adisi-alkalimetri

15
Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting : asam, basa dan garam. Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Sebenarnya ion hidrogen (proton) tak ada dalam larutan air. Setiap proton bergabung dengan satu molekul air dengan cara berkoordinasi dengan sepasang elektron bebas yang terdapat pada oksigen dari air, dan terbentuk ion-ion hidronium : H+ + H2O → H3O+ Basa, secara paling sederhana dapat didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-satunya ion negatif. Hidroksida-hidroksida logam yang larut, seperti natrium hidroksida atau kalium hidroksida hampir sempurna berdisosiasi dalam larutan air yang encer : Karena itu basa-basa ini adalah basa kuat. Di lain pihak larutan air amonia, merupakan suatu basa lemah. Bila dilarutkan dalam air, amonia membentuk amonium hidroksida, yang berdisosiasi menjadi ion amonium dan ion hidroksida : Namun lebih tepat untuk menulis reaksi itu sebagai

Upload: novra-yansyah

Post on 31-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

lshdcklsdhf

TRANSCRIPT

Page 1: adisi-alkalimetri

            Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting : asam, basa dan garam.

             Asam   secara   paling   sederhana   didefinisikan   sebagai   zat,   yang   bila   dilarutkan   dalam   air, 

mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif.

             Sebenarnya ion hidrogen (proton) tak ada dalam larutan air. Setiap proton bergabung dengan 

satu molekul air dengan cara berkoordinasi dengan sepasang elektron bebas yang terdapat pada oksigen 

dari air, dan terbentuk ion-ion hidronium :

                                                H+ + H2O → H3O+

             Basa,  secara paling sederhana dapat didefinisikan sebagai  zat,  yang bila dilarutkan dalam air, 

mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-satunya ion negatif. Hidroksida-

hidroksida   logam   yang   larut,   seperti   natrium   hidroksida   atau   kalium   hidroksida   hampir   sempurna 

berdisosiasi dalam larutan air yang encer :

                                    

                                      

            Karena itu basa-basa ini adalah basa kuat. Di lain pihak larutan air amonia, merupakan suatu basa 

lemah. Bila dilarutkan dalam air, amonia membentuk amonium hidroksida, yang berdisosiasi menjadi 

ion amonium dan ion hidroksida :

                     

Namun lebih tepat untuk menulis reaksi itu sebagai

                        

Karena itu, basa kuat merupakan elektrolit kuat, sedang basa lemah merupakan elektrolit lemah. Tetapi 

tak ada pembagian yang tajam antara golongan-golongan ini, dan sama halnya dengan asam, adalah 

mungkin untuk menyatakan kekuatan basa secara kuantitatif.

             Menurut  definisi  yang kuno,  garam adalah hasil   reaksi  antara  asam dan basa.  Proses-proses 

semacam ini disebut netralisasi. Definisi ini adalah benar, dalam artian, bahwa jika sejumlah asam dan 

basa  murni   ekuivalen   dicampur,   dan   larutannya   diuapkan,   suatu   zat   kristalin   tertinggal,   yang   tak 

Page 2: adisi-alkalimetri

mempunyai ciri-ciri  khas suatu asam maupun basa. Zat-zat  ini dinamakan garam oleh ahli-ahli  kimia 

zaman dulu. Jika persamaan reaksi dinyatakan sebagai interaksi molekul-molekul.

                        

Pembentukan garam seakan-akan merupakan hasil dari suatu proses kimia sejati. Tetapi ini sebenarnya 

tidak tepat. Kita tahu bahwa baik asam (kuat) maupun basa (kuat), serta pula garam hampir sempurna 

berdisosiasi dalam larutan.

                                    

Sedangkan air, yang juga terbentuk dalam proses ini, hampir-hampir tak berdisosiasi sama sekali. Karena 

itu, lebih tepat untuk menyatakan reaksi netralisasi sebagai penggabungan ion-ion secara kimia :

                        

Dalam persamaan ini, ion Na+ dan Cl- tampil pada kedua sisi. Karena dengan demikian tak ada terjadi 

apa-apa dengan ion-ion ini, persamaan ini dapat disederhanakan menjadi

                                    

Yang menunjukkan bahwa hakekat suatu reaksi asam-basa (dalam larutan air) adalah pembentukan air. 

Ini ditunjukkan oleh fakta, bahwa panas netralisasi adalah kurang lebih sama (56,9 KJ) untuk reaksi suatu 

mol setiap asam kuat dan basa kuat yang sembarang. Garam adalah wujud padat dibangun oleh ion-ion, 

yang tersusun dalam pola yang teratur dalam kisi kristalnya.

