repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... skripsi - universitas...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN
METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)
SERAGAM SEKOLAH DI CV. NUR KHAIRUNNISA
AHMAD ALI ABUBAKAR
A211 13 325
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
SKRIPSI
PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN
METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)
SERAGAM SEKOLAH DI CV. NUR KHAIRUNNISA
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi
disusun dan diajukan oleh
AHMAD ALI ABUBAKAR
A211 13 325
kepada
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
vi
PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ba’da Salam puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku dengan Metode Material
Requirement Planning (MRP) Seragam Sekolah di CV. Nur Khairunnisa”
dapat terselesaikan. Penulisan Skripsi ini dibuat sebagai serangkaian
pembelajaran sekaligus sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian
sarjana di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Manajemen Universitas
Hasanuddin.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis sangat menyadari bahwa
tidaklah mudah membuat skripsi dan menyelesaikannya disebabkan ada
banyaknya halangan dan rintangan baik dari segi teknis maupun non-teknis yang
tentu saja masih jauh dari kata sempurna. Dengan segala bantuan dari berbagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung serta kemampuan penulis
untuk berupaya maksimal, maka penulis dapat merasakan kemudahan dalam
proses penyusunannya. Untuk itu, pada kesempatan ini, izinkanlah penulis
menghaturkan rasa terima kasih atas segala bantuannya kepada:
1. Untuk Mama tersayang Hasnidar Nurdin dan Almarhum ayah tercinta
Supriwandi, kakak saya Nur Khairunnisa dan adik saya Fatimah
Qurratu’ayun, tak lupa juga untuk nenek tercinta St. Johar Amin (Manjo)
serta seluruh keluarga besar saya yang senantiasa memberikan dukungan
baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan dengan baik.
vii
2. Ibu Dr. Hj. Nurdjanah Hamid, SE, M.Agr selaku Ketua Departemen
Manajemen dan Bapak Dr. Musran Munizu, SE, M.Si selaku Sekertaris
Departemen Manajemen.
3. Bapak Prof. Dr. Nurdin Brasit, SE., M.Si selaku pembimbing I terima kasih
atas bantuannya dalam penyelesaian studi penulis.
4. Bapak Dr. Julius Jilbert, SE., MIT selaku pembimbing II terima kasih atas
bantuannya dalam penyelesaian studi penulis.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
atas ilmu dan nasihat yang telah diberikan, seluruh staf dan karyawan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin atas bantuannya.
6. Engkau yang namanya tertulis di Lauhul Mahfudz yang menjadi semangat
dan motivasi dalam mengerjakan tugas akhir ini.
7. Kawan-kawan “Ashabul Kahfi”, Supriadi, Nuryadi, Fajar, Anwar, Husain,
Akram dan Amidan yang menjadi teman seperjuangan dari awal Maba
hingga hari ini.
8. Teman-teman yang selalu membersamai Yasin, Kadafi, Uya, Sigit, Aldian,
Abot, Dedi, Amel, Elisa, Nunu, Wihdah, Nana, Ira, Aci, Rahmah dan Zaenab.
Terima kasih atas waktunya, sharing-sharing berfaedah tidak berfaedahnya
dan Quality Time nya.
9. Teman-teman “Future Husband” a.k.a Bunda Corporation a.k.a Naga 19
yaitu, Wahyu, Achan, Fahmi, Ahyar, Alvin, Aldi, Anto, Arroi, Fadil, Fian,
Gilang, Dayat, Randy, Baso, Try, Zulfam, Ochank, Fiqhi, Dhani, Asrar, dan
Aan kanda. Terima kasih atas canda tawanya dan Quality Time nya yang
masih terasa hingga hari ini.
10. Dammank, dan Anak Perkedel (Perintis Kemerdekaan 8) atas seluruh masa-
masa indahnya.
viii
11. Afid, Anto dan Cile yang telah membersamai sejak SD hingga hari ini.
12. Teman-teman IRONI 2013, Integrasi 2014, Enigma 2015, Impact 2016
terimakasih untuk waktu, tenaga dan kerja sama nya dalam berproses di
Lema FEB UH.
13. Teman-teman pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Hasanuddin (SEMA FE-UH) periode 2015-2016. Terima kasih atas
kerjasamanya
14. Teman-teman pengurus Ikatan Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Hasanuddin (IMMAJ FE-UH) periode 2016-2017. Terima kasih
atas segala upaya, tenaga, waktu dan pikiran teman-teman selama berada
di fakultas ekonomi dan bisnis serta terkhususnya selama kepengurusan.
15. Keluarga Mahasiswa Masjid Darul ‘Ilmi Unhas dan Forum Studi Ekonomi
Islam Unhas Terima kasih atas segala pembelajarannya hingga hari ini.
16. Teman-teman KKN Gel. 93 Desa Kabba Kec. Minasate’ne Kab. Pangkep
yakni kanda Wahyu, kanda Iqhi, Hajir, Mardha, kaka Inci, Winda, Vina dan
Opi, terima kasih atas waktu, suka dan duka pada masa KKN.
17. Teman-teman MAGNETO, Manajemen angkatan 2013 yang telah menemani
setiap langkah perjalanan selama perkuliahan di Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
18. Kak Ikal dan segenap karyawan CV. Nur Khairunnisa yang telah banyak
membantu hal-hal teknis dalam kepenulisan ini.
19. Serta, semua pihak terkait yang telah memberikan informasi dan bimbingan,
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Semoga semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini
senantiasa di berkati oleh-Nya. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih
jauh dari kata sempurna. Mohon maaf jika terdapat kesalahan-kesalahan alam
ix
penulisan ini. Kritik dan saran dari pembaca sangat di harapkan oleh penulis.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak terutama yang ingin
melanjutkan ataupun memperbaiki tulisan yang terkait dengan skripsi ini.
Makassar, 8 November 2017
Ahmad Ali Abubakar
x
ABSTRAK
Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku dengan Metode Material Requirement Planning (MRP) Seragam Sekolah di CV. Nur Khairunnisa
Ahmad Ali Abubakar
Nurdin Brasit Julius Jilbert
Perencanaan produksi yang baik dalam sebuah perusahaan akan menghasilkan efektivitas dan efisiensi produksi, termasuk didalamnya adalah perencanaan kebutuhan material atau bahan baku yang digunakan perusahaan. Pentingnya perencanaan terhadap pemenuhan kebutuhan material pada perusahaan diharapkan dapat menghasilkan sistem yang tepat untuk diterapkan, sehingga dapat menjamin kelancaran proses produksi. Adapun tujuan penelitian adalah menyusun Material Requirement Planning (MRP) menggunakan berbagai teknik lot sizing dan membandingkan hasilnya sehingga diperoleh kombinasi pengadaan bahan baku yang optimum. Metode peramalan permintaan yang digunakan menggunakan data historis perusahaan dua tahun terakhir dan ramalan permintaan dibuat dengan menggunakan metode dekomposisi yaitu, multiplicative decomposition dan additive decomposition. Metode ini terpilih karena memilki tingkat akurasi yang paling baik untuk produk yang memiliki faktor musiman. Berdasarkan perhitungan menggunakan POM for QM diperoleh perkiraan permintaan untuk satu tahun sebanyak 2.164 SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN, 2.207 SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK, 1.116 SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN, 2.081 SD CELANA PRAMUKA PANJANG, 2.368 SD CELANA PRAMUKA PENDEK, 2229 SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT, dan 1.345 SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT. Berdasarkan hasil dari MPS untuk bahan baku utama produk A, B dan C (SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN, SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK, SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN) satu tahun didapat bahwa untuk bulan pertama, kedua dan ketiga masing-masing dibutuhkan 154 m kain Q, 6.492 m benang S, dan kancing baju 1.732 buah, bulan keempat, kelima dan keenam masing-masing dibutuhkan 204 m kain Q, 8.598 m benang S, dan kancing baju 2.212 buah, bulan ketujuh, kedelapan dan kesembilan masing-masing dibutuhkan 128 m kain Q, 5.313 m benang S, dan kancing baju 1.433 buah, bulan sepuluh, kesebelas dan keduabelas masing-masing dibutuhkan 860 m kain Q, 37.295 m benang S, dan kancing baju 9.461 buah. Sedangkan produk D, E, F, dan G (SD CELANA PRAMUKA PANJANG, SD CELANA PRAMUKA PENDEK, SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT, dan SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT) satu tahun didapat bahwa untuk bulan pertama, kedua dan ketiga masing-masing dibutuhkan 200 m kain R, 8.185 m benang T, dan resleting 286 buah, bulan keempat, kelima dan keenam masing-masing dibutuhkan 319 m kain R, 13.328 m benang T, dan resleting 457 buah, bulan ketujuh, kedelapan dan kesembilan masing-masing dibutuhkan 822 m kain R, 34.465 m benang T, dan resleting 11.865 buah, dan bulan kesepuluh, kesebelas dan keduabelas dibutuhkan 1.035 m kain R, 45.645 m benang T, dan resleting 1.613 buah. Berdasarkan hasil proses MRP dengan lima macam teknik lot sizing, teknik Wagner-Whitin paling optimum digunakan untuk merencanakan kebutuhan bahan baku kain, benang, kancing dan resleting.
Kata Kunci: Peramalan Dekomposisi, Material Requirement Planning (MRP), Teknik Lot Sizing
xi
ABSTRACT
Planning of Raw Material Needs with Material Requirement Planning (MRP) Method School Uniform in CV. Nur Khairunnisa
Ahmad Ali Abubakar
Nurdin Brasit Julius Jilbert
Good production planning in a company will produce effectiveness and
efficiency of production, including the planning of material requirements or the raw material used by the company. It is expected that the importance of planning the fulfillment of material needs in the company will produce the correct system to be applied, in order to guarantee the continuity of the production process. The purpose of the research is to arrange the Material Requirement Planning (MRP) using various lot sizing techniques and compare the results so as to obtain an optimal combination of raw material procurement. The demand forecasting method that used in this research is using the company's historical data for the last two years and the forecast of demand is made using the method of decomposition, multiplicative decomposition and additive decomposition. This method is chosen because it has the best level of precision for products that have a seasonal factor. Based on the results of the calculation using the POM for QM application obtained an estimated demand of one year up to 2.164 SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN, 2.207 SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK, 1.116 SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN, 2.081 SD CELANA PRAMUKA PANJANG, 2.368 SD CELANA PRAMUKA PENDEK, 2.229 SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT, and 1.345 SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT. MPS making generate an estimate of the main raw material quantity of A, B and C product (SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN, SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK, SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN) a year found that for the first, second and third month each require 154 m of cloth Q, 6.492 m of yarn S, and 1.732 pieces buttons, the fourth, fifth and sixth month each require 204 m of cloth Q, 8.598 m of yarn S, and 2.212 pieces buttons, the seventh, eighth and ninth month each require 128 m of cloth Q, 5.313 m of yarn S, and buttons 1.433 pieces, and the tenth, eleventh, and twelfth month each require 860 m of cloth Q, 37.295 m of yarn S, and buttons 9.461 pieces. Meanwhile, D, E, F, and G product (SD CELANA PRAMUKA PANJANG, SD CELANA PRAMUKA PENDEK, SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT, dan SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT) a year found that for the first, second and third month each require 200 m of cloth R, 8.185 m of yarn T and zippers 286 pieces, the fourth, fifth and sixth month each require 319 m of cloth R, 13.328 m of yarn T, and zippers 457 pieces, the seventh, eighth and ninth month each require 221 m of cloth R, 8.839 m of yarn T, and zippers 319 pieces, and the tenth, eleventh, and twelfth month each require 1.035 m of cloth R, 45.645 m of yarn T, and zippers 1.613 pieces. Based on the results of the MRP process with five different lot sizing techniques, Wagner-Whitin techniques is the most optimum to be used to plan the raw material needs of cloth, yarn, buttons and zippers.
Keywords: Decomposition Forecasting, Material Requirement Planning (MRP), Lot Sizing Techniques
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... v
PRAKATA ................................................................................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
1.4. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 5
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 6
1.6. Sistematika Penulisan ........................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 8
2.1. Persediaan ......................................................................................... 8
2.2. Definisi Material Requirement Planning (MRP) .................................. 8
2.3. Komponen MRP ............................................................................... 12
2.3.1. Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule) ............ 13
2.3.2. Daftar Material (Bill Of Material) ............................................. 15
2.3.3. Catatan Persediaan (Inventory Record) ................................. 16
2.4. Proses Penerapan MRP .................................................................. 17
2.5. Peramalan ....................................................................................... 22
2.6. Definisi Barang-Barang Musiman ..................................................... 24
2.7. Metode Dekomposisi........................................................................ 25
2.7.1. Multiplicative Decomposition (Seasonal) ................................ 25
2.7.1. Additive Decomposition (Seasonal) ........................................ 26
xiii
2.8. Pemilihan Model Peramalan ............................................................ 27
2.9. Model-Model Penentuan Ukuran Lot (Lot Sizing) ............................. 28
2.9.1. Teknik Lot for Lot ................................................................... 31
2.9.2. Teknik Economic Order Quantity (EOQ) ................................. 31
2.9.3. Teknik Part Period Balancing (PPB) ....................................... 32
2.9.4. Teknik Period Order Quantity (POQ) ...................................... 32
2.9.5. Teknik Algoritma Wagner-Whitin ............................................ 33
2.10. Total Biaya Persediaan Bahan Baku ................................................ 33
2.11. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 34
2.12. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 39
3.1. Rancangan Penelitian ..................................................................... 38
3.2. Tempat dan Waktu ........................................................................... 39
3.3. Populasi dan Sampel ....................................................................... 39
3.3.1. Populasi ................................................................................. 39
3.3.1. Sampel ................................................................................... 39
3.4. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 40
3.4.1. Jenis Data .............................................................................. 40
3.4.2. Sumber Data .......................................................................... 40
3.5. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 41
3.5.1. Observasi ............................................................................... 41
3.5.2. Interview ................................................................................. 41
3.5.3. Dokumentasi .......................................................................... 41
3.6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .......................................... 42
3.6.1. Variabel Penelitian ................................................................. 42
3.6.2. Definisi Operasional ............................................................... 42
3.7. Analisis Data ........................................................................................... 43
3.7.1. Peramalan Penjualan ............................................................. 43
3.7.2. Penentuan Ukuran Lot (Lot Sizing) ......................................... 43
3.7.3. Analisis Biaya Bahan Baku..................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................................. 45
4.1. Profil CV. Nur Khairunnisa ............................................................... 45
4.2. Struktur Organisasi .......................................................................... 45
4.3. Gambaran Produk ............................................................................ 46
xiv
4.4. Proses Produksi ............................................................................... 47
4.5. Pola Persediaan Bahan Baku CV. Nur Khairunnisa ......................... 49
4.6. Data Penjualan ................................................................................ 51
4.7. Perkiraan Permintaan ...................................................................... 57
4.7.1. Peramalan Penjualan ............................................................. 57
4.7.2. Catatan Persediaan (IMF) ...................................................... 66
4.7.3. Bill of Material ........................................................................ 68
4.7.4. Master Production Schedule (MPS) ....................................... 74
4.8. Material Requirement Planning (MRP) ............................................. 76
4.8.1. Biaya Pemesanan dan Penyimpanan ..................................... 76
4.8.2. Material Requirement Planning dengan Metode Lot for Lot .... 78
4.8.3. Material Requirement Planning dengan Metode EOQ ............ 78
4.8.4. Material Requirement Planning dengan Metode POQ ............ 78
4.8.5. Material Requirement Planning dengan Metode PPB ............. 79
4.8.6. Material Requirement Planning dengan Metode Wagner-
Whiting ............................................................................................. 79
4.9. Biaya Total Bahan Baku ................................................................... 80
4.10. Implikasi Manajerial ......................................................................... 81
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 85
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 85
5.2. Saran ............................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 88
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Jumlah Perusahaan Industri Mikro dan Kecil Menurut 2-digit KBLI, 2011-
2015 ......................................................................................................................... 1
2.1. Contoh Jadwal Produksi Induk ......................................................................... 15
2.2. Tampilan Horizontal MRP ................................................................................ 20
4.1. Penjualan SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN Agustus 2015-Juli 2017 ........ 52
4.2. Penjualan SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK Agustus 2015-Juli 2017 ............ 52
4.3. Penjualan SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN Agustus 2015-Juli 2017 .......... 53
4.4 Penjualan SD CELANA PRAMUKA PANJANG Agustus 2015-Juli 2017 ........... 53
4.5. Penjualan SD CELANA PRAMUKA PENDEK Agustus 2015-Juli 2017 ............ 54
4.6. Penjualan SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT Agustus 2015-Juli 2017 ....... 55
4.7. Penjualan SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT Agustus 2015-Juli 2017 ......... 56
4.8. Akurasi Metode Peramalan SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN ................... 57
4.9. Akurasi Metode Peramalan SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK ....................... 58
4.10. Akurasi Metode Peramalan SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN ................. 58
4.11. Akurasi Metode Peramalan SD CELANA PRAMUKA PANJANG ................... 59
4.12. Akurasi Metode Peramalan SD CELANA PRAMUKA PENDEK ..................... 60
4.13. Akurasi Metode Peramalan SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT ................ 60
4.14 Akurasi Metode Peramalan SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT ................... 61
4.15. Ramalan Penjualan SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN Agustus 2017-
Juli 2018 ................................................................................................................. 62
4.16. Ramalan Penjualan SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK Agustus 2017-Juli
2018 ....................................................................................................................... 62
4.17. Ramalan Penjualan SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN Agustus 2017-Juli
2018 ....................................................................................................................... 63
4.18. Ramalan Penjualan SD CELANA PRAMUKA PANJANG Agustus 2017-Juli
2018 ....................................................................................................................... 63
4.19. Ramalan Penjualan SD CELANA PRAMUKA PENDEK Agustus 2017-Juli
2018 ....................................................................................................................... 64
4.20. Ramalan Penjualan SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT Agustus 2017-
Juli 2018 ................................................................................................................. 65
xvi
4.21. Ramalan Penjualan SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT Agustus 2017-Juli
2018 ....................................................................................................................... 66
4.22. IMF A, B dan C .............................................................................................. 67
4.23. IMF D, E dan F .............................................................................................. 67
4.24. BOM SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN.................................................... 69
4.25. BOM SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK ....................................................... 70
4.26. BOM SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN ...................................................... 70
4.27. BOM SD CELANA PRAMUKA PANJANG ..................................................... 71
4.28. BOM SD CELANA PRAMUKA PENDEK ....................................................... 72
4.29. BOM SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT .................................................. 73
4.30. BOM SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT..................................................... 74
4.31. Biaya Penyimpanan dan Setup ...................................................................... 77
4.32. Perbandingan Frekuensi Pemesanan dan Persediaan yang Timbul untuk
setiap Teknik Lot Sizing .......................................................................................... 80
4.33. Perbandingan Biaya Kelima Teknik Lot Sizing (dalam rupiah) ....................... 80
4.34. Resume Hasil Penelitian ................................................................................ 83
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Sistem Material Requirement Planning (MRP) ................................................. 13
2.2. Proses Penjadwalan Produksi Induk ................................................................ 14
2.3. Contoh Struktur Produk ................................................................................... 16
2.4. Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 38
4.1. Diagram Alur Proses Produksi ......................................................................... 49
4.2. Prosedur Pembelian Bahan Baku CV. Nur Khairunnisa (2017) ........................ 51
4.3. BOM SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN ..................................................... 68
4.4. BOM SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK ......................................................... 69
4.5. BOM SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN ........................................................ 70
4.6. BOM SD CELANA PRAMUKA PANJANG ....................................................... 71
4.7. BOM SD CELANA PRAMUKA PENDEK ......................................................... 72
4.8. BOM SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT .................................................... 73
4.9. BOM SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT ...................................................... 74
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman
1. Struktur Organisasi ............................................................................................ 90
2. MPS Produk A, B dan C (SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN, SD BAJU
PRAMUKA PENDEK LK, SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN) .............................. 91
3. MPS Produk D, E, F, dan G (SD CELANA PRAMUKA PANJANG, SD
CELANA PRAMUKA PENDEK, SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT, dan SD
ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT) ........................................................................... 93
4. MRP produk A, B dan C (SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN, SD BAJU
PRAMUKA PENDEK LK, SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN) .............................. 95
5. MRP Produk D, E, F, dan G (SD CELANA PRAMUKA PANJANG, SD
CELANA PRAMUKA PENDEK, SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT, dan SD
ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT) ........................................................................... 97
6. Hasil Perhitungan Lot Sizing .............................................................................. 99
6. Biodata Penulis ................................................................................................ 114
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan dunia industri kecil dan mikro dalam bidang industri pakaian
jadi di Indonesia semakin kompetitif. Hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan
perusahaan dalam bidang pakaian dari tahun 2011 hingga 2015 yang meningkat
hingga 25,2 % atau bertambah sebesar 102.785 perusahaan yang ditunjukkan
pada tabel 1.1. Perkembangan dunia industri yang semakin kompetitif menuntut
perusahaan untuk menyusun strategi dan langkah nyata agar dapat berkompetisi
dan tetap bertahan.
