alasan pemberian antagonis h2 receptor pada penderita stroke
TRANSCRIPT
ALASAN PEMBERIAN ANTAGONIS H2 RECEPTOR PADA
PENDERITA STROKE AKUT
Penderita dengan stroke akut sangat dianjurkan diberikan profilaksis antagonis
H2 receptor oleh karena stroke dapat menyebabkan berbagai macam resiko komplikasi
sistemik termasuk perdarahan gastrointestinal yang disebabkan oleh stress ulcer.
Faktor-faktor predisposisi terjadinya stress ulcer adalah sebagai berikut :
1) Perubahan-perubahan mikrosirkulasi didalam mukosa lambung
2) Meningkatnya barier mukosa lambung terhadap H+
3) Menurunnya proliferasi sel.
Definisi stress ulcer. Menurut Zukerman dan Schuman stress ulcer sebagai suatu
sindrom yang ditandai dengan adanya suatu perdarahan akut atau perforasi saluran
cerna bagian atas akibat kerusakan mukosa pada pasien-pasien yang menderita penyakit
kritis atau trauma yang berat.1
Lesi otak dan stres ulcer. Pada tahun 1932, Harvey cushing melukiskan ulserasi
gastrointestinal yang berkaitan dengan kerusakan hipotalamus akibat adanya lesi-lesi di
otak yang berat ataupun tindakan bedah syaraf intrakranial. Kelainan akut traktus
gastrointestinal dapat terjadi akibat trauma susunan syaraf pusat/lesi intrakranial atau
tekanan intrakranial yang tinggi dan keadaan-keadaan yang memerlukan tindakan bedah
syaraf, seperti misalnya hematom subdural, tumor otak, dan lain sebagainya. Stress
ulcer akibat penyakit otak (neurological induced stress ulcer) ini kemudian dikenal
dengan sebutan cushing ulcer.1
Insidensi cushing ulcer. Pada tahun 1995, Harjodisastro dalam penelitiannya dengan
menggunakan endoskopi terhadap 77 kasus stroke (40 kasus stroke hemoragik dan 37
kasus stroke iskemik) mendapatkan 26 kasus (33,7%) mengalami stress ulcer.
Disamping itu peneliti menemukan stress ulcer pada stroke hemoragik lebih tinggi
dibandingkan stroke iskemik. Penelitian oleh Yoshihara melaporkan insiden perdarahan
gastrointestinal (yang ditandai dengan hematemesis dan bloody discharge) pada :
1) Perdarahan intraserebral hipertensif adalah 2-20%
1Tugas Arip Septadi
2) Aneurisma serebral yang ruptur adalah 9-10%.
Kebanyakan peneliti-peneliti secara tegas menyebutkan kejadian stress ulcer banyak
pada stroke berat, tetapi tidak menyebutkan kejadiannya pada stroke yang ringan, hal ini
berhubungan dengan tindakan prevensi yang akan diberikan.
Etiopatogenesis cushing ulcer. Teori umum tentang patogenesis kelainan akut mukosa
saluran cerna bagian atas termasuk stress ulcer lazim disebut teori keseimbangan
integritas mukosa saluran cerna khususnya lambung dan duodenum atau disebut juga
teori gangguan keseimbangan faktor defensif terhadap faktor agresif. Faktor-faktor
tersebut digambarkan sebagai berikut :
Bagan 1. Teori Keseimbangan Integrasi Mukosa Saluran Cerna (Diambil dari kepustakaan 1)
2Tugas Arip Septadi
Berdasarkan patofisiologinya, stress ulcer dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Tipe Cushing
Cushing ulcer biasanya terjadi dilambung akibat adanya lesi otak yang berat atau
tindakan bedah intrakranial. Hal ini ditandai dengan hipersekresi asam lambung
yang sering menimbulkan komplikasi-komplikasi perdarahan atau komplikasi
lambung. Cushing membuat postulat bahwa stimulasi nuklei vagi dan antral
bertanggung jawab terhadap hipersekresi, pandangan ini didukung oleh fakta bahwa
pengobatan dengan antikolinergik dapat mengurangi tingginya sekresi dan
mencegah terjadinya ulcer.1
2) Tipe Iskemik
Tipe ini lebih sering terjadi dan berhubungan dengan keadaan-keadaan yang
menyebabkan iskemik mukosa gastriintestinal. Meskipun iskemik merupakan
penyebab kerusakan mukosa tetapi tetap diperlukan asam untuk terjadinya erosi,
ulcer atau perdarahan. Peran asam dalam menyebabkan erosis dapat dibuktikan
dengan kenyataan bahwa PH intragastrik 3.5 atau lebih dapat mencegah terjadinya
tukak.
