9915-23983-1-pb_2
DESCRIPTION
public health journalTRANSCRIPT
7/21/2019 9915-23983-1-PB_2
http://slidepdf.com/reader/full/9915-23983-1-pb2 1/6
1
PendahuluanAnemia merupakan salah satu masalah
kesehatan di dunia yang berakibat buruk
bagi penderita terutama golongan rawan
gizi yaitu anak balita, anak sekolah,
remaja, ibu hamil dan menyusui serta
pekerja terutama yang berpenghasilan
rendah (Suharno, 1993). Berdasarkan
hasil penelitian WHO tahun 2008,
diketahui bahwa prevalensi anemia
defisiensi besi di Asia >75%, di Indonesia
kasus anemia gizi mencapai 63,5%.
Berdasarkan data Survei Kesehatan
Nasional 2010, angka anemia pada ibu
hamil sebesar 40,1 %. Hal ini
menunjukkan bahwa anemia cukup tinggi
di Indonesia. Diperkirakan jika pada tahun
2012 – 2015 prevalensi anemia masih tetap
diatas 40%, maka akan terjadi kematianibu sebanyak 18 ribu per tahun yang
HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DAN ZAT BESI DENGAN STATUS ANEMIA
PADA IBU HAMIL DI DESA NAGA TIMBUL KECAMATAN TANJUNG
MORAWAKABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014
Eliani Sinaga
1
, Zulhaidah Lubis
2
, Albiner Siagian
2
1Mahasiswi Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU2 Dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU
Jl.Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155,
email: [email protected]
Abstract
Anemia of pregnant women in Desa Naga Timbul is the effect of iron deficiency that
relates with protein intake. There are some factors that affect anemia they are the less of protein
intake, iron deficiency, lack of vitamin C, and absorption nuisance of intestine. Iron absorption isaffected by some factors such as animal protein and vitamin C.
The research is conducted in cross sectional design. The sample is 40 pregnant women.
The objective of study is to find the relationship between protein intake and iron intake with
anemia status of pregnant women in Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten
Deli Serdang in 2014. The hemoglobin measurement is done by using Cyanmethemoglobin
method and by using Spektrofotometer. Protein intake and iron intake are measured by food
recall method in 24 hours twice in different days.. The relationship between protein intake and
iron intake with anemia status is analyzed by Chi Square test.
The result of the research shows that the less of protein intake category is 60.0 %, iron
deficiency category is 72.5% and anemia is 55%. It shows that there is a significant relationship
between protein intake and anemia status of pregnant women. The relationship between ironintake and anemia status of pregnant women is also significant.
Based on the research, the pregnant women are expected to set up their time of eating
better, to mull over the kinds of food that they consume and the nutrients of their foods in order
to fulfill their needs of nutrients. In order to fulfill their needs of protein and iron, the families
are expected to use their house environment for instance raise chicken and fish, plant vegetable
around their house.
Keywords: Protein intake, Nutritional anemia, Pregnant women
7/21/2019 9915-23983-1-PB_2
http://slidepdf.com/reader/full/9915-23983-1-pb2 2/6
2
disebabkan perdarahan setelah melahirkan.
Kondisi ini akan menyebabkan 3-7 % ibu
meninggal karena penyebab tak langsung
yaitu anemia. Anemia adalah suatu kondisi
medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal (Pearce,2010).
Berdasarkan data Survei Kesehatan
Nasional 2010, angka anemia pada ibu
hamil sebesar 40,1 %. Hal ini
menunjukkan bahwa anemia cukup tinggi
di Indonesia. Diperkirakan jika pada tahun
2012 – 2015 prevalensi anemia masih tetap
diatas 40%, maka akan terjadi kematian
ibu sebanyak 18 ribu per tahun yang
disebabkan perdarahan setelah melahirkan.
Kondisi ini akan menyebabkan 3-7 % ibumeninggal karena penyebab tak langsung
yaitu anemia. Anemia adalah suatu kondisi
medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal (Pearce,
2010).
Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas, 2013) terdapat 37,1% ibu
hamil anemia yaitu ibu hamil dengan
kadar Hb kurang dari 11,0 gr/dl dengan
proporsi yang hampir sama antara di
kawasan perkotaan (36,4%) dan pedesaan
(37,8%). Tingginya kejadian anemia ini
erat kaitannya dengan faktor kurang
asupan makanan bergizi saat ibu hamil dan
kurangnya kesadaran dalam
mengkonsumsi tablet zat besi.
Menurut data profil kesehatan
Kabupaten Deli Serdang untuk Puskesmas
Tanjung Morawa, cakupan ibu hamil yang
mendapat 90 tablet zat besi di Puskesmas
Tanjung Morawa pada tahun 2010 sekitar91,43%, pada tahun 2011 sekitar 86,41%
dan pada tahun 2012 mengalami sedikit
penurunan menjadi 72,33%. Angka ini
sebelumnya sudah memenuhi target yang
diharapkan namun pada tahun 2012
mengalami sedikit penurunan.
Berdasarkan hasil survei awal yang
telah dilakukan di Bidan Desa di Desa
Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa
Kabupaten Deli Serdang yaitu terdapat 40
ibu hamil. Sebanyak 12 ibu hamil yang berkunjung, masih ditemukan 8 ibu (67%)
yang mengalami gejala anemia dengan
tanda-tanda lemah, letih, lesu, pucat, mata
berkunang-kunang dari posisi duduk pada
saat berdiri. Pada umumnya masyarakat
didasari oleh berbagai faktor yaitu ibu
hamil masih ada yang belummemanfaatkan fasilitas sarana kesehatan
untuk memperoleh tablet tambah darah,
jarak pelayanan kesehatan yang terlalu
jauh sehingga harus menggunakan
kenderaan. Hal lainnya adalah masyarakat
Desa Naga Timbul pada umumnya bekerja
sebagai petani dan buruh perkebunan
dimana pendapatan keluarga masih
terbatas sehingga mempengaruhi daya beli
dalam ketersediaan pangan yang beragam
dalam keluarga.Berdasarkan uraian pada latar belakang
di atas maka saya tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hubungan
asupan protein dan zat besi dengan status
anemia pada ibu hamil di Desa Naga
Timbul Kecamatan Tanjung Morawa
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
Perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana hubungan asupan
protein dan zat besi dengan status asupan
protein dan zat besi dengan status
anemiapada ibu hamil diDesaNnaga
Timbul Kecamatan Tanjung Morawa
Kabupaten Deli Serdang tahun 2014
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui status anemia pada ibu hamil,
untuk menganalisis asupan protein
(hewani dan nabati) pada ibu hamil dan
untuk menganalisisasupan zat besi pada
ibu hamil di Desa Naga Timbul
Kecamatan Tanjung Morawa KabupatenDeli Serdang Tahun 2014.
Manfaat penelitian ini adalah menjadi
informasi bagi bidan Desa Program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Desa
Naga Timbul guna meningkatkan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat
khususnya penanganan anemia pada ibu
hamil dan sebagai bahan dalam membuat
kebijakan penanggulangan anemia pada
ibu hamil di masa yang akan datang.
7/21/2019 9915-23983-1-PB_2
http://slidepdf.com/reader/full/9915-23983-1-pb2 3/6
3
Metode PenelitianJenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan desain Cross Sectional
study.Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu hamil yang bertempat tinggal
di Desa Naga Timbul Kecamatan TanjungMorawa Kabupaten Deli Serdang Tahun
2014.Sampel penelitian ini adalah seluruh
populasi sebanyak 40 orang ibu hamil.
Metode Pengumpulan data dalam
penelitiana adalah data primer meliputi
data konsumsi makan ibu hamil dengan
menggunakan food recall 24 jam,
kemudian untuk mengukur hemoglobin
ibu hamil dilakukan dengan metode
Cyanmethemoglobin menggunakan alat
Spektofotometer.
