akhlak dalam islam

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Agama Islam mengatur berbagai aspek dalam kehidupan, antara lain : fiqih, aqidah, muamalah, akhlaq, dan lain-lain. Seorang muslim bisa dikatakan sempurna apabila mampu menguasai dan menerapkan aspek-aspek tersebut sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist. `Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pergaulan, kita mampu menilai perilaku seseorang, apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut dapat terlihat dari cara bertutur kata dan bertingkah laku. Akhlak, moral, dan etika masing-masing individu berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal tiap-tiap individu. Di era kemajuan IPTEK seperti saat ini, sangat berpengaruh terhadap perkembangan akhlak, moral, dan etika seseorang. Kita amati perkembangan perilaku seseorang pada saat ini sudah jauh dari ajaran Islam, sehingga banyak kejadian masyarakat saat ini yang cenderung mengarah pada perilaku yang kurang baik. Akhlak, atau moral, adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan.Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu. Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya Agama Islam 1

Upload: ilham-maulidi-hasan

Post on 14-Apr-2017

55 views

Category:

Spiritual


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Akhlak Dalam Islam

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan

menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik.

Agama Islam mengatur berbagai aspek dalam kehidupan, antara lain : fiqih, aqidah,

muamalah, akhlaq, dan lain-lain. Seorang muslim bisa dikatakan sempurna apabila mampu

menguasai dan menerapkan aspek-aspek tersebut sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.

`Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pergaulan, kita mampu menilai  

perilaku seseorang, apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut dapat terlihat dari cara bertutur

kata dan bertingkah laku. Akhlak, moral, dan etika masing-masing individu berbeda-beda, hal

tersebut dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal tiap-tiap individu. Di era

kemajuan IPTEK seperti saat ini, sangat berpengaruh terhadap perkembangan akhlak, moral,

dan etika seseorang. Kita amati perkembangan perilaku seseorang pada saat ini sudah jauh

dari ajaran Islam, sehingga banyak kejadian masyarakat saat ini yang cenderung mengarah

pada perilaku yang kurang baik.

Akhlak, atau moral, adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai

mutlak kebaikan.Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat

terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran

kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.   Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia

tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai

berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil,

boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus

manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut,

karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah sebagai subjek

menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah

pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa

dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.

Agama Islam 1

Page 2: Akhlak Dalam Islam

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah pengertian dari Akhlak?

1.2.2 Apa saja ciri-ciri Akhlak dalam Islam?

1.2.3 Bagaimana konsep Akhlak dalam kehidupan?

1.2.4 Apa saja jenis-jenis Akhlak dalam Islam?

1.2.5 Apa saja karakteristik Akhlak dalam Islam?

1.2.6 Bagaimana proses terbentuknya Akhlak dalam Islam?

1.2.7 Bagaimana jalan pembentukan Akhlak Mulia?

1.2.8 Apa manfaat mempelajari ilmu Akhlak?

1.2.9 Apa saja faktor faktor keruntuhan Akhlak?

1.2.10 Bagaimana cara memperbaiki Akhlak dalam Islam?

1.2.11 Apa saja dasar atau alat pengukur Akhlak?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui pengertian akhlak

1.3.2 Mengetahui ciri-ciri akhlak dalam kehidupan

1.3.3 Mengetahui konsep akhlak dalam kehidupan

1.3.4 Mengetahui jenis-jenis akhlak dalam Islam

1.3.5 Memahami karakteristik akhlak dalam Islam

1.3.6 Mengetahui proses terbentuknya akhlak dalam Islam

1.3.7 Mengetahui jalan pembentukan akhlak mulia

1.3.8 Mengetahui manfaat mempelajari ilmu Akhlak dalam kehidupan sehari-hari?

1.3.9 Mengetahui faktor faktor keruntuhan akhlak

1.3.10 Mengetahui cara memperbaiki akhlak dalam Islam

1.3.11 Mengetahui pengertian perilaku adil, syukur, sabar dan pemaaf dan bagaimana

cara mengembangkan perilaku ini serta implementasi dalam kehidupan?

1.4 Manfaat

1.4.1 Memberi pengetahuan tentang akhlak akhlak, etika dan moral sesuai dengan agama

islam.

1.4.2 Pembaca diharapkan dapat membedakan baik buruknya perilaku seseorang.

1.4.3 Pembaca diharapkan mampu merubah akhlak yang kurang baik menjadi akhlak

yang sesuai ajaran islam.

1.4.4 Sebagai pedoman berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Agama Islam 2

Page 3: Akhlak Dalam Islam

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak

Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu ” Al-Khulk ” yang berarti tabeat,

perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak ialah sifat yang

tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan

mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti

atau kelakuan. 

Pengertian akhlak secara sederhana berarti perilaku atau tingkah laku yang secara

sadar dilakukan berulangkali. Artinya ada akhlak yang baik dan ada akhlak yang buruk.