Tabel 1.1. Jumlah Perusahaan Industri Mikro dan Kecil Menurut 2-digit KBLI, 2011-2015
Mikro Kecil Mikro Kecil Mikro Kecil Mikro Kecil Mikro Kecil
1 Makanan 872869 118403 871898 70712 1008890 158651 1125425 73066 1473205 93814
2 Minuman 32516 1408 51069 2605 45508 1962 43293 1401 45922 1208
3 Pengolahan 54258 452 32535 856 48887 14823 43152 21590 43371 19750
4 Tekstil 226017 17117 192149 15008 265498 27541 291151 12246 127245 4188
5 Pakaian Jadi 202809 101629 347887 107141 240833 99169 304418 50165 360622 46601
6 Kulit, Barang dari
Kulit dan Alas Kaki17690 18959 37514 16417 17326 22824 30789 12477 32136 12686
7 Logam Dasar 815 766 369 88 1080 310 1801 146 31122 461
8 Kertas dan Barang
dari Kertas6628 886 9487 1400 8672 1430 7904 1160 4633 1096
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
24 Barang Galian
Bukan Logam179578 59830 233396 48808 196845 69017 242242 33324 234762 29758
JUMLAH 2554787 424284 2812747 405296 2887015 531351 3220563 284501 3385851 283022
KBLI 2009-2 digit
(Deskripsi)
2011 2012 2013 2015Jumlah Perusahaan Jumlah Perusahaan Jumlah Perusahaan Jumlah Perusahaan Jumlah Perusahaan
2014
Sumber : Badan Pusat Statistik (https://www.bps.go.id/)
Agar tetap mampu bersaing, perusahaan berusaha dengan memenuhi
permintaan konsumen tepat waktu dan menekan biaya produksi seminimal
2
mungkin. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi produksi yaitu dengan melakukan
perencanaan dan penjadwalan produksi yang teratur dan terkontrol. Perencanaan
dan penjadwalan produksi di dalam sebuah perusahaan memungkinkan
perusahaan untuk mengontrol fluktuasi permintaan yang ekstrim dan mengontrol
jumlah persediaan. Perencanaan produksi yang tidak tepat dapat mengakibatkan
tingginya atau rendahnya tingkat persediaan, sehingga mengakibatkan
peningkatan ongkos simpan atau ongkos kehabisan persediaan dan hal tersebut
dapat mengurangi pelayanan kepada konsumen karena keterlambatan
penyerahan produk. (Nasution, 2003) dalam Ayu (2014:1)
Perencanaan dan penjadwalan produksi merupakan suatu unsur yang
penting dalam perencanaan produksi pada suatu industri. Dengan perencanaan
produksi yang tepat maka kelebihan barang yang mengakibatkan timbulnya biaya
ataupun kekurangan barang yang mengakibatkan hilangnya potensi penjualan
dapat dihindarkan. Kelancaran proses produksi akan menjamin tersedianya
produk untuk diantarkan kepada konsumen secara tepat waktu. Ketepatan waktu
ini akan mendorong timbulnya loyalitas konsumen sehingga dapat meningkatkan
daya saing perusahaan terhadap pesaingnya.
Dalam dunia usaha, ada hal yang disebut dengan barang-barang musiman
atau seasonal, yaitu barang-barang yang jumlah permintaannya meningkat karena
kebutuhan akan barang tersebut pada musim-musim tertentu meningkat jauh,
seperti: busana muslim pada musim lebaran, alat-alat tulis dan seragam sekolah
pada musim tahun ajaran baru dan lainnya. (Susanty, 2012) dalam Simanjuntak
(2014:1)
Melonjaknya permintaan akan barang-barang musiman tersebut tentu
akan memberikan keuntungan besar bagi para pelaku usaha. Namun dalam bisnis
penjualan ini terdapat masalah penting yaitu, pengendalian persediaan barang dan
3
prediksi penjualan yang akan datang. Para pelaku usaha barang musiman ini
sering menghadapi kendala dalam memenuhi permintaan barang saat periode
musimnya dimulai. Masalah yang paling sering terjadi adalah kekurangan stok
barang. (Sari, 2008) dalam Simanjuntak (2014:1)
Jika pada musim-musim tertentu dimana permintaan barang sedang
sangat tinggi namun pelaku usaha hanya memiliki stok yang sedikit, tentu
permintaan tidak dapat dipenuhi sehingga menyebabkan penurunan jumlah
penjualan yang tentu berdampak buruk bagi pelaku usaha. Untuk menghindari
ketidakefesienan ini diperlukan sebuah metode perencanaan dalam penyediaan
jumlah barang demi mencapai jumlah penjualan yang maksimal dan mencapai
target.
CV. Nur Khairunnisa merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak
pada bidang pakaian jadi yaitu, produksi seragam sekolah. Perusahaan ini
memproduksi seragam SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama)
dan SMA (Sekolah Menengah Atas) yang terdiri masing-masing lima belas varian
produk dan setiap varian produk memiliki berbagai ukuran.
Selama ini CV. Nur Khairunnisa melaksanakan perencanaan dan
penjadwalan produksi berdasarkan perkiraan data historis penjualan periode
sebelumnya, tanpa menggunakan metode standar. Sehingga seringkali terjadi
selisih antara jumlah produksi dan jumlah permintaan. Permintaan mengalami
kenaikan secara drastis ketika mendekati semester ajaran baru dan mengalami
penurunan permintaan setelahnya. Hal ini mengakibatkan munculnya biaya ekstra
dan dibebankan dalam biaya produksi ataupun kehilangan potensi penjualan
karena kurang cermat dalam merencanakan jumlah barang yang diproduksi, yang
seharusnya dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan.
4
Kendala-kendala tersebut, terutama yang terkait dengan bahan baku,
dapat diatasi salah satunya dengan melakukan perencanaan produksi yang baik
melalui Material Requirement Planning (MRP). Penerapan MRP dapat
memberikan informasi kepada perusahaan mengenai jumlah produksi optimum
yang mampu dicapai sehingga sesuai dengan sumber daya yang dimiliki
(Herjanto, 2008:276).
Penerapan MRP juga dapat mendorong proses produksi yang lebih
terencana dan tercapainya efisiensi biaya karena sumber daya bahan baku
didatangkan sesuai dengan kebutuhan dan memperkecil kemungkinan timbulnya
persediaan. (Herjanto, 2008:277)
Salah satu tujuan utama kegiatan bisnis perusahaan adalah untuk
memuaskan kebutuhan konsumen. Sistem MRP merupakan serangkaian
mekanisme pengendalian yang sangat bermanfaat untuk menjamin ketersediaan
bahan baku dengan jumlah dan waktu yang tepat, sehingga akan mendukung
kelancaran dan ketepatan proses dan waktu produksi.
Berdasarkan uraian sebelumnya terlihat bahwa perencanaan terhadap
pemenuhan kebutuhan akan bahan baku merupakan hal yang sangat penting
dalam perusahaan. Sehingga membuat penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU
DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) SERAGAM
SEKOLAH DI CV. NUR KHAIRUNNISA” yang diharapkan dapat menghasilkan
solusi berupa perencanaan yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan, ini
sehingga dapat menjamin kelancaran proses produksi dan penjualan.
5
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Berapa kebutuhan setiap bahan baku dengan menggunakan metode
Material Requirement Planning (MRP) yang menghasilkan ukuran lot yang
tepat ?
2. Dengan menentukan ukuran lot sizing dengan berbagai teknik lot sizing,
teknik manakah yang menghasilkan biaya pengadaan bahan baku yang
paling efisien ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menyusun jumlah kebutuhan setiap bahan baku dengan metode Material
Requirement Planning (MRP).
2. Menentukan dan memilih pengadaan bahan baku dengan berbagai teknik
lot sizing dengan membandingkan biaya pengadaan bahan baku yang
paling efisien.
1.4. Kegunaan Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka hasil penelitian diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi para akademisi dapat menambah pengetahuan dibidang manajemen
pengadaan bahan baku serta dapat mengaplikasikan ilmu yang dipelajari
di perguruan tinggi untuk memecahkan permasalahan di dunia nyata.
6
2. Bagi perusahaan memperoleh saran untuk manajemen persediaan bahan
baku yang optimum untuk kinerja perusahaan yang lebih baik.
3. Bagi pihak lain menjadi bahan referensi dan bahan perbandingan bagi
penulis lain dalam melakukan penelitian yang sejenis dimasa yang akan
datang.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memiliki pembatasan-pembatasan sebagai berikut:
1. Perencanaan MRP dilakukan untuk satu tahun kedepan yakni Agustus
2017 hingga Juli 2018.
2. Perhitungan dilakukan hanya untuk bahan utama, yaitu kain, benang,
kancing dan resleting.
3. Perhitungan dilakukan hanya untuk produk jenis pramuka seragam SD
yakni, SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN, SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK, SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN, SD CELANA PRAMUKA
PANJANG, SD CELANA PRAMUKA PENDEK, SD CELANA PRAMUKA
PENDEK, dan SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT.
4. Data yang digunakan adalah data penjualan yang tercatat oleh
perusahaan, yaitu sejak bulan Agustus 2015 hingga bulan Juli tahun 2017.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari beberapa bab yang secara rinci
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan,
manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian serta sistematika penulisan.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini diuraikan teori-teori yang berhubungan dengan pokok
permasalahan yang dipilih yang akan dijadikan landasan dalam penulisan skripsi
ini. Selain itu di bab ini juga dijelaskan mengenai kerangka pikir.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini meliputi rancangan penelitian, tempat dan waktu penelitian,
populasi dan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan yang
terakhir analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan mengenai gambaran perusahaan dan analisis data
serta pembahasan teoritis.
BAB V PENUTUP
Bab ini menjabarkan kesimpulan dan saran berkaitan dari hasil penelitian
dan pembahasan yang yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
memiliki kepentingan terhadap penelitian terkait.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persediaan
Persediaan adalah stok dari berbagai barang atau sumber daya yang
digunakan dalam organisasi. Sistem persediaan adalah seperangkat kebijakan
dan pengontrolan yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat
mana yang harus terjaga, kapan stok harus diisi ulang dan seberapa besar
pesanan yang harus dilakukan. (Chase dkk, 2001:513)
Nasution dan Prasetyawan (2008:116) menjelaskan bahwa fungsi utama
persediaan adalah menjamin kelancaran mekanisme pemenuhan permintaan
barang sesuai dengan kebutuhan konsumen sehingga sistem yang dikelola dapat
mencapai kinerja (performance) yang optimal.
Menurut Yamit (2008) dalam Febian (2011:8), tujuan manajemen
persediaan adalah untuk menyediakan jumlah material yang tepat, waktu tunggu
yang tepat dan biaya yang rendah. Manajemen persediaan sangat berkaitan
dengan sistem persediaan di dalam suatu perusahaan yang bertujuan untuk
menciptakan efisiensi dalam proses konversi.
2.2. Defisini Material Requirement Production (MRP)
Material Requirement Planning (MRP) atau Perencanaan Kebutuhan
Material merupakan suatu metode yang dimulai dengan kegiatan peramalan
terhadap permintaan produk jadi yang independen, menentukan kebutuhan
permintaan terikat untuk: (1) kebutuhan terhadap tiap jenis komponen (material,
parts, atau ingredients), (2) jumlah pasti yang benar-benar diperlukan, dan (3)
waktu membuat peramalan secara bertahap yang diperlukan untuk memenuhi
9
pesanan guna mencukupi suatu rencana produksi (Haming dan Nurnajamuddin,
2014:32)
MRP adalah logika untuk menentukan banyaknya parts, komponen, dan
material yang diperlukan untuk memproduksi suatu produk, serta menyediakan
jadwal yang menetapkan kapan parts, komponen, dan material yang diperlukan
tersebut harus dipesan atau diproduksi (Chase dkk, 2001:555). MRP adalah suatu
teknik pengendalian persediaan dan perencanaan produksi dengan sistem
komputerisasi untuk menyusun rencana pesanan pembelian dan pesanan
pengerjaan material, komponen, dan perakitan (Russel dan Taylor, 2000) dalam
Aulia (2010:6).
Haming dan Nurnajamuddin (2014:32) menyimpulkan beberapa unsur
penting dapat dijumpai dari pengertian-pengertian MRP dari para ahli tersebut,
yaitu:
1. Jadwal induk produksi sebagai landasan untuk menyusun rencana
dan jadwal pengadaan. Jadwal produksi ini lazim disebut
Master Production Scheduling (MPS);
2. Status persediaan yang akan menjadi landasan penentuan jumlah
unit yang harus dipesan, lazim disebut Inventory Record;
3. Struktur produk yang akan menjadi landasan untuk menghitung
jumlah unit bahan yang dibutuhkan untuk setiap jenis bahan yang
dibutuhkan, lazim disebut dengan Bill of Material (BOM);
4. Waktu tenggang antara pemesanan dan penerimaan pesanan
yang dimaksud, lazim disebut dengan lead time.
10
Herjanto (2008: 276-277) menyebutkan bahwa sistem MRP
dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut.
1. Meminimalkan persediaan; sistem MRP menentukan berapa
banyak dan kapan suatu komponen diperlukan disesuaikan
dengan jadwal induk produksi. Dengan menggunakan metode ini,
pengadaan (pembelian) komponen yang diperlukan untuk suatu
rencana produksi dapat dilakukan sebatas yang diperlukan saja
sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan.
2. Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau
pengiriman; MRP mengidentifikasi banyaknya bahan dan
komponen yang diperlukan baik dari segi jumlah dan waktunya
dengan memeperhatikan waktu tenggang produksi maupun
pengadaan (pembeliaan) komponen, sehingga memperkecil
resiko tidak tersedianya bahan yang akan diproses yang
mengakibatkan terganggunya rencana produksi.
3. Komitmen yang realistis; dengan MRP jadwal produksi
diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
Banyak perusahaan yang telah memanfaatkan sistem MRP untuk
mengendalikan persediaan, karena MRP dapat memberikan manfaat sebagai
berikut (Heizer dan Render, 2015:641).
1. Mendapatkan respon yang lebih baik bagi pesanan pelanggan
sebagai hasil dari jadwal yang terus-menerus diperbaiki.
Penerapan MRP membutuhkan jadwal induk produksi, fasilitas
produksi, pelaksanaan jadwal, dan pengiriman barang yang tepat
waktu, akurat dan disiplin. Perusahaan yang mampu
11
menerapkannya akan memiliki keunggulan bersaing dan mampu
menguasai pasar.
2. Respon yang lebih cepat terhadap perubahan pasar. Perubahan
pasar yang cepat dan dinamis turut mempengaruhi permintaan
dan selera pelanggan, karena itu perusahaan sangat dituntut untuk
mampu memenuhi dan menjawab perubahan tersebut.
3. Mampu memanfaatkan fasilitas dan tenaga kerja secara lebih
optimal. Jadwal pengadaan bahan baku yang teratur dengan
berpedoman pada jadwal induk akan mampu memberdayakan
mesin dan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak
menimbulkan pemborosan. Melalui penerapan pengendalian
persediaan, perusahaan memang mendapatkan banyak manfaat.
Namun manfaat yang paling bisa dirasakan langsung bagi
perusahaan adalah berkurangnya tingkat persediaan, dan oleh
karena itu berdampak pada berkurangnya biaya persediaan yang
harus dikeluarkan.
4. Mendapatkan respon yang lebih baik terhadap pesanan pelanggan
dan pasar, sehingga mampu memenangkan pesanan dan pangsa
pasar. Pemanfaatan fasilitas dan pekerja yang lebih baik akan
menghasilkan produktivitas dan pengembalian investasi yang lebih
tinggi. Sedangkan persediaan yang lebih sedikit dapat
membebaskan modal dan ruang untuk digunakan pada
kepentingan yang lain. Manfaat ini merupakan hasil dari sebuah
keputusan strategis untuk menggunakan sistem penjadwalan
persediaan yang terikat.
12
Agar efektif, pengendalian persediaan terikat melalui MRP mengharuskan
para manajer operasi memahami hal-hal berikut (Heizer dan Render, 2015:642):
1. Jadwal produksi induk (apa yang akan dibuat dan kapan)
2. Spesifikasi atau daftar kebutuhan bahan (material dan komponen
yang diperlukan untuk memproduksi).
3. Ketersediaan persediaan (apa yang ada pada persediaan).
4. Pesanan pembelian yang belum dipenuhi (apa yang berada
dalam pesanan).
5. Waktu tunggu atau lead time (berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk mendapatkan berbagai komponen).
2.3. Komponen Dasar MRP
Komponen dasar MRP terdiri atas jadwal induk produksi, daftar
kebutuhan material, dan catatan persediaan, yang dapat digambarkan dalam suatu
sistem MRP seperti dalam Gambar 2 . 1 . Berdasarkan informasi dari jadwal
induk produksi dapat diketahui permintaan dari suatu produk akhir. Selanjutnya,
dengan mengetahui komponen yang membentuk produk akhir itu, status
persediaan, dan waktu tenggang yang diperlukan untuk memesan bahan atau
merakit komponen yang bersangkutan, dapat disusun suatu perencanaan
kebutuhan dari komponen yang diperlukan (Herjanto, 2008:277). Masing-masing
kompenen dasar MRP tersusun sebagaimana terjadi pada Gambar 2.1.
13
Gambar 2.1. Sistem Material Requirement Planning (MRP)
Sumber: Herjanto, 2008:277
2.3.1. Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule)
Jadwal induk produksi (Master Production Schedule, MPS) merupakan
gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan,
backlog, rencana penawaran, persediaan akhir, dan kuantitas yang dijanjikan
tersedia (available to promise, ATP). MPS disusun berdasarkan perencanaan
produksi agregat, dan merupakan kunci penghubung dalam rantai perencanaan
dan pengendalian. MPS berkaitan dengan pemasaran, rencana distribusi,
perencanaan produksi dan perencanaan kapasitas. MPS mengendalikan MRP
dan merupakan masukan utama dalam proses MRP. MPS harus dibuat secara
realistis, dengan mempertimbangkan kemampuan kapasitas produksi, tenaga
kerja, dan subkontraktor (Herjanto, 2008:278).
Gaspersz (2005) dalam Febian (2011:10) menyebutkan bahwa sebagai
suatu aktivitas proses, penjadwalan produksi induk (MPS) membutuhkan lima
input utama seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2. Kelima input utama MPS
adalah sebagai berikut:
14
Gambar 2.2. Proses Penjadwalan Produksi Induk
Sumber : Gaspersz, 2005 dalam Febian (2011:10)
1. Data Permintaan Total, merupakan salah satu sumber data bagi proses
penjadwalan produksi induk. Data permintaan total berkaitan dengan
ramalan penjualan (sales forecast) dan pesanan-pesanan (orders).
2. Status Pesediaan, berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory,
stok yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu (allocated stock),
pesanan-pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released
production and purchase orders), dan firm planned orders. MPS harus
mengetahui secara akurat berapa banyak inventori yang tersedia dan
menentukan berapa banyak yang harus dipesan.
3. Rencana Produksi, memberikan sekumpulan batasan kepada MPS.
MPS harus menjumlahkannya untuk menentukan tingkat produksi,
persediaan, dan sumber-sumber daya lain dalam rencana produksi itu.
4. Data Perencanaan, berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot sizing
yang harus digunakan, shrinkage factor, stok pengaman (safety stock), dan
waktu tunggu (lead time) dari masing-masing item tersedia dalam file
induk dari item (Item Master File).
5. Informasi dari Rough Cut Capacity Planning (RCCP), berupa
kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan MPS menjadi salah
satu input bagi MPS.
15
Ketepatan MPS bervariasi berdasarkan jangka waktu perencanaannya.
Perencanaan jangka pendek harus lebih akurat, mengingat biasanya berisi
pesanan yang sudah pasti (fixed order), kebutuhan distribusi pergudangan, dan
kebutuhan suku cadang. Semakin jauh jangka waktu perencanaan ketepatan
MPS biasanya semakin berkurang (Herjanto, 2008:278). Tabel 2.1
merupakan contoh dari suatu jadwal induk produksi.
Tabel 2.1. Contoh Jadwal Produksi Induk
Produk
Minggu ke
1 2 3 4 5 6 7 8
A 70 70 70 70 70 70 70 70
B 80 80 80 80 80 60 60 60
C 100 120 120 140
Sumber: Herjanto, 2008:278
2.3.2. Daftar Material (Bill of Material)
Definisi yang lengkap tentang suatu produk akhir meliputi daftar barang
atau material yang diperlukan bagi perakitan, pencampuran, atau pembuatan
produk akhir tersebut. Setiap produk mungkin memiliki sejumlah komponen, tetapi
mungkin juga memiliki ribuan komponen. Setiap komponen sendiri dapat terdiri
atas sebuah barang (item) atau berbagai jenis barang (Herjanto, 2008:278).
Hubungan antara suatu barang dan komponennya dijelaskan dalam
suatu struktur produk. Secara konvensi, produk akhir atau parent item
disebut sebagai level (jenjang) 0, sedangkan komponen pembentuk produk akhir
disebut sebagai level 1, bagian rakitan berikutnya disebut level 2, dan seterusnya
(Herjanto, 2008:279). Gambar 2.3. menunjukkan contoh struktur produk (bill
of material).
Aplikasi MRP dimulai dengan mengetahui komponen dari produk yang
akan diproduksi dengan mengetahui komponen dari produk yang akan diproduksi
16
atau dirakit. Daftar produk dan komponen yang diperlukan disebut daftar material
(bill of materials, BOM). BOM dibuat sebagai bagian dari proses desain
dan kemudian digunakan untuk menentukan barang mana yang harus dibeli
dan barang mana yang harus dibuat. BOM disimpan dalam suatu BOM files, yaitu
basis data yang dibuat oleh suatu BOM processor, yang menyusun BOM dalam
berbagai format yang dikehendaki perusahaan (Herjanto, 2008:278-279).
Gambar 2.3. Contoh Struktur Produk
Sumber: Haming dan Nurnajamuddin, 2007
2.3.3. Catatan Persediaan (Inventory Master FIle)
Heizer dan Render (2015:646) menyebutkan bahwa agar sebuah MRP
dapat bekerja dengan baik dibutuhkan suatu manajemen persediaan yang baik.
Jika perusahaan belum mencapai setidaknya 99 persen ketelitian catatan,
maka perencanaan kebutuhan material tidak akan bekerja dengan baik.
Sistem MRP harus memiliki dan menjaga suatu data persediaan yang
up to date untuk setiap komponen barang. Data ini harus menyediakan
informasi yang akurat tentang ketersediaan komponen dan seluruh transaksi
persediaan, baik yang sudah terjadi maupun yang sedang direncanakan.
