abstrak · 2013-07-08 · michael foucault, seorang tokoh yang ... bagi foucoult, yang terpenting...

12
PENGARANG, KARYA DAN TEKS Oleh : Sri Harti Widyastuti Abstrak Penulis adalah subjek yallg melahirkan karya. Dalam perkembangan Umu sastra, kedudukall pellulis menjadi pembica- raan tersendiri. Pada satu pihak, penulis dianggap tidak pentillg dalam pembicaraall karya sastra, kedudukall teks adalah otonom. Pada pihak lain kedudukan pelluli.vdianggap penring, -arti., hallya dapat ditemukan dellgan menghubungkan teks dellgan pellgarang- nya. Karya dan teks bukan sekedar istilah, lIamun mengalldung nuansa pengertian yang amat luas dall dalam. Pemilahanpenyebut- an karya dan teks mellyiratkall palldangan orang terhadap penting- nya pengarang. Pada karya, pengarallg berperan sebagai ibu yang melahirkan. Peran pengarang ini makin lama makin berkurang ketika "kandungan - karya tersebut telah keluar dari tempatnya. -Kalldungan - karya tersebut adalah teks. Fenomena-fenomella tentallg kedudukall pengarang dan hubulIg- an pengarang dengan karya dall teks tersebut di atas, kemudian dicoba dilihat pada karya-karya sastra lawa. Pengan/alan mellun- jukkan bahwa kedudukan pengarang pada karya sastra lawa kuna, berbeda dengan kedudukan pengarang pada karya sastra lawa tengahall, karya .sastralawa baru, dan karya sa.vtralawa modern. I. Pendahuluan Pembicaraan tentang kesusastraan tidak akan ada bila tidak ada karya sastra (Yunus, 1985: 2). Pemyataan tersebut menyiratkan tentang karya sastra dalam kedudukannya sebagai obyek kesusastraan menjadi sesuatu yang inti. Berbagai ilmu yang merupakan produk manusia dengan medium bahasa dan tulisan seperti halnya filologi dan sastra tidak akan hadir bila tidak didahului oleh kehadiran karya sastra. Karya sastra hadir di tengah kehidupan manusili, karena dihadirkan oleh penulis. Oleh karena itu penulis adalah tokoh yang amat penting dalam dunia sastra (Yunus, 1985: 2). Penulis menjadi subyek yang melahirkan karya, namun dalam perkembang- an ilmu sastra, penulis tidaklah menjadi yang terpenting. Ketika pembaca karya sastra ingin memahaminya timbul berbagai pandangan. Pandangan-pandangan tersebut merupakan teori para cend~kiawan sastra masa lalu yang mengungkap- Pengarang. Karya don Teks 29

Upload: dangthuy

Post on 01-May-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARANG, KARYA DAN TEKS

Oleh : Sri Harti Widyastuti

AbstrakPenulis adalah subjek yallg melahirkan karya. Dalam

perkembangan Umu sastra, kedudukall pellulis menjadi pembica-raan tersendiri. Pada satu pihak, penulis dianggap tidak pentillgdalam pembicaraall karya sastra, kedudukall teks adalah otonom.Pada pihak lain kedudukan pelluli.vdianggap penring, -arti., hallyadapat ditemukan dellgan menghubungkan teks dellgan pellgarang-nya.

Karya dan teks bukan sekedar istilah, lIamun mengalldungnuansa pengertian yang amat luas dall dalam. Pemilahanpenyebut-an karya dan teks mellyiratkallpalldangan orang terhadap penting-nya pengarang. Pada karya, pengarallg berperan sebagai ibu yangmelahirkan. Peran pengarang ini makin lama makin berkurangketika "kandungan - karya tersebut telah keluar dari tempatnya.-Kalldungan - karya tersebut adalah teks.

Fenomena-fenomellatentallg kedudukall pengarang dan hubulIg-an pengarang dengan karya dall teks tersebut di atas, kemudiandicoba dilihat pada karya-karya sastra lawa. Pengan/alan mellun-jukkan bahwa kedudukan pengarang pada karya sastra lawa kuna,berbeda dengan kedudukan pengarang pada karya sastra lawatengahall, karya .sastralawa baru, dan karya sa.vtralawa modern.

