alergi klp 3
TRANSCRIPT
ALERGIDitulis dalam Rangka Memenuhi Tugas Patologi Lanjut
Oleh: Kelompok III
KEMENTERIAN KESEHATAN RIPOLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir ini kecenderungan terjadinya kasus alergi pada
masyarakat terus meningkat. . Angka kejadian alergi meningkat tajam dalam 20 tahun
terakhir. Setiap saat 30% orang berkembang menjadi alergi. Anak usia sekolah lebih 40%
mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai astma, 6 juta orang mempunyai dermatitis
(alergi kulit). Penderita Hay Fever lebih dari 9 juta orang. Kasus alergi masih banyak
yang belum diperhatikan dengan baik dan benar baik oleh masyarakat kita. Ada
1 | A l e r g i
kecenderungan bahwa diagnosis alergi ini belum banyak ditegakkan. Pada umumnya
tanda dan gejala alergi itu sendiri masih banyak yang belum diungkapkan oleh para
petugas kesehatan. Sehingga penanganan penderita alergi belum banyak dilakukan secara
benar dan sempurna. Beberapa masyarakat , terutama orang tua yang mempunyai anak
alergi sering terlihat putus asa karena penyakit tersebut sering kambuh dan terulang
padahal anak sudah berkali-kaliminum obat bahkan antibiotika yang paling ampuh
sekalipun.
Alergi tidak sesederhana seperti yang pernah diketahui. Penyakit ini bukan
sekedar dapat mengakibatkan batuk, pilek, sesak dan gatal melainkan dapat menyerang
semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan
berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi . Alergi merupakan suatu
reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan zat-zat yang tidak berbahaya. Alergi
timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya, pada orang normal tidak
menimbulkan reaksi. Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa berasal dari
berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa saja melalui saluran
pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya
kontak dengan kulit. Resiko dan tanda alergi dapat diketahui sejak anak dilahirkan
bahkan sejak dalam kandungan pun kadang-kadang sudah dapat terdeteksi. Oleh karena
itulah kita sebagai calon ahli gizi perlu mengetahui patologi dari penyakit alergi itu
sendiri agar nantinya kita bisa memberikan solusi yang tepat untuk pasien terutama
pasien yang alerginya berkaitan dengan makanan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan alergi?
2. Bagaimanakah epidemiologi dari penyakit alergi?
3. Bagaimanakah patofisiologi dari penyakit alergi ?
4. Apakah faktor resiko dan etiologi dari penyakit alergi ?
5. Apakah dampak terjadinya alergi ?
6. Bagaimanakah manisfetasi klinis dari penyakit alergi ?
7. Bagaimanakah gambaran laboratorium dari penyakit alergi?
8. Bagaimanakah cara penatalaksanaan dari penyakit alergi?
9. Bagaimanakah interaksi obat dan zat gizi yang terjadi pada penyakit alergi?
2 | A l e r g i
10. Bagaimanakah kaitan penyakit dan masalah gizi yang muncul pada penyakit
alergi?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari alergi.
2. Mahasiswa dapat mengetahui epidemiologi dari penyakit alergi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari penyakit alergi .
4. Mahasiswa dapat mengetahui faktor resiko dan etiologi dari penyakit alergi .
5. Mahasiswa dapat mengetahui dampak dan akibat penyakit alergi.
6. Mahasiswa dapat mengetahui manisfetasi klinis dari penyakit alergi.
7. Mahasiswa dapat mengetahui gambaran laboratorium dari penyakit alergi.
8. Mahasiswa dapat mengetahui cara penatalaksanaan dari penyakit alergi.
9. Mahasiswa dapat mengetahui interaksi obat dan zat gizi yang terjadi pada
penyakit alergi.
10. Mahasiswa dapat mengetahui kaitan antara penyakit dan masalah gizi yang
muncul pada penyakit alergi.
D. Manfaat Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini, antara lain :
1. Bagi penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama terkait dengan
Patologi penyakit alergi.
2. Bagi dosen dapat dijadikan sebagai salah satu syarat pemenuhan nilai mahasiswa.
3. Bagi masyarakat, dapat dijadikan pedoman untuk lebih mengetahui tentang penyakit alergi .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Alergi
Dokter anak Austria bernama Clemens Pirquet (1874-1929) pertama kali menggunakan
istilah alergi. Ia merujuk pada kedua imunitas yang menguntungkan dan hipersensitifitas
yang berbahaya sebagai alergi. Kata alergi berasal dari kata-kata Greek (Yunani) "allos,"
yang berarti berbeda atau berubah dan "ergos," berarti bekerja atau beraksi. Alergi secara
garis besar dirujuk sebagai suatu "reaksi yang berubah". Kata alergi pertama kali digunakan
pada tahun 1905 untuk menggambarkan reaksi-reaksi yang merugikan dari anak-anak yang
3 | A l e r g i
diberikan suntikan-suntikan berulang dari serum kuda untuk melawan infeksi. Tahun
berikutnya, istilah alergi diusulkan untuk menerangkan kereaktifan yang berubah yang tidak
diharapkan ini.
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh
seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang
umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik.
Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan
yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang
yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut
alergen. Alergi disebabkan oleh produksi antibodi berjenis IgE. (Wikipedia Indonesia).
