repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 53904 › chapter...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Merkuri
2.1.1 Pengertian Umum
Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak, serta
mudah menguap pada suhu ruangan. Merkuri (Hg) akan memadat pada tekanan 7.640
Atm. Merkuri (Hg) memiliki nomor atom 80, berat atom 200,59 g/mol, titik beku -
39o C, dan titik didih 356,6
oC.
Kelimpahan merkuri (Hg) di bumi menempati urutan ke-67 di antara elemen
lainnya pada kerak bumi. Merkuri jarang didapatkan dalam bentuk bebas di alam,
tetapi berupa bijih cinnabar (HgS). Untuk mendapatkan Hg dari cinnabar, dilakukan
pemanasan bijih cinnabar di udara sehingga menghasilkan logam Hg (Widowati,
2008).
Menurut Lubis (2002) yang mengutip dari Carl Zekk (1994) dan Joseph La
Dou (1990), produksi air raksa diperoleh terutama dari bijih cinnabar (86,2% air
raksa). Salah satu cara melalui pemanasan bijih dengan suhu 800oC dengan
menggunakan O2 (udara), sulfur yang dikombinasi dengan gas O2, melepaskan
merkuri sebagai uap air yang mudah terkonsentrasi. Cinnabar juga dapat dipanaskan
dengan kapur dan belerang bercampur kalsium akan melepaskan uap logam merkuri.
Bijih merkuri juga ditemukan pada batu dan bercampur dengan bijih lain seperti
tembaga, emas, timah, seng, dan perak.
Dalam keseharian, pemakaian bahan merkuri telah berkembang sangat luas.
Merkuri digunakan dalam bermacam-macam perindustrian, untuk peralatan-peralatan
Universitas Sumatera Utara
9
elektris, digunakan untuk alat-alat ukur, dalam dunia pertanian, bahan kosmetika dan
keperluan lainnya. Demikian luasnya pemakaian merkuri, mengakibatkan semakin
mudah pula organisme mengalami keracunan merkuri (Palar, 2008).
Untuk bahan kosmetik, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
melarang penggunaan merkuri meskipun dengan konsentrasi kecil. Beberapa catatan
diketahui bahwa kadar merkuri dalam jaringan sebesar 0,1 – 1 ppm sudah dapat
menyebabkan gangguan fungsi tubuh sedangkan menurut IPCS (International
Programme on Chemical Safety) paparan merkuri pada tubuh manusia mencapai 200
s/d 500 (Wurdiyanto, 2007).
Dikenal 3 bentuk merkuri, yaitu:
1. Merkuri elemental (Hg): terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air
raksa, amalgam gigi, alat elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan
sebagai katalisator dalam produksi soda kaustik dan desinfektan serta untuk
produksi klorin dari sodium klorida.
2. Merkuri anorganik: dalam bentuk Hg++
(Mercuric) dan Hg+(Mercurous)
Misalnya:
a. Merkuri klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg inorganik yang sangat
toksik, kaustik dan digunakan sebagai desinfektan
b. Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan untuk teething powder dan
laksansia (calomel)
c. Mercurous fulminate yang bersifat mudah terbakar.
Universitas Sumatera Utara
10
3. Merkuri organik : terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain :
a. Metil merkuri dan etil merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil
rantai pendek dijumpai sebagai kontaminan logam di lingkungan.
Misalnya memakan ikan yang tercemar zat tsb. dapat menyebabkan
gangguan neurologis dan kongenital.
b. Merkuri dalam bentuk alkil dan aryl rantai panjang dijumpai sebagai
antiseptik dan fungisida.
2.1.2 Sumber Merkuri
2.1.2.1 Terdapat di Alam
Sebagai hasil tambang, merkuri dijumpai dalam bentuk mineral HgS yang
disebut sinabar (cinnabar). Terdapat sebagai batuan dan lapisan batuan yang
terhampar di Spanyol, Itali, dan bagian Amerika, serta banyak di distribusikan
sebagai batuan, abu, dan larutan.
2.1.2.2 Hasil Aktifitas Manusia
Menurut Widowati (2008) yang mengutip dari Herman (2006), sumber merkuri
dari hasil aktifitas manusia antara lain pembuangan tailing pengolahan emas
tradisional yang diolah secara amalgamasi, dimana merkuri mengalami perlakuan
tertentu berupa putaran, tumbukan, atau gesekan, sehingga sebagian merkuri akan
membentuk amalgam dengan logam-logam (Au, Ag, Pt) dan sebagian hilang dalam
proses.
Universitas Sumatera Utara
11
2.1.3 Toksikologi Merkuri di Lingkungan
Secara alamiah, pencemaran oleh merkuri ke lingkungan umumnya berasal
dari kegiatan gunung api, rembesan air tanah yang melewati daerah deposit merkuri
dan lain-lain. Namun demikian, meski sangat banyak sumber keberadaan merkuri di
alam, dan masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan tertentu secara alamiah, tidaklah
menimbulkan efek-efek merugikan bagi lingkungan karena masih dapat ditolerir oleh
alam. Merkuri menjadi bahan pencemar sejak manusia mengenal industri, kemudian
menggali sumber daya alam dan memanfaatkannya semaksimal mungkin untuk
kebutuhannya (Palar, 2008).
Penggunaan merkuri di dalam industri sering mengakibatkan pencemaran
lingkungan, baik melalui air limbah maupun melalui sistem ventilasi udara. Merkuri
yang terbuang ke sungai, pantai atau badan air di sekitar industri-industri tersebut
dapat mengkontaminasi ikan dan makhluk air lainnya, termasuk ganggang dan
tumbuhan air. Ikan-ikan dan hewan air tersebut kemudian dikonsumsi manusia
sehingga manusia terpapar merkuri di dalam tubuhnya. FDA (Food and Drug
Administration) menetapkan batasan kandungan merkuri maksimum adalah 0,005
ppm untuk makanan, sedangkan WHO (World Health Organization) menetapkan
batasan maksimum untuk air, yaitu 0,001 ppm (Kristanto, 2002).
2.1.4 Kegunaan Merkuri Dalam Kehidupan
Penggunaan merkuri yang terbesar adalah dalam industri klor-alkali, dimana
produksi klorin (Cl2) dan kaustik soda (NaOH) dengan cara elektrolisis garam NaCl.
Kedua bahan ini sangat banyak gunanya sehingga diproduksi dalam jumlah tinggi
Universitas Sumatera Utara
12
setiap tahun. Fungsi merkuri dalam proses ini adalah sebagai katode dari sel
elektrolisis (Kristanto,2002).
Pada peralatan listrik, merkuri ditemukan pada lampu listrik. Sementara itu, di
laboratorium logam merkuri digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh adalah
termometer. Dalam pekerjaan laboratorium, banyak pekerja yang mengalami
keracunan merkuri secara kronis. Hal itu terjadi karena uap dari tumpahan merkuri
yang tidak terlihat, sedikit demi sedikit terhirup oleh para pekerja.
Dalam bidang pertanian, senyawa merkuri banyak digunakan sebagai
fungisida, dimana hal ini menjadi penyebab yang cukup penting dalam peristiwa
keracunan merkuri pada organisme hidup. Karena penyemprotan yang dilakukan
secara terbuka dan luas, maka banyak organisme hidup lainnya yang terkena senyawa
racun tersebut. Sehingga dari penyemprotan fungisida tersebut tidak hanya
membunuh jamur melainkan juga organisme hidup lainnya.
Pada industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa FMA (fenil merkuri
asetat). Pemakaian dari senyawa FMA bertujuan untuk mencegah pembentukan kapur
pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan. Hal ini menjadi sangat
berbahaya, karena kertas seringkali digunakan sebagai alat pembungkus makanan
(Palar, 2008).
