_acara 4 fix eve
DESCRIPTION
BTLMTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara agraris, karena mempunyai areal pertanian
yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai
petani, akan tetapi dewasa ini lahan-lahan pertanian yang ada di Indonesia
semakin sempit khususnya lahan produktif. Hal ini terjadi karena peningkatan
pengembangan sektor industri yang menyebabkan alih fungsi lahan pertanian
menjadi kawasan industri. Oleh karena itu, perlu dilakukan ekstensifikasi untuk
memperoleh lahan pertanian baru. Dan salah satu peluangnya adalah pemanfaatan
lahan pasir pantai.
Lahan pasir pantai sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi lahan
pertanian. Mengingat luas lahan pantai sangat luas dan belum termanfaatkan
secara optimal. Total panjang garis pantai Indonesia adalah 99.093 Km. Lahan
pasir pantai merupakan lahan marjinal yang memiliki produktivitas rendah.
Produktivitas lahan pasir pantai yang rendah disebabkan oleh faktor pembatas
yang berupa kemampuan memegang dan menyimpan air rendah, infiltrasi dan
evaporasi tinggi, kesuburan dan bahan organik sangat rendah dan efisiensi
penggunaan air rendah.
Perbaikan beberapa sifat tanah pasir pantai pada lahan pertanian yang
didominasi oleh partikel pasir pada daerah–daerah yang beriklim kering yang
digunakan sebagai daerah pengembangan budidaya pertanian sangat penting
dilakukan, yaitu untuk meningkatkan kemampuan tanah dalam mempertahankan
ketersediaan unsur hara dan air bagi tanaman. Salah satu strategi untuk
meningkatkan sifat–sifat tanah tersebut adalah dengan penambahan arang aktif.
Arang aktif merupakan salah satu perlakuan yang telah dirasakan
manfaatnya dalam perbaikan sifat – sifat tanah baik sifat fisik, kimia dan biologi
tanah. Secara fisik memperbaiki struktur tanah, menentukan tingkat
perkembangan struktur tanah dan berperan pada pembentukan agregat tanah,
meningkatkan daya simpan lengas. Dengan demikian lengas tanah terawetkan
yang berarti lengas tidak mudah hilang dari dalam tanah.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara pemberian arang paa tanah
pasir pantai dan untuk mengetahui pengaruh pemberian arang pada tanah pasir
pantai terhadap pertumbuhan tanaman
II. TINJAUAN PUSTAKA
Masalah utama pemanfaatannya untuk kegiatan pertanian pada lahan pasir
pantai adalah rendahnya kandungan bahan organik dan unsur hara, struktur tanah
yang sangat lepas, rendahnya kapasitas memegang air, dan adanya cekaman
salinitas. Di samping itu, intensitas sinar matahari dan suhu yang tinggi, serta
angin yang berhembus membawa uap garam menyebabkan kesulitan dalam
memilih tanaman yang dibudidayakan(Parwata,2014).
Perbaikan beberapa sifat tanah pasir pantai pada lahan pertanian yang
didominasi oleh partikel pasir pada daerah–daerah yang beriklim kering yang
digunakan sebagai daerah pengembangan budidaya pertanian sangat penting
dilakukan, yaitu untuk meningkatkan kemampuan tanah dalam mempertahankan
ketersediaan unsur hara dan air bagi tanaman. Salah satu strategi untuk
meningkatkan sifat–sifat tanah tersebut adalah dengan penambahan bahan
organik(Surya,2014).
Bahan organik merupakan salah satu pembenah tanah yang telah dirasakan
manfaatnya dalam perbaikan sifat – sifat tanah baik sifat fisik, kimia dan biologi
tanah. Secara fisik memperbaiki struktur tanah, menentukan tingkat
perkembangan struktur tanah dan berperan pada pembentukan agregat tanah
(Rajiman, dkk 2008), meningkatkan daya simpan lengas karena bahan organik
mempunyai kapasitas menyimpan lengas yang tinggi (Rajiman, dkk 2008).
Dengan demikian lengas tanah terawetkan yang berarti lengas tidak mudah hilang
dari dalam tanah. Sugito, dkk (1995) menyatakan bahwa bahan organik koloidal
lebih efektif daripada lempung sebagai penyebab pembentukan agregat yang stabil
dengan pasir.
