adrian suryawinata

48
SKRIPSI UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DAUN MAJA (Aegle marmelos L.) SECARA BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) ADRIAN SURYAWINATA 150 280 194 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2015

Upload: adrian-suryawinata

Post on 10-Dec-2015

38 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Skripsi Uji Toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test

TRANSCRIPT

Page 1: Adrian Suryawinata

SKRIPSI

UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DAUN MAJA (Aegle marmelos L.) SECARA BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

ADRIAN SURYAWINATA 150 280 194

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2015

Page 2: Adrian Suryawinata

UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DAUN MAJA (Aegle marmelos L.)

SECARA BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana

Disusun dan Diajukan Oleh

ADRIAN SURYAWINATA

150 280 194

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2015

Page 3: Adrian Suryawinata

SKRIPSI

UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DAUN MAJA (Aegle marmelos L.)

SECARA BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

Disusun dan Diajukan Oleh

ADRIAN SURYAWINATA

Nomor Pokok : 150 280 194

Telah Dipertahankan di Depan Panitia Ujian Skripsi

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui

RACHMAT KOSMAN, S.Si,, M.Kes., Apt SAFRIANI RAHMAN, S.Farm., M.Si Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Mengetahui,

Dekan Fakultas Farmasi Ketua Program Studi

RACHMAT KOSMAN, S.Si, M,Kes, Apt Dr. Andi Emelda,S.Si., M.Si., Apt Nips: 116 020 769 Nip: 197408162009022002

Page 4: Adrian Suryawinata

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : ADRIAN SURYAWINATA

Stambuk : 150 280 194

Judul Skripsi : UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DAUN MAJA

(Aegle marmelos L.) SECARA BRINE SHRIMP

LETHALITY TEST (BSLT).

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar karya tulis penulis sendiri, jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan plagiat, duplikat, tiruan atau dibuat dan dibantu oleh orang lain sebagian atau secara keseluruhan maka skripsi dan gelar yang diperoleh batal demi hukum.

Makassar, April 2015

Penulis

ADRIAN SURYAWINATA

Page 5: Adrian Suryawinata

PRAKATA

Assalamualaikum Wr. Wb

Syukur alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah

SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Salam dan shalawat tak lupa penulis haturkan

pada junjungan Nabi besar kita Nabiullah Muhammad SAW karena beliau

adalah suri tauladan bagi umat manusia.

Pada dasarnya, seorang manusia dituntut untuk menimba ilmu

sejak kecil hingga akhir hayat, agar menjadi seorang manusia yang berguna

yang memiliki akhlak dan ilmu yang bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Wujud

interprestasi bagi seseorang mahasiswa dalam menuangkan ilmu yang

telah didapatkan selama ini salah satunya yakni memberikan sumbangsih

data ilmiah yang berupa skripsi.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar

sarjana pada Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia Makassar.

Penghargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

Ayahanda tercinta H. Gidheo Winata, Ibunda tersayang Dra. Sri Suryaniati,

Apt, Adik – adik Aristyo Suryawinata dan Ananda Suryawinata yang telah

mencurahkan segenap cinta dan kasih sayang serta perhatian moril

maupun materil, dan selalu menghadirkan nama penulis dalam setiap

munajat doa beliau dengan tulus setiap saat. Semoga Allah SWT selalu

Page 6: Adrian Suryawinata

melimpahkan rahmat, kesehatan, karunia dan keberkahan di dunia dan di

akhirat atas budi baik yang telah diberikan kepada penulis.

Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya, sebagai perasaan

kebahagiaan penulis sampaikan kepada Bapak Rachmat Kosman, S.Si.,

M.Kes., Apt selaku Pembimbing Pertama dan Ibu Safriani Rahman,

S.Farm., M.Si., Apt sebagai Pembimbing Kedua, atas keikhlasan dan

ketulusan dalam meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam

membimbing penulis selama penelitian hingga skripsi ini rampung.

Kepada Ibu Rahmawati Ningsih, S.Si., M.Si., Apt selaku Penasehat

Akademik, terima kasih penulis haturkan atas nasehat dan saran sehingga

penulis dapat menghadapi apapun hambatan dalam bangku perkuliahan.

Tak lupa pula penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Rachmat kosman., S.Si., M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Muslim Indonesia Makassar.

2. Ibu Nurlina., S.Si., M.Si., Apt. selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi

Universitas Muslim Indonesia.

3. Ibu Rahmawati Ningsih., S.Si., M.Si., Apt. selaku Wakil Dekan II

Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

4. Bapak Herwin., S.Farm., M.Si. selaku Wakil Dekan III Fakultas Farmasi

Universitas Muslim Indonesia.

Page 7: Adrian Suryawinata

5. Ibu Dra. Hj, Mihrah Syukur, M. Ag. selaku Wakil Dekan IV Fakultas

Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

6. Ibu Dr. Andi Emelda., S.Si., M.Si., Apt. selaku Ketua Program Studi

Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

7. Bapak Hendra Herman., S.Farm., M.Sc., Apt. selaku Kepala

Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Muslim

Indonesia.

8. Bapak/Ibu Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Muslim

Indonesia Makassar.

9. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia

Makassar.

10. Seluruh Staf Pegawai Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia

Makassar.

Terima kasih juga kepada teman – teman Fakultas Farmasi

angkatan 2008 yang selama ini selalu memberikan dukungan dan

semangat. Tak lupa pula penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada

teman-teman, Moh. Afrizal Hehanussa, S.Farm, Irham Khalid Assegaf,

S.Farm., Apt, Budhi Prasetya Rumaf.,S.Farm, Amran Nur.,S.Farm.,Apt,

Firdaus.,S.Farm.,Apt, Muhajir S.Farm, Zoelfan Oemry Syams, S.Farm dan

kawan – kawan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang

senantiasa menemani hari-hari penulis dalam suka dan duka, terima kasih

atas persaudaraan, kekompakan, semangat yang kalian berikan. Ungkapan

terima kasih yang sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada

Page 8: Adrian Suryawinata

Adinda Nur Ramadhana Dewi Safitri, S.Farm yang selalu memberikan

semangat, motivasi dan dukungan moril serta doa demi terselesainya

skripsi ini. Kepada semua pihak yang tidak sempat tertulis, terima kasih

yang sebesar-besarnya, karena hanya dengan berterima kasihlah penulis

dapat mengapresiasikan betapa besarnya pengaruh saudara(i) dalam

rangkumnya skripsi kecil ini.

