agama aqidah kelompok 7
DESCRIPTION
agamaTRANSCRIPT
MAKALAH AGAMA ISLAM
“AQIDAH ISLAM”
Disusun Oleh :
Anggia Diani Amaliah (260110140082)
Tiffany Sabilla R. (260110140087)
Mila Tri Cahyani (260110140088)
Annisa Ridla S. (260110140125)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “AQIDAH ISLAM”.
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian AQIDAH ISLAM atau yang lebih khususnya membahas pengertian aqidah islam,sumber aqidah Islam,penyimpangan aqidah dan cara penanggulangnnya,aqidah islamiyah, tujuan aqidah dan ruang lingkup aqidah . Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang AQIDAH ISLAM.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita.
Jatinangor, 4 November 2014
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar
nilai manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang
paling utama adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang
Pencipta. Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT adalah orang yang bodoh,
karena tidak ada orang yang lebih bodoh dari pada orang yang tidak mengenal
penciptanya.
Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap-
lengkapnya bentuk dibanding dengan makhluk/ciptaan yang lain. Kemudian Allah
bimbing mereka dengan mengutus para Rasul-Nya (menurut hadits yang
disampaikan Abu Dzar bahwa jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang, namun
jumlah yang sebenarnya hanya Allah saja yang mengetahuinya), semuanya
menyerukan kepada tauhid (diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam At Tarikhul
Kabir 5/447 dan Ahmad dalam Al Musnad 5/178-179). Sementara dari jalan
sahabat Abu Umamah disebutkan bahwa jumlah para Rasul 313 (diriwayatkan
oleh Ibnu Hibban dalam Al Maurid 2085 dan Ath-Thabrani dalam Al Mu’jamul
Kabir 8/139) agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui
wahyu yang dibawa oleh Sang Rasul. Orang yang menerima disebut mukmin,
orang yang menolaknya disebut kafir serta orang yang ragu-ragu disebut munafik
yang merupakan bagian dari kekafiran.
Begitu pentingnya aqidah ini, sehingga Nabi Muhammad Saw, penutup
para Nabi dan Rasul membimbing umatnya selama 13 tahun ketika berada di
Makkah dengan menekankan masalah aqidah ini, karena aqidah adalah landasan
semua tindakan, bahkan merupakan landasan bangunan Islam. Oleh karena itu,
maka para dai dan para pelurus agama dalam setiap masa selalu memulai dakwah
mereka dengan tauhid dan pelurusan aqidah sebelum mereka mengajak kepada
perintah-perintah agama yang lain. Bahkan para Nabi dan Rasul sebelum
Rasulullah juga menyerukan hal yang sama dalam dakwah-dakwah mereka
kepada umatnya.
Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. ‘Aqd berarti juga
janji, ikatan (kesepakatan) antara dua orang yang mengadakan perjanjian. Aqidah
secara definisi adalah suatu keyakinan yang mengikat hati manusia dari segala
keraguan. Aqidah dalam istilah umum yaitu keimanan yang mantap dan hukum
yang tegas, yang tidak dicampur keragu- raguan terhadap orang yang
mengimaninya. Ini adalah aqidah secara umum, tanpa memandang aqidah tersebut
benar atau salah. Aqidah secara terminology adalah sesuatu yang mengharuskan
hati membenarkannya, membuat jiwa tenang, dan menjadi kepercayaan yang
bersih dari kebimbangan dan keraguan. Aqidah menurut syara’ berarti iman
kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan kepada
Hari Akhir, serta kepada qadar dan qadha, baik takdir yang baik maupun yang
buruk.
Aqidah tersebut dalam tubuh manusia ibarat kepalanya. Maka apabila
suatu umat sudah rusak, bagian yang harus direhabilitasi adalah aqidahnya
terlebih dahulu. Di sinilah pentingnya aqidah ini, apalagi ini menyangkut
kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan akhirat. Aqidah merupakan kunci kita
menuju surga. Aqidah juga menjadi dasar dari seluruh hukum-hukum agama yang
berada di atasnya. Aqidah Islam adalah tauhid, yaitu mengesakan Tuhan yang
diungkapkan dalam syahadat pertama. Sebagai dasar, tauhid memiliki implikasi
terhadap seluruh aspek kehidupan keagamaan seorang Muslim, baik ideologi,
politik, sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya.
