adrian suryawinata
DESCRIPTION
Skripsi Uji Toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality TestTRANSCRIPT
SKRIPSI
UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DAUN MAJA (Aegle marmelos L.) SECARA BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)
ADRIAN SURYAWINATA 150 280 194
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015
UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DAUN MAJA (Aegle marmelos L.)
SECARA BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana
Disusun dan Diajukan Oleh
ADRIAN SURYAWINATA
150 280 194
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015
SKRIPSI
UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DAUN MAJA (Aegle marmelos L.)
SECARA BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)
Disusun dan Diajukan Oleh
ADRIAN SURYAWINATA
Nomor Pokok : 150 280 194
Telah Dipertahankan di Depan Panitia Ujian Skripsi
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui
RACHMAT KOSMAN, S.Si,, M.Kes., Apt SAFRIANI RAHMAN, S.Farm., M.Si Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua
Mengetahui,
Dekan Fakultas Farmasi Ketua Program Studi
RACHMAT KOSMAN, S.Si, M,Kes, Apt Dr. Andi Emelda,S.Si., M.Si., Apt Nips: 116 020 769 Nip: 197408162009022002
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : ADRIAN SURYAWINATA
Stambuk : 150 280 194
Judul Skripsi : UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DAUN MAJA
(Aegle marmelos L.) SECARA BRINE SHRIMP
LETHALITY TEST (BSLT).
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar karya tulis penulis sendiri, jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan plagiat, duplikat, tiruan atau dibuat dan dibantu oleh orang lain sebagian atau secara keseluruhan maka skripsi dan gelar yang diperoleh batal demi hukum.
Makassar, April 2015
Penulis
ADRIAN SURYAWINATA
PRAKATA
Assalamualaikum Wr. Wb
Syukur alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah
SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Salam dan shalawat tak lupa penulis haturkan
pada junjungan Nabi besar kita Nabiullah Muhammad SAW karena beliau
adalah suri tauladan bagi umat manusia.
Pada dasarnya, seorang manusia dituntut untuk menimba ilmu
sejak kecil hingga akhir hayat, agar menjadi seorang manusia yang berguna
yang memiliki akhlak dan ilmu yang bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Wujud
interprestasi bagi seseorang mahasiswa dalam menuangkan ilmu yang
telah didapatkan selama ini salah satunya yakni memberikan sumbangsih
data ilmiah yang berupa skripsi.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar
sarjana pada Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia Makassar.
Penghargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
Ayahanda tercinta H. Gidheo Winata, Ibunda tersayang Dra. Sri Suryaniati,
Apt, Adik – adik Aristyo Suryawinata dan Ananda Suryawinata yang telah
mencurahkan segenap cinta dan kasih sayang serta perhatian moril
maupun materil, dan selalu menghadirkan nama penulis dalam setiap
munajat doa beliau dengan tulus setiap saat. Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan rahmat, kesehatan, karunia dan keberkahan di dunia dan di
akhirat atas budi baik yang telah diberikan kepada penulis.
Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya, sebagai perasaan
kebahagiaan penulis sampaikan kepada Bapak Rachmat Kosman, S.Si.,
M.Kes., Apt selaku Pembimbing Pertama dan Ibu Safriani Rahman,
S.Farm., M.Si., Apt sebagai Pembimbing Kedua, atas keikhlasan dan
ketulusan dalam meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam
membimbing penulis selama penelitian hingga skripsi ini rampung.
Kepada Ibu Rahmawati Ningsih, S.Si., M.Si., Apt selaku Penasehat
Akademik, terima kasih penulis haturkan atas nasehat dan saran sehingga
penulis dapat menghadapi apapun hambatan dalam bangku perkuliahan.
Tak lupa pula penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Rachmat kosman., S.Si., M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Muslim Indonesia Makassar.
2. Ibu Nurlina., S.Si., M.Si., Apt. selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia.
3. Ibu Rahmawati Ningsih., S.Si., M.Si., Apt. selaku Wakil Dekan II
Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.
4. Bapak Herwin., S.Farm., M.Si. selaku Wakil Dekan III Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia.
5. Ibu Dra. Hj, Mihrah Syukur, M. Ag. selaku Wakil Dekan IV Fakultas
Farmasi Universitas Muslim Indonesia.
6. Ibu Dr. Andi Emelda., S.Si., M.Si., Apt. selaku Ketua Program Studi
Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.
7. Bapak Hendra Herman., S.Farm., M.Sc., Apt. selaku Kepala
Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Muslim
Indonesia.
8. Bapak/Ibu Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Muslim
Indonesia Makassar.
9. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia
Makassar.
10. Seluruh Staf Pegawai Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia
Makassar.
Terima kasih juga kepada teman – teman Fakultas Farmasi
angkatan 2008 yang selama ini selalu memberikan dukungan dan
semangat. Tak lupa pula penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada
teman-teman, Moh. Afrizal Hehanussa, S.Farm, Irham Khalid Assegaf,
S.Farm., Apt, Budhi Prasetya Rumaf.,S.Farm, Amran Nur.,S.Farm.,Apt,
Firdaus.,S.Farm.,Apt, Muhajir S.Farm, Zoelfan Oemry Syams, S.Farm dan
kawan – kawan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang
senantiasa menemani hari-hari penulis dalam suka dan duka, terima kasih
atas persaudaraan, kekompakan, semangat yang kalian berikan. Ungkapan
terima kasih yang sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada
Adinda Nur Ramadhana Dewi Safitri, S.Farm yang selalu memberikan
semangat, motivasi dan dukungan moril serta doa demi terselesainya
skripsi ini. Kepada semua pihak yang tidak sempat tertulis, terima kasih
yang sebesar-besarnya, karena hanya dengan berterima kasihlah penulis
dapat mengapresiasikan betapa besarnya pengaruh saudara(i) dalam
rangkumnya skripsi kecil ini.
