a2008_ni wayan narita sugama

Upload: fandhy-ayman-dzakarun

Post on 15-Oct-2015

143 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gfffgf

TRANSCRIPT

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    1/130

    ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU

    KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI

    Oleh:

    NI WAYAN NARITA SUGAMA

    A14104079

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

    FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2008

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    2/130

    RINGKASAN

    NI WAYAN NARITA SUGAMA. Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan

    Kerapu Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. (Di bawah bimbingan

    ANITA RISTIANINGRUM)

    Permintaan ikan dunia dari tahun ke tahun cenderung meningkat sebagai

    akibat meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas hidup yang diikuti perubahan

    pola konsumsi masyarakat. Makanan sehat dicirikan dari rendahnya kandungan

    kolesterol dan tingginya kandungan protein. Salah satu alternatif terbaik untuk

    mengantisipasi peningkatan permintaan ikan adalah dengan mengembangkan

    budidaya ikan. Ikan kerapu (Family Serranidae) merupakan jenis ikan laut yang

    paling populer dan bernilai tinggi diantara jenis ikan karang di daerah Asia Pasifik

    karena memiliki rasa yang lezat, tekstur daging yang lembut, dan memiliki

    kandungan gizi berupa omega-3 yang cukup tinggi. Harga ekspor ikan kerapu per

    kilogram berkisar Rp 80.000,- sampai Rp 450.000,-. Salah satu kendala daribudidaya ikan kerapu adalah pasokan benih yang biasanya berasal dari tangkapan

    alam sehingga dari segi jumlah, kualitas dan waktu yang tidak tepat dengan

    kebutuhan menjadi faktor penghambat dari perkembangan budidaya. Padahal

    permintaan ikan kerapu untuk pasar Hong Kong saja mencapai 30 ton setiap

    bulannya, tetapi Indonesia baru dapat memenuhi permintaan tersebut sebanyak

    40%

    Daerah Bali tepatnya di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng

    merupakan cikal bakal adanya sebuah Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT).

    Pembenihan yang berhasil dikembangkan secara masal baru dimulai pada tahun

    1999 oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidya Laut (BBRPBL). Jenis ikan

    kerapu yang menjadi prioritas utama untuk diusahakan dalam Hatchery Skala

    Rumah Tangga adalah kerapu bebek (Cromileptes altivelis), kerapu macan

    (Epinephelus fuscogutatus) dan kerapu sunu (Plectropomus leopardus).

    Rendahnya tingkat keberhasilan pembenihan atau survival rate (SR) merupakan

    masalah yang dihadapi dalam usaha pembenihan ikan kerapu dalam Hatchery

    Skala Rumah Tangga di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Selama ini

    usaha pembenihan ikan kerapu dalam HSRT satu siklusnya hanya dibenihkan satu

    jenis ikan kerapu saja. Padahal, menurut riset yang dilakukan oleh BBRPBL

    tehnik pembenihan antara kerapu yang satu dengan yang lain sama sehingga

    pembenihan dapat dilakukan bersama-sama untuk ketiga jenis ikan kerapu.

    Penggabungan pembenihan ketiga jenis ikan kerapu akan memenuhi permintaanpasar. Pembenihan yang dilakukan secara masing-masing akan menurunkan harga

    benih itu sendiri karena karakteristik pemilik HSRT di daerah tersebut adalah

    selalu membenihkan jenis kerapu yang sama pada saat musim pembenihan

    sehingga pada musim panen penawaran benih ikan kerapu jenis tertentu akan

    meningkat. Berdasarkan gambaran kondisi usaha di atas, maka perlu dilakukan

    analisis kelayakan usaha untuk mengetahui apakah usaha pembenihan kerapu

    padaHatcherySkala Rumah Tangga layak atau tidak jika dilakukan pembenihan

    secara masing-masing atau gabungan dilihat dari aspek non finansial dan aspek

    financial kemudian dilihat usaha mana yang paling menguntungkan.

    Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengkaji Keragaan usaha pembenihan

    ikan kerapu dalam Hatchery Skala rumah Tangga serta menganalisis kelayakan

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    3/130

    usaha pembenihan ikan kerapu dalamHatcherySkala Rumah Tangga dilihat dari

    aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial; (2) Menganalisis kelayakan finansial

    usaha pembenihan ikan kerapu macan, kerapu bebek dan kerapu sunu dalam

    HatcherySkala Rumah Tangga, baik dilakukan pembenihan masing-masing atau

    penggabungan ketiganya; (3) Menganalisis sensitivitas kelayakan usahapembenihan ikan kerapu jika terjadi perubahan variabel tingkat keberhasilan

    pembenihan atau survival rate (SR), harga jual benih, dan harga beli telur ikan

    kerapu.

    Data yang digunakan dalam penelitan ini berupa data primer dan data

    sekunder. Data Primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung ke

    lapangan dan wawancara dengan pemilik usaha pembenihan ikan kerapu dalam

    hatchery skala rumah tangga menggunakan daftar pertanyaan yang telah

    disiapkan. Pengambilan contoh pemilik usaha dilakukan dengan teknik penarikan

    contoh acak sederhana (simple random sampling) dengan jumlah responden

    sebanyak 30 orang pemilik dari 224 pemilik HSRT yang tersebar di wilayah

    Kecamatan Gerokgak. Data sekunder diperoleh dari Balai Besar Riset PerikananBudidaya Laut Gondol, Pusat Riset Kelautan dan Perikanan Jakarta. Dinas

    Perikanan Propinsi Bali dan Pusat Pelayanan Informasi Departemen Kelautan dan

    Perikanan Jakarta.

    Data yang didapat kemudian diolah dan dianalisis bersifat kualitatif yang

    mengkaji aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial dan

    kuantitatif yang mengkaji aspek finansial usaha pembenihan ikan kerapu dengan

    menggunakan kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C dan PBP.

    Selain itu, dilakukan analisis sensitivitas terhadap perubahan harga benih, SR dan

    harga telur ikan kerapu terhadap kelayakan pembenihan ikan kerapu.

    Tahapan pembenihan ikan kerapu dimulai dari penanganan induk. Biasanya

    ikan kerapu memijah saat bulan mati pada pukul 22.00-24.00. Telur yang telah

    dipanen dipindahkan ke dalam tangki yang sudah lengkap dengan peralatan aerasi

    dan sirkulasi air, kemudian kotoran yang tersisa pada telur dibersihkan. Tahapan

    selanjutnya adalah penanganan larva. Telur yang sudah siap untuk dibiakkan

    ditebar dalam bak larva dengan kepadatan 10 butir per liter, jadi untuk ukuran bak

    larva 10 ton ditebar 100.000 butir telur. Pada hari ke-3 larva mulai diberikan

    pakan. Pergantian air dan penyiponan dasar bak perlu dilakukan. Benih yang siap

    dipanen dari bak larva sebelum dijual sebaiknya dipindahkan ke dalam bak

    grading. Biasanya pada tahap ini benih rentan terhadap serangan (Viral Nervous

    Necrosis) VNN.

    Hasil analisis aspek pasar menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikankerapu layak untuk dilaksanakan karena permintaan akan benih ikan kerapu

    macan, bebek, ataupun sunu masih sangat tinggi di pasaran mengingat kandungan

    gizi yang tinggi dari ikan kerapu dan sistem pemasaran usaha ini sudah cukup

    baik. Hasil analisis aspek teknis menunjukkan usaha pembenihan kerapu layak

    untuk dilaksanakan karena lokasi dan tehnik-tehnik pembenihan yang

    dipergunakan sangat sesuai untuk menunjang kebutuhan usaha pembenihan

    ditambah lagi dengan adanya Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol

    sebagai lembaga pemerintahan yang berperan dalam mengembangkan tehnik

    budidaya guna meningkatkan hasil pembenihan. Hasil analisis aspek manajemen

    juga menunjukkan usaha ini layak untuk dilakukan. Struktur organisasi usaha

    yang sangat sederhana karena pemilik turut ikut terjun langsung kelapangan dan

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    4/130

    hanya dibantu oleh satu sampai dua orang pekerja dengan sistem pembagian kerja

    yang jelas. Hasil analisis aspek sosial menunjukkan usaha pembenihan kerapu

    layak untuk dilaksanakan karena akan memperluas lapangan kerja baru bagi

    masyarakat di Kecamatan Gerokgak.

    Berdasarkan hasil analisis finansial diperoleh nilai NPV usaha pembenihanikan kerapu macan, kerapu bebek, kerapu sunu, dan gabungan ketiganya berturut-

    turut sebesar Rp 330.405.688,-; Rp 448.428.815,-; Rp 206.600.377,-;

    Rp 505.215.763,- yang menunjukkan keuntungan yang diperoleh selama 10 tahun.

    Nilai IRR secara berturut sebesar 72 persen, 96 persen, 46 persen, dan 98 persen.

    Nilai Net B/C berturut-turut sebesar 3,179; 4,867; 2,431 dan 4,971 yang artinya

    setiap Rp 1,- yang dikeluarkan menghasilkan manfaat bersih sebesar nilai

    tersebut. Kemudian Payback Period berturut- turut selama 3 tahun, 2 tahun 2,9

    bulan, 3 tahun 3,36 bulan dan 2 tahun 0,1 bulan. Berdasarkan nilai-nilai tersebut

    maka usaha pembenihan ikan kerapu secara masing-masing dan gabungan layak

    untuk dilaksanakan. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa usaha

    pembenihan secara gabungan merupakan usaha yang paling layak,diikuti usahapembenihan kerapu bebek, pembenihan kerapu macan, dan pembenihan kerapu

    sunu.

    Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, diperoleh bahwa usaha

    pembenihan ikan kerapu macan paling sensitif dan tidak layak dijalankan jika

    terjadi penurunan harga benih, dikuti dengan pembenihan gabungan, pembenihan

    kerapu bebek, dan pembenihan kerapu sunu tetapi usaha masih layak untuk

    dijalankan. Jika terjadi penurunan SR, usaha pembenihan kerapu sunu dan kerapu

    macan merupakan usaha yang paling sensitif dan tidak layak untuk dijalankan

    diikuti pembenihan kerapu gabungan dan kerapu bebek tetapi masih layak untuk

    dijalankan. Jika terjadi kenaikan harga telur, usaha pembenihan kerapu sunu

    merupakan usaha yang paling sensitif diikuti pembenihan kerapu macan,

    pembenihan kerapu bebek, pembenihan gabungan tetapi usaha masih tetap layak

    untuk dijalankan. Dari hasil di atas maka usaha pembenihan ikan kerapu macan

    dapat dikatakan usaha yang paling sensitif, diikuti dengan usaha pembenihan

    gabungan, usaha pembenihan kerapu sunu, dan pembenihan ikan kerapu bebek.

