acara 7
TRANSCRIPT
VII. KLASIFIKASI IKLIM
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Di alam unsur - unsur iklim tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi. Dengan kata lain perilaku salah satu
unsur iklim di suatu wilayah atau tempat merupakan resultant dari
bermacam - macam unsur iklim lainnya. Meskipun pola perilaku iklim di
bumi cukup rumit, tetapi ada kecenderungan bahwa karakteristik dan pola
tertentu dari unsure - unsur iklim di berbagai daerah yang letaknya saling
berjauhan sekalipun, menunjukkkan perilaku yang serupa apabila faktor
utamanya sama. Faktor utama tersebut dapat berupa salah satu unsure iklim
(pengendali) atau letak geografisnya.
Keadaan iklim tiap wilayah seperti daerah dinggin, daerah panas, gurun,
stepa atau hutan tropis ternyata tersebar di berbagai tempat sehingga
membutuhkan suatu sistem penamaan untuk kelompok - kelompok yang
sama tersebut. Sistem penamaan terhadap pokok bahasan dalam setiap
cabang ilmu yang mendasarkan pada sifat-sifat yang sama atau
persamaannya kita kenal sebagai sistem klasifikasi. Seperti halnya pada
cabang ilmu lain misalnya ilmu tanah, botani, dan entomologi dalam
membahas formulasi - formulasi kesamaan tentang sifat unsur-unsur iklim
di suatu wilayah sehingga dapat dikelompokkan menjadi kelas-kelas iklim.
dengan demikian pada hakekatnya kegunaan klasifikasi iklim adalah suatu
metode untuk memperoleh efisiensi informasi dalam bentuk yang umum
dan sederhana. oleh karena itu analisis statik unsur-unsur iklim dapat
dilakukan umtuk menjelaskan dan memberi batas pada tipe-tipe iklim secara
kuantitatif, umum, dan sederhana.
Seperti halnya klasifikasi dalam cabang lain maka dalam bidang iklim
pun terdapat beberapa macam klasifikasi. Setiap klasifikasi dibuat
berdasarkan tujuan tertentu dari pembuatnya. Dengan luas cakupan
80
81
wilayahnya mulai dari yang terbatas (lebih kecil dari negara) sampai yang
luas (regional atau dunia).
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum agroklimatologi acara klasifikasi iklim ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk mahasiswa dapat mengklasifikasikan
iklim berdasarkan data curah hujan selama 10 tahun.
3. Waktu dan Tempat Pelaksananan
Praktikum agroklimatologi acara klasifikasi iklim ini dilaksanakan pada
tanggal 14 April – 12 Mei 2012 (menyesuaikan shift). Bertempat di Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Unsur - unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas
merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering
dipakai adalah suhu dan curah hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya
sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk
pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang spesifik
tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya
memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung
mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang - bidang tersebut (Lakitan,
2002).
Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperatur
dan curah hujan. Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di
muka bumi yang didasarkan kepada lima prinsip kelompok nabati (vegetasi).
Kelima kelompok iklim ini dilambangkan dengan lima huruf besar dimana
tipe iklim A adalah tipe iklim hujan tropik (tropical rainy climates), iklim B
adalah tipe iklim kering (dry climates), iklim C adalah tipe iklim hujan suhu
sedang (warm temperate rainy climates), iklim D adalah tipe iklim hutan
bersalju dingin (cold snowy forest climates) dan iklim E adalah tipe iklim
kutub (polar climates) (Anonima, 2010).
82
Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan
besarnya curah hujan. Hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan
dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan basah
apabila curah hujan >100 mm per bulan. Bulan lembab bila curah hujan bulan
berkisar antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm per
bulan (Laan, 2007).
Schmidt - Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang
tumbuh di tipe iklim tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat
basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis. Tipe iklim B (basah) jenis
vegetasinya adalah hutan hujan tropis. Tipe iklim C (agak basah) jenis
vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan
daunnya dimusim kemarau. Tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan
musim. Tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan sabana. Tipe iklim
F (kering) jenis vegetasinya hutan savana. Tipe iklim G (sangat kering) jenis
vegetasinya padang ilalang. Tipe iklim H (ekstrim kering) jenis vegetasinya
adalah padang ilalang (Setiawan, 2010).
Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada
jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan
tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara
berturut-turut. Kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan
sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi
bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk
mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan
sebesar 220 mm/bulan. Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air untuk
tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga
menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai
curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering
apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm (Sinta, 2005).
