aleut! inggit garnasih _ ceritabandung
DESCRIPTION
SejarahTRANSCRIPT
![Page 1: Aleut! Inggit Garnasih _ CeritaBandung](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011720/577c7c661a28abe0549a72e0/html5/thumbnails/1.jpg)
Search
CeritaBandungNot just another WordPress.com weblog
Aleut! Inggit Garnasih
Aleut! 30.01.11.
Perjalanan hari ini pendek saja, jaraknya mungkin tidak sampai 2km, mulai dari
Gedung MKAA sampai ke rumah Inggit Garnasih di Jl. Inggit Garnasih No. 8. Rumah
ini mirip sebuah dapur. Dapur bagi perjuangan politik menuju kemerdekaan RI.
Banyak tokoh perintis kemerdekaan RI yang pernah menumpahkan ide-ide
perjuangan mereka di rumah ini, Ki Hajar Dewantoro, Agus Salim, HOS
Cokroaminoto, KH Mas Mansur, Hatta, Moh Yamin, Trimurti, Oto Iskandardinata, Dr
Soetomo, MH Thamrin, Abdul Muis, Sosrokartono, Asmara Hadi, dan lain-lain. Di
rumah ini pula diskusi-diskusi dilansungkan dan kemudian melahirkan berdirinya
Partai Nasional Indonesia (PNI, 1927), Sumpah Pemuda (1928), dan Partindo
(1931).
Inilah rumah tinggal milik Inggit Garnasih, istri seorang intelektual muda yang
kemudian hari menjadi presiden RI pertama, Soekarno. Inggit dilahirkan di
Kamasan, Banjaran tanggal 17 Februari 1888. Pada usia 12 tahun Inggit sudah
menikah dengan Nata Atmaja seorang patih di Kantor Residen Priangan.
Perkawinan ini tidak bertahan lama dan beberapa tahun kemudian Inggit menikah
lagi dengan seorang pedagang kaya yang juga tokoh perjuangan dari Sarekat Islam
Jawa Barat, H. Sanoesi. Mereka tinggal di Jl. Kebonjati.
Menu
![Page 2: Aleut! Inggit Garnasih _ CeritaBandung](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011720/577c7c661a28abe0549a72e0/html5/thumbnails/2.jpg)
Tahun 1921, datanglah ke rumah mereka seorang intelektual muda dari Surabaya
yang akan melanjutkan pendidikan ke THS (sekarang ITB). Saat itu Soekarno muda
datang bersama istrinya, Siti Oetari, puteri dari Hadji Oemar Said (HOS)
Tjokroaminoto. Hubungan Soekarno dengan Oetari ternyata tidak pernah
selayaknya suami-istri, Soekarno lebih menganggap Oetari sebagai adiknya saja. Di
sisi lain, Soekarno menaruh cinta pada Inggit Garnasih.
Soekarno akhirnya menceraikan Oetari. Dan ajaib, H. Sanoesi merelakan Inggit
untuk dinikahi oleh Soekarno. Mereka menikah pada 24 Maret 1923. Alasan apa
yang membuat H. Sanoesi mau melakukan itu tetap menjadi misteri mereka hingga
sekarang. Menurut Bpk. Tito Zeni, cucu Inggit, kemungkinan karena H. Sanoesi
melihat ada banyak harapan perjuangan pada diri Soekarno. Untuk itu Soekarno
memerlukan seorang pendamping yang tepat. Dan Inggit, bagian dari perjuangan
Sarekat Islam, adalah perempuan yang paling tepat. Kemudian hari terbukti, Inggit
selalu mendampingi Soekarno dalam setiap kegiatan politiknya.
Soekarno-Inggit sempat beberapa kali pindah rumah, ke Jl. Djaksa, Jl. Pungkur, Jl.