Dan tak lupa pula penulis hanturkan beribu-ribu terimakasih kepada

Bapak Abdul Malik, S.Farm., M.Sc., Apt, Bapak Hendra Herman, S.Farm.,

M.Sc., Apt, Ibu Siti Amirah, S.Farm., M.Si., Apt, Ibu Aulia Wati, S.Farm.,

M.Si., Apt yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi di

Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan

kelemahan, namun besar harapan kiranya agar skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Nun Walqalami Wama Yas Kurun

Billahitaufiq Walhidayah

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Makassar, April 2015

Penulis

ADRIAN SURYAWINATA

Page 9: Adrian Suryawinata

ABSTRAK

ADRIAN SURYAWINATA, Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Daun Maja (Aegle marmelos L.) Secara Brine Shrimp Lethality Test (dibimbing oleh Rachmat Kosman dan Safriani Rahman).

Tanaman maja (Aegle marmelos L.) merupakan tanaman asal india yg telah digunakan oleh masyarakatnya sebagai obat untuk berbagai macam penyakit. Telah dilakukan penelitian uji toksisitas ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L.) terhadap larva udang Artemia salina Leach. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek toksik dan menentukan LC50

dari ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L.) secara Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L.) dibuat dengan konsentrasi 1, 10, 100, dan 1000 µg/ml. Untuk kontrol digunakan air laut, untuk tiap konsentrasi dimasukkan 10 ekor larva udang dan dicukupkan volumenya hingga 10 ml, pengamatan dilakukan setelah 24 jam perlakuan. Hasil penelitian dianalisis dengan analisis probit menunjukan nilai LC50 yaitu 18,754 µg/ml (CI: 9,213 µg/ml – 37,148 µg/ml). Berdasarkan nilai LC50 menunjukan bahwa ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L.) bersifat toksik.

Kata Kunci : Aegle marmelos L., Brine Shrimp Lethality Test, Toksisitas

Page 10: Adrian Suryawinata

ABSTRACT

ADRIAN SURYAWINATA, Toxicity Test of Maja Leaf (Aegle marmelos L.) Ethanolic Extract Using Brine Shrimp Lethality Test (supervised by Rachmat Kosman and Safriani Rahman)

Maja plant (Aegle marmelos L.) is a plant originally from India and has been used by its people to cure a variety of diseases. It had been conducted a research about toxicity test of maja (Aegle marmelos L.) leaf ethanolic extract against Artemia salina leach brine shrimp. The purpose of this research is to know about the toxic effect and to determine the LC50 of maja leaf (Aegle marmelos L.) ethanolic extract using brine shrimp lethality test. Maja leaf ethanolic extract was made with a variety concentration such as 1, 10, 100, and 1000 µg/ml. Sea water was used as a control, in every concentration of leaf extracts were introduced with 10 brine shrimp Artemia salina leach and added with sea water up to 10 ml. The observation was made after 24 hours. The result of this research was analyzed with probit analysis and showing the LC50 value of 18.754 µg/ml (CI: 9.213 µg/ml – 37.148 µg/ml). Based on LC50 value, maja leaf (Aegle marmelos L.) ethanolic extract possess a toxicity properties.

Keyword: Aegle marmelos L., Brine Shrimp Lethality Test, Toxicity.

Page 11: Adrian Suryawinata

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA v

ABSTRAK ix

ABSTRACT x

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Maksud dan Tujuan Penelitian 2

D. Manfaat Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tentang Toksisitas 4

B. Uraian Tentang Udang Renik Artemia Salina Leach 7

C. Uji Hayati Produk Bioaktif Alam 10

D. Uraian Tanaman 12

E. Uraian Tentang Ekstraksi 14

BAB III METODE PENELITIAN

Page 12: Adrian Suryawinata

A. Waktu dan Tempat Penelitian 17

B. Sampel 17

C. Metode Kerja 17

D. Alat dan Bahan 17

1. Alat yang digunakan 17

2. Bahan yang digunakan 18

E. Prosedur Penelitian 18

1. Penyiapan Sampel 18

a. Pengambilan sampel 18

b. Pengolahan sampel 18

c. Ekstraksi Sampel 18

2. Penyiapan Larva 19

3. Pelaksanaan Pengujian 19

F. Analisis Data 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 21

B. Pembahasan 22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 25

B. Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 26

LAMPIRAN

Page 13: Adrian Suryawinata

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Data hasil pengamatan kematian larva udang 21 Artemia salina Leach selama 24 jam perlakuan.

Page 14: Adrian Suryawinata

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik hubungan log konsentrasi ekstrak etanol daun maja 32 (Aegle marmelos L) terhadap harga probit sesuai persentase kematian.

2. Foto penetasan larva udang Artemia salina Leach. 32

3. Foto Aerator Life-Q3. 33

4. Foto ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L). 33

5. Foto hasil pengenceran . 34 ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L.)

6. Foto tanaman maja (Aegle marmelos L). 34

7. Foto daun maja (Aegle marmelos L). 35

Page 15: Adrian Suryawinata

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Skema kerja uji toksisitas ekstrak etanol daun maja

(Aegle marmelos L.) dengan metode Brine

Shrimp Lethality test (BSLT). 28

2. Nilai probit sesuai dengan PERSENTASENYA. 29

3. Hasil perhitungan data statistik dengan menggunakan 30 analisis probit terhadap ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L.).

Page 16: Adrian Suryawinata

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an surat Al- A’raaf ayat 58 menjelaskan bahwa:

ه والذي خبث ل يخرج إل نكدا كذلك يب يخرج نباته بإذن رب ف والبلد الط نصر

اليات لقوم يشكرون

Artinya: Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan

seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman -tanamannya

hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-

tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur.

Maja (Aegle marmelos L), tanaman berasal dari India yang telah

digunakan oleh masyarakat India selama kurang lebih 5000 tahun. Daun,

kulit kayu, akar, buah dan bibit maja digunakan secara ekstensif dalam

pengobatan tradisional India yang disebut Ayurveda dan digunakan juga

oleh berbagai masyarakat untuk pengobatan berbagai penyakit (Baliga,

2011).

