akuntansi modal bank
DESCRIPTION
mata kuliah akuntansi perbankan.TRANSCRIPT
Kelompok 4
Akuntansi Modal BankKelompok 41
Pendahuluan
Bank didirikan untuk jangka waktu tak terbatas, artinya manajemen bank akan berusaha untuk menjaga keberlangsungan operasi bank. Untuk mempertahankan dan mengembangkannya diperlukan daya saing yang memadai. Untuk dapat bersaing sebuah bank harus bekerja pada tingkat efisiensi yang tinggi dan mampu mengelola risiko, mampu menciptakan dan mengembangkan sistem dan prosedur pelayanan, serta sistem informasi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan operasional bank serta memiliki modal yang cukup dan sehat sebagai penggerak aktivitas.
Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank di samping untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter.
Ketentuan jumlah modal inti di bank umum maupun modal disetor di BPR bisa berbeda, namun untuk rasio kecukupan modal adalah 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko baik di BPR maupun Bank Umum. Rasio kecukupan modal di bank harus memperhitungkan risiko pasar, karena itu akan dibahas mengenai jenis modal dan akuntansinya serta teknis perhitungan rasio kecukupan modal di BPR dan Bank Umum.A. Klasifikasi Modal Bank
Pembagian jenis modal bank di Indonesia dapat diklasifikasikan sesuai Standar Bank For International Settlements, yaitu :
a. Modal Inti (Tier 1)
Modal inti terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak dan laba diperoleh setelah perhitungan pajak.
Modal inti yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.
Modal sumbangan, yaitu modal yang dieroleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual. Modal ini sering disebut modal donasi.
Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan dari rapat umum pemegang saham.
Cadangan tujuan, yaitu bagian laba yang dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham.
Laba ditahan dimaksudkan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham diputuskan untuk tidak dibagikan.
Laba tahun lalu adalah laba tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak yang belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham.
Laba tahun berjalan setelah dikurangi dengan taksiran hutang pajak. Laba tahun lalu berjalan ini hanya diperhitungkan sebagai modal inti sebesar 50%.
Modal inti merupakan modal yang disetor para pemilik bank dan modal yang berasal dari cadangan yang dibentuk ditambah dengan laba yang ditahan. Porsi terbesar modal inti terletak pada modal saham yang disetor. Sedangkan selebihnya sangat tergantung laba yang diperoleh dan kebijakan Rapat Umum Pemegang Saham.
Untuk modal disetor berupa saham biasa. Pemegang saham basa memliki hak suara, sehingga dapat mengendalikan manajemen bank. Pada saham preferen, pemegangnya tidak mempunyai hak suara namun pembagian dividennya akan didahulukan sebelum membayar dividen saham biasa.
Pencatatan modal saham dilakukan sebesar harga nominal. Selisih harga saham diatas nilai nominal dicatat sebagai agio saham. Selisih harga saham dibawah nilai nominal dicatat sebagai disagio saham. Agio saham akan diamortisasi setiap akhir periode dan disagio saham akan diakumulasi setiap akhir periode.
Harga saham atau nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar oleh pemegang saham kepada bank emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau saham biasa. Niai modal disetor merupakan penjumlahan nilai nominal ditambah dengan disagio saham atau nilai nominal dikurangi disagio saham. Sedangkan nilai nominal merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Nilai nominal ditentukan berkaitan dengan kepentingan hukum, misalnya untuk proteksi terhadap kreditur. Dalam hal bank emiten menerbitkan saham biasa dan saham preferen, maka penyajian dalam neraca saham preferen harus didahulukan.
Contoh:
a. Tanggal 2 januari 2012 telah diterima setoran awal dana dari Bapak Surya Darma untuk modal bank berupa uang tunai Rp 500.000.000, aktiva tetap berupa tanah senilai Rp 600.000.000, kendaraan baru dan belum disusut senilai Rp 200.000.000, inventaris kantor senilai Rp 200.000.000. setoran ini dicatat dalam bentuk saham biasa untuk 150.000 lembar dengan nilai nominal Rp 10.000 per lembar, kurs 103%.
b. Tanggal 10 januari 2012 dijual saham biasa 10.000 lembar dengan nominal Rp 5000, kurs 97%. Pembayaran diterima tunai.
TanggalRekeningDebit (Rp)Kredit (Rp)
2/1/2012Dr. Kas545.000.000
Dr. AT. Tanah600.000.000
Dr. AT. Kendaraan200.000.000
Dr. AT. inventaris kantor200.000.000
Cr. Modal disetor saham biasa 1.500.000.000
Cr. Agio saham45.000.000
Dr. Kas48.500.000
Dr. Disagio saham1.500.000
Cr. Modal disetor saham biasa50.000.000
Bank yang mengeluarkan saham sering menerima pesanan saham dari calon investor. Saham yang dijual secara pesanan harus diserahkan setelah dilunasi seluruhnya. Perlakuan akuntansi untuk pemesanan saham adalah emiten akan mendebit piutang pemesan saham dan mengkredit modal saham yang dipesan.
Contoh transaksi pemesanan saham :
1. Tanggal 15 juni 2012 Bank Mitra Buana menerima pesanan saham 100.000 lembar saham biasa dari PT Mirana dengan kurs 102. Harga nominal per lembar Rp 10.000. uang muka pesanan saham diterima 60% tunai.
2. Tanggal 30 juni 2012 pesanan saham tersebut dilunasi secara tunai.
TanggalRekeningDebit (Rp)Kredit (Rp)
15/6-2012Dr. Kas612.000.000
Dr. Piutang- PT Mirana408.000.000
Cr. Modal saham dipesan1.000.000.000
Cr. Agio saham20.000.000
30/6-2012Dr. Kas408.000.000
Dr. Modal saham dipesan1.000.000.000
Cr. Piutang PT Mirana408.000.000
Cr. Modal disetor-saham biasa1.000.000.000
Bila dikemudian hari pemesanan saham tidak mampu melunasi kekurangannya dan bank selaku emiten harus mencatatnya sesuai dengan perjanjian yang disepakati awal.