Data itu mencakup nomor identifikasi, jumlah barang yang terdapat di gudang,
jumlah yang dialokasikan, tingkat persediaan minimum (safety stock level),
17
komponen yang sedang dipesan dan waktu kedatangan, serta waktu tenggang
(procurement lead time) bagi setiap komponen. (Herjanto, 2008:280)
Data persediaan bisa merupakan catatan manual selama di-up date dari
hari ke hari. Namun, dengan berkembangnya teknologi dan semakin murahnya
harga komputer maka kini banyak perusahaan sudah menggunakan jaringan
sistem informasi melalui komputer sehingga apabila barang masuk atau barang
terpakai/ terjual, datanya dapat langsung diakses di semua unit terkait (Herjanto,
2008:281).
2.4. Proses Penerapan MRP
Russel dan Taylor (2003) dalam Aulia (2011:13) menyebutkan bahwa
penerapan suatu MRP memiliki proses yang terdiri atas empat langkah utama,
yaitu (1) menyusun BOM, (2) menghitung kebutuhan bersih bahan baku (net
requirement), (3) melakukan lot sizing, dan (4) menyusun time-phasing
requirement. Proses ini dilakukan berulang kali, merinci setiap struktur produk
hingga semua komponen dibuatkan jadwalnya.
Haming dan Nurnajamuddin (2014:33) menyebutkan bahwa terdapat tiga
langkah mendasar yang perlu ditempuh dalam penerapan MRP. Langkah-
langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Perusahaan harus lebih dahulu menetapkan jumlah produk akhir (finish
product) yang akan diproduksi, dalam usaha menjawab permintaan
yang ada dengan cara (i) mempergunakan angka-angka pesanan
pelanggan melalui angket pemesanan yang disampaikan, dan
menghasilkan penentuan jumlah permintaan yang menjadi target
perusahaan, atau (ii) melakukan estimasi statistik atas jumlah
18
permintaan terhadap produk akhir. Angka-angka ramalan ini menjadi
landasan untuk menyusun jadwal induk produksi (MPS).
2. Perusahaan harus melakukan pemantauan atas status persediaan untuk
setiap jenis material (bahan, parts, komponen, atau subkomponen)
secara berkala melalui stock opname. Sediaan yang ada menjadi
pengurang terhadap kebutuhan total yang diturunkan dari target produksi.
Informasi atas penerimaan sediaan, sediaan yang sedang dalam
pesanan, sediaan yang telah dipakai, dan sisa yang masih ada di gudang,
harus dicatat dalam buku persediaan (inventory record). Informasi
inventory record ini menjadi landasan untuk menentukan volume pesanan.
3. Perusahaan menetapkan jumlah unit yang dibutuhkan dari setiap jenis
material yang akan diproses guna memenuhi target produksi yang sudah
didefinisikan. Untuk menentukan jumlah unit dari setiap jenis material yang
diperlukan, perusahaan harus menyusun struktur dari bahan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu unit produk. Struktur bahan dari
setiap unit produk ini disebut dengan Bill of Material (BOM).
Kebutuhan total dapat diketahui dengan mengalihkan target keluaran
dalam MPS dengan unit yang diperlukan menurut BOM.
Haming dan Nurnajamuddin (2014:34) menyebutkan bahwa dalam
praktiknya, langkah awal dalam praktik penyusunan MRP mungkin saja ialah
pembuatan BOM. Melalui penyusunan BOM dapat diketahui rincian unit
kebutuhan dari setiap jenis bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
produk. Produk akhir yang rumit yang dibuat dari ratusan, bahkan ribuan jenis
komponen atau subkomponen akan memiliki BOM yang rumit. Sebaliknya,
produk akhir yang sederhana juga memiliki BOM yang sederhana.
19
Orlicky (1975) dalam Rasto (1996) dan Adihartati (1997) dalam Aulia
(2010:14) juga menyebutkan bahwa logika proses dalam sistem MRP terdiri dari
empat langkah sebagai berikut.
1. Eksplosi
Eksplosi adalah proses perhitungan kebutuhan kotor untuk komponen
pada tingkat yang lebih bawah. Dasar untuk menentukan kebutuhan material
ini dalam tiap tahap, langsung atau tidak langsung, diturunkan dari jadwal
induk produksi dan tergantung pada posisinya dalam struktur produk.
2. Netting
Netting merupakan proses perhitungan untuk menetapkan jumlah
kebutuhan bersih, yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor
dengan keadaan persediaan, baik persediaan yang ada (on hand inventory)
maupun yang direncanakan akan diterima dalam suatu periode tertentu.
Dalam perhitungan kebutuhan bersih dapat dilakukan perbaikan dengan
menambahkan faktor-faktor lain, seperti memasukkan faktor sediaan
pengaman atau faktor kerusakan konponen. Persediaan pengaman hanya
digunakan untuk permintaan produk akhir yang independen.
Data yang harus diketahui untuk menentukan kebutuhan bersih pada
setiap periode adalah persediaan yang masih dipunyai pada awal
perencanaan dan jadwal penerimaan untuk setiap periode perencanaan.
3. Lotting
Proses ini merupakan suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah
pemesanan yang optimum berdasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan
bersih. Terdapat banyak alternatif untuk menghitung ukuran lot. Berbagai
teknik ukuran lot diarahkan untuk menyeimbangkan biaya pemesanan (set up
20
cost) dan biaya penyimpanan persediaan (holding cost), sehingga dicapai
total biaya persediaan yang minimal tanpa mengganggu jadwal induk.
4. Offsetting
Langkah offsetting bertujuan untuk menentukan waktu yang tepat bagi
perencanaan pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih. Rencana
pemesanan diperoleh dengan cara mengurangkan kebutuhan awal bersih
yang diinginkan dengan besarnya waktu tunggu (lead time).
Waktu tunggu untuk komponen yang dipesan merupakan waktu saat
pesanan dilakukan sampai pesanan tersebut diterima. Sedangkan untuk
komponen yang dibuat sendiri, waktu tunggu merupakan jumlah waktu
proses pembuatan komponen tersebut hingga selesai dibuat. Dalam
penentuan waktu tunggu sering pula ditambahkan faktor waktu pengaman
dengan tujuan yang pada dasarnya sama dengan pengadaan persediaan
pengaman.
Keseluruhan proses MRP dapat digambarkan dalam format tampilan MRP
seperti di bawah ini, termasuk penjelasan untuk tiap-tiap komponennya.
(Gaspersz, 2005) dalam Febian (2011:15)
Tabel 2.2. Tampilan Horizontal MRP
Lead Time: 3 minggu
On Hand: 550
Lot Size: 1000
Safety Stock: 0
Periode (minggu)
1
2
3
4
5
Gross Requirement 250 500 200 350 400
Scheduled Receipt 1000
Projected on Hand 300 800 600 250 -150
Projected Available 300 800 600 250 850
Net Requirement 150
Planned Order Receipt 1000
Planned Order Receipt 1000
(Sumber: Gaspersz (2005) dalam Febian (2011:15))
21
• Lead Time merupakan jangka waktu yang dibutuhkan sejak MRP
menyarankan suatu pesanan sampai yang dipesan siap untuk digunakan.
On Hand merupakan on hand inventory yang menunjukkan kuantitas dari
item yang secara fisik ada dalam tempat penyimpanan.
• Lot Size merupakan kuantitas pesanan dari item yang memberitahukan
MRP berapa banyak kuantitas yang harus dipesan serta teknik lot sizing
apa yang dipakai.
• Safety Stock merupakan stok pengaman yang ditetapkan oleh perencana
MRP untuk mengatasi fluktuasi dalam permintaan dan/atau penawaran.
• Planning Horizon merupakan banyaknya waktu ke depan yang tercakup
dalam perencanaan.
• Gross Requirement merupakan total dari semua kebutuhan, termasuk
kebutuhan yang diantisipasi untuk setiap periode waktu.
• Projected On-Hand merupakan projected available balance (PAB), dan
tidak termasuk planned order. Projected on hand dihitung berdasarkan
formula:
• Projected on-hand = On-hand awal periode + Scheduled Receipt –
Gross Requierement
• Planned Order Receipts merupakan kuantitas pesanan pengisian kembali
yang telah direncanakan oleh MRP untuk diterima pada periode tertentu
guna memenuhi kebutuhan kebutuhan bersih.
• Planned Order Release merupakan kuantitas planned order yang
ditempatkan atau dikeluarkan dalam periode tertentu agar item tersebut
tersedia pada saat dibutuhkan.
22
2.5. Peramalan
Peramalan (forecasting) adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan dalam
memprediksi peristiwa pada masa mendatang. Peramalan akan melibatkan
mengambil data historis (seperti penjualan tahun lalu) dan memproyeksikan
mereka ke masa yang akan datang dengan model matematika. (Heizer dan
Render, 2015:113). Tujuan dari peramalan dalam kegiatan produksi adalah
untuk mengurangi ketidakpastian, sehingga diperoleh suatu perkiraan yang
mendekati keadaan yang sebenarnya. Kegunaan peramalan tersebut akan
terlihat pada saat pengambilan keputusan. Keputusan yang baik adalah
keputusan yang didasarkan pertimbangan apa yang akan terjadi pada waktu
keputusan itu dilaksanakan.
Menurut Levine (2002) dalam Simanjuntak (2014:6) ada dua pendekatan
umum untuk jenis metode peramalan menurut sifatnya, yaitu teknik kualitatif dan
teknik kuantitatif. Teknik peramalan kualitatif digunakan saat data historis tidak
tersedia, namun metode ini bersifat sangat subjektif dan membutuhkan penilaian
dari pakar. Sedangkan teknik peramalan kuantitatif menggunakan data historis
atau data masa lalu yang dibuat dalam bentuk angka.
Dalam peramalan dikenal istilah prakiraan dan prediksi. Prakiraan
didefinisikan sebagai proses peramalan suatu kejadian dimasa datang dengan
berdasar pada data kejadian itu dimasa sebelumnya. Data masa lampau tersebut
secara sistematik diolah bersama dengan suatu metode tertentu untuk
memperoleh prakiraan kejadian yang akan datang. Sementara prediksi adalah
proses peramalan suatu variabel pada masa yang akan datang berdasarkan
pada pertimbangan intuisi daripada data-data sebelumnya, meskipun lebih
berdasarkan pada pertimbangan intuisi, namun prediksi juga sering digunakan
23
data kuantitatif sebagai pelengkap informasi dalam melakukan peramalan.
(Herjanto, 2008:78)
Berdasarkan horizon waktu, peramalan dapat dikelompokkan dalam
tiga bagian, yaitu peramalan jangka panjang, peramalan jangka menengah, dan
peramalan jangka pendek.
1. Peramalan jangka panjang, yaitu mencakup waktu lebih besar dari 18
bulan. Misalnya, peramalan yang berkaitan dengan penanaman modal,
perencanaan fasilitas, dan perencanaan untuk kegiatan litbang.
2. Peramalan jangka menengah, yaitu mencakup waktu antara 3 sampai 18
bulan. Misalnya peramalan untuk perencanaan penjualan, perencanaan
produksi, dan perencanaan tenaga kerja tidak tetap.
3. Peramalan jangka pendek, yaitu untuk jangka waktu kurang dari 3
bulan. Misalnya, peramalan dalam hubungannya dengan penjadwalan kerja
atau penugasan karyawan.
Peramalan jangka panjang banyak menggunakan pendekatan kualitatif
sedangkan peramalan jangka menengah dan pendek biasanya
menggunakan pendekatan kuantitatif.
Metode peramalan kuantitatif terbagi dalam dua kelompok utama,
yaitu metode data time series dan metode kausal. Data tersebut tentunya sangat
diperlukan dalam penelitian, maupun pengambilan keputusan. (Winarno, 2007)
dalam Simanjuntak (2014:7)
a. Data Time Series (Runtun Waktu)
Data Runtun Waktu atau Data Time series adalah data yang
menggambarkan suatu objek dari waktu ke waktu atau periode secara historis
dan terjadi berurutan. Interval waktu perekaman dapat amat singkat (beberapa
bagian dari satu detik saja) dan dapat cukup panjang (harian, mingguan, bulanan,
24
tahunan, dan bahkan puluhan tahun), tergantung dari macamnya data yang
direkam. Contohnya adalah data produksi karet dari tahun 2000 hingga 2010,
data pergerakan angin dari menit pertama hingga menit ke-30, data jumlah
siswa dari tahun 1997 hingga 2012, dan lain-lain. Time Series ini mencakup
penelitian pola data yang digunakan untuk memeriksa apakah data tersebut
stasioner atau tidak. Stasioner itu sendiri berarti bahwa tidak terdapat
pertumbuhan atau penurunan pada data. Data secara kasar harus horizontal
sepanjang waktu. Dengan kata lain fluktuasi data tetap konstan.
b. Data Causal (Data Kausal)
Metode peramalan kausal mengembangkan model sebab-akibat antara
permintaan yang diramalkan dengan variabel-variabel lain yang
mempengaruhi. Contohnya adalah, jumlah permintaan baju baru bisa saja
berhubungan dengan jumlah populasi, rata-rata pendapatan masyarakat, jenis
kelamin, musiman atau bulan-bulan khusus (hari raya, natal, tahun baru). Data dari
variabel tersebut dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan keakuratan
dari model peramalan yang diusulkan. Metode ini biasa dipakai untuk dengan
kondisi dimana variabel penyebab terjadinya item yang akan diramalkan sudah
diketahui. Dengan adanya hubungan tersebut, output dapat diketahui jika input
diketahui.
2.6. Definisi Barang-Barang Musiman
Barang-barang musiman adalah barang-barang yang jumlah penjualannya
meningkat dikarenakan kebutuhan akan barang tersebut pada musim-musim
tertentu meningkat jauh (Susanty, 2012) dalam Simanjuntak (2014:13). Dari hasil
penjualan barang-barang musiman ini pedagang mampu menarik keuntungan
yang berlipat-lipat ganda dibandingkan dengan penjualan di hari-hari biasa.
25
Contoh dari barang-barang musiman ini misalnya (Tanjung, 2012) dalam
Simanjuntak (2014:13): busana muslim, kerudung, atau sarung pada libur Lebaran
atau Idul Fitri, buku, alat tulis, dan seragam sekolah pada musim tahun ajaran baru,
dan lain-lain.
2.7. Metode Dekomposisi
Metode Dekomposisi adalah metode peramalan yang mencoba
memisahkan tiga komponen terpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan
deret data ekonomi dan bisnis. Komponen tersebut adalah faktor trend, musiman,
dan siklus. Dekomposisi mengisolasi komponen-komponen tersebut untuk
kemudian menyusun kembali komponen-komponen tersebut menjadi efek
musiman, efek siklus, dan efek trend (Herjanto, 2008:89).
2.7.1. Multiplicative Decomposition (Seasonal)
Penulis menggunakan 2 jenis multiplicative decomposition, yaitu dengan
dasar penghalusan (basis for smoothing) berdasarkan Williamson
(http://www.duncanwil.co.uk/timeseries2.html):
Average for all data CMA =∑y
∑x Ratio = Demand
CMA Seasonal = ∑ Ratio quarter ke – i
n Smoothed = Demand
Seasonal Ŷ unadjusted = a + bx Ŷ adjusted = Ŷ unadjusted x Seasonal
Keterangan:
CMA = Centered Moving Average
ŷunadjusted = peramalan yang tidak disesuaikan
26
ŷadjusted = peramalan yang disesuaikan
Centered Moving Average
CMA =∑ yt-1 + yt + yt+1
3 Ratio = Demand
CMA Seasonal = ∑ Ratio quarter ke – i
n Smoothed = Demand
Seasonal Ŷ unadjusted = a + bx Ŷ adjusted = Ŷ unadjusted x Seasonal
Keterangan:
CMA = Centered Moving Average
ŷunadjusted = peramalan yang tidak disesuaikan
ŷadjusted = peramalan yang disesuaikan
2.7.2. Additive Decomposition (seasonal)
Penulis menggunakan 2 jenis additive decomposition, yaitu
dengan dasar penghalusan (basis for smoothing) berdasarkan Williamson
(http://www.duncanwil.co.uk/timeseries3.html):
Average for all data
CTD MA = =∑y ∑x
Difference = Demand – CTD MA Seasonal = ∑ Ratio quarter ke – i
n Smoothed = Demand – Seasonal Ŷ unadjusted = a + bx Ŷ adjusted = Ŷ unadjusted x Seasonal
Keterangan:
CTD MA = Centered Moving Average
ŷunadjusted = peramalan yang tidak disesuaikan
ŷadjusted = peramalan yang disesuaikan
27
Centered Moving Average
CTD MA =∑yt-1 + yt + yt+1
3
Difference = Demand – CTD MA
Seasonal = ∑ Ratio quarter ke – i
n Smoothed = Demand – Seasonal Ŷ unadjusted = a + bx Ŷ adjusted = Ŷ unadjusted x Seasonal
Keterangan:
CTD MA = Centered Moving Average
ŷunadjusted = peramalan yang tidak disesuaikan
ŷadjusted = peramalan yang disesuaikan
2.8. Pemilihan Model Peramalan
Ketepatan dari suatu metode peramalan merupakan kesesuaian dari suatu
metode yang menunjukkan seberapa jauh model peramalan tersebut mampu
meramalkan data aktual. Tidak mungkin suatu peramalan benar-benar akurat.
Nilai hasil peramalan akan selalu berbeda dengan data aktual. Perbedaan antara
nilai peramalan dengan data aktual disebut kesalahan peramalan. Meskipun suatu
jumlah kesalahan peramalan tidak dapat dihindari, namun tujuan peramalan
adalah agar kesalahan diminimalisir. (Suwandi dkk, 2015:3)
Dalam pemodelan time series, sebagian data yang diketahui dapat
digunakan untuk meramalkan sisa data berikutnya sehingga memungkinkan orang
untuk mempelajari ketepatan peramalan. (Makridakis dkk, 1999) dalam (Suwandi
dkk, 2015:3-4)
28
Model yang memiliki nilai kesalahan hasil peramalan terkecil yang akan
dianggap sebagai model yang cocok, dimana nilai kesalahan itu adalah (Heizer
dan Render, 2015:126-129) :
1. Mean Absolute Deviation (MAD)
Ukuran MAD merupakan ukuran kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah
model. MAD dapat digambarkan dengan persamaan yang ditunjukkan sebagai
berikut, dimana n adalah jumlah periode data.
𝑀𝐴𝐷 =∑ ∣ 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑚𝑎𝑙𝑎𝑛 ∣
𝑛
2. Mean Squared Error (MSE)
MSE merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dan yang
diamati.
𝑀𝑆𝐸 =∑( 𝑘𝑒𝑠𝑎ℎ𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑚𝑎𝑙𝑎𝑛)²
𝑛
3. Mean Absolute Percentage Error (MAPE)
𝑀𝐴𝑃𝐸 =100 ∑ ∣ 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙𝑖 − 𝑟𝑎𝑚𝑎𝑙𝑎𝑛𝑖 ∣ 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙𝑖
𝑛𝑖−1
𝑛
Menghitung dalam unsur yang diramalkan ribuan. Dihitung sebagai rata-
rata diferensiasi absolut antara nilai yang diramal dan aktual untuk n periode.
2.9. Model-Model Penentuan Ukuran Lot (Lot Sizing)
Lot sizing merupakan kegiatan menentukan jumlah unit yang akan dipesan
(Haming dan Nurnajamuddin, 2014:36). Keputusan penentuan ukuran lot adalah
29
proses atau teknik yang digunakan untuk menentukan ukuran lot. (Heizer dan
Render, 2015:654)
Nahmias (2005) dalam Aulia (2010:17) mengasumsikan bahwa proses
MRP sering dilakukan menggunakan teknik lot for lot, yaitu jumlah unit yang
dijadwalkan untuk diproduksi atau dipesan setiap periodenya sama dengan jumlah
kebutuhan bersih periode tersebut. Pada kenyataannya kebijakan ini diasumsikan
untuk kemudahan penggunaan saja, dan secara umum dapat dikatakan tidak
optimal. Masalah untuk menemukan teknik yang optimal yang terbaik didasarkan
pada set jumlah permintaan dan biaya setup dan holding untuk berbagai periode
waktu yang dimiliki dan berapakah kuantitas yang dapat meminimalkan total
biaya setup dan holding untuk periode yang telah direncanakan.
Gasperz (2005) dalam Aulia (2010:17) memberikan cacatan yang
penting untuk diperhatikan mengenai lot sizing dan kebutuhan bersih (net
requirement) sebagai berikut.
1. Apabila lot sizing dipakai, maka net requirement adalah prediksi
kekurangan material, sehingga perlu dimasukkan dalam perhitungan
planned order receipt, dan tidak hanya menghitung kenaikan dalam nilai
negatif yang ditunjukkan dalam baris projected on-hand.
2. Aturan: apabila menggunakan fixed order quantity lot size, dan bila ada
net requirement, maka banyaknya kuantitas planned order receipt akan
mengambil salah satu nilai yaitu: standard lot size atau net requirement
aktual, tergantung mana yang lebih besar.
3. Dalam kebanyakan kasus, planned order receipt akan melebihi besaran
net requirement, sehingga membiarkan beberapa kuantitas persediaan
disimpan sampai periode berikutnya.
30
4. Saat keadaan rolling schedule akan menjadi normal bahwa besaran
scheduled receipt adalah sama dengan kuantitas lot size, karena
kuantitas itu yang telah dipesan.
Ada beberapa teknik dalam melakukan lot sizing. Haming dan
Nurnajamuddin (2014:36) mengemukakan bahwa pada dasarnya teknik-teknik
tersebut terbagi menjadi dua, yaitu menentukan ukuran lot yang sama
dengan net requirement, dan menentukan ukuran lot dengan tujuan optimalisasi.
Optimalisasi tersebut didasarkan pada keadaan di mana ukuran pesanan akan
berhubungan dengan biaya pemesanan ataupun biaya penyimpanan.