2.1.5 Kinetika Merkuri
Merkuri merupakan elemen dari kerak bumi. Manusia tidak dapat membuat
atau memusnahkan merkuri. Merkuri murni adalah logam cair, kadang-kadang
disebut sebagai raksa yang mudah menguap. Secara tradisional telah digunakan untuk
membuat produk seperti termometer dan beberapa bola lampu. Sumber utama
Universitas Sumatera Utara
13
merkuri (Hg) di atmosfer adalah penguapan Hg dari tanah dan air, disamping itu
pembakaran fosil terutama batu bara. Kadar Hg diudara naik dapat disebabkan oleh
pembuangan sampah padat seperti termometer Hg, baterai, pemakaian cat yang
mengandung Hg, anti jamur dan pestisida serta pembakaran limbah minyak. Sumber
utama pada air dari buangan industri (terutama industri tambang emas) dan proses
pelapukan batuan karena pengaruh iklim. Merkuri dari udara yang masuk kedalam air
atau tanah dapat melarut ke dalam air. Setelah tersimpan, mikroorganisme tertentu
dapat mengubahnya menjadi metil merkuri, bentuk yang sangat beracun yang
terdapat pada ikan, kerang, dan hewan yang makan ikan. Kerang dan ikan adalah
sumber utama metil merkuri eksposur ke manusia. Metil merkuri terbentuk lebih
banyak pada beberapa jenis ikan dan kerang daripada yang lain. Tingkat metil
merkuri di kerang dan ikan tergantung pada apa yang mereka makan, berapa lama
mereka hidup dan berapa tinggi mereka dalam rantai makanan (Anonimous, 2011).
Manusia dapat terpajan uap Hg bila bernafas dalam lingkungan yang
terkontaminasi oleh uap Hg, menelan atau makan makanan atau minum air yang
terkontaminasi oleh Hg, dan melalui kulit yang kontak dengan Hg yang terdapat
dalam krim pemutih kulit. Jadi pajanan dapat melalui udara, air, makanan dan kontak
dengan kulit. Ketika manusia menelan Hg dalam jumlah kecil <0,01% dari Hg
tersebut akan masuk ke dalam tubuh melalui pencernaan dan tidak menimbulkan
sakit. Bila jumlah lebih besar tertelan oleh seseorang sangat kecil yang akan terserap
oleh tubuh. Ketika terhirup uap Hg, 80% Hg masuk ke dalam aliran darah secara
langsung melalui paru-paru, kemudian dengan cepat akan menyebar ke bagian-bagian
lain termasuk otak dan ginjal.
Universitas Sumatera Utara
14
Biomarker dapat digunakan untuk memperkirakan pajanan (jumlah yang
diabsorpsi atau dosis internal), efek-efek bahan kimia dan kerentanan pada individu,
dan dapat diaplikasikan apakah dari makanan, lingkungan, atau tempat kerja.
Biomarker pajanan yang umum digunakan adalah pemeriksaan kadar Hg dalam
darah, urine, dan rambut. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan kadar Hg adalah
Atomic Absorpion Spectrophotometer (AAS) untuk memeriksa total merkuri dalam
makanan, darah, urine, rambut dan jaringan (Inswiasri, 2008).
Kriteria World Heath Organization (WHO) tahun 1990 menyatakan bahwa
kadar normal Hg dalam darah berkisar antara 5 µg/l – 10 µg/l, dalam rambut berkisar
antara 1 mg/kg – 2 mg/kg, sedangkan dalam urine rata-rata 4 µg/l.
2.1.6 Sifat Merkuri
Sifat-sifat kimia dan fisik merkuri membuat logam tersebut banyak digunakan
untuk keperluan kimia dan industri. Beberapa sifat tersebut di antaranya adalah:
1. Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu kamar
(25oC) dan mempunyai titik beku terendah dibanding logam lain, yaitu -39
oC.
2. Masih berwujud cair pada suhu 396oC. Pada temperatur 396
oC ini telah terjadi
pemuaian secara menyeluruh.
3. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan
logam lain.
4. Merkuri dapat larut dalam asam sulfat atau asam nitrit, tetapi tahan terhadap
basa.
5. Mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam.
Universitas Sumatera Utara
15
6. Ketahanan listrik sangat rendah sehingga merupakan konduktor terbaik
dibanding semua logam lain.
7. Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen yang
disebut dengan amalgam.
8. Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua makhluk
hidup (Kristanto, 2002).
2.1.7 Senyawa Merkuri Anorganik
Logam merkuri termasuk ke dalam kelompok merkuri anorganik. Dalam
bentuk logamnya, merkuri berbentuk cair, dan sangat mudah menguap. Uap merkuri
dapat menyebabkan efek samping yang sangat merugikan bagi kesehatan. Diantara
sesama senyawa merkuri anorganik, uap logam merkuri (Hg) merupakan yang paling
berbahaya. Ini disebabkan karena sebagai uap, merkuri tidak terlihat dan dengan
sangat mudah akan terhisap seiring kegiatan pernafasan yang dilakukan. Pada saat
terpapar oleh logam merkuri, sekitar 80% dari logam merkuri akan terserap oleh
alveoli paru-paru dan jalur-jalur pernafasan untuk kemudian ditransfer ke dalam
darah (Palar, 2008).
Dalam darah akan mengalami proses oksidasi, yang dilakukan oleh enzim
hidrogenperoksida katalase sehingga berubah menjadi ion Hg2+. Ion merkuri ini
selanjutnya dibawa ke seluruh tubuh bersama dengan peredaran darah.
Hgo E.Hidrogenperoksida katalase Hg2+
Pada hewan percobaan seperti kelinci, tikus dan kera, 1% dari jumlah yang
diserap ini akan terakumulasi di otak. Jumlah merkuri yang menumpuk tersebut, 10
kali lebih besar bila dibandingkan dengan senyawa merkuri lain yang masuk atau
Universitas Sumatera Utara
16
dimasukkan ke dalam tubuh dengan dosis yang sama. Selain penumpukan merkuri
terjadi pada otak, logam ini juga terserap dan menumpuk pada ginjal dan hati. Namun
demikian penumpukan yang terjadi pada organ ginjal dan hati masih dapat
dikeluarkan bersama urin dan sebagian akan menumpuk pada empedu. Selain
menumpuk pada organ tubuh tersebut, merkuri juga mampu menembus membran
plasenta (Palar, 2008).
Toksisitas akut dari merkuri anorganik meliputi gejala muntah, kehilangan
kesadaran, sakit abdominal, diare disertai darah dalam feses, albuminuria, anuria,
uraemia, ulserasi, dan stomatitis. Sementara toksisitas kronis dari merkuri anorganik
meliputi gejala gangguan sistem saraf, antara lain tremor, terasa pahit di mulut, gigi
tidak kuat dan rontok, anemia, dan gejala lain berupa kerusakan ginjal, serta
kerusakan mukosa usus (Widowati, 2008).
2.1.8 Senyawa Merkuri Organik
Senyawa-senyawa merkuri organik telah lama akrab dengan kehidupan
manusia. Yang paling terkenal diantaranya adalah senyawa alkil-merkuri. Beberapa
senyawa alkil-merkuri yang banyak digunakan, terutama di kawasan negara-negara
sedang berkembang adalah metil merkuri khlorida (CH2HgCl) dan etil khlorida
(C2H5HgCl). Senyawa-senyawa tersebut digunakan sebagai pestisida dalam bidang
pertanian.