Contoh :
Bila pesanan saham yang dilakukan oleh PT Mirana tidak dilunasi, dan bank Mitra Buana mengembalikannya sebesar 80% dari nilai yang telah dibayar, maka jurnalnya:
TanggalRekeningDebit (Rp)Kredit (Rp)
15/6-2012Dr. Agio saham20.000.000
Dr. modal saham yang dipesan1.000.000.000
Cr. Piutang PT Mirana408.000.000
Cr. Kas489.000.000
Cr. Pendapatan lain-lain122.400.000
Keterangan :
Telah Diterima Tunai=Rp 612.000.000
Dikembalikan 80%=Rp 489.600.000
Pendapatan lain-lain=Rp 122.400.000
Pembelian Kembali Saham
Pembelian kembali saham yang telah beredar dapat dilakukan dengan kerangka untuk mempertahankan struktur kepemilikan, menghindari hostile takeover, memenuhi tuntutan regulasi atau untuk mengimbangi penurunan skala operasi bank yang semakin menurun sehingga tidak perlu modal besar. Saham yang dibeli kembali disebut saham treasuri.
Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri terdiri dari dua macam. Yang pertama dicatat berdasarkan harga perolehan dan cara lain saham dicatat sebesar harga nominal.
Saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga perolehan, maka pada saat dijual kembali juga dicatat atau dikreditkan sebesar harga perolehannya. Bila pembelian saham treasuri dilakukan lebih dari satu kali, maka dapat digunakan Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP). Dan disajikan sebagai pengurang modal saham.
Pencatatan didasarkan pada harga nominal. Pada metode ini saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga nominal dan disajikan sebagai pengurang terhadap modal saham.
Contoh :
a. Tanggal 1 juni 2012 Bank ABC melakukan emisi saham biasa 100.000 lembar dengan nominal Rp 5000 per lembar. Kurs 106.
b. Tanggal 30 juni 2012 Bank ABC membeli kembali 10.000 lembar sahamnya dengan kurs 103.
c. Tanggal 30 juli 2012 Bank ABC menjual kembali saham treasuri sebanyak 10.000 lembar dengan kurs 104.
d. Tanggal 1 agustus 2012 Bank ABC menjual kembali 10.000 lembar saham treasuri dengan kurs 96.
Jurnal untuk transaksi ini adalah :
Metode harga perolehan
TanggalRekeningDebit (Rp)Kredit (Rp)
1/6-2012Dr. Kas530.000.000
Cr. Modal saham500.000.000
Cr. Agio saham30.000.000
30/6-2012Dr. saham treasuri51.500.000
Cr. kas51.500.000
30/7-2012Dr. kas52.000.000
Cr. Saham treasuri51.500.000
Cr. Tambahan modal- ST500.000
1/8-2012Dr. kas48.000.000
Dr. tambahan modal - ST3.500.000
Cr. Saham treasuri51.500.000
Metode harga nominal
TanggalRekeningDebit (Rp)Kredit (Rp)
1/6-2012Dr. Kas530.000.000
Cr. Modal saham500.000.000
Cr. Agio saham30.000.000
30/6-2012Dr. saham treasuri50.000.000
Dr. agio saham1.500.000
Cr. kas51.500.000
30/7-2012Dr. kas52.000.000
Cr. Saham treasuri50.000.000
Cr. Agio modal saham2.000.000
1/8-2012Dr. kas48.000.000
Dr. agio modal saham2.000.000
Cr. Saham treasuri50.000.000
Penarikan Kembali Saham Treasuri
Saham treasuri yang ditarik kembali, berarti saham tersebut tidak diedarkan kembali. Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri yang ditari tergantung metode pencatatannya. Bila berdasarkan harga perolehan, sebagaimana kita perhatikan sebelumnya bahwa bank tidak mengakui kenaikan ataupun penurunan modal dari saham treasuri yang diperoleh, maka kenaikan atau penurunan saham treasuri harus diakui pada saat saham tersebut ditarik kembali. Bila pencatatannya didasarkan pada harga nominal, maka bank telah mengakui kenaikan atau penurunannya, sehingga pada saat penarikan tidak perlu mengakui selisih atau kenaikan/penurunan tersebut.
Contoh :
Misalkan setelah terjadi transaksi pembelian kembali saham treasuri di Bank ABC pada tanggal 30 juni 2012, Bank ABC menyatakan menarik 10.000 lembar saham treasuri tersebut pada tanggal 15 juli 2012. Maka pencatatannya adalah :
Berdasarkan metode harga perolehan
TanggalRekeningDebit (Rp)Kredit (Rp)
15/6-2012Dr. modal saham50.000.000
Dr. agio saham3.000.000
Cr. Tambahan modal Sh. treasuri1.500.000
Cr. Saham treasuri51.500.000
Berdasarkan metode harga nominal
TanggalRekeningDebit (Rp)Kredit (Rp)
15/7-2012Dr. modal saham50.000.000
Cr. Saham treasuri50.000.000
b. Modal Pelengkap (Tier 2)
Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba, modal pinjaman, serta pinjaman subordinasi.
Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilainan kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jendral Pajak.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yangmungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktifnya.
Modal pinjaman, yaitu utang yang didukung oleh instrument atau warkat yang memiliki sifat-sifat seperti modal dan mempunya cirri-ciri tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, tidak dapat ditarik atau dilunasi atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan BI, mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank melebihi laba ditahan dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti, meskipun bank belum likuidasi, dan pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.
