a11abs_bab iii metode penelitian
TRANSCRIPT
22
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Cikabayan, Univercity Farm,
Institut Pertanian Bogor, Darmaga. Penelitian berlangsung dari bulan April 2009
sampai bulan Mei 2010.
Bahan dan Alat
Penelitian dilakukan pada Tanah Latosol Darmaga (Oxic Dystrudepts)
dengan kemiringan lereng 5%. Tanaman yang digunakan adalah tanaman jagung
hibrida (Zea mays) varietas Pioner 12 dan padi gogo (Oryza sativa) varietas Situ
Bagendit. Pupuk yang diberikan selama masa pertanaman berupa Urea, SP-18,
KCl, dan dolomit. Insektisida juga diberikan guna mengurangi serangan hama dan
penyakit. Mulsa yang digunakan untuk musim tanam jagung yaitu mulsa padi dari
sisa pertanaman penduduk sekitar kampus IPB Darmaga dan mulsa sisa
pertanaman jagung digunakan untuk musim pertanaman berikutnya (musim tanam
padi gogo).
Alat-alat lapang yang digunakan yaitu cangkul, tugal, sabit, kored,
meteran, timbangan, tali, ajir, ember, botol plastik, karung dan alat-alat lapang
lainnya. Alat yang digunakan di laboratorium untuk analisis tanah adalah oven,
mesin pengocok, pipet, buret, labu ukur, labu takar, gelas ukur, gelas piala,
timbangan Sartorius, kertas saring, Spektrofotometer, AAS, dan alat-alat
laboratorium lainnya.
Perlakuan
Penelitian dilakukan pada plot erosi dengan ukuran 10 m x 2 m. Aliran
permukaan dan erosi tanah yang keluar dari plot erosi diukur dengan
menggunakan bak penampung yang diletakkan diujung bawah plot erosi.
Deskripsi perlakuan sebagai berikut:
a. T0: tanpa perlakuan teknik konservasi tanah dan air (TKTA).
12
b. T1: saluran konvensional: saluran dibuat dengan dimensi 15 cm x 15 cm
(dalam dan lebar saluran). Bedengan (microcatchment) dibangun dengan
interval jarak saluran 2 m.
c. T2: saluran konvensional dikombinasikan dengan mulsa vertikal (serasah
tanaman dan bahan organik lainnya). Bedengan (microcatchment) dibangun
dengan interval jarak saluran 2 m.
d. T3: saluran konvensional dikombinasikan dengan lubang resapan biopori
(LRB). LRB dengan diameter 10 cm dan kedalaman lubang 100 cm diisi
dengan serasah tanaman dan bahan organik lainnya dengan interval 1 m pada
dasar saluran. Bedengan (microcatchment) dibangun dengan interval jarak
saluran 2 m.
e. T4: saluran konvensional dikombinasikan dengan mulsa vertikal dan LRB.
Bedengan (microcatchment) dibangun dengan interval jarak saluran 2 m.
Setiap petakan (plot erosi) berukuran 2 m x 10 m dengan jarak antar petakan
0,5 m yang berjumlah 15 petakan pada kemiringan lereng 5%. Setiap petakan
terdiri dari 5 bedengan (microcatchment) yang berukuran 2 m x 2 m. Tiap
bedengan ini dipisahkan oleh perlakuan teknik konservasi berupa saluran kecuali
petakan kontrol (T0). Petakan dibatasi batako dengan lapisan semen setinggi 7,5
cm dari permukaan tanah dan tertanam kedalam tanah sedalam 20 cm. Pada ujung
bawah petakan T0 dilengkapi dengan bak penampung erosi dan aliran permukaan
yang ditutup dengan terpal untuk menghindari air hujan agar tidak masuk ke
dalam bak penampung.
