air limbah

Upload: resmi-rosalini

Post on 19-Oct-2015

39 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KRITRIA PERENCANAAN AIR LIMBAH

DOKUMEN AIR LIMBAH

RSH KASIBA/LISIBA SEKAYU1. KRITERIA PERENCANAAN AIR LIMBAH 1.1KRITERIA PENCEMARANKriteria perencanaan dibutuhkan sebagai acuan dalam perencanaan dan akan diuraikan meliputi penentuan kawasan sanitasi, teknologi yang tersedia, kriteria sistem setempat dan terpusat, pendanaan, penyusunan program, pelaksanaan pembangunan , pengelolaan dan sarana penunjang.

Kriteria perencanaan yang digunakan merupakan standar yang sudah lazim digunakan di Indonesia dan sesuai dengan standar yang direkomendasikan Pemerintah dalam hal ini Departemen PU.

Klasifikasi pencemaran dengan nilai BOD antara lain:

BOD < 20 mg/l ( ok dibawah ambang batas)........ .............tercemar ringan

BOD > 20 mg/l - 80 mg/l...................................................................tercemar berat

Taktis penanganannya :

Pencemaran berat berat sebaiknya dimasukkan dalam program mendesak.

Pencemaran sedang ditangani sesuai kebutuhan dan dimasukkan dalam program jangka menengah.

Pencemaran ringan cukup diadakan pemantauan saja dan dapat dimasukkan dalam program jangka panjang.

1.2KRITERIA PENENTUAN KAWASAN PELAYANAN SANITASI (ZONING AREA)

Kriteria Pembagian Daerah Pelayanan sesuai pedoman kriteria tersebut diatas dengan pendekatan terhadap proyeksi tahun 2020 sebagai berikut :

Zone A kepadatan..................................................... ............> 300 jiwa/ha

Zone B ...........................................kepadatan antara >100 - < 300 jiwa/ha

Zone C........................................................kepadatan >50 - < 100 jiwa/ha

Zone D ...................................................................kepadatan < 50 jiwa/ha

Jadi daerah sanitasi dapat dibagi menjadi 5 zone pelayanan. (lihat gambar 4.3-1 Penentuan Zone Sanitasi)1.3KRITERIA PENENTUAN SISTEM DAN TEKNOLOGI

1.3.1Umum

Kriteria minimal yang mesti diperhatikan :

Kepadatan Penduduk

Penyediaan Air Bersih

Topografi

Kondisi Permeabilitas Tanah

Kondisi muka air tanah

Pencemaran air tanah

Pencemaran air permukaan

Tingkat kemampuan dan kemauan penduduk

Tingkat kemampuan pemerintah

Luas Pekarangan Rumah .

1.3.2Penentuan Sistem

Penentuan penggunaan sistem sanitasi TERPUSAT apabila

Jumlah penduduk Kota > 150.000 jiiwa

Kepadatan penduduk > 300 jiwa/ha (lingkungan)

Pelayanan Air Bersih PDAM > 60 %

Pemakaian Air bersih > 150 l/kapita/hari

Tinggi Muka Air tanah < 2 m

Permeabilitas Tanah < 10 l/m2/hari atau > 40 l/m2/hari

Air tanah sudah tercemar

Air permukaan sudah tercemar BOD > 100 mg/l

Pemilikan jamban pribadi > 60 %

Masyarakat menginginkan ( > 60 %)

Masyarakat mampu membayar retribusi ( 1,5 % dari tingkat pendapatan) ( >80 %)

Pemerintah mampu mambangun.

Kelebihan Teknologi :

Memberikan pelayanan yang lebih nyaman

Dapat menampung semua air limbah termasuk tinja

Dapat menghindari pencemaran air tanah

Dapat menghindari pencemaran air permukaan

Umur konstruksi relatif lama ( > 50 tahun)

Kekurangan Teknologi

Dibutuhkan biaya pembangunan yang cukup besar

Harus tersedia tenaga terdidik untuk mengelola

Keuntungan baru dapat diperoleh apabila semua sistem selesai dibangun

Dibutuhkan waktu pembangunan yang relatif lama

Masyarakat pengguna harus membayar retribusi/iyuran

Dibutuhkan kesepakatan bahwa masyarakat membutuhkan sistem ini

Diperlukan pernyataan kesanggupan masyarakat untuk membayar retribusi.

Harus dibangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL terpusat)

Penentuan penggunaan sistem sanitasi SETEMPAT apabila

Tangki Septik dan Bidang Peresapan

Jumlah penduduk Kota Tidak terbatas

Kepadatan penduduk > 100 jiwa/ha - < 300 jiwa/ha

Pelayanan Air Bersih PDAM > 30 - < 60 %

Pemakaian Air bersih > 100 l/kapita/hari - < 150 l/kapita/hari

Tinggi Muka Air tanah > 1,5 m

Permeabilitas Tanah > 10 l/m2/hari atau kurang dari 40 l/m2/hari

Lahan pekarangan mencukupi untuk sistem Tangki Septik dengan bidang peresapan.

Masyarakat mampu membangun sendiri bangunan Tangi Septik lengkap dengan bidang peresapan

Kelebihan Teknologi :

Dapat menampung semua air limbah termsuk tinja (jika diinginkan)

Masyarakat sendiri yang membangun, Pemerintah tidak memberi bantuan apa-apa.

Biaya pembangunan terjangkau oleh masyarakat

Umur konstruksi relatif lama ( > 50 tahun)

Tidak diperlukan pengelolaan rutin kecuali penyedotan lumpur tunja secara berkala.

Waktu pembangunan relatif singkat.

Tidak diperlukan membayar biaya pengelolaan

Kekurangan Teknologi

Dapat mencemari air tanah jika bidang peresapan tidak sesuai ketentuan

Dapat mencemari air permukaan jika bidang peresapan tidak sesuai ketentuan

Harus dilakukan penyedotan lumpur tinja apabila sudah penuh

Dibutuhkan lahan pekarangan untuk Tangki Septik dan bidang peresapan.

Tidak dapat berfungsi optimal pada kondisi permeabilitas tanah rendah ( < 10 l/m2 /hari) atau (tinggi > 40 l/m2/hari)

Tidak dapat berfungsi optimal pada kondisi muka air tanah rendah (< 1,5 m )

Harus dibangun Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)

Untuk Teknologi Cubluk Jumlah penduduk Kota Tidak terbatas

Kepadatan penduduk antra > 50 < 100 jiwa/ha

Pelayanan Air Bersih PDAM < 30 %

Pemakaian Air bersih > 60 l/kapita/hari - < 100 l/kapita/hari

Tinggi Muka Air tanah > 2 m

Permeabilitas Tanah > 10 l/m2/hari

Lahan pekarangan mencukupi untuk sistem cubluk

Masyarakat mampu membangun sendiri bangunan Cubluk

Masyarakat dengan pendapatan menengah < 60 %)

Kelebihan Teknologi :

Masyarakat sendiri yang membangun, Pemerintah tidak memberi bantuan apa-apa.

Biaya pembangunan terjangkau oleh masyarakat

Tidak diperlukan pengelolaan rutin.

Waktu pembangunan relatif singkat.

Tidak diperlukan membayar biaya pengelolaan

Tidak memerlukan IPLT atau IPAL

Kekurangan Teknologi

Dapat mencemari air tanah

Dapat mencemari air permukaan

Apabila sudah penuh harus ditimbun dan cubluk harus dipindah

Lumpur tinja tidak dapat disedot.

Dibutuhkan lahan pekarangan yang relatif luas.

Tidak dapat berfungsi optimal pada kondisi permeabilitas tanah rendah ( < 10 l/m2 /hari)

Tidak dapat berfungsi optimal pada kondisi muka air tanah rendah (< 1,5 m )

Tidak dianjurkan di daerah perkotaan

Untuk Teknologi Pit Laterin ( tuang siram) Jumlah penduduk Kota Tidak terbatas

Kepadatan penduduk < 50 jiwa/ha

Pelayanan Air Bersih PDAM < 30 %

Pemakaian Air bersih < 60 l/kapita/hari

Tinggi Muka Air tanah > 2 m

Permeabilitas Tanah > 10 l/m2/hari

Lahan pekarangan mencukupi untuk sistem Pit Laterin

Masyarakat mampu membangun sendiri bangunan Pit Laterin

Pada umumnya masyarakat berpenghasilan rendah ( > 60 %)

Kelebihan Teknologi :

Masyarakat sendiri yang membangun, Pemerintah tidak memberi bantuan apa-apa.

Biaya pembangunan terjangkau oleh masyarakat

Tidak diperlukan pengelolaan rutin kecuali menimbun jika sudah penuh

Waktu pembangunan relatif singkat.

Tidak diperlukan membayar biaya pengelolaan

Cocok untuk masyarakat pedesaan ( kepadatan < 50 jiwa/ha)

Kekurangan Teknologi

Dapat mencemari air tanah

Dapat mencemari air permukaan

Apabila sudah penuh harus ditimbun harus dipindah

Lumpur tinja tidak dapat disedot.

Dibutuhkan lahan pekarangan yang relatif luas.

Tidak dapat berfungsi optimal pada kondisi permeabilitas tanah rendah ( < 10 l/m2 /hari)

Tidak dapat berfungsi optimal pada kondisi muka air tanah rendah (< 1,5 m )

Tidak diperbolehkan di daerah perkotaan

(lihat gambar 4.4.2-1 sampai 4.4.2-3 Pemilihan Sistem)

13.3 Kriteria Komponen Sistim Sanitasi Terpusat

Umum

Sistim Jaringan Perpipaan Sanitasi Terpusat yang tersedia antara lain :

Conventional Sewer (perpipaan seluruh kota)

Shallow Sewer (perpipaan dangkal di lingkungan)

Small Bore Sewer (perpipaan hanya mengolah efluent dari Tangki Septik

Modular Sewer ( modifikasi shallow sewer)

Interseptor Sewer ( perpipaan air limbah untuk perlindungan air sungai)

Kriteria Conventional Sewer ( perpipaan skala kota)

Melayani seluruh kota

Menampung air madi, cuci, dapur dan tinja

Kedalaman pipa minimum 0,80 m maksimum 7.00 m

Setiap 200 m dipasang lobang kontrol (manhole)

Bahan pipa sekarang umumnya PVC dahulu pipa keramik

Kecepatan air rata-rata > 0,60 m/det dan maksimum 2 m/det.

Sistem pengaliran terbuka (open channel)

Air dalam pipa maksimun 2/3 diameter pipa.

Kriteria Shallow sewer ( perpipaan dangkal sebagian kota)

Melayani sebagian kota (lingkungan)

Menampung air mandi, cuci, dapur, dan tinja

Kedalaman pipa minimum 0,80 m maksimum 2.00 m

Setiap 200 m dipasang lobang kontrol (manhole)

Bahan pipa sekarang umumnya PVC dahulu pipa keramik

Kecepatan air rata-rata > 0,60 m/det dan maksimum 2 m/det.

Sistem pengaliran terbuka ( open channel)

Air dalam pipa maksimun 2/3 diameter pipa.

Small Bore sewer (perpipaan dangkal dan hanya mengolah air mandi cuci dan dapur tidak mengolah Tinja)

Melayani sebagian kota (lingkungan) atau seluruh kota

Menampung air mandi, cuci, dapur, dan air dari tangki septik (tidak menampung tinja) Kedalaman pipa minimum 0,80 m maksimum 1,50 m

Setiap 200 m dipasang lobang kontrol (manhole)

Bahan pipa sekarang umumnya PVC dahulu pipa keramik

Kecepatan air rata-rata > 0,60 m/det dan maksimum 2 m/det.

Sistem pengaliran terbuka ( open channel)

Air dalam pipa maksimun 2/3 diameter pipa.

Kriteria Modular sewer (perpipan dangkal sebagian kota merupakan sistem antara untuk menuju sistem conventional)

Melayani lingkungan

Dapat dibangun beberapa lingkungan yang berdiri sendiri

Dikemudian hari dapat diintegrasikan

Menampung air mandi, cuci, dapur dan tinja

Kedalaman pipa minimum 0,80 m maksimum 2.00 m

Setiap 200 m dipasang lobang kontrol (manhole)

Bahan pipa sekarang umumnya PVC dahulu pipa keramik

Kecepatan air rata-rata > 0,60 m/det dan maksimum 2 m/det.

Sistem pengaliran terbuka ( open channel)

Air dalam pipa maksimun 2/3 diameter pipa.

Kriteria Interseptor Sewer

Dibangun disepanjang sisi sungai

Hanya menampung air dari saluran drainase yang tercampur dengan air limbah non Tinja

Kedalaman pipa minimum 0,80 m maksimum 5.00 m

Setiap 200 m dipasang lobang kontrol (manhole)

Bahan pipa sekarang umumnya PVC dahulu pipa keramik

Kecepatan air rata-rata > 0,60 m/det dan maksimum 2 m/det.