Salah satu alternatif yang dapat dikembangkan dan mempunyai
prospek sebagai bahan pembenah tanah untuk memperbaiki kondisi lahan yang
rusak dan kritis adalah dengan memperbaiki kesuburan tanah yang dapat
dilakukan dengan menggunakan/penambahkan arang baik pada tingkat semai
di persemaian maupun di lapangan sehingga tanah tidak mengalami
kekurangan hara akibat pemanenan dan selalu siap sebagai media tumbuh
tanaman. Menurut Gusmailina et al.(2000) keuntungan yang akan diperoleh
dengan pemberian arang antara lain : memperbaiki sirkulasi air dan udara di
dalam tanah sehingga dapat merangsang pertumbuhan akar serta memberikan
habitat yang baik untuk pertumbuhan tanaman; mampu meningkatkan pH
tanah yang akan memperbaiki sirkulasi air dan udara serta berfungsi sebagai
media untuk mengikat karbon dalam tanah (Herdiana et al. 2008);
memudahkan terjadinya pembentukan dan peningkatan jumlah spora baik ekto
maupun endomikoriza.
Beberapa penelitian menunjukkan penambahan arang sebagai soil
conditioning memberikan respon yang positif terhadap pertumbuhan tanaman.
Gusmailina et al. (2000) menambahkan 20% arang kulit kayu tusam dan
30% arang kulit Acacia mangium mendapatkan pertambahan diameter batang
semai Eucalyptus urophyllaselama 4.5 bulan sebesar 0.56 cm dan pertambahan
tinggi sebesar 16.75% dan 16.96%.
Upaya perbaikan faktor-faktor pembatas dapat dilakukan dengan pemberian
biochar. Biochar berfungsi sebagai amelioran (pembenah) tanah yaitu menjamin
kelembaban tanah karena daya retensi air besar (Laird et al., 2010), mengurangi
mobilitas hara N, pelindian P akibat limpasan permukaan, meningkatkan KPK dan
pH tanah (Cheng et al., 2007).
Biochar merupakan arang hayati hasil pirolisis (pembakaran) tidak
sempurna tanpa oksigen atau dengan oksigen rendah, disebut arang hayati karena
berasal dari biomasa tanaman (pertanian, perkebunan, dan kehutanan). Biochar
bermutu ditentukan oleh bahan baku dan proses pirolisis. Kompisisi biochar;
heteroatom, diantaranya carbon 15-70% (Lehmann & Joseph, 2009), hara makro
(N, P, K, Ca, Mg) dan mikro (Zn, Cu, Mn), kalsit (CaCO3) (Amonnette &
Joseph, 2009), permukaannya dikelilingi oleh gugus fungsional (Cheng et al.,
2007; Shen at al., 2008) yang bersifat ampoter. Amelioran biochar tahan lama
setelah aplikasi dapat meningkatkan kesuburan dan memulihkan kerusakan
(degradasi) tanah. Selain itu biochar mengurangi pencemaran lingkungan dari
timbunan biomasa pertanian serta mengurangi emisi karbondioksida.
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Praktikum Pemberian Arang Pada Pasir Pantai alat-alat yang digunakan
pada praktikum ini adalah alat tulis, ember, polybag, dan timbangan. Bahan-bahan
yang digunakan adalah pasir pantai, arang sekam, arang kayu, NPK mutiara, air,
dan benih kangkung.
B. Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Pasir pantai ditimbang sebanyak 5kg dan dimasukkan kedalam polybag.
Polybag yang diisi pasir sebanyak 20 polybag.
3. Pasir yang telah ada di polybag dicampur arang sekam dan arang kayu.
4. Dilakukan ulangan sebanyak 4 kali dengan perlakuan Kontrol, AS¹, AS², AK¹,
dan AK².
