abortus forensik

53
ABORTUS PENDAHULUAN Kehidupan merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang harus dihormati oleh setiap manusia. Abortus (keguguran/gugur kandungan) dapat terjadi dimana saja, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang, dapat terjadi kapan saja, dan dapat dilakukan oleh berbagai kalangan. Abortus dapat terjadi karena sebab-sebab alamiah, yakni terjadi dengan sendirinya bukan karena perbuatan manusia (abortus spontanea), dapat pula terjadi karena dibuat/disengaja (abortus provokatus). Abortus provokatus selalu menjadi perbincangan, baik dalam forum resmi maupun tidak resmi yang menyangkut bidang kedokteran, hukum maupun disiplin ilmu lain. Alasan abortus provokatus sebagian besar adalah karena kehamilan yang tidak dikehendaki. Hal ini merupakan fenomena sosial yang semakin hari semakin memprihatinkan. Berbicara mengenai abortus, tentunya kita berbicara tentang kehidupan manusia, sebab abortus erat kaitannya dengan wanita dan janin yang ada dalam kandungan. Keprihatinan

Upload: bonnykoernia

Post on 02-Dec-2015

57 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

abortus forensik

TRANSCRIPT

Page 1: Abortus Forensik

ABORTUS

PENDAHULUAN

Kehidupan merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang harus

dihormati oleh setiap manusia. Abortus (keguguran/gugur kandungan) dapat terjadi dimana saja,

baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang, dapat terjadi kapan saja, dan

dapat dilakukan oleh berbagai kalangan. Abortus dapat terjadi karena sebab-sebab alamiah,

yakni terjadi dengan sendirinya bukan karena perbuatan manusia (abortus spontanea), dapat pula

terjadi karena dibuat/disengaja (abortus provokatus).

Abortus provokatus selalu menjadi perbincangan, baik dalam forum resmi maupun tidak

resmi yang menyangkut bidang kedokteran, hukum maupun disiplin ilmu lain. Alasan abortus

provokatus sebagian besar adalah karena kehamilan yang tidak dikehendaki. Hal ini merupakan

fenomena sosial yang semakin hari semakin memprihatinkan. Berbicara mengenai abortus,

tentunya kita berbicara tentang kehidupan manusia, sebab abortus erat kaitannya dengan wanita

dan janin yang ada dalam kandungan. Keprihatinan pada kejadian abortus provokatus bukan

tanpa alasan, karena sejauh ini perilaku pengguguran kandungan banyak menimbulkan efek

negatif baik untuk diri pelaku mapun pada masyarakat luas.

Abortus provokatus memiliki sejarah panjang dan telah dilakukan dengan berbagai

metode termasuk natural atau herbal, obat-obatan kimiawi, penggunaan alat-alat tajam, ataupun

dengan prosedur operasi dengan teknologi yang canggih. Legalitas, normalitas, budaya dan

pandangan mengenai abortus provokatus secara substansial berbeda di seluruh negara. Di banyak

negara di dunia, isu ini adalah permasalahan menonjol dan memecah belah publik atas

kontroversi etika dan hukum. Abortus provokatus dan masalah yang berhubungan dengan hal ini

menjadi topik menonjol dalam politik nasional di banyak negara seringkali melibatkan gerakan

Page 2: Abortus Forensik

menentang abortus pro-kehidupan dan pro-pilihan atas abortus provokatus di seluruh dunia.

Adanya pertentangan baik secara moral, kemasyarakatan, agama dan hukum membuat abortus

provokatus menjadi suatu permasalahan yang mengandung kontroversi.

EPIDEMIOLOGI

Dari hasil World Fertility Survey tahun 1987, diketahui bahwa di seluruh dunia ada

sekitar 300 juta pasangan usia subur yang tidak ingin mempunyai anak lagi, tetapi tidak

menggunakan alat kontrasepsi apapun. Mereka adalah kelompok yang sangat berisiko untuk

mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Keadaan seperti ini paling mencolok ditemukan di

negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin, yang tingkat ketersediaan fasilitas pelayanan

jasa abortus sangat rendah. Program Keluarga Berencana di Afrika, Asia, dan Amerika latin

secara berturut-turut hanya mampu mencakup 23%, 43%, dan 57% dari para pasangan yang

tidak menginginkan anak tersebut.

Selain itu, kehamilan yang tidak diinginkan dalam jumlah yang besar juga terjadi pada

kelompok remaja. Para remaja yang dihadapkan pada realitas pergaulan bebas masyarakat

modern tidak dibekali dengan pengetahuan tentang fisiologi reproduksi dan perilaku seksual

yang benar. Berdasarkan data WHO, diketahui bahwa di seluruh dunia setiap tahunnya

diperkirakan ada sekitar 15 juta remaja yang mengalami kehamilan. Sekitar 60% di antaranya

tidak ingin melanjutkan kehamilan tersebut dan berupaya mengakhirinya.

Di dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar 40-60 juta ibu yang tidak menginginkan

kehamilannya melakukan abortus atau sekitar 40-70 kasus abortus per 1000 wanita usia

reproduksi. Sekitar 500.000 ibu di setiap tahunnya mengalami kematian yang disebabkan oleh

Page 3: Abortus Forensik

kehamilan dan persalinan serta sekitar 30-50% diantaranya meninggal akibat komplikasi abortus

yang tidak aman. Yang lebih memprihatinkan, sekitar 90% dari kematian tersebut terjadi di

negara berkembang, termasuk Indonesia, yang jumlah dan penyebaran fasilitas pelayanan

kesehatan profesionalnya masih relatif kecil dan tidak merata. Di wilayah Asia tenggara, WHO

memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta

terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat aborsi tidak aman di wilayah Asia diperkirakan

antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa

masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar.

