abstrak - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24152/1/m....
TRANSCRIPT
i
Abstrak
M. al- Aufar
Analisis Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI)
Program Corporate Social Responsibility (CSR) yang di jalankan oleh sebuah perusahaan merupakan komitmen yang berkelanjutan dari pelaku bisnis untuk berprilaku secara etis dan memberi kontribusi bagi prmbangunan ekonomi. CSR yang dilakukan PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI) sebagai bentuk tanggung jawab terhadap masyarakat agar bisa tumbuh dan berkembang bersama perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep, strategi dan apa implikasi bagi masyarakat. Penelitian tentang CSR PT. MCCI menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara serta studi kepustakaan. Wawancara dilakukan dengan responden sebanyak empat belas orang.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa konsep CSR PT. MCCI ialah sustainable development. Sedangkan strategi CSR ialah pertama, kesadaran (awareness) di lima tahun pertama, pada tahapan tersebut dengan inisial program untuk memperbesar kekuatan ekonomis yang sejajar dengan pendidikan dan program kesehatan. penerapan program-program awal ini juga untuk mengenal dan meningkatkan potensi ekonomi masyarakat parallel dengan program-program kesehatan dan pendidikan. Kedua, Partisipasi (involving), di lima tahun kedua pada tahapan tersebut dengan target partisipasi tinggi dari masyarakat dalam program terbentuknya organisasi-organisasi mikro ekonomi di masyarakat. Ketiga, Contoh (model) di lima tahun ketiga, pada tahapan tersebut dimana organisasi ekonomi di masyarakat sudah berkembang pesat dan masyarakat telah dapat menjalankan kemandirian ekonomi yang berkesinambungan.
Adapun implikasi CSR bagi masyarakat Kelurahan Gerem Kecamatan Grogol Kota Cilegon ialah pada bidang pendidikan dengan berupa bantuan implementasi pengadaan saung aksara, buku bacaan, kursus bahasa inggris, beasiswa, dan pelatihan komputer. Selanjutnya bidang kesehatan dengan berupa bantuan implementasi penyuluhan gizi untuk anak, pengadaan air bersih sumur pompa dan khitanan massal. Sedangkan di bidang pengembangan ekonomi dengan berupa bantuan implementasi bantuan penggemukan kambing, UKM pembuatan emping dan jamur.
ii
Kata Pengantar
Tiada kata paling indah kecuali penulis mengucapkan puji syukur
kehadirat Allah SWT, yang senantiasa telah memberikan nikmat, rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, hanya kepadaNya
menyembah dan hanya kepadaNya meminta pertolongan. Shalawat serta salam
kami haturkan kepada sang super leader dan super manager Nabi Muhammad
SAW, seorang figur yang mengajak pada revolusi terbaik dan layak memberikan
inspiratif sekaligus pantas ditiru oleh umat manusia.
Skripsi ini tentunya tak dapat rampung tanpa dukungan dari beberapa
pihak, maka penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada beberapa
pihak yang telah memberi inspirasi dan juga banyak berkontributif dalam
memberikan pemikiran segar, pesan moral dan lain-lain sehingga penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan, diantaranya adalah:
1. Kedua orang tua Abah Drs. H. M. Idris dan emak Hj. Malihah
(Almh), keluarga besar H. Salman (Alm) dan H. Arba’in (Alm)
yang telah memberikan pendidikan, kepercayaan, kesabaran,
pengorbanan serta doa yang selalu terus mereka panjatkan untuk
penulis, dan tentunya sangat sulit untuk membalas dan
membayarnya.
2. Abah aku KH. Juhdi yang kerap kali mengajarkan penulis betapa
nikmat dan pentingnya renungan spiritual, di saat penulis
iii
mengalami perasaan stagnasi dan kemunduran diri oleh sebab
akibat.
3. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA.
4. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak Prof. Dr. Bahtiar
Effendy.
5. Ketua jurusan Prodi Sosiologi Universitas islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak Dr. Zulkifly, MA dan Sekretaris
jurusan Ibu Joharotul Jamilah, S. Ag. M.Si.
6. Seluruh dosen dan staff pengajar pada program studi sosiologi atas
segala motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan dan
pengalaman yang mendorong penulis selama menempuh studi.
7. Dosen pembimbing Bapak Saiffudin Asrori, M.Si yang selalu setia
dalam memberikan saran, kritik dan gagasan segar serta sabar
membimbing penulis sampai titik penghabisan penyelesaian
skripsi.
8. Pimpinan PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI) dan general
affairs manager PT. MCCI Bapak Yusuf Iman yang menerima
penulis dengan terbuka untuk melakukan penelitian skripsi, serta
iv
para staff, karyawan dan buruh yang tentunya tidak bisa penulis
sebutkan satu-persatu.
9. Teman-teman diskusi praskripsi sampai penulisan skripsi Andri
(lay), Aal (albert), Panca, Tondang, Ayub (aki), Nana (pres)
“jempolah untuk sebuah diskusi konstruktifnya” serta teman-teman
seperjuangan Sosiologi 2006, Hamidah, Azharina, Fina, Beti, Budi,
Budiman, Dijah, Fajar, Fuad, Hajuri, Pian (jembre), Erfan, Pebri,
Rahmi, Kiki, Syofah, Yandi. Asyiik, terkesan dan senang
bercengkrama dengan kalian semua, meski kadang menjengkelkan,
dan tentunya dikemudian hari sangat merindukan diskusi-diskusi
hangat (dialektika) bersama kalian sebagai buah dari insan
akademis dalam pengembangan intelektual.
10. The big familly “Keluarga Mahasiswa Cilegon (KMC) Jakarta”
yang telah memberi warna betapa nikmatnya berorganisasi dengan
sentuhan kekeluargaan, terus bereksistensi tentunya. Himpunan
Mahasiswa Banten (HMB) Jakarta, teman-teman organisasi ekstra
kampus, BEM Sosiologi Agama 2009-2010, semua itu terasa
banget ketika penulis menikmati keorganisasian.
11. Teman-teman Cilegon yang tidak bisa penulis sebutkan satu-
persatu, kendati selalu bertanya “ovar kapan lulusnya?” atau “ovar
kapan sidangnya?” Membuat penulis menjadi acuan dalam
motivasi diri.
v
12. Masyarakat Gerem yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu,
atas meluangkan waktunya sebagai responden sehingga penulis
bisa mengetahui dan mengkaji permasalahan yang terkait dengan
skripsi yang ditulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
kecuali sesuatu yang sempurna ialah Allah SWT, oleh karena itu mohon kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan di masa mendatang
sangat penulis harapkan.
Jakarta, Agustus 2011
M. al- Aufar
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………….. 1
B. Tinjauan Pustaka ……………………………………….. 6
C. Pertanyaan Penelitian ……………….…………………... 9
D. Tujuan dan Manfaat penelitian …………………………. 9
E. Metodologi Penelitian …………………………………... 10
1. Metode Penelitian …………………………………... 10
2. Teknik Pengumpulan Data …………………………. 11
3. Teknik Analisa dan Interpretasi Data ………………. 12
F. Sistematika Penulisan …………………………………... 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS ATAS KONSEP CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
A. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) ……….. 15
B. Fungsi dan Tujuan Corporate Social Responsibility (CSR)... 18
C. Prinsip-Prinsip Corporate Social Responsibility (CSR) …… 19
D. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) …….. 20
vi
E. Corporate Social Responsibility (CSR) Kalangan Industri … 24
F. Strategi Corporate Social Responsibility (CSR) …………… 25
G. Implikasi Corporate Social Responsibility (CSR) …………. 31
BAB III IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) PT. MITSUBISHI CHEMICAL
INDONESIA (MCCI)
A. Deskripsi Umum PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI)
1. Sejarah PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI) ….. 35
2. Produk PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI) …... 38
B. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.
Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI)
1. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) PT.
Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI) ……………….. 39
2. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) PT.
Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI) ……………….. 51
3. Struktur Organisasi Corporate Social Responsibility (CSR)
PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI) …………... 52
C. Fungsi dan Tujuan Corporate Social Responsibility (CSR) PT.
Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI) …………………… 54
D. Strategi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Mitsubishi
Chemical Indonesia (MCCI) ……………………………….. 55
vii
BAB IV IMPLIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(CSR) PT. MITSUBISHI CHEMICAL INDONESIA (MCCI)
A. Gambaran Umum Masyarakat Gerem
1. Kondisi Umum Sosiologis Masyarakat Gerem ………… 59
2. Kondisi Umum Ekonomi Masyarakat Gerem ………….. 62
B. Implikasi Corporate Social Responsibility (CSR) Pendidikan
………………………………………………………………. 65
C. Implikasi Corporate Social Responsibility (CSR) Kesehatan
………………………………………………………………. 71
D. Implikasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Pengembangan Ekonomi …………………………………… 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………………………………….. 79
B. Saran ……………………………………………………….. 80
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 82
LAMPIRAN …………………………………………………………………… 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan suatu perusahaan di tengah masyarakat, berdampak positif
dan negatif. Pengaruh positif masyarakat diuntungkan antara lain, berkembangnya
sektor ekonomi berupa pemenuhan kebutuhan karyawan seperti tempat tinggal,
makanan dan kebutuhan harian lainnya. Karena masyarakat berharap
mendapatkan pekerjaan dan pendapatan yang layak. Misalnya penelitian
Corporate Social Rresponsibility (CSR) pada perusahaan Indah Kiat Pulp and
Paper (PT. IKPP) dalam aspek positif perusahaan ini telah melakukan kegiatan
adanya potensi karyawan yang sebesar 5000 karyawan yang peduli dan mau
bekerjasama dalam program beasiswa peduli, perusahaan pun memiliki mitra atau
sister company yang memproduksi buku tulis yang menjalin kerjasama dengan
Yayasan Eka Tjipta Foundation (ETF) yang juga peduli terhadap pengembangan
dunia pendidikan tanah air. Aspek positif lain juga ditemukan bahwa masyarakat
di Serang pada umumnya beragama Islam, jadi jika PT. IKPP mengadakan syiar
agama sangat direspon oleh masyarakat.1
Selanjutnya aspek positif CSR pada PT. Takaful Indonesia dalam
penerapan programnya pengembangan masyarakat (community development)
yang mengacu pada bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan dan sosial serta
berperan aktif dalam mensosialisasikan ekonomi syariah mengembangkan SDM
1 Weny Julita, “Strategi Corporate Social Responsibility (CSR) di PT. Indah Kiat Pulp and Paper,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang, 2009), h. 98.
2
islami, produk-produk asuransi untuk ekonomi lemah, seperti peminjaman UKM,
asuransi kematian, kesehatan untuk masyarakat ekonomi lemah dan program
untuk masyarakat kantor dan pembentukan Lembaga Amil Zakat Nasional. Maka
dengan Community Development tersebut sangat terjalin efektif karena adanya
dukungan atau mitra kerja yang baik antara perusahaan dan masyarakat.2
Sedangkan dampak negatif perusahaan terlihat dari perubahan
lingkungan menjadi tidak nyaman, seperti adanya pembuangan limbah,
kebisingan alat-alat produksi serta pencemaran udara (polusi). Misalnya penelitian
pada advokasi lingkungan yang menyoroti keterlibatan LSM lokal maupun
nasional dalam usahanya untuk membela petani sawah dan tambak di Dukuh
Tapak, Semarang Barat, Jawa Tengah, dari dampak negatif proses industrialisasi.
Dikatakan bahwa limbah industri yang mentah di buang ke kali Tapak, dari
sebuah pabrik baru dibangun dengan modal jepang dan merembet ke sawah
melalui saluran irigasi, ke tambak-tambak serta sumur warga Tapak.3
Komitmen atau tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat, secara
umum disebut Corporate Sosial Responsibility (CSR). Bagi dunia usaha,
komitmen CSR dikenal pada 1953-an dalam implementasinya berbentuk derma
(charity principle) dan perwalian (stewardship principle). Selain itu, Stanford
Research Institute (SRI) pada tahun 1963 mengenalkan konsep pemangku
kepentingan (stakeholder). Hingga tahun 1990an konsep pembangunan
2 Sri Subekti Sunaryo, “Konsep dan Strategi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Takaful Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 72-73. 3 Jiway Francis Tung, “Pembangunan yang Tidak Dapat Membangun: Kisah LSM Tentang Dampak Industrialisasi di Dukuh Tapak,” Artikel diakses pada 4 Mei 2011 dari http://www.lontar.ui.ac,id//opac/themes/libri2/detail.JSP?id=72795&lokasi=lokal
3
berkelanjutan (sustainable development) sampai saat ini, mulai di
implementasikan di CSR perusahaan-perusahaan.4
Di Indonesia CSR baru dikenal pada tahun 1990-an. Meskipun Baru
tahun 2007 CSR naik pangkat dari sebelumnya optional menjadi mandatory yang
wajib dilaksanakan tiap perusahaan. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama
melakukan aktivitas sosial perusahaan, meski tidak menamakan sebagai CSR
secara faktual aksinya mendekati CSR yang merepresentasikan peran serta
kepedulian perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan melalui konsep
investasi sosial perusahaan sejak tahun 2003. Departemen sosial tercatat sebagai
lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan
melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional.5
Praktik CSR mendapat legalisasi hukum dalam UU No 40/2007, Pasal 74
tentang Perseroan Terbatas (RUU-PT) dinyatakan bahwa (a) Ayat 1 menyatakan,
perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan. (b) Ayat 2 berbunyi, tanggung jawab sosial dan lingkungan itu
merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memerhatikan kepatutan
dan kewajaran. (c) Ayat 3 menggariskan, perseroan yang tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana pasal 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
4 Ismail Solohin, Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability, h. 17. 5 Indah Febrianti, “Pengaruh Profitabilitas dan Leverage Terhadap Pengungkapan CSR (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2008) ,” (Skripsi S1 Fakultas ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009), h. 20.
4
perundang-undangan. (d) Ayat 4 menyatakan, ketentuan lebih lanjut mengenai
tanggung jawab dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah. 6
Melalui penguatan payung hukum tersebut, agenda CSR menjadi suatu
keharusan. Mau tidak mau perusahaan harus melaksanakan implementasi CSR
sebagai bentuk bagian dari tanggung jawab perusahaan.
Kota Cilegon-Banten merupakan salah satu kawasan industri yang sangat
besar karena di kota tersebut telah berdiri beberapa perusahaan yang sangat
potensial, baik yang sudah mencapai taraf internasional maupun nasional.
Menurut catatan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi kota Cilegon,
daftar perusahaan besar di kota Cilegon Tahun 2010 berjumlah 162 perusahaan.7
Sebanyak 34 perusahaan terdapat di wilayah Kelurahan Gerem Kecamatan
Grogol kota Cilegon Provinsi Banten yakni salah satu perusahaan yang terdapat di
Kelurahan gerem bernama PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI).8
Perusahaan bergerak pada industri kimia yang memiliki kantor pusat di Jakarta
dan memiliki plant di Merak. Menurut catatan Badan Lingkungan Hidup kota
Cilegon, PT MCCI tercatat telah melakukan proses perizinan upaya pengelolaan
lingkungan (UPL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL).9 Kantor yang
berpusat di Jakarta beralamat di Gedung Setiabudi Atrium, Suite 710 Setiabudi
Office Park, Jl H. R. Rasuna Said kuningan, Jakarta 12520. Sedangkan plant yang
6Dwi Kartini, Corporate Social Responsibility: Transformasi Konsep Sustainability Management dan Implementasi di Indonesia (Bandung: Refika Aditama, 2009), h. 128. 7 Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (DISPERINDAG) Kota Cilegon, Daftar Perusahaan Besar Kota Cilegon Tahun 2010 (Cilegon: DISPERINDAG, 2010). 8 Kelurahan Gerem, Data Perusahaan di Kelurahan Gerem Tahun 2010 (Cilegon: KELURAHAN GEREM, 2010) 9 Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon, Rekomendasi Upaya pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) (Cilegon: DLH, 2006).
5
di Merak beralamat di Jalan Raya Merak, Desa Gerem Kecamatan Grogol Kota
Cilegon Provinsi Banten.
PT. MCCI merupakan Perusahaan industri kimia bergerak pada Purified
Therephthalate Acid (PTA) dan Poliethylene Therephthalate (PET). Pabrik ini
didirikan pada tanggal 4 Maret 1991 dan dibangun pada Mei 1994 dimulai
kontruksi untuk pembangunan dengan luas lahan 34,6 hektar. PT MCCI juga
terletak diantara pabrik petrokimia dan beberapa area mengapitnya seperti sebelah
utara PT. DOW Chemical dan PT. UIC, sebelah selatan Pertamina, sebelah barat
Selat Sunda, Sebelah Timur Jalan Raya Merak.10
Sebelumnya nama PT Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI) adalah PT.
Bakrie Kasei Corporation, karena pada awal tahun 2001 pasar domestik
mengalami penurunan yang disebabkan adanya krisis di Indonesia maka
penanaman modal saham PT. Bakrie dan Brothers melepaskan kepemilikan
sahamnya pada MCC yang kemudian perusahaan pun mengganti nama dan PT.
Bakrie Kasei Corporation (BKC) menjadi PT. Mitsubishi Chemical Indonesia
(MCCI).
Kehadiran PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI) tentunya
memberikan dampak negatif dan positif terhadap masyarakat sekitar. Apalagi
pada tahun 2001 Perusahaan ini mengalami kebocoran bahan kimia, yang
tentunya pada saat itu meresahkan kondisi masyarakat Gerem dan juga kebocoran
ini bisa menimbulkan asap kematian bagi masyarakat.
10 Deni Mulyana, “Sistem Proteksi 3kv/150kw dengan menggunakan relay injection multed motor 7960 di PT. Mitsubishi Chemical Indonesia ( MCCI),” (Laporan Kerja Praktek Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Cilegon, 2009), h. 12.
