alat analisis gender

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis gender adalah suatu alat untuk menyusun kebijakan Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam rangka strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender. PUG dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-Iaki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kebidupan dan pembangunan. Dalam menerapkan strategi tersebut diperlukan suatu alat (tools) yang menjadi dasar dari setiap proses pengarusutamaan gender baik dalam aspek kebijakan, program dan kegiatan yang akan dikembangkan atau dilaksanakan. Alat tersebut adalah analisis gender yang variatif namun kesemuanya dimulai dengan penyediaan data dan fakta serta informasi tentang gender. Ada banyak model yang sering digunakan tetapi, dalam makalah ini akan dibahas 4 model alat analisis gender dalam layanan kebidanan komunitas yakni, kerangka harvard, analisis kebutuhan gender moser, gender analysis pathways (GAP), kerangka pemberdayaan longwe. 1

Upload: widya-ayu

Post on 22-Nov-2015

159 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Alat Analisis Gender

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis gender adalah suatu alat untuk menyusun kebijakan Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam rangka strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender. PUG dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-Iaki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kebidupan dan pembangunan.Dalam menerapkan strategi tersebut diperlukan suatu alat(tools)yang menjadi dasar dari setiap proses pengarusutamaan gender baik dalam aspek kebijakan, program dan kegiatan yang akan dikembangkan atau dilaksanakan. Alat tersebut adalah analisis gender yang variatif namun kesemuanya dimulai dengan penyediaan data dan fakta serta informasi tentang gender. Ada banyak model yang sering digunakan tetapi, dalam makalah ini akan dibahas 4 model alat analisis gender dalam layanan kebidanan komunitas yakni, kerangka harvard, analisis kebutuhan gender moser, gender analysis pathways (GAP), kerangka pemberdayaan longwe.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum Setelah menyelesaikan tugas ini diharapkan dapat menguasai teknik analisis gender dalam layanan kebidanan komunitas.

1.2.2 Tujuan Khusus1. Memperoleh informasi mengenai pengertian kerangka Harvard, analisis kebutuhan gender moser, gender analysis pathways (GAP), kerangka pemberdayaan longwe2. Memperoleh informasi mengenai tujuan kerangka Harvard, analisis kebutuhan gender moser, gender analysis pathways (GAP), kerangka pemberdayaan longwe3. Memperoleh informasi mengenai pengunaan kerangka Harvard, analisis kebutuhan gender moser, gender analysis pathways (GAP), kerangka pemberdayaan longwe4. Memperoleh informasi mengenai kerangka alat analisis gender Harvard, analisis kebutuhan gender moser, gender analysis pathways (GAP), kerangka pemberdayaan longwe

1.3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya materi mengenai alat analisis gender, penulis hanya membatasi isi materi yang berkaitan alat analisis gender model kerangka Harvard, analisis kebutuhan gender moser, gender analysis pathways (GAP), kerangka pemberdayaan longwe

1.4 Manfaat

Secara teoritis, manfaat penulisan makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan penulis mengenai alat analisis gender. Secara praktisnya, alat analisis gender sangat penting untuk diketahui dan dipahami oleh petugas kesehatan untuk menjaga kesinambungan program karena sasarannya tepat, adanya kesetaraan dan keadilan antara laki-laki dan perempuan dalam program pembangunan dan kehidupan, program akan lebih efektif karena sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, hasil penulisan makalah kajian kasus ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam proses kegiatan pembelajaran bidang kesehatan khususnya di Jurusan Kebidanan politeknik kesehatan kementrian kesehatan Jakarta 1

