agenda media dalam pemberitaan pemilu presiden 2014
TRANSCRIPT
AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU
PRESIDEN 2014 PADA KORAN SINDO
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Nur Laily
NIM : 1110051000024
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/ 1435 H
iv
ABSTRAK
Nur Laily
1110051000024
Agenda Media Dalam Pemberitaan Pemilu Presiden 2014 pada Koran Sindo
Penelitian ini mengenai pemberitaan pemilu presiden 2014 di Koran
Sindo. Koran Sindo memperoleh The 5th
Indoensia Print Media Awards (IPMA)
2014 di Bengkulu. Koran ini merupakan koran Nasional peringkat ketiga dari
Kompas, dan Jawa Pos, termasuk koran yang memberikan ruang terbanyak
mengenai pemilu presiden sebanyak 2-3 halaman. Sindo memberikan kolom
terbanyak mengenai hal politik khususnya tentang pemilu Presiden. Ini terkait
dengan level agenda media dimana Koran Sindo memprioritaskan berita pemilu
Presiden selama tiga minggu pada tanggal 13 Juni 2014 hingga 5 Juli 2014.
Permasalahan ini menarik untuk diteliti untuk mengungkapkan agenda media
dibalik berita hasil produksi Koran Sindo. Berita-berita yang diagendakan Koran
Sindo kemudian mempengaruhi kecendrungan dalam pemilihan berita.
Berdasarkan konteks diatas terdapat dua rumusan masalah yaitu 1)
Bagaimana politik redaksional Koran Sindo terhadap pemberitaan dua pasangan
capres dan cawapres pada pemilu Presiden 2014? 2) Bagaimana karakteristik
pesan yang diagendakan Koran Sindo dalam pemberitaan pasangan capres dan
cawapres pada pemilu Presiden 2014? Metodologi yang digunakan adalah
kualitatif dengan mewawancarai wakil Pemimpin Redaksi Koran Sindo dan
wartawan harian Koran Sindo. Paradigma penelitian ini konstruktivis dan teknik
analisisnya adalah model framing Zhondang Pan dan Gerald M Kosicki.
Teori yang digunakan oleh peneliti adalah teori Agenda Setting. Terdapat
tiga bagian dari teori ini yaitu agenda media, agenda publik, dan agenda
kebijakan. Salah satu agenda yang peneliti gunakan adalah agenda media, dimana
media memberikan tekanan dan pengaruh terhadap khalayak dengan menonjolkan
berita pemilu Presiden 2014 secara terus-menerus sehingga khalayak tertarik
untuk terus mengikuti berita tersebut. Penentuan agenda ini digunakan guna
menghimpun kekuatan opini publik terhadap salah satu calon kandidat presiden
dan wakil presiden.
Peneliti menemukan hasil penelitian sebagai berikut: 1) Berdasarkan
wawancara peneliti dengan pihak wapemred dan wartawan Koran Sindo
kedekatan Hary Tanoesoedibjo sebagai pemilik media dengan Prabowo
memberikan pengaruh besar terhadap frekuensi dan konten berita pada Koran
Sindo. 2) Karakteristik pesan Koran Sindo berdasarkan teknik analisis model
Zhondang Pan baik dari segi analisis sintaksis, skrip, tematik dan retoris berita
cenderung kepada sosok Prabowo-Hatta, misalnya saja dengan penggunaan
headline seperti “Dukungan SBY Perkuat Prabowo-Hatta” dan “Rustriningsih
siap menangkan Prabowo”. Headline merupakan aspek wacana berita dengan
tingkat kemenonjolan yang tinggi yang menunjukkan kecendrungan berita.
Dengan demikian, berita yang diagendakan Koran Sindo sejalan dengan
politik redaksionalnya. Politik redaksional tidak terlepas dari campur tangan
kebijakan pemilik media juga pemimpin redaksi. Sehingga Koran Sindo lebih
menonjolkan dan menekankan pada pemberitaan Prabowo-Hatta dibandingkan
dengan kandidat calon nomor 2, yaitu Jokowi-JK.
Keyword: Koran Sindo, politik redaksional, agenda media, dan framing.
iv
ABSTRAK
Nur Laily
Agenda Media Dalam Pemberitaan Pemilu Presiden 2014 pada Koran Sindo
Berawal dari asumsi media bahwa adanya korelasi yang kuat antara apa
yang diagendakan oleh media massa dan apa-apa yang menjadi agenda publik
menjadi akan semakin berpengaruh terhadap pemberitaan di media massa
menjelang maupun akhir masa kampanye pemilu presiden, tak dapat dipungkiri
jika kemudian asumsi media ini juga yang diterapkan oleh Koran Sindo.
Penentuan agenda yang digunakan guna menghimpun kekuatan opini publik
terhadap salah satu calon kandidat tertentu. Meski Sindo belum lama terbit,
namun Sindo merupakan salah satu koran di Indonesia dengan pembaca terbanyak
kedua setelah Kompas. Agar pemberitaan menjadi menarik, media tidak saja
mengemas berita apa adanya. Namun, alasan framing dan juga politik redaksional
yang kemudian akan sangat berpengaruh terhadap pemberitaan.
Berdasarkan konteks di atas tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab
pertanyaan mengenai bagaimana politik redaksional Koran Sindo terhadap
pemberitaan dua pasangan capres dan cawapres pada pemilu presiden 2014?
Kemudian, bagaimana berita yang diagendakan Koran Sindo selama pemilu
Presiden 2014?
Politik redaksional Koran Sindo menyebabkan adanya hubungan antara
kebijakan redaksional dengan kelayakan berita bagi Sindo. Kebijakan inilah yang
kemudian menjadi pondasi dasar bagi awak media Sindo dalam mencari, menulis,
mengedit, dan menyajikan berita di Koran Sindo.
Teori yang digunakan oleh peneliti adalah teori agenda setting. Teori ini
menjelaskan bahwa apa yang dianggap penting oleh media, maka akan dianggap
penting juga oleh khalayak. sebagaimana pernyataan McCombs dan Shaw, bahwa
ada korelasi antara kuat dan signifikan antara apa yang diagendakan oleh media
massa dengan apa yang menjadi agenda publik.
Dalam teknik analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis framing
dengan model framing Zhondang Pan dan Gerald M Kosicki, dan juga melakukan
sesi wawancara dengan beberapa awak media Sindo. Berdasarkan teknik analisis
yang digunakan, peneliti menemukan fakta bahwa cara pengemasan berita koran
Sindo lebih banyak menonjolkan dan menekankan pada pemberitaan Prabowo
Subianto-Hatta Rajasa sebagai kandidat calon presiden nomor 1. Hal ini sejalan
dengan kebijakan redaksional koran Sindo sendiri, bahwasanya kedekatan antara
owner sebagai salah satu pendukung Prabowo-Hatta memberikan porsi berita
berlebih dibandingkan dengan kandidat calon nomor 2, yaitu Jokowi-JK.
Koran Sindo sebagai salah satu komunikator massa di Indonesia, sebaiknya
tetaplah menjadikan diri sebagai wadah pendidikan moral dan politik untuk bisa
menjadi netral, independen, dan pelaksana kontrol yang efektif. Mengurangi
kecendrungan media terhadap politik tertentu dengan cara memperlihatkan sisi
ketokohan, kharisma sosok kandidat calon presiden secara berimbang, tanpa
mengesampingkan pemberitaan kandidat calon lainnya merupakan hal yang
penting guna membentuk kondisi pencitraan politik yang sehat, sehingga menjadi
faktor yang turut mempengaruhi perubahan perilaku pemilih.
Keyword: Koran Sindo, politik redaksional, agenda media, dan framing.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillahirabbil’alamiin atas keharibaan saya ucapkan dengan rasa
syukur dan nikmat iman yang telah diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya.
Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah
memberikan contoh tauladan dan sunnah yang diajarkannya telah membawa
umatnya dari zaman jahiliah ke zaman yang lebih bermoral dan berbudaya seperti
saat ini.
Segala upaya dan kemampuan atas motivasi dan karunia-Nya akhirnya
saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Berbagai hambatan, tekanan, dan kesulitan
telah saya lewati. Ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan sekaligus
pembelajaran saya bahwa untuk mencapai kesuksesan itu tidak mudah, butuh
proses jatuh bangun, keringat, dan kesakitan. Dalam kesempatan ini, saya ingin
menyampaikan ungkapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, M. A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Suparto, M. Ed., Ph.D, selaku Wakil Dekan (Wadek) I, Drs.
Jumroni, M.Si, selaku Wakil Dekan (Wadek) II, Dr. Sunandar, M. Ag.,
selaku Wakil Dekan (Wadek) III.
3. Rachmat Baihaky, M.A., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam yang telah berbagi ilmu dan motivasi untuk terus belajar dan Fita
Fathurokhmah, M. Si., selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
vi
4. Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si., selaku dosen pembimbing saya yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan nasihat, saran,
berbagi ilmu, memberikan motivasi dari awal proposal skripsi sampai
dengan hasil skripsi ini.
5. Ellies Sukmawati, ST, M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik dan
seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Seluruh staf
dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
membantu hal administrasi perkuliahan.
6. Skripsi ini saya dedikasikan untuk Muhammad Salim, Almarhum Bapak
saya yang tidak akan pernah bisa menyaksikan anaknya menjadi
wisudawati.
7. Kepada Maysaroh, Mamah tercinta sekaligus ayah, sahabat, dan teman
berbagi dalam segala kondisi apapun, baik suka maupun duka, dan Uwa
Saer sebagai sumber dorongan, semangat, dan inspirasi yang begitu berarti
dan tiada henti, hingga terselesaikannnya skripsi ini.
8. Adik-adik tersayang, Abu Akhfas, Siti Khofifah dan Siti Khodijah yang
telah banyak memberikan kebahagiaan dan arti hidup.
9. Guru terhormat, Ibu Dzaroh dan Buya Bisyri Imam yang telah
memberikan ajaran terbaik sepanjang masa.
10. Kepada Bazis Unit Administrasi Kota Jakarta Pusat yang telah
memberikan tempat bagi saya untuk bisa merasakan pengalaman kerja,
terkhusus bagi Bang Yayat yang tidak pernah lelah dibuat repot.
11. Keluarga besar KPI, terkhusus ichi KPI A 2010 : Nabila, Vina, Thalita,
Fera, Dina, Inda, Haen, Dwita, Destri, Ulfa, Kiki, Mariam, Laskar KKN
vii
CABE (Cari Berkah), keluarga besar IKPA BBPP BAZIS, terkhusus para
BPH, Segenap korwil dan kadiv yang luarbiasa, teman-teman IKPA Unit
Jakpus yang begitu hebat khususnya Hasbi, dan Keluarga besar Ma’had
Shighor Al-Islamy Al-Dauly, Ihya Shofos, IKAMASHI, IPNU & IPPNU
Cirebon, kakak sekaligus pendorong semangat, Bang Fani, Kak Tony, Kak
Ayank, Mba Wery, Aa Nana yang telah memberikan dukungan baik moril
maupun material, dan sahabat lainnya yang tak dapat disebutkan namanya
satu persatu.
Saya mohon maaf atas kesalahan dan kekurangan yang terdapat
dalam penelitian. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jakarta, September 2014
Nur Laily
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. v
DAFTAR ISI........................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ....................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................ 10
1. Pembatasan Masalah .......................................................................... 10
2. Perumusan Masalah ............................................................................ 11
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 11
E. Kerangka Berpikir .................................................................................... 12
F. Metodologi Penelitian .............................................................................. 17
1. Metode Penelitian ............................................................................... 17
2. Paradigma Penelitian .......................................................................... 18
3. Subjek dan Objek Penelitian .............................................................. 19
4. Tahapan Penelitian ............................................................................. 19
a. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 19
b. Analisis Data ................................................................................ 21
c. Teknik Analisis Data .................................................................... 22
d. Teknik penulisan .......................................................................... 28
G. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 28
H. Sistematika Penulisan ............................................................................... 30
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Teori Agenda Setting ............................................................................... 32
1. Konsep Agenda Media ....................................................................... 32
2. Unsur-unsur Agenda Setting .............................................................. 38
3. Tipe Agenda Setting ........................................................................... 39
4. Agenda Setting Media Dalam Pembingkaian Pesan .......................... 40
B. Politik Redaksi Media .............................................................................. 44
1. Definisi Politik Redaksi ..................................................................... 44
2. Aspek Politik Redaksi ........................................................................ 46
C. Konstruksi Sosial Realitas Berita ............................................................. 52
D. Berita ........................................................................................................ 53
1. Definisi Berita .................................................................................... 53
2. Jenis-jenis Berita ................................................................................ 56
3. Nilai Berita ......................................................................................... 57
4. Kategori Berita ................................................................................... 59
ix
E. Pemilu Presiden ........................................................................................ 61
1. Asas Pemilu Presiden ......................................................................... 61
2. Mekanisme Pemilu Presiden .............................................................. 64
BAB III. GAMBARAN UMUM
A. Profil Koran Sindo .................................................................................. 68
B. Logo Koran Sindo ................................................................................... 71
C. Visi dan Misi Koran Sindo ...................................................................... 71
1. Visi Koran Sindo ................................................................................ 71
2. Misi Koran Sindo ............................................................................... 72
D. Profil Pembaca ......................................................................................... 74
E. Struktur Redaksi Koran Sindo .................................................................. 75
BAB IV. HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Politik Redaksional Koran Sindo dalam Pemberitaan 2 (Dua) Pasangan
Capres-Cawapres 2014 ............................................................................ 78
B. Agenda Media Koran Sindo dalam Pembingkaian Pesan (Framing) Berita
Kedua Pasangan Capres-Cawapres 2014 ................................................. 85
1. Bingkai (Framing) Koran Sindo Edisi Kamis, 3 Juli 2014 ............... 88
2. Bingkai (Framing) Koran Sindo Edisi Jumat, 4 Juli 2014 ................ 98
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 110
B. Saran ....................................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
1. Model Framing Zhondang Pan dan Gerald M Kosicki ................................. 23
2. Jenis Berita .................................................................................................... 56
3. Nilai Berita .................................................................................................... 57
4. Analisis Sintaksis Berita 1 ............................................................................ 88
5. Analisis Skrip Berita 1 .................................................................................. 93
6. Analisis Tematik Berita 1 ............................................................................. 94
7. Analisis Retoris Berita 1 .............................................................................. 96
8. Analisis Sintaksis Berita 2 ............................................................................ 98
9. Analisis Skrip Berita 2 ................................................................................ 101
10. Analisis Tematik Berita 2 ........................................................................... 102
11. Analisis Retoris Berita 2 ............................................................................. 104
xi
DAFTAR GAMBAR
1. Skema Berpikir ............................................................................................. 16
2. Proses Analisis Data Kualitatif …................................................................. 22
3. Logo Koran Sindo ……................................................................................. 71
4. Struktur Koran Sindo ……………………………………………………. 76
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perhelatan pesta demokrasi akan selalu diwarnai dengan aroma
persaingan. Setiap partai menyiapkan diri untuk memamerkan dan menunjukkan
kepada masyarakat luas akan eksistensi keberadaan partai, salah satunya yaitu
melalui pemberitaan di media massa. Maka, tidak dapat kita pungkiri akan terjadi
banyak peristiwa di tengah-tengah masyarakat. Banyak peristiwa itu yang
kemudian menjadi isu pemberitaan di berbagai media massa. Ada topik
pemberitaan yang menyangkut peristiwa pemilu sendiri, tapi ada pula pemberitaan
mengenai berbagai kerusuhan yang mengikuti terjadinya kampanye. Perhelatan
pemilu lima tahunan ini, senantiasa ditandai oleh kontestasi citra antarkandidat
baik perorangan maupun partai.
Sejak era reformasi, pemilu dilakukan dalam sistem politik yang kian
demokratis, dimana persaingan politik antarkontestan kian terbuka. Tidak ada lagi
partai politik yang dianakemaskan atau memperoleh hak-hak privilige sehingga
memungkinkan semua pihak bersaing meraih kekuasaan melalui kompetensi yang
sehat dan fair.1 Fenomena ini tumbuh dan menguat, bahkan semakin mapan dalam
realitas politik Indonesia masa kini sejak digaungkannya kebebasan pers di masa
jatuhnya Soeharto sebagai Presiden RI.
1 Faisal Baasir, Indonesia Pasca Krisis: Catatan Politik dan Ekonomi 2003-2004,
(Jakarta: Anggota Ikapi, 2004), h.42.
2
Tumbuh suburnya pers dengan adanya ketetapan proposional terbuka
menjadi kolaborasi yang indah antara pers dengan segala sesuatu yang berkaitan
tentang politik. Bahkan tradisi romantisme hubungan pers dengan organisasi
politik kemudian partai politik di Indonesia sudah dimulai sejak masa kebangkitan
nasionalisme. Namun, menurut Hamad tidak seluruh surat kabar menjadi corong
organisasi politik, tetapi beberapa lainnya menjadikan dirinya organ sebuah partai
atau organisasi politik.2
Kebebasan pers yang dirasakan di Indonesia tidak terlepas dari peran
penting Dewan Pers dan UNESCO (United Nation Educational, Scientific and
Cultural Organization) hingga sampai saat ini, yang kemudian dunia mengenal
dengan Hari Kemerdekaan Pers Sedunia yang selalu diadakan setiap setahun
sekali tepatnya pada tanggal 3 Mei.3
Sebagaimana kita ketahui, euforia pemilu pada tiap periode ke periode
lainnya merupakan angin segar bagi awak media massa untuk saling
mengunggulkan diri dalam hal pemberitaan peristiwa-peristiwa yang terjadi di
sekitar kampanye termasuk pada pemilu presiden kali ini. Pada kenyataannya
peristiwa-peristiwa seputar pemilu mencakup salah satunya yaitu kampanye
memang merupakan informasi yang layak untuk dijual, dan merupakan laporan
pemberitaan yang banyak ditunggu khalayak. Karena hal ini merupakan wujud
dalam memenuhi kebutuhan akan informasi hajat orang banyak, dimana induvidu
bahkan sekelompok orang yang menjadi objek dalam pemberitaan tersebut
2 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa, (Jakarta: Granit, 2004),
h.71. 3 Dedi Kurnia Syah Putra, Media dan Politik: Menemukan Relasi Antara Dimensi
Simbiosis Mutualisme Media dan Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.62.
3
dipercaya akan membawa pengaruh besar terhadap perubahan yang cukup
signifikan bagi kelangsungan Negara, menjadi lebih baikkah atau sebaliknya.
Berita yang berkaitan dengan kampanye pemilu dan yang kemudian diliput
oleh media membantu untuk mendefinsikan hal-hal yang dipikirkan orang dan
dicemaskan orang. Yang kemudian ini dinamakan sebagai penentuan agenda
(agenda setting). Ini terjadi saat media menciptakan kesadaran akan suatu isu
melalui liputan-liputannya, yang menunjukkan arti penting dari isu tersebut.
Sosiolog Robert Park menulis pada 1920-an, mengutarakan teori yang
menolak gagasan populer bahwa media memberi tahu orang apa yang akan
dipikirkan. Seperti dikatakan Park, media lebih banyak menciptakan kesadaran
tentang suatu isu, bukan menciptakan pengetahuan atau sikap.4 Kemudian, konsep
tersebut dikenal sebagai penentuan agenda (agenda setting).
Konsep teori agenda setting pertama kali dikemukakan oleh Walter
Lipmann pada konsep “The world outside and the picture in our head”. McCombs
dan Shaw sependapat dengan Lipmann. Menurut mereka, ada korelasi yang kuat
dan signifikan antara apa-apa yang diagendakan oleh media massa dan apa-apa
yang menjadi agenda publik.
Asumsi teori yang dimaksud ini adalah bahwa jika media memberi tekanan
pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk
menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting
juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang
sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan
dengan perubahan sikap dan pendapat.
4 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 495.
4
Tingkat penonjolan ataupun penekanan berita dari sebuah media
mencakup beberapa level-level tertentu dalam penentuan agenda media,
diantaranya yaitu: 1) penciptaan kesadaran, hal ini bisa terjadi saat meliput berita
yang disebarluaskan di media secara spektakuler sehingga menjadi isu utama; 2)
menentukan prioritas, agenda seseorang akan terkena pengaruh bukan hanya dari
cara suatu berita ditampilkan atau disampaikan, tetapi juga waktu dan ruang yang
disediakan untuk berita itu; 3) mempertahankan isu, liputan terus menerus akan
membuat isu menjadi kelihatan penting.5
Pemberitaan di media massa terjadi melalui proses pesan yang sistematis
dan tersusun rapi, tidak semua pesan dapat dengan bebas diterima oleh khalayak,
namun harus melalui proses seleksi oleh wilayah pemilihan redaksi, pemilihan
pesan berlandasan pada dua kepentingan besar, penting menurut media dan
penting menurut khalayak. Jika salah satu unsur kepentingan tersebut tidak
terpenuhi maka pesan tidak akan disampaikan.6 Terlihat bahwa sedikit banyaknya
media memberikan pengaruh kepada publik mengenai isu mana yang lebih
penting dibandingkan dengan isu lainnya. Kemudian kita menyebutnya dengan
agenda setting pada media massa. Salah satu aspek yang paling penting dari
konsep agenda media ini adalah masalah waktu pembingkaian pesan atas
fenomena-fenomena tersebut. Dalam artian bahwa tiap-tiap media memiliki
potensi-potensi agenda setting yang berbeda satu sama lainnya.
Dengan begitu, media berpotensi besar dalam menentukan agenda. Media
dapat mengubah dirinya menjadi salah satu agen bagi konstruksi sosial yang
mampu mendefinisikan realitas sesuai dengan kepentingannya. Bahkan, menurut
5 Ibid, h. 495-496.
6 Dedi Kurnia Syah Putra, Media dan Politik: Menemukan Relasi Antara Dimensi
Simbiosis Mutualisme Media dan Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.11.
5
Muttaqin dalam jurnal Dakwah dan Komunikasi menuturkan, bahwa media
dengan kemampuannya menafsirkan realitas menciptakan realitas baru yang
sesungguhnya berbeda atau tidak memiliki referensi yang pasti dalam kehidupan
nyata.7
Pemilu sebagai sebuah realitas sosial politik merupakan salah satu berita
politik yang selalu menarik media massa untuk diliput dan dijadikan bahan
pemberitaan. Bahkan, baik berita politik dan media seperti tidak dapat terpisahkan
karena saling bergantung satu sama lain dan merupakan salah satu warisan dari
presiden Roosevelt. Awalnya presiden Franklin D Roosevelt (FDR)
memperkenalkan apa yang ia sebut Fireside Chast pada tahun 1933. Roosevelt
merupakan presiden pertama yang menggunakan media secara efektif untuk
mengalang dukungan publik. 8
Demikian pula yang kemudian dirasakan oleh pers
dan persuratkabaran di Indonesia saat ini, perpaduan yang indah antara politik dan
media.
Faktanya, pemilihan Umum Juni 1999 membersitkan semacam daya mitos
bahwa melalui pemilu itulah, segala krisis, segala kemelut akan kita atasi seakan-
akan ada formula jampi-jampi pada pemilu. Karena itu, pemilihan umum menjadi
agenda yang sangat sentral dan strategis. Masyarakat pers bersama media massa,
lembaga masyarakat dan pemerintah terpanggil untuk menjelaskan agenda itu dan
memasyarakatkannya.9 Bahkan sampai menjadikannya sebagai agenda media.
7 Ahmad Muttaqin, Ideologi dan Keberpihakan Media Massa, Jurnal Ilmiah Komunikasi
Makna, Vol.3 No.1, h.190. 8 Shirley Biagi, Media Impact: Pengantar Media Massa. Penerjemah Mochamad Irfan
dan Wulung Wira Mehendra, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h.346. 9 Jakob Oetama, Pers Indonesia: Berkomunikasi Dalam Masyarakat Tidak Tulus,
(Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001), h.475.
6
Berita mengenai pemilu maupun kampanye senantiasa dikaitkan dengan
kekuatan media yang dapat mempengaruhi khalayaknya dalam hal orientasi dan
sikap politik warga. Karena itu, pemberitaan di sekitar peristiwa pemilu selalu
diwarnai konflik kepentingan dan pertarungan dalam hal mempengaruhi
penampilan berita di media massa. Tentu saja isi pemberitaan ini nantinya
mempunyai implikasi terhadap mereka yang menggunakan media tersebut.
Karena menyangkut fungsi dan peran media, baik sebagai sumber informasi
maupun sarana media komunikasi politik yang menghubungkan kekuatan-
kekuatan politik dengan khalayak luas.
Pemberitaan kampanye pemilu pada media massa tertuang dalam pasal 72
disebutkan bahwa kegiatan kampanye pemilu bisa dilakukan melalui berbagai
aktifitas seperti pertemuan terbatas, tatap muka, penyebaran melalui media cetak
dan media elektronik, penyiaran melalui radio dan atau televisi, penyebaran bahan
kampanye kepada umum, pemasangan alat peraga di tempat umum, dan lain
sebagainya.10
Saat media dihadapkan pada berita-berita kampanye pemilu, akan
menghadapi berbagai kepentingan. Hal ini dipertegas dalam Hamad bahwasanya
setiap media memiliki motivasi dan tujuan di balik teks yang dibuatnya, entah itu
motif ideologis, idealis, ekonomis maupun politis, hal mana dapat tertangkap dari
penggunaan ketiga instrumen pembentukan teks tersebut: penggunaan gaya
bahasa, strategi pengemasan dan soal pemuatan.11
10
Faisal Baasir, Indonesia Pasca Krisis: Catatan Politik dan Ekonomi 2003-2004,
(Jakarta: Anggota Ikapi, 2004), h.3. 11
Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa, (Jakarta: Granit, 2004),
h.6.
7
Dengan begitu, persoalan bagi setiap media massa dewasa ini, baik cetak,
elektronik bahkan online memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam
menyeleksi informasi, memilih dan mengemas pemberitaannya. Unsur-unsur apa
yang ditonjolkan, dan unsur mana pula yang diabaikan dalam pemberitaan itu
menjadi pilihan jurnalistik yang berkait dengan kebijakan pengelola dan
kepentingan media.
Pemilihan Umum presiden di tahun 2014, merupakan pemilu yang berbeda
di tahun-tahun sebelumnya. Pada pemilu kali ini, Warga Negara Indonesia
dituntut untuk memilih calon pemimpin yang baru setelah masa jabatan Susilo
Bambang Yudhoyono sebagai Presiden selama dua periode di tahun 2004-2009
dan 2009-2014. Lebih-lebih kontestan pemilu dalam memperebutkan kursi RI 1,
hanya diperebutkan oleh dua calon kandidat pasangan capres dan cawapres yaitu
Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla. Seyogyanya, pemberitaan mengenai
pemilu merupakan angin segara bagi awak media, dan disadari maupun tidak,
keberpihakan media dalam menonjolkan salah satu kandidat takkan terhindarkan.
Sehingga, aroma pemberitaan di media kian memanas. Hal ini pula yang
menjadikan peneliti skeptis terhadap independensi salah satu surat kabar nasional
yaitu Koran Sindo.
Koran Sindo terbit perdana, 30 Juni 2005 yang sebelumnya bernama
Harian Seputar Indonesia. Dilahirkan oleh PT Media Nusantara Informasi (MNI),
subsidiary dari PT Media Nusantara Citra (MNC).12
Meski Koran Sindo belum
lama berdiri, namun koran ini merupakan surat kabar yang patut diperhitungkan
baik dari prestasi yang diraih dengan surat kabar yang lebih dulu telah lama
12
Sejarah Koran Sindo, www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1fisip09/204612083/bab4.pdf,
diakses pada 9 Juni 2014, pkl 11.30 WIB.
