aksesi solo squae
TRANSCRIPT
A. DEFINISI AKSESIBILITAS
Berikut ini adalah definisi aksesibilitas dari berbagai sumber,
1.) Wikipedia
Aksesibilitas adalah derajat kemudahan dicapai oleh orang, terhadap suatu objek, pelayanan
ataupun lingkungan. Kemudahan akses tersebut diimplementasikan pada bangunan gedung,
lingkungan dan fasilitas umum lainnya. Aksesibilitas juga difokuskan pada kemudahan bagi
penderita cacat untuk menggunakan fasilitas seperti pengguna kursi roda harus bisa berjalan
dengan mudah di trotoar ataupun naik keatas angkutan umum.
2.) Dalam Kamus Bahasa Inggris, Wojowasito (1991:2) mengatakan bahwa
Accessibility adalah hal yang mudah dicapai. Artinya aksesibilitas tidak hanya sekedar
kesediaan segala sesuatu, namun juga kesediaan yang mudah dicapai.
3.) Bambang sutantono (2004:1)
Aksesibilitas adalah “hak atas akses yang merupakan layanan kebutuhan melakukan
perjalanan yang mendasar. Dalam hal ini aksesibilitas harus disediakan oleh pemerintah
terlepas dari digunakannya moda transportasi yang disediakan tersebut oleh masyarakat.”
4.) Bambang Susantono (2004:24) menambahkan
“Aksessibilitas merupakan suatu ukuran potensial atau kemudahan orang untuk mencapai
tujuan dalam suatu perjalanan. Karekteristik sistem transportasi ditentukan oleh
aksesibilitas. Aksesibilitas memberikan pengaruh pada beberapa lokasi kegiatan atau tata
guna lahan. Lokasi kegiatan juga memberikan pengaruh pada pola perjalanan untuk
melakukan kegiatan sehari-hari. Pola perjalanan ini kemudian mempengaruhi jaringan
transportasi dan akan pula memberikan pengaruh pada sistem transportasi secara
keseluruhan.”
5.) Blunden dan Black (1984) seperti dikutip Tamin (1997: 52)
“Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan
secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Aksesibilitas
adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan
berinteraksi satu sama lain dan ‘mudah’ atau ‘susah’ nya lokasi tersebut dicapai melalui
sistem jaringan transportasi.”
6.) Pedoman Teknik No.022/T/BM/1999
Aksesibilitas adalah suatu kemudahan yang disediakan bagi seluruh pejalan kaki, termasuk
penyandang cacat, untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam segala aspek
kehidupan dan penghidupan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN DARI AKSESIBILITAS
Dari definisi di atas dapat diperoleh maksud dan tujuan dari aksesibilitas adalah memberikan
kemudahan untuk seluruh manusia terkhususnya penyandang cacat dalam melakukan setiap
aktifitas sehari-harinya dengan mandiri, sehingga mereka memiliki kesempatan dan peluang
yang sama dalam memperoleh pendidikan, pekerjaan, dan kesempatan lain yang dapat
dinikmati oleh setiap warga Negara di Indonesia. Artinya, para penyandang cacat
membutuhkan kesetaraan dalam melakukan aktifitas khususnya di area public, sehingga
tidak hanya dilihat sebagai objek yang kasihan dan selalu memerlukan bantuan orang lain
dalam beraktivitas. Namun sayangnya keadaan saat ini masih belum memadai.
C. ASAS AKSESIBILITAS
Prinsip asas aksesibilitas menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1997 tentang penyandang
cacat
1.) Asas Prioritas, yakni asas yang memprioritaskan kawasan tertentu untuk menyediakan
prasarana aksesibilitas pada jalan umu, khususnya bagi para pejalan kaki khususnya
penyandang cacat.
2.) Asas Integrasi, yakni asas yang menyediakan prasarana aksesibilitas pada jalan umum
yang terintegrasi dengan prasarana aksesibilitas pada bangunan umum dan lingkungan,
sehingga para pemakai prasarana ini menjadi mandiri tanpa merasa menjadi objek belas
kasihan.
3.) Asas Kesinambungan, yakni asas yang memperhatikan prasarana aksesibilitas secara
terus-menerus tanpa terputus dari awal sampai ke tujuan bagi para pemakai prasarana
ini sehingga semua orang dapat memasuki dan menikmati prasarana aksesibilitas pada
jalan umum dengan baik.
