ak.publik (apbd).doc

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen keuangan daerah merupakan alat untuk mengelola rumah tangga pemerintah daerah (pemda). Salah satu dari manajemen keuangan daerah tersebut adalah akuntansi keuangan daerah. Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bentuk tata usaha dalam manajemen keuangan daerah selain tata usaha umum atau administrasi. Ruang lingkup keuangan daerah adalah anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), barang-barang inventaris kekayaan daerah, dan badan usaha milik daerah. B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Menambah wawasan pembaca tentang Penyusunan APBD 2. Untuk menyeleseikan salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Publik C. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui tentang Penyusunan APBD. Sedangkan untuk penulis, makalah ini sangat bermafaat sekali untuk penambahan ilmu pengetahuan serta memperluas pendalaman mata kuliah Akuntansi Publik. 1

Upload: sucimy

Post on 06-Feb-2016

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ak.publik (apbd).doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen keuangan daerah merupakan alat untuk mengelola rumah tangga pemerintah daerah

(pemda). Salah satu dari manajemen keuangan daerah tersebut adalah akuntansi keuangan daerah.

Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bentuk tata usaha dalam manajemen keuangan

daerah selain tata usaha umum atau administrasi. Ruang lingkup keuangan daerah adalah anggaran

pendapatan dan belanja daerah (APBD), barang-barang inventaris kekayaan daerah, dan badan usaha

milik daerah.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Menambah wawasan pembaca tentang Penyusunan APBD

2. Untuk menyeleseikan salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Publik

C. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui tentang

Penyusunan APBD. Sedangkan untuk penulis, makalah ini sangat bermafaat sekali untuk

penambahan ilmu pengetahuan serta memperluas pendalaman mata kuliah Akuntansi Publik.

1

Page 2: ak.publik (apbd).doc

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi APDB

Pasal 64 ayat 2 nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah, APBD

didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan pemda, dimana pada satu pihak menggambarkan

perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek

daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain menggambarkan perkiraan dan sumber-

sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.

APDB menurut Wajong (1962:81) adalah rencana pekerjaan keuangan yang dibuat untuk suatu

jangka waktu ketika badan legislatif (DPRD) memberikan kredit kepada badan eksekutif (kepala

daerah) untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga daerah sesuai dengan rancangan

yang menjadi dasar penetapan anggaran dan yang menunjukkan semua penghasilan untuk menutup

pengeluaran tadi.

Dari definisi diatas menunjukkan bahwa suatu anggaran daerah, termasuk APBD memiliki unsur

sebagai berikut:

1. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya rinci

2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya terkait

aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran yang akan

dilaksanakan

3. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka

4. Periode anggaran biasanya satu tahun

Pada tahap reformasi, bentuk dan susunan APBD telah mengalami dua kali perubahan. Pada

awalnya, susunan APBD (berdasarkan UU nomor 6 tahun 1975) terdiri atas anggaran rutin dan

anggaran pembangunan. Anggaran rutin dibagi lebih lanjut menjadi pendapatan dan belanja rutin.

Anggaran pembangunan dibagi lebih lanjut menjadi pendapatan dan belanja pembangunan. Tahun

1984-1988 mengalami perubahan susunan, dimana pendapatan terbagi lagi menjadi pendapatan

daerah, penerimaan bangunan, dan urusan kas dan perhitungan (UKP). Belanja juga dirinci menjadi

belanja rutin dan pembangunan. Belanja rutin diklasifikasikan ke dalam 10 bagian, dan belanja

pembangunan diklasifikasikan menjadi 21 sektor (termasuk subsidi untuk daerah bawahan,

pembayaran kembali pinjaman dan UKP).

