ad art ippmi.pdf

Upload: frengkiuloli

Post on 07-Aug-2018

242 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 AD ART IPPMI.pdf

    1/18

    MUKKADIMAH

    Bahwa kebijakan nasional penanggulangan kemiskinan telah dilaksanakan dan terus

    disempurnakan, antara lain melalui program pembangunan berbasis masyarakat, seperti Program

    Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP)

    yang memperkenalkan kembali prinsip dan proses pemberdayaan masyarakat, prinsip pengelolaanpembangunan partisipatif (community driven development) dengan misi meningkatkan

    kesejahteraan rakyat, memperkuat pilar ekonomi masyarakat/warga, serta mewujudkan

    kepemerintahan yang baik (good governance).

    Bahwa sebagai salah satu pelaku program tersebut, para konsultan pendamping telah

    mengikuti serangkaian pelatihan, memfasilitasi implementasi prinsip dan mekanisme program,

    pembelajaran bersama yang terus menerus perlu ditingkatkan.

    Bahwa menyadari kondisi tersebut, konsultan pemberdayaan perlu menggalang

    kebersamaan melalui pembentukan wadah dan berhimpun untuk saling berkomunikasi,

    meningkatkan mutu profesionalisme, mengembangkan etika profesi serta meningkatkan mutupendampingan.

    Bahwa sampai saat ini telah dibentuk wadah dan/atau organisasi konsultan pemberdayaan

    di berbagai propinsi, seperti Jawa Tengah (IAPM, Ikatan Ahli Pemberdayaan Masyarakat), Jawa

    Timur, Sulawesi Tenggara, Lampung (HKPM, Himpunan Konsultan Pemberdayaan Masyarakat),

    Sulawesi Selatan (AKPINDO, Ikatan Konsultan Pemberdayaan Indonesia), dan sebagainya sehingga

    dipandang perlu memantapkan jaringan dan mengembangkan simpul di jaringan di lingkup

    nasional, maka dibentuklah IPPMI  IKATAN PELAKU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

    INDONESIA disingkat IPPMI (selanjutnya disebut IPPMI).

    Berdasarkan apa yang diuraikan diatas, dan atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, makasekarang para penghadap tetap dalam kedudukan sebagaimana tersebut diatas dngan ini

    menerangkan mendirikan badan hukum IPPMI  IKATAN PELAKU PEMBERDAYAAN

    MASYARAKAT INDONESIA dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga selengkapnya

    seluruhnya sebagai berikut :

  • 8/20/2019 AD ART IPPMI.pdf

    2/18

     ANGGARAN DASAR

    IKATAN PELAKU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INDONESIA

    BAB I

    NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN

    Pasal 1

    1. 

    Organisasi ini bernama IKATAN PELAKU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INDONESIA

    disingkat IPPMI  (untuk selanjutnya dalam anggaran dasar ini disebut juga IPPMI),

    berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia.

    2. 

    IPPMI dapat membuka kantor cabang atau perwakilan ditempat lain baik di dalam maupun

    diluar wilayah Republik Indonesia berdasarkan keputusan Pengurus dengan Persetujuan

    Dewan Pembina dan Pengawas.

    Pasal 2

    IPPMI didirikan pada tanggal dua puluh tiga bulan Februari tahun dua ribu sebelas (23 – 2 – 2011)

    berdasarkan Akte Notaris No. 2 oleh Notaris Kristy Sada Perarih Sinulingga, SH, MKn, untuk jangka

    waktu yang tidak ditentukan.

    BAB II

     ASAS, SIFAT, TUJUAN, FUNGSI DAN TUGAS

    Pasal 3

    IPPMI berasaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

    Pasal 4

    IPPMI bersifat terbuka dan mandiri  menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran,  berpandangan ke

    masa depan  (visioner), menegakkan sikap disiplin,  profesionalisme, mendorong kerjasama, 

    serta membangun perilaku bertanggung jawab, adil dan peduli pada masyarakat warga terutama

    masyarakat miskin.

    Pasal 5

    TUJUAN, FUNGSI DAN TUGAS

    Tujuan didirikannya IPPMI adalah untuk

    1. 

    Meningkatkan profesionalisme, mutu pendampingan, dan etika profesi melalui

    sertifikasi profesi dan peningkatan kapasitas;

  • 8/20/2019 AD ART IPPMI.pdf

    3/18

    2. 

    Mengembangkan jaringan komunikasi dan informasi antar sesama pelaku

    pemberdayaan masyarakat dan organisasi pelaku pemberdayaan masyarakat baik pada

    aras nasional, provinsi, kabupaten maupun komunitas;

    3. 

    Mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pembangunan;

    4. 

    Mendorong perwujudan tata kelola kepemerintahan yang baik;

    5. 

    Meningkatkan kesejahteraan anggota.

    Pasal 6 

    IPPMI berfungsi sebagai wadah komunikasi, konsultasi, pembinaan, dan koordinasi antara pelaku

    pemberdayaan masyarakat dengan profesi lain, lembaga/instansi masyarakat, swasta, pemerintah

    dan internasional, serta sebagai wadah penyalur aspirasi dan kepentingan para pelaku

    pemberdayaan masyarakat.

    Pasal 7

    Untuk mencapai tujuan dan melaksanakan fungsi tersebut di atas, IPPMI bertugas :

    1. 

    Mengaktifkan forum komunikasi sebagai sarana dialog, pertukaran informasi antar

    anggta serta pengembangan kemampuan anggota;

    2. 

    Mendorong kinerja yang baik dari anggota melalui sertifikasi profesi, menjaga kode etik

    pelaku pemberdayaan masyarakat;

    3. 