Di Tunisia yang melegalkan tindakan abortus, sekitar 33% kejadian abortus masih

tergolong sebagai abortus yang tidak aman. Di Zambia yang mengizinkan pelaksanaan abortus

dengan mempertimbangkan alasan sosial yang luas, sebagian besar ibu yang melakukan tindakan

abortus tidak memenuhi persyaratan profesional. Dalam hal ini, kelonggaran yang diberikan

terhadap abortus tidak diikuti dengan kemudahan sistem administrasi penyelenggaraannya.

Misalnya, setiap abortus yang akan dilakukan harus mendapat persetujuan 3 orang dokter, yang

salah satunya adalah dokter spesialis.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di 19 negara Amerika Latin, setiap tahun

dilakukan sekitar 34 juta abortus atau sebesar 45 per 100 wanita usia produktif. Di Chili, sekitar

10-30% tempat tidur di bangsal kebidanan dan kandungan diisi oleh wanita yang mengalami

komplikasi abortus.

Dari Zimbabwe, Afrika, dilaporkan bahwa sekitar 28% seluruh kematian ibu

berhubungan dengan abortus. Sementara di Tanzania dan Adis Adaba, masing-masing sebesar

21% dan 54%. Hal ini diperkirakan merupakan bagian kecil dari kejadian yang sebenarnya,

Page 4: Abortus Forensik

sebagai akibat ketidakterjangkauan pelayanan kedokteran modern yang ditandai oleh

kesenjangan informasi. Di Mesir yang mayoritas berpenduduk muslim, penduduk yang

berpeluang untuk melakukan abortus dinyatakan sangat kecil. Di Irak, perawatan kasus abortus

dan komplikasinya dikatakan melebihi perawatan persalinan. Di daerah pedesaan Libanon, pada

tahun 1961 diketahui bahwa 0,2% kehamilan diakhiri dengan abortus, sementara di perkotaan 8-

14%.

Meskipun status abortus di negara-negara Asia umumnya ilegal, insiden abortus

umumnya dianggap tinggi. Di Korea, pada 1978 insidens abortus ditemukan sebesar 235 per

1000 wanita yang berkeluarga yang berusia 15-44 tahun. Di Thailand yang mengizinkan abortus

secara terbatas, didapatkan angka 37 per 1000 wanita usia reproduktif dan ratio 245 per 1000

kelahiran hidup. Di Singapura, pada 1981 dilaporkan insiden abortus 28,4 per 1000 wanita usia

reproduktif dan rasio 371 per 1000 kelahiran hidup. Di India yang melegalkan aborsi tapi dengan

fasilitas pelayanan yang tidak merata, ditemukan angka 55 per 1000 wanita usia 15-44 tahun.

DEFINISI

Abortus adalah suatu proses kehamilan yang terhenti atau pengeluaran hasil konsepsi

(pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, yaitu pada

umur kehamilan di bawah 20 minggu, atau berat fetus yang lahir 500 gram atau kurang.

Sedangkan menurut Llewollyn & Jones (2002), definisi abortus adalah keluarnya janin

sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya

kurang dari 500 gram. WHO merekomendasikan viabilitas apabila masa gestasi telah mencapai

22 minggu atau lebih dan berat janin 500 gram atau lebih.

Page 5: Abortus Forensik

Dari aspek kedokteran forensik, yang diartikan dengan abortus adalah pengeluaran hasil

konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai

(38-40 minggu).

Abortus provokatus merupakan istilah lain yang secara resmi dipakai dalam kalangan

kedokteran dan hukum. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi

kesempatan untuk bertumbuh. Selanjutnya, menurut WHO, abortus yang tidak aman (unsafe

abortion) adalah abortus yang dilakukan dengan menggunakan metode yang berisiko tinggi,

bahkan fatal, dilakukan oleh orang tidak terlatih atau tidak terampil serta komplikasinya yang

merupakan penyebab langsung kematian wanita usia reproduksi. Dengan demikian, ada tiga

kriteria abortus yang tidak aman, yaitu metode berisiko tinggi, dilakukan oleh orang yang tidak

terlatih dan komplikasinya merupakan penyebab langsung kematian ibu.

JENIS-JENIS ABORTUS

Jenis abortus menurut terjadinya:

Abortus spontanea Peristiwa gugur kandungan yang terjadi dengan sendirinya tanpa

adanya pengaruh dari luar baik faktor mekanis ataupun medisinalis (misal karena trauma

kecelakaan atau sebab-sebab alami). Abortus spontan ini dibagi menjadi beberapa tipe

abortus berdasarkan peristiwa yaitu:

a. Abortus imminens: Peristiwa terjadinya perdarahan per vaginam pada kehamilan

sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya

dilatasi serviks. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau

dipertahankan.

Page 6: Abortus Forensik

b. Abortus insipiens: Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu

dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih

dalam uterus.

c. Abortus inkompletus: Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20

minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

d. Abortus kompletus: Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

e. Missed abortion: Keadan di mana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim

dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.

f. Abortus habitualis (keguguran berulang): Keadaan dimana penderita mengalami

keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.

g. Abortus infeksious dan Abortus septic: Abortus yang disertai infeksi genital.

Tipe abortus di atas disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

1. Adanya infeksi yang terjadi pada sang ibu.

2. Adanya penyakit kronik yang diderita sang ibu yang kemudian akan melemahkan ibu.

3. Adanya kekurangan gizi pada ibu.

4. Adanya kelelahan fisik sang ibu.

5. Adanya trauma psikologis dari si ibu.

6. Adanya kelainan rahim pada ibu.

7. Adanya kelainan sistem pertahanan tubuh (imun) pada ibu.

8. Adanya kelainan kromosom pada janin sehingga janin tidak berkembang dan mati di

dalam rahim si ibu.

Page 7: Abortus Forensik

Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) Menghentikan kehamilan sebelum

janin dapat hidup diluar tubuh ibu.

a. Abortus provokatus medicinalis/artificialis/therapeuticus: Abortus yang dilakukan

atas dasar indikasi medik.

Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu.