Perubahan kedua, yaitu pada bagian pendapatan dari daerah, terjadi di era prareformasi pada

tahun 1988. Perubahan yang terjadi adalah pada klasifikasinya. Jika pada bentuk sebelumnya

pendapatan dari daerah terbagi menjadi empat, yaitu sisa lebih perhitungan tahun lalu, pendapatan

2

Page 3: ak.publik (apbd).doc

asli daerah, bagi hasil pajak/bukan pajak, dan sumbangan dan bantuan, maka pada bentuk yang baru,

bagi hasil pajak/bukan pajak dan sumbangan dan bantuan dimasukkan kedalam satu bagian, yaitu

Pendapatan yang berasal dari Pemberian Pemerintah dan atau Instansi yang lebih tinggi.

Karakteristik APBD pada era reformasi:

1. APBD disusun oleh DPRD bersama-sama dengan kepala daerah

2. Pendekatan yang dipakai dalam menyusun anggaran adalah pendekatan line-item atau pendekatan

tradisional. Pada pendekatan ini, anggaran disusun berdasarkan jenis penerimaan dan

pengeluaran.

Jenis pendekatan lain yang lebih maju:

a. Program budgeting

Anggaran disusun berdasarkan pekerjaan atau tugas yang akan dijalankan. Pendekatan ini

mengutamakan efektivitas.

b. Performance budgeting

Penekanan pendekatan ini terdapat pada pengukuran hasil pekerjaan sehingga output dapat

dibandingkan dengan pengeluaran dana yang telah dilakukan. Pendekatan ini memerhatikan

efisiensi

c. Planning, programming and budgeting system

Pendekatan ini merupakan variasi dari performance budgeting. PPBS menggabungkan tiga

unsur, yaitu perencanaan hasil, pemprograman kegiatan fisik untuk mencapai hasil yang

diinginkan dan penganggaran untuk mencapai hasil yang diinginkan.

d. Zero based budgeting

Pendekatan penganggaran dasar nol juga merupakan variasi dari performance budgeting yang

menitikberatkan pada efisiensi anggaran.

3. Siklus APBD terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemeriksaan, serta

penyusunan dan penetapan perhitungan APBD

4. Dalam tahap pengawasan dan pemeriksaan serta penyusunan dan penetapan perhitungan APBD,

pengendalian, dan pemeriksaan/audit terhadap APBD bersifat keuangan

5. Pengawasan terhadap pengeluaran daerah dilakukan berdasarkan ketaatan terhadap tiga unsur

utama, yaitu unsur ketaatan pada peraturan perundangan yang berlaku, unsur kehematan dan

efisiensi dan hasil program

6. System akuntansi keuangan daerah menggunakan tata buku anggaran.

Peraturan-peraturan di era reformasi keuangan daerah mengisyaratkan agar laporan keuangan

semakin informatif. Untuk itu, dalam bentuk yang baru, APBD terdiri atas tiga bagian, yaitu

3

Page 4: ak.publik (apbd).doc

pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Pembiayaan merupakan kategori baru yang belum ada pada

APBD di era prareformasi. Adanya pos pembiayaan merupakan upaya agar APBD semakin

informatif, yaitu memisahkan pinjaman dari pendapatan daerah. Hal ini sesuai dengan definisi

pendapatan sebagai hak pemda, sedangkan pinjaman belum tentu menjadi hak pemda. Selain itu,

dalam APBD mungkin terdapat surplus atau defisit. Pos pembiayaan ini merupakan alokasi surplus

atau sumber penutupan defisit anggaran.

Dalam bentuk APBD yang baru, pendapatan juga dibagi menjadi tiga kategori, yaitu pendapatan

asli daerah, dana perimbangan, dan pendapatan lain-lain daerah, belanjua pelayanan public, belanja

bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. Belanja operasi dan pemeliharaan, serta

belanja modal/pembangunan. Belanja pelayanan public dikelompokkan menjadi tiga, yaitu belanja

administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan dan belanja modal. Pembiayaan

dikelompokkan menurut sumber-sumber pembiayaan berupa penerimaan daerah merupakan sisa

lebih anggaran tahun sebelumnya, penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil penjualan aset daerah

yang dipisahkan dan transfer dari dana cadangan. Pembiayaan berupa pengeluaran daerah terdiri atas

pembayaran utang pokok yang telah jatuh tempo, penyertaan modal, transfer ke dana cadangan, dan

sisa lebih anggaran tahun yang sedang berlangsung. Struktur APBD, yang didasarkan pada

Kepmendagri no.29 tahun 2002 tentang pedoman pengurusan, pertanggungjawaban, dan pengawasan

keuangan daerah, serta tata cara penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah, pelaksanaan

tata usaha keuangan daerah, dan penyusunan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah.