Sistem pengaliran terbuka ( open channel)

Air dalam pipa maksimun 2/3 diameter pipa.

Dimuara saluran drainase mau masuk pipa interseptor dipasang bangunan REGULATOR.Sistim Pengolahan Akhir Sanitasi Terpusat yang tersedia antara lain :

Conventional Activated Sludge ( pengolahan Lumpur Aktif )

Extended Aeration (pengurain lumpur secara aerobik)

Aerated lagon (Kolam Aerasi yang umum digunakan di Indonesia dan paling memungkinkan digunakan)

Stabilisation Pons ( Kolam Stabilisasi hanya menggandalkan matahari )

Imhofftank dan Kolam Aerasi ( umum digunakan untuk IPLT )

1.3.4. Kriteria Komponen Sanitasi Setempat

Kriteria Tangki Septik

Berbentuk persegi

Dapat dibangun dengan 2 ruang atau 3 ruang

Bahan konstruksi dari batu kali

Lebar konstruksi 1,20 panjang sesuai kebutuhan

Kedalaman konstruksi 1,5 1,8 m

Dilengkapi dengan bidang peresepan

Tersedia sistem Up flow filter

Bidang peresapan dapat dibangunan dengan sistem timbunan

Kriteria Cubluk

Berbentuk lingkaran

Bahan dibangun dari pasangan bata dengan lobang

Diameter 0,8 m 1,2 m

Kedalaman 1,5 m 2,5 m.

Dapat dibuat tunggal atau kembar.

Kriteria Pit laterin (jamban tuang siram)

Bentuk lingkaran atau persegi empat

Bahan umumnya hanya didinding tanah atau diperkuat dengan anyaman bambu.

Umumnya dibuat langsung dibawah Jamban

1.4KRITERIA PERENCANAAN SISTEM SANITASI TERPUSAT

1.4.1 Kriteria Air Limbah

Kriteria air limbah domestik yang berasal dari pusat permukiman dan non permukiman antara lain :

Air Mandi. Air cucian , Air dapur adalah air limbah grey water Air Kakus (WC) adalah air limbah black water

1.4.2 Kriteria Volume dan Parameter

Volume

Air limbah domestik berasal dari sisa penggunaan air bersih dengan perkiraan debit (Qr) rata-rata sebesar antara 70%-80 % dari penggunaan air bersih.

Debit puncak air limbah adalah F= 4,02 (0,0864 Q)-0,154

Dimana : Qr = debit air limbah rata-rata F = koefisien faktor puncak untuk rata-rata debit air limbah perhari, tidak termasuk infiltrasi

F ditetapkan 5 untuk derah pelayanan kecil kurang dari 1500 jiwa atau air limbah kurang dari 225 m3/hari.

Debit Infiltrasi air tanah (Qinf) yang masuk kedalam pipa diperkirakan 10 % dari debit rata-rata (Q

Parameter

Debit rata-rata adalah pemakaian air dalam satu hari ( Q rata-rata)

Debit Rencana air bersih (1,1-1,4 ) x Q rata-rata ( Q rencana)

Debit Puncak air bersih Q rata-rata X angka faktor

Debit Air Limbah 70 %- 80 % dari debit rata-rata air bersih

Beban BOD 50 gr/kapita/hari

Kualitas BOD Air Limbah 300 mg/l

1.4.3 Kriteria Pengumpulan dan Pengaliran

Air limbah yang dikumpulkan dari sambungan rumah adalah dari air mandi, cuci ,dapur dan kakus ( grey water dan black water)

Pengumpulan air limbah domestik dari sambungan rumah dialirkan kepipa pengumpul dengan kecepatan aliran V= 1/n R 2/3. I 1/2 Dimana : V= kecepatan airan dalam pipa , n = koefisien kekasaran didnding pipa, R = jari-jari hidrolis pipa, I = kemiringan pemasangan pipa.

Kecepatan minimum 0,6 m/det dan maksimum 3 m/det.

Kapasitas isi pipa : Dia 150mm-300mm maksimum 80 %, Dia 350mm-800mm maksimum 70 % dan > 900mm maksimum 50 %.

Kedalaman Pemasangan pipa minimum 1.00 m dan maksimum 7.00 m

Air limbah dari pipa pengumpul dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL)

1.4.4 Kriteria Pembuangan Akhir dan Pengolahan

Buangan Akhir untuk Air Limbah Domestik ( Grey Water & Black Water) dari sistim perpipaan diolah terakhir di Instalasi Pengolohan Air Limbah ( IPAL)

Beberapa sistim IPAL antara lain : Conventional Activited Slude,Extended Aeration, Oksidation Ditch, Rotating Biological Contactors (RBC), Aerated Lagon, Stabilitaton Ponds, Imhofftank dengan kolam aerasi. Dari ke 7 sistim tersebut dianjurkan menggunakan sistim Aerated Lagon atau Stabilitation Ponds.

1.4.5 Kriteria Bangunan Penunjang

Manhole dipasang setiap jarak 100 m unutk ukuran pipa < 800 mm atau ditiap belokan dan pertemuan, dan jarak 200 m untuk ukuran pipa lebih besar dari 900 mm.

Pompa ( Submersible Pump), dan Lift Pump.

1.4.6 Kriteria pengelolaan

Dikelola oleh badan pengelola khusus atau digabungkan dengan PDAM untuk sistem perpipaan skala kota

Dapat dikelola oleh masyarakat untuk skala lingkungan perumahan

1.5KRITERIA PERENCANAAN SISTEM SANITASI SETEMPAT

1.5.1Kriteria Air limbah

Kriteria air limbah domestik yang berasal dari pusat permukiman dan non permukiman antara lain :

Air Mandi. Air cucian , Air dapur adalah air limbah Grey Water Air Kakus (WC) adalah air limbah black water

1.5.2 Kriteria Volume dan Parameter

Volume

Penggunaan air untuk penyiram 20 liter 40 liter /pekapita/hari.

Lumpur Tinja 25 liter 30 liter perkapita/tahun

Parameter

Kualitas BOD rata-rata 1000 mg/liter

1.5.3 Kriteria Perencanaaan Tangki Septik

Untuk 5 pemakai dibutuhkan ruang 1,85 m3, ruang lumpur 0,6 m3 Untuk 10 pemakai dibutuhkan ruang 3,70 m3 ruang lumpur 1,2m3 Untuk 15 orang pemakai dibutuhkan ruang 5,5 ruang lumpur 1,8 m3 Untuk 20 orang dibutuhkan ruang 7,40 m3 ruang lumpur 2,4 m3 Untuk 25 orang dibutuhkan ruang 9,25 m3,ruang lumpur 3 m3 Panjang bidang resapan L = (N x Q )/2 HI

Dimana H = kedalaman bidang resapan

N = jumlah pemakai

Q = Debit air limbah

I = kecepatan Peresapan (liter/m2/hari)

1.5.4 Kriteria perencanaan Cubluk

Volume Cubluk = f x C x P x N

Dimana;N = periode pemakaian cubluk

C = kapasitas rencana ( m3/kapita/tahun) 0,06 untuk cubluk kering dan 0,04 untuk basah

P = jumlah pemakai

F = faktor pengggunaan dengan pengisian tanah urugan jika bagian sudah terisi.

1.5.5 Kriteria pembuangan Akhir dan pengolahan Lumpur Tinja

Hasil penyedotan lumpur tinja menggunakan truk tangki penyedotan dari bangunan Tangki Septik yang sudah penuh diolah di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja ( IPLT)

Sistim IPLT dengan Imhofftank lengkap dengan kolam aerasi.

1.6KRITERIA PENDANAAN

1.6.1 Dana Pemerintah

Sistem Terpusat

Semua pendanaan investasi disediakan Pemerintah

Sistem Setempat

Sebagian pendanaan ditanggung Pemerintah berupa bantuan MCK dan sebagian dibantu membangunkan Tangki Septik/Cubluk dengan system dana berputar

Kemungkinan sumber dana

Pemerintah daerah melalui APBD

Pemerintah Propinsi melalui APBD Propinsi

Pemerintah Pusat melalui APBN

Pinjaman Luar Negeri

1.6.2 Dana Masyarakat

Sebagian besar dibangun sendiri oleh masyarakat seperti Tangki Septik/cubluk

Biaya operasi system terpusat harus dibiayai sendiri oleh masyarakat melalui iuran.

Kerjasama Pemerintah dan Swasta/Masyarakat.

Perlu dilakukan pendekatan terhadap bantuan keuangan dari pemerintah yang bekerjasama dengan swasta/masyarakat yang memungkinkan dan perlu belajar dari keberhasilan kota-kota yang lain di Indonesia.

Kemampuan Swasta/Masyarakat

Pendekatan terhadap kemampuan keuangan dari swasta/masyarakat perlu dipertimbangkan karena sebagian besar pengelolaan pembuangan air limbah sistim sanitasi setempat dengan biaya masyarakat seperti pembuatan tangki septik atau cubluk

1.7 KRITERIA PENYUSUNAN PROGRAM

1.7.1Program Pemerintah

Tahap Mendesak

Akan dikaji kebijakan yang cocok untuk jangka pendek dengan kriteria yang sesuai dan dapat dijalankan oleh pemerintah daerah bersama pemerintah pusat atau oleh pemerintah daerah sendiri, yang perlu dipertimbangkan adalah investasi yang seminimal mungkin namun dapat menghasilkan upaya penurunan pencemaran sesuai sasaran.

Strategi Program Tahap Mendesak :

Menyiapkan Perangkat lunak untuk Tahap Jangka Menengah seperti penyusunan Out Line Plan Pembuangan Air Limbah dan Rencana Teknis (DED) sebagian program Tahap Jangka Menengah.

Melaksanakan kegiatan yang dapat menunjang kearah penekanan tingkat pencemaran seperti penyuluhan dan sosialisasi kepemilikan Tangki Septik.

Menertibkan dan penyempurnaan peraturan yang ada dan menerbitkan peraturan-peraturan baru yang lebih efektif.

Jangka Menengah (Tahap I)

Perlu dipikirkan kebijakan yang mengarah kepada investasi biaya rendah yang diperlukan dalam 5 tahun seperti upaya pembangunan IPLT dan pengadaan truk tinja. Perlu dipertimbangkan pembangunan Tangki Septik bersama pada lokasi yang memenuhi syarat.

Strategi Program Tahap Jangka Menengah ( TahapI) :

Memikirkan pengelolaan lumpur tinja

Merangsang kemauan myasyarakat untuk meningkatkan kepemilikan Tangki Septik keluarga (individu)

Memancing animo masyarakat dengan membangun proyek percontohan untuk bangunan Tangki Septik bersama. ( komunal)

Memikirkan penyuluhan dan sosialisasi. Terhadap pemilikan Tangki Septik.

Membangun sistem Terpusat Modular

Jangka PanjangKebijakan jangka panjang dapat dipertimbangkan yaitu dengan mengevaluasi penggunaan sistim tangki septik bersama secara luas dan mungkin dapat dipertimbangkan meninjau penggunaan sistim pembuangan air limbah terpusat yang sederhana dengan lingkup kawasan bukan kota.

Strategi Program Jangka Panjang

Memikirkan pengelolaan lumpur tinja secara jangka panjang

Menyebar luaskan untuk meningkatkan kepemilikan Tangki Septik keluarga (individu)

Membina Masyarakat untuk membangun secara kolektif bangunan Tangki Septik bersama. ( komunal)

Memikirkan penyuluhan dan sosialisasi. Terhadap pemilikan Tangki Septik. Mengembangkan sistem terpusat Modular atau RSH yang kemudian hari dapat diintegrasikan menjadi satu sistem1.7.2 Program Masyarakat

Bagi yang mampu, diharapkan membangun Tangki Septik/cubluk

Bagi yang mampu diharapkan mau membiayai opasional sistem terpusat.

1.8 PROGRAM PENUNJANG

Umum

Perlu dilakukan pendekatan terhadap kebijakan dan peraturan dari pemerintah yang telah disosialisasikan selama ini. Perlu dilakukan evaluasi dan peninjauan kembali terhadap semua peraturan pemerintah yang telah disyahkan, serta bentuk sanksi yang sudah pernah diterapkan

Akan dipikirkan terobosan baru untuk pengembangan peraturan yang inovatif dan kreatif yang dapat berfungsi secara efisien dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat

Perlu dikaji ulang bentuk sanksi yang tepat dan berdampak langsung terhadap penurunan pelanggaran dalam pembuangan air limbah.

Metode Pengaturan

Mengefektifkan Peraturan yang ada

Menginventarisasi semua peraturan yang terkait dengan pencemaran terutama yang diakibatkan oleh pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat.

