akselerasi-hartati

34
AKSELERASI 1 Perspektif Psikologi Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat Akademik A. Program Akselari Definsi Akselerasi Colangelo (1991) menyebutkan bahwa istilah akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery), dan kurikulum yang disampaikan. 1. Pengertian akselerasi: Sebagai model pelayanan, siswa meloncat kelas dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas di atasnya Sebagai model kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu. Dalam hal ini, akselerasi dapat dilakukan dalam kelas reguler, ruang sumber, ataupun kelas khusus dan bentuk kelas reguler, ruang sumber, ataupun kelas khusus dan bentuk akselerasi yang diambil bisa telescoping dan siswa dapat menyelesaikan dua tahun atau lebih kegiatan belajarnya menjadi satu tahun atau dengan cara self -paced studies, yaitu siswa mengatur kecepatan belajarnya sendiri. Calanglo mengingatkan bahwa: akselerasi sebagai model pelayanan, gagal dalam memenuhi kurikulum deferensiasi bagi anak berbakat. Se bagai model kurikulum, akselerasi akan membuat anak berbakat menguasai banyak isi pelajaran dalam waktu yang sedikit. Anak-anak ini dapat menguasai bahan ajar secara cepat dan merasa bahagia atas prestasi yang dicapainya, di samping segi ekonomis. Secara umum, bentuk akselerasi telescoping menimbulkan masalah pada pihak sekolah sebagai penyelenggara dan guru, terutama dari sisi keterampilan dan manajemen waktu 2. Panduan Penyelenggaraan Menurut Felhusen, Proctor, dan Black (1986), akselerasi diberikan untuk memelihara minat siswa terhadap sekolah mendorong siswa agar mencapai prestasi akademis yang baik dan untuk menyelesaikan pendidikan dalam tingkat yang lebih tinggi bagi keuntungan dirinya ataupun masyarakat. Beberapa panduan agar program akselerasi tercapai secara memadai adalah sebagai berikut: a. Dilakukan evaluasi psikologi yang komprehensif untuk mengetahui berfungsinya kemampuan intelektual dan kepribadian siswa, di samping tingkat penguasaan akademiknya b. Dibutuhkan IQ di atas 125 bagi siswa yang kurang menunjukkan prestasi akademiknya. c. Bebas dari problem emosional dan sosial, yang ditunjukkan dengan adanya persistensi dan motivasi dalam derajat yang tinggi. d. Memiliki fisik sehat e. Tidak ada tekanan dari orang tua, tetapi atas kemauan anak sendiri f. Guru memiliki sikap positif terhadap siswa akseleran g. Guru comcern terhadap kematangan sosial emosional siswa, yang dibuktikan dari masukan orang tua dan psikolog h. Sebaiknya dilakukan pada awal tahun ajaran dan didukung pada pertengahan tahun ajaran i. Ada masa percobaan selama enam minggu yang diikuti dengan pelayanan konseling 3. Manfaat Akselerasi Southerm dan Jones (1991) keuntungan program akselerasi bagi anak berbakat: a. Meningkatkan efesiensi Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih efisien b. Meningkatkan efektivitas Siswa yang terkait belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan menguasai keterampilan- keterampilan sebelumnya merupakan siswa yang paling efektif. c. Penghargaan

Upload: dicky-maruf

Post on 20-Jun-2015

911 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 1

Perspektif Psikologi Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat Akademik

A. Program Akselari

Definsi Akselerasi

Colangelo (1991) menyebutkan bahwa istilah akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery), dan kurikulum yang disampaikan.

1. Pengertian akselerasi:

· Sebagai model pelayanan, siswa meloncat kelas dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas di atasnya

· Sebagai model kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu. Dalam hal ini, akselerasi dapat dilakukan dalam kelas reguler, ruang sumber, ataupun kelas khusus dan bentuk kelas reguler, ruang sumber, ataupun kelas khusus dan bentuk akselerasi yang diambil bisa telescoping dan siswa dapat menyelesaikan dua tahun atau lebih kegiatan belajarnya menjadi satu tahun atau dengan cara self-paced studies, yaitu siswa mengatur kecepatan belajarnya sendiri.

Calanglo mengingatkan bahwa: akselerasi sebagai model pelayanan, gagal dalam memenuhi kurikulum deferensiasi bagi anak berbakat. Sebagai model kurikulum, akselerasi akan membuat anak berbakat menguasai banyak isi pelajaran dalam waktu yang sedikit. Anak-anak ini dapat menguasai bahan ajar secara cepat dan merasa bahagia atas prestasi yang dicapainya, di samping segi ekonomis. Secara umum, bentuk akselerasi telescoping menimbulkan masalah pada pihak sekolah sebagai penyelenggara dan guru, terutama dari sisi keterampilan dan manajemen waktu

2. Panduan Penyelenggaraan

Menurut Felhusen, Proctor, dan Black (1986), akselerasi diberikan untuk memelihara minat siswa terhadap sekolah mendorong siswa agar mencapai prestasi akademis yang baik dan untuk menyelesaikan pendidikan dalam tingkat yang lebih tinggi bagi keuntungan dirinya ataupun masyarakat.

Beberapa panduan agar program akselerasi tercapai secara memadai adalah sebagai berikut: a. Dilakukan evaluasi psikologi yang komprehensif untuk mengetahui berfungsinya

kemampuan intelektual dan kepribadian siswa, di samping tingkat penguasaan akademiknya b. Dibutuhkan IQ di atas 125 bagi siswa yang kurang menunjukkan prestasi akademiknya. c. Bebas dari problem emosional dan sosial, yang ditunjukkan dengan adanya persistensi dan

motivasi dalam derajat yang tinggi. d. Memiliki fisik sehat e. Tidak ada tekanan dari orang tua, tetapi atas kemauan anak sendiri f. Guru memiliki sikap positif terhadap siswa akseleran g. Guru comcern terhadap kematangan sosial emosional siswa, yang dibuktikan dari masukan

orang tua dan psikolog h. Sebaiknya dilakukan pada awal tahun ajaran dan didukung pada pertengahan tahun ajaran i. Ada masa percobaan selama enam minggu yang diikuti dengan pelayanan konseling

3. Manfaat Akselerasi Southerm dan Jones (1991) keuntungan program akselerasi bagi anak berbakat: a. Meningkatkan efesiensi Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai kurikulum pada tingkat

sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih efisien b. Meningkatkan efektivitas Siswa yang terkait belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan menguasai keterampilan-

keterampilan sebelumnya merupakan siswa yang paling efektif. c. Penghargaan

Page 2: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 2

Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya

d. Meningkatkan waktu untuk karier Adanya pengurangan waktu belajar akan meningkatkan produktivitas siswa, penghasilan, dan

kehidupan pribadinya pada waktu yang lain e. Membuka siswa pada kelompok barunya Dengan program akselerasi, siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang

memiliki kemampuan intelektial dan akademis yang sama f. Ekonomis Keuntungan bagi sekolah ialah tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk mendidik guru

khusus anak berbakat

4. Kelemahan Akselerasi

a. Segi akademik 1) Bahan ajar terlalu tinggi bagi siswa akselerasi. 2) Kemampuan siswa melebihi teman sebayanya bersifat sementara 3) Siswa akseleran kemungkinan imatur secara sosial, fisik dan emosional dalam tingkatan

kelas tertentu 4) Siswa akseleran terikat pada keputusan karier lebih dini tidak efisien sehingga mahal. 5) Siswa ekseleran mengembangkan kedewasaan yang luar biasa tanpa adanya pengalaman

yang dimiliki sebelumnya 6) Pengalaman-pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak dialami karena tidak

merupakan bagian dari kurikulum 7) Tuntutan sebagai siswa sebagian besar pada produk akademik konvergen sehingga siswa

akseleran akan kehilangan kesempatan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan divergen.

b. Segi penyesuaian sosial 1) Kekurangan waktu beraktivitas dengan teman sebayanya 2) iswa akan kehilangan aktivitas sosial yang penting dalam usia sebenarnya dan kehilangan

waktu bermain. c. Berkurangnya kesempatan kegiatan ekstrakurikuler d. Penyesuaian emosional

1) Siswa akseleran pada akhirnya akan mengalami burn out di bawah rekanan yang ada dan kemungkinan menjadi underachiever

2) Siswa akseleran akan mudah frsutasi dengan adanya tekanan dan tuntutan berprestasi. 3) Adanya tekanan untuk berprestasi membuat siswa akseleran kehilangan kesempatan

untuk mengembangkan hobi.

Anak Berbakat Intelektual Dalam Perspektif Masa Depan

A. Upaya Yang Dilakukan Pemerintah Saat Ini. · Tahun 1974, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) telah menaruh perhatian terhadap

masalah bakat dan prestasi dan memberikan beasiswa pada siswa SD, SMP, SMA, dan SMEA yang berbakat dan berprestasi tinggi, tetapi kondisi ekonomi orang tuanya lemah.

· Tahun 1984, pelayanan pendidikan dalam bentuk uji coba perintisan Sekolah Anak berbakat di satu daerah perkotaan (Jakarta) dan disuatu daerah pedesaan (Cianjur), pada satuan pendidikan SD, SMP, dan SMA.

Page 3: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 3

· Tahun 1994, pelayanan pendidikan dalam bentuk program sekolah unggul (shools of excellence) di seluruh provinsi.

· Tahun 1998 Depdiknas memberikan Surat Keputusan Penetapan Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar.

B. Pelayanan Anak Berbakat Intelektual Ke Depan

Model layanan pendidikan dalam bidang keberbakatan: 1) Akselerasi bidang studi Di masa mendatang, akselerasi bisa hanya untuk suatu mata pelajaran yang menonjol dan sangat

dikuasai siswa. Model pelayanan seperti ini disebut akselerasi bidang studi 2) Mentorship Akselerasi tidak harus melayani lima belas orang siswa persekolah. Seandainya hanya ada satu

orang siswa, sekolah harus mampu melayani. 3) Sistem kredit Teknik pelayanan akselerasi juga bisa dilakukan secara sistem kredit 4) Pengayaan materi pada mata pelajaran tertentu

Dengan cara pull out program yaitu hanya pada hari tertentu saja, atau pada mata pelajaran tertentu saja pengayaan diberikan pada siswa.

5) Kelas super Saturday Super Saturday, yaitu pengayaan materi yang dilakukan setiap hari Sabtu dalam berbagai bidang

di luar mata pelajaran yang diberikan misalnya tentang kelautan, psikologi. 6) Pendirian pusat keberbakatan Pemerintah akan berupaya membangun semacam pusat keberbakatan di masa mendatang.

Berlokasi di tiga wilayah, yakni Indonesia bagian Timur, Tengah, dan Barat. 7) Sertifikasi bagi guru pengajar gifted Di Amerika Serikat, guru yang mengajar bersertifikat khusus bagi gifted. Sertifikasi ini penting

untuk menjaga kualitas layanan pendidikan.

C. Tantangan ke depan

Tantangan dimasa depan meliputi hal sebagai berikut: 1. Dukungan finansial di Indonesia belum memadai seperti negara lain yang telah mengalokasikan

dana khusus untuk anak berbakat. 2. Perlunya pengembangan organisasi pemerintah yang mewadahi masalah keberbakatan di

Indonesia.

D. Strategi pengembangan

Tantangan di masa depan diperlukan strategi pengembangan sebagai berikut: 1. Penyediaan, pengadaan, dan peningkatan kemampuan SDM yang berkualitas; 2. Proses pembelajaran yang berkualitas 3. Adanya frekuensi penelitian yang cukup dan berkualitas 4. Sosialisasi ke mancanegara (tingkat internasional).

E. Kerja sama (Institusional Linkages)

1. Pentingnya penekanan kerja sama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, terutama mengenai PMDK dan UMPTN agar outcome dari lulusan anak yang berbakat intelektual diakui dan dihargai oleh perguruan tinggi ternama di Indonesia.

2. Pemerintah kerja sama dengan UPT (penyelenggara pendidikan) tingkat perguruan tinggi perlu digalang secara optimal di era global.

Page 4: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 4

Kebijakan Pemerintah Dalam Pembinaan Sekolah Penyelenggara Program Percepatan Belajar

A. Pendahuluan.

Dalam PP Nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan dasar dan Kep. Mendikbud nomor 0487/U/1992 untuk Sekolah dasar, SMP dan SMA. Dalam Kepmnedikbud tersebut pasal 15 ayat (2) menyatakan bahwa: Pelayanan pendidikan bagi siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat melalui jalur pendidikan sekolah dengan menyelenggarakan program percepatan, dengan ketentuan telah mengikuti pendidikan SD sekurang-kurangnya lima tahun.

Siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat menyelesaikan program belajar lebih awal dari waktu yang telah ditentukan, dengan ketentuan telah mengikuti pendidikan SMP sekurang-kurangnya dua tahun.

Siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat menyelesaikan program belajar lebih awal dari waktu yang telah ditentukan, dan telah mengikuti pendidikan SMA sekurang-kurangnya dua tahun.

Dalam GBHN tahun 1998 dinyatakan bahwa “peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan luar biasa mendapat perhatian dan pelajaran lebih khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya tanpa mengabaikan potensi peserta didik lainnya.

Pada hari pendidikan nasional Mendiknas mencanangkan program percepatan belajar untuk SD, SMP, dan SMA.

B. Tujuan

Secara umum tujuan program percepatan belajar: 1. Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki karakteristik khusus. 2. Memenuhi hak asasinya selaku peserta didik. 3. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik. 4. Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan.

Tujuan khusus, yaitu:

1. Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat.

2. Memacu kualitas/mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosional secara berimbang

3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran

Page 5: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 5

C. Model Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar

Model penyelenggaraan program percepatan belajar dapat dibagi tiga, yaitu pelayanan khusus, kelas khusus, dan sekolah khusus. Namun, kebijakan pemerintah tahun pelajaran 2001/2002 adalah pendiseminasian program percepatan belajar yang dititikberatkan pada model kelas khusus. Akibatnya peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk masuk kelas percepatan belajar dikelompokkan dalam satu kelas khusus dengan penambahan aktivitas pengayaan belajar, seperti studi bahasa asing, studi lapangan, kompetisi akademis, pelayanan masyarakat, ceramah dengan mengundang expert di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mengundang tokoh masyarakat setempat.

D. Kebijakan Teknis Pembinaan Berdasarkan Komponen Pendidikan

Secara umum, kebijakan pembinaan sekolah penyelenggara program pencepatan belajar dapat dikelompokkan dalam dua kategori berikut.

1. Pembinaan yang bersifat pengaturan dan pengendalian a. Pengaturan perizinan

Penyelenggaraan program percepatan belajar, berdasarkan prisip school based management berikut.

1). Sekolah mengajukan permohonan (proposal) secara tertulis, ditujukan pada Kepala Kantor Wilayah Depdiknas atau Kepala Kantor Dinas Pendidikan Nasional Provinsi dengan tembusan Kepala kandep kab/Kota atau Kepala Diknas Kab/Kota

2) Kanwil Depdiknas/Kadin Diknas Provinsi melakukan penelitian dan penyeleksian usulan proposal tersebut sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Depdiknas.

3) Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, melalui Tim pengendali Program percepatan Belajar meneliti berkas usulan dari daerah.

b. Pendataan dan informasi

Setiap tahun pelajaran, Direktorat PLB mendata individual sekolah penyelenggara program akselerasi melalui pengisian instrumen.

Hasil pengolahan data tahun 2000/2001 diinformasi sebagai berikut:

Sekolah yang Telah menerima SK Izin Penyelenggaraan Program Pencapaian Belajar

SD SLTP SMA NO PROVINSI

NEG SWT NEG SWT NEG SWT

1 DKI Jakarta

- 1 - 5 2 3

2 Jawa Barat - - - - - 1

Dari hasil pengumpulan dan pencatatan data sekolah yang siap menyelenggarakan izin penyelenggaraan program percepatan belajar pada tahun pelajaran 2001/2002 sebagai berikut:

SD SLTP SMA NO PROVINSI

NEG SWT NEG SWT NEG SWT

1 DKI Jakarta

- 1 2 - - 1

Page 6: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 6

2 D.I. Yogyakarta

- - - - 3 -

c. Kurikulum

Percepatan belajar menggunakan kurikulum nasional tahun 1994 dan lokal/pengayaan materi dengan penekanan pada materi yang esensial dan dikembangkan melalui sistem pembelajaran.

Kurikulum program percepatan belajar dikembangkan secara diferensiasi yang mencakup empat dimensi dan satu sama lain tak dapat dipisahkan. Dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

1) Dimensi umum Merupakan kurikulum inti yang memberikan keterampilan dasar, pengetahuan,

pemahaman, nilai dan sikap.

2) Dimensi diferensiasi Dimensi berkaitan erat dengan ciri khas perkembangan peserta didik yang mempunyai

kemampuan dan kecerdasan luar biasa, yang merupakan program khusus dan pilihan terhadap bidang studi tertentu

3) Dimensi non-akademis Dimensi ini memberikan kesempatan peserta didik untuk belajar di luar kegiatan sekolah

formal melalui media lain (radio, TV, internet, CD-ROM, wawancara dengan pakar, kunjungan museum).

4) Dimensi suasana belajar Pengalaman belajar yang dijabarkan dari lingkungan keluarga dan sekolah.

d. Evaluasi Belajar

Evaluasi yang dilakukan yaitu ulangan harian, ulangan umum, ebta/ebtanas, dan rapor yang diberikan sesuai dengan kalender pendidikan program percepatan.

e. Supervisi/Monitoring

Penyelenggara program percepatan belajar mengadakan pemantauan, ke sekolah-sekolah/akselerasi yang bermasalah sebagai bahan evaluasi penyelenggara program agar dapat segera dicarikan solusinya dan masukan kebijakan ke depan.

f. Pengendalian dan Evaluasi penyelenggaraan

Tugas tim pengendali adalah sebagai berikut: 1) Mengumpulkan, menginventarisasi, dan mengklasifikasi data dan informasi terhadap

kelembagaan serta pelaksanaan pendidikan 2) Melaksanakan prngawasan terhadap manajemen pendidikan dan sekolah serta anggara

pendidikan dalam menyelenggarakan program percepatan belajar 3) Mengadakan penelitian, pengembangan, dan pengawasan mutu pendidikan 4) Mengadakan evaluasi secara berkala terhadap kemajuan penyelenggaraan program

percepatan belajar mengajar 5) Memberi masukan mengenai kelayakan suatu sekolah untuk melaksanakan program

percepatan belajar

Tim pengendali tersebut ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 190/C/Kep/Kp/1999 dan telah diperbarui dengan nomor 77/C/Kep/Kp/2001.

2. Pembinaan yang Bersifat pemberdayaan

a. Pembinaan Konsepsi Kelembagaan 1) Disusun pedoman penyelenggaraan Program Percepatan Belajar (SD, SMP, dan SMA). 2) Penyusunan blue book untuk peningkatan dan pengembangan kualitas penyelenggaraan

pendidikan

Page 7: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 7

b. Sarana dan Prasarana: Sarana dan prasarana meliputi dua hal berikut 1) Kegiatan Intrkurikuler Ruang belajar yang memadai, kelengkapan ruang belajar, dan kondisi ruang belajar 2) Kegiatan Ekstrakurikuler Sarana yang membentuk kreativitas, pembinaan akhlak, pengembangan intelektual siswa

c. Pembinaan Ketenagaan

1) Direktorat PLB mengundang para kepala sekolah (SD,SMP, dan SMA) sebanyak 162 orang wakol sekolah penyelenggara Program Percepatan Belajar guna mengikuti pendidikan dan pelatihan di Jakarta.

2) Mengundang para pengurus yayasan penyelenggara sekolah swasta dari beberapa provinsi sebanyak 81 orang guna mengikuti pendidikan dan latihan di Jakarta.

d. Konsultasi Manajemen

Memberi kesempatan bagi sekolah penyelenggara yang memiliki permasalahan untuk menemukan solusi.

Program Percepatan Belajar Bagi Anak Berbakat Intelektual Ditinjau Dari Sisi Psikologis

A. Pendahuluan

Secara konseptual pengertian acceleration suatu kemajuan yang diperoleh dalam program pengajaran, pada waktu yang lebih cepat atau usia yang lebih muda daripada yang konvensional.

Beberapa intervensi pengajaran yang kemungkinan tepat dengan definisi akselerasi, sebagai berikut:

1. Early Entrance Siswa masuk sekolah dalam usia yang lebih mudah dari persyaratan yang telah ditentukan. 2. Grade Skipping Siswa dipromosikan ke kelas yang lebih tinggi dari penempatan kelas yang normal pada akhir

tahun pelajaran. 3. Continous Progress Siswa diberi materi pelajaran yang sesuai dengan prestasi yang mampu dicapainya. 4. Self Based Instruction Siswa diperkenalkan pada materi pelajaran untuk kemajuan dirinya. 5. Subject Matter Acceleration Siswa ditempatkan dalam kelas yang lebih tinggi, khusus untuk mata pelajaran tertentu. 6. Curriculum Compacting Siswa melaju pesat dengan kurikulum yang dirancang dengan mengurangi sejumlah aktivitas. 7. Telescoping Curriculum Siswa menggunakan waktu yang kurang dari biasanya dengan menyelesaikan studi. 8. Mentorship Siswa diperkenalkan pada seorang mentor berpengalaman dan mahir.

Page 8: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 8

9. Extra Curricular Programme Siswa mengikuti kegiatan khusus dengan instruksi tingkat mahir. 10. Concurrent Enrollment Siswa mengambil kursus untuk tingkat tertentu atau yang lebih tinggi. 11. Advanced Placedment Siswa mengambil kursus di sekolah menengah dan mengambil ujian untuk dapat kredit. 12. Credit By Examination Siswa memperoleh kredit atas keberhasilannya menyelesaikan tes. 13. Correspondence Courses Siswa mengambil kursus tingkat SMA atau Perguruan Tinggi secara tertulis, baik melalui Pos atau

Video.

Dalam program percepatan belajar untuk SD, SMP, dan SMA yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000, akselerasi didefinisikan sebagai salah satu bentuk pelayanan pendidikan yang diberikan bagi siswa dengan kecerdasan dan kemampuan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih awal dari waktu yang telah ditentukan.

B. Anak Berbakat Intelektual

Definisi anak berbakat untuk Program Percepatan Belajar ini tidak sama dengan definisi anak berbakat yang telah dikenal selama ini di Indonesia. Definisi yang ada diadopsi dari definisi keberbakatan United States Of fice of Education (1992) yang berbunyi sebagai berikut.

Anak berbakat adalah mereka yang diidentifikasikan oleh orangorang yang berkualifikasi profesional memiliki kemampuan luar biasa dan mampu berprestasi tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang terdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah reguler agar dapat merealisasikan kontribusi dirinya ataupun masayrakat.

Definisi anak berbakat dalam Program Percepatan Belajar mempersyaratkan adanya peserta didik yang telah mencapai prestasi yang memuaskan, sedangkan definisi anak berbakat yang telah dikenal selama ini di Indonesia hanya mempersyaratkan mampu berprestasi tinggi. Kedua hal ini memiliki makna yang berbeda. kata prestasi dalam definisi yang pertama telah teraktualisasikan, sedangkan kata prestasi dalam definisi ayng kedua masih dalam bentuk potensi.

Dengan demikian, sesuai definisi anak berbakat Program Percepatan Belajar, anak berbakat yang tidak menunjukkan prestasi (underachiever) tidak dapat direkomendasikan oleh psikolog ke dalam program percepatan belajar inimengacu pada pendekatan uni dimensional dan multi dimensional.

Calon akseleran memiliki skor IQ 140, mereka dapat langsung direkomendasikan oleh psikolog sebagai calon akseleran tanpa melihat faktor lain, ini dikenal dengan julukan extreme Gifred atau First Order.

Sebaliknya, ika calon akseleran memiliki kecerdasan umum di bawah skor IQ 140 (tetapi tidak kurang dari skor IQ 125), mereka masih perlu memiliki persyaratan tambahan, yaitu kreativitas yang memadai dan pengikatan diri terhadap tugas yang tergolong baik.

C. Kekuatan dan Kelemahan Akselerasi

Kekuatan dalam menyelenggarakan program percepatan belajar antara lain: 1. Meningkatkan efesiensi belajar 2. Meningkatkan efektivitas belajar 3. Merupakan pengakuan atas prestasi yang dimiliki 4. Meningkatkan waktu untuk meniti karier 5. Meningkatkan produktivitas 6. Meningkatkan pilihan eksplorasi dalam pendidikan 7. Mengenalkan siswa dalam kelompok teman baru.