5. Setelah 10 hst diberi pupuk NPK mutiara dengan dosis 25gram.
6. Pengamatan dilakukan 13 kali selama 26 hari.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Terlampir
B. PEMBAHASAN
Dalam bidang pertanian, arang digunakan untuk :
1. Media pembibitan lebih subur
2. Merangsang aktivitas mikroba
3. Meningkatkan kelembaban dan menyediakan bahan unsur hara
4. Menyerap air dan membuat peredaran udara lebih baik
5. Pertumbuhan akar halus dan lebih banyak
6. Memperpendek masa pembibitan
7. Menghasilkan buah lebih banyak
8. Akarnya tumbuh lebih dalam dan banyak
9. Memperkecil kematian bibit
Dalam memperbaiki kondisi tanah arang berguna untuk :
1. Tata cara penggunaan tambahan arang pada tanah mirip dengan cara
pembakaran lading.
2. Mengkondisikan agar siap ditanami
3. Dalam musim hujan, daya serap terhadap air meningkat dan Dalam musim
kemarau, daya menyalurkan air meningkat
4. pH tanah meningkat
5. Pori-pori arang menangkap dan menyimpan gizi untuk kesuburan tanaman
6. Memungkinkan mikroorganisme hidup
7. Menetralisir kandungan racun/gas
8. Merangsang pertumbuhan akar-akar halus
9. Merangsang tanaman untuk tumbuh subur, kokoh, lebih cepat dan sehat
dengan daun yang lebih hijau
Dalam tanah, biochar menyediakan habitat bagi mikroba tanah, tapi tidak
dikonsumsi dan umumnya biochar yang diaplikasikan dapat tinggal dalam
tanah selama ratusan atau bahkan ribuan tahun. Dalam jangka panjang
biochar tidak mengganggu keseimbangan karbon-ni trogen, tapi bisa menahan
dan menjadikan air dan nutrisi lebih tersedia bagi tanaman. Bila digunakan
sebagai pembenah tanah bersama pupuk organik dan inorganik, biochar
dapat meningkatkan produktivitas, serta retensi dan ketersediaan hara bagi
tanaman(Gani,2009)..
Apliksasi biochar (arang kayu atau karbon hitam yang didapat dari
biomassa) ke tanah dianggap sebagai suatu pendekatan yang baru dan
unikuntuk menjadikan suatu penampung (sink) bagi CO2 udara dalam jangka
panjang pada ekosistem darat. Di samping efek positifnya untuk mengurangi
emisi dan menambah pengikatan gas rumah kaca, aplikasi biochar ke tanah
akan memberikan keuntungan melalui peningkatan produksi tanaman dan
kesuburan tanah(Gani,2009).
Menurut Arafan dan Sirappa (2003) menyatakan bahwa pemberian pupuk
organik berupa jerami pada musim tanam pertama belum memberikan
pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi, namun
ada kecenderungan pertumbuhan dan hasil tanaman yang menggunakan bahan
organik lebih tinggi dibanding tanpa pupuk organik baik secara tunggal
maupun interaksinya dengan pupuk N, P, dan K. Kombinasi antara fosfat
alam dan arang sekam dapat dijadikan sebagai pupuk alternatif pengganti
pupuk TSP dan KCl dalam pertanaman padi sawah (Purba, 2005). Hal ini
disebabkan karena sekitar 80 % kalium yang diserap tanaman berada dalam
jerami (Tambunan, 2015). Dengan kandungan hara K, N, P, dan S dalam
jerami adalah K (1,2-1,7 %), N (0,5-0,8 %), P (0,07-0,12 %), dan S (0,05-0,10 %)
(Barus, 2011). Menurut Masulili, et al(2010) menyatakan bahwa penggunaan
arang (biochar) sebagai amandemen untuk perbaikan tanah sawah mampu
meningkatkan C-organik tanah sebesar 4,09% dibandingkan abu sekam yang
hanya 2,78%.
Arang tempurung kelapa umumnya mempunyai luas permukaan dalam
antara 500-1500 m2/g sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel
yang sangat halus. Begitu pula dengan arang sekam padi, dapat memiliki luas
permukaan dalam antara 300-2000m2/g (Soemeinaboedhy,2007). Sifat penting
arang kayu adalah kerapatan totalnya antara 1,38-1,46 g/cm3 ; porositasnya 70%;
permukaan dalam 50 m3/g; berat bagian terbesar antara 80-220 kg/m2; kandungan
karbon 80-90%; kandungan abu 1-2%; dan zat mudah menguap antara 10-18%
(Soemeinaboedhy,2007).