Menekankan pelaksanaan peraturan secara intensif dan konsekwen dalam menerapkan sanksi hukum maupun sanksi administratif

Mengembangkan Peraturan yang ada

Melakukan kajian terhadap keampuhan peraturan yang sudah dijalankan dan melakukan terobosan baru dalam sosialisasi peraturan tersebut, mencari bentuk-bentuk baru yang kreatif dan inovatif dalam mengembangkan peraturan yang dapat menekan laju pencemaran.

Mengusulkan Peraturan Baru

Apabila dipandang perlu dan dapat bermanfaat harus diterbitkan peraturan-peraturan baru yang lebih efisien dan tepat sasaran dan tidak tumpang tindih dengan peraturan yang ada.

Peraturan baru yang akan diusulkan perlu dipertimbangkan untuk dikaitkan dengan izin-izin dalam aktifitas pembangunan yang berpotensi terhadap pencemaran, baik dilakukan oleh masyarakat maupun oleh pemerintah sendiri.

Penyusunan/Penerapan Sanksi

Pada umumnya peraturan selama ini sudah cukup memadai, namun yang sangat lemah biasanya pada penerapan sanksi dan diperlukan kerjasama antar instansi terkait dalam penerapan sanksi agar peraturan yang berisi larangan dapat efektif. Diperlukan terobosan baru dalam menjalankan sanksi

Untuk menunjang keberhasilan pengelolaan prasarana dan sarana air limbah diperlukan suatu peraturan yang jelas dan tegas mengatur beberapa aspek sebagai prinsip dasar pengelolaan. Misalnya penunjukan institusi pengelola

beserta tugas dan tanggung jawabnya, pelarangan pembuangan limbah cair ke badan air penerima beserta sanksi hukumnya, penetapan hak dan kewajiban sebagai pelanggan beserta sanksi hukumnya, dan penentuan struktur tarif beserta syarat-syarat pelaksanaannya.

Peraturan ini bisa dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah apabila prasarana dan sarana yang dikelola mempunyai cakupan pelayanan dengan skala besar/kota, atau bisa juga dikeluarkan oleh lembaga lain yang ditunjuk apabila cakupan pelayanannya terbatas.

Metode Penyuluhan

Sistim apapun yang akan dipilih nantinya sangat diperlukan aktifitas penunjang seperti penyuluhan dan sosialisasi tentang upaya penurunan laju pencemaran. Penyuluhan yang efektif dan efisien dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya pencemaran jangka panjang. Keberhasilan penerapan suatu sistim juga ditunjang oleh penyuluhan yang baik. Dalam penyuluhan nantinya akan dilibatkan seluruh strata pengelola kota terutama aparat pengelola sub daerah, seperti Lurah dan Kepala Desa.

2. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PRASARANA DAN SARANA AIR LIMBAH SECARA NASIONAL (disalin dari buku Studi Nasional Action Plan Bidang Air limbah Desember 2003)

2.1 Umum

Perumusan kebijakan dan strategi pengembangan prasarana dan sarana air limbah sampai dengan 2015 didasarkan pada isu-isu pokok berikut ini:

a. Akses penduduk terhadap fasilitas sanitasi yang aman baru mencapai 50,66% penduduk nasional. Artinya, pencapai sasaran kebijakan peningkatan derajat kesehatan masyarakat masih belum berubah secara signifikan dari sejak pelita III

b. Akses penduduk ke fasilitas sanitasi yang memadai atau yang memenuhi persyaratan teknis juga masih relatip rendah yaitu kurang dari 20%. Artinya pencapaian sasaran kebijakan peningkatan kualitas lingkungan permukiman masih relatip rendah .

c. Pencapaian sasaran kebijakan konservasi kualitas lingkungan keairan masih sangat rendah sekali yaitu 5,23% penduduk.

d. Kelangkaan instalansi pengolah air limbah domestik, telah menyebabkan peningkatan pencemaran air baku air minum yang cukup signifikan, baik yang berasal dari air tanah maupun air tanah.

e. Ketersediaan sumber air baku di tiga propinsi yaitu DKI Jakarta, DIY dan Jawa Timur dinilai sudah memasuki ambang krisis karena sudah berada di bawah 1000 m3/kapita/tahun.

f. Pelayanan Instalansi pengolahan air limbah domestik yang ada (2,16% penduduk perkotaan dan semi perkotaan), dinilai masih sangat rendah bila dibandingkan dengan pelayanan Instalansi Pengolahan Air Minum (IPAM). Sementara itu, kapasitas IPAL terpasang belum termanfaatkan secara optimal sehingga persentase penduduk terlayani semakin kecil lagi.

g. Rasio Investasi sektor air limbah masih sangat rendah yaitu sekitar 17,39% dari sektor air minum. Demikian pula investasi sektor sanitasi (air limbah, sampah, dan drainase) juga masih belum seimbang yaitu sekitar 47% dari investasi sektor air bersih.

h. Peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan pengelolaan air limbah masih belum dapat diaplikasikan sampai dengan tingkat operasional, baik ditingkat pemerintah daerah maupun swasta.

i. Proyek-proyek percontohan dan prasarana dan sarana air limbah berbasis masyarakat belum teraplikasikan dengan baik.

Atas dasar hal tersebut, maka kebijakan umum pengembangan dan prasarana dan sarana air limbah di tingkat nasional maupun tingkat propinsi pada periode 2005-2015 adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Sasaran Konservasi lingkungan keairan pasca 2005 harus lebih diperhatikan dari tahun-tahun sebelumnya, mengingat pencemaran terhadap sumber daya air baku untuk keperluan air minum telah menunjukan angka yang signifikan. Walaupun demikian, pencapaian sasaran peningkatan kesehatan masyarakat dan peningkatan kualitas lingkungan permukiman juga harus dapat lebih ditingkatkan.

b. Pengembangan prasarana dan sarana air limbah di propinsi-propinsi yang pola pengembangan PSS air limbahnya termasuk kategori sedang dan baik dan PDRB kapitanya sedang sampai tinggi, diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran konservasi lingkungan air.

c. Pengembangan sistem sewerage skala kecil sampai menengah yang dilengkapi dengan instalansi pengolahan air limbah terpusat dilakukan di propinsi-propinsi dan kota-kota besar & metropolitan yang PDRB/kapitanya termasuk kategori tinggi.

d. Pengembanga sistem tangki septik komunal yang dilengkapi dengan instalansi pengolahan air limbah terpusat dilakukan di propinsi-propinsi dan kota-kota sedang & kecil yang PDRB/kapitanya termasuk kategori sedang.

e. Prasarana dan sarana air limbah yang ada (telah dibangun dan dioperasikan) harus dapat ditingkatkan kemampuan dan fungsinya dalam membunuh bakteri penyakit maupun dalam menurunkan beban cemaran. Caranya antara lain adalah memfasilitasi tangki septik dengan (i) fasilitas penyedotan dan pengolahan lumpur tinja, (ii) bidang dan/atau sumur resapan, (iii) pipa penyalur hasil olahan tangki septik atau small bore sewer, (iv) instalansi pengolahan air limbah atau IPAL skala kecil dan menengah.

f. Pengembangan prasarana dan sarana air limbah di propinsi-propinsi yang pola pengembangan prasarana dan sarana air limbahnya termasuk kategori kurang demikian pula PDRB/kapitanya lebih difokuskan pada pemantapan upaya pencapaian tujuan perbaikan kesehatan dan lingkungan permukiman.

g. Pembangunan fisik prasarana dan sarana air limbah harus sejalan dengan pengembangan perangkat perundang-undangan dan perangkat kelembagaannya.

h. Pengembangan prasarana dan sarana air limbah harus didukung dan/atau bertumpu pada hasil-hasil litbang serta mempertimbangkan potensi pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat.

2.1.1. Arah Kebijakan dan Strategi Teknis

Arah kebijakan -1: Sasaran Konservasi lingkungan keairan lebih ditingkatkan pada pengembangan prasarana dan sarana air limbah pasca 2005.

Kebijakan dan strategi pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik, mengacu pada matrik kebijakan dan strategi pengembangan teknologi yang mempertimbangkan jenjang (hirarki) tujuan dan sasaran kebijakan, jenis dan pilihan sistem maupun teknologi dan keterbatasan penyediaan air minum sebagaimana dirangkum pada tabel 5.1.

Tampak pada tabel tersebut bahwa pilihan sistem dan teknologi prasarana dan sarana untuk mencapai tujuan dan sasaran perbaikan kesehatan/sanitasi, akan berbeda dengan tujuan dan sasaran perbaikan lingkungan permukiman. Demikian pula halnya dengan pilihan sistem dan teknologi untuk mencapai tujuan dan sasaran perbaikan lingkungan permukiman, akan berbeda dengan pilihan sistem dan teknologi untuk konservasi lingkungan keairan dan seterusnya.

Kendala atau keterbatasan pelayanan air minum menjadi salah satu aspek yang membedakan pemilihan dan penetapan teknologi yang sesuai diterapkan disuatu lokasi atau daerah yang akan dilayani prasarana dan sarana air limbah.

Ketersediaan sumber daya air, faktor konsumsi, kondisi sosial ekonomi budaya dan isu-isu lainnya dapat menjadi acuan pula untuk merumuskan kebijakan dan strategi pengembangan prasarana dan sarana air limbah.

Konsep rumusan rencana tindak yang dihasilkan, dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau para pelaku pembangunan (stakeholders) untuk memperoleh masukan yang diperlukan dalam rangka penyelarasan operasionalisasi kebijakan pengembangan prasarana dan sarana air limbah dilapangan.

Arah Kebijakan -2: Pengembangan Prasarana dan Sarana Air Limbah Harus selalu Mengacu Pada Master Plan.

Strategi:Dengan tujuan agar setiap penduduk perkotaan maupun di pedesaan mempunyai akses kepada fasilitas pembuangan air limbah secara terencana, maka setiap kota, kabupaten dan propinsi harus memiliki RENCANA INDUK (MASTER PLAN) Pengembangan Prasarana dan Sarana Air Limbah.

MASTER PLAN PSS AIR LIMBAH harus terintegrasi dan atau merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang yang ada.

MASTER PLAN tersebut menjadi acuan untuk penyusunan studi kelayakan (feasibility studi) serta rancangan teknis yang tepat sesuai dengan kondisi alam maupun kemampuan masyarakat dan pemerintah Indonesia.

MASTER PLAN harus menggambarkan tahapan pengembangan prasarana dan sarana air limbah, berdasarkan daya tampung lingkungan dan atau kecenderungan penurunan kualitas lingkungan hidup yang diakibatkan oleh air limbah.

MASTER PLAN juga menggambarkan tahapan rencana perbaikan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pencemaran air limbah domestik.

Arah Kebijakan -3: Optimasi Pemanfaatan Kapasitas IPAL dan Rehabilitasi Sistem yang Ada Merupakan Prioritas Utama.

Strategi:

Metoda pembuangan setempat (On-site) masih menjadi tumpuan teknologi penanganan air limbah, meskipun metoda pembuangan terpusat sudah seharusnya mulai dikembangluaskan di Indonesia.

Dengan demikian, maka langkah strategis yang diambil masih merupakan lanjutan dari upaya yang telah dilakukan pada repelita sebelumnya yaitu:

a. Merehabilitasi dan mengembangkan sistem sewerage yang sudah ada.

b. Mengembangkan sewerage Biaya Murah, atau Sewerage yang terjangkau pembiayaannya tetapi sudah memenuhi persyaratan teknis, kesehatan maupun lingkungan.

c. Mengembangkan Unit Pengelolaan Air Limbah yang sederhana dan membutuhkan lahan dan energi yang tidak besar.

d. Mendorong tersedianya prasarana pengolahan dan pembuangan akhir termasuk sarana transportasinya bagi fasilitas sanitasi setempat yang sudah ada maupun yang dibangun.

Arah Kebijakan -4: Sistem Setempat Ditingkatkan Kualitasnya dan Mulai Diintegrasikan dengan Sistem Terpusat Secara Bertahap.

Yang dimaksud dengan peningkatan kualitas sistem setempat adalah meningkatkan kemampuannya untuk menurunkan derajat pencemaran air limbah sedemikian sehingga kerusakan lingkungan akibat pencemaran air limbah dapat dipulihkan.