B. Tahapan Penyusunan APBD

Penyusunan APBD Tahun Anggaran harus didasarkan prinsip sebagai berikut:

1. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah;

2. APBD harus disusun secara tepat waktu sesuai tahapan dan jadwal;

3. Penyusunan APBD dilakukan secara transparan, dimana memudahkan masyarakat untuk

mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-Iuasnya tentang APBD;

4. Penyusunan APBD harus melibatkan partisipasi masyarakat;

5. APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;

6. Substansi APBD dilarang bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi

dan peraturan daerah lainnya.

4

Page 5: ak.publik (apbd).doc

Dalam menyusun APBD Tahun Anggaran, pemerintah daerah dan DPRD harus memperhatikan

hal-hal sebagai berikut:

1. Penetapan APBD tepat waktu

Tahapan Penyusunan APBD

No Uraian

1 Penyusunan RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah)

2 Penyampaian KUA (Kebijakan Umum APBD) dan PPAS (Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara) oleh Ketua TAPD kepada kepala daerah

3 Penyampaian KUA dan PPAS oleh  kepala daerah kepada DPRD

4 KUA dan PPAS disepakati antara kepala daerah dan DPRD5 Surat Edaran kepala daerah perihal Pedoman RKA-SKPD6 Penyusunan dan pembahasan RKA-SKPD danRKA-PPKD serta penyusunan Rancangan

APBD7 Penyampaian Rancangan APBD kepada DPRD

8 Pengambilan persetujuan Bersama DPRD dan kepala daerah

9 Hasil evaluasi Rancangan APBD

10 Penetapan Perda APBD dan Perkada Penjabaran APBD sesuai dengan hasil evaluasi2. Substansi KUA mencakup hal-hal yang sifatnya kebijakan umum dan tidak menjelaskan hal-hal

yang bersifat teknis. Hal-hal yang sifatnya kebijakan umum,seperti:

a. Gambaran kondisi ekonomi makro termasuk perkembangan indikator ekonomi makro

daerah;

b. Asumsi dasar penyusunan Rancangan APBD Tahun Anggaran x termasuk laju

inflasi,pertumbuhan PDRB dan asumsi lainnya terkait dengan kondisi ekonomi daerah;

5

Page 6: ak.publik (apbd).doc

c. Kebijakan pendapatan daerah yang menggambarkan prakiraan rencana sumber dan

besaranpendapatan daerah untuk tahun anggaran x serta strategi pencapaiannya;

d. Kebijakan belanja daerah yang mencerminkan program dan langkah kebijakan dalam upaya

peningkatan pembangunan daerah yang merupakan manifestasi darisinkronisasi kebijakan

antara pemerintah daerah dan pemerintahserta strategi pencapaiannya;

e. Kebijakan pembiayaan yang menggambarkan sisi defisit dan surplus anggaran daerah

sebagai antisipasi terhadap kondisi pembiayaan daerah dalam rangka menyikapi tuntutan

pembangunan daerahserta strategi pencapaiannya.

3. Substansi PPAS lebih mencerminkan prioritas pembangunan daerah yang  dikaitkan dengan

sasaran yang ingin dicapai termasuk program prioritas dari  SKPD terkait. PPAS juga

menggambarkan pagu anggaran sementara dimasing- masing SKPD berdasarkan program dan

kegiataprioritas dalam RKPD.Pagu sementara tersebut akan menjadi pagu definitif setelah

rancangan peraturan daerah tentang APBD disetujui bersama antara kepala daerah dengan DPRD

serta rancangan peraturan daerah tentang APBD tersebut ditetapkan oleh kepala daerah menjadi

peraturan daerah tentang APBD.