Pencatatan modal pinjaman dimulai saat penerbitan atau penjualan warkat modal pinjaman. Modal pinjaman dicatat sebesar nilai nominal. Biaya-biaya penerbitan warkat modal pinjaman dapat ditangguhkan dan diamortisasi secara sistematis selama taksiran jangka waktunya, yang selama-lamanya 5 tahun.
Tgl/keteranganRekeningDebit (Rp)Kredit (Rp)
Saat penerbitanDr. giro bank-bank lainRp
(penjualan warkat)Dr. biaya penerbitan modal pinjaman dibayar dimukaRp
Cr. Modal pinjamanRp
Saat amortisasiDr. biaya penerbitan modal pinjamanRp
Biaya penerbitanCr. Biaya penerbitan modal pinjaman dibayar dimukaRp
Saat penyesuaian bungaDr. biaya bungaRp
Cr. Bunga MP masih harus dibayarRp
Saat pembayaran bungaDr. bunga MP masih harus dibayarRp
Cr. Kas/giro bank-bank lainRp
Saat pelunasan pokokDr. modal pinjamanRp
pinjamanCr. Giro BI/kas/giro bank-bank lainRp
Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat ada perjanjian tertulis, mendapat persetujuan BI dan tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh dengan minimal jangka waktu 5 tahun, pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapatkan persetujuan BI serta hak tagih berada pada urutan paling akhir dalam hal bank likuidasi.
Akuntansi Pinjaman Subordinasi
Akuntansi untuk pos ini prinsipnya sama dengan akuntansi pinjaman diterima. Pencatatan dimulai dari komitmen disepakati, kemudian pada saat realisasi, dan pencatatan selama periode pinjaman subordinasi berupa angsuran pokok dan bunga.
Tanggal/keteranganRekeningDebit (Rp)Kredit (Rp)
Komitmen ditandaDr. fasilitas pinjaman subordinasi
tanganiDisetujui dan belum direalisasi
Saat pinjaman Cr. Fasilitas pinjaman
direalisasiSubordinasi disetujui dan belum direalisasi
Dr. giro BI
Cr. Pinjaman subordinasi
Penyesuaian bungaDr. biaya bunga
Akhir setiap akhir periodeCr. Bunga yang masih harus dibayar
Pembayaran bunga setelah penyesuaianDr. bunga yang masih harus dibayar
Cr. Giro BI /bank-bank -lain
Saat pelunasanDr. pinjaman subordinasi
Cr. Giro BI/Bank-bank lain
c. Modal Pelengkap Tambahan
1. Bank dapat memperhitungkan modal pelengkap tambahan untuk tujuan perhitungan Kebutuhan Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital Adequacy Ratio (CAR) secara individu dan/atau secara konsolidasi dengan perusahaan anak.
2. Modal pelengkap tambahan dalam perhitungan KPMM hanya dapat digunakan untuk memperhitungkan risiko pasar.
3. Pos yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap tambahan adalah pinjaman subordinasi jangka pendek yang memenuhi criteria sebagai berikut:
Tidak dijamin oleh bank atau perusahaan anak yang bersangkutan dan telah disetor penuh
Memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya 2 tahun
Yidak dapat dibayar sebelum jadwal waktu yang ditetapkan dalam perjanjian pinjaman kecuali dengan persetujuan BI
Terdapat klausula yang mengikat (lock-in-clause) yang menyatakan bahwa tidak dapat dilakukan pembayaran pokok atau bunga, termasuk pembayaran pada saat jatuh tempo, apabila pembayaran dimaksud dapat menyebabkan KPMM secara individual atau secara konsolidasi dengan perusahaan anak tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.
Terdapat perjanjian pinjaman yang jelas termasuk jadwal pelunasannya, dan
Memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari BI.
4. Modal pelengkap tambahan untuk memperhitungkan risiko pasar hanya dapat digunakan dengan memenuhi criteria :
a. Tidak melebihi 25% dari bagian modal inti yang dialokasikan untuk memperhitungkan risiko pasar
b. Jumlah modal pelengkap dan modal pelengkap tambahan paling tinggi sebesar 100% dari modal inti
5. Modal pelengkap yang tidak digunakan dapat ditambahkan untuk modal pelengkap tambahan dengan memenuhi persyaratan pada poin 4 ini.
6. Pinjaman subordinasi sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku dan melebihi 50% modal ini, dapat digunakan sebagai komponen modal pelengkap tambahan dengan tetap memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada poin 4 ini.Rasio Kecukupan Modal Bank Perkreditan Rakyat
Tata cara perhitungan kecukupan modal bank perkreditan rakyat dapat dilakukan dengan cara:
1. Dalam menghitung ATMR, pos pos aktiva diberikan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau risiko yang didasarkan pada jenis aktiva, golongan debitur, penjamin atau sifat barang jaminan.
2. Dengan memperhatikan prinsip pada angka 1 maka rincian bobot risiko adalah:
0%a. Kas
b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
c. Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan deposito yang diblokir pada BPR yang bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencairan emas dan logam mulia, sebesar nilai terendah antara agunan dan baki debet.
d. Kredit kepada Pemerintah Pusat.
20%a. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan serta tagihan lainnya kepada bank lain.
b. Kredit kepada atau yang dijamin oleh bank lain atau Pemerintah Daerah.
40%Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dijamin oleh hak tanggungan pertama dengan tujuan untuk dihuni.
