95503087 panduan pembiayaan bmt
TRANSCRIPT
Manajemen Pembiayaan Oleh : Ridha Nugraha
Panduan Untuk Koperasi Syariah SDM Kementerian Koperasi
BAB I PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Secara etimologi pembiayaan berasal dari kata biaya, yaitu membiayai
kebutuhan usaha sedangkan definisi pembiayaan berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah tentang petunjuk pelaksanaan
kegiatan usaha simpan pinjam ksp/usp koperasi pola syariah pasal 1 ayat 10
menyebutkan bahwa Pembiayaan adalah penyediaan dana dan atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan akad
bagi hasil, dan atau akad jual beli antara KSP Syariah/USP Syariah dengan
anggota yang mewajibkan anggota untuk melunasi pokok pembiayaan yang
diterima sesuai akad disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan bagi hasil
dan atau marjin. Pembiayaan merupakan aktivitas penting dalam lembaga
keuangan karena aktiva paling besar dalam sebuah lembaga keuangan adalah
outstanding portofolio pembiayaan yang juga merupakan sumber pendapatan
utama penunjang keberlanjutan lembaga keuangan. Semakin tinggi outstanding
pembiayaan maka semakin besar peluang pendapatan yang akan diperoleh, tetapi
semakin besar pula resiko yang dihadapi. Untuk itu dalam buku ini titik beratnya
bukan pada penanganan pembiayaan bermasalah namun bagaimana memberikan
pembiayaan berkwalitas dan menghindari resiko pembiayaan sekecil mungkin
sehinga perlu adanya manajemen pembiayaan yang baik.
Dalam ilmu manajemen bahwa manajemen pembiayaan merupakan suatu
cara usaha mengatur dan melakukan proses pembiayaan untuk mencapai tujuan
pembiayaan yaitu keamanan, kelancaran dan menghasilkan. Usaha mengatur dan
melakukan proses pembiayaan ini adalah dengan melakukan analisa kelayakan
usaha dan analisa pembiayaan. Analisa kelayakan berdasarkan usaha meliputi
aspek manajemen, aspek pemasaran, aspek produksi, aspek hukum, aspek
1
keuangan dan aspek sosial ekonomi. Layak berdasarkan hasil analisa kelayakan
usaha belum tentu layak dibiayai karena tidak cukup hanya layak usaha namun
perlu adanya analisa kelayakan pembiayaan dengan memperhatikan faktor
carakter, capital, capacity, condition dan colateral atau dikenal dengan istilah 5C.
Penerapan 5C bukan sekedar syarat diatas kertas, tetapi masuk dalam ruang bisbis
anggota. Salahsatu yang membedakan analisa pembiayaan pada sistem syariah
dengan konvensional adalah bagaimana pihak KJKS/UJKS/BMT terjun langsung
melihat dan terlibat dalam proses bisnis calon anggota sehingga memahami betul
kejadian-kejadian bisnis. Ini dilakukan karena KJKS/UJKS/BMT bukan
memberikan pinjaman uang tetapi KJKS/UJKS/BMT terlibat dalam bisnisnya
anggota. Untuk itu disusun panduan manajemen pembiayaan sebagai acuan bagi
para praktisi KJKS/UJKS/BMT agar tidak memberikan perlakuan berbeda kepada
calon anggota siapapun sehinggga bila anggota melakukan pengajuan pembiayaan
dapat memahami dengan jelas tahapan dan proses yang berlaku.
Panduan ini juga dilatarbelakangi oleh keragaman anggota pada
KJKS/UJKS/BMT, agar para pengelola dapat melakukan pembiayaan kepada
anggota dengan cepat, tepat dan cermat sehingga bukan hanya sekedar aturan
tetapi lebih dari itu merupakan kebutuhan bagi KJKS/UJKS/BMT. Oleh sebab itu
dalam proses pembiayaan KJKS/UJKS/BMT melakukan tingkat kehati hatian baik
sebelum melakukan pencairan maupun setelah melakukan pencairan.
Sebagai agama universal yang menjadi rahmat bagi alam semesta secara
prinsip Islam mengatur masalah hutang piutang. Dalam Al-quran surat Al-
Baqoroh : 282 dijelaskan tentang prinsip hutang piutang. “ Hai orang-orang yang
beriman apabila kamu bermu’amalah (seperti jual beli, hutang piutang atau sewa-
menyewa) tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan hendaklah kamu
menuliskannya. …….. “ (2: 282). Orang yang makan riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syetan lantaran penyakit gila.
Keadaan mereka demikian disebabkan mereka berkata , sesungguhnya jual beli
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba …..” (QS. 2 : 275). Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah
dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang mengaku mukmin, Maka jika kamu
meninggalkan sisa riba maka ketahuilah bahwa Allah dan Rosulnya akan
2
memerangimu. Dan jika kamu bertaubat dari mengambil riba bagimu pokok
hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.” (QS. 2 : 278 – 279)
Jabir berkata, bahwa Rosulullah saw. mengutuk orang yang menerima riba, orang
yang memberinya, orang yang mencatatnya dan dua orang saksinya , kemudian
beliau bersabda : “ Mereka itu semua sama” (HR Muslim no 2995, kitab al-
Masaqqoh). Berdasarkan sinyal quran dan hadis Rosul ini maka perlu secara
teknis panduan pembiayaan, agar setiap langkah yang lansung berhubungan
dengan pembiayaan berjalan sesuai yang diharapkan
B. TUJUAN
Tujuan dari panduan manajemen pembiayaan ini adalah :
1. Sesuai dengan ketentuan syariah yang mengacu pada fatwa dewan syariah
2. Menghasilkan pembiayaan yang berkwalitas yaitu keamanan (pembiayaan
aman dalam usaha), kelancaran (pembiayaan lancar dalam pengembalian
dan menghasilkan (pembiayaan menghasilkan keuntungan bagi anggota)
3. Keberlanjutan (sustainable) KJKS/UJKS/BMT
BAB II
JENIS PEMBIAYAAN PADA KJKS/ UJKS/ BMT
A. JENIS PEMBIAYAAN BERDASARKAN TUJUAN
3
Berdasarkan tujuan penggunaannya, jenis pembiayaan dibagi menjadi dua yaitu
tijari (bisnis) dan Pinjaman Kebajikan (tabaru)
1. TIJARI
1.1Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan jangka pendek yang diberikan
kepada anggota untuk memenuhi kebutuhan modal kerja seperti
pembelian/pengadaan/penyediaan unsur-unsur barang dalam rangka
perputaran usaha sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
1.2Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang diberikan untuk memenuhi
kebutuhan pengadaan sarana/prasarana usaha (aktiva tetap).
1.3Pembiayaan jasa, yaitu pembiayaan yang dapat digunakan untuk sewa
suatu barang, talangan dana, maupun biaya jasa suatu pengurusan
(diutamakan secara kolektif).
1.4Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan untuk anggota
KJKS/UJKS/BMT untuk keperluan konsumtif, seperti perbaikan rumah,
pembelian alat rumah tangga dan lain-lain
2. PINJAMAN KEBAJIKAN ATAU TABARU
Pinjaman dalam akad syariah merupakan bagian dari kebajikan atau tabaru
sehingga bila tujuan KJKS/UJKS/BMT memberikan bantuan pinjaman
harus dalam bentuk kebajikan, karena pinjaman dalam akad syariah tidak
boleh menambah dari pokok. Pemberian pinjaman harus sesuai dengan
sasaran pengguna dan bentuk pengunaannya
B. JENIS PEMBIAYAAN BERDASARKAN METODE
Jenis pembiayaan berdasarkan metode dibagi menjadi dua yaitu dengan metode
individu dan kelompok.
1.Pembiayaan Metode Individu, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada
individu atau perseorangan dan tidak melakukan pembiayaan secara kolektif,
4
masing-masing bertanggung jawab atas pembiayaannya sehingga dibutuhkan
syarat-syarat yang menjamin pengembalian pembiayaan. Ada dua
kemungkinan didalam memasarkan produk pembiayaan individu, yang
pertama dengan cara jemput bola dan kedua, menunggu calon mitra datang
ke KJKS/UJKS/BMT. Pertama. Pemasaran melalui jemput bola.