8
berdiri. Dengan salah satu prestasinya yaitu Koran Sindo mampu menyabet
berbagai penghargaan dari Ketua Umum Serikat Perusahaan Pers (SPS) Dahlan
Iskan dalam ajang The 5th Indonesia Print Media Awards (IPMA) 2014 di
Bengkulu.13
Koran Sindo berhasil menyabet enam penghargaan sampul muka
(cover) koran terbaik. Empat di antaranya gold winner dan dua yang lain silver
winner. Bahkan, saat ini Koran Sindo telah menempati posisi nomor tiga secara
nasional dan nomor dua di wilayah Jabodetabek.14
Begitu banyak media cetak memproklamirkan diri sebagai korannya
pemilu atau media yang konsen memuat berita-berita pemilu. Namun, surat kabar
Sindo-lah yang konsisten mengabarkan berita-berita mengenai kampanye pemilu,
baik saat pilkada DKI Jakarta, pileg maupun pilpres. Muatan-muatan berita ini
diberikan kolom dan halaman khusus yaitu pada “Rakyat Memilih”. Meski Koran
Sindo bukan satu-satunya surat kabar yang memiliki konsentrasi terhadap pemilu.
Ada beberapa sederetan surat kabar yang sama konsentrasi pemberitaannya
mengenai pemilu, salah satunya yaitu Media Indonesia dan Kompas. Koran
Sindo memberikan 2-3 halaman muka khusus mengenai pemilu. Sedangkan,
meski Kompas merupakan koran terbaik pertama dalam skala nasional hanya
memberikan 1 halaman khusus mengenai berita pemilu dan Media Indonesia 1
atau 2 halaman berita pemilu. Demikian jelas bahwa Koran Sindo menganggap
penting betul akan agenda yang ditentukannya. Hal ini pula yang membuat
peneliti tertarik untuk mengambil subjek penelitian pada Koran Sindo.
13
Ibrahim Arsyad, Hari Pers Nasional - KORANSINDO Sabet Enam Penghargaan IPMA
2014, (http://www.koran-sindo.com/node/365813, 2014), diakses pada 9 Juni 2014, pkl 14.28
WIB. 14
http://www.mnc.co.id/businesses/sindomedia/id, diakses pada 9 Juni 2014, pkl 14.50
WIB.
9
Salah satu fenomena yang juga menarik dalam komunikasi politik adalah
penggunaan bahasa atau teks dalam berpolitik. Bahasa tidak bersifat netral atau
objektif, seperti yang diasumsikan Lingkaran Wina dan Ilmuwan Positivis. Alih-
alih, bahasa bersifat sewenang-wenang, ganda dan majemuk. Tidak ada satu
katapun yang mempunyai makna tunggal. Oleh karena itu, bahasa juga dapat
mencerminkan kepentingan pihak yang menggunakannya.15
Bahkan, persis seperti yang diungkapkan oleh Dr John C Merrill, guru
besar Universitas Missouri dalam bukunya The Imperative of Freedom, A
Philosophy of Journalism Autonomy, kebebasan dan indepensi pers dalam
melaksanakan tugasnya ditekan oleh kepentingan ekonomi yang menguasai pers
itu sendiri.16
Dalam kenyataanya pula, usaha media massa Indonesia dalam
mengungkap realitas, masih mengalami banyak persoalan. Ada kendala berasal
dari luar seperti dari struktur kekuasaan, dan masyarakat, dan ada pula dari dalam
pers itu sendiri, yaitu menyangkut kepentingan politik redaksi dan ekonomi
mereka.
Sebagaimana Gerbner dalam McQuail menuturkan, para komunikator
massa memang acapkali berada dalam situasi tertekan, tekanan itu berasal dari
berbagai kekuatan luar, termasuk dari klien, penguasa, pakar, institusi lain, dan
khalayak.17
Demikian, meski adanya keharusan pers untuk menjalankan tugas-
tugas idealnya. Namun, pada waktu yang bersamaan kemampuan ekonomi pers
15
Deddy Mulyana, Komunikasi Politik Politik Komunikasi: Membedah Visi dan Gaya
Komunikasi Praktisi Politik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h.19. 16
Jakob Oetama, Perspektif Pers Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1987), h. 31. 17
Dennnis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga,
1992), h.141.
10
itu sendiri dapat berkembang sedemikian rupa, sehingga berpotensi menghimpit
peranan idealnya.
Fenomena ini yang kemudian menarik untuk diteliti oleh peneliti, dengan
keberpihakan media terhadap orientasi kekuatan politik tertentu, pengaruh
intervensi pemilik modal dan pengiklan dalam proses pemberitaan, bahkan
motivasi teks yang diproduksi oleh awak media, menjadikan berita yang masuk
pada meja redaksi harus disortir, berita mana yang layak maupun tidak layak
beredar, berita mana yang ditonjolkan maupun yang dibuang. Kemudian hal ini
yang menyebabkan ketidakberimbangan berita yang dikemas. Sehingga,
berdasarkan latar belakang diatas, maka skripsi penelitian ini saya beri judul
“Agenda Media dalam Pemberitaan Pemilu Presiden 2014 Pada Koran
Sindo”.
B. Batasan Dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Bermacam-macam rubrik berita pada kolom dan halaman koran,
termasuk berita nasional, internasional, politik, ekonomi, lifestyle, olahraga
dan lain sebagainya. Agar penelitian ini lebih terarah peneliti membatasi
fokus permasalahan pada kolom khusus pemilu yaitu „Rakyat Memilih‟ pada
Koran Sindo. hal ini berdasarkan, rubrik pada halaman „Rakyat Memilih‟
tepat dijadikan sumber penelitian karena memuat hal-ihwal mengenai
pemilihan umum presiden 2014.
Agenda setting memiliki tiga unsur penting diantaranya yaitu agenda
media, agenda khalayak, dan agenda kebijakan. Berdasarkan judul yang
11
peneliti ambil, penelitian ini hanya ingin melihat agenda media. Hal ini tidak
terlepas dari kekurangan peneliti.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan
beberapa pertanyaan yang akan di jawab pada penelitian ini di antaranya
yaitu:
1) Bagaimana politik redaksional Koran Sindo dalam mengagendakan berita
dua pasangan capres dan cawapres pada pemilu presiden 2014?
2) Bagaimana karakteristik pesan yang diagendakan Koran Sindo dalam
pemberitaan dua pasangan capres dan cawapres selama pemilu Presiden
2014?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kecenderungan kebijakan redaksional dalam
pemberitaan peristiwa kampanye pemilu 2014 di Koran Sindo.
2. Untuk mengetahui karakteristik pesan yang telah diagendakan Koran
Sindo terhadap pemberitaan dua pasangan capres dan cawapres selama
kampanye pemilu Presiden 2014.
D. Manfaat Penelitian
Berkenaan dengan pokok permasalahan diatas, maka penelitian ini
diharapkan kelak memberikan manfaat baik dari segi akademis maupun praktis
yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
12
1. Manfaat Akademis
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dalam
pengembangan kajian Ilmu Komunikasi dan Dakwah. Diharapkan pula
dapat menjadi referensi dan peningkatan wawasan akademis khususnya
dalam mengembangkan teori agenda setting media pada media cetak
melalui berita-berita yang disajikan dan dapat diadopsi ke dalam ranah
dakwah.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini sedikitnya memberikan manfaat masing-masing: (1)
memberikan sumbangsih dan masukan bagi perkembangan studi analisis
media massa, khususnya analisis framing; (2) dapat memberikan masukan
bagi ilmu komunikasi khususnya pada dunia jurnalistik di Indonesia, yakni
memberikan gambaran mengenai kecendrungan isi pesan media yang
mungkin disadari maupun tidak disadari kesan kebijakan redaksi media
memperlihatkan kedekatan pada kekuatan politik tertentu, inilah yang
kemudian lebih dikenal dengan politik redaksi; (3) dapat digunakan sebagai
bahan masukan dalam usaha meningkatkan profesionalisme pers di
Indonesia, khususnya dalam mengembangkan media massa yang netral
dalam pemberitaan.
E. Kerangka Berpikir
Teori Agenda Setting dikemukakan oleh McCombs dan DL Shaw dalam
bukunya Public Opinion Quarteley tahun 1972 dengan judul tulisan The Agenda
13
Setting Funciton of Mass Media.18
Menurut Bungin, asumsi teori agenda setting
adalah jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan
mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting.19
Media memiliki
pengaruh besar dan kekuatan menampilkan isu-isu secara terus-menerus kepada
publik. Publik lalu terpengaruh dan menganggap isu tersebut menjadi penting
untuk dikonsumsi. Dengan kata lain, isu yang dianggap publik penting pada
dasarnya karena media menganggapnya penting. Media tidak mementingkan hasil
produksinya untuk mencerdaskan wawasan publik. Tidak lain ini dipengaruhi oleh
kebijakan politik redaksi dan ada unsur komersial.
Menurut McComb dan DL Shaw, teori agenda setting terbagi menjadi tiga
bagian, masing-masing:
1. Agenda media; agenda media harus diformat, proses akan memunculkan
masalah bagaimana agenda media ini terjadi pada waktu kali pertama
dengan dimensi yang berkaitan.20
Unsur-unsur yang meliputi agenda media
ini mencakup sisi tingkat menonjolnya berita (visibility), juga tingkat
menonjolnya berita bagi khalayak (audience salience), maupun menyangkut
menyenangkan atau tidak menyenangkan (valence) cara pemberitaan Koran
Sindo dalam memberitakan Pemilu Presiden 2014.
2. Agenda khalayak; agenda media dalam banyak hal memengaruhi atau
berinteraksi dengan agenda publik atau kepentingan isu tertentu bagi publik.
Pertanyaan ini memunculkan pertanyaan, seberapa besar kekuatan media
18 The Evolution of Agenda SettingResearch: Twenty Five Years in The Market Place of
Ideas, www4.ncsu.edu/MccombsShawnew.pdf/, artikel diakses pada 30 September 2014, pkl
12.45. 19
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h.189. 20
Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada,2012), h.68.
14
mampu memengaruhi agenda publik dan bagaimana publik itu
melakukannya.21
Agenda khalayak meliputi akrab (familiarity) atau tidak
akrab pemberitaan di tengah-tengah khalayak. Sisi familirity menyangkut
keterdekatan (proximity) antara peristiwa dengan pembaca atau pemirsa
dalam keseharian hidup mereka. Selain itu, berita yang diliput dan
diberitakan harus memiliki tingkat penonjolan pribadi (personal salience),
dan menyangkut senang atau tidaknya khalayak terhadap pemberitaan dari
media (favorability).
3. Agenda kebijakan; agenda publik yang memengaruhi atau berinteraksi ke
dalam agenda kebijakan. Agenda kebijakan adalah pembuatan kebijakan
publik yang dianggao pentig bagi induvidu.22
Agenda kebijakan meliputi:
pertama, yaitu dukungan (support) khalayak terhadap isu yang diberitakan
oleh media. Kedua, dengan adanya dukungan khalayak terhadap
pemberitaan memberikan peluang kepada kemungkinan kegiatan (likelihood
of action) yang akan diberikan oleh media, misalnya saja media akan
mengaungkan isu sedemikian rupa sehingga media menganggap penting isu
tersebut. Ketiga, kebebasan bertindak (freedom of action), yakni nilai
kegiatan yang pasti akan dijalankan oleh pemerintah mengenai isu
pemberitaan yang mencuat di tengah-tengah masyarakat.
Berdasarkan penjelasan unsur-unsur agenda setting di atas, asumsi kajian
agenda setting menyebutkan bahwa khalayak perlu mendapat perhatian. Khalayak
dapat bebas memilih berita sesuai ideologi yang dimiliki masing-masing
khalayak. Pada agenda publik teori ini ingin melihat kekuatan dari media dan
21 Ibid, h.69.
22
Ibid, h.69.
15
kebebasan khalayak untuk memilih. Namun, perlu diingat bahwa perhatian
khalayak terhadap suatu pemberitaan tidak akan terbentuk saat media tidak
menentukan agenda pemberitaan yang dikehendakinya. Hal ini tidak terlepas dari
fungsi media massa sebagai penentu agenda, mempengaruhi opini publik, dan
juga mempengaruhi perilaku khalayak. Berdasarkan itu pula peneliti tertarik untuk
meneliti agenda media.
Menurut John Kingdon, terdapat tiga tahapan dalam proses agenda setting,
masing-masing (1) problem stream (membahas masalah yang perlu diperhatikan,
krisis yang muncul, dan konseptualisasi masalah); (2) policy stream (kemampuan
teknik terkait masalah kesiapan teknologi, pendapat masyarakat akan solusi dari
masalah); dan (3) political stream (unsur politik yang mempengaruhi solusi
seperti keadaan negara, opini publik, pemilihan politik, dan kelompok
kepentingan).23
Media massa memiliki kekuatan tersendiri dalam mempengaruhi sistem
politik sehingga hubungan antara keduanya dipengaruhi dua hal. Pertama, bentuk
dan kebijakan politik sebuah negara menentukan pola operasi media massa di
negara itu, dari kepemilikan media, tampilan isi media, sampai pengawasannya.
Dengan kata lain, sistem politik sebuah negara sangat memengaruhi
media. Kedua, media sering menjadi media komunikasi politik terutama oleh
penguasa, atau sebagai power sharing (menyebar kekuasaan) oleh kelompok
kepentingan politik. Hal ini perlu dikaji lebih mendalam dengan menggunakan
analisis framing. Beterson pada 1995 kali pertama menemukan analisis
23
James P Lester & Joseph Stewart Jr., Public Policy an Evolutionary Approach, Second
Edition, (Belmont: Wadsworth, 2009), h. 6- 5.
16
framing.24
Frame adalah bingkai, dimaknai sebagai struktur konseptual atau
perangkat kepercayaan yang mengorganisasi pandangan politik, kebijakan, dan
wacana. Perbedaan frame terlihat pada peletakan berita (utama atau biasa),
volume berita, dan teknik kecendrungan pemberitaannya. Gaya berita dan opini
media yang ditawarkan juga bisa menjadi frame bagi khalayak untuk menentukan
sikap antarisu politik. Demikianlah, analisis framing mengedepankan perspektif
multidispliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas komunikasi.
Diharapkan frame yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini mampu
mengkaji fenomena isi pemberitaan dan kebijakan redaksi politik
Koran Sindo. Berikut adalah skema penelitian ini:
Gambar 1.1. Skema Berpikir
24
Mubarok dan Made Dwi Andjani, Konstruksi Pemberitaan Media Tentang Negara Islam
Indonesia: Analisis Framing Republika dan Kompas,Vol.3 No.1, (Purwokerto: STAIN, 2011),
h.27.
Politik Redaksi
Agenda Media:
Visibility
Audience Salience
Valence
Agenda Khalayak:
Familiarity
Personal Salience
Favorability
Agenda Kebijakan:
Support
Likelihood of Action
Freedom of Action
Analisis Framing
Fra
Agenda Setting
PEMILIHAN UMUM PILPRES 2014
Masa Kampanye Pemilu
Presiden 2014
Text Berita Koran Sindo
17
Dalam penelitian ini teori agenda media dan metode analisis framing
digunakan untuk melihat bagaimana Koran Sindo memberikan penekanan dan
penonjolan berita mengenai dua pasangan capres dan cawapres pada pemilu
presiden 2014 dengan melihat sisi kebijakan politik redaksi dan pesan pemilunya
dalam jangka waktu dua bulan yaitu pada bulan Juni 2014 sampai dengan Juli
2014.
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian berdasarkan desain
penelitian deskriptif analisis. Sedangkan metode penelitian yang digunakan
adalah metode kualitatif. Menurut Rahmat, desain penelitian dekriptif analisis
bertujuan mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan
gejala yang ada, mengidentifikasi masalah membuat perbandingan atau
mengevaluasi.25
Begitu juga Bogdan dan Taylor dalam Salam menjelaskan bahwa
metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku
yang dapat diamati.26
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang
diselidiki27
.
25
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2006), h.25. 26
Syamsir Salam, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.30. 27
Moh Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h.54.
18
Penelitian deskriptif ditekankan pada observasi dan suasana alamiah
(naturalistic setting), peneliti bertindak sebagai pengamat. Peneliti membuat
kategori perilaku, mengamati gejala dan mencatatnya dalam buku observasi.28
2. Paradigma Penelitian
Menurut Bogdan dan Biklen dalam Kasiram mengartikan paradigma
sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama,
konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dalam penelitian.
Egon G. Guba dan Yvonna S. Lincoln dalam Kasiram mendefinisikan
paradigma: as the basic belief system or worldview that guides the
investigator, not only in choices of method but in ontological, epistemilogical
and methodological assumptions.29
Paradigma merupakan hal yang sangat
penting dalam penelitian, ia adalah alat yang mempermudah peneliti dalam
proses menyusun kerangka berpikir terhadap penelitian yang sedang
ditelitinya. Berdasarkan metodologi penelitian yang digunakan peneliti yaitu
metodologi penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis framing, maka
penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis.
Paradigma konstruktivisme menggangap kenyataan itu hanya bisa
dipahami dalam bentuk jamak, berupa konstuksi mental yang tak dapat
diraba, berbasis sosial dan pengalaman yang bersifat lokal dan spesifik
(ontologi). Peneliti dan subjek yang diteliti terkait erat secara timbal balik,
sehingga penemuan dicipta seperti yang dikehendaki peneliti (epistemilogi).
Cara menelitinya dengan menggunakan teknik hermeneutika dan
28
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2006), h.25. 29
Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Malang: UIN Maliki Press,
2010), h.147.
19
dibandingkan serta dilawankan dengan melalui tukar menukar bahasa daerah,
sehingga terjaring konstruksi konsensus yang lebih jelas (metodologi
penelitian kulitatif).30
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini ialah Koran Sindo. Koran Sindo mulai
beroperasi hingga sekarang di Gedung Sindo, Jalan Wahid Hasyim, No.38,
Jakarta, 10340.
Sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini ialah berita-berita
mengenai kampanye pemilu presiden 2014 terhitung sejak Komisi Pemilihan
Umum (KPU) menetapkan masa kampanye pemilu terbuka pemilihan
presiden yaitu tertanggal 13 Juni 2014 hingga 5 Juli 2014.
Penulis memilih Koran Sindo, karena Koran Sindo merupakan salah
satu dari sekian banyak surat kabar yang memiliki konsentrasi tinggi terhadap
pemilu baik pilkada, pileg maupun pilpres pada pemilu 2014. Selain itu,
Koran Sindo juga memberikan kolom dan halaman khusus mengenai
pemberitaan pilpres yang sangat signifikan.
4. Tahapan Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sutrisno dalam Maysyarah, adapun teknik pengumpulan data
yaitu dengan observasi teks, wawancara dan dokumentasi. Metode ilmiah,
observasi adalah suatu cara penelitian untuk memperoleh data sebagai
30
Ibid, h. 151.
20
dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena yang
diselidiki.31
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti ialah:
1) Observasi Teks
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi teks yaitu
pengamatan untuk menganalisis isi makna pesan yang terdapat di dalamnya,
kemudian dilakukan pengamatan secara sistematis dengan mengambil
beberapa sampel berita berdasarkan fenomena yang terdapat pada Koran
Sindo edisi tanggal 13 juni hingga 4 Juli 2014
2) Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara periset (seseorang yang
berharap mendapatkan informasi) dengan informan (seseorang yang
disumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek).
Peneliti melakukan wawancara dengan pihak Koran Sindo yaitu
Djaka Susila selaku Wapemred (Wakil Pemimpin Redaksi) Koran Sindo,
dalam upaya mengetahui berita-berita kampanye yang telah disetting oleh
awak media dalam jajaran redaksi dalam kebijakan redaksional Koran
Sindo.
3) Dokumen
Selain melakukan observasi teks dan wawancara, peneliti juga akan
menghimpun data-data, dan kepustakaan yang ada kaitannya dengan
permasalahan yang akan diteliti.
31
Dalam skripsi Maysyarah mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik, UIN
Jakarta dengan judul “Analisis Framing Berita Aksi Terorisme di Indonesia Dalam Surat Kabar Sindo”.
21
b. Analisis Data
Pada prinsipnya analisis data merupakan sejumlah aktifitas yang
dilakukan oleh peneliti ketika proses pengumpulan data atau informasi
berlangsung, sampai pada penarikan kesimpulan berupa konsep atau
hubungan antarkonsep.32
Analisis data kualitatif digunakan bila data-data yang terkumpul
dalam riset adalah data kualitatif. Data kualitatif dapat berupa kata-kata,
kalimat-kalimat atau narasi-narasi, baik yang diperoleh dari wawancara
mendalam maupun observasi.33
Data yang diperoleh pada penelitian kualitatif umumnya berasal dari
hasil proses wawancara, observasi maupun dokumentasi. Data menurut
Lincoln dalam Hamidi ialah:
“Data are, so to speak, the constructions offered by or in the
sources; data analysis leads to a reconstruction of those
constuctions”.34
Data yang diperoleh oleh peneliti di lapangan sebenarnya merupakan
hasil interaksi antara peneliti dan subjek penelitian, baik berupa induvidu
atau berasal dari situasi sosial. Karena itu data yang dideskripsikan peneliti
sebenarnya merupakan hasil rekonstruksi pikiran peneliti terhadap apa yang
teramati (konstruksi subjek penelitan).
Pada penelitian kualitatif hanya menggunakan teknik analisis non
statistik, karena data seluruhnya adalah data kualitatif. Adapun analisis data
32
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, (Malang: UMM Press, 2010), h.97. 33
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2008),
h.194. 34
Oppcit, h.95.
22
non statistik atau analisis data kualitatif prosedur analisisnya kurang
berstruktur seperti halnya pada analisis data kuantitatif. Pada umumnya
analisis data kualitatif menganalisis menurut isinya. Sedangkan teknik
analisis yang digunakan bisa dengan metode deduksi, induksi atau gabungan
dari keduanya, yang dikenal dengan analisis reflektif.35
Maka, secara garis besar proses analisis data kulitatif menurut
Kriyantono sebagai berikut:36
Gambar 1.2
Proses Analisis Data Kualitatif37
Fakta Empiris Tataran
Konseptual
c. Teknik Analisis Data
Berdasarkan pengumpulan dan analisis data, maka untuk kepentingan
analisis framing dilakukan secara langsung dengan mengidentifikasi wacana
berita berdasarkan pada model Zhondang Pan dan Gerald M Kosicki. Data
35
Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Malang: UIN Maliki Press,
2010), h.379. 36 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2008),
h.194. 37
Ibid, h.195.
berbagai data di
lapangan
Analisis/Klasifikasi,
Data/Kategorisasi, Ciri-
ciri Umum
Pemaknaan/
Interpretasi, Ciri-ciri
Umum
Keshahihan Data:
-Kompetensi Subjek
-Authenticity
Intersubjectivity
Agreement
BERTEORI &
KONTEKSTUAL
23
hasil identifikasi tersebut dianalisis untuk melihat struktur sintaksis, skrip,
tematik dan retoris.
Teknik analisa data yang digunakan peneliti sesuai dengan perangkat
model framing Zhondang Pan dan Gerald M Kosicki seperti kerangka
berikut.38
Tabel 1.1
Model Framing Zhondang Pan dan Gerald M Kosicki39
Struktur Perangkat
Framing
Unit yang Diamati
Sintaksis: Cara
wartawan
menyusun fakta
1.Skema berita Headline, lead, latar informasi,
kutipan sumber, pernyataan,
penutup.
Skrip: Cara
wartawan
mengisahkan fakta
2.Kelengkapan
berita
5W + 1H
Tematik: Cara
wartawan menulis
fakta
3.Detail
4.Koherensi
5.Bentuk
kalimat
6.Kata ganti
Paragraf, proposisi, kalimat,
hubungan antarkalimat.
Retoris: Cara
wartawan
menekankan fakta
7.Leksikon
8.Grafis
9.Metafora
Kata, idiom, gambar/foto, grafik.
Ada beberapa definisi framing yang kemudian ringkas oleh Eriyanto
dalam bukunya analisis framing, diantaranya yaitu:
38
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:
LkiS, 2008), h.256. 39
Ibid, h.256.
24
1. Robert N. Entman menyatakan bahwa framing adalah proses seleksi dari
berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih
menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan
informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu
mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi lain.40
2. Todd Gitlin menyatakan bahwa framing tak ubahnya strategi yang
digunakan untuk membentuk dan menyederhanakan suatu realitas kepada
khalayak pembaca. Yang kemudian, peristiwa-peristiwa tersebut
ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik
perhatian khalayak pembaca. Hal itu dilakukan dengan seleksi,
pengulangan, penekanan,dan presentasi aspek tertentu dari realitas.41
3. Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki mendefinisikan framing sebagai
strategi kosntruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang
digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan
dihubungkan dengan konvensi pembentukan berita.42
Menurut Sudibyo dalam Tamburaka, framing merupakan metode
penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari
secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan
penonjolan terhadap aspek-aspek tertentu, dengan menggunakan istilah-
40
Ibid, h.67. 41
Ibid, h.67. 42
Ibid, h.67.
25
istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan
alat ilustrasi lainnya43
Namun, secara umum framing merupakan pendekatan untuk
mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh
wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau
perspektif pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana
yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita
tersebut.
Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson
tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai dimaknai sebagai struktural
konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan
politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori
standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan
lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai
kepingan-kepingan prilaku (strips of behaviour) yang membimbing
induvidu dalam membaca realitas.44
Dalam perspektif komunikasi, Nugroho dalam Sobur menyatakan
bahwa analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara, atau ideologi
media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi,
penonjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih
menarik, lebih berarti atau perlu diingat, untuk mengiring interpretasi
43
Apiadi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2013), h.130-131. 44 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remadja Rosdakarya, 2009), h.161-162.
26
khalayak sesuai perspektifnya. Jadi, framing adalah pendekatan untuk
mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh
wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau
perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian
mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita
tersebut. Demikian, sebagaimana Imawan dalam Sobur menuturkan bahwa
berita menjadi manipulatif dan bertujuan mendominasi keberadaan subjek
sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar atau tak
terelekkkan.45
Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling
berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsepsi ini
lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam
dirinya. Demikian, framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif,
bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dam ditunjukkan dalam
skema tertentu. Framing dipahami sebagai struktur internal dalam alam
pikiran seseorang atau pribadi wartawan.
Kedua, konsepsi sosiologis. Pandangan sosiologis lebih melihat pada
proses internal seseorang, bagaimana induvidu secara kognitif menafsirkan
suatu peristiwa dalam cara pandang tertentu, maka pandangan sosiologis
lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Frame disini
dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan,
45 Ibid, h.162.
27
mengorganisasikan dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti
dirinya dan realitas di luar dirinya.46
Saat kedua konsepsi ini digabung dalam satu model. Terdapat tiga
pihak yang saling berhubungan dalam membentuk frame pada suatu
pemberitaan, yaitu: wartawan, sumber dan khalayak. Pertama, proses
konstruksi melibatkan nilai sosial yang melekat pada diri wartawan yang
tertanam dan mempengaruhi bagaimana realitas dipahami. Kedua, saat
wartawan menulis dan mengkonstruksi berita, maka wartawan tidaklah
berhadapan dengan publik yang kosong, namun khalayak menjadi
pertimbangan dari wartawan. Ketiga, proses konstruksi ditentukan oleh
proses produksi yang selalu melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik, dan
standar profesional dari wartawan.
Cara wartawan atau media menonjolkan suatu berita dapat dilihat dari
bagaimana wartawan memakai secara strategis kata, kalimat, lead,
hubungan antar kalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk membantu
dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh
pembaca. Frame juga dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks
berita, seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat
tertentu ke dalam teks secara keseluruhan.
Dalam pendekatan ini, perangkat framing dibagi ke dalam empat
struktur bahasa sebagaimana pada tabel 3 Pertama, struktur sintaksis.
Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peistiwa,
46
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:
LkiS, 2008), h.253.
28
pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa ke dalam bentuk
susunan umum berita. Struktur semantik ini dapat diamati dari bagian berita
(lead yang dipakai, latar, headline, kutipan yang diambil, dan sebagainya).
Kedua, struktur skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan
mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Ketiga,
struktur tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan
menungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat
atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.