Pengertian akhlak secara sederhana diatas tidak membatasi apakah akhlak itu harus baik,

intinya bila aktivitas ataupun perbuatan ataupun reaksi atas suatu perihal dilakukan

berulangulang kali maka disebut akhlak.

Kenapa pengertian akhlak diatas sangat sederhana? Terkesan tidak membatasi bukan!,

itu karena kata akhlak sendiri adalah bentuk jamak yang berasal dari kata tunggal

Khuluk (Bahasa arab) yang berarti tabiat, tingkah laku dan bahkan ada yang mengartikannya

sebagai agama (Berliana Katarkusumah).Untuk membahas akhlak lebih jauh lagi, anda harus

membaca beberapa pengertian akhlak oleh beberapa ahli khususnya ahli agama dan lainnya

dibawah ini.

Menurut beberapa pakar dalam bidang akhlak seperti Ahmad Ibnu Muhammad

Miskawaih Razi atau Ibnu Miskawaih (penulis buku Tahdzibul achlaq wa tathhirul

a’raaq dan Tartib as Sa’adahtentang akhlak), Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al

Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’i (Imam Al Gazali), dan Ahmad Amin (penulis buku Dhuhal

Islam yang kontroversial) menyatakan bahwa pengertian akhlak adalah perangai yang

melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa

mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.

Menurut Nurcholish Madjid, bahwa istilah akhlak atau khuluq merupakan satu akar

kata dengan khalq atau penciptaan, khaliq (pencipta) dan makhluq (ciptaan), yang semuanya

mengacu pada pandangan dasar Islam mengenai penciptaan manusia, bahwasanya manusia

diciptakan dalam kebaikan, kesucian dan kemulian sebagai “sebaik baiknya ciptaan” (ahsanu

taqwim). Lebih lanjut dijelaskan oleh Bapak Nurcholish madjid bahwa manusia akan

Agama Islam 3

Page 4: Akhlak Dalam Islam

terbimbing ke arah akhlak yang mulia jika beriman kepada Allah dengan berbagai turunan

caranya (derivasi).

Selanjutnya manusia akan menerjemahkan imannya menjadi tingkah laku yang penuh

tanggungjawab kepada sesama manusia, dengan jalan saling berpesan tentang kebenaran

serta saling berpesan tentang ketabahan. Kecenderungan mendasar manusia terhadap

kebaikan tersebut dapat ditemukan dalam QS Ar-Rum (30):30 dengan istilah Fitrah.

Tentu bila anda melihat dalam KBBI, pengertian akhlak akan lebih sederhana dari

pengertian akhlak sederhana diatas, yaitu suatu budi pekerti atau kelakuan. Kemudian,

Quraish menjelaskan bahwa kata akhlak biasa digunakan dalam bentuk tunggal yaitu khuluq,

seperti dalam surah Al-Qalam ayat 4 “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas

budi pekerti (khuluq) yang aqung” Dalam hadis Nabi Muhammad SAW, penggunaan konsep

akhlak dalam berbagai konteks misalnya berbunyi “Aku hanya diutus untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia”. atau “Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangan

(amal) seorang mukmin pada hari Kiamat melebihi akhlak yang luhur”. Disini Quraish ingin

menjelaskan tentang pengertian akhlak di dalam Agama Islam tidak dapat disamakan dengan

pengertian etika. Apabila etika hanya didefinisikan sebagai arti sopan santun antarsesama

manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Istilah akhlak sesungguhnya

memiliki makna yang luas meliputi pelbagai aspek. Aspek aspek akhlak mulai dari akhlak

terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk biotik dan nonbiotik.

Hal yang serupa disampaikan oleh Endang Saifuddin Anshari bahwa istilah akhlak

merupakan aspek ketiga dalam agalam Islam selain akidah dan aspek syariat. Pada garis

besarnya akhlak Islam terdiri atas akhlak manusia terhadap Pencipta, dan akhlak manusia

terhadap sesama makhluk. Serupa dengan pengertian akhlak diatas, menurut Ahmadi (2004)

bahwa akhlak berasal dari rangkaian huruf kha-la-qa yang berarti menciptakan. Kata halaqa

mengingatkan tentang kata Al Khaliq atau pencipta yaitu Allah SWT dan kata Makhluk yaitu

seluruh yang diciptakan oleh  Allah SWT. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian

akhlak adalah suatu perilaku yang menghubungkan antara Allah SWT dan makhlukNya (FIP-

UPI).

Lebih lengkap dalam buku “Ilmu dan Aplikasi Pendidikan” tentang Pengertian

Akhlak menurut Al Ghazali bahwa kata al-khalq adalah ‘fisik’ dan al khuluq berati akhlak.

Al-khalq karena manusia tersusun atas fisik yang dapat dilihat oleh mata kepala dan ruh yang

dapat ditangkap oleh mata batin. Ruh yang dapat ditangkap oleh mata batin memiliki nilai

lebih tinggi dibandingkan dengan nilai fisik yang ditangkap oleh mata kepala.