6
Bersamaan diberlakukannya UU. No. 74 tentang Perseroan Terbatas, PT.
MCCI menyadari bahwa sebagai perusahaan memiliki pengaruh bagi
lingkungannya. Sudah selayaknya pula melakukan kegiatan yang mensinergikan
kepentingan perusahan dan masyarakat sekitar. Semenjak itu, berbagai kegiatan
seperti sumbangan, pengaspalan, bingkisan dilaksanakan oleh PT. MCCI.
Dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti, Corporate Social
Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh PT. MCCI.
B. Tinjauan Pustaka
Beberapa literatur yang penulis temukan mengenai Corporate Social
Responsibility (CSR), sebagai uji perbandingan diantaranya adalah:
Pertama, penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Corporate Social
Responsibility (CSR) PT. Bakrie Swasakti Utama Dalam Perspektif Islam”.
Disusun oleh Noor Rahmah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2009. Dalam temuan penelitiannya bahwa Karakteristik
pelaksanaan yang dilakukan oleh PT. Bakrie Swasakti Utama terbagi kedalam 4
kelompok sektor yaitu: pertama, sektor sosial, kedua, sektor ekonomi, ketiga,
sektor lingkungan, keempat, sektor darurat bencana alam.
Dari sisi masyarakat terdapat berbagai manfaat yang diperoleh dari
aktivitas CSR, Pertama, melalui pelaksanaan CSR karena PT. Bakrie Swasakti
Utama melakukan kemitraan dengan masyarakat sekitar, akan berdampak pada
tingkat kesejahteraan masyarakat semakin baik. Kedua, sebagai sarana
pembelajaran dan pendidikan bagi pelajar dan mahasiswa dengan dibuknya
kesempatan magang dan penelitian di PT. Bakrie Swasakti Utama. Ketiga,
7
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan sanitasi lingkungan pada
masyarakat sekitar PT. Bakrie Swasakti Utama. Keempat, melalui pelaksanaan
CSR masyarakat akan menerima manfaat paling mendasar yaitu tidak terjadi
kerusakan lingkungan di sekitar perusahaan.
Dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang diperoleh dari
aktivitas CSR adalah, Pertama, mengurangi resiko dan tuduhan terhadap
perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. Kedua, CSR dapat berfungsi
sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang
diakibatkan suatu krisis. Ketiga, keterlibatan dan kebanggaan karyawan, karyawan
akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi baik.
Keempat, CSR dilaksanakan secara konsisten dan mampu memperbaiki dan
mempererat hubungan antar perusahaan dengan para stakeholdernya. Kelima,
meningktkan penjualan.
Kegiatan CSR yang dilakukan PT. Bakrie Swasakti Utama sejalan dengan
ajaran Islam. Karena PT. Bakri Swasakti Utama melalui program jangka
panjangnya berusaha untuk berpartisipasi mengurangi jumlah orang miskin dan
pengangguran, melalui peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan daya beli
masyarakat, mendukung pencapaian prestasi dalam bidang olahraga,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berperan aktif dalam
melestarikan lingkungan hidup serta nilai-nilai luhur budaya dan seni Indonesia,
oleh karena itu kegiatan CSR yang dilakukan PT. Bakrie Swaskati utama sejalan
dengan ajaran Islam. Karena dalam Islam merupakan suatu kewajiban kolektif
8
(fardu kifayah) bagi masyarakat muslim untuk memberikan pembinaan latihan
dan kesempatan kerja yang optimal.
Kedua, penelitian yang berjudul “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Corporate social Responsibility) Dalam Perspektif Ekonomi Islam”. Disusun
oleh Rulya Ekawati Program PascaSarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2004.
Dalam temuan penelitiannya bahwa secara subtantif terdapat integrasi konsep
antar Zakat dan CSR. Pengintegrasian ini didasarkan pada aspek subtantif tujuan
kedua pranata ekonomi itu. Baik zakat maupun CSR keduanya memiliki tujuan
tertinggi yang sama, yakni membangun kepedulian sosial antar sesama untuk
mencapai kesejahteraan bersama. Ektensifikasi atau perluasan obyek zakat dapat
dimodifikasi dengan mengembangkan praktik CSR kedalam setiap perusahaan-
perusahaan yang ada. Dengan performa CSR, potensi penggalangan dana sosial
semakin membesar dan tidak rawan atas resistensi bagi setiap orang yang tidak
memahami apa dan bagaimana itu Zakat. Pada titik ini ia meyakini jika desiminasi
gagasan CSR dapat diakomodasi oleh pemerintah dengan mengeluarkan regulasi
khusus menyangkut CSR, pemberdayaan masyarakat akan mudah dilakukan.
Penelitian ini juga menunjukan bahwa Bank Muamalat Indonesia (BMI)
termasuk salah satu perusahaan yang memilki concern terhadap tanggung jawab
sosial perusahaannya. Terbukti BMI secara khusus mendirikan Baitul Maal
Muamalat, sebagai badan yang menjalankan tugas-tugas BMI dalam memenuhi
tanggung jawab sosial BMI terhadap masyarakat.
9
Dari beberapa kajian pustaka diatas, penelitian tentang implikasi CSR
belum banyak dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini akan mengkaji tentang
implikasi CSR terhadap masyarakat.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaiamana konsep Corporate Social Responsibility (CSR) yang
diterapkan PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI)?
2. Bagaimana strategi Corporate Social Responsibility (CSR) yang
diterapkan PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI)?
3. Apa implikasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Mitsubishi
Chemical Indonesia (MCCI) bagi masyarakat Kelurahan Gerem
masyarakat?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian yang berjudul analisis Corporate Social Responsibility (CSR) PT.
Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI) bertujuan:
a. Untuk mempelajari implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI) di Kelurahan Gerem.
2. Manfaat Penelitian
a. Akademis
Diharapkan penelitian ini memberikan pengembangan khazanah
ilmu pengetahuan mengenai strategi perusahaan dalam kegiatan Corporate
Social Responsibility (CSR) yang baik dan memiliki hasil yang bermanfaat
bagi perusahaan dan masyarakat sekitar, secara akademis juga dapat
10
digunakan sebagai bahan bacaan dan referensi ilmu pengetahuan tentang
Corporate Social Responsibility (CSR) dan strategi implementasinya.
b. Praktis
Diharapkan penelitian ini bisa menjadi masukan dan pertimbangan
yang berguna bagi PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI) dalam
menjalankan sebuah program dan menyusun rencana kebijakan di masa
mendatang. Sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat
sekitar sehingga terjalin hubungan harmonis diantara kedua belah pihak,
tentunya dengan menggunakan perencanaan yang matang, sehingga
kebijakan atau program tersebut dapat bermanfaat bukan hanya untuk
masyarakat. Melainkan untuk perusahaan itu sendiri dan juga dapat
memotivasi perusahaan-perusahaan lainnya agar terinspirasi untuk
melakukan program Corporate Social Responsibility (CSR).
E. Metodelogi Penelitian dan Teknik Penulisan
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penlitian ini adalah metode
kualitatif, yaitu metode penelitian yang data-datanya dalam bentuk kata-
kata atau kalimat. Sedangkan jenis penelitian adalah deskriptif analisis,
yaitu menggambarkan secara obyektif menganalisa data-data yang
diperoleh. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian,
misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
11
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.11
Oleh karena itu tujuan akhir tulisan kualitatif menurut Gorman dan
Clayton ialah memahami apa yang dipelajari dari perspektif kejadian itu
sendiri dari sudut pandang kejadiannya itu sendiri. Karena penelitian
kualitatif memproses pencarian gambaran data dari konteks kejadiannya
langsung, sebagai upaya melukiskan peristiwa sepersis kenyataannya,
yang berarti membuat pelbagai kejadiannya seperti merekat dan
melibatakan perspektif (peneliti) yang partisipatif di dalam pelbagai
kejadiannya, serta menggunakan pengiduksian dalam menjelaskan
gambaran fenomena yang diamatinya.12 Dalam penelitian ini yang akan
dianalisis adalah kegiatan CSR PT. MCCI dan implikasinya bagi
masyarakat Kelurahan Gerem.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan
sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan sesaat
atau pun mungkin dapat diulang.13 Dalam hal ini penulis yaitu melakukan
pengamatan langsung ke lapangan. Pengamatan berguna untuk mengetahui
keadaan sebenarnya yang telah terjadi di lokasi penelitian yang berkaitan
dengan penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT.
Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI). Hal yang menjadi observasi 11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Rosda, 2006), h. 11. 12 Septiawan Santana, Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), h. 29-30. 13 Sukandarrumidi, Metodelogi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002), h. 69.
12
adalah implementasi, konsep, strategi dan implikasi CSR PT. MCCI bagi
masyarakat Kelurahan Gerem.
b. Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to face)
dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan yang
diwawancara (Interviewee) yang memberikan pertanyaan atas jawaban
pertanyaan itu.14 Dalam hal ini penulis melakukan wawancara secara
terstruktur dengan memberikan daftar pertanyaan yang telah ditentukan
dengan menggunakan pedoman wawancara. Untuk perusahaan yang
diwawancarai adalah 5 orang dan masyarakat Gerem 11 orang.
c. Studi kepustakaan, yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data
berdasarkan data di lapangan yang didapat dari PT. Mitsubishi Chemical
Indonesia (MCCI) dan laporan lainnya yang bersangkutan dengan
penelitian.
5. Teknik Analisa dan interpretasi data
Dalam menganalisa data, penulis menguraikan analisis deskriptif
kualitatif, ialah suatu teknik analisa data dimana data yang diperoleh
kemudian dipaparkan dan selanjutnya dianalisis dengan berpedoman
dalam bentuk kalimat-kalimat.
Dalam teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)” UIN Syarif
14 Imam Prayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), h. 167.
13
Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh Center for Quality
Development and Assurance (CeQDA) tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahulaun berisi, Latar Belakang Masalah, Tinjauan Literatur,
Pertanyaan Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode
Penelitian dan Teknik penulisan, sistematika Penulisan.
Bab II Tinjauan Teoritis atas Konsep Corporate Social Responsibility
(CSR) berisi, Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR),
Fungsi dan Tujuan Corporate Social Responsibility (CSR), Prinsip-
Prinsip Corporate Social Responsibility (CSR), Implementasi
Corporate Social Responsibility (CSR), Strategi Corporate Social
Responsibility (CSR), Corporate Social Responsibility (CSR)
kalangan Industri, Implikasi Corporate Social Responsibility
(CSR).
Bab III Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.
Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI) berisi, Sejarah PT.
Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI), Produk PT. Mitsubishi
Chemical Indonesia (MCCI), Konsep Corporate Social
Responsibility (CSR) PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI),
Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Mitsubishi
Chemical Indonesia (MCCI), Struktur Organisasi Corporate Social
Responsibility (CSR) PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI)
Fungsi dan Tujuan Corporate Social Responsibility (CSR) PT.
14
Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI), Strategi Corporate Social
Responsibility (CSR) PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI).
Bab IV Implikasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Mitsubishi
Chemical Indonesia (MCCI) berisi, Gambaran Umum Masyarakat
Kelurahan Gerem, Implikasi Corporate Social Responsibility
(CSR) Pendidikan, Implikasi Corporate Social Responsibility
(CSR) Kesehatan, Implikasi Corporate Social Responsibility
(CSR) Pengembangan Ekonomi.
Bab V Penutup berisi, Kesimpulan dan Saran.
Daftar Pustaka
Lampiran
15
Bab II
Tinjauan Teoritis Atas Konsep Corporate Social Responsibility
(CSR)
A. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Istilah Corporate Social Responsibility dikenal luas pada tahun 1960-an
bersamaan dengan karya Howard R. Bowen “Social Responsibility of the
Businessmen”. Prinsip yang dijalankan pada masa itu ialah prinsip derma (charity
principle), dalam prinsip tersebut dikatakan bahwa sebagian besar berasal dari
kesadaran pribadi pemimpin perusahaan untuk berbuat sesuatu kepada
masyarakat. Semangat berbuat baik itu kepada semua manusia antara lain dipicu
oleh nilai spiritual yang dimiliki para pemimpin perusahaan kala itu. Sebagaimana
diketahui, berbagai agama besar di dunia mengajarkan nilai-nilai yang sangat
menghargai pengeluaran harta dengan tujuan membantu orang-orang yang lebih
tidak beruntung.
Selanjutnya prinsip perwalian (stewardship principle), prinsip ini
menyatakan bahwa perusahaan merupakan wali yang dipercaya oleh masyarakat
untuk mengelola sumber daya. Oleh karena itu, perusahaan harus
mempertimbangkan dengan saksama berbagai kepentingan dari para pemangku
kepentingan yang dikenai dampak keputusan dan praktik operasi perusahaan.
Prinsip ini semakin bertambah penting sejalan dengan pengakuan terhadap konsep
pemangku kepentingan dimana pemangku kepentingan berpotensi untuk
16
menghambat pencapaian tujuan perusahaan bila kepentingan perusahaan tidak
sejalan dengan kepentingan masyarakat secara luas.
Kemudian berkembang prinsip kepentingan (stakeholder), Freeman
mendefenisikan stakeholder sebagai setiap kelompok atau individu yang dapat
memengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan.15 Adopsi
pemangku para kepentingan telah ikut memperjelas kepada bagian masyarakat
(society) dimana perusahaan memiliki kewajiban. Dengan demikian, konsep
pemangku kepentingan memberikan panduan yang lebih spesifik untuk kata social
yang digunakan dalam konsep CSR.
Pada tahun 1990 prinsip CSR berkembang menjadi prinsip pembangunan
berkelanjutan (sustainable development).16 The Broundtland Comission
mendefinisikan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang
dapat memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa mengorbankan kemampuan
generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan mereka.17 Bahkan dalam
konsep ini mengandung dua ide utama, yakni sebagai berikut:
1. Melindungi lingkungan, dibutuhkan pembangunan ekonomi. Kemiskinan
merupakan suatu penyebab penurunan kualitas lingkungan, masyarakat
yang kekurangan pangan, perumahan,dan kebutuhan dasar untuk hidup
cenderung menyalahgunakan sumber daya alam hanya untuk tujuan
bertahan hidup. Oleh karena itu, perlindungan terhadap lingkungan hidup
15 Dwi Kartini, Corporate Social Responsibility: Transformasi Konsep Sustainability Management dan Implementasi di Indonesia (Bandung: Refika Aditama, 2009), h. 8. 16 Ismail Solihin, Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h.. 17-27. 17 Ismail Solihin, Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability, h. 27.
17
membutuhkan standar hidup yang memadai untuk seluruh masyarakat
dunia.
2. Pembangunan ekonomi harus memperhatikan keberlanjutan, yakni dengan
cara melindungi sumber daya yang dimiliki bumi bagi generasi yang
mendatang. Pertumbuhan ekonomi tidak biasa dibenarkan dengan merusak
hutan, lahan pertanian, air, dan udara dimana semua sumber daya tersebut
sangat dibutuhkan untuk mendukung kehidupan manusia di planet ini.18
Oleh karenanya konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) yang dibangun mempunyai tiga pilar yang berhubungan dan saling
mendukung satu sama lainnya. Ketiga pilar tersebut adalah sosial, ekonomi dan
lingkungan. Konsep tanggung jawab sosial perusahaan yang bersifat
pembangunan berkelanjutan (sustainable develolepment) sering kali diidentikan
dengan metode pengembangan masyarakat (community development), yaitu
motivasi kewargaan.19
Menurut The World Business Council for Sustainable Development CSR
adalah komtimen berkelanjutan dari para pelaku bisnis untuk berprilaku secara
etis dan memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi, sementara pada saat
yang sama meningkatkan kualitas hidup dari para pekerja dan keluarganya
demikian pula masyarakat lokal dan masyarakat luas.20
18 Ismail Solihin, Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability, h. 27. 19 Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memeperkuat Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 109. 20 Ismail Solihin, Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 28.
18
Sedangkan meurut Tripple Bottom Line pemahaman Tanggung jawab
sosial perusahaan juga dapat diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk
mempertanggungjawabkan dampak kegiatan operasinya dalam dimensi sosial,
ekonomi dan lingkungan pada masyarakat dan lingkungan hidupnya.21
B. Fungsi dan Tujuan Corporate Social Responsibility (CSR)
Penuangan program CSR yang menjadi keharusan mempunyai dedikasi
fungsi dan tujuan, pertama, fungsi bagi individu karyawan adalah belajar metode
alternatif dalam berbisnis, menghadapi tantangan pengembangan dan bias
berprestasi dalam lingkungan baru, mengembangkan keterampilan yang ada dan
keterampilan baru, pengetahuan perusahaan atas komunitas lokal dan memberi
kontribusi bagi komunitas, mendapatkan persepsi baru atas bisnis. Kedua, fungsi
bagi penerima program adalah mendapat keahlian dan keterampilan professional
yang tak dimiliki organisasi atau tak memiliki dana untuk mengadakannya,
mendapat keterampilan manajemen yang membawa pendekatan yang segar dan
kreatif dalam memecahkan masalah, memperoleh pengalaman dari organisasi
besar. Ketiga, fungsi bagi Perusahaan adalah memperkaya kapabilitas karyawan
yang telah menyelesaikan tugas bekerjasama komunitas, meningkatkan
pengetahuan tentang komunitas lokal, peluang untuk menanamkan bantuan praktis
pada komunitas, meningkatkan citra dan profit perusahaan karena para karyawan
menjadi duta besar bagi karyawan.
21 Fajar Nursahid, Tanggung Jawab Sosial BUMN: Analisis Terhadap Model kedermawanan Sosial PT Krakatau Steel, PT Pertamina dan PT Telekomunikasi Indonesia (Depok: Piramedia, 2006), h. 13-14.
