abstrak reaksi pasar terhadap china’s … · banyak pasar modal di dunia termasuk di ... dan...

20
i ABSTRAK REAKSI PASAR TERHADAP CHINA’S BLACK MONDAY DI BURSA EFEK INDONESIA China adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia sehingga kondisi ekonomi China dapat mempengaruhi kondisi ekonomi negara lain. Pada tanggal 24 Agustus 2015 telah terjadi penurunan harga saham terparah di China yang disebut China’s Black Monday (CBM). Peristiwa ini berdampak pada banyak pasar modal di dunia termasuk di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis reaksi pasar di Bursa Efek Indonesia akibat peristiwa China’s Black Monday (CBM) yang terjadi di China. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tidak melakukan corporate action pada periode peristiwa di Bursa Efek Indonesia dan dibagi menjadi 9 sektor. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode sensus, maka jumlah populasi yang diteliti adalah 532 perusahaan yang terbagi dalam 9 sektor. Data penelitian merupakan data sekunder berupa data harga saham yang diperoleh dari data publikasi harga saham yang terdapat pada website resmi Bursa Efek Indonesia. Metode analisis data yang digunakan adalah metode studi peristiwa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 Indeks Sektoral yang diteliti terjadi reaksi pasar yang signifikan pada 8 Indeks Sektoral akibat peristiwa CBM. Indeks yang bereaksi adalah Sektor Pertanian; Aneka Industri; Industri Dasar dan Kimia; Industri Barang Konsumsi; Properti dan Real Estate; Transportasi dan Infrastruktur; Keuangan; dan Perdagangan, Jasa dan Investasi sedangkan sektor yang tidak bereaksi adalah sektor pertambangan. Pasar bereaksi cepat dan tepat terhadap peristiwa CBM karena reaksi terjadi pada dua spot waktu di sekitar hari peristiwa dan memiliki arah negatif. Pasar yang bereaksi cepat dan tepat dapat diartikan bahwa pasar sudah efisien secara informasi dan keputusan. Reaksi pasar yang terjadi dapat dijelaskan dengan signalling theory dimana peristiwa CBM memberikan sinyal kepada investor bahwa perekonomian China dalam kondisi buruk. Kata kunci: Abnormal Return, China’s Black Monday, Event Study, Indeks Sektoral, Signalling Theory

Upload: vanphuc

Post on 30-Aug-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

ABSTRAK

REAKSI PASAR TERHADAP CHINA’S BLACK MONDAY DI BURSA

EFEK INDONESIA

China adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia sehingga

kondisi ekonomi China dapat mempengaruhi kondisi ekonomi negara lain. Pada

tanggal 24 Agustus 2015 telah terjadi penurunan harga saham terparah di China

yang disebut China’s Black Monday (CBM). Peristiwa ini berdampak pada

banyak pasar modal di dunia termasuk di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menganalisis reaksi pasar di Bursa Efek Indonesia akibat peristiwa

China’s Black Monday (CBM) yang terjadi di China.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tidak

melakukan corporate action pada periode peristiwa di Bursa Efek Indonesia dan

dibagi menjadi 9 sektor. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data

adalah metode sensus, maka jumlah populasi yang diteliti adalah 532 perusahaan

yang terbagi dalam 9 sektor. Data penelitian merupakan data sekunder berupa data

harga saham yang diperoleh dari data publikasi harga saham yang terdapat pada

website resmi Bursa Efek Indonesia. Metode analisis data yang digunakan adalah

metode studi peristiwa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 Indeks Sektoral yang diteliti

terjadi reaksi pasar yang signifikan pada 8 Indeks Sektoral akibat peristiwa CBM.

Indeks yang bereaksi adalah Sektor Pertanian; Aneka Industri; Industri Dasar dan

Kimia; Industri Barang Konsumsi; Properti dan Real Estate; Transportasi dan

Infrastruktur; Keuangan; dan Perdagangan, Jasa dan Investasi sedangkan sektor

yang tidak bereaksi adalah sektor pertambangan. Pasar bereaksi cepat dan tepat

terhadap peristiwa CBM karena reaksi terjadi pada dua spot waktu di sekitar hari

peristiwa dan memiliki arah negatif. Pasar yang bereaksi cepat dan tepat dapat

diartikan bahwa pasar sudah efisien secara informasi dan keputusan. Reaksi pasar

yang terjadi dapat dijelaskan dengan signalling theory dimana peristiwa CBM

memberikan sinyal kepada investor bahwa perekonomian China dalam kondisi

buruk.