Agama Islam 4

Page 5: Akhlak Dalam Islam

 Kata Al khuluq merupakan satu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari hal tersebut

lahirlah perbuatan perbuatan dengan mudah tanpa memikirnya dirinya dan merenung terlebih

dahulu. Apabila sifat yang tertanam darinya terlahir perbuatan perbuatan buruk maka sifat

tersebut dinamakan akhlak buruk. Al khuluq adalah suatu sifat jiwa dan gambaran batinnya. 

Agar terwujud keindahan akhlak atau akhlak baik, dalam batin manusia ada empat

rukun yang harus terpenuhi yaitu kekuatan ilmu, kekuatan marah, kekuatan syahwat, dan

kekuatan untuk adil terhadap tiga kekuatan sebelumnya (Mahmud, 2004:28). Ditambahkan

pula bahwa puncak dari akhlak adalah hikmah (Al Hikmah) yaitu kepahaman terhadap Al

Qur’an dan As Sunnah. Al Hikmah sendiri akan dibentuk oleh kekuatan atas tujuan dalam

mencari ilmu untuk membedakan yang kebenaran dan kebatilan serta keindahan dan

keburukan yang terolah dengan baik pula.

Sedangkan menurut Encyclopedia Brittanica, pengertian akhlak diarahkan kepada

ilmu akhlak yaitu Sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik,

buruk, seharusnya benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan

terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral. Jadi, sudah mengerti

tentang pengertian akhlak, dalam beberapa hadis dijelaskan pula tentang akhlak seperti

dibawah ini: Rasulullah saw. bersabda:

Dalam HR Imam Malik dalam al-Muwathatha’, 2:212, al-Halabi, Kairo,1371 H.

Selanjutnya, dapat diambil beberapa poin poin tentang pengertian akhlak diatas

seperti syarat syarat yang harus dimiliki oleh individu ataupun manusia untuk dapat dikatakan

berakhlak (baik ataupun buruk)  serta macam macam akhlak (pembagian akhlak ) dan contoh

contoh akhlak itu sendiri.

Syarat Agar disebut Berakhlak

Perbuatan yang baik atau buruk.

Kemampuan melakukan perbuatan.

Kesadaran akan perbuatan itu.

Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk.

Agama Islam 5

Page 6: Akhlak Dalam Islam

2.2 Ciri Ciri Akhlak

Ciri ciri akhlak dalam Islam:

a) Islam menyeru agar manusia menghiasi jiwa dengan akhlak yang baik dan menjauhkan

diri dari akhlak yang buruk. Yang menjadi ukuran baik dan burukna adalah syarak, iaitu

apa yang diperintahkan oleh syarak, itulah yang baik dan apa yang dilarang oleh syarak

itulah yang buruk.

b) Lingkungan skop akhlak Islam adalah luas meliputi segala perbuatan manusia dengan

Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan makhluk selain manusia.

c) Islam menghubungkan akhlak dengan keimanan. Orang yang paling sempurna

keimanannya ialah orang yang paling baik akhlaknya.

d) Adanya konsep balasan dan ganjaran pahala atau syurga oleh Allah dan sebaliknya orang

yang berakhlak buruk akan mendapat dosa atau disiksa dalam neraka.

2.3 Konsep Akhlak

Dari beberapa pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah

tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehinnga dalam jiwa

tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan

mudah dan spontan, tanpa dipikirkan dan diangan-angankan terlebih dahulu. Hal itu tidak

berarti bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak sengaja atau tidak dikehendaki.

Hanya saja karena yang demikian itu dilakukan berulang-ulang sehingga sudah menjadi

kebiasaan, maka perbuatan itu muncul dengan mudah tanpa dipikir dan dipertimbangkan lagi.

Sebenarnya akhlak itu sendiri bukanlah perbuatan,melainkan gambaran batin (jiwa) yang

tersembunyi dalam diri manusia.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa akhlak adalah nafsiyah (sesuatu yang bersifat

kejiwaan/abstrak),sedangkan bentuknya yang kelihatan berupa tindakan (mu’amalah) atau

tingkah laku (suluk) merupakan cerminan dari akhlak tadi. Seringkali suatu perbuatan

dilakukan secara kebetulan tanpa adanya kemauan atau kehendak, dan bisa juga perbuatan itu

dilakukan sekali atau beberapa kali saja, atau barangkali perbuatan itu dilakukan tanpa

disertai ikhtiar (kehendak bebas) karena adanya tekanan atau paksaan. Maka perbuatan-

perbuatan tersebut diatas tidak dapat dikategorikan sebagai akhlak.

