94007-5-241585279340

Upload: muhammad-doni

Post on 12-Oct-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

merupakan modul yang membahas tentang komunikasi S-R yang mengasumsikan media massa sebagai media komunikasi (S) secara langsung cepat dan berpengaruh dalam menghasilkan sebuah tanggapan (R)

TRANSCRIPT

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI KULIAH KE - 4

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

MODUL

KOMUNIKASI MASSA

(3 SKS)

Pokok Bahasan: MODEL KOMUNIKASI MASSAOleh : Drs. Riswandi, M.Si.

TUJUAN INSTRUKSIONAL

Setelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan kembali tentang pengertian model, fungsi model, model S R, dan Model Schramm.

MODEL KOMUNIKASI MASSA

I. PENGERTIANModel adalah representasi suatu fenomena, baik nyata maupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut.

Model komunikasi tidak sama dengan fenomena komunikasi. Model adalah alat untuk menjelaskan atau untuk mempermudah penjelasan komunikasi.

Menurut Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi.

Model disebut juga sebagai gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori. Dengan perkataan lain, model adalah teori yang disederhanakan.

II. FUNGSI DAN MANFAAT MODEL Ada 3 fungsi model komunikasi sebagai berikut :

1. melukiskan proses komunikasi

2. menunjukkan hubungan visual

3. membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.

III. MODEL-MODEL KOMUNIKASI1. Model S R (Model Stimulus Respons)

Model S R adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya psikologi behavioralistik.

Model ini menjelaskan komunikasi sebagai suatu proses aksi-reaksi yang sangat sederhana.

Contoh model S R adalah :

= Seorang pria berekedip pada seorang wanita kemudian wanita itu tersipu malu.

= Si Ali tersenyum pada Rina, kemudian Rina membalas tersenyum pula.

Jadi model S R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan atau tulisan), isyarat nonverbal, gambar-gambar tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu.

Oleh karena itu, kita dapat menganggap proses ini sebagai pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan. Proses ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek.

Secara implisit, asumsi model S R mengatakan bahwa perilaku manusia dapat diramalkan. Singkatnya, komunikasi dianggap statis yang menganggap bahwa manusia selalu berperilaku karena kekuatan dari luar/stimulus, bukan berdasarkan kehendak atau keinginan sendiri.

Bagan model S R adalah sebagai berikut :

Stimulus Respons

Model S R ini sama dengan Model Jarum Suntik (Hypodermic Needle Model). Model ini mengasumsikan media massa secara langsung, cepat, dan ampuh/powerfull atau mempunyai efek yang kuat atas audience/khalayak.

Media massa diibaratkan sebagai sebuah jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) yang amat kuat dan menghasilkan tanggapan ( R ) yang kuat pula, bahkan secara otomatis, reflektif, dan mekanistis.

Model S R atau Jarum Suntik ini menggambarkan bahwa pesan-pesan media massa sampai kepada khalayak atau individu tanpa melalui perantara.

2. Model Komunikasi Jarum Hipodermik (Hypodermic Needle Model)Istilah model jarum hipodermik dalam komunikasi mssa diartikan sebagai media massa yang dapat menimbulkan efek yang kuat, langsung, dan terarah, dan segera. Efek yang segera dan langsung itu sejalan dengan pengertian Stimulus Respon yang mulai dikenal sejak penelitian dalam psikologi tahun 1930-an.

Menurut Elihu Katz, model ini berasumsi :

1) Media massa sangat ampuh dan mampu memasukkan ide-ide pada benak komunikan yang tak berdaya.

2) Khalayak yang tersebar diikat oleh media massa, tetapi di antara khalayak tidak saling berhubungan.

Model jarum hipodermik ini menganggap komunikasn bersifat pasif (tidak berdaya). Artinya komunikan menerima begitu saja pesan-pesan yang diberikan oleh media massa tanpa ada pertimbangan atau pemikiran terlebih dahulu. Ide-ide baru yang diterima dari media massa menimbulkan efek yang langsung, seperti obat yang dimasukkan ke dalam jarum suntik lalu ditanamkan kepada pasien/komunikan, sehingga dalam beberapa saat hasilnya sudah dapat dirasakan..

3. Model Komunikasi Satu Tahap (One Step Flow of Communication)Model komunikasi berikutnya adalah model komunikasi satu tahap. Model ini merupakan pengembangan dari model komunikasi jarum hipodermik. Karena itu, pesan yang disampaikan disalurkan melalui media massa langsung ditujukan kepada komunikan tanpa melalui perantara. Namun pesan tersebut tidak mencapai semua komunikan dan juga tidak menimbulkan efek yang sama pada setiap komunikan.Model komunikasi satu tahap ini mengakui bahwa :

1) Media tidak mempunyai kekuatan yang hebat

2) Aspek pilihan dari penampilan, penerimaan, pemahaman dalam ingatan

Yang selektif mempengaruhi suatu pesan.