Pembiayaan melalui jemput bola dilakukan dengan cara inisiatif dan proaktif
dimana KJKS/UJKS/BMT menawarkan produknya, tentu harus melihat
prosfek dan peluang usaha calon mitra. Walaupun dengan cara menawarkan
produk, KJKS harus memiliki posisi tawar jangan sampai kesan yang
muncul pada calon mitra bahwa KJKS menjadi sangat butuh melempar
dana, namun sebaliknya KJKS menyampaikan informasi bahwa calon mitra
menjadi merasa butuh kehadiran KJKS, artinya dibangun situasi yang saling
membutuhkan. Kasus yang dapat dilihat dalam paraktik di lapang misalnya
di sebuah pasar tradisional seorang pedagang kelontong melakukan
pembayaran setiap hari kepada bank keliling, kejadian seperti itu merupakan
kesempatan petugas lapang KJKS untuk mealukan pendekatan dengan calon
mitra dan menggali informasi lebih jauh tentang kondisi sebenarnya,
kesempatan itulah yang dilakukan petugas lapang untuk memberikan
gambaran pola kerja, keunikan dan kelebihan yang dimiliki
KJKS/UJKS/BMT, namun petugas lapang sekali-kali tidak menawarkan
pembiayaan secara terbuka tetapi justru memancing calon mitra bertanya
dan mengajukan pembiayaan. Saat itulah KJKS/UJKS/BMT memiliki posisi
tawar sehingga calon mitra mudah untuk memenuhi persyaratan menjadi
mitra KJKS. Kedua. Pemasaran menunggu calon mitra. Pengajuan
pembiayaan yang disebabkan oleh calon mitra yang langsung datang ke
KJKS/UJKS/BMT dapat mempermudah KJKS/UJKS/BMT dalam
menjelaskan sistem. Hal terpenting dalam menjelaskan pembiayaan adalah
tidak pernah menyampaikan pinjaman kepada calon mitra, jika ada calon
mitra datang ke KJKS/UJKS/BMT untuk pinjam uang, maka dengan tegas
bahwa KJKS tidak memberikan pinjaman tetapi memberikan fasilitas
pembiayaan (kerjasama usaha), menjual modal kerja atau investasi dan
5
produk lainnya. Dengan demikian kebutuhan calon mitra menjadi jelas dan
penggunaannya insya Allah tidak akan disalahgunakan
2.Pembiayaan Metode Kelompok, yaitu pembiayaan yang diberikan
melalui mekanisme kelompok. Sasaran pembiayaan melalui mekanisme
kelompok dapat dibedakan dengan cara kolektif karyawan yang bernaung di
bawah suatu lembaga, kelompok sesuai dengan jenis usaha dan kelompok
bedasarkan demograpi atau daerah tempat tinggal. Alasan menggunakan
metode kelompok karena pembiayaan ini nilanya kecil-kecil, berada dalam
satu komunitas dan rata-rata calon mitra tidak memiliki jaminan. Metode ini
memiliki kelebihan dan keunikan tersendiri. Dari sisi biaya opersional lebih
murah karena dapat menghemat biaya transaksi, dari sisi resiko lebih kecil
karena selain mudah dikontrol pembiayaannya menyebar ke banyak orang.
Memasarkan produk melalui metode kelompok sama dengan metode
individu yaitu dengan cara jemput bola dan menunggu calon mitra. Kasus
yang dapat dilihat pada praktik lapang untuk menawarkan pembiayaan pada
metode kelompok adalah melalui survey pemetaan wilayah (memilih
wilayah yang potensial untuk dikembangkan) dan sosialisasi umum baik
melalui undangan ataupun pada acara pertemuan rutin warga. Setelah
melakukan survey dan sosialisasi umum, dilakukan tahapan kegiatan: analisa
pembiayaan, komite (rapat keputusan), pelatihan kelembagaan, aturan main
kelompok, pencairan pembiayaan dan pertemuan rutin kelompok.
C. JENIS PEMBIAYAAN BERDASARKAN SEGMENTASI PASAR
Untuk menghasilkan kwalitas pembiayaan yang baik, segmentasi pasar KJKS
disesuaikan dengan karakter KJKS itu sendiri yaitu meberikan fasilitas kepada
usaka kecil dan mikro dengan ketentuan :
◊ Bukan usaha baru
◊ Proyek atau yang bersifat temporer
◊ Prospektif
6
◊ Memiliki kemampuan bayar atau kekuatan
simpan (Power saving) memenuhi untuk bayar
◊ Domisili dlm radius wilayah pemasaran
(terjangakau secara rasional oleh Sumber daya lembaga)
◊ Memiliki karakter yang baik
◊ Memiliki agunan susuai ketentuan
◊ Khusus Kelompok berdasarkan musyawarah
kelompok
BAB IIIASPEK MANAJEMEN PEMBIAYAAN
PADA KJKS/ UJKS/BMT
A.TARGET PASAR
Dalam upaya peningkatan aktivitas pembiayaan, perlu kiranya dibuat suatu
pedoman dalam kegiatan solisitasi dan proses pembiayaan. Untuk itu target
pasar pembiayaan KJKS adalah sebagai berikut :
1. Dari segi aktivitas ekonomi
7
a. Segmentasi umum, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada mitra
badan usaha atau perorangan secara umum, baik sendiri-sendiri ataupun
kolektif. Kegunaan pembiayaan untuk modal kerja, investasi, maupun
multiguna.
b. Segmentasi pasar, yaitu pembiayaan yang diberikan khusus untuk
memenuhi kebutuhan modal kerja, investasi, maupun multiguna para
pedagang pasar. Pengertian pasar adalah tempat bertemunya penjual
dan pembeli secara fisik untuk pelaksanaan transaksi jual beli.
2. Dari segi wilayah kerja
Wilayah kerja KJKS dalam melakukan pembiayaan adalah wilayah sekitar
kantor KJKS berada. KJKS perlu menentukan radius wilayah kerja, bila ada
mitra yang radiusnya cukup jauh maka yang harus dipertimbangkan adalah
jumlah droping di wilayah tersebut untuk mencapai BEP dan model
pendampingan kelompok agar efisien dan efektif . Penentuan orang kunci
(key person) sebagai penanggung jawab dalam menjakankan bisnis KJKS
pada wilayah tertentu menjadi sangat penting sehingga orang kunci (key
person) yang dipercaya KJKS perlu mendapat bagi hasil dari bisnis yang
dijalankan.
3. Dari segi jenis usaha
a. Perdagangan umum
b. Industri kecil
c. Jasa
d. Konsumtif
e. Dan lain-lain
Kebijakan jenis usaha ditentukan dengan kondisi ekonomi yang berlaku di
pasar.
4. Dari segi pengalaman
Diutamakan mitra yang telah memiliki pengalaman mengelola usaha
sejenis (untuk wiraswasta) atau karyawan minimal dua tahun
B.PRODUK PEMBIAYAAN
8
Produk pembiayaan adalah suatu jasa layanan KJKS yang dikemas sesuai
skema pembiayaan dan tujuan penggunaan dananya. Rincian produk
pembiayaan yang diberikan KJKS adalah :
1. Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah, adalah suatu bentuk pembiayaan perniagaan
dimana KJKS/UJKS/BMT sebagai pemilik modal (Sahibul Maal)
menyetorkan modalnya kepada anggota sebagai pengusaha (Mudarib)
untuk diniagakan dengan keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan
kesepakatan (nisbah) dari kedua belah pihak, dan apabila rugi ditanggung
oleh pemilik modal sepanjang bukan merupakan kelalaian anggota.
2. Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah, adalah suatu bentuk akad kerjasama perniagaan
antara beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya dalam suatu
usaha, dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta
dalam pelaksanaan manajemen usaha tersebut. Keuntungan dan risiko
dibagi menurut proporsi penyertaan modal atau berdasarkan kesepakatan
bersama.
3. Murabahah
Piutang Murabahah adalah tagihan dari akad jual beli antara
KJKS/UJKS/BMT dengan anggota atas transaksi jual-beli, yang
mewajibkan anggota untuk melunasi kewajibannya sesuai jangka waktu
tertentu disertai dengan pembayaran imbalan berupa marjin keuntungan
yang disepakati dimuka sesuai akad. Produk dari akad jual beli ini dapat
berupa Piutang Murabahah dan Produk Jual-Beli turunannya, yakni
Piutang Salam dan Istisna.
4. BAI AS-SALAM
9
Piutang Salam adalah perjanjian jual-beli barang dengan cara pemesanan
dan syarat-syarat tertentu dengan pembayaran harga lebih dahulu, dan
pengiriman barang yang dipesan diterima kemudian (ditangguhkan).
5. BAI AL-ISTHISNA
Piutang istisna adalah perjanjian jual beli barang dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepekati
antara pemesan dan penjual. Pada pembiayaan ini pembeli memesan
barang dan penjual membayarkan dana kepada pembuat barang pesanan,
bila barang pesanan selasai dibuat pihak penjual meyerahkan barang
pesanan pembeli kemudian dibayar oleh pembeli dengan cicilan
6. Al-IJARAH
Piutang ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa.
Pada pembiayaan ini digunakan untuk mengambil manfaat suatu barang
dan atau tempat dengan sistem sewa. KJKS/UJKS/BMT bertindak selaku
pemberi sewa, dan mitra sebagai penyewa. Beberapa contoh diantaranya
adalah sewa rumah, kios, ataupun sewa untuk perlengkapan pesta. Jangka
waktu pembiayaan disesuaikan dengan kegunaan sewa tersebut. Bisa juga
sewa dengan jenis mumtahia bit tamlik dimana sipenyewa diakhir masa
sewa dapat memiliki objek sewa jenis ini disetujui oleh Mazhab Hanafi,
Syafi’I, Hambali dan juga Imamiyah
7. Al-Ujrah
Jenis pembiayaan ini untuk keperluan anggota yang bersifat kegiatan jasa
seperti pembuatan SIM, pendidikan dan kegiatan lainnya.
KJKS/UJKS/BMT bertindak sebagai penyedia jasa layanan, misalnya
tukang ojeg membutuhkan SIM, KJKS/UJKS/BMT memberikan jasa
layanan SIM bekerjasama dengan kepolisian. Dan KJKS/UJKS/BMT
menetapkan harga layanan SIM kemudian dibayar oleh tukang ojeg sesuai
waktu yang diberikan oleh KJKS/UJKS/BMT
10
8. Al Qard
Disamping pembiayaan yang bersifat komersial (orientasi bisnis)
sebagaimana tersebut di atas, maka KJKS/UJKS/BMT syariah juga
memberikan pembiayaan yang bersifat sosial atau kebajikan (nirlaba).