Daun maja telah diteliti oleh M. C. Sabu and Ramadasan kuttan

(2003) mengenai efek antidiabetik ekstrak etanol daun maja (Aegle

marmelos L) terhadap tikus jantan dan mendapatkan hasil penurunan gula

darah yang dapat dilihat dimulai dari hari ke 6 setelah pemberian ekstrak

etanol daun maja secara kontinyu dan pada hari ke 12 tingkat gula darah

menurun sebanyak 54%.

Page 17: Adrian Suryawinata

Narayan P. Yadav pada tahun 2009 juga telah meneliti mengenai

profil dari daun maja dan menurut hasil dari penelitian tersebut didapat

bahwa daun maja (Aegle marmelos L) mengandung alkaloid,

fenilpropanoid, terpenoid dan bermacam-macam senyawa yang

mempunyai potensi sebagai aktifitas farmakologi seperti hipoglikemik, anti-

inflamasi, antimikroba, antikanker, radioprotektif dan antioksidan.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu diketahui toksisitas dari daun

maja (Aegle Marmelos L). Maka dari itu akan dilakukan uji toksisitas ekstrak

etanol daun maja (Aegle Marmelos L) dengan metode Brine Shrimp

Lethality Test (BSLT).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L) dapat

memberikan efek toksik terhadap Artemia salina Leach?

2. Pada konsentrasi berapakah lethal concentration 50 (LC50) ekstrak

etanol daun maja (Aegle marmelos L) terhadap Artemia salina Leach?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Maksud

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menguji potensi

toksisitas pada ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L) dengan

metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) terhadap Artemia salina

Leach.

2. Tujuan Umum

Page 18: Adrian Suryawinata

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menentukan

potensi toksisitas ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L) dengan

metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) terhadap Artemia salina

Leach.

3. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menentukan nilai

lethal concentration 50 (LC50) ekstrak etanol daun Maja (Aegle

marmelos L).

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Peneliti dapat menentukan tingkat toksisitas ekstrak etanol

daun Maja (Aegle marmelos L). Agar penggunaannya dapat diketahui

serta menambah data ilmiah mengenai tumbuhan maja (Aegle

marmelos L) yang banyak mengandung senyawa yang berkhasiat.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari hasil penelitian yaitu dapat dijadikan

rujukan untuk penelitian lebih lanjut dan memberikan informasi kepada

masyarakat tentang keamanan tumbuhan maja (Aegle marmelos L)

sebagai obat tradisional.

Page 19: Adrian Suryawinata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tentang Toksisitas

a. Toksisitas

Toksisitas adalah kemampuan suatu xenobiotik dalam

menimbulkan kerusakan pada organisme baik saat digunakan atau saat

berada dalam lingkungan. Mengingat zat kimia digunakan dalam

berbagai bidang, kemungkinan toksisitas pada berbagai bidang tersebut

juga dipelajari. Sekarang telah berkembang cabang-cabang toksikologi,

seperti toksikologi lingkungan, toksikologi industri, toksikologi

kehakiman, toksikologi medicolegal, toksikologi kerja, dan toksikologi

ekonomi (Priyanto, 2009).

Untuk meneliti berbagai macam efek yang berhubungan dengan

masa pemejanan, uji toksikologi dibagi menjadi tiga kategori yaitu

(Ramadhani, 2009):

1. Uji Toksisitas Akut. Uji ini dirancang untuk menentukan efek toksik

suatu senyawa yang akan terjadi dalam masa pemejanan dengan

waktu yang singkat atau pemberiannya dengan takaran tertentu. Uji

ini dilakukan dengan cara pemberian konsentrasi tunggal senyawa

uji pada hewan uji. Takaran konsentrasi yang dianjurkan paling tidak

empat peringkat konsentrasi, berkisar dari konsentrasi terendah

yang tidak atau hampir tidak mematikan seluruh hewan uji sampai

dengan konsentrasi tertinggi yang dapat mematikan seluruh atau

Page 20: Adrian Suryawinata

hampir seluruh hewan uji. Biasanya pengamatan dilakukan selama

24 jam, kecuali pada kasus tertentu selama 7 – 14 hari.

2. Uji Toksisitas Subkronis atau Subakut, dilakukan dengan

memberikan zat kimia yang sedang diuji tersebut secara berulang-

ulang terhadap hewan uji selama kurang dari 3 bulan. Uji ini ditujukan

untuk mengungkapkan spektrum efek toksik senyawa uji, serta untuk

memperlihatkan apakah spektrum toksik ini berkaitan dengan

takaran konsentrasi.

3. Uji Toksisitas Kronis, dilakukan dengan memberikan zat kimia

secara berulang-ulang pada hewan uji selama lebih dari 3 bulan.

Yang dimaksud dengan racun disini dapat berupa zat kimia. Fisis dan

biologis. Toksin atau racun diartikan sebagai berikut:

a. Zat yang dalam dosis yang kecil dapat menimbulkan kerusakan

pada jaringan hidup.

b. Zat yang bila masuk ke dalam tubuh dalam dosis cukup, bereaksi

secara kimiawi dapat menimbulkan kematian/kerusakan berat

pada orang sehat.

c. Semua zat pada hakekatnya adalah racun. Dosisnya yang

membedakan racun dari obat (Paracelcus).

d. Zat yang bila dapat memasuki tubuh dalam keadaan cukup,

secara konsisten, menyebabkan fungsi tubuh jadi tidak normal.

Page 21: Adrian Suryawinata

b. Median Lethal Dosis

Salah satu cara untuk lebih memudahkan pengertian

hubungan dosis respon adalah menggunakan LD50. Istilah LD50

pertama kali diperkenalkan sebagai indeks oleh Trevan pada tahun

1927. Pengertian LD50 secara statistik merupakan dosis tunggal

derifat suatu bahan tertentu pada uji toksisitas yang pada kondisi

tertentu pula dapat menyebabkan kematian 50% dari populasi uji

(hewan percobaan) (Mukono, 2005).

c. Lethal Concentration (LC50)

Pengertian tentang LC50 adalah konsentrasi dari senyawa

kimia di udara atau dalam air yang dapat menyebabkan 50%

kematian pada suatu populasi hewan uji atau makhluk hewan hidup

tertentu. Sedangkan dosis letal (LD50) adalah dosis dari suatu

senyawa kimia yang dapat menyebabkan 50% kematian hewan uji

yang diberikan pada setiap individu yang telah ditentukan atau yang

lebih tepat adalah dosis tunggal yang diperoleh secara statistika dari

suatu bahan yang dapat menyebabkan 50% kematian hewan uji

(Loomis, 1978).