19
Sedangkan program tujuan CSR adalah Meminimalisasi resiko sosial,
membangun harmonisasi dengan masyarakat, peran aktif dalam memperbaiki
masyarakat dengan melibatkan perusahaan pada masyarakat sekitar,
pengembangan bisnis perusahaan, menumbuh kembangkan kepercayaan
masyarakat dan mitra bisnis, meningkatkan harapan masyarakat agar perusahaan
mengejar sasaran sosial dan ekonomis.22
C. Prinsip-Prinsip Corporate Social Responsibility (CSR)
Beberapa prinsip-prinsip CSR diantaranya adalah:
Pertama, Interdepedensi antar stakeholder (pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat) yakni, adanya kerjasama yang baik antar semua pihak yang terkait.
Suatu program tidak dapat berhasil dengan baik bila interdepedensi tidak saling
mendukung. Kedua, Pemberdayaan sebagai aktivitas tanggung jawab sosial
diharapkan mampu memaksimalkan kemampuan yang ada pada masyarakat untuk
berusaha dan mandiri (empowerment), bahkan mampu memandirikan masyarakat
lainnya.
Ketiga, Partisipatif berupa peran aktif dari pihak yang terkait harus mampu
di dukung oleh pihak lain sehingga jalinan kerja sama biasa membuahkan hasil
yang maksimal. Keempat, Sesuai prioritas kebutuhan masyarakat (baik sebelum,
selama dan sesudah perusahaan beroperasi) yakni program tanggung jawab sosial
yang berhasil guna adalah suatu program yang sesuai dengan kondisi lingkungan
22 Sri Subekti Sunaryo, “Konsep dan Strategi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Takaful Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 23-24.
20
sekitarnya. Kondisi ini digambarkan dengan jalinan keadaan masyarakat sekitar
dengan perusahaan. Kelima, Berkesinambungan (sustainable), yakni tanggung
jawab sosial dunia usaha merupakan program yang menjadi wajib bagi
perusahaan sehingga programnya ini harus dilakukan secara berkesinambungan
dan berkelanjutan dengan menjaga keseimbangan semua sumber daya yang ada,
baik individu yang ada dalam perusahaan, masyarakat dan alam.23
D. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Pelaksanaan program CSR adalah pelibatan perusahaan, pemerintah,
lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, tokoh-tokoh masyarakat serta
calon penerima manfaat CSR. Oleh sebab itu, dalam implementasi program CSR
diperlukan beberapa kondisi yang akan menjamin terlaksananya implementasi
program CSR dengan baik. Berikut ini adalah kondisi implementasi CSR:
Kondisi pertama, implementasi CSR memperoleh persetujuan dan
dukungan dari para pihak yang terlibat. Sebagai contoh implementasi CSR harus
memperoleh persetujuan dan dukungan dari manajemen puncak perusahaan
sehingga pelaksanaan program CSR didukung sepenuhnya oleh sumber daya yang
dimiliki perusahaan. Sumber daya tersebut meliputi sumber daya finansial dalam
bentuk penyediaan anggaran untuk pelaksanaan CSR, maupun sumber daya
manusia yakni para karyawan perusahaan yang diterjunkan perusahaan untuk
melaksanakan program CSR.
23 Lebih jelasnya baca Direktorat Jenderal Kelembagaan Sosial Masyarakat, Acuan Standarisasi Kerjasama kemitraan Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha (Jakarta: Dirjen Kelembagaan sosial Masyarakat, 2009), h. 19-23.
21
Kondisi kedua, yang harus diciptakan untuk menunjang keberhasilan
implementasi program CSR adalah diterapkannya pola hubungan (relationship)
diantara pihak-pihak yang terlibat secara jelas. Hal ini akan meningkatkan kualitas
koordinasi pelaksanaan program CSR. Tanpa adanya pola hubungan yang jelas di
antara berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan CSR, maka kemungkinan
besar pelaksanaan program CSR tersebut tidak akan berjalan secara optimal.
Selain itu tanpa adanya pola hubungan yang jelas maka kemungkinan program
CSR tersebut berlanjut (sustainable) akan berkurang.
Kondisi ketiga, adalah adanya pengelolaan program yang baik.
Pengelolaan program yang baik hanya dapat terwujud bila terdapat kejelasan
tujuan program, terdapat kesepakatan mengenai strategi yang akan digunakan
untuk mencapai tujuan program dari para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
CSR. Perwujudan program tersebut juga memerlukan dukungan terhadap program
yang tengah dijalankan dari pihak-pihak yang terlibat dan terdapat kejelasan
mengenai durasi waktu pelaksanaan program serta siapa yang bertanggung jawab
untuk memelihara kontinuitas pelaksanaan kegiatan (misalnya untuk aktivitas
community development dalam bentuk pemberian fasilitas produksi kepada UKM)
bila program CSR sudah berakhir.24
Implementasi CSR yang lain pada umumnya kegiatan itu kini dilakukan
oleh perusahaan, Beberapa Tipe kegiatan CSR, Philip Kotler dan Nancy Lee
merumuskannya dalam buku CSR: Doing The Most Good for Your Company and
24 Ismail Solihin, Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 145-146.
22
Your Caused menyatakan bahwa terdapat enam tipe kegiatan yang dapat
dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan program CSR diantaranya:
1. Promosi Kegiatan Sosial (Cause Promotions)
Perusahaan Menyediakan dana, sumbangan barang atau donasi sumbangan
lainnya yang dapat menunjukan tingkat kepedulian dan perhatian perusahaan
terhadap isu-isu sosial, mendukung pengumpulan dana dan partisipasi atau
perekrutan sukarelawan. Perusahaan merencanakan dan mengatur promosinya
sendiri.
2. Pemasaran Terkait Kegiatan Sosial (Cause Related Marketing)
Perusahaan berkomitmen untuk menyisihkan sebagian dari keuntungan
penjualan produk untuk disumbangkan kepada suatu isu sosial. Pada umumnya
penawaran ini terbatas pada waktu dan produk tertentu saja. Biasanya perusahaan
bekerjasama dengan lembaga sosial tertentu, menciptakan kerjasama yang saling
menguntungkan. Kenaikan omset penjualan bagi perusahaan dan terkumpulnya
dana sosial bagi lembaga sosial.
3. Pemasaran Kemasyarakan Korporat (Corporate Social Marketing)
Perusahaan mendukung kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan
kesehatan masyarakat, keselamatan atau keamanan masyarakat tentang
lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat. Fokus kegiatan ini adalah pada
perubahan sikap atau prilaku dari masyarakat. Perusahaan bisa mengadakan
kampanye kegiatan ini secara independen. Tapi yang sering terjadi, perusahaan
melibatkan mitra dari organisasi publik atau organisasi sosial.
23
4. Kegiatan Filantropi Perusahaan (Corporate Philanthropy)
Perusahaan memberikan kontribusi atau sumbangan secara langsung untuk
tujuan amal atau suatu isu sosial, biasanya dalam bentuk uang tunai atau bantuan
langsung berupa barang-barang yang diperlukan. Cara ini adalah cara yang paling
tradisional dan yang paling sering dilakukan oleh perusahaan-perushaan selama
ini. Seperti yang telah disebutkan di awal, perusahaan kini dihadapkan pada
tuntuan bagaimana menciptakan strategi dan program selain memberikan
keuntungan bagi masyarakat juga sekaligus mendorong terciptanya tujuan serta
visi misi dari perusahaan.
5. Pekerja Sosial Kemasyarakatan Secara Sukarela (Community
Volunteering)
Perusahaan menggerakan para karyawan dan stakeholdrenya agar
bekerjasama dengan perusahaan untuk menyediakan waktu mereka untuk menjadi
sukarelawan dalam organisasi sosial. Misalnya karyawan bergiliran menjadi guru
tamu di sekolah-sekolah lokal, karyawan dan pelanggan bekerja bakti
membersihkan taman kota, dan lain sebagainya.
6. Praktik Bisnis yang Memiliki Tanggung Jawab Sosial (Socially
Responsible Business Practices)
Perusahaan melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat serta melestarikan lingkungan hidup. Kegiatan ini bisa dialakukan
perusahaan bekerjasama dengan lembaga atau organisasi sosial yang berkaitan
dengan isu sosial tersebut. Misalnya dalam bentuk penyediaan sarana untuk
24
kepentingan umum seperti sarana MCK (seperti yang dilakukan oleh Lifebouy),
penyediaan sarana air bersih (seperti yang dilakukan oleh Aqua Danone). Hal
inilah yang dapat menimbulkan image positif dari pemerintah selaku pembuat
peraturan sehingga memberikan situasi yang menguntungkan bagi perusahaan.25
E. Corporate Social Responsibility (CSR) Kalangan Industri
Prilaku pengusaha pun beragam dari kelompok yang sama sekali tidak
melaksanakan sampai pada kelompok yang telah menjadikan CSR sebagai nilai
inti (corevalue) dalam menjalankan usaha. Terkait dengan masalah praktik CSR,
pengusaha dapat dikelompokan menjadi empat: diantaranya adalah kelompok
hitam, merah, biru dan hijau.
Kelompok hitam adalah mereka yang tak melakukan praktik CSR sama
sekali. Mereka adalah pengusahan yang menjalankan bisnis semata-mata untuk
kepentingan sendiri. Kelompok ini sama sekali tidak peduli pada aspek
lingkungan dan sosial sekelilingnya dalam menjalankan usaha, bahkan tidak
memperhatikan kesejahteraan karyawannya.
Kelompok merah adalah mereka yang mulai melaksanakan paraktik CSR,
tetapi memandangnya hanya sebagai komponen biaya yang akan mengurangi
keuntungannya. Aspek lingkungan dan sosial mulai dipertimbangkan, tetapi
dengan keterpaksaan yang biasanya dilakukan setelah mendapat tekanan dari
pihak lain, seperti masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat. Kesejahteraan
karyawan baru diperhatikan setelah karyawan merebut atau mengancam akan
25 Ria Mahdia Fitri, “Strategi Manajemen Humas PT PLN ((PERSERO) Dalam Melaksanakan CSR”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2009), 45-47. Bisa di lihat juga Philip Kotler dan Nancy Lee, CSR: Doing The Most Good for Your Company and Your Caused (New Jersey: Jhon Willey Son Inc. h. 21-24.
25
mogok kerja. Kelompok ini pada umumnya berasal dari kelompok satu (kelompok
hitam) yang mendapat tekanan dari stakeholdernya, yang kemudian dengan
terpaksa memperhatikan isu lingkungan dan sosial termasuk kesejahteraan
karyawan. CSR jenis ini kurang berimbas pada pembentukan citra positif
perusahaan karena publik melihat kelompok ini memerlukan tekanan dan gertakan
sebelum melakukan praktik CSR. Praktik jenis ini tidak akan mampu
berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.
Kelompok biru, perusahaan yang menilai praktik CSR akan memberikan
dampak positif terhadap usahanya karena merupakan investasi, bukan biaya.
Kelompok hijau, perusahaan yang sudah menempatkan CSR pada strategi inti dan
jantung bisnisnya, CSR tidak hanya dianggap sebagai keharusan, tetapi kebutuhan
yang merupakan modal sosial.26
F. Strategi Corporate Social Responsibility (CSR)
Strategi ekstra CSR meliputi empat agenda utama ialah Pedoman dan tata
etika, Sistem dan Kebijakan Manajemen Korporat, Strategi Kepimpinan Korporat
dam CSR, terakhir Komitmen dan kemitraan diantara stakeholders. Beberapa
Strategi ekstra CSR sebagai berikut:
1. Pedoman (Guidelines) dan Tata Etika (Codes of Conduct)
Guidelines atau pedoman sangat diperlukan dalam pelaksanaan strategi
CSR oleh perusahaan. Dibeberapa perusahaan telah menetapkan pedoman yang
baik serta efektif mengenai apa saja yang berhubungan dengan CSR. Salah
26 Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, Jakarta: Sinar Grafika, 2009. h. 7-8.
26
satunya adalah lembaga World Business Council for Sustainable development.
Namun yang menjadi acauan adalah UN Global Compact yang diinisiasi oleh
mantan sekjen PBB Kofi Anan. Konten dari UN Global Compact adalah sebagai
berikut:
a. Hak Asasi Manusia
1. Mendukung dan menghormati perlindungan HAM.
2. Menghindari keterlibatan di dalam pelanggaran HAM.
b. Aturan Perburuhan
3. Mempertahankan kebebasan berserikat dan perjanjian kolektif.
4. Penghapusan kerja paksa.
5. Penghapusan kerja oleh kanak-kanak.
6. Peniadaan diskriminatif dalam penempatan tenaga kerja dan
penugasan.
c. Lingkungan
7. Menndukung kehati-hatian dalam penanggungan lingkungan.
8. Penyebarluasan tanggung jawab lingkungan.
9. Mendorong penggunaan teknologi ramah lingkungan.
d. Anti Korupsi
10. Secara aktif melawan segala bentuk korupsi, termasuk pemerasan dan
penyuapan.
UN Global Compact ini suatu kebijakan yang disesuaikan dengan
kebijakan di Negara mereka masing-masing. Dalam skala mikro sebenranya setiap
27
korporasi mempunyai suatu trend etika tersendiri yang disebut tata etika atau
codes of conduct. Tata etika mengatur etika perusahaan dalam berproduksi,
berhubungan antar sesama pekerja atau antar level perusahaan, etika proses bisnis,
etika menghadap pesaing cara menghadapi pelanggan dan masih banyak lagi.
Apabila ditelaah lagi perusahaan-perusahaan sadar dampak pasti akan
mengakomodasi nilai-nilai yang ada di UN Global Compact yang disesuaikan
persepsi dan kebijakan masing-masing. Tata etika inilah yang menjadi alat bagi
perusahaan dalam menjalankan etika bisnis dan praktik program kuat CSRnya.
2. Sistem dan Kebijakan Manajemen Korporat
CSR merupakan bagian dari sistem manjamen suatu perusahaan. Sekali
lagi perusahaan yang sadar dampak jelas akan menjadikan CSR mereka sebagai
bagian dari strategi perusahaan yang akan porfitibel dimasa depan dan berdurasi
jangka menengah sampai panjang. Korporasi yang semacam ini akan
menempatkan CSR value di dalam skema visi dan nilai-nilai perusahaan.
Sebaliknya petusahaan yang hanya ikut-ikutan atau memposisikan CSR sebagai
bagian dari fungsional korporat dalam artian CSR disejajarkan dengan fungsi
manajemen yang lain seperti keuangan, SDM dan lain-lain. Serta secara visi dan
nilai tidak berhubungan sama sekali dengan CSR value ditambah dengan periode
jangka pendek justru akan menjadi suatu cost center. Jika korporat berbuat
sesuatu yang bersifat temporer saja dimana program-program CSR bersifat parsial
dan tidak akan berjangka panjang.
28
3. Strategi Kepemimpinan Korporat dalam CSR
a. Integrasi
Kepemimpinan yang visioner harus mengintegrasikan tim
tanggung jawab perusahaannya ke struktur dan strategi bisnis dan itu
harus dinyatakan secara jelas di dalam nilai-nilai dan prinsip-prinsip
perusahaan. Para pemimpin yang tergabung di suatu dewan juga harus
memonitor pelaksanaan CSR perusahaan melalui strategi dan komitmen
yang tinggi terhadap para stakeholder-nya diharapkan bias dicapai kinerja
tanggung jawab perusahaan yang memuaskan dan diakui oleh para
stakeholder-nya
b. Inovasi
Kepemimpinan yang strategis tidak hanya melihat pelaksanaan
tanggung jawab perusahaannya dilihat dari sisi kepatuhan dan legal serta
manajemen resiko, tetapi bagaimana menciptakan peluang baru dan nilai
lebih dari CSR itu sendiri. R & D akan sangat berperan guna mewujdkan
peluang baru dan nilai lebih sehingga menghasilkan proses baru, produk
baru, pelayanan baru dan pasar baru dengan tetap mengedepankan
wawasan CSR di dalam setiap tindakan inovasinya.
c. Accountability
Kepemimpinan di dalam CSR wajib sadar dan membuat suatu
skema komitmen terhadap publik yang direlevansikan dengan tujuan,
prinsip dan kinerja perusahaan. Artinya perusahaan mempunyai suatu
29
settingan target dan jangka waktu yang ditujukan untuk mengeksekusi
isu-isu stratejik yang berasal dari para stakeholders mereka sendiri dan
ekspektasi apa yang kira-kira diinginkan oleh stakeholders. Dengan
demikian diperlukan suatu laporan yang transparan bertanggung jawab
dan konsisten terhadap semua tindakan praktikal CSR yang telah
dilakukan perusahaan. Oleh karena laporan yang akuntabel merupakan
suatu bentuk komitmen yang utuh terhadap para stakeholder-nya.
d. Pelibatan yang sistemik, Bersifat konsultasi dan kolaboratif
Wujud konkret dalam kepemimpinan CSR adalah melibatkan
perusahaanya secara penuh dan berdedikasi dengan para stakeholders.
Kepemimpinan tipe ini proaktif membentuk forum-forum yang kredibel
bersama stakeholders-nya dalam konteks komunikasi, konsultasi dan
kolaborasi yang berhubungan dengan isu-isu dan spesifik tentang CSR
kekinian. Seperti, bagaimana memobilisasi sumber daya untuk
memecahkan persoalan yang menyangkut pembangunan dan sosial, atau
hanya sekedar berbagai cerita, mengungkapkan opini, berbagai pelajaran
dan pengalaman yang bertujuan untuk menciptakan koalisi pelibatan
yang lebih dinamis dan lebih baik antara korporat dengan para
stakeholders-nya.
4. Komitmen dan Kemitraan di antara Stakeholder
Stakeholder merupakan bagian strategis dalam pelaksanaan CSR.
Perusahaaan yang mampu bekerjasama dan memuaskan matriks stakeholder
dengan skala-sakala yang telah ditentukan akan menciptakan sistem kerja CSR
30
yang efektif serta menguntungkan bagi setiap pihak. Pengidentifikasian
stakeholder sangat penting sekali, oleh karena apabila stakeholder telah divalidasi
sesuai dengan startegi perusahaan tentang CSR maka dari sana muncul program
kerja.