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, alergi adalah Suatu keadaan dimana
orang menjadi sangat rentan terhadap bahan / senyawa, yang bagi orang lain tidak
menimbulkan gangguan. Alergi adalah :
a. perubahan reaksi tubuh terhadap kuman-kuman penyakit
b. keadaan sangat peka terhadap suatu penyebab tertentu.
Suatu alergi merujuk pada suatu reaksi berlebihan oleh sistim imun kita sebagai
tanggapan pada kontak badan dengan bahan-bahan asing tertentu. Berlebihan karena bahan-
bahan asing ini umumnya dipandang oleh tubuh sebagai sessuatu yang tidak membahayakan
dan tidak terjadi tanggapan pada orang-orang yang tidak alergi. Tubuh-tubuh dari orang-
orang yang alergi mengenali bahan asing itu dan sebagian dari sistim imun diaktifkan.
Bahan-bahan alergi disebut "allergens". Contoh-contoh dari allergens termasuk serbuk sari,
tungau, jamur-jamur, dan makanan-makanan.
Ketika suatu allergen bersentuhan dengan tubuh, dia menyebabkan sistim imun untuk
mengembangkan suatu reaksi alergi pada orang yang alergi terhadapnya. Ketika kita bereaksi
secara tidak sesuai pada alergen yang umumnya tidak berbahaya pada orang-orang lain, kita
mempunyai suatu reaksi alergi dan dapat dirujuk sebagai alergi atau atopik. Oleh karenanya,
orang-orang yang cenderung mendapat alergi disebut alergi atau atopik.
4 | A l e r g i
Reaksi alergi melibatkan dua respon kekebalan tubuh. Pertama, produksi immunoglobin
E (IgE), tipe protein yang dinamakan antibodi beredar dalam darah. Kedua, sel mast, berada
pada semua jaringan tubuh terutama pada daerah yang menimbulkan reaksi alergi, seperti
hidung, tenggorokan, paru-paru, kulit, dan saluran pencernaan.
B. Epidemilogi Alergi
Di amerika penderita alergi makanan pada orang dewasa berjumlah 2-2,5 %, pada anak
sekitar 6-8%, setiap tahunnya iperkirakan 100-150 meninggal akibat alergi makanan.
Penyebab tersebut karena anafilaktik syok. Kasus terbanyak terjadi pada anak berusia 8-12
tahun. Di indonesai alergi berjumlah 25-40% anak pernah mengalami alergi makanan. Di
Negara berkembang, angka kejadian alergi masih rendah dan tidak beraga seperti Negara
maju.
C. Patofisiologi
Alergi Makanan di landasi IgE ialah Reaksinya berhubungan dengan mekanisme
imunologis, dan diperantarai olehimunoglobulin E (IgE), Tubuh kita dilindungi dari infeksi
oleh sistem kekebalan tubuh. Kita memproduksi sejenis protein yang disebut antibodi untuk
menandai kuman yang menyebabkan infeksi. Ada berbagai jenis antibodi, dan yang
menyebabkan reaksi alergi disebut imunoglobulin E (IgE). Antibodi IgE biasanya dihasilkan
sebagai respon terhadap infeksi parasit..
Saat pertama kali kita memakan makanan penyebab alergi, sistem kekebalan tubuh Kita
merespon dengan membuat IgE. IgE dalam hal ini bertindak seperti penyebab alergi
(alergen). Ketika Kita memakan makanan itu lagi, tubuh akan mengeluarkan antibodi IgE
dan bahan kimia lainnya, termasukhistamin, untuk mengusir “protein musuh” dari
tubuh Kita. Histamin adalah bahan kimia kuat yang dapat memengaruhi sistem pernafasan,
saluran pencernaan, kulit, atau sistem kardiovaskular. Sebagai akibat respon ini, gejala alergi
makanan terjadi. Gejala yang Kita rasakan tergantung pada bagian tubuh mana histamin
dilepaskan. Jika dilepaskan di telinga, hidung, dan tenggorokan, Kita mungkin merasakan
hidung dan mulut gatal, atau kesulitan bernapas atau menelan. Jika histamin dilepaskan di
kulit, Kita dapat mengembangkan gatal-gatal atau ruam. Jika histamin dilepaskan dalam
5 | A l e r g i
saluran pencernaan, Kita mungkin akan mengembangkan sakit perut, kram, atau
diare. Banyak orang mengalami kombinasi gejala-gejala tersebut.
Kita tidak tahu mengapa beberapa makanan dapat menyebabkan alergi dan yang lainnya
tidak, tapi kemungkinannya adalah karena beberapa protein dalam makanan sangat mirip
dengan protein yang terdapat dalam virus dan bakteri. Oleh karena itu, alergi biasanya adalah
kecenderungan genetik di mana sistem kekebalan tubuh seseorang tidak mampu
membedakan protein makanan dengan virus atau bakteri. (Casanova, 2013)
D. Faktor Resiko Dan Etiologi Alergi
1. Faktor Genetis
Walaupun alergi dapat terjaid pada semua orang dan semua golongan umur, resiko
terbesar pada anak yang membawa bakat alergi yang diturunkan oleh orang tuanya. Pada
anak ini gejala alergi sering muncul. Jika salah satu orang tua memiliki alergi, maka anak
memiliki 19,8 % menderita alergi. Dan jika kedua orang tua maka 48% menderita alergi.
2. Faktor Psikis
Psikis seperti cemass, marah dan takut dapat memicu terjadinya alergi berupa ruam
kemerahan pada kulit. Pada orang yang memiliki bakat alergi, sifat pemarah, pencuriga
dan emosional dapat menyebabkan alergi akut pada kulit. Pada anak- anak memang
jarang terjadi alergi akibat faktor psikis.