Penggunaan LC50 dimaksudkan untuk pengujian ketoksikan

dengan pengujian perlakuan terhadap hewan uji secara berkelompok

yaitu pada saat hewan dipaparkan suatu bahan kimia melalui udara

maka hewan uji tersebut akan menghirupnya atau percobaan

toksisitas dengan media air. Sedangkan LD50 digunakan untuk

Page 22: Adrian Suryawinata

pengujian ketoksikan suatu bahan kimia dengan rute pemberian

secara oral atau intrperitonial pada hewan uji (Casarett, 1991).

Klasifikasi Lethal Concentration 50 (LC50) berdasarkan

ketoksikan relatifnya yaitu (Meyer, 1982):

1. Sangat toksik pada LC50 = 0-1 µg/ml

2. Toksik pada LC50 = 1-10 µg/ml

3. Medium toksik pada LC50 = 10-100 µg/ml

4. Ketoksikan rendah pada LC50 = 100-1000 µg/ml

B. Uraian tentang Udang renik Artemia Salina Leach

Hewan uji yang digunakan dalam metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) adalah Artemia salina Leach oleh Linnaeus, Artemia diberi nama

Cancer salinus, kemudian pada tahun 1819 diubah menjadi Artemia salina

oleh Leach (Mudjiman, 1989).

1. Klasifikasi (Mudjiman, 1989)

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Branchiopoda

Ordo : Anostraca

Family : Artemiidae

Genus : Artemia

Spesies : Artemia salina Leach

Page 23: Adrian Suryawinata

2. Lingkungan Hidup

Artemia hidup plantonik di perairan yang berkadar garam tinggi

(antara 15 – 300 permil). Suhu yang dikehendaki berkisar antara 25 -

300C, oksigen terlarut sekitar 3 mg/L dan pH antara 7,5 – 8,5. Sebagai

plankton Artemia salina tidak dapat mempertahankan diri terhadap

pemangsaan musuh-musuhnya sebab tidak mempunyai alat ataupun

cara untuk membela diri. Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri

dari pemangsaan adalah lngkungan hidup yang berkadar garam tinggi,

sebab pada kadar garam yang tinggi tersebut, pemangsanya pada

umumnya sudah tidak dapat hidup lagi (Mudjiman, 1989).

3. Morfologi

Artemia dewasa mencapai panjang antara 1 – 2 cm dengan berat

badan sekitar 10 mg. Anak yang baru menetas (Nauplius instar I)

panjang sekitar 0,4 mm dengan berat badan sekitar 15 mikrogram.

Nauplius instar II panjangnya sekitar 0,6 mm, sedangkan nauplius instar

III sudah sepanjang 0,7 mm. Telur yang masih bercangkang bergaris

tengah sekitar 300 mikron dengan berat sekitar 3,65 mikrogram.

Sedangkan telur yang telah didekaptulasi garis tengahnya sekitar 210

mikron. Pada Artemia dewasa, biasanya ditandai dengan adanya tangkai

mata yang jelas (Mudjiman, 1989).

4. Siklus Hidup dan Perkembangbiakan

Artemia berkembang biak secara biseksual dan beberapa jenis

lainnya secara parthenogenesis. Artemia dengan jenis biseksual tidak

dapat berkembang biak secara parthenogenesis dan jenis

Page 24: Adrian Suryawinata

parthenogenesis tidak dapat berkembang biak secara biseksual.

Perkembangbiakan pada jenis biseksual harus melalui proses

perkawinan antara induk betina dan induk jantan. Sedangkan jenis

parthenogensis tidak ada perkawinan, karena memang tidak ada

pejantannya, jadi betinanya akan beranak dengan sendirinya tanpa

kawin (Mudjiman, 1989).

Perkembangbiakan baik pada biseksual maupun pada

parthenogenesis, keduanya dapat terjadi secara ovovivipar maupun

ovipar. Pada ovovivipar yang keluar dari induknya itu sudah berupa anak

(burayak) yang dinamakan nauplius. Jadi sudah langsung hidup sebagai

Artemia muda. Sedangkan pada cara ovipar, yang keluar dari induknya

berupa telur yang bercangkang tebal, yang dinamakan siste. Untuk

menjadi anak (burayak) masih harus melalui proses penetasan terlebih

dahulu (Mudjiman, 1989).

Ovoviviparitas biasanya terjadi apabila keadaan lingkungannya

cukup baik, dengan kadar garam 150 permil dan kandungan oksigennya

cukup. Sedangkan ovoparitas akan terjadi apabila keadaan lingkungan

memburuk, dengan kadar garam lebih dari 150 permil dan kandungan

oksigennya rendah. Artemia dewasa dapat hidup sampai 6 bulan,

sementara induk-induk betinanya akan beranak atau bertelur setiap 4-5

hari sekali. Setiap kali dapat dihasilkan 50-300 ekor anak atau 50-300

butir telur. Anak-anak Artemia sudah menjadi dewasa setelah berumur

14 hari. Oleh karena itu, apabila keadaan lingkungannya cukup baik,

Artemia akan berkembang biak secara cepat melalui ovovivipar. Dengan

Page 25: Adrian Suryawinata

demikian maka jumlahnya akan cepat sekali bertambah banyak

(Mudjiman, 1989).

5. Penetasan Telur Artemia

Telur yang siap menetas berwarna cokelat keabu-abuan. Untuk

media penetasan dapat digunakan air laut biasa (kadar garam ± 30

permil). Tapi untuk mencapai hasil penetasan yang baik, kita perlu

menggunakan air berkadar garam 5 permil. Ini dapat dibuat dengan

mengencerkan air laut dengan air tawar. Sebelum ditetaskan telur-telur

tersebut perlu dicuci terlebih dahulu, yakni dengan direndam di dalam air

tawar selama 1 jam, baru kemudian dimasukkan dalam wadah

penetasan. Suhu air yang baik selama proses penetasan adalah antara

25-300C. Sedangkan kadar oksigennya harus lebih dari 2 mg/L. Untuk

merangsang proses penetasannya, media penetasan tersebut perlu

disinari dengan lampu yang dipasang di samping wadah. Dalam waktu

24-36 jam setelah pemasukan telur, biasanya telur-telur itu sudah

menetas menjadi anak Artemia yang dinamakan nauplius (Mudjiman,

1989).