Dari program kerja muncul lagi kemitraan atau partnership yang berdaya
guna dalam mengeksekusi program CSR agar berjalan dengan efektif dan jitu.
Program CSR itu membutuhkan pemerintah dan masyarakat (civil society) supaya
program tidak berjalan sendiri-sendiri atau tidak pincang. Untuk itulah ada istilah
“tri sector partnership”. Peran dari masing-masing unsur kemitraan tersebut dam
konteks kemitraan CSR adalah:
1. Peran pemerintah disini adalah:
a. Mewakili kepentingan pemilih.
b. Negoisasi dan membuat komitmen atau kerjasama internasional.
c. Menyediakan kerangka kerja legal atau regulasi yang mengatur
semua sektor serta menyiapkan kebijakan-kebijakan nasional.
d. Mengawasi kinerja Negara dan mengambil tindakan untuk
mencapai keteraturan.
2. Bisnis yang diindentikan dengan perusahaan berperan sebagai:
a. Meawakili kepentingan pemilik saham.
b. Mencari keuntungan ekonomi di pasar.
31
c. Bertindak mandiri dalam mengoperasikan perusahaan dengan
menrapkan kode etik yang berlaku.
3. Civil Society yakni masyarakat sipil atau berbagai macam kelompok yang
tergabung dalam Lembaga Swadaya Masyarakat (Non Govermental
Organization/Not Profit) Organization dan termasuk lembaga pendidikan
(Education Institution) yang mempunyai peran:
a. Mewakili pemangku kepentingan dimana diantara sesama
masyarakat bisa mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tujuan
kelompok atau organisasi.
b. Mengutamakan nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip yang
berhubungan dengan lingkungan, sosial, HAM dan pembangunan.
c. Mengawasi Pemerintah dan Perusahaan dan bertindak supaya
akuntabilitas didalam pemerintah dan perusahaan bias dijalankan
sesuai dengan legal aspek yang berlaku di negara.27
G. Implikasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Salah satu bentuk perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) itu
adalah menjalin hubungan terhadap masyarakat, yang terikat dalam suatu interaksi
manusia dan terikat dalam satu wilayah geografis tertentu. Kepedulian perusahaan
terhadap masyarakat sekitar dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi
perusahaan di dalam masyarakat sekitar melalui upaya kemaslahatan bersama bagi
27 Dwi Kartini, Corporate Social Responsibility: Transformasi Konsep Sustainability Management dan Implementasi di Indonesia (Bandung: Refika Aditama, 2009), h. 47-54.
32
perusahaan dan masyarakat. Maka CSR adalah bukan hanya sekedar kegiatan
amal, dimana CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan
keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat dari
seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan termasuk lingkungan
hidup.
Hubungan dengan masyarakat tidak lagi dibangun dengan membagi-
bagikan sekedar sumbangan atau sponshorship belaka, melainkan bisa dalam
bentuk keterlibatan dalam program atau kegiatan pengembangan masyarakat
(community development). Melalui keterlibatan tersebut, maka upaya praktik
tanggung jawab sosial perusahaan berimplikasi berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
1. Mencerminkan pendekatan seperti bisnis.
2. Melibatkan semua jenjang pegawai.
3. Mendapatkan dukungan dan komitmen manajemen senior.
4. Meningkatkan semua sumber daya organisasi (perusahaan).
5. Terlibat dalam mempertanyakan kebijakan publik yang terkait dengan isu-
isu penting yang di dukung organisasi.
6. Berinvestasi dalam komunitas-komunitas tempat perusahaan menjalankan
bisnisnya.
7. Didasarkan pada rencana bisnis dan alokasi sumber daya.
33
8. Dibicarakan pada lingkungan internal dan eksternal organisasi.28
Isu tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang marak akhir-akhir ini
adalah salah satu implikasi serta terkait erat dengan pendekatan stakeholder.
Bagaimanapun juga perusahaan memahami bahwa tanpa keseimbangan dan
pemenuhan kepentingan dari berbagai pihak terkait tersebut, perusahaan tidak
akan memiliki keberlangsungan hidup yang panjang.
Pendekatan yang paling radikal menyatakan bahwa tanggung jawab adalah
suatu pemborosan dan tidak perlu karena satu-satunya tanggung jawab perusahaan
adalah menciptakan keuntungan. Dengan keuntungan yang tinggi, gaji karyawan
bias ditingkatkan, dan dengan peningkatankerja pegawai, tingkat permintaan
barang serta jasa dalam negeri akan meningkat. Peningkatan sisi penawaran akan
mendorong sektor produksi dengan penambahan pekerja. Jadi, memaksimalkan
keuntungan dengan sendirinya akan menolong penganggur, yang berarti
mengurangi kemiskinan.
Pendekatan lainnya yang berbasis hukum, perusahaan harus taat pada
hukum tempatnya beroperasi. Hal itu adalah kompromi yang harus dilakukannya
karena telah beroperasi diwilayah tertantu. Pandangan yang lebih kompleks
mengakui bahwa perusahaan akan bisa bertahan kalau lingkungan disekitarnya
(fisik dan non-fisik) juga bertahan. Jadi, isu keseimbangan dalam rangka menjaga
kesinambungan menjadi fokus dari pandangan tentang tanggung jawab sosial
perusahaan.
28 Yosal Iriantara, Community Relationship: Konsep dan Aplikasinya (Bandung: Simbosa Rekatama Media, 2004), h. 67.
34
Pandangan terkahir ini sangat berlawanan dengan pandangan klasik yang
mengatakan bahwa perusahaan tidak akan pernah melakukan apa pun, kecuali
terpakasa demi hukum, yang mengorbankan kepentingan pemilik modal. Maka,
praktik tanggung jawab sosial perusahaan menjadi tdak lazim jika eksistensi
perusahaan masih dipahami sebagai entitas yang hanya melayani kepentingan
pemegang saham (stockholder).29
29 A. Prasetyantoko, Corporate Governance: Pendekatan Institusional (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 93.
35
Bab III
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI)
A. Deskripsi Umum PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI)
1. Sejarah PT. MCCI
Polyster industri di Indonesia telah bermain penting, sebagian besar
peranannya di pengembangan ekonomi negara. Sejak pendiriannya, PT..
Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI), dahulu PT. Bakrie Kasei Corporation
(BKC), telah meyakinkan itu dengan mendukung polyester industri, perusahaan
telah dapat memberikan sumbangan kepada pengembangan indonesia di banyak
segi dan bermacam-macam.
Sebelumnya nama PT Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI) adalah PT.
Bakrie Kasei Corporation (BKC), yang didirikan pada tanggal 4 Maret 1991
berdasarkan surat pemberitahuan No. 76/I/PMAII 993 yang menyatakan
persetujuan presiden tentang penanaman modal asing dengan izin usaha No.
Proyek: 3551-02-6014.30 PT. Bakrie Kasei Corporation merupakan perusahaan
patungan antara penanaman modal asing dan penanaman modal domestik dengan
komposisi terakhir sebagai berikut:
Mitsubishi Kasei Corporation : 57,4% saham
Japan Asia Investment Co.Ltd : 17,1% saham
PT. Bakrie & Brothers : 25,2% saham
Dengan total investasi yang ditanam sebesar US$ 330 juta dan modal awal 30 Dokumen PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI), Company Profile.
36
yang disumbangkan sebesar US$ 30 juta untuk membangun sebuah pabrik
petrokimia dengan produk PTA menggunakan teknologi Mitsubishi Chemical
Corporation dengan kapasitas produksi sebesar 320.000 ton/tahun. Operasi
komersial dimulai Februari 1994.
Pada Mei 1994 dimulai konstruksi untuk pembangunan plant II dengan
modal awal yang disumbangkan sebesar US$ 30 juta dengan teknologi yang sama
dengan produksi Purified Therephthalate Acid (PTA I) dengan kapsitas produksi
320.000 ton/tahun dimana operasi komersial dimulai juli 1996. Jadi total kapasitas
produksi dan kedua plant tersebut adalah 640.000 ton/tahun, untuk memenuhi
kebutuhan pasar industry Polyester Fibre.31
Sedangkan PT. Bakrie Kasei PET Corporation didirikan pada tanggal 29
April 1994, merupakan salah satu industri antara (mid stream) dan merupakan
perusahaan patungan antara peananam modal asing (PMA) dan penanam modal
domestic (PMD) dengan komposisi pemegang saham awal sebagai berikut:
MCC : 51% saham
International Finance Corporation : 10% saham
Japan Asia Investment Co.Ltd : 14% saham
PT. Bakrie & Brothers : 20% saham
Total investasi yang ditanam sebesar US$ 62 juta dan modal yang disetor
US$ 20 juta dengan Produk polyethylene Terephtalate (PET), teknologi produksi
dengan MMC dan kapasitas terpasang sebesar 52.000 ton/tahun. Operasi dimulai
pada November 1995 dengan market share 90% untuk export oriented.
31 Dokumen PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI), Company Profile.
37
Setelah mengalami transisi akhirnya pada tanggal 31 Desember merger
(penggabungan) antara PT. Bakrie Kasei Corporation dan PT. Bakrie Kasei PET
Coporation dilakukan dengan tujuan untuk lebih meningkatkan efisiensi dan
kelangsungan hidup menghadapi situasi bisnis dan kondisi perekonomian yang
mengalami kelesuan dengan nama PT. Bakrie Kasei Corporation. PT. Bakrie
Kasei Corporation sebagai holding company mempunyai dua divisi produk yaitu
Manufacturing 1 Division (PTA) dan Manufacturing II Division (PET)32
Pada awal tahun 2001 dikarenakan pada saat itu pasar modal domestik
mengalami penurunan yang disebabkan adanya krisis di Indonesia maka
penanaman modal saham PT. Bakrie dan Brothers melepaskan kepemilikan
sahamnya pada MCC yang kemudian perusahaan pun mengganti nama dan PT.
Bakrie Kasei Corporation (BKC) menjadi PT. Mitsubishi Chemical Indonesia
(MCCI).
PT. Mitsubishi Chemical Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak
pada industri kimia yang memiliki kantor pusat di jakarta dan memiliki plant di
Merak. Kantor yang berpusat di Jakarta beralamat di Gedung Setiabudi Atrium,
Suite 710 Setiabudi Office Park, Jl H. R. Rasuna Said kuningan, Jakarta 12520.
Sedangkan plant yang di Merak beralamat di Jalan Raya Merak, Desa Gerem
Kecamatan Grogol Kota Cilegon Provinsi Banten. Perusahaan yang berproduksi
industri kimia ini bergerak pada Purified Therephthalate Acid (PTA) dan
Poliethylene Therephthalate (PET).
32 Dokumen PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI), Company Profile
38
Pabrik yang didirikan pada tanggal 4 maret 1991, dan dibangun pada Mei
1994 dimulai kontruksi untuk pembangunan dengan luas lahan 34,6 hektar yang
terletak di daerah industri Merak, Cilegon, Banten. PT Mitsubishi Chemical
Indonesia (MCCI) juga terletak diantara pabrik petrokimia dan beberapa area
mengapitnya seperti sebelah utara PT. DOW Chemical dan PT. UIC, sebelah
selatan Pertamina, sebelah barat Selat Sunda, Sebelah Timur Jalan Raya Merak.
Dalam produksi Purified Terephthalic Acid (PTA). mulai menjalankan
aksi komersialnya pada bulan januari 1994 dengan kapasitas 640,000 metrik ton.
Menjumpai tuntutannya meningkat dari PTA, MCCI mulai menjalankan 2 plant
pada tahun 1996 dan membuat integrasi dengan produksi Poliethylene
Therephthalate (PET) dengan kapasitas 52,000 metrik ton yang memulai cara
menjalankan pada tahun 1995. kapasitas produksi total PTA mencapai 640,000
ton tiap tahun.33
Melalui penekanan pada kualitas manajemen, MCCI dihargai sertifikat
ISO 9002 pada bulan januari 1996 dan ISO 1400 untuk pimpinan lingkungan pada
bulan februari 1999 dengan LIoyd's mendaftarkan jaminan kualitas (LRQA)
sebagai agen sertifikasi. Dalam tambahan itu, MCCI telah dijamin oleh
Departemen tenaga kerja Indonesia dalam bidang bersifat jabatan mengamankan
kesehatan (SMK3).
2. Produk PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI)
PT. Mitsubishi Chemical Indonesia memproduksi Purified Terephthalic
Acid (PTA) dan Poliethylene Therephthalate (PET). PTA adalah poin awal dari
33 Dokumen PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI), Company Profile
39
polyester industri dan rantai industri tekstil yang lebih luas. Produk PTA non-
hazardou itu adalah produk yang ditunggangi oleh oxidizing paraxylene (PX),
untuk menjadikan komponen lengkap minyak tanah. PET resin digunakan untuk
minuman botol, lapisan polyester tipis dan di. Keuntunganya dapat meminang
seperti kejernihan kaca dan daya pegas. ini juga non-hazardou dan
mengembalikan botol-botol produk. yang sekarang menjadi unsur paling utama
dari sudut lingkungan. keduanya produk yang mempergunakan teknologi dan
memproses dalam Mitsubishi Chemical Corporation.
B. Implementasi CSR PT. Mitsubishi Chemical Indonesaia (MCCI)
1. Konsep CSR PT. MCCI
Ditengah kehidupan masyarakat yang berdekatan dengan lokasi industri,
tentu mempunyai dampak ekologi positif dan negatif. Singkatnya, setiap
keberadaan industri seakan menampakn “dua wajah”, satu wajah menampakkan
kemakmuran dan pemenuhan kebutuhan akan energi dan mineral bagi
masyarakat, wajah lain menampakkan citra buruk karena akibat negatif yang
ditimbulkan. Barangkali industri kimia PT. MCCI pun demikian. Pabrik yang
tengah melangsungkan produksi tersebut pasti mempunyai persoalan bagi
lingkungannya.
Persoalan yang dihadapi merupakan polusi udara yang tak sedap, limbah
dan lain sebagainya yang berdampak negatif pada lingkungan sekitar. Dampak
tersebut sangat bisa meresahakan kondisi masyarakat ketika hal demikian terjadi
pada tubuh masyarakat. Seperti pernyataan informan dari warga dalam petikan
wawancara berikut:
40
“Perusahaan ini pernah bocor, tapi saya lupa tahunnya-tahun berapa, yang terjadi dari bocor itu mengakibatkan mata iritasi, mula-mual, pusing ini terjadi di kampung Sumur Wuluh. Katanya dari kejadian bocor itu mau mengadakan klinik, tapi sampai sekarang belum terealisasi. Ada lagi dampak negatif yang penting yaitu kalau terjadi kebocoran belum ada sosialisasi pada masyarakat yang gak tahu mengenai tanggap darurat dan semua perusahaan yang di Gerem belum melakukan sosialisasi itu.”34
Oleh sebab itu, perusahaan harus bertanggung jawab atas segala dampak
yang ditimbulkannya sekaligus berkepentingan memperbaiki citra buruk ini.
Dalam konteks tersebut perusahaan mengambil kebijakan pada konsep CSR
sebagai salah satu jalan menunjukan “komitmen” sekaligus “upaya” penyelesaian
masalah. Melalui CSR tersebut dapat bermanfaat memperluas dampak positif bagi
industri. Oleh karenanya ketika konsep CSR semakin populer bahkan menjadi
trend, ternyata CSR belum memiliki definisi tunggal, CSR yang secara defintif
adalah sebuah bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan
(komunitas) di sekelilingnya merupakan serangkaian hipotesa atas kontibusi aktif
lembaga-lembaga usaha di tengah-tengah masyarakat dalam rangka
pengembangan komunitas atau masyarakat (community Development).35 Bentuk-
bentuk nyata dari sebuah program CSR sebenarnya berkembang dengan
mempertimbangkan banyak faktor, dan sebagai sebuah kegiatan yang dilakukan
oleh perusahaan, maka seringkali bentuk CSR yang ada akan sangat dipengaruhi
oleh bentuk, visi, ataupun tujuan pendirian lembaga usaha itu sendiri. Namun,
secara umum tujuan utama dari sebuah program CSR adalah mengangkat derajat
34 Wawancara dengan DI. Cilegon, 20 September 2011. 35 Rulya Ekawati, “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Dalam Perspektif Ekonomi Islam,” (Tesis S2 Program Pasca Sarjana , Universitas Islam Negeri Jakarta, 2004), h. 8.
41
kehidupan masyarakat sekitar yang implikasi berikutnya juga berpengaruh
terhadap perusahaan tersebut.
Karena itulah, pola pendekatan dan praktik CSR di Indonesia yang sering
diterapkan adalah pengembangan masyarakat (community development) yang
diantaranya program-program pelayanan kesehatan, pendidikan pemberdayaan
ekonomi dan juga pemberdayaan lingkungan. Perusahaan yang mengedepankan
konsep ini menekankan pembangunan sosial dan pembangunan kapasitas
masyarakat sehingga akan menggali potensi masyarakat lokal yang menjadi modal
sosial untuk maju dan berkembang. Selain dapat menciptakan peluang-peluang
sosial ekonomi masyarakat, menyerap tenaga kerja dengan kualifikasi yang
diinginkan, cara ini juga dapat membangun citra sebagai perusahaan yang ramah
dan peduli lingkungan, selain itu juga akan tumbuh rasa percaya dari masyarakat,
rasa memiliki perlahan-lahan muncul dari masyarakat sehingga masyarakat
merasakan bahwa kehadiran perusahaan di daerah mereka berguna dan
bermanfaat.