Dewi Sartika hingga akhirnya ke Jl. Ciateul. Rumah terakhir ini menjadi pangkalan
para intelektual muda dalam menggodok pemikiran-pemikiran kebangsaan
Indonesia. Rumah ini juga dijadikan tempat penyelenggaraan kursus-kursus politik
yang diberikan oleh Soekarno.
Inggit selalu mengambil peran terbaiknya sebagai pendamping dalam setiap
![Page 3: Aleut! Inggit Garnasih _ CeritaBandung](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011720/577c7c661a28abe0549a72e0/html5/thumbnails/3.jpg)
kegiatan politik Soekarno, saat keluar masuk penjara akibat kegiatan politiknya,
maupun ketika dibuang ke Ende, Flores (1934-1938), dan juga waktu dipindahkan
ke Bengkulu (1938-1942), Inggit selalu di samping Soekarno.
Di Bengkulu, Soekarno menampung seorang pelajar, putri dari Hassan Din bernama
Fatma. Soekarno dan Inggit tidak memiliki keturunan. Dengan alasan itu Soekarno
meminta izin pada Inggit untuk menikahi Fatma. Inggit menolak untuk dimadu, dia
memaklumi keinginan Soekarno, namun juga memilih bercerai. Mereka kemudian
bercerai di Bandung pada tanggal 29 Feruari 1942 dengan disaksikan oleh KH Mas
Mansur. Soekarno menyerahkan surat cerainya kepada H. Sanoesi yang mewakili
Inggit.
19 tahun sudah Inggit mendampingi Soekarno sejak masih berupa bibit intelektual
muda dalam perjuangan memerdekakan Indonesia, pergelutannya dengan berbagai
pemikiran kebangsaan, sampai pematangannya dalam penjara-penjara dan
pembuangannya hingga ke Ende dan Bengkulu. Inggit mendampingi seluruh proses
pembelajaran Soekarno hingga menjadi dan setelah itu kembali ke rumahnya yang
sekarang menjadi sepi di Jl. Ciateul No. 8.
Inggit Garnasih menjalani pilihannya persis seperti yang digambarkan dalam judul
buku roman-biografis Soekarno-Inggit karya Ramadhan KH, “Kuantar ke Gerbang”
(1981), Inggit hanya mengantarkan Soekarno mencapai gerbang kemerdekaan RI,
ke gerbang istana kepresidenan RI. Walaupun begitu, saya merasa lebih suka bila
boleh mengatakan Inggit tidak sekadar mengantarkan, namun juga mempersiapkan
Soekarno menuju gerbang itu. Soekarno kemudian memroklamasikan kemerdekaan
Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dan menjadi presiden pertama
untuk periode 1945-1966.
![Page 4: Aleut! Inggit Garnasih _ CeritaBandung](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011720/577c7c661a28abe0549a72e0/html5/thumbnails/4.jpg)
Inggit sempat mengungsi ke Banjaran dan Garut pada masa Agresi Militer I & II
(1946-1949) sebelum kembali lagi ke Bandung dan tinggal di rumah keluarga H.
Durasid di Gg. Bapa Rapi. Rumah Jl. Ciateul rusak karena peristiwa Agresi Militer
dan baru dibangun ulang dengan bangunan permanen pada tahun 1951 atas
prakarsa Asmara Hadi dkk. Di sini Inggit Garnasih melanjutkan hari tua hingga akhir
hayatnya. Inggit wafat pada 13 April 1984 dalam usia 96 tahun dan dimakamkan di
permakaman Caringin (Babakan Ciparay), Bandung.