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    5/130

    ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU

    KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI

    Oleh :

    NI WAYAN NARITA SUGAMA

    A14104079

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

    FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2008

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    6/130

    Judul : Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Kerapu Kecamatan Gerokgak,

    Kabupaten Buleleng, Bali

    Nama : Ni Wayan Narita Sugama

    NRP : A14104079

    Menyetujui,

    Dosen Pembimbing Skripsi

    Ir. Anita Ristianingrum, M.Si

    NIP. 132 046 437

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Pertanian

    Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.AgrNIP. 131 124 019

    Tanggal Lulus :

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    7/130

    PERNYATAAN

    DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

    ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN

    GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI ADALAH KARYA

    SENDIRI DAN BELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN KEPADA

    PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA

    SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK

    MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU

    DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN

    RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

    Bogor, Agustus 2008

    Ni Wayan Narita SugamaA14104079

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    8/130

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 27 Maret 1986 sebagai anak

    pertama dari pasangan Prof. Dr. Ir. Ketut Sugama, MS.c dan Dra. Isti

    Koesharyani.

    Penulis menyelesaikan sekolah dasar selama 6 tahun di SD LAB STKIP

    Singaraja, Bali. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 1

    Singaraja, Bali. Tiga tahun setelah itu, penulis diterima sebagai siswa di SMU

    Negeri 28 Jakarta dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis

    diterima di Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian Institut

    Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB.

    Selama kuliah, penulis aktif dalam keorganisasian mahasiswa, yaitu

    menjadi anggota himpunan mahasiswa peminat ilmu-ilmu sosial ekonomi

    pertanian sebagai staf PSDM pada kepengurusan 2006/2007 dan sebagai staf

    Hublu pada kepengurusan 2007/2008. kemudian penulis juga menjadi anggota

    Perkumpulan Mahasiswa Hindu (KMHD) IPB. Keanggotaan di organisasi ekstra

    kampus yang pernah diikuti penulis diantaranya adalah OMDA BALI.

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    9/130

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

    memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini. Semoga setiap langkah selalu dihaturkan untuk senantiasa beribadah

    kepada-Nya.

    Skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Kerapu

    Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali bertujuan untuk menganalisis

    kelayakan finansial usaha pembenihan ikan kerapu dalam Hatchery Skala Rumah

    Tangga dilihat dari aspek finansial dan non finansial. Skripsi ini diharapkan dapat

    menjadi masukan bagi semua pihak yang membutuhkannya.

    Penulis telah mencoba menyusun skripsi ini dengan sebaik mungkin.

    Namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

    karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat

    diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

    Bogor, Agustus 2008

    Ni Wayan Narita Sugama

    A14104079

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    10/130

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

    memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini dengan baik. Penulisan Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Kerapu

    Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali ini tidak terlepas dari bantuan

    seluruh pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

    kepada:

    1. Ir. Anita Ristianingrum, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberibimbingan dan arahan kepada penulis selama penelitian dan penyelesaian

    skripsi ini.

    2. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen penguji utama atas masukan yangdiberikan.

    3. Tintin Sarianti, SP selaku dosen penguji komdik atas arahan yang diberikan.4. Papa, Mama, dan adikku Ryoko tercinta atas doa, dukungan, kasih sayang dan

    dorongan sebesar-besarnya kepada penulis hingga skripsi ini dapat

    terselesaikan dengan baik.

    5. Seluruh staf dan pengajar Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, InstitutPertanian Bogor, atas bimbingan dan bantuannya selama 4 tahun ini.

    6. Tante Mami, Tante Yanti, Om Ujud, terima kasih telah bersedia menjadisumber informasi selama penelitian.

    7. Seluruf Staf dan Peneliti di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya LautGondol, Singaraja, Bali.

    8. Keluarga Besar Wayan Sudana, atas dukungannya kepada penulis

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    11/130

    9. Putu Eka Sudaryatma atas doa, kasih sayang, perhatian, waktu, dan kesabarankepada penulis.

    10.Adisti, Fandy, Remmy, Tifa, Wanti, Yulita atas tawa dan tangis yang pernahdilalui bersama penulis. Semoga persahabatan kita tetap abadi untuk

    selamanya.

    11.Okky, Ika, Bagas, Esti atas semua masukan yang senantiasa mendewasakanpenulis.

    12.Teman-teman seperjuangan: Wanti, Dika, Chika, Aries, Triyadi atas dorongandan semangatnya.

    13.Cahyo, Mamieq, Nunik, Aliy, Yoga dan seluruh teman-teman AGB41lainnya, AGB40 dan pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    12/130

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvii

    I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah .................................................................. 8

    1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 14

    1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 15

    II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Gambaran Umum Ikan Kerapu ............................................... .. 16

    2.2 Biologi Ikan Kerapu ................................................................. 19

    2.2.1 Taksonomi ....................................................................... 19

    2.2.2 Ciri-Ciri Morfologi Ikan Kerapu ..................................... 20

    2.3 Tahapan Pembenihan Ikan Kerapu ........................................... 21

    2.4 Kiat-Kiat dalam Pembenihan Kerapu ....................................... 22

    2.5 Penelitian Terdahulu ................................................................. 25

    III KERANGKA PEMIKIRAN3.1 Analisis Kelayakan Proyek ....................................................... 29

    3.2 Teori Biaya Dan Manfaat ......................................................... 323.3 Proyeksi Cashflow.................................................................... 333.4 Analisis Finansial ..................................................................... 333.5 Analisis Sensitivitas .................................................................. 343.6 Kerangka Pemikiran Konseptual .............................................. 35

    IV METODE PENELITIAN4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 394.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 394.3 Pengolahan Data....................................................................... 404.4

    Analisis Kelayakan Finansial ................................................... 404.4.1 Net Present Value.......................................................... 40

    4.4.2 Internal Rate Of Return................................................. 42

    4.2.3 Net Benefit Cost Ratio................................................... 42

    4.4.4 Payback Period............................................................. 43

    4.5 Analisis Sensitivitas ................................................................. 44

    V GAMBARAN UMUM LOKASI5.1 Karakteristik Wilayah Penelitian ............................................ 46

    5.2 Karakteristik Penduduk Kecamatan Gerokgak ....................... 47

    5.3 Karakteristik Responden ......................................................... 47

    5.4 Keragaan Pembenihan Ikan kerapu pada Hatchery Skala

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    13/130

    Rumah Tangga di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng,

    Bali .......................................................................................... 49

    5.4.1 Sistem Pemeliharaan Larva ........................................... 49

    5.4.2 Pergantian Air dan Penyiponan Dasar Bak ................... 51

    5.4.3 Pemeliharaan Juvenil .................................................... 525.4.4 Pemasaran ..................................................................... 52

    VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL6.1 Aspek Pasar .............................................................................. 54

    6.1.1 Permintaan dan Penawaran ........................................... 54

    6.1.2 Pemasaran ..................................................................... 57

    6.2 Aspek Teknis ............................................................................ 59

    6.2.1 Lokasi Usaha ................................................................. 60

    6.2.2 Sarana dan Prasarana Pembenihan ................................ 63

    6.2.3 Teknis Kultur Pakan Alami ........................................... 66

    6.3 Aspek Manajemen ................................................................... 726.4 Aspek Sosial ............................................................................ 73

    VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL7.1 Identifikasi Biaya dan Manfaat ................................................ 81

    7.1.1 Biaya .............................................................................. 81

    7.1.2 Manfaat .......................................................................... 84

    7.2 Analisis Kelayakan Finansial ................................................... 85

    7.3 Analisis Sensitivitas ................................................................ 88

    7.3.1 Sensitivitas Pembenihan Ikan Kerapu Macan ................ 89

    7.3.2 Sensitivitas Pembenihan Ikan Kerapu Bebek ................ 93

    7.3.3 Sensitivitas Pembenihan Ikan Kerapu Sunu .................. 97

    7.3.4 Sensitivitas Pembenihan Gabungan Ikan Kerapu Macan,

    Kerapu Bebek, dan Kerapu Sunu .................................. 101

    VIII KESIMPULAN DAN SARAN8.1 Kesimpulan ............................................................................. 107

    8.2 Saran ......................................................................................... 109

    DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 110

    LAMPIRAN............................................................................................. 113

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    14/130

    DAFTAR TABEL

    Nomor

    Halaman

    1 Perkembangan Produksi Perikanan Menurut Jenis Budidaya Tahun

    2001-2005 ......................................................................................... 2

    2 Potensi Lahan Budidaya Laut ........................................................... 4

    3 Komoditas Ikan Laut Utama Yang Dibudidayakan Di Asia ............. 5

    4 Kandungan Omega-3 pada Beberapa Jenis Ikan ............................... 6

    5 Kebutuhan Benih Ikan Kerapu di Indonesia ..................................... 9

    6 Daftar Harga Benih ........................................................................... 12

    7 Komposisi Penduduk Kecamatan Gerokgak Berdasarkan Umur dan

    Jenis Kelamin Tahun 2005 ................................................................ 47

    8 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur .................. 48

    9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .............. 49

    10 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menggeluti Usaha

    Pembenihan Ikan Kerapu ................................................................. 49

    11 Pola Pemberian Pakan Pada Pemeliharaan Larva Kerapu ................ 51

    12 Benih Ikan Kerapu Yang Dikirim Melalui Bandara Ngurah Rai

    (dalam ekor) ...................................................................................... 56

    13 Biaya Investasi Usaha Pembenihan Ikan Kerapu.............................. 82

    14 Rincian Biaya Variabel Usaha Pembenihan Ikan Kerapu................. 84

    15 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembenihan Kerapu

    Macan, Kerapu Bebek, Kerapu Sunu dan Gabungan ketiganya ....... 86

    16 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Harga

    Benih Kerapu Macan Sebesar 40 % .................................................. 89

    17 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan TingkatKeberhasilan Pembenihan Kerapu macan Sebesar 5% ..................... 90

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    15/130

    18 Hasil Perhitungan Sensitivitas Terhadap Peningkatan Harga Telur

    Kerapu Macan Sebesar 100% ........................................................... 92

    19 Perbandingan Hasil Perhitungan Sensitivitas Pembenihan KerapuMacan ................................................................................................ 93

    20 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Harga

    Benih Kerapu Bebek Sebesar 30% ................................................... 93

    21 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Tingkat

    Keberhasilan Pembenihan Kerapu Bebek Menjadi Sebesar 3% ....... 94

    22 Hasil Perhitungan Sensitivitas Terhadap Peningkatan Harga Telur

    Kerapu Bebek Sebesar 75% .............................................................. 95

    23 Perbandingan Hasil Perhitungan Sensitivitas Pembenihan Kerapu

    Bebek................................................................................................. 96

    24 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Harga

    Benih Kerapu Sunu Sebesar 15% ..................................................... 97

    25 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Tingkat

    Keberhasilan Pembenihan Kerapu Sunu Menjadi Sebesar 1% ......... 98

    26 Hasil Perhitungan Sensitivitas Terhadap Peningkatan Harga Telur

    Kerapu Sunu Sebesar 100% .............................................................. 99

    27 Perbandingan Hasil Perhitungan Sensitivitas Pembenihan Kerapu

    Sunu .................................................................................................. 100

    28 Hasil Analisis Sensitivitas Penurunan Harga Benih Ikan Kerapu

    Macan, Kerapu Bebek, dan Kerapu Sunu ......................................... 101

