agama print
DESCRIPTION
tugas agamaTRANSCRIPT
Berikut Contoh naskah pidato agama islam tentang bagaimana cara bersyukur.
Salam Sejahtera wahai para ahli bersyukur.
Marilah kita panjatkan segala puji dan puji syukur atas semua anugrah yang di berikan tuhan
kepada kita. karna dengan kita bersyukur kita akan mengetahui betapa besar anugrah yang
harus kita syukuri.
Solawat dan salam kita haturkan pada Nabi Muhammad SAW sebagai ungkapan rasa
syukur atas semua yang nabi ajakan kepada kita.
Para pelopor, bersyukurlah
�ور� ك �ه� غ�ف�ور� ش� �ن �ه� إ �ز�يد�ه�م م�ن ف�ض�ل ه�م� و�ي �ج�ور� �ه�م� أ �و�ف�ي �ي ل
"Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada
mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri."(Qur’an Surat. Fathir:30).
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu,
tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),maka pasti azab-Ku sangat berat."(Qur’an Surat.
ibrahim [14]:)
Para Pelopor, Pada kesmpatan ini, melalui contoh pidato agama isalam ini Qvae akan
sedikit menjelaskan tentang bentuk dari perwujudan rasa syukur kita.
Syukur itu diwujudkan dalam tiga aspek :
1. Syukur dengan hati, yaitu menyadari dan menyakini bahwa semua nikmat dan karunia
yang diperoleh merupakan anugerah Allah dan berasal dari-Nya.
2. Syukur dengan lisan, yaitu dengan memuji Allah sebanyak-banyaknya.
3. Syukur dengan perbuatan, yaitu taat beribada kepada-Nya dan menggunakan karunia itu
untuk kebaikan.
Mari kita renungkan, tentang semua yang kita miliki tentang semua yang kita imikan, tentang
semua kekurangan yang kita miliki, dan bersyukurlah. Bersyukur itu adalah bagaimana kita
merasa bersyukur atas semua anugrah yang di anugrahkan kepada kita. Bersyukur itu
mengungkapkan rasa terima kasih atas semua yang yang di miliki.
Para pelopor, Bersyukurlah atas semua kelebihan, bersyukurlah atas semua kekurangan
yang kita miliki, dan bersyukurlah atas semua penderitaan yang tersa, dan bersyukurlah
atas semua airmata yang membuat kita berduka. Dan bersyukurlah Karena ada rahasia di
balik rahasia, Maha sempurna tuhan beserta rencananya. Bersyukurlah.
Wassalam.
Demikian Contoh naskah pidato agama islam tentang bagaimana kita bersyukur, Contoh
pidato ini beisa anda gunakan untuk ceramah agama anda ketika anda menginginkan tema
tentang bersyukur.
Terimakasih atas kunjungan anda di Contoh naskah pidato agama islam tentang rasa
syukur ini, dan kami akan sangat senang jika contoh naskah pidato agama islam ini bisa
bermanfaat bagi anda,
Dan kami akan sangat senang jika anda bisa memanfaatkan Contoh pidato agama Qvae
yang lain, ataupun contoh pidato tentang pendidikan juga contoh pidato tentang Motivasi.
Terimakasih.
Setiap kita sangat memerlukan Allah dalam setiap gerak kehidupannya.
Dari udara untuk bernafas hingga makanan yang kita makan,
Dari kemampuannya untuk menggunakan tangan
Hingga kemampuan berbicara,
Dari perasaan aman hingga perasaan bahagia,
Kita benar-benar sangat memerlukan apa yang telah diciptakan oleh Allah
dan apa yang dikaruniakan kepada kita. Akan tetapi kebanyakan kita tidak
menyadari kelemahan kita dan tidak menyadari bahwa kita sangat
memerlukan Allah.
Kita menganggap bahwa segala sesuatunya terjadi dengan sendirinya atau
kita menganggap bahwa segala sesuatu yang kita peroleh adalah karena
hasil jerih payah kita sendiri.
Anggapan ini merupakan kesalahan yang sangat fatal dan benar-benar tidak
mensyukuri nikmat Allah. Anehnya, kita yang telah menyatakan rasa terima
kasih kepada seseorang karena telah memberi sesuatu yang remeh kepada
kita, namun kita menghabiskan hidup kita dengan mengabaikan nikmat
Allah yang tidak terhitung banyaknya di sepanjang hidup kita.
Bagaimanapun, nikmat yang diberikan Allah kepada kita sangatlah besar
sehingga tak seorang pun yang dapat menghitungnya. Allah menceritakan
kenyataan ini dalam sebuah ayat sebagai berikut:
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu
tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-
benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” …. (Q.s. an-Nahl:
18).
Meskipun kenyataannya demikian, kebanyakan kita tidak mampu
mensyukuri kenikmatan yang telah kita terima. Adapun penyebabnya
diceritakan dalam al-Qur’an:
Setan, yang berjanji akan menyesatkan manusia dari jalan Allah, berkata
bahwa tujuan utamanya adalah untuk menjadikan manusia tidak
bersyukur kepada Allah.
Pernyataan setan yang mendurhakai Allah ini menegaskan pentingnya
bersyukur kepada Allah. Bukankah Allah tidak akan membebani kita
melainkan sesuai dengan kekuatan kita.