3. Faktor lingkungan
Baru-baru ini dikatakan bahwa kejadian gangguan alergi tidak dapat dijelaskan oleh
faktor genetik saja. Empat faktor lingkungan utama perubahan dalam paparan penyakit
menular pada anak usia dini, polusi lingkungan, tingkat alergen, dan perubahan pola
makan juga mempengaruhi terjadinya alergi.
4. Pajanan alergi
Pajanan alergi yang merangsang produksi IgE spesifik dapat terjadi sejak bayi dalam
kandungan. Diketahuai adanya Ige spesifik pada janin terhadap penisilin, gandum, telur
dan susu. Pemberian ASi eksklusif dapat mengurangi jumlah bayi yang hipersensitif
terhadap makanan. (Widodo Judarwanto,2007).
5. Faktor pencetus
6 | A l e r g i
Faktor pencetus yang sering mengakibatkan alergi yaitu:
Jenis makanan tertentu, vaksin dan obat-obatan, bahan dengan bahan dasar karet, debu,
dan bulu binatang. Sengatan lebah, gigitan semut api, kacang-kacangan.Suhu panas dan
dingin, hujan.
6. Imaturitas usus. secara mekanik integritas mukosa usus dan perist altik merupakan
pelindung masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim
pencernaan menyebabkan denaturasi alergen. Secara imunologis, IgA pada permukaan
mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal allergen masuk ke dalam
tubuh. Pada usus yang imatur, sistem pertahanan tubuh masih lemah dan gagal berfungsi
sehingga memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh
E. Dampak dan Akibat Alergi
Dampak reaksi alergi sangat bervariasi tergantung letak sel mast yang teraktivasi.
Pemaparan ulang alergen memicu reaksi alergi dan efeknya terfokus pada tempat dimana
sel mast melakukan degranulasi. Pada alergi fase cepat, mediator yang telah terbuat
sebelumnya dilepaskan dan mempunyai fungsi sangat pendek. Oleh karenanya pengaruh
mediator itu terhadap pembuluh darah dan otot polos hanya terbatas pada sekitar sel mast
yang teraktivasi. Pada alergi fase lambat reaksi juga terpusat pada titik dimana alergen itu
menimbulkan aktivasi, dan induksi alergen pada daerah tertentu juga menentukan mudah
tidaknya inflamasi dapat diatasi. Oleh karena itu reaksi alergi sangat ditentukan oleh tiga
variable utama: banyaknya IgE yang kompeten, rute alergen diintroduksikan, dan
konsentrasi alergen.
Berikut adalah contoh dampak dari adanya alergi :
1. Inhalasi alergen berasosiasi dengan rinitis dan asma.
Pernafasan merupakan jalan utama sebagai masuknya bahanbahan alergen.
Kebanyakan orang hanya terpengaruh sedikit oleh adanya alergen yang masuk,
misalnya menimbulkan bersin maupun keluarnya ingus. Kondisi demikian ini
disebut alergi rhinitis yang disebabkan oleh aktivasi sel mast mukosa yang berada
di bawah sel epitelium mukosa. Bahan alergen misalnya serbuk sari mempunyai
protein yang dapat dilepaskan dan protein tersebut dapat berdifusi menembus
7 | A l e r g i
membran mukosa pada hidung. Alergi rinitis mempunyai ciri-ciri rasa gatal dan
bersin-bersin berkepanjangan, terjadi pembengkakan lokal pada hidung yang
menyebabkan tersumbatnya pernafasan.
2. Alergi pada kulit dapat berupa urtikaria dan eksim kronik
Respon fase cepat dan fase lambat dapat dilihat pada respon alergi kulit.
Kulit merupakan penghalang yang sangat efektif terhadap masuknya bermacam-
macam alergen, namun kulit dapat diterobos dengan injeksi sejumlah kecil
alergen misalnya ketika tersengat serangga. Masuknya alergen pada epidermis
atau dermis dapat menimbulkan reaksi alergi lokal. Aktivasi sel mast secara lokal
pada kulit dapat menimbulkan peningkatan permeabilitas vaskuler secara lokal.
Kejadian tersebut dapat berlangsung sangat cepat yang dapat menyebabkan
ekstravasasi cairan tubuh dan menimbulkan pembengkakan. Aktivasi sel mast
dapat menstimuli tersekresinya bahan-bahan kimia dari ujung saraf lokal dengan
cara reflek ekson saraf sehingga terjadi vasodilasi pembuluh darah yang ada di
sekitar kulit, dan tampak warna kemerahan pada daerah kulit tersebut. Dalam
keadaan tersebut sering terjadi luka pada kulit yang disitilahkan wheal and flare
reaction. Pengertian wheal and flare reaction ini mengacu pada keadaan dimana
kulit mengalami penonjolan dan pengembangan.
3. Alergi makanan dapat menyebabkan reaksi sistemik yang terbatas pada
usus
Salah satu ciri makanan yang bersifat alergen adalah sulitnya dicerna di
lambung walupun enzim pepsin telah bekerja maksimum. Sehingga makanan
tersebut dapat mencapai permukaan mukosa pada usus halus sebagai alergen yang
masih utuh. Jika suatu bahan alergen termakan akan terjadi dua macam reaksi
alergi. Aktivasi sel mast mukosa yang terletak pada saluran pencernakan
menyebabkan cairan tubuh keluar dengan cara menembus sel-sel epitel dan terjadi
kontraksi otot polos, sehingga menyebabkan diare dan terjadi muntah. Dalam hal
8 | A l e r g i
ini belum bisa dijelaskan mengapa sel mast jaringan ikat yang terletak pada
dermis dan jaringan subkutan dapat teraktivasi setelah allergen tercerna, misalnya
oleh alergen yang terabsorbsi dalam sirkulasi.