C. Uji Hayati Produk Bioaktif Alam

Metode “Brine Shrimp Lethality Test” merupakan langkah pertama

untuk uji toksisitas ekstrak atau senyawa. Metode ini merupakan metode uji

hayati yang sederhana, cepat, murah, dan dapat dipercaya. Daya toksisitas

suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian larva

Artemia salina Leach dengan parameter Lethal Concentration 50 (LC50).

Suatu ekstrak dinyatakan bersifat toksik menurut metode “Brine Shrimp

Page 26: Adrian Suryawinata

Lethality Test” menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat toksik maka

dapat dikembangkan kepenelitian yang lebih lanjut untuk mengisolasi

senyawa sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat

alternative antikanker (Rosenda,2009).

Uji toksisitas dengan menggunakan Brine Shrimp Lethality Test ini

dapat ditentukan dari jumlah kematian Artemia salina akibat pengaruh

ekstrak atau senyawa bahan alam dengan konsentrasi tertentu yang

dinyatakan dalam LC50. Nilai LC50 merupakan angka yang menunjukkan

konsentrasi ekstrak yang dapat menyebabkan kematian sebesar 50% dari

jumlah hewan uji. Hasil uji dinyatakan toksik terhadap Artemia salina

apabila ekstrak tumbuhan tersebut memiliki LC50 kurang dari 1000 µg/ml

(Meyer, 1982).

Sifat toksisitas dari suatu senyawa dapat diasosiasikan sebagai

aktifitas antikanker, namun dalam metode “Brine Shrimp Lethality Test” ini

tidak spesifik untuk mendeteksi senyawa antikanker. Oleh karena itu,

setelah uji toksisitas dengan menggunakan “Brine Shrimp lethality” Test

perlu dilakukan uji sitotoksisitas. Sehingga uji dengan metode BSLT ini

merupakan uji awal untuk mengetahui senyawa yang memiliki potensi atau

tidak sebagai antikanker (Rosenda, 2009).

Metode BSLT juga digunakan untuk mendeteksi keberadaan

senyawa toksik dalam proses isolasi senyawa dari bahan alam yang

berefek sitotoksik dengan menentukan harga LC50 dari senyawa aktif.

Metode BSLT dapat digunakan untuk berbagai system uji seperti uji pestisi

dan mitotoksin, polutan, anastetik, komponen seperti morfin, karsinogenik

Page 27: Adrian Suryawinata

dan ketoksikan dari hewan dan tumbuhan laut serta senyawa beracun dari

tumbuhan darat (Mc.laughlin, 1998).

D. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi Tanaman Maja (Aegle marmelos L) (BPOM, 2008)

Divisi : Magnoliophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Sapindales

Suku : Rutaceae

Marga : Aegle

Jenis : Aegle marmelos (L.) Correa

2. Morfologi Tanaman Maja (Aegle marmelos L)

Merupakan tanaman pohon medium yang tergolong ke dalam

tumbuhan meranggas. Tanaman ini aslinya tumbuh liar di hutan-hutan di

India, Sri Lanka, Pakistan dan Bangladesh, dan telah lama

dibudidayakan. Biasanya di tanam di pekarangan candi. Mojo legi

kemudian menyebar ke beberapa negara di Indo Cina, dan Asia

Tenggara. Di Jawa pohon ini dijumpai di bagian timur. Sosok tanaman

ini kecil dan daunnya mudah luruh, namun demikian dapat hidup lebih

dari 60 tahun dengan ketinggian yang sangat bervariasi. Tingginya

sekitar 10-15 m dan diameter batang bawah mencapai 25-50 cm.

Cabang yang tua berduri. Daunnya berseling dan beranak daun tiga-tiga.

Perbungaannya berbentuk tandan keluar dari ketiak daun, bergerombol

Page 28: Adrian Suryawinata

dan kelopak bunga berbentuk segi tiga, berwarna kehijau-hijauan hingga

putih. Buahnya berbentuk buah buni agak bulat dan berwarna hijau,

diameter 5-12,5 cm. Umumnya buah akan muncul pada bulan Juni-Juli.

Kulit buah kadang-kadang mengayu dan keras, bijinya 6-10 buah berada

dalam daging buah yang jernih. Tanaman ini dapat dibudidayakan dari

buah maupun dari pemotongan akar (Heyne K, 1987).

3. Kandungan Kimia

Maja mengandung skimianine, aegelin, lupeol, cineol, citral,

citronellal, cuminaldehyde, eugenol, marmesinin (Maity, 2009).

4. Kegunaan

Tanaman maja (Aegle marmelos L.) merupakan bahan alami

yang banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan pengobatan

tradisional seperti demam, diare, gatal-gatal (Singh et al, 2000).

E. Uraian Tentang Ekstraksi

1. Definisi Ekstraksi (Dirjen POM, 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif

dari bagian tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota

laut. Zat-zat aktif tersebut terdapat dalam sel tanaman dan sel hewan

berbeda, demikian pula ketebalannya. Sehingga diperlukan metode

ekstraksi dan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya.

Page 29: Adrian Suryawinata

2. Mekanisme Ekstraksi (Dirjen POM, 1986)

Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tanaman maupun

hewan lebih larut dalam pelarut organik. Di mana proses tersarinya zat

aktif dalam sel tanaman adalah pelarut organik akan menembus dinding

sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif

akan terlarut dalam pelarut organik sehingga terjadi perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di

luar sel. Maka larutan pekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini

berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan

zat aktif di dalam sel dan di luar sel.

3. Tujuan Ekstraksi (Dirjen POM, 1986)

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen

kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada

prinsip perpindahan massa komponen zat kedalam pelarut, dimana

perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi

masuk kedalam pelarut.

4. Jenis Ekstraksi (Dirjen POM, 1986)

a. Ekstraksi secara dingin

Proses ekstraksi secara dingin diperuntukkan untuk bahan

alam yang mengandung komponen kimia yang tidak tahan

pemanasan dan bahan alam yang mempunyai tekstur yang lunak,

yang termasuk ekstraksi secara dingin adalah metode maserasi,

metode perkolasi dan metode soxhletasi.