Kelemahan Akselerasi:

1. Bidang Akademis a. Bahan ajar yang diberikan terlalu jauh bagi siswa b. Prestasi yang ditampilkan siswa pada waktu proses identifikasi merupakan fenomena sesaat

saja c. Siswa akselerasi kurang matang secara sosial, fisik, dan juga emosional untuk berada dalam

tingkat kelas yang tinggi

Page 9: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 9

d. Siswa akselerasi terikat pada keputusan karier lebih dini e. Siswa akselerasi mungkin mengembangkan kedewasaan yang luar biasa tanpa adanya

pengalaman yang dimiliki sebelumnya f. Pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak dialami oleh siswa akselerasi karena tidak

merupakan bagian dari kurikulum sekolah g. Tuntutan sebagai siswa sebagian besar pada produk akademik keuangan sehingga siswa

akselerasi akan kehilangan kesempatan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan divergen.

2. Penyesuaian Sosial a. Siswa akselerasi didorong untuk berprestasi baik secara akademis. b. Siswa akselerasi akan kehilangan aktivitas dalam masa-masa hubungan sosial yang penting

pada usianya c. Kemungkinan, siswa akselerasi akan ditolak oleh kakak kelasnya d. Siswa sekelas yang lebih tua tidak mungkin setuju memberikan perhatian dan respek pada

teman sekelasnya yang lebih muda usia.

3. Aktivitas Ekstrakurikuler a. Siswa akselerasi memiliki kesempatan yang kurang untuk berpartisipasi dalam aktivitas-

aktivitas yang penting di luar kurikulum yang normal. b. Partisipasi dalam berbagai kegiatan atletik penting untuk setiap siswa

4. Penyesuaian Emosional a. Siswa akselerasi merasa frustasi dengan adanya tekanan dan tuntutan yang ada, dan bisa

menjadi siswa underachiever atau drop out. b. Siswa Akselerasi merasa terisolasi atau bersifat agresif terhadap orang lain. c. Kurang mampu menyesuaikan diri dalam kariernya karena menempati karier yang tidak tepat d. Kurangnya kesempatan untuk mengembangkan kreativitas atau hobi, dan adanya potensi

dikucilkan dari orang lain.

Kreativitas dan Sikap Kreatif dari Siswa Berbakat Akademik

A. Pendahuluan

Siswa berbakat selalu dikaitkan dengan model Three Rings dari Renzulli yang menyatakan bahwa keberbakatan merupakan hasil perpaduan dari kemampuan di atas rata-rata kreativitas, dan komitmen pada tugas.

Kemampuan di atas

rata-rata

Komitmen pada tugas

Page 10: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 10

Aspek Kreativitas dan Aspek Kemampuan pada Model Renzulli

Hubungan antara kreativitas dan inteligensi hanya sampai tingkat tertentu. Di atas IQ sekitar 120 kreativitas dan inteligensi tampaknya menempuh jalur yang berbeda sehingga dapat disimpulkan bahwa sampai tingkat tertentu, intelegensi merupakan prasyarat bagi kreativitas.

Tes mengukur intelegensi adalah kemampuan berpikir konvergen, mencari satu jawaban yang paling tepat. Tes yang mengukur kreativitas, mengukur kemampuan berpikir divergen, yaitu sebanyak-banyaknya alternatif jawaban yang bisa diberikan oleh seseorang. Menurut Benbow dan Lubinski, tes-tes inteligensi mengukur kekuatan otak untuk belajar.

B. Pengertian Kreativitas

Sesuatu dapat disebut kreatif bila memenuhi beberapa kriteria produk kreatif yaitu baru berbeda dari yang telah ada dalam arti lebih baik, dan berguna bagi orang banyak.

Dalam kreativitas, baru adalah baru bagi individu yang bersangkutan walaupun mungkin bagi orang lain tidak. Baru tidaklah perlu sama sekali baru, bisa saja merupakan kombinasi baru dari yang sebelumnya telah ada.

Pribadi kreatif memiliki dua ciri khusus yaitu bakat kreatif dan sikap kreatif. Bakat kreatif kreatif adalah kepekaan terhadap masalah, kelancaran dan keluwesan dalam berpikir, elaborasi, dan orisinalitas. Semakin tinggi kepekaan terhadap masalah, semakin besar peluangnya untuk dapat menemukan cara dalam mengatasi masalah tersebut. Kelancaran berpikir adalah kecepatan seseorang dalam menghasilkan banyak gagasan, sedangkan keluwesan berpikir adalah keanekaragaman gagasan. Elaborasi adalah kemampuan untuk menyempurnakan suatu gagasan dengan menambahkan detail-detail yang akan membuatnya semakin bermutu. Orisinalitas adalah keunikan dari gagasan, sesuatu yang tak terpikirkan oleh orang lain. Sikap kreatif adalah rasa ingin tahu, kesediaan untuk bekerja keras dan dalam waktu yang panjang, terbuka pada pengalaman baru dan luar biasa, bebas dalam ekspresi, percaya diri, bebas dari penilaian, dan kesediaan untuk mengambil risiko yang diperhitungkan. Sikap kreatif ini terutama merupakan sesuatu yang dipelajari dari pengalaman sepanjang hidup.

Empat tahapan dalam proses kreatif yaitu persiapan, inkubasi iluminasi, dan verifikasi:

1. Persiapan meliputi persiapan jangka panjang dan jangka pendek. Persiapan jangka panjang berlangsung sepanjang hidup seseorang, sejak masih kecil sampai saat ia menggunakannya. Persiapan jangka pendek adalah saat seseorang mempelajari masalah yang dihadapinya dari berbagai sudut.

2. Untuk menyelesaikan persoalan sangat sulit bagi seseorang perlu beristirahat untuk menyegarkan diri, ini disebut inkubasi. Misalnya dengan cara tidur, bermain, jalan-jalan ataupun mengerjakan pekerjaan yang lain.

3. Pada saat berinkubasi gagasan cemerlang muncul. Ini adalah tahap iluminasi. Hal ini terjadi karena terjadi hubungan antara dua hal yang berbeda dalam gudang ingatan seseorang yang sebelumnya belum berkaitan.

4. Tahap verifikasi. Penemuan tadi diuji kembali untuk membuktikan kebenarannya.

Page 11: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 11

C. Kreativitas dan Siswa Berbakat

Anak berbakat adalah anak yang berprestasi tinggi di sekolah, namun anak berbakat bisa saja tidak memiliki kecerdasan dan kreativitas di atas rata-rata cukup komitmen terhadap tugas yang tinggi. Tapi, bila kita mengatur konsep Renzulli, setiap anak berbakat adalah kreatif.

Pada dasarnya, kreativitas merupakan suatu kualitas yang diperlukan untuk menghasilkan gagasan orisinal dalam bidang apa saja. Keberanian adalah kualitas pikiran untuk menghadapi hambatan dan bahaya dengan tenag dan teguh. Sedangkan kepedulian-kepedulian adalah kualitas pikiran untuk berbelas asih, peduli, atau berminat pada orang atau hal-hal lain di luar dirinya

Keberanian merupakan bagian dari sikap kreatif yang menentukan munculnya produk kreatif. Kurangnya keberanian disebabkan mereka sangat peduli dan ingin berlaku adil kepada semua pihak karena mereka cukup cerdas untuk melihat implikasi dari sebuah masalah, dan ingin mempertimbangkan semua hal. Hal yang dapat menjadi penghambat kreativitas. Amabile (dalam Munandar, 1999) menyebutkan ada empat hal penghambat kreativitas yang dapat mematikan kreativitas, yaitu evaluasi, hadiah, persaingan (kompetisi), dan lingkungan yang membatasi. Tunda pemberian evaluasi pada anak. Biarkan anak merasa bebas dalam berkreativitas. Hadiah dapat menghilangkan motivasi intrinsik. Persaingan/lpmpetetisi bisa menurunkan kreativitas, terutama karena kompetisi ini mengandung penilaian dan hadiah. Pemaksaan dan lingkungan yang membatasi juga mematikan kreativitas.

Agar kreativitas dapat tumbuh dan berguna bagi banyak orang, perlu diperhatikan pada pengembangan keberanian dan kepedulian. Keberanian dapat ditumbuhkan dengan membantu siswa untuk menghadapi, mengambil pelajaran, dan mengatasi kegagalannya. Kegagalan dipandang sebagai kesalahan dalam strategi ataupun usaha yang kurang, bukan karena kemampuan yang kurang.

Prestasi Akademik dan Keberbakatan Akademik

A. Pengantar

Menurut Bloom, prestasi akademik atau prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintetis dan evaluasi.

Faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik yaitu bersifat internal seperti intelegensi, motivasi belajar, minat, bakat, sikap, persepsi dan kondisi fisik, sedangkan yang bersifat eksternal: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayrakat. Siswa yang memiliki keberbakatan akademik tidaklah sama dengan siswa lainnya, hal ini dikatagorikan sebagai siswa yang underachievement.

B. Underachievement pada Siswa yang Memiliki keberbakatan Akademik.

Underachiement adalah prestasi yang ditampilkan secara sgnifikan di bawah potensi prestasi akademiknya.

Jonne Whitemore mengestimasikan bahwa 70 % dari siswa berbakat tergolong underachiever. Karakteristik siswa berbakat berprestasi kurang dikategorikan menjadi tiga tingkat yang berbeda yaitu:

1. Karakteristik primer adalah rasa harga diri yang rendah dan karakteristik ini merupakan akar dari sebagian besar masalah underachievement.

2. Karakteristik sekunder, yaitu perilaku yang menghindari bidang akademik dan menghasilkan.

Page 12: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 12

3. Karakteristik tersier, yaitu kebiasaan belajar yang buruk, keterampilan yang tidak dikuasai masalah sosial, dan disiplin.

Penyebab siswa tidak berhasil menampilkan prestasi sesuai dengan potensi yang dimilikinya, antara lain lingkungan sekolah lingkungan rumah, dan faktor-faktor lainnya:

1. Faktor Sekolah a. Apabila lingkungan sekolah tidak mendukung atau memberikan nilai tinggi pada keberhasilan

akademik b. Kurikulum mungkin saja tidak cocok untuk anak yang cerdas c. Lingkungan kelas kaku atau otoritarian d. Penghargaan tidak dibuat untuk perbedaan individual e. Gaya belajar siswa tidak cocok dengan gaya mengajar guru

2. Faktor Rumah a. Belajar tidak dinilai tinggi atau didukung dan prestasi tidak diberi imbalan b. Tidak adanya sifat positif orang tua terhadap karier mereka sendiri. c. Orang tua bersikap dominan dan terlalu menuntut anak. d. Prestasi anak menjadi ancaman bagi kebutuhan orang tua akan superioritas e. Perebutan kekuasaan di dalam keluarga. f. Status sosial ekonomi dan pendidikan orang tua rendah g. Keluarga mengalami disfungsi

3. Adanya Perbedaan Budaya

Budaya tempat seorang anak dilahirkan dapat mempengaruhi pandangan terhadap keberbakatan. Ada budaya yang menganggap anak berbakat difavoritkan, ada yang menganggap wahyu, ada yang menganggap perlu dimanfaatkan bagi lingkungannya, dan sebagainya.

4. Faktor-faktor Lainnya a. Terjadinya gangguan belajar, kondisi tidak mampu, atau gangguan emosional. b. Faktor-faktor kepribadian seperti perfectionism, terlalu sensitif, tidak berdaya guna dalam

keterampilan sosial. c. Perhatian yang berlebihan d. Malu, rendah diri tidak percaya diri karena berbeda dari siswa lainnya.

C. Penanggulangan Siswa Berbakat Akademik yang Underachievement 1. Sangat bergantung pada faktor penyebabnya 2. Tugas utama sekolah adalah menciptakan suatu lingkungan yang dapat memperkuat belajar

kreatif. 3. Semakin dini masalahnya dideteksi, semakin mudah menanganinya, misalnya oleh konselor

sekolah, spikolog untuk mengatasinya. 4. Instruksi yang sesuai dengan kebutuhan individual mereka. 5. Kehidupan siswa yang tergolong underachiever perlu diberi kendali 6. Mencari solusi dan tidak menyalahkan orang lain.

Dampak Program Akselerasi Terhadap Aspek Perkembangan Kognitif Siswa

Anak berbakat emiliki karakteristik sebagai anak yang cepat memahami, cepat mengingat, memiliki pengetahuan yang luas, dan fleksibilitas dalam berpikir, yang kesemuanya merupakan prasyarat untuk tampilnya suatu perilaku pemecahan masalah yang sempurna.