Aqidah sebagai dasar utama ajaran Islam bersumber pada Al Quran dan
sunnah Rasul. Aqidah Islam mengikat seorang Muslim sehingga ia terikat dengan
segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu, menjadi seorang
Muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam
ajaran Islam, seluruh hidupnya didasarkan kepada ajaran Islam. Hal ini seperti
yang tersebut dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 208,
Yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam
keseluruhannya dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya
setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208)
1.2 Rumusan Masalah
Adapun batasan masalah yang kami bahas adalah :
1. Apa itu aqidah?
2. Apa saja sumber sumber aqidah?
3. Bagiamana Ruang lingkup pembahasan aqidah?
4. Apa itu aqidah islamiyah?
5. Apa saja penyimpangan yang ada dalam aqidah?
6. Bagaimana cara penanggulangannya?
1.3 Tujuan
Dengan di buatnya makalah ini berharap mempunyai banyak manfaat dan
mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang teguh, yaitu untuk
mengihlaskan niat dan ibadah kepada AllahI semata. Karena Dia adalah pencipta
yang tidak ada sekutu bagiNya, maka tujuan dari ibadah haruslah diperuntukkan
hanya kepadaNya juga membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang
timbul dari kosongnya hati dari akidah. Karena orang yang hatinya kosong dari
akidah ini, adakalanya kosong hatinya dari setiap akidah serta menyembah materi
yang dapat di indera saja dan adakalanya terjatuh pada berbagai kesesatan akidah
dan khurafat. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak
goncang dalam pikiran. Karena akidah ini akan menghubungkan orang mukmin
dengan Penciptanya lalu rela bahwa Dia sebagai Tuhan yang mengatur, Hakim
yang membuat tasyri'. Oleh karena itu hatinya menerima takdir-Nya, dadanya
lapang untuk menyerah lalu tidak mencari pengganti yang lain. Meluruskan tujuan
dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allah dan
bermuamalah dengan orang lain. Karena diantara dasar akidah ini adalah
mengimani para Rasul, dengan mengikuti jalan mereka.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
a) Aqidah Secara Etimologi
Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan.
Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Aqidah
merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenaran
terhadap sesuatu.
b) Aqidah Secara Syara’
Yaitu beriman kepada Allah, para MalaikatNya, kitab-
kitabNya, para Rasulnya, dan kepada hari Akhir serta kepada qadar
baik yang baik maupun yang buruk (rukun iman). Dalilnya adalah
- QS. Al Kahfi: 110
- QS Az Zumar: 65
- QS. Az Zumar: 2-3
- QS. An Nahl: 36
- QS. Al A’raf: 59,65,73, 85
c) Aqidah secara terminologi
Menurut Abu Bakar Jabir al Jazairy, Aqidah adalah sejumlah
kebenaran yang dapat diterima secara umum (aksioma) oleh
manusia berdasarakan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu
dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan
keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang
bertentangan dengan kebenaran itu.
2.2 Sumber-sumber Aqidah yang Benar
Aqidah adalah tauqifiyah. Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali
dengan dalil syar’i, tidak ada medan ijtihad dan berpendapat di dalamnya.
Karena itulah sumber-sumbernya terbatas kepada apa yang ada di dalam
al-Quran dan as-Sunnah. Sebab tidak seorangpun yang lebih mengetahui
tentang Allah, tentang apa-apa yang wajib bagiNya dan apa yang harus
disucikan dariNya melainkan Allah sendiri. Dan tidak ada seorangpun
sesudah Allah yang mengetahui tentang Allah selain Rasulullah shalallahu
’alaihi wa sallam. Oleh karena itu manhaj as-Salafush Shalih dan para
pengikutnya dalam mengambil aqidah terbatas pada al-Quran dan as-
Sunnah (Kitab Tauhid 1, Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al Fauzan).
2.3 Istilah-Istilah Lain Tentang Aqidah
Iman, yaitu: sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan
dengan lisan dan diamalkan dengan anggota tubuh.
Tauhid, artinya: mengesakan Allah (Tauhidullah).
Ushuluddin, artinya: pokok-pokok agama
Fiqh Akbar, artinya: fiqh besar. Istilah ini muncul berdasarkan
pemahaman bahwa tafaqquh fiddin yang diperintahkan Allah dalam
surat At-Taubah ayat 122, bukan hanya masalah fiqih, tentu dan
lebih utama masalah aqidah. Dikatakah fiqh akbar, adalah untuk
membedakannya dengan fiqh dalam masalah hukum.