Calon mitra yang mendapatkan pembiayaan ini adalah pengusaha kecil
yang memiliki semangat dan kemauan berusaha namun terhambat oleh
modal. Secara teknis KJKS/UJKS/BMT, calon mitra ini sulit untuk
mendapatkan pembiayaan. KJKS/UJKS/BMT tidak mendapatkan
keuntungan atas pembiayaan ini, dan mitra
C. SKEMA DAN CONTOH APLIKASI PEMBIAYAAN
SKEMA AL - MUDHARABAH
11
USAHA
KJKS
PEMBAGIANKEUNTUNGAN
PERJANJIANBAGI HASIL
KEAHLIAN MODAL 100 %
MUDHORIB
X % Y %
Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha/ perniagaan antara pihak pemilik
dana (shahibul maal) sebagai pihak yang menyediakan modal dana sebesar 100%
dengan pihak pengelola modal (mudharib).
APLIKASI :
Contoh pembiyaan bagi hasil ( Mudhaarabah)
Pak Amar mengajukan pembiayaan ke KJKS untuk beternak ayam pedaging
untuk 500 ekor sesuai dengan kapasitas kandang yang Pak Amar miliki, dari
hasil wawancara diketahui :
Biaya pemeliharaan Rp 200/ ekor x 500 Rp. 100.000.00
Biaya sewa kandang Rp 200/ekor x 500 Rp. 100.000.00
DOC (anak ayam) Rp 3000 x 500 Rp.1.500.000.00
Pakan perekor 2.5 kg x Rp 2000 x 500 Rp.2.500.000.00
Obat-obatan, penerangan dll Rp. 50.000.00
----------------------- +
Total dana yang dibutuhkan Rp.4.250.000.00
Kemungkinan I
Aqad Mudhaarabah dengan kesepakatan nisbah 30% KJKS : 70% Pak Amar
12
MODAL
Hasil panen selama 35 hari adalah sebagai berikut :
Terjadi mortalitas (kematian) 30 ekor
Berat panen rata-rata 1.25 kg perekor x 470 = 587,5 kg
Harga panen Rp 9000 /kg x 587,5 Rp.5.287.500
Keuntungan 5.287.500 – 4.250.000 Rp.1.035.500
Bagi Hasil KJKS/UJKS/BMT 30% Rp. 311.250
Konversi 7 %
Kemungkinan II
Aqad Mudhaarabah dengan kesepakatan nisbah 30% KJKS : 70% Pak Amar
Hasil panen selama 35 hari adalah sebagai berikut :
Terjadi mortalitas (kematian) 100 ekor
Berat panen rata-rata 1.25 kg perekor x 400 = 500 kg
Harga panen Rp 9000 /kg x 500 Rp.4.500.000
Keuntungan 4.500.000 – 4.250.000 Rp. 250.000
Bagi Hasil KJKS/UJKS/BMT 30% Rp. 75.000
Konversi 2 %
Kemungkinan III
Aqad Mudhaarabah dengan kesepakatan nisbah 30% KJKS : 70% Pak Amar
Hasil panen selama 35 hari adalah sebagai berikut :
Terjadi mortalitas (kematian) 100 ekor
Berat panen rata-rata 1.25 kg perekor x 400 = 500 kg
13
Harga panen Rp 7.500 /kg x 500 Rp.3.750.000
Keuntungan 3.750.000 – 4.250.000 Rp. (500.000)
Bagi Hasil KJKS/UJKS/BMT Rp 0
Konversi 0 %
Dalam hal demikian KJKS KJKS/UJKS/BMT bukan tidak dapat bagi hasil saja,
bahkan rugi sebesar Rp 500.000 dan Pak Amar tidak mempunyai hutang kepada
KJKS. (tidak harus menyetor kekurangananya sebesar Rp. 500.000
KJKS rugi modal ; Fulan rugi tenaga dan waktu
(tertuang QS An-Nisaa : 29 dan QS Luqman ayat 34)
Beberapa syarat pembiayaan bagi hasil
◊ Bisnis yang dibiayai relatif dapat
dipisahkan dengan kegiatan bisnis lainnya
◊ Layak (sesuai hasil analisa
kelayakan)
◊ Intervensi pemilik dana relatif
dimungkinkan
◊ Ketersediaan SDM , baik dari
perilaku bisnis ataupun pemilik dana
◊ Secara nyata penerima dana
menunjukkan tingkat amanah yang memadari (history)
SKEMA AL - MUSYARAKAH
14
KJKS
PERJANJIANBAGI HASIL
Modal Rp A Modal Rp B
MITRA
Kang Towil mengajukan pembiayaan kepada KJKS untuk pembelian pulsa
elektrik sebanyak 200 nomor pulsa, harga setiap nomor pulsa rata-rata 50.000 x
200 = Rp. 10.000.000. Nomor pulsa yang sudah Kang Towil miliki dari modal
sendiri sejumlah 50 nomor atau sejumlah Rp 5.000.000. Setiap penjualan, jumlah
nomor pulsa yang sudah keluar tercatat sehingga pencatatan nomor pulsa dari
modal Kang Towil dan dari KJKS disatukan jadi total modal usaha Rp
15.000.000,-. Sumber pengembalian Kang Towil dari penjualan pulsa dan hasil
wawancara serta survey KJKS, Kang Towil layak usaha dan layak dibiayai.
Berdasarkan kesepakatan akad yang cocok untuk pembiayaan Kang Towil adalah
Musayarakah dengan nisbah 30% : 70%.
Realisasi Usaha
Hasil penjualan pulsa setiap hari rata-rata 150 nomor pulsa dengan rata-rata
keuntungan Rp 2.000 adapun hasil penjualan setiap bulan adalah sebagai berikut :
Bulan Jml Pulsa
Harga Beli
Harga jual Margin
Profit perbulan
1 3,750
50,000
52,000
2,000
7,500,000
2 4,000
50,000
53,000
3,000
12,000,000
3 3,500
50,000
51,000
1,000
3,500,000
4 3,800
50,000
52,000
2,000
7,600,000
15
USAHA
PEMBAGIANKEUNTUNGAN
MODAL KJKS
A x Profit x X%A+B
B x Profit x Y%A+B
5 4,200
50,000
53,000
3,000
12,600,000
6 3,600
50,000
51,000
1,000
3,600,000
7 3,750
50,000
52,000
2,000
7,500,000
8 4,000
50,000
53,000
3,000
12,000,000
9 3,500
50,000
51,000
1,000
3,500,000
10 3,800
50,000
52,000
2,000
7,600,000
11 4,200
50,000
53,000
3,000
12,600,000
12 3,600
50,000
51,000
1,000
3,600,000
Perhitungan Bagi Hasil
1 2 3 4 5 6Bulan Modal KJKS
Total Modal
Profit Bulanan
Bagi Hasil KJKS 30%
Beli Saham
2 – 6 (2 : 3) x 4 x 30% ke KJKS*
1 10,000,000
15,000,000
7,500,000
1,500,000
1,000,000
2 9,000,000
15,000,000
12,000,000
2,160,000
1,000,000
3 8,000,000
15,000,000
3,500,000 560,000
1,000,000
4 7,000,000
15,000,000
7,600,000
1,064,000
1,000,000
5 6,000,000
15,000,000
12,600,000
1,512,000
1,000,000
6 5,000,000
15,000,000
3,600,000 360,000
1,000,000
7 4,000,000
15,000,000
7,500,000 600,000
1,000,000
8 3,000,000
15,000,000
12,000,000 720,000
1,000,000
9 2,000,000
15,000,000
3,500,000 140,000
1,000,000
10 1,000,000
15,000,000
7,600,000 152,000
1,000,000
- 12,600,000 -
* pembelian saham (penyertaan syirkah) Kang Towil diakhir bulan
16
Contoh pembiayaan dengan aqad jual beli
1. Akad Murabahah (Pembayaran Angsuran)
Pak Aceng memerlukan mesin pencabut ayam, dari hasil survey harga
mesin Rp. 1.000.000 dan Pak Aceng bersedia membeli mesin ke KJKS
Rp. 1.200.000,-
Dari hasil musyawarah diketahui :
17
MITRAKJKS
SUPLIERPENJUAL
4. Kirim3. Beli Barang
6. Bayar
2. Akad Jual Beli
1. Negosiasi dan Persyaratan
SKEMABAI AL-MURABAHAH
€ Mesin dijual oleh KJKS
Rp. 1.200.000
€ Tabungan yang dimiliki untuk uang muka
Rp. 200.000
€ Sisa hutang Pak Aceng
Rp. 1.000.000
€ Sumber pelunasan dari kekuatan simpan
Rp. 5.000./hr
Pak Aceng wajib mengangsur Rp. 5000.00/ hari selama 200 hari
Apabila Pak Aceng tidak dapat melunasi dalam jangka waktu 200 hari karena
sakit selama 1 minggu tidak boleh ada tambahan (denda) apapun. (QS 2 : 280),
2. Akad Al-Murabahah (Pembayaran Tempo)
Didi seorang penjual ayam potong, omzet rata-rata setiap hari 75 kg
karkas, sistem pembelian ke suplier dengan cara jual putus artinya pagi
ayam diantar sore bayar dengan harga Rp 14.000/kg Pak Didi jual ke
konsumen Rp. 17.000 (keuntungan Rp. 3000), biaya susut dan tidak
terjual Rp 1.000, maka keuntungan Didi Rp 2.000/kg. Didi mengajukan
pembiayaan kepada KJKS/UJKS/BMT untuk keperluar modal tersebut,
karena jika bayar ke suplier dengan cara kontan mendapat harga khusus
yaitu sebesar Rp 13.250 /kg. Dari hasil analisa dana yang disetujui
KJKS adalah 75 kg x Rp 13.250 = Rp. 993.750
Dari kasus diatas KJKS melakukan bisnis riil dengan mekanisme pasar,
tidak dengan cara cicilan modal kerja karena salah satu ciri yang
membedakan jual beli modal kerja dengan konsep bunga adalah pada
bisnis riilnya. KJKS/UJKS/BMT menawarkan pembayaran tempo
selama 1 (satu) minggu, dengan memberikan gambaran perbandingan
kepada Didi sebagai berikut (asumsi 75 kg)
SUPLIER KJKS Selisih
H A R G A (Rp) 14.000 13.450 550
Waktu (hari) 1 7 6
18
Keuntungan tetap 550 x 75 kg 550x75x 6
Total selisih profit tetap 42.250/hari 247.500
Dari perbandingan diatas, KJKS mewajibkan Pak Didi untuk menabung
setiap hari sebesar 50% dari keuntungan perhari yang diterima atau
sebesar Rp 20.000. Sehingga dalam waktu 50 hari Pak Didi dapat
mandiri karena untuk mebeli karkas dengan kontan dapat mengambil
dari tabungannya bahkan memiliki kebiasaan menabung. Dengan tidak
merubah pola suplier bahkan harga KJKS lebih murah Rp 550 dan
waktu lebih lama 1 minggu maka Pak Didi bersedia dengan tawaran
KJKS.