Disisa umur yg dianugerahkan-Nya marilah kita menjaga sikap istiqamah
dan tawakal dalam menghadapi setiap penderitaan hidup. Insya Allah ini
akan dapat menumbuhkan sifat sabar dan syukur dalam diri Kita.
Jangan kita lelah untuk tetap menunjukkan ketaatan dan bertawakal
kepada-Nya, Karena Allah telah berjanji akan menambah nikmat kepada
hamba-hamba-Nya yang mensyukuri nikmat-Nya, baik di dunia ini maupun
di akhirat kelak.
.
InsyaAllah kita bisa …. Barakallah Fiku
Perintah mensyukuri nikmat A“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku
niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan
janganlah kamu mengingkari (ni’mat)-Ku.“(QS. 2:152)
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang
Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar
kepada-Nya kamu menyembah.“ (QS. 2:172)
“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu
adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada
Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.“(QS. 3:123)
“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan
kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak
mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah,
dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-
Nyalah kamu akan dikembalikan.“ (QS. 29:17)
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.“ (QS.
31:14)
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.
(kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya.
(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang
Maha Pengampun”. (QS. 34:15)
Allah memberi balasan kepada Orang yang Bersyukur
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu
berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia
tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.“ (QS. 3:144)
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai
ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala
dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa
menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat
itu. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur.“ (QS. 3:145)
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman?Dan Allah
adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.“(QS. 4:147)
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih.”(QS. 14:7)
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman,
yaitu:“Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur
(kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri;
dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji.”(QS.31:12)
“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia
tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya
Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa
tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah
kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu.” (QS.
39:7)
“sebagai ni’mat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur,“ (QS.54:35)
Kebanyakan Manusia Tidak Bersyukur
“Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran,
penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” (QS.23:78)
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung
halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati;
maka Allah berfirman kepada mereka: “Matilah kamu”, kemudian Allah
menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap
manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (QS. 2:243)
” kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka,
dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan men-dapati
kebanyakan mereka bersyukur (ta’at).“ (QS. 7:17)
“Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang
diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak
mensyukuri(nya).” (QS.27:73)
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya
dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi)
kamu sedikit sekali bersyukur.“ (QS.32:9)
“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-
gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti
kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga
Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-
hambaKu yang bersyukur.“ (QS. 34:13)
“Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat
padanya; dan menjadikan siang terang benderang. Sesungguhnya Allah benar-
benar mempunyal karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi
kebanyakan manusia tidak bersyukur.“ (QS. 40:61)
“Katakanlah: “Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati”. (Tetapi) amat sedikit kamu
bersyukur.“ (QS. 67:23)
Doa Sebagai Tanda Mensyukuri Nikmat Allah
“Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat ni’mat
Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan:
“Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami
sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali
kepada Tuhan kami.” (QS. 43:13-14)
Doa (Nabi Sulaiman as.) Untuk Tetap Mensyukuri Nikmat Allah
“maka dia (Sulaiman as.) tersenyum dengan tertawa karena (mendengar)
perkataan semut itu. Dan dia berdo’a: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk
tetap mensyukuri ni’mat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku
dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh
yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS. 27:19)
Allah mengetahui siapa yang bersyukur
“Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan
sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu)
berkata: “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah
kepada mereka?” (Allah berfirman): “Tidakkah Allah lebih mengetahui
tentang orang-orang yang bersyukur (kepadaNya)?” (QS.6:53)
Hadits dan Wasiat Ulama Akhlak Tentang Syukur
“Yang paling pandai bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling
pandai bersyukur kepada manusia.” (HR. Ath-Thabrani)
“Apabila seorang melihat orang cacat lalu berkata (tanpa didengar oleh orang
tadi) :“Alhamdulillah yang telah menyelamatkan aku dari apa yang
diujikan Allah kepadanya dan melebihkan aku dengan kelebihan
sempurna atas kebanyakan makhlukNya”, maka dia tidak akan terkena
ujian seperti itu betapapun keadaannya.” (HR. Abu Dawud)
“Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai
orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan
ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan
mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih
bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi
kelebihan.” (HR. Tirmidzi)
“Sebaik-baik do’a adalah pada hari Arafat dan sebaik-baik yang aku ucapkan dan
juga diucapkan oleh para nabi sebelum aku adalah ucapan:“Laa ilaaha
illallahu wahdahu laa syarikalahu, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa
ala kulli syaiin qodir.” (Tidak ada Tuhan kecuali Allah yang Maha Esa
yang tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nyalah segala kekuasaan dan
pujian. Dan Dia atas segala sesuatu Maha Kuasa) (HR. Ahmad)
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik
baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin.
Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian
itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan,
dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan
baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya
Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).(Dari artikel Memahami Syukur —
Muslim.Or.Id by null)
Sedang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw bersabda:
“Setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan memuji Allah, maka
tidak sempurnalah perbuatan itu.” (HR. Abu Dawud)
Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Apabila anak seseorang meninggal dunia, maka Allah bertanya kepada
malaikat-Nya:Kamu telah mencabut nyawa anak hamba-Ku? Para malaikat
menjawab: Ya. Allah bertanya lagi:Kamu telah mencabut buah-hatinya? Para
malaikat menjawab: Ya. Allah bertanya: Apakah yang diucapkan oleh hamba
hamba-Ku? Para malaikat menjawab:Ia memuji-Mu dan mengucap Inna
lillahi wa inna ilaihi raajiun (Sesungguhnya segala sesuatu berasal dari
Allah dan sesungguhnya akan kembali kepada-Nya).
Kemudian Allah Ta’ala berfirman:Bangunlah sebuah rumah di sorga
untuk para hamba-Ku itu dan namailah Bait Al-Hamd.” (HR. Turmudzi)
“Jika memang ada suatu cara yang dapat ditiru dalam pengabdian (ibadah)
kepada Allah bagi hamba-Nya, yang paling taat, yang lebih baik daripada
bersyukur di setiap kesempatan, maka Allah akan menganggap cara pengabdian
itu melebihi segala ciptaan yang lain. Karena sesungguhnya, tidak ada
bentuk pengabdian yang lebih baik dari pada bersyukur di setiap
kesempatan, Dia telah memilihnya menjadi bentuk pengabdian
terunggul daripada bentuk-bentuk pengabdian yang lainnya.(Imam
Ja’far Ash-shadiq ra.)
“Siapa yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan, maka berarti berusaha
untuk hilangnya nikmat itu. Dan siapa yang bersyukur atas nikmat
berarti telah mengikat nikmat itu dengan ikatan yang kuat.” (Syeikh
Ibnu Athaillah ra.)
“Syukur dengan lisan adalah nikmat yang besar. Manusia menanggung
beban lebih besar ketika memperoleh nikmat dibanding ketika
mengalami bencana. Bencana membutuhkan kesabaran, dan manusia
mampu bersabar. Sedangkan kenikmatan perlu disyukuri, padahal Allah
berfirman:
“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba[34]:13)
[Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi ra.]
Bersyukur Atas Nikmat Allah Yang Amat Besar
***
Assalamu’alaikum…
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (Al-Quran Al-Karim Surah An-Nahl [16]: ayat 18)
Wahai saudara-saudariku, kita tidak akan mampu menghitung nikmat Allah.
Mengapa tidak bisa? Karena terlalu BESARNYA…. Segala puji bagi Allah, belum
sempat bibir kita mengucap syukur kepada Allah ketika nikmat itu datang, maka
datang lagi nikmat Allah yang lainnya. Betapa besarnya nikmat Allah.
BEBERAPA NIKMAT ALLAH :
[1] Diberikan anggota tubuh yang lengkap. Sebagian besar orang baru
menyadari kenikmatan ini setelah dikurangi oleh Allah. Nikmat anggota badan
ini, akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah.
[2] Diberikan kesehatan. Nikmat ini tidak bisa dinilai dengan uang. Jika kita sakit,
berlembar-lembar uang kita keluarkan. Dua kenikmatan yang kebanyakan
manusia lupa : sehat dan waktu luang.
[3] Nikmat harta. Orang yang bersyukur kepada Allah akan menggunakan harta
sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
[4] Nikmat Keamanan. Orang yang tidak mencampurkan keimanan dan
kedholiman maka baginya ‘keamanan’. Dengan
nikmat keamanan ini, kita bisa beribadah ataupun menuntut ilmu dengan
perasaan tenang.
[5] Hidayah beragama Islam dan nikmat iman. SUBHAANALLAH !!, ini adalah
nikmat yang paling besar. Mengapa demikian? Karena dengan nikmat ini kita
bisa
membedakan kejahatan dan kebaikan, mana yang diperbolehkan oleh agama
atau manakah yang tidak diperbolehkkan.
Namun, kebanyakan manusia itu dholim. Sedikit sekali manusia yang bersyukur,
mereka mengkufuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Katakanlah: ”Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (Al-
Quran Al-Karim Surah Al-Mulk [67]: ayat 23)
Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan perasaan bersyukur kepada Allah sehingga
mengantarkan kita untuk bersyukur kepada-Nya.
CARA MENUMBUHKAN PERASAAN SYUKUR :
[1] Merenung (bukan membayangkan).
[2] Lihatlah yang memberi nikmat, bukan besar kecilnya nikmat. Jika engkau
mendapatkan nikmat dari Allah, jangan lihat besar kecilnya nikmat, tapi lihatlah
yang memberi nikmat (Rabbul ’alamin).
[3] Lihatlah yang berada di bawah kita (kaitannya dengan nikmat).
[4] Ingatlah keutamaan syukur. Orang beriman yakin, jikalau bersyukur kepada
Allah, maka akan mendapatkan keutamaan.
[5] Sadarilah bahwa yang mampu memberikan hidayah untuk bersyukur
hanyalah Allah semata.
CARA MENSYUKURI NIKMAT ALLAH :
[1] Hatinya tunduk, dan meyakini bahwa kenikmatan itu pemberian Allah. Hati
itu untuk ma’rifah (mengenal Allah) dan mahabbah (mencintai Allah). Tanamkan
dalam hati bahwa nikmat itu dari Allah semata.
