action rerearch

14
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Fokus penelitian ini adalah pengembangan budaya toleransi melalui pendidikan agama Islam berbasis multikultural di SMA Negeri 1 Amlapura Bali. Mengingat penelitian ini mengarah pada tindakan untuk itu penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan (action research). Kurt Lewin menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah suatu proses yang memberikan suatu kepercayaan kepada pengembangan kekuatan berfikir reflektif, diskusi, penentuan keputusan dan tindakan oleh orang-orang biasa, berpartisipasi dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam kegiatannya. 109 Menurut Kurt Lewin konsep pokok penelitian tindakan ada empat yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. 110 Penelitian ini adalah penelitian tindakan partisipan yaitu penelitian yang mengharuskan peneliti terlibat langsung baik jiwa maupun raga dalam proses penelitian dari awal. 111 Menurut Geoffery E. Mills menjelaskan bahwa dalam penelitian tindakan mempunyai empat konsep kunci: 1. Penelitian tindakan bersifat partisipatif dan demokratis. 2. Penelitian tindakan responsif terhadap masalah-masalah sosial dan berlangsung dalam suatu konteks. 3. Penelitian tindakan membantu peneliti pelaksana (guru, dosen dan lainnya) untuk menguji dan menjamin cara-cara pelaksanaan pekerjaan profesional sehari-hari. 109 Nana Syaodih Sukmana, Metode Penelitian Tindakan, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007, hlm. 142 110 H.M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas (Malang: UIN Malang Press, 2008) hlm. 64 111 Suwarsih Madya, Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research), Bandung, Alfabeta, Cet. Ke-2, 2007, hlm. 69

Upload: raden-gelap-ngampar

Post on 23-Oct-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Action Rerearch

TRANSCRIPT

Page 1: Action Rerearch

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Fokus penelitian ini adalah pengembangan budaya toleransi melalui pendidikan agama

Islam berbasis multikultural di SMA Negeri 1 Amlapura Bali. Mengingat penelitian ini

mengarah pada tindakan untuk itu penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

tindakan (action research). Kurt Lewin menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah suatu

proses yang memberikan suatu kepercayaan kepada pengembangan kekuatan berfikir

reflektif, diskusi, penentuan keputusan dan tindakan oleh orang-orang biasa, berpartisipasi

dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam kegiatannya. 109

Menurut Kurt Lewin konsep pokok penelitian tindakan ada empat yaitu perencanaan,

tindakan, pengamatan dan refleksi.110 Penelitian ini adalah penelitian tindakan partisipan yaitu

penelitian yang mengharuskan peneliti terlibat langsung baik jiwa maupun raga dalam proses

penelitian dari awal.111

Menurut Geoffery E. Mills menjelaskan bahwa dalam penelitian tindakan mempunyai

empat konsep kunci:

1. Penelitian tindakan bersifat partisipatif dan demokratis.

2. Penelitian tindakan responsif terhadap masalah-masalah sosial dan berlangsung dalam suatu

konteks.

3. Penelitian tindakan membantu peneliti pelaksana (guru, dosen dan lainnya) untuk menguji

dan menjamin cara-cara pelaksanaan pekerjaan profesional sehari-hari.

109 Nana Syaodih Sukmana, Metode Penelitian Tindakan, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007, hlm.

142 110 H.M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas (Malang: UIN Malang Press, 2008) hlm. 64 111 Suwarsih Madya, Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research), Bandung, Alfabeta,

Cet. Ke-2, 2007, hlm. 69

Page 2: Action Rerearch

4. Pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian tindakan (dalam pendidikan) dapat

memberikan kebebasan kepada siswa, guru, administrator dan meningkatkan proses belajar,

pengajaran dan penentuan kebijakan.112

Adapun jenis penelitian yang akan diterapkan adalah penelitian tindakan sekolah

(PTS), sebagaimana diungkapkan oleh Mulyasa, bahwa penelitian tindakan sekolah (PTS)

merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja sistem pendidikan, dan mengembangkan

manajemen sekolah agar menjadi lebih produktif, efektif, dan efisien. Dengan bersandar pada

pendapat Stringer yang mengartikan penelitian tindakan sebagai ”diciplined inquiry