    Mengadakan berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan, kesejahteraan serta

    pengakuan terahdap anggotanya;

    4.  Bersama pihak-pihak terkait, mengembangkan dan memasyarakatkan pendekatan

    pengelolaan pembangunan yang partisipatif;

    5. 

    Membina hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak unutk

    mengembangkan pranata dan kebijakan pembangunan daerah yang sesuai dengan dan

    dibicarakan secara terbuka dengan masyarakat;

    6.  Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas

    sumber daya manusia di bidang pemberdayaan;

    7.  Menyelenggarakan penelitian terkait pemberdayaan masyarakat, dan

    mensosialisasikan hasil-hasil penelitian guna peningkatan kapasitas pelaku

    pemberdayaan masyarakat serta sumber informasi terkait pembangunan partisipatif

    secara luas;

    8. 

    Membentuk jaringan kerja baik di tingkat nasional maupun internasional untuk

    bertukar informasi atau melakukan kerja sama sepanjang tidak bertentangan dengan

    tujuan organisasi;

    9. 

    Mengaktifkan jaringan kerja pelaku pemberdayaan sehingga masyarakat dapat

    menjangkau sumber-sumber dan keterampilan teknis yang diperlukan.

    Pasal 8

    Untuk mencapai tujuan dan melaksanakan fungsi tersebut di atas, IPPMI bertugas :

    1. 

    Mengaktifkan forum komunikasi sebagai sarana dialog, pertukaran informasi antar anggota

    serta pengembangan kemampuan anggota;

  • 8/20/2019 AD ART IPPMI.pdf

    4/18

    2. 

    Mendorong kinerja yang baik dari anggota melalui sertifikasi profesi, menjaga kode etik

    pelaku pemberdayan masyarakat;

    3. 

    Mengadakan berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan, kesejahteraan, serta

    pengakuan terhadap anggotanya;

    4. 

    Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas

    sumber daya manusia di bidang pemberdayaan;

    5. 

    Membentuk jaringan kerja baik di tingkat nasional maupun internasional untuk bertukarinformasi atau melakukan kerjasama sepanjang tidak bertentangan dengan tujuan

    organisasi;

    BAB III

    KEANGGOTAAN

    Pasal 8

    Anggota IPPMI adalah Warga Negara Indonesia.

    Pasal 9

    Anggota IPPMI terdiri atas :

    1. 

    Anggota Biasa;

    2.  Anggota Kehormatan;

    3. 

    Anggota Bersertifikat;

    BAB IVHAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA

    Pasal 10

    1. 

    Setiap Anggota Biasa mempunyai hak untuk:

    a.  Menghadiri Musyawarah Nasional dan/atau Musyawarah Daerah;

    b. 

    Memberikan suara dalam pemungutan suara;

    c. 

    Mengemukakan pendapat secara lisan dan tertulis kepada pengurus sesuai ketentuan

    yang berlaku;

    d. 

    Mengikuti semua kegiatan IPPMI;

    2. 

    Setiap Anggota Kehormatan mempunyai hak yang melekat pada Anggota Biasa dan dapatmemberikan usulan lisan/tertulis serta bantuan lainnya kepada Dewan Pengurus Nasional

    maupun Dewan Pengurus Daerah.

    3.  Setiap Anggota Bersertifikat  mempunyai hak yang melekat pada Anggota Biasa dan dapat

    memberikan usulan lisan/tertulis serta bantuan lainnya kepada Dewan Pengurus Nasional

    maupun Dewan Pengurus Daerah. Anggota Bersertifikat  mempunyai hak untuk:

    a. 

    Dipilih sebagai pengurus pada perangkat IPPMI;

  • 8/20/2019 AD ART IPPMI.pdf

    5/18

    b. 

    Memperoleh bimbingan dan konsultasi bagi peningkatan profesional dan

    kesejahteraannya serta memperoleh perlindungan; serta

    c. 

    Memperoleh pembelaan dalam melaksanakan tugas profesionalnya sepanjang tidak

    bertentangan atau melanggar ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku.

    Pasal 11

    1.  Setiap Anggota IPPMI mempunyai kewajiban untuk:

    a. 

    Mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta ketetapan ketetapan

    Musyawarah Nasional, serta keputusan- keputusan Dewan Pengurus Nasional ataupun

    keputusan – keputusan perangkat organisasi lainnya;

    b. 

    Selalu memelihara nama baik dan kehormatan IPPMI;

    c. 

    Mematuhi dan menegakkan Etika Profesi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat Indonesia;

    d. 

    Memelihara kebersamaan dan suasana kekeluargaan;

    e. 

    Mengusahakan dan mengembangkan hubungan kerja sama dengan sesama anggota dan

    pihak lain dalam pelaksanaan fungsi dan tugas IPPMI;f. 

    Berperan serta dalam kegiatan – kegiatan yang diselenggarakan IPPMI;

    g. 

    Membayar iuran anggota secara berkala dan tepat waktu, kecuali bagi Anggota

    Kehormatan.

    2. 

     Anggota Kehormatan selain melaksanakan kewajiban tersebut pada ayat 1 pasal ini, juga

    berkewajiban untuk menjaga keutuhan dan persatuan organisasi serta membantu

    pemecahan permasalahan IPPMI maupun permasalahan kegiatan pemberdayaan

    masyarakat.

    3. 

     Anggota Bersertifikat  selain melaksanakan kewajiban tersebut pada ayat 1 pasal ini, juga

    berkewajiban untuk :

    a. 

    Mengikuti prosedur dan tata laksana sertifikasi profesi oleh Lembaga Sertifikasi Profesiterkait;

    b. 

    Mengikuti uji kompetensi secara berkala yang dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi

    Profesi terkait.

    BAB V

    ORGAN IPPMI

    Pasal 12

    Organ IPPMI terdiri atas :

    1. 