Hasil Penelitian dan PembahasanDistribusi karakteristik ibu hamil
berdasarkan usia kehamilan (trimester) di
desa Naga Timbul tahun 2014 dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1.Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan
Usia Kehamilan (Trisemester) di
Desa Naga Timbul Tahun 2014
Pada tabel 1dapat diketahui bahwa usia
kehamilan ibu yang paling dominan adalah
pada trisemester III (ketiga), yaitu
sebanyak 16 orang (40.0%), kemudian ibu
dengan usia kehamilan kategori
trisemester II (kedua), yaitu sebanyak 13
orang (32.5%). Dan paling sedikit adalahibu dengan usia kehamilan kategori
trisemester I (pertama), yaitu sebanyak 11
orang (27.5%).
Hal ini disebabkan kebutuhan zat besi
pada trisemester II dan III meningkat pesat
untuk janin, plasenta dan penambahan
volume darah ibu.
Kebutuhan zat besi selama trisemester
I relatif kecil yaitu 0,8 mg per hari, namun
meningkat dengan pesat selamatrisemester II dan III sehingga 6,2 mg per
hari. Sebagian dari peningkatan ini dapat
dipenuhi oleh simpanan zat besi dan
peningkatan aditif.Zat besi yang diserap
dari makanan sangat sedikit, maka
suplemen zat besi sangat dibutuhkan pada
masa kehamilan (DeMaeyer, 1995).Tabel 2. DistribusiAsupan Protein pada Ibu
Hamil di Desa Naga Timbul Tahun
2014
Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa
distribusi asupan protein pada ibu
hamilyang paling besar adalah kategori
kurang, yaitu sebanyak 24 orang(60.0%).Kemudian ibu hamil dengan
kategori baik, yaitu sebanyak 16 orang
(40.0%).
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi
2008rata-rata kebutuhan proteinperhari
untuk wanitadewasa umur 19-49 tahun
minimum protein sebesar 50 gram,
ditambah untuk ibu hamil 12 gram jadi
kebutuhan protein untuk ibu hamil sebesar
62 gramperhari (Supariasa, 2004).
Hasil penelitian menunjukkan bahwaibu hamil banyak mengkonsumsi ikan
kering, tahu/tempe dan sangat sedikit ikan
segar atau daging. Mengkonsumsi
makanan yang tinggi protein sudah
seharusnya diutamakan pada saat hamil,
karena protein sangat penting untuk
kelangsungan pertumbuhan janin agar
sempurna.Untuk mendapatkan
penambahan protein saat hamil dapat
dilakukan dengan mengkonsumsi makanan
sumber protein seperti susu, daging danayam tidak berlemak, ikan, telur.
Hal lain yang mungkin berkontribusi
menyebabkan rendahnya asupan
proteinibu hamil adalah rendahnya
pendapatan keluarga ibu hamil, rendahnya
ketersediaan pangan dan rendahnya
pengetahuan ibu hamil tentang bahan
makanan yang mengandung protein.Untuk
memenuhi kebutuhan protein dan zat besi
dihimbau kepada keluarga agar
memanfaatkan pekarangan rumah
misalnya memelihara ikan, beternak
Usia kehamilan
(trisemester)
N (%)
I (Pertama) 11 27.5II (Kedua) 13 32.5
III (Ketiga) 16 40.0
Total 40 100.0
Asupan Protein N (%)
- Kurang 24 60.0- Baik 16 40.0
Total 40 100.0
7/21/2019 9915-23983-1-PB_2
http://slidepdf.com/reader/full/9915-23983-1-pb2 4/6
4
ayam, dan menanam sayuran disekitar
rumah.Tabel 3.Distribusi Asupan Zat Besi Pada
Ibu Hamil di Desa Naga Timbul
Tahun 2014
Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa
distribusi asupan zat besi pada ibu hamil
yang paling tinggi adalah kategori kurang,
yaitu sebanyak 29 orang (72,5%).