Bentuk hubungan antara perusahaan dengan masyarakat sekitarnya
memang sangat beragam dan variatif. Dan ketika masyarakat juga dipandang
sebagai salah satu stakeholder perusahaan maka adalah suatu kekurangan
tersendiri jika bentuk hubungan yang ada adalah hubungan yang negatif atau
kurang baik. Oleh karena itu perusahaan mampu membangun sebuah hubungan
menyatu dengan masyarakat sekitar, maka kehadiran perusahaan dapat dinikmati
oleh masyarakat sendiri. Ditunjang lagi kalau perusahaan dapat menghargai
sumber daya lokal, lingkungan sekitar dan apapun sekiranya mendukung mereka
42
untuk dapat bekerja dengan baik serta berinvestasi didalamnya, tentu satu hal
tersebut tidak dianggap beban. Perusahaan justru dapat mengambil manfaatnya
baik berupa produk maupun hubungan positif dengan masyarakat, yang nantinya
akan menciptakan lingkungan psikologis yang loyal dan berdedikasi diantara
pekerja maupun lingkungan sekitar.36
Penuangan program CSR yang didesain berkelanjutan menjadi harapan
dalam membantu dan menciptakan kehidupan di masyarkat yang lebih sejahtera
dan mandiri. Karena yang menjadi catatan program CSR harus benar-benar
berangkat dari komitmen dan bukan sekedar basa-basi atau gugur kewajiban
semata atau juga hanya sekedar charity. Kandungan kesimpulan CSR sebenarnya
berintikan kepada kegiatan berbagi dimana berbagi itu tidak akan merugi.37 Maka
tidak heran jika motivasi perusahaan melakukan CSR adalah pertama, corporate
charity yakni dorongan amal berdasarakan motivasi keagamaan. Kedua, corporate
philantrophy yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya bersumber dari norma
dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan pemerataan
sosial. Ketiga, corporate citizienship yakni motivasi kewargaan demi
mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial.38 Diperkuat
juga alasan perusahaan-perusahaan melakukan CSR adalah berkaitan dengan
reputasi, pemasaran atau profit, keamanan, mencegah konflik persaingan bisnis
dan kedermawanan murni.
36 “CSR Jangan Dianggap Beban,” Kompas, 6 Juli 2010, h. 4. 37 TB. Didi Supriyadi, “Menggagas Perda CSR”, Fajar Banten, 13 Maret 2010, h. 8. 38 Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia industri: Memperkuat Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 106.
43
Secara umum program CSR yang berkelanjutan merupakan program yang
diharapkan dalam membentuk atau menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih
sejahtera dan mandiri. Setiap kegitan tersebut melibatkan semangat sinergi dari
semua pihak secara terus menerus membangun dan menciptakan kesejahteran dan
pada akhirnya akan tercipta kemandirian dari masyarakat yang terlibat dari
program tersebut.
Karena kunci keberhasilan CSR adalah keterkaitan, keterlibatan dan
kerjasama dengan seluruh pemangku kepentingan atau biasa disebut stakeholder.
Seperti yang ditegaskan oleh informan dari perusahaan bahwa:
“Sekali lagi dalam konsep CSR kami, kami tidak melaksanakannya sendiri, tapi kita melibatkan stakeholder, dan ini juga bukan program sendiri, kenapa? Karena konsep dan program CSR kami adalah sustainable development.”39
Program CSR baru dapat menjadi keberlanjutan apabila, program yang
dibuat oleh suatu perusahaan benar-benar merupakan komitmen bersama dari
segenap unsur yang ada di dalam perusahaan itu sendiri. Tentunya tanpa adanya
komitmen dan dukungan dengan penuh antusias dari karyawan akan menjadikan
program-program tersebut bagaikan program penebusan dosa dari pemegang
saham belaka. Dengan melibatkan karyawan secara intensif, maka nilai dari
program-program tersebut akan memberikan arti tersendiri yang sangat besar bagi
perusahaan.40
39 Wawancara Pribadi dengan YI. Cilegon, 27 April 2011. 40 Cartica, “Program Corporate Social Responsibility yang Berkelanjuta,” artikel diakses pada 24
Mei 2011 dari http://kajian-csr.blogspot.com/2011/01/program-corporate-social-
responsibility.html
44
Semenjak PT. MCCI memberlakukan CSR sebagai penguatan dalam
proses bisnisnya, PT. MCCI mengakui bahwa CSR merupakan salah satu kegiatan
dari manajeman perusahaan yang sebenarnya harus secara komit dan
berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan
sekitar. Secara dasar dalam kehati-hatian perusahaan menjalankan bisnisnya
cenderung memperlakukan CSR sama seperti halnya perusahaan akan membuat
keputusan untuk berinvestasi. Seperti yang di ungkapkan oleh informan dari
perusahaan berikut:
“Dan tidak dapat dipungkiri bahwa pendekatan atau pun program-program CSR yang dilakukan oleh perusahaan secara baik dapat meningkatkan value atau ukuran perusahaan dalam sudut pandang investasi di masyarakat, nilai saham dalam bursa dan termasuk meningkatkan kapasitas perusahaan dalam akses untuk meningkatkan permodalan mengingat hubungan yang baik antara pebisnis dengan komunitas dapat meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan masyarakat. Potensi keuntungan dari CSR dapat merupai peningkatan reputasi dan citra perusahaan dan ini akan secara otomatis meningkatkan prospek perusahaan untuk lebih efektif dalam menjalankan komunikasi public atau pum marketing strategy. CSR dapat menjadikan perusahaan menjadi lebih kompetitif dan bertanggung jawab serta berkesinambungan.”41
Dengan demikian, maka konsep dan program CSR PT. MCCI yang
bertajuk sustainable development pada umumya disebut sebagai aktifitas
filantropi. Yang terpenting dari kebijakan CSR PT.MCCI adalah perubahan
paradigma filantropi yang sifatnya terlihat mendasar dari tardisi karikatif yang
pada tahun 1991 menuju tradisi baru dengan melalui evaluasi di tahun 2005 yang
akhirnya di era tahun 2007 telah menancapkan konsep CSR-nya yang berjangka
panjang dan berkesinambungan. Dengan mencoba menggunakan pendekatan baru
41 Wawancara Pribadi dengan YI. Cilegon, 27 April 2011.
45
inilah dalam penyelesaian masalah sosial, yaitu mengatasi masalah dari akaranya
secara terencana berjangka panjang dan terukur. Ini artinya filantropisme tidak
lagi dipraktikan sebatas pemberian makanan, minuman, pakaian atau pun
pembangunan masjid, sekolah, pesantren, shut down (over hul) dan seterusnya.
Melainkan lebih dari itu, aksi filantropisme berupaya membangun pemberdayaan
ekonomi, perhatian pada dunia pendidikan, kesehatan, lingkungan dan lain
sebagainya.
Namun dalam hal lain perlu diketahui bahwa secara fundamental
membedakan filantropi dari karitas terletak pada tujuan pemberian derma.
Sementara karitas juga disebut filantropi yang bernuansa tradisional, lebih
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar yang mendesak, filantropi
modern bertujuan mempromosikan prakarsa-prakarsa keadilan sosial yang
berjangka panjang.42 Meski demikian, bukan berarti kegiatan karitas ini tidak lagi
dibutuhkan atau kurang penting, malahan kegiatan ini masih dianggap oleh
sebagaian masyarakat sebagai pemenuhan kebutuhan dasar juga. Jadi baik karitas
atau pun filantropi haruslah dipandang sebagai dua hal yang saling melengkapi,
bukan sebagai kategori yang saling meniadakan karena dalam praktiknya hal itu
tidak dihendaki.43
Sebelum melaksanakan lebih jauh dalam misi CSR-nya PT. MCCI yang
berjangka panjang dan berkesinambungan atau disebut program pembangunan
berkelanjutan (sustainable development). Sebetulnya sebelum PT. MCCI ini 42 Irfan Abubakar dan Chaider S. Bamualim, ed, Filantropi Islam dan Keadilan Sosial: Studi Tentang Potensi, Tradisi, dan Pemanfaatan Filantropi Islam di Indonesia (Jakarta: Center for the Study of Religion and Culture, 2006), h. 29. 43 Irfan Abubakar dan Chaider S. Bamualim, Filantropi Islam dan Keadilan Sosial: Studi Tentang Potensi, Tradisi, dan Pemanfaatan Filantropi Islam di Indonesia, h. 29.
46
berdiri sebagai perusahaan, pabrik ini telah melakukan proses pengembangan
masyarakat (community development) yang sifatnya membina dan meningkatkan
kualitas dan taraf hidup masyarakat dengan bantuan pembangunan seperti masjid,
sekolah, pelatihan usaha, peringatan hari besar islam seperti idul fitri dan idul
adha seperti sembako serta kurban, shut down (over hull) dan lain sebagainya.
“Dinamakan sebagai community development dan telah melakukan prosesnya bahwa CSR dalam arti sempit yaitu community development, dikatakan sebagai community development dalam arti sempit itu juga bagian dari CSR, karena cakupan CSR itu lebih luas internal dan ekternal tidak hanya pada masyarakat sekeliling saja tapi pemerintah juga.”44
Dalam konsep yang disebut community development ini sebenarnya telah
dilakukan sejak tahun 1991. Di tahun tersebut PT. MCCI telah melaksanakan
CSR dengan sifat instant atau pun charity. Hal ini diutarakan oleh informan dari
perusahaan sebagai berikut:
“Sifatnya Ada dua hal yaitu instan dan tidak instan (jangka panjang), kalo instan itu kaya CD, sifatnya hanya sumbangan-sumbangan seperti bantuan tujuh belas agustus, hari besar islam kurban, pembangunan masjid atau sekolah, zakat yang hanya dirasakan pada saat itu aja. tapi sifatnya CSR yang jangka panjang seperti pelatihan komputer, pembukaan perpustakaan, pemberian makanan tambahan pada bayi sehingga besar harapan CSR ini dapat berkesinambungan baik dari segi umur dibawah bayi remaja dan dewasa.”45
Prinsip derma (charity principle) yang dilaksanakan pada masa itu
merupakan bentuk kepedulian terhadap masyarakat Gerem akan pemenuhan
kebutuhan. Seperti yang disampaikan oleh informan dari warga sebagai berikut:
44 Wawancara Pribadi dengan YI. Cilegon, 27 April 2011. 45 Wawancara Pribadi dengan DDO. Cilegon, 19 Mei 2011.
47
“Sebelum perusahaan itu menjadi PT. MCCI, perusahaan ini sudah terlibat aktif dalam membantu masyarakat Gerem seperti pembangunan masjid, sekolah dan sampai pembangunan Kelurahan Gerem juga di bantu oleh perusahaan itu. Bantuan Penghijauan juga pernah dilakukan, shut down serta sembako”46
Dalam perjalanannya, PT. MCCI baru melihat dan mulai menganalisa
bentuk CSR apa yang akan harus diterapkan, dan pada tahun 2005 telah
melakukan evaluasi, yang akhirnya di tahun 2007 PT. MCCI telah mempunyai
suatu konsep yang jangka panjang, jadi bukan lagi satu inseden aktivitas
insidentil bukan juga aktivitas yang berbentuk charity saja dan bukan pula donasi
jangka pendek, melainkan telah mempunyai satu konsep yang jangka panjang
serta secara total PT. MCCI punya target selama lima belas tahun dalam kebijakan
strategi CSR-nya.
Demi mencapai cita-cita serta menghasilkan masyarakat yang mandiri
(community empowerment), maka PT. MCCI senantiasa berkeinginan bisa tumbuh
bersama masyarakat dalam pencapaian daripada taraf hidup masyarakat lebih
baik. Selanjutnya konsep “empowerment” sebagai konsep alterntif pada intinya
menekankan pada otonomi pengambilan keputusan dari suatu kelompok
masyarakat, yang berlandas pada sumber daya pribadi, langsung (melalui
partisipasi), demokratis dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung,
dengan demikian pemberdayaan masyarakat (community empowerment) pada
hakikatnya adalah nilai kolektif pemberdayaan individual.47
46 Wawancara dengan SAM. Cilegon, 10 Juni 2011. 47 Randy R. Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwidjowijoto, Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan Panduan Untuk Pemberdayaan Masyarakat (Jakarta: Elex Media Komputindo 2007), h. 59.
48
Oleh karena itu pemberdayaan diperlukan dalam sebuah proses dan tujuan.
Sebagai proses pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat
kekuasaan atau kebudayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan bahwa
pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah
perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
baik yang bersifat fisik maupun sosial seperti memilki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam
kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakann tugas-tugas kehidupannya.48
Konsep CSR PT. MCCI yang mengandung sustainable development,
dalam hal ini PT. MCCI ingin berkembang bersama masyarakat dengan
menempatkan masyarakat bukan sebagai subjek semata, melainkan berperan aktif
dalam menyadarkan diri mereka untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
menuju hidup yang lebih baik. PT. MCCI menyadari bahwa masyarakat
merupakan pihak yang potensial terkena dampak operasi perusahaan, dengan
demikian masyarakat juga merupakan salah satu stakeholder penting yang turut
mempengaruhi misi dan eksistensi perusahaan dalam jangka panjang.
Sehingga bagi PT. MCCI implementasi program CSR sebagai wujud
komitmen dan tanggung jawab terhadap masyarakat ini dipandang sebagai aspek
strategis. Sebagai subjek pembangunan, partisipasi masyarakat juga sangat
diperlukan dalam program-program CSR, karena melalui partisipasi
48 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 60.
49
masyarakatlah pembangunan akan berjalan secara efektif sesuai dengan potensi
dan kebutuhan mayarakat itu sendiri.
Dengan demikian PT. MCCI yang mempunyai program CSR berintikan
sustainable development memiliki landasan tiga pilar yaitu kesehatan, pendidikan
dan pengembangan ekonomi. Beberapa ilustrasi mengenai program tiga pilar
sustainable development CSR PT. MCCI diantaranya sebagai berikut:
1. Deskripsi Mengenai Kesehatan
Sesuai dengan program pilar CSR MCCI, tujuan pilar program kesehatan
yaitu meningkatkan kualitas sehat komunitas dengan mencoba mendukung
kebutuhan dasar dan sumbangsih dalam promosi kesehatan. Yang lebih tinggi
adalah sehat di komunitas dalam mengurangi beban di sektor masyarakat dan
dengan penuh harapan komunitas akan jadi berpandangan terbuka serta
memelihara baik itu akan berperan untuk ekonomis yang baik maupun lingkungan
sosial untuk semua pemangku kepentingan (stakeholder).
2. Harapan dan hubungan tindakan
a. Promosikan kesehatan dengan baik dan menggalangkan gaya hidup sehat
serta dengan menakut-nakuti pemakaian zat tak sehat.
b. Ajukan kesadaran tentang penyakit utama dan mencegah mereka.
c. Mendukung akses untuk pelayanan kesehatan pokok dan pelayanan untuk
air bersih serta ketepatan kebersihan sebagai berarti mencegah keadaan
sakit.
50
“Selain memberikan bantuan kaya pembangunan masjid sekolah dan lain-lain, perusahaan ini telah memberikan pengadaan air bersih di Watu Lawang dan bantuan ternak kambing di Cupas, kalau yang lainnya saya belum tahu.”49
3. Deskripsi Mengenai pendidikan
Tiang pendidikan punya fungsi memperbesar pengetahuan, kepandaian
untuk memahami dan di komunitas empowerment untuk memperbaiki kualitas
hidup. Pendidikan merupakan pondasi bagi peradaban dan kemajuan dari semua
sosial dan pembangunan ekonomi. Promosi dan pemeliharaan pendidikan itu
mempunyai hubungan positif di pengembangan dan kohesi sosial.
4. Harapan dan Hubungan Tindakan
a. Promosikan dan dukung pendidikan pada semua tingkat dan terlibat dalam
aksi meningkatkan kualitas pendidikan dengan membuktikan infrastruktur
pendidikan dan fasilitas serta mengorganisir aktifitas pendidikan, seperti
latihan, ekstensi, workshop, dan lain-lain.
b. Mengajukan pendaftaran anak-anak di pendidikan resmi dan berperan
untuk menghapuskan sesuatu yang menghalangi anak-anak untuk
memperoleh pendidikan.
“Bantuan pendidikan seperti komputer dan saung aksara oleh MCCI ya mudah-mudahan saja memberikan perubahan bagi masayarakat Gerem itu sendiri.”50
49 Wawancara dengan SAM. Cilegon, 10 Juni 2011. 50 Wawancara dengan IDR. Cilegon, 18 September 2011.
51
5. Deskripsi Mengenai Pengembangan Ekonomi
Tiang misi pembangunan ekonomi untuk komunitas empowerment
melalui aktifitas pendapatan secara umum dengan empowerment berkelanjutan,
melalui hubungan positif itu komunitas pada umumnya mendapatkan perizinan
untuk pencapaian tingkat yang lebih tinggi dari pendidikan dan kesehatan.
6. Harapan dan hubungan tindakan
a. Berperan untuk program yang meningkatkan kemampuan, sumber daya
dan kesempatan penyediaan akses untuk makanan dan barang pokok lain
untuk kelompok mudah luka orang-orang pendapatan rendah. Dukungan
usaha kewirausahaan sosial dan pengembangan teknologi sosial biaya
rendah yang dengan mudah dapat direplikasi dan mempunyai hubungan
dalam pembasmian kelaparan dimana secara ekonomis layak dikerjakan
mengembangkan potensial lokal pengetahuan dan teknologi.
“Diatas lima kali program, karena saya baru tahu pada tahun 2007 bulan agustus. Pertama, bantuan kambing 24 ekor, 20 betina, 4 jantan, ini diberikan pada Rt 01/07 dan 02/07 (cupas wetan dan cupas kulon), kedua, sistem kelompok peternak muda mandiri (PMM) 35 ekor dengan sistem penggemukan. Dua kelompok yang diberikan di Gerem talang, dengan kelompok kang Suja’I dan kang Asnawi, ketiga, sumur bor di pasir salam dan Watu Lawang, keempat, sunnat massal di kelurahan Gerem, kelima, pengadaan bantuan komputer dan saung aksara.“51
2. Pengertian CSR PT. MCCI
Dalam definisi CSR yang dimiliki oleh PT. MCCI rupanya senada dengan
definisi lembaga sustainable developemt yaitu The World Buiness Council.