Page 13: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 13

A. Program Akselerasi

Biasanya, program akselerasi ini dapat tampil dalam beberapa bentuk sebagai berikut: 1. Masuk sekolah (TK) dalam usia yang jauh lebih muda daripada anak rata-rata umumnya 2. Loncat kelas, umumnya berkisar antara satu kelas atau lebih di atas teman-teman seusianya 3. Akselerasi dalam subjek-subjek tertentu 4. Mentoring, yaitu bekerja/belajar bersama seorang ahli dalam satu bidang (ahli tersebut bisa guru

atau orang luar sama sekali).

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk usia anak saat mulai masuk program akselerasi 1. Tidak ada tekanan untuk ikut akselerasi 2. Siswa berada pada posisi 2 % teratas tingkat inteligensinya 3. Guru di kelas merasa senang dengan program akselerasi 4. Orang tua siswa juga memiliki perasaan yang positif 5. Siswa benar-benar tergolong unggul dalam suatu bidang 6. Siswa memiliki kehidupan emosi yang stabil 7. Siswa mengerti akan tugas, tanggung jawab, dan konsekuensi dari program ini 8. Siswa menginginkan atau menyetujui untuk dimasukkan dalam program akselerasi ini.

Dampak Program Akselerasi Terhadap Aspek Perkembangan Sosial dan Emosional Siswa

Berbakat Akademik

A. Anak Berbakat Akademik

Siswa berbakat akademik digolongkan sebagai berikut: 1. Siswa memiliki intelegensi superior (IQ=130 ke atas) 2. Prestasi akademik jauh di atas rata-rata kelas. Selalu menjadi juara kelas dan memperlihatkan

kecerdasan luar biasa dalam ilmu-ilmu tertentu

Ciri anak berbakat: 1. Anak berbakat itu terlalu cepat dewasa (precocious). Mereka menguasai pelajaran lebih dahulu

dan lebih cepat daripada teman-temannya 2. Anak berbakat akan maju sesuai dengan iramanya sendiri, melakukan pertemuan-pertemuan

sendiri dan dapat mencari penyelesaian suatu permasalahan secara naluriah tanpa melalui sederetan langkah-langkah pemikiran yang linear.

3. Anak berbakat didorong oleh keinginan yang sangat kuat dalam bidang atau dominan di mana mereka mempunyai kemampuan yang tinggi seperti matematika. Anak berbakat adalah anak yang secara global menguasai mata pelajaran dan bahkan berhasil menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi pada Usia yang sangat muda.

B. Dampak Keberbakatan Dalam Kehidupan Sosial dan Emosional Anak.

Berbeda dengan anggapan dahulu, ternyata anak-anak berbakat juga lebih rentan terhadap faktor-faktor sosial dan emosional. Anak berbakat adalah anak yang bahagia, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan tidak membutuhkan perhatian khusus. Hal ini menumbuhkan mitos bahwa anak berbakat mudah menyesuaikan diri dan mudah diajar tetap bertahan, menurut Mihali bahwa anak-anak dengan kemampuan tinggi yang luar biasa di sembarang domain, tidak hanya secara akademis, tetapi juga di bidang seni rupa, musik, bahkan atlektik, secara sosial tidak padu, dan sebagainya.

Anak-anak ini cenderung “ngotot”, berpikir bebas, dan introver. Mereka lebih banyak menyediri dan meskipun memperoleh energi dan kesenangan dari kehidupan mental yang menyendiri itu, mereka juga mengungkapkan bahwa mereka merasa kesepian.

Sekitar 20-25 % dari anak-anak yang sangat berbakat mengalami masalah-masalah sosial dan emosional, yaitu dua kali lebih besar dri nagka normal.

Page 14: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 14

C. Dampak Akselerasi pada Anak Berbakat Akademik

Anak dengan kemampuan dan kecerdasan luar biasa, merupakan suatu keinginan yang realistik karena kebutuhan pelayanan pendidikan anak yang berbakat yaitu dibentuk layanan istimewa yang berbeda dari sekolah yang umum, diberikan pengayaan akselerasi dalam bentuk menempatkan anak pada kelas yang lebih tinggi sesuai dengan tingkat keberhasilan anak.

Memberikan pelayanan kepada anak berbakat yang secara sosial terisolasi dan bosan bersekolah bukanlah hal yang mudah.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan akselerasi bagi anak berbakat akademik adalah memenuhi kebutuhan akan tugas-tugas yang penuh tantangan dalam bidang keberbakatan dan adanya persahabatan diantara teman sejawat yang memiliki kemampuan yang sama. Kita bukan hanya memerlukan anak bangsa yang panai, melainkan juga anak bangsa yang seimbang dalam kehidupan emosi dan sosial.

Aspek-Aspek Dalam Bimbingan Konseling Bagi Siswa Akselerasi

A. Pendahuluan

Anak berbakat dikategorikan sebagai anak luar biasa karena ia berbeda dengan anak-anak lainnya. Dengan adanya program keberbakatan ini, banyak siswa berbakat yang mengalami berbagai masalah, baik dalam pengajaran di sekolah maupun dalam penyesuaian diri di sekolah, di rumah, atau di masyarakat. Masalah yang muncul dapat diatasi dengan program bimbingan dan konseling yang merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan dan bertujuan membantu siswa untuk berkembang seoptimal mungkin.

B. Tujuan Program Bimbingan dan Konseling

Tujuan umum adalah membantu perkembangan pribadi siswa berbakat dan menyingkirkan emosional serta membantunya menggunakan kemampuannya seoptimal mungkin. Pelayanan bimbingan dan konseling untuk siswa program akselerasi siswa berbakat meliputi:

1. Bimbingan akademis, yaitu agar siswa dapat mencapai prestasi optimal dalam belajar sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

2. Bimbingan kepribadian, yaitu agar siswa dapat mengembangkan konsep diri yang sehat, memahami dirinya, lingkungannya dengan baik, dan mampu mewujudkan dirinya dalam hubungan yang serasi dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, alam, masyarakat, dan dengan Tuhan Yang maha Esa

3. Bimbingan karier, yaitu agar siswa dapat membuat pilihan yang tepat dalam merencanakan kariernya.

C. Aspek-Aspek yang Perlu Diperhatikan Dalam Bimbingan Konseling Siswa Berbakat

Siswa berbakat memiliki kemungkinan untuk berprestasi unggul dan punya kebutuhan untuk diakui, dihargai, dan diterima. Siswa berbakat mempunyai sense of belonging yang kuat. Konsep diri yang kuat membutuhkan keseimbangan diantara kedua hal itu. Disinilah letak pentingnya bimbingan dan konseling bagi mereka.

Konselor harus peka terhadap kekuatan internal pada diri siswa dan kekuatan eksternal yang ada pada pada lingkungan. Konselor tidak berada pada taraf remideal, tetapi berdasarkan pendekatan perkembangan atau developmental. Siswa berbakat memerlukan konseling berupa konsultasi proses pertumbuhan diri, walaupun siswa berbakat memiliki berbagai masalah dan mampu menemukan pemecahan masalah itu sendiri.

D. Peran Berbagai Pihak dalam Bimbingan dan Konseling

1. Peran Konselor/Guru BK di Sekolah Guru BK dapat membantu perencanaan akademis, perencanaan karier perguruan tinggi, dan konseling individual di bidang psikososial. Guru BK dapat memberi bimbingan dan konseling secara pribadi, misalnya dinamika kelompok, kunjungan ke perguruan tinggi, siswa magang.

Page 15: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 15

2. Peran Orang Tua Orang tua menyediakan waktu untuk mendengarkan masalah-masalah dan frustasi mereka, berdiskusi dengan anak, cara mengatasi masalah, bertanya mengenai penyesuaian pribadi dan memonitor kemajuan belajar, serta membangkitkan motivasi intrinsik dalam diri anak berbakat.

3. Peran Guru Guru berperan penting dalam proses bimbingan dan konseling karena mereka sendiri dapat memegang fungsi bimbingan, kecuali intervensi klinis.

E. Kesimpulan

Kebutuhan siswa berbakat akan bimbingan dan konseling memang cukup besar dalam bidang-bidang perkembangan psikososial, perencanaan akademis, dan pendidikan karier.

Guru, orang tua, dan konselor sebaiknya bekerja sama dalam membangun kesempatan bagi siswa berbakat untuk mewujudkan diri secara optimal, dan terdorong dari dalam untuk berdedikasi pada tujuan hidup yang bermakna, tidak hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi kesejahteraan lingkungannya.

Materi Dan Strategi Instruksional Untuk Program Akselerasi

A. Pendahuluan Pelayanan bagi siswa yang mempunyai potensi di atas rata-rata di Indonesia. IQ di atas 120, secara umum dilakukan dengan dua model, yaitu “sekolah unggulan” dan “kelas unggulan” (dalam satu sekolah), di semua jenjang sekolah, dari SD sampai SMA. Kurikulum yang digunakan kurikulum 1994, yang dianggap terlalu berat bagi siswa biasa hanya 30% siswa SMA yang dapat mengikuti kurikulum 1994 secara baik.

B. Hasil belajar Siswa berbakat akademik dituntut untuk menguasai konsep-konsep akademis yang diperlukan dalam meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Keterampilan fundamental yang diperlukan dalam dunia kerja modern berikut ini. 1. Keterampilan dasar, yaitu membaca, menulis, berbicara, menghitung, mengetahui konsep-konsep

matematik

Page 16: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 16

2. Keterampilan berpikir, yaitu bernalar, mengambil keputusan, berpikir kreatif, memecahkan masalah, melihat sesuatu secara logis, mengetahui bagaimana belajar.

3. Kualitas pribadi, yaitu bertanggung jawab, mempunyai harga diri, bergaul dalam masyarakat, mengendalikan diri, mempunyai integritas, dan jujur.

Selanjutnya, Wetzel mengidentifikasikan lima kompetensi yang dilakukan orang di tempat kerjanya sebagai berikut: 1. Sumber daya, yaitu mengidentifikasi, mengatur, merencanakan, mengalokasikan waktu,

mengalokasikan dana, mengalokasikan bahan-bahan dan tenaga kerja 2. Keterampilan interpersonal, yaitu bernegoisasi, menerapkan kepemimpinan, bekerja dengan

diversifikasi, mengajarkan keterampilan baru pada orang lain, melayani klien dan langganan, berpartisipasi sebagai anggota tim

3. Keterampilan informasi, yaitu menggunakan komputer untuk memproses, memperoleh, mengevaluasi, menafsirkan dan mengorganisasikan, menjaga, dan mengomunikasikan informasi

4. Keterampilan sistem, yaitu memahami, memonitor kinerja mengoreksi kinerja, memperbaiki, dan merancang sistem

5. Keterampilan menggunakan teknologi, yaitu memilih, menetapkan, memelihara, dan mencari kerusakan teknologi.

Perkembangan sikap-sikap terhadap akademik siswa: 1. Percaya diri, dapat mengontrol diri sendiri dan selalu merasa optimis. 2. Ingin tahu, muncul jika siswa merasa senang mengeksplorasi hal-hal baru yang menarik 3. Internasional, ulet dan tetap bersemangat walaupun tujuan terasa berat untuk dicapai. 4. Akrab, dapat bergaul dengan siswa lain secara mudah 5. Bekerja sama, mampu menyeimbangkan antara kebutuhan diri sendiri dengan kebutuhan orang

lain. 6. Kemampuan berkomunikasi.

C. Pendekatan Ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme sebagai berikut: 1. Menggunakan kegiatan belajar yang berorientasi pada masalah dan relevan dengan minat siswa 2. Menggunakan format visual dengan intensitas yang tinggi 3. Mendorong belajar aktif, bukan pasif 4. Menyediakan lingkungan belajar dari berbagai variasi sumber belajar 5. Mendorong berkembangnya kreativitas 6. Mendorong dilakukannya kerja kolaboratif dan kooperatif 7. Belajar melalui eksplorasi 8. Menekankan pada proses oemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan keterampilan

evaluasi 9. Menggunakan berbagai metode penilaian yang autentik di sampinng kuntitatif.