Kemudian asupan zat besi pada ibu hamil
dengan kategori cukup sebanyak 12 orang
(27,5%).
Rata-rataasupan zat besi pada ibu
hamil yang diperoleh adalah sebesar 16,28
mg, ini belum sesuai dengan rata-rata
Angka Kecukupan Gizi untuk wanita
hamil umur 19-49 tahun sebesar 26 mg per
hari.Konsumsi zat besi padaibu hamil
dilihat dari hasil penelitian masih di bawah
standar, dimana ibu hamil hanya
mengkonsumsi makanan sumber zat besi
non hem seperti sayuran, sedangkan untuk
makanan sumber zat besi hem hanya 1-2kali seminggu.
Dari hasil wawancara dengan ibu
hamil didapat bahwa dalam kehidupan
sehari-hari ibu hamil pada saat istirahat
bekerja disawah selalu mengkonsumsi teh
dan sanck pada saat yang bersamaan.
Kemungkinan akan rendah asupan zat besi
pada ibu hamil juga dapat diakibatkan
karena tanin yang terdapat dalam teh
dikhawatirkan dapat menghambat absorpsi
zat besi.Tabel 4.Distribusi Status Anemia Pada Ibu
Hamil di Desa Naga Timbul Tahun
2014
Pada tabel 4 dapat diketahui bahwa
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwastatus anemia pada ibu hamil dengan
kategori anemia sedang adalah 27,5%, dan
anemia berat sebanyak (5,0%).
Hal ini disebabkan karena kurangnya
asaupan zat besi dari makanan sehari,
dimana ibu hamil bekerja sebagai petani
yang kemungkinan harus menghabiskanwaktunya untuk bekerja seharian tanpa
memperhatikan makanan yang dikonsumsi
terutama zat besi.Dilihat dari rata-rata
pendapatan keluarga per bulan ibu hamil
juga merupakan kategori miskin dan
tingkat pendidikan ibu hamil juga rendah.
Dari hasil penelitian juga diketahui
bahwa anemia pada ibu hamil sebagian
besar karena ibu hamil tidak
mengkonsumsi tablet tambah darah secara
rutin. Dalam hal ini pemerintah telahmengupayakan pemberian tablet tambah
darah secara gratis. Kartamihardja (2008)
dalam penelitiannya tentang anemia
defisiensi besi menyimpulkan anemia
defisiensi besi juga dapat disebabkan oleh
buruknya penyerapan zat besi dalam
makanan.Tabel 5. Tabulasi silang Asupan Protein
dengan Status Anemia pada Ibu
Hamil di Desa Naga Timbul Tahun
2014
Setelah dilakukan analisis dengan
menggunakan uji chi Square maka
diperoleh hasil dengan nilai p=0,001 (p<
0,005), ada hubungan yang signifikan
antara asupan protein pada ibu hamildengan status anemia karena jika ibu hamil
mengkonsumsi makanan yang bervariasi
dalam jumlah yang banyak maka status
anemia akan baik pula.
Hasil penelitian yang dilakukan
Tristiyanti (2006), yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan yang nyata
antara tingkat protein dengan kadar Hb.
Dalam penelitiannya disebutkan bahwa
pangan sumber protein yang dikonsumsi
ibu hamil baik yang anemia maupun tidak
Asupan Zat Besi N (%)
- Kurang 29 72,5- Cukup 11 27,5
Total 40 100,0
Status anemia N (%)
- Normal 18 45,0- Anemia ringan 9 22,5- Anemia sedang 11 27,5- Anemiaberat 2 5,0
Total 40 100.0
Asupan
Protein
Status Anemia
AnemiaTidak
AnemiaTotal
P
N % N % n %
Kurang 20 83,3 4 16,7 24 100.00.001
Baik 2 12.5 14 87.5 16 100.0
Total 23 57.5 18 42.5 40 100.0
7/21/2019 9915-23983-1-PB_2
http://slidepdf.com/reader/full/9915-23983-1-pb2 5/6
5
anemia umumnya merupakan sumber
protein nabati. Penelitian lain yang
dilakukan Ika Ratna Sari (2012)
mengatakan status gizi pada ibu hamil
trisemster III sangat mengikat kebutuhan
zat besi terpenuhi sehingga tidak terjadianemia selama kehamilan.