Dan tak lupa pula penulis hanturkan beribu-ribu terimakasih kepada
Bapak Abdul Malik, S.Farm., M.Sc., Apt, Bapak Hendra Herman, S.Farm.,
M.Sc., Apt, Ibu Siti Amirah, S.Farm., M.Si., Apt, Ibu Aulia Wati, S.Farm.,
M.Si., Apt yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi di
Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan, namun besar harapan kiranya agar skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.
Nun Walqalami Wama Yas Kurun
Billahitaufiq Walhidayah
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Makassar, April 2015
Penulis
ADRIAN SURYAWINATA
ABSTRAK
ADRIAN SURYAWINATA, Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Daun Maja (Aegle marmelos L.) Secara Brine Shrimp Lethality Test (dibimbing oleh Rachmat Kosman dan Safriani Rahman).
Tanaman maja (Aegle marmelos L.) merupakan tanaman asal india yg telah digunakan oleh masyarakatnya sebagai obat untuk berbagai macam penyakit. Telah dilakukan penelitian uji toksisitas ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L.) terhadap larva udang Artemia salina Leach. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek toksik dan menentukan LC50
dari ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L.) secara Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L.) dibuat dengan konsentrasi 1, 10, 100, dan 1000 µg/ml. Untuk kontrol digunakan air laut, untuk tiap konsentrasi dimasukkan 10 ekor larva udang dan dicukupkan volumenya hingga 10 ml, pengamatan dilakukan setelah 24 jam perlakuan. Hasil penelitian dianalisis dengan analisis probit menunjukan nilai LC50 yaitu 18,754 µg/ml (CI: 9,213 µg/ml – 37,148 µg/ml). Berdasarkan nilai LC50 menunjukan bahwa ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L.) bersifat toksik.
Kata Kunci : Aegle marmelos L., Brine Shrimp Lethality Test, Toksisitas
ABSTRACT
ADRIAN SURYAWINATA, Toxicity Test of Maja Leaf (Aegle marmelos L.) Ethanolic Extract Using Brine Shrimp Lethality Test (supervised by Rachmat Kosman and Safriani Rahman)
Maja plant (Aegle marmelos L.) is a plant originally from India and has been used by its people to cure a variety of diseases. It had been conducted a research about toxicity test of maja (Aegle marmelos L.) leaf ethanolic extract against Artemia salina leach brine shrimp. The purpose of this research is to know about the toxic effect and to determine the LC50 of maja leaf (Aegle marmelos L.) ethanolic extract using brine shrimp lethality test. Maja leaf ethanolic extract was made with a variety concentration such as 1, 10, 100, and 1000 µg/ml. Sea water was used as a control, in every concentration of leaf extracts were introduced with 10 brine shrimp Artemia salina leach and added with sea water up to 10 ml. The observation was made after 24 hours. The result of this research was analyzed with probit analysis and showing the LC50 value of 18.754 µg/ml (CI: 9.213 µg/ml – 37.148 µg/ml). Based on LC50 value, maja leaf (Aegle marmelos L.) ethanolic extract possess a toxicity properties.
Keyword: Aegle marmelos L., Brine Shrimp Lethality Test, Toxicity.
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA v
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Maksud dan Tujuan Penelitian 2
D. Manfaat Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tentang Toksisitas 4
B. Uraian Tentang Udang Renik Artemia Salina Leach 7
C. Uji Hayati Produk Bioaktif Alam 10
D. Uraian Tanaman 12
E. Uraian Tentang Ekstraksi 14
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian 17
B. Sampel 17
C. Metode Kerja 17
D. Alat dan Bahan 17
1. Alat yang digunakan 17
2. Bahan yang digunakan 18
E. Prosedur Penelitian 18
1. Penyiapan Sampel 18
a. Pengambilan sampel 18
b. Pengolahan sampel 18
c. Ekstraksi Sampel 18
2. Penyiapan Larva 19
3. Pelaksanaan Pengujian 19
F. Analisis Data 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 21
B. Pembahasan 22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 25
B. Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Data hasil pengamatan kematian larva udang 21 Artemia salina Leach selama 24 jam perlakuan.
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Grafik hubungan log konsentrasi ekstrak etanol daun maja 32 (Aegle marmelos L) terhadap harga probit sesuai persentase kematian.
2. Foto penetasan larva udang Artemia salina Leach. 32
3. Foto Aerator Life-Q3. 33
4. Foto ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L). 33
5. Foto hasil pengenceran . 34 ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L.)
6. Foto tanaman maja (Aegle marmelos L). 34
7. Foto daun maja (Aegle marmelos L). 35
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Skema kerja uji toksisitas ekstrak etanol daun maja
(Aegle marmelos L.) dengan metode Brine
Shrimp Lethality test (BSLT). 28
2. Nilai probit sesuai dengan PERSENTASENYA. 29
3. Hasil perhitungan data statistik dengan menggunakan 30 analisis probit terhadap ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L.).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an surat Al- A’raaf ayat 58 menjelaskan bahwa:
ه والذي خبث ل يخرج إل نكدا كذلك يب يخرج نباته بإذن رب ف والبلد الط نصر
اليات لقوم يشكرون
Artinya: Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan
seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman -tanamannya
hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-
tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur.
Maja (Aegle marmelos L), tanaman berasal dari India yang telah
digunakan oleh masyarakat India selama kurang lebih 5000 tahun. Daun,
kulit kayu, akar, buah dan bibit maja digunakan secara ekstensif dalam
pengobatan tradisional India yang disebut Ayurveda dan digunakan juga
oleh berbagai masyarakat untuk pengobatan berbagai penyakit (Baliga,
2011).
Daun maja telah diteliti oleh M. C. Sabu and Ramadasan kuttan
(2003) mengenai efek antidiabetik ekstrak etanol daun maja (Aegle
marmelos L) terhadap tikus jantan dan mendapatkan hasil penurunan gula
darah yang dapat dilihat dimulai dari hari ke 6 setelah pemberian ekstrak
etanol daun maja secara kontinyu dan pada hari ke 12 tingkat gula darah
menurun sebanyak 54%.