50%a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh BUMN atau BUMD. Yang dimaksud dengan BUMN sebagai penjamin adalah lembaga penjamin kredit milik Pemerintah Pusat. Yang dimaksud dengan BUMD sebagai penjamin adalah BUMD yang melakukan usaha sebagai perusahaan penjamin dan melakukan perjanjian kerjasama penjaminan kredit dengan lembaga penjamin kredit milik Pemerintah Pusat.
b. Kredit kepada pegawai/pensiunan, yang memenuhi persyaratan sbb:
1. Pegawai/pensiunan yang menerima kredit adalah:
a. Pegawai negeri sipil (PNS), anggota TNI/POLRI, pegawai lembaga negara atau pegawai BUMN/BUMD;
b. Pensiunan PNS, pensiunan anggota TNI/POLRI, pensiunan pegawai lembaga negara atau pensiunan pegawai BUMN/BUMD;
2. Pegawai/pensiunan dijamin dengan asuransi jiwa dari perusahaan asuransi yang memiliki kriteria:
a. Memiliki izin usaha dari instansi yang berwenang;
b. Laporan keuangan terakhir telah diaudit oleh akuntan publik dan memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas minimun sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku; dan
c. Tidak merupakan pihak terkait dengan BPR.
3. Pembayaran angsuran/pelunasan kredit bersumber daru gaji/pensiun berdasarkan Surat Kuasa Memotong Gaji/Pensiun kepada BPR. Dalam hal pembayaran gaji/pensiun dilakukan melalui bank lain atau BUMN lain, maka BPR harus memiliki perjanjian kerjasama dengan bank lain atau BUMN lain pembayar gaji/pensiun untuk melakukan pemotongan gaj/pensiun dalam rangka pembayaran angsuran/pelunasan kredit; dan
4. BPR manyimpan asli surat pengangkatan pegawai atau surat keputusan pensiun atau Kartu Registrasi Induk Pensiun (KARIP) dan polis pertanggungan asuransi jiwa debitur.
85%Kredit kepada usaha mikro dan kecil. Kredit kepada usaha mikro adalah kredit dengan plafon sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah)
100%a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh perorangan, koperasi atau kelompok dengan perusahaan lainnya.
b. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku).
c. Aktiva lainnya selain tersebut diatas.
3. Aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan atau Macet dalam perhitungan ATMR dinilai sebesar nilai buku yaitu setelah dikurangi dengan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) khusus dari aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Penilaian kualitas aktiva produktif (KAP) dan PPAP mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai KAP dan PPAP BPR.
Tabel 1
Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) BPR
KomponenNominalBobot Risiko (%)ATMR
ATMR
I AKTIVA NERACA
1.1 Kas
1.2 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
1.3 Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan deposito yang diblokir dengan BPR yang bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencairan emas dan logam mulia, sebesar nilai terendah antara agunan dan baki debet.
1.4 Kredit kepada pemerintah pusat
1.5 Giro, Deposito berjangka, sertifikat deposito, Tabungan serta tagihan lainnya kepada bank lain
1.6 Kredit kepada atau yang dijamin bank lain atau pemerintah daerah
1.7 Kredit kepemilikan rumah (KPR) yang dijamin oleh hak tanggungan pertama dengan tujuan untuk dihuni
1.8 Kredit kepda atau yang dijamin oleh bank lain atau BUMN/BUMD
1.9 Kredit kepada pegawai/pensiunan
1.10 Kredit kepada usaha mikro dan kecil
1.11 Kredit kepada atau yang dijaminoleh:
a. Perorangan
b. Koperasi
c. Kelompok dan perusahaan lainnya
1.12 Aktiva Tetap dan Inventaris (nilai buku)
1.13 Aktiva lainnya selain tersebut di atas
II JUMLAH ATMR
TATA CARA PERHITUNGAN KEBUTUHAN MODAL MINIMUMPerhitungan kebutuhan modal minimum Bank Perkreditan Rakyat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada ATMR yang dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal pos-pos aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan atau Macet dilakukan dengan cara mengalikan nilai buku dengan bobot risiko masing-masing. Dalam hal ini ATMR mengacu pada SE no. 8/28/DPBI/2006 dan untuk Kualitas Aktiva Produktif mengacu pada PBI no. 8/19/PBI/2006.
2.Menjumlahkan ATMR dari masing-masing pos aktiva.
3.Menjumlahkan modal inti dan modal pelengkap untuk mengetahui jumlah modal BPR.
4.Menghitung modal minimum dengan cara mengalikan jumlah ATMR dengan8% (delapan perseratus).
5.Menghitung kekurangan modal dengan cara membandingkan jumlah modal minimum pada angka 4 dengan jumlah modal pada angka 3.
6.Menghitung KPMM dengan cara membandingkan jumlah modal BPR pada angka 3 dengan ATMR pada angka 2.
