adab berpakaian dan berhias

19
BERTATA KRAMA A. ADAB BERPAKAIAN DAN BERHIAS 1. Adab Berpakaian Allah SWT berfirman: ُ اسَ بِ لَ ا وً ش يِ رَ وْ مُ كِ ت اَ ءْ وَ س يِ ارَ وُ ي اً اسَ بِ لْ مُ كْ بَ لَ ع اَ " بْ لَ # ز" نَ & اْ دَ قَ مَ ا,د يِ # نَ / ب اَ تَ 2 ونُ رَ ّ كَ ّ # دَ تْ مُ هَ ّ لَ عَ لِ ّ اِ اتَ ا,تْ 2 نِ مَ @ كِ لَ " دٌ رْ يَ " خَ @ كِ لَ " دَ يَ وْ قَ ّ ت ل اArtinya: “Hai anak Adam (umat manusia), sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian menutupi auratmu dan pakaan indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa (selalu takwa pada Allah) itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah mudah –mudahan mereka selalu ingat” (Q.S. AL-A’raf, 7: 26) Dari ayat Al-Qur’an Q.S. Al-A’raf, 7 : 26 tersebut dapat dipahami bahwa fungsi berpakaian itu adalah: a. Sebagai penutup aurat b. Untuk menjaga kesehatan manusia c. Untuk memperindah jasmani manusia Manfaat pakaian itu selain untuk menunjukkan identitas seorang Mukmin, juga agar terhindar dari gangguan yang tidak diingnkan. Allah SWT berfirman:

Upload: ikikinoko

Post on 29-Jun-2015

3.614 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Adab Berpakaian Dan Berhias

BERTATA KRAMA

A. ADAB BERPAKAIAN DAN BERHIAS

1. Adab Berpakaian

Allah SWT berfirman:

�م� �ك و�ء�ات س� �و�ار�ي ي ا �اس� �ب ل �م� �ك �ي ع�ل �ا �ن ل �نز� أ ق�د� آد�م� �ي �ن ب �ا ي

"ه� الل �ات� آي م�ن� �ك� ذ�ل �ر) ي خ� �ك� ذ�ل -ق�و�ى� الت �اس� �ب و�ل ا و�ر�يش�

ون� -ر� �ذ-ك ي -ه�م� �ع�ل لArtinya: “Hai anak Adam (umat manusia), sesungguhnya Kami telah

menurunkan kepadamu pakaian menutupi auratmu dan

pakaan indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa (selalu

takwa pada Allah) itulah yang paling baik. Yang demikian

itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah

mudah –mudahan mereka selalu ingat” (Q.S. AL-A’raf, 7:

26)

Dari ayat Al-Qur’an Q.S. Al-A’raf, 7 : 26 tersebut dapat

dipahami bahwa fungsi berpakaian itu adalah:

a. Sebagai penutup aurat

b. Untuk menjaga kesehatan manusia

c. Untuk memperindah jasmani manusia

Manfaat pakaian itu selain untuk menunjukkan identitas

seorang Mukmin, juga agar terhindar dari gangguan yang tidak

diingnkan.

Allah SWT berfirman:

د7 ج� م�س� �ل: ك ع�ند� �م� �ك �ت ز�ين � خ�ذ�وا آد�م� �ي �ن ب �ا يArtinya: “Hai anak-anak Adam, pakailah pakaanmu yang indah di

setiap (memasuki) masjid.” (Q.S. Al-A’raf, 7: 31)

Adapun tata karama dalam berpakaian yaitu:

a. Disunnatkan memakai pakaian baru, bagus dan bersih.

b. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda kepada

salah seorang shahabatnya di saat beliau melihatnya mengenakan

pakaian jelek :”Apabila Allah mengaruniakan kepadamu harta,

Page 2: Adab Berpakaian Dan Berhias

maka tampakkanlah bekas nikmat dan kemurahan-Nya itu pada

dirimu. (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).