    29 Hasil Analisis Sensitivitas Penurunan SR Pada Usaha Pembenihan

    Gabungan Ikan Kerapu Macan, Kerapu Bebek, dan Kerapu Sunu ... 102

    30 Hasil Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Telur Pada Usaha

    Pembenihan Gabungan Ikan Kerapu Macan, Kerapu Bebek,

    dan Kerapu Sunu ............................................................................... 104

    31 Perbandingan Hasil Perhitungan Sensitivitas Pembenihan Gabungan

    Ikan Kerapu Macan, Kerapu Bebek, dan Kerapu Sunu .................... 105

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    16/130

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    1 Kerangka Pemikiran Konseptual....................................................... 38

    2 Alur Pemasaran Benih Kerapu .......................................................... 58

    3 Struktur Organisasi HSRT ................................................................ 73

    DAFTAR LAMPIRAN

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    17/130

    Nomor Halaman

    1 Rencana Pembenihan ........................................................................ 113

    2 Estimasi Penerimaan ......................................................................... 114

    3 Nilai Sisa ........................................................................................... 115

    4 Rincian Biaya Operasional Kerapu Macan ....................................... 116

    5 Rincian Biaya Operasional Kerapu Bebek ........................................ 117

    6 Rincian Biaya Operasional Kerapu Sunu .......................................... 118

    7 Rincian Biaya Operasional Pembenihan Gabungan ......................... 119

    8 Cash FlowUsaha Pembenihan Kerapu Macan ................................. 121

    9 Cash FlowUsaha Pembenihan Kerapu Bebek.................................. 122

    10 Cash FlowUsaha Pembenihan Kerapu Sunu.................................... 123

    11 Cash FlowUsaha Pembenihan Gabungan ........................................ 124

    12 Laporan Laba Rugi Usaha Pembenihan Kerapu Macan ................... 125

    13 Laporan Laba Rugi Usaha Pembenihan Kerapu Bebek .................... 126

    14 Laporan Laba Rugi Usaha Pembenihan Kerapu Sunu ...................... 127

    15 Laporan Laba Rugi Usaha Pembenihan Gabungan .......................... 128

    16 Cash FlowSensitivitas Penurunan Harga Benih Kerapu

    Macan 40 persen ............................................................................... 129

    17 Cash FlowSensitivitas Penurunan Survival Rate Kerapu Macan

    Menjadi 5 persen ............................................................................... 130

    18 Cash FlowSensitivitas Kenaikan Harga Telur Kerapu

    Macan 100 persen ............................................................................. 131

    19 Cash FlowSensitivitas Penurunan Harga Benih Kerapu

    Bebek 30 persen ................................................................................ 132

    20 Cash FlowSensitivitas Penurunan Survival Rate Pembenihan

    Kerapu Bebek Menjadi 3 persen ....................................................... 133

    21 Cash FlowSensitivitas Kenaikan Harga Telur Kerapu

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    18/130

    Bebek 75 persen ................................................................................ 134

    22 Cash FlowSensitivitas Penurunan Harga Benih Kerapu

    Sunu 15 persen .................................................................................. 135

    23 Cash FlowSensitivitas Penurunan Survival Rate Kerapu Sunu

    Menjadi 1 persen ............................................................................... 136

    24 Cash FlowSensitivitas Kenaikan Harga Telur Kerapu

    Sunu 100 persen ................................................................................ 137

    25 Cash Flow Sensitivitas Penurunan Harga Benih Pembenihan

    Gabungan .......................................................................................... 138

    26 Cash FlowSensitivitas Penurunan Survival Rate Pembenihan

    Gabungan .......................................................................................... 139

    27 Cash FlowSensitivitas Kenaikan Harga Telur Pembenihan

    Gabungan .......................................................................................... 140

    28 Foto-Foto Penelitian .......................................................................... 141

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    19/130

    I PENDAHULUAN

    1.1Latar BelakangIndonesia memiliki 17.508 pulau dan laut sekitar 5,8 juta km2 dengan

    bentangan pantai sepanjang 81.000 km. Beragam jenis ikan yang memiliki nilai

    ekonomis tinggi seperti udang, tuna atau cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias,

    kerang-kerangan, termasuk mutiara, dan rumput laut sangat mudah didapat.

    Karena kondisi perairan yang beriklim tropis, kegiatan budidaya ikan di Indonesia

    dapat dilakukan sepanjang tahun (Direktorat Jendral Perikanan 1999).

    Perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam

    pembangunan perekonomian nasional. Peranan tersebut terutama dalam

    meningkatkan perluasan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan dan

    peningkatan taraf hidup pada umumnya nelayan kecil, pembudidaya ikan dan

    pihak-pihak pelaku usaha di bidang perikanan dengan tetap memelihara

    lingkungan, kelestarian dan ketersediaan sumberdaya ikan.

    Permintaan ikan dunia dari tahun ke tahun cenderung meningkat sebagai

    akibat meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas hidup yang diikuti perubahan

    pola konsumsi masyarakat. Peningkatan kualitas hidup tersebut menyebabkan

    bergesernya pola konsumsi makanan ke jenis makanan sehat. Makanan sehat

    dicirikan dari rendahnya kandungan kolesterol dan tingginya kandungan protein

    salah satunya adalah ikan (Akbar 2002). Lonjakan permintaan ikan tersebut tidak

    akan dapat terpenuhi kalau hanya mengandalkan hasil tangkapan alam. Salah satu

    alternatif terbaik untuk mengantisipasi peningkatan permintaan ikan adalah

    dengan mengembangkan budidaya ikan.

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    20/130

    Tabel 1 Perkembangan Produksi Perikanan Menurut Jenis Budidaya Tahun

    2001-2005

    Jenis Budidaya 2001 2002 2003 2004 2005

    Kenaikan

    / Tahun(%)

    Budidaya Laut221.010 234.859 249.242 420.919 890.074 48,18

    Budidaya Tambak454.710 473.128 501.977 559.612 643.975 9,18

    Budidaya Kolam222.790 254.625 281.262 286.182 331.962 10,62

    Budidaya

    Keramba39.340 40.742 40.304 53.694 67.889 15,54

    Budidaya Jaring

    Apung40.710 47.172 57.628 62.371 109.421 30,43

    Budidaya Sawah

    98.190 86.627 93.779 85.832 120.353 7,06Jumlah 1.076.750 1.137.153 1.224.192 1.468.610 2.163.674 20,14

    Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jendral Perikanan

    Budidaya Jakarta Tahun 2006.

    Budidaya perikanan merupakan pilihan pengembangan sumberdaya

    perikanan sebagai pendukung untuk memenuhi kebutuhan konsumsi maupun non

    konsumsi masyarakat. Kegiatan budidaya perikanan dapat dibedakan menurut

    jenis budidaya yang dilakukan. Jenis kegiatan budidaya perikanan adalah

    budidaya laut, budidaya tambak, budidaya kolam, budidaya keramba, budidaya

    jaring apung, dan budidaya sawah. Perkembangan produksi perikanan menurut

    jenis budidaya mulai dari tahun 2001 sampai tahun 2005 mengalami peningkatan

    sebesar 20,14 persen per tahun. Budidaya laut mengalami peningkatan produksi

    yang cukup tinggi sebesar 48,18 persen per tahun. Hal ini didukung oleh luas

    perairan Indonesia yang mencapai 5,8 juta Km2 (Direktorat Jendral Perikanan

    2006). Kemudian diikuti oleh budidaya jaring apung, budidaya keramba, budidaya

    kolam, budidaya tambak, dan budidaya sawah. Perkembangan produksi perikanan

    Indonesia menurut jenis budidaya tahun 2001 sampai tahun 2005 dapat dilihat

    pada Tabel 1.

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    21/130

    Indonesia mempunyai potensi untuk pengembangan budidaya laut yang

    cukup besar, walau tidak seragam dan tidak merata di seluruh propinsi. Kawasan

    barat perairan pantai Indonesia memiliki curah hujan tinggi dan banyak terdapat

    muara sungai besar yang berpotensi membawa muatan suspensi, sehingga substrat

    dasar perairan menjadi berlumpur, serta dasar laut yang landai berupa paparan,

    mempunyai potensi untuk pengembangan budidaya kerapu, kakap putih dan

    kekerangan. Pada kawasan perairan timur Indonesia, terutama Sulawesi, Bali,

    Nusa Tenggara, Maluku dan Papua banyak terumbu karang dengan perairan yang

    jernih, sehingga potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut, abalone,

    ikan karang, dan kerang mutiara. Kawasan perairan di daerah Sulawesi, Nusa

    Tenggara, Papua dan Maluku, dimana lahan perairannya bersubstrat pasir dan

    berlumpur, serta tidak ada muara sungai besar, sangat potensial untuk budidaya

    rumput laut dan teripang.

    Berdasarkan hasil survey Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Tahun

    2004, Indonesia diperkirakan mempunyai potensi indikatif sebesar 8,4 juta ha

    perairan laut, dimana 3,8 juta ha merupakan potensi efektif yang dapat

    dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan budidaya laut, yang terdiri dari 775

    ribu ha untuk pengembangan keramba jaring apung (KJA) ikan, lobster atau

    abalone, 37,2 ribu ha untuk pengembangan keramba tancap ikan, 769,5 ribu ha

    untuk pengembangan budidaya rumput laut, 4,7 juta ha untuk pengembangan

    budidaya kekerangan, 174,6 ribu ha untuk pengembangan budidaya teripang dan

    1,9 juta ha untuk pengembangan budidaya tiram mutiara. Potensi lahan budidaya

    laut dapat dilihat pada Tabel 2.

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    22/130

    Tabel 2 Potensi Lahan Budidaya Laut 2004

    No KomoditasPotensi (ha)

    Indikatif Efektif

    1 Ikan 812.000 8.0002 Rumput Laut 770.000 385.000

    3 Kerang-kerangan 4.720.000 2.350.0004 Teripang 175.000 88.000

    5 Mutiara 1.890.000 945.000

    Total 8.367.000 3.776.000

    Sumber: Master Plan Budidaya Laut, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004

    Indonesia sebagai negara maritim mempunyai potensi hasil perikanan laut

    yang besar. Perhatian pemerintah dalam sektor perikanan laut semakin besar

    dengan dibentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan. Hal ini dilakukan

    dalam rangka pemanfaatan dan pemeliharaan potensi perikanan laut semaksimal

    mungkin sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia dan

    dapat mempertinggi pemasukan devisa negara. Salah satu strategi pemanfaatan

    dan pelestarian potensi sumberdaya laut adalah pembenihan dan budidaya ikan

    kerapu (Darwisito, 2002).

    Ikan kerapu (Family Serranidae) merupakan jenis ikan yang paling

    populer dan bernilai tinggi diantara jenis ikan karang di daerah Asia Pasifik. Ikan

    kerapu umumnya tumbuh cepat, kuat, dan cocok untuk budidaya intensif dan

    mempunyai kekhasan dalam pasca panen serta penyajiannya dalam konsumsi.