[2] Lisannya memuji Allah. Jika diberi nikmat, maka hakikatnya itu adalah nikmat
dari Allah, maka pujilah Allah. Ucapkan pula, jazakumulloh khoiron kepada orang
yang
telah memberikan bantuan dan perbanyaklah menyebut nikmat-nikmat Allah.
Hasan al-Bashriy berujar, ”Perbanyaklah menyebut nikmat-nikmat Allah.
Sesungguhnya itu adalah kesyukuran.”
[3] Anggota tubuhnya melaksanakan ketaatan kepada Allah. Dalam hal ini
anggota badan dijadikan sebagai sarana untuk taat kepada Allah dan mencegah
dari maksiat kepada-Nya.
Ketika Abu Hazim ditanya mengenai bentuk syukurnya anggota-anggota badan,
maka ia memberikan jawaban-jawaban. Syukurnya dua mata itu, jika melihat
kebaikan, sebarkanlah, dan jika melihat keburukan, tutupilah! Syukurnya dua
telinga itu, jika mendengar kebaikan peliharalah, dan jika mendengar keburukan
cegahlah! Syukurnya dua tangan, janganlah tangan itu digunakan untuk
mengambil barang yang bukan haknya, juga penuhilah hak Allah yang ada pada
keduanya! Syukurnya perut, hendaknya makanan ada di bagian bawah,
sedangkan yang atas dipenuhi dengan ilmu. Syukurnya kemaluan, terdapat
dalam firman Allah,
"Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri
mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal
ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah
orang-orang yang melampaui batas." (Al-Quran Al-Karim Surah Al-Mu’minun [23]:
ayat 5-7)
Syukurnya dua kaki, jika kamu melihat seseorang yang shalih meninggal, kamu
bersegera meneladani amalannya; dan jika mayit orang yang tidak baik, kamu
bersegera untuk menjauhkan diri dari amal-amal yang dia kerjakan, kamu
bersyukur kepada Allah! Sesungguhnya orang yang bersyukur dengan lisannya
itu seperti orang yang memiliki pakaian tetapi ia hanya memegang ujungnya,
tidak memakainya. Maka ia pun tidak terlindungi dari panas, dingin, salju, dan
hujan.
KEUTAMAAN BERSYUKUR KEPADA ALLAH
[1] Syukur adalah sarana menambah kenikmatan. Ali bin Abi Thalib ra. pernah
berkata, Sesungguhnya nikmat itu berkaitan dengan syukur dan syukur itu
berkaitan dengan mazid (penambahan nikmat), keduanya tidak bisa dipisahkan,
maka mazid dari Allah tidak akan terputus sampai terputusnya syukur dari
hamba.
Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memberitahukan: “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu kufur
(mengingkari nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”. (Al-
Quran Al-Karim Surah Ibrahim [14]:
ayat 7)
Allah menjadikan tambahan bergantung kapada kesyukuran dan tambahan dari-
nya adalah tambahan yang tiada batas, sebagaimana syukur itu sendiri juga
tiada batas.
[2] Syukur adalah sebab keridhoan Allah disebabkan pemanfaatan nikmat itu
sebagai sarana ibadah.
[3] Syukur menghalangi turunnya adzab. Sebagaimana diterangkan dalam Al-
Qur’an, Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ?
Dan Allah adalah Maha Mensyukuri*) lagi Maha Mengetahui.
(Al-Qur’an Al-Karim Surah An-Nisaa’ [4]:
ayat 147)
Tatkala iblis – musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala – mengerti nilai syukur, bahwa
ia merupakan maqam tertinggi dan termulia, maka iblis pun mencanangkan
tujuan akhirnya yaitu mengusahakan terputusnya manusia dari bersyukur.
Diterangkan bahwa iblis berkata :
”Lalu aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari samping
kanan dan dari samping kiri. Sehingga Engkau
tidak akan mendapati kebanyakan mereka pada bersyukur (taat).” (Al-Qur’an Al-
Karim Surah Al-A’raaf [7]: ayat 17)
Dalam Surah Saba’ disebutkan bahwa orang-orang yang bersyukur itu sedikit.
“Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang pandai
bersyukur.” (Al-Quran Al-Karim Surah Saba’ [34]: ayat 13)
Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengajarkan doa agar
diberikan taufik untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
sebagaimana dalam hadits shahih diriwayatkan Imam Ahmad, Al-Hakim,
An-Nasa’i, dan Imam An-Nawawi, Rasulullah memberikan nasihat kepada Mu’adz
:
Demi Allah, aku benar-benar mencintaimu. Maka di setiap penghujung shalat
janganlah kamu lupa membaca : “Allaahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika
wa husni ‘ibaadatika” (Ya Allah, tolonglah aku agar selalu ingat kepada-Mu,
bersyukur kepada-Mu, dan baik ibadahku kepada-Mu).
Aamiin Yaa Rabbal'alamiin...
***
Sudahkah kita bersyukur hari ini?
Ucapkan Alhamdulillah...