Sekitar 80% dari peristiwa keracunan merkuri bersumber dari senyawa-
senyawa alkil-merkuri. Keracunan yang bersumber dari senyawa ini adalah melalui
pernafasan. Peristiwa keracunan melalui jalur pernafasan tersebut disebabkan karena
senyawa-senyawa alkil-merkuri sangat mudah menguap. Uap merkuri yang masuk
Universitas Sumatera Utara
17
bersama jalur pernafasan akan mengisi ruang-ruang dari paru-paru dan berikatan
dengan darah (Palar, 2008).
Dalam penyebaran senyawa merkuri organik dalam organ tubuh, biasanya
berbeda-beda, tergantung pada jenis organnya. Metil merkuri pada umumnya
terakumulasi pada sistem jaringan saraf pusat. Akumulasi paling tinggi ditemukan
pada bagian cortex dan cerebellum, yaitu bagian dari otak. Lebih lanjut, hanya sekitar
10% dari merkuri tersebut yang ditemukan dalam sel otak. Pada proses metabolisme,
sebagian dari alkil-merkuri akan diubah menjadi senyawa merkuri anorganik. Seperti
halnya senyawa merkuri anorganik lainnya, senyawa merkuri anorganik yang berasal
dari senyawa alkil-merkuri tersebut akan terakumulasi pada organ hati dan ginjal.
Waktu paruh dari senyawa alkil-merkuri dalam tubuh adalah 70 hari.
Selanjutnya senyawa alkil-merkuri tersebut dikeluarkan dari dalam tubuh sebagai
hasil samping metabolisme. Akan tetapi, jumlah yang dikeluarkan sangat kecil jika
dibandingkan dengan jumlah uap atau senyawa alkil-merkuri yang masuk ke dalam
tubuh. Diperkirakan jumlah alkil-merkuri yang dikeluarkan sebagai hasil samping
metabolisme tubuh hanyalah 1%, sedangkan sisanya 99% terakumulasi dalam
berbagai organ dalam tubuh (Palar, 2008).
Gejala toksisitas merkuri organik meliputi kerusakan sistem saraf pusat berupa
anoreksia, ataksia, dismetria, gangguan pandangan mata yang bias mengakibatkan
kebutaan, gangguan pendengaran, koma, dan kematian (Widowati, 2008).
Universitas Sumatera Utara
18
2.1.9 Mekanisme Kerja Merkuri Dalam Tubuh
Merkuri membentuk berbagai senyawa anorganik (seperti oksida, klorida, dan
nitrat) dan organic (alkil dan aril).Logam merkuri dan uap merkuri termasuk kedalam
merkuri anorganik (Palar, 2004). Adapun mekanisme kerja merkuri dalam tubuh
adalah sebagai berikut :
1. Absorbsi
Merkuri masuk ke dalam tubuh terutama melalui paru-paru dalam bentuk uap
atau debu. Sekitar 80% uap merkuri yang terinhalasi akan diabsorbsi. Absorbsi
merkuri logam yang tertelan dari saluran cerna hanya dalam jumlah kecil yang dapat
di abaikan, sedangkan senyawa merkuri larut air mudah diabsorbsi. Beberapa
senyawa merkuri organik dan anorganik dapat diabsorbsi melalui kulit.
2. Biotransformasi
Unsur merkuri yang diabsorbsi dengan cepat dioksidasi menjadi ion Hg2+,
yang memiliki afinitas berikatan dengan substrat-substrat yang kaya gugus tersebut.
Merkuri ditemukan dalam ginjal (terikat pada metalotionen) dan hati. Merkuri dapat
melewati darah, otak, dan plesenta. Metal merkuri mempunyai afinitas yang kuat
terhadap otak. Sekitar 90% merkuri darah terdapat dalam eritrosit. Metabolisme
senyawa alkil merkuri serupa dengan metabolisme merkuri logam atau senyawa
anorganiknya. Senyawa fenil dan metoksietil merkuri di metabolisme dengan lambat.
3. Ekskresi
Sementara unsur merkuri dan senyawa anorganiknya di eliminasi lebih banyak
melalui kemih daripada feses, senyawa merkuri anorganik terutama diekskresi
Universitas Sumatera Utara
19
melalui feses sampai 90%. Waktu paruh biologis merkuri anorganik mendekati 6
minggu.
2.1.10 Toksisitas Merkuri Dalam Tubuh
Pengaruh toksisitas merkuri pada manusia bergantung pada bentuk komposisi
merkuri, rute masuknya kedalam tubuh dan lamanya ekspose. Intoksikasi keracunan
merkuri dapat terjadi secara lokal maupun sistemik melalui panghirupan lewat mulut
dan hidung, atau lewat penyerapan via kulit (Darmono, 2001)
Unsur merkuri yang ada pada krim pemutih akan diserap kulit, kemudian akan
di alirkan melalui darah keseluruh tubuh dan merkuri itu akan mengendap di dalam
ginjal yang dapat mengakibatkan gagal ginjal. Walau tidak seburuk efek apabila
tertelan, merkuri yang diserap oleh kulit akan menimbulkan efek yang buruk bagi
tubuh. Meskipun hanya dioleskan di permukaan kulit, merkuri mudah diserap masuk
ke dalam darah, lalu memasuki sistem saraf tubuh (Dipi, 2007).
Manifestasi gejala keracunan merkuri akibat pemakaian krim pemutih kulit
muncul sebagai gangguan sistem syaraf, seperti tremor (gemetar), insomnia (tidak
bisa tidur), pikun, gangguan penglihatan, ataxia (gerakan tangan tak normal),
gangguan emosi, depresi, dan sebagainya. Produk kosmetik khususnya krim pemutih
wajah yang digunakan akan menyebabkan iritasi parah pada kulit yang terpapar,
yakni berupa kulit yang kemerah-merahan dan menyebabkan kulit menjadi mengkilap
secara tidak normal (Dipi, 2007).
1. Pada Syaraf : Logam merkuri dan metal merkuri dengan mudah memasuki
susunan saraf dan menambah efek racun. Senyawa merkuri mempengaruhi
sistem Hem. Sistem Hem merupakan sistem yang mengandung zat penting
Universitas Sumatera Utara
20
bagi haemoglobin dan sitokrom. Pada tingkat pemakaian yang tinggi,
senyawa-senyawa ini dapat menambah ensefalopati yang mengakibatkan
gangguan fungsi kejiwaan pada anak-anak kecil, seperti gangguan kesadaran
dan kelakuan.
2. Pada Ginjal : Sebagai organ ekskresi utama dalam tubuh, ginjal menjadi organ
sasaran keracunan logam merkuri. Merkuri memengaruhi sel tubulus
proksimal ginjal, sehingga menyebabkan ekskresi protein molekul kecil, asam
amino, dan glukosa bersama urin. Merkuri terkumpul dalam lisosom sel
tubulus proksimal ginjal serta mengahambat enzim proteolitik dalam lisosom
dan menyebabkan cidera pada sel.
3. Pada Pernapasan : Sistem pernapasan merupakan organ sasaran utama bagi
sebagian besar logam, salah satunya logam merkuri. Banyaknya logam
merkuri yang terpajan menyebabkan iritasi dan radang saluran pernapasan.
2.1.11 Efek Merkuri Terhadap Manusia Dan Lingkungan
Sebagian besar merkuri di alam ini di hasilkan oleh sisa industri dalam jumlah
kira-kira 10.000 ton setiap tahunnya. Penggunaan merkuri sangat luas dimana 3000
jenis penggunaan dalam industri pengolahan bahan-bahan kimia, proses pembuatan
obat-obatan yang digunakan oleh manusia serta sebagai bahan dasar pembuatan
insektisida untuk pertanian (Christian et, al., 1970 dalam Zul Alfian, 2006).