Keempat, struktur retoris. Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan
menekankan arti tertentu ke dalam berita.
d. Teknik Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi
dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Qualitiy Development and
Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
G. Tinjauan Pustaka
Setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi pada perpustakaan umum
dan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis menemukan penelitian yang sama
namun sedikit berbeda yang menginspirasi dalam pengambilan penelitian ini yaitu
mengenai “Agenda Media Dalam Pemberitaan Pemilu Presiden 2014 Pada Koran
Sindo”. Adapun beberapa tinjauan pustaka tersebut ialah:
1. Skripsi karya Maysyarah, mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam
Konsentrasi Jurnalistik, UIN Jakarta dengan judul “Analisis Framing Berita
29
Aksi Terorisme Di Indonesia Dalam Surat Kabar Sindo”. Skripsi ini berisikan
bagaimana surat kabar Sindo mengkonstruk realitas suatu kejadian dalam hal
aksi terorisme yang terjadi di Indonesia yang dianggap menjadi berita yang
layak disuguhkan. Dari hasil penelitiannya, framing berita aksi terorisme pada
koran Sindo sejalan dengan konsep framing Robert N Entman.
Perbeedaan dengan penelitian milik Maysyarah adalah objek berita yang
digunakan. Penelitian terdahulu menggunakan berita aksi terorisme yang
terjadi di Indonesia. Sedangkan, peneliti menggunakan berita kampanye
pemilu Presiden 2014.
2. Skripsi karya Nurhasnah, Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, UIN Jakarta,
lulusan tahun 2007 dengan judul “Kebijakan Redaksional Surat Kabar Media
Indonesia dalam Rubrik Editorial”. Skripsi ini berisikan bagaimana kebijakan
redaksional Surat Kabar Media Indonesia menganggap layak atau tidaknya
suatu berita tampil pada rubrik editorial. Hal ini tentunya juga bisa menjadi
bahan rujukan peneliti untuk mengetahui mekanisme redaksi Koran Sindo
dalam menyajikan berita yang layak muat sepanjang pemilu 2014 ini.
3. Skripsi karya Desi Mauliza, mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, UIN Jakarta,
lulusan tahun 2013 dengan judul “Analisis Framing Pemberitaan Kampanye
Terbuka Pemilukada DKI 2012 Pada Harian Seputar Indonesia dan
Republika”. Skripsi ini berisikan bagaimana surat kabar Seputar Indonesia
dan Republika membingkai pemberitaan selama kampanye pemilukada DKI
2012, yaitu melalui berita yang ditampilkan kepada khalayak. Dimana
ditemukan perbedaan antara surat kabar Seputar Indonesia dan Republika
30
dalam mengkonstruk berita berdasarkan perspektif kedua media tersebut
melihat sebuah peristiwa dan memaknainya.
Perbedaan dengan penelitian milik Desi Mauliza adalah objek yang akan
diteliti. Perbedaan objeknya yaitu skripsi terdahulu menggunakan berita-
berita harian Seputar Indonesia dan Republika saat kampanye pemilukada
DKI 2012, dengan membandingkan antara berita-berita yang dikemas pada
harian Seputar Indonesi dan Republika. Sedangkan peneliti menggunakan
berita-berita selama pemilu presiden 2014 pada Koran Sindo tanpa adanya
membandingkan (komparasi) dengan surat kabar lainnya. Peneliti melihat
kecendrungan analisis framing melalui observasi teks maupun melihat
kebijakan redaksional Koran Sindo.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembatasan skripsi ini, secara sistematis penulisannya
dibagi kedalam:
BAB I Pendahuluan. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, kerangka konsep, metodologi penelitian, tinjauan
pustaka, dan sistematika penelitian.
BAB II Landasan Teoritis. Bagian ini terdiri dari pembahasan tentang Teori
Agenda Setting, Konsep Agenda Media, Unsur-unsur Agenda
Setting, Tipe Agenda Setting, Agenda Setting Media dalam
pembingkaian Pesan, Politik Redaksi Media, Aspek Politik Redaksi
31
Media, Definisi Berita, Jenis-jenis Berita, Nilai Berita, Kategori
Berita, Asas Pemilu Presiden, Mekanisme Pemilu Presiden.
BAB III Gambaran Umum; pada bab ini memaparkan mengenai profil
Koran Sindo, logo Koran Sindo, visi dan Misi Koran Sindo, profil
pembaca serta struktur redaksi Koran Sindo.
BAB IV Analisis Data membahas tentang berita dan artikel mengenai
pemilihan umum Presiden pada Koran Sindo selama rentang waktu
kampanye terbuka pemilu pilpres 2014 tertanggal 16 Juni sampai 5
Juli 2014. Hasil temuan dan analisis data dikaitkan dengan politik
redaksi dan agenda media yang dijalankan oleh Koran Sindo dalam
memberitakan kedua pasangan capres dan cawapres pada pilpres
2014.
BAB V Penutup; bab ini berisi kesimpulan dan saran peneliti mengenai
hasil dari penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Agenda Setting
1. Konsep Agenda Media
Konsep agenda media merupakan bagian dari teori agenda setting.
Konsep teori agenda setting pertama kali dikemukakan oleh Walter Lipmann
pada konsep “The world outside and the picture in our head”. Sependapat
dengan Lipmann, McCombs dan Shaw menyatakan bahwa ada korelasi yang
kuat dan signifikan antara apa yang diagendakan oleh media massa dan apa-
apa yang menjadi agenda publik. Kemudian teori ini diperkenalkan oleh
McCombs dan Shaw secara luas.
Teori agenda setting pertama kali diperkenalkan pada tahun 1973 oleh
Maxwell McCombs dan Donald L Shaw dari School of Journalism, University
of North Carolina lewat tulisannya The Agenda Setting Function of Mass
Media. Teori ini mengakui bahwa media memberi pengaruh terhadap
khalayak dalam pemilihan presiden melalui penayangan berita, isu, citra,
maupun penampilan kandidat itu sendiri. Menurut Becker & McLeod dan
Iyenger & Kinder dalam Canggara, mengakui bahwa meningkatnya
penonjolan atas isu yang berbeda bisa memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap opini publik.1
1 Hafied Canggara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi, (Jakarta: Rajawali
Press, 2009), h. 124
33
Dalam konteks politik, partai-partai dan para aktor politik akan
berusaha memengaruhi agenda media untuk mengarahkan pendapat umum
dalam pembentukan image.2 Dengan menonjolkan isu, citra, dan karakteristik
tertentu kandidat, media ikut memberikan sumbangan yang signifikan dalam
melakukan konstruksi persepsi publik dalam pengambilan keputusan, apakah
akan ikut memilih dan siapa yang akan dipilih.
Para peneliti sebelum McCombs dan Shaw memiliki beberapa gagasan
yang mirip dengan hipotesis penentuan agenda. Menurut Kurt Lang dan
Gladys Engel Lang dalam Severin dan Tankard mengenai gagasan penentuan
agenda menyatakan bahwa:3
Media massa memaksakan perhatian pada isu-isu tertentu. Media
massa membangun citra publik tentang figur-figur politik. Media
massa secara konstan menghadirkan objek-objek yang menunjukkan
apa yang hendaknya dipertimbangkan, diketahui dan dirasakan
induvidu-induvidu dalam masyarakat.4
Mengutip definisi penentuan agenda yang dikemukakan oleh Dennis
McQuail bahwa:
Process by which the relative attention given to items or issues in
news coverage influences the rank of public awwareness of issues and
2 Ibid, h. 124.
3 Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan
Terapan di Dalam Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2009), h.264. 4 Ibid, h.264.
34
attribution of signifiicance. As an extension, effects on public policy
may occur.5
Pernyataan lain dari tentang gagasan penentuan agenda juga berasal
dari pernyataan Bernard Cohen dalam Severin dan Tankard tentang kekuatan
pers:6
Surat kabar mungkin tidak sering berhasil memberi tahu orang apa
yang harus dipikirkan, tetapi surat kabar luar biasa berhasil dalam
memberi tahu pembacanya apa yang harus dipertimbangkan.7
Artinya, membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap
penting. Dengan teknik pemilihan dan penonjolan, media memberikan test
case tentang isu apa yang lebih penting.8
Namun menurut Tamburaka, sejarah agenda setting sebenarnya sudah
ada sejak lama tanpa ada yang memperkenalnya terlebih dahulu, namun
sudah dipraktikkan oleh media massa khususnya media cetak seperti koran
atau majalah di era Penny Press.9
Asumsi dasar agenda setting itu sendiri didasari oleh dua hal, yaitu:
pertama, baik pers maupun media tidak merefleksikan realitas yang
sebenarnya, mereka menyaring dan membentuknya. Kedua, konsentrasi
5 Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2012), h.22. 6 Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan
Terapan di Dalam Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2009), h.265. 7 Ibid, h.265.
8 Elvinaro Erdianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h.74. 9 Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2012), h.23.
35
media terhadap beberapa isu dan subjek tertentu yang menjadikan isu tersebut
jauh lebih penting daripada isu yang lain.10
Sehingga, setiap media massa
memiliki potensi besar dalam menyusun agenda medianya masing-masing
pada tiap pemberitaan dan memberikan efek pada khalayak.
Efek dari model agenda setting terdiri atas efek langsung dan efek
lanjutan (subsequent effects). Efek langsung berkaitan dengan isu: apakah isu
ada atau tidak ada dalam agenda khalayak, dari semua isu, mana yang
dianggap paling penting menurut khalayak, sedangkan efek lanjutan berupa
persepsi (pengetahuan tentang peristiwa tertentu) atau tindakan seperti
memilih kontestan pemilu atau aksi protes.11
Fungsi penentuan agenda (agenda setting function) media mengacu
kepada kemampuan media, dengan liputan berita yang diulang-ulang, yaitu
mengangkat pentingnya sebuah isu dalam benak publik.12
Sehingga, media
tidak saja bergantung pada berita kejadian (news event), tetapi ia memiliki
tanggung jawab untuk mengiring orang melalui agenda-agenda yang bisa
membuka pikiran mereka. Seperti yang dikatakan McCombs “the mass media
may not be successful in telling people what to think, but the media are
stunningly successful in telling audience what to think about”.
Berkenaan dengan itu, dengan teknik pemilihan dan penonjolan, media
memberikan petunjuk tentang isu mana yang lebih penting. Demikian, model
10
Agenda Setting Theory, artikel ini diakses pada 20 Agustus 2014, pkl 16.15 WIB,
http://www.utwente.nl/cw/theorieenoverzicht/Theory%20clusters/Mass%20Media/Agenda-
Setting_Theory/. 11
Elvinaro Erdianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h.74. 12
Werner J. Severin & James W. Tankard J.r, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan
Terapan di Dalam Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2011), h.261.
36
agenda setting mengasumsikan adanya hubungan yang positif antara
penilaian yang diberikan media kepada suatu persoalan dengan perhatian
yang diberikan khalayak kepada persoalan itu. Singkatnya, apa yang dianggap
penting oleh media, akan dianggap penting pula oleh masyarakat. Begitu juga
sebaliknya, apa yang dilupakan oleh media, akan luput juga dari perhatian
masyarakat.13
Di Indonesia, beberapa surat kabar memiliki kelebihan dalam
mengetengahkan isu-isu tertentu (agenda media) lewat tajuk rencana
(editorial), berita utama (headline), artikel yang khusus dibuat untuk itu, serta
berita-berita hasil wawancara (talking news) dari narasumber yang
kompeten.14
Pandangan lain dari Stephen D. Reese dalam Morrisan menyatakan,
bahwa agenda media merupakan hasil tekanan (pressure) yang berasal dari
luar dan dari dalam media itu sendiri. Dengan kata lain, agenda media
sebenarnya terbentuk berdasarkan kombinasi sejumlah faktor yang
memberikan tekanan kepada media seperti proses penentuan program
internal, keputusan redaksi dan manajemen serta berbagai pengaruh eksternal
yang berasal dari sumber nonmedia seperti pengaruh induvidu tertentu,
pengaruh pejabat pemerintah, pemasang iklan dan sponsor.15
13
Gun Gun Heryanto, “Marketing Politik di Media Massa dalam Pemilu 2009,” Jurnal
diakses pada 20 Agustus 2014, pkl 14.00 dari
ejournal.stainpurwokerto.ac.id/index.php/komunika/article/.../30/30. 14
Hafied Canggara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi, (Jakarta: Rajawali
Press, 2009), h. 125. 15
Morrisan, Teori Komunikasi: Induvidu Hingga Massa, (Jakarta: Prenada Media Group,
2013), h.499.
37
Berita merupakan salah satu produksi media massa yang seringkali
diberikan penekanan-penekanan maupun penonjolan tertentu oleh awak
media. Produksi pesan, dalam hal ini berita di sebuah institusi media massa
sedikit banyak dipengaruhi oleh ideologi dari institusi itu sendiri. Artinya, isi
media mencerminkan ideologi pemilik institusi media dan para pengelola
yang berkecimpung di dalamnya.
Penyusunan agenda terjadi karena media harus selektif dalam
melaporkan berita. Saluran berita sebagai penjaga gerbang informasi
membuat pilihan tentang apa yang harus dilaporkan dan bagaimana
melaporkannya.16
Sehingga, para redaktur media dituntut agar memiliki
ketajaman untuk mengangkat isu-isu yang perlu dibicarakan oleh masyarakat
maupun pemerintah. Isu-isu itu tidak hanya muncul dari anggota redaksi
sendiri, namun para pengelola media biasanya memiliki kelompok pemikir
(narasumber) yang dapat dihubungi setiap saat untuk memberi ulasan. Bagi
masyarakat yang senang membaca surat kabar, berita-berita media menjadi
isu pembicaraan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, dalam revisi teori agenda setting terhadap penelitian McCombs
dan Shaw, terdapat beberapa kenyataan yang seringkali dipertanyakan oleh
para ahli. Bagaimana media menentukan agenda jika awak media tidak benar-
benar intens mencoba persuasi pembaca. Maka menurut Sparks, jawabannya
akan ditemukan dalam konsep framing.17
Sebagaimana Tankard
16
Stephen W. Littlejohn dan Karen A Foss, Teori Komunikasi, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2011), h.416. 17
Glenn G. Sparks, Media Effects Research; A Basic Overview, (Wadsworth: Cengage
Learning, 2006), h. 182.
38
mendefinisikan istilah, bahwa framing adalah pusat ide yang terorganisir
dalam menyampaikan konteks dan saran mengenai isu yang diseleksi,
diberikan penekanan, pengecualian, dan elaborasi. Demikian, baik framing
maupun agenda setting memiliki keterkaitan yang mendasar.
2. Unsur-unsur Agenda Setting
Agenda setting beroperasi dalam tiga bagian, yaitu: 18
1. Agenda media; agenda harus diformat, proses akan memunculkan
masalah bagaimana agenda media ini terjadi pada waktu pertama kali
dengan dimensi yang berkaitan, antara lain: Visibility, yakni jumlah dan
tingkat menonjolnya berita, Audience Salience yang berarti tingkat
menonjol bagi khalayak, dan Valence (valensi), yakni menyenangkan
atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.
2. Agenda khalayak; agenda media dalam banyak hal memengaruhi atau
berinteraksi dengan agenda publik atau kepentingan isu tertentu bagi
publik. Pernyataan ini memunculkan pertanyaan, seberapa besar
kekuatan media mampu memengaruhi agenda publik dan bagaimana
publik itu melakukannya. Dimensi yang berkaitan antara lain: Familiarity
(keakraban), Personal salience (penonjolan pribadi), Favorability
(kesenangan).
3. Agenda kebijakan; agenda publik memengaruhi atau berinteraksi ke
dalam agenda kebijakan. Agenda kebijakan adalah pembuatan kebijakan
18
Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), h. 68-69.
39
publik yang dianggap penting bagi induvidu. Dimensi yang berkaitan
antara lain: Support (dukungan), Likelihood of action yaitu kemungkinan
kegiatan, yakni kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang
diharapkan, Freedom of action yaitu kebebasan bertindak, yakni nilai
kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.
3. Tipe Agenda Setting
Organisasi pemberitaan sering dikritik karena secara konsisten
menyajikan pandangan dari berita miring, kemudian fitnah disebutnya.
Kepercayaan bahwasanya jurnalis tidak mendorong khalayak untuk berpikir
sesuatu, namun mendorong masyarakat untuk memikirkan tentang apa dan
siapa. Hal ini yang kemudian disebut dengan agenda setting.
Menurut Biagi terdapat terdapat dua tipe agenda setting, yaitu,
pertama, arus informasi dari satu organisasi pemberitaan kepada organisasi
pemberitaan lainnya. Kedua, arus informasi dari organisasi pemberitaan bagi
khalayak mereka.19
Pada tipe pertama agenda setting ini, cerita yang muncul tentang
sebuah isu yang secara luas diedarkan media cetak dan memberikan ide-ide
ke media lain. Media cetak, misalnya sering mengidentifikasikan cerita
tertentu secara bersama dengan memberikan mereka perhatian lebih, sehingga
banyak media cetak lain mulai mengedarkan dan menetapkan agenda setting
tersebut sebagai isu nasional.
19 Shirley Biagi, Media Impact: Pengantar Media Massa. Penerjemah Mochamad Irfan
dan Wulung Wira Mehendra, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h.327.
40
Sedangkan, jenis tipe kedua ini merupakan wajah dunia yang disajikan
jurnalis kepada khalayak. Agenda ditentukan untuk mengkaji nilai-nilai sosial
dan budaya yang jurnalis hadirkan kepada khalayak.
4. Agenda Setting Media dalam Pembingkaian Pesan (Framing)
Media akan selalu melakukan pembingkaian (framing) terhadap realitas
sosial yang telah dikonstruksinya. Menurut Hamad dalam Suprapto,
pembingkaian itu dilakukan karena ada beberapa sebab, antara lain adanya
tuntutan teknis seperti keterbatasan-keterbatasan kolom atau halaman pada
media cetak atau waktu pada media elektronik.20
Atas kaidah jurnalistik,
peristiwa yang panjang, lebar, dan rumit dicoba disederhanakan melalui
pembingkaian (framing) fakta-fakta dalam bentuk berita, sehingga layak
terbit atau layak tayang.
Berawal dari anggapan para wartawan, kini tidak bisa lagi menganggap
bahwa pembacanya bersikap pasif alias duduk manis sambil menelan mentah-
mentah informasi apapun yang disodorkan oleh pewarta berita. Justru
pembaca melakukan perlawanan secara aktif terhadap isi tulisan. Karena
pembaca aktif mengkonstruksi bacaan, otoritas kepengarangan si pengarang
justru akan teruji. Dengan demikian, muncullah istilah ragam bahasa
jurnalistik yang dapat membantu wartawan dalam menyederhanakan
pengemasan pesan berita.
Ragam bahasa jurnalistik berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, karena
seperti dikemukakan di atas tersebut bahwa bahasa ilmiah cenderung
20 Tommy Suprapto, Politik Redaksi Berita: Menguak Latar Belakang Teks Berita Media,
(Jakarta: Pustaka Kaiswaran, 2010), h.70.
41
menggunakan bahasa njilimet.21
Sedangkan, bahasa jurnalistik harus mampu
bersatu padu dengan kepentingan khalayak untuk menghasilkan pesan-pesan
yang menarik dan menyimpan seribu makna. Hal demikian dibuat sedemikian
rupa agar mampu menarik “tanda tanya” dalam benak para pembacanya.
Penulisan berita yang berlandaskan prinsip pembingkaian. Mampu
mewujudkan suatu tulisan yang jelas dan komunikatif saat melakukan strategi
pembingkaian pesan (framing) yakni dengan menggarisbawahi atau
menonjolkan perspektif penulis terhadap gagasan inti pemberitaan agar
pembaca terpengaruh pada ideologi kita.
Pembingkaian mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh kognisi si
penulis dalam membentuk skema mengenai sesuatu dan bagaimana pengaruh
tersebut dapat dimaknai sehingga bermanfaat bagi diri si penulis itu maupun
bagi pembacanya. Dalam penegasan lain, pembingkaian berisikan perspektif
yang digunakan oleh penulis ketika mengkonstruksi fakta atau fenomena
sebagai dasar penonjolan gagasan inti tulisannya.22
Keterampilan jurnalistik merupakan salah satu kemampuan untuk
membingkai pesan sedemikian rupa agar menarik dan mudah dicerna oleh
akal pikiran pembaca, karena itu ada banyak keterampilan untuk memainkan
kata-kata agar bisa menimbulkan kesan dan makna yang berarti dalam pikiran
pembaca.
21
Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2012), h.118. 22
Ibid, h.120.
42
Wibowo dalam Tamburaka menyebutkan sejumlah strategi yang sering
dilakukan kita dalam pembingkaian pesan sebagai berikut:23
a) Pengulangan kata; hubungan antarkalimat yang dilakukan dengan cara
melakukan pengulangan kata, dipercaya manjur jika digunakan dalam
strategi pembingkaian karena mampu menonjolkan gagasan inti.
Contohnya, kata “antek” dapat diulang dalam satu kalimat berbeda untuk
menonjolkan karakter.
b) Sinonim; penggunaan bentuk sinonim (sebutan lain untuk hal yang sama)
sebagai penghubung antarkalimat juga diyakini sangat efekif di dalam
strategi pembingkaian. Target utamanya, mencegah kejenuhan pembaca.
Contoh kata Susilo Bambang Yudhoyono dapat digantikan dengan kata
SBY, dewan pembina Partai Demokrat, Presiden RI dan lain sebagainya.
c) Kesamaan topik; menghubungkan kalimat satu dengan lainnya dalam
rangka strategi pembingkaian, bisa pula dilakukan dengan membangun
kesamaan topik. Misal kata “pendekatan antropologi” pada kali lain dalam
tulisan yang sama bisa menggunakan “pendekatan melalui ilmu tentang
manusia”.
Bahkan, framing dalam implementasinya yang dijalankan oleh media
dengan menyeleksi isu tertentu dan menyebarkan isu yang lain, dengan
menonjolkan aspek dan isu tersebut dengan berbagai strategi wacana.
Maka, terdapat beberapa hal strategi yang dijalankan framing dalam
implementasinya, sebagai berikut:24
23
Ibid, h.121.
43
1) Penempatan informasi yang mencolok (menempatkan headline, depan
atau bagian belakang).
2) Pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat
penonjolan.
3) Pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang
diberitakan.
4) Asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplikasi dan sebagainya.
Semua aspek diatas tersebut dipakai untuk membuat dimensi tertentu
dan konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak.
Memframing terhadap suatu realitas menjadi sebuah berita merupakan suatu
strategi dalam politik redaksi media untuk menarik perhatian khalayak dalam
memberikan respon terhadap wacana teks dalam berita.
Menurut Hamad mengutip pendapat Gitlin, Todd, pembuatan frame itu
sendiri didasarkan atas berbagai kepentingan internal maupun eksternal media
baik teknis, ekonomis, politis maupun ideologis. Sehingga pembuatan sebuah
wacana tidak saja mengindikasikan adanya kepentingan-kepentingan itu,
tetapi juga bisa mengarahkan hendak dibawa kemana isu itu diangkat dalam
wacana tersebut.25
24
Tommy Suprapto, Politik Redaksi Berita: Menguak Latar Belakang Teks Berita Media,
h.71. 25
Ibid h.73.
44
B. Politik Redaksi Media
1. Definisi Politik Redaksi
Membahas definisi politik redaksi berita, terlebih dahulu harus ada
pemahaman terhadap pengertian politik itu sendiri. Secara terminologi, politik
itu sendiri memiliki dua arti yakni politics dan policy. Politics yakni berkaitan
dengan hal-hal yang menyangkut kenegaraan dan atau kekuasaan. Ishwara
dalam Suprapto mengatakan bahwa politik adalah perjuangan untuk
memperoleh kekuasaan. Sedangkan, policy dapat diartikan sebagai
kebijaksaan atau wisdom. Bijak menurut Purwadarminta memiliki arti
kepandaian menggunakan akal budinya termasuk pengalaman dan
pengetahuannya.26
Maka, kebijaksanaan selalu terkait dengan upaya
pengambilan keputusan.
Politik menurut Budiardjo dewasa ini, definisi mengenai politik yang
sangat normatif telah didesak oleh definisi-definisi lain yang lebih
menekankan pada upaya (means) untuk mencapai masyarakat yang baik,
seperti kekuasaan, pembuatan kekuasaan, pembuat keputusan, kebijakan,
alokasi nilai, dan sebagainya.27
Politik redaksi (media) merupakan konsumsi masyarakat sendiri yang
bukan sesuatu yang alamiah. Kerapkali menghasilkan pemberitaan yang tidak
objektif guna memenuhi tuntutan selera pasar dan heterogennya khalayak.
26
Ibid, h.14. 27
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2009), h.14.
45
Sehingga, mau tidak mau media membuat segmentasi pembaca untuk
memenuhi selera khalayak.
Maksud politik redaksi media menurut Suprapto, berawal dari sulitnya
media masssa untuk menemukan objektivitas dalam pemberitaan media sebab
pemberitaan media tidak terlepas dari fakta atau opini wartawan yang
kemudian menjadi kebijaksanaan redaksional. Kebijaksanaan redaksional ini
membawa pada politik pemberitaan media massa yang juga disebut sebagai
politik media. Apa yang pantas dan apa yang tidak pantas untuk ditampilkan
dalam media merupakan suatu politik media untuk mengkonstruksi realitas.28
Politik redaksi adalah bagian dari Politik Komunikasi di sektor
jurnalistik sebagai salah satu sektor di lingkungan kehidupan media, sehingga
politik redaksi merupakan suatu sikap dan campur tangan elitis media (owner,
pemegang saham, penyedia modal, sponsor dan faktor lain seperti regulasi
bidang media (undang-undang, peraturan pemerintah dan sebagainya) dalam
hal mengolah, mengendalikan, mempengaruhi, menetapkan atau mengatur
kemasan berita untuk tujuan-tujuan tertentu.29
Politik redaksi amat terkait dengan kebijaksanaan redaksi dalam
membentuk realitas sosial. Realitas yang dibentuk oleh media sangat
berpengaruh terhadap struktur teks dan penampilan di media. dalam
menerapkan kebijaksanaan tersebut redaksi selalu berpedoman pada regulasi
28
Tommy Suprapto, Politik Redaksi Berita: Menguak Latar Belakang Teks Berita Media,
(Jakarta: Pustaka Kaiswaran, 2010), h.15. 29
Ibid, h.17.
46
mengenai pengelolaan media, seperti undang-undang pokok pers, etika pers
dan jurnalistik.
Dapat ditarik kesimpulan, definisi politik redaksi berita adalah
kebijaksanaan redaksi dalam mengemas dan menyajikan berita untuk
memenuhi kebutuhan atau kepentingan sebagian besar khalayaknya guna
mencapai visi dan misi media bersangkutan. Sehingga pada akhirnya
kebijakan redaksional inilah yang menentukan arah dan fokus pemberitaan,
pemilihan topik, peliputan, pengemasan dan penyajian berita di media massa
yang mempengaruhi teks yang dihasilkan.
Dengan demikian, kebijakan redaksional yang dimaksud merupakan
karena adanya pengaruh organisasi berita dalam mempengaruhi produksi
berita tersebut. Organisasi berita menurut Dan Nimmo, adalah badan usaha
yang personelnya mengumpulkan, menyunting, dan menyebarkan laporan
serta evaluasi tentang peristiwa30
. Organisasi berita inilah yang kemudian kita
sebut sebagai awak media, yang terdiri dari pemimpin surat kabar, pengelola,
pemimpin redaksi, asisten pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, asisten
redaktur pelaksana, editor, asisten editor, penulis teks, reporter, pencetak,
distributor, dan lain sebagainya.
2. Aspek-aspek Politik Redaksi
Tunstall mengemukakan bahwa organisasi berita merupakan birokrasi
nonrutin, hubungan pemerintah dan pers, setidak-tidaknya sebagian, adalah
jaringan transaksi antara birokrasi rutin dan birokrasi nonrutin. Beberapa
30
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, (Bandung: Remadja
Karya CV, 1989), h.252.
47
aspek organisasi berita sebagai birokrasi non rutin mempengaruhi perannya
dalam pembuatan berita, diantaranya yaitu : 31
a. Nilai
Baik secara implisit maupun eksplisit, dalam operasi setiap
organisasi berita terdapat seperangkat nilai yang dominan yang menjadi
pedoman pemilihan kebijakan, terutama dalam pemilihan berita. Sebuah
organisasi, misalnya bisa memperhatikan terutama pembinaan jumlah
pembaca atau penilaian khalayak, yang lain bisa membanggakan diri atas
pelaporannya yang cermat, dengan komitmen “dapatkanlah paling dulu,
tetapi dapatkan yang benar”.
b. Prosedural
Banyak jalan prosedur yang diikuti organisasi berita dalam
memproses peristiwa menjadi berita. Hal ini juga yang kemudian
mempengaruhi sifat pelaporan. Proses ini mencakup, pertama, prosedur
penugasan mencari berita. Kedua, prosedur untuk mengedit naskah berita,
apakah naskah itu disajikan melalui surat kabar, majalah, atau televisi.