Narayan P. Yadav pada tahun 2009 juga telah meneliti mengenai
profil dari daun maja dan menurut hasil dari penelitian tersebut didapat
bahwa daun maja (Aegle marmelos L) mengandung alkaloid,
fenilpropanoid, terpenoid dan bermacam-macam senyawa yang
mempunyai potensi sebagai aktifitas farmakologi seperti hipoglikemik, anti-
inflamasi, antimikroba, antikanker, radioprotektif dan antioksidan.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu diketahui toksisitas dari daun
maja (Aegle Marmelos L). Maka dari itu akan dilakukan uji toksisitas ekstrak
etanol daun maja (Aegle Marmelos L) dengan metode Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L) dapat
memberikan efek toksik terhadap Artemia salina Leach?
2. Pada konsentrasi berapakah lethal concentration 50 (LC50) ekstrak
etanol daun maja (Aegle marmelos L) terhadap Artemia salina Leach?
C. Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Maksud
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menguji potensi
toksisitas pada ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L) dengan
metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) terhadap Artemia salina
Leach.
2. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menentukan
potensi toksisitas ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L) dengan
metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) terhadap Artemia salina
Leach.
3. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menentukan nilai
lethal concentration 50 (LC50) ekstrak etanol daun Maja (Aegle
marmelos L).
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Peneliti dapat menentukan tingkat toksisitas ekstrak etanol
daun Maja (Aegle marmelos L). Agar penggunaannya dapat diketahui
serta menambah data ilmiah mengenai tumbuhan maja (Aegle
marmelos L) yang banyak mengandung senyawa yang berkhasiat.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari hasil penelitian yaitu dapat dijadikan
rujukan untuk penelitian lebih lanjut dan memberikan informasi kepada
masyarakat tentang keamanan tumbuhan maja (Aegle marmelos L)
sebagai obat tradisional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tentang Toksisitas
a. Toksisitas
Toksisitas adalah kemampuan suatu xenobiotik dalam
menimbulkan kerusakan pada organisme baik saat digunakan atau saat
berada dalam lingkungan. Mengingat zat kimia digunakan dalam
berbagai bidang, kemungkinan toksisitas pada berbagai bidang tersebut
juga dipelajari. Sekarang telah berkembang cabang-cabang toksikologi,
seperti toksikologi lingkungan, toksikologi industri, toksikologi
kehakiman, toksikologi medicolegal, toksikologi kerja, dan toksikologi
ekonomi (Priyanto, 2009).
Untuk meneliti berbagai macam efek yang berhubungan dengan
masa pemejanan, uji toksikologi dibagi menjadi tiga kategori yaitu
(Ramadhani, 2009):
1. Uji Toksisitas Akut. Uji ini dirancang untuk menentukan efek toksik
suatu senyawa yang akan terjadi dalam masa pemejanan dengan
waktu yang singkat atau pemberiannya dengan takaran tertentu. Uji
ini dilakukan dengan cara pemberian konsentrasi tunggal senyawa
uji pada hewan uji. Takaran konsentrasi yang dianjurkan paling tidak
empat peringkat konsentrasi, berkisar dari konsentrasi terendah
yang tidak atau hampir tidak mematikan seluruh hewan uji sampai
dengan konsentrasi tertinggi yang dapat mematikan seluruh atau
hampir seluruh hewan uji. Biasanya pengamatan dilakukan selama
24 jam, kecuali pada kasus tertentu selama 7 – 14 hari.
2. Uji Toksisitas Subkronis atau Subakut, dilakukan dengan
memberikan zat kimia yang sedang diuji tersebut secara berulang-
ulang terhadap hewan uji selama kurang dari 3 bulan. Uji ini ditujukan
untuk mengungkapkan spektrum efek toksik senyawa uji, serta untuk
memperlihatkan apakah spektrum toksik ini berkaitan dengan
takaran konsentrasi.
3. Uji Toksisitas Kronis, dilakukan dengan memberikan zat kimia
secara berulang-ulang pada hewan uji selama lebih dari 3 bulan.
Yang dimaksud dengan racun disini dapat berupa zat kimia. Fisis dan
biologis. Toksin atau racun diartikan sebagai berikut:
a. Zat yang dalam dosis yang kecil dapat menimbulkan kerusakan
pada jaringan hidup.
b. Zat yang bila masuk ke dalam tubuh dalam dosis cukup, bereaksi
secara kimiawi dapat menimbulkan kematian/kerusakan berat
pada orang sehat.
c. Semua zat pada hakekatnya adalah racun. Dosisnya yang
membedakan racun dari obat (Paracelcus).
d. Zat yang bila dapat memasuki tubuh dalam keadaan cukup,
secara konsisten, menyebabkan fungsi tubuh jadi tidak normal.
b. Median Lethal Dosis
Salah satu cara untuk lebih memudahkan pengertian
hubungan dosis respon adalah menggunakan LD50. Istilah LD50
pertama kali diperkenalkan sebagai indeks oleh Trevan pada tahun
1927. Pengertian LD50 secara statistik merupakan dosis tunggal
derifat suatu bahan tertentu pada uji toksisitas yang pada kondisi
tertentu pula dapat menyebabkan kematian 50% dari populasi uji
(hewan percobaan) (Mukono, 2005).
c. Lethal Concentration (LC50)
Pengertian tentang LC50 adalah konsentrasi dari senyawa
kimia di udara atau dalam air yang dapat menyebabkan 50%
kematian pada suatu populasi hewan uji atau makhluk hewan hidup
tertentu. Sedangkan dosis letal (LD50) adalah dosis dari suatu
senyawa kimia yang dapat menyebabkan 50% kematian hewan uji
yang diberikan pada setiap individu yang telah ditentukan atau yang
lebih tepat adalah dosis tunggal yang diperoleh secara statistika dari
suatu bahan yang dapat menyebabkan 50% kematian hewan uji
(Loomis, 1978).