Hal ini sesuai dengan teori
Notoadmodjo (2010) yang menyatakan
rendahnya asupan protein pada ibu hamil
berpengaruh pada rendahnya penghasilan
keluarga sehingga tidak mampu membeli
pangan/makanan yang bergizi sehingga
apabila penghasilan keluarga cukup dapat
meningkatkan status gizi ibu hamil.
Tabel 6. Tabulasi Silang Asupan Zat Besidengan Status Anemia pada Ibu
Hamil di Desa Naga Timbul
Tahun 2014
Setelah dilakukan analisis denganmenggunakan uji chi Square maka
diperoleh hasil dengan nilai p=0,04, ada
hubungan yang bermakna antara asupan
zat besi pada ibu hamildengan status
anemia karenaibu hamil yang
mengkonsumsi makan dalam jumlah
yangbanyakmaka status anemia akan baik
pula.
Meskipun hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat signifikan
hubungan asupan zat besi dengan statusanemia bukan berarti asupan zat besi
merupakan penyebab terjadinya anemia
pada kehamilan. Ada beberapa faktor yang
diduga dapat menyebabkan anemia yaitu
Jarak kelahiran, usia kehamilan,
kurangnya absorbsi diusus dan adanya
makanan penghambat penyerapan dalam
usus. Untuk mengatasi masalah anemia
pada kehamilan, sebenarnya Pemerintah
sudah melaksanakan program untuk
pencegahan yaitu dengan memberikan
tablet tambah darah pada setiap ibu hamil
melalui sarana pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitan Cardoso dkk (2012) mengenai
faktor-faktor yang terkait dengan anemia
pada pada ibu hamil di Amazonian, yangmenyatakan bahwa salah satu penyebab
terjadinya anemia pada ibu hamil yaitu
kurangnya asupan zat besi yang
dikonsumsi. Penelitian lain yang dilakukan
Abdul Salam (2013) pada ibu hamil di
Kabupaten Gowa menyatakan bahwa
sebanyak 50% pola konsumsi merupakan
faktor yang dominan pengaruhnya
terhadap anemia defisiensi besi pada ibu
hamil.
Tabel 7. Tabulasi Silang Usia Kehamilandengan Status Anemia pada Ibu
Hamil di Desa Naga Timbul
Tahun 2014
Setelah dilakukan analisis dengan
menggunakan uji chi Square maka
diperoleh hasil dengan nilai p=0,04, ada
hubungan yang bermakna antara usia
kehamilan pada ibu hamil dengan status
anemia .
Hal ini sejalan dengan penelitian I
Ketut Labir (2011), mengatakan ibu yang
mengalami anemia pada trisemester I
beresiko 10,29 kali melahirkan dengan
BBLR sedangkan ibu yang mengalamianemia pada trisemester II kehamilan
beresiko sebesar 16 kali lebih banyak
melahirkan BBLR. Ibu hamil yang
terdeteksi mengalami anemia baik di
trisemster I, II, dan III kehamilan, lebih
sering melakukan ANC sehingga dampak
anemia pada kehamilan dapat dicegah.