Kata kunci: Abnormal Return, China’s Black Monday, Event Study, Indeks

Sektoral, Signalling Theory

ii

ABSTRACT

MARKET REACTION AS A RESULT OF CHINA'S BLACK MONDAY IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE

China is the second largest economy in the world. China's economic

conditions may affect the economic conditions of other countries. On August 24,

2015 there has been a decline in stock prices worst in China called China's Black

Monday (CBM). These events have an impact on a lot of capital markets in the

world including Indonesia. The purpose of this study is to analyze the reaction of

the market in the Indonesia Stock Exchange as a result of the events of China's

Black Monday (CBM)

The population in this study are all companies that do not do corporate

action in the event period in the Indonesia Stock Exchange. the population is

divided into 9 sectors. The method used to collect data is census method. the

number of the population studied were 532 companies divided into 9 sectors. The

research data is secondary data obtained from the official website of the

Indonesia Stock Exchange. The data analysis method used is event study.

The results showed that there is a significant market reaction on 8 Sectoral

Index due to CBM. The index is reacted Agriculture Sector; Various Industries;

Basic Industry and Chemistry; Consumer Goods industry; Property and Real

Estate; Transport and Infrastructure; Finance; and Trade, Services and

Investment sector while unreacted is the mining sector. The market reacted

quickly and appropriately to events of CBM since the reaction occurs in two spots

around the time of the event and had a negative direction. The market reacted

quickly and correctly can mean that the market is efficient information and

decisions. Market reaction that occurs can be explained by the signaling theory

where CBM provides a signal to investors that China's economy is in bad

condition.

Keywords: Abnormal Return, China’s Black Monday, Event Study, Sectoral

Indices, Signalling Theory

iii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM .............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS....................................................... iii

SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT .................................................. iv

UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................ v

ABSTRAK ........................................................................................................ vii

ABSTRACT ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 12

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 13

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Investasi ................................................................................................. 14

2.2. Risk – Return Trade Off ........................................................................ 15

2.3. Pasar Modal Efisien .............................................................................. 16

2.4. Signaling Theory ................................................................................... 17

2.5. Event Study ............................................................................................ 18

2.5.1. Jenis Studi Peristiwa .................................................................... 19

2.5.1.1. Studi peristiwa konvensional ......................................... 19

2.5.1.2. Studi peristiwa kluster ................................................... 19

2.5.1.3. Studi peristiwa tak terduga ............................................ 20

2.5.1.4. Studi peristiwa berurutan ............................................... 20

2.5.2. Tujuan studi peristiwa .................................................................. 20

2.5.2.1. Pengujian teoritis ........................................................... 20

2.5.2.2. Pengujian respon pasar .................................................. 21

2.5.2.3. Pengujian abnormal return ............................................ 21

2.5.3. Return Saham ............................................................................... 21

iv

2.5.3.1. Realized Return .............................................................. 22

2.5.3.2. Expected Return ............................................................. 22

1) Mean Adjusted Model ............................................... 22

2) Market Model ............................................................ 23

3) Market Adjusted Model ............................................. 23

2.6. Studi peristiwa tak terduga (unanticipated event) .......................... 24

2.7. Abnormal Return ............................................................................ 25

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

3.1. Kerangka Berpikir dan Konseptual ................................................ 26

3.2. Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa China’s Black Monday ............. 29

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian .................................... 37

4.2. Variabel Penelitian ......................................................................... 38

4.2.1. Identifikasi Variabel ........................................................... 38

4.2.2. Definisi Operasional Variabel ............................................ 38

4.3. Pengumpulan Data ......................................................................... 39

4.3.1. Jenis dan Sumber Data ....................................................... 39

4.3.2. Populasi Penelitian ............................................................. 40

4.3.3. Cara Pengumpulan Data .................................................... 41

4.4. Metode Analisis Data ..................................................................... 41

4.4.1. Perhitungan actual Return, expected Return, Abnormal

Return ................................................................................. 42