Asas Fasilitas dan Aksesibilitas menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bngunan
Gedung dan Lingkungan
1.) Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan
terbangun, harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang
2.) Kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai semua tempat atau bangunan yang
bersifat umum dalam suatu lingkungan.
3.) Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat atau
bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
4.) Kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan mempergunakan
semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan dengan
tanpa membutuhkan bantuan orang lain.
Dari asas-asas di atas, kriteria aksesibilitas adalah
1.) Mudah, yaitu setiap orang baik normal maupun penyandang cacat dapat dengan mudah
mencapai dan menggunakan tempat atau fasilitas yang ada dalam suatu lingkungan,
tidak mengalami hambatan ataupun kesulitan yang berarti.
2.) Aman yaitu setiap orang baik normal maupun penyandang cacat dapat memakai,
mengerjakan dan merawat tempat ataupun fasilitas dalam suatu lingkungan dengan
aman tanpa takut terjadi bahaya.
3.) Nyaman yaitu setiap orang baik normal maupun penyandang cacat dapat menikmati
tempat dan fasilitas dalam suatu lingkungan dengan suasana dan pelayanan yang
memuaskan baik dari segi fisik maupun non fisik.
4.) Mandiri yaitu semua orang baik normal maupun penyandang cacat dapat mencapai dan
menggunakan sendiri tempat serta fasilitas-fasilitas dalam suatu lingkungan tanpa
bantuan orang lain
D. ANALISIS AKSESIBILITAS PADA BANGUNAN SOLO SQUARE
Solo Square adalah salah satu pusat perbelanjaan di kota Solo yang terletak di Jl. Slamet
Riyadi. Lokasinya cukup strategis terletak di jalan utama kota Solo dengan lalu lintas padat
yang tentunya berada di pusat kota. Solo Square memiliki jargon lifestyle mall, dimana disini
terdapat supermarket, butik, foodcourt dan lain-lain untuk memenuhi kebutuhan para
pengunjung. Pusat perbelanjaan ini tergolong ramai dikunjungi oleh masyarakat menengah.
Ketersediaan barang yang lengkap serta berkualitas namun tetap ekonomis membuat para
pengunjung tidak ragu untuk berbelanja disini. Sekilas terlihat sangat menyenangkan
berbelanja di mall ini, namun jika diamati lebih jauh, mall ini kurang aksesibel dibandingkan
mall lain di kota Solo. Jangankan untuk penyandang cacat, orang normal saja kurang nyaman
dengan akses bangunan ini. Luas bangunan yang kecil merupakan factor utama penyebab
akses yang buruk. Berikut ini adalah analisis aksesibilitas
1.) Parkir
Ada dua lahan parkir yaitu parkir motor dan mobil.
Yang pertama adalah parkir motor. Parkir motor resmi yang disediakan oleh mall sebenarnya
terletak di sebelah barat bangunan. Area parkir ini terpisah dari bangunan utama. Hanya
berupa suatu area yang diberi atap. Untuk mencapai area parkir ini pengunjung harus
memutar kebelakang bangunan. Terlalu jauh dan tidak aman karena tidak ada pemisahan
antara sirkulasi motor dengan mobil. Sehingga jalan menuju ke daerah parkir sering terjadi
kemacetan.
Karena tempatnya yang jauh dan aksesnya yang susah pengunjung lebih suka menggunakan
area pakir liar di depan solo square. Area parkir luas, dekat dengan pintu masuk utama, dan
tarifnya flat.
Gambar 1.1 Area parkir yang disediakan pengelola Solo Square
Gambar 1.2 Jalanan yang digunakan untuk kendaraan loading barang digunakan untuk akses jalan masuk mall
Yang kedua adalah parkir mobil. Area parkir mobil ada yang terdapat di dalam bangunan,
berjumlah tiga lantai. Selain itu terdapat pula area parkir di samping bangunan. Sayangnya
sebagian dari area tersebut merupakan sirkulasi kendaraan baik motor ataupun mobil ke
area parkir di dalam mall, sehingga keberadaan parkir tersebut mengganggu sirkulasi.