Semua komponen merkuri baik dalam bentuk metal dan bentuk alkil yang
masuk ke dalam tubuh manusia secara terus menerus akan menyebabkan kerusakan
permanen pada otak, hati, dan ginjal (Roger et, al., 1984 dalam Zul Alfian, 2006)
Universitas Sumatera Utara
21
Ion merkuri menyebabkan pengaruh toksik, karena terjadinya proses pretisipati
protein menghambat aktifitas enzin dan bertindak sebagai bahan yang korosif.
Merkuri juga terikat oleh gugus sulfhidril, karboksil, amida, amina dan fosforil,
dimana dalam gugus tersebut merkuri dapat menghambat fungsi enzim. Efek
toksisitas merkuri pada manusia tergantung pada bentuk komposisi merkuri, jalan
masuknya kedalam tubuh dan lamanya berkembang (Zul Alfian, 2006).
2.1.11.1 Efek Merkuri Pada Manusia
2.1.11.1.1 Keracunan akut
Keracunan akut oleh merkuri bisa terjadi pada konsentrasi merkuri (Hg) uap
sebesar 0,5-1,2 mg/m3. Penelitian terhadap kelinci dengan uap merkuri (Hg) 28,8
mg/m3
mengakibatkan kerusakan yang parah pada berbagai organ ginjal, hati, otak,
jantung, paru-paru, dan usus besar. Keracunan akut karena terhirupnya uap merkuri
(Hg) berkonsentrasi tinggi menimpa pekerja dalam industri pengolahan logam
merkuri serta penambangan emas (Widowati,2008).
Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui dengan
mengamati gejala-gejala berupa iritasi gastrointestinal berupa mual, muntah, sakit
perut dan diare. Keracunan Phenyl mercury (merkuri aromatis) menimbulkan gejala-
gejala gastrointestinal, malaise dan mialgia. Keracunan metil merkuri menyebabkan
efek pada gastrointestinal yang lebih ringan tetapi menimbulkan toksisitas neurologis
yang berat berupa rasa sakit pada bibir, lidah dan pergerakan (kaki dan
tangan),halusinasi, iritabilitas, gangguan tidur, sulit bicara, kemunduran cara berpikir,
reflek tendon yang abnormal, dan pendengaran rusak( Rianto,2012).
Universitas Sumatera Utara
22
Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui dengan
mengamati gejala-gejala berupa :
a. Gejala reaksi yang timbul pada alat pencernaan seperti :
- Dalam rongga mulut timbul kelainan-kelainan seperti pembengkakan
gusi yang terasa sakit, gigi mudah rapuh, koropos dan mudah terlepas.
- Sembelit dan muntah-muntah
- Perasaan mual-mual pada lambung
b. Gejala reaksi yang timbul pada jaringan saraf seperti :
- Tremor
- Sukar konsentrasi dalam berpikir
- Gugup
- Gangguan kejiwaan dan sering lelah
c. Gejala reaksi yang timbul pada kulit seperti :
- Pada kulit yang tidak ditutupi seperti muka, lengan, kaki menjadi peka
terhadap sinar matahari
- Menimbulkan gelembung-gelembung yang mudah pecah
- Mudah terjadi infeksi pada kulit
d. Pengeluaran air seni terus menerus dapat menimbulkan gangguan terhadap
fungsi faal ginjal.
2.1.11.1.2 Keracunan Kronis
Keracunan kronis adalah keracunan yang terjadi secara perlahan dan
berlangsung dalam selang waktu yang panjang.Penderita keracunan kronis biasanya
tidak menyadari bahwa dirinya telah menumpuk sejumlah racun dalam tubuh mereka,
Universitas Sumatera Utara
23
sehingga pada batas daya tahan yang dimiliki tubuh, racun yang telah mengendap
dalam selang waktu yang panjang tersebut bekerja. Pengobatan akan menjadi sangat
sulit untuk dilakukan.
Keracunan kronis yang disebabkan oleh merkuri, peristiwa masuknya sama
dengan keracunan akut, yaitu melalui jalur pernafasan dan makanan. Akan tetapi pada
keracunan kronis, jumlah merkuri yang masuk sangat sedikit sehingga tidak
memperlihatkan pengaruh pada tubuh. Namun demikian masuknya merkuri ini
berlangsung secara terus-menerus. Sehingga lama kelamaan, jumlah merkuri yang
masuk dan mengendap dalam tubuh menjadi sangat besar dan melebihi batas toleransi
yang dimiliki tubuh sehingga gejala keracunan mulai terlihat (Palar, 2008).
Pada peristiwa keracunan kronis oleh merkuri, ada dua organ tubuh yang
paling sering mengalami gangguan, yaitu gangguan pada sistem pencernaan dan
sistem saraf. Radang gusi (gingivitis) merupakan gangguan paling umum yang terjadi
pada sistem pencernaan. Gangguan terhadap sistem saraf dapat terjadi dengan atau
tanpa diikuti oleh gangguan pada lambung dan usus.Ada dua bentuk gejala umum
yang dapat dilihat bila korban mengalami gangguan pada sistem saraf sebagai akibat
keracunan kronis merkuri, yaitu tremor (gemetar) ringan dan parkinsonisme yang
juga disertai dengan tremor pada fungsi otot sadar.
Tanda-tanda seseorang penderita keracunan kronis merkuri dapat dilihat pada
organ mata.Biasanya pada lensa mata penderita terdapat warna abu-abu sampai gelap,
atau abu-abu kemerahan, yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop mata. Di
samping itu, gejala keracunan kronis merkuri yang lainnya adalah terjadinya anemia
ringan pada darah.
Universitas Sumatera Utara
24
2.1.12 Identitas Merkuri (Hg)
No. CAS : 7487-94-7 (Mercury Chloride); 1600-27-7 (Mercury Acetate);
1344-48-5 (Mercury Sulfide); 21908-53-2 (Mercury Oxide)
(EPA, 2007)
No atom : 80 (SPU, 2007)
Nama kimia : Hg/Hydrargyrum (SPU,2007)
Sinonim : Raksa, mercury chloride, mercury acetate, mercury sulfide,
mercury oxide, mercury bichloride, corrosive sublimate,
mercury(II)chloride, mercury perchloride, mercurous(I)
chloride (EPA, 2007)
2.1.13 Sifat Fisikokimia Merkuri (Hg)
Pemerian : Cairan berat mengkilat, putih keperakan (DepKes, 1979)
Titik lebur : 234.32 K (Horas, 1985)
Titik didih : 629.88 K (Horas, 1985)
Berat jenis : 13.55 (Horas, 1985)
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, etanol dan asam khlorida, larut
Sempurnadalam asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat
(DepKes, 1979)
Jenis :
1) Uap merkuri (unsur merkuri), mempunyai tekanan uap yang tinggi dan sukar
larut dalam air. Paparan kronis uap merkuri ialah akibat kontaminasi yang
tidak disengaja dalam ruangan dengan ventilasi yang buruk, misalnya dalam
laboraturium.
Universitas Sumatera Utara
25
2) Merkuri anorganik lebih reaktif yang dapat membentuk dengan ligan organik
3) Merkuri organik, mengandung merkuri dengan satu ikatan kovalen dengan
atom karbon, contoh : metil merkuri. Dianggap lebih berbahaya dan dapat
larut dalam lapisan lemak yang menyelimuti korda syaraf (Zulalfian, 2006)
2.1.14 Metode Analisis Merkuri
A. AAS (Atomic Absoption Spectrophotometry)
Teknik AAS ini berdasarkan pada penguraian molekul menjadi atom
(atomisasi) dengan energy dari api atau arus listrik (Harmita, 2006)
Dalam mendeteksi merkuri digunakan AAS yang khusus, dilengkapi dengan
perekam respon cepat dan dapat mengukur radiasi yang diserap oleh uap
merkuri pada garis resonansi merkuri pada panjang gelombang 253,6 nm.