C. Alat dan Cara Kerja
83
1. Klasifikasi iklim menurut Schmidht – Ferguson:
a. Mengklasifikasian iklim menurut Schmidht - Ferguson ini berdasarkan
pada nisbah bulan basah dan bulan kering.
b. Mencari rat-rata bulan kering atau bulan basah dalam klasifikasi iklim
Schmidht - Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah atau
frekuensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan
dengan banyaknya tahun pengamatan.
c. Tidak menghitung bulan lembab dalam penggolongan ini.
d. Persamaan yang dikemukakan Schimdh-Ferguson adalah:
Q =
rata−rata .bulan . ker ingr ata-rata bulan basah
x 100%
Tabel 7.1 Klasifikasi iklim menurut Schmidh-Ferguson
Tipe iklim Q (%)A (sangat basah) 0 – 14,3B (basah) 14,3 – 33,3C ( agak basah) 33,3 – 60D (sedang) 60 – 100E (agak kering) 100 – 167F (kering) 167 – 300G (sangat kering) 300 – 700H (luar biasa kering) Lebih dari 700
Sumber : Buku Petunjuk Praktikum
2. Klasifikasi Iklim menurut Oldeman
A. Klasifikasi yang dilakukan oleh Oldeman berdasarkan pada jumlah
kebutuhan air oleh tanaman.
B. Menyusun tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang
berlangsung secara berturut-turut.
C. Menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai
curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering
apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.
84
Tabel 7.2 Klasifikasi iklim menurut Oldeman
Zona CriteriaA BB lebih dari 9kali berturut-turutB BB 7- 9 kali berturut-turutC BB 5-6 kali berturut-turutD BB 3-4 kali berturut-turutE BB kurang dari 3 kali
Sumber : Buku Petunjuk Praktikum
D. Hasil Pengamatan
Tabel 7.4.1 Data Curah Hujan Bulanan Rata-Rata Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar Tahun 1999-2011
Bulan 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Januari 322 231 369 339 356 262 229 401 148 142 510 565 383Februari 406 389 278 331 349 286 284 350 531 268 188 311 380Maret 264 539 492 226 271 225 272 101 317 595 275 533 456April 113 415 248 126 62 79 162 259 479 135 277 363 448Mei 51 96 66 104 22 25 Luber 141 47 56 160 329 202Juni 74 28 80 Luber 12 2 118 Luber 80 0 105 140 0Juli 3 0 88 0 0 47 100 5 11 0 39 161 161Agustus 11 50 0 6 0 0 0 0 0 0 0 107 0September 0 51 42 0 0 0 41 24 0 0 0 337 9Oktober 149 324 311 49 102 27 189 0 142 342 116 229 132November 250 186 228 114 269 248 220 87 250 450 189 367 252Desember 400 99 102 390 226 436 394 309 783 212 133 318 399
Sumber : PUSLITBANG FP UNS
Tabel 7.4.2 Data Curah Hujan Rata-rata Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar Tahun 1999-2011 Menurut Schmitd-Ferguson
Ket 19992000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 20082009 2010 2011 Rata-rata
BK 4 4 2 4 5 6 2 4 4 5 3 0 3 3,54BB 7 6 7 8 6 5 10 7 7 7 9 12 9 7,69BL 1 2 3 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 -
Sumber : Laporan Sementara
Analisis Data
Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt-Fergusson
Rata – rata BK = 4513
= 3,5 = 4
Rata – rata BB = 9913
= 7,6= 8
85
Q = 48
x100 %
= 0.5 (Tipe iklim agak basah)
Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman
= 3+6+4+2+3+4+5+5+4+3+2+2+4+2+5+9+2
17= 3,82= 4 (Zona D)
Curah Hujan Menurut Oldeman
Tahun1999= 2043
12= 170,25
Tahun 2000= 2408
12= 200,6
Tahun 2001= 2304
12 = 192
Tahun 2002= 2685
12 = 223,75
Tahun 2003= 1669
12 = 139,09
Tahun 2004= 1637
12 = 136,41
Tahun 2006= 2677
12 = 223, 06
Tahun 2007= 2788
12 = 232,3
Tahun 2008= 2200
12 = 103,3
Tahun 2009= 1992
12 = 165
Tahun 2010= 3760
12=313,37
Tahun 2011= 2822
12= 275, 17
Tabel 7.4.3 Data Curah Hujan Bulanan Stasiun Meteorologi Sanden Tahun 1987-1996 Menurut Mohr