Semakin rendah ukuran lot, yang berarti semakin sering melakukan
pesanan, akan menurunkan biaya penyimpanan, tetapi menambah biaya
pemesanan. Sebaliknya, semakin tinggi ukuran lot akan mengurangi frekuensi
pemesanan, tetapi mengakibatkan meningkatnya biaya penyimpanan. Untuk itu
perlu dicari dan ditentukan ukuran lot yang tepat agar optimalisasi kapasitas dan
biaya dapat tercapai (Herjanto, 2008:289).
Heizer dan Render (2015:654) menyebutkan bahwa keputusan penentuan
lot sizing adalah keputusan yang dibuat tentang berapa banyak yang harus
dipesan atau dibuat. Ada berbagai jalan untuk menentukan ukuran lot di dalam
sistem MRP, diantaranya teknik Lot for Lot, teknik Economic Order Quantity, serta
Part Period Balancing, Period Order Quantity (POQ), serta Algoritma Wagner-
Whitin (WW). Teknik Lot for Lot merupakan teknik yang membantu menentukan
ukuran lot tepat sebesar net requirement. Sedangkan teknik yang lain didasarkan
pada kapasitas dan biaya optimum dengan tujuan optimalisasi.
31
2.9.1 Teknik Lot for Lot
Teknik ini memproduksi secara tepat berapa kebutuhan bahan baku yang
diperlukan. Teknik ini konsisten dengan sasaran MRP yaitu memenuhi kebutuhan
permintaan yang bersifat terikat. Bila pesanan yang sering terjadi ekonomis dan
teknik persediaan just in time diterapkan, maka teknik ini menjadi sangat efisien.
Sebaliknya, jika biaya set up cukup besar atau menajemen tidak mampu untuk
menerapkan just in time, maka teknik ini menjadi mahal. (Heizer dan Render,
2015:654)
2.9.2 Teknik Economic Order Quantity (EOQ)
Teknik EOQ merupakan teknik statistik yang menggunakan rata-rata
(seperti permintaan rata-rata untuk satu tahun). Jadi teknik EOQ merupakan
teknik statistik yang sebenarnya lebih cocok digunakan pada saat
permintaan bebas, sementara MRP lebih disukai pada saat permintaan
terikat. Manajer produksi harus memanfaatkan informasi permintaan ketika
informasi ini diketahui, daripada mengasumsikan permintaan tetap. Pendekatan
dengan teknik ini menggunakan persamaan sebagai berikut. (Heizer dan Render,
2015:655)
𝑄 = √2𝐷𝑆
𝐻
Dimana 𝑄 = ukuran lot yang akan dipesan,
𝐷 = kebutuhan pertahun,
𝑆 = biaya pemesanan pemesanan per order, dan
𝐻 = biaya penyimpanan per unit per tahun
32
2.9.3 Teknik Part Period Balancing (PPB)
Teknik ini merupakan pendekatan yang lebih dinamis untuk
menyeimbangkan biaya setup dan penyimpanan. PPB menggunakan informasi
tambahan dengan mengubah ukuran lot untuk menggambarkan kebutuhan
ukuran lot berikutnya di masa yang akan datang. PPB mencoba menyeimbangkan
biaya setup dan penyimpanan untuk permintaan yang diketahui. Penyeimbangan
sebagian periode membuat sebuah economic part period (EPP) atau sebagian
periode ekonomis, yang merupakan perbandingan antara biaya setup dengan
biaya penyimpanan. (Heizer dan Render, 2015:657)
2.9.4 Teknik Period Order Quantity (POQ)
Teknik POQ sering disebut juga sebagai metode Uniform Order Sycle,
merupakan pengembangan dari metode EOQ untuk jumlah permintaan yang tidak
sama dalam beberapa periode. Rata-rata permintaan digunakan dalam model
EOQ untuk mendapatkan rata-rata jumlah permintaan per periode dan hasilnya
dibulatkan kedalam angka integer. Angka terakhir menunjukkan jumlah periode
waktu yang dicakup dalam setiap kali pemesanan. (Herjanto, 2018:292)
Perhitungan metode POQ menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑃𝑂𝑄 = 𝑄 = √2𝑆
𝐷𝐻
Dimana 𝑄 = ukuran lot yang akan dipesan,
𝐷 = kebutuhan pertahun,
𝑆 = biaya pemesanan pemesanan per order, dan
𝐻 = biaya penyimpanan per unit per tahun
33
2.9.5 Teknik Algoritma Wagner-Whitin (WW)
Teknik ini menggunakan prosedur optimasi yang didasari model program
dinamis yang menambahkan beberapa kerumitan pada perhitungan ukuran lot.
Prosedur ini mengasumsikan sebuah horizon waktu yang terbatas di luar keadaan
di mana tidak ada kebutuhan bersih tambahan, prosedur ini memberikan hasil
yang baik.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan strategi pemesanan yang optimum
untuk seluruh Jadwal kebutuhan bersih dengan jalan meminimalkan total ongkos
pengadaan dan ongkos simpan. Pada dasarnya, teknik ini menguji semua cara
pemesanan yang mungkin dalam memenuhi kebutuhan bersih setiap periode yang
ada pada horizon perencanaan sehingga senantiasa memberikan jawaban
optimal. (Heizer dan Render, 2011:222)
2.10. Total Biaya Persediaan Bahan Baku
Menurut Haming dan Nurnajamuddin (2014:8) biaya persediaan terdiri atas
biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang dipandang sebagai biaya tetap adalah
harga dari persediaan itu sendiri. Dalam hal ini, harga dipandang sebagai biaya
tetap karena pendekatan yang dipakai dalam biaya persediaan ialah harga
sediaan yang diketahui tetap dan tidak berubah. Biaya variabel persediaan
meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya pemesanan ini dihitung
sebagai berikut (Haming dan Nurnajamuddin, 2014:8)
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛 =𝐷
𝑄 (𝑆)
𝐷 : kebutuhan bahan per tahun
𝑆 : biaya pesanan per order
𝑄 : unit yang dipesan per order
34
Biaya penyimpanan sering juga disebut dengan carrying cost, adalah
biaya atas sediaan yang terjadi sehubungan dengan penyimpanan sejumlah
sediaan tertentu dalam perusahaan. Biaya ini mencakup biaya pemanasan
ruangan, pendinginan ruang penyimpanan, biaya penerangan, keamanan, sewa
gudang, pemeliharaan persediaan, kerusakan sediaan, serta kerugian karena
perubahan harga, terbakar, pencurian, bunga, premi asuransi, pajak, administrasi
persediaan, dan biaya penjaga gudang. Biaya penyimpanan umumnya dihitung
dengan persen tertentu terhadap harga sediaan, misalnya 15 persen atau 20
persen.
Biaya variabel persediaan lazim disebut incremental cost. Dengan
demikian biaya variabel total (Total Incrementas Cost, TIC) dapat ditulis dalam
persamaan berikut (Haming dan Nurnajamuddin, 2014:9):
𝐵𝑉 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 (𝑇𝐼𝐶) = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛
𝑇𝐼𝐶 =𝐷
𝑄 (𝑆) +
𝑄
2 (𝐻)
𝑇𝐼𝐶 : biaya variabel persediaan
𝐻 : biaya unit penyimpanan per tahun
𝑄 : unit yang dipesan per order
𝐷/𝑄 : frekuensi pemesanan bahan
𝑄/2 : persediaan rata-rata yang dipelihara
2.11. Penelitian Terdahulu
Nurul Aulia (2010), melalukan penelitian mengenai sistem pengadaan
bahan baku pada industri kecil tenun Tengku Agung Pekanbaru untuk produk
tenun songket. Alternatif metode pengendalian dan pengadaan bahan baku yang
dapat dipilih adalah untuk bahan baku benang katun dan benang bordir
35
menggunakan metode Material Requirement Planning dengan teknik lot sizing
EOQ (Economic Order Quantity) sedangkan untuk bahan baku benang emas
menggunakan metode Material Requirement Planning dengan teknik LFL (lot for
lot).
Putri Febian (2011), melakukan penelitian mengenai perenrencanaan
kebutuhan material dengan menggunakan metode MRP (Material Requirement
Planning) dan jadwal pengadaan barang secara optimal pada industri pakaian jadi
PT Lestari Dini Tunggul. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa metode EOQ
(Economic Order Quantity) adalah metode yang memiliki kakteristik sesuai dengan
kondisi perusahaan, dengan menghitung besar kuantitas pembelian optimum
untuk bahan baku utama dan hal ini akan membuat perusahaan dapat
menentukan jumlah pemesanan yang paling ekonomis.
Agus Surianto (2013), melakukan penelitian mengenai penerapan metode
Material Requirement Planning (MRP) pada produk rokok. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh bawah metode Wagner-Whitin (WW) memberikan solusi untuk
setiap bahan baku dengan tingkat biaya yang paling rendah yaitu sebesar Rp
379.289.637 dari pada metode lainnya Lot for Lot, Economic Order Quantity,
Period Order Quantity, dan Part Period Balancing selain itu metode Wagner-Whitin
(WW) juga memberikan hasil yang lebih akurat dan optimal.
Dewi dan Saroso (2014) melakukan penelitian mengenai perencanaan
persediaan material panel listrik di PT. TIS. Diantara metode yang digunakan yaitu,
Lot for Lot dan Fixed Order Quantity ditemukan bahwa metode Lot for Lot
menghasilkan total biaya persediaan lebih efisien daripada menggunakan metode
Fixed Order Quantity.
Anggriana (2015), melakukan penelitian mengenai perencanaan dan
pengendalian persediaan pada produk busbar yang berupa penghantar arus listrik
36
yang terbuat dari tembaka. Berdasarkan hasil penelitian, diantara tiga metode lot
sizing didalam penelitian ini yaitu Lot for Lot, Economic Order Quantity, dan Period
Order Quantity dan metode Period Order Quantity merupakan metode yang biaya
pengadaannya paling minimum.
2.12. Kerangka Pemikiran
CV. Nur Khairunnisa merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak
pada bidang pakaian jadi yaitu, produksi seragam sekolah. Dalam proses
produksi, ketepatan pengadaaan bahan baku sangat penting karena berpengaruh
langsung pada pemenuhan kebutuhan konsumen. Sistem pengadaan bahan baku
yang tepat dan berbiaya minimum sangat penting untuk diterapkan dalam suatu
perusahaan berbasis manufaktur untuk menunjang kelancaran proses produksi.
Dalam hal perencanaan produksinya, sistem yang akan diterapkan adalah
dengan cara memahami atau mendalami karakteristik produksi dan persediaan
yang ada di perusahaan. Karakteristik produksi dan persediaan pada perusahaan
dapat dianalisa persediaan material atau persediaan bahan baku, dari jenis bahan
baku, jumlah, harga bahan baku yang digunakan perusahaan dalam proses
produksinya. Perencanaan produksi dilakukan berdasarkan perhitungan tertentu
untuk mengetahui proyeksi kebutuhan produksi di masa yang akan datang.
Perencanaan produksi selanjutnya diikuti dengan perencanaan kebutuhan
material atau bahan baku sebagai bentuk perencanaan yang lebih terperinci dan
jelas. Perencanaan kebutuhan bahan baku disusun menggunakan tiga macam
input utama yaitu Bill of Material, Master Production Schedule dan Inventory
Record. Dengan adanya ketiga input tersebut proses perencanaan kebutuhan
bahan baku dapat dilakukan dan menghasilkan jadwal pengadaan bahan baku
37
sebagai outputnya. Perencanaan bahan baku selanjutnya juga dapat digunakan
sebagai masukan dalam menyusun jadwal produksi jangka pendek.
Penerapan MRP dapat mendorong proses produksi yang lancar serta
tercapainya efisiensi produksi. Kegiatan produksi yang lancar akan meningkatkan
penjualan produk dan dengan adanya efisiensi produksi dapat menghasilkan
peningkatan keuntungan. Maka hal tersebut akan menjadikan peningkatan daya
saing perusahaan guna sebagai modal untuk bersaing dan bertahan, sehingga
keberlangsungan usaha akan lebih terjamin.
38
Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran
Penerapan MRP
CV. Nur Khairunnisa
Analisa Karakteristik
Produksi dan Persediaan
• Bill of Material (BoM)
• Master Production
Schedule (MPS)
• Inventory Record
• Jadwal Pengadaan
Bahan Baku
Kelancaran Produksi
Peningkatan
Penjualan
Efisiensi
Peningkatan
Keuntungan
MRP
Peningkatan
Daya Saing
39
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Jenis data yang digunakan dari penelitian ini adalah hasil pelaporan bagian
departemen produksi dan penjualan. Adapun metode analisis data yang
digunakan yaitu peramalan penjualan yang berfokus pada Holt-Winters, berbagai
teknik Lot Sizing yaitu teknik Lot for Lot (LFL), teknik Economic Order Quantitiy
(EOQ), teknik Part Period Balancing (PPB), teknik Period Order Quantity (POQ),
dan teknik Algoritma Wagner-Whitin (WW) serta analisis biaya persediaan bahan
baku.
3.2. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di CV. Nur Khairunnisa yang lokasi produksinya
bertempat di Kota Bandung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai
bulan Juli 2017
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seragam SD, SMP, dan SMA
yang masing-masing memiliki 15 varian produk yang dihasilkan oleh
perusahaan CV. Nur Khairunnisa yang bergerak dibidang produksi seragam
sekolah.
3.3.2. Sampel
Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah tujuh varian
seragam SD yakni, SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN, SD BAJU
40
PRAMUKA PENDEK LK, SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN, SD CELANA
PRAMUKA PANJANG, SD CELANA PRAMUKA PENDEK, SD CELANA
PRAMUKA PENDEK, dan SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT.
3.4. Jenis dan Sumber Data
3.4.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan terdiri dari :
a. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk
angka-angka mengenai jumlah produksi seragam sekolah selama
periode waktu tertentu, dan juga data produk yang terkait dengan
kebutuhan bahan baku dalam produksi pada CV. Nur Khairunnisa.
b. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk
informasi baik lisan maupun tulisan yang sifatnya bukan angka, yaitu
informasi mengenai supplier, pabrik, distributor, dan proses produksi.
3.4.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
primer dan data sekunder.
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian
dengan mengadakan pengamatan langsung atau wawancara terkait
informasi perusahaan dan hal-hal yang berkenaan dengan produksi dan
proses produksinya dengan yang berkepentingan terkait dalam
pengumpulan data.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui
penelitian kepustakaan baik melalui dokumen-dokumen atau laporan
tertulis serta informasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini
41
berupa data jumlah produksi, kebutuhan bahan baku produksi serta data
yang berhubungan dengan produksi.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini, metode pengumpulan data yang penulis gunakan
adalah sebagai berikut:
3.5.1. Observasi
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
atau peninjauan secara langsung pada obyek penelitian yakni pada
perusahaan CV. Nur Khairunisa yang berada di Kota Bandung untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan sehubungan dengan penelitian
ini.
3.5.2. Interview
Interview merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau
informasi dengan tanya jawab secara langsung pada orang yang
mengetahui tentang obyek yang diteliti. Dalam hal ini adalah dengan pihak
manajemen/karyawan CV. Nur Khairunisa.
3.5.3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bentuk penelitian yang dilakukan dengan
mengumpulkan dokumen atau arsip-arsip perusahaan yang berhubungan
dengan profil perusahaan termasuk masalah produksi seperti jumlah
produksi dan proses produksi seragam sekolah.
42
3.6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.6.1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, bahan baku merupakan variabel independent
yang dapat menentukan jumlah produksi dan penyimpanan selaku variabel
dependen.
3.6.2. Definisi Operasional
1) Peramalan Penjualan yaitu, prediksi suatu kejadian dimasa datang
dengan berdasar pada data kejadian itu dimasa sebelumnya dengan
model matematika.
2) Material Requirement Planning (MRP) merupakan suatu teknik
pengendalian persediaan dan perencanaan produksi dengan sistem
komputerisasi untuk menyusun rencana pesanan pembelian dan
pesanan pengerjaan material, komponen, dan perakitan
3) Bill of Material (BOM) yaitu, daftar barang atau material yang diperlukan
bagi perakitan, pencampuran, atau pembuatan produk akhir.
4) Master Production Schedule (MPS) merupakan gambaran atas periode
perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog,
rencana penawaran, persediaan akhir, dan kuantitas yang dijanjikan
tersedia.
5) Catatan Persediaan adalah informasi yang akurat tentang ketersediaan
komponen dan seluruh transaksi persediaan, baik yang sudah terjadi
maupun yang sedang direncanakan
6) Teknik Lot Sizing merupakan teknik menentukan jumlah unit yang akan
dipesan.
7) Biaya Persediaan adalah biaya atas sediaan yang terjadi sehubungan
dengan penyimpanan sejumlah sediaan tertentu dalam perusahaan
43
3.7. Analisis Data
3.7.1. Peramalan Penjualan
Metode Dekomposisi :
1. Multiplicative Decomposition (Seasonal)
QM for Windows
2. Additive Decomposition (seasonal)
QM for Windows
3.7.2. Lot Sizing
1. Teknik Lot for lot
QM for Windows
2. Teknik Economic Order Quantitiy (EOQ)
QM for Windows
3. Teknik Part Period Balancing (PPB)
QM for Windows
4. Teknik Period Order Quantity
QM for Windows
5. Teknik Algoritma Wagner-Whitin (WW)
QM for Windows
44
3.7.3. Analisis Biaya Persediaan Bahan Baku
1. Biaya Variabel Persediaan
𝐵𝑉 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 (𝑇𝐼𝐶) = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛
𝑇𝐼𝐶 =𝐷
𝑄 (𝑆) +
𝑄
2 (𝐻)
𝑇𝐼𝐶 : biaya variabel persediaan
𝐻 : biaya unit penyimpanan per tahun
𝑄 : unit yang dipesan per order
𝐷/𝑄 : frekuensi pemesanan bahan
𝑄/2 : persediaan rata-rata yang dipelihara
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Profil CV. Nur Khairunnisa
CV. Nur Khairunnisa didirikan pada tanggal 19 Juli, dengan lokasi berada
di Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10, Pusat Pertokoan Tamalanrea no. 9,
Kelurahan Tamalanrea Indah, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar, Provinsi
Sulawesi Selatan.
Perusahaan milik keluarga berbentuk CV ini terbentuk pada tahun 1993.
Awalnya bergerak pada bidang percetakan dan perdagangan umum, hingga pada
tahun 2011 melebarkan sayapnya ke bidang konveksi pakaian jadi khusus
seragam sekolah. Tempat produksinya berada di Jl. Cikoneng, Ruko Pesona Bali
No. 5 Kelurahan Bojongsoang, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat. Sedangkan penjualannya berpusat di Kota Makassar dan Kabupaten
Gowa.
Perusahaan memiliki 25 karyawan yang merupakan karyawan tetap.
Sebelas karwayan diantaranya bertugas pada divisi produksi yang bertempat di
Kota Bandung.
4.2. Struktur Organisasi
Organisasi pada CV. Nur Khairunnisa terdiri atas 3 (tiga) divisi yaitu:
1. Divisi Personalia
2. Divisi Produksi
3. Divisi Pemasaran
Setiap divisi memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing, dan
ada keterkaitan antara divisi satu dengan divisi yang lainnya. Pada
46
pelaksanaannya, CV. Nur Khairunnisa dikepalai oleh Direktur yang membawahi
langsung Manager (Manager Personalia, Manager Produksi, dan Manager
Pemasaran). Setiap Manager memimpin langsung divisi dan para karyawannya.
Struktur organisasi CV. Nur Khairunnisa secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 1.
4.3. Gambaran Produk
CV. Nur Khairunnisa bergerak dalam bidang manufaktur khusus produksi
seragam sekolah. Perusahaan ini memproduksi seragam SD (Sekolah Dasar),
SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas) yang
terdiri masing-masing lima belas varian produk dan setiap varian produk memiliki
berbagai ukuran. Namun penelitian ini berfokus pada seragam sekolah SD
pramuka yang terdiri atas tujuh jenis seragam yakni, SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN, SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK, SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN, SD CELANA PRAMUKA PANJANG, SD CELANA PRAMUKA
PENDEK, SD CELANA PRAMUKA PENDEK, dan SD ROK PRAMUKA PENDEK
LIPIT.
Secara umum ketujuh jenis seragam tersebut memiliki 2 jenis bahan baku
yang berbeda. SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN, SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK, SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN menggunakan bahan baku kain
(Q) merk Famatex coklat muda, benang merk tambang warna coklat muda (S),
dan kancing (O) merk PDU coklat. Sedangkan SD CELANA PRAMUKA
PANJANG, SD CELANA PRAMUKA PENDEK, SD ROK PRAMUKA PANJANG
LIPIT, dan SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT menggunakan bahan baku kain
(R) merk Famatex coklat tua, benang (T) merk tambang warna coklat tua, dan
resleting (P) merk YKK.
47
Berikut merupakan daftar bahan baku untuk membuat satu pcs produk:
1. SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN, membutuhkan rata-rata 0,8m kain,
38m dan 7 buah kancing.
2. SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK, membutuhkan rata-rata 0,7 m kain, 26
m dan 9 buah kancing.
3. SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN, membutuhkan rata-rata 0,8 m kain, 30
m dan 7 buah kancing.
4. SD CELANA PRAMUKA PANJANG, membutuhkan rata-rata 0,9 m kain,
28 m dan 1 buah resleting.
5. SD CELANA PRAMUKA PENDEK, membutuhkan rata-rata 0,5 m kain, 20
m dan 1 buah resleting.
6. SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT, membutuhkan rata-rata 0,8 m kain,
38 m dan 1 buah resleting.
7. SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT, membutuhkan rata-rata 0,5 m kain,
28 m dan 1 buah resleting.
4.4. Proses Produksi
Terdapat tujuh tahapan yang harus dilakukan untuk memproduksi seragam
sekolah yaitu tahap pola (membuat pola pada kain), pemotongan atau
menggunting (cutting), jahit (sewing), quality control, setrika dan pengemasan
(packing). Tahapan tersebut sebagaimana diuraikan berikut ini dan secara
skematis dapat dilihat pada Gambar 4.1:
1. Pola
Tahap pola adalah tahap membuat pola pada bahan baku kain dengan
menggunakan pola dasar yang dimiliki oleh perusahaan. Pola dasar yang dimiliki
oleh perusahaan dijadikan sebagai pola acuan.