SKEMA AL-IJARAH
Atep seorang tukang ojeg harus menyetor Rp. 15.000 perhari kepada
Juragan. Karena sesuatu hal Juragan bermaksud menjual motornya seharga
Rp 4.000.000. Mendengar informasi tersebut Atep menawarkan motor
juragannya kepada KJKS dan dia bersedia membayar kepada
KJKS/UJKS/BMT dengan cicil. Dari kasus diatas KJKS mengikuti kebiasaan
yang dilakukan Juragan kepada Atep, namun KJKS mengakadkan dengan
sewa beli, dimana Atep membayar sewa kepada KJKS Rp 15.000 perhari
dengan masa perjanjian selama 320 hari atau 320 kali, jika Atep membayar
tepat 320 hari atau 320 kali maka motor tersebut menjadi milik Atep.
19
SUPLAYER
PENJUALMITRAOBJEK
SEWA
KJKS
PESAN OBJEK SEWA
3. Sewa Beli2. Beli objek sewa
A.Milik B.Milik
Alternatif lain dalam kasus ini adalah melakukan sewa terhadap usaha
syirkah KJKS dengan Atep, dimana Atep menyertakan dana syirkah atas
pembelian motor misalnya Rp. 100.000. Motor tersebut kemudian disewakan
kepada Atep (prinsipnya siapapun yang menyewa dibolehkan) dengan harga
Rp 10.000/hari dan syirkah Atep Rp. 300.000/bulan yang dibayar setiap hari
sebesar Rp. 10.000/hari. Uang sewa Rp. 10.000/hari dibagi secara
proporsional, dan bila satu bulan Atep bersyirkah Rp 300.000 maka syirkah
Atep menjadi 300.000 + 100.000 x pendapatan sewa x nisbah (%)
4.000.000
D. Jangka Waktu Pembiayaan
1. Pembiayaan Modal Kerja
Jangka waktu pembiayaan untuk modal kerja dilakukan dengan cara tempo
melalui proses kontrak kerja misalnya 12 bulan (satu tahun), namun jika
mitra KJKS belum mandiri (mampu mengganti seluruh modal yang
diberikan KJKS kontrak dapat diperpanjang (lihat pada aplikasi
murabahah)
2. Pembiayaan Investasi
Jangka waktu pembiayaan investasi disesuaikan dengan kondisi kuangan
KJKS berdasarkan cashflow, hal ini penting untuk keberlanjutan
(suntainable) KJKS, bila perputaran dana memungkinkan dengan maksimal
1 tahun maka KJKS tidak boleh memaksakan lebih dari 1 tahun. Perlu
menjadi perhatian bahwa mencegah kemungkinan terjadinya keterlambatan
angsuran merupakan faktor menentukan jangka waktu pembiayaan
3. Pembiayaan Jasa atau Multiguna
Pada prinsipnya jangka waktu pembiayaan untuk jasa maupun investasi
harus menyesuaikan dengan kondisi keuangan KJKS, perputaran dana mitra
dan memperhatikan kondisi usaha secara umum.
E. Penentuan Margin Dan Nisbah Bagi Hasil
20
Keberlanjutan lembaga keuangan dipengaruhi oleh biaya administrasi, biaya
bagi hasil, kerugian pada pembiayaan, keuntungan yang diperlukan lembaga.
Sehingga lembaga keuangan perlu menutupi biaya tersebut sebesar ......
Nisbah bagi hasil dan margin digunakan agar terjadinya keadilan dalam
memperoleh keuntungan baik pada pihak mitra maupun lembaga karena bagi
hasil diperoleh dari hasil usaha bukan dari pokok sehingga tidak mendahului
takdir. Besarnya proporsi bagi hasil berdasarkan kesepakatan awal antara
lembaga dengan mitra dengan mempertimbangkan gugus tugas dan kontribusi
dalam kerjasama usaha misalnya 20 : 80, 30 : 70, 40 : 60, 50 : 50
Sedangkan margin merupakan penyeimbang dari modal kerja atau investasi
yang dimanfaatkan oleh mitra. Berbeda dengan penentuan suku bunga, dalam
menentukan nisbah dan proporsi bagi hasil tidak dipengaruhi oleh tingkat
suku bunga yang diberikan kepada deposan. Tetapi sebaliknya justru deposan
akan mendapatkan bagi hasil tergantung dari pendapatan yang diterima
KJKS/UJKS/BMT pada bulan bersangkutan.
Sebelum melakukan penentuan harga maka hal prinsip yang harus dipahami
adalah perbedaan dan membedakan bisnis lembaga keuangan konvensional
dengan syariah. Pada keuangan konvensional lebih berbicara pada hal hal
moneter sedangkan dalam syariah adalah sektor riil. Oleh sebab itu lembaga
keuangan syariah harus terjun langsung dalam bisnis mitra kerjanya dan
paham betul berapa rupiah yang digulirkan, sehingga dalam menentukan
margin dan nisbah basil dapat mendekatkan kepada keadilan. Beberapa
kebijakkan yang diterapkan dalam menentukan margin dan basil dipengaruhi
oleh beberapa factor.
1. Jenis barang. Selisih harga jual atau margin terhadap barang yang
kompetitif dipasaran relatif lebih rendah dibanding investasi, sehingga
KJKS/UJKS/BMT memperhatikan factor tersebut sebagai ajang
kompetitif.
21
2. Ada pembanding, yaitu penentuan harga dibandingkan dengan aktifitas
transakasi yang dilakukan mitra usaha atau anggota terhadap suplayer.
Contoh, apabila mitra usaha membeli sesuatu produk pada suplayer
dengan jual putus (tempo) terjadi selisih Rp 100 dibanding membeli kontan
(cash), maka KJKS/UJKS/BMT mengambil margin lebih kecil dari harga
selesih Rp 100. bila perlu jauh lebih kecil namun tetap masuk dalam range
yang diinginkan. Sebagaimana kasus Pak Didi pedagang yam potong pada
produk murabahah
3. Reputasi mitra pada pembiayaan sebelumnya. Reputasi pembiayaan
mitra dilihat dari kelancaran angsuran, perkembangan dan prospek usaha,
loyalitas serta tujuan usaha.
4. Alat Ukur. Pada bagian akhir KJKS/UJKS/BMT melakukan perhitungan
berdasarkan rumus harga jual sebagai alat ukur atau sandaran menentukan
harga, namun kompetisi harga dipasaran menjadi hal penting bagi
KJKS/UJKS/BMT sehingga membutuhkan strategi khusus. Yang perlu
diingat bahwa KJKS/UJKS/BMT tidak menetapkan harga jual bagi
deposan namun hanya melakukan perkiraan biaya dana sehingga harga
jual menjadi fleksible dan bersaing.
R = AE + CF + LL + K –II1-LL
R = Keuntungan yang perlu di realisasikan KJKS/UJKS/BMT
AE = Biaya Administrasi
CF = Biaya perolehan dana, termasuk mengukur infalsi
LL = Kerugian yang timbul dari pembiayaan yang diberikan
K = Tingkat keuntungan yang diharapkan
II = Pendapatan investasi
Setiap variable dinyatakan dengan desimal berdasarkan portofolio
rata2
22
ContohRata-rata portfolio yang berputar berasal dariPortofolio tahun 2006 12.000.000 Portofolio tahun 2007 19.657.000 +
31.657.000
31.657.000 : 2 = 15.828.000 (rata-rata portfolio)
Biaya administrasi 1.500.000 : 15.828.000 = 9.5 %
Misalnya diperoleh Biaya dana 2.000.000 : 15.828.000 = 12.6 %
Biaya Kerugian 342.000 : 15.828.000 = 2.0 %
Keuntungan yang diharapkan 10.0 %
Pendapata Investasi 2.0 %
Maka harga jual KJKS pertahun diperkirakan :
0.095 + 0.126 + 0.02 + 0.10 – 0.02
1- 0.02
= 31 % per tahun
Perhatian :
1. Untuk mencari biaya dana berdasarkan pengalaman nilai bagi hasil
tahun lalu dengan memperhatian hutang modal dan nilai inflasi dengan
formulasi :
(modal hutang rata2 X %rata2 basil) + (Modal rata2 – Rata2 Aktiva tetap) X inflasi Rata2 Outstanding Portofolio
2. Perhitungan diatas adalah hanya sebagai alat ukur KJKS dalam
menentukan harga, harga jual sesungguhnya tergantung dari kondisi pasar
sesungguhnya
3. Bila harga jual KJKS lebih tinggi dari bisnis riil di pasar maka harus ada
perbaikan nilai komponen pada rumus diatas
23
4. Untuk bersaing dipasaran yang mungkin dapat diperkecil adalah biaya
administrasi, kerugian, dan keuntungan yang diharapkan. Sedangkan untuk
biaya dana tergantung dari pendapatan yang diperoleh dari KJKS.