Ketiga, cerita dapat dihentikan melalui putusan manajemen. Putusan ini
yang kemudian dilakukan saat rapat redaksi.
c. Ritual Berita
Untuk menghindari tuduhan mempunyai kecendrungan politik,
banyak organisasi berita yang bersiteguh bahwa jurnalis mereka
31
Ibid, h.253.
48
melaksanakan objektivitas. Seperti argumentasi Tuchman, pelaporan
objektif adalah ritual, prosedur rutin yang hampir tidak ada hubungannya
dengan penghilangan sikap memihak dari pembuatan berita.32
Ada strategi yang menyesuaikan gaya dan meritualkan pembuatan
berita menurut pedoman organisasi tentang objektivitas:33
1. Penyajian kemungkinan yang bertentangan. Dalam menghadapi
masalah yang tidak mungkin dapat disingkapkan faktanya, reporter
mempertahankan objektivitas dengan menyajikan laporan yang
betentangan.
2. Penyajian bukti yang mendukung. Strategi ini terdiri atas penyebutan
bukti yang biasa diterima sebagai kenyataan untuk mendukung
pernyataan yang keautentikannya diragukan.34
3. Kebijaksanaan penggunaan tanda kutip. Bagi jurnalis bukti yang
mendukung kebanyakan terdiri atas pengutipan pendapat orang lain.
Hal ini dilakukan oleh wartawan karena mereka tidak mungkin secara
sepihak memuat fakta tanpa mengemukakan pendapat orang lain.35
4. Penyusunan cerita dengan urutan yang tepat. Biasanya berita
disajikan dalam format piramida terbalik. Informasi terpenting
32
Ibid, h.254. 33
Ibid, h.255. 34
Ibid, h.255. 35
Ibid, h.255.
49
diletakkan dalam paragraf pertama dan bahan yang kepentingannya
berkurang ditempatkan dalam setiap paragraf berikutnya.36
5. Pelabelan analisis berita. Dalam banyak hal reporter, kolumnis, dan
editor tidak berbuat seakan-akan objektif, mereka hanya memberi
label laporan demikian dengan komentar atau analisis berita.37
Maksud berbagai strategi diatas bukanlah untuk mencapai
objektivitas, tetapi merupakan rasional yang praktis yang digunakan oleh
jurnalis untuk menyesuaikan diri dengan tekanan organisasi seperti
deadline dan perintah untuk menghindari tuntutan atas dasar fitnah, dan
untuk memberikan jawaban dalam menghadapi teguran dari atas.
Tuchman dalam bukunya Objectivity as Strategic Ritual,
mengemukakan bahwa prosedur berita yang ditampakkan sebagai sifat
formal kisah berita dan surat kabar ini sebenarnya adalah strategi yang
digunakan oleh wartawan untuk melindungi diri terhadap dan untuk
meletakkan tuntutan profesional agar bersikap objektif.38
d. Konflik
Seperti dalam setiap operasi berskala besar, organisasi berita terdiri
atas jaringan orang, setiap orang memiliki minat, aspirasi, tujuan,
kebutuhan, dan hasrat sendiri. Terkadang hubungan interpersonal bekerja
sama, adakalanya juga bertentangan bahkan menuai konflik.
36
Ibid, h.256. 37
Ibid, h.256. 38
Ibid, h.256.
50
Sebagai pegawai organisasi berita, reporter, editor, redaktur, dan
yang lain tidak selalu sepakat dengan kebijakan organisasi. seorang
reporter bisa saja merasa terkekang oleh editor yang tidak
memperbolehkan jurnalis menginterpretasikan peristiwa. Sampai pada
tingkat timbulnya konflik yang relatif kecil karena kebijakan organisasi
dalam pengangkatan pegawai dan dalam sosialisasi. Harus adanya
konformitas organisasi terhadap norma kebijakan dengan memberi
peluang kepada reporter untuk membentuk peran sendiri di dalam
organisasi. Misalnya, dengan menawarkan tugas yang bergengsi,
menghadiahkan promosi dan memberikan kenaikan gaji.
Singkat kata, hubungan personel berita di dalam organisasi benar-
benar sama politisnya dengan peristiwa yang dilaporkan oleh jurnalis.
Untuk melangsungkan bisnis produksi berita, atasan dan bawahan
menegosiasikan cara menanggulangi perselisihan internal organisasi.
e. Ekonomi Organisasi
Masuknya faktor ekonomi dalam pembuatan berita, melihat
kenyataan bahwa organisasi berita adalah usaha ekonomi yang
menghidupi diri terutama melalui penjualan produk dan periklanan.
Menurut Sigal dalam Dan Nimmo menunjukkan bahwa motif laba paling
banyak mempengaruhi pembuatan berita jika laba paling sedikit.39
Demikian, faktor ekonomi memainkan peran penting dalam berbagai jenis
39
Ibid, h.256.
51
kepentingan khusus yang diwakili dalam pemilikan dan operasional
media.
Tiap surat kabar yang sampai ke tangan pembaca merupakan hasil
dari rangkaian seleksi akhir dan lengkap dari berita-berita yang pantas
dicetak, dalam keadaan apa dicetak, berapa banyak ruangan kolom yang
ditempatinya, dan apa tekanan misi yang dimiliki masing-masing koran.40
Keuletan wartawan dalam mencari berita, pemimpin redaksi
maupun redaktur yang cakap dalam memilah milih berita apa yang pantas
untuk dijadikan topik atau isu saat ini, bahkan editor sekalipun, yang
memberikan pengaruh terhadap pengemasan berita. Pada akhirnya, hal-hal
tersebut yang mempengaruhi politik redaksi media
Menurut Lipmann demikian ini tidak mungkin dapat terjadi jika
tanpa adanya pembakuan gaya koran, tanpa stereotip, tanpa penilaian
rutin, tanpa menyederhanakan seluk-beluk yang ruwet, maka editor akan
kehabisan tenaga karena keasyikan. Redaksi akhir mempunyai ukuran
definitif yang harus siaga di setiap saat. Jumlah halaman terbatas, tidak
boleh melebihi kuota. Maka liputan tentang masalahpun terseleksi. Dan
tiap tulisan jumlah hurufnya tertentu. Semuanya harus serba cepat, tangkas
dan tepat. Itulah konsekuensi sebuah harian.41
40
Walter Lipmann, Opini Umum, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998), h.337. 41
Ibid, h.337.
52
C. Konstruksi Sosial Realitas Berita
Istilah konstruksi atas realitas sosial (social consturction of reality) menjadi
terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L Berger dan Thomas Luckmann melalui
bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Tretise in the
Sociological of Knowledge. Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan
interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas
yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. 42
Pendekatan konstruksi
sosial atas realitas terjadi secara simultan melalui tiga proses sosial, yaitu
eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.
Pada tahap pertama, eksternalisasi yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri
manusia ke dunia baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Tahap kedua,
objektivasi yaitu hasil yang telah dicapai baik secara mental maupun fisik dari
eksternalisasi yang telah dilakukan manusia. Eksternalisasi menghasilkan realitas
objektif yang bisa jadi akan menghadapi manusia itu sendiri. Ketiga, internalisasi
yaitu proses penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian
rupa sehingga subjektif induvidu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Melalui
internalisasi manusia menjadi hasil dari masyarakat.43
Demikian, bagi Berger realitas tidak dibentuk secara ilmiah tetapi ia
dikonstruksi. Dengan pemahaman yang seperti inilah yang menjadikan realitas
42
Burhan Bungin S.Sos., M.Si, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh
Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan
Thomas Luckmann, (Jakarta: Kencana, 2011), h.13. 43
Mubarok dan Made Dwi Adnjani, “Konstruksi Pemberitaan Media Tentang Negara
Islam Indonesia: Analisis Framing Republika dan Kompas”, Jurnal Ilmiah Komunikasi Makna,
Vol 3 No.1, h.27.
53
berwajah ganda atau plural. Karena setiap orang dapat memiliki pandangan
berbeda-beda terhadap realitas yang sama.
Substansi teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Berger dan
Luckmann adalah pada proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui
bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada sebuah komunitas primer dan
semisekunder.44
Media massa mengkonstruksi realitas menggunakan teks. Sedangkan
bahasa merupakan elemen pembentuk teks tersebut. Bahasa menjadi elemen
paling utama dalam membuat suatu produk jurnalistik. Karena dengan bahasa
segala realitas yang ingin disampaikan pers dapat direalisasikan.45
Menurut Hamad dalam konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Ia
merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat
konseptual dan alat narasi. Keberadaan bahasa diungkapkan Hamad tidak lagi
sebagai alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa
menentukan gambaran (citra) yang akan dimunculkan dalam benak khalayak.46
D. Berita
1. Definisi Berita
Berita menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah cerita atau
keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Menurut Dean Lyle
44
Burhan Bungin S.Sos., M.Si, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana,
2011), h.193. 45
Dalam Skripsi Desy Mauliza mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, UIN Jakarta dengan
judul “Analisis Framing Pemberitaan Kampanye Terbuka Pemilukada DKI 2012. 46
Ibnu Hamad, Agus Sudibyo, dkk, Kabar-Kabar Kebencian Prasangka Agama di Media
Massa, (Jakarta: ISAC, 2001), h.14.
54
Spencer dalam Suhirman, berita adalah suatu kejadian atau ide yang benar
yang dapat menarik perhatian sebagian dari pembaca. Adapun pengertian
berita yang lebih sempurna menurut William S. Maulsby bahwa berita
dapatlah didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak
memihak dari fakta-fakta yang nempunyai arti penting dan baru terjadi, yang
dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita
tersebut.47
Berita berasal dari kata new (baru) dengan konotasi kepada hal-hal yang
baru. Dalam hal ini segala hal yang baru merupakan bahan informasi bagi
semua orang yang memerlukannya. Dengan kata lain, semua hal yang baru
merupakan bahan informasi yang dapat disampaikan kepada orang lain dalam
bentuk berita (news)..48
Secara etimologis istilah berita dalam bahasa Indonesia mendekati
istilah bericht (en) dalam bahasa Belanda. Besar kemungkinan kedua istilah
itu berketurunan mengingat Indonesia lama dijajah Belanda. Dalam bahasa
Belanda istilah bericht (en) dijelaskan sebagai mededeling (pengumuman)
yang beakar kata dari mede (delen) dengan sinonim pada bekend maken
(memberitahukan, mengumumkan, membuat terkenal) dan vertelen
(menceritakan atau memberitahukan). Sedangkan Departemen Pendidikan RI
membakukan istilah berita dengan pengertian sebagai laporan mengenai
kejadian atau peristiwa yang hangat. Juga berita disamakan maknanya dengan
47
Imam Suhirman, Menjadi Jurnalis Masa Depan, (Bandung: Dimensi Publisher, 2005),
h. 1. 48
Kustadi Suhandang, Pengantar jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk,dan Kode Etik,
(Bandung: Nuansa, 2004), h. 102-103.
55
kabar dan informasi resmi, yang berarti penerangan, keterangan atau
pemberitahuan.49
M. Lyle Spencer dalam bukunya News Writing menyebutkan, berita
merupakan kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian
sebagian besar pembaca.50
Sedangkan, Menurut Sumadiria, berita adalah
laporan mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting
bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio,
Tv, atau media online internet.51
Berita bukan merupakan cerminan situasi dan kondisi sosial, akan tetapi
laporan dari aspek yang menonjolkan diri. Semakin banyak celah yang
memungkinkan kejadian dapat ditentukan sebelumnya, diungkapkan secara
objektif, diukur, diberi nama, semakin banyaklah kemungkinan berita.52
Berbeda halnya dengan pengertian berita yang dimaksud oleh Lipmann.
Lipmann merefleksikan berita sama halnya dengan penentuan agenda media,
yang kemudian kita kenal dengan agenda setting pada media massa.
Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan peristiwa
atau fakta arti riil. Di sini realitas bukan dioper begitu saja sebagai berita. Ia
adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta.53
49
Kustadi Suhandang, Pengantar jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk,dan Kode Etik,
(Bandung: Nuansa, 2004), h. 103. 50
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008),
h.132. 51
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.65. 52
Walter Lipmann, Opini Umum, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998), h. 325. 53
Tommy Suprapto, Politik Redaksi Berita: Menguak Latar Belakang Teks Berita Media,
(Jakarta: Pustaka Kaiswaran, 2010), h.14
56
2. Jenis-jenis Berita
Berita dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya
yaitu:54
Tabel 2.1
Jenis Berita
No Nilai Berita Keterangan
1 Straight news
report
Laporan langsung mengenai suatu peristiwa,
contohnya pidato. Biasanya berita jenis ini ditulis
dengan unsur-unsur yang dimulai dari what,
who, where, why, dan how (5W, 1H).
2 Depth news
report
Laporan yang dihimpun informasi dengan fakta-
fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai
informasi tambahan untuk peristiwa tersebut.
3 Comprehensive
news
Laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh
ditinjau dari berbagai aspek.
4 Interpretative
report
Memfokuskan sebuah isu, masalah atau
peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun, fokus
laporan beritanya masih berbicara mengenai
fakta yang terbukti bukan opini.
5 Feature story Cara penulis untuk menarik perhatian
pembacanya. Penulis feature menyajikan suatu
pengalaman pembaca (reading experience) yang
lebih bergantung pada gaya (style) penulisan dan
humor daripada pentingnya informasi yang
disajikan.
6 Depth
reporting
Pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam,
tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa
fenomenal (aktual).
7 Investigative
reporting
Berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda
dengan laporan interpretatif. Biasanya
memusatkan pada sejumlah masalah dan
kontroversi. Dilakukan penyelidikan untuk
memperoleh fakta yang tersembunyi demi
tujuan.
8 Edditorial
writing
Adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di
depan sidang pendapat umum.
54
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.69-71.
57
3. Nilai Berita
Berdasarkan pengertian berita sendiri, maka kita akan mengetahui
empat unsur yang harus dipenuhi oleh sebuah berita, sekaligus menjadi
karakteristik utama sebuah berita dapat dipublikasikan di media massa (layak
muat). Keempat unsur ini pula yang kemudian dikenal dengan nilai-nilai
berita (news values) atau nilai-nilai jurnalistik.
Sebagaimana menurut Romli dalam bukunya Jurnalistik Praktis
diantaranya yaitu:55
Tabel 2.2
Nilai Berita
No Nilai
Berita
Keterangan
1 Cepat Yakni aktual atau ketepatan waktu. Dalam unsur ini
terkandung makna harfiah berita (news), yakni sesuatu
yang baru (new). Tulisan jurnalistik kata Al Hester,
adalah tulisan yang memberi pembaca pemahaman arau
informasi yang tidak ia ketahui sebelumnya.
Aktual memiliki kesamaan makna dengan Immediacy,
kerap diistilahkan dengan timelines. Artinya terkait
dengan kesegeraan peristiwa yang dilaporkan.
2 Nyata
(faktual)
Yakni informasi tentang sebuah fakta (fact), bukan fiksi
atau karangan. Fakta dalam dunia jurnalistik terdiri dari
kejadian nyata (real event), pendapat (opinion), dan
pernyataan (statement) sumber berita. Dalam unsur ini
terkandung pula pengertian sebuah berita harus
merupakan informasi tentang sesuatu sesuai dengan
keadaan sebenernya atau laporan mengenai fakta
sebagaimana adanya. Seorang wartawan harus menulis
apa yang benar saja, ujar M.L Stein (1993: 26), seraya
mengingatkan, jangan sekali-kali ia mengubah fakta
untuk memuaskan hati seseorang atau suatu golongan.
Jika sumber anda dapat dipercaya, itulah yang paling
penting.
3 Penting Artinya menyangkut kepentingan orang banyak.
55
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003), h. 5-6.
58
Misalnya peristiwa yang akan berpengaruh pada
kehidupan masyarakat secara luas, atau dinilai perlu
untuk diketahui dan diinformasikan kepada orang
banyak, seperti kebijakan baru pemerintah, kenaikan
harga dan sebagainya.
4 Menarik artinya mengundang orang untuk membaca berita yang
kita tulis. Berita yang biasanya menarik perhatian
pembaca, di samping yang aktual dan faktual, serta
menyangkut kepentingan orang banyak, juga berita
yang bersifat menghibur (lucu), mengandung
keganjilan dan keanehan, atau berita human interest
(menyentuh emosi, menggugah perasaan).
Namun, Santana memberikan beberapa elemen penting nilai berita
selain keempat unsur nilai berita diatas, yang mendasari pelaporan kisah
berita, sebagai berikut:56
1. Proximity, artinya keterdekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa
dalam keseharian hidup mereka. Khalayak berita akan tertarik dengan
berbagai peristiwa yang terjadi didekatnya, di sekitar kehidupan sehari-
harinya.
2. Consequence, artinya suatu berita yang dapat mengubah kehidupan
pembaca yaitu berita yang mengandung nilai konsekuensi. Misal berita
kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak), masyarakat dengan segera akan
mengikutinya karena terkait dengan konsekuensi kalkulasi ekonomi
sehari-hari yang harus mereka hadapi.
56
Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2005), h. 18-20.
59
3. Conflict, yakni sajian berita yang megandung peristiwa-peristiwa perang,
demonstrasi, kriminal, atau apapun berita yang mengandung elemen
konflik di dalam pemberitaan.
4. Oddiity, artinya berita dengan peristiwa yang tidak biasa terjadi yang
merupakan sesuatu yang akan diperhatikan segera oleh masyarakar. Misal
kelahiran bayi kembar lima, gempa berskala Richer tinggi, dan
sebagainya, merupakan hal-hal yang akan jadi perhatian masyarakat.
5. Sex, artinya dalam pemberitaan seks kerap menjadi elemen utama dari
sebuah pemberitaan. Tapi, seks sering pula menjadi elemen tambahan bagi
pemberitaan tertentu, seperti pada berita sports, selebritis, atau kriminal.
6. Suspense, yakni elemen ini menunjukkan sesuatu yang ditunggu-tunggu
terhadap sebuah peristiwa oleh masyarakat.
7. Progress, merupakan elemen perkembangan peristiwa yang ditunggu
masyarakat.
4. Kategori Berita
Berbagai elemen nilai berita harus dipaparkan dengan bahasa pelaporan
berita. Penulisannya tidaklah sama dengan menulis makalah, laporan
pertanggungjawaban, atau hasil rapat. Dalam dunia jurnalistik, penulisan
berita memiliki tempat khusus, dalam arti dibahas secara khusus melalui
karakteristik dan batasan-batasan yang mesti dipenuhinya.
60
Dalam kaitan itulah, kemudian jurnalistik membakukan beberapa
kategori pemberitaan, seperti: hard news, feature, sports, social,
interpretative, science, consumer dan financial.57
1. Hard news, merupakan kisah berita utama dari sebuah pemberitaan. Isinya
menyangkut hal-hal penting terkait kehidupan pembaca, pendengar dan
pemirsa. Kisah-kisahnya biasanya adalah hal-hal yang dianggap penting,
oleh karena itu kisahnya bersifat segera dilaporkan semenjak peristiwanya
terjadi.
2. Feature news, ialah kisah peristiwa atau situasi yang menimbulkan
kegemparan atau imaji-imaji (pencitraan). Peristiwanya bisa jadi tidak
termasuk dan teramat penting yang harus diketahui masyarakat, bahkan
mungkin hal-hal yang telah terjadi beberapa waktu lalu.
3. Sports news, merupakan berita-berita olahraga yang bisa masuk dalam
kategori hard news atau feature.
4. Social news, meliputi pemberitaan yang terkait dengan kehidupan
masyarakat sehari-hari, dari soal keluarga sampai ke soal perkawinan
anak-anak.
5. Interpretative, merupakan kisah berita dimana wartawan berupaya untuk
memberi kedalaman analisis, dan melakukan survai terhadap berbagai hal
yang terkait dengan peristiwa yang hendak dilaporkan.
57
Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2005), h. 20.
61
6. Science, merupakan kisah berirta dimana wartawan berusaha untuk
menjelaskan dalam bahasa berita, ikhwal kemajuan perkembangan
keilmuan dan teknologi.
7. Consumer story, ialah para pembantu khalayak yang hendak membeli
barang-barang kebutuhan sehari-hari, baik yang berisifat kebutuhan primer
dan skunder.
8. Financial, ialah kisah berita yang difokuskan perhatiannya pada bidang-
bidang bisnis, komersial, atau investasi.
E. Pemilu Presiden
1. Asas Pemilu Presiden
Secara garis besar sistem pemilihan umum dapat dibagi dua, yaitu
sistem distrik dan sistem proporsional. Di beberapa negara dikembangkan
variasi-variasi dari kedua sistem itu, yaitu mencoba mengawinkan antara
sistem distrik dengan sistem proporsional.58
Pemilihan umum sistem distrik
menunjuk kepada pertarungan antara kandidat yang dicalonkan oleh partai-
partai dalam sebuah wilayah kecil (daerah pemilihan) untuk mencari satu
wakil. Sedangkan, pemilihan umum sistem proporsional justru menunjuk
kepada pertarungan antara partai politik dalam sebuah daerah pemilihan yang
besar untuk mencari beberapa orang wakil.
Pemilu di Indonesia menganut sistem proporsional terbuka. Karena
bersifat proporsional, maka proporsi suara yang diperoleh parpol dan caleg
58 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Paradigma-Teori-Aplikasi-strategi & Komunikasi
Politik Indonesia, (Jakarta: PT Balai Pustaka, 2003), h. 134.
62
berbanding seimbang dengan proporsi kursi yang dimenangkan parpol dan
caleg di daerah pemilihannya. Sedangkan bersifat terbuka yakni pemilih tidak
hanya memilih parpol tetapi juga memilih caleg yang dikehendakinya,
sehingga yang harus ditonjolkan adalah program partai dan ketokohan para
kandidat karena yang dipilih oleh rakyat adalah tanda gambar partai.
Sistem proporsional yang diterapkan di Indonesia, memiliki kelebihan
sebagaimana Budiardjo menuturkan, bahwa sistem proporsional dianggap
representatif, karena jumlah kursi partai dalam parlemen sesuai dengan jumlah
suara masyarakat yang diperoleh dalam pemilihan umum. Kemudian sistem
proporsional dianggap lebih demokratis dalam arti lebih egalitarian karena
praktis tanpa adanya distorsi, yaitu kesenjangan antara suara nasional dan
jumlah kursi dalam parlemen, tanpa suara yang hilang atau wasted.59
Berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya, pemilu 2014 selain
pemilihan langsung untuk anggota DPR/DPRD dan anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), juga dilakukan pemilihan langsung untuk memilih
presiden dan wakil presiden. Dalam Undang-undang No. 42 Tahun 2008 pasal
5 ditetapkan syarat-syarat untuk menjadi calon presiden dan wakil presiden
sebagai berikut:60
1. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
59
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2009), h.467-468. 60
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden, www.kpu.go.id/.../945d241693086d3016ecdaa27e5bbc0a.pdf,
diakses pada 5 Agustus 2014, pkl 09.05 WIB.
63
2. Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarnegaraan lain karena kehendaknya sendiri.
3. Tidak pernah mengkhianati negara, serta tidak pernah melakukan tindak pidana
korupsi dan tindak pidana berat lainnya.
4. Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagai presiden dan wakil presiden.
5. Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
6. Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi berwenang memeriksa laporan
kekayaan penyelenggaraan negara.
7. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perorangan dan/atau secara
badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan
negara.
8. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan.
9. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela.
10. Terdaftar sebagai pemilih.
11. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah melaksanakan kewajiban
membayar pajak selama 5 (lima) tahun terakhir yang dibuktikan dengan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
12. Belum pernah menjabat sebagai presiden atau wakil presiden selama 2 (dua) kali
masa jabatan dalam jabatan yang sama.
13. Setia kepada pancasila sebagai dasar negara,Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945.
64
14. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih.
15. Berusia sekurang-kurangnya 35 tahun.
16. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
17. Buka bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk
organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung dalam G.30.S/PKI.
18. Memiliki visi, misi dan program dalam melaksanakan pemerintahan negara
Republik Indonesia.
2. Mekanisme Pemilu Presiden
Sesuai dengan ketentuan norma pasal 3 ayat 5, pasal 9, pasal 14 ayat 2
dan pasal 112 Undang-undang No. 42 Tahun 2008 tentang peserta pemilu,
presiden dan wakil presiden harus diusulkan secara berpasangan oleh partai
politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memperoleh
sekurang-kurangnya 20 persen dari jumlah kursi DPR atau 25 persen dari
perolehan suara sah secara nasional dalam pemilu anggota DPR, sebelum
pelaksaan pemilu presiden dan wakil presiden.61
61
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden www.kpu.go.id/.../945d241693086d3016ecdaa27e5bbc0a.pdf,
diakses pada 5 Agustus 2014, pkl 10.00 WIB.
65
Masa pendaftaran pasangan calon presiden dan wakil presiden
dimaksud dalam pasal 13, paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak penetapan
secara nasional hasil pemilu anggota DPR.62
Setelah dilakukan pengajuan calon untuk presiden dan wakil presiden
oleh partai-partai politik, maka akhirnya pada tanggal 1 Juni 2014 KPU
menetapkan dua pasangan calon untuk pemilu presiden dan wakil presiden
tahun 2014 sebagai berikut:
1. Prabowo Subianto – Hatta Rajasa
Dicalonkan oleh:
Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
Partai Golongan Karya (Golkar)
Partai Amanat Nasional (PAN)
Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Partai Bulan Bintang (PBB)
Partai Demokrat
2. Jokowi – Jusuf Kalla (JK)
62
Putusan Sidang Mahkamah Kontitusi Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden,http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/putusan/putusan_sidang_1660_108%20PUU%20
2013-20Maret2014.pdf, diakses pada 5 Agustus 2014, pkl 10.15 WIB.
66
Dicalonkan oleh:
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Partai Nasdem
Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)]
Berdasarkan penghitungan perolehan kursi oleh KPU, PDIP mendapat
jatah kursi terbanyak yaitu 109 kursi, diikuti Partai Golkar 91 kursi, Partai
Gerindra 73 kursi, Partai Demokrat 61 kursi, dan PAN 49 kursi. Kemudian
PKB 47 kursi, PKS 40 kursi, PPP 39 kursi, Partai Nasdem 35 kursi, serta
Partai Hanura 16 kursi.63
Penghitungan itu berdasarkan pada perolehan suara
masing-masing parpol yang tertuang dalam Surat Keputusan Nomor
411/Kpts/KPU/Tahun 2014 tentang Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPR,
DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten-Kota dalam rangka Pemilu
2014.64
Maka, berdasarkan data koalisi pencalonan presiden dan wakil presiden
pemilu 2014 diatas, maka koalisi partai pengusung Prabowo-Hatta Rajasa
merupakan koalisi mayoritas dengan perolehan 353 dari 560 kursi DPR,
63
Taufiqurrohman, Cek Di sini Daftar 560 Anggota DPR 2014-2019, Artikel diakses dari
http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2050146/cek-di-sini-daftar-560-anggota-dpr-2014-2019,
pada 20 Agustus 2014, pkl 17.30. 64
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden, Artikel diakses dari
www.kpu.go.id/.../SK_KPU_416_Penetapan_Kursi_Calon_Terpilih_145...pdf//, pada 20 Agustus
2014, pkl 16.00.
67
dengan presentase 63,54%, atau 59,52% suara legislatif. Sedangkan partai
koalisi pengusung Jokowi-Jusuf Kalla merupakan koalisi minoritas dengan
perolehan 207 dari 560 kursi DPR, dengan presentase 36,46%, atau 40,38%
suara legislatif.