48
2. Pemotongan atau menggunting
Pemotongan atau pengguntingan adalah tahap yang dilakukan setelah
kain dibuat pola kemudian kain tersebut digunting dan disesuaikan dengan pola
yang ada. Pengguntingan harus dilakukan dengan hati-hati karena kalau tidak
sesuai dengan pola hal ini dapat mempersulit pada tahap selanjutnya dan hasilnya
nanti jadi kurang baik.
3. Jahit
Setelah selesai digunting kain yang sudah menjadi pola tersebut dijahit.
Kelebihan produk milik CV. Nur Khairunnisa dibandingkan dengan produk
perusahaan lainnya adalah pada proses jahitnya, yakni tidak ada benang yang
terputus selama proses jahit itu berlangsung dan ini menjadikan produk memiliki
kualitas yang baik.
4. Quality Control pertama
Quality Control pertama dilakukan dalam bentuk pengecekan setelah
melewati ketiga tahap sebelumnya yakni pola, gunting dan jahit. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui apakah ada produk yang cacat atau tidak sesuai standar.
Apabila ditemukan kesalahan atau cacat maka kembali ke proses jahit untuk
dilakukan perbaikan.
5. Setrika
Tahap setrika dilakukan setelah melewati Quality Control yang pertama,
setelah menjadi pakaian jadi kemudian dilakukan setrika agar pakaian tersebut
rapih dan mempermudah dalam melakukan pengemasan.
6. Quality Control kedua
Quality Control kedua dilakukan setelah proses setrika, hal ini dilakukan
untuk memastikan kembali dan memeriksa apakah ada pakaian yang rusak.
Apabila ditemukan pakaian yang rusak dan tidak bisa diperbaiki maka pakaian
49
Setrika
tersebut akan dijadikan sebagai barang no good yang membuat barang tersebut
disimpan dalam gudang.
7. Pengemasan
Tahap terakhir dari proses produksi adalah pengemasan. Tujuan dari
pengemasan itu sendiri adalah untuk melindungi produk dan memperpanjang
umur simpan produk yang dikemas. Pada tahap ini setiap satu produk dimasukkan
ke dalam satu plastik kemasan. Proses pengemasan ini dilakukan secara manual
dan umumnya dalam satu kemasan karton berisi dua lusin atau 24 pcs.
Gambar 4.1. Diagram Alur Proses Produksi
Pola
Gunting
Jahit Reject
T Y T
QC1 QC2 Pengemasan
Y
Sumber: Divisi Produksi, 2017
4.5. Pola Persediaan Bahan Baku CV. Nur Khairunnisa
Pola perencanaan dimulai membuat peramalan permintaan. Pola
peramalan pada perusahaan adalah dengan menyesuaikan jumlah produksi mulai
Agustus 2015 hingga Juli 2017.
Dari pola perencanaan tersebut dan dengan menggunakan daftar
kebutuhan bahan baku per unit produksi (Bill Of Material) akan didapat jumlah
bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pada
proses produksi.
50
Pola produksi pada perusahaan adalah make to stock dengan fokus
bagaimana permintaan dapat dipenuhi tepat pada waktunya. Sedangkan pola
permintaan bersifat tidak konstan. Perusahaan selalu berusaha menyelesaikan
pesanan yang diperoleh secara tepat waktu.
Pengelolaan bahan baku dilakukan langsung oleh Divisi Produksi. Bahan
baku kain dan benang yang digunakan berasal dari pasar domestik, pemesanan
akan dilakukan apabila:
1. Divisi Pemasaran memberikan informasi berupa masukan berupa data
penjualan kepada Divisi Perencanaan dan Produksi (proses – 1).
2. Divisi Perencanaan dan Produksi meninjau kapasitas produksi dan
menghitung persediaan bahan baku yang ada di gudang. Metode
perhitungan persediaan bahan baku cukup sederhana, yaitu dengan
menyesuaikan jumlah kebutuhan bahan baku dengan jumlah persediaan
yang ada di gudang untuk memenuhi order. Apabila jumlah persediaan di
gudang kurang maka jumlah bahan baku yang akan dibeli adalah sisa dari
kekurangan persediaan yang ada di gudang untuk memenuhi kebutuhan
order tersebut, kemudian membuat Perencanaan Produksi dan
Perencanaan kebutuhan bahan baku. Divisi Perencanan dan Produksi
melakukan pembelian sejumlah bahan baku yang dibutuhkan. Pembelian
disesuaikan dengan Purchase Order (PO) yang sudah ditetapkan untuk
proses pembelian kepada pemasok, pada PO sudah dicantumkan nama
pemasok, nomor pesanan, jumlah yang dipesan, harga dan tanggal
penerimaan barang tersebut (proses– 2).
3. Pemasok mengirimkan pesanan ke perusahaan pada Divisi Perencanaan
dan Produksi (proses – 3). Waktu yang dibutuhkan dari pemesanan
sampai bahan baku tiba di gudang (lead time) adalah satu hingga dua hari,
51
baik untuk kain, benang, kancing maupun resleting. Divisi Produksi akan
melakukan pembelian bahan baku kembali apabila stok persediaan di
gudang sebesar tinggal 20% dari jumlah persediaan dan perusahaan biasa
melakukan pembelian 12 kali dalam setahun (sebulan sekali). Secara
skematis, prosedur pembelian bahan baku ditujukkan pada Gambar 5.2.
Gambar 4.2. Prosedur Pembelian Bahan Baku CV. Nur Khairunnisa (2017)
Sumber: Divisi Produksi, 2017
Bahan baku yang disimpan di dalam gudang menjadi tanggungjawab Divisi
Produksi. Penyimpanan bahan baku kain dan benang menggunakan rak tersebut
agar bahan baku tersebut terjaga kualitasnya dan tersusun dengan rapih. Kain dan
benang dibungkus dengan plastik agar terhindar dari debu dan kotoran. Tidak ada
perawatan khusus terhadap bahan baku di gudang, gudang dibersihkan setiap
harinya oleh seorang petugas kebersihan. Keluar masuknya bahan baku
menggunakan sistem FIFO (First In First Out), yaitu bahan baku yang pertama kali
masuk ke gudang dikeluarkan terlebih dahulu dari gudang untuk proses produksi.
4.6. Data Penjualan
Tersaji pada Tabel 4.1. hingga Tabel 4.7. adalah data penjualan
perusahaan pada Agustus 2015 hingga Juli 2017 yang terbagi atas 4 kuartal
pertahun.
Proses - 2
Perencanaan dan Produksi Pemasok
Proses - 3
Proses - 1
Pemasaran
52
Tabel 4.1. Penjualan SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN Agustus 2015-Juli 2017
Q1
(pcs)
Q2
(pcs)
Q3
(pcs)
Q4
(pcs)
Q5
(pcs)
Q6
(pcs)
Q7
(pcs)
Q8
(pcs)
21 12 124
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 063 16 1 68 2 25
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 051 13 6 85 3
4 137
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 075 14 4 82 5 20 19 125
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 085 20 6 119 8 23 14 147
29 14 193
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 1016 18 11 95 21 22
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 0915 16 12 105 17
18 135
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 1118 30 9 100 16 38 15 131
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 1221 21 12 148 20 28 19 239
Sumber: Divisi Pemasaran, 2017 Tabel 4.2. Penjualan SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK Agustus 2015-Juli 2017
Q1
(pcs)
Q2
(pcs)
Q3
(pcs)
Q4
(pcs)
Q5
(pcs)
Q6
(pcs)
Q7
(pcs)
Q8
(pcs)
8 9 211
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 0613 5 3 166 10 7
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 0535 6 6 158 62
9 220
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 0733 16 21 170 17 13 8 173
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 0821 18 16 151 17 26 19 161
28 17 175
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 105 23 15 86 7 37
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 0914 20 17 108 7
6 134
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 1112 16 4 99 12 28 23 159
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 1217 42 9 184 43 60 17 236
Sumber: Divisi Pemasaran, 2017
53
Tabel 4.3. SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN Agustus 2015-Juli 2017 Q1
(pcs)
Q2
(pcs)
Q3
(pcs)
Q4
(pcs)
Q5
(pcs)
Q6
(pcs)
Q7
(pcs)
Q8
(pcs)
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 1213 22 6 24 12 43 8 43
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 1116 9 5 21 22 15 14 46
6 4 64
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 108 20 2 67 16 26
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 0911 5 4 53 26
14 86
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 0813 6 4 72 33 9 4 84
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 0718 16 4 68 28 26 2 88
18 5 59
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 066 7 4 39 5 11
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 059 11 5 32 6
3 63
Sumber: Divisi Pemasaran, 2017
Tabel 4.4 Penjualan SD CELANA PRAMUKA PANJANG Agustus 2015-Juli 2017
Q1
(pcs)
Q2
(pcs)
Q3
(pcs)
Q4
(pcs)
Q5
(pcs)
Q6
(pcs)
Q7
(pcs)
Q8
(pcs)
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 367 20 7 18 15 21 10 21
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 359 16 16 38 12 21 32 50
18 16 39
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 347 19 6 45 15 14
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 336 15 10 24 7
9 48
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 329 24 12 38 12 33 15 53
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 316 12 6 43 6 10 10 49
31 32 93
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 3023 16 16 72 32 25
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 2928 29 22 88 37
20 66
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 2821 48 18 132 22 46 21 126
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 2718 35 10 149 24 41 15 156
44 15 175
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 2616 19 8 142 20 25
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 2524 34 9 155 30
16 164
Sumber: Divisi Pemasaran, 2017
54
Tabel 4.5. Penjualan SD CELANA PRAMUKA PENDEK Agustus 2015-Juli 2017
Q1
(pcs)
Q2
(pcs)
Q3
(pcs)
Q4
(pcs)
Q5
(pcs)
Q6
(pcs)
Q7
(pcs)
Q8
(pcs)
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 367 11 8 43 14 10 12 39
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 356 20 12 38 3 17 9 46
14 37 67
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 345 10 24 43 7 14
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 335 16 28 53 9
23 52
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 3212 13 35 79 6 14 32 110
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 3121 25 16 73 13 29 17 94
15 32 124
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 3011 18 16 145 14 20
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 2919 16 21 116 26
21 147
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 2815 24 8 223 22 35 14 241
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 279 12 6 123 19 15 10 122
43 16 237
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 266 15 32 154 3 8
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 254 38 19 198 12
34 164
Sumber: Divisi Pemasaran, 2017
55
Tabel 4.6. Penjualan SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT Agustus 2015-Juli 2017
Q1
(pcs)
Q2
(pcs)
Q3
(pcs)
Q4
(pcs)
Q5
(pcs)
Q6
(pcs)
Q7
(pcs)
Q8
(pcs)
12 22 178
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 2611 34 5 132 10 32
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 256 9 11 139 8
12 169
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 274 11 9 104 10 18 17 115
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 289 21 18 101 12 29 30 116
20 28 150
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 3021 34 10 48 28 47
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 2916 18 21 130 23
13 88
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 316 43 2 84 10 41 8 96
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 328 24 7 50 9 24 10 59
23 15 33
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 348 33 7 35 7 42
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 3311 14 3 39 9
9 31
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 357 7 18 63 8 11 4 73
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 367 14 14 49 11 18 12 61
Sumber: Divisi Pemasaran, 2017
56
Tabel 4.7. Penjualan SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT Agustus 2015-Juli 2017
Q1
(pcs)
Q2
(pcs)
Q3
(pcs)
Q4
(pcs)
Q5
(pcs)
Q6
(pcs)
Q7
(pcs)
Q8
(pcs)
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 367 11 8 43 14 10 12 39
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 356 20 12 38 3 17 9 46
14 37 67
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 345 10 24 43 7 14
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 335 16 28 53 9
23 52
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 3212 13 35 79 6 14 32 110
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 3121 25 16 73 13 29 17 94
15 32 124
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 3011 18 16 145 14 20
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 2919 16 21 116 26
21 147
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 2815 24 8 223 22 35 14 241
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 279 12 6 123 19 15 10 122
43 16 237
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 266 15 32 154 3 8
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 254 38 19 198 12
34 164
Sumber: Divisi Pemasaran, 2017
Keterangan:
Q1 : Agustus-Oktober 2015
Q2 : November 2015-Januari 2016
Q3 : Februari-April 2016
Q4 : Mei-Juli 2016
Q5 : Agustus-Oktober 2016
Q6 : November 2016-Januari 2017
Q7 : Februari-April 2017
Q8 : Mei-Juli 2017
Dari tabel-tabel diatas tersaji pola penjualan yang musiman yang mana
pada kuartal 4 dan 8 penjualan meningkat signifikan. Hal ini disebabkan pada
kuartal tersebut merupakan tahun ajaran baru yang membentuk pola musiman.
57
4.7. Perkiraan Permintaan
4.7.1. Peramalan Penjualan
Akurasi metode peramalan produk dibuat dengan menggunakan metode
dan alat bantu software POM yang kemudian menunjukkan metode yang paling
tepat dengan akurasi yang paling baik. Peramalan yang dilakukan akan
menggunakan seluruh periode data yang tersedia yaitu Agustus 2015 hingga Juli
2017 dengan tidak memisah-misahkan data berdasarkan tahun. Teknik peramalan
yang digunakan yaitu Multiplicative Decomposition dan Additive Decomposition.
Parameter kesalahan yang akan menjadi patokan pemilihan teknik terbaik adalah
MAD atau Mean Absolute Deviation karena memiliki nilai kesalahan yang paling
kecil dibandingkan parameter-parameter kesalahan lainnya yaitu MAPE Dan MSE.
Tabel 4.8. Akurasi Metode Peramalan SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN
MAD MSE MAPE M. Peramalan
3,6 53,0 15,4% AD
7,2 79,5 140,0% MP
9,3 234,9 37,4% AD
13,9 306,3 252,2% MP
17,9 1022,3 41,3% AD
8,0 82,0 70,8% MP
9,2 300,9 17,6% AD
5,1 35,0 32,3% MP
6,6 155,6 12,6% AD
17,4 502,4 69,5% MP
2,5 10,5 6,9% AD
7,5 81,8 27,3% MP
4,1 27,9 11,8% AD
5,8 52,6 22,7% MP
6,1 93,1 10,1% AD
18,7 515,4 59,1% MP
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 10
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 05
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 06
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 07
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 08
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 09
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 11
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 12 Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
58
Tabel 4.9. Akurasi Metode Peramalan SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK
MAD MSE MAPE M. Peramalan
4,0 43,7 10,8% AD
11,5 189,5 65,3% MP
17,7 1079,5 30,3% AD
11,4 180,8 93,5% MP
13,4 608,8 25,5% AD
4,0 25,9 20,4% MP
2,7 12,7 9,8% AD
2,8 12,1 11,1% MP
12,4 413,5 25,0% AD
14,2 322,8 65,7% MP
8,0 191,0 32,6% AD
9,8 207,0 92,7% MP
27,6 2345,5 48,8% AD
11,0 160,3 56,4% MP
7,6 122,9 23,2% AD
9,1 265,1 14,5% MP
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 06
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 07
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 05
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 12
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 11
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 10
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 09
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 08
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
Tabel 4.10. Akurasi Metode Peramalan SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN
MAD MSE MAPE M. Peramalan
4,1 39,5 22,9% AD
5,7 53,7 55,7% MP
3,0 33,3 19,8% AD
4,9 42,3 71,2% MP
4,8 46,5 26,3% AD
3,3 30,3 79,9% MP
2,9 20,8 14,9% AD
4,3 28,1 59,3% MP
2,1 10,0 15,9% AD
3,6 19,7 54,1% MP
26,1 2122,9 63,5% AD
2,4 7,4 15,8% MP
3,2 15,2 19,3% AD
3,9 21,1 23,2% MP
5,0 48,0 33,3% AD
3,3 20,2 17,6% MP
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 09
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 08
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 06
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 07
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 05
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 12
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 11
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 10
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
59
Tabel 4.11. Akurasi Metode Peramalan SD CELANA PRAMUKA PANJANG
MAD MSE MAPE M. Peramalan
5,7 123,2 8,2% AD
2,7 13,4 8,8% MP
8,0 244,7 12,3% AD
3,5 16,5 13,5% MP
4,6 102,3 7,4% AD
0,3 0,2 1,2% MP
2,5 18,0 4,3% AD
1,6 5,5 5,0% MP
3,7 32,2 7,6% AD
1,8 5,3 5,3% MP
3,8 31,6 10,3% AD
3,0 11,3 10,3% MP
2,5 11,3 13,7% AD
1,5 2,9 13,4% MP
0,6 1,2 2,3% AD
2,5 11,0 14,1% MP
1,5 2,8 9,3% AD
2,6 8,6 20,1% MP
3,3 19,0 22,3% AD
2,0 10,9 18,3% MP
3,3 21,0 10,9% AD
2,5 8,2 14,1% MP
1,6 4,8 13,0% AD
1,2 3,0 11,3% MP
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 36
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 35
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 34
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 33
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 32
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 30
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 31
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 29
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 27
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 28
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 26
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 25
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017 Tabel 4.12. Akurasi Metode Peramalan SD CELANA PRAMUKA PENDEK
MAD MSE MAPE M. Peramalan
6,7 88,3 24,7% AD
7,5 111,2 31,0% MP
13,6 506,9 20,9% AD
2,9 12,2 27,7% MP
6,9 198,2 16,2% AD
2,0 5,3 13,6% MP
9,5 488,9 10,6% AD
2,3 9,8 9,1% MP
5,2 65,9 11,5% AD
2,4 8,5 11,0% MP
3,5 54,2 6,1% AD
0,7 0,8 2,7% MP
5,3 55,2 13,8% AD
5,2 38,7 19,8% MP
8,5 168,4 20,2% AD
7,2 82,3 35,0% MP
1,9 5,3 12,8% AD
2,8 11,2 16,5% MP
1,7 4,9 7,4% AD
1,7 6,3 10,0% MP
3,8 33,0 17,9% AD
2,4 8,5 22,2% MP
2,9 22,2 18,5% AD
2,3 7,8 19,0% MP
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 29
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 27
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 28
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 26
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 25
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 35
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 34
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 33
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 32
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 30
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 31
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 36 Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
60
Tabel 4.13. Akurasi Metode Peramalan SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT
MAD MSE MAPE M. Peramalan
7,2 185,6 11,5% AD
7,5 72,0 48,8% MP
11,6 335,4 22,4% AD
7,9 81,7 38,6% MP
6,5 188,4 15,2% AD
0,9 1,0 7,2% MP
4,2 63,4 7,2% AD
2,0 5,4 10,8% MP
2,6 18,4 6,6% AD
3,3 16,2 10,7% MP
3,8 32,3 9,5% AD
6,7 88,2 25,8% MP
18,5 1002,0 37,3% AD
2,4 8,7 15,3% MP
1,7 4,1 7,2% AD
1,7 3,9 9,9% MP
13,0 421,0 57,1% AD
4,2 27,2 31,1% MP
2,3 11,9 11,0% AD
2,6 10,3 16,7% MP
6,2 83,1 51,2% AD
4,2 39,5 54,8% MP
2,1 8,0 10,7% AD
2,2 12,0 12,4% MP
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 36
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 35
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 34
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 33
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 32
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 30
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 31
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 29
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 27
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 28
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 26
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 25
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017 Tabel 4.14 Akurasi Metode Peramalan SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT
MAD MSE MAPE M. Peramalan
6,5 87,7 52,6% AD
3,7 20,5 30,8% MP
4,5 76,3 10,8% AD
1,3 2,6 8,7% MP
5,7 72,7 35,7% AD
2,3 7,5 32,0% MP
3,9 41,7 19,1% AD
2,0 9,0 23,7% MP
3,8 41,1 21,3% AD
2,3 9,5 40,6% MP
4,9 56,3 25,2% AD
3,8 25,5 34,0% MP
3,0 19,9 21,0% AD
1,1 1,4 19,0% MP
4,0 74,5 19,7% AD
6,8 85,3 86,0% MP
1,5 3,2 8,3% AD
0,9 1,2 7,6% MP
0,9 2,1 6,0% AD
1,3 3,0 10,9% MP
3,1 17,0 13,8% AD
1,6 4,1 14,3% MP
2,9 14,2 38,8% AD
3,3 17,4 47,0% MP
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 32
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 33
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 34
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 35
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 36
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 30
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 31
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 29
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 27
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 28
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 26
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 25
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
61
Keterangan:
AD : Additive Decomposition
MD : Multiplicative Decomposition
Berdasarkan hasil pengujian akurasi menunjukkan bahwa peramalan
setiap produk memiliki akurasi tertinggi yang berbeda-beda. Sehingga, pemilihan
metode yang digunakan untuk setiap produk peramalan permintaan Agustus 2017
hingga Juli 2018 adalah yang memiliki nilai MAD, MSE dan SE nilai yang paling
kecil.
Pada dasarnya data dua periode tidaklah cukup untuk Time Series pola
musiman, hal ini disebabkan adanya keterbatasan data yang dimiliki.
