan tidak memperhatikan perihal shalat mereka. Atau seorang ibu mengatakan, Ayahnya anak-anak yang enggan membantu saya, padahal dia tidak berhalangan sama sekali, seolah dia sudah melepaskan tanggung jawab yang dibebankan Allah padanya. 20. Perkirakan dan bayangkan banyaknya pahala yang akan kita peroleh sebagai balasan dari upaya membiasakan putera-puteri kita untuk melaksanakan kewajiban shalat dan perbuatan baik lainnya. Rasulullah SAW telah bersabda: Artinya: Barang siapa memberi petunjuk perihal kebaikan, maka dia akan memperoleh pahala sepadan dengan pahala yang diperoleh pelakunya. Bayangkan berapa banyak pahala yang kita peroleh bila dihitung dari banyaknya shalat yang dilakukan putera-puteri kita sepanjang hidupnya? Berapa kali lipat pahala kita jika

misalnya kita memilki anak yang banyak? Betapa banyak kebaikan yang menghampiri kita jika putera-puteri kita melakukannya lima kali dalam sehari, terlebih jika kita juga melaksanakan shalat rawatib (shalat sunnah pada sebelum dan sesudah shalat fardlu) dan shalat-shalat sunnah lainnya. 21. Pada awal proses pembiasaan, sebaiknya setiap kali putera-puteri kita selesai melaksanakan shalat, kita segera memberi mereka hadiah/imbalan, seperti permen, kue, buah-buahan dan sebagainya. Selanjutnya, hadiah tersebut bisa kita berikan sehari satu kali dikumpulkan setelah mereka genap melakukan shalat lima waktu. Setelah ada perkembangan, misalnya putera-puteri kita melaksanakan shalat atas inisiatif sendiri tanpa harus diingatkan, pemberian hadiah bisa dilakukan seminggu satu kali, selanjutnya sebulan satu kali, tergantung kebijakan kita. Yang terpenting pemberian hadiah harus kita lakukan dengan adil dan terus ingatkan pada mereka bahwa shalat adalah kewajiban yang ditetapkan Allah bukan kita, dan balasan pahala yang akan diberikan-Nya lebih besar dari hadiah/imbalan yang kita berikan. 22. Sebaiknya kita memperkirakan bentuk dan kadar kasih sayang yang kita berikan pada putera-puteri kita. Bagi putera-puteri kita yang selalu menjaga shalatnya, berikanlah perhatian dan kasih sayang lebih sebagai bentuk kepedulian kita. Sedangkan yang enggan dan bermalas-malasan, tegur dan selalu ingatkan mereka sebagai bentuk kasih-sayang kita. Banyak di kalangan orang tua yang menerapkan hal ini hanya pada urusan akademis mereka di sekolah, padahal apabila diterapkan dalam urusan shalat, maka hal ini akan banyak membantu dan memberikan hasil. 23. Saat Kita tidak berada di samping mereka atau sebaliknya, kita harus selalu menjalin hubungan, baik dengan menelponnya, mengirim pesan singkat/SMS ke handphonenya dan sebagainya. Ingatkan pada mereka agar selalu melaksanakan shalat ketika sudah masuk waktunya, yakni dengan kata-kata yang bagus sekiranya dapat mempengaruhi dan menggerakkan mereka untuk segera melaksanakannya. 24. Jelaskan pada putera-puteri kita bahwa kewajiban shalat tidak akan pernah gugur sekalipun dalam keadaan sedang berkecamuk perang, takut akan mara bahaya, atau sedang terbaring sakit. Ajari mereka tata-cara shalat khouf (shalat di kala takut karena berkecamuk perang, binatang buas atau lainnya), dan sampaikan pula bahwa andaikan shalat tidak cukup penting untuk dilaksanakan, maka orang yang sedang dilanda ketakutan atau terbaring sakit tidak akan berkewajiban lagi melaksanakannya. Maka betapa wajibnya pelaksanaan shalat bagi orang yang sehat dan dalam keadaan normal? 25. Sekali-kali, berilah sesuatu yang istimewa pada putera-puteri kita. Yakni dapat berupa sesuatu non-material seperti kecupan, perhatian dan kasih sayang lebih. Dapat juga berupa sesuatu material seperti hadiah atau piknik. 26. Ketika putera-puteri kita sedang duduk bersama para famili seperti kakek, paman, dan bibi, ceritakan kebaikan-kebaikan putera-puteri kita pada mereka, dan sekali-kali disertai pujian dan sanjungan. Hal ini dapat membangkitkan motivasi mereka agar terus terpacu melaksanakan shalat dan perbuatan baik lainnya. 27. Sekalipun dalam keseharian kita beramah-tamah bahkan bercanda dengan putera-puteri kita, tetapi ketika sedang menyuruh dan mengingatkan mereka shalat, kita harus tegas dan