Syarat-syaratnya:

1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya (yaitu

seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab

profesi.

2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).

3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.

4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai yang

ditunjuk oleh pemerintah.

5. Prosedur tidak dirahasiakan.

6. Dokumen medik harus lengkap.

Ditinjau dari segi usia kehamilan, abortus provokatus medicinalis dibedakan menjadi 3,yaitu:

1. Abortus pada triwulan pertama sampai dengan 12 minggu.

Pada kehamilan sampai batas 7 minggu pengeluaran isi rahim dilakukan dengan kuret

tajam, agar ovum kecil tidak tertinggal, maka ovum uteri dikerok seluruhnya. Apabila

kehamilan melebihi 6 sampai 7 minggu digunakan kuret tumpul sebesar yang dapat

dimasukkan. Setelah hasil konsepsi sebagian besar lepas dari dinding uterus, maka hasil

tersebut dapat dikeluarkan dengan cunam abortus dan kemudian dilakukan kerokan hati-

Page 8: Abortus Forensik

hati dengan kuret tajam yang cukup besar, apabila diperlukan dapat dimasukkan tampon

ke dalam uteri dan vagina yang akan dikeluarkan esok harinya.

2. Abortus pada kehamilan 12 sampai 16 minggu.

Abortus dilakukan dengan menggunakan perpaduan antara dilatasi, kuret dan

penghisapan. Bahaya dari cara ini adalah terbentuknya luka-luka yang menimbulkan

pendarahan.

3. Abortus pada triwulan kedua (Kehamilan sampai 16 minggu).

Abortus dilakukan dengan menimbulkan kontraksi-kontraksi uterus supaya janin dan

plasenta dapat dilahirkan secara spontan. Cara yang dilakukan adalah dengan melakukan

esantasi (pembiusan lokal).

Indikasi dilakukannya abortus provokatus medicinalis adalah:

o Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus

menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).

o Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.

o Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.

o Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan

adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada

tubuh seperti kanker payudara.

o Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.

o Telah berulang kali mengalami operasi caesar.

Page 9: Abortus Forensik

o Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik

dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, atau toksemia

gravidarum yang berat.

o Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai

komplikasi vaskuler, hipertiroid, dll.

o Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.

o Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.

o Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini

sebelum melakukan tindakan abortus harus berkonsultasi dengan psikiater.

b. Abortus provokatus kriminalis: Pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan

tanpa adanya indikasi medik (ilegal), baik oleh ibu maupun oleh orang lain dengan

persetujuan si ibu hamil. Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan

instrumen (alat) atau obat-obat tertentu. Sering abortus ini dilakukan oleh tenaga yang

tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh

undang-undang. Abortus ini disebut dengan abortus provokatus kriminalis karena di

dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan. Kurang lebih 40% dari semua

kasus abortus termasuk golongan ini.

Pelaku abortus provokatus kriminalis biasanya adalah:

o Wanita bersangkutan

o Dokter/ tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa simpati)

o Orang lain yang bukan tenaga medis yang karena suatu alasan tidak menghendaki

kehamilan seorang wanita

Page 10: Abortus Forensik

Bila pelakunya adalah wanita bersangkutan, sering timbul akibat yang tidak diinginkan,

sehingga sering pula harus berurusan dengan polisi. Sebaliknya bila dilakukan oleh tenaga

medis yang ahli biasanya tidak sampai berurusan dengan pihak berwajib, karena dikerjakan

dengan ahli, sehingga hampir selalu berhasil dengan baik tanpa efek sampingan.

Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak

dikehendaki.

Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:

o Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.

o Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi.

o Kehamilan di luar nikah.

o Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.

o Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.

o Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).

o Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan

kehamilan yang tidak diinginkan.

Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka nasib

janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal.

Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin

kemungkinan besar mengalami cacat fisik. Secara garis besar tindakan abortus sangat

berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa menyebabkan kematian pada keduanya.

Cara-cara melakukan abortus provokatus kriminalis:

Page 11: Abortus Forensik

1. Kekerasan mekanik

Umum

i. Latihan olahraga berlebihan

ii. Naik kuda berlebihan

iii. Mendaki gunung, berenang, naik turun tangga

iv. Tekanan / trauma pada abdomen

Pada kekerasan secara umum ini biasanya tidak ditemukan tanda-tanda

kekerasan, tapi cara ini jarang berhasil pada kehamilan yang sehat dan normal

Lokal

i. Memasukkan alat-alat yang dapat menusuk ke dalam vagina : pensil, paku,

jeruji sepeda, atau bahkan jari tangan

ii. Alat merenda, kateter, atau alat penyemprot untuk menusuk atau

menyemprotkan cairan ke dalam uterus untuk melepas kantung amnion

(biasanya dilakukan dengan menggunakan Higginson type syringe,

sedangkan cairannya adalah air sabun, desinfektan atau air biasa/air

panas). Penyemprotan ini dapat mengakibatkan emboli udara.

iii. Alat untuk memasang IUD

iv. Alat yang dapat dilalui arus listrik

Abortus provokatus dengan kekerasan mekanik lokal ini dapat berakhir dengan

kematian dalam waktu yang variabel dengan kematian sebagai berikut:

Immediate

o Vagal reflek

o Emboli udara (± 10 cc)

Page 12: Abortus Forensik

o Perdarahan

o Keracunan anastesi

Delayed

o Septicemia

o Pyaemia

o General peritonitis

o Toxemia

o Tetanus

o Perforasi uterus dan viscera abdomen

o Emboli lemak (penyemprotan lisol)

Remote (lama sekali setelah tindakan abortus)

o Jaundice

o Renal failure

o Bacterial endocarditis

o Pneumonia, emphysema

o Meningitis

Metode hisapan sering digunakan pada abortus yang merupakan cara yang ilegal secara

medis walaupun dilakukan oleh tenaga medis. Tabung suntik yang besar dilekatkan pada

ujung kateter yang dapat dilakukan penghisapan yang berakibat ruptur dari chorionic sac

dan mengakibatkan abortus. Cara ini aman asalkan metode aseptic dijalankan, jika

penghisapan tidak lengkap dan masih ada sisa dari hasil konsepsi maka dapat

mengakibatkan infeksi.