Tabel 4.15. Ramalan Penjualan SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN Agustus 2017-Juli 2018
Q9
(pcs)
Q10
(pcs)
Q11
(pcs)
Q12
(pcs)TOTAL
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 055 34 14 202 255
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 065 38 3 224 270
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 0732 44 43 124 243
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 0825 39 32 147 243
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 0926 38 23 206 293
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 1032 30 20 176 258
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 1111 49 14 161 235
SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN 1231 37 22 277 367
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
62
Tabel 4.16. Ramalan Penjualan SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK Agustus 2017-Juli 2018
Q9
(pcs)
Q10
(pcs)
Q11
(pcs)
Q12
(pcs)TOTAL
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 0541 10 9 246 306
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 0639 33 42 209 323
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 0711 7 8 157 183
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 0818 27 18 171 234
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 098 25 19 116 168
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 108 40 21 117 186
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 1148 61 58 158 325
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK 1277 94 67 244 482
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017 Tabel 4.17. Ramalan Penjualan SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN Agustus 2017-Juli 2018
Q9
(pcs)
Q10
(pcs)
Q11
(pcs)
Q12
(pcs)TOTAL
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 058 20 8 49 85
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 066 12 5 53 76
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 0740 38 25 89 192
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 0841 11 6 108 166
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 0932 7 6 78 123
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 1031 40 27 93 191
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 1147 28 16 65 156
SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN 1216 55 12 44 127
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
63
Tabel 4.18. Ramalan Penjualan SD CELANA PRAMUKA PANJANG Agustus 2017-Juli 2018
Q9
(pcs)
Q10
(pcs)
Q11
(pcs)
Q12
(pcs)TOTAL
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 2543 57 32 179 311
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 2634 38 31 166 269
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 2730 47 22 161 260
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 2820 44 15 129 208
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 2944 38 36 102 220
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 3032 26 21 76 155
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 3110 14 11 49 84
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 3216 42 20 62 140
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 3311 25 19 46 101
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 3419 18 12 51 100
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 3523 31 35 59 148
SD CELANA PRAMUKA
PANJANG 3619 25 15 26 85
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
64
Tabel 4.19. Ramalan Penjualan SD CELANA PRAMUKA PENDEK Agustus 2017-Juli 2018
Q9
(pcs)
Q10
(pcs)
Q11
(pcs)
Q12
(pcs)TOTAL
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 2515 52 26 283 376
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 268 12 36 160 216
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 2722 18 13 130 183
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 2834 47 30 246 357
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 2935 23 35 131 224
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 3017 23 22 151 213
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 3122 37 28 87 174
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 3220 26 52 98 196
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 3312 17 42 82 153
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 348 17 33 59 117
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 356 19 13 40 78
SD CELANA PRAMUKA
PENDEK 3615 11 10 45 81
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
65
Tabel 4.20. Ramalan Penjualan SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT Agustus 2017-Juli 2018
Q9
(pcs)
Q10
(pcs)
Q11
(pcs)
Q12
(pcs)TOTAL
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 2513 18 21 277 329
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 2631 51 33 163 278
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 2719 27 26 121 193
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 2824 40 38 122 224
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 2929 25 31 193 278
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 3043 67 20 97 227
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 3119 49 15 98 181
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 3211 30 10 72 123
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 339 22 7 42 80
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 347 41 8 36 92
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 359 13 19 64 105
SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT 3613 21 19 66 119
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
66
Tabel 4.21. Ramalan Penjualan SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT Agustus 2017-Juli 2018
Q9
(pcs)
Q10
(pcs)
Q11
(pcs)
Q12
(pcs)TOTAL
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 251 20 1 99 121
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 2618 19 10 146 193
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 272 15 6 98 121
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 2814 19 12 91 136
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 2913 23 10 81 127
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 3012 27 15 48 102
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 316 16 3 42 67
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 3210 30 7 68 115
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 3311 25 3 40 79
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 348 25 8 38 79
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 3511 26 17 73 127
SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT 369 14 8 47 78
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
Keterangan:
Q8 : Agustus-Oktober 2017
Q9 : November 2017-Januari 2018
Q10 : Februari-April 2018
Q11 : Mei-Juli 2018
Tabel 4.15. hingga Tabel 4.21. merupakan hasil peramalan Agustus 2017- Juli
2018 berdasarkan hasil pengujian akurasi tertinggi.
4.7.2. Catatan Persediaan (IMF)
IMF berisi catatan tentang persediaan bahan baku. Produk A, B, dan C
adalah produk akhir atau barang jadi SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN, SD
67
BAJU PRAMUKA PENDEK LK, SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN, produk D, E,
F, dan G adalah produk akhir atau barang jadi SD CELANA PRAMUKA PANJANG,
SD CELANA PRAMUKA PENDEK, SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT, dan SD
ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT. Secara sistematis, IMF A, B, dan C dapat dilihat
pada Tabel 4.22. dan IMF D, E, F, dan G dapat dilihat pada Tabel 4.23.
Tabel 4.22. IMF A, B dan C
Item Persediaan Satuan
Kain (Q) 2 roll/30yard
Benang (S) 1 gulung/5000yard
Kancing Baju (O) 3 bungkus/1000pcs Sumber: Divisi Produksi, Juli 2017
Tabel 4.23. IMF D, E dan F
Item Persediaan Satuan
Kain (R) 2 roll/30yard
Benang (T) 1 gulung/5000yard
Resleting (P) 1 bungkus/120pcs Sumber: Divisi Produksi, Juli 2017
Sisa bahan baku di gudang per Juli 2017 di gudang terdapat sisa 2 roll kain
(Q), 2 roll kain (R). 1 gulung benang (S), 1 gulung benang (T), 3 bungkus kancing
(O), 1 bungkus resleting (P).
IMF dibuat per produk sejenis, A, B dan C dan D, E, F, dan G. Produk A, B
dan C (SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN, SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK,
SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN) terdiri dari komponen produk Q (kain coklat
muda), produk S (benang coklat muda) dan produk O (kancing baju) dan produk
D, E, F, G (SD CELANA PRAMUKA PANJANG, SD CELANA PRAMUKA
PENDEK, SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT, dan SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT) terdiri dari komponen produk R (kain coklat tua), produk T (benang
coklat tua) dan produk P (resleting).
68
4.7.3. Bill of Material (BoM)
Selain IMF, komponen penting yang dibutuhkan untuk membuat MRP
adalah BOM. BOM merupakan gambaran sistematis dari IMF yang lebih spesifik,
BOM dibuat dalam bentuk diagram dengan keterangan produk yang dihasilkan
dengan komponen bahan baku pembuatnya dan keterangan yang berupa tabel
mengenai jumlah bahan baku yang dibutuhkan serta sumber dari bahan baku itu
sendiri. BOM dibuat secara terpisah antara produk A (SD BAJU PRAMUKA
PANJANG WN) dapat dilihat pada Gambar 4.3., produk B (SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK) dapat dilihat pada Gambar 4.4., produk C (SD BAJU PRAMUKA
PENDEK WN) dapat dilihat pada Gambar 4.5., produk D (SD CELANA PRAMUKA
PANJANG) dapat dilihat pada Gambar 4.5., produk E (SD CELANA PRAMUKA
PENDEK) dapat dilihat pada Gambar 4.6., produk F (SD ROK PRAMUKA
PANJANG LIPIT) dapat dilihat pada Gambar 4.7. dan produk F (SD ROK
PRAMUKA PENDEK LIPIT) pada Gambar 4.8.
Gambar 4.3. BOM SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN
Sumber: Divisi Produksi, 2017
Produk A SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN yang terbuat dari
komponen atau item produk O berupa kancing baju, produk Q berupa kain dan
produk S berupa benang. Kebutuhan akan ke dua komponen item tersebut
LEVEL 0
LEVEL 1
LEVEL 2
(A) SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN
(H) BAJU SETENGAH JADI (O) KANCING BAJU
(Q) KAIN (S) BENANG
69
memiliki jumlah yang berbeda, untuk membuat satu produk A dibutuhkan 0,8 m
kain, 38 m benang dan 7 buah kancing. Produk A merupakan produk akhir yang
bersumber dari produk O, Q dan S dengan cara membuatnya, sedangkan produk
O, Q dan S didapat perusahaan dengan cara membeli dari luar.
Tabel 4.24. BOM SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN
Level Komponen Komponen dan Item Jumlah Sumber Lead Time
0 (A) SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN - Buat -
1 (H) BAJU SETENGAH JADI 1 Buat
1 (O) KANCING BAJU 7 buah Beli
2 (Q) KAIN 0,8 m Beli
2 (S) BENANG 38 m Beli Sumber: Divisi Produksi, 2017 Gambar 4.4. BOM SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK
Sumber: Divisi Produksi, 2017
Produk B SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK yang terbuat dari komponen
atau item produk O berupa kancing baju, produk Q berupa kain dan produk S
berupa benang. Kebutuhan akan ke dua komponen item tersebut memiliki jumlah
yang berbeda, untuk membuat satu produk B dibutuhkan 0,7 m kain, 26 m benang
dan 9 buah kancing. Produk A merupakan produk akhir yang bersumber dari
produk O, Q dan S dengan cara membuatnya, sedangkan produk O, Q dan S
didapat perusahaan dengan cara membeli dari luar.
LEVEL 0
LEVEL 1
LEVEL 2
(B) SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK
(I) BAJU SETENGAH
JADI
(O) KANCING BAJU
(Q) KAIN (S) BENANG
70
Tabel 4.25. BOM SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK
Level Komponen Komponen dan Item Jumlah Sumber Lead Time
0 (B) SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK - Buat -
1 (I) BAJU SETENGAH JADI 1 Buat
1 (O) KANCING BAJU 9 buah Beli
2 (Q) KAIN 0,7 m Beli
2 (S) BENANG 26 m Beli Sumber: Divisi Produksi, 2017 Gambar 4.5. BOM SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN
Sumber: Divisi Produksi, 2017
Produk C SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN yang terbuat dari komponen
atau item produk O berupa kancing baju, produk Q berupa kain dan produk S
berupa benang. Kebutuhan akan ke dua komponen item tersebut memiliki jumlah
yang berbeda, untuk membuat satu produk C dibutuhkan 0,8 m kain, 30 m benang
dan 7 buah kancing. Produk A merupakan produk akhir yang bersumber dari
produk O, Q dan S dengan cara membuatnya, sedangkan produk O, Q dan S
didapat perusahaan dengan cara membeli dari luar.
LEVEL 0
LEVEL 1
LEVEL 2
(C) SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN
(J) BAJU SETENGAH JADI (O) KANCING BAJU
(Q) KAIN (S) BENANG
71
Tabel 4.26. BOM SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN
Level Komponen Komponen dan Item Jumlah Sumber Lead Time
0 (C) SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN - Buat -
1 (J) BAJU SETENGAH JADI 1 Buat
1 (O) KANCING BAJU 7 buah Beli
2 (Q) KAIN 0,8 m Beli
2 (S) BENANG 30 m Beli Sumber: Divisi Produksi, 2017
Gambar 4.6. BOM SD CELANA PRAMUKA PANJANG
Sumber: Divisi Produksi, 2017
Produk D SD CELANA PRAMUKA PANJANG yang terbuat dari komponen
atau item produk P berupa resleting, produk Q berupa kain dan produk S berupa
benang. Kebutuhan akan ke dua komponen item tersebut memiliki jumlah yang
berbeda, untuk membuat satu produk D dibutuhkan 0,9 m kain, 28 m benang dan
1 buah resleting. Produk D merupakan produk akhir yang bersumber dari produk
P, R dan T dengan cara membuatnya, sedangkan produk P, R dan T didapat
perusahaan dengan cara membeli dari luar.
Tabel 4.27. BOM SD CELANA PRAMUKA PANJANG
Level Komponen Komponen dan Item Jumlah Sumber Lead Time
0 (D) SD CELANA PRAMUKA PANJANG - Buat -
1 (K) CELANA SETENGAH JADI 1 Buat
1 (P) RESLETING YKK 1 buah Beli
2 (R) KAIN 0,9 m Beli
2 (T) BENANG 28 m Beli Sumber: Divisi Produksi, 2017
LEVEL 0
LEVEL 1
LEVEL 2
(D) SD CELANA PRAMUKA PANJANG
(K) CELANA SETENGAH JADI (P) RESLETING YKK
(R) KAIN (T) BENANG
72
Gambar 4.7. BOM SD CELANA PRAMUKA PENDEK
Sumber: Divisi Produksi, 2017
Produk E SD CELANA PRAMUKA PENDEK yang terbuat dari komponen
atau item produk P berupa resleting, produk R berupa kain dan produk T berupa
benang. Kebutuhan akan ke dua komponen item tersebut memiliki jumlah yang
berbeda, untuk membuat satu produk E dibutuhkan 0,5 m kain, 20 m benang dan
1 buah resleting. Produk E merupakan produk akhir yang bersumber dari produk
P, R dan T dengan cara membuatnya, sedangkan produk P, R dan T didapat
perusahaan dengan cara membeli dari luar.
Tabel 4.28. BOM SD CELANA PRAMUKA PENDEK
Level Komponen Komponen dan Item Jumlah Sumber Lead Time
0 (E) SD CELANA PRAMUKA PENDEK - Buat -
1 (L) CELANA SETENGAH JADI 1 Buat
1 (P) RESLETING YKK 1 buah Beli
2 (R) KAIN 0,5 m Beli
2 (T) BENANG 20 m Beli Sumber: Divisi Produksi, 2017
LEVEL 0
LEVEL 1
LEVEL 2
(E) SD CELANA PRAMUKA PENDEK
(L) CELANA SETENGAH JADI (P) RESLETING YKK
(R) KAIN (T) BENANG
73
Gambar 4.8. BOM SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT
Sumber: Divisi Produksi, 2017
Produk F SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT yang terbuat dari
komponen atau item produk P berupa resleting, produk R berupa kain dan produk
T berupa benang. Kebutuhan akan ke dua komponen item tersebut memiliki
jumlah yang berbeda, untuk membuat satu produk F dibutuhkan 0,8 m kain, 38 m
benang dan 1 buah resleting. Produk F merupakan produk akhir yang bersumber
dari produk P, R dan T dengan cara membuatnya, sedangkan produk P, R dan T
didapat perusahaan dengan cara membeli dari luar.
Tabel 4.29. BOM SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT
Level Komponen Komponen dan Item Jumlah Sumber Lead Time
0 (F) SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT - Buat -
1 (M) ROK SETENGAH JADI 1 Buat
1 (P) RESLETING YKK 1 buah Beli
2 (R) KAIN 0,8 m Beli
2 (T) BENANG 38 m Beli Sumber: Divisi Produksi, 2017
LEVEL 0
LEVEL 1
LEVEL 2
(F) SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT
(M) ROK SETENGAH JADI (P) RESLETING YKK
(R) KAIN (T) BENANG
74
Gambar 4.9. BOM SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT
Sumber: Divisi Produksi, 2017
Produk G SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT yang terbuat dari komponen
atau item produk P berupa resleting, produk R berupa kain dan produk T berupa
benang. Kebutuhan akan ke dua komponen item tersebut memiliki jumlah yang
berbeda, untuk membuat satu produk G dibutuhkan 0,5 m kain, 28 m benang dan
1 buah resleting. Produk A merupakan produk akhir yang bersumber dari produk
P, R dan T dengan cara membuatnya, sedangkan produk P, R dan T didapat
perusahaan dengan cara membeli dari luar.
Tabel 4.30. BOM SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT
Level Komponen Komponen dan Item Jumlah Sumber Lead Time
0 (G) SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT - Buat -
1 (N) ROK SETENGAH JADI 1 Buat
1 (P) RESLETING YKK 1 buah Beli
2 (R) KAIN 0,5 m Beli
2 (T) BENANG 28 m Beli Sumber: Divisi Produksi, 2017
4.7.4. Master Production Schedule (MPS)
MPS adalah ringkasan skedul produksi produk jadi untuk periode mendatang
yang dirancang berdasarkan ramalan permintaan yang sudah dibuat sebelumnya.
LEVEL 0
LEVEL 1
LEVEL 2
(G) SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT
(N) ROK SETENGAH JADI (P) RESLETING YKK
(R) KAIN (T) BENANG
75
MPS untuk bahan baku kain dan benang dibuat dalam bentuk tabel, terdapat 8
komponen perhitungan yang terdiri atas:
1. Ramalan permintaan
2. Permintaan total, berasal dari penjumlahan antara ramalan permintaan
dengan pesanan aktual
3. Rencana kebutuhan bahan baku produksi, berasal dari permintaan total.
4. Banyaknya hari kerja perbulan.
5. Tingkat kebutuhan bahan baku produksi bulanan, berasal dari rencana
kebutuhan bahan baku produksi dibagi dengan banyakya hari kerja
perbulan.
6. Inventory awal yang merupakan persediaan awal.
7. Inventory yang tersedia berasal dari rencana kebutuhan bahan baku
produksi dijumlahkan dengan inventory awal.
8. Inventory akhir, berasal dari jumlah inventory yang tersedia dikurangi
dengan permintaan total dan inventory akhir ini akan menjadi inventory
awal untuk bulan berikutnya.
MPS Produk A, B dan C (SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN, SD BAJU
PRAMUKA PENDEK LK, SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN) dan MRP Produk
D, E, F, G (SD CELANA PRAMUKA PANJANG, SD CELANA PRAMUKA
PENDEK, SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT, dan SD ROK PRAMUKA
PENDEK LIPIT) dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.
4.8. Material Requirement Planning (MRP)
MRP merupakan sistem yang dibuat dengan tujuan menjamin tersedianya
material, menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum dan merencanakan
76
aktivitas penjadwalan juga pembelian. Setelah semua input data yang dibutuhkan
sudah terpenuhi yang diantaranya adalah IMF, BOM dan MPS kemudian tahap
selanjutnya adalah membuat MRP.
Hasil yang diperoleh dari perhitungan MRP didapat empat kali dalam
setahun perusahaan melakukan pemesanan atau pembelian kembali bahan baku
dan hal ini berbeda dengan jadwal pembelian yang biasa dilakukan perusahaan
sebanyak tiga kali dalam setahun. Lebih jelasnya proses perhitungan MRP dapat
di lihat pada Lampiran 4 untuk MRP produk produk A, B dan C (SD BAJU
PRAMUKA PANJANG WN, SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK, SD BAJU
PRAMUKA PENDEK WN) dan Lampiran 5 untuk produk D, E, F, dan G (SD
CELANA PRAMUKA PANJANG, SD CELANA PRAMUKA PENDEK, SD ROK
PRAMUKA PANJANG LIPIT, dan SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT).
4.8.1. Biaya Pemesanan dan Penyimpanan
Secara umum, total biaya pengendalian persediaan pada perusahaan
terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
1. Biaya pemesanan adalah biaya yang timbul akibat dari pembelian bahan
baku dan perusahaan mengirimkan PO kepada pemasok. Total biaya
pemesanan satu tahun diperoleh dengan mengalikan biaya pemesanan
per pesanan dengan banyaknya pemesanan selama satu tahun.
Komponen biaya pemesanan bahan baku kain, benang, kancing, dan
resleting meliputi biaya telepon dan biaya administrasi. Sedangkan biaya
bongkar muat dan biaya trnasportasi sudah menjadi tanggung jawab pihak
pemasok. Biaya telepon diperoleh dari jumlah menit per sekali pesan dan
dikalikan dengan tarif percakapan telepon per menit. Pemesanan lewat
77
telepon rata-rata membutuhkan waktu 3 menit. Biaya telepon memiliki tarif
sebesar Rp. 350,- per menit.
2. Biaya penyimpanan adalah biaya yang timbul akibat dari dilakukannya
penyimpanan bahan baku di gudang, baik bahan baku kain, benang,
kancing dan resleting disimpan di dalam gudang yang sama. Biaya
penyimpanan pada CV. Nur Khairunnsia hanya menitik beratkan pada
biaya penerangan, dan penerangan berupa listrik di gudang di gunakan
sejak sore hingga pagi hari. Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
penerangan gudang yang luasnya 40 m2 adalah sebesar Rp. 300.000,- per
bulan.
Tabel 4.31. Biaya Penyimpanan dan Setup
Biaya penyimpanan
ItemJumlah Persediaan
/tahun
Biaya Penyimpanan
/tahun (Rp)
Biaya Penyimpanan
/tahun/unit (Rp)
Biaya Penyimpanan
/bulan/unit (Rp)
Kain (Q) 105 roll/35yard 600.000 5.714 476
Kain (R) 139 roll/35yard 600.000 4.317 360
Benang (S) 32 gulung/5000yard 600.000 18.750 1563
Benang (T) 42 gulung/5000yard 600.000 14.286 1190
Kancing Baju (O) 45 bungkus/1000pcs 600.000 13.333 1111
Resleting (P) 67 bungkus/ 120pcs 600.000 8.955 746
Total 3.600.000 65.355 5446
Biaya Setup
Item Biaya Telepon (Rp) Biaya Pengiriman Biaya Setup (Rp)
Kain (Q) 1.050 25.000 26.050
Kain (R) 1.050 25.000 26.050
Benang (S) 1.050 5.000 6.050
Benang (T) 1.050 5.000 6.050
Kancing Baju (O) 1.050 5.000 6.050
Resleting (P) 1.050 5.000 6.050
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
78
4.8.2. Material Requirement Planning dengan Metode Lot for Lot
Ukuran lot yang ditentukan dalam teknik lot for lot adalah sebesar
kebutuhan bersih atau dengan kata lain memproduksi unit tepat sebesar berapa
yang dibutuhkan.
Hasil penyusunan MRP dengan teknik lot for lot menunjukkan bahwa terjadi
dua belas (12) kali pemesanan untuk komponen kain Q dan R, sebelas (11) kali
pemesanan untuk benang S dan benang T, sebelas (11) kali pemesanan untuk
kancing baju, dan sebelas (11) kali pemesanan untuk resleting.
4.8.3. Material Requirement Planning dengan Metode EOQ
Teknik EOQ merupakan teknik statistik yang menggunakan rata-rata
(seperti permintaan rata-rata untuk satu tahun).
Hasil penyusunan MRP dengan teknik EOQ menunjukkan bahwa terjadi
empat (4) kali pemesanan untuk komponen kain Q dan R, enam (6) kali
pemesanan untuk benang S dan benang T, lima (5) kali pemesanan untuk kancing
baju, dan enam (6) kali pemesanan untuk resleting.
4.8.4. Material Requirement Planning dengan Metode POQ
Teknik POQ sering disebut juga sebagai metode Uniform Order Sycle,
merupakan pengembangan dari metode EOQ untuk jumlah permintaan yang tidak
sama dalam beberapa periode. Rata-rata permintaan digunakan dalam model
EOQ untuk mendapatkan rata-rata jumlah permintaan per periode dan hasilnya
dibulatkan kedalam angka integer. Angka terakhir menunjukkan jumlah periode
waktu yang dicakup dalam setiap kali pemesanan.