D. Strategi Pembelajaran Mengingat padatnya kurikulum 1994, secara makro tidak mungkin mengajarkan setiap pokok bahasan yang ada dalam GBPP kepada siswa dalam pertemuan tatap muka di kelas. Strategi mikro untuk siswa berbakat akademik tidak berbeda dengan siswa biasa. Dick dan Carrey (1985) memberikan sistematika dari strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua siswa. 1. Pre Instructional Activities

a. Motivations b. Objetives c. Entry behavior

2. Information presentation a. Sequences b. Size of intruksional unit c. Content presentation d. Examples

3. Student participatin a. Praktice b. Feedback

4. Testing

Page 17: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 17

a. Entry behavior b. Pretest c. Embedded tests d. Posttest

5. Follow-through activities a. Remediation b. Enrichment

Manajemen Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Program Akselerasi Di Sekolah Dasar

A. Pembelajaran Terprogram dan Prasarana/Sarana

Menyusun program pembelajaran untuk murid sekolah dasar dapat lebih permanen karena GBPP SD tahun 1968 sampai tahun 1994 tidak ada perbedaan yang bermakna. Ini memudahkan pengelola/pelaksana/guru menyusun pembelajaran terprogram.

Dalam kegiatan Penyusunan pembelajaran Terprogram dilaksanakan hal-hal sebagai berikut:

1. Analisis Kurikulum/GBPP Yang dimaksud dengan analisis kurikulum adalah suatu kajian tentang penyetaraan antara tuntutan kurikulum/GBPP dengan kemampuan tumbuh kembangnya peserta didik yang seimbang dan optimal. Langkah-langkah yang dilakukan untuk analisis kurikulum: a. Menetapkan materi esensial b. Menetapkan sequence materi pembelajaran sesuai perkembangan anak: c. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus dari tiap materi dan pokok bahasan serta contoh

penilaiannya d. Memilih materi/pokok bahasan yang perlu diperkaya Pengayaan harus sesuai dengan ciri-ciri anak berbakat atau anak yang berkemampuan intelektual di atas rata-rata.

2. Menyusun Modul/Program pembelajaran Modul/program pembelajaran ini dibuat oleh setiap pokok bahasan/tema Setiap pokok bahasan/tema berisi: a. Petunjuk belajar untuk siswa, dan di situ tertera waktu belajar, tujuan instruksional khusus. b. Proses belajar c. Latihan/tugas-tugas d. Penilaian diri e. pengayaan

3. Menyiapkan Prasarana/Sarana

Yang dimaksud adalah sekolah menyiapkan ruangan (aula perpustakaan, panggung, taman, dan lain-ain) yang memungkinkan anak mengembangkan kreativitasnya.

B. Struktur Program/Pengelolaan Kelas

Manajemen pelaksanaan program akselerasi ini disesuaikan dengan model yang dilaksanakan, yaitu akselerasi per cawu, artinya perpindahan atau kemajuan siswa dinilai per cawu. Hal itu dapat dilihat pada diagram berikut:

Program Kelas 1 Kelas 2 Kels 3 Kelas 4 Kels 5 Kelas 6

Tahun/Cawu 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

I

II

III

Page 18: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 18

IV

V

C. Teknis pelayanan

1. Pemantauan Kemampuan Awal Murid

Pedoman pada “tidak ada dua anak yang sama kecerdasan dan kemampuannya”’ dilakukan beberapa hal antara lain : a. Bekerja sama dengan guru TK supaya sejak TKA kemampuan anak telah dipantau dan

dikembangkan b. Bekerja sama dengan psikolog untuk memperkirakan apakah anak tergolong kemampuan di

atas rata-rata c. Guru-guru kelas 1 memantau kemampuan yang telah muncul (kemampuan bahasa, hitung,

nomerik halus, kemandirian, keberanian, dan lain-lain).

2. Menentukan Kelompok Belajar

Kelompok belajar ini dapat berupa kelas khusus atau dalam satu kelas ada program khusus. Jika di sekolah itu ada beberapa kelas paralel, dapat dilaksanakan kelompok belajar “kelas khusus”, akan tetapi kalau hanya satu kelas, yang dilaksanakan adalah “program khusus”.

3. Sistem Pembelajaran

Secara umum, sistem pembelajarannya adalah “belajar tuntas dan maju berkelanjutan”. Hal itu dapat dilihat pada diagram berikut.

WAKTU BELAJAR UNTUK 1 PB (Program Belajar)

PB 1 > 95% PENG PB II >95% PENG

PBM EV PBM EV

Siswa cepat menyelesaikan PB 1 dan berhasil dengan baik. Oleh karena itu, sisa waktu digunakan untuk pengayaan dan melanjutkan ke program berikutnya.

4. Sistem Evaluasi

Penilaian dilaksanakan terus menerus dan berkesinambungan serta membiasakan murid untuk selalu menilai dirinya, materi penilaian harus benar-benar menguji apa yang termasuk dalam tujuan pembelajaran.

D. Penutup

1. Kesimpulan

Sesuai dengan prinsip indovidual differences, pelayanan/pendidikan untuk anak berkemampuan di atas rata-rata perlu dilaksanakan. Pelaksanaannya diatur sebagai berikut:

a. Menyusun pembelajaran terprogram berdasarkan analisis kurikulum

b. Menyiapkan prasarana dan sarana penunjang

c. Menetapkan model pelaksanaan sesuai dengan kondisi sekolah

d. Menelaah peserta didik

e. Pelaksanaan PBM dengan kriteria hasil sesuai tingkat ketuntasan

f. Proses PBM harus mengembangkan kreativitas, kemandirian, keberanian, dan seterusnya (sesuai dengan ciri khusus anak berbakat)

g. Penilaian terpadu yang terus menerus dan berkesinambungan.

Page 19: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 19

Manajemen Penyelenggaraan Pendidikan untuk Program Akselerasi di SMP dan SMA Lab School

Jakarta

1. Dasar Hukum

Program Siswa Cepat yang diselenggarakan di SMP dan SMA Lab School berlandaskan pada Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan sebagai berikut:

a. Pasal 8 ayat 2 yang berbunyi: “bahwa warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus”

b. Pasal 24 yang menyatakan bahwa setiap peserta didik pada suatu satuan pendidikan mempunyai hak-hak antara lain sebagai berikut:

1) Ayat 1 : Mendapatkan perlakuan sesuai dengan bakat minat, dan kemampuannya

2) Ayat 2 : Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan

(3) Ayat 6 : Menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan

2. Tujuan Program

Penyelenggaraan Program Siswa Cepat bertujuan untuk : a. Memberikan layanan pendidikan kepada anak berbakat akademik untuk mewujudkan bakat

dan kemampuannya secara optimal b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan program pendidikan di

SMP/SMA lebih cepat, yaitu dalam waktu dua tahun c. Mengembangkan kemampuan berpikir dan bernalar siswa secara lebih komprehenshif dan

optimal d. Mengembangkan kreativitas siswa secara optimal

3. Beberapa Pengertian

Beberapa pengertian mengenai program siswa cepat, antara lain sebagai berikut:

a. Program Siswa Cepat adalah program pelayanan yang diberikan kepada siswa dengan tingkat keberbaktian tinggi agar dapat menyelesaikan masa belajarnya lebih cepat dari siswa yang lain (program reguler)

b. Pengembangan program pendidikan bagi siswa berbakat didasarkan pada prinsip utama, yaitu akselerasi dan eskalasi.

1) Istilah akselerasi berarti meningkatkan kecepatan waktu dalam menguasai materi yang dipelajari, yang dilakukan pada kelas khusus. Siswa yang seharusnya menyelesaikan studi SMP/SMA dalam tiga tahun diprogramkan untuk dapat menyelesaikan materi kurikulum (yang telah didiferensiasi) dalam waktu dua tahun

2) Istilah eskalasi menunjuk pada penanjakan kehidupan mental mealui berbagai program pengayaan materi. Dalam program ini, bentuk yang diambil adalah pengayaan kurikulum dalam arti pemberian pengalaman belajar yang lebih berarti dan mendalam dalam mata pelajaran atau latihan tertentu.

A. Manajemen Penyelenggara Program Akselerasi

1. Rekrutmen Siswa

Page 20: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 20

Tahap rekrutmen peserta program akselerasi :

a. Tahap 1

Tahap 1 dilakukan dengan meneliti dokumen data seleksi Penerimaan Siswa Baru (PSB). Kriteria lolos pada tahap 1 didasarkan atas kriteria tertentu yang berdasarkan skor data berikut.

1) Nilai Ebtanas Murni (NEM) SD ataupun SMP

2) Skor tes seleksi akademis

3) Skor tes psikologi yang terdiri atas tiga kluster, yaitu · Intelegensi yang diukur dengan menggunakan tes CFIT skala 3B · Kreativitas yang diukur dengan menggunakan Tes Kreativitas Verbal-Short Battere,

dan · Task commitment yang diukur dengan menggunakan skala TC-YA/FS revisi.

b. Tahap 2 Penyaringan

Penyaringan dilakukan dengan dua strategi berikut

1) Strategi Informasi Data Subjektif

Informasi data subjektif diperoleh dari proses pengamatan yang bersifat kumulatif. Informasi dapat diperoleh melalui check list perilaku, nominasi oleh guru, nominasi oleh orng tua, nominasi oleh teman sebaya, dan nominasi dari diri sendiri

2) Strategi Informasi Data Objektif

Informasi data objektif diperoleh melalui alat-alat tes yang dapat memberikan informasi yang lebih beragam (berdiferensiasi), seperti Tes Intelegensi Kolektif Indonesia (TIKI) dengan sebelas subtes, tes Wischler Intelligence Sclale for Children adaptasi Indonesia dengan sepuluh sumber dan Baterai Tes Kreativitas verbal dengan enam subtes.

Setelah penyaringan diadakan pertemuan dengan orang tua siswa bertujuan untuk menjelaskan program akselerasi yang akan diselenggarakan oleh sekolah dan betapa pentingnya peran serta orang tua dalam menunjang kelancaran dan keberhasilan program tersebut, dan dibuat kesepakatan bahwa bila nantinya siswa tidak bisa mengikuti program ini dengan baik, siswa tersebut akan dikembalikan ke program reguler.

2. Kegiatan Pembelajaran

a. Guru Guru yang mengajar program akselerasi adalah guru-guru yang juga mengajar program

reguler. b. Kurikulum Muatan materi kurikulum untuk program akselerasi tidak berbeda dengan kurikulum standar

yang digunakan untuk program reguler.

Pengaturan kembali program pembelajaran pada kurikulum standar, dari sembilan cawu menjadi enam cawu tanpa mengurangi isi kurikulum.

Suatu materi dikatakan memiliki konsep esensial bila memenuhi kriteria berikut ini 1) Konsep dasar 2) Konsep yang menjadi dasar untuk konsep berikut 3) Konsep yang berguna untuk aplikasi 4) Konsep yang sering muncul pada Ebtanas

c. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang sesuai untuk program akselerasi adalah sebagai berikut:

1) Strategi pembelajaran yang terfokus pada belajar bagaimana seharusnya belajar

2) Strategi itu harus menekankan pada perkembangan kemampuan intelektual tinggi

3) Strategi itu harus memiliki kepekaan (sensitif) terhadap kemajuan belajar dari tingkat konseptual rendah sampai tingkat intelektual tinggi

Page 21: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 21

d. Evaluasi Belajar dan Laporan Hasil belajar

Evaluasi Belajar Tahap Akhir (Ebta-Ebtanas) untuk Program Siswa Cepat dijadwalkan pada cawu 3 tahun kedua, bersama-sama dengan siswa reguler yang sudah menempuh masa belajar 3 tahun betiga.

Pada dasarnya, laporan hasil evaluasi belajar atau rapor untuk Program Siswa Cepat sama dengan rapor untuk program reguler. Nilai/angka pada buku laporan tetap terisi untuk sembilan cawu. Pembagian rapor untuk Program Siswa Cepat dilakukan sesuai dengan kalender pendidikan yang berlaku khusus untuk Program Siswa Cepat.

3. Bimbingan dan Konseling untuk Program Akselerasi

Program Bimbingan dan Konseling diarahkan untuk dapat menjaga terjadinya keseimbangan dan keserasian dalam perkembangan intelektual, emosional, dan sosial juga dapat mencegah dan mengatasi potensi-potensi negatif yang dapat terjadi dalam proses percepatan belajar, misalnya siswa mudah frustasi karena adanya tekanan dan tuntutan untuk berprestasi, siswa menjadi terasing atau agresif terhadap orang lain.

Fungsi/pelayanan bimbingan dan konseling dapat diupayakan dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pertemuan rutin dengan orang tua siswa untuk saling bertukar informasi

b. Menghimpun berbagai data dari guru yang mengajar di kelas akselerasi, khususnya berkaitan dengan aktivitas siswa pada saat pembelajaran

c. Menjaring data siswa melalui daftar cek masalah, sosiometeri kelas, angket, ataupun wawancara.