Mampukah kita menghitung nikmat-nikmat Allah Ta’ala yang telah kita dapat hingga saat
ini? Tentulah, TIDAK! Menghitung jumlah nikmat dalam sedetik saja kita tidak mampu,
terlebih sehari bahkan selama hidup kita di dunia ini. Tidur, bernafas, makan, minum, bisa
berjalan, melihat, mendengar, dan berbicara, semua itu adalah nikmat dari AllahTa’ala,
bahkan bersin pun adalah sebuah nikmat. Jika dirupiahkan sudah berapa rupiah nikmat
Allah itu? Mampukah kalkulator menghitungnya? Tentulah, TIDAK! Sudah berapa oksigen
yang kita hirup? Berapa kali mata kita bisa melihat atau sekedar berkedip? Sampai kapan
pun kita tidak akan bisa menghitungnya. Sebagaiman Allah Ta’ala berfirman,
ح�يم� �غ�ف�ور� ر� �ه� ل �ن� الل �ح�ص�وه�ا إ �ه� ال� ت �ع�م�ة� الل �ع�د|وا ن �ن� ت و�إ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Qs. An Nahl: 18)
Lalu, apakah yang harus kita lakukan setelah kita mendapatkan semua nikmat itu?
Bersyukur atau kufur? Jika memang bersyukur, apakah diri ini sudah tergolong hamba yang
mensyukuri nikmat-nikmat itu?
Karena itu, kita Perlu mengetahui bagaimana cara bersyukur kepada Allah Ta’ala dan
bagaimana tata cara merealisasikan syukur itu sendiri. Ketahuilah bahwasannnya Allah
mencintai orang-orang yang bersyukur. Hamba yang bersyukur merupakan hamba yang
dicintai oleh Allah Ta’ala. Seorang hamba dapat dikatakan bersyukur apabila memenuhi tiga
hal:
Pertama,
Hatinya mengakui dan meyakini bahwa segala nikmat yang diperoleh itu berasal dari
Allah Ta’ala semata, sebagaimana firman Allah Ta’ala :
�ه� �ع�م�ة{ ف�م�ن� الل �م� م�ن� ن �ك و�م�ا ب
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)”. (Qs. An Nahl:
53)
Orang yang menisbatkan bahwa nikmat yang ia peroleh berasal dari Allah Ta’ala, ia adalah
hamba yang bersyukur. Selain mengakui dan meyakini bahwa nikmat-nikmat itu berasal dari
Allah Ta’ala hendaklah ia mencintai nikmat-nikmat yang ia peroleh.
Kedua,
Lisannya senantiasa mengucapkan kalimat Thayyibbah sebagai bentuk pujian
terhadap Allah Ta’ala
Hamba yang bersyukur kepada Allah Ta’ala ialah hamba yang bersyukur dengan lisannya.
Allah sangat senang apabila dipuji oleh hamba-Nya. Allah cinta kepada hamba-hamba-Nya
yang senantiasa memuji Allah Ta’ala.
�ك� ف�ح�د�ث� ب �ع�م�ة� ر� �ن م�ا ب� و�أ
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan
bersyukur)”. (Qs. Adh Dhuha: 11)
Seorang hamba yang setelah makan mengucapkan rasa syukurnya dengan berdoa, maka ia
telah bersyukur. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam,dari Mu’adz
bin Anas, dari ayahnya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
�ق�د�م� �ه� م�ا ت � ق�و�ة{ . غ�ف�ر� ل �ى و�ال �ر� ح�و�ل{ م�ن �يه� م�ن� غ�ي ق�ن ز� �ى ه�ذ�ا و�ر� �ط�ع�م�ن �ذ�ى أ �ه� ال �ل �ح�م�د� ل �ل� ط�ع�ام�ا ف�ق�ال� ال �ك م�ن� أ
�ه� �ب م�ن� ذ�ن
“Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan: “Alhamdulillaahilladzii
ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi haulin minnii wa laa quwwatin” (Segala puji
bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta
kekuatan dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Tirmidzi no. 3458.
Tirmidzi berkata, hadits ini adalah hadits hasan gharib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini hasan).
Terdapat pula dalam hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
�ه�ا �ي �ح�م�د�ه� ع�ل �ة� ف�ي ب ر� ب� الش� ر� �ش� و� ي� �ه�ا أ �ي �ح�م�د�ه� ع�ل �ة� ف�ي �ل �ك �ل� األ �ك �أ �ن� ي �د� أ �ع�ب �ر�ض�ى ع�ن� ال �ي �ه� ل �ن� الل إ
“Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid
(alhamdulillah) sesudah makan dan minum” (HR. Muslim no. 2734).
Bahkan ketika tertimpa musibah atau melihat sesuatu yang tidak menyenangkan, maka
sebaiknya tetaplah kita memuji Allah.
�ح�ب| �ى م�ا ي أ �ذ�ا ر� �ه� -صلى الله عليه وسلم – إ س�ول� الل �ان� ر� ة� ق�ال�ت� ك �ش� ع�ن� ع�ائ
�ح�م�د� » ق�ال� �ه� ال �ل �ذ�ى ل �ه� ال �ع�م�ت �ن �م| ب �ت �ح�ات� ت �ذ�ا «. الص�ال �ى و�إ أ ه� م�ا ر� �ر� �ك �ح�م�د� » ق�ال� ي �ه� ال �ل �ل� ع�ل�ى ل ال{ ك ح� «.
