aktualisasi penafsiran mitsaqan ghalizha sebagai …
TRANSCRIPT
i
“AKTUALISASI PENAFSIRAN MITSAQAN GHALIZHA SEBAGAI
KONSEP PERNIKAHAN PERSPEKTIF AL-QUR’AN
(Studi Analisis Tafsir At Thabari dan Al Maraghi).
Tesis
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Disusun oleh:
Syarifuddin Dahlan
NIM: 217410746
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT ILMU AL-QUR‟AN
JAKARTA
2021
ii
“AKTUALISASI PENAFSIRAN MITSAQAN GHALIZHA SEBAGAI
KONSEP PERNIKAHAN PERSPEKTIF AL-QUR’AN
(Studi Analisis Tafsir At Thabari dan Al Maraghi).
Tesis
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Disusun oleh:
Syarifuddin Dahlan
NIM: 217410746
Dosen Pembimbing:
Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA
Dr. H. Ahmad Syukron, MA
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT ILMU AL-QUR‟AN
JAKARTA
2021
iii
PERSETUJUAN PENULIS
Tesis dengan judul “Aktualisasi Penafsiran Mitsaqan Ghalizha Sebagai
Konsep Pernikahan Perspektif Al-Qur‟an (Studi Analisis Tafsir At Thabari
Dan Al Maraghi) yang disusun oleh Syarifuddin Dahlan, Nomor Induk
Mahasiswa: 217410746 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada
siding munaqasyah.
Tangerang Selatan, 20 Januari 2021
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA Dr. H. Ahmad Syukron, MA
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah swt, penulis
merasakan bahagia karena berhasil menyelesaikan penulisan tesis yang
menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Prodi Ilmu Al-Qur‟an
dan Tafsir, Program Pascasarjana IIQ Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor IIQ Jakarta, Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA
2. Direktur PPs IIQ Jakarta, Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA
3. Pembimbing Tesis yaitu Dr. H. Amad Syukron, MA dan Dr. H.
Muhammad Azizan Fitriana, MA
4. Kaprodi Magister IAT IIQ Jakarta, Dr. H. Ahmad Syukron, MA
5. Para Dosen, Tenaga Kependidikan PPs IIQ Jakarta, dan Pegawai
Perpustakaan
6. Istri dan Anak-anakku tercinta yang telah ikhlas menerima kekurangan
perhatian dari bapak
7. Teman-teman di Prodi IAT PPs IIQ Jakarta dan seluruh pihak yang telah
membantu penyelesaian tesis ini.
Penulis merasakan bahwa bantuan yang mereka berikan sangat besar
dalam penyelesaian tulisan ini.
Tangerang Selatan, 27 Januari 2021
Syarifuddin Dahlan
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iv
PERNYATAAN PENULIS .................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................... vi
ABSTRAK .............................................................................................. vii
BAB I: PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Permasalahan ...................................................................... 6
1. Identifikasi .................................................................... 6
2. Pembatasan ................................................................. 7
3. Perumusan ..................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 7
D. Kegunaan Penelitian ........................................................... 8
E. Kajian Pustaka .................................................................... 8
F. Metodologi Penelitian ......................................................... 14
G. Sistematika Penulisan ......................................................... 16
BAB II: KALIMAT (MITSAQAN GALIDHA) PENGERTIAN DAN
PENGUNGKAPAN AYAT-AYATNYA ................................ 19
A. Pengertian Mitsaqan Ghalidza ........................................... 19
B. Pengungkapan Ayat-ayat Mitsaqan Ghalidza .................... 20
C. Pendapat Ulama tentang Mitsaqan Ghalidza .....................
viii
BAB III: BIOGRAFI AT-THABARI DAN MUSTHOFA AL MARAGHI
A. Imam At-Thabari ................................................................ 121
1. Kelahiran dan Keilmuannya ........................................... 121
2. Profil Kitab Tafsirnya .................................................... 126
B. Imam Al-Maraghi ................................................................ 136
1. Kelahiran dan Keilmuan ............................................... 136
2. Profil Kitab Tafsir Al-Maraghi ..................................... 139
BAB IV: ANALISIS TERHADAP TAFSIR ATH-THABARI DAN AL-
MARAGHI TENTANG MITSAQAN GHALIDHA SEBAGAI
KONSEP PERNIKAHAN ..................................................... 145
A. Pandangan dan Pemikiran At Thabari dalam Konsep
Pernikahan. ....................................................................... 145
B. Pandangan dan Pemikiran Al-Maraghi dalam Konsep
Pernikahan. ....................................................................... 183
BAB V: PENUTUP ................................................................................ 231
A. Kesimpulan ......................................................................... 231
B. Saran ................................................................................... 232
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 233
ix
ABSTRAK
Syarifudin Dahlan, NIM: 217410746. Tesis dengan judul “Aktualisasi
Penafsiran Mitsaqan Ghalidza Sebagai Konsep Pernikahan Perspektif Al-
Qur‟an.”
Latar belakang penelitian ini didasar oleh meningkatnya angka perceraian
yang diakibatkan oleh ketidakmengertian pasangan tentang makna dan
hakikat pernikahan. Oleh karena penulis menganggap bahwa perlu adanya
aktualisasi tentang makna pernikahan yang disimpulkan dalam satu konsep
yang disebut dengan mitsaqan ghalidza.
Penelitian ini menegaskan bahwa mitsaqan ghalidza merupakan konsep
pernikahan yang tersimpul dalam sebuah perjanjian yang kokoh antara
manusia dan Tuhannya. Konsep mitsaqan ghalidza yang didapat dari
penafsiran Ath-Thabari dan Al-Maraghi adalah konsep pernikahan yang
tidak lagi melihat tujuannya sebagai penyalur hasrat biologi manusia, tetapi
lebih kepada upaya penekanan bahwa pernikahan adalah perjanjian manusia
kepada Tuhan, yang harus dipegang kokoh, dan sanksinya berefek pada
kehidupan ukhrawi jika mempermainkan janjinya itu.
Tesis ini merupakan penelitian jenis kualitatif yang data penelitiannya
bersumber dari kepustakaan. Sumber data utama adalah Tafsir Ath-Thabari
dan Tafsir Al-Maraghi, dan metode analisis data yang digunakan adalah
deskriptif analisis.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pernikahan adalah suatu perjanjian kuat dihadapan Allah dan bagi yang
baru nikah adalah dunia baru untuk mengarungi kehidupan yang baru. Ibarat
membangun sebuah bangunan, diperlukan persiapan dan perencanaan yang
matang. Mulai dari memilih bahan bangunan keindahan tempat yang aman
dan keanggunan, kenyamanan dan keramahan lingkungan, sampai dengan
memilih perabot rumahtangga yang serasi. Segalanya harus benar-benar
diperhatikan. Bila tidak, bangunan yang indah lagi mewah akan memberikan
sejuta kekecewaan.