c. Pakaian harus menutup aurat, yaitu longgar tidak membentuk

lekuk tubuh dan tebal tidak memperlihatkan apa yang ada di

baliknya.

d. Pakaian laki-laki tidak boleh menyerupai pakaian perempuan

atau sebaliknya. Karena hadits yang bersumber dari Ibnu Abbas

Radhiallaahu 'anhu ia menuturkan: “Rasulullah melaknat

(mengutuk) kaum laki-laki yang menyerupai kaum wanita dan

kaum wanita yang menyerupai kaum pria.” (HR. Al-Bukhari).

e. Pakaian tidak merupakan pamer pakaian (untuk ketenaran),

karena Rasulullah Radhiallaahu 'anhu telah bersabda: “Barang

siapa yang mengenakan pakaian ketenaran di dunia niscaya Allah

akan mengenakan padanya pakaian kehinaan di hari Kiamat.”

( HR. Ahmad, dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

f. Pakaian tidak boleh ada gambar makhluk yang bernyawa atau

gambar salib, karena hadits yang bersumber dari Aisyah

Radhiallaahu 'anha menyatakan bahwasanya beliau berkata:

“Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak pernah

membiarkan pakaian yang ada gambar salibnya melainkan Nabi

menghapusnya”. (HR. Al-Bukhari dan Ahmad).

g. Laki-laki tidak boleh memakai emas dan kain sutera kecuali

dalam keadaan terpaksa. Karena hadits yang bersumber dari Ali

Radhiallaahu 'anhu mengatakan: “Sesungguhnya Nabi Allah

Subhaanahu wa Ta'ala pernah membawa kain sutera di tangan

kanannya dan emas di tangan kirinya, lalu beliau bersabda:

Sesungguhnya dua jenis benda ini haram bagi kaum lelaki

dariumatku”. (HR. Abu Daud dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

h. Pakaian laki-laki tidak boleh panjang melebihi kedua mata kaki.

Karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda :

“Apa yang berada di bawah kedua mata kaki dari kain itu di

dalam neraka” (HR. Al-Bukhari).

Adapun perempuan, maka seharusnya pakaiannya menu-tup

seluruh badannya, termasuk kedua kakinya.

Page 3: Adab Berpakaian Dan Berhias

Adalah haram hukumnya orang yang menyeret (meng-gusur)

pakaiannya karena sombong dan bangga diri. Sebab ada hadits

yang menyatakan : “Allah tidak akan memperhatikan di hari

Kiamat kelak kepada orang yang menyeret kainnya karena

sombong”. (Muttafaq’alaih).

i. Disunnatkan mendahulukan bagian yang kanan di dalam

berpakaian atau lainnya. Aisyah Radhiallaahu 'anha di dalam

haditsnya berkata: “Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam

suka bertayammun (memulai dengan yang kanan) di dalam

segala perihalnya, ketika memakai sandal, menyisir rambut dan

bersuci’. (Muttafaq’-alaih).

j. Disunnatkan kepada orang yang mengenakan pakaian baru

membaca :

م�ن� �ه� �ي ق�ن ز� و�ر� -و�ب� الث ه�ذ�ا �ي ان �س� ك -ذ�ي ال -ه� �ل ل �ح�م�د� �ل ا

ق�و-ة7 � و�ال :ي م�ن ح�و�ل7 �ر� غ�ي“Alhamdulillaahilladzii hadzaattauba wa razaqaniihi min ghairi

haulin minnii wa laa qawwatin”

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menutupi aku

dengan pakaian ini dan mengaruniakannya kepada-ku tanpa

daya dan kekuatan dariku”. (HR. Abu Daud dan dinilai hasan

oleh Al-Albani).

k. Disunnatkan memakai pakaian berwarna putih, katrena hadits

mengatakan: “Pakaialah yang berwarna putih dari pakaianmu,

karena yang putih itu adalah yang terbaik dari pakaian kamu...”