Berikut merupakan prosedur menurut farmakope Indonesia edisi IV :
Pasang alat erasi dan labu perangkap dalam keadaan kosong, dank ran pada
posisi langsung ke labu perangkap. Hubungkan alat dengan sel penyerap dan
atur laju aliran udara atau nitrogen sehingga diperoleh penyerapan dan
reprodusibilitas maksimum tanpa busa berlebih dalam larutan uji. Usahakan
pembacaan larutan garis dasar yang lurus pada 253,6 nm sesuai petunjuk
penggunaan alat. Perlakukan larutan baku dan larutan uji dengan cara yang
sama sebagai berikut : Hilangkan kelebihan permanganat dengan tambahan
tetes demi tetes larutan hidroksilamina hidroklorida sampai larutan tidak
berwarna. Segera masukkan larutan kedalam bejana aerasi, bilas dan encerkan
dengan air hingga 100 ml. tambahkan 2 ml larutan timah II khlorida, dan
segera hubungkan kembali bejana dengan alat aerasi, putar kran dari posisi
Universitas Sumatera Utara
26
langsung ke labu perangkap ke posisi aerasi dan teruskan aerasi sampai
puncak serapan telah terlampaui dan pena pencatat kembali ke garis dasar.
Lepaskan bejana aerasi dari alat dan cuci alat setelah digunakan. Setelah
dikoreksi dengan blanko pereaksi, serapan larutan uji tidak boleh lebih dari
larutan baku (DepKes, 1995).
B. Spektrofotometer UV-Vis
Sampel yang sering di analisis dengan UV-Vis adalah senyawa organic.
Dimana senyawa organik dapat memberikan serapan adalah senyawa yang
mempunyai gugus kromoform dan auksokrom. Gugus kromofor adalah gugus
fungsional tidak jenuh yang dapat memberikan serapan pada daerah UV atau
cahaya tampak. Hampir semua kromofor mempunyai ikatan rangkap, seperti
alkena, benzene dan lain-lain. Sedangkan auksokrom adalah gugus yang
mempunyai elektron nonbonding dan tidak mengabsorbsi radiasi yang lamda
diatas 200 nm, akan tetapi mengabsorbsi sinar UV jauh.
Metode analisis kuantitatif yang menggunakan spektrofotometer pada daerah
tampak/visible (380-780 nm) sering disebut dengan kalometri. Kalometri
dapat didefinisikan sebagai metode analisis kuantitatif suatu zat berdasarkan
intensitas warna yang timbul dari konsentrasi yang berbeda. Pada kalometri
yang ditentukan adalah serapan cahaya oleh larutan yang berwarna.Panjang
gelombang dalam suatu sistem berwarna spesifik (Harmita, 2006).
C. Titrasi Ditizon
Untuk menentukan kadar merkuri dengan titrasi ditizon, pertama-tama
dilakukan dengan pembuatan pereaksi, lalu dibuat larutan hidroksilamina
Universitas Sumatera Utara
27
hidroklorida, larutan baku raksa, lerutan pengekstrasi ditizon dan pembakuan
titran ditizon. Setelah itu buat larutan uji dengan menimbang 2 g, lalu
masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml bersumbat kaca, tambahkan 20
ml campuran asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat dengan volume yang
sama, hubungkan dengan pendingin yang sesuai, refluks campuran selama 1
jam, dinginkan, encerkan hati-hati dengan air dan didihkan sampai asam
nitritnya habis. Dinginkan larutan, encerkan hati-hati dengan air, pindahkan
ke dalam labu 200 ml, encerkan hingga tanda batas, campur kemudian saring.
Masukkan 50 ml larutan uji ke dalam corong pisah 250 ml, ekstraksi beberapa
kali dengan sedikit kloroform pekat, sampai ekstrak kloroform terakhir tidak
berwarna. Buang ekstrak kloroform dan tambahkan 50 ml asam sulfat 1 N
pada larutan yang tertinggal, ditambah 90 ml air, 1 ml asam asetat glacial dan
10 ml larutan hidroksilamina hidroklorida pekat (1 dalam 5). Hitung jumlah
merkuri (DepKes, 1995).
D. Kompleksometri (Day dan Underwood, 2002)
Untuk menentukan merkuri dapat menggunakan metode kompleksometri
dengan cara, pertama ion Hg2+ ditentukan dengan cara titrasi kembali, larutan
uji direaksikan dengan larutan natrium EDTA berlebih dan kelebihannya
dititrasi dengan larutan seng khlorida dan larutan seng sulfat. Sehingga ion
merkuri yang bervalensi dua yang ada merupakan atom pusat khelat melalui
penambahan suatu bahan terselubung didesak dari kompleks. Dengan
penambahan kalium iodide akan terjadi kompleks tetraiodida merkurat(II)
yang stabil.Pada titrasi pertama dan kedua secara teoritis harus digunakan
Universitas Sumatera Utara
28
jumlah larutan EDTA yang sama atau jumlahnya harus ditentukan.
Perhitungan ditentukan dari larutan garam seng yang digunakan pada titrasi
kedua.Pada penentuan raksa (II) khlorida sebagai reduktor ditambahkan
kalium iodida.Sedangkan untuk penentuan raksa dalam salep presipitatum
ditambahkan natrium tiosulfat sebagai bahan penyelubung.
2.2 Mercury Analyzer
2.2.1 Definisi
Mercury analyzer merupakan alat untuk menganalisa merkuri yang cepat,
mempunyai sensitivitas yang tinggi, dapat menentukan jumlah merkuri pada sampel
yang padat, cair, gas dengan operasi yang mudah. Merupakan metode otomatis
dimana sampel disuntikkan ke dalam aliran kontinu cairan pembawa yang
mencampur dengan larutan lain yang terus mengalir sebelum mencapai detector.
Flow injection analysis salah satunya adalah FIMS (Flow Injection Mercury
Spectrometer) (Yusnizam, 2008).
2.2.2 Prinsip Kerja
Sampel dipanaskan untuk mengubah senyawa merkuri dalam bentuk atomnya
atau dinamakan proses atomisasi, kemudian atom tersebut akan ditangkap oleh
amalgam sehingga yang tinggal hanya uap merkuri. Analisa pada instrument
dilakukan pada panjang gelombang 253.7 nm. Gas merkuri yang dihasilkan akan
dilewatkan pada cell tube yang ditembakkan sinar/cahaya dari lampu merkuri.
Besarnya konsentrasi yang dihasilkan yang terkandung dalam sampel dan sebanding
dengan nilai absorban yang dihasilkan.
Universitas Sumatera Utara
29
2.3 Kulit
2.3.1 Definisi Kulit
Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia dan merupakan garis
pertahanan utama dari serangan infeksi yang berasal dari luar. Kulit juga merupakan
organ yang paling terlihat dari tubuh (Davies, 1998).