    Dewan Pembina dan Dewan Pengawas;

    2. 

    Pengurus yang terdiri dari Dewan Pengurus Nasional dan Dewan Pengurus Daerah;

    3.  Majelis Pengembangan Etika Profesi;

    4. 

    Komite Sertifikasi Profesi.

  • 8/20/2019 AD ART IPPMI.pdf

    6/18

    Pasal 13

    1.  Untuk melaksanakan kegiatan yang bersifat tetap, Dewan Pengurus Nasional dapat

    membentuk lembaga-lembaga khusus yang bertanggung jawab langsung kepada Ketua

    Umum, setelah memperoleh pertimbangan dari Dewan Pembina dan Dewan Pengawas, dan

    dilaporkan pada Rapat Pleno Pengurus.

    2. 

    Apabila diperlukan dapat dibentuk Pengurus Komisioner yang hanya bersifat koordinatifdan merupakan bagian dari Dewan Pengurus Daerah.

    BAB VI

    MUSYAWARAH DAN RAPAT

    Pasal 14

    1. 

    Musyawarah IPPMI terdiri atas :

    a. 

    Musyawarah Nasional;

    b. 

    Musyawarah Daerah;2.  Rapat terdiri atas;

    a. 

    Rapat Pleno Pengurus;

    b. 

    Rapat Dewan Pengurus Nasional;

    c.  Rapat Dewan Pengurus Daerah;

    3. 

    Dalam kondisi tertentu yang bersifat luar biasa dan tidak dapat diselesaikan oleh unsur –

    unsur IPPMI, dapat diselenggarakan Musyawarah Luar Biasa.

    Pasal 15

    1. 

    Musyawarah Nasional adalah pemegang kekuasaan tertinggi organisasi;

    2. 

    Musyawarah Nasional diadakan 1 (satu ) kali dalam 3 ( tiga )tahun;

    3. 

    Keputusan dalam Musyawarah Nasional ditetapkan secara musyawarah untuk mencapai

    mufakat dan apabila tidak tidak tercapai mufakat, diadakan pemungutan suara.

    Pasal 16

    Musyawarah Nasional mempunyai tugas dan wewenang untuk :

    1. 

    Menilai, mengesahkan, atau menolak laporan pertanggung-jawaban dan keuangan Dewan

    Pengurus Nasional IPPMI;

    2.  Mengesahkan laporan kegiatan Dewan Pengurus Nasional, Majelis Kode Etik dan

    Kehormatan Profesi, dan Komite Sertifikasi Profesi;

    3. 

    Memilih dan menetapkan Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional IPPMI;

    4. 

    Memilih dan menetapkan keanggotaan Majelis Pengembangan Etika Profesi;5.  Memilih dan menetapkan keanggotaan Komite Sertifikasi Profesi dan mengesahkan

    anggotanya;

    6. 

    Mengesahkan Anggota Kehormatan.

  • 8/20/2019 AD ART IPPMI.pdf

    7/18

    Pasal 17

    1.  Musyawarah Daerah adalah pemegang kekuasaan tertinggi IPPMI di wilayah yang

    bersangkutan;

    2. 

    Musyawarah daerah diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun dan dilaksanakan

    selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Musyawarah Nasional;

    3. 

    Keputusan Musyawarah Daerah ditetapkan secara musywarah untuk mencapai mufakatdan apabila tidak tercapai mufakat diadakan pemungutan suara.

    Pasal 18

    Musyawarah Daerah mempunyai tugas dan wewenang untuk

    1. 

    Menilai, mengesahkan, atau menolak laporan pertanggung-jawaban dan keuangan Dewan

    Pengurus Daerah;

    2.  Memilih dan menetapkan susunan Dewan Pengurus Daerah;

    3. 

    Menetapkan program kerja Dewan Pengurus Daerah;

    4. 

    Menghimpun aspirasi, usulan dan masukan dari Dewan Pengurus Daerah untuk

    disampaikan pada Musyawarah Nasional.

    Pasal 19

    1. 

    Rapat Pleno Dewan Pengurus Nasional merupakan forum koordinasi dan konsultasi antara

    unsur pimpinan Pengurus Nasioanal dan sebanyak-banayaknya 2 (dua) orang wakil dari

    setiap bidang/komisi Dewan Pengurus Nasional dan mengikutsertakan Dewan Pembina,

    Dewan Pengawas, Majelis Pengembangan Etika Profesi, Komite Sertifikasi Profesi; serta

    dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.

    2.  Rapat Dewan Pengurus Nasional maupun Rapat Dewan Pengurus Daerah akan diatur oleh

    masing-masing pengurus pada tingkat dan lingkup yang bersangkutan.

    BAB VII

    KEUANGAN

    Pasal 20

    Keuangan IPPMI diperoleh dari :

    1.  Iuran anggota;

    2. 

    Sumbangan yang sah dan tidak mengikat;

    3. 

    Hasil usaha dan pendapatan lain yang sah, serta tidak bertentangan dengan ketentuan yang

    berlaku.

    Pasal 21

    Keuangan IPPMI digunakan untuk menjalankan fungsi dan tugas IPPMI.

  • 8/20/2019 AD ART IPPMI.pdf

    8/18

    BAB VIII

    IKATAN HUKUM

    Pasal 22

    Sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar maka Ketua Umum Dewan PengurusNasional atau Sekretaris Umum atas Kuasa Ketua Umum dapat bertindak atas nama IPPMI

    dan/atau mengadakan ikatan hukum dengan pihak ketiga.

    BAB IX

    PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

    Pasal 23

    Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan dalam Musyawarah Nasional yang dihadiri

    oleh sekurang-kurangnya 3/4(tiga perempat) dari jumlah peserta Musyawarah Nasional yang

    ditetapkan untuk itu, dan disetujui sekurang-kurangnya 3/4(tiga perempat) dari jumlahpeserta yang hadir.