Soekarno wafat lebih dulu pada 21 Juni 1970 di Jakarta. Inggit yang renta masih
sempat melayat ke rumah duka dan mengatakan, “Ngkus, gening Ngkus teh
miheulaan, ku Nggit didoakeun…”
Rumah peninggalan Inggit di Jl. Ciateul No. 8 sekarang selalu tampak sepi. Sudah
bertahun-tahun sepi. Sempat terbengkalai tak terurus, kemudian dipugar hanya
untuk menemui sepi kembali. Beberapa waktu lalu, rumah ini kembali mengalami
![Page 5: Aleut! Inggit Garnasih _ CeritaBandung](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011720/577c7c661a28abe0549a72e0/html5/thumbnails/5.jpg)
Share this:
beberapa perbaikan, temboknya dicat bersih dan di halaman depan dipasang bilah
beton bertuliskan “Rumah Bersejarah Inggit Garnasih”. Mungkin sebuah upaya
untuk menghargai sejarah yang sayangnya, tetap saja disambut sepi..
Memang begitulah apreasiasi kita terhadap sejarah bangsa sendiri, seringkali
masih tampak lemah. Masih banyak di antara kita yang terus saja mengandalkan
dan mengharapkan orang lain untuk melakukan sesuatu sementara kita duduk
anggun membicarakan berbagai masalah dalam masyarakat tanpa pernah
menyadari bahwa kaki kita tidak menjejak bumi, bahwa tangan kita tak berlumpur
karena ikut berkubang dalam berbagai persoalan masyarakat.
Akhirulkalam, bagi saya, Inggit adalah seorang pendamping yang luar biasa, dia
bukan pendamping yang sekadar melayani, melainkan pendamping yang menjaga,
merawat, dan mengarahkan. Seorang pendamping yang berdaulat atas
keputusannya sendiri.
Ridwan Hutagalung
• Semasa hidupnya Inggit Garnasih mendapatkan dua tanda kehormatan dari
pemerintah RI. “Satyalancana Perintis Kemerdekaan” yang diberikan pada tanggal
17 Agustus 1961 dan “Bintang Mahaputera Utama” yang diserahkan di istana
negara pada tanggal 10 November 1977 dan diterima oleh ahliwarisnya, Ratna
Djuami.
• Nama Sukarno di sini masih ditulis dengan bentuk populernya, dieja dengan ‘oe’
menjadi Soekarno. Namun sebetulnya, sejak diresmikannya Ejaan Republik (sering
disebut juga Ejaan Suwandi) pada 19 Maret 1947 menggantikan Ejaan van
Ophuijsen, Sukarno menginginkan agar namanya juga dieja berdasarkan ejaan baru
tersebut. Sementara mengenai tandatangannya yang masih menuliskan ‘oe’,
Sukarno mohon permakluman karena kesulitan mengubah kebiasaan yang sudah
dilakukannya selama puluhan tahun.
Sumber
- Cindy Adams, 1966, Bung Karno Penjambung Lidah Rakjat, Gunung Agung,
Jakarta.
- Obrolan dengan Bpk. Tito Zeni Asmara Hadi, putra Ratna Djuami & Asmara
Hadi, cucu Inggit Garnasih, pada tanggal 13 dan 30 Januari 2011.
- Ramadhan KH, 1981, Kuantar ke Gerbang, Bandung. (Siapa penerbitnya ya?)
- Wiana Sundari (ed), Dra Eha Solihat, Drs. Eddy Sunarto, Dra., “Rumah Bersejarah -
Inggit Garnasih”, Disparbud Pemprov Jabar, Bandung.
Foto :
- Hasil scan dari sumber bacaan di atas
Foto lengkap kegiatan Aleut! Inggit Garnasih bisa dilihat di
http://www.facebook.com/album.php?id=519229089&aid=287636
![Page 6: Aleut! Inggit Garnasih _ CeritaBandung](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011720/577c7c661a28abe0549a72e0/html5/thumbnails/6.jpg)
« Previous Next »
Leave a ReplyYour email address will not be published. Required fields are marked *
Post CommentPost Comment
Notify me of follow-up comments via email.
Notify me of new posts via email.
Like this:
Be the first to like this.
February 1, 2011 7 Replies
Name
Website
Comment
Komunitas Aleut on February 1, 2011 at 12:09 pm
Bang rumah Ciateul teh dibangun ulang bukan atas prakarsa BK?