Menurut organisasi ini CSR adalah komitmen berkelanjutan dari para pelaku 51 Wawancara dengan SBI. Cilegon, 18 September 2011.
52
bisnis untuk berprilaku secara etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan
ekonomi, sementara pada saat yang sama meningkatkan kualitas hidup dari para
pekerja dan keluarganya demikian pula masyarkat lokal dan masyarakat secara
luas.
Definisi itulah yang telah di adopsi dan menjadi acuan PT. MCCI dalam
keberlangsungan penerapan CSRnya. Hal demikian juga ditegaskan oleh informan
dari perusahaan bahwa:
“karena definisi CSR itu tidak mempunyai definisi yang tunggal bahkan definisi CSR pun sangat banyak dan beragam, maka kami berlandaskan setara dengan definisi yang dimiliki oleh The World Business Council.”52
3. Struktur Organisasi CSR PT. MCCI
Struktur organisasi CSR PT. MCCI:
52 Wawancara Pribadi dengan YI. Cilegon, 27 April 2011.
53
Sumber: Dukumen Perusahaan
1. Visi CSR PT. MCCI:
Mendirikan hubungan baik dan harmonis dengan tetangga kami dalam
memperbesar kualitas hidup masyarakat.
2. Misi CSR PT. MCCI:
Bermain dan berperan aktif dalam membuat empowerment untuk
masayarakat Gerem
Bermain dan berperan aktif dalam membuat banyak masyarakat cerdas
untuk masyarakat Gerem
Meningkatkan mindset hidup sehat masyarakat Gerem
54
C. Fungsi dan Tujuan CSR PT. MCCI
Diantaranya fungsi dan tujuan CSR PT. MCCI:
Pertama, Kesadaran akan tanggung jawab sosial, memahami tanggung
jawab tersebut perusahaan akan berusaha keras untuk mendapatkan kepercayaan
masyarakat melalui keikutsertaan untuk memberikan kemakmuran dan
kenyamanan pada dana masyarakat dengan menawarkan barang dan jasa yang
secara sosial bermanfaat berdasarkan keahlian dan teknologi yang telah
dikembangkan dalam berbagai bidang usaha, termasuk kimia. Dasar kegiatan
perusahaan terletak pada kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada
perusahaan. Apabila perusahaan harus memastikan kelanjutan pengembangan,
maka harus memahami sepenuhnya tanggung jawab sosial perusahaan (CSR dan
berusaha untuk memperkuat kepercayaan masyarakat dengan memenuhi harapan-
harapan masyarakat melalui produk dan jasa yang di tawarkan.
Kedua, kepedulian terhadap lingkungan, perusahaan memiliki komitmen
untuk melakukan perlindungan lingkungan dan berusaha untuk mengurangi beban
lingkungan selama berlangsungnya semua kegiatan usaha. Termasuk
mempromosikan penghematan sumber daya dan energy, pengurangan limbah,
pemakaian ulang dan pendauran ulang, maupun pelestarian lingkungan dan
pengembangan teknologinya.
Ketiga, kepedulian terhadap keselamatan, memahami bahwa jaminan
keselamatan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan akan
menempatkan keselamatan di semua kegiatan usahanya sebagai prioritas utama.
55
Termasuk keselamatan dari semua produk dan jasa, juga termasuk penanganan
zat-zat kimia yang memadai, sederajat dengan keselamtan operasional.53
D. Strategi CSR PT. MCCI
Dunia usaha berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat
dan mempertimbngkan faktor lingkungan hidup, maka kini dunia usaha di sisi lain
juga berperan menerapkan kegiatan CSR pada perusahaannya didasari oleh
landasan filosofis yang dipakai perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, yaitu
apa yang disebut ”Triple Bottom Line” atau 3P: people, planet, profit. Dengan
strategi yang dimiliki oleh Triple Bottom Line, diantaranya strateginya ialah:
Landasan filosofis pertama dari konsep 3P ini, “people,” yang berarti
perusahaan mengutamakan kepentingan manusia-manusia yang menjadi
pemangku kepentingan perusahaan ini, termasuk dalam hal ini adalah karyawan
dan komunitas disekitar lokasi kegiatan usaha. Usaha hanya bisa maju jika
karyawan dan komunitas yang terkait juga mengalami peningkatan kesejahteraan.
Unsur yang kedua adalah “planet,” yaitu perusahaan memberikan
perhatian yang serius terhadap keberlanjutan lingkungan alam, khususnya melalui
reasoning bahwa kelangsungan perusahaan sangat tergantung pada keberlanjutan
lingkungan dan sebagai perusahaan yang berbasis sumberdaya alam, upaya
mempertahankan kelestarian dan keberlanjutan sumberdaya alam (environmental
sustainability).
53 PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI), Buku Pedoman Compliance (Cilegon: MCCI, 2010), h. 6-7.
56
Selanjutnya yang ketiga adalah “profit,” yaitu sebagai suatu unit usaha
komersial tentu saja perusahaan harus tetap mendapatkan keuntungan. Untuk ini
perusahaan harus mampu menciptakan produk yang kompetitif, yaitu sesuai
dengan permintaan pasar, berkualitas tinggi tetapi dapat juga berbiaya murah.54
Berdasarakan prinsip sustainable development maka Strategi CSR yang
dimiliki PT. MCCI adalah awereness, involving, model. Sebelum menjelaskan
strategi tersebut, pada proyek percobaan (pilot project) sudah dilaksanakan
program bantuan kambing. Seperti terungkap dalam petikan wawancara dari
perusahaan berikut:
“Program bantuan kambing sengaja dilakukan dalam program CSR kami, kami pengen lihat masyarakat mampu gak buat mengelolanya. Bantuan kambing yang kita kasih 24, 20 betina 4 jantan.”55
Pada strategi tingkat kesadaran (awereness) di tahun lima pertama ialah
inisial program untuk memperbesar kekuatan ekonomis yang sejajar dengan
pendidikan dan program kesehatan. penerapan program-program awal ini juga
untuk mengenal dan meningkatkan potensi ekonomi masyarakat parallel dengan
program-program kesehatan dan pendidikan. Pada aspek awereness tersebut
gagasan masyarakat harus mampu menetapkan kebutuhan mereka sendiri dan
bagaimana memenuhinya. Hal tersebut bahwa masyarakat pada tingkat lokal
paling mengetahui apa yang mereka butuhkan dan bahwa masyarakat seharusnya
mengarahkan dirinya sendiri dan berswadaya adalah menarik, dan hal itu
konsisten dengan banyak literatur ekologis dan keadilan sosial. Praktik bottom up
54 Mulya Amri dan Wicaksono Sarosa, CSR Untuk Penguatan Kohesi Sosial (Jakarta: Indonesia Business Link, 2008), h. 73-74. 55Wawancara dengan YI. Cilegon, 29 April 2011.
57
ini merupakan tentang menghargai pengetahuan dan kearifan lokal, dan mencari
dialog yang wajar dengan para anggota masyarakat untuk dapat belajar satu sama
lain, sehingga mereka dapat bergerak secara bersama-sama untuk mencapai aksi
kolektif.56 Misalnya pada program CSR PT. MCCI yaitu pengadaan saung aksara
yang mempunyai fungsi sebagai pondok tempat berkumpul masyarakat, yang
nantinya akan diselenggarakan Focus Group Discussion (FGD). Dari kesadaran
diri ini mereka harus seperti apa, punya potensi apa dan apa yang harus dilakukan.
Sementara pada tingkat partisipasi (involving) di tahun lima kedua ialah
target partisipasi tinggi dari masyarakat dalam program dengan terbentuknya
organisasi-organisasi mikro ekonomi di masyarakat. Dalam tingkat involving
tersebut partisipasi merupakan alat dan juga tujuan, kerena membentuk bagian
dari dasar kultur yang membuka jalan bagi tercapainya HAM serta berupaya
memberdayakan rakyat untuk berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat
sendiri yang secara lebih berarti.57 Misalnya terbentuknya proses pembuatan
industri emping.
Sedangkan pada tingkat model di lima tahun ketiga ialah dimana
organisasi ekonomi yang terbentuk di masyarakat sudah berkembang pesat dan
masyarakat telah dapat menjalankan kemandirian ekonomi yang
berkesinambungan. Artinya sudah berdiri sendiri dan menularkan model itu pada
masyarakat lain. Misalnya perusahaan mendirikan yayasan sendiri dibawah
perusahaan atau groupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim
56Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008). h. 241 dan 347. 57 Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi, h. 295-296.
58
diterapkan di perusahaan-perusahaan negara maju. Biasanya perusahaan
menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara
teratur bagi kegiatan yayasan. Misalnya yayasan Coca Cola Company, yayasan
Sahabat Aqua.58 Dengan demikian strategi CSR yang dijalankan PT. MCCI
menjadikan prinsip pula. Hal ini ditegaskan oleh informan dari perusahaan
sebagai berikut bahwa:
“Prinsip kami dalam CSR adalah tiga pilar ini yakni kesehatan, pendidikan dan pengembangan ekonomi, dan jika ada presentasi di luar mengenai CSR, prinsip dan startegi inilah yang kami pegang.”59
Sumber: Dokumen Perusahaan
58Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia industri: Memperkuat Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 107. 59 Wawancara dengan YI. Cilegon, 29 April 2011. .
59
Bab IV
Implikasi Corporate Social Responsibility (CSR)
PT. Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI)
A. Gambaran Umum Masyarakat Gerem
1. Kondisi Umum Sosiologis Masayarakat Gerem
Secara geografis luas desa ini 10.33 hektar. Desa ini juga terletak diantara
desa dan beberapa area yang mengapitnya. Seperti di sebelah utara berbatasan
dengan desa Pekuncen, sebelah selatan berbatasn dengan kelurahan Rawa Arum,
sebelah barat berbatasan dengan selat sunda, sebelah timur berbatasan kelurahan
mekarsari.
Jumlah perangkat desa kepala urusan terdapat satu orang, kepala dusun
atau lingkungan tiga orang dan staff 8 orang, dalam pembinaan RT dan RW yang
tertatar berjumlah 47 orang, jumlah RT 37 orang sedangkan RW 10 orang.
Berdasarkan data monografi Kelurahan gerem 2010, Jumlah penduduk menurut
jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah 11. 656 jiwa. Laki-laki berjumlah
5.879 dan perempuan 5.777. Sebagian besar penduduk Gerem menurut tingkat
pendidikan, berpendidikan rendah 60 persen adalah lulusan SD, dan 40 persen
adalah lulusan SMP. Keduanya tidak atau belum tamat. Jumlah penduduk
menurut keyakinan agama bahwa Islam berjumlah 11.630 jiwa, Kristen 13 orang
dan Katholik 15 orang.
Dalam kacamata jumlah penduduk menurut mata pencaharian adalah
pegawai sipil berjumlah 80 jiwa, ABRI berjumlah 30 jiwa, swasta berjumlah 550
60
jiwa, wiraswasta atau pedagang berjumlah 750 jiwa, tani 920 jiwa, pertukangan
berjumlah 90 jiwa, buruh tani 1.660 jiwa, pensiunan berjumlah 30 jiwa dan
nelayan berjumlah 80 jiwa. Dengan berjumlah 4190 jiwa.
Perlu diketahui bahwa keadaan pemukiman yang ada Kelurahan Gerem
dapat dibedakan menjadi dua kategori, kategori pertama adalah pemukiman
pedalaman atau kampung, kategori kedua adalah pemukiman pinggir jalan raya
atau dekat dengan industri. Pemukiman pedalaman atau kampung biasa mayoritas
di huni oleh petani, nelayan, buruh, pertukangan, pedagang, minoritas pegawai
swasta, PNS. Sedangkan pemukiman pinggir jalan raya di huni oleh karyawan,
PNS, pengusaha serta para pendatang.
Kategori pemukiman itu dibagi berdasarkan letak rumah atau tempat
tinggal yang dihuni oleh masing-masing masyarakat Kelurahan Gerem.
Kenyataannya pembagian kategori pemukiman tersebut mempengaruhi pola
interaksi para penduduknya karena pada interaksi penduduk yang bermukim
diwilayah pedalaman atau kampung berbeda dengan penduduk yang bermukim di
dekat jalan raya. Untuk karakter penduduk yang tinggal di pemukiman pedalaman
pertama cenderung individualis dan kedua memiliki kecenderungan kepedulian
terhadap lingkungan sekitarnya.
Karakter pemukiman di pedalaman yang mencerminkan corak
individualistis ditandainya dengan mereka yang memiliki mobilitas sosial yang
tinggi dalam mencapai tujuan-tujuan hidupnya, selain itu mereka juga ditunjang
dengan kemampuan ekonomi yang sederhana. Namun tidak semua masyarakat
bermukim di pedalaman memiliki karakter sosial yang cukup tinggi, ini ditandai
61
dari sikap mereka yang dermawan karena mereka tidak sungkan-sungkan
membantu biaya kegiatan-kegiatan yang diadakan di lingkungannya.
Dan yang kedua karakter masyarakat yang memiliki kecenderungan
kepedulian terhadap lingkungannnya, mereka memiliki keakraban yang kuat,
dapat dilihat dari seringnya komunikasi diantara mereka. Mereka saling mengenal
satu sama lain mulai dari kepribadian hingga keadaan ekonomi keluarga. Karena
mereka sering saling bertukar informasi mengenai apa saja yang mereka ketahui,
maka tidak jarang hingga menimbulkan gossip. Meskipun demikian mereka
memiliki semangat kerja sama yang kuat karena jika ada salah satu dari mereka
yang membutuhkan bantuan tenaga maka dengan segera mereka saling
memberikan bantuan. Hal tersebut menjadikan karakter sosial yang positif dari
masyarakat pedalaman. Hal ini ditandainya dengan kultur gotong royong yang
masih terasa, seperti juga kegiatan-kegiatan masjid atau hari besar islam, hajatan,
pengajian, kasidahan serta membantu tetangga yang terkena musibah.
Sedangkan karakter pemukiman masyarakat pinggir jalan raya memiliki
dua tipe, tipe pertama ialah masyarakat pribumi dan yang kedua ialah tipe
masyarakat pendatang. Karakter masyarakat pribumi ini sering berbaur dengan
masyarakat pendatang. Masyarakat pribumi tersebut adalah sebelumnya
masyarakat pedalaman yang berpindah ke dataran pinggir jalan raya tepatnya
dekat dengan wilayah industrialisasi. Sebagaian karakter masyarakat tersebut
cenderung digambarkan memiliki hubungan yang kental antar sesama, meski hal
ini digambarakan bahwa aspek kepedulian terhadap lingkungan sudah mulai
62
luntur, namun pada perayaan hari besar islam, hari kemerdekaan, pengajian
hajatan dan lain-lain. mereka terllihat memiliki jalinan sangat kuat.
Sedangkan sebagian masyarakat pendatang tergolong masyarakat yang
individualis, hal ini ditandainya dengan karakter mereka yang sulit bergabung
dengan masyarakat pribumi melalui kegiatan yang dilaksanakan seperti perayaan
hari besar islam, pengajian dan sebagainya. Dengan demikian dinyatakan bahwa
masyarakat pribumi akan dapat berbaur antar sesama jika kegiatan-kegiatan itu
ada dan dapat dilaksanakan, oleh karena itu hal ini hanya mencerminkan sifat
seremonial saja.
Begitu pula dengan masyarakat pedalaman yang tergolong invidualis,
sementara masayarakat pendatang yang sulit bergabung dan sangat menerminkan
corak invidualitas. Berbeda halnya dengan masayarakat pedalaman yang masih
terjalin kuat melalui sering komunikasi dan sampai bertukar informasi mengenai
apapun sehingga dalam aspek kerja bakti atau gotong royong dan kegiatan yang
lainnya pun tetap terjalin secara kuat.
2. Kondisi Umum Ekonomi Masyarakat Gerem
Setiap orang bekerja untuk memenuhi segala kebutuhan-kebutuhan pribadi
sekalipun keluarganya. Memiliki mata pencaharian atau pekerjaan merupakan
salah satu indikator penting untuk mengukur tingkat ekonomi seseorang karena
pekerjaan atau profesi adalah salah satu pembentuk pelapisan sosial (social
stratification) yang terjadi di dalam masyarakat. Misalnya perbandingan antara
pekerjaan pengusaha dan buruh tani tentu akan sangat jauh perbandingannya, jika
63
di ukur dari penghasilan masing-masing. Karena kerap kali pengusaha dianggap
sebagai profesi yang terhormat dibandingkan dengan buruh tani.
Terkait masalah kondisi ekonomi ketika industri belum bernaung di
wilayah Gerem, secara ekonomis masyarakat Gerem masih tergolong masyarakat
bawah atau mayoritas ialah petani. Pada saat industri ini belum datang masyarakat
Gerem berada pada kondisi ekonomi sederhana atau berada pada garis standar.
Tampak dari industri belum datang mencerminkan masyarakat Gerem bekerja
sebagai petani dan lahan yang digarapnya pun memang memiliki aspek kesuburan
tanah dan sangat potensial ketika hendak panen. Kondisi tanah sebelum industri
datang masih tergolong murah dengan taksiran harga Rp. 1000 per meter. Namun
ketika beragam informasi, teknologi dan modernisasi hadir dan termasuk salah
satunya adalah industrialisasi, tanah meningkat tajam menjadi harga Rp. 500.000
sampai 1.000.000.
Akibat keberadaan industri inilah tanah atau lahan yang dimiliki oleh
masyarakat Gerem di jual kepada pihak manajemen industri. Dari tanah yang
dijual tersebut menjadikannya pembangunan industrialisasi atau pabrik.