(HR. Ahmad dan dinilah shahih oleh Albani).

2. Adab Berhias

Adapun tata karma dalam berhias menurut hadits-hadits Nabi

Muhammad SAW yaitu:

a. Anjuran untuk memotong kuku, memendekkan kumis, menyisir

rambut, dan merapikan jenggot (jika berjenggot).

Page 4: Adab Berpakaian Dan Berhias

b. Anjuran untuk berharum-haruman dengan wewangian yang

menyenangkan jiwa, serta membangkitkan tenaga, dan gairah

kerja.

c. Larangan mencukur botak sebagian kepala, dan sebagian lainnya

tidak dicukur/dibiarkan tumbuh.

d. Larangan berhias diri dengan mengubah apa yang diciptakan

Allah SWT misalnya mengeriting rambut, memakai cemara

(menyambung rambut), menyukur alis mata, membuat tahi lalat

palsu, dan larangan bertato.

e. Laki-laki dilarang berhias diri menyerupai perempuan dan begitu

sebaliknya.

B. ADAB DALAM PERJALANAN

Allah SWT bersabda:

س�ول� الر- � �ط�يع�وا و�أ "ه� الل � �ط�يع�وا أ � �وا آم�ن -ذ�ين� ال Hه�ا ي� أ �ا ي

�م� م�نك �م�ر� األ و�ل�ي� و�أ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah, dan taatilah

rasul-Nya dan ulil amri (pimpinan-pinpinan) diantara

kamu.” (Q.S. An-Nisa’, 4: 59)

Memacu kepada ayat Al-Qur’an tersebut setiap

Muslim/Muslimah hendaknya menaati ajaran-ajaran Allah SWT dan

rasul-Nya (ajaran Islam) dan undang-undang serta peraturan

pemerintah dimana pun dia berada misalnya berada dalam perjalanan.

Seseorang dianggap bertata karma dalam perjalanan, apabila

takkala dia menggunakan jalan umun atau jalan raya, ia menaati

undnag-undang dan peraturan lalu lintas yang telah ditetapkan

pemerntah.

Adapun tata karma dalam perjalanan yaitu:

a. Hendaknya beristikharah kepada Allah dalam perjalanannya: dari

sahabat Jabirt telah berkata: “Suatu hari Nabi telah mengajari

Page 5: Adab Berpakaian Dan Berhias

kami dalam segala perkara seperti halnya beliau mengajari kami

ayat dari Al-Qur’an”. Beliau bersabda: (“Jika seorang dari

kalian menghendaki suatu perkara maka rukuklah dua rakaat

(shalat) diluar shalat fardhu kemudian berdoalah (doa

istikharah). Maka tak ada penghalang bagi siapapun untuk

meminta petunjuk kepada Sang Pencipta SWT dalam semua

perkaranya, sesungguhnya orang tersebut tidak mengetahui

dimana letaknya kebaikan, dengan beristikharah dia dapat

menyerahkan segala perkaranya kepada Rabbnya SWT.” )

b. Bertaubat kepada Allah dari segala bentuk kemaksiatan, menolak

untuk berbuat kedzaliman, membayar utang, mencukupi nafkah

bagi siapa yang berhak dinafkahi, tidak mengambil apapun

kecuali yang halal dan baik, mengambil sesuatu secukupnya dan

memberikan kesempatan kepada yang lainnya, kemudian yang

termasuk dalam adab bepergian adalah menampakkan akhlak dan

perkataan yang mulia, menyantuni dengan makanan kepada

sesama dan lain sebagainya.

c. Memohon restu kedua orang tua, ini merupakan hal yang

dibolehkan dan hukumnya mustahab (sunnah) berkenaan dengan

dilarangnya bepergian kecuali seizin keduanya. Hendaknya

seorang isteri meminta izin kepada suaminya.

d. Hendaknya memilih teman yang baik dalam perjalanan, Allah

berfirman dalam surat Al-Kahfi ayat 28 :