BAB IITINJAUAN TEORI2.1 Kerangka HarvardA. Pengertian Kerangka Harvard Analisis Model Harvard atau Kerangka Analisis Harvard, dikembangkan olehHarvard Institute for International Development,bekerja sama dengan KantorWomen In Development(WID)-USAID. Model Harvard ini didasarkan pada pendekatan efisiensi WID yang merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan gender yang paling awalB. TujuanTujuan kerangka Harvard adalah untuk: Menunjukkan bahwa ada suatu investasi secara ekonomi yang dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki, secara rasional. Membantu para perencana merancang proyek yang lebih efisien dan memperbaiki produktivitas kerja secara menyeluruh. Mencari informasi yang lebih rinci sebagai dasar untuk mencapai tujuan efisiensi dengan tingkat keadilan gender yang optimal. Memetakan pekerjaan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dan melihat faktor penyebab perbedaan

C. PenggunaanPenggunaan kerangka analisis Harvard lebih cocok untuk perencanaan proyek dibandingkan dengan perencanaan program atau kebijakan. Kerangka ini juga dapat digunakan sebagai titik masuk (entry point) gender netral dan digunakan bersamaan dengan kerangka Analisis Moser untuk mencari gagasan dalam menentukan kebutuhan strategi gender. Kerangka Harvard pada mulanya diuraikan di dalam Overholt, Anderson, Cloud and Austin,Gender Roles in Development Projects:A Case Book, 1984, Kumarian Press: Connecticut. Kerangka ini terdiri atas sebuah matriks yang mengumpulkan data pada tingkat mikro (masyarakat dan rumah tangga), meliputi empat komponen yang berhubungan satu dengan lainnya Komponen/langkah dalam teknis analisis gender model Harvard meliputi analisis profil kegiatan 3 peran atautriple roles(terdiri atas peran publik dengan kegiatan produktifnya, peran domestik dengan kegiatan reproduktifnya dan peran kemasyarakatan dengan kegiatan sosial budayanya), profil akses dan kontrol dan faktor yang mempengaruhi kegiatan akses dan kontrol. Sedangkan parameter yang digunakan adalah usia, alokasi waktu, jenis dan lokasi kegatan serta pendapatan

D. Kelebihan dan Kekurangan

Berikut ini beberapa kelebihan teknik analisis gender model harvard, antara lain: Praktis dan mudah digunakan khususnya pada analisis mikro yakni level komunitas dan keluarga. Berguna untuk baseline informasi yang detail. Fokus pada hal-hal yang kasat mata, fakta objektif, fokus pada perbedaan gender dan bukan pada kesenjangan. Mudah dikomunikasikan pada pemula

Berikut ini beberapa kekurangan teknik analisis gender model harvard, antara lain Tidak fokus pada dinamika relasi kuasa dan kesenjangan (inequality) Tidak efektif untuk sumberdaya yang tidak kasat mata seperti jaringan sosial dan sosial capital Terlalu menyederhanakan relasi gender yang kompleks, kehilangan aspek negosiasi, tawar-menawar dan pembagian peran

E. Contoh Kasus

Di sebuah desa, terdapat keluarga petani.Keluarga tersebut terdiri dari 4 orang.Seorang ayah, seorang ibu, dan 2 orang anak. Ayah bekerja sebagai petani. Ibu tinggal di rumah untuk mengurus anak, namun sesekali membantu pekerjaan sang ayah. Mereka tinggal di desa yang subur, nyaman, dan memiliki lingkungan sosial yang baik.Para petani di desa tersebut memiliki perkumpulan organisasi, begitu juga dengan para ibu.Berikut ini analisis model Harvard untuk keluarga petani tersebut:Analisis Harvard 1: Profil Kegiatan

KegiatanPerempuanLaki-laki

Aktivitas ProduksiPertanian1.Pembersihan lahan2.Persiapan benih3.Penanaman4.Penyiangan pembersihan5.Pemupukan6.Panen7.Pengeringan/penyimpanan8.Perawatan tanaman/pemusnahan hama atau penyakit

Kegiatan ReproduksiMenjaga anakMemasak dan penyiapan makananMembersihkan rumahMengambil airMengambil kayu apiMerawat si sakit/manulaMengawasi anak belajarMemperbaiki rumahBelanja di pasar