Perubahan traktus gastrointestinal pada stroke akut. Hasil-hasil penelitian memberi
kesan bahwa perubahan-perubahan akut dari traktus gastrointestinal dalam kaitannya
dengan penyakit serebral disebabkan oleh akselerasi fungsi syaraf otonom dan atau
sistem hipofise-adrenal akibat suatu lesi dari hipotalamus atau traktus-traktus
sentrifugalnya.1
Pada tahun 1979, Oda merumuskan mekanisme terjadinya lesi gastrointestinal, yaitu
sebagai berikut :
3Tugas Arip Septadi
Bagan 2. Teori Cushing Ulcer menurut Oda (Diambil dari kepustakaan 1)
Gejala klinis. Adapun gejala klinis stress ulcer adalah sebagai berikut :
1) Melena
2) Hematemesis
3) Benzidin tes pada tinja positif
4) Kadar hemoglobin dan hematokrit menurun bertahap
5) Guaic tes pada bahan dari nasogastrik positif
Terapi Profilaksis. Telah dilaporkan kejadian stress ulcer menurun semenjak
menggunakan terapi profilaksis, oleh karena itu perlu ditetapkan suatu program
pencegahan yang optimal. Terapi profilaksis diindikasikan untuk pasien-pasien yang
diperkirakan berada dalam resiko tinggi untuk timbulnya stress ulcer. Pada dasarnya,
terapi profilaksis diberikan untuk :
4Tugas Arip Septadi
1) Mengurangi atau menghambat produksi asam lambut. Targetnya adalah menekan
produksi asam lambung dan mempertahankan PH 3,5-7.
2) Menjaga integritas mukosa lambung secara menyeluruh
a. Mencegah terjadinya iskemik mukosa lambung
b. Mencegah kerusakan sawar mukosa lambung
c. Menjaga sekresi mukus lambung
Antagonis H2 receptor. Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi asam
lambung, sehingga pada pemberian antagonis H2 receptor menghambat produksi asam
lambung. Contoh obat antagonis H2 receptor adalah cimetidine, ranitidine, famotidine
dan nizatidine. Cimetidine dan ranitidine menghambat reseptor H2 secara selektif dan
reversibel. Pengaruh fisiologik cimetidine dan ranitidine terhadap reseptor H2 lainnya
tidak begitu penting. Cimetidine dan ranitidine dapat menghambat sekresi asam
lambung akibat perangsangan obat muskarinik, stimulasi vagus, atau gastrin. Cimetidine
dan ranitidine juga mengganggu volume dan kadar pepsin cairan lambung. Famotidine
tiga kali lebih poten daripada ranitidine dan 20 kali lebih poten daripada cimetidine.
Efektivitas famotidine dalam profilaksis stress ulcer kurang lebih sama dengan
antagonis H2 receptor cimetidine dan ranitidine. Nizatidine sebagai antagonis H2
receptor juga memiliki efektivitas yang sama dengan antagonis H2 receptor lainnya.2
Pemberian antagonis H2 receptor untuk profilaksis pada stroke akut dapat mencegah
terjadinya stress ulcer, dengan dosis sebagai berikut :2,3
1) Cimetidine, oral 1-2 dd 400 mg/hari, intravena 4-6 dd 200 mg/hari
2) Rantidine, oral 1-2 dd 150 mg/hari, intravena 1-2 dd 50 mg/hari
3) Famotidine, 1 kali 40 mg/hari
4) Nizatidine, 1 kali 300 mg/hari atau 2 kali 150 mg/hari.
5Tugas Arip Septadi
DAFTAR PUSTAKA
1. Suyatna, Nana., 1998. Tesis Spesialis Saraf Program Pendidikan Dokter Spesialis.
Hubungan antara Besar dan Letak Hematom Terhadap Hipotalamus dengan
Kemunculan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas pada Pasien Stroke
Hemoragik Akut. PPDS Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran
Universitas Diponogoro, Semarang.
2. FKUI, 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi Kelima. Departemen Farmakologi
dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Indonesia. Gaya Baru, Jakarta. Hal. : 282-284.
3. Tan & Kirana, 2013. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek
Samping. Edisi Keenam. PT Gramedia, Jakarta. Hal. : 272-273.
6Tugas Arip Septadi