Arang kayu merupakan arang yang bahan baku utamanya yaitu kayu
sedangkan arang sekam merupakan arang yang bahan baku utamanya yaitu
sekam. Tahap-tahap untuk membuat arang sekam dan arang kayu sama saja.
Tahap tersebut terdiri dari tiga tahap, yaitu : (Pari,2006)
1. Dehidrasi: proses penghilangan air. Bahan baku dipanaskan sampai temperatur
170 °C.
2. Karbonisasi: pemecahan bahan-bahan organik menjadi karbon. Pembentukan
karbon terjadi pada temperatur 400 – 600 0C. Temperatur diatas 170 °c akan
menghasilkan CO, CO2 dan asam asetat. Pada temperatur 275 °C,
dekomposisi menghasilkan tar, metanol dan hasil sampingan lainnya.
3. Aktifasi: dekomposisi atau penguraian dari arang dan perluasan pori-pori.
Dapat dilakukan dengan uap atau CO2 sebagai aktifator.
Proses pembuatan arang aktif, proses pembuatan arang aktif dapat dibagi
dua: (Bachtiar,2007)
1. Proses Kimia: bahan baku dicampur dengan bahan-bahan kimia tertentu,
Selanjutnya bahan tersebut dibentuk menjadi batangan dan dikeringkan serta
dipotong-potong. Aktifasi dilakukan pada temperature 100°c. Arang aktif
yang dihasilkan, dicuci dengan air selanjutnya dikeringkan pada temperatur
300 °c. Dengan proses kimia, bahan baku dapat dikarbonisasi terlebih dahulu,
kemudian dicampur dengan bahan-bahan kimia.
2. Proses Fisika: bahan baku terlebih dahulu dibuat arang. Selanjutnya arang
tersebut digiling, diayak untuk selanjutnya diaktifasi dengan cara pemanasan
pada temperatur 1000 °c yang disertai 31 pengaliran uap. Proses fisika banyak
digunakan dalam aktifasi arang antara lain:
a. Proses Briket: bahan baku atau arang terlebih dahulu dibuat briket,
dengan cara mencampurkan bahan baku atau arang halus dengan ter.
Kemudian, briket yang dihasilkan dikeringkan pada 550°c untuk
selanjutnya diaktifasi dengan uap.
b. Destilasi kering: merupakan suatu proses penguraian suatu bahan akibat
adanya pemanasan pada temperatur tinggi dalam keadaan sedikit udara
maupun tanpa udara.
Cara pembuatan arang baik arang sekam maupun arang kayu :
(Bachtiar,2007)
1. Siapkan drum atau satu lubang dalam tanah yang cukup untuk memuat bahan
baku arang, biasanya mengunakan kayu, tempurung sawit, tempurung kelapa
dan lain-lain.
2. bahan yang akan dibakar dimasukkan dalam lubang atau drum yang terbuat
dari plat besi.
3. Api pembakaran dinyalakan untuk membakar bahan baku
4. pada saat pembakaran, drum atau lubang ditutup sehingga hanya ventilasi
yang dibiarkan terbuka. lni bertujuan sebagai jalan keluarnya asap. Drum
Pembakar Arang
5. Ketika asap yang keluar berwarna kebirubiruan, ventilasi ditutup dan
dibiarkan selama kurang lebih kurang 8 jam atau satu malam. Dengan hati-hati
lubang atau drum dibuka dan dilihat apakah masih ada bara yang menyala.
Jika masih ada yang menyala lubang atau drum ditutup kembali.
6. Tidak dibenarkan mengggunakan air untuk mematikan bara yang sedang
menyala, karena dapat menurunkan kualitas arang.
Pengaruh penggunaan arang sekam meningkatkan laju pertumbuhan tinggi
tanaman serta bobot tanaman segar meningkat dibanding menggunakan kontrol.