Strategi:

a. Melakukan pemetaan terhadap fasilitas sanitasi setempat yang telah ada (Cubluk maupun tangki septik), baik yang dibangun pemerintah maupun masyarakat serta pengembang.

b. Menggunakan peta penyebaran fasilitas on-site tersebut sebagai landasan pengembangan peta kerja penyedotan lumpur tinja.

c. Mengosongkan atau menyedot lumpur tinja secara berkala (sistem penyedotan lumpur tinja) untuk meningkatkan fungsi tangki septik dalam mengolah cemaran organik dan menurunkan pencemaran air limbah domestik.

d. Melengkapi pengoperasian tangki septik dengan small bore sewer (pipa pengumpul efluen) yang menghubungkannya ke instalansi pengolahan air limbah.

e. Mengendalikan dan mengembangkan serta mengarahkan pembangunan fasilitas sanitasi setempat yang dibangun oleh masyarakat agar dapat dihubungkan dengan small bore sewer dan instalansi pengolahan air limbah.

Arah Kebijakan-5: Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Limbah Memperhatikan Budaya Lokal.

Masyarakat sebagai pengguna dan sekaligus pemonitor ke-efektifan operasi prasarana dan sarana sanitasi yang telah dibangun potensinya relatif besar dalam menunjang pengembangan prasarana dan sarana air limbah. Oleh karena itu, potensi tersebut perlu didaya-gunakan.

Strategi:

a. Kegiatan konsultasi masyarakat (community consultation), menjadi wajib yang harus dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pembangunan, baik oleh instansi pemerintah maupun instansi swasta.

b. Monitoring dan evaluasi terhadap efektifitas konsultasi dan/atau pelibatan masyarakat pada kegiatan pengembangan prasarana dan sarana air limbah tersebut menjadi tugas pemerintah.

c. Peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai mekanisme pelaksanaan pelibatan masyarakat termasuk kondisi pada butir a dan b tersebut tersedia dilapangan.

2.1.2 Arah Kebijakan Kelembagaan

Arah Kebijakan-6: Pengembangan Lembaga Pengelola Prasarana dan Sarana Air Limbah Didasarkan Pada Prinsip-Prinsip Efesiensi dan Efektifitas.

Sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan lingkungan maka peningkatan institusi pengelolaan air limbah menjadi penting.

Berdasarkan hasil studi diberbagai kota maupun kabupaten di Indonesia, institusi pengelolaan air limbah yang ada perlu diperkuat dan unit-unit pengelolaan air limbah yang ada perlu dikembangkan sehingga menjadi institusi yang lebih besar dan memadai untuk melakukan pengelolaan air limbah di daerahnya secara profesional.

Strategi:

a. mengembangkan dan memperkuat lembaga yang sudah ada agar maupun mengelola fasilitas penanganan air limbah. Lembaga yang sudah ada ini dapat berupa Perusahaan Daerah (PDAL, Divisi Air Limbah di PDAM, dsb.), Unit Pengelola (BPAL, UP2L, dsb.), atau bentuk-bentuk pengelola yang lain.

b. mengembangkan lembaga non pemerintah (NGO) dan swasta agar meningkat partisipasinya dalam menangani kesehatan lingkungan khususnya penyediaan prasarana dan sarana air limbah.

c. mengembangkan Sumber Daya Manusia melalui pendidikan dan latihan serta melibatkan masyarakat didalam kegiatan pembangunan, pengoperasian, maupun pemeliharaan prasarana dan sarana.

d. meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan air limbah agar prasarana dan sarana air limbah yang akan dan telah dibangun memenuhi syarat.

Arah Kebijakan-7: Jasa Pemeliharaan Sistem On-site dan Pelayanan Off-site Dikelola Oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Prasarana dan sarana air limbah yang telah dibangun oleh pemerintah, swasta dan masyarakat, pada dasarnya harus dioperasikan

Strategi:

a. melakukan kajian untuk menilai kelayakan pengembangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang ada misalnya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk mengelola prasarana dan sarana air limbah yang telah dibangun.

b. melakukan uji penerapan model kelembagaan jasa pemeliharaan prasarana dan sarana air limbah, khususnya dikota-kota besar dan Metropolitan.

c. mengembangkan sistem kelembagaan masyarakat untuk memantau dan mengevaluasi kinerja pelayanan yang dilakukan BUMD tersebut.

2.1.3 Arah kebijakan Tentang Peraturan dan Undang-Undang

Arah Kebijakan-8: Peraturan-peraturan yang bersifat operasional dipercepat penyusunannya.

Undang-undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, telah disiapkan dan diterbitkan untuk melandasi berbagai ketentuan dan peraturan mengenai pengelolaan lingkungan termasuk pengelolaan lingkungan perumahan dan permukiman.

Undang-Undang Tata Ruang dan Undang-Undang Perumahan dan Pemukiman juga menjadi acuan dalam pengembangan peraturan mengenai pengelolaan lingkungan pemukiman termasuk pengelolaan limbahnya.

Disamping itu tersedia beberapa peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah, seperti antara lain:

a. Peraturan Pemerintah No.20 Tentang Pengawasan Kualitas Air

b. Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1986 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

c. Kepmen KLH No. Kep-02/MENKLH/I/1988, Tentang Baku Mutu Lingkungan.

d. Kepmen KLH No. Kep-03/MENKLH/II/1991, Tentang Baku Mutu Limbah Air bagi Kegiatan yang sudah beroperasi.

e. Kepman PU.No.45/PRT/1991, Tentang Pengawasan Kualitas Air di Badan-Badan Air.

Sedangkan berbagai peraturan dan perundang-undangan lain yang menyangkut kelembagaan adalah antara lain:

a. Undang-undang No.22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah.

b. Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 1987.

c. Keppres No.23 Tahun 1990 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL), tanggal 5 Juni 1990.

Khusus untuk pengaturan pengendalian dan pengelolaan air limbah di daerah perumahan dan permukiman, perlu dikembangkan lagi berbagai peraturan seperti antara lain:

a. Peraturan Dasar:

Peraturan Tentang Air limbah (Sewage Law)

Peraturan tentang anti pencemaran (sudah ada, lihat daftar diatas).

Peraturan tentang tata ruang.

b. Peraturan Terkait:

Peraturan Perundang-undangan tentang Pencemaran Kota

Peraturan Perundang-undangan tentang Jalan. (sudah ada)

Peraturan Perundang-undangan tentang Sungai.

Peraturan Perundang-undangan tentang Penataan Bangunan.

Peraturan Perundang-undangan tentang Pengendalian Pencemaran.

Peraturan Perundang-undangan tentang Pengendalian Pencemaran Air (sudah ada)

Peraturan Perundang-undangan tentang Pembuangan dan Pengelolaan Limbah (belum ada)

Peraturan Perundang-undangan tentang Pengendalian Pencemaran Laut (belum ada).

Peraturan Perundang-undangan tentang Pembiayaan Penanggulangan dan Pencegahan Pencemaran (belum ada)

Peraturan Perundang-undangan tentang Kompensasi Bagi Gangguan Kesehatan Akibat Pencemaran.

Kebutuhan akan Peraturan Tentang Air Limbah sudah sangat mendesak mengingat sudah sangat parahnya kondisi lingkungan akibat penanganan air limbah yang tidak baik dan sudah tersedianya peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan referensi atau acuan.

Peraturan tentang air limbah sangat penting dalam pengaturan lingkungan perkotaan (urban environment) dan perlindungan badan air terhadap pencemaran.

Arah Kebijakan-9: NSPM (Norma, Standar, Pedoman, Manual) yang berhubungan dengan Air Limbah digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan peraturan-peraturan yang bersifat operasional

Jumlah Pedoman dan petunjuk teknis perencanaan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana air limbah yang dikembangkan oleh pemerintah pusat dalam bentuk Norma, Standar Nasional Indonesia (SNI), Pedoman dan Manual (NSPM) relatif cukup banyak. Namun, NSPM tersebut akan menjadi peraturan yang mengikat apabila telah menjadi bagian peraturan daerah atau kontrak-kontrak yang berhubungan dentgan pekerjaan konstruksi.

Strategi:

a. meningkatkan kegiatan sosialisasi dan disemunasi serta advis teknis mengenai keberadaan dan kegunaan NSPM (Norma, Standar, Pedoman, Manual), khususnya SNI dalam rangka pencegahan pencemaran air limbah.

b. meningkatkan kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) tentang penerapan NSPM dilapangan.

c. mengembangkan NSPM tersebut kedalam peraturan-peraturan daerah, kontrak-kontrak pekerjaan konstruksi, jasa pemeliharaan dan peraturan lainnya yang bersifat operasional.2.1.4 Arah Kebijakan Pembiayaan

Arah Kebijakan-10: Pembangunan Prasarana dan Sarana Air limbah di Daerah, didasarkan pada PDRB/kapita dan pola pengembangan yang dicapai sebelumnya.

Pola penanganan air limbah dikaji dengan menggunakan indikator dan atau variabel-variabel yang digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan prasarana dan sarana air limbah di tingkat propinsi. Angka indeks yang dihasilkan memberikan gambaran komprehensif terhadap upaya-upaya yang dilakukan di sektor air minum dan sanitasi kesehatan, pendidikan dan pengentasan kemiskinan. Hal itu berarti mencerminkan tingkat kemajuan dalam mencapai sasaran perbaikan kesehatan dan perbaikan kualitas lingkungan permukiman.

Strategi:

Dengan mempelajari pola kemajuan dalam mencapai tujuan dan sasaran tersebut, maka dapat dirumuskan arah pengembangan prasarana dan sarana sanitasi dimasa datang. Selain daripada itu, kebijakan dan strategi peningkatan dan konservasi lingkungan keairan dapat dikembangkan dari pola atau tingkat kemajuan penanganan air limbah saat ini.

Sebagai contoh propinsi Kaltim yang angka indeksnya 8,18 berada dibawah rata-rata nasional. Artinya, pola pengembangan PSS-air Limbah di Kaltim sudah lebih baik dari pada pola pengembangan rata-rata nasional. Selain daripada itu, PDRB/kapita di Kaltim besarnya 4,17 kali PDRB/kapita nasional. Keadaan tersebut mencerminkan relatif tercapainya sasaran perbaikan kesehatan dan perbaikan lingkungan permukiman di propinsi Kaltim. Walaupun demikian, tingkat pencemaran air di propinsi Kaltim masih relatif tinggi. Oleh karena itu, dengan potensi PDRB/kapita yang tinggi, maka pengembangan prasarana dan sarana air limbah di masa datang, dapat lebih difokuskan pada konservasi lingkungan keairan.

Contoh lain adalah propinsi Bali. Pada tabel tersebut tertera angka indeks propinsi Bali sebesar 7,81. artinya, pola pengembangan PSS-air Limbah untuk propinsi Bali, selai lebih baik dari angka rata-rata nasional, juga lebih baik daripada propinsi Kaltim. Walaupun demikian, PDRB/kapita propinsi Bali yang besarnya 9% lebih tinggi dari angka rata-rata nasional, besarnya hanya 26,18% PDRB/kapita propinsi Kaltim. Seperti halnya Kaltim, sasaran perbaikan kesehatan/sanitasi dan perbaikan lingkungan permukiman di propinsi Bali dinilai relatif telah tercapai pula. Walaupun demikian, peluang investasi prasarana dan sarana air limbah untuk mencapai tujuan konservasi lingkungan keairan tidak sebesar propinsi Kaltim.

Dengan memadukan pola investasi pengembangan prasarana dan sarana air limbah dengan potensi penerimaan daerah (gambar 5-1), maka strategi pengembangan prasarana dan sarana ditingkat propinsi adalah sebagai berikut:

a. propinsi-propinsi yang pola pengembangan PSS air limbahnya termasuk dalam kategori baik dan PDRB/kapitanya termasuk kategori sedang adalah Kalteng, Sumsel, DIY, Sumut, Jambi, Jabar dan Bali. Hal ini mengindikasikan bahwa upaya konservasi lingkungan keairan di propinsi-propinsi perlu di dorong.

b. Propinsi-propinsi yang pola pengembangan PSS-air limbahnya termasuk kategori sedang, tetapi PDRB/kapitanya termasuk kategori tinggi adalah propinsi Kaltim, Riau, DKI Jakarta, dan Papua. Hal ini mengindikasikan bahwa upaya konservasi lingkungan air di propinsi-propinsi dapat dipacu.

c. Propinsi-propinsi yang pola pengembangan PSS air limbah maupun PDRB/kapitanya termasuk kategori sedang adalah Sulut, Jateng, Kalsel, Jatim, Sumbar, Kalbar, NAD. Hal ini memberikan indikasi bahwa upaya konservasi lingkungan air dapat dirintis di propinsi-propinsi tersebut.

d. Propinsi-propinsi yang pola pengembangan PSS air limbahnya termasuk kategori sedang, tetapi PDRB/kapitanya termasuk kategori rendah adalah Sultra, Bengkulu, Lampung, Sumsel, Sulteng, NTB, NTT.