Kini banyak orang menyikapi pernikahan hanya sabagai suatu tradisi.
Bukan lagi sebagai suatu ajaran agama yang di dalamnya terdapat nilai
perjanjian kemuliaan. Padahal Nabi telah menegaskan: “Nikah adalah
sunnahku. Barangsiapa tidak suka kepada sunnahku, maka dia bukan
termasuk golonganku.”1
Analisa pemikiran “ini anjuran Nabi untuk umatnya agar menikah karena
keluarga itu bagaikan kapal laut (perahu) karena suami sebagai nahoda yang
menjadi imam dalam keluarga, istri sebagai awak kapal yang akan membawa
bekal perlengkapan setatusnya sebagai makmum dalam keluarga yang baik
sehingga jama‟ah keluarga di bawa perahu sapai kepantai yang dituju
sakinah mawadah warohmah, tapi bila suami istri sibuk keduanya dengan
karirnya sendiri-sendiri sehingga keduanya lupa tugasnya sebagai imam dan
sebagai makmum maka perahupun stagna (tidak jalan).suami ingin
membawa perahu kebarat istri ingin membawa perahu ketimur karena
1 Miftah Farid, Keluarga Bahagia: Peraturan nikah dan Pembinaan Keluarga,
(Bandung: Penerbit Pustaka,1986), cet ke-3, hal.04.
2
mereka merasa punya penghasilan sendiri-sendiri ketika badaipun menerpa
perahu terbalik mungkin suami istri bisa menyelamatkan sendiri tapi
penumpang anak-anak menjadi korban egois orang tuanya berapa banyak
dijaman sekarang anak terlantar karena orang tua mengabaikan keluarga,
dalam islam tidak melarang orang berkarir tapi harus mengetahui porsi
tugasnya dalam keluarga”.
Seorang muslim tentu berkeinginan untuk mewujudkan rumah tangga
sejahtera bahagia menurut tuntunan Islam. Yakni rumah tangga yang
menjadi seperti surga bagi para penghuninya. Tempat dimana melepas lelah,
tempat bekumpul dimana adanya rasa bahagia, aman tentram dan tempat
untuk bersenda gurau yang sebagaimana dimaksudkan oleh Rasulullah saw
dalam satu haditsnya “Rumahku adalah surgaku.”2
Keluarga juga menjadi tempat menanamkan nilai-nilai agama paling
awal bagi orangtua memiliki tanggung jawab untuk memberikan pemahaman
dan memberikan contoh dalam keseharianya tentang ajaran keagamaan yang
mereka anut, hal ini yang di anggap bagian penting dalam membentuk
kepribadian dan karakter yang baik bagi anggota keluarganya dan menjadi
tempat yang aman untuk memproteksi anggotanya dari pengaruh negatif
dunia luar yang mengancam kepribadian keluarganya.
Untuk mewujudkan dan menegakkan sebuah rumah tangga yang sakinah,
mawadah, warohmah, maka secara teoritis dan normatis suami istri memiliki
hak dan kewajiban kewajiban besar di dalamnya. Oleh karena itu sebelum
seseorang memutuskan untuk memasuki jenjang pernikahan, mereka harus
memenuhi persyaratan dan persiapan yang cukup, seperti kedewasaan fisik,
mental, kesamaan hidup, agama, serta berbagai aspek lain. Hal ini diperlukan
agar kedua calon suami isteri memiliki kesiapan dan kematangan jasmani
2 M. Quraish Shihab, Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Tangerang Selatan: Lentera
Hati, 1994), Cetakan ke I, hal 253.
3
dan rohani, maka Nabi menganjurkan umatnya segera menikah agar ada
penerus generasi yang berkwalitas karena yang berpasang-pasangan yang di
ciptakan Allah dan dengan jalan pernikahan Allah telah memilihnya buat
hambanya mempersiapkan kecukupan rizki keduanya.3
Di era globalisasi pernikahan dan perjodohan sering kali dilema bagi
pemuda dan pemudi karena dibatasi oleh jurang pemisah keluarga kaya
dengan keluarga miskin (matrialistik dan sepiritualistik) sementara jodoh
manusia Allah berikan menembus jurang pemisah apaun yang Allah
kehendaki ketika salah satu keluarga lebih muncul gaya hidup matrialistik
adalah pola hidup memprioritaskan nilai kebendaan dan kemewahan karena
bagi mereka kebahagiaan keluarga tanpa materi tidak mungkin terwujud dan
persoalan ini yang banyak terjadi dalam kehidupan anak muda sehingga
mereka takut dengan pernikahanya sendiri takut karena (miskin, belum kerja,
belum punya pegangan penghasiklan, tidak punya keahlian dsb) padahal
Allah telah menjanjikan di ujung ayat surat An Nur ayat 32 terjemahanya
“Jika mereka miskin Allah akan mencukupkan mereka dengan karunia Nya”.
Dengan itulah, kematangan diri, kepandaian mengatur atau membagi
waktu diperlukan juga oleh seseorang yang memutuskan untuk menikah.
Sebab dalam rumah tangga baru mereka akan dihadapkan dengan jumlah
keputusan yang menyangkut kehidupannya. Seseorang akan hidup bersama
dengan orang lain yang berbeda ayah, ibu, saudara-saudaranya, seseorang
itupun harus melakukan penyesuaian baru, dan juga harus saling memberi
dan menerima demi kebahagaian rumah tangga itu.
Hal yang terpenting bagi seseorang yang sudah menikah dan masih aktif
dalam perkuliahan adalah bagaimana caranya mengatur waktu untuk
3 .Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, (Penerbit Darul Fikri, Bairut th 2008 M), Jilid II,
hal 543.
4
membagi kewajiban antara keluarga dan kuliah/belajar. Karena apabila
seseorang tidak pandai-pandai membagi waktu, bisa mengakibatkan salah
satu kewajibannya terganggu. Dalam pengaturan waktu tersebut seseorang
dituntut untuk berfikir lebih ekstra karena mempunyai beban tanggung jawab
yang harus dipenuhi.
Untuk itu mereka tentunya harus dapat membagi waktu yaitu sebagian
harus mengurus rumah tangga dan sebagian untuk kuliah di kampus dan
sebagian untuk bekerja. Di samping mereka mengurus rumah tangganya, di
sisi lain mereka dihadapkan pada tugas utama sebagai mahasiswa yaitu
belajar. Belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan seseorang untuk
mencapai cita-citanya. kemauan keras merupakan modal utama tercapainya
cita-cita. Karena itu walaupun sudah menikah mahasiswa dituntut untuk
selalu belajar agar meraih apa yang telah dicita-citakan.