             Zat-zat   amfoter,   atau   amfolit,   mampu   melangsungkan   reaksi   netralisasi   baik   dengan   asam 

maupun basa (lebih tepatnya, baik dengan ion hidrogen maupun ion hidroksil).  Misalnya, aluminium 

hidroksida bereaksi dengan asam kuat, pada mana ia melarut dan ion aluminium terbentuk :

                        

Page 3: adisi-alkalimetri

Dalam reaksi ini aluminium hidroksida bertindak sebagai basa. Di lain pihak, aluminium hidroksida juga 

bisa dilarutkan dalam natrium hidroksida :

                        

Pada mana  ion  tetrahidroksoaluminat   terbentuk.  Dalam reaksi   ini  aluminium hidroksida  berperilaku 

sebagai asam. (G. Shevla, Ph.D, D.Sc, F.R.I.C. 1985)

             Bila   suatu  asam dan  suatu  basa  yang  masing-masing  dalam kuantitas  yang  ekuivalen  secara 

kimiawi,  dicampur  akan dihasilkan suatu reaksi  penetralan,  yang menghasilkan suatu  larutan garam 

dalam air. Larutan ini akan benar-benar netral   jika asam dan basa itu sama kuat ;  kalau tidak, akan 

diperoleh larutan asam lemah atau basa lemah. Konsentrasi suatu larutan asam atau basa yang anu 

(unknown)   dapat   ditentukan   dengan   titrasi   dengan   larutan   yang   konsentrasinya   diketahui.   Teknik 

semacam itu disebut analisis volumetri. (Kleinfetter. 1987)

             Volumetri   adalah   cara   analisis   jumlah   berdasarkan   pengukuran   volume   larutan   pereaksi 

berkepekatan   tertentu   yang   direaksikan   dengan   larutan   contoh   yang   sedang   ditetapkan   kadarnya. 

Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit, sampai 

jumlah   zat-zat   yang   direaksikan   tepat   menjadi   akivalen   satu   sama   lain.   Pada   saat   titran   yang 

ditambahkan tampak telah ekivalen, maka penambahan titran harus dihentikan; saat ini dinamakan titik 

akhir  titrasi.  Larutan yang ditambahkan dari  buret  disebut  titran,  sedangkan  larutan yang ditambah 

titran   itu   disebut  titrat.  Dengan   jalan   ini,   volume/berat   titran   dapat   diukur   dengan   teliti   dan   bila 

konsentrasi juga diketahui, maka jumlah mol titran dapat dihitung. Karena jumlah titrat ekivalen dengan 

jumlah titran, maka jumlah mol titrat dapat diketahui pula berdasar persamaan reaksi dan koefisiennya. 

Perhatikanlah sekali lagi arti ungkapan ”pereaksi telah ekivalen”, yang berarti: telah tepat banyaknya 

untuk  menghabiskan   zat   yang   direaksikan.   Titran   dan   titrat   tepat   saling  menghabiskan;   tidak   ada 

kelebihan yang satu maupun yang lain. Ini tidak selalu berarti, bahwa pereaksi dan zat yang direaksikan 

telah sama banyak, baik volume maupun jumlah gram atau mol-nya. Hal ini jelas, sebab jumlah yang 

bereaksi ditentukan oleh persamaan reaksi. (Harjadi. 1987)

            Salah satu macam titrasi adalah titrasi asidimetri-alkalimetri, yaitu titrasi yang menyangkut asam 

dan/atau   basa.   Bila   kita   mengukur   berapa   mL   larutan   bertitar   tertentu   yang   diperlukan   untuk 

menetralkan   larutan   basa   yang   kadar   atau   titernya   belum   diketahui,  maka   pekerjaan   itu   disebut 

asidimetri. Peniteran sebaliknya, asam dengan basa yang titernya diketahui disebut alkalimetri. Dalam 

Page 4: adisi-alkalimetri

titrasi   ini   perubahan   terpenting   yang  mendasari   penentuan  titik   akhir   dan   cara   perhitungan   ialah 

perubahan pH titrat.

            Reaksi-reaksi yang terjadi dalam titrasi ini ialah :

-          asam   dengan   basa   (reaksi   penetralan);   agar   kuantitatif,   maka   asam   dan/atau   basa   yang 

bersangkutan harus kuat.

-          asam dengan garam (reaksi pembentukan asam lemah); agar kuantitatif, asam harus kuat dan 

garam itu harus terbentuk dari asam lemah sekali.

-          basa dengan garam; agar kuantitatif, basa harus kuat dan garam harus terbentuk dari basa lemah 

sekali; jadi berdasar pembentukan basa lemah tersebut. (Harjadi. 1987)

            Berikut syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil :

Konsentrasi titran harus diketahui. Larutan seperti ini disebut larutan standar.

Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus diketahui.

Titik stoikhiometri atau ekivalen harus diketahui. Indikator yang memberikan perubahan warna, atau 

sangat dekat pada titik ekivalen yang sering digunakan. Titik pada saat indikator berubah warna disebut 

titik akhir.

      Tujuan : memilih indikator yang memiliki titik akhir bertepatan dengan titik stoikhiometri.

Volume   titran   yang   dibutuhkan   untuk   mencapai   titik   ekivalen   harus   diketahui   setepat   mungkin. 

(Hardjono Sastrohamidjojo. 2005) 

             Proses  titrasi  asam – basa sering  dipantau dengan penggambaran pH  larutan yang dianalisis 

sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan. Gambar yang diperoleh tersebut disebut kurva pH, atau 

kurva titrasi.

-    KURVA TITRASI –

             Larutan   yang   dititrasi   dalam   asidimetri-alkalimetri  mengalami   perubahan   pH.  Misalnya   bila 

larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula rendah dan selama titrasi terus menerus 

Page 5: adisi-alkalimetri

naik. Bila pH ini diukur dengan pengukur pH (pH-meter) pada awal titrasi, yakni sebelum ditambah basa 

dan pada waktu-waktu tertentu setelah titrasi dimulai, maka kalau pH dialurkan lawan volume titran, 

kita peroleh grafik yang disebut kurva titrasi.

            Bila suatu indikator pH kita pergunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi, maka :

Indikator harus berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekivalen dengan titrat agar tidak terjadi 

kesalahan titrasi.

Perubahan warna  itu  harus   terjadi  dengan mendadak,  agar  tidak ada keragu-raguan  tentang kapan 

titrasi harus dihentikan.

            Untuk memenuhi pernyataan (1), maka trayek indikator harus mencakup pH larutan pada titik 

ekivalen, atau sangat mendekatinya; untuk memenuhi pernyataan (2), trayek indikator tersebut harus 

memotong bagian yang sangat curam dari kurva.

-    Indikator Asam Basa –

             Indikator asam basa  ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH  lingkungannya berubah. 

Misalnya biru bromtimol (bb); dalam larutan asam ia berwarna kuning, tetapi dalam lingkungan basa 

warnanya biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna asam dari indikator (kuning untuk bb), 

sedang warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa disebut warna basa.

            Akan tetapi harus dimengerti, bahwa asam dan basa disini tidak berarti pH kurang atau lebih dari 

tujuh. Asam berarti pH lebih rendah dan basa berarti pH lebih besar dari trayek indikator atau trayek 

perubahan warna yang bersangkutan.

             Perubahan warna disebabkan oleh resonansi   isomer elektron.  Berbagai   indikator  mempunyai 

tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda. 

(Khopkar. 2003)

            Kebanyakan indikator asam basa adalah molekul kompleks yang bersifat asam lemah dan sering 

disingkat   dengan   HIn.   Mereka   memberikan   satu   warna   berbeda   bila   proton   lepas.   (Hardjono 

Sastrohamidjojo. 2005)

Page 6: adisi-alkalimetri

             Contoh  :  Fenolftalein,   indikator  yang  lazim dipakai,   tak  berwarna dalam bentuk  Hin-nya dan 

berwarna pink dalam bentuk In, atau basa. Struktur Fenolftalein,  sering disingkat PP, adalah sebagai 

berikut :

Harjadi,W. 1987. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia : Jakarta

Keenan,W. Kleinfelter. 1980. Kimia Untuk Universitas. Erlangga : Jakarta

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia :  Jakarta

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar. Gajah Mada Universitas Press : Jogjakarta

Shevla, G. 1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.

               PT. Kalman Media Pustaka : Jakarta

Asidi alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi hidrogen yang berasal dari asam dengan ion 

hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga 

dikatakan sebagai reaksi antara donor proton ( asam ) dengan penerima proton ( basa ).

H+  +  OH-  →  H2O

             Asidimetri  merupakan   penetapan   kadar   secara   kuantitatif   terhadap   senyawa-senyawa   yang 

bersifat basa dengan menggunakan larutan asam, sebaliknya alakalimetri adalah penetapan kadar-kadar 

senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan larutan basa. Untuk menetapkan titik akhir 

proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W.Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik 

kompleks dalam bentuk asam atau basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna 

yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu kebentuk yang lainnya pada konsentrasi 

H+ tertentu dan pH tertentu. Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan 

pH larutan selama titrasi, yang terpenting ialah perubahan pH pada saat dan disekitar titik ekuivalen 

karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi sekecil-kecilnya.