Page 30: Adrian Suryawinata

b. Ekstraksi secara panas

Ekstraksi secara panas dilakukan untuk mengekstraksi

komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan seperti glikosida,

saponin dan minyak-minyak menguap yang mempunyai titik didih

tinggi, selain itu pemanasan juga diperuntukkan untuk membuka pori-

pori sel simplisia sehingga pelarut organik mudah masuk ke dalam sel

untuk melarutkan zat aktif.

5. Ekstraksi dengan Metode Maserasi (Dirjen POM, 1986)

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia kedalam cairan

penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk

kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan

karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam

sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar.

Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi

antara di luar sel dan di dalam sel.

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung

zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat

yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung

benzoin, stirak dan lain-lain.

Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air

etanol atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk

mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet,

yang diberikan pada awal penyarian.

Page 31: Adrian Suryawinata

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Farmakologi Fakultas

Farmasi Universitas Muslim Indonesia pada bulan Agustus 2014 sampai

dengan bulan Februari 2015.

B. Sampel

Sampel penelitian yang digunakan adalah daun maja (Aegle

marmelos L) yang diperoleh dari provinsi Sulawesi Selatan kabupaten

Bone.

C. Metode Kerja

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental yang merupakan

penelitian laboratorium dengan menggunakan metode Brine Shrimp

Lethality Test (BSLT) dengan melakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

D. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah aerator (Life

Q3), batang pengaduk, gelas kimia, kertas saring, lampu, mikropipet

(Gilson), pipet tetes, toples, timbangan kasar (Triple Beam), timbangan

analitik (Ohaus) dan vial.

Page 32: Adrian Suryawinata

2. Bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air laut,

aquadest, etanol 96%, etanol 70%, ekstrak etanol daun maja (Aegle

marmelos L.), ragi, dan telur udang (Artemia salina Leach).

E. Prosedur kerja

1. Penyiapan sampel.

a. Pengambilan sampel

Sampel daun maja (Aegle marmelos L.) diperoleh dari

provinsi Sulawesi Selatan kabupaten Bone.

b. Pengolahan Sampel

Daun maja (Aegle marmelos L.) yang telah diperoleh dicuci

hingga bersih, kemudian dilakukan sortasi basah kemudian

dikeringkan, dipotong-potong kecil lalu siap diekstraksi.

c. Ekstraksi secara maserasi dengan etanol, simplisia daun maja

yang telah dikeringkan ditimbang sebanyak 300 gram kemudian

dimasukkan kedalam bejana maserasi, terlebih dahulu

dilembabkan dengan etanol. Setelah itu ditambahkan etanol hingga

merendam seluruh simplisia, dan biarkan selama 5 hari dengan

pengadukan beberapa kali. Setelah itu disaring dan ampasnya

direndam kembali dengan cairan penyari yang baru. Hasil

penyarian yang didapat lalu dipekatkan sampai diperoleh ekstrak

etanol kental.

Page 33: Adrian Suryawinata

2. Penyiapan Larva

Penetasan telur Artemia salina Leach (Meyer, 1982)

Sebanyak 50 gram telur Artemia salina Leach, direndam dalam

wadah yang berisi 200 ml air laut pada kondisi pH 7 dibawah cahaya

lampu pijar 5 watt dan dilengkapi dengan aerator pada suhu 25oC. Telur

udang akan menetas setelah 24 jam dan menjadi larva. Larva yang

berumur 2 hari (48 jam) yang akan digunakan sebagai hewan uji.

3. Pelaksanaan Pengujian

Sebanyak 200 mg ekstrak kental ditimbang dan dilarutkan dengan

etanol 20 ml sehingga di peroleh konsentrasi 10 mg/ml sebagai larutan

persediaan (stok), kemudian dipipet sebanyak 1, 10, 100, 1000 µg/ml ke

dalam vial lalu diuapkan dan ditambahkan 3 ml air laut. Untuk kontrol

digunakan air laut.

Masing-masing vial yang berisi ekstrak etanol dan larutan kontrol

dengan konsentrasi 1, 10, 100, 1000 µg/ml dimasukkan 10 ekor larva

udang Artemia salina Leach dan volumenya dicukupkan sampai 10 ml

dengan air laut, kedalam tiap vial 10 ml ditambahkan 1 tetes suspensi

ekstrak ragi (3 mg dalam 5 ml air laut) sebagai sumber makanan, vial-

vial uji kemudian disimpan ditempat yang cukup mendapat sinar lampu,

setelah 24 jam dilakukan pengamatan terhadap jumlah larva yang mati,

untuk tiap sampel dan kontrol dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.

Page 34: Adrian Suryawinata

F. Analisis Data

Analisis data berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh. Data

yang didapatkan dalam penelitian diolah dengan analisis probit untuk

menentukan LC50 dari ekstrak daun maja (Aegle Marmelos L)

Page 35: Adrian Suryawinata

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan data jumlah

kematian larva Artemia salina Leach tiap konsentrasi setelah 24 jam

perlakuan yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Data hasil pengamatan kematian larva Udang Artemia salina

selama 24 jam perlakuan.

Hasil analisis probit diperoleh nilai LC50 sebesar 18,754 µg/ml (CI:

9,213 µg/ml – 37,148 µg/ml) pada sampel ekstrak etanol daun maja (Aegle

marmelos L.)

Jenis

sampel Replikasi

Jumlah larva Artemia salina Leach yang mati tiap konsentrasi µg/ml

Kontrol

1 10 100 1000

Ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos

L.)

1 1 4 6 10 0

2 2 4 6 10 0

3 1 5 7 10 0

Total kematian

4 13 19 30 0

Persentase kematian

13,33% 43,33% 63,33% 100% 0

Page 36: Adrian Suryawinata

B. Pembahasan

Pada penelitian ini telah dilakukan uji toksisitas ekstrak etanol daun

maja secara brine shrimp lethality test (BSLT). Uji toksisitas merupakan uji

pendahuluan untuk mengamati aktivitas farmakologi suatu senyawa.

Prinsip uji toksisitas adalah bahwa komponen bioaktif selalu bersifat toksik

jika diberikan dengan dosis tinggi dan menjadi obat pada dosis rendah.