Hal ini sesuai dengan Masulili, et al (2010) menyatakan bahwa penggunaan
arang (biochar) sekam sebagai amandemen untuk perbaikan tanah mampu
meningkatkan C-organik tanah sebesar 4,09%. Sedangkan pengaruh penggunaan
arang kayu meningkatkan laju pertumbuhan tinggi tanaman serta bobot tanaman
segar dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Namun, jika dibandingkan dengan
perlakuan arang sekam. Perlakuan arang kayu dibawah arang sekam.
Hasil praktikum acara 4 ini didapatkan pada uji annova bahwa pemberian
arang baik arang sekam maupun arang kayu dapat meningkatkan bobot tanaman
segar secara tidak berbeda nyata. Namun hal tersebut tidak terjadi pada tinggi
tanaman. hasil uji lanjut di dapatkan hasil yang tidak berbeda nyata antara
pemberian perlakuan arang dengan variabel bobot tanaman segar dan perlakuan
yang paling baik yaitu AS2. Hal ini tidak sesuai dengan Tambunan (2015),
dimana pemberian limbah panen padi cenderung meningkatkan C-organik
tanah, namun masih dalam keadaaan status hara yang sangat rendah dan rendah.
Hal ini dikarenakan kompos jerami, arang jerami, dan arang sekam secara
berturut-turut memiliki kadar C-organik yang sedang, rendah, dan rendah yakni
13,12%, 2,83%, dan 2,64%, sehingga diduga belum dapat secara maksimal
untuk meningkatkan kadar C-organik tanah. Sedangkan Sifat penting arang kayu
adalah kerapatan totalnya antara 1,38-1,46 g/cm3 ; porositasnya 70%; permukaan
dalam 50 m3/g; berat bagian terbesar antara 80-220 kg/m2; kandungan karbon 80-
90%; kandungan abu 1-2%; dan zat mudah menguap antara 10-18%
(Soemeinaboedhy,2007).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Cara pemberian arang pada lahan pasir pantai yaitu dengan mencampur arang
dengan media tanam hingga merata
2. Hasil praktikum acara 4 ini didapatkan pada uji annova bahwa pemberian
arang baik arang sekam maupun arang kayu dapat meningkatkan bobot
tanaman segar secara tidak berbeda nyata. Namun hal tersebut tidak terjadi
pada tinggi tanaman. hasil uji lanjut di dapatkan hasil yang tidak berbeda
nyata antara pemberian perlakuan arang dengan variabel bobot tanaman segar
dan perlakuan yang paling baik yaitu AS2.
B. Saran
Pelaksanaan praktikum sesuai jadwal yang sudah ditetapkan dari bapendik,
screen house dibuka lebih pagi dan lebih lama dari jam 6.00 pagi hingga jam 6.00
sore.
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar DM, Ulfah Hidayati, Anggara Widjajanto.2007. Kegunaan Arang. Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman,Trawas, Mojokerto.
Barus, J. 2011. Uji Efektivitas Kompos Jerami dan Pupuk NPK terhadap Hasil Padi. J. Agrivigor 10 (3): 247-252.
Cheng. C.H., J. Lehmann & M. H. Engelhard. 2007. Natural Oxidation of Black Carbon in Soils: Changes in Molecular Form and Surface Charge Along a Climosequence,Geochimica et Cosmochimica Acta 72:1598–1610.
Gani, Anischan.2009. Potensi Arang Hayati “Biochar” sebagai Komponen T eknologi Perbaikan Produktivitas Lahan Pertanian. Iptek Tanaman Pangan Vol. 4 No. 1 hal. 33-48
Gusmailina, Gustan P, Sri K, Tati R. 2000. Alternatif Arang Aktif sebagai Soil Conditioning pada Tanaman. Buletin Penelitian Hasil Hutan Vol 19 (3) : 185-199
Gusmailina, Gustan P, Sri K. 2002. Aplikasi arang Kulit Kayu sebagai Campuran Media Tumbuh Anakan Aucalyptus urophylla dan Acacia mangium. Buletin Hasil Hutan Vol.20 (5) : 333-351
Herdiana, N., H. Siahaan, T. Rahman S. 2008. Pengaruh Arang Kompos dan Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan Kayu Bawang. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 5 No. 3 : 139-146
Karyaningsih, Ika.2009. Pembenah Tanah Dan Fungi Mikorhiza Arbuskula (Fma) Untuk Peningkatan Kualitas Bibit Tanaman Kehutanan Pada Areal Bekas Tambang Batubara. Thesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Latuponu H., Dj. Shiddieq, A. Syukur dan E. Hanudin.2012. Pemanfaatan Limbah Sagu Sebagai Bahan Aktif Biochar Untuk Meningkatkan P Tersedia Dan Pertumbuhan Jagung Di Ultisol. Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 12 Nomor 2, hal 136 – 143
Lehmann J. 2007. Bio-energy in the Black.Department of Crop and Soil Sciences . Ecol Environ 2007; 5(7): 381–387.