2.4 Beberapa Kaidah Aqidah
Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakini adanya,
kecuali bila akal saya mengatakan ”tidak” berdasarkan
pengalaman masa lalu.
Keyakinan, di samping diperoleh dengan menyaksikan langsung,
juga bisa melalui berita yang diyakini kejujuran si-pembawa
berita. Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya
karena anda tidak bisa menjangkaunya dengan indera mata.
Seseorang hanya bisa mengkhayalkan sesuatu yang sudah pernah
dijangkau oleh inderanya.
Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dalam ruang dan
waktu. Iman adalah fitrah setiap manusia.
Kepuasan materiil di dunia sangat terbatas
Keyakinan pada hari akhir adalah konsekuensi logis dari
keyakinan tentang adanya Allah.
2.5 Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah
Menurut Hasan al-Banna sistematika ruang lingkup pembahasan aqidah adalah:
1. Ilahiyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilahi seperti
wujud Allah dan sifat-sifat Allah, dan lain-lain.
2. Nubuwat
Yaitu pembahasan tentang segala seuatu yang berhubungan dengan Nabi dan
Rasul, termasuk pembahasan tentang Kitab-Kitab Allah, mu'jizat, dan lain
sebagainya.
3. Ruhaniyat
Yaitu pembahsasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik seperti malaikat, Jin, Iblis, Syaitan, Roh dan lain sebagainya.
4. Sam'iyyat
Yaitu pembahahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam'I
(dalil naqli berupa Al-Quran dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab
kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lainnya.
2.6 Aqidah Islamiyah
Aqidah Islamiyah adalah iman kepada Allah, para malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya,para rasul-Nya, hari akhir, kepada qadla dan qadar
baik-buruk keduanya dari Allah.Sedangkan makna iman itu sendiri
adalah pembenaran yang bersifat pasti (tashdiiquljazm), yang sesuai
dengan kenyataan, yang muncul dari adanya dalil/bukti. Bersifat pasti
artinya seratus persen kebenaran/keyakinannya tanpa ada keraguan
sedikitpun. Sesuaidengan fakta artinya hal yang diimani tersebut
memang benar adanya dan sesuai denganfakta, bukan diada-adakan
(mis. keberadaan Allah, kebenaran Quran, wujud malaikatdll). Muncul
dari suatu dalil artinya keimanan tersebut memiliki hujjah/dalil
tertentu,tanpa dalil sebenarnya tidak akan ada pembenaran yang bersifat
pasti .Suatu dalil untuk masalah iman, ada kalanya bersifat aqli dan atau
naqli, tergantungperkara yang diimani. Jika perkara itu masih dalam
jangkauan panca indra/aqal, makadalil keimanannya bersifat aqli, tetapi
jika tidak (yaitu di luar jangkauan panca indra),maka ia didasarkan pada
dalil naqli. Hanya saja perlu diingat bahwa penentuan sumber suatu
dalil naqli juga ditetapkan dengan jalan aqli. Artinya, penentuan sumber
dalil naqlitersebut dilakukan melalui penyelidikan untuk menentukan
mana yang boleh dan manayang tidak boleh dijadikan sebagai sumber
dalil naqli. Oleh karena itu, semua daliltentang aqidah pada dasarnya
disandarkan pada metode aqliyah. Dalam hal ini, Imam Syafi’i
berkata:“Ketahuilah bahwa kewajiban pertama bagi seorang mukallaf
adalahberfikir dan mencari dalil untuk ma’rifat kepada Allah Ta’ala.
Arti berfikir adalahmelakukan penalaran dan perenungan kalbu dalam
kondisi orang yang berfikir tersebutdituntut untuk ma’rifat kepada
Allah. Dengan cara seperti itu, ia bisa sampai kepadama’rifat terhadap
hal-hal yang ghaib dari pengamatannya dengan indra dan ini merupakan
suatu keharusan.
Tujuan Aqidah Dalam Islam
Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang
teguh, yaitu :
1. Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah kepada Allah semata.
Karena Dia adalah pencipta yang tidak ada sekutu bagiNya, maka
tujuan dari ibadah haruslah diperuntukkanhanya kepadaNya.
2. Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari
kosongnya hati dariakidah. Karena orang yang hatinya kosong
dari akidah ini, adakalanya kosong hatinyadari setiap akidah
serta menyembah materi yang dapat di indera saja dan
adakalanya terjatuh pada berbagai kesesatan akidah dan khurafat.
3. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak
goncang dalam pikiran. Karena akidah ini akan menghubungkan
orang mukmin dengan Penciptanya lalu rela bahwa Dia sebagai
Tuhan yang mengatur, Hakim yang membuat tasyri'. Oleh karena
itu hatinya menerima takdir-Nya, dadanya lapang untuk
menyerah lalu tidak mencaripengganti yang lain.
4. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam
beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan orang lain.
Karena diantara dasar akidah ini adalah mengimani para Rasul,
dengan mengikuti jalan mereka yang lurus dalam tujuan dan
perbuatan.
5. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak
menghilangkan kesempatanberamal baik, kecuali digunakannya
dengan mengharap pahala. Serta tidak melihattempat dosa kecuali
menjauhinya dengan rasa takut dari siksa. Karena diantara
dasarakidah ini adalah mengimani kebangkitan serta balasan
terhadap seluruh perbuatan."Dan masing-masing orang
memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan yangdikerjakannya.
Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan." (QS.
AlAn'am : 132).Nabi Muhammad SAW juga menghimbau untuk
tujuan ini dalam sabdanya :"Orang mukmin yang kuat itu lebih
baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang
lemah. Dan pada masing-masing terdapat kebaikan.
Bersemangatlah terhadap sesuatu yang berguna bagimu serta
mohonlah pertolongan dari Allah danjanganlah lemah. Jika
engkau ditimpa sesuatu, maka jaganlah engkau katakan :
seandainya aku kerjakan begini dan begitu. Akan tetapi
katakanlah : itu takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki dia
lakukan. Sesungguhnya mengada-ada itu membuka perbuatan
setan." ( HR. Muslim)
6. Menciptakan umat yang kuat yang mengerahkan segala yang
mahal maupun yang murah untuk menegakkan agamanya serta
memperkuat tiang penyanggahnya tanpa peduli apa yang akan
terjadi untuk menempuh jalan itu."Sesungguhnya orang-orang
yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepadaAllah
dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka
berjihad dengan hartadan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka
itulah orang –rang yang benar." (QS. Al Hujurat : 15)
7. Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperbaiki
individu-individu maupun kelompok-kelompok serta meraih
pahala dan kemuliaan. "Barangsiapa yang mengerjakan amal
baik, baik lelaki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang paling baik dari apa yang telah
mereka kerjakan." (QS. An Nahl 97) Inilah sebagian dari tujuan
akidah Islam, Kami mengharap agar Allah merealisasikannya
kepada Kami dan seluruh umat Islam.
2.7 Penyimpangan Aqidah dan Cara-Cara Penanggulangannnya
Sebab-Sebab Penyimpangan dari Aqidah Shahihah, yaitu:
a) Kebodohan terhadap aqidah shahihah , karena tidak mau
mempelajari dan mengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian
terhadapnya. Sehingga tumbuh generasi yang tidak mengenal
aqidah shahihah dan juga tidak mengetahui lawan atau
kebalikannya. Akibatnya, mereka menyakini yang haq sebagai
sesuatu yang batil dan yang batil dianggap sebagai yang haq.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Umar bin Khatab radliyallahu
’anhu : ” Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu demi
satu manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa
mengenal kejahiliyahan”.
b) Ta’ashshub (fanatik) kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan
nenek moyangnya, sekalipun hal itu batil, dan mencampakkan apa
yang menyalahinya, sekalipun hal itu benar. Sebagaimana firman
Allah dalam surat Al Baqarah ayat 170, yang artinya: ”Dan apabila
dikatakan kepada mereka, ’ikutilah apa yang telah diturunkan Allah
’, mereka menjawab, ’(tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa
yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.’