    Permintaan jenis ikan kerapu yang cukup tinggi disebabkan mempunyai keunikan

    dalam cara memasak dan menyajikannya serta sediaan di alam sangat langka.

    Biasanya ikan kerapu hidup pada kedalaman 20-80 m di bawah permukaan laut

    (SEAFDEC 2001).

    Kerapu merupakan salah satu prioritas komoditas laut yang diunggulkan.

    Menurut data perikanan FAO (2004) menunjukkan bahwa terdapat 13 komoditas

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    23/130

    ikan laut utama yang dibudidayakan di Asia, ikan kerapu termasuk di dalamnya.

    Dalam kurun waktu 20 tahun yaitu dari tahun 1985 hingga 2004, produksi ikan

    kerapu meningkat sebanyak 3 persen. Jika dibandingkan dengan ikan bandeng dan

    ikan makarel yang pada tahun 1985 produksinya berturut-turut adalah 53,5 persen

    dan 30,8 persen pada tahun 2004 menurun menjadi 31,9 persen dan 10,5 persen.

    Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3 Komoditas Ikan Laut Utama yang Dibudidayakan di Asia

    Spesies

    1985 2004

    Jumlah

    (Kg)

    Persentase

    (%)

    Jumlah

    (Kg)

    Persentase

    (%)

    Kerapu 1.320 0,3 57.995 3,6

    Kakap putih 1.971 0,4 134.874 8,4

    Kakap merah 29.173 5,7 164.898 10,2

    Kakap 34 0,0 4.343 0,3

    Tilapia 16.682 3,3 45.469 2,8

    Bandeng 274.451 53,5 514.656 31,9

    Belanak 4.284 0,8 16. 574 1,0

    Makarel 157.781 30,8 168.738 10,5

    Salmon 6.990 1,4 11.257 0,7

    Pipih 1.572 0,3 102.700 6,4

    Buntal 750 0,1 19.190 1,2

    Cobia 0 0,0 20.461 1,3Lain-lain 17.859 3,5 351.179 21,8

    Jumlah 512. 867 100 1.612.294 100

    Sumber: FAO (2004)

    Ikan kerapu sangat penting karena nilai ekonomis ikan kerapu yang tinggi.

    Harga ekspor per kilogram pada bulan februari 2008 untuk jenis kerapu bebek

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    24/130

    (Cromileptes altivelis) berkisar Rp 300.000,- sampai Rp 450.000,-, kerapu sunu

    (Plectropomus leopardus) berkisar Rp 180.000,- sampai Rp 250.000,-, dan

    kerapu macan (Epinephelus fuscogutatus) berkisar antara Rp 80.000,- sampai

    Rp 130.000,-. Selain harga ikan kerapu yang tinggi di pasaran, ikan kerapu juga

    memiliki rasa yang lezat, tekstur daging yang lembut, dan memiliki kandungan

    gizi berupa omega 3 yang cukup tinggi (Tabel 4).1

    Tabel 4 Kandungan Omega-3 pada Beberapa Jenis Ikan

    IkanKandungan Omega-3

    (Gram per 100 gram ikan)Inggris Indonesia

    Sardines Lemuru, Tembang, 3,90

    Mackerel Japuh 3,60

    Grouper Kerapu 3,00

    Rabbit fish Baronang 2,50

    Red Snapper Kakap merah 2,50

    Sea Bass Kakap hitam 0,55

    Milk fish Bandeng 0,55

    Tuna Tuna 0,20

    Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2008

    Berdasarkan data hasil survey Direktorat Jendral Perikanan terdapat 20

    jenis kerapu dan hanya 12 diantaranya yang memiliki nilai komersial. Ikan kerapu

    yang hidup dan berkembang di perairan Indonesia sangat terbatas, diantaranya

    adalah kerapu bebek, kerapu macan, kerapu sunu, kerapu lumpur, kerapu batu dan

    lain-lain. Selain untuk mendukung keberhasilan Protekan (Program Peningkatan

    1

    Wawancara dengan Kepala Pusat Riset Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan DanPerikanan

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    25/130

    Ekspor Hasil Perikanan) yang telah dicanangkan pemerintah, budidaya kerapu

    sekaligus merupakan salah satu upaya pelestarian lingkungan dengan menghindari

    pengerusakan terumbu karang sebagai habitat hidup ikan kerapu. Hancurnya

    terumbu karang di Indonesia antara lain disebabkan oleh penangkapan ikan

    kerapu dan ikan karang lainnya dengan cara menggunakan sianida dan bahan

    peledak.

    Salah satu kendala dari budidaya kerapu adalah pasokan benih yang

    biasanya berasal dari tangkapan alam sehingga dari segi jumlah, kualitas dan

    waktu yang tidak tepat dengan kebutuhan menjadi faktor penghambat dari

    perkembangan budidaya. Tetapi saat ini hal tersebut sudah dapat diatasi karena

    benih kerapu telah dapat dipasok dari hasil pembenihan yang telah banyak

    dilakukan oleh petani Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) yang banyak

    terdapat di sekitar Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL)

    Gondol, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali (Sugama et.al 2001;

    Sutarmat et al 2002; 2003). Daerah tersebut ditunjuk pemerintah melalui

    BBRPBL - Gondol sebagai sentra budidaya ikan laut yang salah satunya adalah

    ikan kerapu.

    Di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL)-Gondol

    pembenihan kerapu telah dirintis sejak tahun 1994, kegiatan ini mulai

    diaplikasikan kepada masyarakat khususnya HRST di sekitar Gondol pada tahun

    1999. Sebelumnya masyarakat di daerah tersebut memproduksi benih bandeng,

    tetapi seiring berjalannya waktu dan kemudahan memproduksi benih bandeng

    mengakibatkan harga benih turun hingga 75 persen. Harga benih bandeng pernah

    mencapai Rp 18,- per ekornya (Ismi, 2005). Sejak saat itu petani tidak hanya

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    26/130

    memproduksi benih bandeng namun juga dapat memproduksi benih kerapu

    sehingga pasokan benih dalam jumlah yang cukup dengan ukuran yang seragam

    sudah mulai dapat terpenuhi. Dari HSRT pasokan benih dapat dilakukan

    sepanjang tahun tanpa tergantung musim sehingga kebutuhan benih yang selama

    ini menjadi kendala bagi budidaya karamba jaring apung dapat ditanggulangi.

    Pemasaran benih kerapu hampir ke seluruh wilayah Indonesia bahkan

    sebagian diekspor ke Malaysia, Singapura, Taiwan, Vietnam, Philipina,

    Hongkong, dan Cina. Pemasaran dalam negeri meliputi wilayah Jawa Timur, Jawa

    Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat, Lampung, Bengkulu, Riau, Bangka,

    Banjarmasin, Balikpapan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara,

    Irian Jaya, NTB, NTT. Harga lokal benih di Bali tergantung musim dan jenis

    dimana harganya berfluktuasi antara Rp 300,-hingga Rp1.500,- per cm dari

    panjang total ikan.

    Seluruh tehnik yang dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan

    Budidaya Laut (BBRPBL)-Gondol telah ditransfer kepada pembenih kerapu

    dalam HSRT dalam memberikan kontribusi untuk mendapat keuntungan,

    memperluas kesempatan kerja dan kesempatan untuk diekspor sehingga usaha ini

    memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Untuk itu perlu dilakukan suatu studi

    kelayakan dari usaha budidaya pembenihan ikan kerapu dalam HSRT agar para

    pembenih dapat meningkatkan kualitas dan performa HSRT sesuai dengan aspek-

    aspek non finansial dan finansial yang telah dikembangkan oleh BBRPBL

    Gondol.

    1.2 Perumusan Masalah

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    27/130

    Ikan kerapu pada umumnya mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi

    karena memiliki rasa yang enak dan kandungan gizi yang baik untuk tubuh.

    Kerapu juga mempunyai pasar yang baik terutama di negara Asean, Hongkong,

    Taiwan. Untuk Hongkong saja permintaan akan ikan kerapu hidup setiap bulan

    dari Indonesia mencapai 30 ton, sementara kemampuan Indonesia untuk

    mengeksport ikan kerapu sekitar 40 persen (Dinas Kelautan dan Perikanan pulau

    Bintan). Permintaan kerapu yang cukup tinggi dan tidak dapat dipenuhi dengan

    penangkapan dari alam, maka petani di beberapa daerah perairan di Indonesia

    mulai memelihara dalam karamba jaring apung dan tambak. Salah satu kendala

    dari budidaya kerapu adalah pasokan benih yang biasanya berasal dari tangkapan

    alam sehingga dari segi jumlah, kualitas dan waktu yang tidak tepat dengan

    kebutuhan menjadi faktor penghambat dari perkembangan budidaya. Pada Tabel 5

    dapat dilihat permintaan ikan kerapu untuk pasar lokal dan ekspor. Kebutuhan

    benih pada tahun 2005 mencai 18.460.000 benih dan baru terpenuhi 10.800.000

    benih sehingga belum dapat memenuhi permintaan pasar ikan kerapu. Begitu juga

    untuk permintaan benih pada tahun 2006 masih kurang sekitar 8. 510.000 benih

    dan pada tahun 2007 kurang sekitar 10.220.000 benih.

    Tabel 5 Kebutuhan Benih Ikan Kerapu di Indonesia

    ParameterTahun

    2005 2006 2007

    Permintaan ikan

    kerapu (ton)7.200 8.000 9.600

    - Lokal 2.880 3.200 3.360- Ekspor 4.320 4.800 6.340

    Kebutuhan benih

    (x1000 ekor)18.460 20.510 24.620

    Ketersediaan benih

    (x1000 ekor)10.800 12.000 14.400

    Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    28/130

    Bali tepatnya di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng merupakan

    cikal bakal adanya sebuah Hatchery Skala Rumah Tangga. Pembenihan yang

    berhasil dikembangkan secara masal baru dimulai pada tahun 1999 oleh Balai

    Besar Riset Perikanan Budidya Laut (BBRPBL) Gondol yang bekerjasama

    denganJapan International Coorporation Agency(JICA). Jenis ikan kerapu yang

    menjadi prioritas utama untuk diusahakan dalam HatcherySkala Rumah Tangga

    adalah kerapu bebek (Cromileptes altivelis), kerapu macan (Epinephelus

    fuscogutatus) dan kerapu sunu (Plectropomus leopardus). Penduduk di daerah

    tersebut mulai mencoba untuk mengusahakan pembenihan ikan kerapu melihat

    tingginya permintaan akan benih ikan kerapu untuk dibudidayakan guna

    memenuhi pasar lokal dan ekspor.

    Hatchery Skala Rumah Tangga (HRST) adalah pembenihan yang

    diusahakan secara sederhana dan biasanya dalam skala kecil dimana pada

    pengusahaannya tidak menyertakan pemeliharaan induk, jadi hanya memperoleh

    telur secukupnya sesuai kebutuhan yang dibeli dari Hatchery lengkap yang

    memelihara induk. Sebaiknya Hatchery skala rumah tangga diusahakan dekat

    denganHatchery lengkap sebagai sumber telur atau telur masih bisa diusahakan

    dari lain daerah asal transportasi tidak menjadi kendala. Untuk memudahkan

    pelaksanaan operasional, lokasi Hatcheryyang dipilih adalah lahan di dekat laut

    atau lahan yang masih terjangkau suplai air langsung dari laut karena pembenihan

    ikan laut memerlukan air dalam jumlah yang banyak dan terus menerus (Slamet,

    2003).