BAB IVAnalisis Kelayakan Usaha
A. Tujuan Analisa Kelayakan Usaha
Analisa kelayakan usaha merupakan suatu usaha penyelidikan, penguraian
dan penelaahan atas kegiatan usaha pakah layak atau tidak usaha tersebut
dijalankan. Adapun tujuan analisa kelayakan usaha adalah :
1. Dana yang didroping KJKS/UJKS/BMT aman, menghasilkan dan dapat
meminimalisir risiko kemacetan.
2. Keberlangsungan usaha KJKS/UJKS/BMT berjalan baik
B. Aspek Kelayakan Usaha
Agar dana yang dilempar KJKS/UJKS/BMT sesuai dengan tujuan analisa
kelayakan usaha, KJKS/UJKS juga melakukan analisa pembiayaan. Prinsip
analisis kelayakan usaha adalah lebih melihat kepada prospek usaha calon
mitra sedangkan analisa pembiayaan melihat tidak hanya unsur usaha saja
namun dilihat secara keseluruhan apakah layak dibiayaai atau tidak. Pada
prinsip secara syariah segala sesuatu kegiatan muamalah selagi tidak ada
larangan maka diperbolehkan. Artinya analisa kelayakan yang digunakan
oleh siapapun jika tidak ada pelarangan agama maka sesungguhnya
kegiatan tersebut sesuai syariah, (al-ashlu fil muamalati al-ibahah illa maa
daladdalilu alaa tahrimiha). Dengan demikian KJKS/UJKS/BMT wajib
melakukan analisa kelayakan agar amanah yang diberikan dapat dijaga
dengan baik. Analisa beserta dokumen dituangkan dalam Memorandum
Analisa Pembiayaan (MAP) yang meliputi prinsip penilaian Aspek
Kelayakan Usaha dan Unsur 5C. Aspek Kelayakan Usaha meliputi :
24
1. Aspek Manajemen
2. Aspek Pemasaran
3. Aspek Tekhnis Produksi
4. Aspek Hukum
5. Aspek Keuangan
6. Aspek sosial ekonomi
Sedangkan aspek penilaian unsur 5C adalah
1. Character,
2. Capacity
3. Capital
4. Conditions
5. Colateral
Prinsip penilaian tersebut dilakukan karena KJKS/UJKS/BMT lebih
mengutamakan pembiayaan berkwalitas bukan penanganan pembiayaan
bermasalah. Penilai kelayakan usaha dan analisa pembiayaan dituangkan
dalam Memorandum Analisa Pembiayaan (MAP). Memorandum Analisa
Pembiayaan (MAP) merupakan panduan yang harus ditanyakan kepada calon
mitra dan juga mitra yang mengulangi pembiayaan termasuk dokumen-
dokumen yang diperlukan :
B.1 Memorandum Analisa Pembiayaan (MAP)
1. Identitas
Identitas mitra diisi pada lembaran MAP, untuk menunjukan keakuratan
data dokumen yang perlu dilampirkan mitra adalah KTP (Kartu Tanda
Penduduk) dan KK (Kartu Keluarga) sehingga kita dapat melihat dan
memperkirakan biaya resiko keluarga
2. Status Rumah
Status rumah ditunjukan dengan kelengkapan dokumen surat rumah, bila
kondisi mitra menggunakan fasilitas listrik, telpon, gas, PDAM maka
dilampirkan dengan bukti pembayaran terakhir. Dokumen tersebut
tujuannya agar KJKS/UJKS/BMT dapat melihat karakter bayar mitra dan
karakter pola hidup mitra.
25
3. Profil Usaha
Menggali sejarah usaha mitra, usaha yang dijalankan saat ini, system usaha
yang dijalankan, lokasi usaha, status tempat usaha dan kepemilikan. Petugas
pembiayaan menjelaskan dalam bentuk deskripsi sehingga komite dapat
melihat gambaran usaha kini dan yang akan datang. Profil usaha mitra
dibandingkan dengan kondisi keuangannya, misalnya usaha ayam potong
keuntungan setiap hari Rp 50.000 sedangkan jumlah biaya resiko dan biaya
lain-lain rata-rata Rp. 30.000 perhari. Sehingga ada sisa Rp 20.000, petugas
harus mecermati sisa Rp 20.000 wujudnya sudah jadi apa (tabungan,
rumah, modal kerja atau investasi lainnya). Lebih detail gambaran profil
usaha menilai aspek-aspek sebagai berikut:
3.1. Aspek Manajemen
Dalam menilai aspek manajemen usaha kecil (usaha informal) dan mikro
KJKS sangat berbeda dengan usaha formal walaupun beberapa hal yang
berkaitan dengan manajemen seperti organisasi usaha, rencana penggunaan
pembiayaan berkaitan dengan prospek usaha mitra menjadi alat ukur bagi
penilaian mitra. Peran KJKS dalam memberikan masukan atas rencana
penggunaan pembiayaan termasuk pencegahan terhadap kemungkinan
terjadinya resiko sangat penting karena hal tersebut terkait dengan
pembayaran kembali dana KJKS. Bagian penting yang harus diingat bahwa
KJKS berprinsip pada bisnis riil bukan jual uang, sehingga wajib tahu
rencana penggunaan dana baik sebelum ataupun setelah pencairan dengan
kata lain perlu adanya pendampingan. Hal lain yang menjadi perhatian
adalah kepemilikan usaha, pengelolaan usaha (sendiri atau menggaji orang),
model kerjasama dan sistem pengambilan keuntungan (penggajian atau asal
ambil dari kas). Seringkali yang terjadi pada usaha mikro adalah keuangan
usaha disatukan dengan keuangan rumah tangga, oleh sebab itu perlu
dilakukan analisa yang cermat atas kebiasaan mitra sehingga KJKS
menyesuaikan kondisi mitra dan secara perlahan mengarahkan pada
kebiasaan mengatur keuangan yang baik.
26
3.2. Aspek Pemasaran
Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam kaitan pemasaran usaha mitra
meliputi kebutuhan pasar (usaha bersifat rutinitas atau musiman), tingkat
persaingan, pelanggan dn daya beli masyarakat, promosi, cara penjualan
(tunai, jual putus, konsinyasi atau kredit), dan daerah pemasaran dan
distribusi (eceran atau dalam bentuk partai).
3.3. Aspek Tekhnis dan Produksi
Aspek produksi bersifat sangat umum, bila usaha mitra berhubungan
dengan proses produksi maka perlu melihat keberlanjutan produksi yang
meliputi; proses produksi, kapasitas alat produksi, fasilitas gedung,
ketersediaan bahan bakunya, tenaga ahli, jangkauan lokasi dan keamanan
lokasi
3.4. Aspek Hukum
Aspek hukum pada usaha formal biasanya menyangkut pada badan usaha,
perpajakan, dan kegiatan birokrasi lainnya. Namun untuk menilai dari
aspek hukum usaha informal kecil dan mikro lebih menitik beratkan pada
persoalan yang sederhana seperti status usaha (milik sendiri atau
kerjasama), status tempat usaha (milik sendiri, sewa, hak guna bangunan,
atau kaki lima), tempat tinggal menetap atau tidak usaha yang dijalankan
bertentangan dengan hukum atau tidak.
3. 5. Aspek Keuangan
Untuk mengetahui aspek keuangan calon mitra atau mitra KJKS wajib
mendata informasi keuangan mitra dan calon mitra. Berikut contoh
informasi keuangan yang diperoleh KJKS :
Tabungan pada Bank Rp 1.000.000,- (nama Bank Rasaksa )
Tabungan pada KJKS Rp 0
Piutang dagang Rp 0
Kas perhari ini Rp 1.000.000,-
27
Investasi usaha Rp 5.000.000 terdiri dari : warung
Pinjaman yang sedang berjalan ke pihak lain :
◊ Nama lembaga/perorangan buktikan dengan alat yang syah
◊ Besar pinjamaman lihat pada alat yang digunakan mitra
◊ Lama pinjaman, Besar angsuran & bunga :
Modal awal Rp. 500.000
Modal kerja sekarang Rp. 7.500.000
Aset Rp. 15.000.000
Kapasitas Pembelanjaan Rp. 500.000
Laba / Rugi
PendapatanOmzet hari/minggu/bulan Rp. 500.000
a.Keuntungan (% dan Rp.) Rp. 50.000 (10%)
b.Sumber pendapatan lain Rp. 20.000
Total Pendapatan (a+b) Rp. 70.000
Pengeluaran• Resiko Harian Rp. 25.000
• Transportasi belanja Rp. 15.000
• Biaya sekolah per hari Rp. 5.000
• Restribusi Rp. 3.000
• Angsuran pinjaman 0
• Arisan 0
• Gaji pegawai 0
• Gas dan atau minyak Rp. 50.000 perbulan
• Listrik Rp. 50.000 perbulan
• Telephon Rp. 100.000 perbulan
• Air dan atau PAM 0
• SPP Rp. 50.000 perbulan
• Asuransi 0
Lain – lain
28
Total pengeluaran harian Rp. 48.000
Total pengeluaran bulanan Rp. 200.000
Kemampuan simpan Rp. 38.000 perhariPrestasi pyd sebelumnya : …………………………………………
Perkembangan usaha : …………………………………………
Jumlah Plafond yg diajukan : Rp. 2.000.000
Kemampuan simpan (power saving) artinya dana sisa yang tidak
dipergunakan, kemungkinan dana sisa tersebut diputar ke modal kerja atau di
simpan pada pihak lain. Dari aspek keuangan jika pembiayaan Rp. 2.000.000
dan target pengembalian 50% dari power saving mitra mampu mengembalikan
pembiayaan dengan pola harian atau mingguan selama ± 130 hari atau ± 20
minggu (sesuai dengan total hutang mitra)
3.6. Aspek Sosial Ekonomi
KJKS/UJKS perlu melihat kondisi perekonomian secara jernih dan mampu
melihat sisi manfaat dan mudharatnya
KJKS/UJKS melihat berapa jumlah tenaga kerja yg terserap?
