administrasi negara

15
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah sebuah negara hukum, hal tersebut telah ditegaskan dalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Dalam sebuah negara hukum terdapat pengakuan terhadap jaminan hak-hak asasi manusia yang secara tegas dilindungi oleh konstitusi. Tujuan dari hukum adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Selain itu hukum bertujuan mengatur masyarakat agar bertindak tertib dalam pergaulan hidup secara damai, menjaga agar masyarakat tidak bertindak anarki dengan main hakim sendiri dan menjamin keadilan bagi setiap orang akan hak-haknya sehinggga tercipta masyarakat yang teratur, bahagia, dan damai 1 . Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah melundungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah berupaya secara maksimal untuk memberikan perlindungan terhadap seluruh warga negara dalam berbagai bidang kehidupan. Selain tujuan tersebut, pemerintah juga berkewajiban melaksanakan pembagunan diberbagai bidang dalam rangka mewujudkan kesejahterahan nasional. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang ditujukan sebagai upaya yang dilakukan oleh 1 Hukum dan Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia) 1

Upload: ecep-guntur-alam

Post on 06-Aug-2015

55 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: administrasi negara

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia adalah sebuah negara hukum, hal tersebut telah ditegaskan dalam pasal 1 ayat

(3) UUD 1945. Dalam sebuah negara hukum terdapat pengakuan terhadap jaminan hak-hak asasi

manusia yang secara tegas dilindungi oleh konstitusi. Tujuan dari hukum adalah untuk menjamin

adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Selain itu hukum bertujuan mengatur masyarakat

agar bertindak tertib dalam pergaulan hidup secara damai, menjaga agar masyarakat tidak

bertindak anarki dengan main hakim sendiri dan menjamin keadilan bagi setiap orang akan hak-

haknya sehinggga tercipta masyarakat yang teratur, bahagia, dan damai1.

Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia

adalah melundungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Untuk

mencapai tujuan tersebut pemerintah berupaya secara maksimal untuk memberikan perlindungan

terhadap seluruh warga negara dalam berbagai bidang kehidupan. Selain tujuan tersebut,

pemerintah juga berkewajiban melaksanakan pembagunan diberbagai bidang dalam rangka

mewujudkan kesejahterahan nasional. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan

Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang ditujukan sebagai upaya yang

dilakukan oleh pemerintah dalam rangka melaksanakan pembangunan dalam bidang kesehatan.

Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan dibentuk untuk menggantikan

Undang-Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan yang dianggap telah usang

dan tidak lagi memenuhi kebutuhan akan pengaturan tentang kesehatan pada era dimana

kemajuan Ilmu Pengetahuan dan teknologi kedokteran telah maju demikian peastnya. Dalam

bagian pertimbangan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dikatakan bahwa

pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan, yang besar artinya

bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan sebagai modal bagi

pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakikatnya adalah pembangunan manusia

1 Hukum dan Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia)

1

Page 2: administrasi negara

Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia2. Berkaitan dengan hal

tersebut, pemerintah berkewajiban untuk melaksanakan program dalam rangka memberikan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan memuaskan kepada masyarakat yang

memberikan perlindungan hukum, maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 29

Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. Undang-undang tersebut diharapkan memberikan

perlindungan kepada masyarakat, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan, dan

memberikan kepastian hukum.

Dalam undang-undang No. 29 Tahun 2004 dikatakan bahwa Surat izin praktik adalah

bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter yang akan menjalankan praktik

kedokteran setelah memenuhi persyaratan3. Berkaitan dengan masalah malpraktek, instrument

perizinan yang diatur dalam hukum administrasi negara mempunyai hubungan dengan timbulnya

perbuatan malpraktek administrasi.

Pelayanan kesehatan merupakan suatu hubungan hukum antara pasien dan dokter.

Hubungan tersebut yang menimbulkan pasien sepenuhnya percaya terhadap nasehat dan

pengobatan yang dilakukan dokter. Menurut seran, hubungan dokter dan pasien merupakan suatu

hubungan yang didasarkan pada transaksi terapeutikyang sifatnya unik. Keunikan dari hubungan

tersebut yakni bahwa disamping hukum, unsur kepercayaan menjadi landasan terciptanya upaya

penyembuhan oleh dokter terhadap pasien, sehingga melibatkan aspek etis dan moral.