4.4.2. Pengujian statistik terhadap abnormal return .................... 43

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian .............................................................................. 45

5.1.1. Deskripsi Objek Penelitian ................................................... 45

5.1.2. Analisis Deskriptif ................................................................ 46

5.1.3. Pengujian Hipotesis .............................................................. 51

5.2. Pembahasan .................................................................................... 53

5.3. Implikasi Penelitian ........................................................................ 57

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan ........................................................................................ 58

6.2. Saran ............................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 60

v

DAFTAR GAMBAR

No Nama Gambar Halaman

1.1 Grafik Pertumbuhan Produk Domestik Bruto China Tahun

2005-2015 .............................................................................................3

3.1 Kerangka Berpikir ...............................................................................26

vi

DAFTAR TABEL

No Nama Tabel Halaman

4.1 Jumlah Perusahaan Pada Indeks Sektoral ...........................................40

5.1 Hasil Analisis Deskriptif Abnormal Return Indeks Sektoral di

Bursa Efek Indonesia (minimum dan maximum) ...............................46

5.2 Hasil Analisis Deskriptif Abnormal Return Indeks Sektoral di

Bursa Efek Indonesia (mean dan std. deviation) .................................49

5.3 Signifikansi Abnormal Return ketika Periode Peristiwa pada

Indeks Sektoral ....................................................................................51

vii

DAFTAR LAMPIRAN

No Nama Lampiran Halaman

1 Daftar Kode Perusahaan dan Harga Saham di Sektor

Pertambangan pada Periode Peristiwa China’s Black Monday ..........64

2 Daftar Kode Perusahaan dan Harga Saham di Sektor Pertanian

pada Periode Peristiwa China’s Black Monday ..................................66

3 Daftar Kode Perusahaan dan Harga Saham di Sektor Sektor

Industri Dasar dan Kimia pada Periode Peristiwa China’s Black

Monday ...............................................................................................67

4 Daftar Kode Perusahaan dan Harga Saham di Sektor Aneka

Industri pada Periode Peristiwa China’s Black Monday.....................69

5 Daftar Kode Perusahaan dan Harga Saham di Sektor Industri

Barang Konsumsi pada Periode Peristiwa China’s Black

Monday ...............................................................................................71

6 Daftar Kode Perusahaan dan Harga Saham di Sektor Properti

dan Real Estate pada Periode Peristiwa China’s Black Monday ........73

7 Daftar Kode Perusahaan dan Harga Saham di Sektor

Transportasi dan Infrastruktur pada Periode Peristiwa China’s

Black Monday .....................................................................................75

8 Daftar Kode Perusahaan dan Harga Saham di Sektor Keuangan

pada Periode Peristiwa China’s Black Monday ..................................77

9 Daftar Kode Perusahaan dan Harga Saham di Sektor

Perdagangan, Jasa dan Investasi pada Periode Peristiwa China’s

Black Monday .....................................................................................80

10 Hasil Analisis Deskriptif Abnormal return Indeks Sektoral di

Bursa Efek Indonesia ..........................................................................84

11 Signifikansi Abnormal return di Periode Peristiwa pada Indeks

Sektoral ...............................................................................................85

viii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Investasi merupakan pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan

keuntungan di masa depan. Investasi memiliki keterkaitan yang erat dengan

konsumsi karena penundaan konsumsi sekarang dapat diartikan sebagai investasi

dimasa mendatang (Jogiyanto, 2010). Tujuan dilakukannya konsumsi adalah

untuk mendapatkan kepuasan dengan memanfaatkan sumber daya. Jika beberapa

unit konsumsi dipindahkan ke investasi diharapkan kepuasan yang diterima

adalah sebesar konsumsi yang dikorbankan untuk beberapa waktu. Dibutuhkan

aktiva produktif yang dapat mengubah satu unit konsumsi yang dikorbankan

menjadi lebih dari satu unit konsumsi di masa yang akan datang.

Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi investor untuk berinvestasi

pada aktiva keuangan. Produk yang diperjualbelikan di pasar modal adalah saham,

derivatif, dan surat utang. Saham adalah aktiva keuangan yang paling sering

diperjualbelikan di Pasar Modal. Di Indonesia, Bursa Efek Indonesia (BEI)

merupakan fasilitator bagi perdagangan saham perusahaan yang terdaftar di BEI

dengan 534 perusahaan yang tercatat pada Juli 2016 (IDX, 2016). Naik turunnya

harga instrumen keuangan dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah

kondisi perekonomian global.

Kondisi ekonomi global memiliki dampak terhadap Pasar Modal di berbagai

negara. Dampak ini disebabkan karena kondisi ekonomi global dapat

ix

mempengaruhi prospek ekspor perusahaan, kompetisi harga dengan pesaing, atau

laba yang didapat dari investasi luar negeri (Bodie et al., 2014). Prospek ekspor,

harga, dan laba sangat berpengaruh terhadap nilai perusahaan sehingga harga

saham perusahaan akan mengalami perubahan apabila variabel tersebut

dipengaruhi oleh suatu peristiwa internasional. Perubahan ini terjadi terutama

ketika ada major economic event (Huyghebaert et al., 2010). Peristiwa China’s

black monday yang terjadi di tahun 2015 merupakan peristiwa internasional yang

termasuk major economic event.

China saat ini menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi (Walker,

2015). Berdasarkan data yang diririlis World Bank (2016) , trend pertumbuhan

PDB China mengalami penurunan sejak peristiwa Subprime Mortgage di

Amerika pada tahun 2008 yang menyebabkan pasar modal dunia bereaksi. Data

yang dirilis World Bank (2016) menunjukkan sejak tahun 2005 pertumbuhan

Produk Domestik Bruto (PDB) China selalu mengalami peningkatan tiap

tahunnnya. Tahun 2005 China mencatat pertumbuhan PDB sebesar 11,4%. Pada

Tahun 2006 dan 2007 pertumbuhan PDB China meningkat dengan persentase

12,7 % pada tahun 2006, dan 14,2% pada tahun 2007, tetapi pada tahun 2008

terjadi penurunan pertumbuhan PDB hingga dibawah 10% menjadi sebesar 9,6%.

Grafiknya dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut :

x

Gambar 1.1

Grafik Pertumbuhan Produk Domestik Bruto China Tahun 2005-2015

Sumber : World Bank, 2016 (data diolah)

Kejadian penurunan ini bertepatan dengan peristiwa krisis Subprime

Mortgage yang melanda Amerika Serikat pada tahun 2008 yang mengakibatkan

kepanikan pasar modal dunia. Penurunan pertumbuhan berlanjut di tahun 2009

menjadi 9,2%. Tahun 2010 pertumbuhan PDB mengalami kenaikan menjadi

10,6%. Setelah tahun 2010 pertumbuhan PDB China mengalami tren penurunan

hingga tahun 2015. Tahun 2011 persentase pertumbuhan PDB China hanya

sebesar 9,5%, tahun 2012 sebesar 7,8%, tahun 2013 sebesar 7,7%, tahun 2014

7,3%, dan tahun 2015 6,9%. Fenomena ini menunjukkan bahwa China mengalami

perlambatan ekonomi.

Perlambatan ekonomi China telah mengakibatkan kekhawatiran global akan

kesehatan perekonomian China. Puncaknya adalah ketika jatuhnya harga saham di

Bursa China dan mengakibatkan penurunan harga saham di pasar global. On

Monday August 24th

China’s Xinhua TV announced “Black Monday” on Twitter

(Coppola, 2015). Pada hari Senin 24 Agustus 2015 telah terjadi penurunan harga

xi

saham terparah di Bursa Shanghai China sebesar 8,5%, dimana telah terjadi aksi

jual besar-besaran. Penurunan saham terparah ini terakhir terjadi pada tahun 2007

(Bloomberg, 2015). Beberapa media online internasional seperti Time (2015),

Fortune (2015), Independent (2015), dan BBC (2015) menyebut ini sebagai

peristiwa “Black Monday”.