Hal ini memberi indikasi bahwa upaya perbaikan kesehatan maupun lingkungan permukiman perlu dipertahankan tingkat pencapaiannya dengan dukungan pemerintah.

e. Propinsi-propinsi yang pola pengembangan PSS air limbahnya termasuk kategori kurang, tetapi PDRB/kapitanya sedang adalah Banten, Bangka Belitung dan Gorontalo. Hal ini memberi indikasi bahwa upaya perbaikan kesehatan maupun perbaikan lingkungan permukiman perlu ditingkatkan dengan potensi penerimaan daerah yang ada.

f. Propinsi-propinsi yang pola pengembangannya PSS air limbah maupun PDRB/kapitanya termasuk kategori rendah adalah Maluku Utara. Hal ini memberi indikasi bahwa upaya perbaikan kesehatan maupun perbaikan lingkungan permukiman masih memerlukan dukungan pemerintah.

Arah Kebijakan-11: Penyelenggaraan Air Limbah berdasarkan prinsip Pencemar Membayar atau Poluter Pay Principle)

Strategi:

Menyadari bahwa penyediaan prasarana pembuangan air limbah adalah merupakan tanggung jawab masyarakat dan pemerintah daerah, maka mobilisasi dana juga bertumpu pada masyarakat dan pemerintah daerah harus lebih ditingkatkan.

Dengan demikian berbagai upaya perlu dilaksanakan mengingat kebutuhan dana yang cukup untuk membiayai penanganan air limbah ini, dengan antara lain:

a. Mengembangkan investasi swasta di komponen penanganan air limbah yang bisa memberikan keuntungan, baik tanpa maupun dengan fasilitas khusus dari pemerintah.

b. Pelayanan pengosongan tangki septik dan instalasi pengolahannya merupakan komponen pelayanan yang dapat dikembangkan bersama-sama dengan swasta, kemudian dengan fasilitas khusus sewerage skala kecil mungkin juga dapat menarik minat swasta, dan lain sebagainya.

c. Usaha pembuatan paket pengolahan air limbah yang hemat lahan dan hemat energi juga bisa dikembangkan untuk mengatasi masalah penanganan air limbah di perkotaan yang padat penduduknya atau pemukiman baru tetapi tidak dilayani oleh sewerage.

d. Mendorong masyarakat agar memiliki fasilitas pembuangan air limbah yang sehat dan memenuhi syarat, baik tanpa bantuan maupun dengan bantuan pemerintah atau swasta.

e. Berbagai langkah yang telah dimulai pada Pelita V perlu dilanjutkan seperti antara lain Program Bantuan Keuangan (Kredit Sanitasi) maupun Promosi Nasional.

Hibah pada umumnya perlu diberikan kepada masyarakat berpenghasilan rendah, tetapi terbatas pada fasilitas bersama (komunal) karena keterbatasan sumber dana pemerintah.

f. Bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah perlu dilaksanakan secara selektif dan dapat berupa bantuan teknis sebagian dari sistem pelayanan pembuangan air limbah atau bantuan lengkap yang berupa proyek perintisan.

g. Besar bantuan tersebut akan sangat tergantung dari kemampuan pemerintah daerah yang bersangkutan dan kebutuhan mendesak akan pembangunan sistem pembuangan air limbah di daerah yang bersangkutan berdasarkan atas pertimbangan kesehatan Iingkungan maupun perlindungan sumber daya alam dari pencemaran dan penurunan kualitas lingkungannya.

h. Sumber Daya dapat berupa dana dari masyarakat, swasta, pemerintah maupun pinjaman lunak dari dalam maupun luar negeri.

i. Untuk itu perlu dikembangkan peraturan yang mengatur mobilisasi dan pemanfaatan sumber dana tersebut.

Arah Kebiiakan-12: Rasio Investasi Prasarana dan Sarana Air Limbah diupayakan sekurang-kurangnya sebesar 3,8 US$/kapita/tahun atau sekitar 2,54 % dari PDRB/kapita/tahun sedemikian sehingga kondisi kualitas lingkungan keairan tidak semakin memburuk

Rasio Investasi prasarana dan sarana air limbah terhadap pendapatan perkapita nasional (PDRB/Kapita) pada periode pembangunan tahun 1990 sampai dengan tahun 2000, masih sangat rendah yaitu sekitar 0,116 %. Akibatnya, pencemaran terhadap Iingkungan semakin meningkat. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kondisi kualitas perairan yang ada, diperlukan peningkatan rasio investasi terhadap pendapatan perkapita nasional.

Strategi

1. Pendekatan "Poluter Pay Prinsiple" dalam setiap pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana air limbah dimasa datang Iebih ditingkatkan.

2. Dana pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana yang berasal dari masyarakat lebih ditingkatkan.

Arah Kebiiakan-13: Perlindungan Kualitas Air Baku PDAM terhadap pencemaran air limbah lebih ditingkatkan

Dampak ekonomis pencemaran air sungai yang digunakan sebagai air baku bagi penyediaan air minum oleh PDAM telah mencapai angka yang siknifikan karena nilainya sudah lebh besar daripada 20 %. Oleh karena itu, perlindungan kualitas air baku air minum PDAM harus lebih ditingkatkan.

Strategi

1. Prasarana dan sarana sistem setempat (on-site) yang ada di kota-kota besar dan Metropolitan ditingkatkan secara bertahap menjadi sistem off-site misalnya dengan penambahan small bore sewerage, instalasi pengolahan air limbah skala komunal dll.

2. Kawasan-kawasan kumuh kota yang memberi kontribusi besar pada peningkatan beban cemaran air sungai ditingkatkan penataannya dan dilengkapi dengan prasarana dan sarana air limbah sekurang-kurangnya menggunakan model prokasih.

2.1.5 Arah Kebijakan Pengembangan Peran serta Masyarakat dan Swasta

Arah Kebiiakan-14: Peran serta masyarakat dalam pembiayaan dan pengelolaan prasarana dan sarana air Iimbah ditingkatkan dari 43% menjadi 70%.

Dibeberapa daerah di Indonesia, masyarakat yang tergabung dalam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), telah menunjukkan kemampuannya dalam mengembangkan dan mengelola prasarana dan sarana air Iimbah terpusat (off-site sistem). Oleh karena itu, peran serta masyarakat dalam membangun sistem perpipaan (sewerage) air limbah pasca 2005 dapat lebih ditingkatkan lagi.

Strategi

1. Kelompok-kelompok pengembangan swadaya masyarakat (KPSM) lebih dikembangluaskan sebagai mediator pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap masyarakat.

2. Pembinaan pemerintah kepada Kelompok kelompok pengembangan swadaya masyarakat (KPSM) yang telah ada lebih ditingkatkan untuk memfasilitasi masyarakat yang akan membangun dan mengelola prasarana dan sarana air limbahnya secara mandiri.

Arah Kebijakan-15: Prasarana dan sarana air Iimbah di kawasan-kawasan permukiman baru yang dikembangkan oleh swasta sekurang-kurangnya menggunakan sistem tangki septik yang dilengkapi dengan small bore sewerage dan instalasi pengolahan air limbah terpusat skala kawasan

Beban cemaran organik di daerah perkotaan sudah mencapai kondisi yang sangat kritis karena telah berdampak pada peningkatan biaya produksi pengolahan air minum yang dikelola PDAM.

Sementara itu, perkembangan penduduk didaerah perkotaan termasuk penyediaan kebutuhan perumahannya semakin meningkat. Oleh karena itu, kawasan-kawasan baru sudah saatnya dilengkapi dengan sistem terpusat pada saat pembangunannya.

Strategi

1. Kedalam ijin yang diterbitkan pengembang (developer) disyaratkan membangun prasarana dan sarana air limbah dengan sistem terpusat (off-site).

2. sistem off-site tersebut, sekurang-kurangnya sistem tangki septik yang dilengkapi dengan pipa yang dapat menyalurkan efluen tangki septik ke Iokasi instalasi pengolahan air Iimbah secara modular.3.Tata letak ruang terbuka hijau di rencana kawasan perumahan diintegrasikan dengan kebutuhan lokasi lahan untuk Instalasi Pengolahan Air Limbah.

2.1.6Arah Kebijakan Pengembangan SDM

Arah Kebiiakan-16: Kampanye dan Promosi hendaknya ditujukan untuk meningkatkan (i) pengertian akan pentingnya menangani- air Iimbah dengan baik dan sehat, (ii) Kesadaran akan kesehatan lingkungan, (iii) Keinginan dan kebanggaan untuk memiliki fasilitas sanitasi yang baik dan sehat, (iv) kesadaran untuk tetap memelihara fasilitas sanitasi yang telah ada.

Masyarakat, pada dasarnya mempunyaui potensi besar dalam memberikan kontribusinya pada pembiayaan dan pengelolaan prasarana dan sarana air Iimbah. Oleh karena itu, sistem on-site maupun of-site yang telah berhasil dibangun oleh masyarakat misalnya sistem sewerage di desa Tlogomoyo Malang, taman bunga air limbah (Taman Bali) di Denpasar Bali dan mungkin masih banyak yang lain harus dapat dicontoh oleh daerah lainnya.

Strategi

a. Menjadikan kampanye dan promosi sebagai program nasional.

b. Mengikutsertakan berbagai media promosi yang ada dipusat maupun di-daerah.

c. Menyiapkan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat yang mencakup master plan, FS, disain, konstruksi, kelembagaan, tarif, kewajiban masyarakat dan sangsi-sangsinya.

d. Mengaitkan prestasi penanganan air limbah dengan berbagai penghargaan seperti Adipura, Prokasih, dsb.

e. Melanjutkan pelaksanaan pemasaran sosial (Social Marketing) yang telah dirintis pada Pelita sebelumnya.

Arah Kebiiakan-17: Pengetahuan masyarakat tentang penyelenggaraan prasarana dan sarana air Iimbah ditingkatkan.

Tingkat pendidikan masyarakat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan prasarana dan sarana air Iimbah. Oleh karena itu, akses masyarakat ke hal hal yang berhubungan dengan peningkatan pemahaman terhadap aspek air Iimbah harus selalu dapat ditingkatkan.

Strategi

a.Meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi yang berhubungan dengan pengembangan prasarana dan sarana air limbah misalnya informasi mengenai master plan, studi kelayakan, rencana pelaksanaan, dasar perhitungan retribusi, jadwal pemeliharaan atau penyedotan tangki septik

b.Meningkatkan peluang masyarakat untuk dapat terlibat dan/atau dilibatkan dalam setiap tahapan proses pengembangan prasarana dan sarana air limbah.c.Meningkatkan kesempatan nasyarakat untuk memperoleh pendidikan dan pelatihan yang berhubungan dengan pengembangan prasarana dan sarana air limbah.3. KRITERIA PERENCANAAN AIR LIMBAH TERPUSAT/OFF-SITE RSH KASIBA/LISIBA SEKAYU3.1UMUM

Air Limbah Domestik adalah air sisa pemakaian air dari aktifitas manusia sehari-hari (Air mandi, cuci, dapur dan air penyiraman tinja termasuk tinja manusia).

Dalam pengenalan sehari-hari air limbah dibagi 2 :

1. Air bekas mandi cuci dapur dan kegiatan lainnya selain air penyiraman tinja disebut air bekas atau istilah asingnya Grey Water.

2. Air penyiraman tinja termasuk tinjanya disebut air Kotor dengan istilah asingnya Black Water.

Di Indonesia sampai dengan akhir tahun 2000, pembangunan prasarana dan sarana air limbah melayani sekitar 25,5 % penduduk daerah perkotaan. Sekitar 2,28 % penduduk terlayani sistem terpusat dan 23,19 % terlayani dengan sistem tangki septik komunal. Sementara sasaran pelayanan Millenium Development Goals (MDG) 2015 adalah 69 % daerah perkotaan dan 46 % daerah pedesaan. Hasil penelitian kualitas pencemaran air limbah domestik maupun air limbah industri menunjukan peningkatan dari tahun ketahun dan telah mengancam kualitas badan air penerima seperti air tanah dan sungai yang menjadi sumber air bersih bahkan telah mengancam pasokan air baku bagi PDAM. kondisi ini dapat berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat di perkotaan.

Sejak era tahun delapan puluhan Pemerintah sudah berupaya membangunan berbagai fasilitas prasarana dan sarana pembuangan air limbah baik dengan system terpusat (conventional sewerage) maupun system setempat dengan skala besar dan sedang, namun masih belum optimal dan system tersebut membutuhkan pembangunan yang lama dan investasi besar serta membutuhkan pengelolaan yang rutin.Sekarang kebijakan Pemerintah bergeser kearah pembangunan sistem pembuangan air limbah terpusat dengan system perpipaan daerah pelayanan yang lebih kecil lagi dibanding Sistem Modular yaitu di lingkungan perumahan, atau katakanlah Sistem Perpipaan Air Limbah Sederhana (Simplified Sewerage System) akan dikembangkan:

di-komplek perumahan pegawai negeri sipil, komplek TNI/POLRI dan komplek perumahan sederhana PERUMNAS (RS & RSS) yang sedang dibangun atau siap huni (diutamakan)

Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, berakibat pada naiknya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas lainnya sehingga mengakibatkan baertambahnya buangan/limbah yang dihasilkan. Limbah/buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat yang lebih dikenal sebagai limbah domestic juga menjadi permasalahan lingkungan yang harus ditangani oleh pemerintah dan masyarakat itu sendiri.