4. Penyakit celiac merupakan model imunopatologi yang disebabkan antigen
spesifik.
Penyakit celiac merupakan kondisi kronik dari usus halus bagian atas yang
disebabkan oleh respon imun terhadap gluten. Gluten merupakan protein komplek
yang terdapat pada wheat,oats, dan barley. Menghindari semua makanan yang
mengandung gluten akan mengembalikan fungsi normal usus, namun
penghindaran terhadap gluten tersebut harus dilakukan selama hidup. Adapun
akibat yang terjadi, antara lain :
a. Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan
kekambuhan polip hidung.
b. Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak.
c. Sinusitis paranasal.
d. Masalah ortodonti dan efek penyakit lain dari pernafasan mulut yang lama
khususnya pada anak-anak.
e. Asma bronkial. Pasien alergi hidung memiliki resiko 4 kali lebih besar
mendapat asma bronkial.
F. Manifestasi Klinik
Gejala- gejala yang terjadi saat terjadi alergi yaitu :
No Organ/Sistem Tubuh Gejala Dan Tanda
1. Sistem Pernapasan Batuk, pilek, bersin,
sesak(astma), napas pendek,
tightness in chest, not enough
air to lungs, wheezing, mucus
9 | A l e r g i
bronchial , rattling and
vibration dada
2. Sistem Pembuluh Darah dan jantung jantung Palpitasi (berdebar-
debar), flushing (muka ke
merahan), nyeri dada, colaps,
pingsan, tekanan darah rendah,
denyut jantung meningkat;
tangan hangat, kedinginan,
tingling, redness or blueness of
hands; faintness;pseudo-heart
attack pain ; nyeri dada depan,
tangan kiri, bahu, leher, rahang
hingga menjalar di pergelangan
tangan.
3. Sistem Pencernaan Nyeri perut, sering diare,
kembung, muntah, sulit berak,
sering buang angin (flatus),
mulut berbau, kelaparan, haus,
saliva meningkat, Sariawan,
lidah kotor, berbetuk seperti
pulau, nyeri gigi, ulcer
symptoms, nyeri ulu hati,
kesulitan menelan, perut
keroncongan, konstipasi (sulit
buang air besar), nyeri perut,
kram perut, diarrhea, buang
angin, timbul lendir atau darah
dari rektum, anus gatal atau
panas.
4. Kulit Sering gatal, dermatitis,
urticaria, bengkak di bibir,
10 | A l e r g i
lebam biru (seperti bekas
terbentur) bekas hitam seperti
digigit nyamuk. Kulit kaki dan
tangan kering tapi
wajahberminyak.Sering
berkeringat.
5. Telinga Hidung Tenggorokan Hidung : Hidung buntu,
bersin, hidung gatal,
pilek, post nasal drip,
epitaksis, tidur
mendengkur,
mendengus
Tenggorok : tenggorokan
nyeri/kering/gatal, palatum
gatal, suara parau/serak, batuk
pendek (berdehem),
Telinga : telinga terasa penuh/
bergemuruh / berdenging,
telinga bagian dalam gatal,
nyeri telinga dengan gendang
telinga kemerahan atau normal,
gangguan pendengaran hilang
timbul, terdengar suara lebih
keras, akumulasi cairan di
telinga tengah, pusing,
gangguan keseimbangan.
Pembesaran kelenjar di sekitar
leher dan kepala belakang
bawah
6. Sistem Saluran Kemih dan kelamin Sering kencing, nyeri kencing;
tidak bisa mengontrol kandung
11 | A l e r g i
kemih, bedwetting; vaginal
discharge; genitalia
gatal/bengkak/kemerahan/nyeri;
nyeri bila berhubungan kelamin
7. Sistem Susunan Saraf Pusat Sering sakit kepala, migrain,
short lost memory (lupa nama
orang, barang sesaat), floating
(melayang), kepala terasa
penuh atau membesar.
Perilaku : impulsif, sering
marah, mood swings,
kompulsif, sering mengantuk,
malas bergerak, gangguan
konsentrasi, muah marah,
sering cemas, panic, overactive,
kepala terasa penuh atau besar;
halusinasi, delusions, paranoid,
bicara gagap; claustrophobia
(takut ketinggian), paralysis,
catatonic state, disfungsi
persepsi, impulsif (bila tertawa
atau bicara berlebihan),
overaktif, deperesi, terasa
kesepian merasa seperti
terpisah dari orang lain, kadang
lupa nomor, huruf dan nama
sesaat, lemas (flu like
symtomp)
8. Sistem Hormonal Kulit berminyak (atas leher),
kulit kering (bawah leher),
endometriosis, Premenstrual
12 | A l e r g i
Syndrome, kemampuan sex
menurun, Chronic Fatique
Symptom (sering lemas),
Gampang marah, Mood swing,
sering terasa kesepian, rambut
rontok.