Kegiatan SosialPKKDasawismaPerkumpulan organisasi tani

Analisi Harvard 2: Profil Akses control atas sumber daya dan benefit

AksesKontrol

PerempuanLaki-lakiPerempuanLaki-laki

Sumber dayaTanahAlat produksiTenaga kerjaUangPendidikanSimpanan

BenefitPendapatan dari luarAkses kepemilikanKebutuhan dasar: makanan, pakaian, tempat tinggalPendidikan

Analisis Harvard 3: Faktor-faktor yang mempengaruhi

Faktor yang mempengaruhiHambatanKesempatan

Norma masyarakat dan hierarki sosialFaktor demografiStruktur lembaga/faktor ekonomiSikap masyarakat terhadap intervensi luar (LSM, dsb)

2.2 Analisis Kebutuhan Gender Moser

A. Pengertian Kebutuhan Gender MoserTeknik analisis model Moser atau disebut juga Kerangka Moser, didasarkan pada pendapat bahwa perencanaan gender bersifat teknis dan politis. Kerangka ini mengasumsikan adanya konflik daIam proses perencanaan dan proses transformasi serta mencirikan perencanaan sebagai suatu "debat".Kerangka Pemikiran Perencanaan Gender dari Moser (Moser, 1993) dikembangkan oleh Caroline Moser, seorang peneliti senior dengan pengalaman luas dalam perencanaan gender. Kerangka ini didasarkan pada pendekatan Pembangunan dan Gender(Gender and Development/GAD) yang dibangun pada pendekatan Perempuan dalam Pembangunan(Women in Development/WID) yang lebih awal dan pada teori-teori feminisme. Kerangka ini juga kadang-kadang diacu sebagai ''Model Tiga Peranan(Triple Roles Models),atau Kerangka Pemikiran Departemen Unit Perencanaan(Departemen ofPlanning Unit/DPU) karena dikembangkan oleh Moser selagi dia bekerja di Departemen Unit Perencanaan di University College, London.

B. Tujuan dari kerangka pemikiran perencanaan gender dari Moser

1. Mengarahkan perhatian ke cara di mana pembagian pekerjaan berdasarkangender mempengaruhi kemampuan perempuan untuk berpartisipasi dalam intervensi-intervensi yangtelah direncanakan.2. Membantu perencanaan untuk memahami bahwa kebutuhan-kebutuhan wanita adalah seringkali berbeda dengan kebutuhan-kebutuhan laki-Iaki.3. Mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan melalui pemberian perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan praktis perempuan dan kebutuhankebutuhan gender strategis.4. Memeriksa dinamika akses kepada dan kontrol pada penggunaan sumber-sumber daya antara perempuan dan laki-Iaki dalam berbagai konteks ekonomi dan budaya yang berbeda-beda5. Memadukan gender kepada semua kegiatan perencanaan dan prosedur.6. Membantu pengklarifikasian batasan-batasan politik dan teknik dalam pelaksanaan praktek perencanaan .

C. Tiga Konsep Utama Model Moser

1. Peran lipat tiga (triple roles) perempuan pada tiga area: kerja reproduksi, kerja produktif dan kerja komunitas. Ini berguna untuk pemetaan pembagian kerja gender dan alokasi kerja.2. Berupaya untuk membedakan antara kebutuhan yang bersifat praktis dan strategis bagi perempuan dan laki-laki. Kebutuhan strategis berelasi dengan kebutuhan transformasi status dan posisi perempuan (spt subordinasi).3. Pendekatan analisis kebijakan dari fokus pada kesejahteraan (welfare), Kesamaan (equity), anti kemiskinan, effisiensi dan pemberdayaan atau dari WID ke GAD.

D. Kerangka Analisis Model Moser

1.Alat analisis I: Tiga Peran GenderAlat analisis ini memetakan pembagian kerja berdasarkan gender dengan mempertanyakan:siapa (L/P) mengerjakan apa? Moser mengidentifikasikan 3 peran perempuan terutama perempuan yang berpenghasilan rendah dalam 3 peran, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam matriks:

SIAPA (L/P) MENGERJAKAN APA?