KJKS/UJKS harus mencermati bagaimana pengaruh usahanya terhadap
lingkungan?
KJKS/UJKS harus mengkaji lebih dalam apakah usahanya tidak
bertentangan dengan agama dan adat setempat?
KJKS/UJKS harus melihat sinergitas usaha calon mitra dengan mitra yang
sudah berjalan.
4. Aspek Penilaian Unsur 5 C
29
Penilaian unsur 5 C merupakan prinsip analisa pembiayaan yang harus dinilai
oleh KJKS/UJKS/BMT, sebagai alat analisa pembiayaan apakah calon mitra
layak atau tidak layak untuk dibiayai. Adapun unsur 5C adalah sebagai
berikut :
4.1 Character
Penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon mitra, dengan tujuan untuk
mempertimbangkan kemungkinan bahwa mitra pengguna dana yang
mengajukan pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya. Untuk
mempertimbangkan karakter calon mitra atau mitra berdasarkan kajian pada
pembiayaan bermasalah adalah :
◊ Mencocokan hasil wawancara dengan data yang diperoleh
◊ Gaya bicara dalam wawancara; jika orang sudah menjelek-jelekan mitra
lainnya biasanya ada indikasi kurang baik
◊ Memandang nilai pembiayaan; jika calon mitra memandang remeh nilai
pembiayaan berarti tidak punya rencana usaha dan cenderung
menyembunyikan informasi usaha yang akurat
◊ Menyampaikan rencana usaha; calon mitra yang tidak punya rencana
usaha yang baik ingin selalu cepat dicairkan maka KJKS/UJKS harus cepat
cepat juga menolak pegajuannya
◊ Pergaulan di lingkungan warga
◊ Loyalitas dalam bekerjasama
◊ Pelayanan terhadap petugas lapang pada saat survey; hati-hati terhadap
service calon mitra yang berlebihan (petugas lapang dilarang menerima
oleh-oleh hasil survey)
◊ Jika mitra lama lihat prestasi pembiayaan sebelumnya
Penilaian karakter tidak dapat dilihat dan dirasakan dalam waktu yang singkat.
Pertimbangan diatas merupakan langkah-langkah umum yang terjadi dalam
transaksi pembiayaan.
4.2 Capacity
Penilaian secara subyektif tentang kemampuan mitra untuk melakukan
pembayaran. Kemampuan ini diukur dengan catatan prestasi mitra masa lalu
30
yang didukung dengan pengamatan dl lapangan atas usaha mitra, cara
berusaha ataupun tempat berusaha. Kemampuan mitra dapat dilihat dari
analisa kelayakan usaha. Perlu dicermati dalam melihat kemampuan mitra jika
terjadi titik kritis, misalnya jika mitra tersebut sakit apakah ada yang
menggantikan usahanya, bila terjadi musibah dan lain sebagainya apakah ada
pendapatan lain yang dapat mengkaper pembayaran.
4.3 Capital
Penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon mitra, yang
diukur dengan posisi usahanya secara keseluruhan melalui rasio finansialnya
dan penekanan pada komposisi modalnya.
4.4 Conditions
Bagian pembiayaan KJKS/UJKS/BMT harus melihat kondisi perekonomian
secara umum khususnya yang terkait dengan jenis usaha calon mitra. Hal
tersebut dilakukan karena keadaan eksternal usaha yang dibiayai. Kasus yang
dapat kita lihat misalnya pada usaha wartel. Kondisi wartel saat ini sudah
sangat jenuh karena pulsa celuler lebih murah dan penggunaanya sangat
praktis sehingga kondisi seperti ini kurang baik untuk dibiayai, atau sebaliknya
kebutuhan akan bahan pokok tidak pernah jenuh dan sistem yang berjalan
cukup baik sehingga secara conditioning usaha ini cukup baik dibiayai.
4.5 Colateral
Colateral adalah jaminan milik calon mitra. Penilaian jaminan untuk lebih
meyakinkan jika suatu resiko kegagalan pembayaran terjadi, maka jaminan
dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya. Tetapi, colateral dalam KJKS
KJKS/UJKS/BMT lebih ditekankan pada faktor : kepercayaan, kedekatan
hubungan dengan pengusaha dan kegiatan usahanya; sudah dikenal
karakternya sebagai anggota KJKS, dijamin oleh seseorang. Walaupun
demikian perlu adanya perangkat-perangkat dan dokumen dalam jaminan,
paling tidak jika mitra akan menjual barang yang dijaminkan atau pindah
31
tempat tinggal, dapat diketahui KJKS, sehingga dapat menyelesaikan
pembiayaannya.
Bentuk jaminan dibagi dua yaitu :
1. Jaminan utama
Benda tak bergerak, seperti tanah dan bangunan. Berdasarkan atas hak
kepemilikan atas tanah, maka terbagi menjadi :
♦ Akte Jual Beli, bukan merupakan tanda kepemilikan hak suatu
tanah. Untuk jaminan ini, pemohon wajib melengkapi Surat
Keterangan Riwayat tanah (SKRT) yang diketahui oleh
Lurah/Kepala Desa dan Camat dimana jaminan tersebut berada.
Surat ini menjelaskan sejarah pemindahalihan tanah sejak tahun
1961.
♦ Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai .
Untuk sertifikat selain hak milik, maka kepemilikan tanah
mempunyai jangka waktu tertentu.
Benda bergerak, seperti kendaraan, mesin, serta tagihan.
Kebijakan KJKS KJKS/UJKS/BMT tentang jaminan berupa
kendaran bermotor adalah :
♦ Usia kendaraan bermotor maksimal lima
tahun terhitung pada saat calon mitra mengajukan pembiayaan ke
KJKS/UJKS/BMT.
♦ Apabila kepemilikan kendaraan bermotor
tersebut berasal dari pihak lain yang dibeli oleh calon mitra dan
belum dibalik nama, maka calon mitra wajib menyertakan bukti
transaksi asli.
Benda tak berwujud, jaminan ini merupakan jaminan wajib berupa tabungan,
salahsatu syarat mendapat fasilitas pembiayaan adalah mitra membayar simpanan
pokok dan simpanan sukarela
2. Jaminan tambahan
Garansi atau jaminan kepercayaan atas pembiayaan yang diterima oleh mitra dari
pihak ketiga.
32
Avalist, adalah jaminan yang berupa uang simpanan penjamin di KJKS atau dana
lain yang dapat dibayarkan untuk mitra bila terjadi resiko kemacetan
Nilai jaminan materi minimal 125% dan atau sebanding dengan nominal
pembiayaan yang diajukan oleh calon mitra. Kepemilikan jaminan materi
harus milik keluarga inti. Yang dimaksud dengan keluarga inti adalah
suami/istri, anak, orang tua pemohon atau pemohon itu sendiri.
B.2 Keputusan Rapat Komite
Informasi dan tindak lanjut dari memorandum analisa pembiayaan (MAP)
adalah keputusan rapat komite yang dihadiri oleh Manajer, petugas lapang
(pendamping), dan administrasi pembiayaan. Hasil keputusan rapat komite
selanjutnya melakukan tahapan sebagai berikut :
• Petugas lapang (pendamping) menyampaikan hasil rapat komite
kepada Calon Mitra, bila disetujui dilanjutkan dengan proses berikutnya
• Melakukan kesepakatan lisan (terjadi wa’ad) dengan mitra yang terdiri
dari; pagu pembiayaan, nisbah atau margin, jangka waktu dan waktu
pencairan.
• Petugas lapang (pendamping) menyerahkan surat persetujuan
pembiayaan (SPP) kepada mitra untuk ditanda tangani.
• SPP yang telah ditanda tangani mitra diserahkan kepada Administrasi
yang selanjutnya dibuat akad.
• Pembiayaan siap diakadkan dan cairkan
SURAT PERSETUJUAN PEMBIAYAAN
Bismillahirrahmanirrahim Setelah mempertimbangkan berbagai aspek berdasarkan data yang diperoleh maka dengan memohon ridha Allah SWT komite memutuskan pembiayaan atas nama tersebut dibawah dan disetujui oleh yang bersangkutan untuk memfasilitasi pembiayaan dengan persetujuan sebagai berikut :Nama Mitra : …………………………………………………Alamat : …………………………………………………Peruntukan pembiayaan : …………………………………………………Akad pembiayaan : …………………………………………………Plafond pembiayaan : ...................................................................
33
Nisbah bagi hasil : …………………………………………………Harga beli pokok : …………………………………………………Margin keuntungan : …………………………………………………Total hutang : …………………………………………………Jaminan : …………………………………………………Tabungan : …………………………………………………
Jangka waktu pembiayaan : …………. mulai tanggal…………… s/d …Jenis angsuran : harian/mingguan/bulanan: Jumlah pengembalian
Pokok : ………………………………………………… Nisbah/margin : ………………………………………………… Cadangan tabungan : …………………………………………………
Peserta komite
Kolom persetujuan
Penandatanganan akad dan Pencairan
• Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari hasil rapat komite, penandatangan
kredit dilakukan antara pihak KJKS dengan Mitra
• Pihak KJKS membacakan akad pembiayaan, dan Mitra menandatangani
setiap pasal yang disetujui dan telah dibacakan
• Setelah selesai penandatanganan, mitra menyerahkan slip pencairan kepada
teller.