Dari Aisyah, kebiasaan Rasulullah jika menyaksikan hal-hal yang beliau sukai adalah
mengucapkan “Alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat”. Sedangkan jika beliau
menyaksikan hal-hal yang tidak menyenangkan beliau mengucapkan “Alhamdulillah ‘ala kulli
hal.” (HR Ibnu Majah no 3803 dinilai hasan oleh al Albani)
Ketiga,
Menggunakan nikmat-nikmat Allah Ta’ala untuk beramal shalih
Sesungguhnya orang yang bersyukur kepada Allah Ta’ala akan menggunakan nikmat Allah
untuk beramal shalih, tidak digunakan untuk bermaksiat kepada Allah. Ia gunakan matanya
untuk melihat hal yang baik, lisannya tidak untuk berkata kecuali yang baik, dan anggota
badannya ia gunakan untuk beribadah kepada Allah Ta’ala.
Ketiga hal tersebut adalah kategori seorang hamba yang bersyukur yakni bersyukur dengan
hati, lisan dan anggota badannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu
Qudamah rahimahullah, “Syukur (yang sebenarnya) adalah dengan hati, lisan dan anggota
badan. (Minhajul Qosidin, hal. 305). Syukur dari hati dalam bentuk rasa cinta dan taubat
yang disertai ketaatan. Adapun di lisan, syukur itu akan tampak dalam bentuk pujian dan
sanjungan. Dan syukur juga akan muncul dalam bentuk ketaatan dan pengabdian oleh
segenap anggota badan.” (Al Fawa’id, hal. 124-125)
Dua Nikmat Yang Sering Terlupakan; Nikmat Sehat Dan Waktu Luang
Hendaklah kita selalu mengingat-ingat kenikmatan Allah yang berupa kesehatan, kemudian
bersyukur kepada-Nya, dengan memanfaatkannya untuk ketaatan kepada-Nya. Jangan
sampai menjadi orang yang rugi, sebagaimana hadits berikut,
�ير� م�ن� �ث �ون� ف�يه�م�ا ك �ان� م�غ�ب �ع�م�ت �م� ن ل �ه� و�س� �ي �ه� ع�ل �ي| ص�ل�ى الل �ب �ه�م�ا ق�ال� ق�ال� الن �ه� ع�ن ض�ي� الل �اس{ ر� �ن� ع�ب ع�ن� اب
اغ� �ف�ر� �اس� الص�ح�ة� و�ال الن
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Dua kenikmatan,
kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. (HR
Bukhari, no. 5933)
Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan: “Kenikmatan adalah keadaan yang baik.
Ada yang mengatakan, kenikmatan adalah manfaat yang dilakukan dengan bentuk
melakukan kebaikan untuk orang lain”. (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, penjelasan hadits
no. 5933)
Ibnu Baththaal rahimahullah mengatakan: “Makna hadits ini, bahwa seseorang tidaklah
menjadi orang yang longgar (punya waktu luang) sehingga dia tercukupi (kebutuhannya)
dan sehat badannya. Barangsiapa dua perkara itu ada padanya, maka hendaklah dia
berusaha agar tidak tertipu, yaitu meninggalkan syukur kepada Allah terhadap nikmat yang
telah Allah berikan kepadanya. Dan termasuk syukur kepada Allah adalah melaksanakan
perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Barangsiapa melalaikan hal itu,
maka dia adalah orang yang tertipu”. (Fathul Bari)
Kemudian sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas “kebanyakan manusia tertipu
pada keduanya” ini mengisyaratkan, bahwa orang yang mendapatkan taufiq (bimbingan)
untuk itu, hanyalah sedikit.
Ibnul Jauzi rahimahullah menjelaskan: “Kadang-kadang manusia itu sehat, tetapi dia tidak
longgar, karena kesibukannya dengan mencari penghidupan. Dan kadang-kadang manusia
itu cukup (kebutuhannya), tetapi dia tidak sehat. Maka jika keduanya terkumpul, lalu dia
dikalahkan oleh kemalasan melakukan kataatan, maka dia adalah orang yang tertipu.
Kesempurnaan itu adalah bahwa dunia merupakan ladang akhirat, di dunia ini terdapat
perdagangan yang keuntungannya akan nampak di akhirat. Barangsiapa menggunakan
waktu luangnya dan kesehatannya untuk ketaatan kepada Allah, maka dia adalah orang
yang pantas diirikan. Dan barangsiapa menggunakan keduanya di dalam maksiat kepada
Allah, maka dia adalah orang yang tertipu. Karena waktu luang akan diikuti oleh kesibukan,
dan kesehatan akan diikuti oleh sakit, jika tidak terjadi, maka itu (berarti) masa tua (pikun).