I. PendahuluanPembicaraan tentang kesusastraan tidak akan ada bila tidak ada karya sastra

(Yunus, 1985: 2). Pemyataan tersebut menyiratkan tentang karya sastra dalamkedudukannya sebagai obyek kesusastraan menjadi sesuatu yang inti. Berbagaiilmu yang merupakan produk manusia dengan medium bahasa dan tulisanseperti halnya filologi dan sastra tidak akan hadir bila tidak didahului olehkehadiran karya sastra. Karya sastra hadir di tengah kehidupan manusili,karena dihadirkan oleh penulis. Oleh karena itu penulis adalah tokoh yang amatpenting dalam dunia sastra (Yunus, 1985: 2).

Penulis menjadi subyek yang melahirkan karya, namun dalam perkembang-an ilmu sastra, penulis tidaklah menjadi yang terpenting. Ketika pembaca karyasastra ingin memahaminya timbul berbagai pandangan. Pandangan-pandangantersebut merupakan teori para cend~kiawan sastra masa lalu yang mengungkap-

Pengarang. Karya don Teks 29

----

-- - -- -

lean terlepasnya peran pengarang terhadap karya sastranya.Dalam khasanah perkembangan sastra kemudian berkembang dua pandangan

y..g be,beda. Pandangan yang p.,lama mengung6p6n nLomJ suat. teks,seperti yang diungkapkan oleh para pencetus dan penganut paham formaIismedan strukturalisme obyektif. Pandangan yang kedua menyaiakan bahwa 'arti'hanya dapat ditemui deiigan menghubungkan teks itu dengan penulisnya(Yunus, 1980: 2).

Dalam makalahnya, Soemanto (1989: 23) mengatakan bahwa LA. Richards,setelah terlebih dahulu dipengaruhi oleh Wilhelm Dilthey, memandang bahwaintension tersebut penting, ini artinya aspek kedirian pengarang dipertimbang-kan. Sementara itu Eliot justru meniadakan aspek kedirian pengarang. Eliotmenekankan kata untuk mencapai efek kesastraannya. Pandangan Eliot ini seja-jar dengan munculnya gagasan dari Wimsatt dan Beardsley yang menekankan'intentional fallacy'. Silang pendapat inijuga sampai di Indonesia. Cendekia-wan sastra yang berpandangan bahwa aspek kepengarangan adalah pentingmisalnya adalah Subagya Sastrawardaya.

Sejarah perkembangan teori sastra masih panjang, sejalan dengan perkem-bangan sastra dan penelitian sastra itu sendiri. Berbagai teori tentang pengarangdan karya justru menambah ketajaman fenomena-fenomena penelitian sastra.

n. KedudukanPengarangMichael Foucault, seorang tokoh yang dianggap sebagai seorang filsuf struk-

turalis Perancis memberi perhatian besar pada persoalan kedudukan penga-rang. Dalam sebuah karangannya yang berjudul 'What Is An Author' yangdimuat dalam buku Twentieth Celllury Literary Theory, tersirat pandangan-pandangannya tentang pengarang.

Untuk menyoroti kedudukan pengarang, Foucault mulai dengan konsep yangmengarah pada pandangan positivitas. Kesatuan sebuah wacana ditentukan olehsuatu periode tertentu, yang merupakan Iingkup komunikasi antara pengarangdan iImuwan lainnya. Pandangan kedua adalah apriori sosiohistoris pengarangsebagai individu. Sejauhmana seorang pengarang diindividualisasikan dalamsuatu budaya, lalu sejauhmana keotentikan sarana-sarana penunjangnya. Olehkarena itu aturan-aturan di luar individu pengarang itulah yang menentukankarya sastra. Pandangan yang ketiga adalah tentang sesuatu yang ditulis ataudikatakan pengarang adalah arsip. Arsip ini tumbuh akibat dari positivitas danapriori sosiohistoris. Jadi, buku-buku hanyalah semacam arsip yang bermaknapasif dan aktif sekaligus. Pasif karena merupakan endapan dokumen masalampau. Aktif karena dokumen-dokumen itu memungkinkan timbulnya pemya-taan-pemyataan yang berupa buku-buku, ide-ide dan juga ilmu-ilmu yang baru.