Page 13: Abortus Forensik

Tujuan dari merobek kantong kehamilan adalah jika kantong kehamilan sudah rusak

maka secara otomatis janin akan dikeluarkan oleh kontraksi uterus. Ini juga dapat

mengakibatkan dilatasi saluran cerviks, yang dapat mengakhiri kehamilan. Semua alat

dapat digunakan dari pembuka operasi sampai jari-jari dari ban sepeda.

Paramedis yang melakukan abortus suka menggunakan kateter yang kaku. Jika

digunakan oleh dokter maupun suster, yang melakukan mempunyai pengetahuan anatomi

dan menggunakan alat yang steril maka risikonya semakin kecil. Akan tetapi orang awam

tidak mengetahui hubungan antara uterus dan vagina. Alat sering digunakan dengan cara

didorong ke belakang yang orang awam percayai bahwa keadaan cerviks di depan

vagina. Permukaan dari vagina dapat menjadi rusak dan alat mungkin masuk ke usus

bahkan hepar.

Penetrasi dari bawah atau tengah vagina dapat juga terjadi perforasi. Jika cerviks

dimasuki oleh alat, maka cerviks dapat ruptur dan alat mungkin masuk lewat samping.

Permukaan luar dapat cedera dengan pengulangan, usaha yang ceroboh yang berusaha

mengeluarkan benda yang terlalu tebal ke saluran yang tidak membuka. Jika sukses

melewati saluran dari uterus, mungkin langsung didorong ke fundus, yang akan merusak

peritoneal cavity. Bahaya dari penggunaan alat adalah pendarahan dan infeksi.

Perforasi dari dinding vagina atau uterus dapat menyebabkan pendarahan, yang mungkin

diakibatkan dari luar atau dalam. Sepsis dapat terjadi akibat penggunaan alat yang tidak

steril atau kuman berasal dari vagina dan kulit. Bahaya yang lebih ringan (termasuk

penggunaan jarum suntik) adalah cervical shock. Ini dapat membuat dilatasi cerviks,

dalam keadaaan pasien yang tidak dibius, alat mungkin menyebabkan vagal refleks, yang

Page 14: Abortus Forensik

melalui sistem saraf parasimpatis, yang dapat mengakibatkan cardiac arrest. Ini

merupakan mekanisme yang berpotensi menimbulkan ketakutan yang dapat terjadi pada

orang yang melakukan abortus kriminalis.

2. Kekerasan kimiawi/ obat-obatan atau bahan-bahan yang bekerja pada uterus

Bahan-bahan yang sifatnya biasa terdapat dalam jamu peluntur, nenas muda, bubuk beras

dicampur lada hitam, dan lain lain. Ada juga yang agak beracun seperti garam logam

berat, laksans dan lain lain; atau bahan yang beracun, seperti strichnin, prostigmin,

pilokarpin, dikumarol, kina dan lain lain.

Jenis obat-obatan yang dipakai untuk menginduksi abortus antara lain:

Emmenagogum: Obat untuk melancarkan haid.

Cara kerja: Indirect Congesti + engorgement mucosa Bleeding Kontraksi

Uterus Foetus dikeluarkan

Direct: Bekerja langsung pada uterus/saraf motorik uterus.

Misal: Aloe, Cantharides (racun irritant), Caulopylin, Borax, Apiol, Potassium

permanganate, Santonin, Senega, Mangan dioksida, dll.

Indirect: Tonicum, hematinin (obat penambah darah)

Purgativa/Emetica: Obat-obatan yang menimbulkan kontraksi GI tract.

Misal:

- Colocynth: Aloe

- Castor oil: Magnesim sulfate, Sodium sulfate

Ecbolica: Menimbulkan kontraksi uterus secara langsung.

Page 15: Abortus Forensik

Misal: Apiol, Ergot, Ergometrine, Extract secale, Extract pituatary, Pituitrine,

Exytocin.

Cara kerja ergot: Merangsang alpha 1 receptor pada uterus Kontraksi uterus yang

kuat dan lama

Garam dari logam: Biasanya sebelum mengganggu kehamilannya sudah

membahayakan keselamatan ibu.

Tujuan: Menimbulkan tonik kontraksi pada uterus.

Misal : Arsenicum, HgCl, Potassium bichromate, Ferro sulfate, Ferri chloride

Obat-obatan yang sering digunakan di tempat praktek dokter misalnya:

Misoprostol (cytotec, gastrul)

Tablet misoprostol merupakan salah satu obat penting yang masuk dalam daftar

WHO. Tablet ini dapat digunakan secara mandiri oleh para perempuan untuk

menyelamatkan hidupnya.

Misoprostol menyebabkan kontraksi pada rahim dan dapat digunakan sebagai berikut:

Pengguguran kandungan secara aman

Membersihkan sisa-sisa keguguran

Mencegah dan mengobati pendarahan berat setelah melahirkan

Induksi kelahiran

Methyestradiol + Methylestrenolone (gynaecosid)

Terapi hormonal estrogen dan progesterone untuk secondary amenorrhoe.

Methotrexate (indikasi obat kanker).

Oxytocin (cytitec) Merangsang kontraksi uterus.

Page 16: Abortus Forensik

PEMERIKSAAN

1. Korban Hidup

a. Ibu

Tanda-tanda kehamilan: striae gravidarum, uterus yang membesar,

hiperpigmentasi areola mammae, G.M.

Tanda-tanda partus: lochia, kesadaran osteum uteri.

Golongan darah.

b. Janin

Umur janin.

Golongan darah.

2. Korban Mati

Pemeriksaan post mortem korban abortus kriminalis bertujuan:

- Mencari bukti dan tanda kehamilan.