Maka sepantasnya hamba yang berakal bersegera beramal shalih sebelum kedatangan
perkara-perkara yang menghalanginya. Imam Al Hakim meriwayatkan dari Abdullah bin
Abbas, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menasihati seorang laki-laki:
�ل� اغ�ك� ق�ب �ل� ف�ق�ر�ك� , و�ف�ر� �اك� ق�ب ن ق�م�ك� , و�غ� �ل� س� �ك� ق�ب ت م�ك� , و�ص�ح� �ل� ه�ر� �ك� ق�ب �اب ب �ل� خ�م�س{ , ش� ا ق�ب �م� خ�م�س� �ن �غ�ت ا
�ك� �ل� م�و�ت �ك� ق�ب �ات ي غ�ل�ك� , و�ح� ش�
”Ambillah kesempatan lima (keadaan) sebelum lima (keadaan). (Yaitu) mudamu sebelum
pikunmu, kesehatanmu sebelum sakitmu, cukupmu sebelum fakirmu, longgarmu sebelum
sibukmu, kehidupanmu sebelum matimu.” (HR. Al Hakim)
Mengapa Kita Harus Bersyukur?
Karena semua nikmat itu berasal dari Allah Ta’ala
Allah Ta’ala berfirman,
�ه� �ع�م�ة{ ف�م�ن� الل �م� م�ن� ن �ك و�م�ا ب
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)”. (Qs. An Nahl:
53)
�د�ون� �ع�ب �اه� ت �ي �م� إ �ت �ن �ن� ك �ه� إ �ع�م�ت� الل وا ن �ر� ك �ا و�اش� �ب ال� ط�ي �ه� ح�ال� �م� الل ق�ك ز� �وا م�م�ا ر� �ل ف�ك
“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rizki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan
syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (Qs. An Nahl:
114).
Bersyukur merupakan perintah Allah Ta’ala
ون� �ف�ر� �ك وا ل�ي و�ال� ت �ر� ك �م� و�اش� ك �ر� ذ�ك� �ي أ ون �ر� ف�اذ�ك
“Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku,
janganlah kalian kufur.” (Qs. Al Baqarah: 152)
Pada ayat tersebut Allah memerintahkannya secara khusus, kemudian sesudahnya Allah
memerintahkan untuk bersyukur secara umum. Allah berfirman yang artinya, “Maka
bersyukurlah kepada-Ku.”
Yaitu bersyukurlah kalian atas nikmat-nikmat ini yang telah Aku karuniakan kepada kalian
dan atas berbagai macam bencana yang telah Aku singkirkan sehingga tidak menimpa
kalian.
Disebutkannya perintah untuk bersyukur setelah penyebutan berbagai macam nikmat
diniyah yang berupa ilmu, penyucian akhlak, dan taufik untuk beramal, maka itu
menjelaskan bahwa sesungguhnya nikmat diniyah adalah nikmat yang paling agung.
Bahkan, itulah nikmat yang sesungguhnya. Apabila nikmat yang lain lenyap, nikmat tersebut
masih tetap ada.
Hendaknya setiap orang yang telah mendapatkan taufik (dari Allah) untuk berilmu atau
beramal senantiasa bersyukur kepada Allah atas nikmat tersebut. Hal itu supaya Allah
menambahkan karunia-Nya kepada mereka. Dan juga, supaya lenyap perasaan ujub(kagum
diri) dari diri mereka. Dengan demikian, mereka akan terus disibukkan dengan bersyukur.
Jika tidak bersyukur, berarti ia telah kufur
“Karena lawan dari syukur adalah ingkar/kufur, Allah pun melarang melakukannya. Allah
berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kalian kufur”. Yang dimaksud dengan kata ‘kufur’ di
sini adalah yang menjadi lawan dari kata syukur. Maka, itu berarti kufur di sini bermakna
tindakan mengingkari nikmat dan menentangnya, tidak menggunakannya dengan baik. Dan
bisa jadi maknanya lebih luas daripada itu, sehingga ia mencakup banyak bentuk
pengingkaran. Pengingkaran yang paling besar adalah kekafiran kepada Allah, kemudian
diikuti oleh berbagai macam perbuatan kemaksiatan yang beraneka ragam jenisnya dari
yang berupa kemusyrikan sampai yang ada di bawah-bawahnya.” (Taisir Karimir Rahman,
hal. 74)
Penopang Tegaknya Agama
Al ‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan di dalam sebuah kitabnya yaitu Al
Fawa’id, “Bangunan agama ini ditopang oleh dua kaidah: Dzikir dan syukur.
AllahTa’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada
kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian kufur.” (Qs. Al Baqarah: 152).”
Ketika bersyukur kepada Allah, maka Allah akan tambahkan nikmat itu menjadi
semakin banyak
د�يد� �ي ل�ش� �ن� ع�ذ�اب �م� إ ت �ف�ر� �ن� ك �ئ �م� و�ل �ك ز�يد�ن� �م� أل� ت �ر� ك �ن� ش� �ئ �م� ل |ك ب �ذ�ن� ر� �أ �ذ� ت و�إ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Qs. Ibrahim: 7).
Semua nikmat yang diperoleh, kelak akan dimintai pertanggungjawaban
AllahTa’alaberfirman,
� �ع�يم �ذ{ ع�ن� الن �و�م�ئ �ن� ي �ل أ �س� �ت �م� ل ث
“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-
megahkan di dunia itu)” (Qs. At Takatsur: 8).
Syaikh As Sa’dirahimahullahmenerangkan, nikmat yang telah kalian peroleh di dunia,
apakah benar telah kalian syukuri, disalurkan untuk melakukan hak Allah dan tidak
disalurkan untuk perbuatan maksiat? Jika kalian benar-benar bersyukur, maka kalian kelak
akan mendapatkan nikmat yang lebih mulia dan lebih utama.