Peristiwa China’s black monday menyebabkan pasar global bereaksi. Di

Eropa, Indeks FTSE 100 London turun 2,6% pada perdagangan Senin pagi,

sementara pasar-pasar utama di Prancis dan Jerman kehilangan hampir 3% (BBC,

2015). Di Amerika, Indeks Dow Jones sempat turun sampai 1.000 poin sebelum

pulih kembali pada 15.871,35 atau turun 3,6%. Sementara itu S&P 500 ditutup

dengan penurunan 3,9% di level 1.893,21 dan Nasdaq turun 3,8% dengan

penutupan pada 4.038,6 (BBC, 2015). Di Asia, Bursa Nikkei di Jepang

mengalami penurunan 3% ke 17.970,32. Di Korea Selatan, Indeks Kospi turun

0,5% ke 1.821,49 sementara di Australia, indeks S&P ASX/200 turun 0,8% ke

5.001,90 (BBC, 2015). Di Indonesia, IHSG turun 3,97% ke 4163,73.

Trend IHSG selama periode peristiwa China’s Black Monday adalah

sebagai berikut: Pada tanggal 24 Agustus 2015 IHSG ditutup melemah 3,97%

akibat pelemahan di China penurunan ini merupakan penurunan IHSG tertajam

yang terakhir terjadi pada Agustus 2013. Pada tanggal 25 Agustus 2015 IHSG

mengalami kenaikan 1,56% ke level 4.228,50. Sejumlah bursa Asia masih

tertekan menjadi sentimen negatif yang berlawanan dengan reaksi atas rencana

buyback saham emiten BUMN dan emiten lainnya. Pada tanggal 26 Agustus 2015

Indeks menguat naik 0,22% ke level 4.237,73. Pada tanggal 27 Agustus 2015

xii

IHSG mengalami kenaikan 4,55% ke level 4.430,63. Pada tanggal 28 Agustus

IHSG menguat 0,35% ke level 4.446,20.

Menurut Coppola (2015), peristiwa China’s Black Monday mirip seperti

peristiwa Black Monday di Amerika Serikat pada tanggal 28 Oktober 1929. Pada

saat itu pasar jatuh hampir mencapai 13% dimana sebelumnya telah terjadi

beberapa kali penurunan saham yang tajam. Pada tahun 1929 pertumbuhan

ekonomi Amerika sangat cepat akibat berkembangnya banyak industri, mirip

dengan China. Pertumbuhan industri di negara China tumbuh dengan cepat.

mendorong masyarakat keluar dari sektor pertanian dan perkebunan (agriculture)

menuju manufaktur.

Pesatnya pertumbuhan China bukan berasal dari utang luar negeri namun

berasal dari ekspansi besar-besaran ekspor yang menyebabkan surplus neraca

perdagangan dan menjadikan China sebagai kreditur global (Coppola, 2015)

Tingginya utang di dalam China, baik itu utang perusahaan maupun utang

pemerintah menyebabkan pertumbuhan China melambat, utang menjadi buruk,

dan adanya ketidakpastian yang meningkat. Kehilangan kendali dari sistem

keuangan domestik menyebabkan ketidakstabilan dan jatuhnya suplai uang.

Kondisi pasar yang tidak stabil membuat pelaku pasar panik dan melakukan aksi

jual untuk melindungi aset mereka yang menyebabkan jatuhnya harga saham di

China.

Dampak jatuhnya saham di China terasa di Indonesia karena China dan

Indonesia memiliki hubungan kerjasama ekonomi. Sejarah hubungan kerjasama

Indonesia dan China telah berlangsung sejak tahun 2002. Kerjasama ini

xiii

ditunjukkan dari kesepakatan kerjasama ACFTA atau ASEAN – China Free

Trade Area yang dilakukan Indonesia bersama negara ASEAN lainnya pada tahun

2002 hingga sekarang. Kerjasama ini berawal dari adanya perencanaan dalam

kesatuan bidang ekonomi ASEAN, yaitu integrasi ekonomi yang diharapkan

tercapai pada tahun 2015, salah satunya diwujudkan melalui penerapan kegiatan

perdagangan bebas atau free trade oleh ASEAN (Siwi, 2013).