- Mencari bukti abortus dan kemungkinan adanya tindakan criminal dengan obat-obatan

atau instrumen.

- Menentukan kaitan antara sebab kematian dengan abortus.

- Menilai setiap penyakit wajar yang ditemukan.

a. Pemeriksaan Ibu

Pemotretan sebelum memulai pemeriksaan

Identifikasi umum: tinggi badan, berat badan, umur, pakaian: cari tanda-

tanda kontak dengan suatu cairan, terutama pada pakaian dalam.

Page 17: Abortus Forensik

Catat suhu badan, warna, dan distribusi lebam jenasah.

Periksa dengan palpasi uterus untuk kepastian adanya kehamilan.

Cari tanda-tanda emboli udara, gelembung sabun, cairan pada: arteria

coronaria, ventrikel kanan, arteria pumonalis, arteri dan vena di permukaan

otak, vena-vena pelvis.

Vagina dan uterus diinsisi pada dinding anterior untuk menghindari jejas

kekerasan yang biasanya terjadi pada dinding posterior misalnya perforasi

uterus. Cara pemeriksaan: uterus direndam dalam larutan formalin 10%

selama 24 jam, kemudian direndam dalam alcohol 95% selama 24 jam. Iris

tipis untuk melihat saluran perforasi. Periksa juga tanda-tanda kekerasan

pada cervix (abrasi, laserasi).

Ambil sampel semua organ untuk pemeriksaan histopatologis.

Buat swab dinding uterus untuk pemeriksaan mikrobiologi.

Ambil sampel untuk pemeriksaan toksikologis: isi vagina, isi uterus, darah

dari vena cava inferior dan kedua ventrikel, urine, isi lambung, rambut

pubis.

Periksa golongan darah.

b. Pemeriksaan Janin

Umur janin.

Golongan darah.

Penentuan Umur Janin

1. Berdasarkan panjang badan (Rumus Haase)

Umur Panjang Badan (cm)

Page 18: Abortus Forensik

(Bulan)

(Puncak kepala – tumit)

1 1 x 1 = 1

2 2 x 2 = 4

3 3 x 3 = 9

4 4 x 4 = 16

5 5 x 5 = 25

6 6 x 5 = 30

7 7 x 5 = 35

8 8 x 5 = 40

9 9 x 5 = 45

10 10 x 5 = 50

2. Berdasarkan pertumbuhan bagian-bagian tubuh

Umur Kelamin (Bulan) Ciri-Ciri Pertumbuhan

2 Hidung, telinga, jari mulai terbentuk (belum sempurna), kepala

menempel ke dada

3 Daun telinga jela, kelopak mata masih melekat, leher mulai

terbentuk, belum ada deferensiasi genetalia

4 Genetalia externa terbentuk dan dapat dikenali, kulit merah dan

tipis sekali

5 Kulit lebih tebal, tumbuh bulu lanugo

6 Kelopak mata terpisah, terbentuk alis dan bulu mata, kulit keriput

7 Pertumbuhan lengkap/sempurna

3. Berdasarkan inti penulangan:

- Calcaneus: ± 5-6 bulan

- Talus: ± 7 bulan

Page 19: Abortus Forensik

- Femur: ± 8-9 bulan

- Tibia: ± 9-10 bulan

ASPEK HUKUM DAN MEDIKOLEGAL ABORTUS PROVOKATUS KRIMINALIS

Abortus telah dilakukan oleh manusia selama berabad-abad, tetapi selama itu belum ada

undang-undang yang mengatur mengenai tindakan abortus. Peraturan mengenai hal ini pertama

kali dikeluarkan pada tahun 4 M di mana telah ada larangan untuk melakukan abortus. Sejak itu

maka undang-undang mengenai abortus terus mengalami perbaikan, apalagi dalam tahun-tahun

terakhir ini dimana mulai timbul suatu revolusi dalam sikap masyarakat dan pemerintah di

berbagai negara di dunia terhadap tindakan abortus.

Hukum abortus di berbagai negara dapat digolongkan dalam beberapa kategori sebagai berikut:

Hukum yang tanpa pengecualian melarang abortus, seperti di Belanda.

Hukum yang memperbolehkan abortus demi keselamatan kehidupan penderita (ibu), seperti

di Perancis dan Pakistan.

Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi medik, seperti di Kanada, Muangthai

dan Swiss.

Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosio-medik, seperti di Eslandia,

Swedia, Inggris, Scandinavia, dan India.

Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosial, seperti di Jepang, Polandia, dan

Yugoslavia.

Hukum yang memperbolehkan abortus atas permintaan tanpa memperhatikan indikasi-

indikasi lainnya (Abortion on request atau Abortion on demand), seperti di Bulgaria,

Hongaria, USSR, Singapura.

Page 20: Abortus Forensik

Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi eugenistis (aborsi boleh dilakukan bila

fetus yang akan lahir menderita cacat yang serius) misalnya di India.

Hukum yang memperbolehkan aborsi atas indikasi humanitarian (misalnya bila hamil akibat

perkosaan) seperti di Jepang.

Negara-negara yang mengadakan perubahan dalam hukum abortus pada umumnya

mengemukakan salah satu alasan/tujuan seperti yang tersebut di bawah ini:

Untuk memberikan perlindungan hukum pada para medisi yang melakukan abortus atas

indikasi medik.

Untuk mencegah atau mengurangi terjadinya abortus provokatus kriminalis.

Untuk mengendalikan laju pertambahan penduduk.

Untuk melindungi hal wanita dalam menentukan sendiri nasib kandungannnya.

Untuk memenuhi desakan masyarakat.

Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara, maupun Etik

Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan pengguguran

kandungan (abortus provokatus). Bahkan sejak awal seseorang yang akan menjalani profesi

dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia yang didasarkan atas Deklarasi

Jenewa yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates, di mana ia akan menyatakan diri

untuk menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.