Sebagai contoh, seseorang tidak dapat dikatakan berakhlak dermawan,apabila

perbuatan memberikan hartanya itu dilakukan hanya sekali atau dua kali saja,atau mungkin

dia memberikan itu karena terpaksa (disebabkan gengsi atau dibawah tekanan) yang

sebenarnya dia tidak menghendaki untuk melakukannya,atau mungkin untuk memberikan

Agama Islam 6

Page 7: Akhlak Dalam Islam

hartanya itu dia masih merasa berat sehingga memerlukan perhitungan dan

pertimbangan.Padahal factor kehendak ini memegang peranan yang sangat penting,karena dia

menunjukkan adanya unsur ikhtiar dan kebebasan,sehingga suatu perbuatan bisa disebut

perbuatan akhlak.

2.4 Jenis-jenis Akhlak

2.4.1 Akhlak terpuji ( Mahmudah )

Penerapan akhlak sesama manusia yang dan merupakan akhlak yang terpuji adalah sebagai

berikut:

2.4.1.1 Husnuzan

Berasal dari lafal husnun ( baik ) dan Adhamu (Prasangka).

Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata

husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang .

Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib.

wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain:

Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul-

Nya Adalah untuk kebaikan manusia

Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti

berakibat buruk.

Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh

dilakukan).Husnuzan kepada sesama manusia berarti menaruh

kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan

berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri

maupun orang lain.

2.4.1.2 Tawaduk

Tawaduk berarti rendah hati.Orang yang tawaduk berarti orang

yang merendahkan diri dalam pergaulan.Lawan kata tawaduk adalah

takabur. Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa rendah hati kepada

saudaranya semuslim maka Allah akan mengangkat derajatnya.

Dan barangsiapa mengangkat diri terhadapnya maka Allah akan

merendahkannya” (HR. Ath-Thabrani).

Agama Islam 7

Page 8: Akhlak Dalam Islam

2.4.1.3 Tasamu

Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling

menghargai sesama manusia. Allah berfirman,

”Untukmu agamamu, dan untukku agamaku”. (Q.S. Alkafirun/109:

6) Ayat tersebut menjelaskan bahwa masing-masing pihak bebas

melaksanakan ajaran agama yang diyakini.

2.4.1.4 Ta’awun

Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu

membantu dengan sesama manusia. Allah berfirman, ”

“…dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan

dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan

permusuhan…”(Q.S. Al Maidah/5:2)

Selain sifat-sifat di atas masih banyak lagi sifat-sifat terpuji lainya

yang menjadi patokan akhlak kita antar sesama.

2.4.2 Akhlak Tercela ( Mazmumah)

a. Hasad

Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang

lain beruntung. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Janganlah kamu saling membenci dan

janganlah kamu saling mendengki, dan janganlah kamu saling menjatuhkan. Dan hendaklah

Agama Islam 8

Page 9: Akhlak Dalam Islam

kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara dan tidak boleh seorang muslim mendiamkan

saudaranya lebih dari tiga hari“. (HR. Anas).

b. Dendam

Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas

kejahatan. Allah berfirman:

”Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang

ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhlah itulah yang terbaik bagi

orang yang sabar” (Q.S.An Nahl/16:126)

c. Gibah dan Fitnah

Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya.

Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan

gibah.Sedangkan apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu

disebut fitnah. Allah berfirman,

”…dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada

diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa

jijik…” (Q.S. Al Hujurat/49:12).

d. Namimah

Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang yang

belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud terjadi perselisihan antara keduanya.

Allah berfirman,

Agama Islam 9

Page 10: Akhlak Dalam Islam

”Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik(keluar dari ketaatan

kepada Allah dan Rasul-Nya datang kepadamu membawa suatu berita maka telitilah

kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan),

yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (Q.S. Al-Hujurat/49:6)

2.5 Karakteristik Akhlak

  Kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh Alquran dan Sunnah, mengandung muatan

universalistik dan partikularistik. Muatan universalistik merupakan “common platform”(titik

persamaan) nilai-nilai moral lain yang ada di dunia, sedangkan muatan partikularistik

menunjukkan cirri khas dan karakteristik akhlak Islam yang berbeda dengan yang lainnya.

Ciri khas dan karakteristik akhlak Islam itu meliputi:

1. Akhlak Rabbaniyah

Akhlak rabbaniyah memiliki pengertian bahwasanya wahyu Ilahi merupakan

“reference source” (sumber rujukan) ajaran akhlak. Hal ini tidak berarti mengandung

kontradiksi dengan pendapat akal sehat, karena kebaikan yang diajarkan oleh wahyu adalah

kebaikan menurut akal dan yang diajarkan sebagai keburukan menurut wahyu adalah

keburukan menurut akal.

2. Akhlak Insaniyah

Akhlak insaniyah mengandung pengertian bahwa tuntutan fitrah dan eksistensi

manusia sebagai makhluk yang bermartabat, sesuai dan ditetapkan oleh ajaran akhlak.

Kecenderungan manusia kepada hal-hal yang positif dan ketetapan akal tentang kebaikan,

secara langsung akan terpenuhi dan bertemu dengan kebaikan ajaran akhlak. Orientasi akhlak

insaniyah ini, tidak terbatas pada perikemanusiaan yang menghargai nlai-nilai kemanusiaan

secara umum, tetapi juga mencakup kepada perikemakhlukan, dalam pengertian

menanamkan rasa cinta terhadap semua makhluk Allah.