Di dalam realitas kehidupan di zaman sekarang ini, pernikahan bukan
lagi sebagai sebuah lembaga sakral yang dihormati, karena di dalam
pernikahan itu banyak terjadi kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan oleh
suami istri dan sikap negatif kedua belah pihak ini memberikan distribusi
pada semakin keruhnya persoalan dalam keluarga.4 Muncul sikap mental
egois suami istri yang banyak terjadi sekarang ini yaitu merasa dirinya lebih
penting dari pada orang lain dan jika ini terjadi dalam keluarga sehingga
tidak lagi sempat mempertimbangkan kesejahtraan dan kepentingan
keluarganya maka tidak menutup mungkin akan terjadi kemelut persoalan
keluarga yang berkepanjangan.
Kasus-kasus yang merupakan pelanggaran di dalam sebuah rumah
tangga yang banyak terjadi adalah seperti pengabaian terhadap penunaian
kewajiban dan hak masing-masing pasangan, hilangnya perhatian,
4 Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Pondasi Keluarga Sakinah, Jakarta pebruari
2017, hal 183.
5
kepedulian kepada pasangan secara material atau pun secara psikologis,
bahkan tidak jarang berakhir pada tindakan kekerasan dalam rumah tangga.
Kasus-kasus pelanggaran di dalam rumah tangga itu sangat
dimungkinkan terjadi karena ikatan atau jalinan hubungan di antara kedua
pasangan suami dan isteri tidak kuat. Ikatan dan jalinan yang di antara
keduanya menyebabkan rumah tangga menjadi rapuh. Kondisi rumah tangga
yang rapuh karna keduanya tidak ada saling menghargai terhadap hak dan
kewajibanya padahal orang yang tidak mau memberikan hak orang lain yang
ada padanya kata Nabi Dia dimurkai Allah.5
Perjanjian pernikahan ini diantaranya tertera berupa sighat taklik dalam
buku nikah cara ini bertujuan memberikan perlindungan kepada perempuan
dari kemungkinan terjadi yang dilakukan suami adanya keterlantaran istri
dan ini sebagai bukti ikatan perlindungan hukum bagi wanita. Mengingat
rumah tangga atau keluarga ini adalah unit terkecil yang menjadi penyangga
kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika setiap individu keluarga itu baik
dan kokoh, maka akan semakin kuat kedudukan bangsa dan negara.
Salah satu solusi dan upaya untuk mengkondisikan sebuah keluarga
menjadi kokoh dan baik, adalah dengan cara memaparkan kembali secara
terus menerus tentang konsep keluarga ideal yang terungkap di dalam Al-
Qur‟an, yaitu kalimat singkat tapi padat dengan istilah “mitsaqan ghalizha”.
Kemudian dengan penjelasan latar belakang tersebut, penulis tertarik
untuk mengangkat permasalahan dan meneliti pemaparan yang terkait diatas
dengan judul : “Reaktualisasi Penafsiran Mitsaqan Ghalizha sebagai Konsep
5 Yusuf, Ahmad Muhammad : Ensiklopedi Tematis Ayat Al Qur‟an Dan Hadits,
Percetakan Nasional RI, Penerbit Wdya Cahaya, jakarta cet. Ke IV, Septem ber 2014 jilid ke
7, hal 278.
6
Pernikahan Perspektif Al-Qur‟an (Studi Analisis Tafsir At Thabari dan Al
Maraghi).
B. Permasalahan
1. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat
mengindentifikasi masalah sebagai berikut:
a. Frasa mitsaqan ghalizha diungkap sebanyak tiga kali dalam Al-
Qur‟an yaitu dua kali dalam surat An Nisa dan satu kali surat Al
Ahzab. Ketiganya menjelaskan tentang perjanjian dengan Allah
hanya obyeknya yang berbeda.
b. Para mufassir dapat memiliki penafsiran yang berbeda-beda
tentang kata mitsaqan ghalizha.
c. Mitsaqan ghalidza dapat bermakna perjanjian kokoh antara Allah
dengan para Rasul-Nya yang tergantung dalam „Ulul Azmi
berkaitan dengan janji setia untuk tunduk dan taat kepada Allah.6
d. Di dalam Al-Qur‟an surat An Nisa ayat 21, Allah SWT
menggunakan kalimat mitsaqan ghalizha dalam konteks
pernikahan, dua tempat yang lain istilah mitsaqan ghalidza
dijadikan sebagai kata terahir di ayat yang mengisahkan
perjuangan da‟wah para nabi dan Rasul, seperti yang di
perintahkan Allah pada nabi Musa, masuklah ke baitul Makdis.7
6 Kementrian Agama RI, AL QUR’AN & Tafsiranya Juz 19-21, jilid 7, Penerbit Widiya
Cahaya, Jakarta th 2015, hal 621. 7 At Thabarai, li Abi Ja‟far Muhammad bin Jarir, Tafsir Athobari, Jamiul bayan,
Juz 7, Penerbit Atha Limaayatu watsaqofiah, hal 654.
7
2. Pembatasan masalah
Agar cakupan pembahasan dalam penelitian tidak terlalu luas, maka
peneliti membatasi kajian pada penafsiran tentang mitsaqan gahlizha sebagai
konsep pernikahan.
3. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi fokus kajian dan
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana penafsiran kembali ayat Al-Quran tentang mitsaqon
ghalizha perspektif At-Thabari dan Al-Maraghi?
b. Bagaimana konsep pernikahan yang terangkum dalam “Mitsaqan
Ghalidha” menurut Ath-Thabari dan Al-Maraghi?
C. Tujuan Penelitian
Ada beberapa tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini yaitu:
1. Menjelaskan penafsiran Al-Qur‟an tentang mitsaqan ghalizha
perspektif At-Thabari dan Al-Maraghi
2. Menjelaskan konsep pernikahan yang terangkum dalam kalimat
“Mitaqan Ghalidza” menurut At-Thabari dan Al-Maraghi
D. Kegunaan Penelitian
Penulis tentunya mengharapkan betul penelitian ini mempunyai daya
guna yang bermanfaat baik secara tioritis maupun secara praktis
kegunaanya dan penelitian ini ternyata ada 2 bagian:
1. Penelitian ini berguna untuk menambah hazanah pemikiran islam
hususnya dalam ilmu tafsir.
