aik minggu 3 cemara amelia
DESCRIPTION
wdadawdawdawTRANSCRIPT
TUGAS MINGGU 3
ANALISIS INFORMASI KEUANGAN
CEMARA SUTERA
(3092070)
AMELIA SOELISTIJO(3123047)
FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA
UNIVERSITAS SURABAYA
Genap 2014-2015
Statement of Authorsip
Kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah . tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya / kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya / kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak / belum pernah disajikan / digunakan sebagai bahan untuk makalah / tugas pada mata ajaran lain kecuali saya / kami menyatakan dengan jelas bahwa saya / kami menyatakan dengan jelas menggunakannya.
Saya/ kami memahami bahwa tugas yang saya / kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Kelas
: A
Anggota:
No.NamaNRP
1.Cemara Sutera3092070
2.Amelia Soelistijo3123047
Dosen
: Tim Dosen Analisis Informasi Keuangan
Surabaya,...............................
...............................................
ANALISIS COMMON SIZE
Analisis Common Size Pada Laporan Laba Rugi
BEBAN DAN LABA
2013
2012
Beban pokok penjualan
Rp54,953,870
Rp48,118,835
Beban usaha
Rp9,479,542
Rp8,709,322
Laba usaha
Rp10,818,486
Rp9,945,296Laba usaha HMSP meningkat yang sebelumnya Rp. 48.000.000 menjadi Rp. 54.000.000 namun peningkatan tersebut juga di ikuti beban pokok penjualan dari tahun 2012 ke 2013 juga meningkat, begitu pula dengan beban usaha yang di tanggung. Hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja HMSP bisa di katakan tidak ada peningkatan, karena peningkatan laba seiring dengan beban usaha dan beban pokok penjualan.Analisis Common Size Pada Neraca
NERACA
2013 2014
Akiva lancar
Rp21,247,830
Rp21,128,313
Aktiva tidak lancar
Rp6,156,764
Rp5,119,214
Kewajiban lancar
Rp12,123,790
Rp11,897,977
Kewajiban tidak lancar
Rp1,125,769
Rp1,041,130
Ekuitas
Rp27,404,594
Rp26.247.257
Pada tahun 2013 aktiva lancer lebih tinggi sedikit dibandingkan tahun sebelumnya, kombinasi aktiva lancar didominasi oleh persediaan sebesar Rp 17.332.558. dari hitungan proporsi di atas diketahui bahwa likuiditas asset atau aset yang diharapkan bisa dijadikan uang tunai dalam satu siklus oprasi cukup tinggi.
Analisis Common Size Pada Pendanaan
Melihat proporsi arus kas di atas, arus kas aktivitas oprasional merupakan proporsi terbesar dengan jumlah Rp 10.802.179.Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, telah terjadi peningkatan arus oprasional tinggi yang diterima bila bandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya Rp. 4.087.495. yang menunjukkan arus kinerja oprasi yang semakin membaik dan ditingkatkan.ANALISIS RASIO
Rasio Likuiditas Current Rasio 2013 = Rp21,247,830 / Rp13.249.559 = 1,61Current Ratio 2012 = Rp Rp21,128,313 / Rp12.939.107 = 1,63
Dari sisi ini, kemampuan HMSP dalam memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi atau kemampuanperusahaan dalam memenuhi keuangan pada saat ditagih cenderung menurun dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2012 sebesar 1,63 dan mengalami penurunan sebesar 0,2 persen, meskipun asset meningkat di tahun 2013.Rasio Solvabilitas
Total Assets to Total Debt Ratio
2013
Rp 13.249.559 / Rp 27.404.594 = 0.49
2012
Rp. 12.939.107 / Rp. 26.247.527 = 0,492
Dalam hal ini juga menunjukan bahwa pengelolaan sumber dana perusahaan mengalami penurunan di tahun sebelumnya sebesar 0,492 menjadi 0,49 di tahun 2013.TEORI BAB 8Top Down dan Bottom UP Approach
Bottom Up adalah suatu cara untuk menemukan saham yang memberikan prospek yang baik dimasa depan dengan cara meneliti satu persatu saham tersebut dari laporan keuanganya
Top Down. yaitu dengan menganalisis dari sektor makro ekonomi kemudian menganalisis sektor-sektor yang cermelang dimasa yang akan datang dengan asumsi makro ekonomi tersebut. setelah ditemukan sektor yang memiliki potensi tersebut lalu didapatlah emiten yang memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dari sektor yang lainnya.
setiap teori atau pendekatan yang dilakukan memiliki kelemahan. kelemahan yang ada pada Top Down adalah adanya kemungkinan saham emiten yang berada di sektor lain yang memiliki imbal hasil yang sama dengan risiko mungkin yang lebih rendah sedangkan Bottom Up dapat mengkover kekurangan dari Top Down tersebut. Bottom Up memiliki kekurangan yaitu dari segi waktu dimana kerja yang dilakukan cenderung memerlukan waktu yang lama karena menganalisis satu persatu perusahaan yang ada dan Top Down dapat mengkover kelemahan dari Bottom Up tersebut.GDP dan GNP
Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.