    BAB X

    PEMBUBARAN

    Pasal 24

    1.  Pembubaran IPPMI hanya dapat dilakukan dalam Musyawarah Nasional yang khusus untuk

    itu dan dilaksanakan atas usul 150 (seratus lima puluh) orang anggota IPPMI dan didukung

    oleh 1/3 (satu pertiga) Dewan Pengurus Daerah, dan Musyawarah Nasional tersebut

    dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota dan disepakati

    bahwa IPPMI tidak diperlukan lagi karena tidak mampu mencapai tujuannya, dan disetujui

    oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah peserta yang hadir.

    2. 

    Jika IPPMI dibubarkan, Dewan Pembina IPPMI wajib menunjuk 3 (tiga) orang dari unsur

    Dewan Pengurus Nasional, Komite Pengembangan Etika Profesi, Komite Sertifikasi Profesi

    untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban. IPPMI dengan dukungan dan partisipasi

    anggota, dibawah pengawasan Komite Pengembangan Profesi.

    BAB XII

    PERATURAN PENUTUP

    Pasal 26

    1. 

    Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam Anggaran Rumah

    Tangga.

    2. 

    Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

  • 8/20/2019 AD ART IPPMI.pdf

    9/18

     ANGGARAN RUMAH TANGGA

    IKATAN PELAKU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INDONESIA

    BAB IKEANGGOTAAN

    Pasal 1

    1. 

    Anggota Biasa adalah;

    Seseorang yang mempunyai pengetahuan, kemampuan dan keterampilan tertentu dalam

    pemberdayaan masyarakat yang diperoleh melalui pendidikan dan atau pengalaman yang

    diakui IPPMI serta bertekad untuk mengembangkan kemampuannya serta membaktikan

    kemampuannya dalam pemberdayaan masyarakat.

    2. 

    Anggota Kehormatan adalah :

    a. 

    Seseorang pakar atau tokoh dalam bidang pemberdayaan masyarakat;atau

    b. 

    Seseorang yang memiliki jabatan strategis di bidang pemberdayaan masyarakat yang

    dapat mempengaruhi langsung atau tidak langsung terhadap upaya pemberdayaam

    masyarakat; atau,

    c. 

    Seseorang yang dipandang sangat berjasa bagi pengembangan IPPMI.

    3. 

    Anggota Bersertifikat adalah anggota biasa yang mempunyai kemampuan profesional di

    bidang pemberdayaan masyarakat yang dapat mempengaruhi langsung atau tidak langsung

    terhadap perkembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah mengikuti uji

    sertifikasi profesi oleh lembaga sertifikasi profesi terkait dan dinyatakan lulus.

    Pasal 2

    1.  Penerimaan anggota dilaksanakan dengan ketentuan

    a. 

    Anggota Biasa.

    Calon Anggota mengajukan permohonan tertulis kepada Dewan Pengurus Nasional

    melalui Dewan Pengurus Daerah untuk menjadi anggota dan memberikan pernyataan

    tertulis bahwa ia setuju dan akan tunduk pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

    Tangga IPPMI.

    b.  Anggota Kehormatan.

    Calon Anggota mengisi formolir kesediaan atas permohonan Dewan Pengurus Nasional,

    untuk kemudian diajukan dan disahkan dalam musyawarah Nasional.

    c. 

    Anggota Bersertifikat.Prosedur dan tata laksana untuk menjadi anggota bersertifikat ditetapkan secara

    berjenajng oleh Komite Sertifikasi Profesi.

    2. 

    Penetapan status keanggotaan dilaksanakan melalui keputusan Dewan Pengurus Nasional.

    3. 

    Anggota yang telah disetujui dan ditetapkan keanggotaannya akan diberikan Sertifikat

    Tanda Anggota yang dikeluarkan oleh Dewan Pengurus Nasional.

    4. 

    Dewan Pengurus Nasional memberikan Buku Direktori Anggota yang memuat semua data

    dan profil anggota IPPMI.

  • 8/20/2019 AD ART IPPMI.pdf

    10/18

     

    BAB II

    STATUS KEANGGOTAAN DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA

    Pasal 31.

     

    Anggota kehilangan status keanggotaannya karena :

    a. 

    Meninggal dunia;

    b.  Atas permintaan sendiri dan disetujui Dewan Pengurus Nasional;

    c. 

    Diberhentikan oleh Dewan Pengurus Nasional.

    2. 

    Anggota Kehormatan mempunyai status keanggotaan yang berlaku seumur hidup atau

    ditetapkan oleh Musyawarah Nasional.

    3.  Penetapan pemberhentian Anggota Biasa dilakukan ole Majelis Pengembangan Etika Profesi

    setelah anggota yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk mengajukan pembelaan

    diri.

    4. 

    Penetapan pemberhentian atau peninjauan jenjang sertifikasi bagi anggota bersertifikatdilakukan oleh Komite Sertifikasi Profesi.

    Pasal 4

    Pemberhentian atau peninjauan jenjang sertifikasi keanggotaan IPPMI dilaksanakan melalui

    keputusan oleh Dewan Pengurus Nasional.

    BAB III

    KEPENGURUSAN

    Pasal 5

    Anggota Dewan Pengurus Nasional adalah Anggota Perkumplan yang bermandat penuh selama

    1 (satu) masa bakti kepengurusan dan ditetapkan dengan keputusan Dewan Pengurus Nasional

    atau Dewan Pengurus Daerah menurut tingkatan masing-masing.

    Pasal 6

    Syarat-syarat untuk dapat dipilih sebagai pengurus :

    a.  Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

    b.  Berprestasi dan berdedikasi penuh terhadap pengembangan upaya dan kegiatan

    pemberdayaan massyarakat.

    c. 