Agama Islam 10

Page 11: Akhlak Dalam Islam

3. Akhlak Jami’iyah

Akhlak jami’iyah mempunyai arti bahwa kebaikan yang terkandung di dalamnya

sesuai dengan kemanusiaan yang universal, kebaikannya untuk seluruh umat manusia di

segala zaman dan di semua tempat, mencakup semua aspek kehidupan baik yang berdimensi

vertikal maupun yang berdimensi horisontal.

4. Akhlak Wasithiyah

Akhlak wasithiyah berarti bahwasanya ajaran akhlak itu menitikberatkan

keseimbangan (tawassuth) antara dua sisi yang berlawanan, seperti keseimbangan antara

rohani dan jasmani, keseimbangan antara dunia dan akhirat, dan seterusnya.

Allah swt. dalam firman-Nya mengilustrasikan tentang dua kelompok manusia yang memiliki

sifat saling berlawanan. Kelompok pertama hanya memprioritaskan kehidupan dunianya,

dengan sekuat tenaga berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan hedonistiknya dan membunuh

kesadarannya akan kehidupan akhirat.

Sedangkan kelompok yang kedua berusaha menyeimbangkan kepentingan hidupnya di dunia

dan di akhirat serta merasa takut akan siksa neraka. Kelompok pertama akan mendapatkan

keinginan-keinginan duniawinya, namun di akhirat tidak mendapatkan apa-apa, sedangkan

kelompok yang kedua benar-benar akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

5. Akhlak Waqi’iyah

Akhlak waqi’iyah mengandung pengertian bahwasanya ajaran akhlak memperhatikan

kenyataan (realitas) hidup manusia didasari oleh suatu kenyataan, bahwasanya manusia itu di

samping memiliki kualitas-kualitas unggul, juga memiliki sejumlah kelemahan. Firman Allah

berikut memperjelas kondisi objektif manusia paling mendasar: “Dan jiwa serta

penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)

kefasikan dan ketakwaannya. (Q.S. 91:7-8) Ayat di atas memberikan pemahaman

bahwasanya manusia memiliki dua potensi yang berhadapan secara diametral. Satu potensi

menunjukkan kualitas insaniyah dan yang satunya lagi manunjukkan kelemahan. Dalam ayat

lain terdapat sebuah ilustrasi, bahwasanya kondisi realitas menjustifikasi untuk melakukan

sesuatu yang tadinya terlarang. “Barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang

dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya.

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. 2:173) Dengan

memahami karakteristik akhlak Islam ini, mudah-mudah kita terpacu untuk mewujudkan

akhlak Islam di pentas kehidupan sehingga harmoni tercipta di muka bumi.

Agama Islam 11

Page 12: Akhlak Dalam Islam

2.6 Pembentukan Akhlak

Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak antara lain adalah:

2.4.1 Insting (Naluri)

Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi

oleh kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang ( dalam bahasa Arab

gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir.

Para psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang

mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:

a. Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan

tanpa didorang oleh orang lain.

b. Naluri Berjodoh (seksul instinct).

c. Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan

sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.

d. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri

dari gangguan dan tantangan.

e. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.

Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu

dipelajrari terlebih dahulu.

2.4.2 Adat atau Kebiasaan

Adat atau Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang

dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi

kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat: perbuatan manusia, apabila dikerjakan

secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat

kebiasaan.

2.4.3 Wirotsah (keturunan)

Warisan adalah: Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua)

kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-

sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari

salah satu sifat orang tuanya.

Agama Islam 12

Page 13: Akhlak Dalam Islam

2.4.4 Milieu

Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara

sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri,

lautan, udara, dan masyarakat. milieu ada 2 macam:

a. Lingkungan Alam

Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi

dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau

mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang.

Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di

serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya.

Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati

lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang

berlaku.

b. Lingkungan pergaulan

Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah

sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling

mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya Akhlak orang

tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak

anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan

oleh guru di sekolah.

2.7 Jalan Pembentuk Akhlak Mulia

Dari sini dapat disimpulkan bahawa akhlak merupakan sesuatu yang semulajadi tetapi

ianya perlu dibentuk. Terdapat beberapa cara untuk membentuk dan membina akhlak mulia.

Antara cara-cara itu ialah melalui :

1. Pendidikan Iman sebagai Asas Akhlak

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencorak manusia menjadi

seseorang yang beriman. Iman adalah asas kepada akhlak Islam. Tidak akan

sempurna iman seseorang jika tidak disertai oleh akhlak yang baik. Contohnya

dengan melaksanakan segala perintah Allah yang berupa ibadah kerana kesemua

Agama Islam 13

Page 14: Akhlak Dalam Islam

perintah Allah tersebut bertujuan untuk membersihkan diri dan menyuburkan jiwa

manusia dengan sifat-sifat terpuji.