Kemudian disinilah industrialisasi mempunyai dampak positif dan negatif bagi
masyarakat Gerem. Dampak positifnya ialah masyarakat Gerem merasa
mendapatkan pekerjaan dan pendapatan yang layak serta adanya perbaikan taraf
hidup dan kebutuhan terpenuhi. Sedangkan dampak negatifnya ialah kebisingan
serta terkontaminasinya lingkungan akibat polusi.
Dari adanya industri inilah masayarakat Gerem ada yang bekerja sebagai
karyawan, meski memang tidak semua. Sementara masyarakat Gerem di bawah
64
garis mayoritas, menampakkan bahwa keberadaan industri belum bisa
mengimbangi kehidupan masyarakat Gerem. Karena kebutuhan dalam industri
ialah tenaga kerja yang produktif dan mengerti skill, sedangkan mayoritas
masyarakat Gerem masih memiliki tenaga sumber daya manusia yang rendah
serta minimnya taraf pendidikan dan skill. Disamping lahan aspek tanah yang
sudah hampir terjual, dan hanya sedikitnya tanah yang bisa ditanam seperti
melinjo, pisang, kelapa, padi dan lain-lain untuk kebutuhan primer.
Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Gerem
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 1, 90%
TNI 0, 71%
Pegawai Swasta 13, 12%
Dagang 17, 89%
Tani 21, 95%
Pertukangan 2, 14%
Buruh Tani 39, 61%
Pensiunan 0, 71%
Nelayan 1, 90%
Sumber: Dokumen Kelurahan Gerem
Dari 550 jiwa atau 13, 12 persen pegawai swasta di perusahaan Kelurahan
Gerem, hanya sekitar 55 orang atau 15,71 persen dari jumlah 350 yang bekerja di
PT. MCCI.
65
Stratifikasi Sosial Berdasarakan Ekonomi
Pengusaha / PNS
Karyawan / Pegawai Swasta / TNI
Pedagang / Pensiunan
Tani, Buruh Tani, Pertukangan, Nelayan
Sumber: Pengamatan Pribadi
Suatu kenyataan bahwa mata pencaharian dapat mempengaruhi
stratifikasi sosial, stratifikasi sosial berdasarkan tingkat ekonomi tidak dapat
dipisahkan dari jenis mata pencaharian yang dimiliki. Stratifikasi pekerjaan juga
ikut menentukan keadaan ekonomi seseorang.
B. Implikasi Corporate Social Responsibility (CSR) Pendidikan
Dalam menuju masyarakat yang berpotensi, mandiri dan sarat tidak
ketergantungan, PT. MCCI yang telah menancapkan tiga pilar CSRnya sebagai
prinsip dan komitmen pembangunan berkelanjutan (sustainanble development)
melalui kesehatan, pendidikan dan pengembangan ekonomi. Program CSR yang
telah tertuang sangat diharapkan oleh masayarakat Gerem, hal tersebut seperti di
ucapkan oleh informan dari warga bahwa:
66
“Harapan kami sebagai warga Gerem tentu mengharapkan dengan adanya CSR ini pihak MCCI komitmen, dengan apa yang telah direncanakan dengan program-progrm kedepan. Dan juga bukan hanya MCCI, untuk perusahaan-perusahaan lain yang ada di wilayah Gerem tolong contoh PT. MCCI, programnya sangat luar biasa dan sangat membantu masyarakat.”51
Program CSR menjadi aspek startegis terhadap masyarakat, ketika
program tersebut dapat dilaksanakan secara kesinambungan. Lebih dari itu
perusahaan juga mempunyai tanggung jawab filantropis yang mensyaratkan agar
perusahaan memberikan kontribusi kepada masyarakat, agar kualitas hidup
masyarakat meningkat sejalan dengan operasi bisnis perusahaan. Sebagaimana
diungkapakan dalam petikan wawancara dengan informan dari perusahaan
berikut:
“Perusahaan tidak bicara bahwa sekarang ini kami sudah memberikan sesuatu yang terbaik buat masyarakat. Belum, kita baru start proses ko, kita masih baru start coba lagi. Kita masih pengen memberikan yang lebih besar lagi, lebih besar lagi, lebih besar lagi. Karena di saung aksara selama ini kan memang belum semua yang denger, bahkan belum semua mengetahui apalagi menikmati” 52
Dengan demikian untuk mengetahui kebutuhan yang di inginkan oleh
masyarakat terhadap kebijakan CSRnya, maka PT. MCCI meluncurkan program
CSR pendidikan berupa komputer dan saung aksara yang bertujuan untuk
membantu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan bagi pelajar dan
masyarakat yang diharapakan dapat membantu menghasilkan sumber daya
manusia yang memiliki bekal kemampuan yang mencukupi dalam menghadapi
persaingan dunia kerja dan usaha yang semakin ketat.
51 Wawancara Pribadi dengan SBI. Cilegon, 4 Mei 2011. 52 Wawancara Pribadi dengan YI. Cilegon, 27 April 2011.
67
Dalam program saung aksara ini memiliki konsep sebagai taman bacaan
masyarakat sekaligus sebagai tempat berkumpul masyarakat dari berbagai usia
dan latar belakang. Sebagai taman bacaan, saung aksara menyediakan berbagai
macam literatur yang berguna baik bagi siswa sekolah maupun masyarakat luas
seperti pengetahuan dan keterampilan untuk siswa sekolah, pertanian dan
peternakan, kewirusahawan, UKM, industri rumah tangga dan lain-lain. Saung
aksara ini juga dilengkapi dengan komputer sehingga masyarakat dapat
mengakses informasi yang dibutuhkan. Selain itu juga terdapat kegiatan edukasi
lainnya yang di tunjang alat-alat peraga pendidikan.
Saung aksara juga mempunyai fungsi sebagai pondok tempat berkumpul
masyarakat, yang nantinya akan diselenggarakan Focus Group Discussion (FGD)
dimana masyarakat dapat berbagi pendapat, ide dan aspirasi mengenai kegiatan
pemberdayaan masyarakat sehingga program CSR selanjutnya berdasarkan ide
dari kebutuhan masyarakat itu sendiri (Bottom up) yang disesuaikan dengan
potensi, peluang dan hasil pemetaan sosial yang dilakukan. Perlu diakui bahwa
sebelum diluncurkannya program saung aksara, masyarakat gerem merasa
kesulitan untuk mendapatkan informasi atau pun mengemukakan ide bersama
dalam mencanangkan program bersama-sama. Namun setelah progam ini
diluncurkan, saung aksara tersebut menjadi alat mediasi aspirasi masyarakat.
Sekali lagi maka cikal-bakal kemunculan program yang ditawari dari masyarakat
akhirnya bisa di jual ke PT. MCCI tentu sesuai dengan efektifitas kebutuhan
masyarakat itu sendiri. Seperti pada petikan wawancara dengan warga berikut:
“Dengan program MCCI dari CSRnya saya sangat mendukung banget dan bahkan mengucapakan terima kasih. Dan kebetulan saya disini
68
sebagai guru yang tugas saya memberikan sesuatu kepada SDM yang tidur, kebetulan keinginan saya ada di program CSRnya MCCI, saya sebagai warga berpikir kenapa tidak ikut membantu, nah kebetulan saya sebagai guru yang kebetulan punya skill bahasa inggris kenapa tidak saya harus memberikan itu dan ikut membantu dan menurut saya hal ini bagus banget. Intinya dari CSRnya adalah mencari bibit yang berpotensi. Dari skala pendidikan yang jelas niatan dari MCCI bagus sekali yaitu tadi mencari potensi-potensi bagaimana kedepannya memberikan sebuah modal lah untuk anak-anak sampai jenjang yang lebih tinggi nanti, kalau gak salah ini baru saya denger MCCI juga tidak memberikan fasilitas pendidikan aja ya kang, mereka juga menawarakan beasiswa kepada siswa-siswa, bentuk beasiswa yang saya ketahui itu bikin proposal, jadi mereka ingin menawarkan apa yang dibutuhkan sama warga, bukan beasiswa yang berprestasi. ”53
Sampai saat ini keberadaan fasilitas saung aksara digunakan untuk kursus
bahasa inggris yang dimulai satu minggu itu empat kali pertemuan dengan anak
didik sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah
menengah atas (SMA) yang tentu didalamnya terdapat tenaga pengajar yang
diminta oleh PT.MCCI, untuk mengisi di saung aksara tersebut serta digunakan
oleh FGD juga. Terlepas dari kegunaan FGD adanya saung aksara tersebut
sebagai pendidikan tambahan atau non formal. Dari saung aksara inilah muncul
anak-anak terdidik yang bisa bahasa inggris dari masing-masing jenjang sekolah,
yang sebelumnya di desa ini belum ada lembaga non formal yang memberikan
skill berupa bahasa inggris atau pun les privat. Dengan adanya saung akasra akan
menjadikan nilai tambah bagi para anak didik atau pun masyarakat. Seperti
ungkapan petikan wawancara dengan warga berikut:
“Alhamdulillah siswa/siswi yang ikut belajar bahasa inggris setiap empat kali dalam seminggu sudah ada yang berprestasi 3 orang, artinya mereka sudah mengikuti apa yang di ajarkan.”54
53 Wawancara Pribadi dengan AL. Cilegon, 23 Mei 2011. 54 Wawancara dengan AL. Cilegon, 18 September 2011.
69
Selanjutnya program pendidikan komputer, program ini bertujuan untuk
mempersiapkan tenaga kerja yang terampil dan berpengetahuan dibidang
teknologi informasi, dari program tersebut pelajar dan masyarakat diharapakan
dapat mengaplikasikan teknologi dan informasi dalam menunjang kegiatan sehari-
hari baik pada kegiatan sekolah, maupun kegiatan kewirausahawan, pertanian,
peternakan bahkan administrasi kependudukan (RT/RW) maupun aktivitas
lainnya yang tentunya mempunyai dampak yang positif terhadap pengembangan
sosial dan ekonomi. Selain itu, ini merupakan pencerminan kerjasama perusahaan
dengan pemerintah khususnya UPTD LK Cilegon dalam pengembangan
masyarakat.
Target peserta adalah pelajar tingkat SMP dan SMA sederajat, para
pencari kerja dengan bentuk pelatihan. Pertama, pelatihan komputer bagi pemula
(basic untuk pelajar SMP sederajat), kedua, pelatihan komputer menengah
(intermediate untuk pelajar SMA sederajat), ketiga, pelatihan komputer untuk
persiapan kerja (untuk para pencari kerja dan lulusan SMA), keempat, pelatihan
komputer bagi teknisi (latihan perakitan dan service komputer). Pada tahapan ini,
program pelatihan komputer dimulai dengan memprioritaskan program “pelatihan
komputer untuk persiapan kerja” selanjutnya baru pada bentuk-bentuk pelatihan
lainnya.
Adanya pelatihan komputer tersebut menjadi nilai tambah bagi masyarakat
khususnya pelajar SMA. Sebelum adanya pelatihan pendidikan non formal, warga
(pelajar SMA) hanya memperoleh pengetahuan komputer di sekolah formal.
Untuk menambah pengetahuan tersebut warga harus keluar dari kampungnya
70
menuju tempat kursus, sementara biaya untuk mengikuti tambahan pendidikan
non formal tergolong mahal. Hal inilah sebetulnya sulit untuk mendapatkan akses
ke arah tambahan pendidikan tersebut. Melalui pengadaan komputer dari PT.
MCCI warga tidak merasa sulit untuk menambahkan pengetahuan di luar dari jam
formal.
Pada program pelatihan komputer untuk persiapan kerja di ikuti oleh
peserta sekitar 14 orang, terdiri dari laki-laki 8 orang dan perempuan 6 orang,
dengan jumlah unit keseluruhan komputer sebanyak 16 unit komputer. Seperti
yang diutarakan informan dari warga dalam petikan wawancara berikut:
“Iya tahu kang, malah saya salah satu dari peserta CSR PT. MCCI, pas waktu peserta pelatihan komputer CSRnya PT.MCCI di kelurahan Gerem. Tahun 2010-2011 kalau gak salah 2 bulan dari sebelum bulan haji 2 hari, pas lebaran haji langsung pelatihan Sampai tanggal 17 januari kita para peserta itu ikut ujian. Kalau saya kan ikut pelatihan komputer dari CSRnya PT. MCCI kang, kepengennya salah satu diantara para peserta pelatihan yang dilakukan CSR MCCI ini, kita direkrut oleh MCCI untuk menerapkan ilmu yang udah dikasih sama MCCI, jadi intinya bisa bekerja di pabrik tersebut.”55
Dalam program pelatihan ini diselenggarakan hanya 2 bulan dalam
pertemuannya satu minggu dua kali pertemuan, dengan tenaga pengajar dosen dari
sekolah tinggi insan unggul Cilegon. Hal tersebut perlunya peningkatan kualitas
SDM, yang senada juga diutarakan oleh informan dari warga bahwa:
“Pelatihan komputer yang dijalankan MCCI bermanfaat ko, Cuma masih kurang kang, soalnya kita maunya agak lama kaya kursus-kursus gitu.”56
55 Wawancara Pribadi dengan NR. Cilegon, 8 Mei 2011. 56 Wawancara dengan WT Cilegon, 12 Mei 2011.
71
Namun karena rendahnya kualitas SDM, persoalan yang penting dihadapi
oleh masayarakat Gerem adalah penyediaan lapangan kerja. Apalagi ketika
melamar kerja di perusahaan saat di interview yang ditanya adalah keahlian
mengoperasikan komputer. Oleh karena itu sedapat mungkin PT. MCCI dengan
program pendidikan tersebut diarahkan untuk membantu persoalan itu.
C. Implikasi CSR Kesehatan
Berikutnya ialah program CSR pilar kesehatan, dalam program CSR
kesehatan ini, PT. MCCI telah meluncurkan program pelaksanaan pengadaan air
bersih berupa sumur bor, khitanan massal, penyuluhan gizi untuk anak dan
pengobatan gratis. Pada program pelaksanaan air bersih berupa sumur bor, pada
awalnya adalah kesulitan akses untuk mendapatkan air bersih menjadi salah satu
utama yang dihadapi oleh masyarakat kampung Watu Lawang, kampung Porod
Lampung dan kampung Pasir Salam di Kelurahan Gerem. Akibatnya air bersih
menjadi sangat langka dan berdampak pada harga air bersih yang menjadi sangat
mahal.
Masyarakat di tiga kampung itu terpaksa harus menempuh perjalanan yang
diperkirakan tiga kilometer dengan medan perbukitan untuk mencapai sumber air
bersih. Saat sudah sampai sumber mata air, masyarakat harus mengantri,
menunggu bergiliran dan berjam-jam demi mendapatkan air bersih dari resapan
pohon yang jauh dari tempat tinggalnya. Tetes demi tetes air mereka kumpulkan
kedalam jirigen besar, setelah terisi penuh, jirigen digendong pulang. Krisis air
bersih peristiwa rutin bagi warga di tiga kampung itu. Kondisi daerah yang berada
diperbukitan membuat pasokan air bersih jadi sulit.
72
Ketiga perkampungan ini berada diatas 310 meter dari permukaan air laut.
Selain itu, daerah ini memiliki kontur tanah yang berbatu. Kondisi ini
menyulitkan meraka untuk mendapatkan air bawah tanah. Perjuangan
mendapatkan air bersih yang dilakukan tiga kampung mendapatkan sorotan PT.
MCCI untuk membuka kepedulian bentuk CSRnya. Atas dasar niat dan tekad
yang kuat untuk saling membantu, perusahaan bekerjasama dengan pemerintah
daerah, masyarakat sekitar dan tokoh masyarakat Gerem membentuk kepanitiaan
untuk merealisasikan air bersih di tiga kampung di wilayah Kelurahan Gerem.
Dalam pelaksanaan pengadaan air bersih ini penuh dengan tantangan dan
hambatan. Tantangan pertama, yang dihadapi oleh kontraktor dalam mengerjakan
pengadaan air bersih. Karena medan yang dihadapi sangat berat, baru beberapa
bulan kontraktor yang pertama mengundurkan diri. Sehingga proyek ini sempat
terhenti beberapa waktu, kemudian proyek dilanjutkan dengan kontraktor dari
daerah lain yang sudah berpengalaman. Ternyata pembangunan air bersih ini
memerlukan waktu pengorbanan banyak pihak baik dari segi waktu, pikiran,
tenaga dan materi.
Hal ini dapat dilihat dari waktu pembentukan panitia, pelaksanaan
operasional dan sampai siapnya air bersih untuk dimanfaatkan oleh masyarakat
membutuhkan waktu sekitar 1,5 tahun. Seperti yang ditegaskan oleh informan dari
perusahaan dalam petikan wawancara berikut:
“Awalnya kami memperkirakan pekerjaan sumur bor itu hanya memakan waktu enam sampai delapan bulan, tapi ternyata karena sulitnya medan pengeboran dan lokasinya yang berada tinggi di perbukitan program ini baru selesai 1,5 tahun. Malah rekan-rekan dilapangan yang menegerjakan
73
langsung pengeboran setempat khawatir sumur ini gagal kita buat, karena kondisinya memang sulit.”57
Mengingat medan berat untuk mengangkut sarana dan prasarana untuk
sampai pada pengeboran. Berbekal niat dan tekad untuk saling membantu serta
memohon ridha sang Tuhan, PT. MCCI, pemerintah, beserta masyarakat mampu
meyelesaikan air bersih berupa sumur bor. Kini warga kampong Watu Lawang,
kampung Pasir Salam dan kampong Porod Lampung di kelurahan Gerem bisa
bernafas lega.
Akhirnya sumur berkedalaman 178 meter dapat selesai dibangun dan
selesai pada pertengahan Maret. Dan secara simbolis, baru pada tgl 26 Mei 2009
peresmian penggunaan sumur bor ini dilakukan oleh Tb. Aat syafaat, S.Sos, M.Si
selaku walikota Cilegon.