Dengan keadaan pasien yang percaya sepenuhnya terhadap pelayan medis (dokter), membuat

pasien berada dalam ketidakmampuan untuk menilai secara objektif mengenai peran dan

kewajiban dokter sesuai dengan tuntutan ilmu pengetahuan kedokteran dan keahlian di dalam

memberikan pelayanan kesehatan.

Bukan saja hal tersebut, pengaruh mengenai semakin majunya alat-alat kesehatan seperti

peralatan diagnose dan terapeutik menyebabkan tidak diperlukannya penanganan langsung oleh

dokter. Karena pelayan medis (dokter) mempercayakan sepenuhnya kepada peralatan tersebut

sehingga dokter terkesan lalai dalam menjalankan tugasnya. Realita di lapangan, memang

2 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan3 Pasal 1, Undang-Undang No. 29 Tahun 2004

2

Page 3: administrasi negara

peralatan maju dapat mengetahui (diagnose) sampai pada batasan yang tidak dibayangkan oleh

manusia. Kendati demikian alat-alat tersebut tidak mampu menyelesaikan problema pasien,

bahkan alat tersebut membuat efek samping bagi pasien seperti cacat total, bahkan sampai

kematian.

Hal ini mengharuskan pelayan medis (dokter) harus menjalankan tugasnya dengan baik,

bukan hanya mengandalkan alat-alat kesehatan. Karena diagnosis (penentuan penyakit)

merupakan suatu seni tersendiri yang memerlukan imajinasi dalam mendengarkan keluhan-

keluhan yang disampaikan pasien dan memerlukan pengamatan yang intensif.

Dengan adanya diagnosis, pelayan medis (dokter) berkewajiban untuk menyampaikan

informasi-informasi dan selanjutnya pasien menyampaikan informasi-informasi dan selanjutnya

pasien menyampaikan kehendaknya untuk menyetujui atau menolak tindakan medis tersebut.

Hal ini dibutuhkan persetujuan yang harus dipahami oleh pasien, karena kebanyakan pasien

awam tentang informed consent. Dan adapun pelayan medis (dokter) enggan untuk

menyampaikan informasi-informasi yang seharusnya menjadi kewajibannya.

3

Page 4: administrasi negara

BAB II

PERLINDUNGAN HUKUM DAN HUKUM KESEHATAN

A. KONSEP PERLINDUNGAN HUKUM

Eksistensi hukum dalam masyarakat adalah untuk mengintegrasikan dan

mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan seluruh anggota masyarakat. Pengaturan

kepentingan-kepentingan ini seharusnya didasarkan pada keseimbangan antara memberi

kebebasan kepada individu dan melindungi kepentingan masyarakat. Tatanan yang diciptakan

hukum baru menjadi kenyataan manakala subyek hukum diberi hak dan kewajiban. Sudikno

Mertokusumo menyatakan bahwa hak dan kewajiban bukanlah merupakan kumpulan kaidah atau

peraturan, melainkan perimbangan kekuasaan dalam bentuk hak individual di satu pihak yang

tercermin dalam kewajiban pada pihak lawan, hak dan kewajiban inlah yang diberikan oleh

hukum.

Secara leksikal, perlindungan diartikan sebagai tempat berlindung, hal atau perbuatan,

memperlindungi. Perlindungan diartikan sebagai perbuatan memberi jaminan atau keamanan,

ketentraman, kesejahteraan dan kedamaian dari pelindung kepada yang dilindungi atas segala

bahaya atau resiko yang mengancamnya. Perlindungan hukum menurut pendapat Phillipus

Hadjon ada dua bentuk perlindungan hukum bagi rakyat yaitu: Pertama, perlindungan hukum

Preventif artinya rakyat diberi kesempatan mengajukan pendapatnya sebelum keputusan

pemerintah mendapat bentuk yang definitif yang bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa.

Kedua, perlindungan hukum represif yang bertujuan menyelesaikan sengketa.

Dalam UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dalam Pasal 1

disebutkan bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian

hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Sedangkan konsumen adalah setiap

orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri

sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Dalam hal ini, dapat dimasukkan pasien sebagai konsumen karena pasien menggunakan jasa

medis. Perlindungan pasien dapat diartikan sebagai perlindungan konsumen yang dasar

hukumnya sudah jelas.