Tinjauan Gender Atas Kemampuan dan Prestasi Siswa Berbakat Akademik

a. Perbedaan Gender

Diferensiasi seksual adalah perbedaan manusia dalam bentuk jenis kelamin yang berbeda. Secara morfologis, bentuk jenis kelamin perempuan berbeda dengan laki-laki. Demikian juga dengan sifat karakteristik, dan perilaku masing-masing jenis kelamin. Identitas jenis kelamin terkait dengan peran seksual yang feminin atau maskulin menurut pengertian sosial budaya ketika perempuan atau laki-laki itu berada pada suatu masa tertentu.

Secara universal peran seksual yang feminin atau maskulin, tidak sama antara lingkungan sosial budaya yang satu dengan lingkungan sosial budaya lainnya. Secara biologis perbedaan jenis kelamin

Page 22: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 22

juga mempunyai kaitan aspek biologis dari otak. Analisis Moir dan Jessel mengatakan bahwa otak perempuan memproses informasi dengan cara yang berbeda, yang menghasilkan perbedaan persepsi, prioritas kebutuhan, dan tingkah laku.

Perbadaan perilaku antara perempuan dan laki-laki terlektak pada agretivitas fisik, dan faktor budaya menunjukkan pengaruhnya dalam hal intelek ketergantungan, dan emosionalitas yang berbeda.

Tabel 1

Perbedaan Organisasi Otak

Fungsi Lokasi Otak Kesimpulan

Mekanisme bahasa, tata bahasan ujian

Pria

: Hemister kiri, depan, dan belakang

Lebih tersebar

Wanita : Hemister kiri, depan

Lebih spesifik

Pembendaharaan kata, mendefinisikan kata-kata

Pria : Himister kiri, depan, dan belakang

Lebih spesifik

Wanita : Hemister kiri, kanan, depan, belakang

Lebih tersebar

Persepsi visual-ruang

Pria : Himister kanan Lebih spesifik

Wanita : Hemister kiri dan kanan

Lebih tersebar

Emosi Pria : Hemister kanan

Lebih spesifik

Wanita : Hemister kiri dan kanan

Lebih tersebar

Menurut Tavris dan Offir, perbedaan jenis kelamin menonjol secara jelas ketika memasuki usia remaja.

Tabel 2

Perbedaan dan persamaan Antara pria-Wanita

Kemampuan

· Intelegensi umum Tidak ada perbedaan

· Kemampuan verbal Wanita lebih tinggi setelah usia sepuluh-sebelas tahu

· Kemampuan kuantitatif Pria lebih tinggi yang dimulai pada

Page 23: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 23

tahap remaja

· Kreativitas Wanita lebih tinggi pada tes kreativitas verbal, lebih tidak ada perbedaan

· Kognisi Tidak ad perbedaan

· Kemampuan visual-ruang

Pria lebih tinggi yang dimulai pada tahap remaja

· Kemampuan fisik Pria lebih berotot dan rawan terhadap penyakit

Karakteristik Kepribadian

· Sosiabilitas dan Cinta Tidak ada perbedaan. Pada usia tertentu, pria berkumpul main dalam kelompok besar, beberapa bukti menyatakan pria muda lebih mudah jatuh cinta, namun sukar untuk membebaskan diri dari kemelut cinta

· Empati Bukti-bukti bertentangan

· Emosionalitas Pernyataan diri bertentangan dengan pengamatan

· Ketergantungan Hasil tidak konsisten, ketergantungan mungkin bukan satu konsep yang sama

· Asuhan Bukti yang menggambarkan reaksi pria terhadap anak sedikit, isu tentang perilaku maternal vs paternal masih terbuka, tidak ada perbedaan dalam memperhatikan orang lain

· Agresivitas Pria sudah lebih agresif sejak usia persekolahan

B. Perbedaan gender dan pendidikan menengah di Indonesia

Semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin besar persentase perbedaan gendernya. Menurut Hayat (1994) proporsi siswi perempuan yang berada di jurusan IPA, SMA, relatif lebih kecil dibanding siswa laki-laki. Presentase jumlah siswi perempuan untuk Sekolah Menengah Kejuruan Keluarga (SMKK) sebanyak 95,79%, sedangkan siswa laki-laki “hanya” 4,21%. Sebaliknya, pada Sekolah Menengah Teknik, siswi perempuan “hanya” 2,14% dan siswa laki-laki 97,86%. Sedangkan jurusan IPA mempunyai nilai lebih tinggi (prestise) dari IPS sehingga menimbulkan kebanggan yang lebih bagi mereka yang berada di jurusan tersebut, dan menimbulkan mitos bahwa IPA sebagai hard science atau maskulin science adalah bidang laki-laki.

C. Analisis dan Solusi

Pendidikan merupakan suatu human invesment atau human resource development apabila investasi ini menunjang pengembangan individu dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Page 24: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 24

Kendala bagi kesetaraan gender dalam mengakselerasi siswa/siswi berbakat terletak pada faktor lingkungan.

Untuk mengatasi kendala tersebut beberapa dilakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Memberikan program-program pelatihan kepada guru untuk mengurangi gender bias dalam

mendidik siswa/siswinya 2. Memakai buku-buku pelajaran, khususnya yang berisi pelajaran ilmu-ilmu sosial. 3. Memberikan dorongan dan pengakuan atas pilihan minat siswa/siswi. 4. Guru perlu memiliki sikap dan wawasan yang bersifat antisipatif.

Perencanaan Karier Bagi Siswa Berbakat Akademik

A. Remaja Berbakat Yang Mencari Kerja

Seorang remaja usia sekolah membuat keputusan untuk memilih pekerjaan mereka belum mempunyai pengalaman dalam mencoba-coba pekerjaan, kurang mengenal apakah motivasi mereka akan uang, pangkat, kekuasaan, ataukah kepuasan prestasinya. Sebaliknya Seorang dewasa yang mencari kerja biasanya “memasarkan dirinya” dengan menunjukkan kemampuan-kemampuan dan pengalaman-pengalamannya.

Seorang anak yang berbakat mengalami percepatan dalam penyelesaian studi sehingga mereka memasuki dunia kerja dalam usia yang relatif lebih muda dibanding kebanyakan remaja, hal ini akan menimbulkan permasalahan sendiri bagi mereka.

B. Hambatan-Hambatan Remaja berbakat 1. Anak berbakat karena dihadapkan pada banyak pilihan, sebab kemampuannya yang lebih. 2. Rasa takut gagal berprestasi. 3. Remaja berbakat perempuan mengalami rasa takut sukses sekaligus rasa ingin dilindungi sebagai

seorang yang lemah. 4. Mengambil keputusan yang terburu-buru.

Bentuk-bentuk edukasi karier yang harus dimulai sejak dini. Bentuk-bentuk tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Career Maturity Program yang membekali kesadaran dalam karier dan proses eksploitasi karier 2. Career Decision Marketing, yaitu suatu strategi untuk menilai alternatif pilihan-pilihan karier

secara hipotesis

Untuk mencapai pilihan karier tahap-tahapnya adalah sebagai berikut :

1. Kesadaran tentang diri

Remaja perlu mempunyai kesadaran akan dirinya, mengenali ciri-ciri kepribadian yang menonjol pada dirinya, mengenali potensi intelektualnya, mengetahui kekuatan dan kelemahan kognitifnya, mengenali bidang-bidang keterampilannya, mengetahui nilai-nilai hidupnya, dan mengerti apa perbedaan-perbedaan antara dirinya dengan remaja lainnya, dan dapat menerima perbedaan-perbedaan tersebut.

Page 25: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 25

2. Informasi tentang pekerjaan

Remaja diperkenalkan pada berbagai jenis bidang pekerjan sehingga mereka dapat menggali mana yang menjadi minatnya, dan menentukan mana yang paling cocok bagi dirinya untuk memastikan pilihan.

3. Strategi karier dan alternatif-alternatifnya. a. Doronglah anak untuk bertanya-tanya tentang pengalaman pekerjaan orang lain, teman, atau

famili b. Disarankan untuk berkunjung ke tempat-tempat kerja, seperti kantor dan pabrik c. Membaca biografi dan menelusuri jejak karier orang lain dan pengalaman orang lain d. Tanamkan pandangan yang luas tentang macam-macam pekerjaan dan belajar

mengapresiasikannya secara adil. 4. Perkenalkan kepada model peran yang baik

Orang tua merupakan model peran yang pertama dan utama bagi anaknya dan berdiskusi dengan anak tentang pekerjaannya, keseksesan, kegagalan yang dialaminya, aspirasinya, rekan kerja, klien, dan seterusnya.

Proses Tumbuh Kembang Anak Berbakat Dalam Keluarga

A. Pendahuluan

Yang dimaksud anak berbakat (AB) adalah mereka yang memiliki bakat istimewa/luar biasa, baik di bidang akademis maupun nonakademis, seperti bidang seni, gerak, olahraga, dan sosial. Bakat dalam pengertian aptitude adalah suatu kemampuan bawaan yang masih berupa potensi (potential ability).

Untuk mempercepat, memperlancar (akselerasi) perkembangan keberbakatan, khususnya pada AB adalah kebijakan (policy) tentang proses pembinaan kberbakatan. Setelah itu, langkah berikutnya yang lebih konkret adalah menemukan AB, menciptakan perangkat program pembinaannya, dan melaksanakan pembinaan tersebut.

B. Peran Orang Tua

Keluarga dan orang tua memahami kebutuhan AB dengan cara mengetahui mengakselerasi, mencoba, dan meneliti. Orang tua menyediakan sarana dan fasilitas yang dapat membantu anak memenuhi rasa ingin tahunnya, dan orang tua tersebut lebih memungkinkan untuk menghasilkan AB yang berprestasi menonjol di sekolah. Orang tua yang memberikan perhatian serius terhadap perilaku AB, terutama yang terkait dengan disilin belajar, ketekunan, keuletan, dan lain-lain, serta memberikan kebebasan terlalu longgar, cenderung menyebabkan AB menjadi siswa yang berprestasi kurang. AB khususnya yang usianya tergolong remaja di Sekolah Menengah Atas, tetap memerlukan dukungan (support), pemberdayaan (empowerment), dan pengendalian (control) dari orng tuanya.

Para ahli menyarankan orang tua yang anaknya sudah menampakkan ciri-ciri AB (bright infantsi) agar: 1. Support and stimulate the child withaut excesive demand, and 2. Not to black the child’s unique development pattern by discouraging ordinary exploration of

environment.

Perkembangan AB sebagai indikator keberbakatan:

1. Kosakata (Vocabulary)

Sejalan dengan keunggulan AB dalam memahami dan memanipulasi konsep yang abstrak, AB biasanya juga menunjukkan kekayaan simpanan kata-kata. Vokabulari terbagi dua, yaitu reseptif dan ekspresif.

Disebut reseptif apabila anak menunjukkan pengertian terhadap kata-kata tertentu, tetapi belum dapat menjelaskan atau memakainya dalam percakapan sehari-hari.

Page 26: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 26

Dalam kaitannya dengan upaya orang tua mengakselerasi kemampuan berbahasa anak melalui pengayaan vokabulari AB, orang tua dianjurkan untuk: a. Meningkatkan frekuensi komunikasi verbal dengan AB dalam kehidupan sehari-hari b. Mengizinkan AB, terutama yang sudah memasuki usia sekolah, untuk menggunakan fancy

words yang disenanginya, seperti mengganti kata beruang (yang sangat ardiner) dengan kata pooh-bear (yang sangat fancy)

c. Menyediakan bahan bacaan mengenai hal-hal yang diminati AB atau yang diperkirakan akan diminati.

2. Kreativitas

Kreativitas AB dapat diakselerasi oleh orang tua.

Keluarga kreatif (dalam S.C.U. munandar, 1999), yaitu keluarga atau orang tua remaja kreatif tidak banyak menentukan aturan perilaku dalam keluarga, akan tetapi orang tua ini pun tidak mengatur sikap serba-boleh karena orang tua dan berusaha menanamkan berbagai nilai kehidupan secara jelas.

C. IQ Diperkaya oleh EQ

IQ yang tinggi tetap menjadi dambaan, baik yang dicapai melalui pendidikan sekolah maupun luar sekolah.

Karena kecerdasan tinggi dianggap masih kurang dapat diperkaya dengan emotional inteligence.