Allah Ta’ala berfirman,
و�ن� �ج�ز� �و�م� ت �ي �ه�ا ف�ال �م� ب �ع�ت �م�ت ت �ا و�اس� �ي �م� الد|ن �ك �ات ي �م� ف�ي ح� �ك �ات �ب �م� ط�ي �ت �ذ�ه�ب �ار� أ وا ع�ل�ى الن �ف�ر� �ذ�ين� ك �ع�ر�ض� ال �و�م� ي و�ي
�ه�ون� ع�ذ�اب� ال
“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka
dikatakan): “Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu
(saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi
dengan azab yang menghinakan” (Qs. Al Ahqaf: 20).
Allah akan memberikan balasan kepada orang yang bersyukur
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
�ر�ين� اك �ج�ز�ي الش� ن و�س�
“Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (Qs. Ali Imran:145)
Semoga kita termasuk dalam orang-orang yang mengingat nikmat Allah Ta’ala dengan
bersyukur.
�ك� �اد�ت ب ، و�ح�س�ن� ع� �ر�ك� ك ، و�ش� �ر�ك� �ي� ع�ل�ى ذ�ك �ع�ن �ه�م� أ �لل . ا
“Ya Allah! Berilah pertolongan kepadaku untuk menyebut namaMu, syukur kepadaMu dan
ibadah yang baik untukMu.”
Wallahu waliyyut taufiq
***
Kisah Rasulullah SAW dengan arab badwi
Pada suatu masa, ketika Nabi Muhammad SAW sedang tawaf di Ka'bah, baginda mendengar
seseorang dihadapannya bertawaf sambil berdzikir:
"Ya Karim,,, Ya Karim..."
Rasulullah SAW meniru dzikirnya:
"Ya Karim,,, Ya Karim..."
Orang itu berhenti di satu sudut Ka'bah dan menyebutnya lagi, "Ya Karim,,, Ya
Karim..."Rasulullah yang berada dibelakangnya menyebutnya lagi, "Ya Karim,,, Ya Karim..."
Orang itu merasa dirinya di perolok-olokkan, lalu menoleh ke belakang dan dilihatnya seorang laki-
laki yang sangat tampan dan gagah yang belum pernah dilihatnya.
Orang itu berkata:
"Wahai orang tampan, apakah engkau sengaja mengejek-ejekku, karena aku ini orang badui?
Kalaulah bukan karena ketampanan dan kegagahanmu akan kulaporkan pada kekasihku,Muhammad
Rasulullah",
Mendengar kata-kata orang badui itu, Rasulullah SAW tersenyum lalu berkata:
"Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?"
"Belum" jawab orang itu.
"Jadi bagaimana kamu beriman kepadanya?" tanya Rasulullah SAW.
"Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya dan
membenarkan perutusannya walaupun saya belum pernah bertemu dengannya." jawab orang Arab
badui itu.
Rasulullah SAW pun berkata padanya:
"Wahai orang Arab, ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akherat."
Melihat Nabi dihadapannya, dia langsung tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya lalu
berkata:
"Tuan ini Nabi Muhammad?"
Jawab Nabi SAW:
"Ya"
Dengan segera orang itu tunduk dan mencium kedua kaki Rasulullah SAW.
Melihat hal itu Rasulullah SAW menarik tubuh orang Arab badui itu seraya berkata:
"Wahai orang Arab, janganlah berbuat seperti itu. Perbuatan ini seperti biasanya dilakukan oleh
seorang hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutus aku bukan untuk menjadi
seorang yang takabbur, yang diminta dihormati atau diagungkan, tetapi demi membawa berita
gembira bagi orang yang beriman dan membawa berita menakutkan bagi yang mengingkarinya."
Ketika itulah malaikat Jibril untuk membawa berita dari langi, dia berkata:
"Ya Muhammad, Tuhan As Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: 'Katakan kepada
orang Arab itu agar tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahwa Allahakan
menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun
yang besar."
Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi. Orang Arab itu pula berkata:
"Demi Keagungan serta Kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas amalan
hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengan-Nya."
Orang badui berkata lagi:
"Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan
kebesaran maghfirah-Nya. Jika dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan
memperhitungkan betapa luasnya Pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan kebakhilan
hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa Dermawan-Nya."
Mendengar ucapan orang badui itu, maka Rasulullah SAW pun menangis mengingatkan betapa
benarnya kata-kata orang Arab badui itu sehingga air mata meleleh membasahi jenggotnya.
Lantaran itu malaikat Jibril turun lagi seraya berkata:
"Ya Muhammad, Tuhan As Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: 'Berhentilah
engkau dari pada menangis, sesungguhnya karena tangisanmu, penjaga 'Arsy lupa bacaan tasbih dan
tahmidnya, sehingga berguncang. Sekarang katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan
menghisab dirinya, juga tidak akan menghitung kemaksiatannya. Allahsudah mengampunkan semua
kesalahannya dan akan menjadi temanmu di surga nanti."
Betapa sukanya orang Arab badui itu, apabila mendengar berita itu dan menangis karena tidak
berdaya menahan rasa terharu.