4

Page 5: administrasi negara

B. PENGERTIAN HUKUM KESEHATAN

Perkembangan hukum disuatu negara tidak dapat dilepaskan dari sistem hukum yang

dianut di negara tersebut. Baik di negara yang menganut sistem hukum Civil Law maupun di

negara yang menganut sistem hukum Common Law, hukum kedokteran mempunyai fokus kajian

yang sama yaitu pasien. Pemakaian istilah pada bidang kajian yang mempelajari aspek hukum

yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan dikenal dengan istilah Hukum Kesehatan. Menurut

Pendapat H.J.J. Leenen: Hukum kesehatan meliputi semua ketentuan yang langsung

berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan dan penerapan hukum perdata, hukum pidana dan

hukum administrasi dalam hubungan tersebut. Demikian pula dengan penerapan pedoman

internasional, hukum kebiasaan dan jurisprudensi yang berkaitan dengan pemeliharaan

kesehatan, hukum otonom, ilmu, literatur, menjadi sumber hukum kesehatan.

Sedangkan Anggaran Dasar PERHUKI ( Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia )

menyebutkan bahwa hukum kesehatan adalah: Semua ketentuan hukum yang berhubungan

langsung dengan pemeliharaan dan pelayanan kesehatan dan penerapan hak dan kewajiban baik

perseorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun

dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek organisasi, sarana, pedoman-

pedoman medik, ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum serta sumber-sumber hukum

lainnya;Sedangkan yang dimaksud dengan hukum kedokteran adalah bagian dari hukum

kesehatan yang menyangkut pelayanan medis.

5

Page 6: administrasi negara

BAB III

TINJAUAN YURIDIS KODE ETIK KEDOKTERAN

DAN HUKUM INFORMED CONSENT

DALAM HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Etik profesi kedokteran mulai dikenal sejak 1800 tahun sebelum Masehi dalam bentuk

Code of Hammurabi dan Code of Hittites, yang penegakannya dilaksanakan oleh penguasa pada

waktu itu. Selanjutnya etik kedokteran muncul dalam bentuk lain, yaitu dalam bentuk sumpah

dokter yang bunyinya bermacam-macam, tetapi yang paling banyak dikenal adalah sumpah

Hippocrates yang hidup sekitar 460-370 tahun SM. Sumpah tersebut berisikan kewajiban-

kewajiban dokter dalam berperilaku dan bersikap, atau semacam code of conduct bagi dokter.

World Medical Association dalam Deklarasi Geneva pada tahun 1968 menghasilkan

sumpah dokter (dunia) dan Kode Etik Kedokteran Internasional. Kode Etik Kedokteran

Internasional berisikan tentang kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap

sesama dan kewajiban terhadap diri sendiri. Selanjutnya, Kode Etik Kedokteran Indonesia dibuat

dengan mengacu kepada Kode Etik Kedokteran Internasional.

Selain Kode Etik Profesi di atas, praktek kedokteran juga berpegang kepada prinsip-

prinsip moral kedokteran, prinsip-prinsip moral yang dijadikan arahan dalam membuat

keputusan dan bertindak, arahan dalam menilai baik-buruknya atau benar-salahnya suatu

keputusan atau tindakan medis dilihat dari segi moral. Pengetahuan etika ini dalam

perkembangannya kemudian disebut sebagai etika biomedis. Etika biomedis memberi pedoman

bagi para tenaga medis dalam membuat keputusan klinis yang etis (clinical ethics) dan pedoman

dalam melakukan penelitian di bidang medis.

Nilai-nilai materialisme yang dianut masyarakat harus dapat dibendung dengan

memberikan latihan dan teladan yang menunjukkan sikap etis dan profesional dokter, seperti

autonomy (menghormati hak pasien, terutama hak dalam memperoleh informasi dan hak

membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan terhadap dirinya), beneficence (melakukan

tindakan untuk kebaikan pasien), non maleficence (tidak melakukan perbuatan yang

memperburuk pasien) dan justice (bersikap adil dan jujur), serta sikap altruisme (pengabdian

profesi).

6

Page 7: administrasi negara

Beberapa tahun terakhir ini sering kita dengar dan dibahas tentang praktik tenaga

kesehatan baik itu dokter atau bidan yang melakukan pelanggaran dan kesalahan dalam

melakukan tindakan medis yang harus diambil terhadap pasien. Sering juga kita mendengar

pasien yang menjadi cacat dan bahkan meninggal dunia setelah ditangani oleh dokter atau

petugas kesehatan yang lain. kemudian polemik yang muncul adalah bahwa petugas kesehatan

melakukan kesalahan prosedur dalam tindakan medis yang seharusnya dilakukan dan atau tidak

dilakukan.