(research) which seeks focused efforts to improve the quality of people’s organizational,

community and faily lives”.113

Dari pengertian tersebut dapat difahami, bahwa dalam penelitian tindakan sekolah

harus ada dua kata kunci, yaitu pemecahan masalah (problem solving) dan peningkatan

(improving) kinerja sistem pendidikan serta manajemen sekolah, yang secara keseluruhan

akan berdampak pada peningkatan mutu. Dengan demikian kehadiran penelitian tindakan

sekolah harus dilandasi oleh adanya alasan; (1) dirasa adanya masalah pada sebuah sistem

pendidikan atau manajemen sekolah, (2) prestasi kerja (achievement) sistem pendidikan dan

manajemen sekolah menurun atau tidak optimal sehingga menghambat peningkatan mutu.

Adapun pentingnya penelitian tindakan sekolah (PTS) secara lebih rinci Mulyasa

mengidentifikasikan sebagai berikut:

1. Hasil PTS dapat digunakan untuk menciptakan perbaikan iklim sekolah yang kondusif

secara berkesinambungan.

2. Memecahkan masalah pendidikan atau manajemen sekolah, yang seringkali muncul

berupa kasus dan bersifat lokal; baik masalah yang dihadapi oleh kepala sekolah, guru

maupun peserta didik; ketika penelitian formal tidak bisa memecahkannya.

112 Suwarsih Madya, Teori ., hlm. 143 113 H.E. Mulyasa, Penelitian Tindakan Sekolah ( Bandung: PT Remaja Rosdakrya, 2009), hlm. 9

Page 3: Action Rerearch

3. Membiasakan pengawas, kepala sekolah, dan guru, serta orang-orang yang terlibat dalam

pengembangan manajemen sekolah untuk melakukan penelitian dan bekerja secara ilmiah,

logis, dan sistematis berdasarkan hasil-hasil penelitian.

4. Menanamkan sikap ilmiah, jujur, dan sikap demokratis di kalangan warga sekolah.

5. Mengembangkan rencana pengembangan sekolah (RPS) secara berkala dan

berkesinambungan.

6. PTS merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari manajemen berbasis

sekolah.

7. PTS dapat dijadikahn sebagai ajang pengembangan diri peserta didik, baik melalui

kegiatan muatan lokal, ekstra kurikuler, maupun bimbingan dan konseling.

8. Hasil PTS dapat dijadikan sebagai landasan pengembangan kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP), mengidentifikasi kompetensi, menjabarkan indikator hasil belajar,

serta mengembangkan silabus sesuai dengan kebutuhan daeah, kondisi sekolah, dan

karakteristik peseta didik.

9. Hasil PTS dapat digunakan sebagai dasar pengembangan kompetesi peserta didik dalam

bidang kewirausahaan, untuk membangun pribadi yang mandiri dan betanggung jawab.

10. Hasil PTS dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan ketenagaan,

mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, rekrutmen, pemberian hadiah dan sangsi

(reward and punishment), hubungan kerja, sampai evaluasi kinerja personel sekolah

(guru, tenaga administrasi, pustakawan).

11. Hasil PTS dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengelolaan sarana dan sumber

belajar, mulai dari pengadaan, pemelilharaan dan perbaikan, samapi pengembangan.

12. Hasil PTS dapat dijadikan dasar dalam memberikan layanan kepada peserta didik, mulai

dari penerimaan, pengembangan, pebinaan, pembimbingan.