م� ب�ه� ر� ي�د�ع�ـو�ن� ال�ذ�ي�ن� ـع� م� ك� س� ن�ف� ب�ر� و�اص�

ال و� ـه� ه� و�ج� ي�د�ون� ي�ر� ـي! الع�ش� و� ب�الغ�د�اة�

اة� يـ� الح� ة� ي�نـ� ز� ي�د� ت�ر� م� ع�ن�ه� ن�اك� ع�يـ� ت�ع�د�

ع�ن� ه� ل�بـ� ق� ن�ا لـ� أ�غ�ف� م�ن� ع� ت�طـ� ال و� ا الد4ن�يـ�

ا طـ5 ر� ف� ه� ـر� م�أ� ان� و�كـ� اه� ـو� ه� ع� ات�بـ� و� ا نـ� ذ�ك�ر�

Artinya : (“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-

orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan senja hari

dengan mengharap keridhaan-Nya ; dan janganlah kedua

matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan

Page 6: Adab Berpakaian Dan Berhias

perhiasan kehidupan dunia ini ; dan janganlah kalian ikuti

yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami,

serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu

melewati batas.”)

e. Hendaknya bertiga atau lebih dalam bepergian, sebagaimana

sabda Rasulullah SAW:

ان� ـر� ـاف� الم�س� و� ط�ان= يـ� ش� ـاف�ر� الم�س�

ب= كـ� ر� ة� الث�الثـ� و� ان� ط�انـ� يـ� ش�

Artinya: “Setiap musafir terdapat satu syaitan, dua musafir

terdapat dua syaitan, dan tiga adalah jamaah.” (H.R

Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi)

Kemudian sabdanya :

ا ـد�ة� م� ا ف�ـي الو�ح� اس� م� م� النـ� ل�و� ي�ع�لـ�

ـد�ه� ل5 و�ح� اك�ب= ب�ل�يـ� ـار� ر� ا س� , م� م� أ�ع�لـ�

Artinya: “Kalau saja orang tahu apa yang terdapat pada

kesendirian, niscaya tidak seorang pengendarapun

yang mau pergi sendiri pada malam hari.” (H.R

Bukhari)

f. Hendaknya melakukan perjalanan di malam hari jika

memungkinkan baginya, sebagaimana yang terdapat pada hadits

bahwasannya Nabi Muhammad SAW telah bersabda :

ل� ب�الل�يـ� و�ى ت�طـ� ض� ر�األ�

Artinya: “Bumi dikerutkan di malam hari.” (H.R Abu Daud)

g. Jika berhenti untuk tidur dan istirahat maka menepilah dari jalan.

Sesuai sabda Rasulullah kepada para musafir :

ق الط�ر�يـ� وا ت�ن�بـ� اج� ف� ل� ب�الل�يـ� ـت�م� س� ع�ر� �ذ�ا إ و�

ل� ب�الل�يـ� ـو�ام اله� و�ىأ� م� ا ه� �نـ� إ ف�

Artinya: “Dan jika kalian hendak menghentikan (perjalanan) di

malam hari maka menepilah dari jalan, sesungguhnya

Page 7: Adab Berpakaian Dan Berhias

itu adalah tempat kembalinya binatang buas pada

malam hari.” ( H.R Muslim)

Dan jika sampai di tempat tinggal maka alangkah baiknya untuk

membaca doa masuk rumah :

ا م� ـر! ش� م�ن� ام�ات� التـ� الله� ل�م�ات� ب�كـ� ذ� أ�ع�ـو�

ق� لـ� خ�Artinya: “Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan segala

makhluk.” (H.R Muslim)

h. Hendaknya menjadikan diantara mereka seorang pemimpin

sebagai penentu jika terjadi perbedaan pendapat di antara mereka.