2.3.2 Struktur Kulit
Secara garis besar kulit tersusun atas 3 lapisan :
a. Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis merupakan bagian terluar kulit. Tersusun dari jaringan
epitel bertingkat yang mengalami keratinasi. Berdasarkan ketebalan epidermis, dapat
dibedakan kulit tebal dan kulit tipis. Turunan epidermis meliputi rambut, kuku,
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Lapisan epidermis terdiri dari stratum
korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basal.
b. Lapisan Dermis
Lapisan dermis dipisahkan dari lapisan epidermis dengan adanya membrane
dasar atau lamina yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat yang berasal dari
mesoderm, terletak dibawah lapisan epidermis dan jauh lebih tebal dari lapisan
epidermis. Lapisan ini terdiri dari lapisan elastic dan fibrosa padat dengan elemen-
elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar, lapisan dermis dibagi menjadi
dua bagian yaitu pars papilar dan pars reticular. Pada lapisan ini terdapat sel-sel
syaraf dan pembuluh darah.
Universitas Sumatera Utara
30
c. Lapisan Subkutis dan Hipodermis
Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara
longgar pada organ-organ dibawahnya, yang memungkinkan kulit dibagian atas
bergeser. Lapisan ini mengandung sel-sel lemak (Sloane, 2003).
2.3.3 Jenis Kulit
Kulit digolongkan menjadi 4 jenis yang pokok yaitu : kulit normal,
berminyak, kering dan campuran.
a. Kulit normal
Kulit jenis ini merupakan kulit yang sehat dimana kelenjar lemak
memproduksi minyak tidak berlebihan, sehingga tidak menimbulkan penyumbatan
pada pori-pori kulit. Tanda-tanda kulit normal antara lain : kulit lembut, segar, halus,
bercahaya, sehat, pori-pori tidak kelihatan, tonus (daya kenyal) kulit bagus. Kulit
normal biasanya dijumpai pada anak-anak sampai menjelang remaja.
b. Kulit berminyak
Kulit berminyak disebabkan oleh sekresi kelenjar sebasea yang berlebihan.
Ciri-ciri kulit berminyak adalah kulit kelihatan basah dan mengkilat, pori-pori jelas
terlihat, sering terdapat jerawat atau acne, kulit terlihat pudar dan kusam.Kulit
berminyak umumnya terdapat pada anak remaja dan dewasa.
c. Kulit kering
Kulit kering sering terdapat pada orang dewasa dan orang-orang yang telah
lanjut usianya. Penyebabnya adalah ketidakseimbangan sekresi sebum. Ciri-ciri kulit
kering antara lain : bagian tengah muka normal, disekitar pipi dan dahi kering, tidak
Universitas Sumatera Utara
31
lembab dan tidak berminyak, halus, tipis dan rapuh. Kulit kering cepat menjadi tua
karena kelenjar lemak tidak berfungsi dengan baik.
d. Campuran
Jenis kulit campuran yakni, bagian tengah muka (sekitar hidung, dagu, dahi)
kadang-kadang berminyak atau normal. Sedangkan bagian lain normal atau kering.
Dapat terjadi pada semua umur, tetapi lebih sering padausia 35 tahun ke atas (Tresna,
2010).
2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Jenis Kulit
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan jenis kulit,
antara lain sebagai berikut :
1. Usia
Usia dapat mempengaruhi perubahan jenis kulit seseorang. Suatu contoh,
seseorang yang pada masa anak-anak mempunyai jenis kulit normal setelah remaja
kulitnya menjadi berminyak. Demikian pula pada masa muda mempunyai jenis kulit
berminyak setelah tua kulitnya menjadi kering.
2. Makanan dan minuman
Perubahan jenis kulit dapat disebabkan jenis makanan yang dikonsumsi.
Misalnya makanan berlemak, panas, pedas atau minuman es dapat mengubah kulit
dari normal menjadi berminyak. Sebaliknya, makan masam, minuman keras atau
beralkohol dapat mengubah kulit normal menjadi kering.
Universitas Sumatera Utara
32
3. Iklim
Iklim dapat menyebabkan perubahan jenis kulit. Pada iklim panas kulit, bisa
berubah menjadi berminyak. Sedangkan pada iklim dingin kulit bisa berubah menjadi
kering (Tresna, 2010).
2.3.5 Mikrobiologi Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang pertama kali terkena polusi oleh zat-zat yang
terdapat dilingkungan hidup kita, termasuk jasad renik (mikroba) yang tumbuh dan
hidup di alam dunia ini.Oleh sebab itu setelah manusia di lahirkan kulitnya segera
terkontaminasi oleh berbagai jasad renik. Banyak jasad renik yang hidup dan tinggal
di permukaan kulit manusia karena suasana hidup yang cocok, baik suhu,
kelembapan, atau keasaman (pH), atau makanan yang dibutuhkan jasad renik berasal
dari sel keratin yang lepas (berisi protein), lemak di permukaan kulit yang diprosuksi
oleh kelenjar palit kulit (berisi lipid-lipid) atau air, garam, dan gula yang berasal dari
kelenjar kerinagt ekrin atau apokrin (Wasitaatmadja, 1997).
2.3.6 Mekanisme Pertahanan Kulit
Mekanisme pertahan tubuh untuk melindungi kulit terhadap jasad renik
ternyata bermacam-macam caranya. Mekanisme itupun bersifat umum karena tidak
dapat memisahkan apakah jasad renik tersebut pathogen atau tidak.
I. Keasaman Kulit
Permukaan kulit mempunyai keasaman (pH) tertentu yang berkisar antara 4,5-
6,0 yang di bentuk oleh asam lemak permukaan kulit (skin surface lipid) yang berasal
dari sebum, keringat, sel tanduk yang lepas, dan kotoran yang melekat pada kulit.
Universitas Sumatera Utara
33
Keasaman serendah itu tentu tidak cukup untuk mempertahankan diri dari seluruh
jasad renik.
II. Pengelupasan (Deskuamasi) Kulit
Mekanisme yang terjadi dalam pergantian sel kulit secara terus-menerus dari
sel basal ke sel tanduk yang kemudian terlepas (keratinisasi) tidak saja berguna untuk
memperbaharui sel-sel yang aus dan tua tetapi juga sekaligus untuk melepas jasad
renik yang menempel di tempat itu. Berbeda dengan mekanisme kimiawi diatas,
mekanisme fisik ini sangat bergantung pada kecepatan proses keratinisasi yang terjadi
apakah seimbang dengan kecepatan tumbuh dan mobilisasi jasad renik.
III. Kekeringan Sel Keratin
Konsentrasi air di dalam sel keratin yang relative rendah (< 15%) sangat tidak
nyaman untuk pertumbuhan jamur dan berbagai bakteri (Wasitaatmadja, 1997).
2.4 Kosmetik
2.4.1 Defenisi Kosmetik
Kosmetik sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19,
pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga
untuk kesehatan. Menurut Tranggono sambil mengutip Jellinek dkk (1970)
perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran
pada abad ke-20 (Djajadisastra, 2005).
Sejak tahun 1938, di Amerika Serikat dibuat Akta tentang definisi kosmetika
yang kemudian menjadi acuan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220/
Menkes/Per/X/76 tanggal 6 September 1976 yang menyatakan bahwa “Kosmetika
adalah bahan atau campuran bahan untuk di gosokkan, dilekatkan, dituangkan,
Universitas Sumatera Utara
34
dipercikkan, atau disemprotkan pada, dimasukkan kedalam, dipergunakan pada badan
atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara,
menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat”.
Defenisi tersebut jelas menunjukkan bahwa kosmetika bukan satu obat yang dipakai
untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit (Wasitaatmadja, 1997).
Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk
digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin
bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik,
mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki
bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit (Retno, 2011).
Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti ketrampilan
menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.42.1018 adalah setiap bahan atau sediaan
dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut,
kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama
untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2008).