Peran Kerja ReproduktifPeran Kerja ProduktifPeran Kerja Komunitas(termasuk pelayanan sosial)

1)Pemeliharaan rumah tangga dan anggotanya, termasuk melahirkan dan pengasuhan anak, pemeliharaan kesehatan keluarga (anak, orangtua, orang cacat, dll).2)Pekerjaan ruma-tangga seperti: memasak, menyediakan makanan, menyediakan air dan bahan bakar (kayu, minyak tanah, gas, dll), berbelanja, pemeliharaan (membersihkan rumah).3)Disebut juga ekonomi pengasuhan (care economy, Diane Elson), tidak dipertimbangkan dalam analisa ekonomi.1)Pekerjaan di luar rumah yang biasanya dibayar seperti produksi barang, jasa dan perdagangan.2)Lebih dihargai dibandingkan pekerjan reproduktif.3)Fungsi, tanggungjawab dan upah laki-laki dan perempuan seringkali berbeda.4)Perempuan seringkali kurang dilihat dan dinilai dibandingkan laki-laki.1)Perayaan-petrayaan dan upacara-upacara (agama, budaya)2)Kegiatan politik lokal.3)Tidakdipertimbangkan dalam analisa ekonomi.

Kerja komunitas terbagi dua:1)KegiatanPengelolaan Komunitasa)Peran perempuan adalah perpanjangan tangan dari pekerjaan reproduktif di tingkat komunitas. Mis. memasak dalam pesta/selamatan tetangga.b)Pekerjaan sukarela yang tidak dibayar.2)Kegiatan PolitikKomunitasa)Secara umum dijalankan oleh laki-laki, yang berkaitan dengan organisasi politik formal, sering dalam kerangka politik nasional.b)Umumnya dibayarc)Bermanfaat secara tidak langsung, berkaitan dengan peningkataan status/ kekuasaan

2.Alat Analisis II: Penilaian Kebutuhan Gender (gender needs assessment)Pertanyaan kunci: apa kebutuhan praktis gender dan kebutuhan strategis gender yang yang dibutuhkan oleh perempuan/laki-laki? Apakah suatu program intervensi menjawab kebutuhan praktis dan strategis genderDua tipe kebutuhan gender:Kebutuhan praktis genderKebutuhan strategis gender

1)Merespon kebutuhan yang bersifat langsung , cepat dalam konteks yang khusus dan jangka pendek2)Tidak mempersoalkan perubahan relasi kuasa dan posisi perempuan yang timpang3)Melestarikan peran kerja reproduksi perempuan.4)Untuk menjawab kondisi kehidupan yang terbatas menjadi lebih baik seperti: penyediaan air bersih, peningkatan pendapatan dalam rumah tangga, pemberian makanan untuk ibu hamil, pemberian kebutuhan khusus perempuan di pengungsian: pakaian dalam, pembalut, penambahan jumlah wc khusus perempuan di tempat umum, dll.1)Kebutuhan yang memungkinkan perempuan mentransformasikan ketidakseimbangan kekuasaan antara perempuan dan laki-laki.2)Merespon kebutuhan yang bersifat jangka panjang dalam upaya perubahan pembagian kerja gender yang lebih setara, kekuasaan dan kontrol, termasuk masalah-masalah yang berhubungan dengan hak-hak hukum, kekerasan domestik, kesetaraan upah dan kontrol perempuan atas dirinya sendiri.3)Bisa menyebabkan konflik, resistensi dari mereka yang menikmati hubungan relasi kuasa yang ada, bisa juga terjadi proses negosiasi dan kerjasama.

3.Alat Analisis III: Pemilahan Kontrol Atas Sumberdaya Dengan Pengambilan Keputusan Dalam Rumah TanggaUntuk mendapat data kita perlu mengajukan pertanyaan: Siapa yang mempunyai kontrol atas sumberdaya ? Apa saja sumberdaya yang dikontrol Siapa yang mengambil keputusan? Bagaimana cara pengambilan keputusannya?