Penggunaan LC50 dimaksudkan untuk pengujian ketoksikan
dengan pengujian perlakuan terhadap hewan uji secara berkelompok
yaitu pada saat hewan dipaparkan suatu bahan kimia melalui udara
maka hewan uji tersebut akan menghirupnya atau percobaan
toksisitas dengan media air. Sedangkan LD50 digunakan untuk
pengujian ketoksikan suatu bahan kimia dengan rute pemberian
secara oral atau intrperitonial pada hewan uji (Casarett, 1991).
Klasifikasi Lethal Concentration 50 (LC50) berdasarkan
ketoksikan relatifnya yaitu (Meyer, 1982):
1. Sangat toksik pada LC50 = 0-1 µg/ml
2. Toksik pada LC50 = 1-10 µg/ml
3. Medium toksik pada LC50 = 10-100 µg/ml
4. Ketoksikan rendah pada LC50 = 100-1000 µg/ml
B. Uraian tentang Udang renik Artemia Salina Leach
Hewan uji yang digunakan dalam metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) adalah Artemia salina Leach oleh Linnaeus, Artemia diberi nama
Cancer salinus, kemudian pada tahun 1819 diubah menjadi Artemia salina
oleh Leach (Mudjiman, 1989).
1. Klasifikasi (Mudjiman, 1989)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Branchiopoda
Ordo : Anostraca
Family : Artemiidae
Genus : Artemia
Spesies : Artemia salina Leach
2. Lingkungan Hidup
Artemia hidup plantonik di perairan yang berkadar garam tinggi
(antara 15 – 300 permil). Suhu yang dikehendaki berkisar antara 25 -
300C, oksigen terlarut sekitar 3 mg/L dan pH antara 7,5 – 8,5. Sebagai
plankton Artemia salina tidak dapat mempertahankan diri terhadap
pemangsaan musuh-musuhnya sebab tidak mempunyai alat ataupun
cara untuk membela diri. Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri
dari pemangsaan adalah lngkungan hidup yang berkadar garam tinggi,
sebab pada kadar garam yang tinggi tersebut, pemangsanya pada
umumnya sudah tidak dapat hidup lagi (Mudjiman, 1989).
3. Morfologi
Artemia dewasa mencapai panjang antara 1 – 2 cm dengan berat
badan sekitar 10 mg. Anak yang baru menetas (Nauplius instar I)
panjang sekitar 0,4 mm dengan berat badan sekitar 15 mikrogram.
Nauplius instar II panjangnya sekitar 0,6 mm, sedangkan nauplius instar
III sudah sepanjang 0,7 mm. Telur yang masih bercangkang bergaris
tengah sekitar 300 mikron dengan berat sekitar 3,65 mikrogram.
Sedangkan telur yang telah didekaptulasi garis tengahnya sekitar 210
mikron. Pada Artemia dewasa, biasanya ditandai dengan adanya tangkai
mata yang jelas (Mudjiman, 1989).
4. Siklus Hidup dan Perkembangbiakan
Artemia berkembang biak secara biseksual dan beberapa jenis
lainnya secara parthenogenesis. Artemia dengan jenis biseksual tidak
dapat berkembang biak secara parthenogenesis dan jenis
parthenogenesis tidak dapat berkembang biak secara biseksual.
Perkembangbiakan pada jenis biseksual harus melalui proses
perkawinan antara induk betina dan induk jantan. Sedangkan jenis
parthenogensis tidak ada perkawinan, karena memang tidak ada
pejantannya, jadi betinanya akan beranak dengan sendirinya tanpa
kawin (Mudjiman, 1989).
Perkembangbiakan baik pada biseksual maupun pada
parthenogenesis, keduanya dapat terjadi secara ovovivipar maupun
ovipar. Pada ovovivipar yang keluar dari induknya itu sudah berupa anak
(burayak) yang dinamakan nauplius. Jadi sudah langsung hidup sebagai
Artemia muda. Sedangkan pada cara ovipar, yang keluar dari induknya
berupa telur yang bercangkang tebal, yang dinamakan siste. Untuk
menjadi anak (burayak) masih harus melalui proses penetasan terlebih
dahulu (Mudjiman, 1989).
Ovoviviparitas biasanya terjadi apabila keadaan lingkungannya
cukup baik, dengan kadar garam 150 permil dan kandungan oksigennya
cukup. Sedangkan ovoparitas akan terjadi apabila keadaan lingkungan
memburuk, dengan kadar garam lebih dari 150 permil dan kandungan
oksigennya rendah. Artemia dewasa dapat hidup sampai 6 bulan,
sementara induk-induk betinanya akan beranak atau bertelur setiap 4-5
hari sekali. Setiap kali dapat dihasilkan 50-300 ekor anak atau 50-300
butir telur. Anak-anak Artemia sudah menjadi dewasa setelah berumur
14 hari. Oleh karena itu, apabila keadaan lingkungannya cukup baik,
Artemia akan berkembang biak secara cepat melalui ovovivipar. Dengan
demikian maka jumlahnya akan cepat sekali bertambah banyak
(Mudjiman, 1989).
5. Penetasan Telur Artemia
Telur yang siap menetas berwarna cokelat keabu-abuan. Untuk
media penetasan dapat digunakan air laut biasa (kadar garam ± 30
permil). Tapi untuk mencapai hasil penetasan yang baik, kita perlu
menggunakan air berkadar garam 5 permil. Ini dapat dibuat dengan
mengencerkan air laut dengan air tawar. Sebelum ditetaskan telur-telur
tersebut perlu dicuci terlebih dahulu, yakni dengan direndam di dalam air
tawar selama 1 jam, baru kemudian dimasukkan dalam wadah
penetasan. Suhu air yang baik selama proses penetasan adalah antara
25-300C. Sedangkan kadar oksigennya harus lebih dari 2 mg/L. Untuk
merangsang proses penetasannya, media penetasan tersebut perlu
disinari dengan lampu yang dipasang di samping wadah. Dalam waktu
24-36 jam setelah pemasukan telur, biasanya telur-telur itu sudah
menetas menjadi anak Artemia yang dinamakan nauplius (Mudjiman,
1989).