8
2. Penelitian ini diharapkan juga berguna untuk memberikan solusi
menyelesaikan masalah kemelut keluarga atau berkaitan dengan
perjanjian interaksi sosial dan perjanjian dengan Allah.8
E. Kajian Pustaka
Kajian tentang mitsaqan ghalidza merupakan kajian yang telah umum
dan telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Hasil penelitian tersebut dapat
dijadikan acuan dan perbandingan seperti penelitian yang dilakukan oleh:
1. Jeanita Adeline, Tesis, judul Status hukum perjanjian perkawinan
berdasar kitab Undang Undang Hukum perdata dan Undang Undang
perkawinan.
Dia dari Fakultas hukum Universitas Indonesia (UI) tahun 2013, dalam
Tesis ini menjelaskan tentag berkaitan dengan perjanjian kuat yaitu
pernikahan karena diatur dengan aturan undang-undang pernikahan,
maka ada beberapa hal yang mendukung :
a. Keabsahan perjanjian kuat (mitsaqan ghalidza) atau perjanjian
pernikahan setelah pernikahan itu berlansung dilaksanakan.
b. Analisis putusan hukum nomor 69/pdt.G/2010 PN. Tentang
perceraian mengenai tentang perjanjian perkawinan.
Sebab itulah menurut UU Perdata Hukum Perkawinan ada dua azas
perkawinan dan azas syarat perkawinan maka ada dua pandangan:
1. Azas perkawinan berdasarkan kitab UU Perdata menurut azas
monogami mutlak hal ini dilahirkan dari barat yang sebgian besar
8 Surat Al Hadid,ayat 8 “Mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul
menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu dan sesungguhnya Dia (Allah)telah
mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang bderiman.”
9
pemeluk agamanya kristen maka poligami di larang menurut fasal 27
KUHP.
2. UU Pernikhan Kompilasi Hukum Islam dan mengatur keperdatan
sehingga pernikahan di pandang sah jika memenuhi persyaratan yang
ditentukan UU Pernikahan termasuk dalam urusan poligami karena
pernikahan itu sebagai perjanjian kuat di hadapan Tuhanya. 9
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Janita Adeline telah
memberikan kontribusi bagi penelitian ini khususnya dalam analisis tentang
makna umum perjanjian kuat dihadapan Allah sebagai mitsaqan ghalidza.
2. Sinta, Tesis, judul “Kebenaran Teoritis Perjanjian Perkawinan
Campuran”. Mahasiswi Universitas Udayana Negeri Bali dalam Tesis
ini menjelaskan dalam beberapa hal yang berkaitan dengan beberapa
pokok perjanjian sebagai beriku:
a. Perkawinan dalam prespektif hak Azazi manusia
b. Perjanjian Perkawinan
c. Perjanjian perkawinan campuran.
Analisis penelitianya bahwa perjanjian pernikahan adalah
menggambarkan suatu ikatan kuat dengan mengatur perjanjian selama
masih dalam ikatan pernikahan dan ini berdasarkan keputusan mahkamah
konstitusi nomor 69/puu XIII/2015.
Pengertian dengan azas perkawinan di Indonesia di atur atas UURI
no 1 th 1974 perkawinan menurut fasal 1 seorang peria dengan seorang
wanita dengan tujuan membentuk keluarga yang kekal berdasarkan
9 Adeline, Jeanita, : SETAUS HUKUM PERJANJIAN PERKAWINAN BERDASAR KITAB
UU HUKUM PERDATA DAN UU PERKAWINAN, TH 2013, hal 15.
10
ketuhanan yang maha Esa dengan menciptakan norma-norma yang sampai
saat ini terus di ikuti dan menjadidasar hukum. 10
Berdasarkan analisis di atas memberikan distribusi dan kesimpulan
bahwa ma‟na perjanjian kuat yani perjanjian yang kokoh untuk dilaksanakan
sesuai dengan apa yang di bebebankan dengan ma‟na sumpah demi Allah
karna mitsaqqn ghalidza adalah perjanjian yang sangat kuat, perjanjian suci,
perjanjian sakral yang berbeda dengan perjanjian-perjanjian lainya dan ini di
terapkan Allah dalam tiga tempat dalam AlQur‟an yaitu
3. Dr.Mamun Murad Al Barbasy, Dosen UHAMKA Jakarta, Artikel, Surat
Kabar Republika tgl 25 April 2019 yang pembahasanya tentang mitsaqan
ghalidha dan ikatan suci pernikahan.
Dalam islam pernikahan disebut mitsaqan ghalidha perjanjian agung
namun harus diingat bahwa perjanjian dalam pernikahan ini di sejajarkan
dengan mitsaqan ghalidza dalam Al Qur‟an antara Allah dengan para Rasul
Ulul Azmi dan mitsaqan ghalidza antara Allah dengan Bani Israil bahwa
dalam perjanjianya ini Allah mengangkat gunung tursina di atas mereka
kalau perjanjian ini di seimbangkan dengan pernikahan maka pernikahan ini
bukan perjanjian biasa dan Nabi menjelaskan bahwa perjanjian yang
dibolehkan dilepas tapi dibenci Alah adalah perceraian, maka pernikahan ini
bukan barang permainan yang seenaknya bisa dilempar atau dibuang, dalam
islam pernikahan seyogyanya abadi sampai ahir mati merengguntnya begitu
juga dalam keristen dan perceraianpun tidak dibenarkan prinsip mereka.
Berita cerainya Ahok dengan istrinya awalnya saya tidak percaya karna
prinsip perkawinan dikeristen tidak diperkenan ada perceraian, sebagai
publik pigur selama ini tidak ada satupun berita yang mengekpos berita
buruk terkait mengicu adanya perceraian, maka dari kesimpulan pemikiran.
10
Sinta, : Pembenaran Tioritis Perjanjian Perkawinan Campuran, Hal 40.
11
Ma‟mun Murad Al Barbasy ini memberikan distribusi bagi penulis,11
sebagai
berikut :
a. Pernikahan adalah perjanjian yang tidak setara dengan perjanjian
lain maka tidak boleh dipermainkan.
b. Perjanjian pernikahan ini setara dengan perjanjian Allah dengan
para Rasul Ulul Azmi untuk menyampaikan risalah agama
kepada umatnya.
c. Perjanjian pernikahan ini juga setara dengan perjanjian Allah
dengan Bani Israil sampai mengukuhkanya dengan mengangkat
gununug tursina.
d. Pernikahan dalam islam berbeda dengan pernikahan katolik atau
keristen dalam islam pernikahan bersifat abadi yang memisahkan
dengan kematian atau cerai jika diperlukan sementara dalam
katolik/kristen tidak diperbolahkan adanya perceraian walaupun
adanya persoalan untuk menceraikanya.