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Koran Sindo
Pers dalam tatanan kenegaraan di Indonesia memiliki peranan penting. Pers
memiliki kekuatan dan peranan strategis dalam mewarnai kehidupan
ketatanegaraan. Salah satu peran pers diantaranya yaitu sebagai alat kontrol dan
penyeimbang terhadap jalannya kepemerintahan. Kekuatan inilah yang kemudian
mengantarkan pers pada urutan keempat setelah eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Oleh karena itu, agar kekuatan dan peran pers yang begitu penting tidak
disalahartikan dan disalahgunakan, pers dituntut untuk menggunakan fungsinya
secara tepat, sesuai dengan pedoman dan kaidah etik jurnalisme yang benar. Hal
ini diterapkan, guna menjalankan fungsinya sebagai penyeimbang agar tidak
menjurus ke arah trial by press.
Inilah amanat yang harus dan akan diemban oleh salah satu koran nasional
yaitu Koran Sindo. Koran Sindo merupakan surat kabar yang terbilang belum
lama terbit dibandingkan dengan koran-koran lainnya. Namun, ia mampu bersaing
di tengah persaingan industri media massa yang semakin menjamur sejak era
reformasi.
69
Koran Sindo terbit pertama kali pada tanggal 30 Juni 2005.2 Awal mula
terbit dengan nama harian seputar Indonesia, yang kemudian berubah nama
menjadi Koran Sindo. Pergantian nama menjadi Koran Sindo secara resmi terjadi
pada tanggal 1 Maret 2013 dengan tagline berupa “Generasi Semangat Baru”.
Perubahan yang terjadi tidak hanya pada nama dan logo saja, namun layout dari
koran ini turut berubah. Perubahan dilakukan setelah pihak pengelola media ini
melakukan survey pembaca.
Koran Sindo pertama kali dilahirkan oleh PT Media Nusantara Informasi
(MNI), sub-sidiary dari PT Media Nusantara Citra (MNC) yang menaungi RCTI,
Global TV, MNC TV, dan Trijaya Network. PT MNC sudah sangat
berpengalaman dalam mengelola media serta terbilang mapan dan berpengaruh,
baik di kalangan masyarakat maupun pengambil keputusan. Hingga saat ini Koran
Sindo beroperasi tidak jauh dari gedung MNC Tower, bertempat di Gedung
Sindo, Jalan Wahid Hasyim No.38, Jakara 10340.
Meski Koran Sindo belum lama berdiri, namun koran ini merupakan salah
satu surat kabar yang patut diperhitungkan baik dari prestasi yang diraih dengan
surat kabar yang lebih dulu telah lama berdiri. Dengan salah satu prestasinya yaitu
Koran Sindo mampu menyabet berbagai penghargaan dari Ketua Umum Serikat
Perusahaan Pers (SPS) Dahlan Iskan dalam ajang The 5th Indonesia Print Media
Awards (IPMA) 2014 di Bengkulu.3 Koran Sindo berhasil menyabet enam
penghargaan sampul muka (cover) koran terbaik. Empat di antaranya gold winner
2 Deden Iman W, jbptunikompp-gdl-dedenimanw-24144-5-8.uniko-i.pdf diakses pada 1
September 2014, pkl 12.155 WIB. 3 Ibrahim Arsyad, Hari Pers Nasional - KORANSINDO Sabet Enam Penghargaan IPMA
2014, (http://www.koran-sindo.com/node/365813, 2014), diakses pada 9 Juni 2014, pkl
14.28 WIB.
70
dan dua yang lain silver winner. Bahkan, saat ini Koran Sindo telah menempati
posisi nomor tiga secara nasional dan nomor dua di wilayah Jabodetabek.4
Berdasarkan Nielsen 2012, Koran Sindo menyabet predikat kedua setelah Kompas
sebagai surat kabar terbaik kedua dengan jumlah belanja iklan terbanyak.5
Koran Sindo terbit selama 7 (tujuh) hari dalam seminggu, dengan format
ukuran panjang 7 kolom dan tinggi 54 cm. Edisi reguler terbit 40 halaman dengan
3 (tiga) bagian. Sedangkan, minggu terbit 40 halaman edisi akhir minggu. Slogan
Koran Sindo adalah “Satu Koran Segala Berita”.
Sebagai surat kabar baru, Koran Sindo ditujukan untuk memudahkan
sekaligus memenuhi kebutuhan pembaca dalam satu keluarga. Pada saat sang
bapak memilih news, sang ibu bisa leluasa membaca lifestyle, sedangkan si anak
membaca sport. Atau sang bapak bisa membawa news ke kantor dengan
meninggalkan lifestyle untuk dibaca ibu di rumah, sementara si anak memasukkan
sport ke dalam tas untuk dibaca dalam perjalanan. Pendeknya, mereka bisa
bertukar section tanpa harus menganggu keayikan masing-masing.
Koran Sindo hadir setiap pagi dengan sajian berita-berita yang akurat,
mendalam, penuh gaya dan warna. Koran Sindo juga akan menyapa pembaca
dengan sentuhan jurnalisme khas untuk selalu memberikan lebih dari sekadar
berita. Apalagi ditunjang dengan kreatifitas visual yang progresif dan tidak
konservatif, Koran Sindo yakin akan menjadi media yang unik.
4 http://www.mnc.co.id/businesses/sindomedia/id, diakses pada 9 Juni 2014, pkl 14.50
WIB. 5 Lihat: Dokumentasi Pribadi Koran Sindo pada Koran Sindo: Profile 2014, dalam “2nd
Best Advertising Expenditure in All Newspaper”
71
Karakteristik khas yang dimiliki Koran Sindo terdapat pada pemilihan
narasumber. Yaitu Kredibilitas, Kualifikasi Keilmuan, dan Kompetensi.
Ketiganya dianggap syarat bagi tersampainya informasi yang akurat dan
berimbang.
Sajian berita yang bersahabat karena pemanfaatan bahasa dan image yang
ramah (tidak berdarah-darah), aktual dan informatif, karena berita terkini disajikan
dengan ringkas dan jelas dengan topik-topik yang hangat. Koran yang menghibur
karena didukung oleh desain yang menarik dan tidak membuat kening berkerut.
Mampu mengakomodasi feature, lifestyle, dan infotainmen sekuat berita. Sajian
berita yang bersifat nonpartisan atau tidak memihak dan dapat dipercaya.
B. Logo Koran Sindo
Gambar 3.1. Logo Koran Sindo
C. Visi dan Misi Koran Sindo
1. Visi Koran Sindo
Koran Sindo ingin menjadikan berita yang disuguhkannya tidak hanya
menjadi berita biasa. Tapi juga sebagai sumber referensi terpercaya membuat
Sindo sesuai dengan mottonya yaitu “Satu Koran Segala Berita”.
72
2. Misi Koran Sindo
Dengan mengusung konsep koran untuk keluarga, Koran Sindo
senantiasa memberi berita yang aktual, akurat dan mendalam. Namun, tetap
bergaya dam penuh warna.
Misi Sindo juga digambarkan dalam rubrikasi yang ada di dalamnya
yaitu:
1. News
Menyuguhkan berita-berita terkini yang dikemas secara menarik
yang meliputi bidang politik, ekonomi, hukum, opini sampai budaya.
2. Ekonomi Bisnis
1) Berita-berita ekonomi menjadi andalan Koran Sindo, data finansial,
ekonomi makro, bursa dan keuangan serta sektor riil.
2) Content ekonomi makin berisi dengan analisis tajam dari pelaku pasar
dan pengamat ekonomi.
3. Sport
Memanjakan pembacanya dengan menyuguhkan bola mancanegara,
bola nasional, dan ragam sport. Serta didukung oleh koresponden di
beberapa negara Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Jerman dan Spanyol.
73
Sport masuk pada rubrikasi hattrick, yangmana 80% konten
sepakbola internasional dan nasional. Dengan menggunakan desain lidah,
memudahkan pembaca untuk membaca dan membawa hattrick.6
4. Lifestyle
1) Menyuguhkan gaya hidup kaum metropolis dalam bagian lifestyle,
yang terdiri dari: kesehatan, fashion, selebriti, home dan garden,
tren, food, techno, dan family.
2) Menjadi referensi gaya hidup terbaik yang menjadi ikon tersendiri
Koran Sindo bagi masyarakat.
Berdasarkan rubrikasi yang telah dipaparkan diatas, pada dasarnya
sajian berita Sindo tidak jauh berbeda dengan koran maupun surat kabar
lainnya. Selain memberikan sajian yang terlengkap dalam informasi, Sindo
juga menyuguhkan special section regular setiap minggu dan tahunnya.
Setiap akhir pekan, Koran Sindo menerbitkan Weekend Guide semacam
tabloid. Terbit 8 halaman, setiap hari Jumat yang dicetak dan diedarkan
terpisah dari Koran Sindo yang biasanya didistribusikan di Mall-mall
Premium. Selain itu, Tabloid Komunitas (community engagement) yang terbit
setiap hari Selasa pada minggu pertama merupakan salah satu ikon Sindo.
Tabloid Komunitas ini membahas profile, kegiatan dan pernak pernik
komunitas yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal tersebut menyangkut
6 Lihat: Dokumentasi Pribadi Koran Sindo pada Koran Sindo: Profile 2014, dalam
“Special Section Regular: Hattrick”.
74
event-event komunitas seperti acara apresiasi karya UMKM, BII Super Kidz,
Run for Cervix, Arisan Keliling Dunia, dan Daihatsu Frienship Walk.7
Selain itu, Koran Sindo juga melaksanakan beberapa kegiatan penting
dan strategis seperti acara Malam Rekor Bisnis, Apresiasi CSR, Apresiasi
Entrepreneur dan People Of The Year yang merupakan agenda rutin tahunan
Sindo.8
D. Profil Pembaca
Segmentasi pembaca Koran Sindo umumnya dari kalangan menengah ke
atas. Target pembaca adalah masyarakat segmentasi usia 10-14 tahun 9%, 15-19
tahun 7%, 20-29 tahun sebanyak 30%, 30-39 tahun 30%, 40-49 tahun sebanyak
23%, dan 50 tahun ke atas 2%. Dengan diferensiasi pembaca laki-laki sebanyak
63% dan pembaca wanita sebanyak 37%. Target distribusi Koran Sindo adalah
kota-kota besar di seluruh Indonesia yaitu dengan jumlah pembaca sekitar 1 juta
orang.
Karakteristik pembaca memiliki kebiasaan membaca lebih dari satu surat
kabar, karena tidak ingin tertinggal informasi penting dan informasi hiburan
dalam waktu yang bersamaan. Termasuk kelompok masyarakat yang haus
informasi dan inovatif sehingga mudah menerima hal baru.
7 Lihat: Dokumentasi Pribadi Koran Sindo, Koran Sindo: Profile 2014 dalam “Special
Section Regular: Community Engagement”. 8 http://www.mnc.co.id/businesses/sindomedia/id, diakses pada 1 September 2014, pkl
11.30.
75
E. Struktur Redaksi Koran Sindo
Bagian redaksi dalam sebuah surat kabar perusahaan yang bergerak di
bidang penerbitan struktur maupun yang berkaitan dengan kegiatan jurnalistik,
merupakan tulang punggung bagi perusahaan surat kabar tersebut. Apabila
diibaratkan sebagai organ tubuh manusia yang paling penting atau vital yaitu
bagaikan jantung. Perusahaan penerbitan surat kabar tidak akan pernah bisa
menjalankan kegiatannya tanpa adanya redaksi bagaimana menjadi bagian yang
menentukan kelangsungan hidup sebuah perusahaan surat kabar.
Dengan demikian, seperti perusahaan media cetak diperlukan sebuah
struktur organisasi sebagai pedoman siapa saja yang berhak memberikan instruksi
atau komando serta siapa saja yang berada di bawah garis struktural untuk
mempermudah dalam menjalankan sebuah organisasi. Sehingga, struktur redaksi
di bawah inilah yang kemudian memberikan kebijakan redaksional terhadap
pemberitaan yang dimuat dalam koran Sindo.
76
Gambar 3.2 Struktur Redaksi Koran Sindo
Pemimpin Umum
Hary Tanoesoedibjo
Wakil Pemimpin Umum & Pemimpin
Perusahaan: Sururi Alfaruq
Asisten Redaktur
Haris, Rochim, Adam, Ainun, Andri,
Bernadette, Donatus,Edi, Fakhrur, Fefy,
Haryanto, Helmi, Herita, Hendri, Kastolani,
Ma’ruf, Maria, Latief, Yamin, Kamali, Iqbal,
Purwadi, Nurlwan Tri, Paijo, Pangeran,
Rakhmat, Rusman, Rakhmat Baihaqi,
Rusman, Sali, Sazili, Slamet, Sofian,
Sudarsono, Sugeng, Suriya, Sunu,
Fakhrurozi, Syarifudin, Tedy, Thomas, Titi,
Hilba, Wahab, Wasis, Wahyu, Wahyono,
Tanto, Yogi
Wakil Pemimpin Perusahaan
Priscilia D. Airin
Wakil Redaktur Pelaksana
Abdul Hakim, Azhar Aziz, YaniAdriyansyah,
Zen Teguh Triwibowo
Redaktur Pelaksana
Alex Aji Saputra, Hanna Farhana
Redaktur
Faisal, Agung, Alviana, Anton, Armi, Bakti,
Boy, Chamad, Danang, Edi, Hatim, Ridwan,
Faizal, Holis, Puguh, Sujoni, Syahrir, Wuri
Wakil Pemimpin Redaksi
DJaka Susila. Dwi Sasongko Masirom
Pemimpin Redaksi
Pung Purwanto
77
Redaktur
Asisten Redaktur
Redaktur
Bahasa
Jaelani Ali
Muhammad
Reporter
Deni,
Haryudi,
Hendrati,
Helmi,
Hermansy
ah, Inda,
Jujuk,
Krisandi,
Maisaroh,
Neneng,
Rahmat,
Rarasati,
Rendra,
Sri, Susi,
Sucipto,
Teguh
Manajer
Litbang
Wiendy
Hapsari
Kordinator
Fotografer
Arie
Yudisthira
Direk. Sirkulasi
& Distribusi
Sugeng
H. Santoso
Fotografer
Astra, Azis,
Eko,
Hasiholan,
Ratman,
Yulianto,
Yudistiro
Manajer
Artistik
Wisnu, I
Masyhudi
Direktur
Keuangan
Rudy
Hidayat
VP
Sirkulasi &
Distribusi
Dony Irawan
VP Sales
Lia
Marliana
GM Biro
Nevy AN
Hetharia
VP
Sirkulasi
&
Distribusi
DonyIra
wan
VP Biro
Kiki Subarkah
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Politik Redaksional Koran Sindo dalam Pemberitaan 2 (Dua) Pasangan
Capres-Cawapres 2014
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, bahwa Politik redaksi adalah
suatu sikap dan campur tangan elitis media dari mulai owner, pemegang saham,
penyedia modal sponsor dan faktor lain seperti regulasi bidang media, yang
meliputi undang-undang, peraturan pemerintah, dan sebagainya, dalam hal
mengolah, mengendalikan, mempengaruhi, menetapkan atau mengatur kemasan
berita untuk tujuan-tujuan tertentu.
Politik redaksi muncul saat media massa sulit menemukan objektivitas
dalam pemberitaan media sebab pemberitaan media tidak terlepas dari fakta atau
opini wartawan yang kemudian hal itu menjadi kebijaksanaan redaksional ini
membawa pada politik pemberitaan media massa yang juga disebut sebagai
politik media. Apa yang pantas dan apa yang tidak pantas untuk ditampilkan
dalam media merupakan suatu politik media untuk mengkonstruksi realitas dalam
berita.
Untuk menganalisis penelitian ini, maka peneliti mengaitkan politik redaksi
dengan aspek-aspek politik redaksi sebagaimana paparan Dan Nimmo dalam
bukunya komunikasi politik. Aspek-aspek tersebut meliputi:
79
1. Nilai
Baik secara implisit maupun eksplisit, dalam operasi setiap organisasi berita
terdapat seperangkat nilai yang dominan yang menjadi pedoman pemilihan kebijakan,
terutama dalam pemilihan berita. Begitu pula sama halnya dengan dengan Koran Sindo.
Terkait dengan nilai yang ditanamkan dan diterapkan terhadap para pekerja Sindo,
sudah diterapkan semenjak awal saat mereka komitmen untuk bergabung atau dengan
kata lain saat perekrerutan. Sebagaimana pernyataan Wapemred Sindo, Djaka Susila:
Berawal dari datangnya mereka saat mulai bergabung (rekruitment) di koran
Sindo ini. Kita sudah memberikan pembekalan kepada mereka bahwa hal-hal apa
saja yang menjadi acuan pemberitaan, yang kemudian acuan tersebut dengan
rukun koran Sindo.1
Berdasarkan pernyataan Djaka Susila ini, nilai-nilai dan pedoman yang diterapkan
oleh Koran Sindo inilah yang kemudian sudah terangkum dan disebutnya dengan „Rukun
Koran Sindo‟.
2. Prosedural
Proses ini mencakup, pertama, prosedur penugasan mencari berita. Kedua,
prosedur untuk mengedit naskah berita, apakah naskah itu disajikan melalui surat kabar,
majalah, atau televisi. Ketiga, cerita dapat dihentikan melalui putusan manajemen.
Putusan ini yang kemudian dilakukan saat rapat redaksi. Prosedur pemberitaan milik Dan
Nimmo inilah yang kemudian sama persis dengan proses prosedural kelayakan
pemberitaan di Sindo, sebagaimana yang dijelaskan oleh Sabir Laluhu
Sebelum berita masuk ke dalam rapat redaksi, semua berita yang didapatkan oleh
para reporter diajukan dalam rapat (berita di listing). Dalam rapat, maka
1 Wawancara Pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Jakarta 2 Juli 2014.
80
dipilihlah beberapa berita yang pantas di post untuk esok hari. Hasil berita yang
masuk di meja Pemred dan Redpel dalam rapat redaksi merupakan berita yang
baik dan layak di posting.2
Sebagaimana penjelasan Sabir sebagai wartawan Sindo, kerja Sindo secara
prosedural dalam memproduksi berita tidak jauh berbeda dengan media-media lainnya.
Bahkan hingga pada tingkatan kelayakan berita sekalipun. Berawal dari wartawan yang
ditugaskan untuk mencari berita, kemudian naskah berita memasuki tahap editing, dan
berakhir dan dihentikan melalui putusan manajemen, yaitu putusan yang berasal dari
rapat redaksi.
Namun, kewenangan dalam pengambilan keputusan layak atau tidaknya berita
tetap dipegang oleh pemimpin redaksi sebagaimana yang dipaparkan oleh Susila,
wapemred Sindo, bahwasanya segi kewenangan dan tanggung jawab seleksi berita tetap
berada di tangan pemimpin redaksi (pemred).
“Dilihat dari segi kewenangan dan tanggung jawab, seleksi berita terletak pada
pemred. Karena berita apapun yang diproduksi oleh Sindo dialah yang
bertanggung jawab”.3
3. Ritual Berita
Tujuan ritualisasi berita berikut ialah untuk mengurangi kecendrungan media
terhadap politik tertentu. Seperti argumentasi Tuchman, pelaporan objektif adalah ritual,
prosedur rutin yang hampir tidak ada hubungannya dengan penghilangan sikap memihak
dari pembuatan berita.4
Maka, terdapat 5 (lima) strategi yang dapat menyesuaikan gaya dan meritualkan
pembuatan berita menurut pedoman organisasi tentang objektivitas sebagaimana yang
2 Wawancara pribadi dengan wartawan harian Koran Sindo, Sabir Laluhu, 13 April 2014.
3 Wawancara pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Djaka Susila, Jakarta 2 Juli 20014.
4 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, h.254.
81
dipaparkan oleh Nimmo, berikut: 1) Penyajian kemungkinan yang bertentangan; 2)
Penyajian bukti yang mendukung; 3) Kebijaksanaan penggunaan tanda kutip; 4)
Penyusunan cerita dengan urutan yang tepat; 5) Pelabelan analisis berita.
Berdasarkan starategi-strategi di atas, strategi ke-3 yang sering digunakan dan
menjadi kebijakan Koran Sindo, yaitu kebijakan penggunaan tanda kutip. Opini
wartawan yang disertai dengan penggunaan tanda kutip menegaskan bahwa berita
tersebut tidak hanya opini wartawan semata. Namun, dengan kutipan inilah yang
kemudian menunjukkan objektivitas sebuah pemberitaan.
“Apakah berita-berita yang kita sajikan berusaha untuk mengarah kepada
kebenaran dan objektifitas? Maka jawabannya akan iya. Caranya adalah salah
satunya yaitu, pertama, melakukan verifikasi, kedua, melakukan kode etik
jurnalistik, ketiga, melakukan langkah-langkah perencanaan yang benar dan tepat.
Dengan menjunjung tinggi etika-etika jurnalistik.
Ketentuan berita memang harus menjunjung nilai objektivitas. Namun, pada
hakikatnya media diharuskan melakukan seobjektif mungkin bukan objektif 0%.
Seperti apa yang dikatakan Bill Kovach dalam 9 langkah yang harus diperhatikan
dalam jurnalistik, maka ada dua langkah yang paling urgent dan sering dilakukan,
yaitu verifikasi narasumber, memverifikasi informasi, memverifikasi perkataan,
kemudian membuat agar bagaimana kita menjadi komprehensive, bisa dilihat dari
sisi mana saja.”5
Sebagaimana Tamburaka menjelaskan bahwa objektivitas absolut tidak mungkin
terjadi, tetapi kenyataannya seorang jurnalis (atau komunikator lain) bisa melakukan
banyak hal untuk bisa objektif dengan mengacu sebanyak mungkin pada laporan (dan
meninggalkan inferensi serta penilaian) dan dengan melakukan usaha sadar untuk
menghindari slanting.6
Dengan demikian, pemaparan Susila akan objektivitas berbanding lurus dengan
pernyataan pernyataan Tamburaka diatas. Bahwa objektivitas pada berita tidak mungkin
5 Wawancara pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Djaka Susila, Jakarta 2 Juli 2014.
6 Lihat: Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012),
h.127.
82
terjadi hingga 0%. Karena pada kenyataannya media memiliki kepentingan-kepentingan
tertentu, baik kepentingan individu maupun organisasi berita.
4. Konflik
Seperti dalam setiap operasi berskala besar, organisasi berita terdiri atas jaringan
orang, setiap orang memiliki minat, aspirasi, tujuan, kebutuhan, dan hasrat sendiri. Alih-
alih berdasarkan perbedaan minat, aspirasi, hasrat atau yang lainnya itulah yang
kemudian menyebabkan konflik internal media. Salah satunya yaitu melalui intervensi,
baik antara redaktur dengan wartawan atau sebaliknya. Sebagaimana yang
diungkapkannya Susila:
“Jangankan menjawab kepentingan media. kepentingan redaktur dan reporternya.
Itupun sudah ada intervensi.”7
Maka, berdasarkan pernyataan Wapemred Sindo di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pada setiap organisasi berita akan selalu menunjukkan kepentingan-kepentingan
tertentu, tidak hanya kepentingan media saja, namun juga kepentingan setiap induvidu
pekerjanya.
5. Ekonomi Organisasi
Faktor ekonomi dalam suatu organisasi berita memang merupakan salah satu hal
terpenting dalam menghidupi kelangsungan media. Namun, peneliti tidak menemukan
kecendrungan ekonomi pada bagian redaksi.
“Kalau itu tidak ada sama sekali hubungannya dengan kerja redaksi. Karena
wewenang tersebut ada pada urusan bisnis dan kita (redaksi) tidak ikut campur
7 Wawancara pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Djaka Susila, Jakarta 2 Juli 2014.
83
akan hal itu. Dalam keredaksian clear dengan masalah uang. Kalau redaksi sudah
dikaitkan dengan masalah uang, wah itu bahaya.”8
Demikian, kelima aspek pembentuk politik redaksi inilah yang juga membentuk
agenda media tertentu. Sebagaimana Stephen D Reese menyatakan, bahwa agenda media
merupakan hasil dari tekanan (pressure) yang berasal dari luar dan dari dalam media itu
sendiri.9 Dengan kata lain, agenda media sebenarnya terbentuk berdasarkan kombinasi
sejumlah faktor yang memberikan tekanan pada media seperti proses penentuan program
internal media, keputusan redaksi dan manajemen. Hal-hal tersebut yang kemudian telah
paparkan diatas.
Untuk melihat tingkat menonjolnya berita bagi khalayak (audience salience), Sindo
menyadari bahwa bahasa pemberitaan harus dimengerti dan dipahami terutama oleh
khalayak. Untuk mengatahui hal itu, Sindo melakukan Survei khalayak melalui FGD (Forum
Group Discusion). Selain itu, untuk mengangkat isu apa yang layak diberitakan atau tidak,
FGD, survey khalayak melalui angket, dan memberikan ruang bagi penulisan artikel terhadap
tema-tema tertentu yang ditulis langsung oleh beberapa tokoh atau beberapa pakar. Hal
demikian dilakukan guna melihat tingkat menonjolnya berita bagi khalayak. Seperti yang
dikemukakan Susila bahwa apa-apa saja yang termasuk penentu topik atau isu yang layak
diberitakan maupun tidak.
Dalam prosedur seleksi isu atau topik berita, kita menerapkan sistem FGD (forum
group discusion) untuk menilai berita apa yang ditungu-tunggu dan diinginkan oleh
khalayak. Anggota FGD itu sendiri terdiri dari pembaca tetap koran Sindo. Survey
khalayak tetap kita lakukan, kita ambil sampelnya secara random (acak). Selain itu,
kita meminta beberapa pakar politik, hukum, ekonomi atau budaya, untuk menulis
artikel pada kolom tajuk rencana kita. Tajuk rencana inilah yang kemudian salah
satu cara Sindo untuk mengangkat isu.10
8 Wawancara pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Djaka Susila, Jakarta 2 Juli 2014.
9 Lihat: Morrisan, Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa, (Jakarta: Prenada Media Group, 2013),
h.499 10
Wawancara pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Djaka Susila, Jakarta 2 Juli 2014.
84
Bahkan, untuk melihat tingkat menonjolnya berita bagi khalayak, seorang redaktur
dituntut memiliki ketajaman dalam menganalisis berita apa yang diinginkan khalayak
maupun yang tidak diinginkan.
Sedangkan, intuisi baik dari seorang redaktur maupun pemred akan muncul saat
ingin memutuskan topik berita yang akan diangkat. Hal ini merupakan main
mapping redaktur terhadap berita, adanya kesadaran berita dalam diri si redaktur.11
Politik redaksi sangat berkaitan erat dengan beberapa kepentingan media. bahkan
setiap individu memiliki kepentingan-kepentingan tersendiri. Namun, peran kepentingan
induvidu akan mulai tergeser saat berhadapan dengan kepentingan yang paling dominan di
media yaitu kepentingan owner. Persis seperti yang dijelaskan oleh Djaka Susila dan Sabir
Laluhu:
Meski, baik setiap individu sebenarnya memiliki kepentingan-kepentingan tertentu
terhadap berita. Tapi kita tetap mengacu kembali pada „Rukun Koran Sindo‟. Di
Sindo, tidak ada larangan wartawan harus membela siapa, pendukung Prabowo kah,
atau Jokowi. Berita kita tetap harus bernafaskan Sindo, seperti sekarang owner kita
pendukung dari siapa, untuk pemberitaan ya harus diikuti maunya.12
Sindo memandang kelayakan berita dari seberapa besar efek yang ditimbulkan oleh
sebuah berita yang akan disajikan dan menurut kepentingan pemilik modal
(owner).13
Bahkan menurut Sabir, kedekatan owner yaitu Hary Tanoesodibjo dengan tokoh politik
tertentu, khususnya salah satu kandidat calon presiden 2014 menjadi kebijakan tersendiri bagi
kelayakan berita. Demikian, hal ini lebih dipertegas kembali oleh pernyataan Sabir:
Kedekatan owner dengan narasumber merupakan hal idealis yang perlu diangkat
atau tidaknya berita tersebut. Contoh: Sindo memiliki kedekatan yang cukup baik
dengan Prabowo. Sehingga pemberitaan Prabowo di koran Sindo secara framing
akan jauh lebih spesifik memberitakan hal-hal positif tentang Prabowo.14
11
Wawancara pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Djaka Susila, Jakarta 2 Juli 2014. 12
Wawancara pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Djaka Susila, Jakarta 2 Juli 2014. 13
Wawancara pribadi dengan wartawan harian Koran Sindo, Sabir Laluhu, 13 April 2014. 14
Wawancara pribadi dengan wartawan harian Koran Sindo, Sabir Laluhu, 13 April 2014.