Page 4: Action Rerearch

13. PTS dapat dijadikan sebagai ajang untuk meningkatkan kesadaran pemahaman,

keterlilbatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan masyarakat terutama dukungan

moral dan finansial.114

B. Subyek Penelitian

Penelitian tindakan ini dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Mei 2010 dan sebagai

populasi dan sampel penelitian ini adalah siswa Muslim kelas X semester II SMA Negeri 1

Amlapura tahun ajaran 2009/2010.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), karena melibatkan semua siswa

Muslim kelas X di SMA Negeri 1 Amlapura yang tersebar secara paralel di beberapa kelas

seperti kelas XB adalah dua orang, Kelas XD adalah tiga orang, Kelas XE adalah tiga orang,

XF adalah tiga orang dan XG adalah satu orang jadi semua berjumlah dua belas orang (seperti

pada lampiran 8).115 Tindakan yang dilakukan akan memberikan kontribusi tentang

pemahaman nilai-nilai multikultural bagi seluruh kelas X yang ada baik siswa Muslim, Hindu,

Kristen, Katolik dan Budha.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian berupa penelitian tindakan direncanakan mulai pada bulan maret sampai

bulan Mei dengan 2 kali siklus dan setiap siklus terdiri dari tiga kali tatap muka dan

pengamatan pada sikap siswa. Dalam penelitian tindakan urutan metode adalah sama dengan

urutan langkah-langkah dalam siklus penelitian yakni perencanaan, implementasi, monitoring

dan refleksi.

114 E. Mulyasa, Penelitian, hlm. 10-12

115 Dokumentasi GPAI tanggal 19/3/2010

Page 5: Action Rerearch

1. Perencanaan

Perencanaan adalah kegiatan perancangan untuk pemecahan masalah. Perencanaan

dalam penelitian ini dibuat berdasarkan (1) Pengalaman peneliti yang selama ini

berkecimpung dan terlibat langsung dilokasi penelitian sebagai Guru Pendidikan Agama

Islam di SMA Negeri 1 Amlapura. Peneliti melihat bahwa selama ini telah terjadi pemahaman

dialogis diantara siswa tentang toleransi keberagamaan, tetapi dengan perkembangan zaman

terutama adanya fenomena penafsiran agama secara sepihak seringkali menjadikan siswa

salah dalam memahami nilai-nilai keagamaan, karena itu perlu pengembangan model

kurilukum pendidikan agama Islam yang mampu melahirkan dan menjaga prinsip saling

menghargai diantara komunitas pemeluk agama yang berbeda. (2) Membangun dan

melestarikan budaya toleransi beragama melalui pendidikan agama Islam berbasis

multikultural sehingga akan memberi rasa aman dan nyaman sehingga demi kemajuan

sekolah.

Dalam tahap perencanaan peneliti menyusun rencana tindakan, mengumpulkan dan

menganalisis data serta menyajikannya dalam bentuk tabel dan diagram dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Langkah-langkah sebelum tindakan yaitu

1) Mendiskusikan dan meminta izin kepada kepala sekolah SMA Negeri 1 Amlapura

tentang pengembangan budaya toleransi di sekolah melalui PAI berbasis multikultural.

Hal ini bertujuan juga untuk memotivasi guru agama non Muslim untuk melakukan

pengembangan terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama berbasis multikultural.

2) Mendiskusikan dengan guru PAI yang selama ini mengganti Peneliti, sehingga

memudahkan di dalam proses belajar mengajarnya.

3) Guru Pendidikan Agama Islam dalam mempersiapkan Pembelajaran nilai-nilai

multikultural tidak disajikan dalam bentuk penambahan Standar

Page 6: Action Rerearch

Kompetensi/Kompetensi Dasar (SK/KD) baru dari Standar Isi yang sudah ditetapkan,

tetapi dengan cara menyisipkan nilai-nilai multikultural ke dalam indikator pada

silabus.

4) Indikator dirumuskan dengan mempertimbangkan nilai-nilai multikultural yang

relevan dengan materi pembelajaran. Tidak semua SK/KD harus memuat nilai-nilai

multikultural. Guru tidak perlu memaksakan agar semua SK/KD mengandung sisipan

nilai-nilai multikultural.