C. Uji Hayati Produk Bioaktif Alam
Metode “Brine Shrimp Lethality Test” merupakan langkah pertama
untuk uji toksisitas ekstrak atau senyawa. Metode ini merupakan metode uji
hayati yang sederhana, cepat, murah, dan dapat dipercaya. Daya toksisitas
suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian larva
Artemia salina Leach dengan parameter Lethal Concentration 50 (LC50).
Suatu ekstrak dinyatakan bersifat toksik menurut metode “Brine Shrimp
Lethality Test” menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat toksik maka
dapat dikembangkan kepenelitian yang lebih lanjut untuk mengisolasi
senyawa sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat
alternative antikanker (Rosenda,2009).
Uji toksisitas dengan menggunakan Brine Shrimp Lethality Test ini
dapat ditentukan dari jumlah kematian Artemia salina akibat pengaruh
ekstrak atau senyawa bahan alam dengan konsentrasi tertentu yang
dinyatakan dalam LC50. Nilai LC50 merupakan angka yang menunjukkan
konsentrasi ekstrak yang dapat menyebabkan kematian sebesar 50% dari
jumlah hewan uji. Hasil uji dinyatakan toksik terhadap Artemia salina
apabila ekstrak tumbuhan tersebut memiliki LC50 kurang dari 1000 µg/ml
(Meyer, 1982).
Sifat toksisitas dari suatu senyawa dapat diasosiasikan sebagai
aktifitas antikanker, namun dalam metode “Brine Shrimp Lethality Test” ini
tidak spesifik untuk mendeteksi senyawa antikanker. Oleh karena itu,
setelah uji toksisitas dengan menggunakan “Brine Shrimp lethality” Test
perlu dilakukan uji sitotoksisitas. Sehingga uji dengan metode BSLT ini
merupakan uji awal untuk mengetahui senyawa yang memiliki potensi atau
tidak sebagai antikanker (Rosenda, 2009).
Metode BSLT juga digunakan untuk mendeteksi keberadaan
senyawa toksik dalam proses isolasi senyawa dari bahan alam yang
berefek sitotoksik dengan menentukan harga LC50 dari senyawa aktif.
Metode BSLT dapat digunakan untuk berbagai system uji seperti uji pestisi
dan mitotoksin, polutan, anastetik, komponen seperti morfin, karsinogenik
dan ketoksikan dari hewan dan tumbuhan laut serta senyawa beracun dari
tumbuhan darat (Mc.laughlin, 1998).
D. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi Tanaman Maja (Aegle marmelos L) (BPOM, 2008)
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Sapindales
Suku : Rutaceae
Marga : Aegle
Jenis : Aegle marmelos (L.) Correa
2. Morfologi Tanaman Maja (Aegle marmelos L)
Merupakan tanaman pohon medium yang tergolong ke dalam
tumbuhan meranggas. Tanaman ini aslinya tumbuh liar di hutan-hutan di
India, Sri Lanka, Pakistan dan Bangladesh, dan telah lama
dibudidayakan. Biasanya di tanam di pekarangan candi. Mojo legi
kemudian menyebar ke beberapa negara di Indo Cina, dan Asia
Tenggara. Di Jawa pohon ini dijumpai di bagian timur. Sosok tanaman
ini kecil dan daunnya mudah luruh, namun demikian dapat hidup lebih
dari 60 tahun dengan ketinggian yang sangat bervariasi. Tingginya
sekitar 10-15 m dan diameter batang bawah mencapai 25-50 cm.
Cabang yang tua berduri. Daunnya berseling dan beranak daun tiga-tiga.
Perbungaannya berbentuk tandan keluar dari ketiak daun, bergerombol
dan kelopak bunga berbentuk segi tiga, berwarna kehijau-hijauan hingga
putih. Buahnya berbentuk buah buni agak bulat dan berwarna hijau,
diameter 5-12,5 cm. Umumnya buah akan muncul pada bulan Juni-Juli.
Kulit buah kadang-kadang mengayu dan keras, bijinya 6-10 buah berada
dalam daging buah yang jernih. Tanaman ini dapat dibudidayakan dari
buah maupun dari pemotongan akar (Heyne K, 1987).
3. Kandungan Kimia
Maja mengandung skimianine, aegelin, lupeol, cineol, citral,
citronellal, cuminaldehyde, eugenol, marmesinin (Maity, 2009).
4. Kegunaan
Tanaman maja (Aegle marmelos L.) merupakan bahan alami
yang banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan pengobatan
tradisional seperti demam, diare, gatal-gatal (Singh et al, 2000).
E. Uraian Tentang Ekstraksi
1. Definisi Ekstraksi (Dirjen POM, 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif
dari bagian tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota
laut. Zat-zat aktif tersebut terdapat dalam sel tanaman dan sel hewan
berbeda, demikian pula ketebalannya. Sehingga diperlukan metode
ekstraksi dan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya.
2. Mekanisme Ekstraksi (Dirjen POM, 1986)
Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tanaman maupun
hewan lebih larut dalam pelarut organik. Di mana proses tersarinya zat
aktif dalam sel tanaman adalah pelarut organik akan menembus dinding
sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif
akan terlarut dalam pelarut organik sehingga terjadi perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di
luar sel. Maka larutan pekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini
berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan
zat aktif di dalam sel dan di luar sel.
3. Tujuan Ekstraksi (Dirjen POM, 1986)
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen
kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada
prinsip perpindahan massa komponen zat kedalam pelarut, dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi
masuk kedalam pelarut.
4. Jenis Ekstraksi (Dirjen POM, 1986)
a. Ekstraksi secara dingin
Proses ekstraksi secara dingin diperuntukkan untuk bahan
alam yang mengandung komponen kimia yang tidak tahan
pemanasan dan bahan alam yang mempunyai tekstur yang lunak,
yang termasuk ekstraksi secara dingin adalah metode maserasi,
metode perkolasi dan metode soxhletasi.
b. Ekstraksi secara panas
Ekstraksi secara panas dilakukan untuk mengekstraksi
komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan seperti glikosida,
saponin dan minyak-minyak menguap yang mempunyai titik didih
tinggi, selain itu pemanasan juga diperuntukkan untuk membuka pori-
pori sel simplisia sehingga pelarut organik mudah masuk ke dalam sel
untuk melarutkan zat aktif.