menunjukkan kharisma pada mereka. Ketika mereka enggan dan bermalas-malasan, kita harus lebih tegas lagi dan sesekali memarahi mereka dengan bijaksana dan didasarkan ketakutan akan murka Allah. 28. Ajaklah mereka untuk melihat VCD/DVD tentang tata cara berwudlu dan shalat. Sehingga dapat menggerakkan mereka untuk ikut mempraktekkannya. 29. Adakan sebuah perlombaan di mesjid atau tempat lainnya dalam rangka agar mereka terus terpacu untuk menjaga shalatnya, yang pesertanya melibatkan anak-anak tetangga. Buatlah semeriah mungkin dengan hadiah-hadiah yang menarik. 30. Penuhi permintaan-permintaan mereka yang menurut kita masuk akal, dengan syarat mereka harus selalu melaksanakan shalat tepat pada waktunya. Jangan sesekali kita mengabaikan permintaan mereka, karena hal ini juga akan mempengaruhi kadar kepatuhan mereka pada kita. 31. Ceritakanlah kisah-kisah tentang orang-orang yang mereka kenal. Agar mereka dapat mengambil pelajaran dari kisah hidup orang-orang itu, bagaimana kondisi kehidupannya akibat meninggalkan shalat, perilakunya yang buruk, terombang-ambing tanpa petunjuk dari Allah, dan kegelapan yang selalu tampak dari wajah mereka. 32. Jangan hanya memotivasi mereka agar selalu rajin menghadiri mesjid, tapi lebih dari itu, kita harus memberi mereka motivasi agar selalu melaksanakan shalat di mesjid tepat pada waktunya. 33. Ajak putera-puteri kita untuk berbincang-bincang secara khusus dan intensif, di kamar mereka atau di kamar kita. Sampaikan pada mereka semua hal yang kita ketahui perihal shalat. Seperti balasan pahala bila mengerjakannya, balasan siksa bila meninggalkannya, dan fungsi shalat yang dapat mendatangkan kebaikan dan dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar dengan seizin Allah. 34. Bila usia putera-puteri kita sudah genap sepuluh tahun, pukullah mereka bila enggan atau bermalas-malasan melaksanakan shalat. Tentunya dengan pukulan yang mendidik dan sesuai dengan batas-batas yang ditetapkan agama. Jika perasaan kita sedang campur aduk dan tidak tenang bercampur amarah, jangan sekali-kali kita memukul mereka, karena tujuan kita dalam memukul tidak lagi sebagai sarana untuk mendidik mereka, tetapi bercampur dengan kemarahan yang timbul dari diri kita sendiri, bukan semata karena Allah. Kita juga jangan bersikap acuh dengan membiarkan mereka ketika meninggalkan shalat. 35. Daftarkan putera-puteri kita untuk ikut dalam study tour atau berpariwisata yang diadakan oleh Pendidikan Tahfidh al-Quran mesjid yang pesertanya adalah pemuda-pemuda yang saleh. Agar mereka dapat menerapkan secara langsung bagaimana cara menjaga kontinuitas pelaksanaan shalat tepat pada waktunya dengan konteks situasi di perjalanan. Dan agar perangai dan perbuatan baik orang-orang saleh yang ikut dalam perjalanan itu berpengaruh dan membekas dalam diri mereka. 36. Jadilah suri tauladan bagi putera-puteri kita. Misalnya dengan melaksanakan shalat tepat pada waktunya, bahkan lebih banyak dan lebih awal dari mereka.