5) Aktualisasi nilai-nilai multikultural ke dalam Pendidikan Agama Islam tidak

mengubah karakteristik dan prosedur perangkat pembelajaran Pendidikan Agama

Islam. Semua aspek dan tahapan pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan

sampai evaluasi, tetap sesuai dengan ketentuan / prosedur yang berlaku.

6) Indikator yang memuat nilai-nilai multikultural disisipkan ke dalam silabus,

selanjutnya dikembangkan secara lebih operasional ke dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Kegiatan internalisasi nilai multikultural dalam RPP

dicantumkan dalam kegiatan inti.

7) Mengingat bahwa aktualisasi nilai-nilai multikultural ke dalam Pendidikan Agama

Islam substansinya adalah akhlak, sikap dan prilaku menghormati keberagaman, maka

pembelajaran tidak dilakukan dalam bentuk ceramah, melainkan lebih mengutamakan

diskusi, pelakonan diri, simulasi, demonstrasi atau strategi lain yang dianggap mampu

menanamkan sikap menghormati keberagaman dalam kehidupan sehari-hari.

8) Internalisasi nilai-nilai multikultural bersifat afektif yang tidak dapat dilihat hasilnya

dalam waktu singkat, tetapi memerlukan proses dan waktu. Oleh karena itu penilaian

akan lebih efektif bila menggunakan teknik non test.

9) Kegiatan internalisasi nilai-nilai multikultural dapat disesuaikan dengan situasi dan

kondisi yang ada di kelas maupun permasalahan sosial yang ada di masyarakat.

Page 7: Action Rerearch

b. Langkah-langkah tindakan dalam pembelajaran

1) Guru PAI menjelaskan kompetensi dasar yang akan dicapai atau dikuasai oleh siswa

sesuai dengan silabus PAI berbasis multikultural (lampiran 3) dan RPP PAI berbasis

multikultural (lampiran 4).

2) Guru PAI melakukan proses pembelajaran PAI sesuai dengan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar yang ada.

3) Guru PAI mempersilahkan Peneliti untuk melakukan tindakan pembelajaran dengan

indikator nilai-nilai multikultural yang sesuai dengan materi PAI yang sedang

berlangsung.

4) Peneliti memberikan permasalahan atau kasus-kasus yang mengandung nilai-nilai

multikultural yang dipecahkan oleh siswa untuk meningkat pemahaman mereka

tentang pentingnya toleransi beragama.

5) Pembentukan kelompok untuk mendiskusikan serta membuat hasil diskusi yang akan

dipresentasikan oleh siswa.

6) Secara bergantian baik perwakilan maupun bersama-sama setiap kelompok

mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas.

7) Peneliti memberikan refleksi dan evaluasi atas pembelajaran dan pemahaman siswa

terhadap nilai-nilai multikultural yang telah diajarkan.

8) Hasil dari pembelajaran PAI berbasis multikultural bisa dicermati lewat perilaku

siswa, minat, motivasi dan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai multikultural dalam

pembelajaran PAI berbasis multikultural, dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang

mana semua siswa saling hormat menghormati dan bantu membantu. Kerjasama ini

dilakukan dalam rangka meningkatkan rasa toleransi sehingga kesadaran saling

membantu ini dilaksanakan selama tidak saling mencedarai nilai-nilai keberagamaan

masing-masing.

Page 8: Action Rerearch

Kriteria (indikator penanda) untuk menentukan bahwa pengembangan budaya toleransi

melalui PAI berbasis multikultural telah berhasil memecahkan masalah yang sedang

diupayakan pemecahannya dilakukan secara kualitatif. Karena peneliti melakukan

pengamatan secara intensif dan menyeluruh dalam situasi yang wajar dan alami (Natural

setting).