4. Untuk menjamin konsistensi dan percepatan pembahasan rancangan KUA dan rancangan PPAS,

kepala daerah harus menyampaikan rancangan KUA dan rancangan PPAS tersebut kepada DPRD

dalam waktu yang bersamaan, yang  selanjutnya hasil pembahasan kedua dokumen tersebut

disepakati bersama antara kepala daerah dengan DPRD pada waktu yang bersamaan, sehingga

keterpaduan substansi KUA dan PPAS dalam proses penyusunan RAPBD akan lebih efektif.

5. Substansi Surat Edaran Kepala Daerah tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD kepada seluruh

SKPD danRKA-PPKD kepada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) memuat

prioritas pembangunan daerah, program dan kegiatan sesuai dengan indikator, tolok ukur dan

target kinerja dari masing-masing program dan kegiatan, alokasi plafon anggaran sementara

untuk setiap programdan  kegiatan SKPD, batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD,

dan dokumen lainnya sebagaimana lampiran Surat Edaran dimaksud meliputi KUA,  PPAS,

analisis standar belanja dan standar satuan harga.

6. RKA-SKPD memuat rincian anggaran pendapatan, rincian anggaran belanja tidak langsung

SKPD (gaji pokok dan tunjangan pegawai, tambahan penghasilan, khusus pada SKPD Sekretariat

DPRD dianggarkan juga Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD), rincian anggaran

belanja langsung menurut program dan kegiatan SKPD.RKA-PPKD memuat rincian pendapatan

yang berasal dari dana perimbangan dan pendapatan hibah, belanja tidak langsung terdiri dari

belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja

6

Page 7: ak.publik (apbd).doc

bantuan keuangan dan belanja tidak terduga, rincian penerimaan pembiayaan dan pengeluaran

pembiayaan.

7. Dalam kolom penjelasan penjabaran APBD diisi lokasi kegiatan untuk kelompok belanja

langsung, sedangkan khusus untuk kegiatan yang pendanaannya bersumber dari Dana Bagi Hasil

Dana Reboisasi (DBH-DR), Dana Alokasi Khusus, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus,

Hibah, Bantuan Keuangan yang bersifat khusus, Pinjaman Daerahserta sumber pendanaan lainnya

yang kegiatannya telah ditentukan,agar mencantumkan sumberpendanaan dalam kolom

penjelasan penjabaran APBD.

8. Dalam hal rancangan peraturan daerah tentang APBD disampaikan oleh kepala daerah kepada

DPRD, sedangkan pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD dimaksud belum

selesai sampai pada tanggal yang ditentukan, maka kepala daerah harus menyusun rancangan

peraturan kepala daerah tentang APBD untuk mendapatkan pengesahan dari Menteri Dalam

Negeri bagi APBD Provinsi dan Gubernur bagi APBD Kabupaten/Kota. Kebijakan tersebut

dilakukan untuk menjaga proses kesinambungan pembangunan daerah dan pelayanan kepada

masyarakat sesuai dengan realitas politik di daerah.

9. Dalam hal kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah tentang APBD Tahun Anggaran

tahun x, maka kepala daerah harus memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:

a. Anggaran belanja daerah dibatasi maksimum sama dengan anggaran belanja daerah dalam

Perubahan APBD Tahun Anggaran x.

b. Belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang

bersifat wajib untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pelayanan dasar masyarakat sesuai

dengan kebutuhan Tahun Anggaran x.

c. Pelampauan batas tertinggi dari jumlah pengeluaran hanya diperkenankan apabila ada

kebijakan pemerintah untuk kenaikan gaji dan tunjangan PNSD serta penyediaan dana

pendamping atas program dan kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah serta belanja bagi

hasil pajak dan retribusi daerah yang mengalami kenaikan akibat adanya kenaikan target

pendapatan daerah dari pajak dan retribusi dimaksud dari Tahun Anggaran x.

10. Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD kepada DPRD paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir,

sedangkan persetujuan bersama terhadap rancangan peraturan daerah dimaksud paling lambat 1

(satu) bulan terhitung sejak rancangan peraturan daerah diterimaoleh DPRD. Dalam hal

rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Tahun Anggaran x

belum mendapatkan persetujuan bersama, kepala daerah dapat menetapkan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD Tahun Anggaran x dengan peraturan kepala daerah.

7

Page 8: ak.publik (apbd).doc

C. Keuangan Daerah, Manajemen Keuangan Daerah, dan Akuntansi Keuangan Daerah

Keuangan daerah diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang,

baik berupa uang maupun barang, yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/

dikuasai oleh Negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/peraturan

perundangan yang berlaku.

Keuangan daerah dikelola melalui manajemen keuangan daerah yang disebut dengan tata usaha

daerah. Menurut Mamesah (1995), tata usaha daerah dibagi menjadi dua golongan:

1. Tata usaha umum, menyangkut kegiatan surat menyurat, mengagenda, mengekspedisi,

menyimpan sura-surat penting atau mengarsipkan, dan kegiatan dokumen lainnya.

2. Tata usaha keuangan, adalah tata buku yang merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara

sistematis di bidang keuangan berdasarkan prinsip, standarisasi, dan prosedur tertentu sehingga

dapat memberikan informasi actual dibidang keuangan

Tugas pengelola keuangan daerah menurut UU no 17 tahun 2003:

1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD

2. Menyusun rancangan dan perubahan APBD

3. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan melalui peraturan daerah

4. Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah

5. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

Struktur APBD:

8

Page 9: ak.publik (apbd).doc

Struktur APBD menurut :

1. Kepmendagri 29/2002

Struktur APBD menurut Kepmendagri 29/2002 (Perda & Peraturan Kepda)

Pendapatan • PAD • Dana Perimbangan • Lain-lain Pendapatan yang Sah

xxxxxxxxx

Jumlah Pendapatan xxx

Belanja Aparatur • Belanja Administrasi Umum • Belanja Operasi & Pemeliharaan • Belanja Modal

xxxxxxxxx

Belanja Publik • Belanja Administrasi Umum • Belanja Operasi & Pemeliharaan • Belanja Modal• Belanja Bantuan Keuangan • Belanja Tidak Tersangka

xxxxxxxxxxxx

Jumlah Belanja xxx

Surplus (Defisit) = Jumlah Pendapatan – Jumlah Belanja (xxx)

Pembiayaan• Pembiayaan Penerimaan• Pembiayaan Pengeluaran

xxxxxx

Pembiayaan Netto

2. Permendagri 13/2006

Struktur APBD menurut Permendagri 13/2006 (Perda & Peraturan Kepda)

Urusan Wajib/Pilihan

Pendapatan • PAD • Dana Perimbangan • Lain-lain Pendapatan yang Sah

xxxxxxxxx

Jumlah Pendapatan xxx

9

Page 10: ak.publik (apbd).doc

Belanja Tidak Langsung • Belanja Pegawai • Belanja Bunga • Belanja Subsidi • Belanja Bantuan Sosial • Belanja Bagi hasil • Belanja Bantuan Keuangan• Belanja Tidak Terduga

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Belanja Langsung • Belanja Pegawai • Belanja Barang & Jasa • Belanja Modal

xxxxxxxxx

Jumlah Belanja xxx

Surplus (Defisit) = Jumlah Pendapatan – Jumlah Belanja (xxx)

Pembiayaan• Pembiayaan Penerimaan• Pembiayaan Pengeluaran

xxxxxx

Pembiayaan Netto

Ada beberapa hal mendasar yang berubah dari Kepmendagri 29 ke Permendagri 13, yakni:

1. Dari Sentralisasi ke Desentralisasi. Desentralisi dalam hal ini adalah memberikan

kewenangan kepada kepala SKPD sebagai pejabat Pengguna Anggaran (PA) dan Pengguna