4. Arrahman penulis Artikel dalam judul “Selintas pemikiran mitsaqan
ghalidza dalam pernikahan” Mitsaq dalam bahasa arab berarti janji
sama dengan kata wa‟ad Jalaludin Al Mahali dan Jalaludin As Suythi
dalam tafsir jalalaeni menyebut mitsaq sebagai bentuk tauhid
(penekanan,penguatan,penegasan) dari sebuah janji ia adalah
komitmen lebih dari pada sekedar janji sedangkan kata ghalidza
berasal dari kata ghalid yang berarti (berat,kuat,tegas,keras,kokoh,
teguh) jadi mitsaqan ghalidza adalah sikap komitmen yang tidak ada
kesempatan untuk main-main sebagai janji suci dan sakral karna yang
terikat bukan sesama manusia saja tapi juga dengan Allah yang
11
Republika, Buletin Islami tentang, Mitsaqan Ghalidza Dan Ikatan Suci, Senin tgl
8 Jan 2018, penulis Dr. Mamun Murad Al Barbasy Dosen Uhamka Jakarta
12
konsekwensinya punya tanggung jawab lahir batin dan dunia
aherat.12
saat menafsirkan mitsaqan ghalidza dalam surat An Nisa
ayat 21 Ibnu katsir mejelaskan dengan hadis sahih dari jabir dalam
kitab sahih muslim yang menyatakan bahwa ketika seorang laki-laki
mengambil seorang perempuan dari orang tuanya untuk dinikahin
berarti ia telah melakukan perjanjian atas nama Allah sebagaimana
Dia telah menghalalkanya dengan kalimat Allah. Kesimpulan ini
menjadi aspirasi dari artikel sebagi berikut:
a. Mitsaq sebuah janji yang komitmenya bukan hanya sekedar janji
biasa dengan hal-hal lain.
b. Ghlidha teguh /kuat yang komitmenya dengan tidak bermain-
main dalam ikatan sakral atau ikatan suci karna ini bukan
melibatkan antar sesama manusia saja melainkan melibatkan juga
dengan Allah.
c. Seorang laki yang membawa anak perempuan dari orang tuanya
untuk dinikahin berarti Dia telah melkukan perjanjian atas nama
Allah dan menghalalkanya dengan kalimat Allah.
5. Tri Ananu Handani, penulis Artikel dengan judul apa itu mitsaqan
ghalidza adalah sebuah perjanjian yang bukan sembarang perjanjian
dan ini memerlukan penjelasan yang harus kuat karna pernikahan
adalah perjanjian suci maka jangan Sampai pernikahan ini diawali
dengan aktifitas perbuatan dosa (dengan titik noktah hitam),13
bahkan dengan berpacaran berjina atau dengan menghalalkan segala
cara maka seorang laki yang hendak meminang perempuan adalah
12
Arrahman,Penulis artikel dengan judul, Selintas Pikiran Mitsaqan Ghalidza
Dalam Pernikahan, terbit 21/08/2016. 13 Handayani, Tri Annanu, judul Artikel, Apa Arti Mitsaqan Ghalidza, 21 juli 2019
13
dengan syar‟i petunjuk jalan agamanya, maka untuk menuju
kepelaminan ada beberapa cara:
1. Ta‟aruf tahap perkenalan laki dengan perempuan dengan bantuan
pihak ketiga untuk mengetahui kesiapan kedua belah pihak.
2. Khitbah yaitu lamaran seteah kesiapan keduanya untuk
menentukan acara pernikahan agar tiak di unda-tunda.
3. Pernikahan harus dijalankan cara syar‟i karna ini ikatan suci di
hadapan Allah.
Lelaki ketika menjadi seorang suami semetinya memahami
tanggung jawab kepada istrinya yang dulu sebelum nikah menjadi
tanggungjawab orang tuanya, jika seorang suami dengan kerja keras
tapi yang ada kegagalan membangun keluarganya, maka seorang istri
harus tampil dalam upaya membangun keluarganya sendiri.
Setelah terucapkan qobul oleh suaminya ternyata penduduk Arsy
berguncang karna beratnya perjanjian yang dibuat olehnya di
dihadapan Allah yang di saksikan oleh para malaikat dan manusia,
selanjutnya jika seorang istri sanggup mengisap darah dan nanah
hidung suaminya maka ia belum cukup untuk bisa menebus semua
kebaikan pengabdian dan perjuangan suaminya karna dia komitmen
dengan perjanjianya dengan Allah, maka dari artikel ini dapat
memberikan pelajaran dengan pengertian mitsaqan ghalidza:
a. Suami punya tanggung jawab sepenuhnya kepada istrinya setelah
orang tuanya melepaskan tanggung jawab kepada suaminya.
b. Dahsyatnya ucapan qobul suami sampai menggoncangkan
penduduk Arsy.
14
c. Pengabdian istri kepada suaminya belum sanggup untuk
menembus kebaikan perjuangan dan pengabdian suami karna
Allah.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian merupakan penelitian kualitatif yang sumber datanya
berdasarkan data-data kepustakaan.
2. Sumber Data Penelitian.
Dalam penelitian ini mengumpulkan data-data penelitian dari
sumbernya maka ada tiga persoalan yang mendukungnya :
a. Sumber data primer
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kitab tafsir karya
at-Thabari dan tafsir al-Maraghi karya Musthafa al-Maraghi.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder dari penelitian ini adalah seluruh data yang
berkaitan dengan bahasan mitsaqan ghaliza, yang dikumpulkan
dari berbagai sumber seperti artikel, jurnal, website, dan lain
sebagainya.
3. Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi yaitu
proses pengumpulan data literature berupa penafsiran dari kitab-kitab
para mufassir atau bacaan-bacaan yang berisi materi kajian yang
diteliti, kemudian dipilah dan dipilih yang sesuai, dan diklasifikasikan
sesuai kelompok materi bahasan.
15
4. Metode Analisis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan dua metode analisis yaitu metode
deskriptif-komparatif, yaitu mendeskripsikan seluruh penjelasan
materi kemudian menganalisis dan mengomparasikann data-data yang
relevan dengan topik pembahasan pada empat pesoalan penelitian ini
berikut ini:
1. Membicarakan topik masalah perjanjian sakral dalam pernikahan
yang pada umumnya kedua belah pihak pengantin siap menerima
amanah Allah.