5. Ekstraksi dengan Metode Maserasi (Dirjen POM, 1986)
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia kedalam cairan
penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk
kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan
karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam
sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar.
Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi
antara di luar sel dan di dalam sel.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung
zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat
yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, stirak dan lain-lain.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air
etanol atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk
mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet,
yang diberikan pada awal penyarian.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Farmakologi Fakultas
Farmasi Universitas Muslim Indonesia pada bulan Agustus 2014 sampai
dengan bulan Februari 2015.
B. Sampel
Sampel penelitian yang digunakan adalah daun maja (Aegle
marmelos L) yang diperoleh dari provinsi Sulawesi Selatan kabupaten
Bone.
C. Metode Kerja
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental yang merupakan
penelitian laboratorium dengan menggunakan metode Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT) dengan melakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
D. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah aerator (Life
Q3), batang pengaduk, gelas kimia, kertas saring, lampu, mikropipet
(Gilson), pipet tetes, toples, timbangan kasar (Triple Beam), timbangan
analitik (Ohaus) dan vial.
2. Bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air laut,
aquadest, etanol 96%, etanol 70%, ekstrak etanol daun maja (Aegle
marmelos L.), ragi, dan telur udang (Artemia salina Leach).
E. Prosedur kerja
1. Penyiapan sampel.
a. Pengambilan sampel
Sampel daun maja (Aegle marmelos L.) diperoleh dari
provinsi Sulawesi Selatan kabupaten Bone.
b. Pengolahan Sampel
Daun maja (Aegle marmelos L.) yang telah diperoleh dicuci
hingga bersih, kemudian dilakukan sortasi basah kemudian
dikeringkan, dipotong-potong kecil lalu siap diekstraksi.
c. Ekstraksi secara maserasi dengan etanol, simplisia daun maja
yang telah dikeringkan ditimbang sebanyak 300 gram kemudian
dimasukkan kedalam bejana maserasi, terlebih dahulu
dilembabkan dengan etanol. Setelah itu ditambahkan etanol hingga
merendam seluruh simplisia, dan biarkan selama 5 hari dengan
pengadukan beberapa kali. Setelah itu disaring dan ampasnya
direndam kembali dengan cairan penyari yang baru. Hasil
penyarian yang didapat lalu dipekatkan sampai diperoleh ekstrak
etanol kental.
2. Penyiapan Larva
Penetasan telur Artemia salina Leach (Meyer, 1982)
Sebanyak 50 gram telur Artemia salina Leach, direndam dalam
wadah yang berisi 200 ml air laut pada kondisi pH 7 dibawah cahaya
lampu pijar 5 watt dan dilengkapi dengan aerator pada suhu 25oC. Telur
udang akan menetas setelah 24 jam dan menjadi larva. Larva yang
berumur 2 hari (48 jam) yang akan digunakan sebagai hewan uji.
3. Pelaksanaan Pengujian
Sebanyak 200 mg ekstrak kental ditimbang dan dilarutkan dengan
etanol 20 ml sehingga di peroleh konsentrasi 10 mg/ml sebagai larutan
persediaan (stok), kemudian dipipet sebanyak 1, 10, 100, 1000 µg/ml ke
dalam vial lalu diuapkan dan ditambahkan 3 ml air laut. Untuk kontrol
digunakan air laut.
Masing-masing vial yang berisi ekstrak etanol dan larutan kontrol
dengan konsentrasi 1, 10, 100, 1000 µg/ml dimasukkan 10 ekor larva
udang Artemia salina Leach dan volumenya dicukupkan sampai 10 ml
dengan air laut, kedalam tiap vial 10 ml ditambahkan 1 tetes suspensi
ekstrak ragi (3 mg dalam 5 ml air laut) sebagai sumber makanan, vial-
vial uji kemudian disimpan ditempat yang cukup mendapat sinar lampu,
setelah 24 jam dilakukan pengamatan terhadap jumlah larva yang mati,
untuk tiap sampel dan kontrol dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.
F. Analisis Data
Analisis data berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh. Data
yang didapatkan dalam penelitian diolah dengan analisis probit untuk
menentukan LC50 dari ekstrak daun maja (Aegle Marmelos L)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan data jumlah
kematian larva Artemia salina Leach tiap konsentrasi setelah 24 jam
perlakuan yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Data hasil pengamatan kematian larva Udang Artemia salina
selama 24 jam perlakuan.
Hasil analisis probit diperoleh nilai LC50 sebesar 18,754 µg/ml (CI:
9,213 µg/ml – 37,148 µg/ml) pada sampel ekstrak etanol daun maja (Aegle
marmelos L.)
Jenis
sampel Replikasi
Jumlah larva Artemia salina Leach yang mati tiap konsentrasi µg/ml
Kontrol
1 10 100 1000
Ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos
L.)
1 1 4 6 10 0
2 2 4 6 10 0
3 1 5 7 10 0
Total kematian
4 13 19 30 0
Persentase kematian
13,33% 43,33% 63,33% 100% 0
B. Pembahasan
Pada penelitian ini telah dilakukan uji toksisitas ekstrak etanol daun
maja secara brine shrimp lethality test (BSLT). Uji toksisitas merupakan uji
pendahuluan untuk mengamati aktivitas farmakologi suatu senyawa.
Prinsip uji toksisitas adalah bahwa komponen bioaktif selalu bersifat toksik
jika diberikan dengan dosis tinggi dan menjadi obat pada dosis rendah.
Pada penelitian ini menggunakan metode brine shrimp lethality test karena
metode ini merupakan suatu metode skrining untuk menentukan toksisitas
suatu senyawa atau ekstrak bahan-bahan alami yang bersifat toksik dengan
menggunakan hewan coba larva Artemia salina Leach. Metode Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT) memiliki keuntungan yaitu hasil yang
diperoleh lebih cepat (24 jam), tidak mahal, dan mudah pengerjaannya.