Barang (PB). Sebagai PA, kepala SKPD boleh memerintahkan BUD untuk melakukan

pembayaran dengan mengeluarkan SPM (Surat Perintah Membayar). Untuk memediasi

sehingga ada perikatan antara kepala SKPD dengan BU, maka dibentuklah dokumen

Anggaran Kas. Anggaran kas tidak ubahnya sebuah kontrak antara BUD dan kepala SKPD,

dimana BUD memiliki kewajiban untuk menerbitkan SP2D maksimal sebesar nilai yang

tercantum dalam anggaran kas tersebut. Oleh karena itu, kepala SKPD tidak perlu membuat

surat pertanggungjawaban (SPJ) atas anggaran yang telah digunakannya ke BUD.

2. Perubahan struktur organisasi PKD. Implikasi dari penerapan asas desentralisasi di atas

adalah terjadinya perubahan dalam struktur PKD. Kepala SKPKD adalah PPKD yang juga

melaksanakan fungsi perebendaharaan keuangan daerah (selaku BUD), sehingga memiliki

kewenangan untuk mengusulkan bendahara yang akan ditempatkan di SKPD sebagai pejabat

fungsional perbendaharaan. Di sisi lain, di SKPD ditunjuk pejabat penatausahaan keuangan

(PPK) SKPD, yang akan melaksanakan fungsi verifikasi, akuntansi, dan pembuatan SPM.

10

Page 11: ak.publik (apbd).doc

3. Mengenalkan istilah Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi. SKPKD adalah entitas

pelaporan, sedangkan SKPD adalah entitas akuntansi (yang wajib menyampaikan laporan

keuangan yang terdiri dari LRA, neraca, dan catatan atas laporan keuangan hanya kepada

entitas pelaporan). Kepala SKPD tidak menyusun Laporan Arus Kas karena bukan

merupakan pengguna uang (kas), kecuali sebagai pengguna anggaran dan pengguna barang.

Pengguna kas di SKPD adalah bendahara, yang membuat buku kas umum (BKU). Pengisian

BKU bukan merupakan bagian dari proses akuntansi keuangan daerah.

3. Permendagri 59/2007 yang merupakan revisi atas Permendagri 13/2006

Pokok-pokok perubahan Permendagri 13/2006 dalam Permendagri 59/2007:

1. Aspek Anggaran

Memperpendek jadual penyusunan anggaran dengan cara meringkas proses dan konten

KUA-PPAS, sehingga istilah PPA dihapus

Tatacara pemberian kode program dan kegiatan dalam pengisian RKA

Reklasifikasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan, beserta kode rekeningnya;

Penegasan alur pengerjaan RKA SKPD, pada SKPKD penyusunan RKA dipisahkan antara

RKA sebagai SKPD dan RKA sebagai pemerintah daerah (RKA PPKD).

2. Aspek Pelaksanaan APBD

• Alur pengerjaan DPA SKPD dan SKPKD juga ikut berubah, mengikuti

perubahan alur pengerjaan RKA.

• Penomoran DPA juga ikut berubah karena adanya perubahan pada pemberian kode

program dan kegiatan

3. Aspek Penatausahaan

a. penatausahaan penerimaan

• Penyederhanaan proses pertanggungjawaban fungsional ke BUD, sehingga tercipta

proses yang lebih efisien. Hal ini dilihat dari dihapusnya

buku pembantu per rincian objek penerimaan yang harus dilampirkan

dalam SPJ fungsional

b. penatausahaan pengeluaran

• Penegasan SPD diberikan kepada SKPD secarar periodic (bulanan,

triwulan, semesteran) tergantung pada ketersediaan dana

• Perubahan format SPD, SPP UP/GU/TU, SPP LS gaji dan tunjangan, SPP

LS barang dan jasa dan ada penambahan format SPP LS belanja tidak

langsung PPKD.