2. Menjelaskan tentang pokok metode yang akan di pergunakan
dalam aktifitas penelitianya pada empat persoalan dalam
dukunganya:
a. Setiap kesulitan penilitian yang merupakan bagian dari
perjuangan untuk mencarikan solusi penyelesaian ini tentunya
kembali dengan juklak pedoman penulisan proposal tesis.
b. Mengarahkan pemikiran pembahasan dengan jernih dan tertib
mulai dari obyek yang paling sederhana kemudian mengangkat
sedikit pada tahapan yang paling komplek
c. Membuat penomeran dengan terurut untuk permasalahan
lengkap dengan datanya agar tidak ada yang ketinggalan.
3. Menyebutkan beberapa poko masalah dalam setiap penelitian yang
akan menjadi landasan dalam penerapan metode penelitian :
a. Mengikuti aturan atau UU yang berlaku dalam penulisan dan
penelitian yang benar.
b. Bertindak tegas untuk meyakinkan serta meninggalkan
keraguan dalam penelitianya.
16
c. Berusaha mengubah dan memperbaiki penyusunan penulisan
sesuai dengan pedomanya.
4. Menegaskan prihal persoalan masalah jika ada dua pandangan
pemikiran untuk menetukan kebenaran dalam penelitian.14
Adapun kedua pandangan menggunakan metode analisis
komperatif adalah penelitian yang selalu berusaha untuk
menemukan persamaan dan perbedaan tentang ide atau pandangan
dan pemikiran para ahli dibidangnya.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang di
uraikan dalam penulisan tesis ini maka agar pembahasanya lebih terarah dan
seluruh penyajian penulisan tesis ini akan memuat lima bab seperti gambaran
sebagai berikut:
Bab ke I. berupa pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub pada bab ini
penulis me nguraikan bagian dari pendahuluan, Latar belakang masalah,
Permasalahan, Tujuan penelitian, Kegunaan penelitian, Kajian pustaka, dan
tehnik sistematika penelitian.
Bab ke II. Terdiri dari beberapa sub dan pada bab ini penulis menjelaskan
pengertian dari pemikiran dalam pandangan para ahli tafsir tantang
perjanjian kuat (mitsaqon gholidho) yang turun kepada Nabi Musa ,
mitsaqon gholidho juga diturunkan kapada Nabi Isa dan mitsaqon gholidho
terahir diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Bab ke III. Dalam bab ini penulis menerangkan tentang biografi para
pengarang tafsir yang menjadi rujukan penulisan tesis ini yaitu biografi dan
profil Imam At Thobari dan biografi ,profil Musthofa Al Maroghi untuk
14
Jarudin (tesis): Pernikahan Muslim Dengan Non Muslim Dalam Prespektif Al
Qur‟an, di IIQ Jakarta, th 2017, hal 29.
17
mencoba menganalisis dua pengarang kitab tafsir At thobari dan tafsir Al
maroghi agar mengambil rujukan ini berdasar sumber aslinya dapat
dipercaya akan kebenaranya sebagai dasar keilmuan di kalangan akademis.
Bab ke IV. Menerangkan adanya perbandingan para ahli tafsir dalam
memberikan pandangan pemahaman tentang pernikahan yang terangkum
dalam kalimat mitsaqon gholidho terutama dua pandangan Imam At Thobari
dan Al Maroghi yang tentunya ada persamaan pandangan atau adanya fikih
ayat-ayat munakahat yang tentu ada perbedaan sesuai dengan data-data
pemikiran yang penulis dapat kesimpulkan dan harapan para ahli tafsir yang
lain dapat memberikan yang sama agar penulis memberikan gambaran dari
hasil analisis ini.
Bab ke V. Bab terahir ini memberikan gambaran penulis tantang kesimpulan
pandangan para ahli tafsir dan pandangan para pemikir islam yang telah ikut
menyumbang pemikiran penulis dan harapan ini menjadi sumber pegangan
wawasan keilmuan bagi umat islam.
231
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Imam Ath-Thabari dan Musthafa Al-Maraghi memaknai mitsaqan
ghalidza dengan ikatan dan sumpah janji setia, atau perjanjian yang
kokoh. Ada tiga konteks di dalam Al-Qur‟an tentang mitsaqan ghalidza
dengan makna perjanjian yang kokoh. Pertama perjanjian yang
dikenakan pada kisah nabi yang tergabung ke dalam Ulul azmi untuk
melaksnakan dakwah kepada manusia. Kedua, perjanjian kaum yahudi
untuk tidak melanggar larangan Allah tentang hari Sabat. Ketiga
perjanjian yang kokoh dalam konteks pernikahan. Baik Ath-Thabari dan
Al-Maraghi keduanya bersepakat bahwa pernikahan itu merupakan
mitsaqan ghalidza yang bersifat suci dan agung, tidak dapat
dipermainkan. Sumpah janji setia yang diucapkan hakikatnya adalah di
hadapan Allah bukan di hadapan manusia. Sehingga saat manusia
membatalkan pernikahannya sendiri, maka dia akan berhadapan
langsung dengan Allah akibatnya kelak.
2. Konsep mitsaqan ghalidza dalam penafsiran Al-Qur‟an ini mencakup
beberapa hal. Pertama, mitsaqan ghalidza sebagai konsep pernikahan
mengatur halal dan haramnya perempuan yang dinikahi berdasarkan
garis keturunan, karena telah ada hubungan perkawinan dan lainy
sebagainya. Kedua, mitsaqan ghalidza sebagai konsep pernikahan juga
merupakan perjanjian mengatur tentang hak dan kewajiban suami isteri
terutama tentang nafkah dan mahar terhadap isteri. Ketiga, mitsaqan
232
ghalidza sebagai konsep pernikahan juga mengatur tentang bagaimana
kepastian hukum perempuan yang dinikahkan secara sirri.
B. Saran
1. Saran untuk pembaca umum, hendaknya tetap menganggap pernikahan itu
sebagai sebuah lembaga suci yang sakral. Sehingga pernikahan dapat
dipertahankan sampai kedua pasangan tutup usia. Pernyataan ini tentu
untuk meminimalisir angka perceraian yang sampai saat ini semakin
meningkat.
2. Kepada pemerintah yang berwenang, tetap dilanjutkan sosialisasi dan
penyuluhan tentang perkawinan, terutama untuk keluarga-keluarga muda,
dan siapa saja yang hendak melangsungkan perkawinan.
Akhirnya, karya ini tentu memiliki banyak kekurangan, dan bahasan yang
dilakukan juga kurang mendetail. Oleh karena itu penulis berharap pembaca
dapat memberikan saran dan masukan untuk perbaikan tulisan ini.
233
DAFTAR PUSTAKA
Fridl, Miftah, Keluarga Bahagia, Peraturan Nikah Dan Pembinaan
Keluarga, Penerbit Pustaka Bnadung 1986, Cet Ke 5, Hal 4.