Seiring berkembangnya waktu perdagangan bebas ini tidak hanya dilakukan

sebatas dengan negara-negara ASEAN saja, tetapi juga dengan negara di luar

ASEAN. China telah menjadi sorotan utama ASEAN dalam perdagangan bebas,

sehingga dibentuk kesepakatan baru yang disebut ACFTA atau ASEAN – China

Free Trade Area (Siwi,2013). Kesepakatan kerjasama Indonesia dan China

melalui ACFTA menyebabkan nilai ekspor dan impor Indonesia dengan China

mendominasi Neraca Perdagangan Indonesia. Nilai ekspor ke China menempati

posisi kedua dengan nilai ekspor US$17.605,9 juta pada tahun 2014 (BPS, 2016).

Sedangkan untuk nilai impor, China menempati urutan pertama dengan nilai

impor US$30 624,3 juta pada tahun 2014 (BPS, 2016).

Ekspor Indonesia ke China didominasi ekspor barang komoditas sehingga

sektor pertambangan dan perdagangan memiliki peran besar terhadap ekspor ke

China. Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Viva (2011) memperkirakan bahan

tambang dan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih akan

mendominasi ekspor Indonesia ke China. Kebutuhan yang besar terhadap kedua

komoditas tersebut menyebabkan permintaan importir China masih akan tinggi.

xiv

Selain dua komoditas itu terdapat komoditas lain yang menjadi incaran pebisnis

China adalah karet dan nikel.

Berdasarkan analisis perbandingan kondisi dengan skema tarif ACFTA dan

hasil simulasi kondisi tanpa skema tarif ACFTA selama periode pengamatan 1

Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2011, dapat diartikan bahwa ACFTA

berpengaruh pada peningkatan kontribusi ekspor bagi pendapatan nasional dan

persentase pertumbuhannya (Setiawan, 2012). Gejolak ekonomi di China dapat

menyebabkan penurunan ekspor Indonesia ke China akibat dari turunnya

permintaan barang dan jasa dari China. Penurunan ekspor berpengaruh pada

turunnya pendapatan perusahaan di Indonesia.

Pengaruh peristiwa internasional seperti China’s black monday terhadap

pasar modal dicerminkan oleh reaksi pasar yang terjadi pada pasar modal

tersebut. Reaksi pasar modal terjadi akibat informasi yang masuk ke pasar yang

akhirnya direspon oleh investor. Informasi ini dapat dijelaskan melalui Teori

Sinyal atau Signaling Theory. Signaling Theory menyatakan bahwa setiap event

atau corporate action terkait dengan sebuah perusahaan memiliki potensi muatan

informasi sebagai suatu sinyal (Fahmi, 2013). Peristiwa China’s black monday

memberikan sinyal kepada dunia bahwa ini merupakan akhir dari siklus

pertumbuhan China yang sangat cepat (Coppola, 2015).

Informasi ini menyebabkan reaksi yang dapat dijelaskan oleh teori pasar

modal efisien. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga

keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia,

maka kondisi pasar seperti ini disebut dengan pasar efisien (Jogiyanto, 2010).

xv

Event study diperlukan untuk mempelajari reaksi pasar terhadap suatu informasi.

Studi Peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar

terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu

pengumuman (Jogiyanto, 2010). Event study dapat dijadikan sarana untuk

menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan dapat digunakan

dalam menguji pasar dalam bentuk setengah kuat.

Efisiensi pasar dapat diuji dengan melihat return tak wajar atau abnormal

return (Jogiyanto, 2010). Abnormal return adalah selisih dari return yang

diekspektasikan dengan return yang terealisasi. Pengujian adanya abnormal

return tidak dilakukan untuk tiap-tiap sekuritas, tetapi dilakukan secara agregat

dengan menguji rata-rata abnormal return seluruh sekuritas secara cross-section

untuk tiap-tiap hari di periode peristiwa (Jogiyanto, 2010). Pengujian statistik

dilakukan untuk melihat signifikansi dari abnormal return. Signifkansi yang

dimaksud adalah bahwa abnormal return tersebut secara statistik signifikan tidak

sama dengan nol (Jogiyanto, 2010).