Apalagi jika ada mobil yang ingin keluar dapat membuat kemacetan sesaat saat suasana
sedang ramai.
2.) Pencapaian ke Entrance
Entrance dari pintu barat
Untuk pengguna sepeda motor yang parkir di area parkir resmi.Setelah berhasil memarkir
motor, pengunjung harus berjalan cukup jauh dengan menyeberang jalan yang menjadi
akses keluar kendaraan. Jalanan ini juga tidak aman karena banyak kendaraan berlalu lalang,
bukan hanya mobil pribadi tapi juga mobil box untuk loading barang, karena jalanan ini
digunakan pula sebagai jalur kendaraan pemasok barang.
Mengapa bisa seperti itu? Hal tersebut dikarenakan akses masuk ke dalam gedung oleh
pengunjung yang menggunakan sepeda motor, melalui pintu loading barang. Aksesnyapun
tidak memadai. Ram hanya sebagai tambahan terbuat dari besi ulir, berbahaya dan tidak
memenuhi standar. Tangganya juga cukup tinggi dan licin sehingga tidak nyaman saat
digunakan.
Gambar 1.3 Daerah samping kanan mall digunakan untuk area parkir mobil tambahan
Gambar 1.4 Sirkulasi kendaraan tidak lancar karena jalanan digunakan untuk parkir mobil
Entrance dari pintu utara bangunan /pintu masuk utama
Sedangkan untuk yang parkir liar dapat lebih mudah masuk ke dalam mall karena aksesnya
mudan dan dekat serta langsung masuk melalui pintu utama. Namun tentu saja masih
terdapat kekurangan dalam pencapaian. Dari parkiran depan pengunjung harus menyebrang
jalur mobil untuk masuk ke dalam mall. Untuk orang normal saja ini sudah cukup
membahayakan. Sedangkan untuk penyandang cacat karena tidak ada penanda jalan, ram
yang jelas, serta ralling. Adanya ram tidak diperuntukkan pejalan kaki namun untuk jalur
masuk mobil dan motor. Untuk masuk ke halaman depan mall, terdapat tangga namun tidak
terdapat ram. Jalanan depan mall juga tidak rata dan banyak lubang sangat membayakan
untuk para penyandang cacat.
Gambar 2.1 Pintu loading barang beralih fungsi menjadi pintu masuk bagi pengunjung yang menggunakan sepeda motor
Gambar 2.2 Akses menuju pintu loading barang
Gambar 2.3 Ram untuk akses masuk digunakan sebagai jalur masuk mobil
Gambar 2.4 Tangga yang menuju halaman Solo Square
Pengaturan drop off pengunjung juga perlu diperhatikan karena tidak ada penanda dan
akses khusus untuk pejalan kaki. Hal ini tentu menyulitkan para penyandang cacat untuk mencapai
pintu masuk. Pintu security check yang kecil dan hanya berjumlah satu membuat tumpukan
pengunjung di depan pintu masuk.
Gambar 2.5 Pengunjung kesulitan menyeberang untuk mencapai pintu masuk
Gambar 2.6 Tangga menuju pintu masuk Solo Square
Gambar 2.7 Jalanan yang tidak rata
Gambar 2.8 Drop off pengunjung perlu dperhatikan agar tidak mengganggu pengunjung lain
Gambar 2.9 Adanya penumpukan pengunjung pada pintu masuk
Entrance dari pintu timur
Pintu ini digunakan oleh pengunjung dari arah timur mall. Bisa juga para pengunjung yang
mobil atau motornya parkir di sebelah timur mall. Serta para pengunjung yang mengunjungi
outlet-outlet di bagian timur mall. Ada site entrance dari sebelah timur, namun hanya
berukuran kecil dan hanya dapat dilewati pejalan kaki, biasa digunakan oleh pengunjung
yang parkir sepeda motor di sisi timur. Untuk entrance ke mall, ada dua akses yaitu tangga
dan ram. Namun sama seperti ram di depan, ram pada area ini tidak terdapat penanda jalan
maupun ralling. Sudut kemiringannya pun terlalu curam dan tepat di depannya terdapat
kolom. Hal ini tentunya berbahaya untuk pengguna kursi roda. Sepertinya ram ini tidak
ditujukan untuk diffabel tapi untuk trolly barang. Serta menurut pengamatan yang dilakukan,
pengunjung menggunakan ram untuk naik dan menggunakan tangga untuk turun.