37. Biasakan putera-puteri kita agar mau saling mengingatkan untuk shalat. Tidak hanya memikirkan dan mementingkan kebaikan dirinya sendiri, tetapi juga kebaikan saudaranya pada khususnya dan kebaikan umat islam pada umumnya. 38. Tulislah pada secarik kertas perihal hukuman-hukuman yang akan diterima orang yang meninggalkan shalat di dunia dan akhirat kelak. Buatlah dengan tulisan yang bagus, jelas, dan menarik. Selanjutnya tempelkan di tempat yang sekiranya dapat dibaca oleh puteraputeri kita. 39. Lakukanlah shalat bersama putera-puteri kita, jangan sampai menjadikan shalat hanya sebagai rutinitas belaka. Dan buatlah sekiranya cara yang kita gunakan bisa mereka terima dengan baik. 40. Sampaikan motivasi-motivasi moral yang positif pada putera-puteri kita. Misalnya dengan mengatakan, Hari ini, saya harap kamu merasa tenang dan bahagia karena telah berhasil melaksanakan shalat lima waktu tepat pada waktunya. Dan dorongan lainnya tergantung kebijakan kita. 41. Bagi putera-puteri kita yang rajin dan selalu menjaga shalatnya, berilah posisi khusus di mata kita dan porsi perhatian lebih di banding yang enggan dan bermalas-malasan menjaga shalatnya. Misalnya dengan mengajak mereka untuk turut terlibat dalam urusan yang tidak biasa mereka sentuh, atau temani mereka dalam melakukan berbagai aktivitas. 42. Jangan sampai kita merasa bosan untuk terus melontarkan pertanyaan yang sama beberapa kali setiap hari pada putera-puteri kita. Jangan biarkan mereka berjalan sendiri, karena dengan ini kita akan memperoleh balasan pahala. Pertanyaan yang kita lontarkan haruslah diungkapkan dengan ungkapan yang santun dan lemah lembut. Seperti, Anakku sayang, apakah kamu sudah melaksanakan shalat? Semoga Allah memberkatimu, atau Bunga mawarku yang harum semerbak, apakah kamu sudah melaksanakan shalat? Semoga Allah menerangi hatimu. 43. Berpikirlah terlebih dahulu tentang prospek ke depan terutama kelak mengenai upaya pembiasaan shalat untuk anak sebelum kita menikah dan berencana mempunyai anak. Kita dapat memulainya dari sekarang. Memilih calon pasangan yang shaleh/shalehah agar memperoleh keturunan yang baik dan berbakti pada kita. 44. Ketika semua anggota keluarga berkumpul, manfaatkan kesempatan ini dengan bersamasama melaksanakan shalat jamah. 45. Biarkan putera-puteri kita melihat air mata yang bercucuran keluar dari kedua mata kita saat sedang memberi mereka peringatan akan panasnya api neraka dan pedihnya siksa Allah dan mengajak mereka untuk selalu berbuat baik dan menetapi jalan menuju surga. Dengan itu, mereka akan merasa yakin akan kebenaran ucapan kita dan merasa tersentuh dan tergerak untuk memetuhi apa yang kita sampaikan. 46. Jika seorang ibu yang melakukan usaha pembiasaan shalat untuk anak, maka sang ayah harus ikut pula membantunya. Minimal ketika seorang ibu berhalangan melakukannya karena udzur syari (halangan yang ditolelir oleh agama) seperti sedang haid atau nifas. Karena dalam keadaan haid dan nifas, seorang ibu biasanya lupa untuk mengingatkan shalat anaknya. Di sinilah tanggung jawab besar menanti sang ayah, dia dituntut untuk mengingatkan shalat pada putera-puterinya. Jika sang ayah yang melakukan pembiasaan

itu dan kemudian berhalangan, maka seorang ibu wajib berbesar hati untuk tidak mengabaikan dan bermalas-malasan dalam mengingatkan shalat anaknya sampai batas maksimal, yakni sampai dia berhalangan karena udzur syari. 47. Jelaskan pada mereka ayat-ayat yang menerangkan tentang balasan bagi orang yang melaksanakan shalat dan siksa bagi orang yang meninggalkannya, disertai dengan penjelasan hadits-hadits yang berkaitan dengan ayat tersebut. Hal ini juga merupakan amanat dan tanggung jawab yang kita pikul sebagai orang tua. Bawalah ikhtisar kitab tafsir,3 ini akan mempermudah tugas kita.