Page 7: adisi-alkalimetri

 3

Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan 

sifat basa akan hilang dengan terbentuknya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda 

dengan sifat zat asalnya. Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah 

ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan. 

Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekuivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan 

titik ekuivalen reaksi.  Titik ekuivalen adalah keadaan dimana  jumlah mol asam tepat bereaksi  habis 

dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekuivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan 

indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan 

titik ekuivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi.

Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam atau basa yang tidak 

diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa. Titrasi adalah cara penentuan 

konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui 

konsentrasinya. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut titrasi asidi-alkalimetri.

Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari 

asam lemah ( basa bebas ) dengan suatu asam standar ( asidimetri ), dan titrasi asam yang terbentuk 

dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah ( asam bebas ) dengan suatu basa standar ( alkalimetri 

).  Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air  merupakan akibat reaksi  – 

reaksi tersebut.

# Prinsip Dasar Titrasi

Reaksi   penetralan   dalam   analisis   titrimetri   lebih   dikenal   sebagai   reaksi   asam-basa.   Reaksi   ini 

menghasilkan larutan yang pHnya lebih netral. Secara umum metode titrimetri didasarkan pada reaksi 

kimia sebagai berikut

aA + tT → Produk

dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T, untuk menghasilkan produk yang sifat 

pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut salah satu larutan ( larutan standar ) konsentrasi dan pH-nya telah 

diketahui.  Saat  ekuivalen  mol  titran sama dengan mol  analitnya begitu  pula  mol  ekuivalennya  juga 

berlaku sama, dengan demikian secara stoikiometri dapat ditentukan konsentrasi larutan kedua. Dalam 

Page 8: adisi-alkalimetri

analisis titrimetri, sebuah reaksi harus memenuhi beberapa persyaratan sebelum reaksi tersebut dapat 

dipergunakan, diantaranya :

-     Reaksi itu sebaiknya diproses sesuai persamaan kimiawi tertentu dan tidak adanya reaksi sampingan

-      Reaksi itu sebaiknya diproses sampai benar-benar selesai pada titik ekuivalensi. Dengan kata lain, 

konstanta   kesetimbangan  dari   reaksi   tersebut   haruslah   amat  besar.  Oleh   karena   itu,   dapat   terjadi 

perubahan yang besar dalam konsentrasi titran pada titik ekivalensi.

-     Diharapkan tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekivalensi tercapai

-     Diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan hanya beberapa menit

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang 

sudah   diketahui   konsentrasinya.   Titrasi   biasanya   dibedakan   berdasarkan   jenis   reaksi   yang   terlibat 

didalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam-basa maka disebut titrasi asam-basa, 

titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi-oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi 

yang melibatkan pembekuan reaksi kompleks dan lain sebagainya.

Larutan yang telah diketahui  konsentrasinya disebut dengan titran.  Titran ditambahkan sedikit  demi 

sedikit ( dari dalam buret ) pada titrat ( larutan yang dititrasi ) sampai terjadi perubahan warna indikator 

baik titrat maupun titran biasanya berupa larutan. Saat terjadi perubahan warna indikator, maka titrasi 

dihentikan.  Saat   terjadi  perubahan warna  indikator  dan titrasi  dihentikan disebut  dengan titik akhir 

titrasidan diharapkan titik akhir sama dengan titik ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik 

akhir ekivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi 

sangant  penting  agar  warna   indikator  berubah   saat  titik  ekivalen   tercapai.   Pada   saat   tercapai  titik 

ekivalen maka pH-nya 7 ( netral ).

Adapun syarat zat yang bisa dijadikan standar primer :

1.      Zat harus 100 % murni

2.      Zat tersebut harus stabil baik pada suhu kamar ataupun pada waktu dilakukan pemanasan, standar 

primer biasanya dikeringkan terlebih dahulu sebelum ditimbang

3.      Mudah diperoleh

Page 9: adisi-alkalimetri

4.       Biasanya zat standar primer memiliki massa molar ( Mr ) yang besar, hal ini untuk memperkecil 

kesalahan pada waktu proses penimbangan. Menimbang zat dalam jumlah besar memiliki  kesalahan 

relatif yang lebih kecil dibanding dengan menimbang zat dalam jumlah yang kecil

5.      Zat tersebut juga harus memenuhi persyaratan teknik titrasi

Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Titik dimana reaksi itu 

tepat lengkap, disebut titik ekivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Pada saat titik ekivalen ini maka 

proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan 

tersebut.   Dengan  menggunakan   data   volume   titran,   volume   dan   konsentrasi   titer  maka   kita   bisa 

menghitung kadar titran. Lengkapnya titrasi, harus terdeteksi oleh suatu perubahan.