Keterbatasan lahan dan kawasan permukiman menyebabkan pemerintah berusaha maksimal untuk menyediakan prasarana dan sarana permukiman yang layak huni, sehat dan amam bagi masyarakat terutama untuk kalangan menengah ke bawah. Sejalan dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang relative sangat tinggi, ditambah keterbatasan lahan perumahan dan permukimanakibat dari tingginya harga lahan, maka pemerintah membangun Rumah Siap Huni (RSH) sederhana dengan konsep hunian yang layak, sehat dan aman.

Dengan adanya kawasan-kawasan tersebut, perlu dipikirkan pengelolaannya termasuk pengelolaan limbah buangan untuk itu perlu dilakukan pembuatan Sistem Pembuangan Air Limbah Terpusat di kawasan-kawasan Rumah Siap Huni, Rumah sehat sederhana (RSH) guna mewujudkan prasarana dan sarana permukiman yang memadai yang bertujuan untuk terciptanya perumahan dan permukiman yang memadai yang bertujuan untuk terciptanya perumahan dan permukiman yang layak, sehat, bersih, aman dan serasi dengan lingkungan sekitarnya dengan tetap memperhatikan keterjangkauan daya beli masyarakat.

Sementara itu eksisting yang ada saat ini berkaitan dengan perilaku masyarakat terhadap sanitasi adalah sebagai berikut:

a. Tingkat kesadaran masyarakat akan kualitas lingkungan masih sangat rendah dengan demikian masyarakat belum banyak terlibat dalam pembangunan prasarana dan sarana air limbah.

b. Pendidikan masyarakat yang terbatas mengurangi kecepatan pembangunan prasarana dan sarana air limbah.

c. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pembuatan pembuangan air limbah setempat yang benar.

d. Rendahnya kesadaran dan pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat yang mencerminkan bahwa air limbah bukan merupakan isu penting bagi masyarakat dan kurangnya sosialisasi yang kontinyu tentang sanitasi terhadap kesehatan masyarakat.

e. Keterlibatan masyarakat yang masih rendah dalam pembangunan prasarana da sarana air limbah sering mengakibatkan pembangunan prasarana dan sarana sanitasi salah sasaran, tidak efisien, serta keberlangsungan (sustainability) oerasional prasarana tidak dapat dijamin.

MANFAAT PENANGANAN AIR LIMBAH

Manfaat penanganan pencemaran akibat air limbah menurut pengalaman dan informasi dari negara yang telah mengolah air limbah secara layak adalah :

1. Menurunnya tingkat kasus penyakit yang terkait dengan air limbah

2. Menghilangnya lalat dan serangga yang menyukai air limbah

3. Menurunnya angka kematian Balita.

4. Udara dan bau akibat air limbah menjadi hilang.3.2PENGENALAN DAN PENERAPAN SISTEM PEMBUANGAN AIR LIMBAH TERPUSAT UNTUK RSHMengingat besarnya kebutuhan dana investasi maka kebijakan Pemerintah Indonesia semula dari skala kota menurun menjadi skala kawasan, dan sekarang diturunkan lagi menjadi skala lingkungan, dan sedang diuji coba dengan di perumahan sehat sederhana yang siap huni yang idealnya adalah kompleks perumahan yang sedang dibangun dan siap hini atau dikenal dengan istilah Sistem Terpusat RSH.Beberapa faktor yang perlu diperhitungkan dalam sistem pembuangan terpusat skala lingkungan/RSH adalah:a. Kepadatan penduduk dan permukiman

Lingkungan yang kepadatan penduduk sudah melampaui 300 jiwa/ha umumnya kesulitan menempatkan Tangki Septik yang berjarak aman terhadap sumber air tanah baik untuk ditempat sendiri atau di tetangga. Patut dipertimbangkan penggunaan sistem air limbah terpusat terutama dilingkungan perumahan padat contohnya Perumnas dengan ukuran kaveling rumah yang relatif kecil.b. Luas Pekarangan

Daerah yang padat penduuk umumnya tidak memiliki pekarangan atau luas pekarangan sangat terbatas yang kurang layak membanguan fasilitas Tangki Septik lengkap dengan bidang peresapan. Kondisi seperti ini patut dipertimbangkan membangunan sistem air limbah terpusat.c. Kondisi Resapan Tanah

Kondisi resapan tanah sangat mempengaruhi jarak aman antara Tangki Septik dengan sumber air tanah yang umum dikonsumsi oleh masyarakat misalnya :

a. Tanah cadas dan agak kedap air jarak tangki septik dengan sumber air tanah minimal 5 s/d 7 m

b. Tanah Berpasir dan tidak kedap air jarak tangki septik dengan sumber air tanah minimal 12 s/d 15 m.

Kondisi diatas sangat sulit terpenuhi oleh perumahan yang mempubnyai luas kavling terbatas . Perlu dipertimbangkan penggunaan sistem air limbah terpusat.

d. Sumber Air Bersih

Penggunaan air bersih menjadi dilema untuk perumahan yang padat dan umumnya belum menggunakan PDAM dan menggunakan air tanah sangat berpotensi terhadap pencemaran jika jarak Tangki Septik dengan sumber air tidak layak. Dan dianjurkan mengunakan sistem air limbah terpusat disisi lain salah satu persyaratan sistem air limbah terpusat adalah terjaminnya kelancaran pasokan air bersih dan dianjurkan bagi lingkungan yang 60 % penduduknya telah dilayani air bersih PDAM. Namun apabila penggunaan air bersih sudah memadai walaupun dari air tanah misalnya denga sistem pompa maka dapat dianggap setara penggunaan dengan air bersih dari PDAM. ( hanya pertimbangkan pengelontoran ).e. Jarak Tangki Septik dengan Sumber Air Tanah

Perlu diperhatikan jarak antara Tangki Septik dengan sumber air tanah apabila tidak layak akan berpotensi mencemari air tanah dengan coli tinja. Dengan pertimbangan jenis tanah sesuai dengan yang dijelaskan sebelumnya. Apabila tidak dapat dipenuhi patut dipertimbangkan menggunakan sistem air limbah terpusat.

f. Air Tanah sudah Tercemar

Apabila ada penelitian yang membuktikan bahwa air tenah sudah tercemar oleh air limbah dan tidak layak dikonsumsi maka sebaiknya dipertimbangkan membangun sistem air limbah terpusat.

g. Kemauan dan Kemampuan Warga membiayai Pengoperasian dan Pemeliharaan

Faktor yang paling menentukan dari seluruh faktor yang diuraikan diatas adalah kemampuan masyarakat pengguna untuk membiayai operasi dan pemeliharaan sistem yang telah dibangun Pemerintah. Apabila masyarakat dianggap mampu maka masih diperlukan kemauan dan kesadaran akan kebutuhan sistem air limbah terpusat. Umumnya masyarakat khawatir pengelolannya tidak berjalan sesuai dengan harapan dan kurangnya disiplin masyarakat dalam menggunakan misalnya kurangnya air pengelontoran atau ceroboh dengan membuang benda-benda yang dapat membuat saluran pipa menjadi tersumbat atau tidak berfungsi.

Maka diperlukan kedisiplinan dan kesadaran serta partisipasi dari masyarakat untuk penentuan sistem air limbah terpusat.

3.2.1Teknologi yang dipakai

1. Pengaliran air limbah dalam pipa dengan cara grafitasi dan membantu dengan pompa jika diperlukan (sangat terpaksa)

2. Air limbah dialirkan kesatu tempat yang layak dan diolah dengan cara-cara yang sangat hemat energi. (untuk menekan biaya operasiDisarankan memakai modular sewer, dengan kedalaman pipa maksimum 2 m. Sistem modular ini, di masa yang akan datang, jika telah memenuhi kriteria sanitasi terpusat skala kawasan/kota, dapat disatukan ke dalam sistem sanitasi skala kota.

Kriteria Modular sewer (perpipan dangkal sebagian kota merupakan sistem antara untuk menuju sistem conventional)(a) Melayani lingkungan

(b) Dapat dibangun beberapa lingkungan yang berdiri sendiri

(c) Dikemudian hari dapat diintegrasikan

(d) Menampung air mandi, cuci, dapur dan tinja

(e) Kedalaman pipa minimum 0,80 m maksimum 2.00 m

(f) Setiap 200 m dipasang lobang kontrol (manhole)

(g) Bahan pipa sekarang umumnya PVC dahulu pipa keramik

(h) Kecepatan air rata-rata > 0,60 m/det dan maksimum 2 m/det.

(i) Sistem pengaliran terbuka ( open channel)

(j) Air dalam pipa maksimun 2/3 diameter pipa.

3.2.2Komponen yang digunakan

1. Pipa persil dari pipa PVC berdiameter 100 mm dipasang di pekarangan rumah yang menerima air limbah dari kamar mandi, dapur dan kakus dan mengalirkannya ke Pipa Service.2. Pipa Servis dari pipa PVC berdiameter 150 mm dipasang didepan pagar atau dijalan depan rumah yang menerima aliran air limbah dari pipa persil dan mengalirkannya ke pipa lateral.3. Pipa Lateral dari PVC berdiameter 200 mm yang mambawa air limbah dari pipa servis ke Instalasi Pengolahan.

4. Pada jaringan pipa harus di pasang lobang periksa ( Man Hole) dengan ukuran dapat dimasuki petugas pemeliharaan. (biasanya diameter 0,80 m).5. Pompa rendam (submersible Pump) jika sangat diperlukan namun dalam perencanaan diupayakan tidak mengunakan.

6. Pompa dengan perhitungan yang cermat untuk kemiringan pemasangan pipa.

7. Alternatif Instalasi pengolahan Air Limbah dapat dipilih dari cara yang sangat sederhana ( tanpa menggunakan enerji listrik) dan menengah seperti:

Tangki Septik Ukuran Besar lengkap dengan bidang peresapan.

Sistem kolam dengan tanaman Instalasi Pengolahan Limbah Sederhana Bebasiskan Masyarakat (IPLBM) dengan teknologi mirip Tangki Septik namun tanpa bidang peresapan. Imhofftank lengkap dengan kolam-kolam Pengolahannya (jika lahan memungkin)

3.2.3Komposisi Pemasangan Sistem Terpusat

Sistem pembuangan air limbah terpusat RSH Kasiba/Lisiba Sekayu terdiri dari 2 bagian yaitu:

1. Jaringan Perpipaan

Jaringan pipa diujung awal pelayanan harus disediakan pipa yang dapat dialirkan air dari mobil pemadam kebakaran untuk kepentingan penggelontoran secara berkala.Jaringan pipa persil (dia 100 mm) dipasang dimasing-masing perumahan dan jaringan pipa servis ( dia 150 mm) dipasang di tepi jalan dengan kedalaman mulai dari 0,8 m sampai dengan kedalaman 1,5 m dan pipa lateral ( dia 200 ) untuk membawa air limbah dari pipa service ke Instalasi pengolahan dengan kedalaman 1,5 sampai 2, 5 m. Semua pemasangan pipa harus diperhitungan dapat mengalirkan air limbah secara grafitasi dengan kecepatan minimum 0,6 m/det. Apabila tidak tersedia kemiringan lahan yang cukup dan lokasi instalasi terletak diatas elevasi akhir pipa lateral maka terpaksa digunakan pompa untuk mengangkat air limbah ke Instalasi pengolahan.2. Instalasi Pengolahan.

Instalasi Pengeolahan Air Limbah ( IPAL) harus dibangun dilokasi yang sudah disepakati dengan masyarakat pengguna dan luas harus mencukupi sesuai dengn kebutuhan pelayanan dan pilihan teknologi.

Idealnya Tekologi Pengolahan yang dipakai tidak menggunakan energi listrik dan elevasinya sedapat mungkin di lahan yang paling rendah dari seluruh area pelayanan. Jika tidak dapat terpenuhi maka terpaksa menggunakan pompa untuk mengangkat air limbah diakhir pipa lateral agar dapat dialirkan ke IPAL

3.3Sistem Operasional dan Pemeliharaan

Sistem Operasional

1. Apabila sistem pembuangan air limbah tanpa mengunakan energi listrik maka operasional sistem bisa berjalan dengan sendirinya.2. Diperlukan hanya tenaga 1 orang personil untuk mengawasi IPAL dan menerima keluhan jika ada pipa yang tidak berfungsi normal.