Ilmu yang mempelajari kosmetika disebut “kosmetologi”, yaitu ilmu yang
berhubungan dengan pembuatan, penyimpanan, aplikasi penggunaan, efek, dan efek
samping kosmetika. Dalam kosmetologi berperan berbagai ilmu terkait yaitu : teknik
kimia, farmakologi, farmasi, biokimia, mikrobiologi, ahli kecantikan, dan
Universitas Sumatera Utara
35
dermatologi. Dalam disiplin ilmu darmatologi yang menangani khusus peranan
kosmetika disebut “dermatologi kosmetik” (cosmetic dermatology)
(Wasitaatmadja,1997).
Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit diperlukan jenis
kosmetik tertentu, bukan hanya obat. Selama kosmetik tersebut tidak mengandung
bahan berbahaya yang secara farmakologis aktif mempengaruhi kulit, penggunaan
kosmetik jenis ini menguntungkan dan bermanfaat untuk kulit itu sendiri. Contoh:
preparat antiketombe, antiperspirant, deodoran, preparat untuk mempengaruhi warna
kulit (untuk memutihkan atau mencoklatkan kulit), preparat antijerawat, preparat
pengeriting rambut dan lain-lain.
2.4.2 Penggolongan Kosmetik
Dewasa ini terdapat ribuan kosmetika di pasar bebas. Kosmetika tersebut
adalah produk pabrik kosmetika di dalam dan luar negeri yang jumlahnya telah
mencapai angka ribuan. Data terakhir menunjukkan lebih dari 300 pabrik kosmetika
terdaftar secara resmi di Indonesia dan di perkirakan adasejumlah dua kali lipat
pabrik kosmetika yang tidak terdaftar secara resmi yang berupa usaha rumahan atau
klinik kecantikan.
Kosmetik dapat digolongkan berdasarkan kegunaan bagi kulit :
1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic)
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya : sabun , susu
pembersih wajah, dan penyegar kulit (freshner)
b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mouisturizer),misalnya :mouisturizer
cream dan night cream.
Universitas Sumatera Utara
36
c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya : sunscreen cream dan sunscreen
foundation, sun block cream/lotion
d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya :
scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai
pengampelas (abrasiver)
2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)
Jenis ini berfungsi untuk merias atau menutup cacat pada kulit sehingga
menghasilkan penampilan yang lebih menarik. Dalam kosmetik riasan peran
zat pewarna dan pewangi sangat besar.
3. Kosmetik pewangi/parfum
Termasuk dalam golongan ini : a) Deodoran dan antiperspirant; b) After sahve
lotion; dan c) Parfum dan eau de toilette.
Dengan penggolongan yang sangat sederhana ini, setiap jenis kosmetika akan
dapat dikenal kegunaannya dan akan menjadi bahan acuan bagi konsumen di dalam
bidang kosmetologi. Penggolongan ini juga dapat menampung setiap jenis sediaan
kosmetika (bedak, cairan, krim, pasta, semprotan, dan lainnya) dan setiap tempat
pemakaian kosmetika (kulit, mata, kuku, rambut, seluruh badan, alat kelamin, dan
lainnya (Iswari, 2007).
2.4.3 Bahan dan Komposisi Kosmetik
2.4.3.1 Bahan Kosmetika
Pada umumnya kosmetika terdiri dari berbagai macam bahan, yang
mempunyai tugas tertentu didalam campuran tersebut. Karena tidak memperoleh
Universitas Sumatera Utara
37
penggolongan yang jelas, maka pembagian isi kosmetika berdasarkan fungsi dari
masing-masing bahan kosmetika tersebut.
1. Bahan Dasar
Bahan dasar sebagai pelarut atau merupakan tempat dasar bahan lain
sehingga umumnya menempati volume yang jauh lebih besar dari bahan lainnya.
Bahan dasar kosmetika terdiri dari : a) Air atau campurannya dengan bahan dasar
lain seperti alkohol, aseton, minyak, bedak; b) Alkohol atau campurannya dengan
air, atau minyak; c) Vaselin atau campurannya dengan lanolin, gliserin atau talk;
d) Minyak atau garam minyak dengan campurannya dengan air, atau alkohol; dan
e)Talkum atau campurannya dengan air, minyak atau vaselin.
2. Bahan Aktif
Merupakan bahan kosmetika terpenting dan mempunyai daya kerja
diunggulkan dalam kosmetika tersebut sehingga memberikan nama daya kerjanya
pada seluruh campuran bahan tersebut. Konsentrasi bahan aktif kosmetika pada
umumnya kecil, namun dapat pula tinggi apabila bahan aktif kosmetika tersebut
berperan sebagai bahan dasarnya.
3. Bahan yang Menstabilkan Campuran
Bahan-bahan yang menstabilkan campuran sehingga kosmetika tersebut dapat
lebih lama bertahan baik warna, bau dan bentuk fisik. Bahan-bahan tersebut
adalah : a) Emulgator yaitu bahan yang memungkinkan tercampurnya semua
bahan-bahan secara merata; b) Pengawet yaitu bahan yang dapat mengawetkan
kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama,
misalnya asam benzoat; c) Pelekat yaitu bahan yang dapat melekatkan kosmetika
Universitas Sumatera Utara
38
ke kulit, terutama kosmetika yang tidak lenket ke kulit semacam bedak, misalnya
seng, magnesium stearat (Wasitaatmadja, 1997).
2.4.3.2 Komposisi Kosmetika
Kosmetika dapat berisi hanya satu bahan yang menjadi bahan dasar sekaligus
bahan aktif sebagai komponen rangkap tanpa stabilizer atau tambahan bau atau warna
sehingga menjadi kosmetika yang paling sederhana, misalnya : bedak tabur…talcum
venetum 50g. Pada pembuatan kosmetika, pencampuran bahan-bahan tersebut harus
memenuhi kaidah pembuatan kosmetik ditinjau dari berbagai segi teknologi
pembuatan kosmetika termasuk farmakologi, biokimia, farmasi, kimia teknik dan
lainnya. Berlawanan dengan hal ini kosmetika juga dapat dibuat dari seluruh unsur isi
kosmetika tersebut, yaitu bahan dasar, bahan aktif, stabilisator, pewangi dan pewarna,
bahkan dari setiap unsur tersebut tidak hanya terdiri atas saran bahan melainkan lebih
dari satu macam bahan, sehingga secara keseluruhan kosmetika tersebut diramu
sampai lebih dari 20 macam bahan. Aerosol foam tabir surya, sebgai bahan dasar :
Air 70%................................................ sebagai bahan dasar
Lanolin 10%.........................................sebagai bahan dasar
Asam stearat 10%................................. sebagai bahan dasar
Propilen glikol 5%................................sebagai bahan dasar
Lauril sulfat TEA 2%............................ sebagai emulgator
PABA atau lainnya 1-5%...................... sebagai bahan aktif
Benzofenon 1%..................................... sebagai bahan aktif
Metal paraben 0,2%............................. sebagai pengawet
Parfum 0,1%........................................ sebagai pewangi
Universitas Sumatera Utara
39
Klorofluorokarbon 100%..................... sebagai propelan
2.4.4 Efek Samping Kosmetik
2.4.4.1 Efek Samping Pada Kulit
Beberapa dampak yang terjadi akibat pemakaian kosmetika yang dikenakan
pada kulit, khususnya kulit wajah dapat berupa :
a) Dermatitis kontak alergik atau iritan, akibat kontak kulit dengan bahan
kosmetika yang bersifat alergik atau iritan, misalnya : Merkuri dan
Hidrokuinon pada pemutih kulit. Seperti gambar dibawah ini :
Sumber : Atlas Berwarna Edisi 2 “Saripati Penyakit Kulit”
Gambar 2.1 Dermatitis kontak alergik karena bedak (kosmetika)
b) Akne kosmetika, akibat kontak kulit dengan bahan kosmetika yang bersifat
aknegenik, misalnya lanolin pada bedak padat atau masker penipis (peeling
mask). Secara klinis tampak komedo tertutup atau papul didaerah muka.