Efek toksik dapat diketahui dari kematian larva Artemia salina Leach karena
pengaruh bahan yang diujikan.
Hewan uji yang digunakan dalam uji toksisitas ini adalah larva
udang yang telah berumur 48 jam. Larva udang memiliki kulit yang tipis dan
peka terhadap lingkungannya sehingga banyak digunakan dalam uji
toksisitas. Zat atau senyawa asing yang ada di lingkungan akan terserap ke
dalam tubuh secara difusi dan langsung memengaruhi kehidupannya.
Larva udang yang sensitif ini akan mati apabila zat atau senyawa
asing tersebut bersifat toksik (Mclaughlin, 1998).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol
daun maja (Aegle marmelos L). untuk menguji efek toksik dari ekstrak
etanol daun maja maka dibuat seri konsentrasi 1, 10, 100, 1000 µg/ml.
Dimasukan larva udang sebanyak 10 ekor kedalam masing – masing vial
yang berisi sampel kemudian dibandingkan dengan kontrol, vial – vial
tersebut diberikan 3 tetes suspensi ragi sebagai sumber makanan.
Kemudian, vial yang berisi sampel dan kontrol diinkubasi selama 24 jam
dalam suhu ruangan dan cukup cahaya. Setelah diinkubasi selama 24 jam,
dihitung larva udang Artemia salina Leach yang mati pada tiap – tiap vial
lalu dihitung dengan menggunakan analisis probit.
Hasil penelitian uji toksisitas ekstrak etanol daun maja dapat dilihat
pada tabel 1. Pada tabel 1 tersebut terlihat bahwa terdapat kematian larva
udang setelah pemberian ekstrak etanol daun maja dengan konsentrasi 1,
10, 100, 1000 µg/ml. Untuk konsentrasi 1 µg/ml dengan persentase
kematian sebesar 13,33%, konsentrasi 10 µg/ml sebesar 43,33%,
konsentrasi 100 µg/ml sebesar 63,33%, dan konsentrasi 1000 µg/ml
sebesar 100%. Dilihat dari perolehan persentase kematian, konsentrasi
ekstrak yang paling baik dalam membunuh larva udang Artemia salina
Leach yaitu pada konsentrasi 1000 µg/ml. Untuk melihat efek toksik dari
ekstrak etanol daun maja maka dihitung nilai LC50 menggunakan analisis
probit, dapat dilihat pada lampiran.
Berdasarkan perhitungan nilai LC50, didapatkan nilai sebesar
18,754 µg/ml (CI: 9,213 µg/ml – 37,148 µg/ml). Hal ini menunjukan bahwa
ekstrak etanol daun maja bersifat toksik terhadap larva udang Artemia
salina Leach karena nilai LC50 yang dihasilkan dibawah 1000 µg/ml (Meyer
et al, 1982).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun maja (Aegle mermelos L.) bersifat
medium toksik terhadap larva Artemia salina Leach karena nilai LC50 masuk
di dalam range 10 - 100 µg/ml yaitu sebesar 18,754 µg/ml (CI: 9,213 µg/ml
– 37,148 µg/ml).
B. SARAN
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai senyawa yang
memiliki efek sitotoksik pada ekstrak etanol daun maja (Aegle mermelos L.).
Daftar Pustaka
Aspan, R., 2008. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup. Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Asli Indonesia: Jakarta.
Baliga, S.M., 2011. Phytochemistry and medicinal uses of the bael fruit
(Aegle marmelos Correa). Food Research in International Vol 44. Kanada.
Casarett, L.J., dan Doul J., 1975. Toxicology, The Basic Science of Poison,
First Edition, MacMillan Publishing, Co, Inc: New York.
Ditjen POM., 1986. Sediaan Galenik. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia:Jakarta.
Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Yayasan Sarana Warna Jaya: Jakarta.
Loomis, T.A., 1978. Toksisitas Dasar, edisi III, penerjemah Imono Argo,
IKIP Semarang Press.
Mc Laughlin, J.E., 1998. A Blind Comparison of Simple Bench-top Bioassay
and Human Tumor Cel Citotoxicities as AntiTumor Prescreens.
Natural Product Chemistry, Elsvier, Amsterdam.
Maity, P. et al., 2009. Biological activities of crude extract and chemical
constituents of Bael Aegle marmelos (L). Corr. Indian Journal of
Experimental Biology.
Meyer et al., 1982. Brine Shrimp :A Convenient general Bioassay For Active
Plant Constituents. Plant Medica.
Mudjiman, A. 1989. Udang Renik Air Asin. Brata Karya Aksara, Jakarta.
Mukono, H.J., 2005. Toksikologi Lingkungan. Airlangga University Press:Surabaya.
Narayan P. Yadav., 2009. Phytochemical and Pharmacological Profile of Leaves of Aegle Marmelos Linn. The Pharma Review.
Priyanto., 2009. Toksikologi Mekanisme, Terapi Antidotum dan Penelitian
Resiko. Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi
(Leskonfi):Depok.
Ramadhani, Ahmad Nur., 2009. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Sukun (Artocarpus altilis) Terhadap Larva Artemia Salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BST). Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro, Semarang.
Rosenda, E.H. Anandita dan Suhardjono., 2009. Uji Toksisitas Ekstrak
Etanol Daun Kemangi (Ocimun sanctum Linn). Terhadap Larva
Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BST). Majalah Farmasi Indonesia: Semarang.
Sabu, M.C., 2003. Antidiabetic Activity of Aegle marmelos And Its Relationship with Its Antioxidant Properties. Amala Cancer Research Centre: Amala Nagar.
Singh, Zora et al., 2000. The Bael. West Australian Nut AND Tree Crop
Association yearbook Vol 24: Australia.
Lampiran 1. Skema kerja Uji Toksisitas Ekstrak daun Maja (Aegle
marmelos L.) dengan metode Brine Shrimp Lethality test
(BSLT).