48. Berilah mereka motivasi dengan sanjungan dan pujian saat selesai melaksanakan shalat. Ini akan membuat mereka lebih bersemangat dan terpacu untuk melaksanakan yang lebih baik. Dulu Rasulullah SAW juga sering melontarkan pujian pada para sahabatnya agar mereka lebih bersemangat untuk berbuat kebaikan. Seperti pujian Rasulullah kepada Asyaj Abdul Qais, Ada dua hal dalam dirimu yang disenangi Allah; murah hati dan sabar. 49. Berusahalah untuk selalu menyertai putera-puteri kita setiap waktu, seimbang antara aktivitas yang berhubungan dengan dunia dan yang berhubungan dengan akhirat. Dengan harapan mereka dapat memahami dan melaksanakannya. 50. Setiap kita ingin melaksanakan shalat fardlu tepat pada waktunya, ajak pula putera-puteri kita untuk ikut melaksanakan shalat bersama-sama sampai kita memastikan tidak ada yang terlewat dari semua anggota keluarga kita. 51. Kita jangan hanya mengatakan pada mereka Shalatlah!, karena hal ini tidak cukup efektif untuk mereka. Bahkan di antara orang tua ada yang mengulang-ulang kata ini sekian lama, sehingga putera-puteri mereka menjadi bosan bahkan tidak memahami arti yang sebenarnya dari kata itu. Akibatnya, muncul di benak mereka pertanyaan, Mengapa orang tua menyuruh saya shalat? Shalat itu melelahkan. Demikian pula tidak cukup kita hanya mengatakan, Orang yang selalu melaksanakan shalat akan masuk surga dan orang yang meninggalkannya akan masuk neraka. Maka putera-puteri kita hanya bisa berkomentar, Apa sih baiknya surga? Apa pula neraka itu? Tetapi sebaiknya kita menjelaskan secara rinci hal-hal yang harus mereka kerjakan dan hal-hal yang harus mereka tinggalkan, sesuaikan penjelasan kita dengan umur mereka. Sehingga pada akhirnya timbul kesadaran dalam diri mereka dengan sendirinya. 52. Berbicaralah dengan halus dan lembut pada mereka, Saya sangat menyayangi kamu dan saya tidak ingin kamu masuk neraka. Kamu tidak akan menemukan orang yang menasehatimu seperti saya. Anakku, kamu adalah darah dagingku, saya tidak rela bila kamu masuk neraka. Saya ingin kamu masuk surga bersamaku jika Tuhan memang menghendaki. Selamanya saya tidak akan membiarkan kamu menjadi kayu bakar api neraka.

3

Saya tawarkan pada Kita kitab Taisir al-Mannan fi Tafsiri kalami ar-Rahman yang ditulis oleh Syeikh Abdurrahman bin Sadi.

53. Bila putera-puteri kita menapaki usia tujuh tahun. Ambillah janjinya supaya bersedia melaksanakan shalat dengan mendekati mereka pelan-pelan. Siapkan diri mereka. Ini akan lebih memudahkan kita untuk upaya selanjutnya. 54. Ketika putera-puteri kita menyampaikan pertanyaan seputar hari kiamat, jadikanlah kesempatan itu untuk menjawabnya secara lugas serta menghubungkan perihal kebahagiaan dan keselamatan yang akan diperoleh pada hari itu dengan shalat yang harus mereka lakukan sekarang. 55. Targhib (hal-hal yang dapat membuat mereka berharap akan ridla Allah) dan tarhib (yang dapat membuat mereka takut akan siksa-Nya), harus kita sampikan secara berimbang, jangan sampai berat sebelah dengan memberikan porsi lebih salah satu dari keduanya. 56. Dalam mengarungi bahtera kehidupan, kita beserta keluarga juga harus menyibukkan diri dengan urusan ketuhanan, tenggelam dalam beribadah kepada-Nya dan membiasakan untuk selalu mendekatkan diri dengan sungguh-sungguh pada-Nya. Oleh karena itu, sejak dini kita harus menanamkan dan mengokohkan keyakinan putera-puteri kita akan benarnya tingkatan-tingkatan balasan bagi orang yang mengerjakan dan meninggalkan ibadah. Misalnya kita menyampaikan pada mereka bahwa orang yang meninggalkan shalat akan mendapatkan siksa, orang yang melakukan maksiat akan memperoleh balasan yang setimpal di dunia dan akhirat kelak, dan bahwa ketaatan akan mendatangkan manisnya hidup, kemudahan dalam menyelesaikan urusan, petunjuk kebenaran dan kebahagiaan, terlebih bagi orang yang selalu menjaga shalatnya. 57. Jelaskan pada putera-puteri kita tentang nikmat-nikmat Allah yang mereka rasakan selama ini, jelaskan secara panjang lebar dan mendetail. Upayakan agara perhatian mereka tertuju pada nikmat-nikmat yang biasanya dianggap remeh oleh kebanyakan orang. Lalu jelaskan pada mereka bahwa nikmat-nikmat tersebut wajib kita syukuri dengan cara beribadah dan shalat kepada sang pemberi nikmat; Allah. Buatlah mereka agar selalu mencintai-Nya. 58. Katakan pada mereka, Shalat merupakan identitas seorang muslim yang membedakannya dari orang kafir. Seseorang hanya mempunyai dua pilihan, menjadi muslim atau kafir. Dua hal yang tidak akan pernah menyatu dalam diri seseorang. 59. Bersyukurlah ketika kita melihat mereka melaksanakan shalat tanpa ada seorang pun yang mengingatkannya. 60. Kita harus memastikan bahwa wudlu mereka sempurna. Ikuti di belakangnya ketika mereka berwudlu. Bacakan hadits Rasulullah berikut di dekat telinga mereka, 4