Seperti gambar dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
40
Sumber : Atlas Berwarna Edisi 2 “Saripati Penyakit Kulit”
Gambar 2.2 Akne kosmetika. Tampak papula-papula akibat sifat komedogenik
pembersih muka
c) Fotosensitivitas, akibat adanya zat yang bersifat fototoksik atau fotoalergik
dalam kosmetika, misalnya klormerkaptodikarboksimid dalam sampo
antiketombe.
d) Pigmented cosmetic dermatitis, merupakan kelainan mirip melanosis Riehl
yang kadang-kadang terasa gatal, timbul akibat pewarna jenis batubara.
e) Bentuk reaksi kulit lain dapat terjadi meskipun sangat jarang atau bahkan baru
di perkirakan akan terjadi, misalnyadermatitis folikular akibat unsure nikel,
kobalt dan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
41
Tabel 2.1 Bahan Kosmetika yang Sering Menimbulkan Efek Samping
1 Hair color+bleach Hair color+bleach
2 Face care Face care
3 Eye make up Feminine hygiene
4 Deodorant&antiaperspirant Eye make up
5 Face make up Kosmetika
6 Hair conditioner Sabun
Belanda (F.I.S) Inggris (B.C.A)
1 Eye make up Face care Deodorant
2 Antiperspirant Eye make up Eye make up
3 Krim wajah Hand&body lotion Sabun
4 Parfum Sampo Face care
5 After shave Deodorant&antiperspirant Parfum
6 Cat rambut Face make up After shave
Sumber : Buku Penuntun Ilmu Kosmetik (Wasitaatmadja, 1997)
Laporan FDA
Swedia (R.S)
Amerika
Laporan Rumah Sakit
2.5 Defenisi Krim
Krim merupakan sediaan berbentuk setengah padat yang mengandung satu
atau lebih bahan kosmetik terlarut dan terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai,
berupa emulsi kental yang mengandung tidak kurang 60% air ditujukan untuk
pemakaian luar (Anief, 2000).
2.5.1 Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-
asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan
lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu:
1. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak misalnya cold cream. Cold cream
adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa
dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan
bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
Universitas Sumatera Utara
42
Contoh krim A/M (Yahendri, 2012 dan Katsure et al, 2008)
R/ Cerea alba 5
Cetacei 10
Olei orivarum 60
Aquadest add 100
R/ Liquid parafin 60
White bess wax 20
Borax 0,1
Parfum ad
Aquadest add 19 ml
2. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air misalnya vanishing cream.
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream
sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada
kulit.
Contoh krim M/A (Anief, 2000)
R/ Acedi stearinici 15
Cerea albi 2
Vaselini albi 8
Thrietanolamine 1,5
Propylene glycoli 8
Aquadest add 65,5
Krim tipe A/M biasanya menggunakan surfaktan seperti, sabun polivalen,
span, adeps lannae, dan cera. Sedangkan untuk krim tipe M/A biasanya menggunakan
Universitas Sumatera Utara
43
sabun monovalen seperti, trietanolamin stearat, Na stearat, kalium stearat, ammonium
stearat, tween, natrium lauril sulfat, kuning telur, CMC, emulgidum, pectinum dan
gelatin (Anief, 2000).
Kualitas dasar krim, yaitu:
1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari
inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam
kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi
lunak dan homogen.
3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai
dan dihilangkan dari kulit.
4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat
atau cair pada penggunaan (Anief, 1994)
2.5.2 Krim Pemutih (Bleaching Cream)
Krim pemutih dimaksudkan untuk tujuan memutihkan kulit dan terkadang
digunakan pula untuk memutihkan daerah yang terkena sinar matahari, ataupun
sebagai perawatan dari bintik-bintik hitam diwajah (Howard, 1977).
Menurut definisi medis, krim pemutih dapat menghambat pembentukan
melanin sehingga kulit akan tampak lebih cerah, bersih dan segar. Krim pemutih ini
umumnya menggunakan bahan aktif yang dapat mengurangi melanin. Seseorang
yang berkulit gelap memiliki melanin yang lebih banyak dibandingkan dengan
seseorang yang memiliki kulit kuning kecoklatan. Melanin ini berfungsi membuat
kulit menjadi berwarna coklat. Jadi jika dalam proses ini ada yang dihambat,
Universitas Sumatera Utara
44
misalnya enzim atau mineralnya maka melanin tidak akan terbentuk. Atas dasar
inilah berbagai bahan aktif pemutih bekerja mengurangi sel melanosit yang
memproduksi melanin (Wisesa, 2004).
Bahan aktif pemutih yang digunakan antara lain vitamin B3, sari daun murbei,
provitamin B3, dan sari bengkoang. Adapun bahan alami dan aman bagi kulit wajah
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pemutih yang alami seperti : kafein,
coenzyme Q10, dan vitamin C. Tetapi saat ini banyak dijumpai kosmetika yang
menggunakan merkuri sebagai bahan aktif pemutih, karena merkuri dapat membuat
warna kulit lebih cepat putih dibandingkan dengan bahan aktif pemutih alami. Waktu
yang dibutuhkan dalam proses ini mencapai 2-4 minggu, tergantung dari zat yang
dipakai. Yang pasti jika kulit sudah putih pemakai harus terus menerus menggunakan
krim tersebut, sabab kalau penggunaannya dihentikan maka kulit akan kembali
seperti semula (Wisesa, 2004).
Produk krim pemutih tertentu aman dipakai selama pemakaiannya tepat dan
benar. Namun penggunaan krim pemutih yang mengandung merkuri sangat
berbahaya karena bisa merusak kulit, membuat kulit terbakar, hitam bahkan bisa
berkembang menjadi kanker kulit. Bila digunakan terus menerus merkuri akan
terakumulasi dalam tubuh mengikuti aliran darah hingga menumpuk diorgan tubuh
manusia, akibatnya secara perlahan-lahan keracunan merkuri bisa mengakibatkan
kerusakan permanen pada otak, sistem syaraf, paru-paru, usus, ginjal, dan bahkan
kematian (Wiyana, 2001).
2.5.3 Bahan-bahan Penyusun Krim
Formula dasar krim, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
45
1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum,
minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan
sebagainya.
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH,
KOH, Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na
lauril sulfat, Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan
sebagainya).
Secara umum bahan-bahan penyusun krim, antara lain : Zat berkhasiat,
Minyak, Air, Pengemulsi dan bahan pengemulsi. Bahan pengemulsi yang digunakan
dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat
/dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu
domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG.
Sedangkan bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain : Zat pengawet,
untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Bahan pengawet sering digunakan umumnya
metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Sedangkan
pendapar untuk mempertahankan pH sediaan pelembab dan antioksidan untuk
mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh
(Wasitaatmadja, 1997).
Universitas Sumatera Utara
46
2.6 Kerangka Konsep
Krim Malam Dari
Klinik Kecantikan
Krim Malam yang
Di Jual Bebas :
- Import
- Lokal
Keberadaan Logam
Berat Merkuri pada
Krim Malam (BPOM
No.Hk.03.1.23.07.11.6
662/2011 tentang
syarat pencemaran
logam berat)
Karakteristik
Krim Malam
Universitas Sumatera Utara