Tabel 2
Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum BPR
Keterangan Jumlah setiap komponenJumlah
MODAL
I MODAL INTI
1.1 Modal disetor
1.2 Agio
1.3 Disagio
1.4 Modal disumbangkan
1.5 Dana setoran modal
1.6 Cadangan umum
1.7 Cadangan tujuan
1.8 Laba ditahan
1.9 Laba tahun-tahun lalu
1.10 Rugi tahun-tahun lalu
1.11 Laba tahun berjalan setelah dikurangi kekurangan PPAP (Max. 50% setelah dikurangi taksiran hutang PPh)
1.12 Rugi tahun berjalan
1.13 Sub total
1.14 Goodwill
1.15 Jumlah modal inti
II MODAL PELENGKAP
2.1 Cadangan revaluasi aktiva tetap
2.2 Penyisihan penghapusan aktiva produktif umum (max. 1,25% dari ATMR)
2.3 Modal pinjaman
2.4 Pinjaman subordinasi, (maks. 50% dari modal inti)
2.5 Jumlah modal pelengkap (maks. 100% dari modal inti)
III JUMLAH MODAL (1.15-2.5)
MODAL MINIMUN (8% X ATMR)
JUMLAH KEKURANGAN MODAL
RASIO PMM (CAR=JUMLAH MODAL/ATMR)
Contoh:
BPR XYZ mempunyai laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi per 31 Desember 2011 seperti pada tabel 3 dan 4 berikut ini:
Tabel 3
Neraca BPR XYZ per 31 Desember 2011
AAktiva:Jumlah (Rp)
1Kas63.647.000
2Antar bank aktiva21.869.000
3Wesel promes dan tagihan lainnya
4Efek-efek
5Kredit diberikan6.158.978.000
6Penyisihan penghapusan aktiva produktif-205.541.000
7Aktiva tetap dan inventaris295.233.000
8Akumulasi aktiva tetap dan inventaris40.750.000
9Rupa rupa aktiva25.028.000
Jumlah aktiva6.318.464.000
B Pasiva:
1Kewajiban segera dibayar:
a. Pemerintah
b. Lainnya11.800.000
2Tabungan125.091.000
3Deposito berjangka3.885.000.000
4Pinjaman diterima pihak III bukan bank650.000.000
5Antar bank pasiva
a. Pinjaman diterima498.484.000
b. Deposito berjangka510.000.000
6Rupa-rupa pasiva104.000
7Modal disetor:
a. Modal dasar500.000.000
b. Belum disetor
8Laba/rugi (ditahan)137.985.000
6.318.464.000
Tabel 4
Laporan laba/rugi BPR XYZ per 31 desember 2011
No. RekeningJumlah (Rp)
1Pendapatan operasional:
a. Pendapatan bunga1.660.100.000
b. Provisi dan komisi100.462.000
c. Pendapatan lainnya13.230.000
Jumlah pendapatan operasional1.773.792.000
2Pendapatan non operasional9.750.000
Jumlah pendapatan1.783.542.000
3Biaya operasional:
a. Biaya bunga1.390.409.000
b. Biaya tenaga kerja75.525.000
c. Biaya sewa gedung kantor2.500.000
d. Biaya pemeliharaan dan perbaikan16.130.000
e. Biaya pengadaan barang dan jasa pihak III19.996.000
f. Biaya honorarium150.000
g. Biaya penyisihan penghapusan AP123.500.000
h. Biaya penyusutan50.270.000
i. Biaya operasional lainnya39.694.000
Jumlah biaya operasional1.718.174.000
4Biaya non operasional4.520.000
Jumlah biaya1.722.694.000
5Rugi/laba tahun berjalan sebelum pajak (laba)60.848.000
6Sisa rugi/laba tahun lalu sebelum pajak (laba)77.137.000
7Jumlah laba137.985.000
Tabel 5
Hasil perhitungan ATMR BPR XYZ per 31 desember 2011
No.KeteranganJumlah (a)Bobot risiko (b)ATMR (Rp)
a x b
I Aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR)
Aktiva neraca:
1. Kas63.647.000
2. Sertifkat bank indonesia0
3. Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan deposito yang diblokir pada BPR yang bersangkutan disertai dengan surat kusa pencairan emas dan logam mulia, sebesar nilai terendah antara agunan dan baki debet.0
4. Kredit kepada pemerintah pusat0
5. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito tabungan serta tagihan lainnya21.869.000204.373.800
6. Kredit kepada atau yang dijamin bank lain/pemerintah daerah20
7. KPR yang dijamin oleh hipotik/hak tanggungan pertama dengan tujuan huni40
8. Kredit kepada atau yang dijamin oleh bumn/bumd
9. Kredit kepada pegawai/perusahaan50
10. Kredit kepada pegawai/pensiunan50
11. kredit kepada usaha mikro dan kecil6.158.978.000855.235.131.300
12. Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin oleh
a. BUMD100
b. Perorangan100
c. Koperasi100
d. Perusahaan lainnya100
e. Lain-lain100
13. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku)244.483.000100244.483.000
14. Aktiva lainnya selain disebut di atas25.028.00010025.028.000
Jumlah ATMR5.509.016.100
Tabel 6
Hasil perhitungan CAR BPR XYZ per 31 desember 2011
No.KeteranganJumlah per komponen (RP)Jumlah (Rp)
IIModal
1. Modal inti
1.1 Modal disetor500.000.000
1.2 Modal disumbangkan
1.3 Cadangan umum
1.4 Cadangan tujuan
1.5 Laba ditahan
1.6 Laba tahun-tahun lalu77.137.000
1.7 Rugi tahun-tahun lalu -/-
1.8 Laba tahun berjalan (50%)30.424.000
1.9 Rugi tahun berjalan -/-
1.10 Sub total607.561.000
1.11 Good will -/-
1.12 Jumlah modal inti607.561.000
2. Modal Pelengkap
2.1 Cad. Rev. aktiva tetap
2.2 Penyisihan penghapusan aktiva produktif (maks. 1.25% ATMR)80.410.785
2.3 Modal kuasi
2.4 Pinjaman subordinasi, (maks. 50% modal inti)
2.5 Jumlah modal pelengkap80.410.785
2.6 Jumlah modal pelengkap yang diperhitungkan (maks. 100% dari modal inti)80.410.785
Jumlah modal (1.12+2.6)687.971.785
IIIModal Maksimum (8% ATMR)440.721.288
IVKelebihan atau kekurangan modal247.250.497
VCAR = (Jumlah modal / ATMR) x 100%12,49%
RASIO KECUKUPAN MODAL (Capital Adequacy Ratio) Bank Umum
Perhitungan rasio kecukupan modal pada bank umum memiliki perbedaan dengan tata cara perhitungan rasio kecukupan modal pada BPR. Pada bank umum, untuk menentukan kecukupan modal perlu memasukkan risiko pasar. Untuk menentukan besaran risiko pasar dalam perhitungan kecukupan modal dapat menggunakan metode standar dan metode internal (tidak dibahas).
Metode standar menggunakan pendekatan pengukuran risiko pasar dan perhitungan kecukupan modal yang terstandardisir untuk seluruh bank sejak tahun 2003. Namun berdasarkan perkembangan dan tuntutan yang ada termasuk sejalan dengan perkembangan instrumen keuangan dan semakin komleksnya usaha bank, maka telah dilakukan penyempurnaan kembali terhadap penggunaan metode standar dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum dengan memperhitungkan risiko pasar.