    Bekerja atau berpraktek di bidang pemberdayaan masyarakat, atau pada lembaga/instansi

    serta program/proyek pemberdayaan masyarakat yang menjunjung tinggi niali-nilai pelakupemberdayaan masyarakat, pengetahuan serta kemampuan teknis dalam pemberdayaan

    masyarakat.

    d. 

    Sehat pikiran, jasmani dan rohani.

  • 8/20/2019 AD ART IPPMI.pdf

    11/18

    Pasal 7

    1.  Masa bakti pengurus adalah 3 (tiga) tahun dan hanya boleh menjabat sebanyak-banyaknya

    2 (dua) periode kepengurusan pada jabatan yang sama.

    2. 

    Penetapan susunan Dewan Pengurus Nasional dan pengukuhan susunan Dewan Pengurus

    Daerah dilaksanakan melaui keputusan Dewan Pengurus Nasional.

    Pasal 8

    1. 

    Jabatan sebagai Dewan Pengurus Nasional berakhir karena :

    a.  Berhalangan tetap;

    b. 

    Berakhir masa jabatannya;

    c. 

    Berhenti atau mengundurkan diri atas permintaan sendiri;

    2. 

    Diberhentikan karena melanggar ketentuan dasar dan atau mencemarkan nama baik

    organisasi yang diputuskan oleh Rapat Pleno Dewan Pengurus Nasional atau Rapat Dewan

    Pengurus Daerah sesuai dengan keanggotan pengurus yang bersangkutan.

    Pasal 91.  Dewan Pengurus Nasional dipimpin oleh seorang Ketua Umum dengan dibantu oleh Wakil

    Ketua Umum, Sekretaris Umum, Bendahara, beberapa Ketua Bidang dan beberapa Ketua

    Komite/Forum, serta Dewan Pengurus Daerah dipimpin oleh seorang Ketua dengan dibantu

    oleh Wakil Ketua, Bendahara, dan Ketua Bidang/Komisi sesuai dengan keperluan.

    2. 

    Apabila Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional berhalangan tetap, maka Wakil Ketua

    Umum dan Sekretaris Umum atau salah satu Ketua Bidang Pengurus pusat ditetapkan

    sebagai Pejabat Ketua Umum melalui rapat Pleno Dewan Pengurus Nasional sampai dengan

    diadakannya Musyawarah Nasional.

    3. 

    Apabila Ketua Dewan Pengurus Daerah berhalangan tetap, maka Wakil Ketua, Sekretaris

    Dewan Dewan Pengurus Daerah ditetapkan sebagai Pejabat Ketua Melalui rapat Dewan

    Pengurus Daerah sampai dengan diadakannya Musyawarah Daerah.

    4. 

    Apabila suatu jabatan kepengurusan selain Ketua Umum dan Sekretaris Umum dari Dewan

    Pengurus Nasional lowong, maka jabatan tersebut diisi melalui Rapat Pleno Dewan

    Pengurus Nasional.

    5.  Apabila suatu jabatan kepengurusan selain Ketua dan Sekretaris dari Dewan Pengurus

    Daerah Lowong ,maka jabatan tersebut diisi melalui Rapat Dewan Pengurus Daerah.

    Pasal 10

    1. 

    Dalam melaksanakan kegiatan Dewan Pengurus Nasional dan Dewan Pengurus Daerah

    harus menyusun Program kerja yang konkrit, realistis dan trukur, yang berpedoman

    kepada Pokok-pokok Kebijakan dan Program IPPMI.2.  Pokok-pokok Kebijakan dan Program IPPMI ditetapkan dalam Musyawarah Nasional

    berdasarkan masukan dari Dewan Pengurus Nasional dan Musyawarah Daerah.

    3. 

    Program Kerja Dewan Pengurus Nasional dan Program Kerja Dewan Pengurus Daerah

    merupakan penjabaran pokok-pokok Kebijakan dan Program IPPMI, disusun dan dinilai

    secara berkala dalam Rapat Pleno Pengurus.

  • 8/20/2019 AD ART IPPMI.pdf

    12/18

    4. 

    Pelaksanaan Program Kerja Dewan Pengurus Nasional dipertanggung-jawabkan dalam

    Musyawarah Nasional, sedangkan Program Kerja Dewan Pengurus Daerah dipertanggung-

    jawabkan dalam Musyawarah Daerah.

    BAB IV

    DEWAN PENGURUS NASIONALPasal 11

    Dewan Dewan Pengurus Nasional adalah badan eksekutif tertinggi dalam IPPMI.

    Pasal 12

    Dewan Dewan Pengurus Nasional berhak :

    1.  Dalam masalah keanggotaan, untuk:

    a. 

    Menerima dan menyeleksi calon anggota IPPMI;

    b. 

    Menetapkan dan mengeluarkan surat keputusan sanksi atas anggota yang terbukti

    bersalah melanggar ketentuan dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, EtikaProfesi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat Indonesia, Keputusan Musyawarah Nasional

    IPPMI, dan keputusan-keputusan Dewan Pengurus Nasional.

    c. 

    Memberhentikan anggota dan melakukan rehabilitasi anggota.

    2.  Dalam masalah administrasi, untuk :

    a. 

    Menyelenggarakan hubungan keluar maupun ke dalam, baik lisan maupun tertulis.

    b. 

    Meminta laporan kepada Dewan Pengurus Daerah secara berkala dan khusus.

    c.  Membentuk staf pelaksana harian yang dipimpin oleh sekretaris eksekutif.

    3.  Dalam bidang keuangan, untuk mengelola keuangan IPPMI bagi kepentingan IPPMI.

    Pasal 13

    Dewan Dewan Pengurus Nasional berwenang untuk :

    1. 