30 D/KS/ No.2. 7h./ Me; /993

Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut FoucouIt menolak anggapanbahwa di balik buku atau ilmu tertentu terdapat 'intensi seorang pengarang'.Bagi Foucoult, yang terpenting adalah 'aturan-aturan' yang telah menguasaipengarang untuk menciptakan karyanya. Jadi subyek pengarang tidak memilikikedudukan yang penting.

Pengarang sebagai pencetus ide, demikian pula penguasa, panglima, gereja,dan negara tidaklah penting. Masalah yang penting adalah 'mekanisme-mekanisme' kuasa dan strategi kuasa'. Kuasa bukan milik perseorangan ataulembaga melainkan strategi yang berkaitan satu sama lain dan senantiasa ber-geser. Kuasa tidak dilokalisir pada seorang pengarang melainkan terdapatdimana-mana.

Dalam kaitannya dengan pengarang dan tulisan, fungsi pengarang tidakbersifat universal dan tetap. Tipe-tipe tertentu teks, misalnya teks sastra kadangdiedarkan, diterbitkan tanpa adanya pemyataan identitas pengarang. Anonimi-tas tersebut tidak menjadi masalah karena usia naskah tersebut menjadi jaminanoutentik tidaknya sebuah karya.

Pada abad pertengahan, teks-teks yang disebut sebagai suatu karya 'ilmiaft',dianggap sebagai sesuatu yang benar bila nama- nama pengarangnya disebut-kan. Pandangan ini mulai berubah pada abad ketujuh belas dan kedelapanbelas. Suatu konsepsi baru berkembang, yaitu naskah-naskah ilmiah tanpapengarang diterima dengan alasan naskah tersebut memberikan sejumlah keun-tungan dan manfaat.

Pengarang tidak terbentuk dengan secara tiba-tiba melalui penandaan seder-hana pada tulisan-tulisan seseorang. Penamaan pengarang berasal dari lang-kah-Iangkah yang cukup rumit yang bertujuan untuk menyusun suatu kesatuanrasionaI. Bangunan kesatuan-kesatuan rasional tersebut diberi suatu tandadimensi yang 'realistik' sebagai suatu daya kreasi seseorang, dituang dalamtulisan.

Penyebutan nama-nama pengarang bagi Foucoult hanya merupakan penem-patan aturan-aturan atau syarat-syarat yang membentuk sejumlah konsep danteori d~lan'1kaitan dengan karya mereka. Penyebutan nama pengarang tersebutbukan bermaksud menghadirkan individu, melainkan syarat-syarat fungsionaldalam wacana yang spesifik.

FoucouIt menulis bahwa penyebutan nama pengarang bukanlah memilikifungsi penunjuk. Jika orang menunjuk Aristoteles, maka kata itu akan berkaitandengan 'pengarang buku analisis' atau 'penemu paham ontologi'. Penunjukanitu tidak mengarah pada seseorang.

Fungsi penyebutan nama juga bukanlah bermakna signifikatif. PenyebutanPierre Dupont bukan berarti orang ingin mempelajari fakta mengenai dirinya,yaitu bahwa ia tinggal di Paris, bermata biru, seorang doktor, dll. Nama

Pengarong. Karya don Teks 31

--- - --

pengarang bukanlah berfungsi sebagai orang dalam status kewarganegaraan.DaJam budaya tertentu, nama pengarang merupakan faktor penentu pada teks

onea",seJ DUsanyaJ.l sJ pl], sJ LL .va,ambalIB'.fungsi pengarang adalah menunjukkan eksistensinya, peredarannya, dan ber-operasinya sebuah wacana tertentu dalam masyarakat tertentu.

m. Hakikat Karya dan Teks

A. Hakikat KaryaRoland Barthes dalam bukunya yang berjudul From WJrk to Teks mengupas

tentang hakekat karya dan teks.Dalam hubungannya dengan karya, Barthes (1984: 74) mengemukakan

bahwa pengertian karya merupakan suatu pengertian tradisional yang hinggakini masih dipergunakan. Adapun obyek baru yang diperoleh dengan pemin-dahan atau pembalikan kategori-kategori sebuah karya disebut dengan teks.Teks dipandang lebih sesuai dengan mode perkembangan dan lebih menunjuk-kan aspek-aspek tertentu.