Penelitian mengenai dampak peristiwa internasional terhadap pasar modal

sudah pernah diteliti di berbagai negara. Mahmood et al., (2011) meneliti dampak

2 krisis Global yang terjadi pada rentan waktu 1997-1999 dan 2007-2009 terhadap

pasar modal China. Hasilnya terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pasar

saham China akibat peristiwa Krisis Ekonomi rentang waktu 1997-1999 dan

2007-2009. Jain et al., (2013) melakukan penelitian dengan tujuan untuk

mempelajari bentuk lemah dari efisiensi pasar modal India selama periode krisis

keuangan global dalam bentuk random walk. Hasil penelitian menunjukkan

xvi

bahwa pasar saham India adalah efisien dalam bentuk lemah selama periode

resesi.

Kumar (2013) meneliti dampak terorisme terhadap pasar modal global dan

hasilnya adalah pasar modal bereaksi terhadap aksi terorisme. Ferstl et al., (2012)

meneliti dampak dari bencana nuklir Jepang di Fukushima-Daiichi pada harga

saham harian dari perusahaan nuklir dan energi alternatif di Prancis, Jerman,

Jepang, dan AS. Hasil menunjukkan abnormal return yang signifikan bagi

perusahaan-perusahaan nuklir Jepang selama satu minggu jendela peristiwa dan

empat minggu pasca jendela peristiwa berikutnya. Sementara saham perusahaan

nuklir dan energi alternatif Perancis dan Jerman menunjukkan abnormal return

yang signifikan selama jendela peristiwa.

Goodell and Bodey (2012) meneliti dampak pemilihan Presiden Amerika

terhadap pasar saham Amerika. Menggunakan data pasar elektronik, penelitian ini

meneliti faktor-faktor penentu parsial dari price-earnings ratios (P/E) dari

Graham selama siklus pemilihan presiden AS. Hasilnya, pasar secara

mengejutkan merespon dengan penurunan rasio P/E. Joshipura (2013) meneliti

reaksi harga saham berdekatan dengan pengumuman bonus pada hari efektif

dalam masa pasca krisis keuangan global. Penelitian ini menunjukkan

pengumuman abnormal return yang positif signifikan secara statistik.

Bekaert et al., (2011) melakukan penelitian menggunakan krisis keuangan

2007-2009 sebagai laboratorium, dengan menganalisis transmisi krisis untuk

portofolio ekuitas negara-industri di 55 negara. Hasilnya ditemukan bukti

penularan sistematis dari pasar AS dan dari sektor keuangan global, tetapi dengan

xvii

efek yang sangat kecil. Luchtenberg and Seiler (2014) meneliti keterkaitan antara

pasar real estate dan pasar saham sebelum dan sesudah delisting nya Lehman

Brothers untuk menentukan apakah krisis keuangan memiliki efek pada tingkat

integrasi diantara pasar tersebut. Hasilnya adalah return real estate mempengaruhi

return pasar saham.

Ahmad et al., (2014) melakukan penelitian mengenai efek penularan dari

krisis yang dialami Yunani, Irlandia, Portugal, Spanyol dan Italia dan dampak

dari pasar saham Amerika Serikat pada pasar saham di tujuh zona Euro dan enam

pasar saham non-zona Euro. Hasilnya adalah pada saat periode krisis zona Euro,

hasil empiris menunjukkan bahwa antara pasar saham kelima negara tersebut,

Spanyol, Italia, Portugal dan Irlandia memiliki dampak paling menular untuk

zona euro dan pasar non-zona Euro. Studi ini menemukan bahwa Perancis,

Belgia, Austria dan Jerman di zona Euro dan Inggris, Swedia dan Denmark di

non-zona Euro sangat terkena dampak peristiwa krisis.

Khajar (2015) Meneliti mengenai efek negatif krisis keuangan global 2008

pada pasar modal global, dengan melibatkan Pasar Modal Indonesia (IHSG).