Kecerdasan emosional biasanya ditunjukkan oleh keadaan berikut: 1. Kemampuan memahami perasaan-perasaan tertentu dalam diri sendiri dan diri orang lain (seperti

tersinggung, kecewa, “terbawa”, dan “melambung”). 2. Kemampuan empati, motivasi, inspirasi, dan menenangkan orang lain dengan cara-cara yang

pantas. 3. Kemampuan membuat keputusan yang berlian dengan mengusahakan terciptanya keseimbangan

antara rasio dan emosi. 4. Kemampuan mengambil tanggung jawab atas emosi yang terjadi dalam diri sendiri, berikut risiko

yang mungkin ada 5. Kemampuan menurunkan kadar emosi yang tercetus akibat suatu konflik, artinya pengendalian

emosi oleh nalar.

Orang tua memegang peranan penting dalam pembinaan kehidupan emosional anak-anak dalam keluarga, dapat mendorong anak untuk mengekpresikan dan membicarakan apa yang dia rasakan dan tidak perlu merasa malu akan emosi tertentu yang dia rasakan. Semakin bertambah usia anak, semakin mungkin ia membina kepekaan batin untuk memahami emosi orang lain dan mencari keseimbangan antara rasio-emosi.

Hubungan Kecerdasan Emosional dan Prestasi Belajar

A. Pendahuluan

Tingkat kecerdasan rasional (rational intelegence) yang ditunjukkan oleh nilai IQ intelegence Quotient dianggap sebagai faktor utama yang menentukan prestasi belajar di sekolah. Namun banyak anak yang kecerdasannya di atas rata-rata, tetapi prestasi belajarnya tidak baik dan anak-anak yang kecerdasannya hanya rata-rata tetapi mampu berprestasi dengan baik di sekolah. Keberhasilan seseorang dalam hidup lebih ditentukan oleh tingkat kecerdasan emosional daripada kecerdasan rasionalnya.

B. Prestasi Belajar

Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai hasil dari pengalaman. Dalam konteks sekolah, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh

Page 27: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 27

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman siswa sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

1. Faktorfaktor yang ada pada siswa a. Taraf intelegensi b. Bakat khusus c. Taraf pengetahuan yang dimiliki d. Taraf kemampuan berbahasa e. Taraf organisasi kognitif f. Motivasi g. Kepribadian h. Perasaan i. Sikap j. Minat k. Konsep diri l. Kondisi fisik dan psikis (termasuk cacat fisik dan kelainan psikologis)

2. Faktor-faktor yang ada pada lingkungan sekolah a. Hubungan antar orang tua b. Hubungan orang tua anak c. Jenis pola asuh d. Keadaan sosial ekonomi keluarga

3. Faktor-faktor yang ada di lingkungan sekolah a. Guru: kepribadian guru, sikap guru terhadap siswa, keterampilan didaktik, dan gaya mengajar b. Kurikulum c. Organisasi sekolah d. Sistem sosial di sekolah e. Keadaan fisik sekolah dan fasilitas pendidikan f. Hubungan sekolah dengan orang tua g. Lokasi sekolah

4. Faktor-faktor pada lingkungan sosial yang lebih luas a. Keadaan sosial politik, dan ekonomi b. Keadaan fisik: cuaca dan iklim

Keberhasilan yang dapat dicapai seseorang juga ditentukan oleh ambisi (sesuatu yang diinginkan).

D. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional mencakup beberapa kemampuan yang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Mengenal emosi sendiri 2. Mengendalikan dorongan emosi 3. Membaca perasaan terdalam orang lain dan merasakan perasaan orang lain (empati) 4. Keterampilan sosial 5. Motivasi diri 6. Toleransi terhadap stres 7. Merasakan kebahagiaan 8. Pemecahan masalah

E. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Prestasi belajar

Kecerdasan emosional dapat dilatih dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan prestasi belajar karena kecerdasan emosional terbentuk karena adanya keselarasan pikiran dan perasaan. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan emosional yang tinggi berhubungan dengan nilai yang baik pada mata pelajaran English Basic Writing. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan emosional (EQ) tidak berhubungan dengan prestasi belajar secara keseluruhan. Hanya tingkat kecerdasan rasional (IQ) dan aspek pengendalian diri (SC) dari kecerdasan emosional yang berperan secara signifikan dengan prestasi belajar.

Page 28: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 28

Prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan sehingga kecerdasan emosional saja tidak dapat menemukan prestasi belajar.

Prestasi akademis siswa dipengaruhi beberapa hal berikut ini. 1. Kualitas diri pengalaman belajar misalnya kurikulum, cara penyampaian pelajaran, dan hubungan

dengan guru. 2. Kombinasi dari stres di rumah dan/atau di sekolah 3. Kurangnya dukungan terhadap keunikan atau ekspresi kreatif mereka.

Di samping itu menunjukkan bahwa siswa menginginkan: 1. Keterlibatan yang lebih besar dalam pengembangan kurikulum dan proses evaluasi 2. tidak terlalu menekankan pada keterampilan, tetapi lebih menekankan pada belajar hal-hal yang

autentik 3. lebih banyak variasi dalam olahraga, seni dan mata-mata pelajaran lain 4. lebih banyak diskusi dan kerja kelompok 5. lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas 6. lebih banyak kesempatan untuk waktu luang selama hari sekolah (misalnya istirahat, rekreasi, dan

bersantai dengan teman atau sendiri)

E. Penutup

Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang ada pada diri siswa (kenyataan internal) yang mempunyai peranan penting dalam menentukan prestasi belajar. Namun demikian, banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dan semuanya saling terkait. Dengan demikian hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar dipengaruhi juga oleh faktor-faktor lain, yaitu ambisi, kenyataan eksternal dan usaha.

Kiat-Kiat Mengasah Kecerdasan Emosional Siswa Akselerasi

A. Aspek Sosial dan Emosional Anak berbakat

Jenis keberbakatan: 1. Kemampuan inteligensia umum, yang merupakan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan

untuk memecahkan masalah secara logis dan matematis. Peranan ini dapat terukur pada tes psikometrik berupa nilai IQ.

2. Kemampuan intelegensia khusus, yang merupakan kemampuan intelektual dalam bidang tertentu seperti matematika, bhasa, seni, dan lain-lain.

3. Berpikir kreatif atau general original, yang merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah, serta kemampuan menghasilkan ide-ide yang imajinatif, pandai, mengejutkan, dan menggunakan.

4. Talenta kreatif khusus, yang merupakan kemampuan kreatif pada domain tertentu dan dapat berpikir orisinil.

Page 29: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 29

Anak berbakat memiliki ciri-ciri emosional: 1. Memiliki persepsi yang mendalam. Anak berbakat sangat sensitif terhadap perbedaan yang kecil. 2. Memiliki keterikatan yang tinggi terhadap tujuan yang ingin dicapai 3. Sensitivitas yang tinggi dalam hal moral ataupun emosional 4. Perfeksionis, artinya mereka selalu ingin menyelesaikan permasalahannya dengan sesempurna

mungkin 5. Kemampuan yang tinggi pada suatu aspek tidak selalu didukung oleh kemampuannya yang lain

B. Pentingnya Kecerdasan Emosional bagi Anak Berbakat

Lima keterampilan kecerdasan emosional: 1. Mengenali emosi diri, yaitu meliputi kesadaran akan dirinya sendiri serta mengenali perasaannya

sewaktu perasaan itu terjadi 2. Mengelola emosi, yaitu menengani perasaannya sendiri agar perasaan tersebut dapat terungkap

dengan pas 3. Memotivasi diri sendiri, yaitu menata emosi untuk mencapai tujuan yang sangat penting. 4. Mengenali emosi orang lain yang berupa empati. Empati ini merupakan keterampilan untuk

bergaul 5. Membina hubungan, yaitu keterampilan mengelola emosi orang lain

Dari gambaran tersebut, tampak bahwa kecerdasan emosional (EI) merupakan suatu konsep yang berbeda dengan kecerdasan intelektual (IQ) di mana EI lebih berkaitan dengan kondisi emosi serta sangat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang, terutama dalam kehidupan sosialnya. Bahkan Golemen (1999) menyatakan bahwa setinggi-tingginya IQ hanya menyumbang kira-kira 20% bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup, sementara 80% diisi oleh kekuatan-kekuatan lain, termasuk EQ. Hal ini disebabkan keterampilan emosional merupakan meta-ability yang menentukan seberapa baik kita menggunakan keterampilan-keterampilan lain yang kita miliki termasuk kemampuan intelektual yang belum terasah.

Salah satu permasalahan yang biasanya timbul akibat kelemahan aspek sosial emosional dari anak berbakat adalah underachiever, yaitu mereka berprestasi di bawah potensi dan kemampuan yang sebenarnya dimiliki.

Oleh karena itu, permasalahan underachiever ini dapat diatasi jika anak berbakat memiliki keterampilan dan kecerdasan emosional, yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, dan memotivasi diri sendiri. Sementara itu, permasalahan sosialnya, di mana anak berbakat terkadang mengalami kesulitan bergaul dengan orang lain dan bahkan terkadang cenderung terkucilkan, akan dapat diatasi jika ia memiliki keterampilan berempati dan membina hubungan.

C. Membina Kecenderungan Emosional Anak Berbakat

Gaya mendidik anak yang secara emosional tidak efisien: 1. Sama sekali mengabaikan perasaan

Orang tua semacam ini memperlakukan masalah emosional anaknya sebagai suatu hal yang kecil. 2. Terlalu membebaskan

Orang tua ini peka terhadap perasaan anak, tetapi jarang menunjukkan proses-proses emosional alternatif yang lebih baik kepada anaknya.

3. Menghina Orang tua tidak menunjukkan penghargaan terhadap perasaan anak. Seperti, orang tua suka mencela, menghukum.

Sebaliknya agar anak berbakat memiliki kecerdasan emosional yang baik, ia memerlukan lingkungan pendidikan yang mendukung bahwa beberapa kondisi khusus yang diperlukan oleh anak berbakat. Hal-hal yang mendukung perkembangan kecerdasan emosi anak berbakat adalah sebagai berikut: 1. Kesempatan yang telah luas daripada anak lain sehingga anak berbakat dihargai serta mendapat

umpan balik yang jujur dan wajar 2. Komunikasi yang terbuka, terutama untuk memperoleh keterampilan sosial 3. Kurikulum pendidikan di sekolah yang secara intelektual menantang, berarti, dan fleksibel 4. Ia dapat mendalami kegemarannya, terutama dengan teman sebayanya 5. Materi pekerjaan yang sesuai 6. Kesempatan untuk mengejar minat pribadinya.

Page 30: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 30

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan orang tua untuk membina keterampilan-keterampilan kecerdasan emosi anaknya adalah sebagai berikut: 1. Orang tua membantu anak untuk mengidentifikasi dan memberi nama perasaan-perasaan yang

dialaminya, serta menunjukkan cara pengungkapannya yang tepat dan tidak berlebihan 2. Orang tua mengajarkan anak untuk berpikir realistis dan optimis. 3. Orang tua mengajarkan anak untuk melihat suatu permasalahan dari sudut pandang yang lain,

serta memberikan kesempatan untuk memecahkan masalahnya sendiri 4. Orang tua memberi kesempata kepada anak untuk berdiskusi mengenai permasalahan dan

perasaan yang dihadapinya. 5. Orang tua mengajarkan anak untuk lebih menghargai usaha yang telah dilakukan daripada hasil

yang diperoleh. 6. Orang tua menunjukkan teladan dalam pergaulan serta sopan santun yang berlaku di lingkungan

sekitar.

Cara mengatasi emosi negatif adalah sebagai berikut: 1. Emosi marah dilakukan dengan penenangan diri, kemudian menyelesaikan permasalahan dengan

cara yang konstruktif 2. Kecemasan yang berlebihan dilakukan metode relaksasi serta aktif 3. Depresi belajar melawan pikiran-pikiran yang mencemaskan saat merenung, mempertanyakan

keefektifannya, dan mencari alternatif penyelesaian yang lebih baik 4. Kesedihan. Pendekatan konstruktif dengan merekayasa suatu kepuasan kecil-kecilan atau

melakukan sesuatu yang mudah diselesaikan.