Lantaran itu setiap ayat al-Quran menyeru manusia berbuat baik dan

mencegah manusia daripada melakukan perbuatan mungkar. Biasanya didahului

dengan panggilan "Wahai orang-orang yang beriman" kemudian barulah diikuti

dengan perintah atau larangan.

Pendidikan iman bolehlah disimpulkan sebagai suatu pemulihan tenaga

keimanan seseorang supaya dapat mempertahankan diri manusia daripada segala

kerendahan dan keburukan serta dapat mendorong manusia ke arah kemuliaan.

2. Melalui Latihan dan Bimbingan Pendidik Berkualiti

Pendidikan yang diberikan itu hendaklah bermula dari rumah yang

ditangani oleh ibu bapa. Selepas itu barulah berpindah ke peringkat sekolah hingga

ke pusat pengajian tinggi bagi pendidikan berbentuk formal.

Ibu bapa seharusnya mempunyai keperibadian dan akhlak yang mantap sebagai

pendidik dan pembinbing seperti lemah lembut dalam pertuturan, pergaulan, sabar,

lapang dada, istiqamah, berwawasan dan seumpamanya.

3. Mengambil Rasulullah saw Sebagai Contoh

Rasulullah adalah contoh teladan dan ikutan yang paling tepat bagi semua

peringkat kehidupan. Bersesuaian dengan itu, Allah swt telah berfirman bahawa

Nabi Muhammad saw diutuskan kepada manusia untuk menyempurnakan akhlak

di kalangan mereka. Firman Allah yang bermaksud : "Demi sesungguhnya bagi

kamu pada diri Rasulullah saw itu contoh ikutan yang baik bagi orang-orang yang

sentiasa mengharapkan keredhaan Allah dan balasan baik di hari akhirat serta

sentiasa menyebut dan memperingati Allah dalam masa senang dan susah."

2.8 Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak

Dengan mempelajari ilmu akhlak, diharapkan setiap muslim mampu mengaplikasikan

ajaran-ajaran terpuji yang bersumber dari Alquran dan Al Hadits. Berkenaan dengan hal ini

dalam kutipan buku “Akhlak Tasawuf” krangan Abudin Nata, Ahmad Amin mengatakan

sebagai berikut: 

Agama Islam 14

Page 15: Akhlak Dalam Islam

Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat

menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagaian yang baik dan sebagian yang buruk.

Bersikap adil termasuk baik. Sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk, membayar

hutang kepada pemiliknya termasuk perbuatan baik , sedangkan mengingkari hutang

termasuk perbuatan buruk.

Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu, ialah

untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati

menjadi suci bersih bagaikan cermin yang dapat menerima nur cahaya tuhan. (Abudin Nata

1996: 13)

Keterangan tersebut memberi petunjuk bahwa ilmu akhlak berfungsi memberikan panduan

kepada manusia agar mampu menilai dan menentukan suatu perbuatan untuk selanjutnya

menetapkan bahwa perbuatan tersebut termasuk perbuatan yang baik dan buruk. (Abudin

Nata 1996: 14)

Perbuatan-perbuatan baik yang sesuai dengan norma-norma ajaran Islam lahir dari

cinta yang tulus dan sempurna kepada Allah yang mendalam dalam hati seorang mukmin.

Hamka mengemukakan  pendapat Imam Ghazali yang menyatakan bahwa yang mendorong

hati seseorang berbuat baik adalah: (Ajad Sudrajat, dkk 2013:103 (Asmaraman 2004:148)

a) Karena bujukan atau ancaman dari orang yang diingini rahmatnya atau ditakuti

siksanya.

b) Mengharap pujian dari yang akan memuji, atau menakuti celaan dari yang akan

mencela.

c) Mengerjakan kebaikan karena memang dia baik, dan  Bercita-cita hendak menegakkan

budi yang utama.

Tujuan lain dari mempelajari akhlak adalah mendorong kita menjadi orang-orang

yang mengimplementasikan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Ahmad Amin

menjelaskan etika (akhlak) tidak dapat menjadikan semua manusia baik. Kedudukannya

hanya sebagai dokter. Ia menjelaskan kepada pasien tentang bahaya minuman keras dan

dampak negatifnya terhadap akal. Si pasien boleh memilih informasi yang disampaikan

dokter tersebut: meninggalkannya agar tubuhnya sehat atau tetap meminumnya dan dokter

tidak dapat mencegahnya. Etika tidak dapat menjadikan manusia baik atau buruk. Etika tidak

akan bermanfaat apa-apa jika petunjuk-petunjuknya tidak diikuti. Tujuan etika bukan hanya

sebagai teori, tetapi juga mempengaruhi dan mendorong kita supaya membentuk hidup suci

serta menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan. (Anwar, Rosihon 2010:29)

Agama Islam 15

Page 16: Akhlak Dalam Islam

Akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas

kehidupan manusia di degala bidang. Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan

teknologi yang maju yang disertai dengan akhlak yang mulia, niscaya ilmu pengetahuan dan

teknologi modern yang ia milikinya itu akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan

hidup manusia.