3. Jika sistem terpaksa menggunakan Pompa atau IPAL menggunakan Aerator maka diperlukan 2 orang tenaga operasional dan 1 personil harus memahami masalah Pompa Listri, dan 1 orang dapat membantu pemantauan IPAL dan Jaringan.

Sistem Pemeliharaan

1. Jika sistem tanpa energi listrik maka pemeliharaan hanya dilakukan untuk jaringan pipa yang secara berkala harus digelontor menggunakan Mobil Pemadam Kebakaran. Memantau IPAL jika ada yang tidak berfungsi sesuai rencana.

2. Jika sistem menggunkan enerji listrik maka diperlukan perawatan pompa atau aerator disamping perawatan jaringan pipa.

3.4Beberapa Alternatif Pengelolaan Air Limbah RSH Kasiba/Lisiba SekayuTerdapat beberapa alternatif teknologi pengelolaan air limbah untuk kasiba/lisiba Sekayu, baik sistem setempat maupun sistem terpusat, antara lain:

a. Sistem tangki septik,

b. Sistem Imhoftank,

c. Sistem Kolam Anaerobik,

d. Sistem UASB,

e. Sistem Kolam Fakultatif,

f. Sistem Aerated Lagoon,

g. Sistem Kolam Maturasi,

h. Sistem RBC dan,

i. Sistem Phitoremediasi.

Pertimbangan utama dari pemilihan jenis teknologi pengolahan air limbah adalah sistem ini dapat dilaksanakan dan dioperasikan. Mengingat keterbatasan ekonomi masyarakat mapupun sokongan dana pemerintah, maka alternatif dengan biaya pemeliharaan yang paling minimum merupakan salah satu faktor yang harus dipikirkan. Selengkapnya, faktor - faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan alternatif teknologi pengolahan air limbah, yaitu:

1. Lahan,

2. Konstruksi,

3. Biaya dan Investasi,

4. Biaya Operasional Listrik,

5. Tenaga Kerja (SDM),

6. Dampak Terhadap Lingkungan dan,

7. Peran serta Masyarakat.

Untuk itu dilakukan skorsing untuk memilih alternatif teknologi pengolahan dengan nilai 1 = minim, 2 = sedang, dan 3 = besar. Tabel 4.2-1 menyajikan matriks indikasi untuk analisa pemilihan alternatif teknologi pengolahan air limbah untuk ke-9 alternatif pengolahan diatas.

Tabel 4.2-1 Matriks Indikasi Pemilihan Alternatif Pengolahan Sistem TerpusatNo.VariabelSkorsingKeterangan

Nilai123

1234567

A.Sistem Septictank

1.Lahan1

2.Konstruksi2

3.Biaya dan investasi1

4.Operasional atau Biaya Tenaga Listrik1

5.Tenaga Kerja (SDM)1

6.Dampak Terhadap Lingkungan2

7.Peranserta Masyarakat3

Jumlah11

Rata-rata (= 7/Jumlah)0,636

B.Sistem Imhoftank

1.Lahan1

2.Konstruksi2

3.Biaya dan investasi3

4.Operasional atau Biaya Tenaga Listrik3

5.Tenaga Kerja (SDM)3

6.Dampak Terhadap Lingkungan1

7.Peranserta Masyarakat3

Jumlah16

Rata-rata0,438

C.Sistem Kolam An-aerobik

1.Lahan2

2.Konstruksi1

3.Biaya dan investasi1

4.Operasional atau Biaya Tenaga Listrik1

5.Tenaga Kerja (SDM)1

6.Dampak Terhadap Lingkungan1

7.Peranserta Masyarakat1

Jumlah8

Rata-rata0,875

D.Sistem UASB

1.Lahan1

2.Konstruksi1

3.Biaya dan investasi3

4.Operasional atau Biaya Tenaga Listrik3

5.Tenaga Kerja (SDM)3

6.Dampak Terhadap Lingkungan1

7.Peranserta Masyarakat3

Jumlah15

Rata-rata0,467

E.Sistem Kolam Fakultatif

1.Lahan2

2.Konstruksi1

3.Biaya dan investasi1

4.Operasional atau Biaya Tenaga Listrik1

5.Tenaga Kerja (SDM)1

6.Dampak Terhadap Lingkungan1

7.Peranserta Masyarakat1

Jumlah8

Rata-rata0,875

Tabel 4.2-1 (Lanjutan) No.VariabelSkorsingKeterangan

Nilai123

1234567

F.Sistem Aerated Lagon

1.Lahan2

2.Konstruksi1

3.Biaya dan investasi1

4.Operasional atau Biaya Tenaga Listrik3

5.Tenaga Kerja (SDM)3

6.Dampak Terhadap Lingkungan1

7.Peranserta Masyarakat3

Jumlah14

Rata-rata0,5

G.Sistem Kolam Maturasi

1.Lahan3

2.Konstruksi1

3.Biaya dan investasi1

4.Operasional atau Biaya Tenaga Listrik1

5.Tenaga Kerja (SDM)1

6.Dampak Terhadap Lingkungan1

7.Peranserta Masyarakat1

Jumlah9

Rata-rata0,778

H.Sistem RBC

1.Lahan2

2.Konstruksi1

3.Biaya dan investasi3

4.Operasional atau Biaya Tenaga Listrik3

5.Tenaga Kerja (SDM)3

6.Dampak Terhadap Lingkungan1

7.Peranserta Masyarakat3

Jumlah16

Rata-rata0,438

I.Sistem Phitoremediasi

1.Lahan2

2.Konstruksi2

3.Biaya dan investasi1

4.Operasional atau Biaya Tenaga Listrik2

5.Tenaga Kerja (SDM)1

6.Dampak Terhadap Lingkungan1

7.Peranserta Masyarakat1

Jumlah10

Rata-rata0,7

Maka berdasarkan matriks indikasi tersebut, dengan rata rata nilai tertinggi, dipilih:

a. Untuk jangka pendek menengah, ketika perumahan belum penuh dan kepadatan masih renggang ( 2 hari

Total ukuran tanki V1 + VcBatasan Perencanaan

Debit air limbah 150 sampai dengan 160 liter/orang/hari, untuk rumah tangga dengan pelayanan penuh .

Rata-rata lumpur tiap tahun 35 liter/orang/tahun.

Jumlah pemakai dianggap rata-rata 6 orang untuk satu KK.

Penggunaan air untuk penyiram 20 liter 40 liter /pekapita/hari.

Kualitas BOD rata-rata 1000 mg/liter

Waktu Penahanan dalam tangki

Untuk WC + dapur + mandi = Wp 1.5 0.3 log (PQ) > 0.2

Dimana;

P=Jumlah pemakai.

Q=Debit limbah

Waktu pengurasan diambil 3 tahun.

Kedalaman cairan dianjurkan tidak kurang dari 80 cm.

Ukuran perbandingan. Panjang dan lebar 2 : 1, dan maksimum 15 : 1 dan lebar tanki tidak boleh kurang dari 60 cm.

Perhitungan Tangki Septik Komunal RSH Kasiba/Lisiba Sekayu Direncanakan Tangki Septik Komunal melayani 20 KK / 100 jiwa (NSPM Kimpraswil, 2002). Air limbah dari WC + dapur + mandi masuk ke Septik Tank.a. Jumlah KK/rumah dilayani:20 KK

b. Jumlah pemakai (p):20 KK . 5 jiwa/KK=100 jiwa

c. Kebutuhan air bersih:160 liter/orang/hari

:160 liter/orang/hari . 100 jiwa . (1 m3/1000 liter)

= 13 m3/hari

d. Proyeksi debit air limbah:

d.1 Debit air limbah rata rata : 80% . 160 liter/orang/hari

= 128 liter/orang/hari

e. Waktu Pengurasan (T):3 tahun

f.Rata rata lumpur (L):35 liter/orang/tahunf.Volume penampungan lumpur (V1) :

V1 = p x T x L = 100 orang . 3 tahun . 35 liter/orang/tahun

= 10.500 liter

g.Debit air limbah (Q)

:0,8 . 160 liter/orang/hari = 128 liter/orang/hari

h.Keperluan waktu penahanan (Wp) : 2 harii.Volume cairan (Vc) :

Vc = P . Q . Wp = 100 orang . 128 liter/orang/hari . 2 hari

= 25.600 liter

j.Jadi volume tangki septik (V) = V1 + Vc = 36.100 liter = 36,1 m3.h.Tinggi tangki septik efektif (t) = 1,5 m + free board 0,25 mk.Luas permukaan tangki septik = V / t = 36,1 m3 / 1,5 m = 24,07 m2l.Rasio panjang dan lebar = 2 : 1,

maka A = p . l = 2l . l = 2 l2 = 24,07 m2, m.jadi lebar tangki septik (l) = (24,07/2)0,5 = 2,45 m, ambil lebar = 2,5 m

n.panjang (p) = 2 . 2,5 m = 5 mPerhitungan Pori Resapan / Bidang Resapan

Peresapan air buangan dari tangki septik berlangsung/terjadi pada kedua sisi dinding parit sedang dasar parit peresapan tidak diperhitungkan karena sangat cepat tersumbat oleh zat padat yang terdapat pada air limbah. Panjang parit peresapan dihitung dari rumus:

Dimana:

L= panjang saluran (m)

P= jumlah orang yang memakai tangki septik (jiwa)

Q= debit air limbah (l/orang/hari)

D= Dalam saluran (m)

i= kecepatan / daya resap tanah (l/hari).

Angka 2 digunakan karena saluran mempunyai dua sisi. Kecepatan/daya resap tanah.

Dengan kecepatan infiltrasi (I) = 480 liter/m2/hari dan,

dalam saluran (D)=0,5 m ,

maka:

Jika dibangun 4 bidang peresapan, maka panjang peresapan masing masing adalah 26,7m / 4 = 6,7 m. Ambil panjang peresapan per bidang = 7 m.

Kesimpulan Desain Septik Tank Komunal

1. Jumlah pemakai 100 orang atau 20 KK.

2. Dibangun 2 (dua) unit septik tank dengan ukuran masing masing:

panjang=5 m

lebar=2,5 m

tinggi=1,5 m (ditambah free board 0,25 m)

3.Pada masing masing septik tank, dibangun 4 bidang resapan dengan:

panjang resapan =7 m

dalam resapan=0,5 m

lebar resapan=0,5 m

3.4.2 Alternatif 2: Jangka Pendek - Menengah Pengolahan Ait Limbah dengan Baffled Septic TankSumber: Rahayu, S., S., Baffled Septic Tank, www.chem-is-try.org, 2009

Septic tank biasanya terdiri dari 2 bagian (chamber). Tetapi bila anda inginkan bisa juga dibuat menjadi lebih banyak chamber (misalnya 3, 4 atau 5 chamber).Tetapi sungguhpun dibuat menjadi banyak ruang, proses yang terjadi tetap sama ialah sekedar pengendapan (settling).

Tetapi yang dimaksud dengan sistem septic tank susun (juga dikenal dengan sebutan baffled septic tank atau baffled reactor) bukan sekedar septic tank yang ditambah kotak chambemya. Karena proses yang terjadi dalam sistem septic tank susun adalah berbagai ragam kombinasi proses anaerobik hingga hasil akhirnya lebih baik. Pada intinya bentuk septic tank susun atau baffled reactor adalah sbb:

Di ruang pertama proses yang terjadi ialah proses settling (sama seperti yang terjadi pada septic tank). Pada ruang berikutnya proses penguraian karena kontak antara limbah dengan akumulasi microorganisme dengan pola fluidized bed (hampir mirip dengan proses yang terjadi pada UASB).

Baffled reactor yang baik mempunyai minimum chamber sebanyak 4 buah. Variabel yang penting dan harus benar benar diperhatikan dalam desain adalah waktu kontak yang ditunjukkan dengan kecepatan aliran keatas (uplift atau upstream velocity) didalam chamber 2-5.

Bila terlampau cepat maka proses penguraian tidak terjadi dengan semestinya dan malahan konstruksi yang anda buat percuma saja. Kecepatan aliran uplift ini jarrgan lebih dari 2 m/jam. Untuk HRT tertentu uplift velocity ini tergantung dari luas penampang (panjang dan lobar). Dalam hal ini faktor tinggi (kedalaman chamber) tidak berpengaruh atau tidak berfungsi sebagai variabel dalam design. Dengan kata lain mbok dalamnya dibuat berapa saja ndak ada pengaruhnya.

Konsekuensinya model bak yang dibutuhkan adalah yang penampangnya luas tetapi dangkal. Karena itu sistem ini relatif membutuhkan lahan yang luas hingga kurang ekonomis untuk unit besar. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa penelitian mengenai sistem baffled reactor masih sediKit dibandingkan penelitian sistem lain.