    Memberikan pengakuan profesional kepada suatu lembaga pendidikan yang menunjang

    pengembangan profesi pelaku Pemberdayaan Masyarakat atas pertimbangan Komite

    Sertifikasi Profesi.

    2.  Memberikan pengakuan profesional kepada lembaga atau badan hukum yang bergerak

    dalam bidang pelayanan jasa konsultasi pemberdayaan masyarakat dan perseorangan atas

    dasar Pertimbangan Komite Sertifikasi Profesi IPPMI.

    3.  Memberikan penghargaan dan tanda kehormatan lainnya atas Pertimbangan Dewan

    Pembina dan Dewan Pengawas, dan Komite Pengembangan Etika Profesi.

    4. 

    Menetapkan suatu keanggotaan bagi setiap jenis keanggotaan.

    Pasal 14

    Dewan Dewan Pengurus Nasional mempunyai kewajiban untuk :

    1. 

    Menjalankan penuh tanggung jawab segala ketentuan yang ada dalam Anggaran Dasar dan

    Anggaran Rumah Tangga, serta ketetapan Musyawarah Nasional dan

    mempertanggungjawabkan kepada Musyawarah Nasional berikutnya.

  • 8/20/2019 AD ART IPPMI.pdf

    13/18

    2. 

    Menyusun dan menjalankan program kerja sesuai tujuan, fungsi, dan tugas IPPMI, yang

    disusun melalui Rapat Pleno Pengurus dan mempertanggung jawabkan pelaksanaannya

    dalam Musyawarah Nasional.

    3. 

    Menyusun anggaran berdasarkan program kerja Dewan Pengurus Nasional dan

    menyampaikan laporan pelaksanaannya untuk dipertanggung-jawabkan dalam

    Musyawarah Nasional.4.

     

    Menyampaikan laporan berkala setiap tahun kepada Dewan Pembina dan Dewan Pengawas

    IPPMI.

    5.  Melaksanka Musywarah Nasional secara tepat waktu.

    Pasal 15

    Penetapan Ketua Umum dan susunan Dewan Pengurus Nasional dilaksanakan dengan

    ketentuan :

    1. 

    Pemilihan ketua Umum dilakukan secara musya warah dan mufakat.

    2. 

    Prosedur pemilihan Ketua Umum ditentukan dalam musyawarah nasional melalui Panitia

    Pemilihan.3.  Musyawarah Nasional memilih dan mengesahkan Ketua Umum serta mengesahkan

    Sekretaris Umum yang dipilih oleh Ketua Umum terpilih.

    4. 

    Anggota Dewan Pengurus Nasional yang lain dipilih dan ditatapkan oleh ketua umum.

    5.  Ketua Umun harus menyelesaikan kegiatan penyusunan Dewan Pengurus Nasional

    selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah terpilih.

    Pasal 16

    Masa Bakti Dewan Pengurus Nasional adalah 3 (tiga) tahun.

    BAB V

    DEWAN PENGURUS DAERAH

    Pasal 17

    Pembentukan Dewan Pengurus Daerah IPPMI dilaksanakan dengan ketentuan :

    1. 

    Dewan Pengurus Daerah IPPMI berkedudukan didalam cakupan wilayah yang

    bersangkutan.

    2. 

    Penetapan cakupan wilayah cabang dilakukan berdasarkan jumlah anggota serta

    kemudahan kordinasi dan komunikasi, dan dapat ditinjau kembali dalam musyawarah

    Nasional berikutnya.

    3. 

    Pembentukan diprakarsai oleh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang anggota atau

    pelaku pemberdayaan masyarakat yang berdomisili dalam wilayah yang akan dibentuk.

    4. 

    Usulan penetapan Dewan Pengurus Daerah diajukan kepada Dewan Pengurus NasionalIPPMI.

    5. 

    Penetapan Dewan Pengurus Daerah dapat dilaksanakan dalam Rapat Pleno Dewan

    Pengurus Nasional atau dalam Musyawarah Nasional dan disahkan dalam Musyawarah

    Nasional.

  • 8/20/2019 AD ART IPPMI.pdf

    14/18

    6. 

    Bilamana Penetapan Dewan Pengurus Daerah telah disetujui oleh Dewan Pengurus

    Nasional dan belum disahkan dalam Musyawarah Nasional, maka Dewan Pengurus Daerah

    dapat berjalan secara sementara dengan keputusan Dewan Pengurus Nasional.

    Pasal 18

    Dalam kondisi tertentu Dewan Pengurus Nasional dapat memprakarsai pembentukan DewanPengurus Daerah atau Komisariat tertentu melalui Rapat Pleno Pengurus.

    Pasal 19

    Penetapan Ketua dan susunan Dewan Pengurus Daerah dilaksanakan dengan ketentuan :

    1. 

    Pemilihan ketua dilakukan secara musyawarah dan mufakat;

    2. 

    Prosedur pemilihan Ketua ditentukan dalam musyawarah Daerah melalui panitia

    pemilihan;

    3. 

    Musyawarah Daerah memilih ketua;

    4. 

    Anggota Dewan Pengurus Daerah yang lain dipilih dan ditetapkan oleh ketua terpilih;

    5. 

    Ketua harus menyelesaikan kegiatan penyusunan Dewan Pengurus Daerah selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah dipilih.

    Pasal 20

    Dewan Pengurus Daerah mempunyai hak dan kewajiban :

    1. 

    Dewan Pengurus Daerah berhak melaksanakan segenap kegiatan sesuai tujuan, fungsi,

    tugas, dan kebijaksanaan IPPMI dalam skala dan ruang lingkup organisasi Daerah atau

    wilayah yang bersangkutan.