Penggunaan metode standar dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bank umum dengan memperhitungkan risiko pasar dituangkan dalam surat edaran BI no.9/33/DPNP tanggal 18 desember 2007. Pada intinya pendekatan ini adalah:
1. Pendekatan KPMM dengan memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar dilakukan dengan formula sebagai berikut:
2. Sebelum mengalokasikan beban modal untuk risiko pasar sebagaimana dimaksud pada angka 1, bank wajib memenuhi KPMM untuk risiko kredit yaitu minimal sebesar 8% sesuai ketentuan yang berlaku dengan formula:
3. Dalam perhitungan KPMM secara konsolidasi, perhitungan modal, risiko kredit dan risiko pasar dilakukan terhadap data/posisi secara konsolidasi.
4. Dalam melakukan perhitungan sebagaimana dimaksud dalam angka 1, bank harus melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) untuk risiko kredit sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Menghitung jumlah beban modal untuk seluruh jenis risiko pasar.
c. Untuk menghindari duplikasi perhitungan risiko terhadap surat berharga, eksposur yang termasuk dalam trading book yang telah diperhitungkan risiko spesifik untuk risiko suku bunga, seperti obligasi yang diterbitkan oleh BUMN/Swasta dikeluarkan dari perhitungan ATMR berdasarkan risiko kredit.
d. Menghitung eksposur tertimbang menurut risiko pasar (market risk weighted exposures), dengan cara mengkonversikan jumlah beban modal untuk seluruh jenis pasar sebagaimana dimaksud pada huruf b menjadi ekuivalen dengan ATMR (dikalikan dengan angka 12,5, yaitu 100/8).
e. Menjumlahkan ATMR untuk risiko kredit dengan eksposur tertimbang menurut risiko pasar.
f. Menghitung modal bank yang terdiri atas modal inti (tier 1), modal pelengkap (tier 2), dan modal pelengkap tambahan (tier 3) yang dialokasikan untuk menutup risiko pasar setelah dikurangi penyertaan. Dalam perhitungan KPMM secara konsolidasi, penyertaan yang menjadi pengurang modal adalah penyertaan bank kepada perusahaan anak yang tidak wajib dikonsolidasikan sesuai ketentuan yang berlaku.
g. Membagi total modal sebagaimana dimaksud pada huruf f dengan jumlah ATMR dan eksposur tertimbang sebagaimana dimaksud pada huruf e, yang hasilnya dinyatakan dalam persentase.
5. Modal pelengkap tambahan (tier 3) yang digunakan dalam perhitungan rasio KPMM adalah sebesar modal yang dibutuhkan untuk menutup risiko pasar.
6. Modal pelengkap tambahan (tier 3) yang memenuhi persyaratan namun tidak digunakan dalam perhitungan rasio KPMM sebagaimana dimaksud pada angka 4, dihitung sebagai rasio kelebihan modal pelengkap tambahan (excess tier 3 capital ratio), dengan formula:
Dengan demikian perhitungan rasio kecukupan modal atau kebutuhan penyediaan modal minimum (KPMM) dapat menggunakan formulir seperti tabel 8 (untuk bank yang tidak memenuhi anak perusahaan) dan tabel 9 untuk bank umum yang memiliki anak perusahaan.
Tabel 7
Formulir perhitungan aktiva tertimbang menurut risiko sesuai SE BI No. 8/3/DPNP per 30 Januari 2006
No.Aktiva AdministratifNominal (Rp)Bobot Risiko (Rp)ATMR
AAKTIVA NERACA (Rupiah dan Valas)
IAktiva Neraca (Rupiah dan Valas)
1. Kas0
2. Emas dan Commemorative Coins:
2.1. Emas dan mata uang emas
2.2. Commemorative coins0
0
3. Bank indonesia
3.1. Giro pada bank indonesia
3.2. Sertifikat bank indonesia
3.3. Call money
3.4. Lainnya 0
0
0
0
4. Tagihan pada bank lain:
4.1. Pada bank sentral negara lain
4.2. Pada bank lain yang dijamin oleh pemerintah pusat dan bank sentral
4.3. Pada bank lain*)
*)
*)0
0
20
5. Surat berharga yang dimiliki:
5.1. Treasury bill negara lain
5.2. Sertifikat bank sentral negara lain
5.3. Surat berharga pasar uang/pasar modal dll
5.3.1. Yang diterbitkan dan dijamin oleh bank sentral dan pemerintah pusat
5.3.2. Yang diterbitkan dan dijamin dengan uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta giro, deposito tabungan pada bank bersangkutan, sebesar nilai dari jaminan tersebut.
5.3.3. Yang diterbitkan atau dijamin oleh bank lain, pemerintah daerah, lembaga non departemen di Indonesia, dan bank pembangunan multilateral
5.3.4. Yang diterbitkan dan dijamin oleh BUMN dan perusahaan milik pemerintahan pusat negara lain
5.3.5. Yang diterbitkan dan dijamin oleh swasta lainnya*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)0
0
0
0
20
50
100
6. Kredit
6.1. Kredit yang diberikan kepada atau dijamin oleh/dengan:
6.1.1. Bank sentral
6.1.2. Pemerintah pusat
6.1.3. Uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas serta giro, deposito tabungan pada bank bersangkutan sebesar nilai dari jaminan tersebut.
6.1.4. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga non departemen di Indonesia, bank pembangunan multilateral
6.1.5. BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain
6.1.6. Pihak-pihak lainnya.
6.2. KPR yang dijamin oleh hak tanggungan pertama dengan tujuan dihuni
6.3. Kredit pegawai/pensiun
6.4. Kredit usaha kecil*)
*)
*)
**)
*)
*)
*)
*)
*)0
0
0
20
50
100
40
50
85
7. Tagihan lainnya
7.1. Tagihan lainnya kepada atau dijamin
7.1.1. Bank sentral
7.1.2. Pemerintah pusat
7.1.3. Uang kas, yang kertas asing, emas, mata uang emas, serta giro, deposito tabungan pada bank bersangkutan sebesar nilai dari jaminan tersebut.