4.AlatanalisisIV: Perencanaan untuk Menyeimbangkan Tiga Peran GenderPerlu memeriksaapakah sebuah program yang dilaksanakan akan meningkatkan beban kerja dari salah satu peran gender dan merugikan peran gender yang lain.Tujuannya untuk menghindari penambahan beban kerja atau untuk mengetahui bagaimana perempuan membuat keseimbangan terhadap ketiga perannya yaitu peran reproduktif, produktif dan komunitas.

5.Alat analisis V: Memahami Perbedaan Tujuan Berbagai Intervensi: Matriks Kebijakan WID / GADa. Alat untuk evaluasi atas pendekatan yang digunakan dalam suatu program atau perencanaan sehingga dapat membantu kita untuk mengantisipasi kelemahan, hambatan dan kesulitan yang mungkin timbul.b. Berguna untuk mempersiapkan pendekatan yang paling sesuai untuk kerja/program mendatang.c. Moser memberikan lima (5) tipe pendekatan kebijakan. Ke-5 tipe ini bukanlah sesuatu yang dibaca secara kronologis, karena dalam praktiknya bisa muncul bersamaan atau secara berkesinambungan. Kelima tipe ini bisa dilihat alam matriks berikut:

Tipe Pedekatan Kebijakan GenderKeterangan

Kesejahteraan(Welfare)1)Pendekatan yang muncul pada tahun 1950-70an, namun masih populer sampai saat ini.2)Melihat peran reproduksi perempuan saja.3)Memenuhi kebutuhan praktis perempuan4)Perempuan sebagai penerima manfaat intervensi pembangunan yang pasif.5)Top-down dan tidak memperthitungkan pembagian kerja seksual dan status sub-ordinasi perempuan.

Kesamaan(Equity)1)Pendekatan Wome in Development (WID) atau perempuan dalam pembangunan, dikembangkan 1976-1985.2)Mengakui perempuan sebagai peserta aktif pembangunan dan 3 peran gender perempuan.3)Mempromosikan kesetaraan bagi perempuan dan memenuhi kebutuhan strategis gender melalui intervensi negara,dengan memberikan otonomi perempuan di sektor politik dan ekonomi serta mengurangi ketidaksetaraan mereka dengan laki-laki.4)Dianggap dipengaruhi oleh cara berpikir Feminis Barat dan dipandang mengancam laki-laki.5)Tidak populer pada banyak pemerintahan.

Anti kemiskinan(Anti poverty)1)Lebih kurang radikal dari pendekatan kesamaan WID, muncul setelah tahun 1970an.2)Berdasarkan argumen bahwa perempuan seringkali tidak terwakili dalam fakta mengenai orang miskin.3)Bertujuan agar perempuan bisa keluar dari kemiskinan dengan meningkatkan produktivitas mereka.4)Kemisikinan perempuan dlihat sebagai problem dari keterbelakangan bukan karena tersubordinasi.5)Mengakui peran produktif perempuan dan berupaya untuk menjawab kebutuhan praktis gender misalnya melalui programincome improvement (peningkatan pendapatan).6)Sangat populer di kalangan LSM.

Efisiensi(Efficiency)1)Adaptasi dari pendekatan Kesamaan WID sejak muncul krisis hutang pada era 80-an.2)Membuat pembangunan lebih efektif dan efisien melalui pengakuan kontribusi ekonomi perempuan3)Berupaya memenuhi kebutuhan praktis dan mengakui 3 peran gender perempuan4)Kerap berasumsi bahwa waktu kerja perempuan fleksibel dan perempuan diharapkan untuk mengurangi waktu kerja reproduktif dan sosialnya dan memperpanjang waktu kerja produktif.5)Sering salah mengasosiasikan partisipasi perempuan dengan meningkatkan kesamaan gender dan kemampuan perempuan mengambil keputusan.6)Pendekatan yang masih sangat populer dipakai.