4. Untuk setiap komunikan terjadi efek yang berbeda.

Selanjutnya model komunikasi satu tahap memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada saluran komunikasi massa untuk memancarkan efek komunikasi secara langsung.

4. Model Komunikasi Dua Tahap (Two Step Flow of Communication)

Model ini lahir berlandaskan pada model Jarum Hipodermik. Lazarsfeld, Berelson, dan Guadet melakukan penelitian mengenai efek-efek komunikasi massa pada kampanye pemilihan presiden di Amerika Serikat tahun 1940.

Studi yang mereka lakukan mencoba untuk mengetahui bagaimana peranan media massa dalam mengadakan perubahan. Hasilnya sangat mengejutkan, mengingat bahwa pengaruh media massa ternyata hanya kecil sekali. Orang lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan antarpribadinya dalam menentukan keputusan politiknya daripada dipengaruhi oleh media massa.Hasil penelitian tersebut menimbulkan anggapan bahwa ide-ide seringkali mengalir melalui radio dan media cetak dan diterima oleh pemuka pendapat (opinion leader). Melalui pemuka pendapat inilah ide tersebut tersebar ke seluruh anggota masyarakat.

Model komunikasi dua tahap ini dalam prosesnya berlangsung dua tahap.

Tahap I : dari media massa kepada orang-orang tertentu di antara mass audience (opinion leader) yang bertindak selaku gate keepers. Dari sini pesan-pesan media massa disampaikan keapda anggota-anggota mass audience yang lain sebagai Tahap II., sehingga pesan-pesan media akhirnya mencapai seluruh penduduk

Model komunikasi Massa Dua Tahap dpat membantu untuk menempatkan perhatian pada peranan media massa yang dihubungkan dengan komunikasi antarpribadi. Perbedannya dengan model jarum hipodermik yang memandang massa sebagai suatu kesatuan yang terdiri ari individu-individu yang pasif terikat pada media, adalah bahwa model yang kedua ini memandang massa sebagai individu-individu yang aktif berinteraksi.

Bagan Two Step Flow Model adalah sebagai berikut :

Pesan-pesan Opinion Followers

Media massa Leaders (Mass Audience)

Para opinion leaders dan followers secara keseluruhan adalah mass audience. Pada umumnya opinion leaders lebih banyak bersentuhan dengan media massa dibandingkan dengan followers. Karena posisinya, opinion leaders berpengaruh terhadap followers-nya, yang karena peranan opinion leaders pesan-pesan media massa mendapatkan efek yang kuat.

Bagan tersebut memperlihatkan bahwa Model Alir Dua Tahap merupakan komplementaritas antara komunikasi massa dan komunikasi antarpribadi. Tahap pertama dari media massa ke opinion leaders adalah komuniaksi massa, sedangkan Tahap kedua dari opinion leaders kepada followers adalah komunikasi antarpribadi.

Berdasarkan bagan tersebut terlihat bahwa volume informasi yang sampai kepd masyarakat telah disaring oleh pemuka pendapat. Hal ini berarti bahwa pemuka pendapat dapat menambah atau mengurangi volume informasi semula yang disebarkan oleh media massa, sehingga bobot dan variasi informasi akan berubah sesuai dengan pemikiran pemuka pendapat. Kemungkinan penambahan dn pengurangan bobot dn variasi volume informasi itu bias positif dan bia pula bersifat negative, tergantung pada watak dan kepentingan pemuka pendapat tersebut. Jadi pemuka pendapat berperan sebagai gate keeper atau penjaga gerbang informasi.Model alir dua tahap ini dikembangkan sebagai suatu studi klasik tentang perilaku pemilih dalam kasus pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 1940 oleh Paul Lazarsfeld dkk.

Penemuan teori Lazarsfeld ini sekaligus menjatuhkan model/teori peluru atau jarum suntik (Hypodermic Needle Model).

Kelebihan Model Alir Dua Tahap

1. Model ini banyak membantu kita dalam memusatkan perhatian atas adanya hubungan yang komplementer atau saling melengkapi antara komunikasi massa dan komunikasi antarpribadi.

2. Adanya peranan aktif dari pemuka pendapat (opinion leaders) dan cara-cara berkomunikasi tatap muka yang dipandang mempunyai peranan penting dalam setiap situasi komunikasi, khususnya bagi masyarakat di negara berkembang.

3. Model ini secara umum memberikan kerangka kerja yang secara konseptual dapat dipakai guna meneliti gejala komunikasi yang bersifat kompleks.4. Model komunikasi dua tahap ini memprlihat dua hal yang menonjo, yaitu :

a. Diberikannya perhatian khusus pada peranan pemuka pendapat sebagai sumber informasi

b. Beberapa penyempurnaan dari model komunikasi dua tahap sebagaimana dikenal dalam model komunikasi satu tahap dn model komunikasi banyak tahap.Kekurangan Model Alir Dua Tahap

1. Model tersebut menyatakan bahwa individu yang aktif dalam mencari informasi hanyalah pemuka pendapat, sedngkan anggota masyarakat pada umumnya bersifat pasif. Kegiatan pemuka pendapat dianggap sebagai usaha untuk memperoleh kesempatan berperan sebagai pemrakarsa komunikasi. Kenyataan memperlihatkan bahwa ad model komunikasi yang menunjukkan bahwa pemuka pendapat ada yang pasif dalam mencari informasi.