Quraish Shihab, Muhammad, Lentera Hati, Kisah Dan Hikmah Kehidupan,
Penerbit Al Mizan Th 1994, Cet Ke 1, Hal 253.
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, Jilid 2, Penerbit Daarul Fikri, Bairut, Th 2008,
Hal 453.
Departemen Pendidikan, Nasional, Panduan Menejemen Sekolah, No:103
Th 1981, Hal 117.
Dirjen Bimas Islam Kemenag Ri, Pondasi. Keluarga Sakinah
Mustofa Al Maraghi, Ahmad : Tafsir Al Maraghi, Darul Ihya Tursti Al
Arabi, Bairut.
Muhammad Yusuf, Ahmad, Ensiklopedi Tematis Ayat Al Qur'an Dan
Hadits, Widya Cahaya.
Adelin, Jeanita: Setatus Hukum Perjanjian Berdasar Kitab Uu Hukum
Perdata Dan Uu Perkawinan , Th 2013.
Sinta , Pembenaran Tioritis Perjanjian Perkawinan Campuran.
Republika, Buletin Islami, Judul Mitsaqan Ghalidza Dan Ikatan Suci
Pernikahan, 25 April 2019.
Arrahman, Artikel Denagn Judul, Selintas Pikiran Mitsaqan Ghalidza Dalam
Pernikahan, Terbit 21 Agustus 2016.
Tri Ananu Handayani, Artikel Dengan Judul, Apa Itu Mitsaqan Ghalidza, 9
September 2018.
Suharsini Arikunto, Prosodur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta
Rineka Cipta,2013) Cet 15, Hal15.
234
Sugiono,Prof.Dr, Metode Penelitian Kwantitatif, Cet 2012, Hal 13.
Jarudin, [Pernikahan Muslim Dengan Non Muslim Dalam Prespektif Dalam
Al Qur‟an, Tesis Iiq Jakarta Th 2017, Hal 29.
Departemen Agamari, Intruksi Presiden No.1 Th 1991:Kompilasi Hukum
Islam (Khi), Di Indonesia Th 1998-1999.
Kementrian Agama : Al Qur‟an Dan Tafsiranya, Juz 1-3, Jilid 1, Cet 2015,
Penerbit Widya Cahaya Jakarta, Hal.317.
Kementrian Agama : Al Qur‟an Dan Tafsirnya, Juz 4-6, Jilid 2, Cet 2015,
Penerbit Widya Cahaya Jakarta, Hal 138-140
Kementrian Agama : Al Qur‟an Dan Tafsirnya, Juz 7-9, Jilid 3, Cet 2015,
Penerbit Widya Cahaya Jakarta, Hal 2.
Kementrian Agama : Alqur‟an Dan Tafsirnya, Juz 16-18 Jilid 6, Cet 2015,
Penerbit Widiya Cahaya Jakarta, Hal 602.
Kementrian Agama : Al Qur‟an Dan Tafsirnya, Juz 19-21, Jilid 7, Cet 2015,
Penerbit Widiya Cahaya Jakarta, Hal 654.
Kementrian Agama : Al Qur‟an Dan Tafsirnya, Juz 22-24, Jilid 8, Cet
2015, Penerbit Widiya Cahaya Jakarta, Hal 600.
Kementrian Agama : Al Qur‟an Dan Tafsirnya, Juz 25-27, Jilid 9, Cet 2015,
Penerbit Widiya Cahaya Jakarta, Hal 35.
Fuad Abdul Baqi, Muhammad, Al Mu‟jamul Fahrs Li Alfadzil Qur‟anil
Karim, Penerbit Darul Fikri, Bairut Lubnan Th 1987.
Warson Munawir, Ahmad, Qamus Munawir, Penerbit Yoyakarta 1985
Yusuf, M8hammad, Asbababun Nuzul, Penerbit Widya Cahaya Jakarta, Cet1
Th 2014
Saleh, Qomarudin :Asbabun Nuzul, Latar Belakang Historis Turunya Ayat ,
Penerbit Cv.Diponegoro B Andung Th1989.
235
Ali Chasan Umar, Muhammad: Terjemah Bahjatul Wasail ( Syaih M.
Nawawi Al Bantany), Penerbit Al Ridha Semarang, Cet 1, Th 1994,
Hal 25.
Muhammad Bin Jarir Ath Thabari, Abu Ja‟far (Asli Bhs.Arab) : Tafsir At
Thabari, Jmi‟ul Bayan Juz7, Penerbit Afha Limayatu Wa Tsaqafiah,
Hal 654.
Muhammad Bin Jarir At Thabari, Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At Thabari,
Penerbit Pustaka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 2, Hal 191-196.
Muhammad Bin Jarir At Thabarai, Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At
Thabari, Penerbit Pustaka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 3, Hal 658-
659.
Muhammad Bin Jarir At Thabari, Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At Thabari,
Penerbit Pusataka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 4, Hal
84,94,98,111,113,117,120.
Muhammad Bin Jarir At Thabarai, Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At
Thabari, Penerbit Pustaka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 5, Hal 437-
442 Dan 555-569.
Muhammad Bin Jarir At Thabari , Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At Thabari,
Penerbit Pustaka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 6, Hal 657 Dan 676-
682.
Muhammad Bin Jarir At Thabari, Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At Thabari,
Penerbit Pustaka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 8, Hal 80 Dan 90-95.
Muhammad Bin Jarir At Thabari, Abu Ja,Far (Terjemah) Tafsir At Thabari,
Penerbit Pustaka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 9, Hal 678-680.
Muhammad Bin Jarir At Thabari, Abu Ja;Far (Terjemah) : Tafsir At Thabari,
Penerbit Pustaka Azzam, Cat 2 April 2015, Jilid 10 , Hal 262.
236
Muhammad Bin Jarir At Thabari, Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At Thabari,
Penerbit Pustaka Azzam, Cat 2 April 2015, Jilid 21, Hal 1-4.
Muhammad Bin Jarir At Thabari, Abu Jafar, (Terjemah) : Tafsir At Thabari,
Penerbit Pustaka Azzam, Cat 2 April 2015, Jilid 14, Hal 425-432.
Muhammad Bin Jarir At Thabari, Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At
Thabari, Penerbit Pustaka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 16, Hal
100-101.
Muhammad Bin Ja‟rir At Thabari, Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At
Thabari, Penerbit Pustaka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 17, Hal
1043-1044.
Muhammad Bin Jarir, At Thabari, Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At
Thabari, Penerbit Pustaka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 22, Hal
940-941.