Orang yang tidak mempunyai wudlu, maka shalatnya tidak sah 61. Saat putera-puteri kita menyukai sesuatu, jelaskan padanya bahwa sesuatu yang mereka sukai akan dilipatgandakan kelak di surga dan kelezatan rasanya akan lebih sempurna. Segala sesuatu yang yang tedapat di surga lebih baik dari yang ada di dunia.

4

Riwayat al-Hakim dalam kitab al-Mustadrok bab bersesuci. Hadits ke-518. juz 1 hal. 245.

62. Sebaiknya seorang ibu memberi petuah pada puterinya, bahwa orang yang berbuat maksiat akan diliputi kegelapan yang tampak jelas di wajahnya. Meskipun secara lahir dia memilki kulit putih, atau bahkan sudah dirias dengan satu kilo kosmetik kecantikan sekalipun. Sebaliknya, orang yang berbuat kebaikan akan dihiasi cahaya yang terpancar jelas dari wajahnya, meskipun secara lahir dia memiliki kulit cokelat atau sawo matang. Sebab, hal ini tidak berkaitan sama sekali dengan warna kulit lahiriah, dan tidak seorangpun yang dapat menyembunyikannya. Karena setiap orang yang memiliki mata hati akan dapat melihatnya dengan jelas. 63. Curahkanlah segenap kemampuan kita dalam membimbing mereka shalat sebagaimana ketika kita membimbing mereka belajar, atau bahkan porsi untuk membimbing mereka untuk shalat harus lebih banyak dari pada belajar. 64. Berceritalah tentang kisah-kisah klasik sampai kontemporer. Yakni yang menceritakan tentang husnul khatimah (akhir yang baik), suul khatimah (akhir yang jelek), akibat meninggalkan shalat dan balasan bila selalu melaksanakannya. 65. Bacalah ayat-ayat di bawah ini secara berulang-ulang saat Kita mengingatkan mereka untuk shalat dalam berbagai kesempatan. dan dirikanlah shalat olehmu peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu (al-Baqarah: 238) sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang membersihkan diri (dengan beriman)* dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang (al-Ala: 14-15) dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku (al-Baqarah: 43)

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) (Luqman: 17)

dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasulnya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa darimu dan ahlul bait dan membersihkan kamu sebersihbersihnya (al-Ahzab: 33)

dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orangorang yang ingat (Huud: 114) dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku masih hidup (Maryam: 31) maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat * (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (al-Maauun: 4-5) 66. Bagi seorang ibu, jika berencana menyertai puterinya bepergian demi suatu kepentingan, lalu kita melihatnya tidak cekatan saat berpakaian, maka jangan sampai kita mengatakan, Cepat shalat, kita sudah terlambat, tetapi sebaiknya kita mengatakan, Cepatlah berpakaian, tapi jangan terburu-buru dalam melaksanakan shalat. Jangan sampai pula mencelanya hanya karena mereka tidak segera melaksanakan shalat sehingga menghambat kepentingannya. Tetapi kita cukup memerintahnya agar dia melaksanakan shalat tepat pada waktunya. 67. Sampaikan lebih banyak hadits tentang signifikansi shalat di sisi Allah, hari kiamat, surga, neraka, dan enam rukun iman secara universal. 68. Berdoalah agar Allah menghidupkan hati putera-puteri kita. Doakan mereka dengan halhal yang baik, jangan sebaliknya. Selalu doakan mereka baik saat mereka tidak ada atau pada saat mereka berada di samping kita. 69. Cintailah putera-puteri kita dengan sepenuh hati semata-mata karena Allah, sehingga kita berkemampuan membimbing mereka dalam meniti jalan menuju surga dan menghindari jalan ke neraka. 70. Bertawakkallah kepada Allah dan berbaik sangkalah kepada-Nya atas kesempurnaan dan keberhasilan upaya yang kita rintis. Berdoalah pada-Nya agar memudahkan upaya kita dan agar budi pekerti putera-puteri kita diperbaiki oleh-Nya. 71. Kita akan merasa letih dan lelah hanya pada lima tahun pertama saja, selebihnya kita tinggal menikmati hasil upaya kita di sisa umur kita. Kita akan merasa bahagia dengan perangai baik putera-puteri kita. Hal itu akan terjadi jika kita berupaya membiasakan mereka untuk shalat dan berbuat kebaikan sejak dini, terutama pada fase pertama. 72. Ajarilah mereka surat-surat pendek dari al-Quran dan jelaskan isi kandungannya, agar mereka dapat memahami dan menghafalkannya, supaya mereka kemudian dapat menggunakannya dalam pelaksanaan shalat. 73. Belilah mukena (rukuh) dan sajadah baru untuk puteri kita, supaya dia lebih termotivasi dalam melaksanakan shalat.

74. Bayangkan bagaimana bila kelak putera-puteri kita masuk neraka, sedangkan puteraputeri si anu masuk surga. Sebagai orang yang mempunyai hati nurani dan jiwa kasih sayang, Kita pasti tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Tetapi ada orang yang tertipu dan tidak memahami arti kasih sayang kepada anak yang sebenarnya. Dia hanya memperlihatkan kasih sayangnya dengan merasa iba ketika anaknya kedinginan dan kepanasan. Iba ketika harus membangunkannya saat tidur dan iba ketika harus membangunkannya untuk menunaikan shalat dan melakukan hal-hal yang dirasa berat. Padahal dengan begitu, dia malah membiarkan mereka merasakan adzab yang pedih. Jika dia memahami makna kasih sayang yang sesungguhnya, maka dia tidak akan membiarkan mereka terjerumus ke neraka jahanam. Maka di mana letak kasih sayang kita kepada mereka sebagai orang tua? 75. Ketika menegur atau memberi mereka hukuman, klasifikasikan hal itu di antara puteraputeri kita. Hal itu harus disesuaikan dengan mentalitas dan karakter mereka yang telah kita ketahui setelah sekian lama berinteraksi bersama mereka. Karena teguran dan hukuman yang kita berikan pada salah seorang dari mereka belum tentu sesuai untuk diterapkan pada yang lain. 76. Bantulah mereka agar dapat melaksanakan shalat tepat pada waktunya. Antara lain dengan beberapa cara sebagai berikut: Memperbaharui jadwal makan siang keluarga kita, jangan melakukannya saat waktu shalat dhuhur atau shalat ashar. Memperbaharui jadwal makan malam, jangan melakukannya saat waktu shalat isya. Ketika kita mencari tempat tinggal, usahakan menempati rumah yang bersebelahan dengan mesjid. Sediakan air hangat saat cuaca dingin, demikian pula sebaliknya bila cuaca panas. Sediakan waktu yang cukup bagi mereka untuk tidur. Jangan biarkan mereka tidur sejenak ketika hampir masuk waktu shalat, hal ini mengakibatkan mereka tidak bangun ketika sudah masuk waktu shalat. Misalnya : - Seorang ibu menidurkan anaknya yang sudah tamyiz (dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk) terlebih dahulu saat waktu shalat isya masih lama, sebagai langkah pembelajaran bagi mereka. - Sebelum shalat ashar, upayakan anak-anak kita untuk makan sedikit saat makan siang, kemudian tidur sebentar untuk persiapan shalat. - Usahakan agar mereka tidak beranjak tidur sebelum melaksanakan shalat fardlu, terlebih jika waktu shalat hampir tiba. 77. Upayakan dan persiapkan mereka agar dapat memikul tanggung jawab sendiri dalam hal ibadahnya. Misalnya dengan mengatakan pada mereka berulang-ulang, Saya telah menyuruhmu untuk melaksanakan shalat, kelak kamu akan dihisab (dihitung amal perbuatannya) oleh Allah perihal shalat ini. Saya takut jika kamu kelak masuk neraka. Saya ingin kelak kamu masuk surga. Maka kamu sekarang tinggal memilih mana yang akan kamu ambil. 78. Ceritakan pada mereka hal-hal yang kita peroleh dari seminar dan diskusi-diskusi yang kita ikuti, hal-hal yang kita peroleh dari buku ketika mereka melihat kita sedang membaca, atau hal-hal yang kita peroleh dari kaset-kaset saat mereka memergoki kita sedang mendengarkannya. Yang penting hal-hal tersebut berkaitan dengan shalat dan hari kiamat secara universal.