(Apakah mereka akan mengikuti juga ), walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk?”
c) Taqlid Buta
Dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa
megetahui dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh
kebenarannya.
d) Ghuluw (berlebihan)
Dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, serta
mengangkat mereka di atas derajat yang semestinya, sehingga
menyakini pada diri mereka sesuatu yang tidak mampu dilakukan
kecuali oleh Allah, baik berupa mendatangkan kemanfaatan maupun
meolak kemudharatan. Juga menjadikan para wali itu perantara
antara Allah dan makhlukNya, sehingga sampai pada tingkat
penyembahan para wali tersebut dan bukan menyembah Allah.
e) Ghaflah (lalai)
Terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya
ini (ayat-ayat kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam
kitabNya (ayat-ayat Qura’niyah). Di samping itu, juga terbuai
dengan hasil teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai mengira
bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia semata, sehingga
mereka mengagung- agungkan manusia dan menisbatkan seluruh
kemajuan ini kepada jerih payah dan penemuan manusia semata.
Pada umumnya rumah tangga sekarang ini kosong dari pengarahan
yang benar menurut Islam.
f) Enggannya media pendidikan dan media informasi
melaksanakan tugasnya.
Kurikulum pendidikan kebanyakan tidak memberikan perhatian
yang cukup terhadap pendidikan agama Islam, bahkan ada yang
tidak peduli sama sekali. Sedangkan media informasi, baik cetak
maupun elektronik berubah menjadi sarana penghancur dan
perusak, atau paling tidak hanya memfokuskan pada hal-hal yang
bersifat meteri dan hiburan semata. Tidak memperhatikan hal-hal
yang dapat meluruskan moral dan menanamkan aqidah serta
menangkis aliran-aliran sesat.
Cara-cara penanggulangan penyimpangan aqidah adalah sebagai
berikut:
a) Kembali pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shalallahu ’alaihi
wa sallam untuk mengambil aqidah shahihah. Sebagaimana para
Salafush Shalih mengambil aqidah mereka dari keduanya. Tidak
akan dapat memperbaiki akhir umat ini kecuali apa yang telah
memperbaiki umat terdahulunya. Juga dengan mengkaji aqidah
golongan yang sesat dan mengenal syubuhat-syubuhat mereka untuk
kita bantah dan kita waspadai, karena siapa yang tidak mngenal
keburukan, ia dikhawatirkan terperosok ke dalamnya.
b) Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf,
di berbagai jenjang pendidikan. Memberi jam pelajaran yang cukup
serta mengadakan evaluasi yang ketat dalam menyajikan materi ini.
c) Harus ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai materi
pelajaran. Sedangkan kitab-kitab kelompok penyeleweng harus
dijauhkan.
d) Menyebar para da’i yang meluruskan aqidah umat Islam dengan
mengajarkan aqidah salaf serta menjawab dan menolak seluruh
aqidah batil
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Aqidah Secara
Syara’ yaitu beriman kepada Allah, para MalaikatNya, kitab-kitabNya, para
Rasulnya, dan kepada hari Akhir serta kepada qadar baik yang baik maupun yang
buruk (rukun iman). Aqidah mengaitkan dengan keimanan, ketauhidan,
ushuluddin, dan fiqh akbar.
Sebab-sebab terjadinya penyimpangan Aqidah bisa terjadi karena
kebodohan terhadap aqidah shahihah, Ta’ashshub (fanatik), Taqlid Buta,
Ghuluw (berlebihan), Ghaflah (lalai), dan enggannya media pendidikan
dan media informasi melaksanakan tugasnya. Sedangkan cara
penanggulangan dari penyimpangan aqidah tersebut adalah kembali pada
Kitabullah dan Sunnah Rasulullah, Memberi perhatian pada pengajaran
aqidah shahihah, aqidah salaf, di berbagai jenjang pendidikan, harus
ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai materi pelajaran,
menyebar para da’i yang meluruskan aqidah umat Islam dengan
mengajarkan aqidah salaf serta menjawab dan menolak seluruh aqidah
batil.
Aqidah dalam Islam mempunyai tujuan untuk menenangkan jiwa
dan pikiran, meluruskan suatu tujuan dan tindakan, serta untuk
mengikhlaskan niat dan ibadah kepada Allah semata.
DAFTAR PUSTAKA
http://isma-ismi.com/akidah-islam.html
www.rumaysho.com
http://kuliahaika.weebly.com/akidah/pengertian-urgensi-ruang-lingkup-dan-sumber-akidah
http://muslimdaily.net/ilmu/akidah/pengertian-akidah-islamiyyah.html
http://www.alquran-sunnah.com/63-tauhid-1/658-3-penyimpangan-aqidah-dan-cara-cara-penanggulangannya