Deedat, Ahmed : Al Masih Dalam Al Qur‟an, Penerbit Giv (Gema Insani
Vress), Cet Ke1 Th 1995, Hal 33.
Al Azami, Muhammad Musthafa, Sejarah Tek Al Qur‟an Dai Wahyu Sampai
Kompilasi, Kajian Perbandingan Lama Dengan Perjanjian Baru, Cet
Ke 1 September 2014, Hal 262.
Nurbaiti, Amin : Artikel Dewan Pembina Syari‟ah, Yang Menerbikan
Yayasan Yuvid Network Yogyakarta 2018.
Yusuf, Ahmad Muhammad : Ensiklopedi Tematis Ayat Al Qur‟an Dan
Hadis Percetakan Nasional Ri, Penerbit Widya Cahaya, Jakarta
Cetakan Ke 4, September 2014, Jilid 7, Hal 257 Dan 259.
Badan Litbang Dan Diklat Kementrian Agama : Tfsir Al Maudu‟i, Tafsir
Qur”An Tematik, Lajnah Pentasheh Tahfid Al Qur‟an ,
Penerbit,Kamil Mustaka, Jld 2 Cet 1, Hal 21.
237
Departemen Pendidikan Nasion Al Th 2000 : Panduan Menejemen Sekolah,
Bab.Xv, Menejemen Perpustakaan Menurut Keputusan Mentri
Pendidikan Dan Kebudayaan No: 103 Th 1981, Hal 117.
Adamsyiqi, Al Hafid Imadudin Abil Pida Ismail Bin Kastir Al Quraisyi
Tafsir Al Qur‟an Adzim Ibnu Katsir, Jilid I, Percetakan, Haromaen,
Singafur Jedah.
Sugiono,: Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif Dan R & D Cet2012 Hal
31
Sabiq, Sayid : Fiqih Sunah Jilid Iii, Bairut Lubnan, Penerbit Darul Fikri
2008, Cet 11, Hal 453.
Zahili, Wahbah : Tafsir Munir Fi Aqidati Wasyariyati Walminhaj, Juz 6,
Darul Fikri,Damsyik,Hal 158, Fustaka Firdaus, Cet !, 2003.
Suma, Muhamad Amin : Jurnal Ilmu Dan Kebudayaan,: Ulumul Qur‟an,
Jakarta, Grafindo Persada,Cet Ke 2,2014
Yusuf, Ahmad Muhamad : Ensikklopdi Tematis Ayat Al Qur‟an Dan
Hadis, Widya Cahaya ,Jakarta , September, Cet Ke 4 Th 2014.
Mushtafa Al Maraghi, Ahmad : Tafsir Al Maraghi, Penerbit Darul Fikri,
Bairut Lubnan, Hal 132.
Mushtafa Al Maraghi, Ahmad : Tafsir Al Maraghi, Penerbit Darul Fikri, Jilid
3, Cet Ke 3 Th 1974, Hal 132-133.
Musthtafa Al Maraghi, Ahmad : Tafsir Al Maraghi, Penerbit Darul Ihya,
Turatsul Arabi Bairut, Jilid 2, Hal 216 Dan 219.
Mushtafa Al Maraghi, Ahmad (Terjemah) : Tafsir Al Maraghi, Penerbit Cv.
Toha Putra Semarang, Hal 38.
Mushtafa Al Maraghi, Ahmad (Terjemah) : Tafsir Al Maraghi, Penerbit Cv.
Toha Putra Semarang, Cet Ke 2 Th 1992, Hal 313-315.
238
Mushtafa Al Maraghi, Ahmad, (Terjemah) Tafsir Al Maraghi, Penerbit Cv.
Toha Putra Semarang, Cet 2 Th 1992, Hal 326-332 Dan 334.
Rasid, Sulaiman : Fiqih Islam, Penerbit At Thaohiriyah Jakarta 1980, Cet
Ke 18, Hal 356.
Dirjen Bimas Islam : Pedoman Konseling Perkawinan, Cetakan 2004, Hal
60.
Direktur Bina Kua Dan Keluarga Sakinah : Pondasi Keluarga Sakinah,
Penerbit Subdit Keluarga Sakinah Pusat, Hal 143.
Khodam Haromaen, (Not Book No: 278) : Al Qur‟an Dan Terjemahnya, Cet
Saudi Arabiaya, Hal 119.
Mukhtar Zarkasi (Ket. Umum Bp4 Pusat) Membina Keluga Bahagia,
Penerbit Pustaka Antara Pt Ikapi, Cet Ke 3 Th 1993, Hal 166-169.
Majalah Bulanan Kementrian Agama, Perkawinan Dan Keluarga,
Diterbitkan Bp4 Pusat, No Majalah 407, Cetakan Th 2006, Hal 20-
21.
Al Zurjani, : Al Ta‟rifat, Penerbit Mushtafa Al Babi Al Halabi, Cairo Th
1938,Hal 101.
Masbuk Zuhdi, Masailul Fiqhiyah, Penerbit Pt Idayu Press Dan Yayasan
Masagung Jakarta, Cet Ke 3 Th 1989, Hal 31-34.
Al Zaujiah Ibnu Qoyim, (Terjemah ) : Raudotul Muhibbiin Wa Nuzhatul
Mustaqim, (Taman Orang Jatuh Cinta Tamasya Orang Yang
Terbakar Rindu), Cet Pertama Th 2010, Penerbit Jabal Hal 343-349.
Majalah Asisten Mentri Negara Upw, Studi Gender Dalam, Yoyakarta Th
1999, Cet Ke1, Hal 93, Dan Dalam Semiloka : Kemitra Sejajaran Pria
Dan Wanita, Jkarta Oktober 1996, Hal 9-10.
Laznah Pentashihan Mushaf Al Qur‟an : Tafsir Al Maudu‟i, Penerbit Kamil
Mustaka Jilid 2, Cet Ke 5 Th 2018, Hal 2 Dan Dalm Jilid 9, Hal 23.
239
Komarudin Saleh, Asbabun Nuzul, Cv. Diponegoro Bandung,Cet Ke 11, Hal
125-126
Sihab, M.Qaurais, (Dalam Jurnal Ulumul Qur‟an) : Ibnu Jarir Guru Besar
Para Ilmu Tafsir, Vol 1 No 1th 1989, Hal 5.
Sihab, M. Qurais, Wawasan Al Qur‟an, Penerbit Al Mizan, Hal 210.
Muhamad Ma,Ani Abdul Halim, Metodologi Tafsir Kajian Konprehensif,
Metode Para Ahli Tafsir, Penerbit Raja Grapindo Persada Jakarta
2006, Hal 76.