Misalnya : dalam seminar yang saya ikuti tadi, kyai ini menjelaskan tentang siksa kubur, demikiandemikiandst. dalam buku yang saya baca ini, saya menemukan pengetahuan baru tentang kegunaan shalat, yakni demikian.dst. dalam kaset yang saya dengarkan ini, saya menyimak kisah-kisah yang sangat menarik perihal balasan bagi orang yang meninggalkan shalat, yakni demikian.dst. 79. Praktek langsung ke lapangan. Undanglah kerabat-kerabat dekat untuk menemani puteraputeri kita dalam belajar tata-cara berwudlu dengan langsung mempraktikkannya. Dan pada hari berikutnya praktik shalat dan kemudian dilanjutkan dengan prektik shalat berjamaah. Adakan sebuah kompetensi tentang bagaimana pelaksanaan shalat yang baik dan benar. Lalu dilanjutkan dengan kompetensi lisan seputar masalah-masalah dasar yang berhubungan dengan wudlu dan shalat. Praktik lapangan seperti ini akan membuat mereka lebih cepat memperoleh pemahaman dan mengurangi resiko lupa. 80. Tumbuhkan spirit dalam diri masing-masing mereka untuk bersaing dalam melakukan ibadah, perbuatan baik pada umumnya dan shalat pada khususnya. 81. Khusus untuk putera-puteri kita, sediakan buku-buku dan kaset-kaset tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah, hukumnya orang yang meninggalkan shalat, tentang alam kubur, surga dan neraka. Demikian pula buku-buku yang berisi gambar-gambar yang menjelaskan tata-cara memandikan mayat, mengkafaninya, menggali kubur dan membuat liang lahat. Dengan semua buku itu, hati mereka akan lebih tergerak dan terpacu untuk selalu melaksanakan shalat. 82. Jangan sampai kita lengah untuk selalu mengingatkan mereka untuk melaksanakan shalat kapanpun dan di manapun mereka berada. Di luar rumah, sedang terbaring sakit, dalam perjalanan, hari ujian, hari libur, bergadang saat menginap di rumah kerabat dan sebagainya. 83. Dua puluh menit sebelum masuk waktu shalat, ajaklah putera-puteri kita untuk mempersiapkan diri. Sehingga mereka akan terbiasa mengikuti takbiratul ihramnya shalat. Dengan demikian jika mereka tertinggal satu atau dua rakaat shalat, maka mereka tidak akan menganggapnya remeh. 84. Setelah kita sering berdoa meminta pertolongan pada Allah, mintalah bantuan kepada orang yang juga berkewajiban melaksanakan shalat dan tinggal di rumah kita. Seperti kakek, nenek, paman, bibi, pembantu dan yang lainnya. Mintalah supaya mereka juga memainkan perannya untuk memotivasi putera-puteri kita untuk melaksanakan shalat. 85. bagi seorang ibu yang hobi menghadiri pesta pernikahan bersama puterinya yang sudah menapaki usia remaja. Kemudian tiba-tiba wudlu puterinya batal setelah beberapa lama dia merias wajahnya dengan face powder sedangkan dia belum melaksanakan shalat isya misalnya. Keadaan kemudian menjadi dilematis, karena dia juga menghadapi resiko terlambat menghadiri pesta pernikahan. Bagaimana reaksi dan sikap sang ibu seharusnya? Dengan penuh lapang dada dan tanpa mencela, mintalah puteri Kita agar segera membasuh mukanya, berwudlu kemudian shalat, sekalipun dengan resiko terlambat menghadiri pesta. Kita harus berhati-hati, jangan sampai kita mengatakan, Kamu shalat