*
*
![Page 7: Aleut! Inggit Garnasih _ CeritaBandung](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011720/577c7c661a28abe0549a72e0/html5/thumbnails/7.jpg)
Reply
rgalung on February 1, 2011 at 3:32 pm
Ya sayangnya bukan. Malah waktu Inggit ngga tinggal di rumah itu
melainkan numpang di sekitar Pasar Baru.
Reply
Asep Suryana on February 1, 2011 at 1:40 pm
Baru lihat Bang foto BK dengan Che di atas.
Kemarin waktu Minggu ngaleut ke sana, spt anjuran Pak Tito, “adakanlah
kegiatan di sini”, saya mikir keras apa ya bentuknya. Soalnya melihat
kondisi rumah kalau melibatkan banyak orang bisa merusak, halaman
rumput di belakang pun bisa terinjak-injak. Apalagi di depan rumah sdh jadi
pasar loak. Tetapi kegiatan kita dengan 25 orang (ini kayaknya dah maks.
untuk ukuran runah apalagi masuk rumah) dengan mengadakan diskusi di
beranda belakang cukup memadai. Jalur kemarin menarik dengan obyek
sejarah yang beragam. Mungkin lain kali KAA-Banceuy-Karang Anyar-
Ciateul.
Reply
rgalung on February 1, 2011 at 3:36 pm
Masih ada beberapa foto lainnya dengan Che..
Ya saya juga bingung bagaimana dapat memanfaatkan rumah itu
sebagai ruang publik, ya paling-paling sebagai tempat berdiskusi
seperti kemarin saja. Hanya repotnya, Aleut! kan gak mungkin juga
berkegiatan di sana terus, kita perlu banyak ruang yang berbeda.
Semoga publikasi seperti yang kita lakukan bisa mengajak komunitas
lain untuk turut memanfaatkan rumah itu..
Usulan jalur ngaleut itu sudah cukup sering dengan beberapa variasi
kecuali memasukkan Ciateul, ya mungkin lain waktu kita coba mang..
Nuhun.
Reply
ujanx tea on February 1, 2011 at 4:01 pm
Dulu Indonesia dgn Soekarno sangat dikagumi dan dihormati oleh bangsa
lain, tp ayeuna ???
apa tidak bisa belajar dari sejarah
![Page 8: Aleut! Inggit Garnasih _ CeritaBandung](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011720/577c7c661a28abe0549a72e0/html5/thumbnails/8.jpg)
Pingback: Catatan Ngaleut! Jejak Cinta Bung Karno part 2 ; Romansa yang
Menggetarkan Indonesia « Dunia Aleut!
Blog Stats
24,877 hits
Archives
Select Month
Recent Posts
Catatan Kunjungan ke Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip, November 2011
644
Geotrek Krakatau, 2-3 Juli 2011
Prof. Kemal C.P. Wolff Schoemaker
Kampung Apandi
Ngaleut Dayeuhkolot-Banjaran Bagian 4
Ngaleut Dayeuhkolot-Banjaran Bagian 3
Ngaleut Dayeuhkolot-Banjaran Bagian 2
Ngaleut Dayeuhkolot-Banjaran Bagian 1
Leaflet Jajal Geotrek Gunung Padang Versi 2 (Truedee)
Reply
rgalung on February 1, 2011 at 4:12 pm
Begitulah Man.. Kumaha deui atuh nya? Ya sudah, kita-kita saja yang
melaksanakannya heu-euh, hehe
Reply
![Page 9: Aleut! Inggit Garnasih _ CeritaBandung](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011720/577c7c661a28abe0549a72e0/html5/thumbnails/9.jpg)
Email Subscription
Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts
by email.
Join 7 other followers
Sign me up!
Pages
Tentang Saya
View Full Site
Now Available! Download WordPress for Android
Blog at WordPress.com.