Secara kualitas bisa dilihat dari aktifitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran

PAI berbasis multikultural seperti perilaku siswa, motivasi, minat, pemahaman dan tanggapan

terhadap pembelajaran PAI berbasis multikultural. selain itu mencermati kegiatan-kegiatan

keagamaan seperti penghargaan terhadap keyakinan pemeluk lain ketika beribadah,

kebersamaan dengan saling membantu sebelum pelaksanaan kegiatan hari besar keagamaan.

Hal ini dapat dilihat dari pengamatan ataupun dengan melakukan wawancara dengan siswa

yang dipilih sampelnya berdasarkan pertimbangan tertentu.

2. Pelaksanaan

Setelah peneliti mengetahui rencana pelaksananaan model pendidikan Agama Islam

berbasis multikultural maka pada tahap selanjutnya peneliti mengamati pelaksanaan kegiatan

dengan membuat instrumen-instrumen apakah dalam pelaksaannya itu mampu memunculkan

nilai-nilai multikultural pada diri siswa. Dalam tahap pelaksanaan kemungkinan modifikasi

mengubah rancangan masing boleh dilakukan asal tidak pindah dari fokus penelitiannya116.

Peneliti yang ikut berpartisipasi dalam tindakan tersebut harus cermat melihat instrumen

yang ditelitinya dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengamati apakah pelaksanaan model PAI berbasis multikultural mampu memumculkan

sikap-sikap toleransi.

b. Mengukur seberapa besar motivasi, perilaku dan pemahaman mereka terhadap

pembelajaran PAI berbasis multikultural.

116 Paul Suparno, Riset Tindakan untu Pendidik=Action Research in Education, (Jakarta: Grasindo,

2007), hlm14

Page 9: Action Rerearch

c. Mencermati penampilan siswa apakah dalam proses pembelajaran telah mampu

memuculkan sikap-sikap toleran atau malah memunculkan sifat-sifat yang bertentangan

dengan prinsip-prinsip toleransi.

d. Mencermati kegiatan-kegiatan keagamaan apakah lebih bersifat truth claim atau malah

membangun rasa toleransi diantara siswa. Hal ini merupakan indikator keberhasilan PAI

berbasis multikultural.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan ketika proses kegiatan berlangsung dan bersamaan waktunya

dengan tahap pelaksnaaan tindakan. Objek yang diamati adalah gejala-gejala yang menjadi

indikator keberhasilan atau ketidakberhasilan sebagaimana dituangkan dalam bagian

perencanaan. Oleh karena itu pada tahap ini harus disiapkan data penelitian, instrumen

penelitian dan Sumber data.117

a. Data Penelitian

Rancangan penelitian tindakan sekolah ini melibatkan data kualitatif dan data

kuantitatif118. Data kualitatif berupa deskripsi pelaksanaan pendidikan agama Islam berbasis

multikultural dan juga pemahaman penghargaan terhadap keyakinan pemeluk lain ketika

beribadah. Sedang data kuantitatif berupa hasil perilaku siswa, motivasi dan minat siswa

dalam pembelajaran PAI berbasis multikultural, skor tes pemahaman dan tugas serta

tanggapan siswa terhadap PAI berbasis multikultural.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu oleh guru pengajar Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Alat pengumpul data yang dipergunakan dalam

penelitian tindakan ini adalah metode tes, wawancara, observasi dan data pelengkap catatan

guru, dan photo.

Tabel 3.1. Langkah-langkah pengambilan data

117 Wahidmurni, dan Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas, UM Press, 2008, hlm.100 118 Wahidmurni, dan Nur Ali, Penelitian, hlm.100

Page 10: Action Rerearch

No Diskripsi

Kete

rangan Pengambilan data Pengumpulan

data pada Pengumpul

data Waktu

1

Peneliti melakukan pengamatan dalam kelas selama KBM berlangsung dan mengisi fornat yang tersedia.

Siklus I pertemuan ke-1

Peneliti dibantu oleh guru

29-03-2010

2

Peneliti melakukan pengamatan dalam kelas selama KBM berlangsung dan mengisi fornat yang tersedia.