nanti saja kalau kita sudah kembali (yakni setelah waktu shalat habis). Jika demikian kita akan termasuk orang yang diterangkan dalam surat al-Maun ayat 4-5: maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat * (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (al-Maauun: 4-5) Kita juga harus waspada, karena dengan demikian kita telah mengantarkan puteri kita untuk berbuat maksiat. Jangan sampai api neraka membakar tubuh kita dan puteri kita hanya karena urusan pesta. 86. Mintalah putera-puteri kita yang sudah besar agar berkenan memotivasi adik-adiknya untuk shalat, karena terkadang pengaruh mereka lebih besar dari pada kita dalam waktu tertentu. 87. Dalam urusan shalat, kita juga harus peduli pada anak kecil yang datang berkunjung ke rumah kita. Rasulullah SAW bersabda, Tidak sempurna iman seseorang sampai dia mencintai saudaranya seperti halnya dia mencintai dirinya sendiri.5 Kita pasti merasa senang saat melihat putera-puteri kita shalat, maka kita seharusnya juga bersikap demikian terhadap anak saudara muslim lainnya. 88. Proyeksikan putera-puteri kita yang masih kecil agar supaya senang mengikuti kakakkakaknya dalam urusan shalat dan ibadah lainnya (seperti membaca al-Quran, bersedekah, melakukan umrah dan sebagainya). 89. Katakan pada putera-puteri kita, Sebagaimana sang kakak meminta adik-adiknya shalat, sang adik juga harus mengigatkan shalat jika melihat kakak-kakaknya bermalas-malasan melakukannya. Karena saling mengingatkan untuk shalat juga termasuk al-amru bi almaruf wa an-nahyu an al-munkar (menyuruh untuk berbuat kebaikan dan melarang berbuat kejahatan) yang merupakan ibadah agung dan akan mendatangkan balasan pahala yang besar. 90. Mayoritas ibu-ibu tidak berpangku tangan untuk terus berupaya membiasakan puteraputerinya shalat ketika sang ayah tidak ada (baik karena telah meninggal, telah bercerai, sedang bepergian atau karena tuntutan pekerjaan). Sebab mereka telah menyadari bahwa mereka juga dibebani tanggung jawab baik saat sang ayah ada atau tidak. Maka seorang ayah seharusnya juga menyadari tanggung jawabnya ketika sang ibu tida ada (meninggal, cerai, sakit atau tuntutan pekerjaan). 91. Ceritakan pada mereka kisah tentang rekan-rekan kita, dan mintalah agar mereka duduk dengan tertib. Saat seorang ibu mengetahui bahwa puteri rekannya yang seusia dengan puterinya selalu menjalankan hal-hal yang disyariatkan Allah, maka sering-seringlah dia berkunjung ke rumah rekannya itu sambil mengajak puterinya, dan kemudian dia meminta agar rekannya juga melakukan kunjungan balasan secara berkala. Demikian pula bagi seorang ayah, dia harus melakukan sesuatu untuk puteranya.

5

HR. Bukhari, Kitab al-Iman. Bab Iman Mencakup juga Mencintai Saudaranya seperti Halnya Dia Mencintai Dirinya.

92. Kita harus mempunyai prinsip yang kuat, jangan plin-plan dan ragu-ragu dalam bertindak. Peganglah prinsip kita itu dengan teguh. Sebagai penutup, dengan izin Allah kita akan berhasil dalam membimbing putera-puteri kita agar terbiasa dengan shalat. Jangan lupa bahwa kita sekarang sedang berjuang. Dengan artian, kita akan merasa lelah dan berat dalam upaya ini, tetapi kita akan memperoleh balasan pahala dari-Nya. Maka, kita tidak boleh enggan dan berputus asa. Karena selain kita, semua manusia juga sedang berjuang untuk anak-anak mereka. Dan sadarilah bahwa Allah akan selalu menyertai perjuangan kita.