Pemberdayaan(Empowerment)1)Pendekatan yang terbaru, diartikulasikan oleh perempuan dunia ke-3 (negara berkembang spt di Asia)2)Bertujuan untuk memberdayakan perempuan dengan mendukung inisiatif mereka sendiri sehingga menghasilkan kemandirian.3)Subordinasi perempuan tidak hanya dilihat sebagai akibat penindasan laki-laki, tetapi juga sebagai akibat penindasan kolonial dan neo-kolonial.4)Mengakui berbagai pengalaman perempuan yang bervariasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kelas, ras, usia, dst dan intervensi harus memperhatikan berbagai aspek penidnasan perempuan.5)Mengakui ketiga peran gender perempuan dan berupaya menjawab kebutuhan strategis gender melalui mobilisasi perempuan misalnya mengorganisasikan kelompok perempuan untuk membuat permintaan untuk pemenuhan kebutuhan praktis gender.

E. Kelebihan dan Kekurangan Analisis Kebutuhan Gender Moser1.Kekuatan/Keutamaan Kerangka Moser: Mampu melihat kesenjangan perempuan dan laki-laki Penekanan pada seluruh aspek kerja yang membuat peranan ganda perempuan terlihat Menekankan dan mempertanyakan asumsi dibalik proyek-proyek intervensi Penekanan pada perbedaan antara memenuhi kebutuhan dasar-praktis dengan kebutuhan strategis.

2.Keterbatasan/Kelemahan Kerangka Moser: Fokus pada perempuan dan laki-laki dan tidak pada relasi sosial Tidak menekanakan aspek lain dari kesenjangan seperti akses atas sumber daya Pendekatan kebijakan yang berbeda-beda bercampur dalam prakteknya Kerja secara efektif lebih berfungsi sebagai alat analisis intervensi ketimbang perencanaan.

2.3 Gender Analysis Pathway

A. PengertianGAP adalah suatu model analisis untuk mengetahui kesenjangan gender dengan melihat aspek, akses, peran, kontrol dan manfaat yang diperoleh laki-laki dan perempuan dalam parogram pembangunan mulai kebijakan sampai dengan monitoring dan evaluasi.

B. Kegunaan Menetapkan program yang responsif gender Efesiensi dan efektivitas Layak untuk rencana pembangunan

C. Kerangka GAPGAP dibuat dengan menggunakan metodologi sederhana dengan 8 langkah yang harus dilakukan dalam 3 tahap, yaitu Tahap I Analisis Kebijakan Responsif Gender; Tahap II Formulasi kebijakan yang Responsif Gender; Tahap III Rencana Aksi yang Responsif GenderI. Langkah-Langkah pada Tahap Pertama :a) Mengindentifikasi tujuan dan sasaran kebijakan/program/proyek/kegiatan. Apakah sasaran kebijakan/program/proyek/kegiatanyang telah dirumuskan dan ditetapkan untuk mewujudkan kesetaraan gender.b) Menyajikan data kuantitatif dan kuantitatif yang terpilah menurut jenis kelamin sebagai data pembuka wawasan. Apakah data yang ada mengungkapkan kesenjangan atau perbedaan antara perempuan dan laki-lakic) Menganalisis sumber atau penyebab terjadinya kesenjangan gender (a) akses: akses pd sumberdaya (b) control : mampu dalam penguasaan/pengambilan keputusan (c) partisipasi : intensitas dan cara yang sama dalam kegiatan program dan proses pengambilan keputusan (d) manfaat : apakah seimbang antara laki-laki dan perempuand) Mengindentifikasi masalah-masalah gender berdasarkan keempat factor penyebab terjadinya kesenjangan gender dengan menjawab 5 W 1 H. Apa yang dijelaskan oleh faktor kesenjangan, dimana letak kesenjangan (di kebijakan, di program, atau di komunitas (internal lembaga , eksternal lembaga) ,mengapa terjadi kesenjangan bagaimana kesenjangan terjadi, apa akar permasalahannya, apakah ada kontribusi kebijakan dalam kejadian ketidaksetaraan gender