Dari aspek etika, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah merumuskannya dalam Kode Etik

Kedokteran Indonesia mengenai kewajiban umum, pasal 7d: Setiap dokter harus senantiasa

mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani. Pada pelaksanaannya, apabila ada

dokter yang melakukan pelanggaran, maka penegakan implementasi etik akan dilakukan secara

Page 21: Abortus Forensik

berjenjang dimulai dari panitia etik di masing-masing RS hingga Majelis Kehormatan Etika

Kedokteran (MKEK). Sanksi tertinggi dari pelanggaran etik ini berupa "pengucilan" anggota dari

profesi tersebut dari kelompoknya. Sanksi administratif tertinggi adalah pemecatan anggota

profesi dari komunitasnya.

Apabila dilihat dari aspek hak asasi manusia, setiap orang berhak untuk hidup maupun

mempertahankan hidupnya, sehingga pengakhiran kandungan (aborsi) dapat dikualifikasikan

sebagai tindakan yang melanggar hak asasi manusia. Dengan kata lain paradigma yang

digunakan adalah paradigma yang mengedepankan hak anak (pro life).

Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat mutlak.

Abortus buatan atau abortus provokatus dapatdigolongkan ke dalam dua golongan yakni:

1. Abortus buatan legal

Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang

dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus provokatus

therapeticus, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk

menyelamatkan nyawa ibu. Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:

PASAL 15: 1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu

hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. 2) Tindakan medis

tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan: a. Berdasarkan

indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut; b. Oleh

tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenanga n untuk itu dan

dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli;

Page 22: Abortus Forensik

c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya; d. Pada

sarana kesehatan tertentu. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah.

Pada penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut:

Ayat (1): Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun,

dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan

norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan

jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.

Ayat (2) Butir a: Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan

diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu itu,ibu hamil dan

janinnya terancam bahaya maut. Butir b: Tenaga kesehatan yang dapat melakukan

tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian dan wewenang untuk

melakukannya yaitu seorang dokter ahli kandungan seorang dokter ahli kebidanan dan

penyakit kandungan. Butir c: Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu hamil

yang bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan

persetujuannya ,dapat diminta dari semua atau keluarganya. Butir d: Sarana kesehatan

tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai

untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh pemerintah.

Ayat (3): Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini dijabarkan antara

lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau

janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk persetujuan,

sarana kesehatan yang ditunjuk.

Page 23: Abortus Forensik

2. Abortus Provokatus Kriminalis (Abortus buatan ilegal)

Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan atau

menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi

syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus golongan ini sering

juga disebut dengan abortus provocatus criminalis karena di dalamnya mengandung

unsur kriminal atau kejahatan. Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP):

PASAL 299: 1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh

supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena

pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama

empat tahun atau denda paling banyak empat pulu ribu rupiah. 2) Jika yang bersalah,

berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai

pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya

dapat ditambah sepertiga. 3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam

menjalankan pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.

PASAL 346: Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan

kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana

penjara paling lama empat tahun.

PASAL 347: 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan

seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas

tahun. 2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana

penjara paling lama lima belas tahun.

Page 24: Abortus Forensik

PASAL 348: 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan

seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling

lama lima tahun enam bulan. 2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan

matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

PASAL 349: Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan

yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu

kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan

dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk

menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.

PASAL 535: Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk

menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta

menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa

diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu,

diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu

lima ratus rupiah.

Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan:

1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang

lain, diancam hukuman empat tahun.

2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa

persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati

diancam 15 tahun.

Page 25: Abortus Forensik

3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan

bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara.

4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter,

bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya

dan hak untuk praktek dapat dicabut.

Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan seorang

dokter melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun untuk menyelamatkan jiwa ibu, dalam

prakteknya dokter yang melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan yang

kuat dan alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48).

Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:

PASAL 80: Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil

yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2),

dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Para ahli dari berbagai disiplin ilmu seperti ahli agama, ahli hukum, sosial dan ekonomi

memberikan pandangan yang berbeda terhadap dilakukannya abortus buatan. Begitu pula dengan

ahli ekonomi, mereka sepakat bahwa alasan ekonomi tidak dapat dijadikan alasan untuk

membenarkan dilakukannya pengguguran kandungan. Ditinjau dari sudut pandang kesehatan,

abortus merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan

dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan

adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Namun sebenarnya abortus juga merupakan penyebab

Page 26: Abortus Forensik

kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis . Kematian ibu

yang disebabkan komplikasi abortus sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi sering

dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini abortus masih

merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak, abortus dianggap ilegal dan

dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian abortus, di lain

pihak abortus justru terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar

tentang terjadinya abortus di masyarakat, selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-

obatan peluntur serta dukun pijat untuk mereka yang terlambat datang bulan.

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on

Population and Development/ICPD) di Kairo tahun 1994 dan Konferensi Wanita di Beijing

tahun 1995 menyepakati bahwa akses pada pelayanan abortus yang aman merupakan bagian dari

hak perempuan untuk hidup, hak perempuan untuk menerima standar pelayanan kesehatan yang

tertinggi dan hak untuk memanfaatkan kemajuan teknologi kesehatan dan informasi. Dengan

demikian, diperlukan perlindungan hukum dalam menyelenggarakan pelayanan abortus yang

aman untuk menjamin hak perempuan dalam menentukan fungsi reproduksi dan peran

reproduksi tubuhnya sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa dilegalkannya abortus aman di

sebuah negara justru berperan dalam menurunkan angka kejadian abortus itu sendiri. Mungkin

salah satunya karena efektivitas konseling pasca abortus yang mewajibkan pemakaian

kontrasepsi bagi mereka yang masih aktif seksual namun tidak ingin mempunyai anak untuk

jangka waktu tertentu. Selain itu juga ditunjang oleh efektivitas alat kontrasepsi itu sendiri yang

hampir mencapai 100% sehingga mengurangi angka kehamilan tidak diinginkan yang berakhir

pada tindak abortus.