Karya menunjuk pada sesuatu yang konkrit, menduduki suatu bagian dariruang buku, misalnya dalam suatu perpustakaan. Keberadaan karya dapat dili-hat di toko-toko buku, dalam katalog, dan pada daftar mata pelajaran ataukuliah. Secara lebih terinci, dapat disebutkan bahwa karya adalah sesuatu yangmempunyai bentuk fisiko

Karya adalah sesuatu yang siap pakai, sedangkan teks dikatakan baru siapbahasanya. Karya menjadi ujung imajiner suatu teks, atau muara akhir suatuteks. Ruang lingkup suatu karya dibatasi pada suatu hal yang dipentingkan saja.Di satu pihak karya menjadi obyek suatu ilmu pengetahuan tentang huruf atautulisan sastra yang kemudian menjadi disiplin filologi.

Dalam ilmu filologi pengertian karya identik dengan pengertian naskah.Karya bergantung pada suatu interpretasi, misalnya interpretsi menurut kalang-an rnarxis, psikoanalisis, atau menurut terna yang ada. Secara singkat dikatakanbahwa karya berfungsi sebagai suatu tanda umum yang kemudian menyajikansuatu kategori kelembagaan atau institusional.

Karya ditangkap dalam prosesfiliasi. Tiga hal yang dipostulatkan adalahdeterminasi atau penentuan kerja oleh dunia luar berdasarkan ras, jenis kela-min, dan sejarah. Konsekuensi yaitu pengalihan kerja secara berurutan, danalokasi kerja bagi para pengarangnya. Kerja dalam hal ini sarna dengan karya.

Penyebutan karya seakan-akan memberi nuansa adanya kedekatan denganpengarang. Pengarang dianggap sebagai ayah dan pemilik karya. Penelitiansastra berusaha untuk tanggap terhadap berbagai naskah dan maksud yangdisampaikan pengarang. Masyarakat mencoba mengendapkan makna yang

DIKSI No.2. Th.1 Me; 199332

dimaksudkan pengarang. dan memahami sifat hubungan pengarang dengankaryanya. Hal inilah yang disebut dengan dengan hak milik pengarang. yangpada masa tertentu sangat menarik perhatian. dan hak-hak tersebut dilindungisecara hukum.

B. Hakikat TeksRoland Barthes menyebutkan, bahwa teks merupakan obyek baru yang

diperoleh dengan pemindahan atau pembalikan kategori-kategori yang telabdipergunakan sebelumnya, atau ketegori-kategori untuk sebuab karya. Katateks dipandang lebib sesuai dengan mode perkembangan dan lebib menunjuk-kan aspek-aspek tertentu.

Teks harus dianggap sebagai obyek terdefinisi, oleb karena itu tidak adagunanya untuk mencoba melakukan suatu pemisahan material antara karya danteks. Teks bukanlah merupakan perubahan bentuk dari karya, dan karya adalahujung imajiner suatu teks, atau muara akhir suatu teks. Teks hanya dialamidalam satu aktivitas, suatu produksi. Hal tersebut menunjukkan, bahwa tekstidak bisa berhenti, misalnya pada ujung rak perpustakaan. Gerakan secaraberaturan suatu teks merupakan gerakan transversal atau merambat.

Dunia teks amat luas. Teks tidak hanya diperuntukkan buat sastra yang baik,teks tidak dapat dikuasai sebagai bagian dari suatu jenjang, atau pembagiansederhana suatu aliran-aliran dalam sastra. Teks merupakan hal-hal yangberada dalam lingkup aturan pengucapan, yang bersifat rasional, mempunyaikemampuan untuk dibaca.

Teks bersifat irnajiner, karena itu ia berada pada lingkup aturan pengucapanyang selanjutnya teks mempraktekkan suatu penundaan yang tidak terbatasterhadap hal yang dipentingkan. Adapun tentang sifat teks, Barthes menyebut-kan, bahwa teks bersifat jamak atau plural. Hal ini tidak berarti bahwa teksmemiliki berrnacam rnakna, tetapi lebih berarti bahwa teks memiliki kerdgamanmakna. Keragaman atau pluralitas tersebut merupakan hal yang tidak dapatdiredukasi atau ditiru kembali. Teks bukan merupakan pendukung keberadaanrnakna, tetapi lebih merupakan suatujalan. dan rambatan.