    Budidaya ikan kerapu sunu masih mengandalkan pasok benih dari alam,

    padahal keberadaannya tergantung musim. Kerapu sunu belum banyak

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    29/130

    dikembangkan karena memiliki banyak kelemahan yaitu tingkat keberhasilan

    benih yang sangat minim yaitu sebesar 2% jika dibandingkan dengan kerapu

    macan sebesar 10% dan kerapu bebek sebesar 5%. Adopsi teknik budidaya

    pembenihan kerapu bebek dan kerapu macan merupakan pengembangan

    teknologi, hal ini sedang dikembangkan pada pembenihan kerapu sunu. Sintasan

    yang rendah pada larva kerapu merupakan satu kelemahan yang mendasar yang

    menjadikan harga benih kerapu sunu menjadi mahal.

    Masalah yang dihadapi dalam usaha pembenihan ikan kerapu dalam

    Hatchery Skala Rumah Tangga di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng

    adalah perbedaan karakteristik berupa tingkat keberhasilan atausurvival rate (SR)

    yang dimiliki oleh ketiga spesies kerapu tersebut. Faktor-faktor yang

    mempengaruhi rendahnya SR diantaranya adalah buruknya kualitas larva yang

    baru menetas, larva mati terapung pada permukaan air, larva mati di dasar bak,

    kekurangan nutrisi, duri sirip yang memanjang, dan serangan virus VNN (Viral

    Nervous Necrosis).

    Selama ini usaha pembenihan ikan kerapu dalam HSRT satu siklusnya

    hanya dibenihkan satu jenis ikan kerapu saja. Padahal, menurut Balai Besar

    Budidaya laut Gondol tehnik pembenihan antara kerapu yang satu dengan yang

    lain sama sehingga pembenihan dapat dilakukan bersama-sama untuk ketiga jenis

    ikan kerapu. Penggabungan yang dimaksud adalah dalam satu siklus pembenihan

    di dalam sebuah HSRT dibenihkan ketiga jenis kerapu secara bersamaan tetapi

    dilakukan dalam bak terpisah. Penggabungan pembenihan ketiga jenis ikan kerapu

    akan memenuhi permintaan pasar. Pembenihan yang dilakukan secara masing-

    masing akan menurunkan harga benih itu sendiri karena karakteristik pemilik

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    30/130

    HSRT di daerah tersebut adalah selalu membenihkan jenis kerapu yang sama pada

    saat musim pembenihan sehingga pada musim panen penawaran benih ikan

    kerapu jenis tertentu akan meningkat. Harga jual benih tertinggi dan terendah

    untuk ketiga jenis kerapu dapat dilihat pada Tabel 6.

    Tabel 6 Daftar Harga Benih Ikan Kerapu di Kecamatan Gerokgak Tahun

    2006

    Spesies Ukuran (cm) Harga (Rp)

    Kerapu Macan 2,7-3 cm 600 - 1.000

    Kerapu Bebek 2,7-3 cm 1.800 - 2.700

    Kerapu Sunu 2,7-3 cm 3.750 - 4.500Sumber: Ismi (2006)

    Selain itu, pengusahaan pembenihan ikan kerapu membutuhkan investasi

    yang tidak sedikit. Diperlukan biaya yang cukup besar terutama biaya pembuatan

    bak untuk mempersiapkan dan melaksanakan usaha ini. Meskipun benih ikan

    kerapu memiliki harga jual yang tinggi, tetapi tingkat keberhasilan ikan kerapu

    sangat minim karena tergolong ikan yang sulit dibudidayakan sehingga besarnya

    biaya yang dikeluarkan harus diperhitungkan dengan hasil yang akan diperoleh.

    Besar kecilnya investasi yang dikeluarkan disesuaikan dengan skala usaha yang

    dilakukan dan tingkat pendapatan atau keuntungan yang ingin diperoleh. Usaha

    pembenihan ikan kerapu dalam HSRT adalah usaha kecil yang sudah berkembang

    sejak tahun 1999 di daerah Gerokgak, tetapi sampai saat ini belum dianalisis

    kelayakannya, baik secara finansial maupun non finansial, padahal usaha tersebut

    memiliki potensi yang besar karena ikan kerapu memiliki kesempatan ekspor

    yang besar ditambah lagi tingginya kandungan gizi berupa omega-3 yang dimiliki

    oleh ikan kerapu sehingga untuk pengembangan perlu dilakukan analisis

    kelayakan.

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    31/130

    Berdasarkan gambaran kondisi usaha di atas, maka perlu dilakukan

    analisis kelayakan usaha untuk mengetahui apakah usaha pembenihan kerapu

    pada Hatchery Skala Rumah Tangga layak jika pembenihan dilakukan secara

    gabungan atau masing-masing dilihat dari aspek non finansial dan aspek finansial.

    Untuk mengetahui informasi kelayakan usaha dari masing-masing atau

    penggabungan pembenihan tiga jenis kerapu tersebut diperlukan analisis berbagai

    aspek seperti aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial.

    Tingkat keberhasilan atau survival rate (SR) benih yang berfluktuasi dan

    merupakan masalah mendasar, harga jual benih yang tidak stabil karena

    karakteristik pemilik HSRT yang membenihkan jenis ikan kerapu yang sama di

    musim yang sama sehingga penawaran benih ikan kerapu meningkat yang

    menyebabkan turunnya harga benih ikan kerapu di daerah tersebut, dan harga

    telur yang cenderung meningkat karena kelangkaan persediaan telur sebagai

    bahan baku pembenihan. Untuk itu, maka perlu dilakukan analisis sensitivitas

    terhadap penurunan tingkat keberhasilan atausurvival rate (SR), penurunan harga

    benih dan peningkatan harga telur ikan kerapu.

    Untuk melakukan analisis finansial diperlukan perhitungan tentang

    manfaat dan biaya. Dari perhitungan manfaat dan biaya ini dapat diketahui apakah

    usaha pembenihan tiga jenis kerapu, baik pembenihan yang dilakukan secara

    masing-masing ataupun gabungan tersebut layak untuk terus dikembangkan atau

    tidak, kemudian dipilih usaha mana yang lebih menguntungkan. Selain itu, dapat

    pula diketahui berapa waktu yang diperlukan untuk pengembalian investasi

    (payback period).

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    32/130

    Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka

    beberapa masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana tehnik budidaya pembenihan ikan kerapu dalam HatcherySkala Rumah Tangga?

    2. Bagaimana kelayakan usaha pembenihan ikan kerapu dalam HatcherySkala Rumah Tangga bila dilakukan pembenihan masing-masing jenis

    kerapu dan jika digabungkan ketiganya?

    3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) dari usaha pembenihan ikankerapu apabila terjadi perubahan harga benih, perubahan tingkat survival

    ratedan perubahan harga telur?

    1.3Tujuan PenelitianBerdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah

    dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk:

    1. Mengkaji Keragaan usaha pembenihan ikan kerapu dalam Hatchery Skalarumah Tangga serta menganalisis kelayakan usaha pembenihan ikan

    kerapu dalam Hatchery Skala Rumah Tangga dilihat dari aspek pasar,

    teknis, manajemen dan sosial.

    2.

    Menganalisis kelayakan finansial usaha pembenihan ikan kerapu macan,

    kerapu bebek dan kerapu sunu dalamHatcherySkala Rumah Tangga, baik

    dilakukan pembenihan masing-masing atau penggabungan ketiganya.

    3. Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha pembenihan ikan kerapu jikaterjadi perubahan variabel tingkat keberhasilan pembenihan atau survival

    rate(SR), harga jual benih, dan harga beli telur ikan kerapu.

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    33/130

    1.4 Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

    1. Para petani yang mengusahakan pembenihan kerapu dalam HatcherySkala Rumah Tangga, sebagai bahan pertimbangan dalam perluasan usaha

    selanjutnya

    2. Pemerintah, sebagai masukan untuk lebih mengembangkan tehnikbudidaya pembenihan ikan kerapu guna meningkatka tingkat keberhasilan

    pembenihan atausurvival rate(SR).

    3. Calon investor, sebagai informasi dan pertimbangan sebelum menanamkanmodal pada usaha budidaya ikan kerapu.

    4. Penelitian kelayakan usaha ikan kerapu berikutnya, khususnya mengenaibudidaya pembesaran ikan kerapu.

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    34/130

    II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Gambaran Umum Ikan KerapuKeberadaan ikan kerapu sangat luas di dunia meliputi Perairan Jepang,

    Pulau, Guam, New Caledonia, Queensland, Australia dan lautan India Timur dari

    Nicobar hingga Broome, Australia Barat (Heemstra dan Randall 1993, dalam

    Sutarmat et al. 2003). Di Indonesia kerapu dapat dijumpai di Perairan Teluk

    Banten, Ujung Kulon, Kepulauan Riau, Pulau Seribu, Kepaluan Karimun Jawa,

    Madura, Kalimantan dan Nusa Tenggara (Evalawati et al. 2001, dalamSutarmat

    et al. 2003 ).

    Kerapu dapat berkembang biak pada terumbu karang hidup maupun yang

    mati atau perairan karang berdebu dan tide pools (Heemstra dan Randall 1993,

    dalamSutarmat et al. 2003). Ikan kerapu muda dapat ditemukan pada kedalaman

    antara 0,5 sampai 3 meter dan yang dewasa pada kedalaman 40 sampai 60 meter.

    Induk ikan kerapu didapat dari penangkapan di alam (kerapu sunu) dan dibeli dari

    pengumpul ikan hidup untuk ekspor (kerapu macan dan kerapu bebek). Ikan yang

    diperoleh dari pengumpul biasanya jarang yang matang gonad, sehingga agak sulit

    untuk menentukan jenis kelamin. Untuk itu disarankan agar membeli ikan yang

    berukuran lebih dari satu kilogram (Sugama et al. 2001). Kerapu macan dan

    kerapu lumpur yang digunakan untuk induk sudah dapat dilakukan pembenihan

    sendiri setelah tahun 2002, akan tetapi kerapu sunu belum dapat dilakukan

    kegiatan pembenihan karena keterbatasan penyediaan induk di alam, sedangkan

    permintaan di pasar tinggi.

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    35/130

    Ikan kerapu memiliki 15 genera yang terdiri atas 159 spesies. Effendi

    (2002) menyatakan bahwa ikan kerapu merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit

    protogini, dimana proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase

    jantan atau ikan kerapu ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian

    berubah menjadi ikan jantan. Fenomena perubahan jenis kelamin ini sangat erat

    hubungannya dengan aktivitas pemijahan, umur, indeks kelamin dan ukuran.