Page 27: Abortus Forensik

Held dan Adriaansz mengemukakan hasil meta-analisis tentang kelompok risiko tinggi

terhadap kehamilan yang tidak direncanakan dan abortus tidak aman berdasarkan persentasenya,

yaitu: 

1) kelompok unmet need dan kegagalan kontrasepsi (48%);

 2) kelompok remaja (27%);

 3) kelompok praktisi seks komersial;

 4) kelompok korban perkosaan, incest dan perbudakan seksual (9%).

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa ternyata kelompok unmet need dan

gagal KB merupakan kelompok terbesar yang mengalami kehamilan tidak direncanakan

sehingga konseling kontrasepsi merupakan salah syarat mutlak untuk dapat mengurangi kejadian

abortus, terutama abortus berulang, selain faktor lainnya. Konseling kontrasepsi bertujuan untuk

membantu klien memilih salah satu kontrasepsi yang sesuai bagi mereka, dalam kaitannya

dengan risiko fungsi reproduksi dan peningkatan kualitas kesehatan. Pada intinya, konseling ini

akan memberi informasi bagi klien tentang: 1) Kemungkinan menjadi hamil sebelum datangnya

menstruasi berikut, 2) Adanya berbagai metode kontrasepsi yang aman dan efektif untuk

mencegah atau menunda kehamilan, 3) Dimana dan bagaimana mereka mendapatkan pelayanan

dan alat kontrasepsi.

Ditinjau dari segi agama, terutama agama Islam, tidak ada satupun ayat didalam Al-

Quran yang menyatakan bahwa abortus boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak

sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-

ayat yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia

adalah sangat mengerikan.

Page 28: Abortus Forensik

Pertama: Manusia - berapapun kecilnya - adalah ciptaan Allah yang mulia. Agama Islam

sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Quran yang

bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah

memuliakan umat manusia.”(QS 17:70)

Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang.

Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang. Didalam agama

Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang lain, memiliki dampak yang sangat besar.

Firman Allah: “Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang

mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan dia

telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa

seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia

semuanya.” (QS 5:32).

Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak memiliki uang yang

cukup atau takut akan kekurangan uang. Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa

karena penghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum memadai, kemudian ia

merencanakan untuk menggugurkan kandungannya. Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-

Quran mengingatkan akan firman Allah yang bunyinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-

anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga.

Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar.” (QS 17:31).

Keempat: Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap perintah

Allah. Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang dilakukan dengan

tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan tanpa alasan medis dikenal dengan istilah

Page 29: Abortus Forensik

“abortus provokatus kriminalis” yang merupakan tindakan kriminal – tindakan yang melawan

Allah. Al-Quran menyatakan: “Adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat keonaran

terhadap Allah dan RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah: dihukum

mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan dari

masyarakatnya. Hukuman yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia

dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih.” (QS 5:36)

Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.

Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita. Al-Quran

menyatakan:”Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya unsur tanah dan sejak

kamu masih dalam kandungan ibumu.”(QS: 53:32) Jadi, setiap janin telah dikenal Allah, dan

janin yang dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam proses aborsi.

Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau kebetulan. Setiap

janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah. Allah menciptakan manusia dari tanah,

kemudian menjadi segumpal darah dan menjadi janin. Semua ini tidak terjadi secara kebetulan.

Al-Quran mencatat firman Allah: “Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut

kehendak Kami selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu

sebagai bayi.” (QS 22:5) Dalam ayat ini ditekankan akan pentingnya janin dibiarkan hidup

“selama umur kandungan”. Tidak ada ayat yang mengatakan untuk mengeluarkan janin sebelum

umur kandungan apalagi membunuh janin secara paksa.

Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi. Bahkan dalam kasus

hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi kehidupan. Hamil diluar nikah

berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam sangat tegas terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi

Page 30: Abortus Forensik

Nabi Muhammad SAW – seperti dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud – tidak memerintahkan

seorang wanita yang hamil diluar nikah untuk menggugurkan kandungannya: Datanglah

kepadanya (Nabi yang suci) seorang wanita dari Ghamid dan berkata,”Utusan Allah, aku telah

berzina, sucikanlah aku.”. Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok harinya dia berkata,”Utusan

Allah, mengapa engkau menampikku? Mungkin engkau menampikku seperti engkau menampik

Ma’is. Demi Allah, aku telah hamil.” Nabi berkata,”Baiklah jika kamu bersikeras, maka pergilah

sampai anak itu lahir.” Ketika wanita itu melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus) kain

buruk dan berkata,”Inilah anak yang kulahirkan.” Jadi, hadis ini menceritakan bahwa walaupun

kehamilan itu terjadi karena zina (diluar nikah) tetap janin itu harus dipertahankan sampai

waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji.

Di lain pihak, terdapat berbagai macam pendapat ulama Islam mengenai masalah abortus

ini. Sebagian berpendapat bahwa abortus yang dilakukan sebelum 120 hari hukumnya haram dan

sebagian lagi berpendapat boleh. Batasan 120 hari dipakai sebagai tolak ukur boleh-tidaknya

aborsi dilakukan mengingat sebelum 120 hari janin belum ditiupkan rohnya yang berarti belum

bernyawa. Dari ulama yang berpendapat boleh beralasan jika setelah didiagnosis oleh dokter ahli

kebidanan dan kandungan ternyata apabila kehamilan diteruskan maka akan membahayakan

keselamatan ibu, maka abortus diperbolehkan. Bahkan bisa menjadi wajib jika memang tidak ada

alternatif lain selain abortus.