Diekstrasi dengan cara maserasi Ditetaskan pada kondisi tertentu
Daun Maja (Aegle
marmelos L.)
Ekstrak etanol
Ekstrak Kental
Ekstrak etanol dalam
air laut 1, 10, 100,
1000 µg/ml
Air laut sebagai
kontrol (1, 10, 100,
1000 µg/ml)
Larva udang
berumur 48 jam
Pengumpulan data
Analisis data
Pembahasan
Kesimpulan
Hewan Uji
Telur udang
Artemia salina
Leach
Dipekatkan
Lampiran 2. Nilai Probit Sesuai dengan Persentasenya.
Probit
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
-
3,72
4,17
4,48
4,75
5,00
5,25
5,52
5,84
6,28
2,67
3,77
4,19
4,50
4,77
5,03
5,28
5,55
5,88
6,34
2,95
3,82
4,23
4,53
4,80
5,05
5,31
5,58
5,92
6,41
3,12
3,87
4,26
4,56
4,82
5,08
5,33
5,61
5,95
6,48
3,25
3,93
4,29
4,59
4,85
5,10
5,36
5,64
5,99
6,55
3,36
3,95
4,33
4,61
4,87
5,132
5,39
5,67
6,04
6,64
3,45
4,01
4,36
4,64
4,90
5,15
5,41
5,71
6,08
6,75
3,52
4,05
4,39
4,67
4,92
5,18
5,44
5,74
6,13
6,88
3,59
4,08
4,42
4,69
4,95
5,20
5,47
5,77
6,18
7,05
3,66
4,12
4,45
4,72
4,97
5,23
5,50
5,81
6,23
7,33
99 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
7,33 7,37 7,41 7,46 7,51 7,58 7,66 7,75 7,88 8,09
Lampiran 3. Hasil perhitungan data statistik dengan menggunakan
analisis probit terhadap ekstrak etanol daun maja (Aegle
marmelos L).
Parameter Estimate Std.
Error
Z Sig. 95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
PROBITa
konsentrasi sampel
(ppm) .933 .146 6.375 .000 .646 1.220
Intercept -1.188 .238 -4.992 .000 -1.426 -.950
a. PROBIT model: PROBIT (p) = Intercept + BX (Covariates X are transformed using the base
10.000 logarithm.)
Chi-Square Tests
Chi-Square dfb Sig.
PROBIT Pearson Goodness-of-Fit Test 5.422 10 .861a
a. Since the significance level is greater than .150, no heterogeneity factor is used in the
calculation of confidence limits.
b. Statistics based on individual cases differ from statistics based on aggregated cases.
Cell Counts and Residuals
Number konsentrasi
sampel
(ppm)
Number
of
Subjects
Observed
Responses
Expected
Responses
Residual Probability
PROBIT
1 .000 10 1 1.174 -.174 .117
2 .000 10 2 1.174 .826 .117
3 .000 10 1 1.174 -.174 .117
4 1.000 10 4 3.994 .006 .399
5 1.000 10 4 3.994 .006 .399
6 1.000 10 5 3.994 1.006 .399
7 2.000 10 6 7.512 -1.512 .751
8 2.000 10 6 7.512 -1.512 .751
9 2.000 10 7 7.512 -.512 .751
10 3.000 10 10 9.465 .535 .946
11 3.000 10 10 9.465 .535 .946
12 3.000 10 10 9.465 .535 .946
Confidence Limits
Probability 95% Confidence Limits for
konsentrasi sampel (ppm)
95% Confidence Limits for
log(konsentrasi sampel (ppm))a
Estimate Lower
Bound
Upper
Bound
Estimate Lower
Bound
Upper
Bound
PROBIT
.010 .060 .004 .270 -1.220 -2.403 -.569
.020 .118 .010 .458 -.928 -1.988 -.339
.030 .181 .019 .641 -.742 -1.725 -.193
.040 .249 .030 .827 -.603 -1.527 -.082
.050 .324 .043 1.019 -.490 -1.367 .008
.060 .404 .059 1.218 -.393 -1.232 .086
.070 .492 .077 1.424 -.308 -1.113 .154
.080 .585 .099 1.640 -.233 -1.006 .215
.090 .686 .123 1.865 -.164 -.910 .271
.100 .794 .151 2.101 -.100 -.822 .322
.150 1.453 .348 3.459 .162 -.458 .539
.200 2.351 .671 5.191 .371 -.173 .715
.250 3.550 1.167 7.424 .550 .067 .871
.300 5.142 1.899 10.341 .711 .278 1.015
.350 7.247 2.947 14.217 .860 .469 1.153
.400 10.037 4.418 19.471 1.002 .645 1.289
.450 13.754 6.447 26.762 1.138 .809 1.428
.500 18.754 9.213 37.148 1.273 .964 1.570
.550 25.572 12.959 52.384 1.408 1.113 1.719
.600 35.043 18.038 75.480 1.545 1.256 1.878
.650 48.533 24.990 111.854 1.686 1.398 2.049
.700 68.405 34.704 171.892 1.835 1.540 2.235
.750 99.068 48.759 277.239 1.996 1.688 2.443
.800 149.638 70.238 478.584 2.175 1.847 2.680
.850 242.000 106.046 916.591 2.384 2.025 2.962
.900 443.099 175.540 2106.271 2.647 2.244 3.324
a. Logarithm base = 10.
Gambar 1. Grafik Hubungan log ekstrak etanol daun maja (Aegle
marmelos L) Terhadap Harga Probit Sesuai Persentase Kematian.
Gambar 2. Foto penetasan larva udang Artemia salina Leach.
3.87
4.825.33
8.09
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Pro
bit
Log Konsentrasi
Gambar 3. Foto Aerator Life-Q3.
Gambar 4. Foto ekstrak etanol daun maja (Aegle marmelos L).
Gambar 5. Foto hasil pengenceran ekstrak etanol daun maja (Aegle
marmelos L).
.
Gambar 6. Tanaman Maja (Aegle marmelos L) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 7. Daun Maja (Aegle marmelos L) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)