Lehmann. J. & S. Joseph. 2009. Biochar for Environmental Management. First published by Earthscan in the UK and USA in 2009. p 416.
Liang. B., J. Lehmann, J.D. Solomon, J. Kinyangi, J. Grossman, B. O’Neill, J.O. Skjemstad, J. Thies, F.J. Luiza˜o, J. Petersen & E.G. Neves. 2006. Black Carbon Increases Cation Exchange Capacity in Soils. Soil Sci. Soc. Am. J.. 70:1719-1730.
Masulili, A., Utomo, W.H. and Syekhfani. 2010. Rice husk biochat for rice based cropping system in acid soil 1. The charactedstics of rice husk biochar and its influence on the properties of acid sulfate soils and rice growth in West Kalimantan, Indonesia. Joumal of Agriculture Science.
Miles, T . 2009. Use of biochar (charcoal) to replenish soil carbon pools, restoresoil fertility and sequester CO2. Submitted on Wed, 2009-01-14 by the United Nations Convention to Combat Desertification 4thSession of the Ad Hoc Working Group on Long-term Cooperative Action under the Convention (AWG-LCA 4), Poznan 1-10 December 2008.
Pari, G dan Djeni Hendra. 2006. Pengaruh Lama Waktu Aktivasi Dan Konsentrasi Asam Fosfat Terhadap Mutu Arang Aktif Kulit Kayu Acacia mangium. Jurnal Penelitian Hasil Hutan vol 1 no. 1 hlm 1-22
Parwata, I Gusti Made Arya, Didik Indradewa , Prapto Yudono , Bambang Djadmo Kertonegoro , dan Rukmini Kusmarwiyah.2014. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) terhadap Cekaman Kekeringan di Lahan Pasir Pantai pada Tahun Pertama Siklus Produksi. J. Agron. Indonesia 42 (1) : 59 - 65
Purba, S. R. 2005. Pemupukan Tanaman Padi Sawah Dengan Menggunakan Azolla, Fosfat Alam, Dan Arang Jerami Padi Sebagai Pupuk Alternatif NPK. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Rajaguguk, Bostang. 2008. Overview Rehabilitasi Lahan Tambang. Pusat Kajian Rehabilitasi Lahan Tambang, Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta
Rondon, M., J. Lehmann, J. RamÌrez, and M. Hurtado. 2007. Biological Nitrogen Fixation By Common Beans (Phaseolus vulgaris L.) Increases With Biochar Additions. Biology and Fertility in Soils 43: 699-708
Shen W., Z. Li, Y. Liu. 2008. Surface Chemical Fungtional Groups Modification of Porous Carbon. Recent Patents on Chemical Engineering. 1. 27-40.
Soemeinaboedhy, I.N. dan R. Sri Tejowulan. 2007. Pemanfaatan Berbagai Macam Arang Sebagai Sumber Unsur Hara P Dan K Serta Sebagai Pembenah Tanah. Agroteksos Vol.17 No.2 hlm 114-122.
Surya, A.Z. HSB, Gunawan Budiyanto, Dan Mulyono.2010. Pemanfaatan Bahan Organik Dalam Perbaikan Beberapa Sifat Tanah Pasir Pantai Selatan Kulon Progo. Thesis. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.
Tambunan, D. P. Br, Hamidah Hanum dan , Abdul Rauf.2015. Aplikasi limbah panen padi dan pupuk kalium untuk meningkatkan hara kalium dan pertumbuhan serta produksi kedelai (Glycine max (L.) Merrill.) Jurnal Online Agroekoteaknologi . Vol.3, No.2 : 696- 702
LAMPIRAN