Hasil penyusunan MRP dengan teknik POQ menunjukkan bahwa terjadi
tiga (3) kali pemesanan untuk komponen kain Q dan R, enam (6) kali pemesanan
79
untuk benang S dan benang T, enam (6) kali pemesanan untuk kancing baju, dan
enam (6) kali pemesanan untuk resleting.
4.8.5. Material Requirement Planning dengan Metode PPB
Teknik ini merupakan pendekatan yang lebih dinamis untuk
menyeimbangkan biaya setup dan penyimpanan. PPB menggunakan informasi
tambahan dengan mengubah ukuran lot untuk menggambarkan kebutuhan ukuran
lot berikutnya di masa yang akan datang. PPB mencoba menyeimbangkan biaya
setup dan penyimpanan untuk permintaan yang diketahui. Penyeimbangan
sebagian periode membuat sebuah economic part period (EPP) atau sebagian
periode ekonomis, yang merupakan perbandingan antara biaya setup dengan
biaya penyimpanan.
Hasil penyusunan MRP dengan teknik PPB menunjukkan bahwa terjadi
lima (5) kali pemesanan untuk komponen kain Q dan R, tujuh (7) kali pemesanan
untuk benang S dan benang T, sembilan (9) kali pemesanan untuk kancing baju,
dan Sembilan (9) kali pemesanan untuk resleting.
4.8.6. Material Requirement Planning dengan Metode Wagner-Whitin
Teknik ini menggunakan prosedur optimasi yang didasari model program
dinamis yang menambahkan beberapa kerumitan pada perhitungan ukuran lot.
Prosedur ini mengasumsikan sebuah horizon waktu yang terbatas di luar keadaan
di mana tidak ada kebutuhan bersih tambahan, prosedur ini memberikan hasil
yang baik.
Hasil penyusunan MRP dengan teknik Wagner-Whitin menunjukkan
bahwa terjadi tiga (3) kali pemesanan untuk komponen kain Q dan R, enam (6)
kali pemesanan untuk benang S, tujuh (7) kali pemesanan untuk benang T, enam
80
(6) kali pemesanan untuk kancing baju, dan tujuh (7) kali pemesanan untuk
resleting.
4.9. Biaya Total Bahan Baku
Secara umum dapat dilihat bahwa frekuensi pemesanan lebih sedikit ketika
menggunakan teknik POQ dan Walter-Whitin (Tabel 4.32.), sehingga teknik ini
menghasilkan biaya setup yang lebih rendah.
Tabel 4.32. Perbandingan Frekuensi Pemesanan dan Persediaan yang Timbul untuk setiap Teknik Lot Sizing
LFL EOQ POQ PPB WW LFL EOQ POQ PPB WW
Kain (Q) 12 4 3 5 3 0 96628 87108 264656 62832
Kain (R) 12 4 3 5 3 0 110520 85320 272880 66240
Benang (S) 11 6 6 7 6 0 42201 18756 98469 14067
Benang (T) 11 6 6 7 7 0 39270 17850 101150 8330
Kancing Baju (O) 11 5 6 9 6 0 33330 17776 179982 11110
Resleting (P) 12 6 6 9 7 0 41030 29094 211864 11936
ItemFrekuensi Pemesanan Persediaan yang Timbul
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
Arah proyeksi biaya total bahan baku untuk kelima teknik lot sizing yang
digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.33. Teknik POQ dan Walter-Whitin
menghasilkan biaya setup yang paling rendah untuk setiap komponen. Sedangkan
teknik lot for lot lebih unggul dengan menghasilkan penyimpanan nol rupiah untuk
setiap komponen bahan baku.
Tabel 4.33. Perbandingan Biaya Kelima Teknik Lot Sizing (dalam rupiah)
LFL EOQ POQ PPB WW LFL EOQ POQ PPB WW LFL EOQ POQ PPB WW
Kain (Q) 312600 104200 78150 130250 78150 0 96628 87108 264656 62832 312600 200828 165258 394906 140982
Kain (R) 312600 104200 78150 130250 78150 0 110520 85320 272880 66240 312600 214720 163470 403130 144390
Benang (S) 66550 36300 36300 42350 36300 0 42201 18756 98469 14067 66550 78501 55056 140819 50367
Benang (T) 66550 36300 36300 42350 42350 0 39270 17850 101150 8330 66550 75570 54150 143500 50680
Kancing Baju (O) 66550 30250 36300 54450 36300 0 33330 17776 179982 11110 66550 63580 54076 234432 47410
Resleting (P) 72600 36300 36300 54450 42350 0 41030 29094 211864 11936 72600 77330 65394 266314 54286
ItemBiaya Setup (Rp) Biaya Penyimpanan (Rp) Biaya Total Bahan Baku (Rp)
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
81
Berdasarkan perbandingan biaya yang ditunjukkan pada Tabel 4.33. dapat
disimpulkan bahwa pengadaan untuk seluruh komponen bahan baku optimum jika
menggunakan teknik Walter-Within karena memiliki biaya total bahan baku
terendah.
4.10. Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil pembahasan terdapat beberapa implikasi manajerial
yang perlu dilakukan oleh CV. Nur Khairunnisa. CV. Nur Khairunnisa perlu
memperkirakan dan menghitung proyeksi permintaan pelanggan di masa yang
akan datang agar dapat mempersiapkan sumber daya yang cukup. Proyeksi
permintaan akan datang yang dilakukan dengan metode-metode peramalan dapat
digunakan sebagai dasar penyusunan jadwal produksi induk serta dapat
digunakan sebagai panduan perusahaan dalam melaksanakan proses produksi
yang tepat waktu.
CV. Nur Khairunnisa sebaiknya memiliki pencatatan yang jelas dan
terperinci mengenai bahan baku yang masuk dan yang digunakan agar dapat
mencapai manajemen persediaan yang lebih baik. Ketelitian sangat dibutuhkan
dalam penerapan sistem pengadaan bahan baku dengan teknik MRP.
Pemesanan bahan baku perlu didasarkan pada perhitungan teknik-teknik
Lot sizing dan memilih teknik dengan biaya terendah. Teknik Wagner-Whitin
menghasilkan biaya total terendah untuk seluruh komponen bahan baku.
Teknik Wagner-Whitin menghasilkan biaya total yang paling rendah karena
rendahnya frekuensi pembelian bahan baku. Sehingga menghasilkan biaya setup
yang rendah yang signifikan mempengaruhi total biaya bahan baku.
Jadi, pengadaan komponen tersebut dapat didatangkan sesuai
penjadwalan pembelian bahan baku Walter-Whitin sesuai dengan kuantitas lot
82
bahan baku yang ditentukan. Cara ini menghasilkan frekuensi pemesanan yang
lebih jarang namun dengan biaya persediaan yang rendah sehingga dapat
menghemat biaya yang paling optimal.
Hasil analisis teknik yang paling optimum ini dapat berbeda jika diterapkan
pada kegiatan usaha yang berbeda pula. Hal ini dikarenakan setiap kegiatan bisnis
yang dijalankan oleh usaha kecil menengah memiliki ruang lingkup yang relatif
kecil sehingga terdapat kemungkinan keberagaman yang tinggi. Berbeda dengan
perusahaan besar yang memiliki tingkat permintaan yang relatif tetap dan sumber
daya yang lebih besar sehingga penyusunan MRP dapat dilakukan dengan teknik
lot sizing yang sama untuk semua komponen bahannya.
Resume hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan dapat dilihat
pada Tabel 4.34.
83
Tabel 4.34. Resume Hasil Penelitian
No Item Hasil
1 PeramalanMetode terbaik adalah Multiplicative
Decomposition dan Additive Decomposition
2Perkiraan Produksi SD BAJU
PRAMUKA PANJANG WN2164 pcs
3Perkiraan Produksi SD BAJU
PRAMUKA PENDEK LK2207 pcs
4Perkiraan Produksi SD BAJU
PRAMUKA PENDEK WN1116 pcs
5
Perkiraan Produksi SD
CELANA PRAMUKA
PANJANG
2081 pcs
6Perkiraan Produksi SD
CELANA PRAMUKA PENDEK2368 pcs
7Perkiraan Produksi SD ROK
PRAMUKA PANJANG LIPIT2229 pcs
8Perkiraan Produksi SD ROK
PRAMUKA PENDEK LIPIT1345 pcs
9
Wagner Within
Kain (Q) 105 roll/35yard
Kain (R) 139 roll/35yard
Benang (S) 32 gulung/5000yard
Benang (T) 42 gulung/5000yard
Kancing Baju (O) 45 bungkus/1000pcs
Resleting (P) 67 bungkus/120pcs
Persediaan:
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
Terkait dengan hasil dari analisa yang dilakukan mengenai perencanaan
kebutuhan material pada industri pakaian jadi di CV. Nur Khairunnisa, berikut
adalah implikasi manajerial bagi perusahaan:
1. Metode peramalan yang digunakan oleh perusahaan akan lebih baik lagi
jika perusahaan menggunakan metode peramalan yang diolah dengan
bantuan software POM for QM karena hasil peramalannya akan lebih
akurat dan ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh perusahaan
84
diantaranya adalah pencatatan data yang lebih baik lagi dan perencanaaan
dengan pendekatan ilmiah.
2. Perusahaan sebaiknya membuat rincian mengenai komponen biaya
persediaan bahan baku karena hal akan mempermudah pada proses
perhitungan dan dapat diketahui metode mana yang lebih baik atau metode
persediaan yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan.
3. Perusahaan diharapkan mempertimbangkan dalam hal penerapan sistem
MRP, karena dengan diterapkannya sistem MRP pada perusahaan akan
membuat penjadwalan menjadi lebih tepat dan diharapkan perusahaan
tidak akan mengalami kekurangan atau kelebihan bahan baku yang dapat
mengganggu kelancaran proses produksi.
85
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil dari MPS jumlah bahan baku utama untuk produk A, B
dan C (SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN, SD BAJU PRAMUKA
PENDEK LK, SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN) satu tahun didapat
bahwa untuk bulan pertama, kedua dan ketiga masing-masing dibutuhkan
154 m kain Q, 6.492 m benang S, dan kancing baju 1.732 buah, bulan
keempat, kelima dan keenam masing-masing dibutuhkan 204 m kain Q,
8.598 m benang S, dan kancing baju 2.212 buah, bulan ketujuh, kedelapan
dan kesembilan masing-masing dibutuhkan 128 m kain Q, 5.313 m benang
S, dan kancing baju 1.433 buah, bulan sepuluh, kesebelas dan keduabelas
masing-masing dibutuhkan 860 m kain Q, 37.295 m benang S, dan kancing
baju 9.461 buah. Sedangkan produk D, E, F, dan G (SD CELANA
PRAMUKA PANJANG, SD CELANA PRAMUKA PENDEK, SD ROK
PRAMUKA PANJANG LIPIT, dan SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT)
satu tahun didapat bahwa untuk bulan pertama, kedua dan ketiga masing-
masing dibutuhkan 200 m kain R, 8.185 m benang T, dan resleting 286
buah, bulan keempat, kelima dan keenam masing-masing dibutuhkan 319
m kain R, 13.328 m benang T, dan resleting 457 buah, bulan ketujuh,
kedelapan dan kesembilan masing-masing dibutuhkan 822 m kain R,
34.465 m benang T, dan resleting 11.865 buah, dan bulan kesepuluh,
kesebelas dan keduabelas dibutuhkan 1.035 m kain R, 45.645 m benang
86
86
T, dan resleting 1.613 buah. Ramalan permintaan dibuat dengan metode
dekomposisi yaitu, multiplicative decomposition dan additive
decomposition. Metode ini terpilih karena memilki tingkat akurasi yang
paling baik untuk produk yang memiliki pola dasar musiman. Dengan
dibuatnya MPS akan mempermudah perusahaan dalam memperkirakan
jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk memenuhi peramalan
permintaan dan perusahaan dapat memperkiraan jumlah biaya yang
diperlukan terlebih untuk satu tahun periode tersebut.
2. Metode Wagner-Whitin adalah metode lot sizing yang paling optimum yang
memiliki kakteristik sesuai dengan kondisi perusahaan, dengan
menghitung besar kuantitas pembelian optimum (Q*) untuk bahan baku
utama dan hal ini akan membuat perusahaan dapat menentukan jumlah
pemesanan yang paling ekonomis. Metode ini memperkirakan perusahaan
akan melakukan pemesanan pembelian bahan baku untuk produk kain Q
dan R sebanyak tiga kali, benang S sebanyak enam kali, benang T
sebanyak tujuh kali, kancing baju sebanyak sembilan kali, dan resleting
sebanyak sembilan kali. Karena sudah dihitung jumlah pemesanan
optimum (Q*), maka pembelian sebanyak kuantitas tersebut akan lebih
efektif serta efisien sesuai dengan kondisi perusahaan.
87
87
5.2. Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan sebagai bahan pertimbangan
perusahaan, yaitu:
1. Perusahaan membuat pencatatan data yang lebih baik lagi, karena
dengan data yang baik akan mempermudah pihak perusahaaan dalam
menganalisa keadaan atau kondisi perusahaan.
2. Perusahaan membuat peramalan tidak hanya berpatokan pada metode
yang sebelumnya tetapi lebih kepada pendekatan ilmiah, karena hasil yang
diperoleh akan lebih tepat dan akurat seperti yang sudah dilakukan oleh
peneliti.
3. Perusahaan mempertimbangkan dalam hal menerapkan metode MRP
yang dapat membuat perencanaan secara tepat juga mengoptimalkan
biaya yang akan dikeluarkan, sehingga akan menghasilkan keuntungan
yang lebih besar bagi perusahaan.
88
DAFTAR PUSTAKA
Anggriana, Katarina Zita. 2015. Analisis Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Busbar Berdasarkan Sistem MRP (Material Requirement Planning) di PT. TIS. Jurnal PASTI Volume IX(Online), No 3, 320-337. (publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/pasti/article/view/495, diakses tanggal 17 Juni 2017).
Aulia, Nurul. 2010. Penerapan Metode Material Requirement Planning pada Industri Kecil Tenun Tengku Agung Pekanbaru. Skripsi. Tidak dipublikasikan. (http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/62651, diakses tanggal 9 April 2017).
Ayu, Ella Dewi Retnaning Suwandi. 2014. Perencanaan Produksi Cat Genteng Duta Paint untuk Mengurangi Overstock. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Sistem Industri, Vol. 3 No.2. (jrmsi.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jrmsi/article/download/210/240, diakses 22 April 2017).
Badan Pusat Statistik (BPS), diakses dari http://www.bps.go.id/, diakses pada tanggal 20 April 2017 pada pukul 20.30 WITA.
Chase, Richard B., Nicholas J. Aquilano, and F. Robert. 2001. Operation Management for Competitive Advantage. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Dewi, Putri Sari, dan Saroso, Dana S. 2014. Implementasi Material Requirement Planning (MRP) pada Perencanaan Persediaan Material Panel Listrik di PT. TIS. Sinergi Volume 20 (Online), No 1, 320-337. (publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/sinergi/article/view/260, diakses tanggal 17 Juni 2017).
Febian, Putri. 2011. Analisa Perencanaan Kebutuhan Material pada Industri Pakaian Jadi PT. Lestari Dini Tunggul. Skripsi. Tidak dipublikasikan. (http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/52447, diakses tanggal 9 April 2017).
Haming, Murdifin dan Mahmud Nurnajamuddin. 2014. Manajemen Produksi Mordern: Operasi Manufaktur dan Jasa. Buku Dua Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Heizer, Jay, dan Barry Render. 2014. Manajemen Operasi. Edisi Kesebelas. Terjemahan oleh Kurnia Hirson, dkk. 2015. Jakarta: Salemba Empat
Herjanto, E. 2008. Manajemen Operasi. Edisi Ketiga. Jakarta:Grasindo. Nasution, Arman Hakim dan Yudha Prasetyawan. 2008. Perencanaan dan
Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Simanjuntak, Lia Hartati. 2014. Prediksi Jumlah Permintaan Barang Musiman
Menggunakan Metode Holt-Winters. Skripsi. Tidak dipublikasikan. (repository.usu.ac.id/handle/123456789/42617, diakses 22 April 2017).
89
Surianto, Agus. 2013. Penerapan Metode Material Requirement Planning (MRP) di PT. Bokormas Mojokerto. Skripsi. Tidak dipublikasikan. (jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/557, diakses tanggal 17 Juni 2017).