34
PEJABAT KJKS MITRA PEMBIAYAAN
• Teller memnghitung dan menyerahkan uang serta kartu angsuran kepada
Mitra. Protes atas selisih dana yang diterima mitra, hanya diterima bila mitra
masih berada dalam lingkungan KJKS atau sebelum meninggalkan KJKS.
BAB VMonitoring Dan Evaluasi
A. Tujuan
Kegiatan monitoring dan evaluasi sangat penting dilakukan setelah pencairan
pembiayaan dilakukan. Tujuan monitoring dan evaluasi yaitu agar pelaksanaan
sistem dan prinsip-prinsip yang telah disosialisasikan dapat selalu terjaga dan
terkendali dalam pelaksanaan sehari-hari di lapangan.
35
Tindak Lanjut (Pendampingan)
Melakukan pendamping dan monitoring kepada Mitra
1. Mencocokan penggunaan dana dengan daftar kebutuhan
2. Menjalin hubungan emosional
3. Melihat perkembangan usaha
4. Memberikan informasi seputar KJKS dan Mitra
5. Membantu menyetorkan angsuran (sesuai jadwal angsuran)
6. Mencatat angsuran pada kartu yang dipegang oleh Mitra
7. Memperkecil resiko keterlambatan angsuran
8. Dauroh dan rekreasi rohani sebagai sarana pembelajaran bagi KJKS
dan Sahabat Muamalah / Mitra
Administrasi membuat laporan prestasi mingguan dan mencocokan dengan
pendamping lapangan untuk segera memperbaiki kekeliruan pada pengelola bila
terjadi kesalahan dan memperbaiki kelalaian mitra bila terjadi keterlambatan .
B. Mengidentifikasi Risiko
Pembiayaan yang diberikan kepada mitra tidak semua berjalan baik dalam
pengembaliannya. Walaupun sudah melakukan analisa kelayakan usaha dan
analisa pembiayaan secermat mungkin, keterlambatan angsuran selalu ada
yang mengakibatkan munculnya risiko. Hal demikian adalah suatu yang wajar
dalam menjalankan usaha terutama pada lembaga keuangan, karena aktiva
terbesarnya ada pada outstanding. Untuk mengidentifikasi risiko KJKS perlu
melakukan penilaian kolektibilitas dan mengitung portofolio berisiko.
Kolektibilitas untuk melihta tingkat bermasalah pada saat terjadi tunggakan,
edangkan portofolio berisiko menganalisa, memprediksi dan memperkirakan
kejadian yang akan datang sehingga KJKS/UJKS/BMT dapat melakukan
pengobatan sejak dini
B. 1. Kolektibilitas
Kolektibilitas dikatagorikan pada empat katagori :
1. Kolektibiltas I (Pembiayaan Lancar)
36
Adalah pembiayaan yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok
pinjaman dan pembayaran margin atau bagi hasil. (Jumlah tunggakan : 0).
2. Kolektibilitas II (Pembiayaan Dalam Perhatian)
Adalah pembiayaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran margin
atau bagi hasil telah mengalami penundaan selama 3 bulan dari waktu yang
dijanjikan (jumlah hari tunggakan 1 – 90 hari).
3. Kolektibilitas III (Kurang Lancar)
Adalah pembiayaan yang pengembalian pokok pinjamannya dan pembayaran
margin atau bagi hasilnya telah mengalami penundaan selama enam bulan atau
dua kali dari jadwal yang di perjanjikan (Jumlah hari tunggakan 91 – 180).
4. Kolektibilitas IV (Pembiayaan Diragukan)
Adalah pembiayaan yang pengembalian pokok pinjamannya dan pembayaran
margin atau bagi hasilnya telah mengalami penundaan 9 bulan sejak jatuh
tempo menurut jadwal yang diperjanjikan (Jumlah hari tunggakan 181 – 270
hari), namun masih ada jaminan yang dapat ditukar sebagai pengganti
pembayaran
5. Kolektibilitas V (Pembiayaan Macet)
Adalah pembiayaan yang pengembalian pokok pinjamannya dan pembayaran
margin atau bagi hasilnya telah mengalami penundaan lebih dari 9 bulan sejak
jatuh tempo menurut jadwal yang diperjanjikan. (Jumlah hari tunggakan > 270
hari).
B.2. Penilaian Keterlambatan Dan Akibatnya
Penilaian keterlambatan angsuran dengan sistem perhitungan portofolio berisiko
bertujuan untuk :
37
1. Untuk memprediksi dan memperkirakan kondisi dimasa yang akan datang
perlu melakukan perhitungan atas keterlambatan pembayaran.
2. Melakukan tindakan prepentif
3. Memerkecil tingkat resiko sejak dini
4. Pembiayaan yang menunjukkan gejala bermasalah di kemudian hari dan jika
dibiarkan dapat merugikan KJKS bahkan menimbulkan bahaya yang disebut
pembiayaan beresiko.
Pembiayaan beresiko dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Mengklasifikasikan tingkat keterlambatan ke dalam kelompok
Lambat 1 – 30 hari (portofolio berisiko 1)
Lambat 31 – 60 hari (portofolio berisiko 2)
Lambat 61 – 90 hari (portofolio berisiko 3)
Lambat 91 – 120 hari (portofolio berisiko 4)
Lambat > 120 hari
b. Membandingkan piutang dan pembiayaan bermasalah pada periode
tersebut dengan total piutang dan pembiayaan dengan cara:
1) Keterlambatan 1 – 30 hari
%100Pembiayaandan Piutang Total
Bermasalah piutang Jumlahx
pembiayaandan
2) Keterlambatan 31 – 60 hari
%100Pembiayaandan Piutang Total
Bermasalah piutang Jumlahx
pembiayaandan
3) Keterlambatan 61 – 90 hari
%100Pembiayaandan Piutang Total
Bermasalah piutang Jumlahx
pembiayaandan
4) Keterlambatan 91 – 120 hari
%100Pembiayaandan Piutang Total
Bermasalah piutang Jumlahx
pembiayaandan
38
5) Keterlambatan lebih dari 120 hari
%100Pembiayaandan Piutang Total
Bermasalah piutang Jumlahx
pembiayaandan
Untuk mencegah terjadinya resiko pembiayaan yang berakibat pada pembiayaan
tak tertagih dimasa yang akan datang KJKS/UJKS/BMT perlu membuat, melihat
dan menganalisa kondisi perkembangan portofolio setiap hari yang
disederhanakan dalam informasi portofolio.