Oleh sebab itu, masyarakat terutama yang terkena kasus atau yang keluarganya terkena

kasus tersebut mengajukan tuntutan hukum. Fenomena semacam ini adalah bagus kalau

dilakukan secara proporsional. Sebab fenomena ini menunjukkan meningkatnya kesadaran

masyarakat terhadap hukum kesehatan. Di samping itu, fenomena ini juga menunjukan adanya

kesadaran masyarakat, terutama pasien tentang hak-haknya, atau hak-hak pasien.4

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, kebutuhan manusia untuk mendapatkan

kesehatan juga semakin meningkat. Pada saat seorang pasien menyatakan kehendaknya untuk

menceritakan riwayat penyakitnya kepada dokter. Dan dokter menyatakan kehendaknya untuk

mendengar keluhan pasien, maka telah terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak. Kedatangan

pasien ke tempat praktek dokter, rumah sakit, atau klinik dapat ditafsirkan sebagai usaha

mengajukan penawaran kepada dokter untuk diminta pertolongan dalam mengatasi keluhan yang

dideritanya. Begitu pula sebaliknya, dokter juga akan melakukan pelayanan medis berupa

rangkaian tindakan yang meliputi diagnose dan tindakan medik. Hubungan hukum ini

selanjutnya disebut transaksi, yang dalam hukum perdata disebut perjanjian. Hubungan pasien

dan Rumah Sakit selain berbentuk sebagai ikatan atau hubungan medik, juga berbentuk ikatan

atau hubungan hukum. Sebagai hubungan medic, maka hubungan ini akan diatur oleh kaidah-

kaidah medik. Sebagai hubungan hukum, maka hubungan itu akan diatur oleh kaidah-kaidah

hukum.

Hubungan dokter dengan pasien merupakan hubungan terapeutik, yang dalam hukum

dikatakan suatu perjanjian melakukan jasa-jasa tertentu. Dengan adanya perjanjian ini

dimaksudkan mendapatkan hasil dari tujuan tertentu yang diharapkan pasien. Status legal dari

seorang dokter dalam menjalankan profesinya dengan praktek merupakan masalah yang sangat

kompleks. Jika ditinjau dari segi hukum medik, maka hubungan antara dokter dan pasien dapat

4 Soekidjo Notoatmodjo, Etika dan Hukum Kesehatan, penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 166.

7

Page 8: administrasi negara

dimasukkan dalam golongan kontrak. Suatu kontrak adalah pertemuan pikiran (meeting of

minds) dari dua orang mengenai suatu hal (sollis). Pihak pertama mengikatkan diri untuk

memberikan pelayanan sedangkan yang kedua menerima pemberian pelayanan.

Hubungan antara dokter dengan pasien pada umumnya merupakan hubungan kontrak

yang terjadi dalam pengaturan hukum perdata, misalnya pada perjanjian jual beli, yakni bahwa

hubungan kontrak antara kedua belah pihak dilakukan dengan legal untuk memutuskan suatu

sikap yang telah disetujui bersama. Dalam melakukan terapi antara dokter terhadap pasien secara

langsung terjadi ikatan kontrak. Pasien ingin diobati dan dokter setuju untuk mengobati. Untuk

perjanjian kontrak yang valid harus ada pengertian dan kerjasama dari pihak-pihak yang terlibat

dalam perjanjian tersebut. Pasien berhak untuk menolak pemeriksaan, menunda persetujuan dan

bahkan membatalkan persetujuan. Apabila pasien menolak untuk dilakukan tindakan medis,

maka dokter wajib memberikan informasi mengenai baik buruknya tindakan tersebut bagi pasien

tersebut berdasarkan saling percaya mempercayai satu sama lain.

Dalam hubungan antara dokter dengan pasien, timbul perikatan usaha

(inspanningsverbintenis) dimana dokter berjanji memberikan “prestasi” berupa usaha

penyembuhan yang sebaik-baiknya dan pasien selain melakukan pembayaran, ia juga wajib

memberikan informasi secara benasr atau mematuhi nasihat dokter sebagai “kontra-prestasi”.

Disebut perikatan usaha didasarkan atas kewajiban untuk berusaha. Dokter darus berusaha segala

daya agar usahanya dapat menyembuhkan penyakit pasien. Hal ini berbeda dengan kewajiban

yang didasarkan karena hasil/ resultaat pada perikatan hasil (Resultaatverbintenis), dimana

prestasi yang diberikan dokter tidak diukur dengan apa yang telah dihasilkannya, melainkan ia

harus mengarahkan segala kemampuannya bagi pasien dengan penuh perhatian sesuai standar

profesi medis.