    Selain itu juga aktivitas pemijahan ikan kerapu dipengaruhi oleh peredaran bulan

    atau umur bulan (bulan gelap) hubungannya dengan faktor lingkungan, dimana

    puncak aktivitas pemijahan terjadi pada malam hari tepat bulan baru (bulan mati).

    Ikan kerapu biasanya dipelihara dalam keramba jaring apung (KJA) dan

    jadi tambak, namun KJA lebih umum diterapkan di negara-negara Asia Tenggara.

    Budidaya ikan kerapu di tambak bekas budidaya udang intensif menjadi sangat

    menarik terutama setelah tambak udang intensif menemui masalah produksi. KJA

    harus ditempatkan di lokasi yang perairannya tenang (teluk terlindung atau antara

    pulau-pulau) dengan arus air yang memadai. Lokasi KJA juga harus mempunyai

    pertukaran air (arus ) yang baik, tidak terjadi pengadukan air pada kedalaman

    tertentu (SEAFDEC 2001).

    Ikan kerapu termasuk karnivora, sebagai pemakan ikan kecil, cumi-cumi

    dan crustacea. Ukuran panjang ikan kerapu bisa mencapai 70 cm dan berat

    mencapai 4,8 Kg. Menurut Lau dan Li (2000) matang gonad ikan kerapu pada

    ukuran panjang rata-rata 39 cm untuk betina dan 50 cm untuk jantan. Ikan jantan

    mudah diketahui dengan cara memijat bagian perutnya maka akan keluar cairan

    putih susu atau sperma dan ikan betina dicirikan dengan membesarnya bagian

    abdomen yang apabila disedot dengan kanul akan didapat butiran telur.

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    36/130

    Pengecekan ini biasanya dilakukan menjelang bulan mati. Ikan kerapu termasuk

    ikan yang protogynus hermaprodit, artinya pada saat berukuran kecil (berukuran

    kurang dari 1 kg) berkelamin betina dan setelah dewasa ukuran tertentu (di atas 2

    kg) jenis kelamin akan berubah menjadi jantan hingga akhir hidupnya. Akan

    tetapi di BBRPBL Gondol ditemukan ikan kerapu berukuran di atas 3 kg tetap

    berkelamin betina (tidak berubah) dikarenakan pemeliharaan ikan di dalam bak.

    Pertumbuhan ikan kerapu sangat lambat, untuk mencapai ukuran panjang 33 cm

    memerlukan waktu 2 tahun, sedangkan di BBRPBL Gondol menemukan

    pertumbuhan ikan kerapu dari 10 gr sampai 500 gr membutuhkan waktu 14 bulan.

    Hal ini dikarenakan perbedaan kondisi lingkungan pemeliharaan (Sugama et al.

    2001).

    Kondisi yang tidak memungkinkan dapat menurunkan daya tahan tubuh

    ikan sebab itu penyakit mudah masuk dan menyerang ikan kerapu. Penyakit

    kerapu disebabkan oleh beberapa sebab (komplikasi), baik dari lingkungan dan

    agen penyakit maupun dari sesama agen penyakit yaitu virus, jamur dan parasit

    (SEAFDEC 2001). Kondisi lingkungan dapat disebabkan oleh kepadatan yang

    tinggi, adanya racun dari lingkungan, mutu pakan yang buruk dan perubahan

    kadar garam dari air laut. Dampak yang ditimbulkan oleh penyakit meliputi

    pertumbuhan yang lambat, SR yang rendah, perubahan warna dan waktu yang

    lama dalam pemeliharaan. Penyakit dapat ditularkan melalui penyebaran

    horizontal melalui pakan, air untuk budidaya dan pengangkutan, binatang

    pembawa penyakit dalam budidaya dan atau penyebaran secara vertikal melalui

    telur dan sperma. Kontrol yang sigap dan tepat dalam mengambil tindakan

    preventif pencegahan penyakit sangat diperlukan.

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    37/130

    2.2 Biologi Ikan Kerapu

    2.2.1 Taksonomi

    Ikan kerapu memiliki 15 genera yang terdiri atas 159 spesies. Satu

    diantaranya adalah Cromileoptes altivelisyang selain sebagai ikan konsumsi juga

    juvenilnya juga sebagai ikan hias. Ikan kerapu termasuk famili Serranidae,

    Subfamili Epinephelinea, yang umumnya dikenal dengan nama groupers,

    rockcods, hinds, dan seabasses. Ikan kerapu ditemukan di perairan pantai Indo-

    Pasifik sebanyak 110 spesies dan di perairan Filipina dan Indonesia sebanyak 46

    spesies yang tercakup ke dalam 7 genera Aethaloperca, Anyperodon,

    Cephalopholis, Cromileptes, Epinephelus, Plectropomus, dan Variola

    (Marsambuana dan Utojo, 2001).

    Ikan Kerapu diklasifikasikan sebagai berikut:

    Klas : Pisces

    Sub klas : Teleostei

    Ordo : Percomorphi

    Sub ordo : Percoidea

    Devisi : Perciformis

    Famili : Serranidea

    Sub famili : Epinephelinea

    Genus : Epinephelus

    Spesies : Epinephelus sp.

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    38/130

    2.2.2 Ciri-Ciri Morfologi Ikan Kerapu

    Ciri-ciri morfologi ikan kerapu adalah sebagai berikut (Wardana, 1994):

    1. Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil daripada panjang dantinggi tubuh.

    2. Rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat.3. Mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjol

    melebihi bibir atas.

    4. Sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjangdimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang

    berjari-jari lunak.

    5. Posisi sirip perut berada di bawah sirip dada.6. Badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid.

    Pada ikan kerapu genus Aethaloperca merupakan monotipik, terdiri atas

    satu spesies, warna coklat gelap, tubuh melebar, sirip dada tidak simetris, sirip

    punggung terdiri atas 9 jari-jari keras, sirip ekor tegak. Ikan kerapu genus

    Anyperodon merupakan monotipik, warna abu-abu sampai abu-abu kecoklatan,

    bintik coklat pada kepala, tidak ada gigi pada langit-langit, kepala dan tubuh

    panjang 3-4 kali dari panjang kepala serta sirip bundar, tebal badan 11-15 persen

    dari panjang standar,.

    Ikan kerapu genus Cephalopholis terdiri atas warna gelap, yaitu coklat

    kemerahan sampai coklat tua dan warna terang, yaitu merah kecoklatan sampai

    merah atau kuning atau jingga, panjang standard 2,2 3,1 kali dari panjang

    kepala, rahang pada ikan dewasa dilengkapi dengan bonggol, sirip ekor berbentuk

    bundar. Ikan kerapu genusEpinephelustubuh ditutupi oleh bintik-bintik berwarna

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    39/130

    cokelat atau kuning, merah atau putih, tinggi badan pada sirip punggung pertama

    biasanya lebih tinggi dari pada sirip dubur, sirip ekor berbentuk bundar.

    Ikan kerapu genus Plectropomuswarna gelap bergaris (menyerupai pita)

    dan yang tidak bergaris, warna tubuh agak putihan, sirip berwarna kuning, tulang

    sirip dubur lemah, panjang standard 2,8 3,1 kali dari panjang kepala, sirip ekor

    umumnya tegak, dan yang terakhir ikan kerapu dari genus Variolawarna tubuh

    ditutupi oleh bintik merah, sirip ekor berwarna putih tipis pada bagian pinggir,

    panjang standard 2,52,8 kali dari panjang kepala, sirip ekor berbentuk sabit.

    2.3 Tahapan Pembenihan Ikan Kerapu

    Tahapan pembenihan ikan kerapu dimulai dari penanganan induk. Biasanya

    ikan kerapu memijah saat bulan mati pada pukul 22.00-24.00. Telur yang sudah

    dibuahi akan mengapung di permukaan air dan terbawa arus sirkulasi air. Telur

    akan tersaring dan terkumpul di luar bak pemijahan. Panen telur dilakukan pada

    pukul 06.00-07.00 saat telur sudah dalam stadia embrio. Telur yang telah dipanen

    dipindahkan ke dalam tangki yang sudah lengkap dengan peralatan aerasi dan

    sirkulasi air, kemudian kotoran yang tersisa pada telur dibersihkan.

    Tahapan selanjutnya adalah penanganan larva. Telur yang sudah siap untuk

    dibiakkan ditebar dalam bak larva dengan kepadatan 10 butir per liter, jadi untuk

    ukuran bak larva 10 ton ditebar 100.000 butir telur. Pada hari kedua bak larva

    ditambahkan Chlorella (plankton) sebagai green water. Kemudian pada hari

    ketiga larva mulai diberi makan berupa pakan alami yaitu rotifer. Pemberian

    rotifer sampai larva berumur 25 hari. Pada hari ke-12 larva mulai diberikan pakan

    buatan berupa pelet. Pelet diberikan sampai larva berbentuk benih dan siap untuk

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    40/130

    dipanen. Ukuran pelet yang diberikan sesuai dengan ukuran larva. Artemia

    diberikan pada saat larva berumur 17 hari. Banyaknya pemberian disesuaikan

    dengan perkiraan jumlah larva. Artemia diberikan sampai larva berumur 35-40

    hari.

    Pergantian air dan penyiponan dasar bak perlu dilakukan. Pada hari ke-9

    sampai hari ke-12 pergantian air mulai dilakukan. Pergantian air dilakukan dengan

    sistem air mengalir sedikit demi sedikit. Penyiponan dasar bak dilakukan pada

    hari ke-9 atau hari ke-11 secara perlahan. Penyiponan dilakukan setiap hari

    setelah diberi pakan buatan.

    Benih yang siap dipanen dari bak larva sebelum dijual sebaiknya

    dipindahkan ke dalam bak grading. Pakan buatan tetap diberikan pada tahap ini.

    Biasanya pada tahap ini benih rentan terhadap serangan (Viral Nervous Necrosis)

    VNN. Kematian dapat mencapai 100 persen karena virus tersebut mengakibatkan

    kelemahan tubuh ikan. Dengan memberikan pakan buatan akan mempercepat

    kekeruhan bak, sehingga pergantian air harus ditingkatkan dengan suhu 27-28 C

    dan salinitas 34-35 ppt, karena hal ini dapat mencegah berkembangnya VNN.

    2.4 Kiat-Kiat dalam Pembenihan Ikan Kerapu

    Dalam perkembangan larva kerapu dari fase larva hingga juvenil banyak

    mengalami perubahan bentuk tubuh. Sebelum metamorfosis, larva sangat rentan

    terhadap perubahan lingkungan. Oleh karena itu selama pemeliharaan perlu

    manajemen yang baik. Pemeliharaan larva pada suhu air 28-30 C memerlukan

    waktu sekitar 45 hari untuk metamorfosis.

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    41/130

    Tingkat keberhasilan atau Survival Rate (SR) dalam pemeliharaan larva

    kerapu sangat bergantung pada kemampuan untuk menghindarkan terjangkitnya

    penyakit yang disebabkan oleh virus Viral Nervous Necrosis (VNN). Sekali

    terjadi serangan VNN maka akan terjadi kematian yang cukup tinggi dan

    terkadang larva mati total dalam beberapa hari. Pencegahan berjangkitnya VNN

    harus selalu diupayakan dengan cara membuat lingkungan pemeliharaan larva

    yang nyaman, tidak terjadi perubahan lingkungan atau kekurangan pakan yang

    dapat menimbulkan stress. Larva dalam kondisi lemah dan stress sangat mudah

    diserang VNN, karena VNN kemungkinan besar ada di setiap perairan.