Secara etimologis teks berarti kain, textus adalah merupakan akar kata teks,yang berarti susunan atau tenunan. Setiap teks dengan sendirinya adalahmerupakan interteks dengan teks-teks lain yang kemudian memiliki sifat inter-tekstual dan tidak harus dikacaukan dengan teks aslinya.

Teks pada sisi lain dibaca tanpa adanya tanda tangan pengarang. Pemyataantersebut seakan-akan mengungkapkan, bahwa teks adalah sesuatu yang lepasdari pengarang. Pemyataan ini didukung dengan pendapatnya yang mengatakantentang 'kernatian pengarmg' (Barthes, dalam Junus 1989: 77).

Pmgarang. Karya dan TeJcs 33

-- -

Metafora yang menjelaskan dan menggambarkan teks berbeda denganmeta fora yang menjelaskan karya. Metafora teks merupakan suatu jaringan,

__ _. n1el'U-pakan sistematika. Pendapat yang hampir sarna dikemukakan pula oleh EdwardW. Said (1984: 163) bahwa teks seringkali merupakan jaringan kekuatan yangsaling kait mengait, tetapi suatu teks yang benar-benar ada merupakan suatuprasarat agar teks tersebut bisa diakui sebagai teks tingkat dunia, yang akanmenuju pada pembaca yang menikmatinya.

Teks-teks dapat dibaca tanpa adanya jaminan atau ijin pengarangnya. Hal itutidak berarti bahwa pengarang tidak dapat kembali ke dalam teks. Pengarangdapat berperan sebagai tamu yang diundang sedemikian rupa untuk berbicara.Sebagai contoh, apabila seorang pengarang adalah seorang novelis, maka diaakan memaparkan keberadaan diri dan pikirannya ke dalam tulisan novelnyasebagai salah satu tokoh yang ada dalam naskah novelnya.

Konsep Barthes tentang teks akhimya sampai pada pandangan akan penting-nya peran pembaca. Teks membutuhkan suatu usaha untuk menghapuskan atausetidaknya mengurangijarak antara penulisan dan pembacaan. Hal itu dilaku-kan tidak dengan mengidentifikasikan dan mengintensifkan proyeksi parapembaca kepada karya atau apa yang ada di dalamnya, namun dengan caramengaitkan keduanya secara bersama-sama dalam suatu proses tunggal untuksaling menjelaskan satu sarna lain.

Pengertian membaca dalam arti mengkonsumsi tidak berarti bermain denganteks. Teks bermain dengan sendirinya. Pembaca kemudian mempermainkansuatu teks dengan suatu permainan, dia mengamati untuk melakukan suatupraktek yang akan dapat menghasilkan kembali suatu teks.

Teks menuntut kerja sarna secara aktif. Pengulangan dan peniruan dalammembaca untuk konsumsi menjadi penyebab teljadinya kebosanan yang mung-kin dirasakan orang ketika sedang menghadapi teks, terutama ketika mengha-dapi teks yang tidak dapat dipahami. Apabila terjadi demikian berarti, bahwaorang tersebut tidak dapat menghasilkan teks, memainkannya, membukanya,dan kemudian membiarkannya pergi.

Teks dapat memberi suatu kenyamanan dan kenikmatan. Kenikmatanumum sebuah teks ialah sesuatu yang melampaui makna yang jelas. Pada waktumembaca terlihat hubungan, gerna, atau rujukan. Gangguan kebenaran, kejajar-an dan aliran teks ini memberikan nikmat (Selden, 1986; terjemahan VmarJunus, 1989: 78).

IV. Pengarang, Karya, dan TeksBerdasarkan pendapat Foucoult dan Roland Barthes tersebut di atas, maka

pemikiran-pemikiran dua tokoh tersebut akan dicoba untuk dibicarakan secara

34 D/KS/ No.2. Th./ Mei /993

sedeIbaua. IC.uJa merapabD beotut fisik yang meojadi wadah leks yang basi-&! koabiL Teb adaIah isi brya tasehut, cI8nbasi&! tidat toabiL