9. Jaringan otot dan tulang Nyeri tulang, nyeri otot, nyeri
sendi: Fatigue (kelelahan),
kelemahan otot, nyeri, bengkak,
kemerahan local pada sendi;
stiffness, joint deformity;
arthritis soreness, nyeri dada,
otot bahu tegang, otot leher
tegang, spastic umum, , limping
gait, gerak terbatas
10. Gigi dan mulut Nyeri gigi atau gusi tanpa
adanya infeksi pada gigi
(biasanya berlangsung dalam 3
atau 7 hari). Gusi sering
berdarah. Sering sariawan.
Diujung mulut, mulut dan bibir
sering kering, sindrom oral
dermatitis.
11. Mata Nyeri di dalam atau samping
mata, mata berair,sekresi air
mata berlebihan, warna tampak
lebih terang, kemerahan dan
edema palpebra, Kadang mata
kabur, diplopia, kadang
kehilangan kemampuan visus
sementara, hordeolum..
13 | A l e r g i
(Sumber : Medisinesia, 2012)
G. Gambaran Laboraturium
Penyakit alergi sering dijumpai di masyarakat dengan tempat predileksi tersering saluran
napas, kulit, dan saluran pencernaan. Diagnosis cepat dan terarah dibutuhkan agar komplikasi
tidak terjadi. Hal yang perlu dilakukan pada pasien dengan kecurigaan alergi adalah
memastikan apakah pasien tersebut benar menderita alergi selain dengan melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, adalah pemeriksaan laboraturium, antara lain :
1) Jumlah leukosit dan hitung jenis sel.
Jumlah leukosit normal pada penyakit alergi. Sel eosinofil normal pada orang dewasa
adlah 0 – 450 sel/mm3 . pada penyakit alergi, eosinofilia sering dijumpai tapi tidak
spesifik dan berkisar 5 – 15% beberapa hari setelah pajangan. Hal ini dapat menjadi
penanda dan beratnya hipertensitivitas tersebut.
2) Sel eosinofil pada sekret konjungtiva,hidung, dan sputum
Eosinofil banyak dijumpai paa sekret pasien rhinitis alergi.namun, apabila terdapat
infeksi maka neutofil lebih dominan.
3) IgE spesifik
Pengukuran ini dilakukan pada pasien dengan kulit yang luas, tidak dapat menghentikan
pengobatan, dan kasus alergi berat sehingga menghalangi tes kulit. IgE diukur secara in
vitro dengan teknik RAST ( Radio allergo Sorbent Test ) atau ELISA ( Enzyme Linked
Immuno Sorbent Assay ). Rasio ikatan dan tidak terikat dan tidak terikat IgE > 2
menggambarkan respon spesifik terdapat alerge. Namun, tes ini kurang sensitif ( tapi
lebih spesifik ) dibandingkan tes kulit dan hasilnya tidak langsung diketahui.
14 | A l e r g i
4) Pemeriksaan komplemen Pada kasus angioedema berulang tanpa urtikaria dilakukan pemeriksaan C1 inhibitor dan C4
komplemen.
Selain pemeriksaan diatas, dapat pula dilakukan tes kulit, adapun beberapa pemeriksaan tes kulit
antara lain :
1) Tes tusuk ( prick test )
Sebelum melakukan tes ini, pasien harus menghentikan penggunaan obat seperti
antihistamin ( generasi 1 minimal 72 jam dan generasi II minmal 1 minggu sebelum tes)
dan kortikosteroid ( dosis kecil seperti prednisone < 20 mg dihentikan 3 hari sedangkan
dosis tinggi 1 minggu ). Sedangkan teofilin, obat simpatomimetik, dan nedocromil tdak
perlu dilarang karena tidak mempengaruhi hasil tes. Tes boleh dilakukan pada pasien
berusia > 2 tahun. Kooperasi pasien buruk, dan pasien tidak bisa menghentikan
pengobatan yang dapat mengganggu hasil. Sedangkan kontrainikasi relatif berupa asma
yang persisten dan instabil, anafilaksis, kehamilan, dan penggunaan obat – obatan seperti
antihistamin, antidepresan trisiklik dan beta blocker.
Bagian volar lengan bawah, lengan atas, atau pnggung dibersihan dengan alkohol.
Ketika kering, dibuat garis dengan jarak 2-3 cm. Lalu dngan jarum disposibel ukuran 26,
15 | A l e r g i
dilakukan tusukan dangkal dengan ujung jarum pada daerah yang sudah diteteskan
kontrol negatif ( larutan phosphate buffered saline dengan fenol 0,4 % ) atau kontrol
positif ( larutan histamin fosfat 0,1 % ). Setiap penusukan, dilakukan dengan jarum yang
baru. Dengan metode yang sama, alergen diinjeksikan dengan jarum sehingga disebut
intradermal skin test, biasanya dipakai untuk alergen spesifik seperti biasa bisa lebah atau
penisilin. Akan tetapi, tes intradermal tidak digunakan untuk alergi makanan karena hasil
positif palsu yang tinggi dan risiko terjadinya reaksi alergi yang parah. Sedangkan scratch
test sudah jarang dilakukan karena hasilnya yang inkonsisten.
Pembacaan dilakukan 15 – 20 menit dengan mengukur diameter bentol dan eritma. Postif
apabila rata – rata diameter satu bentol 3 mm lebih besar daripada kontrol negatif.