# Prinsip Titrasi Asam Basa

Titrasi   asam-basa   melibatkan   asam   maupun   basa   sebagai   titer   ataupun   titran.   Titrasi   asam   basa 

berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan 

sebaliknya. Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen ( secara 

stoikiometri, titran dan titer habis bereaksi ). Keadaan ini disebut titik ekivalen. Adapun cara mengetahui 

titik ekivalen yaitu :

1.      Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat 

plot  antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi,  titik tengah dari  kurva titrasi 

tersebut adalah titik ekivalen

2.      Memakai indikator asam-basa. Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. 

Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan

Indikator yang dipakai dalam titrasi asam-basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi 

oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga 

tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir dipilih sedekat mungkin dengan titik 

ekivalen. Indikator yang digunakan pada titrasi asam-basa adalah asam lemah atau basa lemah. Asam 

lemah dan basa lemah ini  umunya senyawa organik yang memiliki   ikatan rangkap terkonjugasi  yang 

mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam 

larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan, 

dengan demikian  jumlah titran yang diperlukan untuk terjadi  perubahan warna seminimal  mungkin. 

Umumnya dua atau tiga tetes larutan indikator 0,1 % (b/v) diperlukan untuk keperluan titrasi. Dua tetes 

Page 10: adisi-alkalimetri

(0,1 mL) indikator ( 0,1 % dengan berat formula 100) adalah sama dengan 0,01 ml larutan titran dengan 

konsentrasi 0,1 M.

Indikator asam-basa akan memiliki warna yang berbeda dalam keadaan tak terionisasi dengan keadaan 

terionisasi.   Sebagai   contoh  untuk   indikator  phenolpthalein   (pp)   seperti  diatas  dalam keadaan  tidak 

terionisasi   (  dalam larutan asam )  tidak akan berwarna dan akan berwarna merah keunguan dalam 

keadaan terionisasi (dalam larutan basa).

Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda-beda dan akibatnya mereka menunjukkan 

warna pada range pH yang berbeda. Fenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan 

yang tidak terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa fenolphtalein akan 

terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena anionya.

Metil   jingga   adalah   garam   Na   dari   suatu   asam   sulphonic   dimana   didalam   suatu   larutan   banyak 

terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya memberikan warna kuning, sedangkan dalam suasana 

asam metil jingga bersifat sebagai basa lemah dan mengambil ion H+, terjadi suatu perubahan struktur 

dan memberikan warna merah dari ion-ionnya.

Mengingat kembali bahwa perhitungan kualitas zat dalam titrasi didasarkan pada jumlah zat pereaksi 

yang tepat saling menghabiskan dengan zat tersebut. Sehingga berlaku : jumlah ekivalen analat = jumlah 

ekivalen pereaksi atau ( V x N ) analat = ( V x N ) pereaksi. Maka jumlah pereaksi harus diketahui dengan 

teliti sekali, sebagai berat gram ataupun sebagai larutan dengan konsentrasi dan volume. Larutan yang 

diketahui dengan tepat konsentrasinya dan dipakai sebagai pereaksi diusebut larutan standar/larutan 

baku, seperti dijelaskan diatas.

Telah dikemukakan, bahwa larutan NaOH dipakai untuk titrasi asam, tetapi NaOH tidak dapat diperoleh 

dalam keadaan sangat murni. Oleh karena itu, konsentrasi tepatnya tidak dapat dihitung dari beratnya 

NaOH   yang   ditimbang   dan   volume   larutan   yang   dibuat  walaupun   kedua-duanya   dilakukan   secara 

cermat.   Larutan   NaOH   ini   harus   distandarisasi   atau   dibakukan   terlebih   dahulu   yakni   ditentukan 

konsentrasinya yang setepatnya atau sebenarnya. Cara ini mudah untuk standarisasi atau pembakuan 

ialah dengan cara titrasi, misalnya larutan NaOH itu dipakai sebagai titran untuk menitrasi suatu larutan 

standar.

Keenan, Kleinfelter, Wood.1980. Kimia Untuk Universitas Edisi Keenam Jilid I. Erlangga : Jakarta

Respadi.1992. Dasar – Dasar Ilmu Kimia. Rineka Cipta : Jakarta

Page 11: adisi-alkalimetri

Sukardjo.1997. Kimia Fisika. Rineka Cipta : Yogyakarta

Yazid, Esfien.2005. Kimia Fisika. Andi : Yogyakarta