39
CONTOHINFORMASI PORTOFOLIO KJKS
Per tanggal 30 des 06
Nama Plafond TanggalJangk
a Angsuran Jumlah Saldo 1x
tunggakan
2x tunggak
an
3x tunggak
an kelewatanOutstandi
ngNo. Mitra
pembiayaan Pencairan Waktu Pokok Angsuran
pembiayaan
kode Lancar 1 - 30 hr
31 - 60 hr
61 - 90 hr > 120 protofolio
Pinjaman(bula
n) per bulanyg
Diterima Koll L KL R M TT beresiko
1Ridha 2,5
00,000 20-Mar-
2006
12 208,
333 1,87
5,000 625
,000 L 1,875,0
00.00
- -
-
-
-
2Rajin 4
00,000 20-Mar-
2006
12 33,
333 40
0,000
- L 400,0
00.00
- -
-
-
-
3Maben 5
00,000 20-Mar-
2006
10 50,
000 10
0,000 400
,000 TT
-
- -
-
400,000
400,000
4Aspin 2,0
00,000 4-Apr-
2006
12 166,
667 10
0,000 1,900
,000 TT
-
- -
-
1,900,000
1,900,000
5 Jahal 2,500,000
4-Apr-2006
10
250,000
1,250,000
1,250,000 TT
-
-
-
-
1,250,000
1,250,000
6 Lami 7
50,000 4-Apr-
2006
10 75,
000 60
0,000 150
,000 KL
- 7
5,000 -
-
-
150,000
7 Sami 1,0
00,000 10-Apr-
2006
10 100,
000 80
0,000 200
,000 KL
- 1
00,000 -
-
-
200,000
9 Iyas 2,500,000
10-Apr-2006
8
312,500
775,500
1,724,500 TT
-
-
-
-
1,724,500
1,724,500
10 Tarsok 1,0
00,000 20-Apr-
2006
9 111,
111 25
0,200 749
,800 TT
-
- -
-
749,800
749,800
11 Bolag 4,000,000
20-Apr-2006
5
800,000
1,568,000
2,432,000 TT
-
-
-
-
2,432,000
2,432,000
12 Napa 3,5
00,000 20-Apr-
2006
10 350,
000 35
0,000 3,150
,000 TT
-
- -
-
3,150,000
3,150,000
13 Poho 7
50,000 20-Apr-
2006
10 75,
000 37
5,000
375,000 M
-
- -
225,000
-
375,000
14Nandeh 1,0
00,000 10-May-
2006
10 100,
000 50
0,000 500
,000 R
-
- 200,000
-
-
500,000
15 Lahab 2,000,000
4-May-2006
4
500,000
500,000
1,500,000 TT
-
-
-
-
1,500,000
1,500,000
1
16
Hidayah
2,500,000 10-Jun-
2006
8
312,500
1,875,000
625,000 L
1,875,000
.00
- -
-
-
-
Total 15,581,300. TT
4,150,000
175,000
200,000
225,000
13,106,300
14,331,300,00
Portofolio beresiko %
- -
-
91,98%
2
INFORMASI PORTOFOLIO (Portfolio Information)
Bulan Nama Proyek :Nomor Kontrak :Nama Organisasi :
1 Total nilai pembiayaan yang disalurkan periode ini (Rp) 2 Total Jumlah pembiayaan (akad) yang disalurkan periode ini 3 Jumlah peminjam aktif sampai dengan akhir periode(orang) 4 Rata-rata jumlah pembiayaan aktif (orang) 5 Saldo Pembiayaan (Rp) 6 Nilai angsuran dari tunggakan sampai akhir periode(Rp) 7 Saldo pembiayaan yang mempunyai tunggakan sampai akhir periode (Rp) 8 Nilai pembiayaan yang dihapuskan periode ini (Rp) 9 Rata-rata besarnya pembiayaan pertama periode ini (Rp)
10 Rata-rata jangka waktu pembiayaan periode ini(Bulan) 11 Rata-rata petugas lapangan periode ini (credit officer)
Resiko Atas Pinjaman Portofolio (Loan Portfolio at Risk)
Periode Jumlah
AnggotaOutstanding Portofolio
Portofolio Beresiko
Cadangan pinjaman
tak tertagih
Jumlah cadangan pinjaman
tak tertagih
Keterlambatan Jatuh Tempo (Rp) (%) (%) = (b * d)
(a) (b) (c) (d) (e) 1 Lancar a1 b1 0%
2Tertunggak 1-30 hari a2 b2 b2/T2 10%
3Tertunggak 31-60 hari a3 b3 b3/T2 25%
4Tertunggak 61-90 hari a4 b4 b4/T2 50%
5Tertunggak 91-120 hari a5 b5 b5/T2 75%
6Tertunggak >120 hari a6 b6 b6/T2 100%
T o t a l (T) T1 T2 T3 T4
Diisi oleh :
Tanggal Diterima :
Diperiksa oleh :
Disetujui Oleh :
1
BAB VIPENANGANAN PEBIAYAAN
BERMASALAH
Terhadap pembiayaan bermasalah perlu dilakukan pembenahan, dimana
pendamping mencari jalan keluar baik dalam bentuk preventif maupun kuratif atas
ketidaklancaran pembiayaan yang mungkin terjadi dikemudian hari. Tujuan
pembenahan pembiayaan dalam bentuk preventif adalah untuk memperbaiki
kolektibilitas pembiayaan dalam upaya penyelamatan karena adanya perubahan
situasi dan kondisi. Jika tidak dilakukan perubahan perjanjian pembiayaan, maka
dikhawatirkan pembiayaan akan menjadi bermasalah bahkan dapat menjadi
macet. Pembenahan dalam bentuk preventif adalah dengan melakukan perubahan
pembiayaan melalui :
A.RESTRUCTURING (Penataan kembali)
Ada tiga bentuk penataan kembali yaitu :
1. Suplesi
Mitra boleh mengambil kembali sisa baki debet selama masih dalam jangka
waktu pembiayaan yang disetujui dalam akad.
2. Novasi
Perjanjian antara KJKS dengan mitra yang menyebabkan pembiayaan lama
menjadi hangus. Novasi Subyektif Pasif terjadi apabila mitra baru ditunjuk
untuk menggantikan lama yang oleh KJKS/UJKS/BMT dibebaskan dari
perikatannya. Kewajiban mitra lama otomatis pindah kepada mitra baru.
Mitra lama tidak dapat dituntut kecuali telah diperjanjikan secara tegas di
awal. Atau pada saat penggantian mitra tersebut sudah dalam keadaan
bangkrut.
3. Pembaruan pembiayaan
Hal ini bukan merupakan pembaruan perjanjian yang menyebabkan
perjanjian lama menjadi hangus dengan adanya perjanjian baru. Namun
2
merupakan tindakan terhadap suatu fasilitas pembiayaan yang diberikan
dengan ketentuan :
a. mitra masih belum sanggup melunasi pembiayaan yang telah diterima
sehingga ybs diberi kesempatan untuk memperoleh pembiayaan dengan
maksimal plafon sama seperti pembiayaan semula.
b. mitra tidak diperbolehkan mengambil kembali sisa baki debet dari
pembiayaan terdahulu.
Atas kedua hal di atas, KJKS/UJKS/BMT perlu menilai ulang terhadap
kemampuan mitra terutama dalam penyesuaian dengan saldo pembiayaan
yang ada.
B.RESCHEDULING (Penjadualan kembali)
Hal ini dilakukan apabila terjadi ketidakcocokan jadwal angsuran yang dibuat
Pendamping dengan kemampuan dan kondisi mitra. Pemecahannya adalah
dengan mngevaluasi dan analisis kembali seluruh kemampuan usaha mitra
sehingga cocok dan tepat dengan jadual yang baru. KJKS/UJKS/BMT tidak
perlu meneliti ulang tentang jaminan dan segala bentuk perijinan yang ada.
Penjadwalan ulang dapat dilakukan dengan merubah jangka waktu
pembiayaan, penanggalan, grace period (waktu tangguh), dan jumlah angsuran.
C. RECONDITIONING (Persyaratan kembali)
KJKS/UJKS/BMT melakukan tidakan ini terhadap mitra apabila terdapat :
a. Perubahan kepemilikan usaha
b. Perubahan jaminan, apakah dalam hal bentuk, harga, maupun status. Hal
ini akan mempengaruhi Collateral Coverage pembiayaan.
c. Perubahan pengurus
d. Perubahan nama dan status perusahaan
Keempat hal di atas akan menyebabkan perubahan penanggungjawab
pembiayaan dan perubahan status yuridis perusahaan yang mungkin tidak tepat
lagi dengan perjanjian semula.
Pembenahan pembiayaan secara preventif ini oleh pendamping tetap harus
diajukan kepada panitia pembiayaan untuk disetujui. Setelah disetujui, maka
3
proses berikutnya sama seperti proses pembiayaan terhadap mitra baru. Terhadap
pembiayaan yang menunggak antara 1 - 4 bulan, Pendamping harus memberikan
surat pemberitahuan tunggakan. Apabila dalam jangka waktu tertentu mitra tetap
tidak menyelesaikannya, maka pendamping dapat mengalihkan mitra tersebut ke
bagian Hukum dan Remedial. Penanganan mitra pembiayaan bermasalah oleh
bagian Hukum dan Remedial berbeda perlakuaya dengan pendamping. Oleh
karena itu sebelum pembiayaannya dialihkan, mitra harus terlebih dahulu
diberitahu hal tersebut. Wewenang bagian Hukum dan Remedial adalah
menyelesaikan tunggakan mitra. Jika kolektibilitas pembiayaannya telah lancar
kembali, maka dapat diserahkan lagi kepada pendamping.
Monitoring dan evaluasi (Monev) meliputi tiga hal utama, yakni :
1. Monev Perkembangan Usaha Mitra
Kegiatan ini menyangkut perkembangan usaha mitra setelah mendapatkan
pembiayaan dari KJKS/UJKS/BMT. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian,
antara lain : omzet usaha, kualitas produk, dan tingkat keuntungan
2. Monev Administrasi Keuangan
Aktivitas ini lebih difokuskan pada pelaksanaan alur keuangan dan
pencatatannya. Selain itu, juga untuk melakukan pengawasan atas penggunaan
dan penyaluran dana. Monev dimaksudkan juga untuk melihat perkembangan
keuangan KJKS/UJKS/BMT sendiri dalam rangka mencapai kemandirian.
3. Monev Organisasi
Dalam upaya menjaga pelaksanaan sistem yang telah ditetapkan, maka perlu
adanya monev dari sisi organisasi. Ada dua hal yang harus selalu termonitor,
yakni : pada tingkat lapangan (mitra/anggota, daan A/O) dan di level pusat,
yakni untuk semua staf KJKS/UJKS/BMT.
Catatan :
Dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah walaupun dengan tindakan seperti
diatas maka biaya yang dikeluarkan oleh KJKS tetap mahal oleh sebab itu perlu
adanya pencegahan sejak dini dan prinsipnya adalah bahwa KJKS bukan
4
melakukan cara efektif untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah tetapi
bagaimana melakukan pembiayaan berkwalitas. Berikut perbandingan kerja
pencegahan dan pengobatan
Pencegahan Pengobatan
Mengumpulkan data yang akurat tentang calon / mitra Menganalisa kelayakan usaha dan kelayakan pembiayaan dengan tepat dan cermat ( MAP diisi lengkap termasuk 5C ) Adanya komunikasi yang baik antara manajemen dengan petugas lapang dan antara bagian adm dengan AO (laporan kolektibilitas) Pengawasan dan pembinaan intensif dan berkelanjutan Sisdur yang jelas Ketegasan perjanjian / commit to akad Remedial on time Pelatihan untuk SDM supaya dapat memahami system Selektif dalam memilih mitra Memberikan pinjaman sesuai kebutuhan Adanya agunan Tanggung renteng Catab / sisuka Tabungan kelompok bagi kelompok Asuransi Jaminan liquid
Tagih terus menerus Penyisihan cadangan penghapusan piutang Penghapusan piutang Droping untuk menutupi kerugian keterlambatan (perubahan mitra baru) Penjadwalan ulang Pembiayaan ulang Eksekusi jaminan Mencari lembaga donor
BAB VII
PENUTUP
5