    2.  Dewan Pengurus Daerah berkewajiban mentaati segenap kebijaksanaan, ketentuan dan

    peraturan yang berlaku serta menjalankan segenap ketetapan Musyawarah Nasional dan

    keputusan Dewan Pengurus Nasional.

    BAB VI

    MAJELIS PENGEMBANGAN ETIKA PROFESI

    Pasal 21

    Penetapan susunan Majelis Pengembangan Etika Profesi dilaksanakan dengan ketentuan :

    1. 

    Ketua dipilih dan disahkan dalam Musyawarah Nasional berdasarkan Usulan Pengurus

    Nasional;

    2. 

    Anggota disahkan dalam Musyawarah Nasional berdasarkan persetujuan Ketua terpilih;

    3. 

    Anggota Majelis Pengembangan Etika Profesi sekurang-kurangnya terdiri dari 5 (lima)

    orang;4.  Syarat-syarat sebagai anggota Majelis Pengembangan Etika Profesi adalah :

    a. 

    Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berjiwa Pancasila.

    b. 

    Berprestasi dan berdedikasi penuh terhadap pengembangan pelaku pemberdayaan

    masyarakat;

    c.  Memiliki pengetahuan dan kemampuan di bidang pemberdayaan masyarakat.

    d. 

    Sehat jasmani dan rohani

  • 8/20/2019 AD ART IPPMI.pdf

    15/18

     

    Pasal 22

    Majelis Pengembangan Etika Profesi berkewajiban untuk :

    1. 

    Menegakkan norma-norma Kode Etik yang berllaku bagi segenap anggota.

    2. 

    Menyelesaiakan segenap permasalahan secara adil dan bijaksana atas segala kasus

    pelanggaran Kode Etik dan standar Perilaku Pelaku Pemberdayaan Masyarakat.3.

     

    Menyusun program kerja Dewan Kehormatan dan menyampaikan laporan pelaksanaannya

    untuk dipertanggungjawabkan dalam musyawarah Nasional.

    BAB VII

    KOMITE SERTIFIKASI PROFESI

    Pasal 23

    Penetapan Komite Sertifikasi Profesi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat dilaksanakan dengan

    ketentuan :1.  Ketua Komite Sertifikasi Profesi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat dipilih dan disahkan

    dalam Musyawarah nasional berdasarkan usulan Dewan Pengurus Nasional.

    2. 

    Susunan dan anggota Komite Sertifikasi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat disahkan dalam

    Musyawarah Nasional berdasarkan persetujuan Ketua terpilih.

    3. 

    Anggota Komite Sertifikasi Profesi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat sekurang-kurangnya

    terdiri dari 5 (lima) orang.

    4.  Syarat-syarat anggota Komite Sertifikasi Profesi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat adalah :

    a.  Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berjiwa Pancasila.

    b. 

    Berprestasi dan berdedikasi penuh terhadap pengembangan IPPMI dan kegiatan-

    kegiatan pemberdayaan masyarakat.

    c. 

    Tidak terlibat organisasi terlarang.

    d. 

    Memiliki pengetahuan dan kemampuan di bidang pemberdayaan masyarakat, terutama

    dalam fasilitasi pola pembangunan partisipatif.

    e. 

    Sehat jasmani dan rohani

    Pasal 24

    Komite Sertifikasi Profesi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat berhak untuk :

    1.  Merumuskan prosedur dan tata laksana sertifikasi anggota.

    2. 

    Memfasilitasi proses sertifikasi anggota yang diusulkan Dewan Pengurus Nasional dan

    Dewan Pengurus Daerah.

    3. 

    Bekerja sama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi terkait tentang prosedur dan tata carasertifikasi profesi serta menginformasikan kepada anggota yang akan disertifikasi.

    4. 

    Menyiapkan orientasi dan atau pelatihan kepada anggota yang akan mengikuti sertifikasi

    profesi.

    5. 

    Menyiapkan penetapan dan pembatalan status dan jenjang sertifikasi bagi setiap anggota

    biasa secara berkala.

  • 8/20/2019 AD ART IPPMI.pdf

    16/18

    6. 

    Mengajukan usulan dan memberikan rekomendasi bagi pelaksana kegiatan penunjang

    sertifikasi anggota untuk dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Nasional dan/atau Dewan

    Pengurus Daerah.

    Pasal 25

    Komite Sertifikasi Profesi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat berkewajiban untuk :

    1.  Melaksanakan proses sertifikasi bagi anggota yang diusulkan oleh Dewan Pengurus

    Nasional bekerja sama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi terkait;

    2. 

    Memberikan informasi status dan jenjang sertifikasi anggota berdasarkan hasil sertifikasi

    oleh Lembaga Sertifikasi Profesi terkait untuk ditetapkan melalui keputusan Dewan

    Pengurus Nasional dan dipublikasikan oleh Dewan Pengurus Nasional dalam bentuk

    Direktori Anggota IPPMI.

    3. 

    Menetapkan prinsip-prinsip obyektivitas, kejujuran dan keterbukaan dalam proses

    sertifikasi anggota.4.  Menyusun program kerja Komite Setifikasi Pelaku pemberdayaan Masyarakat sebagai

    bagian dari Program Kerja Dewan Pengurus Nasional.

    5. 

    Menyusun lapotan pelaksanaan kegiatan Komite Sertifikasi untuk dipertanggungjawabkan

    dalam Musyawarah Nasional.

    BAB VIII

    PELAKSANAAN MUSYAWARAH RAPAT

    Pasal 26

    Musyawarah Nasional dilaksanakan dengan ketentuan :

    1. 

    Musyawarah Nasional diselenggarakan 3 (tiga) tahun sekali;

    2. 