ICarya ada breua diciptabD oleh peogarang. Peagarang berpenn daIampeogoIabanbrya SII5tIa..IC.uJasasba dioIahdari berbagaiuosur. di pI

adaIah unsur-uasur yang berasal dari luar individu penganDg itu seadiri.Unsur-uosur di luar individu peogarang ini abn mempeoguuhi paodmpadunia peaprangnya. cI8nkea1luli... abn -1I1p8k pia tuaogmnya. Foucoultseperti tampat palla pembic:arun di depan. menegasbn bahwa UDSUr-uosurloartascbut-g -~ peaganug.DaIDUDdP-mikUnpallaprosesselanjutDya perm subyek peogarang tersebut tidak begitu besar. Penn peoga-rang ak.anmeojadi ~n hiIaog tetita brya tersebut dibaca oleh ~9-nya.

Pada proses kebidupan sasb'a. isi karya sasb'a tersebut abn terlepas dariwadahnya. Pembaca abn membicanbn lets sasb'a tersebut. setelah bryatersebut dibaca cI8ndifabami. bahbn leks abn memberi temihmoha.

Barthes. seperti telah diungbptan di depan. mengatabn tentang kematianpengarang. Dikaitkan deogan pendapat Foucou1t. maka pendapat tersebut cbpatsaling melengbpi. Ketika lets telah lepas dari karya. ia akan dapat bergayutdengan teks lain. berjalinan dengan teks yang lain menjadi satu teks barD.dalam bat ini peru pengarang terbadap lets-lets yang kemudian bergabungdengan leks lain tersebut menjadi lepas. Intensi pengarang sudah tidak ada Iagiketib karya kemudian beralih menjadi leks. Menyusut daD berbentinya peranpengarang teIbadap leks ini oIeh Barthes disebut sebagai tP-tlPlti pengarang.

Seperti diungkapkan olda Sumanto (1989: 38) yang meogatabn bahwa teorisastra muncul kan:oa penelitian. Data penelitian meoeotubn Ieori yang ditarik.Hambatan akan muncuI hila obyet daDJatar belatang budaya peneliti seJanjut-nya berbeda. mungm perbedaan tersebut akan dapat mengubah teori.

Sastra Jawa termasuk sastra daerah. namun demikian tetap merupakanbagiandari Irh.."", h sastra itu ~diri. Pandangan Foucoult dan 8arthes terse-but dicoba digunakan untuk mclihat fenomeoa bubungan pengarang. karya daDleks dalam sastra Jawa.

v. Pengarang, Karya, dan TeksSastra JawaSastm Jawa termasut sastra yang mempunyai sejanh yang panjang. MenD-

rut bentuk dan pertembangannya. sasb'a Jawa dapat dibagi menjadi empatgolongan. yaitu; sastra Jawa tuna. sasba Jawa Pertengahan. sastra Jawa Buu.dan sastra Jawa Modern. Pcriode sastra Jawa Kuna banyak mengbasiltanbrya-karya sastra berbentuk puisi yang disebut dengan ukawin. dan bryasastra prosa aIaU ganauan. Sebagian besar brya-karya sastra Jawa Kuna

35

-- -

--

adalab anonim, seperti misalnya: Ramayana, Sang Hyang Kamahayanikan,Agastyaparwa, Brahmandapurana, Mahabharala, dll.

36

masib jarang. Penulisan nama pengarang banya terbatas pada karya-karya yangditulis oleb pujangga-pujangga besar saja, seperti misalnya: Arjunawiwaha olebmpu Kanwa, Kresnayana oleb mpu Triguna, Smaradahana oleb mpu Dbarma-ja, Bharatayuddha oleb mpu Sedab-Panulub, Hariwangsa oleb mpu Panulub,m-tasancaya oleb mpu Tanakung, dll.

Karya-karya tersebut di atas termasuk karya-karya besar yang mengandungcukup banyak informasi tentang sastra, sejarah dan budaya. Penulis-penuliskarya besar tersebut merupakan penulis-penulis besar yang disebut sebagaiempu.

Anonimitas karya sastra Iawa kuna tidak mengurangi kebesaran karya terse-but, seperti yang dikatakan oleh Foucoult (1987: 132) bahwa tipe-tipe tekstertentu tidak selamanya mensyaratkao pengarang, ada saatnya teks-teks sastramisalnya, cerita, cerita rakyat, cerita kepablawanan, maupun cerita tragediditerima, diedarkan dan diterbitkan tanpa adanya identitas pengarang. Anonimi-tas karya diabaikan karena usia senyatanya atau usia yang dianggap merupakanjaminan yang cukup bagi keotentikan karya-karya tersebut.