85
Demikian, politik redaksi merupakan suatu sikap dan campur tangan elitis media baik
owner, pemegang saham, penyedia modal, sponsor, regulasi bidang media, peraturan
pemerintah dan sebagainya dalam hal menentukan agenda media pemberitaan. Meski secara
detail teknis owner tidak ikut campur , namun kejelian redaktur untuk melihat apa yang
diinginkan dan tidak diinginkan oleh owner yang menjadi tolak ukur agenda media itu
sendiri.
B. Agenda Media Koran Sindo dalam Pembingkaian Pesan (Framing) Berita Kedua
Pasangan Capres-Cawapres 2014
Pemilihan Umum presiden 2014 merupakan pemilu kelima pasca orde baru. Pemilu di
tahun 2014 ini, merupakan pemilu yang berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Pemilu
kali ini, menuntut Warga Negara Indonesia untuk memilih calon presiden baru setelah dua
kali periode Susilo Bambang Yudhoyono menjabat sebagai presiden RI pada tahun 2004-
2009 dan 2009-2014. Hal yang lebih menariknya lagi, kontestan pemilu dalam
memperebutkan kursi RI 1, hanya diperebutkan oleh dua calon kandidat pasangan capres dan
cawapres, yaitu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla.
Seyogyanya, pemberitaan mengenai pemilu merupakan angin segar bagi awak media.
Hal ini tidak luput akan peran penting berita terhadap pemilu, karena ia merupakan berita
yang sangat dinanti-nanti oleh khalayak. Namun jelas sikap dan fungsi media harus tetap
pada hakikat keberadaannya, yaitu sebagai wadah pendidikan moral dan politik untuk bisa
menjadi netral, independen, dan pelaksana kontrol yang efektif.
Sementara menurut pernyataan McQuail dalam Subiakto, media harus objektif bisa
dibaca sebagai kekhawatiran terhadap media yang akan berpihak pada kepentingan politik
86
tertentu. 15
Demikian yang menimbulkan perdebatan mainstream terjadi saat mengaitkan
keberadaan media dengan urusan politik (political affairs). Selalu jawaban atau respon dari
kedua hal diatas terbagi ke dalam beberapa pendapat yaitu ada yang menyatakan bahwa
media idealnya objektif yang vis a vis dengan pandangan media sulit objektif untuk lebih
memperhalus bahasa dengan menyatakan bahwa media boleh saja tidak objektif. Bahkan,
jelang-jelang berakhirnya kampanye, menjadikan pemberitaan semakin memanas. Disadari
maupun tidak, objektifitas media akan selalu dipertanyakan.
Pasangan capres-cawapres beserta tim sukses masing-masing berupaya keras
memengaruhi setiap pemberitaan guna memaksimalkan dukungan di basis-basis massa.
Bahkan, romantisme antara politik dan media memuluskan jalan bagi pasangan capres-
cawapres untuk mengefektifkan pesan yang akan disampaikan melalui perantara media
massa, salah satunya yaitu melalui pemberitaaan. Pemberitaan-pemberitaan seputar pemilu
yang meliputi kampanye inilah yang kemudian menjadi agenda media.
Penentuan agenda dalam sebuah media pada dasarnya melihat konsep penentuan
agenda (agenda setting) dalam media itu sendiri. Kemampuan media mengangkat sebuah isu
dari publik sehingga persepsi publik terbentuk mengacu kepada media tersebut baik dalam
proses meliput berita, mengolah, lalu menyebarluaskannya kepada publik.
Namun, pemberitaan apapun yang disajikan media tidak akan benar-benar menjadi
sebuah agenda saat tidak dikolaborasikan dengan keinginan khalayak, yang disebut-sebut
sebagai agenda khalayak. Dengan demikian, para pekerja media harus mampu melakukan
upaya tertentu untuk mencari tahu berita apa yang diinginkan khalayak dan yang paling
ditunggu.
15
Henry Subiakto dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi, (Jakarta: Kencana
Prenada Group, 2012), h.166.
87
Untuk menganalisis agenda media tersebut, peneliti menggunakan teknik analisis teks
media, yaitu berdasarkan hasil temuan pada bingkai (framing) pengemasan berita Koran
Sindo. Penulisan berita yang berasaskan pada strategi pembingkaian pesan (framing) yakni
dengan mengarisbawahi atau menonjolkan perspektif kita terhadap gagasan inti penelitian
kita agar pembaca terpengaruh pada ideologi kita.
Peneliti menganalisis teks berita mengenai pemilu presiden (pilpres) 2014 baik yang
berkaitan dengan kampanye itu sendiri atau figur kandidat capres maupun cawapres. Peneliti
menggunakan rubrik pada kolom „Rakyat memilih‟ edisi Kamis 3 Juli 2014 dan Jumat 4 Juli
2014. Penulis yakin dengan pengambilan kedua edisi berita tersebut memiliki dan membawa
kekuatan agenda media tersendiri. Hal ini berdasarkan karena kedua tanggal tersebut
merupakan masa-masa akhir menjelang kampanye pemilu presiden (pilpres) 2014. Sehingga
mendorong awak media untuk makin menonjolkan kandidat calon presiden (capres) tertentu
dibandingkan dengan kandidat lainnya. Berita yang ditampilkan guna membentuk opini
publik dan menggarap basis dukungan menjelang masa-masa akhir pemilu presiden.
Selain itu, berdasarkan pengalaman melihat debat capres dan cawapres yang
dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), hingga 5 (lima) kali ini, yaitu pada
tanggal 9 Juni, 15 Juni, 22 Juni, 29 Juni, dan 5 Juli 2014, membawa keuntungan tersendiri
bagi terbentuknya opini yang beredar di masyarakat. Sedangkan, pemberitaan pada hari-hari
berikutnya, membawa dan memperkuat persepsi masyarakat terhadap salah satu kandidat.
Bahkan pemberitaan-pemberitaan tersebut mampu meningkatkan elektabilitas kandidat calon
presiden tertentu.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Budianto, ia tidak memungkiri bahwa debat
capres ikut menentukan pilihan presiden. Terbukti jumlah presiden yang menjatuhkan
88
pilihannya karena debat capres putaran ketiga mencapai 21,1%. Sisanya karena pemberitaan
media sebesar 13,5% dan media sosial 13,4%. Adapun iklan di media massa hanya 4,2%.16
Berdasarkan data yang diungkapkan oleh Budianto diatas, pemberitaan media
menduduki posisi yang cukup signifikan setelah debat capres yaitu dengan presentase 13,5%.
Maka, disadari maupun tidak pemberitaan akan mempengaruhi opini yang beredar di
masyarakat.
Berikut adalah hasil analisis analisis teks berdasarkan teknik pengemasan berita
(framing) berita yang didapatkan dan diperoleh dari koran Sindo, sebagai berikut:
1. Bingkai (Framing) Koran Sindo Edisi Kamis, 3 Juli 2014
Tabel 4.1
Analisis Sintaksis Berita 1
Struktur Unit Teks Keterangan
Sintaksis Headline Dukungan SBY Perkuat Prabowo-Hatta Judul
Lead JAKARTA-Dukungan Ketua Umum
Partai Demokrat Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) pada masa-masa
akhir menjelang Pemilu Presiden
(pilpres) dinilai makin mendongkrak
elektabilitas
Lead
„ Latar Dukungan Presiden SBY kepada
Prabowo-Hatta pada masa-masa akhir
menjelang pemilu presiden dinilai
makin mampu mendongkrak
elektabilitas Prabowo Subianto-Hatta
Rajasa.
Lead
Kutipan “Dulu saya memperkirakan kekuatan
Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK masih
imbang sepekan terakhir menjelang
pilpres. Tapi prediksi saya berubah
setelah Demokrat atas restu SBY resmi
mendukung,” ujar Iswandi kemarin.
“Dan itu bisa terjadi secara nasional,”
Paragraf 3
Paragraf 7
16
“Elektabilitas Prabowo Makin Tak Terbendung,” Koran Sindo, 4 Juli 2014, h.3.
89
ujarnya.
“Maka jika SBY bicara langsung, itu
akan sangat menentukan,” kata agung.
“Jadi kondisi ini seperti tutup ketemu
botol. SBY yang sejak lama naksir dan
Prabowo memang memberi bukti
mendapat dukungan besar. Dengan
begitu, saya menilai hanya keajaiban
yang bisa mengalahkan Prabowo-
Hatta,” ujar dia.
“Jangan lupa, Rustriningsih itu kader
perempuan PDIP, dia punya segmen
sendiri. Olehnya, perempuan bisa
merasa terwakili secara psikologis,”
ujarnya.
“Dia adalah kader PDIP, kader
ideologis yang punya pengaruh.
Dukungannya memang bisa
meningkatkan suara Prabowo-Hatta di
sekitaran wilayah Kebumen karena dia
mantan Bupati Kebumen,” paparnya.
“Sebab, dalam Pilgub Jawa Tengah lalu,
Rustriningsih juga memberikan
dukungan ke calon gubernur Bibit
Waluyo yang tak didukung PDIP dan
hasilnya adalah kemenangan mutlak
Ganjar Pranowo sebagai calon gubernur
yang diajukan PDIP,” kata Hasto.
Paragraf 8
Paragraf 10
Paragraf 11
Paragraf 13
Pernyataan Dua pengamat politik, yakni Iswandi
Syahputra dari UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, dan Agung Supario dari
Universitas Indonesia (UI) menilai
Prabowo-Hatta mendapat keuntungan
yang besar atas dukungan yang datang
menjelang pencoblosan itu.
Menurut survey Indo Barometer,
Prabowo-Hatta akan menang dengan
perolehan suara 53% jika tren positifnya
bisa terus dipertahankan.
Ada tiga alasan, menurut dia sehingga
dukungan SBY tersebut disebut
berpengaruh signifikan. Pertama,
Paragraf 1
Paragraf 2
Paragraf 4
90
bagaimanapun SBY adalah Ketua
Dewan Pembina Demokrat yang juga
presiden yang memegang simpul-
simpul birokrasi dan pusat kekuasaan di
Indonesia. Kedua, Demokrat masih
memiliki pendukung loyal yang terbukti
dengan .......
Pernyataan SBY, menurut dia, bisa
mempengaruhi pemilih mengambang
dan bahkan bisa mengalihkan suara dari
pasangan Jokowi-JK ke Prabowo-Hatta.
Dia mengatakan, popularitas kader
Partai Demokrat yang kini masuk dalam
tim pemenangan Prabowo-Hatta jauh
dibawah SBY. Bahkan SBY lebih
dikenal dibandingkan Partai Demokrat
itu sendiri.
Dalam padangan Iswandi Syahputra,
setidaknya ada tiga alasan mengapa
dukungan Demokrat diberikan di saat-
saat akhir menjelang pilpres. Menurut
dia, SBY dikenal sejak lama sebagai
seorang king maker. ....
Menurutnya, tanpa dukungan kader
PDIP itupun Prabowo-Hatta di Jawa
Tengah bisa mendapatkan 40% dengan
dukungan Rustriningsih, dia yakin suara
di Jawa Tengah akan imbang, bahkan
dimenangi.
Menurut Agung Supario, dukungan
Rustriningsih sebagai kader ideologis
PDIP bisa memecah suara Jokowi-JK di
Jawa Tengah. Rustrianingsih dinilai
bisa membuat kader PDIP memilih
Prabowo-Hatta. Namun, dengan catatan,
Rustriningsih harus mengkampanyekan
capres-cawapres nomor urut 1 tersebut
secara terbuka.
Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi-
JK, Hasto Kristiyanto, memastikan hal
itu tidak mengganggu kondisi internal
PDIP. Hasto bahkan sesumbar bahwa
Rustriningsih tidak akan mengurangi
Paragraf 7
Paragraf 8
Paragraf 9
Paragraf 11
Paragraf 12
Paragraf 14
91
suara Jokowi-JK di Jawa Tengah.
Penutup Menurut Hasto, ada atau tidak adanya
dukungan dari Rustriningsih tidak akan
mengurangi suara Jokowi-JK di Jawa
Tengah. “Sebab, dalam Pilgub Jawa
Tengah lalu, Rustriningsih juga
memberikan dukungan ke calon
gubernur Bibit Waluyo yang tak
didukung PDIP dan hasilnya adalah
kemenangan mutlak Ganjar Pranowo
sebagai calon gubernur yang diajukan
PDIP,” kata Hasto.
Dilihat dari struktur sintaksis, Koran Sindo menurunkan berita mengenai
dukungan SBY terhadap Prabowo dengan judul “Dukungan SBY Perkuat Prabowo-
Hatta”. Menurut Eriyanto, headline merupakan aspek sintaksis dari wacana berita
dengan tingkat kemenonjolan yang tinggi yang menunjukkan kecendrungan berita.
Sehingga headline mempunyai fungsi framing yang kuat. 17
Pada lead berita, Koran Sindo menjelaskan bahwasanya dukungan Ketua
Umum Partai Demokrat sekaligus presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada
masa-masa akhir menjelang menjelang pemilu presiden, dinilai mampu
mendongkrak dan meningkatkan elektabilitas Prabowo-Hatta sebagai calon
pasangan capres-cawapres pada pilpres 2014. Masuknya dukungan partai demokrat
menambah serentetan koalisi merah putih pada kubu Prabowo-Hatta.
Dalam teks berita, Koran Sindo mewawancarai dua pengamat politik dari
universitas terkemuka, penjelasan Iswandi Syahputra dari UIN Sunan Kalijaga
Jogjakarta yang begitu komprehensif dan juga Agung Supario dari Universitas
Indonesia (UI). Fungsi kutipan kedua pengamat politik dari universitas terkemuka
17
Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKiS Pelangi
Aksara, 2008), h.257.
92
ini tidak lain merupakan cara Sindo membentuk opini publik. Keduanya
berpandangan bahwasanya dukungan SBY penting sekali menjangkau dan
meningkatkan elektabilitas Prabowo-Hatta sebagai capres-cawapres pada pilpres
2014. Ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:
Ada tiga alasan , menurut dia , sehingga dukungan SBY tersebut
disebut berpengaruh signifikan. Pertama, bagaimanapun SBY adalah Ketua
Dewan Pembina Demokrat yang juga presiden yang memegang simpul-
simpul birokrasi dan pusat kekuasaan di Indonesia. Kedua, demokrat masih
memiliki pendukung loyal yang terbukti dengan perolehan suara 10% pada
pemilu legislatif lalu. “kalau suara demokrat itu misalnya bocor 2% saja,
artinya masih ada 8%. Saya kira ini sangat besar dan menetukan untuk
kemenangan Prabowo-Hatta”, ujar dia
Ketiga, dukungan SBY yang dianggap sukses oleh negara tetangga selama
10 tahun memimpin Indonesia bisa mengubah persepsi internasional
terhadap Prabowo. Dukungan SBY itu secara tidak langsung akan
memberikan garansi kepada dunia internasional bahwa Prabowo itu layak
dipercaya, bukan hanya Jokowi yang selama ini dinilai lebih dipercaya
dunia internasional.18
Pernyataan SBY, menurut dia, bisa memengaruhi pemilih
mengambang dan bahkan bisa mengalihkan suara dari pasangan Jokowi-JK
ke Prabowo-Hatta, “Dan itu bisa terjadi secara nasional”.19
Dapat dikatakan dengan mewawancarai kedua narasumber tersebut, secara
tidak langsung Sindo ingin menjelaskan kepada pembaca bahwa pernyataan dari
kedua pengamat politik ini, Iswandi dan Agung, cukup relevan untuk meyakinkan
masyarakat bahwa dengan dukungan SBY pada masa-masa akhir menjelang pemilu
makin mampu mendongkrak tingkat keterpilihan Prabowo-Hatta. Bahkan mampu
memengaruhi pemilih mengambang dan mengalihkan suara dari Jokowi-JK ke
Prabowo-hatta.
Tabel 4.2
18
Dukungan SBY Perkuat Prabowo-Hatta,” Koran Sindo, 3 Juli 2014, h.2. 19
Dukungan SBY Perkuat Prabowo-Hatta,” Koran Sindo, 3 Juli 2014, h.2.
93
Analisis Skrip Berita 1
Struktur Unit Teks
Skrip What Dukungan SBY makin memperkuat tingkat elektabilitas
Prabowo-Hatta pada masa-masa akhir menjelang pemilu
presiden (pilpres) 2014.
Who Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
When Masa-masa akhir menjelang pemilu presiden (pilpres)
2014
Where Melalui pernyataannya pada jumpa pers di media pada
beberapa waktu.
Why Dukungan SBY sangat berpengaruh terhadap tingkat
elektabilitas Prabowo-Hatta. Karena SBY merupakan
Ketua Dewan yang juga memegang simpul-simpul
birokrasi dan pusat kekuasaan di Indonesia. demokrat
juga memiliki pendukung loyal pada Pileg lalu, dan juga
dukungan SBY bisa mengubah persepsi Internasional
terhadap Prabowo bahwa ia layak di percaya.
How Dengan memberi dukungan resmi dari Partai Demokrat
kepada Prabowo-Hatta yang dapat meningkatkan
elektabilitas Prabowo-Hatta. SBY effect tersebut bisa jauh
lebih signifikan pengaruhnya.
Dari struktur skrip, kelengkapan 5W+1H dijelaskan oleh Koran Sindo dengan
mengisahkan berita ini sebagai bentuk dukungan seorang SBY, sebagai Ketua
Dewan Pembina Partai Demokrat sekaligus presiden RI kepada pasangan capres-
cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Dalam berita tersebut disebutkan bahwa
dukungan SBY memiliki kekuatan yang begitu sangat besar. Salah satunya yaitu
karena SBY pemegang kendali simpul-simpul birokrasi pada masa
kepemerintahannya sebagai presiden. Demokrat juga masih memiliki pendukung
loyal (loyalis) pada pileg lalu meski beberapa aktor politik dari Partai Demokrat
terjerat kasus pencucian atau suap di KPK, salah satunya yaitu Andi Malaranggeng,
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), dan juga Anas Urbaningrum selaku
Ketua Umum Partai Demokrat. Namun, terbukti ini tidak menyurutkan minat
pendukung loyal Demokrat untuk tetap mendukung partai tersebut. Terakhir,
94
dukungan SBY mampu menyedot perhatian seluruh negara terhadap perspektif
buruk Prabowo di mata dunia internasional, bahwa ia layak dipercaya.
Tabel 4.3
Analisis Tematik Berita 1
Struktur Unit Teks Keterangan
Tematik Detail Apalagi, Prabowo-Hatta perlu terus
mempertahankan tren positifnya di
detik-detik akhir untuk dapat finis
sebagai pemenang pada pilpres 9 Juli
nanti.
Sementara itu, kabar dukungan, mantan
Wakil Gubernur Jawa Tengah
Rustriningsih kepada Prabowo-Hatta,
dinilai akan memberi kontribusi
signifikan.
Paragraf 2
Paragraf 11
Koherensi
Sebab-Akibat
Menurut survey Indo Barometer,
Prabowo-Hatta akan menang dengan
perolehan suara 53% jika tren
positifnya bisa terus dipertahankan.
Agung Supario menilai dukungan resmi
dari Partai Demokrat sangat penting
bagi Prabowo-Hatta karena akan
makin meningkatkan elektabilitasnya di
detik-detik akhir.
Meski demikian, SBY effect tersebut
bisa jauh lebih signifikan pengaruhnya
jika dia yang secara langsung
menyampaikan dukungannya.
Paragraf 2
Paragraf 6
Paragraf 6
Koherensi
Pembeda
SBY effect tersebut bisa jauh lebih
signifikan pengaruhnya jika dia yang
secara langsung menyampaikan
dukungannya.
popularitas kader Partai Demokrat yang
kini masuk dalam tim pemenangan
Prabowo-Hatta jauh dibawah SBY.
Bahkan SBY lebih dikenal
dibandingkan Partai Demokrat itu
sendiri.
Paragraf 6
Paragraf 8
Koherensi
Penjelas
Pernyataan SBY, bisa mempengaruhi
pemilih mengambang dan bahkan bisa
mengalihkan suara dari pasangan
Paragraf 7
95
Jokowi-JK ke Prabowo-Hatta.
Berdasarkan susunan tematik pada teks berita di atas, maka kita akan
menemukan detail berita dan beberapa koherensi. Detail berita diatas, menyatakan
bahwa tingkat elektabilitas Prabowo-Hatta semakin menanjak sejak bertambahnya
dukungan SBY kepada pasangan capres-cawapres ini. Namun, Prabowo-Hatta tetap
harus mempertahankan tren positifnya hingga detik-detik akhir untuk dapat finis
sebagai pemenang pada pilpres 9 Juli nanti. Sementara itu juga, kabar dukungan,
mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah Rustriningsih kepada Prabowo-Hatta, dinilai
akan memberi kontribusi signifikan terhadap tingkat elektabilitas Prabowo-Hatta di
Jawa Tengah, yang ditenggarai sebagai basis massa Jokowi-JK.
Koherensi sebab-akibat yaitu proposisi atau kalimat satu dipandang akibat
atau sebab dari proposisi lain.20
Misal koherensi sebab-akibat dapat kita lihat pada
paragraf 2, bahwasanya menurut survey Indo Barometer, Prabowo-Hatta akan
menang dengan perolehan suara 53% jika tren positifnya bisa terus dipertahankan.
Jadi, berdasarkan teks tersebut, survey Indo Barometer menyatakan bahwa jika tren
positif Prabowo-Hatta bisa terus dipertahankan hingga detik-detik akhir menjelang
pemilu, maka Prabowo-Hatta akan menang dengan perolehan suara 53%.
Koherensi pembeda yaitu proposisi atau kalimat satu dipandang kebalikan
atau lawan dari proposisi atau kalimat lain.21
Misal koherensi pembeda ini dapat kita
lihat pada paragraf 8 dengan pernyataan bahwasanya, SBY lebih dikenal
dibandingkan Partai Demokrat itu sendiri. Pada kalimat tersebut terdapat kata lebih
dan dibandingkan. Kata-kata tersebut menunjukkan akan arti perbandingan.
20
Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.263. 21
Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.263
96
Koherensi penjelas adalah proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas
proposisi atau kalimat lain. Misal koherensi penjelas ini dapat kita temukan pada
kalimat paragraf 7, bahwa:
Pernyataan SBY, bisa mempengaruhi pemilih mengambang dan bahkan
bisa mengalihkan suara dari pasangan Jokowi-JK ke Prabowo-Hatta.22
Maksud dari pernyataan tersebut menjelaskan kepada kita, bahwa dukungan
yang diberikan SBY tidak hanya akan memengaruhi pemilih mengambang, namun
juga mampu mengalihkan suara dari pasangan Jokowi-JK ke Prabowo-Hatta.
Tabel 4.4
Analisis Retoris Berita 1
Struktur Unit Teks
Retoris Leksikon Naksir, king maker, pendukung loyal, simpul birokrasi,
tutup ketemu botol.
Bold Dukungan SBY Perkuat Prabowo-Hatta
Italic Effect, Pertama, Kedua, Ketiga, King maker, naksir,
Underline -
Kapital SBY, UIN, UI, JK, PDIP.
Foto/gambar Calon presiden Prabowo Subianto menyampaikan orasi
politik dalam kampanye akbar di GOR Satria
Purwokerto, Jawa Tengah, kemarin. Dalam kampanye
yang dihadiri ribuan pendukung dan simpatisan tersebut,
Prabowo mengajak mereka untuk memilih pemimpin
yang amanah dan tegas.
Pada berita ini kalimat yang dicetak tebal (bold), yaitu Dukungan SBY
Perkuat Prabowo-Hatta. Kalimat tersebut sengaja dicetak tebal karena merupakan
judul berita. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Djaka Susila pada sesi
wawancara:
“Judul dengan bold yang dihitamkan akan jauh lebih menarik dan
menonjol dibandingkan dengan judul tanpa di-bold (cetak tebal).”23
22 Dukungan SBY Perkuat Prabowo-Hatta,” Koran Sindo, 3 Juli 2014, h.2.
97
Sehingga, Ukuran huruf (font size) pada judul berita harus terlihat berbeda
dibandingkan dengan ukuran huruf dari isi berita. Hal ini dilakukan guna
memperlihatkan sisi penting dari sebuah berita, dengan menonjolkan sisi huruf pada
judul berita. Untuk unsur cetak miring (italic) diperlihatkan pada kata effect,
pertama, kedua, ketiga, king maker, naksir. Cetak miring digunakan untuk
memperlihatkan bahwa kata-kata tersebut tidak biasa digunakan dalam keseharian.
Kata-kata tersebut dikategorikan sebagai bahasa ilmiah. Terkecuali penggunaan kata
pertama, kedua, dan ketiga, menunjukkan akan sesuatu yang penting. Sehingga
dilakukan pembedaan dengan kata-kata yang lainnya. Sedangkan, unsur garis bawah
(underline) tidak ditemukan dalam teks berita ini.
Leksikon berasal dari bahasa Yunani yakni, lexikόn atau lexikόs. Arti dari kata
tersebut kira-kira adalah perihal kata. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), Leksikon memiliki arti sebagai kosakata, kamus yg sederhana, daftar istilah
dalam suatu bidang disusun menurut abjad dan dilengkapi dengan keterangannya,
komponen bahasa yg memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata
dalam bahasa.24
Leksikon pada teks berita ini diantaranya yaitu, kata Naksir, king
maker, pendukung loyal, simpul birokrasi, tutup ketemu botol. Sementara itu,
penggunaan huruf kapital terdapat pada kata-kata SBY, UIN, UI, JK, dan PDIP.
Berita ini juga dilengkapi dengan foto calon presiden Prabowo Subianto saat
menyampaikan orasi politik dalam kampanye akbar di GOR Satria Purwokerto,
Jawa Tengah, di depan massa pendukung dan simpatisannya.
23
Wawancara pribadi dengan Wapemred Koran Sindo, Jakarta 2 Juli 2014. 24
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): Kamus Versi Online/Daring (Dalam JAringan), Diakses
dari http://kbbi.web.id/leksikon, Pada 19 September, Pkl 07.30.
98
2) Bingkai (Framing) Koran Sindo Edisi Jumat, 4 Juli 2014
Tabel 4.5
Analisis Sintaksis Berita 2
Struktur Unit Teks Keterangan
Sintaksis Headline Rustriningsih Siap Menangkan Prabowo Judul
Lead Banyumas-Mantan Wakil Gubernur
Jawa Tengah, Rustriningsih, resmi
mendeklarasikan dukungan kepada
pasangan Prabowo Subianto-Hatta
Rajasa Kemarin.
Lead
Latar Rustriningsih bersama relawan
Rustriningsih menyatakan mendukung,
memilih dan akan mencoblos pasangan
Prabowo-Hatta
Rustriningsih mendeklarasikan
dukungan bertepatan dengan peringatan
ulang tahunnya yang ke-47 di
kediamannya, Jalan Veteran Nomor 1,
Kebumen. Deklarasi tersebut dihadiri
capres Hatta Rajasa.
Paragraf 2
Paragraf 3
Kutipan „Saya, Rustriningsih, bersama relawan
Rustriningsih menyatakan mendukung,
memilih, dan akan mencoblos pasangan
Prabowo-Hatta dalam pilpres 2014,”
kata Rustriningsih di hadapan ratusan
relawannya di Kebumen, Jawa Tengah,
Kemarin.
“Saya melihat di depan mata selama
menjalani tugas-tugas dinas bahwa
kemampuan manajemen dan berbagai
hal yang dimiliki tidak akan berarti apa-
apa kalau tidak ada keberanian dan
ketegasan,” kata tokoh perempuan
kharismatik yang akrab disapa Rustri
ini.
“Komunikasi tidak ada lagi, tetapi untuk
menentukan pilihan itu bagi diri saya
menjadi perdebatan,” katanya.
“Bisa jadi pemecatan itu sudah
dilakukan. Pada Februari lalu, itu
(pemecatan) sudah dialami suami saya,”
Paragraf 2
Paragraf 5
Paragraf 6
Paragraf 7
99
tunjuknya.