    Musyawarah Nasional dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Nasional dengan menunjuk

    Panitia Pelaksana Musyawarah Nasional yang dibentuk Dewan Pengurus Nasional;

    3. 

    Musyawarah nasional diikuti oleh peserta yang terdiri atas Dewan Pengurus Nasional,

    Dewan Pengurus Daerah, Dewan Pembina, Dewan Pengawas, Majelis Pengembangan Etika

    Profesi, Komite Sertifikasi Profesi, Anggota Kehormatan, serta anggota Lainnya yang

    mewakili Dewan Pengurus Daerah;

    4.  Usulan jumlah anggota yang mewakili Dewan Pengurus Daerah ditetapkan dalam Rapat

    Pleno Pengurus Pusat.

    5. 

    Musyawarah Nasional didahului oleh musyawarah Daerah yang khusus diadakan untuk

    menetapkan peserta mewakili wilayah yang bersangkutan serta menetapkan bahan danmasukan bagi Musyawarah Nasional.

    6. 

    Tata tertib Musyawarah Nasional disiapkan oleh Panitia Pelaksana Musyawarah Nasional

    untuk disetujui oleh para peserta musyawarah pada saat Musyawarah Nasional.

  • 8/20/2019 AD ART IPPMI.pdf

    17/18

    Pasal 27

    Musyawarah Daerah dilaksanakan dengan ketentuan :

    1.  Musyawarah Daerah diselenggarakan 3 (tiga) tahun sekali, paling lambat 1(satu) bulsn

    sebelum Musyawarah Nasional.

    2. 

    Musyawarah Daerah dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Daerah dengan menunjuk Panitia

    Pelaksana Musyawarah Daerah yang dibentuk oleh Dewan Pengurus Daerah.3.

     

    Musyawarah Daerah diikuti peserta yang terdiri dari atas wakil-wakil Dewan Pengurus

    Nasional, Dewan Pengurus Daerah, serta segenap anggota yang terdaftar di daerah atau

    dalam wilayah yang bersangkutan.

    4. 

    Apabila Musyawarah Daerah tidak dapat menghasilkan ketetapan maka Dewan Pengurus

    Daerah dapat menetapkan keputusan secara sementara sampai berlangsungnya

    Musyawarah Daerah berikutnya.

    BAB IX

    KEUANGANPasal 28

    1. 

    Pengelolahan keuangan oleh Dewan Pengurus Nasional dilaksanakan dengan berpedoman

    kepada anggaran yang disusun berdasarkan program kerja Dewan Pengurus Nasional,

    Majelis Pengembangan Etika Profesi, serta Komite Sertifikasi Pelaku Pemberdayaan

    Masyarakat, yang ditetapkan dengan keputusan Dewan Pengurus Nasional melalui Rapat

    Pleno Pengurus dan disetujui oleh Dewan Pembina;

    2.  Pelaksanaan anggaran keuangan Dewan Pengurus Nasional dilaporkan secara tertulis oleh

    Dewan Pengurus Nasional Pusat dan telah diaudit oleh Akuntan Publik serta harus

    dipertanggungjawabkan dalam Musyawarah Nasional.

    Pasl 29

    1. 

    Pengelolaan keuangan Dewan Pengurus Daerah dilaksanakan dengan berpedoman pada

    anggaran yang disusun berdasarkan program kerja Dewan Pengurus Daerah yang

    ditetapkan dengan keputusan Dewan Pengurus Daerah.

    2.  Pelaksanaan anggaran keuangan Dewan Pengurus Daerah dilaporkan secara tertulis oleh

    Dewan Pengurus Daerah dan harus dipertanggungjawabkan dalam musyawarah daerah.

    Pasal 30

    1. 

    Pembiayaan program kerja dewan pakar dan pertimbangan IPPMI, Majelis Kode Etik dan

    Kehormatan Profesi, serta Bdan Sertifikasi Profesi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat

    dibebankan kepada anggaran Dewan Pengurus Nasional.2.  Pembiayaan Musyawarah Nasional dibebankan kepada anggaran Dewan Pengurus Nasional

    dalam periode yang sedang berjalan, dan bila mana saldo keuangan Dewan Pengurus

    Nasional tersebut tidak mencukupi, maka pembiayaan diupayakan oleh panitia Pelaksana

    Musyawarah nasional dan harus dipertanggungjawabkan pada Musyawarah Nasioanal

    berikutnya.

  • 8/20/2019 AD ART IPPMI.pdf

    18/18

    3. 

    Pembiayaan Musyawarah Daerah dibebankan kepada anggaran Dewan Pengurus Daerah

    dalam periode sedang berjalan, dan bila saldo keuangan Dewan Pengurus Daerah tersebut

    tidak mencukupi, maka pembiayaan diupayakan oleh panitia Pelaksana Musyawarah

    Daerah dan harus dipertanggungjawabkan pada Musyawarah Daerah berikutnya.

    Pasal 31Keuangan yang diperoleh dari iuran anggota diatur sebagai berikut :

    1. 

    Pemungutan iuran anggota dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Daerah.

    2.  Dewan Pengurus Nasional berhak untuk menggunakan 3/10 (tiga persepuluh) bagian dari

    jumlah hasil perolehan iuran anggota.

    Pasal 32

    Keuangan yang diperoleh dari biaya sertifikasi diatur sebagai berikut :

    1. 

    Pemungutaan biaya sertifikasi dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Nasional.

    2. 

    Komite Sertifikasi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat berhak membebankan biaya

    tambahan kepada calon anggota yang akan disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Profesiterkait.

    BAB X

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 33

    1. 

    Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran rumah tangga ini, ditetapkan oleh Dewan

    Pengurus Nasional sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran

    Rumah Tangga.

    2. 

    Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat diubah oleh Musyawarah Nasional.

    Pasal 34

    Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak ditetapkan.