Pada penelitian ini menggunakan metode brine shrimp lethality test karena

metode ini merupakan suatu metode skrining untuk menentukan toksisitas

suatu senyawa atau ekstrak bahan-bahan alami yang bersifat toksik dengan

menggunakan hewan coba larva Artemia salina Leach. Metode Brine

Shrimp Lethality Test (BSLT) memiliki keuntungan yaitu hasil yang

diperoleh lebih cepat (24 jam), tidak mahal, dan mudah pengerjaannya.

Efek toksik dapat diketahui dari kematian larva Artemia salina Leach karena

pengaruh bahan yang diujikan.

Hewan uji yang digunakan dalam uji toksisitas ini adalah larva

udang yang telah berumur 48 jam. Larva udang memiliki kulit yang tipis dan

peka terhadap lingkungannya sehingga banyak digunakan dalam uji

toksisitas. Zat atau senyawa asing yang ada di lingkungan akan terserap ke

dalam tubuh secara difusi dan langsung memengaruhi kehidupannya.

Larva udang yang sensitif ini akan mati apabila zat atau senyawa

asing tersebut bersifat toksik (Mclaughlin, 1998).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol

daun maja (Aegle marmelos L). untuk menguji efek toksik dari ekstrak

Page 37: Adrian Suryawinata

etanol daun maja maka dibuat seri konsentrasi 1, 10, 100, 1000 µg/ml.

Dimasukan larva udang sebanyak 10 ekor kedalam masing – masing vial

yang berisi sampel kemudian dibandingkan dengan kontrol, vial – vial

tersebut diberikan 3 tetes suspensi ragi sebagai sumber makanan.

Kemudian, vial yang berisi sampel dan kontrol diinkubasi selama 24 jam

dalam suhu ruangan dan cukup cahaya. Setelah diinkubasi selama 24 jam,

dihitung larva udang Artemia salina Leach yang mati pada tiap – tiap vial

lalu dihitung dengan menggunakan analisis probit.

Hasil penelitian uji toksisitas ekstrak etanol daun maja dapat dilihat

pada tabel 1. Pada tabel 1 tersebut terlihat bahwa terdapat kematian larva

udang setelah pemberian ekstrak etanol daun maja dengan konsentrasi 1,

10, 100, 1000 µg/ml. Untuk konsentrasi 1 µg/ml dengan persentase

kematian sebesar 13,33%, konsentrasi 10 µg/ml sebesar 43,33%,

konsentrasi 100 µg/ml sebesar 63,33%, dan konsentrasi 1000 µg/ml

sebesar 100%. Dilihat dari perolehan persentase kematian, konsentrasi

ekstrak yang paling baik dalam membunuh larva udang Artemia salina

Leach yaitu pada konsentrasi 1000 µg/ml. Untuk melihat efek toksik dari

ekstrak etanol daun maja maka dihitung nilai LC50 menggunakan analisis

probit, dapat dilihat pada lampiran.

Berdasarkan perhitungan nilai LC50, didapatkan nilai sebesar

18,754 µg/ml (CI: 9,213 µg/ml – 37,148 µg/ml). Hal ini menunjukan bahwa

ekstrak etanol daun maja bersifat toksik terhadap larva udang Artemia

salina Leach karena nilai LC50 yang dihasilkan dibawah 1000 µg/ml (Meyer

et al, 1982).

Page 38: Adrian Suryawinata

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun maja (Aegle mermelos L.) bersifat

medium toksik terhadap larva Artemia salina Leach karena nilai LC50 masuk

di dalam range 10 - 100 µg/ml yaitu sebesar 18,754 µg/ml (CI: 9,213 µg/ml

– 37,148 µg/ml).

B. SARAN

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai senyawa yang

memiliki efek sitotoksik pada ekstrak etanol daun maja (Aegle mermelos L.).

Page 39: Adrian Suryawinata

Daftar Pustaka

Aspan, R., 2008. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup. Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Asli Indonesia: Jakarta.

Baliga, S.M., 2011. Phytochemistry and medicinal uses of the bael fruit

(Aegle marmelos Correa). Food Research in International Vol 44. Kanada.

Casarett, L.J., dan Doul J., 1975. Toxicology, The Basic Science of Poison,

First Edition, MacMillan Publishing, Co, Inc: New York.

Ditjen POM., 1986. Sediaan Galenik. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia:Jakarta.

Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Yayasan Sarana Warna Jaya: Jakarta.

Loomis, T.A., 1978. Toksisitas Dasar, edisi III, penerjemah Imono Argo,

IKIP Semarang Press.

Mc Laughlin, J.E., 1998. A Blind Comparison of Simple Bench-top Bioassay

and Human Tumor Cel Citotoxicities as AntiTumor Prescreens.

Natural Product Chemistry, Elsvier, Amsterdam.

Maity, P. et al., 2009. Biological activities of crude extract and chemical

constituents of Bael Aegle marmelos (L). Corr. Indian Journal of

Experimental Biology.

Meyer et al., 1982. Brine Shrimp :A Convenient general Bioassay For Active

Plant Constituents. Plant Medica.

Mudjiman, A. 1989. Udang Renik Air Asin. Brata Karya Aksara, Jakarta.

Mukono, H.J., 2005. Toksikologi Lingkungan. Airlangga University Press:Surabaya.

Narayan P. Yadav., 2009. Phytochemical and Pharmacological Profile of Leaves of Aegle Marmelos Linn. The Pharma Review.

Priyanto., 2009. Toksikologi Mekanisme, Terapi Antidotum dan Penelitian

Resiko. Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi

(Leskonfi):Depok.

Page 40: Adrian Suryawinata

Ramadhani, Ahmad Nur., 2009. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Sukun (Artocarpus altilis) Terhadap Larva Artemia Salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BST). Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro, Semarang.

Rosenda, E.H. Anandita dan Suhardjono., 2009. Uji Toksisitas Ekstrak

Etanol Daun Kemangi (Ocimun sanctum Linn). Terhadap Larva

Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

(BST). Majalah Farmasi Indonesia: Semarang.

Sabu, M.C., 2003. Antidiabetic Activity of Aegle marmelos And Its Relationship with Its Antioxidant Properties. Amala Cancer Research Centre: Amala Nagar.

Singh, Zora et al., 2000. The Bael. West Australian Nut AND Tree Crop

Association yearbook Vol 24: Australia.

Page 41: Adrian Suryawinata

Lampiran 1. Skema kerja Uji Toksisitas Ekstrak daun Maja (Aegle

marmelos L.) dengan metode Brine Shrimp Lethality test

(BSLT).