Sebagaimana sabda Nabi :

وا ـر� ؤ�م! ل�يـ� ف� Vـر ف� س� ف�ـي ة= ث�الثـ� ج� ـر� خ� �ذ�ا إ

ـم� د�ه� أ�ح�Artinya: “jika tiga orang keluar untuk bepergian maka

jadikanlah seorang pemimpin salah satu dari

mereka.” (H.R Abu Daud)

i. Dan di sunnahkan untuk mempercepat kembali kepada

keluarganya jika telah menuntaskan keperluannya dalam

safarnya. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW telah bersabda :

�و�م�ه� ن م� ـ� �ح�د�ك أ ع� ـ� �م�ن ي ذ�اب� العـ� م�ن� ة) ق�ط�عـ� ـف�ر� الس-

ه� ـ� �ه�م�ت ن م� ـ� �ح�د�ك أ ق�ض�ـى �ذ�ا ف�إ �ه� اب ـر� و�ش� ام�ه� و�ط�عـ�

ه� ـ� �ه�ل أ ى �لـ� إ ج�و�ع� Hالر �ع�ج:ـل� �ي ف�ل و�ج�ه�ـه� م�ن�Artinya: “Safar adalah bagian dari suatu siksa, seseorang akan

tertahan dari tidurnya, makannya, minumnya. Jika

salah seorang diantara kalian telah menuntaskan

keperluannya maka percepatlah kembali kepada

keluarganya.” (H.R Bukhari dan Muslim)

Jika telah kembali maka disunnahkan untuk memberi kabar

kepada keluarganya tentang kepulangannya.

Page 8: Adab Berpakaian Dan Berhias

C. TATA KRAMA BERTAMU DAN

MENERIMA TAMU

1. Adab Menerima Tamu

Adab menerima tamu bagi tuan rumah yaitu:

a. Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan

dengan mengabaikan/melupakan orang-orang fakir.

b. Undangan jamuan hendaknya tidak diniatkan berbangga-bangga

dan berfoya-foya, akan tetapi niat untuk mengikuti sunnah

Rasululloh SAW dan membahagiakan teman-teman sahabat,

ataupun syukuran dalam rangka bersyukur atas nikmat yang telah

diberikan Allah SWT.

c. Tidak memaksakan diri untuk mengundang tamu.

d. Menerima tamu dengan membuka pintu atau berada dibalik pintu

tetapi dengan kata-kata yang sopan dan volume standar tanpa

perlu berteriak-teriak, walau maksudnya agar terdengar. Serta

memanggil orang yang ingin ditemui tamu dengan cara mencari

orang yang dicari tersebut, menagatakannya pelan-pelan tanpa

perlu berteriak-teriak.

e. Menjawab Salam. Menjawab salam saudara kita sesama muslim

berarti merealisasikan sunnah Rosululloh dan menunaikan hak

sesama muslim.

f. Boleh Menanyakan Siapa Namanya. Ketika sohibul bait (tuan

rumah) mengetahui ada tamu yang sedang meminta izin masuk

ke rumahnya sedangkan dia tidak mengenal sebelumnya, maka

boleh menanyakan namanya.

g. Boleh Menolak Tamu. Alloh memberi wewenang kepada

shohibul bait untuk menentukan sikap terhadap tamu yang datang

antara menerima dan menolak. Jika

memang harus menolaknya karena suatu hal, maka hendaknya

dia menolak

dengan sopan, menyampaikan udzurnya dan dengan adab yang

baik.

Page 9: Adab Berpakaian Dan Berhias

h. Berjabat Tangan. Ketika bertemu dengan tamu saudara sesama

muslim, disunnahkan berjabat tangan sebagaimana amalan para

sahabat Nabi Muhammad.

i. Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal ini

bertentangan dengan kewibawaan.

j. Jangan menampakkan kejemuan/kebosanan terhadap tamu, tetapi

tunjukkanlah kegembiraan dengan kahadiran tamu tersebut.

k. Hendaklah segera menghidangkan makanan untuk tamu, karena

yang demikian itu berarti menghormatinya.

l. Jangan tergesa-gesa untuk mengangkat makanan (hidangan)

sebelum tamu selesai menikmati jamuan.

m. Disunnatkan mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini

menunjukkan penerimaan tamu yang baik dan penuh perhatian.