Sebaliknya orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memiliki

pangkat, harta, kekuasaan dan sebagainya namun tidak disertai dengan akhlak yang mulia,

maka semuanya itu akan disalahgunakan yang akibanya akan menimbulkan bencana di muka

bumi. (Nata, Abuddin 2011:15)

Dengan demikian Ilmu akhlak bertujuan sebagai pedoman atau pun penerang bagi

kaum manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Perbuatan baik

membutuhkan pembiasaan setiap hari. Berusaha melakukan perbuatan yang baik dan

berusaha menjauhi perbuatan yang buruk. Perbuatan yang baik akan banyak halangannya.

Berbekal akhak yang mulia, seorang mukmin akan semakin teruji dan menjadi insan yang

terpuji. 

2.9 Faktor Faktor Keruntuhan Akhlak

Faktor keruntuhan akhlak dapat disebabkan oleh:

1. lingkungan sosial

Faktor lingkungan sosial banyak mempengaruhi pembentukan peribadi seseorang.

Antaranya ialah :

a) Individu yang hidup dalam keluarga yang tidak mengamalkan cara hidup yang

berakhlak, maka jiwanya akan terdidik dengan tingkah laku, tutur kata dan gaya

hidup yang tidak baik.

b) Kehadiran teknologi canggih dalam media massa sama ada bercetak atau

elektronik juga sedikit sebanyak memberi kesan dalam pembentukan akhlak

seseorang yaitu melalui adegan-adegan ganas dan berunsur seks yang boleh

merosakkan jiwa mereka.

c) Pengaruh rakan sebaya dan masyarakat sekeliling juga merupakan faktor yang

membentuk keperibadian dan akhlak seperti tingkah laku, tutur kata dan cara

bertindak.

Budaya masyarakat yang cenderung ke arah liberalisme juga membawa

masyarakat kini mudah terjebak dengan budaya rock, rap, lepak dan

seumpamanya.

Agama Islam 16

Page 17: Akhlak Dalam Islam

2. Nafsu

Nafsu adalah anugerah Allah swt kepada manusia dan nafsu juga adalah

musuh sebati dengan diri manusia yang melaksanakan hasrat nafsu manusia. Manusia

yang terlalu menurut kehendak nafsunya akan terdorong untuk melakukan keburukan.

Seandainya nafsu tidak dapat dikawal, sudah asti boleh menghilangkan maruah diri,

agama dan nilai budaya sesebuah masyarakat dan membawa kepada kemungkaran

sebagaimana berlaku dalam masyarakat kini. 

3. Syaitan

Satu lagi musuh ghaib yang sentiasa mendampingi manusia dengan

memperalatkan nafsu manusia iaitu syaitan. Fungsi syaitan adalah sebagai agen

perosak akhlak manusia berlaku sejak Nabi Adam a.s. dan berterusan hingga ke hari

kiamat.

2.10 Cara Mengatasi dan Memperbaiki Akhlak dalam Islam

Cara mengatasi dan memperbaiki akhlak dalam Islam :

a) Menguatkan nilai-nilai aqidah dan keimanan dalam jiwa.

b) Mengawal pancaindera daripada melihat atau mendengar perkara-perkara yang

membangkitkan atau menguatkan syahwat dan hawa nafsu yang menjadi punca

segala sifat buruk dan keji.

c) Mempelajari huraian atau penjelasan al-Quran dan Hadith serta penafsirannya oleh

para ulama mengenai akhlak terpuji untuk membersihkan jiwa.

d) Melatih diri membiasakan perbuatan-perbuatan baik seperti ibadah berupa solat,

puasa dan lain-lain dan menjauhkan diri daripada segala perbuatan buruk dan keji.

e) Berkawan dan berjiran dengan orang-orang yang berakhlak mulia kerana kawan atau

jiran memberi kesan atau pengaruh dalam pembinaan akhlak seseorang.

f) Mempelajari kehidupan para nabi, sahabat, ulama atau auliya dan menjadikan

kehidupan mereka sebagai contoh teladan dalam kehidupan kita.

g) Dalam segala tindak tanduk kita hendaklah sentiasa mengikuti dan menggunakan

akal fikiran dan janganlah mengikut perut dan hawa nafsu kita.

h) Sentiasa berdoa memohon bantuan Allah swt agar dilengkapkan diri dengan akhlak

yang mulia dan mendapatkan perlindungan daripada perkara-perkara yang tidak

diingini.

Agama Islam 17

Page 18: Akhlak Dalam Islam

2.11 Dasar atau Alat Pengukur Baik Buruknya Akhlak

Dalam Islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakan baik-buruknya sifat seseorang

itu adalah Al-Qur’an dan As-Sunah Nabi SAW. Apa yang baik menurut Al-Qur’an dan As-

Sunah, itulah yang baik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya,

apa yang buruk menurut al-Qur’an dan as-Sunnah, itulah yang tidak baik dan harus dijauhi.