Tetapi untuk unit kecil atau menenegah baffled septic tank cukupideal, terebih goncangan hydraulic dan organic load tidak begitu mempengaruhi kinerja sistem ini.

Variabel design berikutnya adalah hubungan antara panjang (L)dengan tinggi (h). Agar limbah yang masuk terdistribusi secara merata maka dianjurkan L antara 0.5 0.6 dari h.Dengan demikian sungguhpun h tidak ada pengaruhnya terhadap uplift velocity (seperti telah disebut diatas), tetapi ratio antare h dan L perlu diperhatikan agar distribusi limbah bisa merata dan kontak dengan microorganism effisien. Variabel design yang lain adalah HRT (hydraulic retention time) pada bagian cair (diatas lumpur)pada baffle reactor minimum harus 8 jam.Perhitungan Baffled Septic Tank RSH Kasiba/Lisiba Sekayu (Kap. 20 KK) Contoh perhitungan untuk 20 KK

a) Pelayanan 100 jiwa atau 20 kk

b) Misalkan beban organik BOD 40 gr/kapita/hari

c) Konsumsi air bersih 160 l/kapita/hari

d) Diketahui temperatur maksimum 30 C

e) Lumpur yang dihasilkan antara 1 5 % bahan terlarut

f) Total air limbah 80 % konsumsi air bersih

g) Produksi air limbah 80% x 160 = 128 l/kapita/hari

h) Total air limbah yang dihasilkan 128 x 100 = 12.800 l/hari atau 12,8 m3/hari

i) Waktu tinggal ditentukan 3 hari

j) Volume total TS Bafel 3 x 12,8 = 38,4 m3

k) Waktu pengaliran air limbah ditentukan 12 jam

l) Beban puncak perjam = kapasitas air limbah / waktu alir atau 12,8/ 12 = 1,067 m3/jam

m) Diketahui COD masuk 633 mg/l dan BOD 333 mg/l

n) Rasio COD/BOD = 633/333 = 1,9

o) Temperatur dalam ruang pelumat 25 C

p) Waktu pengosongan lumpur interval antara 1 - 3 tahun diambil 18 bulan

q) Waktu tinggal ( HRT) diinstalasi ditentukan 1,5 jam

r) Penurunan COD di Setler = ( Rasio SS/BOD )/0,6 a

Dimana a = lihat pada grafik. Berdasarkan HRT

s) a = (HRT) x (0,1/2) + 0,3 = (1,-1) x (0,1/2) + 0,3 = 0,325

t) Penurunan COD di setler = 0,44 / ( 0,6 x 0,325) = 23,8 = 24 %

u) Dari hasil penurunan COD 24 % lihat grafik faktor COD/BOD = 1,06

v) Penurunan BOD di Setle adalah penurunan COD x faktor COD/BOD = 0,24 x 1,06 = 25 %.

w) COD masuk ke Bafel = 633 x (1-25%) = 482,14 mg/l

x) BOD masuk ke Bafel = 333 x (1-25%) = 284,87 mg/l

y) COD/BOD rasio setelah keluar dari Setler = 1,94 mg/l

z) Faktor penurunan COD di bafel dihitung sesusi rumus diatas didapat:

f over load

= 1,08 f-strength

= 0,84

f- temperatur

= 1

f- chamber

= 1,02 f- HRT

= 0,94 faktor penurunan

= 0,89 = 89 %

BOD keluar

= 11,00 mg/l

Total penurunan BOD

= 97 %

Total penurunan COD

= 94 %

COD keluar

= 97,63 mg/l

aa) Sekat batu bata/beton bertulang

Lebar

= 1,5 m

Dalam

= 2,0 m

Akumulasi lumpur

= 0,0037 l/gr COD

Panjang setler (hasil perhitungan)

=1,23 m

Diambil

=1,5 m

Mak kecepatan

=1,8m/jam

Jumlah chamber

=5kamarDalam outlet

= 2,0 m

Panjang Chamber < dalam

= 1,0 m

Lebar chamber (hasil perhitungan)

= 0,59 m

Diambil lebar

= 1,5 m

Dimensi pipa bawah chamber

= 150 mm

Aktual volume ruang bafel

= 15 m3

Aktual total HRT

= 33 jam

Beban BOD

= 0,67 kg/m3.hari

Biogas

=1,89 m3/hari

Kesimpulan Desain:

Dimensi

1. Bak sedimentasi ( setler)

Panjang

= 1,5 m

Lebar

= 1,5m

Tinggi

= 2m

2. Ruang Bafel

Total ruang

= 5 kamar

Diameter pipa

= 150mm

Jarak antar sekat

= 1,0 m

Lebar

= 1,5m

Tinggi

= 2m

Tabel 2.4.2-3 Rekapitulasi Perhitungan Baffled Septic Tank

No.ItemSatKapasitas Desain

400 KK100 KK20 KK

1Jumlah pemakai (p)orang2000500100

2debit air limbah rata - ratam3/hari2566413

3Jumlah ruang dalam tangkikamar555

4Waktu penyedotan lumpurbulan181818

5Dimensi bak pengendap (settler)

a. lebarm'10,005,001,50

b. kedalamanm'3,002,002,00

c. panjangm'2,502,001,50

6Dimensi Baffle Septic Tank

a. Total ruang baffleunit555

b. lebarm'10,005,001,50

c. kedalamanm'3,002,002,00

d. panjang ruangm'1,501,001,00

Sumber: Hasil Estimasi Konsultan

3.4.3 Alternatif 3: Perencanaan Jangka Panjang - IPAL Modular skala kawasan dengan KOLAM STABILISASI Proyeksi Penduduk

Penduduk yang menghuni kawasan kasiba lisiba diperkirakan sebanyak 10.000 jiwa yang menghuni 1300 rumah yang disediakan di kawasan kasiba - lisibaProyeksi Debit Air Limbah kota SekayuDari data jumlah penduduk, dapat dicari debit air bersih yang dibutuhkan serta debit air limbah yang dihasilkan, baik grey water (mandi, cuci ) maupun black water (kakus). Dengan asumsi kebutuhan air bersih 150 liter/orang/hari, dan 80 % dikembalikan lagi dalam bentuk air limbah, serta air limbah terbagi menjadi 80% grey water (kode SR) dan 20% black water (kode KU), didapat proyeksi air limbah seperti tersaji pada tabel 3.4.3-1 untuk limbah domestik dan tabel 3.4.3-2 untuk limbah non-domestik/fasilitas umum (kode FU).

Debit total air limbah, dari sumber domestik (SR dan KU) dan fasilitas umum (FU) direkapitulasi pada tabel 3.4.3-3.Tabel 3.4.3-1 Proyeksi Air Limbah Domestik di Kawasan Kasiba Lisiba SekayuNo.Desa / KelurahanJenis PemakaianDebit (m3/detik)

1Kasiba - Lisiba

Debit Air Bersih (Qab)SR780,00

Debit Air Limbah (Qal)624,00

Debit Air Bersih (Qab)KU195,00

Debit Air Limbah (Qal)156,00

Debit Total Air Bersih (Qtot ab)SR + KU975,00

Debit Total Air Limbah (Qtot al)SR + KU780,00

Tabel 3.4.3-2 Proyeksi Air Limbah Non-Domestik/Fasilitas Umum di Kasiba-Lisiba Sekayu No.Area LayananLuas Wilayah (km)Fasilitas Umum (Fasum)Kebutuhan Air BersihDebit Air Bersih dan Air Limbah FU (m/hari)

JenisJumlah (unit)% Air LimbahPemakaian Air Bersih (Ltr/org/hari)Jumlah Pemakai (orang)Debit Air Bersih FU (m/hari)Debit Air Limbah FU (m/hari)

1Kasiba - Lisiba -Masjid080%405000

B. Pengobatan080%3005000

Fasilitas Umum 280%305032,4

Pertokoan (m2)3,080%5433,22,171,7

Sekolah480%306007257,6

Taman Bacaan080%303000

Jumlah77,1761,73

Tabel 3.4.3-3 Proyeksi Air Limbah Total di Kasiba-Lisiba SekayuNo.Area LayananJenis PemakaianDebit (m3/detik)

1Kasiba - Lisiba

Debit Total Air Limbah (Qtot al)SR + KU780,00

FU61,73

JumlahSR+KU+FU841,73

Perhitungan Pipa Air Limbah Lateral dan Utama

Dengan kemiringan rencana pipa 0,001, kekasaran pipa 0,015, didapat dimensi pipa lateral dan utama untuk keempat kelurahan dalam wilayah kota Sekayu seperti tersaji pada tabel 3.4.3-4.

Perhitungan Luas Kolam IPAL

Kolam IPAL yang dibuat merupakan rangkaian dari kolam anaerobik fakultatif dan maturasi ditambah bak pengering lumpur. Standar desain untuk ketiga kolam tersebut disajkan pada tabel 3.2.3-5, sedangkan hasil perhitungan luas masing masing kolam disajikan pada tabel 3.4.3-6. Penanganan Lumpur dengan Dewatering

Penanganan, pengolahan dan pembuangan lumpur merupakan isu penting dalam pengolahan air buangan kota Sekayu. Dalam pengolahan air buangan, lumpur diproduksi dalam jumlah yang banyak dan memiliki kandungan organik yang sangat tinggi. Biaya untuk penanganan dan pengolahan lumpur pada keempat unit IPAL di kota Sekayu mungkin memakan biaya sampai 1/3 dari total biaya. Sebuah peningkatan kecil dalam persentase kandungan solids akan mengakibatkan perubahan dramatik dalam total volume lumpur. Hal ini merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhitungkan dalam desain dan operasional aliran lumpur. Jika volume lumpur dapat diturunkan, biaya penanganan, pengolahan dan pembuangan semuanya akan turun. Dikarenakan kecepatan pengendapan yang rendah, dan konsentrasi solids yang tinggi di dalam lumpur, proses sedimentasi menjadi tidak efisien. Perhitungan dewatering lumpur menggunakan bak pengering lumpur disajikan dalam tabel 3.4.3-7.Perhitungan Volume Pekerjaan Sipil Setiap Kolam

Pada masing masing kolam, kolam anaerobik, fakultatif, maturasi dan bak pengering lumpur, terdapat 2 (dua) macam pekerjaan sipil yang harus dilakukan yaitu;

a. pekerjaan galian tanah dan,

b. pekerjaan plat lantai (ditambah cerucuk gelam) dan dinding dari beton bertulang.Tabel 3.4.3-8 sampai 3.4.3-9 memperlihatkan hasil perhitungan volume pekerjaan sipil untuk keempat kolam pada masing masing kelurahan.Tabel 3.4.3-4 Perhitungan Diameter Pipa Pengalir Air LimbahNo.Desa / KelurahanJumlah Penduduk (jiwa)Debit Total Air Limbah (m/hari) Domestik dan FasumKriteria StandarDiameter Pipa Lateral (Dpipe)

Flow Rate Maximum (Fpeak)Flow Rate Minimum (Fmin)Kekasaran Pipa (n)Sloop Pipa (S)Debit Puncak (Qpeak)Debit Minimum (Qmin)Debit Rencana (d/D)Debit Penuh (Qfull)Diameter Pipa (Dpipe)(a/A)Diameter Pipa Akhir (Dpipe)

(cm)(mm)(mm)(mm)

1234567891011121314151617

4-3,50,2-0,350,0150,001(m/hari)(m/hari)(m/hari)

1.Kayu Ara 21.141,03 2.723,24 40,20,0150,001 10.892,97 1002,630,25 43.571,90 60,81608,100,7608,80540

2Serasan Jaya 24.493,14 3.067,74 40,20,0150,001 12.270,95 1163,210,25 49.083,78 63,55635,500,7636,20600

3Soak Baru 15.924,60 1.934,79 40,20,0150,001 7.739,17 673,100,25 30.956,68 53,59535,860,7536,56520

4Balai Agung 35.743,40 4.462,57 40,20,0150,001 17.850,27 1824,960,25 71.401,08 73,00730,030,7730,73650

Tabel 3.4.3-5 Kriteria Standar Desain Kolam Anaerobik, Kolam Fakultatif dan Kolam MaturasiKriteria Standar Kolam AnaerobikKriteria Standar Kolam FakultatifKriteria Standar Kolam Maturasi

Time Detention (td)Kedalaman Kolam (h)Tingkat Efisiensi Time Detention (td)Kedalaman Kolam (h)Tingkat Efisiensi Time Detention (td)Kedalaman Kolam (h)Tingkat Efisiensi

56791011121314

3-5 hari2-5 meter< 50%4-6 hari1,5-2 meter90%12-18 hari0,5-1 meter70%

32< 50%41,590%120,5

32< 50%41,590%120,5

32< 50%41,590%120,5

32< 50%41,590%120,5

Tabel 3.4.3-6