Tahun JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
1987 325 178 290 29 3 94 0 0 0 0 38 1421988 238 108 393 63 291 299 299 23 23 103 52 4281989 384 273 354 162 408 94 3 25 25 9 30 2811990 279 137 145 81 100 60 25 54 37 64 217 2351991 216 471 176 193 24 78 132 90 90 78 532 3011992 247 276 162 125 85 90 58 35 56 72 15 2041993 466 149 68 142 152 5 22 52 45 74 286 1001994 333 376 500 133 63 115 11 20 40 320 214 4841995 586 287 326 144 18 399 11 17 10 31 376 1921996 683 172 155 9 28 6 21 16 54 25 343 89CH tot 3757 2427 2569 1081 1172 1240 582 332 380 776 2103 2456Rerata CH 375.7 242.7 256.9 108.1 117.2 124 58.2 33.2 38 77.6 210.3 245.6DKB BB BB BB BB BB BB BK BK BK BL BB BB
Sumber : Laporan Sementara
86
Jumlah BB = 8
Jumlah BL = 1
Jumlah BK = 3
Tabel 7.4.4 Data Curah Hujan Bulanan Stasiun Meteorologi Sanden Tahun 1987-1996 Menurut Oldeman
Tahun JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
1987 325 178 290 29 3 94 0 0 0 0 38 1421988 238 108 393 63 291 299 299 23 23 103 52 4281989 384 273 354 162 408 94 3 25 25 9 30 2811990 279 137 145 81 100 60 25 54 37 64 217 2351991 216 471 176 193 24 78 132 90 90 78 532 3011992 247 276 162 125 85 90 58 35 56 72 15 2041993 466 149 68 142 152 5 22 52 45 74 286 1001994 333 376 500 133 63 115 11 20 40 320 214 4841995 586 287 326 144 18 399 11 17 10 31 376 1921996 683 172 155 9 28 6 21 16 54 25 343 89CH tot 3757 2427 2569 1081 1172 1240 582 332 380 776 2103 2456Rerata CH 375.7 242.7 256.9 108.1 117.2 124 58.2 33.2 38 77.6 210.3 245.6DKB BB BB BB BL BL BL BK BK BK BK BB BB
Sumber : Laporan Sementara
Jumlah BB Berurutan = 5
Jumlah BK Berurutan = 4
87
Tabel 7.4.5 Data Curah Hujan Bulanan Stasiun Meteorologi Sanden Tahun 1987-1986 Menurut Schimdt-Fergusson
Tahun JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES BK BB
1987 325 178 290 29 3 94 0 0 0 0 38 142DKB BB BB BB BK BK BL BK BK BK BK BK BB 7 41988 238 108 393 63 291 299 299 23 23 103 52 428DKB BB BB BB BL BB BB BB BK BK BB BK BB 3 81989 384 273 354 162 408 94 3 25 25 9 30 281DKB BB BB BB BB BB BL BK BK BK BK BK BB 5 61990 279 137 145 81 100 60 25 54 37 64 217 235DKB BB BB BB BL BL BL BK BK BK BL BB BB 3 51991 216 471 176 193 24 78 132 90 90 78 532 301DKB BB BB BB BB BK BL BB BL BL BL BB BB 1 71992 247 276 162 125 85 90 58 35 56 72 15 204DKB BB BB BB BB BL BL BK BK BK BL BK BB 4 51993 466 149 68 142 152 5 22 52 45 74 286 100DKB BB BB BL BB BB BK BK BK BK BL BB BL 4 51994 333 376 500 133 63 115 11 20 40 320 214 484DKB BB BB BB BB BL BB BK BK BK BB BB BB 3 81995 586 287 326 144 18 399 11 17 10 31 376 192DKB BB BB BB BB BK BB BK BK BK BK BB BB 5 71996 683 172 155 9 28 6 21 16 54 25 343 89DKB BB BB BB BK BK BK BK BK BK BK BB BL 7 4
Sumber : Laporan Sementara
Analisis Data
Jumlah BK = 42, rerata 4.2
Jumlah BB = 59, rerata 5.9
Q = 4.2/5.9 = 0.71 0.6 ≤ Q ≤1.0 => D Klas Iklim Sedang
88
Tabel 7.4.6 Data Curah Hujan Rata-rata Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar Tahun 1999-2011 Menurut Oldeman
Tahun Hasil (mm/thn)
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
170,25
200,6
192
223,75
139,09
136,41
250,75
223,08
232,3
103,3
165
313,37
275,17
Sumber : Laporan Sementara
89
E. Pembahasan
Schmidt-Ferguson menggolongkan iklim didasarkan banyaknya curah
hujan tiap-tiap bulan dengan membandingkan jumlah bulan kering dengan
jumlah bulan basah dalam satu tahun. Oleh sebab itu menurutnya, bahwa iklim
dibagi menjadi dua golongan, yaitu sebagai berikut: Bulan kering (BK), yaitu
curah hujan yang sampai ke permukaan bumi kurang dari 60 mm; Bulan basah
(BB), yaitu curah hujan yang sampai kepermukaan bumi lebih dari 60 mm.
Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah
kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe
iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara berturut-
turut.
Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim
merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yang
terjadi dalam setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah
bulan kering berturut-turut dalam setahun. Pemberian nama Zone iklim
berdasarkan huruf yaitu zone A, zone B, zone C, zone D dan zone E sedangkan
pemberian nama sub zone berdasarkan angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3 sub 4
dan sub 5. Hubungan antara Oldeman dan Schmidt-Ferguson dalam
pengklasifikasiannnya sama-sama menentukan bulan basah dan bulan kering
dalam setahun untuk menentukan tipe iklim. Menurut Oldeman
pengklasifikasian iklim berdasarkan jumlah kebutuhan air oleh tanaman.
Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlangsung
berturut - turut dalam setahun kemudian digolongkan ke dalam beberapa zona.
Berbeda halnya menurut Schmidht - Ferguson yang penyusunan tipe iklim
lebih banyak digunakan untuk iklim hutan yang membandingkan rata-rata
jumlah frekuensi bulan kering dengan bulan basah.
Penentuan bulan basah, bulan kering dan bulan lembab menurut Oldeman
adalah:
Bulan basah = x > 200 mm
Bulan lembab = 100 mm < x > 200 mm
Bulan kering = x < 100 mm
90
Penentuan bulan basah, bulan kering dan bulan lembab menurut Schmidht-
Ferguson adalah:
Bulan basah = x > 100 mm
Bulan lembab = 60 mm < x > 100 mm
Bulan kering = x < 60 mm
Diketahui dalam praktikum ini diperoleh data curah hujan bulanan rata-
rata di Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar tahun 1999–2011.
Menurut Oldeman rata-rata curah hujan selama 12 tahun terakhir di Kecamatan
Jumantono diperoleh data yaitu bulan basah terjadi 6 kali, bulan lembab terjadi
6 kali dan bulan kering terjadi 0 kali. Sedangkan menurut Schmidht - Ferguson
rata-rata curah hujan selama 12 tahun taerakhir di Kecamatan
JumantonoKabupaten Karanganyar tahun 1999–2011 diperoleh data yaitu
bulan basah terjadi 8 kali, bulan kering terjadi 4 kali dan bulan lembab tidak
terjadi sama sekali. Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim antara lain adalah:
1. Suhu/temperatur
2. Sinar matahari
3. Curah hujan
4. Topografi
5. Suhu permukaan laut
6. Kelembaban
7. Tekanaan
F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum acara klasifikasi iklim maka
dapat disimpulkan bahwa :
a. Menurut Schmidh-Ferguson tipe iklim Kecamatan Gondangrejo
Kabupaten Karanganyar termasuk tipe iklim agak basah.
b. Menurut Schmidh-Ferguson tipe iklim di kota X termasuk tipe iklim
agak basah.
c. Menurut Schmidh-Ferguson tipe iklim Kecamatan Jenawi termasuk tipe
iklim basah.
91
d. Menurut Schmidh-Ferguson tipe iklim Kecamatan Ngargoyoso termasuk
tipe iklim basah.
e. Menuru Oldeman di kecamatan Gondangrejo, Jenawi, dan Kecamatan
Ngargoyoso termasuk kelas/ zona iklim B karena BB 7-9 kali berturut-
turut.
f. Menuru Oldeman di Kota X termasuk kelas/ zona iklim D karena BB 3-4
kali berturut-turut.
2. Saran
a. Praktikum kali ini melibatkan semua praktikan dalam pengamatan
praktikum agar lebih mengerti dan mudah dipahami oleh praktikan.
b. Praktikan dilibatkan dalam pengamatan yang dilakukan oleh Co-Ass
sehingga praktikan mempunyai pengalaman tentang pengamatan data
curah hujan di BMG setempat.
92
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Klasifikasi Iklim Koppen. http://Wikipedia.or.id. Diakses pada tanggal 14 April 2012.
Laan. 2007. Klasifikasi Iklim. http://mbojo.wordpress.com. Diakses pada tanggal 14 April 2012.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar KlimatologiI. Raja Grafindo Persada,Null.
Setiawan. 2010. Klasifikasi Iklim. http://www.bisograpics.com. Diakses pada
tanggal 14 April 2012.
Sinta. 2005. Dampak Variabilitas Iklim Terhadap Produksi Pangan Di Sumatra. Jurnal Sains Dirgantara Vol.2 (2), Hal: 20-29.