Selanjutnya dari hubungan hukum yang terjadi ini timbullah hak dan kewajiban bagi

pasien dan dokter. Informed consent adalah suatu persetujuan mengenai akan dilakukannya

tindakan kedokteran oleh dokter terhadap pasiennya. Pesetujuan ini bisa dalam bentuk lisan

maupun tertulis. Pada hakikatnya informed consent adalah suatu proses komunikasi antara dokter

dan pasien tentang kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan dokter terhadap pasien.

Penandatanganan Formulir informed consent secara atertulis hanya merupakan pengukuhan atas

apa yang telah disepakati sebelumnya. Tujuan penjelasan yang lengkap adalah agar pasien

menentukan sendiri keputusannya sesuai dengan pilihan dia sendiri (informed decisión). Karena

8

Page 9: administrasi negara

itu, pasien juga berhak untuk menolak tindakan medis yang dianjurkan. Pasien juga berhak untuk

meminta pendapat dokter lain (second opinión), dan dokter yang merawatnya. Formulir informed

consent ini juga merupakan suatu tanda bukti yang akan disimpan di dalam arsip rekam medis

pasien yang bisa dijadikan sebagai alat bukti bahwa telah terjadi kontrak terapeutik antara dokter

dengan pasien. Pembuktian tentang adanya kontrak terapeutik dapat dilakukan pasien dengan

mengajukan arsip rekam medis atau dengan persetujuan tindakan medis (informed consent) yang

diberikan oleh pasien.

Persetujuan tindakan medik (pertindik) atau biasa dikenal dengan istilah asing informed

consent adalah suatu izin atau pernyataan setuju dari pasien yang diberikan secara bebas, sadara

dan rasional setelah memperoleh informasi yang, lengkap, valid dan akurat yang dipahami dari

dokter tentang keadaan penyakitnya serta tindakan medis yang diperolehnya.5

Adapun informasi yang perlu diberikan dan dijelaskan dengan kata-kata sederhana yang

dimengerti oleh pasien atau keluarganya meliputi:6

1. Resiko yang melekat (Inherent) pada tindakan tersebut

2. Kemungkinan timbulnya efek samping

3. Alternatif lain (jika ada) selain tindakan yang diusulkan

4. Kemungkinan yang terjadi jika tindakan itu tidak dilakukan

Pertindik/ Informed consent diatur dalam permenkes RI No. 585/Menkes/Per/ IX/ 1989

tanggal 02 Desember 1989 (Selanjutnya disebut permenkes tentang pertindik). Pertindik dirinci

lebih lanjut dalam SK Dirjen Yan Dik No. HK.00.06.6.5.1866 tahun 1999 tentang pedoman

persetujuan tindakan medik (informed consent) ditetapkan 21 April 1999 (selanjutnya disebut

pedoman pertindik).7

Bentuk persetujuan tindakan medis pada umumnya telah disusun sedemikian rupa

sehingga pihak dokter dan Rumah Sakit tinggal mengisi kolom yang disediakan. Untuk itu

setelah menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien. Sebelum ditandatangani, sebaiknya surat

tersebut dibaca sendiri atau dibacakan oleh yang hadir terlebih dahulu. Pasien seharusnya

diberikan waktu yang cukup untuk menandatangani persetujuan dimaksud.

5 Y.A. Triana Ohoiwutan. Bunga Rampai Hukum Kedokteran, penerbit Banyumedia Publishing, 2008, hlm. 37.6 Ibid. hlm. 387 Ibid, hlm. 37.

9

Page 10: administrasi negara

DAFTAR PUSTAKA

- Hukum dan Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Yayasan Pembaruan Administrasi Publik

Indonesia)

- Soekidjo Notoatmodjo, Etika dan Hukum Kesehatan, penerbit Rineka Cipta, Jakarta,

2010

- Y.A. Triana Ohoiwutan. Bunga Rampai Hukum Kedokteran, penerbit Banyumedia

Publishing, 2008,

- http://aswinsh.wordpress.com/2009/01/06/informed-consent-suatu-tinjauan-hukum/

diakses tgl 9 desember 2009

- http://www.ajrc-aceh.org, Edisi Monday, 18/05/2009-13;41 WIB

- http://www.research.umn.edu/consent/mod1soc/mod1sec4.html diakses 9 desember 2009

10