11

Page 12: ak.publik (apbd).doc

4. Aspek Akuntansi dan Pelaporan

• Memberikan ruang gerak yang luwes bagi pemda untuk menyusun sistem

akuntansi, dengan dihapusnya beberapa pasal tentang buku-buku yang

digunakan untuk catatan akuntansi

Sudah diterapkannya prinsip harga perolehan pada perolehan aktiva tetap

D. Kedudukan Akuntansi Keuangan dalam Manajemen Keuangan Daerah

Keuangan daerah dikelola melalui manajemen keuangan daerah yang disebut dengan tata usaha

daerah. Menurut Mamesah (1995), tata usaha daerah dibagi menjadi dua golongan:

1. Tata usaha umum, menyangkut kegiatan surat menyurat, mengagenda, mengekspedisi,

menyimpan sura-surat penting atau mengarsipkan, dan kegiatan dokumen lainnya.

2. Tata usaha keuangan, adalah tata buku yang merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara

sistematis di bidang keuangan berdasarkan prinsip, standarisasi, dan prosedur tertentu sehingga

dapat memberikan informasi actual dibidang keuangan

Manajemen keuangan daerah sebagai usaha yang dilakukan manajer, yaitu pemda dalam

membelanjakan dana yang dimiliki daerah sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah tersebut

serta untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaran tersebut.Pengertian

manajemen keuangan pemda menurut Coe (1989), yang meliputi hal berikut:

1. Rencana hasil anggaran belanja dan biaya

2. Laporan mengenai kuitansi dan pembayaran dari dana yang dianggarkan

3. Pembelian barang dan pelayanan

4. Penanaman modal

5. Utang jangka pendek dan jangka panjang yang dibayar jatuh tempo sesuai perjanjian

6. Pengawasan

7. Kehilangan dan pertanggungjawaban yang benar tentang keuangan pada akhir tahun

8. Pemeriksaan transaksi keuangan secara resmi

12

Page 13: ak.publik (apbd).doc

9. Laporan yang diterima sesuai dengan kondisinya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

APBD didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan pemda, dimana pada satu pihak

menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan

proyek-proyek daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain menggambarkan

perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang

dimaksud.

Tahapan Penyusunan APBD:

1. Penyusunan RKPD

2. Penyampaian KUA dan PPAS oleh Ketua TAPD kepada kepala daerah

3. Penyampaian KUA dan PPAS oleh kepala daerah kepada DPRD

4. KUA dan PPAS disepakati antara kepala daerah dan DPRD

5. Surat Edaran kepala daerah perihal Pedoman RKA-SKPD

6. Penyusunan dan pembahasan RKA-SKPD danRKA-PPKD serta penyusunan Rancangan APBD

7. Penyampaian Rancangan APBD kepadaDPRD

8. Pengambilan persetujuan Bersama DPRD dan kepala daerah

9. Hasil evaluasi Rancangan APBD

10. Penetapan Perda APBD dan Perkada Penjabaran APBD sesuai dengan hasil evaluasi

B. Saran

Berdasarkan pembahasan diatas maka penulis dapat memberikan saran:

1. Sebaiknya pembaca dapat membaca dan memahami tentang Penyusunan APBD.

2. Agar makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebaik-baiknya oleh pembaca dan penulis.

13

Page 14: ak.publik (apbd).doc

AKUNTANSI PUBLIK

Penyusunan APBD

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Mata kuliah Akuntansi Publik

Oleh :

Kelompok 12

Nama No.Bp

Putri Monalisa (1301072026)

Yeni Rosa Damayanti (1301071050)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK NEGERI PADANG

JURUSAN AKUNTANSI

2014

14

Page 15: ak.publik (apbd).doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT , yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga

penulis dapat menyeleseikan makalah Akuntansi Publik yang berjudul “ Penyusunan APBD”.

Maksud penulisan makalah ini adalah untuk menyeleseikan tugas Akuntansi Publik dan

menambah wawasan mahasiswa serta pembaca tentang Penyusunan APBD. Dan tidak lupa pula penulis

ucapkan kepada dosen pembimbing dan rekan-rekan yang telah membantu dalam menyeleseikan makalah

ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata,

penulis mengucapkan terima kasih.

15