Keberadaan pengar.mg-pengarang besar pada sastra Jawa Kuna seperti mpuSedah, mpu Panuluh, mpu Triguna, mpu Dharmmaja, dan mpu Prapanca,cukup mempengaruhi seseorang yang akan menganalisis karya yang dicipta-kannya. Seorang filolog mau tidak mau akan mulai mengerjakan pernaskabanyang menyangkut kepengarangan pengarang dalam karya tersebut.

Ketika penelitian telah sampai pada teks kesusastraan, maka keberadaanpujangga-pujangga tersebut menjadi semacam cap saja. Hal itu disebabkan latarbelakang kehidupan dan peran pujangga-pujangga tersebut masih menjadimisteri dalam sejarah kesusastraan Iawa.

Keterkaitan pengarang dengan karya amat erat pada karya sastra Iawa Barn,dan sastra Iawa Modern. Karya sastra Iawa Barn banyak dihasilkan pada jamanSurakarta. Pada jaman tersebut, pujangga mempunyai kedudukan yang cukuptinggi dan terhormat. Pujangga adalah tokoh yang amat dekat dengan raja,karena itulah tulisan-tulisan yang dihasilkan selalu menceritakan kejadian-kejadian seputar kerajaan. Adapun bent uk bentuk penyampaiannya dalambentuk ajaran atau piwulallg. cerita wayang, dan juga cerita-cerita yang meru-pakan transformasi dari sastra Jawa kuna, misalnya: Arjuna Saslra oleh Yasadi-pura II, Sera I Rama oleh Yasadipura I, Wiwaha Jarwa oleh Yasadipura I,Bralayuda oleh YasadipuraI. Kesusastr.umIawa yang dihasilkan oleh pujanggakeraton tersebut sering disebut sebagai sastra yang adiluhung. Karya-karyatersebut cukup terkenal, dan dipandang mempunyai kualitas yang lebih baik

D1KSl No.2. 1h./ Me; 1993

dibandingkan dengan sastra rakyat yang sering disebut sebagai sastra pinggir-an.

Seperti telab dikemukakan di atas, babwa bubungan pengarang denganpembaca pada rnasa kesusastraan Jawa Baru ini amat dekat. Hal ini dapat dili-hat bila seorang pembaca, maupun peneliti , sebelum membaca atau mengada-kan tinjauan selalu terlebih dabulu melihat kepada siapa pengarangnya. Parapeneliti karya sastra Jawa karangan pujangga-pujangga terkenal zaman Surakar-ta seperti misalnya, Yasadipura I, Yasadipura II, Paku Buwana IV, PakuBuwana V, Sindusastra, Kusumadilaga, Ranggawarsita, dan Mangkunegara IV,senantiasa mengaitkan karya dengan sejarah kepengarangannya.

Pandangan Foucoult, babwa penelitian karya sastra harus dilepaskan dariintensi pengarang, rupanya kurang dapat dilakukan pada penelitian karya-karyasastra pada zaman Surakarta ini. Karya-karya Ranggawarsita seperti misalnya,Jakalodhang dan juga Kalatidha yang berisi tentang ramalan serta kritik sosial,sering dikaitkan dengan kehidupan pribadi pengarang. Menurut sejarah tradi-sional, Ranggawarsita pemah mengalami suatu tekanan dan memendam rasapermusuhan dengan salah seorang raja Surakarta. Pada rnasa itulah karya-karyayang dihasilkan Ranggawarsita dinilai sebagai karya-karya yang mengandungsindiran dan kritik sosial.

Pada karya-karya sastra Jawa Modem, eksistensi pengarang mulai tampak.Hal itu didukung oleh pengakuan berbagai pihak dan pemerintah tentang peranpengarang itu sendiri melalui pengakuan hak cipta pengarang, penulisan biogra-fi penulis, dan juga diadakannya temu pengarang dengan pembaca. Keadaantersebut mengakibatkan peneliti tidak dapat melepaskan perhatian terhadappengarang, ketika ia mengadakan penelitian terhadap suatu karya.