Entrance dari parkir mobil dalam gedung
Pencapaian entrance dari area parkir mobil dalam gedung sangat tidak aksesibel. Tidak ada
jalur khusus untuk pejalan kaki. Padahal jalanan ramai oleh mobil. Akses untuk masuk
kedalam mall juga kurang memadai tidak ada tangga dan ram yang ada terlalu curam, serta
tidak ada penanda maupun ralling. Seperti yang sudah-sudah ram ini lebih untuk trolly
Gambar 2.10 Tangga digunakan sebagai akses keluar masuk entrance kanan
Gambar 2.11 Ram yang lebih diperuntukkan untuk trolly
Entrance dari pintu selatan bangunan
Digunakan oleh pengunjung yang memarkir kendaraannya di bagian belakang mall. Pintu
masuk ini terlihat jarang digunakan. Karena letaknya yang terpencil sehingga tidak semua
orang tahu. Daerah sekitarnya lebih banyak digunakan oleh karyawan untuk berkumpul.
Gambar 2.12 Area parkir mobil yang tidak terdapat area pejalan kaki
Gambar 2.13 Akses masuk ke dalam mall, dimana tidak terdapat tangga dan ram yang memadai
Gambar 2.14 Pintu masuk mall sebelah selatan yang sepi
Gambar 2.15 Daerah di sekitar pintu masuk mall sisi selatan
3.) Sirkulasi dalam mall
Sirkulasi horizontal
Lower Ground
Pada daerah lower ground relative aksesibel, selasar masih cukup besar. Kiddy land yang
disediakan untuk anak-anak aman. Dekat dengan toilet dan terdapat pula ruang menyusui
untuk ibu.
a. Pada area bawah dan samping travelator digunakan untuk berjualan makanan, minuman,
foto box, penyewaan mainan anak-anak dll. Sirkulasi tetap lancar karena ukuran selasar yang
cukup luas
b. Toilet letaknya dekat dengan tempat bermain anak. Sirkulasi menuju toilet cukup lancar.
Hanya saja pengunjung harus cermat dalam mencari keberadaan toilet. Ada perbedaan
ketinggian lantai, cukup tinggi namun tidak diberi tangga. Terdapat ram sebagai pengganti
tangga dengan ini akses ke toilet dapat digunakan semua orang.
c. Ruang menyusui terletak di sudut. Untuk menuju ke ruangan ini sirkulasinya lancar. Namun
setelah masuk, harus melalui sebuah lorong sebelum sampai suatu ruangan untuk menyusui.
a
b
cGambar 3.1 Denah Ground Floor
Ground
Pada lantai ini terdapat pintu masuk utama pada sisi utara, serta pintu-pintu pendukung
yaitu pintu selatan, barat dan timur. Terdapat atrium dimana berbagai acara
diselenggarakan. Ada beberapa restaurant pada lantai ini, department store, toko sepatu dll.
a. Selasar ini cukup lebar dan luas. Sering digunakan untuk stand-stand penjual kecil dan
tempat obral. Sirkulasi pada daerah ini masih cukup lebar dan nyaman.
b. Area di sekitar elevator masih menjadi favorit untuk mendirikan stand. Namun sayangnya
stand-stand tambahan ini agak mengganggu sirkulasi. Para pengunjung toko yang keluar
ataupun masuk bisa bertabrakan dengan pengunjung stand. Selasar mall juga menjadi lebih
sempit sehingga mall terlihat padat.
c. Sirkulasi menuju toilet dan lift lumayan membingungkan. Toilet terletak lumayan jauh dari
area perbelanjaan. Yang membuat pengunjung bingung apakah jalan tersebut benar menuju
toilet atau tidak adalah selasar menuju toilet, separuhnya digunakan untuk penyewaan
game online. Ini tentunya amat mengganggu sirkulasi. Dimana penyewaan game online
menggunakan sisi kiri dan kanan pada selasar.