Suwandi, Adi., dkk. 2015. Peramalan Data Time Series dengan Metode Penghalusan Eksponensial Hot-Winter. Skripsi. Tidak dipublikasikan. (repository.unhas.ac.id/handle/123456789/13834, diakses 22 April 2017
90
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI CV. NUR KHAIRUNNISA
Direktur
Manajer Personalia
Kurir
Manajer Produksi
Pola
Cutting
Sewing
Packaging
Manajer Pemasaran
Kepala Toko
91
Lampiran 2. MPS Produk A, B dan C (SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN, SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK, SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN)
Item (Permintaan, Produksi, Inventory) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12
a. Kain (Q) 154 154 154 204 204 204 128 128 128 860 860 860
b. Benang (S) 6492 6492 6492 8598 8598 8598 5313 5313 5313 37295 37295 37295
c. Kancing Baju (O) 1732 1732 1732 2212 2212 2212 1433 1433 1433 9461 9461 9461
a. Kain (Q) 154 154 154 204 204 204 128 128 128 860 860 860
b. Benang (S) 6492 6492 6492 8598 8598 8598 5313 5313 5313 37295 37295 37295
c. Kancing Baju (O) 1732 1732 1732 2212 2212 2212 1433 1433 1433 9461 9461 9461
a. Kain (Q) 154 154 154 204 204 204 128 128 128 860 860 860
b. Benang (S) 6492 6492 6492 8598 8598 8598 5313 5313 5313 37295 37295 37295
c. Kancing Baju (O) 1732 1732 1732 2212 2212 2212 1433 1433 1433 9461 9461 9461
(4) Banyaknya Hari Kerja Perbulan 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
a. Kain (Q) 6 6 6 8 8 8 5 5 5 34 34 34
b. Benang (S) 260 260 260 344 344 344 213 213 213 1492 1492 1492
c. Kancing Baju (O) 69 69 69 88 88 88 57 57 57 378 378 378
a. Kain (Q) 64
b. Benang (S) 13716
c. Kancing Baju (O) 1000
(1) Ramalan Permintaan
(2) Permintaan Total
(3) Rencana Kebutuhan Bahan Baku Produksi (2)
(5) Kebutuhan Bahan Baku Harian (3)/(4)
(6) Inventory awal
92
a. Kain (Q) 218 154 154 204 204 204 128 128 128 860 860 860
b. Benang (S) 20208 6492 6492 8598 8598 8598 5313 5313 5313 37295 37295 37295
c. Kancing Baju (O) 2732 1732 1732 2212 2212 2212 1433 1433 1433 9461 9461 9461
a. Kain (Q) 64 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
b. Benang (S) 13716 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
c. Kancing Baju (O) 1000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(7) Inventory yang Tersedia =(3) + (6)
(8) Inventory Akhir = (7)-(2)
93
Lampiran 3. MPS Produk D, E, F, dan G (SD CELANA PRAMUKA PANJANG, SD CELANA PRAMUKA PENDEK, SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT, dan SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT)
Item (Permintaan, Produksi, Inventory) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12
a. Kain (R) 200 200 200 319 319 319 221 221 221 1035 1035 1035
b. Benang (T) 8185 8185 8185 13328 13328 13328 8839 8839 8839 45645 45645 45645
c. Resleting (P) 286 286 286 457 457 457 319 319 319 1613 1613 1613
a. Kain (R) 200 200 200 319 319 319 221 221 221 1035 1035 1035
b. Benang (T) 8185 8185 8185 13328 13328 13328 8839 8839 8839 45645 45645 45645
c. Resleting (P) 286 286 286 457 457 457 319 319 319 1613 1613 1613
a. Kain (R) 200 200 200 319 319 319 221 221 221 1035 1035 1035
b. Benang (T) 8185 8185 8185 13328 13328 13328 8839 8839 8839 45645 45645 45645
c. Resleting (P) 286 286 286 457 457 457 319 319 319 1613 1613 1613
(4) Banyaknya Hari Kerja Perbulan 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
a. Kain (R) 8 8 8 13 13 13 9 9 9 41 41 41
b. Benang (T) 327 327 327 533 533 533 354 354 354 1826 1826 1826
c. Resleting (P) 11 11 11 18 18 18 13 13 13 65 65 65
(6) Inventory awal
a. Kain (R) 32
b. Benang (T) 9144
c. Resleting (P) 1000
(1) Ramalan Permintaan
(2) Permintaan Total
(3) Rencana Kebutuhan Bahan Baku Produksi (2)
(5) Kebutuhan Bahan Baku Bulanan (3)/(4)
94
a. Kain (R) 232 200 200 319 319 319 221 221 221 1035 1035 1035
b. Benang (T) 17329 8185 8185 13328 13328 13328 8839 8839 8839 45645 45645 45645
c. Resleting (P) 1286 286 286 457 457 457 319 319 319 1613 1613 1613
a. Kain (R) 32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
b. Benang (T) 9144 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
c. Resleting (P) 1000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(7) Inventory yang Tersedia =(3) + (6)
(8) Inventory Akhir = (7)-(2)
95
Lampiran 4. MRP Produk A, B dan C (SD BAJU PRAMUKA PANJANG WN, SD BAJU PRAMUKA PENDEK LK, SD BAJU PRAMUKA PENDEK WN)
Item name (low level) Pers. Awal pd1 pd2 pd3 pd4 pd5 pd6 pd7 pd8 pd9 pd10 pd11 pd12
Kebutuhan Kotor 213 213 213 272 272 272 173 173 173 1171 1171 1171
Persediaan di Tangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kebutuhan Bersih 213 213 213 272 272 272 173 173 173 1171 1171 1171
Rencana Pemesanan 213 213 213 272 272 272 173 173 173 1171 1171 1171
Kebutuhan Kotor 1732 1732 1732 2212 2212 2212 1433 1433 1433 9461 9461 9461
Persediaan di Tangan 3000 3000 1268 3944 2212 0 3645 1433 0 1433 0 0 0
Kebutuhan Bersih 1732 1732 1732 2212 2212 2212 1433 1433 1433 9461 9461 9461
Rencana Pemesanan 0 6944 0 0 5857 0 0 2866 0 9461 9461 9461
Kebutuhan Kotor 213 213 213 272 272 272 173 173 173 1171 1171 1171
Persediaan di Tangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kebutuhan Bersih 213 213 213 272 272 272 173 173 173 1171 1171 1171
Rencana Pemesanan 213 213 213 272 272 272 173 173 173 1171 1171 1171
BAJU PRAMUKA ( 0) (pcs)
KANCING BAJU ( 1) (pcs)
BAJU SETENGAH JADI ( 1) (pcs)
96
Kebutuhan Kotor 154 154 154 204 204 204 128 128 128 860 860 860
Persediaan di Tangan 64 64 512 358 204 0 588 385 256 128 0 1719 860
Kebutuhan Bersih 154 154 154 204 204 204 128 128 128 860 860 860
Rencana Pemesanan 602 0 0 0 792 0 0 0 0 2579 0 0
Kebutuhan Kotor 6492 6492 6492 8598 8598 8598 5313 5313 5313 372948 372948 372948
Persediaan di Tangan 13716 13716 7224 6492 8598 0 13911 5313 0 5313 0 0 0
Kebutuhan Bersih 6492 6492 6492 8598 8598 8598 5313 5313 5313 372948 372948 372948
Rencana Pemesanan 0 5760 0 0 22509 0 0 10626 0 372948 372948 372948
BENANG ( 2) (m)
KAIN ( 2) (m)
97
Lampiran 5. MRP Produk D, E, F, dan G (SD CELANA PRAMUKA PANJANG, SD CELANA PRAMUKA PENDEK, SD ROK PRAMUKA PANJANG LIPIT, dan SD ROK PRAMUKA PENDEK LIPIT)
Item name (low level) Pers. Awal pd1 pd2 pd3 pd4 pd5 pd6 pd7 pd8 pd9 pd10 pd11 pd12
Kebutuhan Kotor 286 286 286 457 457 457 319 319 319 1613 1613 1613
Persediaan di Tangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kebutuhan Bersih 286 286 286 457 457 457 319 319 319 1613 1613 1613
Rencana Pemesanan 286 286 286 457 457 457 319 319 319 1613 1613 1613
Kebutuhan Kotor 286 286 286 457 457 457 319 319 319 1613 1613 1613
Persediaan di Tangan 120 120 286 0 457 0 776 319 0 319 0 0 0
Kebutuhan Bersih 286 286 286 457 457 457 319 319 319 1613 1613 1613
Rencana Pemesanan 452 0 743 0 1232 0 0 638 0 1613 1613 1613
Kebutuhan Kotor 286 286 286 457 457 457 319 319 319 1613 1613 1613
Persediaan di Tangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kebutuhan Bersih 286 286 286 457 457 457 319 319 319 1613 1613 1613
Rencana Pemesanan 286 286 286 457 457 457 319 319 319 1613 1613 1613
CELANA/ROK PRAMUKA ( 0) (pcs)
RESLETING ( 1) (pcs)
CELANA/ROK SETENGAH JADI ( 1) (pcs)
98
Kebutuhan Kotor 200 200 200 319 319 319 221 221 221 1035 1035 1035
Persediaan di Tangan 32 32 720 519 319 0 981 663 442 221 0 2070 1035
Kebutuhan Bersih 200 200 200 319 319 319 221 221 221 1035 1035 1035
Rencana Pemesanan 888 0 0 0 1300 0 0 0 0 3104 0 0
Kebutuhan Kotor 8185 8185 8185 13328 13328 13328 8839 8839 8839 45645 45645 45645
Persediaan di Tangan 9144 9144 959 8185 0 13328 0 8839 0 8839 0 0 0
Kebutuhan Bersih 8185 8185 8185 13328 13328 13328 8839 8839 8839 45645 45645 45645
Rencana Pemesanan 0 15410 0 26656 0 22167 0 17678 0 45645 45645 45645
BENANG ( 2) (m)
KAIN ( 2) (m)
99
Lampiran 6. Hasil Perhitungan Lot Sizing
1. Bahan baku Kain Q
WW
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 476,00
Setup Cost
Rp. 26050,00
Initial Inventory 2
Period 1 4 15 13 6188 26050
Period 2 4 9 4284
Period 3 4 5 2380
Period 4 5 0
Period 5 5 21 16 7616 26050
Period 6 6 10 4760
Period 7 3 7 3332
Period 8 3 4 1904
Period 9 4 0
Period 10 22 67 45 21420 26050
Period 11 22 23 10948
Period 12 23 0
Totals 105 103 132 62832 78150
Average demand 8,75
Total cost = 140982 LFL
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 476,00
Setup Cost
Rp. 26050,00
Initial Inventory 2
Period 1 4 2 0 26050
Period 2 4 4 0 26050
Period 3 4 4 0 26050
Period 4 5 5 0 26050
Period 5 5 5 0 26050
Period 6 6 6 0 26050
Period 7 3 3 0 26050
Period 8 3 3 0 26050
Period 9 4 4 0 26050
Period 10 22 22 0 26050
Period 11 22 22 0 26050
Period 12 23 23 0 26050
Totals 105 103 0 0 312600
Average demand 8,75
Total cost = 312600
100
EOQ
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 476,00
Setup Cost
Rp. 26050,00
Initial Inventory 2
Period 1 4 31 29 13804 26050
Period 2 4 25 11900
Period 3 4 21 9996
Period 4 5 16 7616
Period 5 5 11 5236
Period 6 6 5 2380
Period 7 3 2 952
Period 8 3 31 30 14280 26050
Period 9 4 26 12376
Period 10 22 4 1904
Period 11 22 31 13 6188 26050
Period 12 23 31 21 9996 26050
Totals 105 124 203 96628 104200
Average demand 8,75 EOQ = 31
Total cost = 200828 POQ
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 476,00
Setup Cost
Rp. 26050,00
Initial Inventory 2
Period 1 4 15 13 6188 26050
Period 2 4 9 4284
Period 3 4 5 2380
Period 4 5 0
Period 5 5 17 12 5712 26050
Period 6 6 6 2856
Period 7 3 3 1428
Period 8 3 0
Period 9 4 71 67 31892 26050
Period 10 22 45 21420
Period 11 22 23 10948
Period 12 23 0
Totals 105 103 183 87108 78150
Average demand 8,75 EOQ = 31
Total cost = 165258 POQ = 4
101
PPB
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 476,00
Setup Cost
Rp. 26050,00
Initial Inventory 2
Period 1 4 20 18 8568 26050
Period 2 4 14 6664
Period 3 4 10 4760
Period 4 5 5 2380
Period 5 5 17 17 8092 26050
Period 6 6 16 27 12852 26050
Period 7 3 24 11424
Period 8 3 21 9996
Period 9 4 71 88 41888 26050
Period 10 22 67 133 63308 26050
Period 11 22 111 52836
Period 12 23 88 41888
Totals 105 191 556 264656 130250
Average demand 8,75
Total cost = 394906
2. Bahan baku Kain R
WW
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 360,00
Setup Cost
Rp. 26050,00
Initial Inventory 2
Period 1 5 22 19 6840 26050
Period 2 5 14 5040
Period 3 6 8 2880
Period 4 8 0
Period 5 8 34 26 9360 26050
Period 6 9 17 6120
Period 7 5 12 4320
Period 8 5 7 2520
Period 9 7 0
Period 10 27 81 54 19440 26050
Period 11 27 27 9720
Period 12 27 0
Totals 139 137 184 66240 78150
Average demand 11,58
Total cost = 144390
102
LFL
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 360,00
Setup Cost
Rp. 26050,00
Initial Inventory 2
Period 1 5 3 0 26050
Period 2 5 5 0 26050
Period 3 6 6 0 26050
Period 4 8 8 0 26050
Period 5 8 8 0 26050
Period 6 9 9 0 26050
Period 7 5 5 0 26050
Period 8 5 5 0 26050
Period 9 7 7 0 26050
Period 10 27 27 0 26050
Period 11 27 27 0 26050
Period 12 27 27 0 26050
Totals 139 137 0 0 312600
Average demand 11,58
Total cost = 312600 EOQ
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 360,00
Setup Cost
Rp. 26050,00
Initial Inventory 2
Period 1 5 41 38 13680 26050
Period 2 5 33 11880
Period 3 6 27 9720
Period 4 8 19 6840
Period 5 8 11 3960
Period 6 9 2 720
Period 7 5 41 38 13680 26050
Period 8 5 33 11880
Period 9 7 26 9360
Period 10 27 41 40 14400 26050
Period 11 27 13 4680
Period 12 27 41 27 9720 26050
Totals 139 164 307 110520 104200
Average demand 11,58 EOQ = 41
Total cost = 214720
103
POQ
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 360,00
Setup Cost
Rp. 26050,00
Initial Inventory 2
Period 1 5 22 19 6840 26050
Period 2 5 14 5040
Period 3 6 8 2880
Period 4 8 0
Period 5 8 27 19 6840 26050
Period 6 9 10 3600
Period 7 5 5 1800
Period 8 5 0
Period 9 7 88 81 29160 26050
Period 10 27 54 19440
Period 11 27 27 9720
Period 12 27 0
Totals 139 137 237 85320 78150
Average demand 11,58 EOQ = 41
Total cost = 163470 POQ = 4 PPB
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 360,00
Setup Cost
Rp. 26050,00
Initial Inventory 2
Period 1 5 30 27 9720 26050
Period 2 5 22 7920
Period 3 6 16 5760
Period 4 8 8 2880
Period 5 8 27 27 9720 26050
Period 6 9 26 44 15840 26050
Period 7 5 39 14040
Period 8 5 34 12240
Period 9 7 88 115 41400 26050
Period 10 27 81 169 60840 26050
Period 11 27 142 51120
Period 12 27 115 41400
Totals 139 252 758 272880 130250
Average demand 11,58
Total cost = 403130
104
3. Bahan baku Benang S
WW
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 1563,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 1
Period 1 1 0
Period 2 1 4 3 4689 6050
Period 3 2 1 1563
Period 4 1 0
Period 5 2 5 3 4689 6050
Period 6 2 1 1563
Period 7 1 0
Period 8 1 2 1 1563 6050
Period 9 1 0
Period 10 6 6 0 6050
Period 11 6 6 0 6050
Period 12 8 8 0 6050
Totals 32 31 9 14067 36300
Average demand 2,67
Total cost = 50367 LFL
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 1563,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 1
Period 1 1 0
Period 2 1 1 0 6050
Period 3 2 2 0 6050
Period 4 1 1 0 6050
Period 5 2 2 0 6050
Period 6 2 2 0 6050
Period 7 1 1 0 6050
Period 8 1 1 0 6050
Period 9 1 1 0 6050
Period 10 6 6 0 6050
Period 11 6 6 0 6050
Period 12 8 8 0 6050
Totals 32 31 0 0 66550
Average demand 2,67
Total cost = 66550
105
EOQ
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 1563,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 1
Period 1 1 0
Period 2 1 5 4 6252 6050
Period 3 2 2 3126
Period 4 1 1 1563
Period 5 2 5 4 6252 6050
Period 6 2 2 3126
Period 7 1 1 1563
Period 8 1 0
Period 9 1 5 4 6252 6050
Period 10 6 5 3 4689 6050
Period 11 6 5 2 3126 6050
Period 12 8 10 4 6252 6050
Totals 32 35 27 42201 36300
Average demand 2,67 EOQ = 5
Total cost = 78501
POQ
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 1563,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 1
Period 1 1 0
Period 2 1 3 2 3126 6050
Period 3 2 0
Period 4 1 3 2 3126 6050
Period 5 2 0
Period 6 2 3 1 1563 6050
Period 7 1 0
Period 8 1 2 1 1563 6050
Period 9 1 0
Period 10 6 12 6 9378 6050
Period 11 6 0
Period 12 8 8 0 6050
Totals 32 31 12 18756 36300
Average demand 2,67 EOQ = 5
Total cost = 55056 POQ = 2
106
PPB
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 1563,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 1
Period 1 1 0
Period 2 1 4 3 4689 6050
Period 3 2 1 1563
Period 4 1 3 3 4689 6050
Period 5 2 5 6 9378 6050
Period 6 2 3 7 10941 6050
Period 7 1 6 9378
Period 8 1 2 7 10941 6050
Period 9 1 6 9378
Period 10 6 12 12 18756 6050
Period 11 6 6 9378
Period 12 8 8 6 9378 6050
Totals 32 37 63 98469 42350
Average demand 2,67
Total cost = 140819
4. Bahan baku Benang T
WW
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 1190,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 1
Period 1 1 0
Period 2 1 3 2 2380 6050
Period 3 2 0
Period 4 2 4 2 2380 6050
Period 5 2 0
Period 6 3 4 1 1190 6050
Period 7 1 0
Period 8 2 4 2 2380 6050
Period 9 2 0
Period 10 8 8 0 6050
Period 11 8 8 0 6050
Period 12 9 9 0 6050
Totals 41 40 7 8330 42350
Average demand 3,42
Total cost = 50680
107
LFL
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 1190,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 1
Period 1 1 0
Period 2 1 1 0 6050
Period 3 2 2 0 6050
Period 4 2 2 0 6050
Period 5 2 2 0 6050
Period 6 3 3 0 6050
Period 7 1 1 0 6050
Period 8 2 2 0 6050
Period 9 2 2 0 6050
Period 10 8 8 0 6050
Period 11 8 8 0 6050
Period 12 9 9 0 6050
Totals 41 40 0 0 66550
Average demand 3,42
Total cost = 66550 EOQ
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 1190,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 1
Period 1 1 0
Period 2 1 6 5 5950 6050
Period 3 2 3 3570
Period 4 2 1 1190
Period 5 2 6 5 5950 6050
Period 6 3 2 2380
Period 7 1 1 1190
Period 8 2 6 5 5950 6050
Period 9 2 3 3570
Period 10 8 6 1 1190 6050
Period 11 8 12 5 5950 6050
Period 12 9 6 2 2380 6050
Totals 41 42 33 39270 36300
Average demand 3,42 EOQ = 6
Total cost = 75570
108
POQ
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 1190,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 1
Period 1 1 0
Period 2 1 3 2 2380 6050
Period 3 2 0
Period 4 2 4 2 2380 6050
Period 5 2 0
Period 6 3 4 1 1190 6050
Period 7 1 0
Period 8 2 4 2 2380 6050
Period 9 2 0
Period 10 8 16 8 9520 6050
Period 11 8 0
Period 12 9 9 0 6050
Totals 41 40 15 17850 36300
Average demand 3,42 EOQ = 6
Total cost = 54150 POQ = 2 PPB
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 1190,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 1
Period 1 1 0
Period 2 1 5 4 4760 6050
Period 3 2 2 2380
Period 4 2 4 4 4760 6050
Period 5 2 6 8 9520 6050
Period 6 3 4 9 10710 6050
Period 7 1 8 9520
Period 8 2 4 10 11900 6050
Period 9 2 8 9520
Period 10 8 16 16 19040 6050
Period 11 8 8 9520
Period 12 9 9 8 9520 6050
Totals 41 48 85 101150 42350
Average demand 3,42
Total cost = 143500
109
5. Bahan Baku Kancing
WW
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 1111,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 3
Period 1 3 0
Period 2 1 4 3 3333 6050
Period 3 1 2 2222
Period 4 2 0
Period 5 2 4 2 2222 6050
Period 6 1 1 1111
Period 7 1 0
Period 8 1 3 2 2222 6050
Period 9 2 0
Period 10 9 9 0 6050
Period 11 10 10 0 6050
Period 12 10 10 0 6050
Totals 43 40 10 11110 36300
Average demand 3,58
Total cost = 47410 LFL
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 1111,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 3
Period 1 3 0
Period 2 1 1 0 6050
Period 3 1 1 0 6050
Period 4 2 2 0 6050
Period 5 2 2 0 6050
Period 6 1 1 0 6050
Period 7 1 1 0 6050
Period 8 1 1 0 6050
Period 9 2 2 0 6050
Period 10 9 9 0 6050
Period 11 10 10 0 6050
Period 12 10 10 0 6050
Totals 43 40 0 0 66550
Average demand 3,58
Total cost = 66550
110
EOQ
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 1111,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 3
Period 1 3 0
Period 2 1 6 5 5555 6050
Period 3 1 4 4444
Period 4 2 2 2222
Period 5 2 0
Period 6 1 6 5 5555 6050
Period 7 1 4 4444
Period 8 1 3 3333
Period 9 2 1 1111
Period 10 9 12 4 4444 6050
Period 11 10 6 0 6050
Period 12 10 12 2 2222 6050
Totals 43 42 30 33330 30250
Average demand 3,58 EOQ = 6
Total cost = 63580 POQ
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 1111,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 3
Period 1 3 0
Period 2 1 2 1 1111 6050
Period 3 1 0
Period 4 2 4 2 2222 6050
Period 5 2 0
Period 6 1 2 1 1111 6050
Period 7 1 0
Period 8 1 3 2 2222 6050
Period 9 2 0
Period 10 9 19 10 11110 6050
Period 11 10 0
Period 12 10 10 0 6050
Totals 43 40 16 17776 36300
Average demand 3,58 EOQ = 6
Total cost = 54076 POQ = 2
111
PPB
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 1111,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 3
Period 1 3 0
Period 2 1 4 3 3333 6050
Period 3 1 2 2222
Period 4 2 4 4 4444 6050
Period 5 2 5 7 7777 6050
Period 6 1 2 8 8888 6050
Period 7 1 7 7777
Period 8 1 3 9 9999 6050
Period 9 2 11 18 19998 6050
Period 10 9 19 28 31108 6050
Period 11 10 20 38 42218 6050
Period 12 10 10 38 42218 6050
Totals 43 78 162 179982 54450
Average demand 3,58
Total cost = 234432 6. Bahan baku Resleting
WW
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 746,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 1
Period 1 2 3 2 1492 6050
Period 2 2 0
Period 3 3 6 3 2238 6050
Period 4 3 0
Period 5 4 10 6 4476 6050
Period 6 4 2 1492
Period 7 2 0
Period 8 3 6 3 2238 6050
Period 9 3 0
Period 10 13 13 0 6050
Period 11 13 13 0 6050
Period 12 14 14 0 6050
Totals 66 65 16 11936 42350
Average demand 5,5
Total cost = 54286
112
LFL
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 746,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 1
Period 1 2 1 0 6050
Period 2 2 2 0 6050
Period 3 3 3 0 6050
Period 4 3 3 0 6050
Period 5 4 4 0 6050
Period 6 4 4 0 6050
Period 7 2 2 0 6050
Period 8 3 3 0 6050
Period 9 3 3 0 6050
Period 10 13 13 0 6050
Period 11 13 13 0 6050
Period 12 14 14 0 6050
Totals 66 65 0 0 72600
Average demand 5,5
Total cost = 72600 EOQ
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 746,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 1
Period 1 2 9 8 5968 6050
Period 2 2 6 4476
Period 3 3 3 2238
Period 4 3 0
Period 5 4 9 5 3730 6050
Period 6 4 1 746
Period 7 2 9 8 5968 6050
Period 8 3 5 3730
Period 9 3 2 1492
Period 10 13 18 7 5222 6050
Period 11 13 9 3 2238 6050
Period 12 14 18 7 5222 6050
Totals 66 72 55 41030 36300
Average demand 5,5 EOQ = 9
Total cost = 77330
113
POQ
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 746,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 1
Period 1 2 3 2 1492 6050
Period 2 2 0
Period 3 3 6 3 2238 6050
Period 4 3 0
Period 5 4 8 4 2984 6050
Period 6 4 0
Period 7 2 5 3 2238 6050
Period 8 3 0
Period 9 3 16 13 9698 6050
Period 10 13 0
Period 11 13 27 14 10444 6050
Period 12 14 0
Totals 66 65 39 29094 36300
Average demand 5,5 EOQ = 9
Total cost = 65394 POQ = 2 PPB
Period DemandOrder
receiptInventory
Holding Cost
Rp. 746,00
Setup Cost
Rp. 6050,00
Initial Inventory 1
Period 1 2 6 5 3730 6050
Period 2 2 3 2238
Period 3 3 6 6 4476 6050
Period 4 3 11 14 10444 6050
Period 5 4 8 18 13428 6050
Period 6 4 14 10444
Period 7 2 8 20 14920 6050
Period 8 3 17 12682
Period 9 3 16 30 22380 6050
Period 10 13 26 43 32078 6050
Period 11 13 27 57 42522 6050
Period 12 14 14 57 42522 6050
Totals 66 122 284 211864 54450
Average demand 5,5
Total cost = 266314
114
Biodata Penulis
Identitas Diri
Nama : Ahmad Ali Abubakar
Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 5 April 1996
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Perintis Kemerdekaan KM 10. Pusat Pertokoan
Ruko No. 9 Makassar
No. Telepon : 085240876618
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
a. SD Negeri Komp. IKIP Makassar 2008
b. SMP Negeri 12 Makassar 2010
c. SMA Negeri 17 Makassar 2013
Riwayat Organisasi :
1. Anggota KSEI FoSEI Unhas 2014-2017
2. Koordinator Media KMMDI FEB-UH 2015
3. Anggota Senat FE-UH 2015
4. Majelis Syuro Organisasi KMMDI FEB-UH 2016
5. Chief Marketing Officer IMMAJ FEB-UH 2016
Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya.
Makassar, 8 November 2017
Ahmad Ali Abubakar