7.1.4. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga non departemen di Indonesia, bank pembangunan multilateral
7.1.5. BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain
7.1.6. Pihak-pihak lainnya.*)
*)
*)
*)
*)
*)0
0
0
20
50
100
8. Penyertaan
Penyertaan pada anak perusahaan -/-*)
100
9. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku)
9.1. Tanah gedung +/+
9.2. Akumulasi penyusutan gedung -/-
9.3. Inventaris +/+
9.4. Akumulasi penyusutan inventaris -/-100
100
10. Antar kantor aktiva (netto)
10.1. Kegiatan operasional di Indonesia (aktiva)
10.2. Kegiatan operasional di Indonesia (pasiva)
10.3. Kegiatan operasional di luar Indonesia (aktiva)
10.4. Kegiatan operasional di luar Indonesia (pasiva)100
100
100
100
11. Rupa-rupa aktiva100
12. Tidak terinci100
13. ATMR Aktiva Neraca
B REKENING ADMINISTRATIF (Rupiah dan Valas)
1. Fasilitas kredit yang belum digunakan yang disediakan sampai dengan akhir tahun takwim berjalan yang disediakan bagi, atau dijamin oleh/dengan, atau yang dijamin surat berharga yang diterbitkan oleh:
1.1. Fasilitas kredit yang diberikan/dijamin
1.1.1. Bank sentral
1.1.2. Pemerintah pusat
1.1.3. Uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta giro, deposito, tabungan pada bank bersangkutan sebesar nilai dari jaminan tersebut.
1.1.4. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga non departemen di Indonesia, bank pembangunan multilateral
1.1.5. BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain
1.1.6. Pihak pihak lainnya
1.2. KPR yang dijamin oleh hipotik pertama dengan tujunan untuk dihuni
1.3. Kredit pegawai/pensiunan
1.4. Kredit usaha kecil*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)0
0
0
10
25
50
20
25
42,5
2. Jaminan bank:
2.1. Dalam rangka pemberian kredit termasuk Standby L/C dan risk sharing serta endosemen atau aval surat surat berharga yang diberikan atas permintaan:
2.1.1. Bank sentral dan pemerintah pusat
2.1.2. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga non departemen di Indonesia, bank pembangunan multilateral
2.1.3. BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain
2.1.4. Pihak-pihak lainnya
2.2. Bukan dalam rangka pemberian kredit, seperti bid bonds, performanve bonds dan advance payment bonds yang diberikan atas permintaan:
2.2.1. Bank sentral dan pemerintah pusat
2.2.2. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga non departemen di Indonesia, bank pembangunan multilateral
2.2.3. BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain
2.2.4. Pihak-pihak lainnya
2.3. L/C yang masih berlaku (tidak termasuk standby L/C) yang diberikan atas permintaan:
2.3.1. Bank sentral dan pemerintah pusat
2.3.2. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga non departemen di Indonesia, bank pembangunan multilateral
2.3.3. BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain
2.3.4. Pihak pihak lainnya*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)0
20
50
100
0
10
25
50
0
4
10
20
3. Jumlah ATMR rekening administratif
C. Jumlah ATMR (A13+B.3)..........
Keterangan:
*)diisi dengan jumlah nominal setelah dikurangi cadangan khusus penyisihan penghapusan aktiva yang telah dibentuk oleh bank.
**)diisi dengan jumlah setelah dikurangi dengan penyisihan dalam rangka restrukturisasi kredit dan pendapatan yang ditangguhkan yang berasal dari restrukturisasi kredit.
Tabel 8
Formulir Perhitungan Rasio Kecukupan Modal Minimum Dengan Memperhitungkan Risiko Pasar (Tanpa Atau Tidak Ada Perusahaan Anak)
1. Total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko kredit (sesuai ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)*A
2. Modal inti (setelah diperhitungkan faktor pengurang, sesuai ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)*B
3. Modal Pelengkap (setelah diperhitungkan faktor pengurang, sesuai ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)*C
4. Penyertaan yang dilakukan BankD
5. Rasio Kewajiban Penyertaan Modal Minimum (CAR) untuk Risiko Kredit E
6. Total ATMR Risiko Pasar
Risiko suku bungaRisiko Nilai TukarRisiko Perubahan Harga OptionTotal12,5xTotal
(Ekuivalen ATMR)
Risiko SpesifikRisiko UmumRisiko Suku BungaRisiko Nilai Tukar
FGHIJKL
7. Modal Inti yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar (minimun 28.5% x total beban modal)M
8. Modal Pelengkap yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar (yaitu yang dapat ditambahkan untuk Modal Pelengkap Tambahan)N
9. Modal Pelengkap Tambahan yang memenuhi persyaratan
Kelebihan Pinjaman Subordinasi yang tidak dapat diperhitungkan dalam Modal Pelengkap
Pinjaman Subordinasi dengan maturitas awal minimum 2 tahun dan memenuhi kriteria Pinjaman Subordinasi yang dapat diperhitungkan sebagai komponen modalO
10. Modal pelengkap tambahan yang dialokasikan untuk mengantisipasi risiko pasarP
11. Total Modal (Modal inti + Modal Pelengkap + Modal Pelengkap Tambahan)Q