2. Adab Bertamu

Adab bertamu yaitu:

a. Hendaknya memenuhi undangan dan tidak terlambat darinya

kecuali ada udzur/halangan.

b. Hendaknya tidak membedakan antara undangan orang fakir

dengan undangan orang yang kaya, karena tidak memenuhi

undangan orang faqir itu merupakan pukulan (cambuk) terhadap

perasaannya.

c. Memberitahukan Perihal Kedatangannya (untuk Minta Ijin)

Sebelum Bertamu. Adab ini sangat penting untuk diperhatikan.

d. Mengucapkan Salam Ucapkanlah salam dengan suara yang

sekiranya didengar tuan rumah, tidak terlalu pelan dan tidak pula

terlalu keras.

e. Minta Izin Maksimal Tiga Kali. Tamu yang hendak masuk di

(halaman) rumah orang lain jika telah meminta izin tiga kali,

tidak ada yang menjawab atau tidak diizinkan, hendaknya pergi.

f. Tidak Masuk Rumah Walaupun Terbuka Pintunya. Langsung

masuk ke rumah orang lain tanpa izin bukanlah kebiasaan terpuji.

g. Tidak Mengintai Ke Dalam Bilik. Jika kita hendak bertamu dan

telah sampai di halaman rumah, tidak diizinkan mengintip

Page 10: Adab Berpakaian Dan Berhias

melalui jendela atau bilik, walaupun tujuannya ingin mengetahui

penghuninya ada atau tidak.

h. Tidak Menghadap Ke Arah Pintu Masuk.

i. Hendaknya Menyebut Nama Yang Jelas.

j. Berwajah Ceria dan Bertutur Kata Lembut dan Baik Ketika

Bertemu.

k. Bersikap Tawadhu dalam Majlis Tuan Rumah.

l. Jangan terlalu lama menunggu di saat bertamu karena ini

memberatkan yang punya rumah juga jangan tergesa-gesa datang

karena membuat yang punya rumah kaget sebelum semuanya

siap.

m. Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurang

apa saja yang terjadi pada tuan rumah.

n. Hendaknya mendo`akan untuk orang yang mengundangnya

seusai menyantap hidangannya.

o. Tidak Sering Bertamu. Mengatur frekwensi bertamu sesuai

dengan kebutuhan dapat menimbulkan kerinduan dan kasih-

sayang.

p. Dianjurkan Membawa Sesuatu Sebagai Hadiah.

q. Tidak Boleh Seorang Laki-Laki Bertamu kepada Seorang Wanita

yang Suaminya atau Mahramnya Tidak Ada di Rumah.

---###---

Page 11: Adab Berpakaian Dan Berhias

DAFTAR PUSTAKA

Syamsuri. 2007. Pendidikan Agama Islam Untuk SMA Kelas X. Jakarta:

Penerbiit Erlangga.

Aminuddin, Suyono H.S Muh., Abidin Slamet. 2007. Pendidikan Agama

Islam SMA 1. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Website:

http://www.islamicity.com/

http://www.aldakwah.org/

http://ahob.multiply.com/journal/item/2/Bertamu_dan_menerima_tamu

http://al-ilmu.us/akhlaq-and-adab/etika-dalam-berpakaian-berhias/

msg1243/#msg1243

---###---

Page 12: Adab Berpakaian Dan Berhias

Kelompok: 3

Ketua : Kisai Turmizi

Anggota : 1. Kalsum

2. M. Ibnu Sya’ban

Page 13: Adab Berpakaian Dan Berhias

3. M. Rizky Wahyudi

4. M. Zaki Mubarok

5. Miftahul Jannah