(M. Ali Hasan, 1978:11) Dasar akhlak yang dijelaskan dalam al-Qur’an yaitu:

واليوم الله يرجوا كان من ل حسنة أسوة الله رسول في لكم كان لقدكثيرا الله وذكر اآلخر

Artinya :”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu

(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia

banyak menyebut Allah”. (Q.S.al-Ahzab : 21)

Sedangkan dalam Alquran hanya ditemukan bentuk tunggal dari akhlak yaitu khuluq

(QS. Al Qalam (68): 4) (Marzuki:2012)

عظيم خلق لعلى ك وإن“Dan sungguh-sungguh engkau berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al Qalam (68): 4)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: 

خلقا أحسنهم إيمانا المؤمنين أكملArtinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik

akhlaknya.”(HR. At-Tirmidzi)

Sungguh Rasulullah memiliki akhlak yang sangat mulia. Segala perbuatan dan perilaku

Beliau berpedoman pada Al Quran. Aisyah memberikan gambaran yang sangat jelas akan

akhlak beliau dengan mengatakan:

القرآن خلقه كانArtinya: “Akhlak beliau adalah Al Quran.” (HR Abu Dawud dan Muslim)

Maksud perkataan ‘Aisyah adalah bahwa segala tingkah laku dan tindakan Rasul, baik yang

lahir maupun batin senantiasa mengikuti petunjuk dari al-Qur’an.

Al-Qur’an selalu mengajarkan umat Islam untuk berbuat baik dan menjauhi segala

perbuatan yang buruk. Ukuran baik dan buruk ini ditentukan oleh Al-Qur’an. (A. Zainuddin

dan Muhammad Jamhari 1999: 74)

Setiap orang yang dekat dengan Rasulullah SAW dalam akhlaknya maka ia dekat

dengan Allah, sesuai kedekatannya dengan beliau. Setiap orang yang memiliki

kesempurnaan  akhlak tersebut, maka ia pantas menjadi seorang raja yang ditaati yang

Agama Islam 18

Page 19: Akhlak Dalam Islam

dijadikan rujukan oleh seluruh manusia dan seluruh perbuatannya dijadikan panutan.

Sementara orang yang tak punya seluruh akhlak tersebut, maka ia bersifat dengan lawannya,

sehingga ia pantas terusir dari seluruh negeri dan oleh manusia. Karena ia sudah dekat

dengan setan yang terlaknat dan terusir, sehingga ia harus diusir. (Mahmud, Ali Abdul Halim

2004:31) 

Dasar akhlak dari hadits yang secara eksplisit menyinggung akhlak tersebut yaitu

sabda Nabi:

األخالق مكارم ألتمم بعثت ما انArtinya : “Bahwasanya aku (Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan keluhuran akhlak”.

(HR. Ahmad) Jika telah jelas bahwa al-Qur’an dan hadits rasul adalah pedoman hidup yang

menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlaqul

karimah.

Agama Islam 19

Page 20: Akhlak Dalam Islam

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk , antara yang

terpuji dan yang tercela , tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Maksud

dari akhlak itu sendiri adalah adanya hubungan antara khaliq dan makhluk , dan antara

makhluk dengan makhluk. Kita harus membiasakan diri berakhlak terpuji dalam kehidupan

sehari hari agar semuanya berjalan sesuai dengan perintah dan larangan dari Allah Swt.

3.2 Saran

Sebagai seorang mahasiswa, alangkah lebih baik jika kita mempelajari materi tentang

akhlak dari berbagai sumber, baik dari buku maupun situs internet. Agar nantinya kita mudah

dalam memahami dan kita akan lebih mudah dalam penulisan makalah kedepannya. Dalam

penulisan makalah ini kami menyadari banyka kekurangan dan kesalahan dalam

penyampaian maupun penulisan kalimat. Oleh karena itu,kami sebagai penulis makalah ini

meminta kritik dan saran sehingga kedepannya kami dapat menulis makalah ini dengan baik.

Agama Islam 20

Page 21: Akhlak Dalam Islam

DAFTAR PUSTAKA

Nurasmawi. 2011. Buku Ajar Aqidah Akhlak, Pekanbaru

Yayasan Pusaka Riau Anwar,Khairul.2014. Pengantar Studi Islam: Rajawali Pers

http//www,urgensiakhlakdalamkehidupan.com http//akhlakdalamislam.com 

Rajab, Khairunnas. 2012. Agama Kebahagian.Yogyakarta

Pustaka Pesantren Ritonga, Rahman. 2005. Merakit Hubungan dengan Sesama Manusia.

Amelia Surabaya http//www.perbedaanakhlakdanmoral.com 

http//www.pengertianetika.com

[1]Nurasmawi, Buku Ajar Akidah Akhlak. hal. 48

[2]Anwar Khairul. Pengantar Studi Islam. hal. 216-219

[3] Khairunnas Rajab. Agama Kebahagiaan.hlm 137

Agama Islam 21