KASUS ABORTUS

Remaja Aborsi Tewas Usai Disuntik Bidan KEDIRI - Kasus aborsi yang berujung kematian

terjadi Kediri. Novila Sutiana (21), warga Dusun Gegeran, Desa/Kecamatan Sukorejo,

Ponorogo, Jawa Timur, tewas setelah berusaha menggugurkan janin yang

Page 31: Abortus Forensik

dikandungnya. Ironisnya, korban tewas setelah disuntik obat perangsang oleh bidan

puskesmas. Peristiwa naas ini bermula ketika Novila diketahui mengandung

seorang bayi hasil hubungannya dengan Santoso (38), warga Desa Tempurejo,

Kecamatan Wates, Kediri. Sayangnya, janin yang dikandung tersebut bukan buah

perkawinan yang sah, namun hasil hubungan gelap yang dilakukan Novila dan Santoso.

Santoso sendiri sebenarnya sudah menikah. Namun karena sang istri bekerja menjadi tenaga

kerja wanita (TKW) di Hongkong, Santoso kerap tinggal sendirian di rumahnya. Karena

itulah ketika bertemu dengan Novila yang masih kerabat bibinya di Ponorogo, Santoso

merasa menemukan pengganti istrinya. Ironisnya, hubungan tersebut berlanjut menjadi

perselingkuhan hingga membuat Novila hamil 3 bulan. Panik melihat kekasihnya hamil,

Santoso memutuskan untuk menggugurkan janin tersebut atas persetujuan Novila.

Selanjutnya, keduanya mendatangi Endang Purwatiningsih (40), yang sehari-hari berprofesi

sebagai bidan di Desa Tunge, Kecamatan Wates, Kediri. Keputusan itu diambil setelah

Santoso mendengar informasi jika bidan Endang kerap menerima jasa pengguguran

kandungan dengan cara suntik. Pada mulanya Endang sempat menolak permintaan

Santoso dan Novila dengan alasan keamanan. Namun akhirnya dia

menyanggupi permintaan itu dengan imbalan Rp2.100.000. Hari itu juga, bidan Endang

yang diketahui bertugas di salah satu puskesmas di Kediri melakukan aborsi. Metode yang

dipergunakan Endang cukup sederhana. Ia menyuntikkan obat penahan rasa nyeri Oxytocin

Duradril 1,5 cc yang dicampur dengan Cynaco Balamin, sejenis vitamin B12 ke tubuh

Novila. Menurut pengakuan Endang, pasien yang disuntik obat tersebut akan mengalami

kontraksi dan mengeluarkan sendiri janin yang dikandungnya. "Ia (bidan Endang)

mengatakan jika efek kontraksi akan muncul 6 jam setelah disuntik. Hal itu

Page 32: Abortus Forensik

sudah pernah dia lakukan kepada pasien lainnya," terang Kasat Reskrim Polres Kediri

AKP Didit Prihantoro di kantornya, Minggu (18/5/2008). Celakanya, hanya berselang dua

jam kemudian, Novila terlihat mengalami kontraksi hebat. Bahkan ketika sedang dibonceng

dengan sepeda motor oleh Santoso menuju rumahnya, Novila terjatuh dan pingsan

karena tidak kuat menahan rasa sakit. Apalagi organ intimnya terus mengelurkan

darah. Warga yang melihat peristiwa itu langsung melarikannya ke Puskemas Puncu. Namun

karena kondisi korban yang kritis, dia dirujuk ke RSUD Pare Kediri. Sayangnya, petugas

medis di ruang gawat darurat tak sanggup menyelamatkan Novila hingga meninggal dunia

pada hari Sabtu pukul 23.00 WIB. Petugas yang mendengar peristiwa itu langsung

menginterogasi Santoso di rumah sakit. Setelah mengantongi alamat bidan yang melakukan

aborsi, petugas membekuk Endang di rumahnya tanpa perlawanan. Di tempat praktik

sekaligus rumah tinggalnya, petugas menemukan sisa-sisa obat yang disuntikkan kepada

korban. Saat ini Endang berikut Santoso diamankan di Mapolres Kediri karena dianggap

menyebabkan kematian Novila. Lamin (50), ayah Novila yang ditemui di RSUD Pare Kediri

mengaku kaget dengan kehamilan yang dialami anaknya. Sebab selama ini Novila belum

memiliki suami ataupun pacar. Karena itu ia meminta kepada polisi untuk mengusut tuntas

peristiwa itu dan menghukum pelaku. Akibat perbuatan tersebut, Endang diancam dengan

pasal 348 KUHP tentang pembunuhan. Hukuman itu masih diperberat lagi

mengingat profesinya sebagai tenaga medis atau bidan. Selain itu, polisi juga menjeratnya

dengan UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992. Dengan denda 500 juta rupiah. Belum

diketahui secara pasti sudah berapa lama Endang membuka praktik aborsi tersebut.

Page 33: Abortus Forensik

DAFTAR PUSTAKA

Agama dan Aborsi, available at:

http://id.shvoong.com/books/classic-literature/1903311-agama-dan-aborsi/#ixzz1iE4YAIaS

Amir A. Abortus. Dalam: Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik edisi kedua. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan. 2005

Erica, Sue A. Preventing Maternal Derath, World Health Organization, Geneva; 1994

Hoediyanto. Abortus. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Ed. Ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Unair. Surabaya: 2007. P. 295-303.

Hukum dan Aborsi available at : http://www.aborsi.org/hukum-aborsi.htm

Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1997

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, available at: http://www.asiamaya.com/hukum/index_uu.htm

Page 34: Abortus Forensik

Konsultasi Hukum – Aborsi, available at:

http://www.asiamaya.com/Konsultasi%20hukum/index_konsulhukum.htm

Loqman, Loebby, 2003, Jurnal Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,Yogyakarta, Hal 232.

Praktek Aborsi Illegal, available at:

http://www.liputan6.com/view/8,113988,1,0,1134587333.html

Syafruddin, SH, MH, Abortus Provocatus Dan Hukum, USU Digital Library, www.lybrrari.usu.ac.id

World Health Organization, Complication of Abortion, Technical and Managerial for Prevention and Treatment. Geneva:1995

Page 35: Abortus Forensik

.