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara

simultan dari bursa saham global terhadap IHSG, ada tiga bursa saham dunia

(DJI, FTSE dan HSI) yang secara signifikan mempengaruhi IHSG. Ramiah (2012)

meneliti pengaruh The Boxing Day Tsunami terhadap pasar modal negara yang

terkena dampak tsunami. Hasilnya adalah tidak terdapat pengaruh yang signifikan

bencana Tsunami terhadap kegiatan pasar modal negara-negara yang terkena

xviii

bencana. Angelovska (2011) meneliti dampak “name issue” pada Pasar Modal

Macedonian. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pasar Macedonia.

Penelitian dampak peristiwa internasional terhadap pasar modal yang

dilakukan di berbagai negara memiliki hasil yang beragam. Penelitian yang

dilakukan Mahmood et al., (2011), Kumar and Liu (2013), Ferstl et al., (2012) ,

Jain et al., (2013), Goodell and Bodey (2012), Joshipura (2013), Bekaert et al.,

(2011), Luchtenberg and Seiler (2014), Ahmad et al., (2014), dan Khajar (2015)

menunjukkan bahwa peristiwa internasional memiliki pengaruh signifikan

terhadap pasar modal, sedangkan penelitian yang dilakukan Ramiah (2012), dan

Angelovska (2011) menunjukkan bahwa peristiwa internasional tidak memiliki

dampak yang signifikan terhadap pasar modal

China’s black Monday adalah peristiwa internasional yang dampaknya

dirasakan di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Sebagai negara yang

terintegrasi dengan ekonomi global, Indonesia sulit untuk menghindari dampak

dari peristiwa internasional tersebut. Penelitian yang dilakukan untuk menguji

dampak peristiwa internasional terhadap pasar modal menunjukkan hasil yang

beragam. Hal ini menunjukkan tidak semua peristiwa internasional berdampak

pada pasar modal. Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan penelitian

mengenai dampak China’s black Monday terhadap pasar modal Indonesia.

Penelitian ini dilakukan pada indeks sektoral agar dapat diketahui sektor yang

terkena dampak akibat peristiwa China’s black Monday.

Penelitian ini menggunakan Market Adjusted Model untuk mengestimasi

return ekspektasian. Alasan menggunakan Market Adjusted Model adalah

xix

menurut Brown and Warner (1985) dalam Ranjeeni and Sharma (2015)

menemukan bahwa pada studi peristiwa yang menggunakan data harian, model ini

memiliki kinerja yang baik dan powerful digunakan pada waktu peristiwa (event

date) yang dikelompokkan. Model ini juga digunakan pada kondisi dimana tidak

fisibel untuk mendapatkan periode estimasi sebelum kejadian yang digunakan

pada parameter model normal (MacKinlay, 1997)

Penelitian ini menggunakan jendela peristiwa 5 hari yaitu 1 hari saat

peristiwa, dan 4 hari sesudah China’s black Monday. Jendela waktu 5 hari

digunakan agar dapat mengendalikan informasi lain di sekitar tanggal kejadian

yang dapat merusak hasil penelitian (Ranjeeni and Sharma, 2015) . Tanggal

pengamatan dimulai pada 24 Agustus 2015 sampai 28 Agustus 2015 dengan

menggunakan harga saham penutupan pada seluruh perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia yang terbagi dalam 9 sektor. Uji statistik digunakan untuk

melihat sektor mana yang terkena dampak dari China’s black Monday.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, adapun rumusan masalah penelitian ini adalah

apakah terdapat reaksi pasar akibat peristiwa China’s black Monday pada masing-

masing indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia ?

xx

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji

reaksi pasar akibat peristiwa China’s black Monday pada masing-masing indeks

sektoral di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan, maka penelitian ini

diharapkan untuk memberikan kegunaan sebagai berikut:

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai reaksi

pasar terhadap peristiwa China’s black Monday khususnya pada indeks sektoral.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi pelaku pasar

modal dalam mengambil keputusan terkait investasi yang dilakukan di Bursa Efek

Indonesia apabila terjadi peristiwa internasional seperti China’s black Monday

dan menambah informasi investor sehingga meminimalkan risiko yang akan

ditanggung nantinya.