    Kanibalisme adalah bukan faktor utama penyebab rendahnya SR

    pembenihan ikan kerapu. Berikut ini adalah beberapa faktor penyebab terjadinya

    kematian larva selama pemeliharaan dan pencegahannya.

    1. Mati terapung pada permukaan air

    Larva berumur antara 0-5 hari setelah menetas (HSM) sangat mudah

    terperangkap pada tegangan permukaan air. Sekali larva terperangkap tidak dapat

    bergerak lagi, lalu mati. Sebelum mati, larva menjadi stress dan selama stress

    banyak mengeluarkan lendir dan lendir tersebut mempercepat terperangkapnya

    larva lain sehingga menyebabkan kematian yang tinggi pada awal pemeliharaan.

    Untuk menghindari kematian tersebut maka pelu dilakukan pengaturan letak dan

    kekuatan aerasi, memberi minyak ikan pada permukaan air, dan pertahankan

    warna air.

    2. Mati di dasar bak

    Beberapa kejadian yang menunjukkan bahwa larva berumur 2 HSM

    cenderung berada di dasar bak dan tidak menyebar. Keadaan ini dapat

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    42/130

    menyebabkan kematian yang tinggi. Penyebab kematian belum diketahui dengan

    pasti apakah dari kualitas telur dan larva yang menetas kurang baik atau larva

    yang berada di dasar bak mengalami stress lalu memproduksi lendir dan lengket

    satu sama lain, dan akhirnya mati. Untuk menghindari hal tersebut maka perlu

    dilakukan penguraangan kepadatan telur dalam bak dan beri aerasi yang kuat.

    3. Duri sirip memanjang

    Mulai 10 HSM larva mempunyai satu sirip punggung dan dua sirip dada

    yang berduri dan memanjang bersamaan dengan bertambahnya umur larva.

    Adanya pertumbuhan duri yang panjang menjadikan masalah dalam pembesaran

    larva, apabila larva dipelihara dalam kepadatan tinggi, duri sirip tersebut akan

    saling mengkait satu sama lain, terutama apabila larva bergerombol di satu tempat

    akibat adanya perbedaan intensitas cahaya dalam bak larva. Larva ikan kerapu

    termasuk jenis yang berfototaksis positif yaitu cenderung mencari cahaya. Apabila

    duri sirip tersebut saling mengkait dan jumlah larva yang bergerombol cukup

    banyak, maka kematian yang tinggi sering terjadi terutama pada larva berumur

    antara 10-25 HSM. Usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari hal tersebut

    adalah pengaturan cahaya di atas bak, tambah jumlah aerasi, letakkan batu aerasi

    didekat dinding bak, dan pertahankan warna air bak hijau.

    4. Kekurangan nutrisi

    Kematian sedikit demi sedikit dan terus-menerus terjadi setelah larva

    berumur 25 HSM. Kematian ini diduga disebabkan oleh kekurangan nutrisi dalam

    pakan. Untuk menghindari kejadian kematian seperti ini, sebaiknya larva diberi

    pakan buatan sedini mungkin, karena pakan buatan mengandung cukup nutrisi

    yang dibutuhkan larva. Usaha yang perlu dilakukan untuk menghindari hal

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    43/130

    tersebut adalah dengan memberikan pakan buatan sedini mungkin, pakan buatan

    diberikan sebelum mulai pemberian artemia, dan pakan berupa artemia harus

    segera habis dimakan sehingga pemberian artemia harus sesuai dengan

    kebutuhan.

    2.5 Penelitian Terdahulu

    Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2006), meneliti tentang kelayakan

    usaha pembenihan dan penggelondongan ikan kerapu macan pada BBL Pulau

    semak daun. Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa usaha layak dari semua

    aspek kecuali aspek finansial. Usaha tersebut dikatakan tidak layak pada tingkat

    harga jual Rp 10.000,- per ekor benih. Usaha tersebut akan menjadi layak jika

    mengikuti harga jual pasaran yaitu Rp 15.000,- per ekor benih. Usaha tersebut

    dikatakan relatif sensitif terhadap perubahan survival rate dan biaya variabel,

    namun dapat dikatakan layak untuk diusahakan.

    Reni (2006) melakukan penelitian komoditas perikanan, yaitu Analisis

    Kelayakan Finansial Pembenihan dan Pendederan Ikan Nila Wanayasa pada

    Kelompok Pembudidaya Mekarsari, Desa Tanjungsari, Kecamatan Pondoksalam,

    Kabupaten Purwakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran

    umum usaha pembenihan dan pendederan ikan nila Wanayasa yang dilakukan

    oleh anggota kelompok pembudidaya Mekarsari di Desa Tanjungsari,

    menganalisis keuntungan usaha, menganalisis keuntungan investasi yang

    ditanamkan dan menganalisis sensitivitas usaha terhadap perubahan harga faktor

    produksi, dalam hal ini pakan. Kelayakan usaha dan sensitivitas dinilai

    berdasarkan kriteria investasi yang terdiri atas NPV, Net B/C, dan IRR.

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    44/130

    Hasil analisis yang diperoleh menyatakan bahwa nilai NPV

    Rp 225.116.401,83; Net B/C 19,38 dan IRR 707 persen. Hasil analisis sensitivitas

    dengan metoda switching value diperoleh bahwa usaha masih layak dijalankan

    dengan adanya peningkatan harga pakan sampai batas kenaikan 800,917 persen,

    karena nilai NPV sama dengan nol, Net B/C sama dengan 1, dan IRR sama

    dengan tingkat suku bunga. Permasalahan yang dihadapi oleh pembudidayaan

    ikan nila Wanayasa di Desa Tanjungsari adalah kurangnya peran serta pemerintah

    dalam memberikan kemudahan-kemudahan kepada pembudidaya untuk

    mengembangkan usahanya serta dalam meningkatkan motivasi pembudidaya ikan

    nila Wanayasa untuk meningkatkan usahanya dalam memperbaiki manajemen

    usahanya.

    Hasil penelitian Firdaus (2006), Analisis Kelayakan Finansial Usaha

    Budidaya Udang Windu di PT. Kuala Laras Sentana, Kecamatan Medang Deras,

    Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatra Utara. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui gambaran umum usaha budidaya udang windu PT. Kuala Laras

    Sentana, menganalisis keuntungan usaha, menganalisis kelayakan investasi yang

    ditanamkan dan menganalisis sensitivitas usaha terhadap perubahan faktor

    produksi, dalam hal ini harga udang dan harga pakan. Hasil perhitungan analisis

    usaha yang dilakukan selama satu tahun usaha tersebut memperoleh keuntungan

    sebesar Rp 636.489.237,83. Hasil perhitungan analisis usaha budidaya udang

    Windu menguntungkan dilihat dari hasil perhitungan R/C>1 yaitu 1,47.

    Hasil analisis kelayakan investasi melalui 3 kriteria investasi terhadap

    usaha budidaya udang windu PT. Kuala Laras Sentana diperoleh nilai NPV

    sebesar Rp 1.281.908.706,51; Net B/C sebesar 3,02 dan IRR sebesar 57,90 persen

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    45/130

    yang menunjukkan bahwa usaha budidaya Udang Windu di PT Kuala Selaras

    Sentana layak untuk dikembangkan selama umur proyek yaitu 8 tahun.

    Hasil analisis sensitivitas pada usaha budidaya udang windu apabila terjadi

    kenaikan harga pakan sebesar 18,75 persen diperoleh nilai NPV sebesar

    Rp945.794.043,43, Net B/C sebesar 2,49 dan IRR sebesar 51,90 persen yang

    menunjukkan usaha budidaya udang windu di PT. Kuala Laras Sentana masih

    layak untuk dikembangkan selama umur proyek. Demikian pula apabila terjadi

    penurunan harga jual udang sebesar 14,55 persen diperoleh nilai NPV sebesar

    Rp23.474.030,45; Net B/C sebesar 1,04 dan IRR sebesar 19,71 persen yang

    menunjukkan bahwa usaha budidaya udang windu di PT. Kuala Laras Sentana

    masih layak untuk dikembangkan selama umur proyek.

    Pada penelitian ini, pembahasan difokuskan pada analisis kelayakan

    finansial usaha pembenihan ikan kerapu dalam HatcherySkala Rumah Tangga di

    Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Penelitian ini juga tidak hanya

    membahas satu jenis ikan kerapu saja, tetapi membahas tiga jenis ikan kerapu

    yaitu kerapu macan, kerapu bebek dan kerapu sunu. Skenario yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis kelayakan dari masing-masing

    jenis ikan kerapu tersebut dan penggabungan ketiganya. Kemudian usaha tersebut

    dibandingkan dan dipilih usaha yang paling layak. Analisis kelayakan yang

    dibahas dalam penelitian ini adalah analisis kelayakan non finansial dan analisis

    kelayakan finansial. Analisis kelayakan non finansial yaitu analisis yang

    dilakukan berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek

    sosial kemudian analisis kelayakan finansial dilakukan dengan menghitung

    kriteria investasi seperti NPV, IRR, Net B/C dan PBP. Analisis sensitivitas juga

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    46/130

    dilakukan untuk menghitung sampai sejauh mana pengaruh perubahan faktor-

    faktor yang sangat sensitif mempengaruhi kriteria kelayakan investasi.

    Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah komoditas

    perikanan yang diteliti. Pada penelitian ini membahas pembenihan ikan kerapu

    kemudian daerah tempat melakukan penelitian adalah di Kecamatan Gerokgak,

    Kabupaten Buleleng, Bali. Pembahasan juga difokuskan pada usaha pembenihan

    saja tidak sampai pembesaran ikan kerapu.

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    47/130

    III KERANGKA PEMIKIRAN

    3.1 Analisis Kelayakan ProyekUsaha atau proyek merupakan suatu kegiatan investasi, yang menggunakan

    sumberdaya (biaya) untuk memperoleh keuntungan atau manfaat dalam periode

    waktu tertentu. Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya

    suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan

    berhasil.

    Menurut Gray (1993) tujuan dilaksanakannya analisis kelayakan proyek

    adalah 1) Mengetahui tingkat benefit yang dicapai dalam suatu proyek, 2)

    Menghindari pemborosan sumberdaya, 3) Memilih alternatif proyek yang

    menguntungkan, 4) Menentukan prioritas investasi.

    Dalam menganalisa suatu proyek yang efektif harus mempertimbangkan

    aspek-aspek yang saling berkaitan yang secara bersama-sama menentukan

    bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu

    dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap dalam

    perencanaan proyek dan siklus pelaksanaannya (Gittinger 1986). Aspek-aspek

    tersebut antara lain adalah :

    1.