2. Pandangan bahwa dalam proses komunikasi massa pad hakikatnya terjadi dua tahap, ternyata membatasi proses analisisnya, sebab proses komunikasi dapat terjadi dalam dua tahap atau lebih. Dalam kasus tertentu, dapat saja terjadi proses komunikasi satu tahap, misalnya media massa langsung mempengaruhi khalayak. Dalam kasus lain, media massa menimbulkan proses komunikasi banyak tahap.

3. Model komunikasi dua tahap menunjukkan betapa tergantungnya pemuka pendapat akan informasi yang disebarkan media massa. Tetapi sekarang ini ada indikasi yang membuktikan bahwa pemuka pendapat memperoleh informasi melalui asluran-saluran yang bukan media massa.

4. Penelitian tahun 1940 tersebut, yang menghasilkan model komunikasi dua tahap, mengabaikan perilaku khalayak berdasarkan waktu pengenalan ide baru. Penelitian tentang difusi dan inovasi menunjukkan bahwa mereka yang mengenal lebih dahulu sudatu ide baru ternyata lebih banyak memanfaatkan media massa dibandingkan dengan mereka yang mengenal ide baru tersebut kemudian. Dengan demikian, para pemuka pendapat pada umumnya adalah pengenal awal ide baru, seangkan ketergantungan mereka pada media massa lebih banyak ditentukan oleh kedudukan mereka sebagai pengenal aawal daripad sebgai pemimpin masyarakat.

5. Berbagai saluran komunikasi berperan dalam berbagai tahap penerimaan inovasi dan proses pengambilan keputusan. Model komunikasi dua tahap tidak menunjukkan adanya perbedaan peranan dari berbagai saluran komunikasi dlam hubungannya dengan tahap-tahap inovasi. Studi tentang difusi inovasi menunjukkan beberapa tahap sebagai berikut :

a. tahap penyadaran

b. tahap pembujukan

c. tahap keputusan

d. tahap pemantapan

6. pemisahan khalayak atas pemuka pendapat dan masyarkat pengikut

diberikan oleh model komunikasi dua tahap. Padahal dalam kenyataan,

tidak selamanya mereka yang disebut followers adalah menjadi pengikut

dari pemuka pendapat.

Kritik yang terutama diberikan pad model ini adalah, kenyataan Menunjukkan bahwa proses komunikasi massa tidak berjalan

Sesederhana atau semata-mata dua tahap.

PENGUKURAN KEPEMIMPINAN PEMUKA PENDAPATAda 3 metode utama untuk mengukur kepemimpinan pemuka pendapat sebagai berikut:1) Sociometric Method

Menurut metode ini kepada masyarakat ditanyakan kepada siapa mereka meminta atau mencari informasi atau nasihat mengenai masalah-maslah kemasyarakatan yang mereka hadapi. Pemimpin dalam hal ini adalah mereka yang menjadi anggota masyarakat tersebut dan yang memiliki informasi banyak.

Metode sosiometrik ini merupakan alat pengukur ayng paling valid untuk menentukan siapa yang amenjadi pemimpin dalamm masyarakat sesuai dengan pandangan para pengikutnya.

2) Informants Rating

Dalam metode ini diajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu kepada orang-orang tertentu (responden) yang dianggap sebagai key informan dalam amsyarakat mengenai siapa yang dianggap masyarakat sebagai pemimpinnya. Key informan yang dipilih harus yang benar-benar akrab dengan sistem masyarakat.

3) Self Designating Method

Kepada setiap responden diajukan rangkaian pertanyaan untuk menentukan dalam tingkat mana ia menganggap dirinya sebagai pemimpin dalam masyarakatnya. Pertanyaan khas yang dapat diajukan adalah : menurut saudara, selain pada pemuka pendapat pada siapakah masyarakat meminta informasi atau nasihat? Validitas pertanyaan ini banyak bergantung pada ketepatan respondenn untuk mengidentifikasi dirinya sebagai pemimpin.

Karakteristik Pemuka Pendapat

1. Lebih tnggi pendidikan formalnya daripada anggota masyarakat lainnya

2. Lebih tinggi status sosial ekonominya

3. Lebih inovatif dalam mengadobsi nilai-nilai dan ide baru

4.lebih tinggi pengenalan medianya

5. Kemampuan emphaty mereka lebih besar

6. Partisipasi sosial mereka lebih besar

7. Lebih kosmopolit

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMBDrs. Riswandi, M.Si

KOMUNIKASI MASSA