d. Atrium mall tidak pernah sepi dari penyelenggaraan acara. Setiap harinya ada saja acara
yang diadakan. Sayangnya penyelenggara acara tersebut tidak memperhitungkan sirkulasi
pengunjung. Seperti kegiatan bazar yang sedang berlangsung, selasar antar stand terlalu
sempit. Tidak aksesibel untuk pengguna kursi roda.
a
b
d
c
Gambar 3.2 Denah ground floor
Lantai 1
Lantai 1 merupakan lantai tersibuk dimana terdapat banyak boutiq disini. Pengunjung
banyak yang berlalu lalang di lantai ini. Yang paling mencolok pada daerah ini adalah
selasarnya yang amat kecil karena separuh bagian selasar digunakan untuk berbagai stand
makanan dan minuman. Hal ini tentu mengganggu sirkulasi pengunjung, apalagi saat sedang
berpapasan dengan pengunjung lain. Ditambah lagi pemiik stand yang tidak
memperhitungkan lebar sirkulasi, stand yang ia dirikan terlalu maju.
Selain itu pula terdapat persewaan mainan anak-anak yang berputar-putar pada lantai ini.
Tidak jarang mereka menggunakan kesepatan yang cukup tinggi dan berbelok tanpa melihat
keberadaan pengunjung. Tidak hanya satu mainan tapi ada beberapa. Jika anda datang di
malam hari jalur ini makin ramai oleh mainan anak-anak yang sangat mengganggu sirkulasi.
Dimana perjalanan pengunjung akan terhambat karena harus menepi ketika mainan-mainan
ini lewat.
Toilet dan lift pada lantai ini juga tersembunyi seperti ground floor. Namun selasarnya lebih
sempit lagi karena digunakan sebagai tempat pijat. Tentu sirkulasinya akan lebih terganggu.
Selasar ini hanya muat untuk dua orang. Jika berpapasan saja harus saling menepi, apalagi
jika ada pengunjung atau petugas tempat pijat yang keluar dari ruangan tentu jalur ini akan
semakin sesak dan tidak nyaman.
Gambar 3.3 selasar menuju toilet digunakan untu persewaan game online
Gambar 3.4 Atrium yang padat oleh stand, hanya menyisakan sedikit jalan untuk pengunjung.
a. Daerah sekitar escalator yang masih digemari untuk mendirikan stand. Namun sisa selasar
masih cukup lebar sehingga sirrkulasi masih nyaman.
b. Selasar di sekitar void merupakan daerah tersibuk, dimana disini mainan anak-anak melaju
dengan kecepatan tinggi. Ditambah dengan stand yang ada di sekitarnya. Sirkulasinya tidak
nyaman.
a
b
c
d
Gambar 3.5 Denah lantai 1
Gambar 3.6 Stand yang terlalu maju dan adanya plang toko cukup mengganggu sirkulasi
Gambar 3.7 Ada pengunjung yang sedang membeli makanan dan ada pengunjung yang lewat
c. Letak toilet yang dari area belanja. Harus melewati selasar yang cukup panjang
d. Selasar menuju toilet separuhnya digunakan sebagai tempat pijat
Lantai 2
Lantai 2 merupakan lantai dengan sirkulasi paling lancar. Tidak banyak stand didirikan pada
selasarnya hanya di depan toko buku gramedia terdapat stand kursi pijat. Yang disayangkan
adalah foodcourt yang tidak aksesibel dengan sirkulasi yang tidak lancar. Karena ukuran
foodcourt yang kecil, meja dan kursi disusun berhimpit-himpitan sehingga kurang nyaman
untuk pengunjung baik yang ingin makan atau hanya lewat.
Pada lantai inilah toilet paling mudah dijangkau. Tidak harus melawati selasar yang panjang
dengan sirkulasi yang tidak nyaman. Pengujung memang harus melewati meja dan kursi
makan untuk menuju toilet namun jaraknya dekat, jadi tidak terlalu menyusahkan.
Gambar 3.8 Mainan anak yang berlalu lalang di selasar yang sempit
Gambar 3.9 Pintu masuk tempat pijat Gambar 3.10 Selasar menuju toilet dan lift
a. Terdapat stand pijat disini namun tidak mengganggu sirkulasi
b. Pencapaian ke foodcourt mudah, namun sirkulasi dalam foodcourt sempit
Lantai 3
Pada lantai 3 terdapat bioskop dan restaurant. Sirkulasi lancar karena memang hanya
terdapat sedikit ruang.