“Tentu saja dukungan ini sangat
memotivasi tim pemenangan nasional
dan tim-tim yang lain,” ujar Hatta
Rajasa seusai kunjungan ke Pesantren
Al Falah di Jatilawang, Banyumas,
Jawa Tengah, Kemarin.
“Ibaratnya kami sedang berlari, kami
mendapat energi tambahan,” ujarnya.
“Bu Rustri ini kan pernah memimpin
Kebumen, bahkan pernah menjadi wakil
gubernur Jateng,” ujar Hatta.
“Di PDIP itu tidak ada kader seperti di
partai lain. Selalu tegak lurus dan solid
sehingga kalau perintah ketua umum itu
mendukung Jokowi, maka kalau tidak
(mau ikut mendukung) ya sudah, artinya
jangan masuk di PDIP,” katanya si
Semarang kemarin.
“Saya sih terserah-terserah saja, dia
(Rustriningsih) punya hak sendiri,
hanya yang saya tidka mengerti itu dia
ke sana (mendukung Prabowo-Hatta),
tapi tetap menyatakan sebagai PDIP,”
ujarnya.
“Tidak ada karena kami melihat beliau
bagaimanapun juga kader yang baik,”
katanya.
Paragraf 9
Paragraf 10
Paragraf 11
Paragraf 13
Paragraf 14
Paragraf 15
Pernyataan Kader Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) tersebut
mengungkapkan alasannya mendukung
pasangan Prabowo-Hatta, yakni terkait
komitmennya mewujudkan
pemerintahan yang bersih.
Menurut Bupati Kebumen ini,
manajemen sebaik apapun yang
diterapkan jika tidak ditekankan tentang
pemerintah yang bersih, itu tetap jauh
dari harapan.
Pada kesempatan itu Rustriningsih juga
menyatakan tidak takut apabila suatu
Paragraf 4
Paragraf 4
Paragraf 7
100
saat PDIP memecatnya karena dianggap
membelot dari kebijakan partai yang
mendukung pasangan Joko Widodo-
Jusuf Kalla (Jokowi-JK). Bahkan, dia
juga tidak mempersoalkan jika
partainya diam-diam sudah
memecatnya.
Hatta mengungkapkan, dukungan
Rustriningsih itu makin menambah
energi kubu Prabowo-Hatta pada masa-
masa akhir menjelang pencoblosan.
Mengenai kemungkinan pemecatan
Rustriningsih dari PDIP, Megawati
mengungkapkan bahwa hal itu tidak
ada.
Ketua panitia silaturahmi Irna Nuralita
mengatakan, kaum perempuan memiliki
peran penting dalam pembangunan
perekonomian. Untuk itu, perlu
dilakukan dorongan agar semangat
juang kaum perempuan
Paragraf 10
Paragraf 15
Paragraf 17
Penutup Acara silaturahmi ini dihadiri Ketua Az-
Zahra Community, Indah Suryadarma
Ali.
Pararagraf 18
Dilihat dari struktur sintaksis, Koran Sindo menurunkan berita mengenai
dukungan Rustriningsih terhadap Prabowo, dengan judul berita “Rustriningsih Siap
Memenangkan Prabowo”. Sebagaima pada paparan analisis sintaksis berita 1, bahwa
headline merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat kemenonjolan
yang tinggi yang menunjukkan kecendrungan berita.25
Sehingga headline digunakan
untuk menunjukkan bagaimana wartawan mengkonstruksi suatu isu tertentu.
Pada lead berita, Koran Sindo menjelaskan bahwasanya dukungan
Rustriningsih dan relawan Rustriningsih untuk memilih dan mencoblos pasangan
25 Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKiS Pelangi
Aksara, 2008), h.257.
101
Prabowo-Hatta dalam Pilpres 2014. Adanya dukungan Rustriningsih menambah
deretan tokoh berpengaruh yang siap memenangkan Pasangan capres-cawapres
nomor urut 1 Prabowo-Hatta. Dukungan Rustriningsih ini membuat kubu Prabowo
makin optimistis jika nantinya mampu meraih kemenangan di pemilu presiden
(Pilpres), termasuk di Jawa Tengah, yang disebut-sebut basis kemenangan Jokowi-
JK.
Dalam teks berita, Koran Sindo mewawancarai Hatta Rajasa selaku cawapres
yang berpasangan dengan Prabowo. Mengenai tanggapan Hatta tersebut menyatakan
bahwasanya dukungan Rustriningsih kepada Prabowo-Hatta membawa energi positif
bagi dirinya dan pasangan Prabowo. Ini dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:
“Tentu saja dukungan ini sangat memotivasi tim pemenangan nasional
dan tim-tim yang lain,” ujar Hatta Rajasa seusai kunjungan ke Pesantren
Al Falah di Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, Kemarin.
“Ibaratnya kami sedang berlari, kami mendapat energi tambahan,”
ujarnya.26
Dengan kutipan langsung dari Hatta Rajasa ini, memperlihatkan kita
bahwasanya dukungan Rustriningsih akan sangat signifikan terhadap kemenangan
Prabowo-Hatta pada pilpres 9 Juli ini. Rustriningsih pernah memimpin Kebumen,
bahkan pernah menjadi Wakil Gubernur Jateng. Sehingga dukungannya akan
berpengaruh besar terhadap suara Prabowo-Hatta di Jawa Tengah.
Tabel 4.6
Analisis Skrip Berita 2
Struktur Unit Teks
Skrip What Rustriningsih bersama relawan Rustriningsih siap
memenangkan Prabowo-Hatta pada pemilu presiden 2014
26
“Rustriningsih Siap Menangkan Prabowo”, Koran Sindo, 4 Juli 2014, h.2.
102
Who Rustriningsih dan relawan Rustriningsih
When 3 Juli 2014
Where Jalan Veteran Nomor 1, Kebumen, Jawa Tengah.
Why Dukungan yang diberikan oleh Rustriningsih dan relawan
terkait dengan komitmen Prabowo-Hatta dalam
mewujudkan pemerintahan yang bersih.
How Dengan pernyataan Rustriningsih untuk mendukung,
memilih dan akan mencoblos pasangan Prabowo-Hatta.
Dari struktur skrip, kelengkapan 5W+1H dijelaskan oleh Koran Sindo dengan
mengisahkan berita ini sebagai bentuk dukungan Rustriningsih untuk siap
memenangkan pasangan capres-cawapres nomor urut 1, Prabowo-Hatta pada pemilu
presiden 2014. Dukungan ini dideklarasikan oleh Rustriningsih bertepatan dengan
peringatan ulang tahunnya yang ke-47 di kediamannya, Jalan Veteran Nomor 1,
Kebumen. Dalam deklarasinya di depan ratusan para relawannya, Rustriningsih
menyatakan siap mendukung, memilih dan mencoblos pasangan Prabowo-Hatta
dalam Pilpres 2014. Dukungan ini diberikan terkait dengan komitmen Prabowo-
Hatta dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih.
Tabel 4.7
Analisis Tematik Berita 2
Struktur Unit Teks Keterangan
Tematik Detail Selain dukungan Rustriningsih,
sejumlah tokoh berpengaruh telah
terlebih dahulu berada di barisan
Prabowo-Hatta. Dukungan terakhir dari
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
selaku Ketua Umum DPP Partai
Demokrat. Beberapa tokoh lain yang
telah tergabung ke Prabowo-Hatta ialah
mantan Ketua Mahkamah Konstitusi
(MK) Mahfud MD dan Ketua Umum
Pengurus Besar Nahdatul Ulama (NU)
Said Aqil Siradj.
Paragraf 12
Koherensi
Sebab-Akibat
Manajemen sebaik apapun yang
diterapkan jika tidak ditekankan tentang
pemerintahan yang bersih, itu tetap jauh
dari harapan.
Paragraf 4
103
Dia menilai Rustriningsih bukan tokoh
sembarangan karena selama ini sudah
dikenal memiliki kapabilitas dalam
manajemen pemerintahan dan
kemampuannya sudah teruji.
Paragraf 11
Koherensi
Pembeda
Koherensi
Penjelas
“Saya melihat di depan mata selama
menjalani tugas-tugas dinas bahwa
kemampuan manajemen dan berbagai
hal yang dimiliki tidak akan berarti apa-
apa kalau tidak ada keberanian dan
ketegasan”
Paragraf 5
Berdasarkan susunan tematik pada teks berita di atas, maka kita temukan
detail berita dan beberapa koherensi. Teks berita ini, memberikan detail informasi
akan dukungan yang diperoleh oleh Prabowo Hatta, dengan menyebutkan beberapa
tokoh yang paling berpengaruh selain dukungan Rustriningsih. Tercatat sejumlah
tokoh berpengaruh sudah telah terlebih dahulu berada di barisan Prabowo-Hatta.
Dukungan terakhir dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku Ketua Umum
DPP Partai Demokrat. Beberapa tokoh lain yang telah tergabung ke Prabowo-Hatta
ialah mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD dan Ketua Umum
Pengurus Besar Nahdatul Ulama (NU) Said Aqil Siradj.
Koherensi sebab-akibat yaitu proposisi atau kalimat satu dipandang akibat
atau sebab dari proposisi lain.27
Misal koherensi sebab-akibat ini dapat kita lihat
pada pernyataan paragraf 11, berikut:
Dia menilai Rustriningsih bukan tokoh sembarangan karena selama ini
sudah dikenal memiliki kapabilitas dalam manajemen pemerintahan dan
kemampuannya sudah teruji.28
27
Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.263. 28
“Rustriningsih Siap Menangkan Prabowo”, Koran Sindo, 4 Juli 2014, h.2.
104
Penggunaan kata karena di atas, mengisyaratkan akan arti sebab atau akibat
dari antar jalinan kalimat tersebut. Sedangkan, tidak ditemukan koherensi pembeda
pada teks berita tersebut.
Koherensi penjelas adalah proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas
proposisi atau kalimat lain. Misal koherensi penjelas ini dapat kita temukan pada
kutipan di paragraf ke-5, yaitu:
“Saya melihat di depan mata selama menjalani tugas-tugas dinas bahwa
kemampuan manajemen dan berbagai hal yang dimiliki tidak akan
berarti apa-apa kalau tidak ada keberanian dan ketegasan”29
Maksud dari pernyataan Rustriningsih tersebut menjelaskan kepada kita,
bahwa tugas-tugas dinas akan menjadi sangat berarti, saat kemampuan manajemen
yang baik disertai dengan sikap berani dan tegas.
Tabel 4.8
Analisis Retoris Berita 2
Struktur Unit Teks
Retoris Leksikon Relawan, Kubu Prabowo-Hatta, Tim Pemenangan
Nasional.
Bold Rustriningsih Siap Menangkan Prabowo
Italic Kan, ya
Underline
Kapital PDIP, JK, SBY, DPP, MK, NU.
Foto/gambar Calon presiden Prabowo Subianto menyampaikan orasi
politik saat mengunjungi Pasar Ciparay, Bandung, Jawa
Barat, Kemarin. Capres nomor urut 1 mengajak
masyarakat untuk tidak golput dalam pilpres 9 Juli
mendatang dan memilih pasangan Prabowo Subianto-
Hatta Rajasa.
Pada berita ini kalimat yang dicetak tebal (bold), yaitu Rustriningsih Siap
Menangkan Prabowo. Kalimat tersebut sengaja dicetak tebal karena merupakan
29 “Rustriningsih Siap Menangkan Prabowo”, Koran Sindo, 4 Juli 2014, h.2.
105
judul berita. Untuk unsur cetak miring (italic) diperlihatkan pada kata kan dan ya.
Sedangkan, unsur garis bawah (underline) tidak ditemukan dalam teks berita ini.
Leksikon pada teks berita ini diantaranya yaitu, kata relawan, kubu Prabowo-
Hatta, tim pemenangan nasional. Sementara itu, penggunaan huruf kapital terdapat
pada kata-kata PDIP, JK, SBY, DPP, MK, dan NU. Berita ini juga dilengkapi
dengan foto calon presiden Prabowo Subianto menyampaikan orasi politik saat
mengunjungi Pasar Ciparay, Bandung, Jawa Barat. Capres nomor urut 1 mengajak
masyarakat untuk tidak golput dalam pilpres 9 Juli mendatang dan memilih
pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Berkaitan dengan teknik analisis teks framing yang telah dipaparkan diatas,
peneliti mencoba ingin menghubungkan kembali dengan konsep agenda media,
bahwa asumsi penentuan agenda “apa yang dianggap penting oleh media akan
dianggap penting oleh khalayak”. Sebuah isu yang akan ditonjolkan oleh koran
Sindo terlebih dahulu dikonstuksikan oleh awak media Sindo melalui bagaimana
cara wartawan, editor, redaktur mengemas sebuah berita.
Berdasarkan dari kedua frame berita Koran Sindo diatas, maka dari sisi
visibility pemberitaan pemilu presiden (Pilpres) 2014, yang mengandung unsur ini
terlihat dari jumlah dan tingkat menonjolnya berita. Sebagaimana Vivian
menjelaskan, bahwa tingkat penonjolan ataupun penekanan berita dari sebuah media
mencakup beberapa level tertentu dalam penentuan agenda media, diantaranya
yaitu:30
1) penciptaan kesadaran, hal ini bisa terjadi saat meliput berita yang
disebarluaskan di media secara spektakuler sehingga menjadi isu utama; 2)
30 Lihat: John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 495.
106
menentukan prioritas, agenda seseorang akan terkena pengaruh bukan hanya dari
cara suatu berita ditampilkan atau disampaikan, tetapi juga waktu dan ruang yang
disediakan untuk berita itu; 3) mempertahankan isu, liputan terus menerus akan
membuat isu menjadi kelihatan penting.
Selain itu, menurut Wibowo dalam Tamburaka terdapat juga sejumlah strategi
yang sering dilakukan pewarta berita dalam pembingkaian pesan, diantaranya
yaitu:31
1) hubungan antarkalimat yang dilakukan dengan cara melakukan
pengulangan kata; 2) penggunaan bentuk sinonim sebagai penghubung antarkalimat;
3) penggunaan topik yang sama.
Maka, mempertahankan isu secara terus menerus dapat terlihat pada berita 1
edisi Kamis 3 Juli 2014, dengan judul “Dukungan SBY Perkuat Prabowo”
mengisahkan akan pentingnya dukungan SBY terhadap tingkat elektabilitas
Prabowo menjelang masa akhir kampanye pilpres 2014. Pemberitaan akan dukungan
Prabowo tersebut semakin lengkap dengan adanya pemberian ruang pemberitaan
Rustriningsih yang notabene kader dari PDIP yang sama-sama mendukung Prabowo
(lihat paragraf 11-13).32
Dengan pemberian ruang pemberitaan bagi Rustriningsih
ini, maka Sindo menggunakan level kedua dalam penentuan agenda.
Sindo meliput kembali Rustriningsih pada edisi Jumat 4 Juli 2014, yang
dikemudian dijadikan headline pada judul berita 2, dengan judul “Rustriningsih Siap
Menangkan Prabowo”. Liputan terus menerus mengenai dukungan Rustriningsih
kepada Prabowo inilah yang kemudian membuat isu menjadi kelihatan penting.
31
Lihat: Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012),
h.121. 32 Dukungan SBY Perkuat Prabowo-Hatta,” Koran Sindo, 3 Juli 2014, h.2.
107
Demikian, Koran Sindo menggunakan level ketiganya dalam menentukan agenda
medianya.
Sedangkan, penggunaan bentuk sinonim sebagai penghubung antarkalimat
juga terlihat pada berita 1 edisi Kamis 3 Juli 2014, dengan judul “Dukungan SBY
Perkuat Prabowo”. Bentuk sinonim pada berita tersebut terdapat pada kata Susilo
Bambang Yudhoyono yang digantikan dengan kata SBY, Ketua Dewan Pembina
Partai Demokrat maupun presiden SBY. Penggunaan sinonim diyakini sangat efektif
dalam strategi pembingkaian pesan. Target utamanya yaitu mencegah kejenuhan
pembaca.
Jika dilihat dari sisi audience salience pemberitaan pemilu presiden (Pilpres)
2014 ini, memberikan informasi beritanya sangat erat hubungannya antara media
dan persepsi yang ada di publik. Pemberitaan ini juga dikaitkan dengan relevansi isi
berita kebutuhan khalayak atau tingkat menonjol bagi khalayak. Untuk melihat
tingkat menonjolnya bagi khalayak ini, Sindo menggunakan teknik FGD (Forum
Group Discusion), sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya.
Berita pemilu memiliki kekuatan untuk membentuk ataupun mengubah
persepsi publik. Sehingga, berita pemilu merupakan berita yang sangat dibutuhkan
oleh khalayak. Bahkan, akan semakin mapan saat sudah memasuki masa tren politik.
sebagaimana yang diungkapkan oleh Wapemred Sindo.
“........semua media di Indonesia selama pilpres pasti yang akan dicari
adalah beritanya Prabowo dan Jokowi, kalau tidakpun media itu berarti
gila. Karena memang musim dan trennya adalah Prabowo dan
Jokowi.....”33
33
Wawancara pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Djaka Susila, Jakarta 2 Juli 2014
108
Pemberitaan akan dukungan SBY dan Rustrinngsih di Koran Sindo pada
edisi Rabu 3 Juli 2014 dan edisi Kamis 4 Juli ini, mengisyaratkan kepada kita bahwa
pentingnya dukungan tokoh-tokoh ternama seperti SBY dan Rustriningsih dalam
menambah kekuatan basis Prabowo-Hatta.
Sedangkan dari sisi valience pemberitaan pemilu presiden (Pilpres) pada
Koran Sindo, dapat dilihat dari menyenangkan atau tidak menyenangkan cara
pemberitaan bagi suatu peristiwa. Sisi valensi bisa dilihat pada penggunaan gaya
bahasa teks Koran Sindo, apakah memberitakan dengan nada positif berarti
menyenangkan atau dengan nada negatif berarti tidak menyenangkan. Pemberitaan
mengenai dukungan SBY dan Rustriningsih kepada Prabowo bernilai positif, hal ini
berdasarkan pada pemaparan wartawan dalam mengisahkan berita tersebut.
Dukungan SBY dan Rustriningsih berbanding lurus dengan hasil survey yang pernah
dinyatakan oleh Indo Barometer. Bahwasanya, dengan bertambahnya dukungan
yang diberikan oleh SBY mampu mengdongkrak elektabilitas Prabowo-Hatta.
Selain itu, unsur menyenangkan atau tidak menyenangkan pemberitaan juga
dapat dilihat dari sisi kedekatan antara pihak yang memberitakan dengan yang
diberitakan, baik antara kedekatan awak media Koran Sindo dengan Prabowo.
Elemen penting dari awak media Koran Sindo terdiri dari pihak pekerja, baik dari
mulai pemilik modal (owner), reporter, redatur, pemimpin redaksi, editor dan lain
sebagainya. Namun, dominasi kedekatan owner-lah, yaitu Harry Tanoesoedibjo
merupakan salah satu pendukung dari Prabowo-Hatta yang menguatkan akan
anggapan pemberitaan Sindo bernada (tone) positif.
“...pemilik kita Harry Tanoesodibjo udah to deal bukan. Dan memang
pimpinan sekaligus pemilik koran Sindo adalah salah satu pendukung
Prabowo-Hatta. Ini terhitung pak HT keluar dari Hanura.”34
34 Wawancara pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Djaka Susila, Jakarta 2 Juli 2014.
109
Dengan demikian, konsep agenda media sesuai dengan yang dikatakan oleh
McCombs, dimana jika media massa memberikan perhatian lebih kepada isu tertenu
dan mengabaikan isu lainnya, maka akan memiliki pengaruh terhadap pendapat
umum, dimana orang akan cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan
media massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan media massa terhadap
isu-isu yang berbeda.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian yang peneliti dapatkan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Politik redaksi Koran Sindo tidak berbeda jauh dengan politik redaksi koran-koran lainnya
baik secara implisit maupun eksplisit. Politik redaksi adalah suatu sikap dan campur tangan
elitis media dari mulai owner, pemegang saham, penyedia modal sponsor dalam hal
mengolah, mengendalikan, mempengaruhi, menetapkan atau mengatur kemasan berita
untuk tujuan-tujuan tertentu.
2. Politik redaksi Koran Sindo menganut asas politik redaksi Dan Nimmo, yang terdiri dari
nilai, prosedural, ritual berita, konflik, dan ekonomi organisasi.
3. Dari segi nilai, kebijakan dalam pemilihan berita Koran Sindo terangkum pada “Rukun
Koran Sindo”. Secara prosedural, tahapan-tahapan Koran Sindo dalam memproduksi
berita tidak jauh berbeda dengan media-media lainnya. Begitu pula halnya dengan ritual
berita, konflik dan pergerakan ekonomi yang berjalan. Kelima aspek ini juga tidak terlepas
dari campur tangan kebijakan pemilik, yaitu Hary Tanoesoedibjo.
4. Karakteristik pesan Koran Sindo berdasarkan teknik analisis model Zhondang Pan baik
dari segi analisis sintaksis, skrip, tematik dan retoris berita, pemberitaan cenderung
mengarah kepada sosok Prabowo-Hatta,, misalnya saja dengan penggunaan headline
seperti “Dukungan SBY Perkuat Prabowo-Hatta” dan “Rustriningsih siap menangkan
111
Prabowo”. Headline merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan
tingkat kemenonjolan yang tinggi yang menunjukkan kecendrungan berita.
B. Saran
1. Setiap media umumnya juga Koran Sindo khususnya diharapkan dapat
mengurangi kecendrungan-kecendrungan berita terhadap politik tertentu
dengan memperlihatkan sisi ketokohan, kharisma sosok kandidat calon
presiden secara berimbang, tanpa mengesampingkan pemberitaan kandidat
calon lainnya. Hal ini dilakukan, guna kondisi pencitraan politik yang sehat,
sehingga menjadi faktor yang turut mempengaruhi perubahan perilaku
pemilih.
2. Serta bagi pembaca yang tertarik pada skripsi ini dapat melanjutkan dan
menyempurnakan penelitian ini pada penelitian berikutnya. Dimana variabel
penelitian yang diukur tidak hanya variabel agenda medianya saja, namun
juga dilengkapi dengan agenda publik dan agenda kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Arifin, Anwar. Komunikasi Politik: Paradigma-Teori-Aplikasi-strategi & Komunikasi Politik
Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka, 2003.
Baasir, Faisal. Indonesia Pasca Krisis: Catatan Politik dan Ekonomi 2003-2004. Jakarta:
Anggota Ikapi, 2004.
Biagi, Shirley. Media Impact: Pengantar Media Massa. Penerjemah Mochamad Irfan dan
Wulung Wira Mehendra. Jakarta: Salemba Humanika, 2010.
Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009.
Bungin, Burhan.Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana, 2010.
Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan
Televisi dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas
Luckmann. Jakarta: Kencana, 2011.
Canggara, Hafied. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta: Rajawali Press,
2009.
Erdianto, Elvinaro. dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007.
Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS, 2008.
Hamad, Ibnu.Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa. Jakarta: Granit, 2004.
Hamad, Ibnu. dan Agus Sudibyo, dkk. Kabar-Kabar Kebencian Prasangka Agama di Media
Massa. Jakarta: ISAC, 2001.
Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press, 2010.
Joseph, James P Lester & Stewart Jr. Public Policy an Evolutionary Approach. Second
Edition.Belmont: Wadsworth, 2009.
Kasiram. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Malang: UIN Maliki Press, 2010.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2008.
Lipmann. Walter. Opini Umum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998.
Littlejohn, Stephen W. dan Karen A Foss. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika, 2011.
Mc Quail, Dennnis. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga, 1992.
Mondry. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2008.
Morrisan. Teori Komunikasi: Induvidu Hingga Massa. Jakarta: Prenada Media Group, 2013.
Mulyana, Deddy. Komunikasi Politik Politik Komunikasi: Membedah Visi dan Gaya Komunikasi
Praktisi Politik. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.
Nazir, Moh.Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Nimmo, Dan. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media. Bandung: CV Remadja
Karya, 1989.
Oetama, Jakob. Perspektif Pers Indonesia. Jakarta: LP3ES, 1987.
Oetama, Jakob. Pers Indonesia: Berkomunikasi Dalam Masyarakat Tidak Tulus. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas, 2001.
Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2006.
Romli, AsepSyamsul M,. Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2003.
Salam, Syamsir. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Santana K, Septiawan. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.
Severin, Werner J. dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, danTerapan di
Dalam Media Massa. Jakarta: Kencana, 2009.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik
dan Analisis Framing. Bandung: PT Remadja Rosdakarya, 2009.
Sparks, Glenn G,. Media Effects Research; A Basic Overview. Wadsworth: Cengage Learning,
2006.
Subiakto, Henry. dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi. Jakarta:
Kencana Prenada Group, 2012.
Suhandang, Kustadi. Pengantar jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik.
Bandung: Nuansa, 2004.
Suhirman, Imam. Menjadi Jurnalis Masa Depan. Bandung: Dimensi Publisher, 2005.
Sumadiria, Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2006.
Suprapto, Tommy. Politik Redaksi Berita: Menguak Latar Belakang Teks Berita Media. Jakarta:
Pustaka Kaiswaran, 2010.
Syah, Putra Dedi Kurnia. Media dan Politik: Menemukan Relasi Antara Dimensi Simbiosis
Mutualisme Media dan Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Tamburaka, Apiadi. Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2013.
Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Prenada Media Group, 2008.
JURNAL, ARTIKEL DAN KARYA ILMIAH
Skripsi Maysyarah mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik, UIN Jakarta
dengan judul “Analisis Framing Berita Aksi Terorisme di Indonesia Dalam Surat Kabar
Sindo”.
Skripsi Desy Mauliza mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, UIN Jakarta dengan judul “Analisis
Framing PemberitaanKampanye Terbuka Pemilukada DKI 2012.
Mubarok dan Made Dwi Adnjani. “Konstruksi Pemberitaan Media Tentang Negara Islam
Indonesia: Analisis Framing Republika dan Kompas”. Jurnal Ilmiah Komunikasi
Makna, Vol 3 No.1.
Muttaqin, Ahmad. Ideologi dan Keberpihakan Media Massa. Jurnal Ilmiah Komunikasi Makna,
Vol 3 No.1.
E-journal, Gun GunHeryanto, “Marketing Politik di Media Massa dalam Pemilu 2009,”
ejournal.stainpurwokerto.ac.id/index.php/komunika/article/.../30/30.
“Rustriningsih Siap Menangkan Prabowo”, Koran Sindo, 4 Juli 2014.
“Dukungan SBY Perkuat Prabowo-Hatta,” Koran Sindo, 3 Juli 2014.
“Elektabilitas Prabowo Makin TakTerbendung,” Koran Sindo, 4 Juli 2014.
AKSES INTERNET
http://www.utwente.nl/cw/theorieenoverzicht/Theory%20clusters/Mass%20Media/Agenda-
Setting_Theory/.
www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1fisip09/204612083/bab4.pdf
Ibrahim Arsyad, Hari Pers Nasional – KORAN SINDO Sabet Enam Penghargaan IPMA
2014,http://www.koran-sindo.com/node/365813.
http://www.mnc.co.id/businesses/sindomedia/id.
www.kpu.go.id/.../945d241693086d3016ecdaa27e5bbc0a.pdf.
http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2050146/cek-di-sini-daftar-560-anggota-dpr-2014-2019. www.kpu.go.id/.../SK_KPU_416_Penetapan_Kursi_Calon_Terpilih_145...pdf//. DedenIman W, jbptunikompp-gdl-dedenimanw-24144-5-8.uniko-i.pdf. Ibrahim Arsyad, Hari Pers Nasional – KORAN SINDO Sabet Enam Penghargaan IPMA 2014,
(http://www.koran-sindo.com/node/365813).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): Kamus Versi Online/Daring (Dalam Jaringan), Diakses
dari http://kbbi.web.id/leksikon.
The Evolution of Agenda Setting Research: Twenty Five Years in The Market Place of Ideas,
www4.ncsu.edu/MccombsShawnew.pdf/.