Siklus I pertemuan ke-2

Peneliti dibantu oleh guru

12-04-2010

3

Peneliti memberikan format tes dan tanggapan untuk diisi siswa

Siklus I pertemuan ke-3

Peneliti dibantu oleh guru

19-04-2010

4

Peneliti melakukan pengamatan dalam kelas selama KBM berlangsung dan mengisi fornat yang tersedia.

Siklus II pertemuan ke-1

Peneliti dibantu oleh guru

26-04-2010

5

Peneliti melakukan pengamatan dalam kelas selama KBM berlangsung dan mengisi fornat yang tersedia.

Siklus II pertemuan ke-2

Peneliti dibantu oleh guru

03-05-2010

6

Peneliti memberikan format tes dan tanggapan untuk diisi siswa

Siklus II Peneliti dibantu oleh guru

10-05-2010

b. Instrumen Penelitian

Peneliti harus menggunakan instrumen penelitian yang tepat sehingga hasil penelitian

bisa valid.119 Secara terperinci instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah sebagai berikut:

1) Pedoman pengamatan untuk menggali tentang perilaku, motivasi dan keberhasilan

pembelajaran PAI berbasis multikultural.

119 Pau Suparno, Riset, hlm. 43

Page 11: Action Rerearch

2) Tes untuk menggali pemahaman siswa terhadap pembelajaran PAI berbasis

multikultural

3) Angket untuk menggali tentang tanggapan siswa tentang pemahaman toleransi selama

mengikuti pelajaran PAI bebrbasis multikultural.

4) Pedoman wawancara untuk menggali data tentang tanggapan Kepala Sekolah, guru

PAI dan siswa tentang toleransi beragama disekolah.

c. Teknik pengumpulan data penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

3.2. Tabel Pengumpulan Data

NO Sumber Data

Jenis Data Teknik pengumpulan

Instrumen

1 Kepala Sekola/Guru/ Siswa

Tanggapan terhadap budaya toleransi beragama

Wawancara Daftar pertanyaan

1 Siswa Pemahaman siswa Melaksanakan test tertulis

Soal test

2 Siswa Aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran.

Observasi Pedoman observasi

3 Siswa Tanggapan siswa terhadap nilai-nilai multikultural

Penyebaran kuesioner

Angket

4. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan mengulas data secara kritis terutama yang berkaitan dengan

perubahan yang terjadi, baik pada diri siswa, suasana kelas, maupun pada diri guru. Pada

tahap kegiatan ini guru sebagai peneliti harus menjawab pertanyaan mengapa, bagaimana, dan

sejauh mana intervensi untuk menghasilkan perubahan secara signifikan.120

Refleksi adalah menganalisis hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti,

untuk mendapatkan gambaran sudah sejauhmana pemahaman toleransi yang telah didapatkan

siswa setelah mendapatkan Pendidikan agama Islam bebabais multikultural. Dan mencari

120 M. Djunaidi Ghony, Penelitian, hlm.82

Page 12: Action Rerearch

pemecahannya bila masih ditemukan masalah dalam pelaksanaannya. Pada tahap ini peneliti

memfokuskan pada upaya menganalisis, mensintesis, memaknai, menjelaskan dan

menyimpulkan.

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil

observasi atau wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang

persoalan yang diteliti dan menyajikannya sebagai temua bagi orang lain121 Sedangkan

menurut Patton dalam Moleong menyatakan bahwa analisis data adalah proses mengatur

urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Ia

menghendaki dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis,

menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian. Menurut

Bogdan dan Biklen teknik analisis data adalah proses penelaahan, pengurutan dan pengelompokan

data dengan tujuan untuk menyusun hipotesis kerja dan mengangkatnya menjadi kesimpulan atau

teori sebagai temuan hasil penelitian.122

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah teknik analisis interaktif

yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1984),123 sehingga analisis data dalam penelitian ini

dilakukan dalam dua tahap, yaitu: selama pengumpulan data di lapangan dan setelah data itu

terkumpul.124 Untuk menghindari penumpukan data, peneliti melakukan analisis data selama di

lapangan dengan menggunakan pedoman langkah-langkah analisis data penelitian kualitatif

berikut: 1) reduksi data; 2) penyajian data; 3) penarikan kesimpulan.

Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan,

meringkas, mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan. Dalam proses ini

dilakukan penajaman, pemilahan, pemfokusan, penyisihan data yang kurang bermakna, dan

121

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1993) hlm 183 122

Bogdan, R.C dan Biklen, S.K, 1992. Qualitative Research for Education, an Introduction to Theory and Methods.Allyn and Bacon Inc.; Boston hlm. 153.

123 Suwarsih Madya, Teori, hlm. 76 124 Sudarsono. 1992. Beberapa Pendekatan dalam Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Gajah Mada Press, hlm.

326.

Page 13: Action Rerearch

menatanya sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi. Dalam

proses reduksi data, peneliti melakukan seleksi, memilih data yang relevan dan bermakna,

memfokuskan pada data yang mengarah untuk pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan,

atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah difokuskan, kemudian

menyederhanakan, menyusun secara sistematis dengan menonjolkan hal-hal yang dipandang

penting dari hasil penelitian. Reduksi data ini dilanjutkan secara lebih intensif dengan

melakukan pemilahan data, pengkodean data dan pengkategorian. Pengklasifikasian data

merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan ciri-ciri klasifikasi data yang ada.

Penyajian data merupakan pemaparan data yang tersusun secara sistematis yang

memperlihatkan keeratan kaitan alur data, sekaligus menggambrkan apa yang sebenarnya

terjadi, sehingga dapat membantu memudahkan peneliti menarik kesimpulan yang

sebenarnya. Secara umum penyajian data dalam penelitian ini ditampilkan ke dalam bentuk

teks naratif.

Berbagai macam data penelitian tindakan yang telah direduksi perlu disajikan dengan

tertata rapi dalam bentuk narasi plus matrik, grafik, dan atau diagram. Penyajian data yang

sistematik, interaktif dan inventif serta mantap akan memudahkan pemahaman terhadap apa

yang telah terjadi sehingga memudahkan penarikan kesimpulan atau menentukan tindakan

yang akan dilakukan selanjutnya.

Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang

ditarik pada akhir siklus I, kesimpulan terevisi pada akhir siklus II. Kesimpulan yang pertama

sampai dengan terakhir saling terkait dengan kesimpulan pertama sebagai pijakan. Suwarsih

Madya125 juga mengingatkan bahwa data yang dikumpulkan tidak hanya terbatas pada data

tentang perubahan yang diharapkan, melainkan mencakup data tentang

peningkatan/perubahan yang tak diharapkan (di luar rencana). Maka kesimpulan yang ditarik

125 Suwarsih Madya, Teori, hlm. 78

Page 14: Action Rerearch

juga harus mencakup perubahan yang direncanakan/diharapkan dan yang tidak diharapkan

sebelumnya. Kesimpulan penelitian akhirnya semakin menjadi tingkatan tegas, dan

menyeluruh setelah makna yang muncul tersebut teruji kebenaran dan keabsahannya melalui

pemeriksaan kembali buku-buku kepustakaan, catatan lapangan, konsultasi dengan

pembimbing, ahli, maupun teman sejawat.

5. Pelaporan

Dalam pelaporan ini, Peneliti membuat laporan sesuai dengan data-data yang ada,

dijadikan bukti-bukti otentik terhadap penelitian yang dilakukan. Pelaporan ini sangat

penting agar penelitian nantinya bisa menjadi valid.

Dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi bisa digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan (Sumber: Paul Suparno, 2008: 11)

SIKLUS II

Perencanaan

SIKLUS I Pelaksanaann

Refleksi

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

Perencanaan

Pengamatan

Berhasil