12. Dikurangi: ATMR untuk risiko kredit atas seluruh surat berharga dalam Trading Book yang telah diperhitungkan risiko spesifikR
13. Total ATMR (Risiko Kredit + Risiko Pasar)S
14. Rasio kewajiban penyediaan modal minimum setelah memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasarT
15. Rasio kelebihan modal pelengkap tambahanU
Keterangan:
E = ((B+C)-D) / A;
K = F+G+H+I+J;
L = 12,5 x K;
S = A+L;
T = Q/S;
U = (O-P) / Q
Tabel 9
Perhitungan Rasio Kecukupan Modal Dengan Memperhitungkan Risiko Pasar (Konsolidasi atau Ada Anak Perusahaan)
1. Total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko kredit (sesuai ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)*A
2. Modal inti (setelah diperhitungkan faktor pengurang, sesuai ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)*B
3. Modal Pelengkap (setelah diperhitungkan faktor pengurang, sesuai ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)*C
4. Penyertaan yang dilakukan BankD
5. Rasio Kewajiban Penyertaan Modal Minimum (CAR) untuk Risiko Kredit E
6. Total ATMR Risiko Pasar
Risiko suku bungaRisiko Nilai TukarRisiko EkuitasRisiko komoditasRisiko Perubahan Harga OptionTotal12,5xTotal
(Ekuivalen ATMR)
Risiko SpesifikRisiko UmumRisiko spesifikRisiko umumRisiko suku bungaRisiko nilai tukarRisiko ekuitasRisiko komoditas
FGHIJKLMNOPQ
7. Modal Inti yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar (minimun 28.5% x total beban modal)R
8. Modal Pelengkap yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar (yaitu yang dapat ditambahkan untuk Modal Pelengkap Tambahan)S
9. Modal Pelengkap Tambahan yang memenuhi persyaratan
Kelebihan Pinjaman Subordinasi yang tidak dapat diperhitungkan dalam Modal Pelengkap
Pinjaman Subordinasi dengan maturitas awal minimum 2 tahun dan memenuhi kriteria Pinjaman Subordinasi yang dapat diperhitungkan sebagai komponen modalT
10. Modal pelengkap tambahan yang dialokasikan untuk mengantisipasi risiko pasarU
11. Total Modal (Modal inti + Modal Pelengkap + Modal Pelengkap Tambahan)V
12. Dikurangi: ATMR untuk risiko kredit atas seluruh surat berharga dalam Trading Book yang telah diperhitungkan risiko spesifikW
13. Total ATMR (Risiko Kredit + Risiko Pasar)X
14. Rasio kewajiban penyediaan modal minimum setelah memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasarY
15. Rasio kelebihan modal pelengkap tambahanZ
Keterangan:
E = ((B+C)-D) / A;
P = F+G+H+I+J+K+L+M+N+O;
Q = 12,5 x P;
X = A+Q;
Y = V/X;
Z = (T-U) / V
TABEL 10
Contoh perhitungan KPPM Bank Umum
No.Keterangan30 juni 2006 (diaudit)
IKomponen Modal
A. Modal Inti
1. Modal Disetor
2. Cadangan Tambaham Modal (Disclosed Reserves)
a. Agio saham
b. Disagio (-/-)
c. Modal sumbangan
d. Cadangan umum dan tujuan
e. Laba tahun berjalan setelah diperhitungkan pajak
f. Rugi tahun tahun lalu (-/-)
g. Laba tahun berjalan setelah diperhitungkan pajak
h. Rugi tahun berjalan (-/-)
i. Selisih penjabaran laporan keuangan kantor cabang luar negeri
1. Selisih lebih
2. Selisih kurang (-/-)
j. Dana setoran awal
k. Penurunan nilai penyertaan pada portofolio tersedia untuk dijual (-/-)
3. Goodwill (-/-)
4. Selisih penilaian aktiva dan kewajiban akibat kuasi reorganisasi
B. MODAL PELENGKAP (maksimal 100% dari modal inti)
1. Cadangan revaluasi aktiva tetap
2. Selisih penilaian aktiva dan kewajiban akibat kuasi reorganisasi
3. Cadangan umum penyisihan penghapusan aktiva produktif/PPAP (maksimum 1,25% dari ATMR)
4. Modal pinjaman
5. Pinjaman subordinasi, (maksimum 50% dari modal inti)
6. Peningkatan Harga Saham pada portofolio tersedia untuk dijual (45%)
c. Modal Pelengkap Tambahan yang memenuhi persyaratan
d. modal Pelengkap Tambahan yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar2.146.573
811.494
9.779.667
265.096
(8.824.362)
114.658
847.253
633.3
172.554
41.399
IITotal Modal Inti dan Modal Pelengkap (I.A. + I.B.)2.993.826
IIITotal modal inti, Modal Pelengkap dan Modal Pelengkap Tambahan yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar (I.A. + I.B. + I.D.)2.993.826
IVPenyertaan (-/-)-3.499
VTotal Modal untuk Risiko Kredit (II IV)2.990.327
VITotal Modal untuk Risiko Kredit dan Risiko Pasar (III IV)2.990.327
VIIAktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Kredit13.804.344
VIIIAktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Pasar1.163.194
IXRasio Kewajiban Penyertaan Modal Minimum Yang Tersedia Untuk Risiko Kredit (V:VII)21,66%
XRasio Kewajiban Penyertaan Modal Minimum Yang Tersedia Untuk Risiko Kredit (V:VII+VIII)19,98%
XIRasio Kelebihan Modal Pelengkap Tambahan ((C-D):(VII+VIII))
XIIRasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Yang Diwajibkan8,00%
KPMM = (Tier 1 + Tier 2 + Tier 3) Pernyertaan = 8% (minimum)
ATMR (risiko kredit) + 12.5 x Beban modal untuk risiko pasar
KPMM = (Tier 1 + Tier 2) Pernyertaan = 8% (minimum)
AMTR (risiko kredit)
Rasio kelebihan modal pelengkap tambahan =
Kelebihan modal pelengkap tambahan
ATMR (risiko kredit) + ATMR (risiko pasar)