GDP merupakan faktor yang sering dipergunakan dalam pengukuran kinerja makro ekonomi. Dalam GDP ada yang dikenal GDP real dan GDP nominal. GDP real merupakan nilai GDP yang telah disesuaikan dengan faktor inflasi. GDP real adalah yang biasanya banyak dipergunakan untuk mempertimbangkan kondisi keuangan suatu negara karena telah mempertimbangkan faktor inflasi. Tingkat GDP yang positif menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi negara semakin baik.InflasiInflasi merupakan kondisi dimana jumlah barang yang beredar lebih sedikit dari jumlah permintaan, sehingga akan mengakibatkan terjadinya kenaikan harga barang secara umum. Ketika suatu negara mengalami inflasi yang tinggi dan bersifat tidak menentu maka tingkat risiko dari investasi aset keuangan akan meningkat dan kredibilitas mata uang domestik akan melemah terhadap mata uang global. Inflasi yang tinggi pada suatu negara dapat diataso melalui kebijakan fiskal dan moneter. Sehingga kebijakan yang dikeluarkan pemerintah maupun lembaga keuangan tertinggi negara juga dapat mempengaruhi nilai dari investasi aset keuangan.Tingkat suku bungaDengan asumsi cateris paribus (hal-hal lain dianggap konstan) maka tingkat suku bunga pinjaman yang rendah berarti berkurangnya biaya bunga dan meningkatkan profit. Tetapi adapun hal-hal yang perlu diketahui, perubahan pada suku bunga dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Jika suku bunga pinjaman rendah maka akan ada banyak orang yang lebih memilih untuk meminjam uang dan melakukan investasi. Tetapi apabila suku bunga pinjaman tinggi maka konsumen akan lebih memilih untuk menabung di bank dibanding melakukan investasi yang lebih berisiko.Nilai tukarNilai tukar mencerminkan kekuatan mata uang lokal dibanding dengan mata uang lainnya (yang ingin dibeli). Penguatan atau pelemahan nilai tukar suatu mata uang juga dapat mempengaruhi keyakinan investor untuk menanamkan modalnya. Kita perlu mengetahui jenis mata uang yang dipakai sebagai mata uang utama oleh suatu perusahaan.
Harga minyak dan komoditas utamaHarga komoditas akan mempengaruhi biaya operasional suatu perusahaan. Perubahan harga minyak dan komoditas internasional yang cukup signifikan akan berpengaruh pada operasional perusahaan. Sehingga beban perusahaan pun akan bertambah. Hal ini perlu diperhatikan, bagaimana kekuatan suatu perusahaan untuk mengatasi masalah yang ada.Lindung nilai (hedging)
Perusahaan dapat melakukan lindung nilai dari kemungkinan kerugian akibat pergerakan tingkat suku bunga, perubahan nilai tukar dan pergerakan harga komoditas utama. Lindung nilai yang dilakukan oleh perusahaan harus dijelaskan termasuk risiko baik kuantitatif maupun kualitatif dalam laporan keuangan.Siklus bisnisSiklus bisnis badan usaha juga merupakan suatu faktor penting. Kita harus mempertimbangkan bagaimana perkembangan suatu badan usaha dimasa mendatang. Apakah perubahan ekonomi dapat berpengaruh cukup signifikan terhadap perkembangan usaha ataukah perubahan ekonomi dimasa mendatang sangat mendukung perkembangan badan usaha. HM SAMPOERNA merupakan badan usaha yang bergerak pada industri rokok yang tidak begitu dipengaruhi oleh faktor ekonomi seseorang. Hal ini dikarenakan rokok merupakan kebutuhan mendasar bagi penggunanya. Sehingga faktor ekonomi tidak berpengaruh pada bisnis ini.Faktor-faktor lainFaktor lain yang juga merupakan indikator makro ekonomi adalah defisit anggaran., investasi swasta, dan laporan posisi keuangan perdagangan dan pembayaran. Timbulnya defisit anggaran merupakan sinyal akan munculnya resesi yang merupakan indikasi buruk bagi pasar yang inflasi. Meningkatnya investasi swasta dapat meningkatkan nilai GDP yang dapat meningkatkan daya beli konsumen. Sedangkan defisit laporan posisi keuangan akan memicu permintaan terhyadap mata uang asing sehingga mendorong pelemahan mata uang lokal.
Industry analisisAnalisis perusahaan dapat dikategorikan dalam 6 langkah:
1.Mengenal Bisnis
Sebelum kita melakukan investasi pada sebuah bisnis, lebih baik jika kita mengetahui lebih banyak tentang lingkungan bisnisnya. Kita perlu mempertimbangkan terlebih dahulu prosuk apa yang dijual, siapa konsumennya, seberapa besar kemungkinan perusahaan untuk berkembang dan lain sebagainya sebelum kita melakukan suatu investasi.
2.Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan
Sebelum meramalkan kinerja masa depan bisnis kita perlu mengetahui tentang bisnis tersebut berdasarkan kinerja masa lalunya. Agar kita mengetahui kondissi nyata badan usaha.
3.Meramalkan kinerja perusahaan4.Menilai perusahaan
5.Membuat rekomendasi investasi
Daftar Pustaka
http://edukasipasarmodal.blogspot.com/2012/01/pendekatan-top-down-dan-bottom-up.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendapatan_nasional