Adapun interpretasi hasil tes :
Hasil negatif : sama dengan kontrol negatif
Hasil + 1 : 25 % dari kontrol positif
Hasil + 2 : 50 % dari kontrol positif
Hasil + 3 : 100 % dari kontrol positif
Hasil + 4 : 200 % dari kontrol positif
2) Tes tempel ( patch test )
Biasanya digunakan pada dermatitis kontak dengan menempelkan bahan pada kertas
saring yang diletakkan di atas kertas impermeabel. Selanjutnya, ditempel pada kulit
16 | A l e r g i
punggung dengan plester. Bahan yang digunakan adalah benzokain, merkapto
benzotiazol, kolofoni, lanolin alkohol, dan lain –lain. Pembacaan dilakukan setelah 48
jam dan diulangi 96 jam sesudah pemasangan agar hasil lebih jelas terlihat. Adapun
intrepretasi hasil tes :
0 = tidak ada reaksi
+/- = eritma ringan, meragukan
1+ = reaksi ringan (eritma dengan edema ringan )
2+ = reaksi kuat ( papular eritma dengan edema )
3+ = reaksi sangat kuat ( vesikel atau bula )
Selain itu, dilakukan tes provokosi apabila terdapat kesulitan dalam diagnosa dan
ketidakcocokan gambaran klinis dengan tes lainnya. Adapun contoh tes provokasi adalah :
1) Tes provokasi nasal dengan menyemprot salah satu alergen melalui satu lubang hidung
dan lubang hidung lainnya ditutup. Tes dianggap positif apabia timbul bersin – bersin,
pilek, hidung tersumbat, batuk, atau mukosa hidung edema.
2) Tes provokasi bronkial biasanya untuk asma dan harus dilakukan dirumah sakit serta
ditangani oleh tenaga medis. Cara yang dipakai adalah tes kegiatan jasmani dimana 42 %
pasin memberikan hasil jasmani positif. Selain itu, dilakukan tes inhalasi antigen dan
17 | A l e r g i
histamine serta metakon. Tes inhalasi histamin dan metakon menimbulkan 90 % reaksi
pada pasien asma sehingga menjadi kriteria diagnosa asma.
3) Tes eliminasi dan provokasi terhadap makanan. Eliminasi makanan yang dicurigai
sebagai penyebab alergi selama beberapa minggu dan kemudian dikonsumsi kembali
pada suatu waktu secara perlahan kemudian dilihat reaksi alergi. Oral food challenge
dengan metode double blind placebo dianggap sebagai gold standard. Prosedur ini tidak
dilakukan pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas yang jelas. Pasien diminta untuk
pantang makanan selama 2 minggu, antihistamin dihentikan sesuai waktu paruhnya, dan
di bawah pengawasan medis untuk mengantisipasi reaksi berat seperti syok anafilaktif.
Makanan diberikan dalam bentuk suatu seri kapsul yang diberikan bergantian dengan
kapsul plasebo. Hasil negatif apabila setelah menelan makan dalam jumlah besar, tidak
ada reaksi alergi.
H. Penatalaksanaan Alergi
Penatalaksanaan medis Penatalaksanaan medis penderita alergi, dibagi menjadi 2 yaitu,
non farmakologis dan farmakologis.
1. Terapi Non farmakologis
a) Terapi Desentisasi
Berupa penyuntikan berulang alergen (yang dapat mensentisasi pasien)dalam jumlah
yang sangat kecil dapat mendorong pasien membentuk antibodi IgG terhadap alergen.
Antibodi ini dapat bekerja sebagai antibody penghambatS. sewaktu pasien tersebut
kembali terpajan ke alergen , maka antibodi penghambat dapat berikatan dengan
allergen mendahului antibody IgE. Karena pengikatan IgE tidak menyebabkan
degranulasi sel mast yang berlebihan, maka gejala alergi dapat dikurangi.
b) Terapi Probiotik
Preparat sel mikroba atau komponen mikroba yang dapat mempertahankan kesehatan
melalui kegiatan yang dilakukan dalam flora usus.Salah satu pendekatan terbaru yang
digunakan dalam penatalaksanaan alergi makanan. Penelitian yang dilakukan oleh
Trapp. (1993) menunjukkan bahwa responden yang diberikan yoghurt memiliki
penurunan konsentrasi IgE dalam darah dan frekuensi alergi yang rendah
menunjukkan bahwa pemberian bakteri probiotik Lactobacilluscasei (L. casei) secara
18 | A l e r g i
oral terhadap tikus, dapat menghambat pembentukan IgE oleh ovalbumin. Namun,
informasi terhadap efektivitas probiotik dalam penatalaksanaan alergi makanan sangat
terbatas.
c) ASi Eksklusif
Risiko alergi makanan pada bayi dapat dikurangi dengan peran aktif ibu memberi ASI
eksklusif selama 6 bulan penuh. Jangan kenalkan makanan tambahan apapun pada
periode ini, terlebih susu formula berbahan dasar sapi serta produk- produk turunan
susu. Mengenalkan makanan padat pada usia terlalu dini, yaitu 4 bulan pertama
kehidupan anak, dihubungkan dengan peningkatan risiko alergi hingga usia 10 tahun.
Bayangkan dampaknya pada anak. Anjuran studi Dr Fiocchi yang dimuat di jurnal
Annals Allergy, Asthma & Immunology disarankan mengenalkan makanan satu
persatu. Para peneliti juga mengingatkan bahwa makanan padat harus dikenalkan
dalam jumlah kecil terlebih dahulu. Jangan langsung memberi bayi campuran
beberapa jenis bahan makanan. Sebab, dengan begini akansulit diketahui apakah bayi
Kita alergi terhadap bahan makanan tertentu.
d) Diet
Diet dilakukan selama 3 minggu, setelah itu dilaku kan provokasidengan 1 bahan
makanan setiap minggu. Makanan yang menimbulkangejala alergi pada provokasi ini
dicatat. Disebut alergen kalau pada 3 kali provokasi menimbulkan gejala alergi.