    Aspek Pasar

    Aspek pasar meliputi permintaan, baik secara total ataupun diperinci

    menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan, dan proyeksi permintaan. Kemudian

    penawaran, baik berasal dari dalam negeri maupun impor. Kemudian harga,

    program pemasaran dan perkiraan penjualan. Kelayakan aspek pasar akan sangat

    berkaitan besarnya penerimaan yang akan diperoleh dalam usaha, karena aspek ini

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    48/130

    akan menentukan besarnya penekanan biaya pemasaran dan peningkatan nilai jual

    output yang dapat diupayakan

    2. Aspek TeknisAspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses

    pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut

    selesai dibangun. Menilai aspek kelayakan teknis merupakan langkah awal yang

    harus dilakukan sebelum memutuskan untuk memulai atau mengembangkan suatu

    usaha. Aspek-aspek lain dalam analisis proyek akan berjalan jika analisis secara

    teknis dapat dilakukan. Analisis aspek teknis akan menguji hubungan-hubungan

    teknis yang mungkin dalam suatu proyek yang diusulkan. Hubungan-hubungan

    tersebut seperti potensi bagi pembangunan, ketersediaan air, salinitas air, suhu

    udara dan pengadaan input produksi.

    Dalam suatu usaha, hubungan aspek-aspek teknis sangat menentukan

    keberhasilan usaha terutama keberhasilan proses produksi. Masing-masing

    komponen dalam aspek teknis ini saling terkait satu sama lain dan ketidaklayakan

    salah satu komponen akan mengganggu proses produksi secara keseluruhan.

    Selain fasilitas produksi, kelayakan teknis fasilitas pemasaran juga harus

    dipenuhi karena akan menentukan keberhasilan pemasaran output, khususnya

    dalam upaya menekan biaya pemasaran dan mempertahankan kualitas output yang

    dihasilkan untuk mencapai nilai jual yang paling tinggi. Produk perikanan

    termasuk barang yang mudah rusak sehingga membutuhkan fasilitas dan

    penanganan yang baik dalam upaya pemasarannya.

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    49/130

    3. Aspek Finansial dan EkonomiDalam menganalisis kelayakan suatu proyek, ada dua macam analisis yang

    dapat dilakukan yaitu analisis finansial dan analisis ekonomi. Analisis kelayakan

    finansial melihat suatu proyek dari sudut pandang individu atau lembaga yang

    mempunyai kepentingan langsung dalam proyek atau yang menginvestasikan

    modalnya dalam proyek, sedangkan analisis kelayakan ekonomi melihat suatu

    proyek dari sudut pandang perekonomian secara keseluruhan, yang

    memperhatikan hasil total, produktifitas atau keuntungan yang didapat dari semua

    yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara

    keseluruhan. Pada penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat kelayakan suatu

    proyek dari sisi finansial.

    4. Aspek ManajemenMenurut Husnan dan Suwarsono (1994), yang dipelajari dari aspek

    manajemen adalah bentuk organisasi usaha yang dipilih, struktur organisasi,

    deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan, dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.

    Evaluasi aspek manajemen meliputi jumlah dan persyaratan tenaga manajemen,

    anggaran balas jasa karyawan yang diperlukan, berapa macam tugas operasi

    proyek yang memerlukan keahlian khusus, jenis tugas apa yang membutuhkan

    pendidikan tambahan, dalam bidang apa, dimana diperoleh, dan untuk berapa

    lama.

    5. Aspek LingkunganNegara-negara di seluruh dunia sekarang semakin menyadari adanya

    pengaruh bagi lingkungan akibat pelaksanaan proyek dan para pengambil

    keputusan ingin memastikan bahwa para pelaksana proyek telah

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    50/130

    mempertimbangkan masalah lingkungan yang setiap kerugian ekologinya sudah

    diusahakan sekecil-kecilnya. Menurut Umar (1997), pertumbuhan dan

    perkembangan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari lingkungan sekitarnya.

    Lingkungan dapat berpengaruh positif maupun negatif pada suatu usaha, sehingga

    aspek ini perlu dianalisis juga.

    3.2 Teori Biaya dan Manfaat

    Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, sedangkan

    manfaat adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan. Biaya-biaya yang

    digunakan dalam analisis proyek agribisnis adalah biaya-biaya langsung seperti

    biaya investasi, biaya operasional, dan biaya lain-lain.

    Menurut Kadariah (1999), manfaat dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

    1. Manfaat langsung (direct benefit) yang diperoleh dari adanya kenaikan nilaioutput, fisik, dan atau dari penurunan biaya.

    2. Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yang disebabkan adanya proyektersebut dan biasanya dirasakan oleh orang tertentu dan masyarakat berupa

    adanya efek multiplier, skala ekonomi yang lebih besar dan adanya dinamic

    secondary effect, misalnya perubahan dalam produktifitas tenaga kerja yang

    disebabkan oleh keahlian.

    3. Manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang ( intangibleeffect), misalnya perbaikan lingkungan hidup, perbaikan distribusi pendapatan,

    dan lainnya.

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    51/130

    3.3 Proyeksi Cash f low

    Dalam analisis finansial, selain analisis rugi laba diperlukan juga proyeksi

    aliran kas (cash flow). Kegunaan proyeksi ini adalah dengan kas investor dapat

    melakukan investasi dan membayar kewajiban finansial (terutama bila proyek

    dibiayai dengan modal pinjaman). Arti penting proyeksi cash flow ini sangat

    terkait dengan nilai waktu dari uang saat ini lebih berharga daripada nanti.

    Untuk proyek pembenihan dan penggelondongan ikan kerapu dimana

    investasi dilakukan pada saat sekarang (awal tahun), sedangkan hasilnya baru

    diterima setelah tahun berikutnya. Dalam penelitian ini aliran kas yang

    berhubungan dengan proyek budidaya pembenihan ikan kerapu dikelompokkan

    menjadi tiga bagian, yaitu: aliran kas permulaan, aliran kas operasional dan aliran

    kas terminal. Aliran kas permulaan (Initial Cash Flow) merupakan pengeluaran

    investasi untuk periode awal, sedangkan kas operasional (Operasional Cash

    Flow) merupakan aliran kas yang timbul selama operasi proyek dan aliran kas

    teminal (Terminal Cash Flow) merupakan aliran kas yang timbul waktu proyek

    berakhir.

    3.4 Analisis Finansial

    Dalam mencari ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu proyek

    diperlukan pengukuran menggunakan beberapa kriteria. Kriteria ini tergantung

    dari kebutuhan akan keadaan masing-masing proyek. Setiap kriteria memiliki

    kebaikan serta kelemahan masing-masing, sehingga dalam penilaian kelayakan

    suatu proyek hendaknya digunakan beberapa metode sekaligus. Hal ini bertujuan

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    52/130

    untuk memberikan hasil yang lebih sempurna. Menurut Kadariah (1999) kriteria

    yang biasa digunakan antara lain :

    1. Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value)Net Present Value(NPV) merupakan nilai sekarang dari selisih antara manfaat

    (benefit) dengan biaya (cost) pada tingkat suku bunga tertentu.

    2. Tingkat Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return)Internal Rate of Return(IRR) merupakan discount rateyang dapat membuat

    arus penerimaan bersih sekarang dari suatu proyek (NPV) sama dengan nol.

    3. Rasio Manfaat-Biaya bersih (Net Benefit-Cost Ratio)Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara

    jumlah net present value (NPV) yang positif dengan jumlah net present value

    (NPV) yang negatif.

    4. Pengembalian Investasi (Payback Period)Payback Period (PBP) merupakan suatu periode yang diperlukan untuk

    menutup kembali pengeluaran investasi yang didanai dengan aliran kas.

    3.5 Analisis Sensitivitas

    Suatu proyek pada dasarnya menghadapi ketidakpastian karena dipengaruhi

    perubahan-perubahan, baik dari sisi penerimaan maupun dari sisi pengeluaran.

    Perubahan-perubahan tersebut akhirnya akan mempengaruhi tingkat kelayakan

    suatu proyek, oleh karena itu dilakukan analisis sensitivitas.

    Analisis kepekaan (Sensitivity Analisis) dilakukan untuk meneliti kembali

    suatu kepekaan proyek/usaha, agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi

    akibat keadaan yang berubah-ubah atau ada suatu kesalahan dalam dasar-dasar

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    53/130

    perhitungan biaya-manfaat. Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah

    suatu unsur atau mengkombinasikan perubahan beberapa unsur dan menentukan

    pengaruh dari perubahan pada hasil semula.

    Dalam analisis sensitivitas, semua kemungkinan (yang mempengaruhi

    komponen manfaat dan biaya) harus dicoba. Menurut Kadariah (1999) hal-hal

    yang harus diperhatikan adalah

    1. Adanya Cost Over Run(kenaikan dalam biaya konstruksi). Biasanya untukbiaya input seperti biaya untuk benih, pakan, dan peralatan.

    2. Perubahan dalam perbandingan harga terhadap tingkat harga umum(penurunan harga hasil produksi).

    3. Adanya implementasi waktu. Biasanya disebabkan oleh keterlambatanpemesanan dan penerimaan alat baru, masalah administrasi yang tak

    terhindarkan, dan adanya teknik yang baru sehingga membutuhkan waktu

    untuk beradaptasi dalam penggunaan teknik baru tersebut.

    4. Kesalahan dalam memperkirakan hasil produksi .

    3.6 Kerangka Pemikiran Konseptual

    Ikan kerapu merupakan salah satu prioritas komoditas laut yang

    diunggulkan, maka usaha budidaya ikan kerapu merupakan salah satu alternatif

    usaha yang perlu dikembangkan, disamping memiliki peluang pasar yang masih

    sangat terbuka, khususnya di pasar Internasional. Salah satu kendala dari budidaya

    kerapu adalah pasokan benih, tetapi saat ini benih kerapu telah dapat dipasok dari

    hasil pembenihan yang telah banyak dilakukan oleh petaniHatcherySkala Rumah

    Tangga (HSRT) yang banyak terdapat di Bali, jenis kerapu tersebut adalah kerapu

    macan (Epinephelus Fuscoguttatus), kerapu bebek (Cromileptes altivelis), dan

  • 5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama

    54/130

    kerapu sunu (Plectropomus leopardus). Kegiatan HSRT hanya melakukan

    pemeliharaan larva hingga menjadi benih ukuran 3 cm, dengan kelangsungan

    hidup masih bervariasi.

    Kecamatan Gerokgak merupakan cikal bakal adanya sebuah Hatchery

    Skala Rumah Tangga. Masalah yang dihadapi dalam usaha pembenihan ikan

    kerapu dalamHatcherySkala Rumah Tangga di daerah tersebut adalah perbedaan

    karakteristik berupa tingkat keberhasilan pembenihan atausurvival rate(SR) yang

    dimiliki oleh masing-masing jenis ikan kerapu yang diusahakan sehingga benih

    yang dihasilkan tidak kontinu. Kendala lain yang dihadapi adalah penyakit yang

    disebabkan oleh viral nervous necrosis(VNN). Virus tersebut dapat menyebabkan

    kematian hampir 100 persen pada calon benih sehingga harus