VI. KesimpulanBerdasarkan pandangan Foucoult tentang kedudukan pengarang serta pan-

dangan Roland Barthes hmtang karya dan teks, serta pembicaraan ten tangpandangan-pandangan tersebut maka dapat disimpulkan:1. Foucoult menolak anggapan, bahwa dibalik buku atau ilmu tertentu terdapat

intensi pengarang. Foucoult menganggap bahwa yang penting adalah 'atur-an' yang telah menguasai pengarang untuk menciptakan karyanya. Jadi,subyek pengarang tidaklah memiliki kedudukan yang penting.

2. Roland Barthes menganggap, bahwa karya dan teks bukan sekedar istilah,namun mengandung nuansa pengertian yang amat luas dan dalam. Karyadan teks secara material tidak dapat dipisahkan secara jelas. Karya merupa-kan ujung imajiner suatu teks, dan merupakan sesuatu yang siap pakai. Teksbersifat jarnak, ia mempunyai keragaman makna. Pluralitas teks teljadi padapenjelas-penjelas teks yang menyusunnya. Hal itu sesuai dengan etimologi

37Pengarang. Karya dan Teks

----

-- - -- -- - ~~

leks yang berarti tenunan. Benngkat dari peogertian tersebut, timbuI isti1ahinterteks..

Iau. ~ UIIM Z... ua,uZ PUUU8U68&8 8&86 .-......-

dap peran pentingnya pengarang. Pada Karya, pengarang berperan sepertiibu yang melahirkan. Penn pengarang ini makin lama makin berkurangketika 'kandungan' brya tersebut telah keJuar dari tempatnya. 'Kandungan'karya tersebut adalah teks.

4. Pandangan Foucoult clan Roland Barthes tentang kedudutan pengarang,tentang karya clan leks, dapat digunakan untuk me1ihatbubungan pengarangdengan karya pada karya sastra Jawa.

5. Pada karya sastra Jawa Kuna yang anonim, karya sastra tetap dikenal, clandianggap sebagai karya yang besar. Onng-onng menganggap babwa usiakarya sastra telah dianggap sebagai sesuatu yang otentik. Karya sastra Jawakuna dengan pengarang atau penulis temama, butan menjadi alasan keter-kaitan karya deugan pengarang. Pada penelitian karya yang mengarab padapenelitian filologi, penelitian terbadap kepengarangan tetap dibaruskan.Pada penelitian yang mengarah pada teks literer kacya tecsebut, penelitianterhadap kepengarangan bdang-bclang tidak diperlu1can,karena tidak adasumbec-sumber kepengarangan yang jelas.

6. Pada brya sastra Jawa Bacu. pecan pengarang amat besac, sebingga peneli-tian yang dilaku1canuntu1ckarya tecsebut akan melibatkan intensi pengarangatau pujangga.

1. Pada karya sastca Jawa Modem, pecan pengarang amat penting. Penelitianyang dilakukan lebih banyak pada penelitian teks literer, namUDdemikianintensi pengarang kadang-kadang tetap dipedu1can.

8. Pandangan-pandbangan Foucoult, dan Roland Bartbes mampu memberipenajaman tentang hakekat pengarang, karya dan teks.

Daftar Pustaka

Barthes, Roland. 1984. From Work to Tc:xt. Dalam Josue V. Harari. TutualStrategies. Perspectives in Post-Strulauralist Criticsm. New York: CornellUniversity Press.

Foucault, Michel. 1987. What Is an Author'? Dalam Vassilis Lambropoulos andDavid Neal Miller. Twentieth Century Uterary Theory. New York: StateUniversity of New York Press.

38 DIKSI No.2 7h..lltlri I99J

Junus, Umar. 1989. Panduan Pembaca Teori Kesusasteraan Sezaman. KualaLumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.

Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra Sebuah Pengamar. Jakarta: PT. Gramedia.

Said, Edward W. The Text, The World, The Critic. Dalam Josue V. Harari.Textual Strategies. Perspectives in Post-Structuralist Criticsm. New York:Cornell University Press.

Soemanto, Bakdi. 1989. Mengapa TeoritisiSastra Saling Bertentangan Pendapal?Yogyakarta: Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas GadjahMada.

Pengarang. KDrya don Telcs 39

---