Waktunya tidak perlu berturut-turut. Ada beberapa regimen diet yang bisa digunakan,
antara lain :
1) Elimination Diet
beberapa makanan harus dihindari yaitu Buah,Susu, Telur, Ikan dan Kacang,.
Merupakan makanan-makanan yang banyak ditemukan sebagai penyebab gejala
alergi, jadi makanan- makanan dengan indeks alergenisitas yang tinggi.
2) Minimal Diet 1 (Modified Rowe’s diet 1)
Terdiri dari beberapa makanan dengan indeks alergenisitas yang rendah. Regimen
ini terdiri sari beberapa makanan yang diperolehkan yaitu air, beras, daging sapi,
kelapa, kedelai, bayam, gula dan garam
3) Minimal Diet 2 (Modified Rowe’s Diet 2)
19 | A l e r g i
Terdiri dari makanan dengan alergisitas rendah yang lain yang diperbolehkan
adalah air, kentang, daging kambing, kacang buncis, kobis, bawang.
4) Egg And Fish Free Diet
Diet ini menyingkirkan telur termasuk makanan- makanan yang dibuat dari telur
dan semua ikan. Bi asanyadiberikan pada penderita-penderita dengan keluhan
dengan keluhan utamaurtikaria, angionerotik udem dan eksema.
5) His Own ’ S Diet
Menyingkirkan makanan yang dikemukakan sendiri oleh penderitanya sebagai
poenyebab gejala alergi.
2. Farmakologi
a) Antihistimin Secara umum gunakan antihistimin tunggal untuk rhinitis musiman dan
dalam kombinasi dengan dekongestan. Antihistimin (azelastin,naphazoline) efektif
dengan lebih sedikit efek samping dan data menurunkan gejala asma penyerta.
b) Antiinflamasi Steroid nasal memberikan pengurangan gejala sampai 90%dan lebih
baik dari antihistimin dalam mengurangi gejala.
c) Imunoterapi Menurunkan histimin dan IgE, menginduksi energy sel T, menghasilkan
antibody yang menghambat aktifitas IgE dna meneybabkan perpindahan dari produksi
antibody. Jadwal pemberian dosis memerlukan beberapa injeks per minggu selama
beberapa minggu, kemudian perminggu atau per dua minggu selama durasi musim
dilanjutkan paling tidak 2 tahun. Memberikan control alergi yang efektif pada
kebanyakan penderita alergi 4. Terapi antibody monoclonal terhadap IgE 5. Antibody
monoclonal terhadap IL-4 dan IL-5 6. Vaksin DNa yang spesifik terhadap allergen
I. Interaksi Obat dan Zat Gizi.
Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap
tubuh dengan jalan memblok reseptor –histamin (penghambatan saingan). Pada awalnya hanya
dikenal satu tipe antihistaminikum, tetapi setelah ditemukannya jenis reseptor khusus pada tahun
1972, yang disebut reseptor-H2,maka secara farmakologi reseptor histamin dapat dibagi dalam dua
tipe , yaitu reseptor-H1 da reseptor-H2. Berdasarkan penemuan ini, antihistamin juga dapat dibagi
dalam dua kelompok, yakni antagonis reseptor-H1 (H1-blockers atau antihistaminika) dan
antagonis reseptor H2 ( H2-blockers atau zat penghambat-asam).
1. H1-receptor antagonists
20 | A l e r g i
Dalam penggunaan umum, antihistamin merujuk hanya untuk antagonis H1, juga
dikenal sebagai antihistamin H1. Telah ditemukan bahwa antihistamin H1-agonis
adalah benar-benar berlawanan dengan reseptor histamin H1. Secara klinis, H1
antagonis digunakan untuk mengobati reaksi alergi. Sedasi adalah efek samping yang
umum, dan antagonis H1 tertentu, seperti diphenhydramine dan Doksilamin, juga
digunakan untuk mengobati insomnia. Namun, antihistamin generasi kedua ini tidak
melewati penghalang darah-otak, dan dengan demikian tidak menyebabkan kantuk
2. H2-receptor antagonists
Antagonis H2, seperti antagonis H1, juga agonis dan antagonis terbalik tidak benar.
H2 reseptor histamin, ditemukan terutama di sel parietal dari mukosa lambung,
digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, mengobati kondisi pencernaan
termasuk tukak lambung dan penyakit gastroesophageal reflux.
3. Experimental: H3- and H4-receptor antagonists
Obat ini baru dalam tahap eksperimental dan belum memiliki penggunaan klinis,
meskipun sejumlah obat ini sedang dalam percobaan manusia. H3-antagonis memiliki
stimulan dan efek nootropic, dan sedang diselidiki untuk pengobatan kondisi seperti
ADHD, penyakit Alzheimer, dan skizofrenia, sedangkan H4-antagonis tampaknya
memiliki peran imunomodulator dan sedang diteliti sebagai obat anti-inflamasi dan
analgesik .