“Sebelum sumur bor tersebut ada, warga hanya mengandalkan mata air alami untuk memenuhi air bersih mereka. Kalau pun ada sumur bor, itu pun berada tiga kilometer dari pemukiman mereka. Itu dibawah dan untuk setiap KK hanya di jatah mendapat dua jerigen saja.”58
Operasioanal sumur pompa ini menggunakan daya listrik dari PLN, namun
dalam perjalanannya PLN melakukan pemutusan daya akibat beban gardu yang
over beban. Sepanjang juni hingga akhir oktober, PT. MCCI menanti keputusan
PLN menambah daya untuk menggerakan pompa air. Karena tidak ada kepastian,
akhirnya PT. MCCI berinisiatif menyediakan mesin generator berkapasitas 11.000
watt atau dua kali lipat tenaga listrik PLN sebelumnya.
57 Wawancara dengan BBG. Cilegon, 2 Mei 2011. 58Wawancara dengan HUD. Cilegon, 1 Mei 2011
74
Secara resmi mesin generator diserahkan pada masayarakat pada awal
November. Yang menarik dari mesin generator ini adalah seakan menjadi tanda
pemanggil warga untuk mengambil air, jika mesin ini bunyi masyarakat
berbondong-bondong datang mengantri ke sumur pompa. Dengan perasaan
senang, kini warga dapat memanfaatkan air bersih tersebut, seperti yang di
ungkapkan oleh informan dari warga berikut:
“Sudah sesuai kebutuhan, apalagi kaya di kampung saya itu masyarakat masih membutuhkan air bersih, jadi dengan adanya air bersih sumur bor ini, jadi mereka itu tepat membuat sumur bor buat kami. Alhamdulillah walaupun 2 hari sekali bergiliran, soalnya kan banyak rumah dan harus giliran juga. Tapi waktu itu pernah bermasalah sama jetpompnya jadi 3 hari sekali deh.”59
Hal serupa mengenai memanfaatkan air bersih juga terungkap dari
pernyataan warga berikut:
“Kami mengucapkan terima kasih kepada PT. MCCI yang telah membuat sumur bor dan meringankan beban masyarakat untuk mendapatkan air bersih khususnya yang ada dikelurahan Gerem ini.”60
Selanjutnya dari pilar program kesehatan ialah khitanan massal,. Khitanan
massal yang dilakukan kali ini diikuti oleh 36 anak dengan usia 4 sampai 6 tahun
di kelurahan Gerem. Menariknya dari kegiatan ini adalah sebelum anak-anak
memasuki ruang khitan yang telah disediakan oleh panitia, rupanya anak-anak
tersebut diajak nonton film kartun seraya dapat menghipnotis mereka untuk tidak
melihat tangis anak-anak lainnya yang keluar dari ruangan setelah menjalani
khitan. Seperti yang diungkap oleh informan dari perusahaan bahwa:
59 Wawancara Pribadi dengan UM. Cilegon 16 Mei 2011. 60 Wawancara dengan STH. Cilegon, 22 Mei 2011.
75
“Program ini dilakukan untuk membantu warga yang memang ingin mengkhitankan anaknya. Hal ini sengaja dibuat agar anak-anak senang dulu dan tidak merasa takut ketika mau di khitan makanya di ajak nonton kartun. “61
Kamis, 23 Juni 2011 masih bertepatan dengan libur sekolah, PT. MCCI
menggelar khitanan massal versi dua, kegiatan ini termasuk kedalam fokus
kesehatan dari program CSR perusahaan. Kegiatan yang di adakan di sekolah
dasar negeri tiga (SDN III) Gerem dihadiri oleh antusias warga masyarakat Gerem
termasuk peserta sebanyak 35 anak yang terpaut usia 5 sampai dengan 8 tahun di
khitan massal. Kegiatan tersebut untuk meringankan beban masyarakat Gerem
yang berkeinginan anaknya di khitan. Selain dapat meringankan beban,
masyarakat Gerem juga merasakan manfaatnya. Seperti terungkap pernyataan
informan warga berikut:
“Kami sangat berterima kasih sekali. Kalau sunnat sendiri kan biayanya lumayan mahal.”62
Dalam rangka menyambut hari ulang tahun PT. MCCI yang ke 20,
perusahaan tersebut menggelar pengobatan gratis dan penyuluhan tentang pola
makanan yang sehat untuk balita. Ini dilakukan agar masyarakat mengetahui cara
yang baik dalam memberikan masukan gizi untuk anak-anak.
Kegiatan penyuluhan dan pengobatan gratis yang dilakukan saat itu akan
dikembangkan menjadi sebuah kegiatan yang berkesinambungan. Yakni PT.
MCCI akan bekerjasama dengan pihak puskesmas setempat untuk mengadakan
61 Wawancara dengan YI. Cilegon, 23 Juni 2011. 62 Wawancara dengan SBHS. Cilegon, 23 Juni 2011.
76
posyandu tiap bulannya. Diakuinya dalam petikan wawancara dari informan
perusahaan sebagai berikut:
“Pengobatan gratis ini memang sifatnya sesaat, kami ingin kegiatan ini terus berkesinambungan. Maka dari itu kami berinisiatif melakukan hal ini secara rutin melalui posyandu. Kami akan memberikan bantuan obat-obatan dan melakukan penyuluhan melalui posyandu yang telah ada.”63
Melalui bantuan kegiatan kesehatan masyarakat diajak untuk berprilaku
hidup bersih dan sehat yang lebih baik. Bantuan yang diberikan dalam rangka
peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Oleh karena itu kesehatan merupakan
hal yang penting bagi kehidupan.
D. Implikasi CSR Pengembangan Ekonomi
Selanjutnya program pengembangan ekonomi, dalam program
pengembangan ekonomi ini ialah bantuan pembibitan kambing unggul kepada
masyarakat kampung cupas kelurahan gerem. Pertama, bantuan kambing 24 ekor,
20 betina dan 4 jantan ini diberikan pada Rt 01/07 dan 02/07 (cupas wetan dan
cupas kulon), kedua, membuat sistem kelompok peternak muda mandiri (PMM)
dengan bantuan sebanyak 36 ekor dengan sistem penggemukan.
“Perlu diketahui bahwa lingkungan cupas sangat cocok untuk ternak kambing, meski daerahnya kering, tapi banyak rumput dan dedaunan yang baik untuk pakan ternak kambing.”64
Tujuan dari bantuan kambing ini ialah untuk memotivasi generasi pemuda
dalam kegiatan berwirausaha dengan skala mikro kecil. Bantuan berupa
pembibitan kambing unggul ini, hanya untuk diambil anaknya. Bantuan kambing
63 Wawancara dengan YI. Cilegon, 24 maret 2011. 64 Wawancara dengan VI. Cilegon, 11 April 2011.
77
tersebut yang digemukan adalah betina. Kemudian bantuan kambing sebanyak 36
ekor ini akan dijadikan penggemukan, yang digemukan adalah kambing jantan.
Setelah kambing berusia tiga bulan, kambing dapat dijual kemudian dapat
dibelikan kambing kembali. Berikut adalah petikan wawancara dengan informan
warga:
“Sangat berdaya ketika CSR itu berkesinambungan dan gak ada masalah enjoy-enjoy aja, bahkan kedepan kita akan garap program baru budidaya emping, jamur tapi semua itu butuh proses karena harus latihan dulu keluar barangkali, dan itu pun MCCI yang akan membiayai semuanya. Dan juga Insya Allah kang ovar program ternak kambing dari MCCI juga akan dilanjutkan sekupnya ditambah dari Gerem talang sampai pasir salam, dasarnya adalah karena program ini berhasil jadi harus dilanjutkan.”65
Program yang mengarah pada kemandirian ekonomi tersebut diperlukan
upaya kelanjutannya. Hal serupa terungkap dari pernyataan karyawan perusahaan
berikut:
“Untuk pengembangan ekonomi, pembibitan kambing unggul dengan memberikan kambing, penggemukan kambing, dan yang ketiga hal-hal UKM yang akan di coba tahun ini.”66
Melalui program skala mikro tersebut, masyarakat dapat merasakan
manfaatnya dengan program CSR pengembangan ekonomi dari PT. MCCI dengan
terbukti mampu meningkatkan pendapatan peternakan. Sebelumnya mereka
berprofesi sebagai pengembala dan serabutan, kini mereka telah menjadi peternak
kambing. Meskipun usaha mikro ini belum semua kampung mendapatkannya, tapi
PT. MCCI akan mengarahkan program ini kepada sifatnya yang
65 Wawancara Pribadi dengan SBI. Cilegon, 4 Mei 2011. 66 Wawancara Pribadi dengan DDO. Cilegon, 19 Mei 2011.
78
berkesinambungan. Dengan adanya program tersebut tentunya menjadi nilai
tambah bagi masyarakat dalam manekuni upaya berwirausaha secara mandiri.
Fenomena aktivitas CSR yang dilakukan nampaknya hampir memenuhi,
tinggal masyarakatnya saja yang memanfaatkan dan mengelolanya dengan baik.
Seperti saung aksara dan program CSR lainnya. Hal demikian dapat di ungkapkan
dari petikan wawancara oleh karyawan perusahaan berikut:
“ya saudara ovar bisa lihat, dari berbagai aktivitas yang kita laksanakan tampaknya sudah dirasakan, kaya yang baru-baru ini yang fenomena itu ada pompa air, sarana pendidikan seperti lembaga pendidikan komputer dan saung aksara. Sebenarnya aktivitas CSR itu sudah dipelajri dulu ya, jadi kita mengadakan aktivitas bukan asal-asalan, seperti pompa air, kita survey mengkaji gimana membangunnya. Jadi CSR MCCI bener-bener, walaupun belum 100%, karena namanya masyarakat kan kebutuhannya beda-beda setiap orang, secara umum kita sudah memenuhi kebutuhan masyarakat.”67
Terkait dengan penyelenggaraan program-program sosialnya, PT. MCCI
dapat melanjutkan programnya secara terbuka dengan nuansa filantropis. PT.
MCCI juga diminta partisipasi untuk memenuhi aspirasi masyarakat guna
keperluan mengentaskan persoalan masyarakat dari akar persoalan yang
sesungguhnya. Tentunya hal demikian sesuai dengan prinsip tiga pilar program
pendidikan, kesehatan dan pengembangan ekonomi.
67 Wawancara Pribadi dengan MRF. Cilegon, 25 Mei 2011.
79
Bab V
Penutup
A. Kesimpulan
Pertama, Sebagain besar derma atau bantuan sosial oleh PT. MCCI ke
masyarakat pada tahun 1991 sampai 2005 masih bersifat charity atau satu
aktivitas insidentil dengan konsep pengembangan masyarakat (community
development). Baru kemudian di tahun 2005 perubahan paradigma mengenai CSR
PT. MCCI adalah konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development)
atau konsep jangka panjang.
Kedua, Strategi CSR PT. MCCI meliputi kesadaran (awareness) di lima
tahun pertama, pada tahapan tersebut dengan inisial program untuk memperbesar
kekuatan ekonomis yang sejajar dengan pendidikan dan program kesehatan.
penerapan program-program awal ini juga untuk mengenal dan meningkatkan
potensi ekonomi masyarakat parallel dengan program-program kesehatan dan
pendidikan. Partisipasi (involving) di lima tahun kedua, pada tahapan tersebut
dengan target partisipasi tinggi dari masyarakat dalam program terbentuknya
organisasi-organisasi mikro ekonomi di masyarakat. Sedangkan Contoh (model)
di lima tahun ketiga, pada tahapan tersebut dimana organisasi ekonomi di
masyarakat sudah berkembang pesat dan masyarakat telah dapat menjalankan
kemandirian ekonomi yang berkesinambungan.
Ketiga, implikasi dari CSR sustainable development PT. MCCI meliputi
bidang pendidikan dengan berupa bantuan implementasi pengadaan saung aksara,
buku bacaaan, kursus bahasa inggris, beasiswa, dan pelatihan komputer.
80
Selanjutnya bidang kesehatan dengan berupa bantuan implementasi penyuluhan
gizi untuk anak, pengadaan air bersih sumur pompa dan khitanan massal.
Sedangkan di bidang pengembangan ekonomi dengan berupa bantuan
implementasi bantuan penggemukan kambing, UKM pembuatan emping dan
jamur.
B. Saran
Berdasarkan analisis dan kesimpulan, maka peneliti memberikan beberapa
saran yang diharapkan dapat meningkatkan program CSR PT. MCCI antara lain:
1. Berdasarkan perubahan paradigma konsep CSR dari charity ke sustainable
development, maka CSR yang terkandung dalam kebijakan perusahaan
harus benar-benar dilakukan secara komitmen dan konsisten guna
mengarahkan program filantropis yang bertujuan untuk penguatan
kapasitas masyarakat (capacity building) dan berkelanjutan serta
membantu mengentaskan persoalan masyarakat pada akar persoalan
sesungguhnya.
2. Perusahaan perlu melakukan pemetaan sosial secara komprehensif sebagai
jaminan penyusunan dan pelaksanaan programnya di dasarkan pada pada
database kondisi masyarakat yang secara benar dan akurat.
3. Mengingat masyarakat Gerem yang taraf pendidikannya rendah dan sulit
mendapatkan akses untuk mengetahui mengenai CSR perusahaan, maka
sosialisasi terkait CSR sebaiknya dilaksanakan secara intensif bersama
kelurahan.
81
4. Melihat masyarakat Gerem yang masih dan merasa perlu dibantu, maka
CSR sebaiknya tidak dilakukan oleh satu perusahaan, melainkan beberapa
perusahaan yang bernaung di wilayah Gerem pun turut andil sebagai mitra.
5. Sebagai penerima dan keterlibatannya langsung dengan CSR, sebaiknya
masyarakat memanfaatkan dan dapat mengelolanya dengan baik. Tidak
melulu merasa malu, malas dan minder, penyakit inilah sebetulnya yang
harus dibuang.
82
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Mulya dan Sarosa, Wicaksono. CSR Untuk Penguatan Kohesi Sosial.
Jakarta: Indonesia Business Links, 2008. Ife, Jim dan Tesoriero, Frank. Community Development: Alternatif
Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Irfan, Abubakar, dan Bamualim S. Chaidar, ed. Filantropi Islam dan Keadilan
Sosial: Studi Tentang Potensi, Tradisi dan pemantauan Filantropi Islam di Indonesia. Jakarta: Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.
Kartini, Dwi. Corporate Social Responsibility: Transformasi Konsep
Sustainability Management dan Implementasi di Indonesia. Bandung: Refika Aditama, 2009.
Kottler, Philip and Lee, Nancy. CSR: Doing The Most Good for Your and Your
Caused. New Jersey: Jhon Willey Son, Inc K, Santana Septiawan. Menulis Ilmiah: Metode Pendekatan Kualitatif. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2007. Moleong, j Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2006. Nursahid, Fajar. Tanggung Jawab Sosial BUMN: Analisis Terhadap Model
Kedermawanan Sosial PT Krakatau Steel, PT Pertamina dan PT Telekomunikasi Indonesia. Depok: Piramedia, 2006.
Prasetyantoko, A. Corporate Governance: Pendekatam Institusional. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008. Prayogo dan Tobroni. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2003. Sukandarrumidi. Metodelogi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002. Solihin, Ismail. Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability.
Jakarta: Salemba Empat, 2009.
83
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Startegis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: Refika Aditama, 2005.
Suharto, Edi. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab
Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility). Bandung: Refika Aditama, 2007.
Wrihatnolo, R Randy dan Dwidjowijoto, Nugraha Riant. Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan Panduan Untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007.
Skripsi, Tesis dan Laporan
Febrianti, Indah. “Pengaruh Profitabilitas dan Leverage Terhadap Pengungkapan CSR (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2008),” (Skripsi S1 Fakultas ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009.
Sunaryo, Sri Subekti. “Konsep dan Strategi Corporate Social Responsibility
(CSR) PT. Takaful Indonesia.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
Julita, Weny. “Strategi Corporate Social Responsibility (CSR) di PT. Indah Kiat
Pulp and Paper TBK.” Skiripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang, 2009.
Ekawati, Rulya. “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility) Dalam Perspektif Ekonomi Islam.” Tesis S2 Program PascaSarjana , Universitas Islam Negeri Jakarta, 2004.
Mulyana, Deni. “Sistem Proteksi 3kv/150kw dengan menggunakan relay injection
multed motor7960 di PT. Mitsubishi Chemical Indonesia ( MCCI),” (Laporan Kerja Praktek Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Cilegon, 2009.
Opini dn Media Massa
Supriyadi, TB Didi. “Menggagas Perda CSR.” Fajar Banten, 13 maret 2010. “CSR Jangan Dianggap Beban.” Kompas, 6 Juli 2010.
Dokumen Instansi
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (DISPERINDAG) Kota Cilegon, Daftar Perusahaan Besar Kota Cilegon Tahun 2010. Cilegon: DISPERINDAG, 2010.
84
Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon. Rekomendasi Upaya Penelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). Cilegon: BLH. 2006.
Kelurahan Gerem, Data Perusahaan di Kelurahan Gerem Tahun 2010. Cilegon:
KELURAHAN GEREM, 2010.
Website
Jiway Francis Tung, “Pembangunan yang Tidak Dapat Membangun: Kisah LSM Tentang Dampak Industrialisasi di Dukuh Tapak,” Artikel diakses pada 4 Mei 2011 dari http://www.lontar.ui.ac,id//opac/themes/libri2/detail.JSP?id=72795&lokasi=lokal
Cartica, “Program Corporate Social Responsibility yang Berkelanjuta,” artikel
diakses pada 24 Mei dari http://kajian-csr.blogspot.com/2011/01/program-corporate-social-responsibility.html