Sirkulasi Vertikal
Ada 4 sarana sirkulasi vertical pada bangunan ini yaitu travelator, escalator, lift, dan tangga
darurat.
Travelator
Menghubungkan lower ground floor dengan ground floor. Cukup aksesibel, dapat dilalui
orang normal maupun pengguna kursi roda. Penggunaan travelator dimaksudkan juga untuk
mengganti peran lift karena tidak terdapat lift pada lower ground.
ba
Gambar 3.11 Denah lantai 2
Gambar 3.12 Travelator
Eskalator
Menghubungkan ground floor lantai 1,2, dan 3. Merupakan sirkulasi vertical yang paling
diminati pengunjung
Lift
Menghubungkan ground floor, lantai 1 dan 2. Pada lantai 3 dan lower ground tidak terdapat
lift. Dalam setiap lantai terdapat 2 lift. Letak lift pada bangunan ini jauh dari area
perbelanjaan, satu area dengan toilet dan tangga darurat. Selain aksesnya yang cukup jauh,
seperti telah dijelaskan sebelumnya sirkulasinya juga terganggu karena ada fungsi ganda
pada selasar. Lift ini sepertinya lebih ditujukan untuk barang bukan manusia. Karena
letaknya di tepi dan ukurannya yang besar. Pengunjung tidak mandiri menggunakan lift,
karena di dalam lift ada seorang satpam yang bertugas mengoperasikan lift. Tombol pada lift
juga tidak menggunakan huruf braille.
Pada lantai 1 salah satu pintu lift terhalang oleh stand yang belum dipakai. Disekitarnya juga
terdapat barang-barang bekas dan diseberangnya digunakan untuk tempat istirahat para
karyawan mall. Sedangkan pada lantai 2 lift terletak di area parkir mobil. Untuk dapat
mencapainya pengunjung harus keluar dulu dari area perbelanjaan.
Gambar 3.13 Satpam membantu menggunakan lift Gambar 3.14 Lift di lantai 2
Gambar 3.14 Lift di lantai 2Gambar 3.15 Lift di lantai 1
Tangga Darurat
Tangga darurat pada bangunan ini agak membingungkan. Karena tidak segaris dari lantai
paling bawah sampai paling atas. Mungkin hal ini dimaksudkan, jika terjadi bencana
pengunjung dari bawah dan atas tidak saling bertabrakan untuk keluar dari bangunan. Pada
lower ground tangga darurat untuk naik ke ground terletak pada sisi timur. Sedangkan lantai
1 ke atas terletak pada sisi barat. Letak tangga darurat juga terpencil, cukup berbahaya
karena aksesnya susah.
4.) Fasilitas –Fasilitas Pendukung
Toilet
Letak toilet satu area dengan lift dan tangga darurat. Cukup jauh dari area belanja serta
pencapaiannya kurang nyaman. Namun bagian dalam toilet cukup nyaman. Sayangnya
hanya ada satu toilet khusus difabel yang tidak ada pembedaan jenis kelamin dan itu pula
hanya terdapat di ground floor. Toilet pada lower ground memiliki perbadaan ketinggian
dengan lantainya. Tidak terdapat tangga untuk mencapai toilet namun digantikan dengan
ram.
Gambar 3.15 Letak tangga darurat pada lower ground
Gambar 3.17 Toilet pada lower groundGambar 3.16 Toilet khusus difabel
Pojok Menyusui
Ruangan ini disediakan untuk ibu yang ingin menyusui anaknya. Terletak di sudut barat
lower ground. Aksesnya cukup mudah dan sirkulasinya lancar. Ruangannya cukup nyaman ada meja
dan kursi yang nyaman. Sayangnya ruangan ini hanya ada di lower ground, sehingga jika ada ibu
yang ingin menyusui harus turun ke lantai paling bawah.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Aksesibilitas
http://cahyageo.blogspot.com/2012/04/aksesibilitas.html
Pedoman Teknik No.022/T/BM/1999
Undang-Undang No. 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan
Aksesibilitas pada Bngunan Gedung dan Lingkungan
www.solosquare.com
foto : dokumentasi pribadi