J. Kaitan Penyakit dan Masalah Gizi yang Timbul
Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi
cepat dan lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang
kompleks dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pengontrol
internal. Berbagai sel mast, basofil, eosinofil, limfosit dan molekul
seperti IgE, mediator sitokin, kemokin merupakan komponen yang
berperanan inflamasi. Alergen di dalam makanan adalah protein,
glikoprotein atau polipeptida dengan berat molekul lebih dari 18.000
dalton, tahan panas dan tahan ensim proteolitik. Alergen makanan
dapat menimbulkan reaksi alergi.
21 | A l e r g i
Alergi makanan, pada umumnya merupakan alergi pada makanan
yang bergizi tinggi, maka sebaiknya harus dicari makanan pengganti
yang relatif aman yang nilai gizinya tidak kalah bagusnya. Misalnya,
ayam dan telor diganti daging sapi, tahu dan tempe atau mentega
diganti margarine dan seterusnya. Sebagian besar penderita alergi
dengan gangguan pencernaan akan mengalami kesulitan kenaikkan
berat badan atau malnutrisi. Perlu dilakukan penanganan pemberian
diet yang teliti dan cermat di bawah pengawasan dokter alergi.
Perencanaan menu makanan untuk harian dan mingguan harus
dilakukan dengan baik.
Terapi diet adalah penatalaksanaan gizi paling penting pada
penderita alergi. Orang tua sering mengalami kebingungan karena
merasa menu makan pada penderita alergi sangat terbatas sehingga
sering timbul kebosanan. Bila kita cermat dalam menyusun menu
makanan maka masalah pemberian makan pada anak anak alergi
dapat diatasi tanpa harus mengurangi nilai gizi dan rasa masakan.
(Andr Chondro, 2012)
Syarat – syarat diet alergi pada anak :
1. Energi diberikan sesuai dengan kondisi tubuh anak yang terkena
alergi
2. Proporsi hidrat arang terhadap energi tidak banyak berbeda dengan
makanan anak sehat
3. Proporsi protein terhadap energi adalah 15 – 20%
4. Proporsi lemak terhadap energi adalah 20 – 25%
5. Cukup mineral dan vitamin
6. Cukup serat untuk memberikan rasa kenyang.
Pemberian makanan disesuaikan dengan macam obat yang
diberikan
Memberikan motivasi dan penyembuhan kepada anak dan orang tua.
22 | A l e r g i
Semua bahan makanan boleh diberikan dalam jumlah yang telah
ditentukan, kecuali makanan seperti yang terdapat pada :
1. Susu sapi diganti dengan susu yang dipakai bisa berupa susu soya (kedelai), susu sapi formula hipo alergi, atau susu sapi formula lainnya.,
2. Ikan laut seperti tongkol, kepiting dan udang sering menyebabkan
alergi pada anak diganti dengan ikan tuna dan salmon.
3. Ikan air tawar seperti gabus harus dihindari oleh anak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh
seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan
yang umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat
atopik. Alergi disebabkan oleh produksi antibodi berjenis IgE.
Gejala klinis alergi makanan biasanya mengenai berbagai organ sasaran seperti kulit,
saluran nafas, saluran cerna, mata, telinga, saluran vaskuler. Organ sasaran bisa
berpindah-pindah, gejala sering kali sudah dijumpai pada masa bayi. Makanan tertentu
bisa menyebabkan gejala tertentu pada seseorang anak, tetapi pada anak lain bisa
menimbulkan gejala lain. Pada seseorang makanan yang satu bisa mempunyai organ
sasaran yang lain dengan makanan yang lain, misalnya udang menyebabkan urtikaria,
sedangkan kacang tanah menyebabkan sesak nafas. Alergi Makanan di landasi IgE ialah
Reaksinya berhubungan dengan mekanisme imunologis, dan diperantarai
olehimunoglobulin E (IgE).
B. Saran
23 | A l e r g i
Alergi makanan, pada umumnya merupakan alergi pada
makanan yang bergizi tinggi, maka sebaiknya harus dicari makanan
pengganti yang relatif aman yang nilai gizinya tidak kalah bagusnya.
Misalnya, ayam dan telor diganti daging sapi, tahu dan tempe atau
mentega diganti margarine dan seterusnya. Agar penderita alergi
dengan gangguan pencernaan tidak akan mengalami kesulitan
kenaikkan berat badan atau malnutrisi.
DAFTAR PUSTAKA
Aru W. Sudoyo dkk.2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam UI
Medisinesia. 2012. Pemeriksaan Untuk Penyakit Alergi. Tersedia online :
http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/infeksi-imunologi/pemeriksaan-untuk-penyakit-alergi/
( Diakses kamis 7 November 2013 )
Andr Chondro . 2012. Diit Alergi. Tersedia online : http://andra-
cma.blogspot.com/2012/02/v-behaviorurldefaultvml-o.html (diakses
tanggal 7 November 2013)
Wikipedia , Indonesia.Alergi. Tersedia online : http://id.wikipedia.org/wiki/Alergi (diakses Kamis, 7
November 2013).
Juffrie, Mohamad.2003.Alergi Makanan Edisi I.Yogyakarta : UGM Press
Juffrie, Mohamad.2003.Alergi Makanan Edisi II.Yogyakarta : UGM Press
24 | A l e r g i
J. Mahdi, Dina.1993.Penatalaksanaan Penyakit Alergi. Surabaya : Airlangga University Press
Garna Baratawidjaja, Kamen. 2001. Mengenal Alergi Edisi Revisi 2001. Jakarta : Djambatan
25 | A l e r g i