Langkah untuk meningkatkan dan mempertahankan kecerdasan emosional seorang :

1. Menjadikan kesehatan badan sebagai suatu prioritas dengan cara berikut ini. a. Istirahat yang cukup waktu tidur selama 7,5 sampai 8 jam sehari b. Melakukan olahraga dan peregangan yang teratur c. Pola makan yang mempengaruhi emosi dan kondisi fisik

2. Carilah perasaan Anda di tubuh Anda,, jangan di kepala Anda

3. Membangun otot emosi a. Melakukan proses pengembangan otot emosi sampai menjadikannya sebagai sifat dasar

kedua b. Mempertahankan kesadaran emosional dalam kehidupan sehari-hari

4. Menerima seluruh perasaan yang dirasakan a. Menoleransi perasaan yang kurang menyenangkan b. Menerima apa yang dirasakan dengan memadukan kecerdasan emosional dn kecerdasan

intelektual

5. Membuka hati untuk orang lain a. Merasakan cinta bekerja, dan membina hubungan keluarga b. Biarkan perasaan Anda merasakan perasaan orang lain

6. Lakukan kegiatan yang membuat Anda merasa berguna dan ada. a. Biarkan perasaan Anda mempengaruhi pilihan Anda b. Biarkan perasaan Anda menginpirasikan tindakan Anda

7. Dengarkan empati a. Dengarkan perasaan yang ada di balik kata-kata b. Mendengar dengan menggunakan mata, hati, perut, dan bagian tubuh yang lain, seperti Anda

menggunakan telinga

8. Katakan apa yang Anda rasakan a. Perasaan yang dalam merupakan sumber kekuatan b. Perasaan yang dikirim melalui hati merupakan penghancur hambatan intelektual

9. Gunakan perubahan sebagai kesempatan untuk berkembang a. Semangat memberikan Anda energi untuk berkembang b. Semangat memberi Anda alat untuk menjadikan perubahan sebagai penyembuh

10. Lakukan humor ke mana pun Anda pergi. a. Tertawa dapat menyeimbangkan kepala dan hati

Page 31: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 31

b. Tidak ada yang dapat keluar lebih cepat daripada tertawa terbahak-bahak

Kiat-Kiat Memantapkan Adversity Quotient Siswa Akselerasi

Daniel Goleman mencetuskan pentingnya kecerdasan emosi (emotional intelligence) untuk diasah dan membuktikan bahwa orang-orang berhasil 85% adalah karena kecerdasan emosinya baik. Dengan kecerdasan emosi yang baik, memiliki kompetensi pribadi ataupun kompetensi sosial yang baik..

IQ (intelligence Quotient) dan EQ (Emotional Quotient) tidak menentukan kesuksesan seseorang, tetapi keduanya tetap memiliki peran, di samping itu ada teori yang menjembatani IQ dan EQ sebagai prediktor global terhadap kesuksesan disebut sebagai AQ (Adversity Quotient).

Adversity Quotient

Adversity adalah kemalangan atau kesulitan, dan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi dari ketidakbahagiaan, kesulitan, atau ketidakberuntungan.

AQ mempunyai tiga bentuk sebagai berikut: 1. AQ adalah suatu kerangka kerja konseptual baru dalam memahami dan meningkatkan semua bagian

dari keberhasilan 2. AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respons seseorang terhadap kesulitan 3. AQ adalah seperangkat alat yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki kemauan respons

seseorang terhadap kesulitan.

Dalam menghadapi adversity, selalu ada dilema, dan AQ merupakan variabel penentu dalam harapan dan kendali, yang dapat digambarkan dalam kotak berikut ini.

Prinsip teori pohon sukses menurut Stoltz adalah sebagai berikut:

1. Daun = Kinerja

Daun menggambarkan kinerja seseorang yang mudah dilihat orang lain, dievaluasi dan dinilai dalam berbagai aspek kehidupan.namun, kinerja seseorang tidak tumbuh dari udara kosong, daun harus hidup dari dahan.

2. Ranting dan Dahan = Bakat dan Hasrat

Ranting menggambarkan faktor riwayat pendidikan yang menjelaskan ketrampilan, kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan. Dahan sebagai perumpamaan hasrat merupakan faktor yang dilihat saat wawancara. Hasrat inilah yang menggambarkan motivasi, antusiasme, dorongan, dan emosi.

Tinggi

Harapan dan pengaruh yang dirasakan

1= AQ Tinggi 2= AQ Sedang 3= AQ Rendah

Rendah

Rendah Kesulitan Tinggi

Page 32: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 32

3. Batang = intelegensi, kesehatan dan karakter berpengaruh terhadap kesuksesan kesehatan fisik, emosi, dan karakter.

4. Akar-Genetika, pendidikan dan keyakinan Ketiga faktor di atas penting dalam keberhasilan seseorang, tetapi tidak dapat tumbuh dan berkembang tanpa adanya akar.

Empat dimensi pokok AQ, disingkat CO2RE, merupakan akronim dari Central, Origin and Ownership, Reach, endurance, adalah sebagai berikut: 1. Kontrol (control), artinya seberapa besar kontrol yang dimiliki seseorang terhadap peristiwa

kemalangan 2. Asal usul dan pengakuan (origin and ownership), artinya siapa atau apa penyebab dari kesulitan, dan

sampai tingkat apa seseorang memperoleh hasil atau konsekuensi dari kesulitan 3. jangkauan (reach), artinya sejauh manakah kesulitan akan menjangkau bagian lain dari kehidupan

seseorang 4. Daya tahan (endurance), artinya berapa lamakah kesulitan akan berlangsung

Dorongan untuk mencapai keberhasilan disebut sebagai dorongan untuk mendaki (ascend), dan dalam pendakian selalu ada tiga posisi kelompok yaitu pecundang (Quetters), pekemah (Champers), pendaki (Climbers), adalah orang yang mendedikasikan diri untuk terus mendaki. Quitters tidak terlalu berani mengambil rezeki, atau mereka tidak banyak memberikan sumbangan yang berarti dalam pekerjaan. Campers masih menunjukkan sejumlah inisiatif, sedikit semangat, dan beberapa usaha. Campers tidak menggunakan seluruh kemampuannya. Biasanya, mereka mencari situasi aman.

Kiatkiat Peningkatan AQ melalui LEAD

LEAD merupakan akronim dari Listen, Explore, Analyse, dan Do. LEAD dapat mengubah keberhasilan kita dengan mengubah kebiasaan-kebiasaan berpikir kita. Perubahan diciptakan dengan pola-pola lama dan membentuk pola-pola baru. Melalui listen, kita mendengarkan respon-respon terhadap kesulitan. Melalui explore, mampu memahami kesulitan serta konsekuensi dari kesulitan yang dihadapinya. Melalui analyse, mampu menelusuri bagaimana kendalinya terhadap kesulitan yang dihadapinya. Melalui DO, seseorang tidak akan tinggal diam dalam menghadapi kesulitan karena ia akan mengambil tindakan.

Dengan usaha yang sungguh-sungguhlah peningkatan AQ dapat tercapai. Makin tinggi AQ suatu bangsa, besar kemungkinan lahir manusia-manusia yang unggul, yaitu manusia yang pantang menyerah dan selalu berusaha mengatasi kesulitan.

Kiat-Kiat Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Siswa Akselerasi

A. Apa itu SQ?

Kecerdasan meliputi:

Page 33: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 33

1. Kecerdasan intelektual atau rasional adalah kecerdasan yang digunakan untuk memecahkan masalah logika ataupun stategis.

2. Kecerdasan emosional (EQ). EQ memberi kita rasa empati, cinta, motivasi, dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan dan kegembiraan secara cepat.

a. SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan yang lain.

b. Kecerdasan spiritual adalah fakultas dari dimensi non-material kita, roh manusia

c. Kecerdasan dasar kita tersebut bekerja sama dan saling mendukung, masing-masing IQ, EQ dan SQ memiliki wilayah kekuatan tersendiri dan berfungsi secara terpisah.

SQ memungkinkan kita-kita memainkan permainan tak terbatas, memberi rasa moral, menyesuaikan aturan yang kaku. SQ untuk bergulat dengan ikhwal yang baik dan jahat, serta untuk membayangkan bermimpi, bercita-cita, dan mengangkat diri kita dari kerendahan. SQ dapat mengarahkan ke puncak kearifan spiritual dengan bersikap jujur, tpleransi, terbuka penuh cinta dan kasih sayang kepada sesama.

B. Tiga Cara Berpikir

1. EQ Jenis lain yang memungkinkan kita berpikir asosiatif, yang terbentuk oleh kebiasaan, dan memampukan kita mengenali pola emosi

2. SQ Jenis berpikir secara kreatif berwawasan jauh, membuat dan bahkan mengubah aturan. 3. Jenis berpikir logis taat azas (IQ) melibatkan jaringan syaraf ini disebut jaringan seri.

Pemikiran seri adalah permainan terbatas, hanya bekerja dalam batas-batas yang telah ditentukan. Jenis berpikir yang memperkaya proses seri adalah berpikir asosiatif (EQ).

Jenis pemikiran ini membantu untuk menciptakan asosiasi antar hal, misalnya rasa lapar dan nasi, antara ibu dan cinta, antara salakan anjing dan bahaya. Jenis berpikir unitif (menyatukan), bersifat holistik, yaitu kemampuan untuk menangkap seluruh konteks.

Kemampuan ini merupakan kunci dalam memahami argumen dari neurologis dari SQ.

C. Tanda-tanda SQ yang Berkembang

Tanda-tanda SQ berkembang dengan baik adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan bersikap fleksibel. Misalnya anak memiliki pertimbangan yang dapat

dipertanggungjawabkan di saat mengalami situasi dilematis, tidak ada pelajaran, ia pergi ke perpustakaan

2. Tingkat kesadaran yang tinggi. Misalnya, tanpa diminta, seorang anak akan membantu temannya yang sedang kesulitan mengerjakan tugas matematika

3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan. 4. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit 5. Kualitas hidup yang diilhami oleh kualitas visi dan nilai 6. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu 7. Mampu mengartikan antara pelajaran yang diterimanya di sekolah dengan kehidupan sehari-hari,

misalnya beribadah dan mencintai sesamanya. 8. Kecenderungan nyata untuk bertanya “Mengapa?” atau “Bagaimana jika?” 9. Mampu memberi inspirasi kepada orang lain

D. Jalan menuju Kecerdasan Spiritual

1. Menciptakan pribadi yang Hening Pribadi yang hening mempunyai kebiasaan berpikir jernih, pemberian nilai dan makna kehidupan.

2. Pendidikan Nilai Upaya kita mengembangkan kecerdasan spiritual dengan menanamkan nilai-nilai kehidupan sejak dini. Hadiah terbaik diberikan kepada anak adalah kesadaran tinggi akan makna dan nilai. Makna dan nilai adalah dua hal yang berkaitan. Membantu anak dalam menyeleksi, menyarikan, dan mengintegrasikan pengalaman-pengalaman yang akan membentuk pribadi yang cerdas secara spiritual.

Page 34: Akselerasi-Hartati

A K S E L E R A S I 34

KEJUJURAN

1. Pendahuluan Mengajari anak-anak berlaku jujur, beri pujian pada anak kesempatan untuk mengulang dan tunjukkan akibat-akibat dari sikap jujur dan tidak jujur.

2. Langkah-langkah Latihan a. Metode bagi anak prasekolah

· Permainan peragaan, yaitu bertanya kepada anak tentang perbedaan antara betul dan salah. Misalnya: Langit hijau, (anak menjawab, “Tidak benar”) (sambil menunjuk ke kaki) ini kaki ibu (anak menjawab “betul”)

· Semut lebih besar daripada gajah b. Beri pujian secara terbuka

Anak-anak prasekolah akan mengulangi perilaku yang telah membuat mereka lebih menyukai perhatian yang positif (pujian) dibandingkan perhatian yang negatif (teguran atau hukuman).

c. Permainanan tentang kejujuran perasaan Ajak anak-anak melihat-lihat majalah yang ada gambar berwananya.

3. Metode anak usia sekolah dasar Permainan sebab akibat Permainan menunjukkan sikap kejujuran pada anak.

4. Metode untuk Remaja a. Menganalisis macam-macam ketidakjujuran, diskusi tentang pengalaman di sekolah, rumah dan

kasus-kasus yang terjadi di masyarakat b. Kata yang berlawanan: Mana yang membantu? Mana yang merugikan? c. Membahasa dan bertukar pikiran tentang masalah Anda sendiri dalam hal bersikap jujur d. Permainan skenario yang berkaitan dengan contoh sehari-hari.

Daftar Pustaka: Reni Akbar – Hawadi (Editor): Akselerasi, PT. Gramedi Widia Sarana Indonesia. 2004