DOKUMENTASI
Dokumentasi Pribadi Koran Sindo pada Koran Sindo: Profile 2014, dalam “2nd Best Advertising
Expenditure in All Newspaper”
Dokumentasi Pribadi Koran Sindo pada Koran Sindo: Profile 2014, dalam “Special Section
Regular: Hattrick”.
Dokumentasi Pribadi Koran Sindo, Koran Sindo: Profile 2014 dalam “Special Section Regular:
Community Engagement”.
LAMPIRAN
Transkip Wawancara
Hari/Tanggal : Rabu, 2 Juli 2014
Narasumber : Djaka Susila
Profesi : Wakil Pemimpin Redaksi (Wapemred), Mantan Redaktur Pelaksana (Redpel)
Pukul : 20.00 WIB
1. Apa yang maksud dengan kebijakan atau kebijaksaan itu sendiri?
Kebijakan dan kebijaksaan pada prinsipnya adalah melanggar aturan sehingga
dikeluarkannya suatu kebijakan baru. Andai saja, ada dua kebijakan yangmana A menang
dan B potensi. Dari beberapa kebijakan itu sendiri yang kemudian harus diambil keputusan
oleh si pengambil keputusan. Sehingga yang menang yang diambil sebagai keputusan akhir.
Namun tidak luput dan melupakan yang potensi dengan tetap memberikan celah untuk
dijadikan sebagai pelengkap kebijakan.
2. Siapa yang paling menentukan berita mana layak atau tidak layak diberitakan?
Semua memiliki kewenangan untuk menentukan berita yang terbit setiap harinya. Dari
mulai jajaran terbawah sampai jajaran teratas, dari wartawan hingga pimpinan redaksi.
Wartawan lama (senior) yang sudah lama biasanya saya tawarkan berita mana yang akan
kita terbitkan. Namun, kalau wartawan yang masih baru (junior) saya tawarkan, “ayo, kamu
punya ide apa?” itu meski mereka juga cenderung malu dan grogi saat ditanya. Bukan
kepalang kita membatasi (membalier), mereka biasanya ada tekanan psikologis karena
merasa orang baru. Mereka takut jika apa-apa yang mereka katakan salah adanya. Tekanan-
tekanan yang dirasakan pada umumnya seperti itu. Kaya kamu kalo jadi mahasiswa baru,
karena merasa minder, sampai mau bertanyapun dipikir berulang-ulang. Tapi kalau sudah
terbiasa dengan lingkugan itu, mau usul apapun akan jauh lebih enak. Kalau dilihat dari sisi
psikologis seperti itu.
3. Jadi apakah wartawan bisa memberikan ide topik berita yang akan terbit?
Oh pastinya sangat bisa sekali. tapi kendala-kendala psikologis akan menjadi perhatian juga
dan kita mencoba untuk mengurangi bahkan menghilangkan kendala-kendala itu.
Menghilangkannya dengan cara berhubungan dengan mereka lebih egaliter, tidak berjarak.
Sehingga ketika kita membuat para awak media Sindo baik reporter, redaktur, redpel,
pemred tidak berjarak maka layaknya tidak ada batasan antara bawahan dengan atasan,
bahkan atasan dengan bawahan. Saat itu juga kita tidak akan merasa menjadi bawahan
bahkan merasa seperti teman, sahabat sehingga membuat ide-ide itu akan keluar dengan
gampang. Jadi, tidak membalier (membatasi/menutupi) ide. Ide itu biasanya keluar karena
ada kerikuhan, riweuh, minder, takut. Rikuh karena apa? Merasa karena ia atasan dan kita
bawahan. Dalam pikirannya terbersit jika nanti dia menyampaikan sesuatu bisa salah,
dipikirnya begitu. Tapi ketika hubungan kita sebagai sahabat, maka ide-ide itu akan keluar
dan mengalir apa adanya. Walaupun mungkin nanti ada rasa membalier lagi, seperti minder,
merasa kurang pengalaman, atau apa. Tapi alhamdulillah, selama ini dengan apa yang kita
terapkan dengan cara-cara yang lebih human seperti itu. Ide-ide temen-temen-temen
mengalir. Walaupun ada ide-ide tertentu yang akhirnya mengikuti program-program yang
sebelumnya sudah dicanangkan. Seperti yang tadi saya telah ceritakan bahwa dalam
pembuatan berita itu seperti orang yang ingin memasak. Kita akan masak apa? Kita akan
tanya selalu reporternya. Sistem penilaian tetap ada, walaupun itu bukan mutlak. Apapun
tetap dalam skema keorganisasian, ada bawahan ada pimpinan. Kalau pimpinan nurut
reporter terus juga ini patut dipertanyakan, ada apa ini? Kalau pimpinan tidak bisa
memberikan arahan kepada reporternya juga ini patut dipertanyakan, manutan kepada
reporternya, jangan-jangan redakturnya punya utang ke reporternya. jangan-jangan ternyata
reporternya istrinya kakanya, dan hal itu hal yang tidak diperbolehkan. Tetap apapun harus
profesional, perintah itu tetap ada. Saya memerintahkan reporter, itu bisa. Kamu garap
tulisan sesuai dengan apa yang saya minta. Dan mereka berhak bertanya dan kritis atas
peritah yang diberikan. Tugas redaktur dan pimpinanlah harus mampu menjelaskan maksud
perintah tersebut termasuk dalam penyusuran berita yang akan dicari dan ditulis karena kita
bekerja dengan orang-orang yang cerdas dan kritis.
4. Bagaimana pemred/redaktur mengetahui bahwasanya topik berita yang diangkat oleh
Sindo itu benar-benar diinginkan oleh khalayak?
Jangan salah, dalam prosedur seleksi isu atau topik berita, kita menerapkan sistem FGD
(forum group discusion) untuk menilai berita apa yang ditungu-tunggu dan diinginkan oleh
khalayak. Anggota FGD itu sendiri terdiri dari pembaca tetap koran Sindo. Survey khalayak
tetap kita lakukan, kita ambil sampelnya secara random (acak). Selain itu, kita meminta
beberapa pakar politik, hukum, ekonomi atau budaya, untuk menulis artikel pada kolom
tajuk rencana kita. Tajuk rencana inilah yang kemudian salah satu cara Sindo untuk
mengangkat isu.
Sedangkan, intuisi baik dari seorang redaktur maupun pemred akan muncul saat ingin
memutuskan topik berita yang akan diangkat. Hal ini merupakan main mapping redaktur
terhadap berita, adanya kesadaran berita dalam diri si redaktur.
5. Bagaimana alur layak atau tidaknya berita sampai siap produksi (penyuntingan, editing,
dll), dan bagaimana kebijakan redaksional meja redaksi akan hal itu?
Ya sebenarnya, bagaimana alur keputusan kelayakan berita dari ribuan itu hanya menjadi
ratusan berita saja. Sebenarnya sistem menyaringnya itu, berawal dari datangnya mereka
saat mulai bergabung (rekruitment) di koran Sindo. Kita sudah memberikan pembekalan
kepada mereka bahwa hal-hal apa saja yang menjadi acuan pemberitaan, yang kemudian
acuan tersebut dengan rukun koran Sindo. dan dari situlah mereka dituntut berjalan sendiri
atau kita menyebutnya dengan masa percobaan (trial). Kalau memang masih ada yang
menyeleweng (missing) dari rukun koran Sindo, yang menyeleweng itulah yang kemudian
dibenahi oleh redaktur dan asisten redaktur. Dan mereka itulah yang akan menyaring.
Begitu disaring, kemudian masuk di rapat redaksi, yang kemudian disaring kembali
dibagian editor, dan dikembalikan lagi kepada redaktur sebagai pemegang kendali akhir
pemberitaan. Produksi berita tidak berjalan begitu saja namun proses, sistem yang
menjalankan bukan personal. Karena kita sudah punya buku putih atau rambu-rambu
bagaimana menulis berita ala koran sindo. itulah yang ditanamkan pada benak diri masing-
masing reporter sejak mereka pertama kali perekrutan. Pada tiap harinya tetap dilakukan
kontrol media. Yang kemudian redaktur itulah yang kemudian melakukan fungsi kontrol
yang mengupayakan agar berita tidak melenceng. Redaktur tidak hanya menyaring berita-
berita yang didapatkan oleh reporter, tetapi informasi yang didapatkan dari seluruhnya (baik
dari media lain, masyarakat, dll). Untuk pemilihan berita, mana yang cocok dan tidak
cocok. Kalau cocok mengolahnya harus seperti apa. Masalah kecocokan berita yang layak
diterbitkan, kalau reporter lama (senior) maka ia sudah paham benar bagaimana cara
memberitakannya. Dia akan langsung mengetahui larinya akan ke arah mana, nalarnya mau
dia arahkan kemana. Yang kemudian diajukan dan dilaporkan ke redaktur. Dan tugas
redaktur lah yang kemudian memberikan arahan apa-apa saja yang perlu ditambahkan atau
dikurangi dalam berita tersebut atau dengan kata lain tinggal me-mark yang kurang-
kurangnya saja. Namun, untuk reporter yang baru-baru, arahan yang diberikan lebih intens
dan lebih banyak seperti dengan memberikan pilihan-pilihan topik berita. Dari awal
wartawan sudah dibekali rukun berita, gaya penulisan, bahasa-bahasa yang dibutuhkan.
Yang kemudian kita menyebutnya dengan kebijakan redaksi, kebijakan editor-editorial
policy koran Sindo. Dari framing itulah yang kemudian keluar, informasi seperti apa yang
dibutuhkan oleh koran Sindo. Setiap informasi yang didapatkan mendapat perlakuan yang
tidak sama. Untuk mengontrol informasi yang masuk, dilakukan oleh pemred. Untuk
mengurangi kegoyahan berita, maka reporter menjadi gatekeeper. Yang melakukan kontrol
utama adalah redaktur. Kita berharap kontrol yang pertama dimunculkan itu ialah dari
seorang reporter karena ia penerima berita pertama, setelah reporter sudah mendapatkan,
dibenarkan dan dibetulkan kembali. proses panjang inilah yang kemudian merupakan proses
sistem kerja produksi berita yang tidak akan berhenti, karena yang memainkan peran disini
bukan personal tapi sistem, mengalir terus.
6. Sejauhmana kewenangan antara pemred (pemimpin redaksi) dengan redpel (redaktur
pelaksana) dalam rapat redaksi?
Jawab:
Dilihat dari segi kewenangan dan tanggung jawab, seleksi berita terletak pada pemred.
Karena berita apapun yang produksi oleh Sindo dialah yang bertanggung jawab, yaitu
pemred. Namun secara teknis, tentu tidak. Kewenangan pemred diberikan oleh redaktur
pelaksana (redpel). Jika berbicara, siapa yang bertanggung jawab dalam pemberitaan adalah
pemred. Namun, siapa yang menjadi garda terdepan untuk menyaring berita adalah redaktur
dan asisten redaktur nya yang pertama karena masuk dalam teknis pengambilan kelayakan
berita.
7. Siapa yang berperan penting dalam menentukan dan mempertimbangkan topik isu yang
akan dibahas dan bakal terbit di setiap edisinya
Semua pihak yang bekerja di Sindo, baik dari susunan paling bawah hingga atasan
sekalipun, memiliki hak untuk memberikan topik isu apa yang pantas terbit di tiap-tiap
harinya. Namun, muara semua kebijakan ada pada rapat redaksi. Secara teknis, redaktur
pelaksana memiliki kewenangan besar akan hal ini.
8. Apa pendapat mas Djaka mengenai presiden di pilpres 2014 ini?
Calon presiden pada pemilu 2014 ini merupakan orang yang paling berani diantara 250 juta
orang, orang yang paling hebat, orang yang paling top, orang yang paling berani berbuat
lebih untuk bangsa diantara 250 juta orang, Baik Prabowo maupun Jokowi. Menurut saya,
mereka adalah orang hebat di Indonesia baik Prabowo maupun Jokowi, baik Hatta Rajasa
maupun Jusuf Kalla. Mereka itulah orang-orang luar biasa yang harus kita dukung terus.
Bahwa mereka adalah orang-orang top. Karena untuk menjadi calon presiden dibutuhkan
nyali yang luar biasa.
9. Kalau melihat presentase, siapa yang sering Sindo kulik sepanjang pemilu 2014 ini?
Tidak perlu saya sebutkan bukan, pemilik kita Harry Tanoesodibjo udah to deal bukan. Dan
memang pimpinan sekaligus pemilik koran Sindo adalah salah satu pendukung Prabowo-
Hatta. Ini terhitung pak HT keluar dari Hanura.
10. Apakah ini berarti pak HT (sebagai owner) sendiri mempengaruhi berita-berita pemilu
pada rubrik “Rakyat Memilih”?
Justru media akan selalu seperti itu, media di seluruh dunia akan selalu seperti itu, di kolong
jagat sekalipun. Tidak ada media yang tidak dipengaruhi maupun terkontaminasi oleh
kepentingan-kepentingan tertentu, termasuk kepentingan pemilik, termasuk pikiran-pikiran
pemilik. Kalau ada yang bilang media tidak memiliki kepentingan dari pemilik, yang bicara
seperti itu berarti bohong. Lihat saja seperti Washington Post, Era Tribun. Ambil saja skup
kecil. Besok kalau seandainya saya punya koran, saya modalin, misalnya saya namakan
dengan koran Jaka dan disebarkan di Kelurahan. Ketika anak saya punya prestasi di
sekolahan. Tak segan saya akan mneyuruhnya menulis feature. Saat kita menjadi pemilik
dari sebuah media maka intervensi akan selalu terjadi. Misal saya sebagai pemilik modal
memberikan perintah untuk menggunakan uang sekian harus dikelola sedemikian rupa.
Perintah itulah yang kemudian mengisyaratkan akan intervensi pemilik moadl. Dengan
begitu, tidak ada pemilik media yang menutup mata. Kalau koran Sindo membela Abu
Rizal Bakrie. Pasti ada pertanyaan di benak khalayak, bukankah koran Sindo punyanya pak
HT. Kok bisa-bisanya membela Abu Rizal Bakrie. Pak HT kan pendukung Prabowo.
Namun, kitapun menulis tentang Jokowi, seluk beluk mengenai Jokowi. Kok kita
menyerang Prabowo, menyebar fitnah seperti oknum-oknumnya relawan dari Jokowi (black
campaign). Aneh bukan?
11. Bukankah koran harus memiliki nilai independen?
Oh ya iya pastinya koran kita independen. Namun independen yang sampai dimana yang
dimaksud dengan independen. Koran di belahan dunia manapun yang ingin mencapai nilai
indepensi hingga 0% itu tidak akan pernah mungkin, itu bohong besar. Kalaupun ada itu
kebohongan belaka.
12. Dengan demikian, bagaimana HT sebagai owner mempengaruhi kelayakan berita baik
dari isi koran Sindo sendiri? Sejauhmana tingkat kepengaruhannya dibandingkan dengan
pemred maupun redpel?
Secara konkrit, pak HT tidak secara detail memengaruhi teknis kelayakan berita. Namun
kita yang menterjemahkan keinginan-keinginan pak HT sebagai owner. Artinya, seberapa
banyak porsi berita yang diberikan untuk capres nomor urut 1 dan capres nomor urut 2, pak
HT tidak mempengaruhinya. Namun, lihat saja dari kolom dan ruang pemberitaan yang
diberikan untuk capres nomor urut 1 maupun capres nomor urut 2. Pastinya, memiliki
perbedaan yang cukup signifikan. Harus memperlakukan seperti apa, kita sudah tau. Tidak
sampai pihak atasan kita yang mengetahuinya. Secara porsinya, kitalah yang tau yang
kemudian ditentukan dalam rapat redaksi.
13. Mengapa berita pilpres itu menjadi hal yang menarik untuk diberitakan?
Tidak usah koran Sindo, semua media di Indonesia selama pilpres pasti yang akan dicari
adalah beritanya Prabowo dan Jokowi, kalau tidakpun media itu berarti gila. Karena
memang musim dan trennya adalah Prabowo dan Jokowi. Ini merupakan hal yang lumrah.
Karena memang trennya sedang ramai politik. kalau sedang mencari, puasannya tidak usah
dicari. Bila nantinya banyak berita yang meliput tentang Prabowo, hal tidak bisa kita
pungkiri karena media tersebut memiliki kedekatan dengan Prabowo, begitu pula
sebaliknya, kalau liputan berita berisikan dominan tentang Jokowi. Maka secara emosional
baik media dan Jokowi miliki kedekatan emosional. Semua media selama pilpres pasti
meliput dan memberitakan mengenai Prabowo dan Jokowi. Sekalipun basicly media
tersebut sebenarnya bukan salah satu tipe media pemuat informasi sekalipun berita.
Misalkan saja Trans TV sekalipun, kenyataannya memberitakan sedikitnya tentang
Prabowo dan Jokowi.
14. Bagaimana saat media dihadapkan pada sisi ekonomi, apakah akan sangat
mempengaruhi dalam pemilihan dan kelayakan terbit berita?
Kalau itu tidak ada sama sekali hubungannya dengan kerja redaksi. Karena wewenang
tersebut ada pada urusan bisnis dan kita (redaksi) tidak ikut campur akan hal itu. Dalam
keredaksian clear dengan masalah uang. Kalau redaksi sudah dikaitkan dengan masalah
uang, wah itu bahaya.
15. Bagaimana melihat fenomena hubungan media dan politik saat ini?
Sangat kuat, karena keduanya memiliki titik fokus pada rakyat. Dimana ujung harapan
perpolitikan apalagi saat dikaitkan dengan demokrasi. Belum lagi saat mereka ingin menjadi
presiden, maka sudah pasti mereka butuh dukungan rakyat, bukan dukungan dari parlemen.
Parpol hanya sebagian sebab musabab ia bisa menjadi salah satu calon presiden. Parpolpun
dipilih dari rakyat juga. Ya, ujung-ujungnya rakyat lagi dan lagi. Fokus media akan selalu
seperti itu, berujung pada keinginan rakyat atau untuk pembaca. artinya apa, ketika seorang
politikus butuh platform yang ingin dikenalkan oleh masyarakat, mereka membutuhkan
media. kalau saja didatangi satu persatu, maka akan berat. Dengan media, akan jauh lebih
efektif. Pasti akan sangat ada kaitannya karena keduanya memiliki fokus subjek yang sama
yaitu rakyat. Kalaupun ini tidak ada kaitannya dengan rakyat, hanya untuk pihak internal
karyawan Sindo saja. Maka politikus pun tidak akan mendekati untuk hal itu. Politik
sekalipun di kantor itu ada, bagaimana ketika organisasi itu dibentuk sekalipun suudah
dapat dinyatakan sebagai politik. tetapi kalau berbicara mengenai politik secara luas tentang
stage dan negara (country) terus kaitannya dengan media massa, ya sangat terkait. Kenapa?
Karena sama-sama fokus subjek dan objeknya adalah rakyat. Kalaupun subjeknya sudah
berbeda, ya mungkin saja tidak berani menyatukan diri. Yang mau menyampaikan disinilah
yang kemudian butuh media.
16. Berdasarkan kekuatan media yang tidak perlu diragukan lagi, bagaimana cara pandang
Sindo terhadap berita-berita yang telah diagendakan dan memberikan efek kepada
khalayaknya?
Sebenarnya, semakin banyak media yang digunakan oleh para aktor politik. Maka,
platform dia untuk mengenalkan kepada rakyat akan semakin terbuka lebar, makin
terjangakau. Namun, pada akhirnya yang men-judge (menilai) adalah publik. Dukungan
media tertentu belum tentu dapat memenangkan capres tertentu. Tugas media hanyalah
sebagai pembentuk opini publik dan publik lah yang menilai. Media hanya sebagai
perantara untuk menyampaikan informasi kepada khalayak.
17. Bagaimana menurut mas Djaka terhadap kebenaran yang dianut oleh media?
Kalau ada yang menggangap bahwa apa yang dikatakan oleh media itu adalah kebenaran
mutlak. Maka itu salah besar. Karena hakikatnya media itu sendiri itu ditumpangi oleh
manusia. maka, tidak ada kebenaran yang hakiki dalam media.
18. Bagaimana Sindo menilai kebenaran berita? Apa yang dimaksud dengan objektifitas
berita versi ala Sindo?
Produksi berita dilakukan oleh tangan-tangan manusia, maka dengan begitu berita-berita
yang dihasilkan tidak akan terlepas dari subjektifitas si pembuat berita. Makanya, berita-
berita yang beredar tidak mungkin bisa menjadi objektif. Kalaupun objektifitas itu
diperlukan, setting saja robot untuk melakukan hal itu. Karena produksi berita ini dilakukan
manusia, tidak mungkin bisa seobjektif hingga titik 0%. Demikian, berita merupakan
realitas tangan kedua (second hand reality) yang dibuat manusia. berita merupakan produk
dari media massa maka kita akan selalu terkait dengan komunikasi massa yang butuh
perantara. Karena ini dilakukan oleh manusia, belum tentu kebenaran mengerucut dianggap
benar. Apa yang dianggap orang-orang benar, belum tentu orang lain menganggapnya
benar. Tapi apakah berita-berita yang kita sajikan berusaha untuk mengarah kepada
kebenaran dan objektifitas? Maka jawabannya akan iya.
Caranya adalah salah satu, pertama, melakukan verifikasi, kedua, melakukan kode etik
jurnalistik, ketiga, melakukan langkah-langkah perencanaan yang benar dan tepat. Dengan
menjunjung tinggi etika-etika jurnalistik.
Ketentuan berita memang harus menjunjung nilai objektifitas. Namun, pada hakikatnya
media diharuskan melakukan seobjektif mungkin bukan objektif 0%. Seperti apa yang
dikatakan Bill Kovach dalam 9 langkah yang harus diperhatikan dalam jurnalistik, maka ada
dua langkah yang paling urgent dan sering dilakukan, yaitu verifikasi narasumber,
memverifikasi informasi, memverifikasi perkataan, kemudian membuat agar bagaimana kita
menjadi komprehensive, bisa dilihat dari sisi mana saja. Dengan melihat sisi-sisi yang
lainnya itulah yang kemudian kita akan terlihat objektif. Cuma terkadang manusia itu
cenderung melihat dari satu sisi saja.
19. Kemudian, seperti apa saling pengaruh dan mempengaruhi kepentingan reporter maupun
redaktur terhadap berita?
Jangankan menjawab kepentingan media. kepentingan redaktur dan reporternya. Itupun
sudah ada intervensi. Contohnya saja ada beberapa reporter yang mencari berita yang
menurut dia menyenangi berita itu. Ada redaktur yang ngedit dengan pemilihan kata
„ujarnya‟ bukan „katanya‟ hanya dengan alasan kata-kata „ujarnya‟ jauh enak didengar
daripada „katanya‟. Ada juga dengan penggunaan kata „ungkapnya‟. Bahkan dulu ada yang
menggunakan kata „kilahnya‟. Saat dihadapkan dengan hal-hal seperti ini maka tidak ada
yang diketegorikan benar maupun yang salah. Karena keduanya memiliki arti yang sama.
Demikian, yang kemudian menjadi style redaktur dalam menyunting berita dan rasa (taste)
redaktur dalam berbahasa yang menimbulkan kembali kepada subjektifitas lagi. Meskipun
ada rambu-rambu dan etika-etika. berita akan selalu subjektif karena kembali kepada sifat
dasar manusia itu sendiri yaitu memihak. Asal rambu-rambu ini tidak dilanggar, maka tidak
masalah untuk itu. Tapi ada ruang-ruang pemakluman, tidak saklek karena peraturan
manapun tidak akan pernah ada yang begitu sakleknya kecuali undang-undang, sistem tidak
ada yang saklek.
Meski, baik setiap individu sebenarnya memiliki kepentingan-kepentingan tertentu terhadap
berita. Tapi kita tetap mengacu kembali pada „Rukun Koran Sindo‟. Di Sindo, tidak ada
larangan wartawan harus membela siapa, pendukung Prabowo kah, atau Jokowi. Berita kita
tetap harus bernafaskan Sindo, seperti sekarang owner kita pendukung dari siapa, untuk
pemberitaan ya harus diikuti maunya.
20. Bagaimana cara Sindo menonjolkan isu-isu tertentu?
Selain pemilihan kata yang dijelaskan tadi, ukuran font besar kecil, dibold atau tidakpun
menjadi hal penting. contohnya saja lihat berita ini (sambil menunjukkan pada headline
news dengan judul “Quick Count Bukan Penentu Pilpres). Kita beri bold hitam pada tulisan
quick count dan bold merah pada kata bukan penentu pilpres. Tanda bold menandakan
bahwa berita tersebut penting adanya. Yang ingin kita perlihatkan bukan kata quick count-
nya namun pada kata bukan penentu pilpresnya. kenapa harus ada yang hitam ataupun
merah, merah mengisyaratkan sesuatu yang mencolok, penting, dan ingin ditonjolkan
dibandingkan dengan bold hitam. Namun judul dengan bold yang dihitamkan akan jauh
lebih menarik dan menonjol dibandingkan dengan judul tanpa bold.
21. Apa yang membuat Sindo semakin menarik?
Kita tidak ingin pembaca Sindo hanya sekedar membaca kontennya saja, seperti baca
artikel, namun perwajahan juga menjadi penting. Lihat cover Sindo yang selalu berubah-
ubah. Inilah bagian dari perwajahan, dari artistik. Karena kita menyadari kompetitor kita
adalah bergaya konvemsional. Misal yang hitam demografi judulnya. Kalau kita hanya bisa
mengikuti mereka, kita layaknya sebagai pengekor saja.
Transkip Wawancara
Hari/Tanggal : Minggu, 13 April 2014
Narasumber : Sabir Laluhu
Profesi : Wartawan Harian Sindo
Pukul : 10.30 WIB
1. Isu apa yang terpenting bagi kacamata koran Sindo?
Sindo yang terpenting pada halaman pertama atau Headline (HL) itu merupakan isu, baik
besar maupun kecil. Contoh isu besar: kasus budiono terhadap century. Bagi sindo berita
tersebut merupakan berita/ isu yang cukup besar. Karena satu sisi, budiono itu wakil
presiden dan bisa dikatakan sebagai seorang publik figure bagi rakyat Indonesia sehingga
efeknya bisa dirasakan dan menyangkut publik.
2. Bagaimana alur berita yang masuk dari wartawan hingga ke meja redaksi?
Sebelum berita masuk ke dalam rapat redaksi, semua berita yang didapatkan oleh para
reporter diajukan dalam rapat (berita di listing). Dalam rapat, maka dipilihlah beberapa
berita yang pantas di post untuk esok hari. Hasil berita yang masuk di meja Pemred dan
Redpel dalam rapat redaksi merupakan berita yang baik dan layak di posting.
3. Bagaimana kebijakan Sindo memandang kelayakan berita?
Sindo memandang kelayakan berita dari seberapa besar efek yang ditimbulkan oleh sebuah
berita yang akan disajikan dan menurut kepentingan pemilik modal (owner). Selain itu,
masalah framing juga menjadi prioritas kelayakan berita. Kedekatan owner dengan
narasumber merupakan hal idealis perlu diangkat atau tidaknya berita tersebut. Contoh:
Sindo memiliki kedekatan yang cukup baik dengan Prabowo. Sehingga pemberitaan
Prabowo di koran Sindo secara framing akan jauh lebih spesifik memberitakan hal-hal
positif tentang Prabowo.
4. Seberapa besar campur tangan Hary Tanoesodibjo sebagai owner mempengaruhi
kebijakan redaksional Sindo?
Untuk kebijakan redaksional, Hary Tanoesodibjo tidak terlalu berperan dan tidak
mempermasalahkan. Hal ini lebih dipercayakan kepada pimpinan redaksi sindo yaitu Mas
Pung Purwanto. Namun, jika ini sudah menyangkut masalah bisnis HT sangatlah berperan
dan ikut campur.
LAMPIRAN FOTO
(Foto 1: bersama Wakil Pimpinan Redaksi (Wapemred) sekaligus Mantan Redaktur Pelaksana
Koran Sindo, Djaka Susila)
(foto 2: bersama Asisten Litbang Koran Sindo, Mas Bahrur)
(foto 3: kunjungan dengan Teman-teman UIN Jakarta untuk perizinan penelitian bersama
Wapemred Sindo)