II. Langkah-Langkah pada Tahap Keduaa) Merumuskan kembali kebijakan/program/proyek/ kegiatan. Diisi dengan perumusan kembali kebijakan program/proyek/ kegiatan yg responsif gender untuk memperkecil/ menghilangkan kesenjangan gender (bagi kebijakan yang belum responsif genderb) Mengindentifikasika indicator gender dari setiap kebijakan/program/proyek/ kegiatan. Diisi dengan indikator kuantitatif/kuali-tatif terpilah menurut seks yang dapat menunjukkan hilangnya atau menurunnya kesenjanganIII. Langkah- Langkah pada Tahap Ketigaa) Menyususn rencana aksi. Diisi dengan rincian kegiatan dari kebijakan yang baru dirumuskanb) Mengindentifikasi sasaran. Diisi dengan sasaran setiap kegiatan dalam rencana aksi secara kuantitatif atau kualitatif (yang membantu mengurangi kesenjangan gender)

Matriks analisis GAP

Tujuan kebijakan Data pembuka wawasan Factor kesenjanganIsu genderReformulasi kebijakan Indicator genderRencana aksi Sasaran

LANGKAH 1

2

3

2.4 Kerangka Pemberdayaan Longwe

A. Definisi Model Longwe Framework Kerangka Kerja PemberdayaanSara Hlupekile Longwe memperkenalkan konsep isu-isu perempuan. Menurut definisinya, isu-isu perempuan adalah mengenai persamaan dengan laki-laki dalam setiap peran sosial dan ekonomi, dan mencakup setiap tingkat persamaan (kesejahteraan, akses, penyadaran, partisipasi, kontrol). Misalnya suatu isu menjadi isu perempuan ketika isu itu dilihat pada hubungan antara laki-laki dan perempuan, dan bukan hanya melihat hal-hal yang berkaitan dengan peran gender tradisional perempuan dan peran gender yang distereotipekan jenis kelamin subordinat. Selain itu tingkat pemberdayaan perempuan menurut kerangka ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat dimana sasaran proyek benar-benar mempedulikan pembangunan perempuan berkenaan dengan apakah isu perempuan (sebagaimana didefinisikan di atas berkenaan dengan persamaan perempuan dengan laki-laki) diabaikan atau diakui. Didesain oleh Sara Hlupekile Longwe, konsultan gender dan pembangunan di Zambia. Metode untuk mengubah sikap, menjelaskan peran pemberdayaan pada proses pembangunan. Memikirkan bagaimana pemberdayaan perempuan dan makna persamaan dalam praktek serta seberapa jauh suatu intervensi akan mendukung pemberdayaan. Pemberdayaan didefinisikan sebagai sesuatu yang memungkinkan perempuan mengambil tempat yang sama dengan laki-laki, dan terlibat secara sama dalam proses pembangunan untuk mencapai kontrol atas faktor-faktor produksi di atas landasan yang sama dengan laki-laki.Memiliki perspektif politik yang sangat kuat. Pembangunan berarti mengatasi ketidaksamaan perempuan dengan laki-laki dalam setiap bidang. Pembangunan didefinisikan sebagai kemungkinan seseorang/sekelompok orang keluar dari kemiskinan yang disebabkan karena penindasan dan eksploitasi.

Ada lima tingkat persamaan yang berbeda sebagai landasan kriteria untuk menilai tingkat pemberdayaan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan sosial atau ekonomi, dimulai dari yang paling rendah: kesejahteraan, akses, kesadaran, partisipasi, kontrol. Tingkat persamaan ini berada dalam hubungan hirarkis, sehingga persamaan kontrol lebih penting ketimbang persamaan kesejahteraan. Tingkat persamaan yang lebih tinggi secara otomatis merupakan tingkat pembangunan dan pemberdayaan yang lebih tinggi. Misalnya partisipasi yang sama dalam proses pembuatan keputusan tentang sumberdaya tertentu adalah lebih penting berkenaan dengan pemberdayaan perempuan ketimbang akses yang sama terhadap sumberdaya, dan juga tidak sama pentingnya dengan kontrol yang sama.