Diekstrasi dengan cara maserasi Ditetaskan pada kondisi tertentu

Daun Maja (Aegle

marmelos L.)

Ekstrak etanol

Ekstrak Kental

Ekstrak etanol dalam

air laut 1, 10, 100,

1000 µg/ml

Air laut sebagai

kontrol (1, 10, 100,

1000 µg/ml)

Larva udang

berumur 48 jam

Pengumpulan data

Analisis data

Pembahasan

Kesimpulan

Hewan Uji

Telur udang

Artemia salina

Leach

Dipekatkan

Page 42: Adrian Suryawinata

Lampiran 2. Nilai Probit Sesuai dengan Persentasenya.

Probit

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

-

3,72

4,17

4,48

4,75

5,00

5,25

5,52

5,84

6,28

2,67

3,77

4,19

4,50

4,77

5,03

5,28

5,55

5,88

6,34

2,95

3,82

4,23

4,53

4,80

5,05

5,31

5,58

5,92

6,41

3,12

3,87

4,26

4,56

4,82

5,08

5,33

5,61

5,95

6,48

3,25

3,93

4,29

4,59

4,85

5,10

5,36

5,64

5,99

6,55

3,36

3,95

4,33

4,61

4,87

5,132

5,39

5,67

6,04

6,64

3,45

4,01

4,36

4,64

4,90

5,15

5,41

5,71

6,08

6,75

3,52

4,05

4,39

4,67

4,92

5,18

5,44

5,74

6,13

6,88

3,59

4,08

4,42

4,69

4,95

5,20

5,47

5,77

6,18

7,05

3,66

4,12

4,45

4,72

4,97

5,23

5,50

5,81

6,23

7,33

99 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

7,33 7,37 7,41 7,46 7,51 7,58 7,66 7,75 7,88 8,09

Page 43: Adrian Suryawinata

Lampiran 3. Hasil perhitungan data statistik dengan menggunakan

analisis probit terhadap ekstrak etanol daun maja (Aegle

marmelos L).

Parameter Estimate Std.

Error

Z Sig. 95% Confidence

Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

PROBITa

konsentrasi sampel

(ppm) .933 .146 6.375 .000 .646 1.220

Intercept -1.188 .238 -4.992 .000 -1.426 -.950

a. PROBIT model: PROBIT (p) = Intercept + BX (Covariates X are transformed using the base

10.000 logarithm.)

Chi-Square Tests

Chi-Square dfb Sig.

PROBIT Pearson Goodness-of-Fit Test 5.422 10 .861a

a. Since the significance level is greater than .150, no heterogeneity factor is used in the

calculation of confidence limits.

b. Statistics based on individual cases differ from statistics based on aggregated cases.

Cell Counts and Residuals

Number konsentrasi

sampel

(ppm)

Number

of

Subjects

Observed

Responses

Expected

Responses

Residual Probability

PROBIT

1 .000 10 1 1.174 -.174 .117

2 .000 10 2 1.174 .826 .117

3 .000 10 1 1.174 -.174 .117

4 1.000 10 4 3.994 .006 .399

5 1.000 10 4 3.994 .006 .399

6 1.000 10 5 3.994 1.006 .399

7 2.000 10 6 7.512 -1.512 .751

8 2.000 10 6 7.512 -1.512 .751

9 2.000 10 7 7.512 -.512 .751

10 3.000 10 10 9.465 .535 .946

11 3.000 10 10 9.465 .535 .946

12 3.000 10 10 9.465 .535 .946

Page 44: Adrian Suryawinata

Confidence Limits

Probability 95% Confidence Limits for

konsentrasi sampel (ppm)

95% Confidence Limits for

log(konsentrasi sampel (ppm))a

Estimate Lower

Bound

Upper

Bound

Estimate Lower

Bound

Upper

Bound

PROBIT

.010 .060 .004 .270 -1.220 -2.403 -.569

.020 .118 .010 .458 -.928 -1.988 -.339

.030 .181 .019 .641 -.742 -1.725 -.193

.040 .249 .030 .827 -.603 -1.527 -.082

.050 .324 .043 1.019 -.490 -1.367 .008

.060 .404 .059 1.218 -.393 -1.232 .086

.070 .492 .077 1.424 -.308 -1.113 .154

.080 .585 .099 1.640 -.233 -1.006 .215

.090 .686 .123 1.865 -.164 -.910 .271

.100 .794 .151 2.101 -.100 -.822 .322

.150 1.453 .348 3.459 .162 -.458 .539

.200 2.351 .671 5.191 .371 -.173 .715

.250 3.550 1.167 7.424 .550 .067 .871

.300 5.142 1.899 10.341 .711 .278 1.015

.350 7.247 2.947 14.217 .860 .469 1.153

.400 10.037 4.418 19.471 1.002 .645 1.289

.450 13.754 6.447 26.762 1.138 .809 1.428

.500 18.754 9.213 37.148 1.273 .964 1.570

.550 25.572 12.959 52.384 1.408 1.113 1.719

.600 35.043 18.038 75.480 1.545 1.256 1.878

.650 48.533 24.990 111.854 1.686 1.398 2.049

.700 68.405 34.704 171.892 1.835 1.540 2.235

.750 99.068 48.759 277.239 1.996 1.688 2.443

.800 149.638 70.238 478.584 2.175 1.847 2.680

.850 242.000 106.046 916.591 2.384 2.025 2.962

.900 443.099 175.540 2106.271 2.647 2.244 3.324

a. Logarithm base = 10.

Page 45: Adrian Suryawinata

Gambar 1. Grafik Hubungan log ekstrak etanol daun maja (Aegle

marmelos L) Terhadap Harga Probit Sesuai Persentase Kematian.

Gambar 2. Foto penetasan larva udang Artemia salina Leach.

3.87

4.825.33

8.09

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Pro

bit

Log Konsentrasi

Page 46: Adrian Suryawinata

Gambar 3. Foto Aerator Life-Q3.

Gambar 4. Foto ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L).

Page 47: Adrian Suryawinata

Gambar 5. Foto hasil pengenceran ekstrak etanol daun maja (Aegle

marmelos L).

.

Gambar 6. Tanaman Maja (Aegle marmelos L) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Page 48: Adrian Suryawinata

Gambar 7. Daun Maja (Aegle marmelos L) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)