Asupan
Zat Besi
Status Anemia
AnemiaTidak
AnemiaTotal
P
N % N % N %
Kurang 19 65,5 10 34,5 29 100.00.04
Cukup 3 27,3 8 72,7 11 100.0
Total 22 55,0 18 45,0 40 100.0
Usia kehamilan
(trisemester)
Status Anemia
AnemiaTidak
AnemiaTotal
p
N % N % n %
Trisemester I 1 18,2 10 81,8 11 100,0
Trisemester II 8 65,5 5 38,5 13 100,0
Trisemester III 13 81,8 3 18,2 16 100,0 0,04
Total 22 55,0 18 45,0 40 100,0
7/21/2019 9915-23983-1-PB_2
http://slidepdf.com/reader/full/9915-23983-1-pb2 6/6
6
Kesimpulan dan Saran
1. KesimpulanAsupan protein dan zat besi pada ibu
hamil di Desa Naga Timbul masih dalam
kategori kurang, dimana asupan protein
60% dan zat besi sebesar 72.5%, terdapat55% ibu hamil di Desa Naga Timbul
mengalami anemia meliputi : anemia
ringan 22.5%, anemia sedang 27.5%, dan
anemia berat 5%.dan terdapat hubungan
yang signifikan antara asupan protein
dengan status anemia pada ibu hamil di
Desa Naga Timbul Tahun 2014 dan
anemia 55% serta asupan zat besi dengan
status anemia pada ibu hamil dimana
asupan zat besi 72.5% dan anemia 55%.
2. Sarana. Disarankan kepada ibu hamil agar
mengkonsumsi tablet tambah darah
(TTD) untuk menyeimbangkan
konsumsi zat besi pada saat hamil
untuk mencegah perdarahan atau
anemia pada saat melahirkan. Bagi
petugas kesehatan di Desa Naga
Timbul, agar selalu memberikan
penyuluhan bagi ibu hamil mengenai
pentingnya mengkonsumsi makanan
yang mengandung protein dan zat besi
yang tinggi dalam masa kehamilan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan bagi ibu hamil agar
mengkonsumsi makanan yang
beragam dan bergizi untuk
meningkatkan status gizi pada janin
dan ibu pada saat melahirkan.
Daftar PustakaCardoso, M, dkk, 2012.Underlying
Factors Associated with Anemia in
Amazonian: A Population-Based,
Cross Sectional Study. Managers:
De Maeyer, 1995. Pereventing Controlling
Iron Deficiency Anemia Trough
Primary Health Care. A for Health
Administrator and Programmer.
Kartamihardja, E. 2008. Anemia Defisiensi
Besi, Vol. 1, No. 2, Juli 2008
(online)(http://fk.uwks.ac.id/archieve/jurnal/vol1.no2./ (anemia
defisiensi besi.pdf) diakses pada 16
desember 2014.
Labir I Ketut, 2011. Anemia Ibu Hamil
Trisemester I dan II meningkatkan
resiko kejadian berat badan lahir
rendah RSUD Wangaya Denpasar ,In KESMAS Jurnal Kesehatan
Masyarakat Universitas Udayana
Makassar.4 (6).Diakses tanggal 27
Januari 2015.
Notoadmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
RinekaCipta.
Price Sylvia, A dan Wilson Lorraine, M.
2005. Patofisiologi:Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGCRiset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013).
Anemia.
Supariasa, IDN, Bakri B, Fajar. 2002.
Penilaian Status Gizi. Jakarta:
EGC.
Salam, Abdul, 2013. Hubungan Pola
Konsumsi dengan Status Anemia
Pada Ibu Hamil di Kabupaten
Gowa Tahun 2013.In KESMAS
Jurnal Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
Makassar.4 (6).Diakses tanggal 17
Desember 2014.
Suharno D, 1993. Gizi Kerja Pada
Masyarakat Kerja Informal dalam
Upaya Kesehatan Kerja Sektor
Informal Di Indonesia,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Tristiyanti, 2006. Faktor-faktor yang
mempengaruhi Status Anemia
Pada Ibu Hamil di KecamatanCiampea, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat S1, Institut Pertanian Bogor,
diakses 17 Desember 2014
WHO. 2008. Iron Deficiency Anemia
Assessment, Prevention And
Control . Geneva.