B. Kegunaan Kerangka LongweKerangka Longwe berfokus langsung pada penciptaan situasi/pengkondisian di mana masalah kesenjangan, diskriminasi dan subordinasi diselesaikan. Longwe menciptakan jalan untuk mencapai tingkat pemberdayaan dan kesederajatan (equality) di mana ditunjukan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar-praktis perempuan tidak pernah sama dengan, pemberdayaan maupun sederajat (equal). Pengambilan keputusan (kontrol) merupakan puncak dari pemberdayaan dan kesederajatan (equality

C. Kerangka LongweDalam assessment proyek, kerangka Longwe bisa diturunkan menjadi dua alat:1.Level kesederajatan (Equality level)Tujuan utama alat ini adalah untuk menilai apakah sebuah proyek/program intervensi pembangunan mampu mempromosikan kesederajatan dan pemberdayaan perempuan atau tidak. Asumsi dasar dibalik alat ini adalah bahwa titik tercapainya kesederajatan (equality) antara perempuan dan laki-laki mengindikasikan level pemberdayaan perempuan.

Ada lima level dalam aras kesederajatan dan pemberdayaan yang perlu dicermati:

Kesederajatan Pemberdayaan

PerempuanLaki-lakiPerempuanLaki-laki

Kontrol (decision Making)

Partisipasi

Kesadaran Kritis (conscienticicao)

Akses

Welfare (kebutuhan dasar-praktis)

2. Isu Spesifik Perempuan dengan tujuan pada pengenalan akan kebutuhan spesifik perempuan. Asumsi utamanya adalah bahwa semua isu perempuan berkaitan dengan equality dalm peran sosial dan ekonomis.Tiga level pengenalan atas isu perempuan di dalam proyek adalah NEGATIF, NETRAL & POSITIF.

BAB IIIPENUTUP

2.5 KesimpulanAnalisis gendermerupakansuatu proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.kerangka analisis Harvard lebih cocok untuk perencanaan proyek dibandingkan dengan perencanaan program atau kebijakan. Kerangka ini juga dapat digunakan sebagai titik masuk (entry point) gender netral dan digunakan bersamaan dengan kerangka Analisis Moser untuk mencari gagasan dalam menentukan kebutuhan strategi gender. GAP dibuat dengan menggunakan metodologi sederhana dengan 8 langkah yang harus dilakukan dalam 3 tahap, yaitu Tahap I Analisis Kebijakan Responsif Gender; Tahap II Formulasi kebijakan yang Responsif Gender; Tahap III Rencana Aksi yang Responsif Gender. Sedangkan Kerangka Longwe berfokus langsung pada penciptaan situasi/pengkondisian di mana masalah kesenjangan, diskriminasi dan subordinasi diselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA

1. IPB. 2009.Lima Teknik Analisis Model Gender.24 April 2009.http://www.cs.ipb.ac.id/index.php/admin/news/detail/id/b601033eeba5bd67d74872ac07a7663f/judul/lima-teknik-analisis-model-gender.html. Diunduh tanggal 28 agustus 20142. Miller C. and Razavi S (1998) Gender Analysis: Alternative Paradigms. Websitehttp://www.undp.org/gender3. http://www.undp.org/gender 4. Suyatno. 2010. Modul:Gender Analysis Pathway (GAP)Alur Kerja Analisis Gender (AKAG). Avaible from :http://undip.ac.id/files/2010/03/KIA-5-Modul-Analysis-Gender-_Pathway_.pdf. diakses tgl 28 Agustus 20125. Yulifah, Rita dan Tri Johan Agus Yuswanto. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta; Salemba Medika

18