Setiap bedengan ditanami jagung dan padi searah kontur dengan sistem
double row dengan jarak dalam baris tanam 20 cm x 20 cm untuk ke dua musim
tanam dan jarak luar baris tanam 20 cm x 50 cm untuk jagung serta 20 cm
x 30 cm untuk padi. Dosis pupuk Urea dan KCl yaitu 100 kg/ha, sedangkan dosis
pupuk SP-18 dan Dolomit yaitu 200 kg/ha dan 2000 kg/ha. Dolomit diberikan
sebelum tanam sedangkan pemberian Urea, SP-18, dan KCl dilakukan pada
minggu ke dua setelah tanam.
Mulsa yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari sisa pertanaman
padi penduduk sekitar kampus (untuk musim tanam jagung) sebanyak 1,5 ton/ha
dan mulsa hasil dari pertanaman jagung (untuk musim tanam padi). Mulsa
diberikan pada saluran yang terdapat pada petakan sesuai dengan perlakuan.
13
Parameter yang Diamati
Aliran Permukaan dan Erosi
Penghitungan aliran permukaan dan erosi dilakukan setiap hari hujan
hanya pada petakan T0 saja. Petakan perlakuan T1, T2, T3, dan T4 tidak
dilakukan pengukuran, karena berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang
serupa mengenai aliran permukaan dan erosi, pada perlakuan selain T0
menunjukan nilai yang sangat kecil (Yanuar, 2005). Volume aliran permukaan
dan erosi dapat diukur dengan mengukur volume air pada bak penampung dan
menimbang bobot kering tanah yang terdapat di dalam bak tersebut secara
manual.
Pertumbuhan Tanaman
Parameter pertumbuhan tanaman jagung dan padi diamati dengan
mengukur tinggi 9 tanaman contoh yang terdapat pada semua petakan setiap
minggu sejak tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) sampai
pertambahan tinggi maksimum.
Produktivitas Tanaman
Penghitungan bobot biomassa dan bobot hasil produksi tanaman dilakukan
setelah pemanenan dengan menimbang bobot kering biomassa tanaman dan bobot
kering biji tanaman jagung dan padi.
Sedimen Terendapkan
Bobot sedimen petakan T1, T2, T3, dan T4 yang tertampung pada saluran
dan lubang resapan diukur setiap akhir musim tanam. Bobot kering sedimen
dihitung dengan koreksi kadar air. Pengambilan sedimen untuk pengukuran bobot
sedimen dilakukan dengan menggali sedimen yang tertampung selama satu musim
tanam jagung dan padi pada saluran dan lubang resapan. Sedimen pada saluran
diambil dengan menggunakan cangkul hingga mencapai batas dasar saluran yang
ditandai dengan tali plastik. Sedimen pada lubang resapan diambil dengan
menggunakan bor. Sampel sedimen juga diambil untuk dianalisis di laboratorium
untuk mengetahui jumlah hara yang dapat diendapkan di saluran.
14
Kehilangan Hara
Sampel air dan tanah hasil aliran permukaan dan erosi diambil dari dalam
bak penampung yang terdapat pada petakan T0 dan diekstrak di laboratorium
untuk mengetahui jumlah hara yang hilang.
Curah Hujan
Pengukuran curah hujan dilakukan setiap hari mulai awal sampai akhir
periode pertanaman.
Pendekatan Statistika
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5
perlakuan Teknik Konservasi Tanah dan Air dengan 3 ulangan.
Model matematika yang digunakan adalah:
Yij = u + αi + βj + εij
Dimana :
Yij = nilai tengah pengamatan pada perlakuan ke-i (i = 1, 2, 3, 4, 5) dan
ulangan ke-j (j = 1, 2, 3)
u = rataan umum
αi = pengaruh perlakuan TKTA (ke-i)
βj = pengaruh ulangan ke-j
εij = galat
Analisis ragam dilakukan untuk mempelajari pengaruh perlakuan dan
analisis beda nyata terkecil (BNT) digunakan untuk mengetahui beda antar
perlakuan.