aliran jabariah dan qodariah
TRANSCRIPT
BAB I
Aliran Jabariah dan Qodariah
A. Pendahuluan
Dalam pandangan para mutakallimin, seringkali perbincangan tentang manusia hampir
selalu berujung pada tema-tema relasi teologis, seperti hubungan antara makhluk dengan Kholik.
Tema-tema seperti itu, meskipun berat untuk dipikirkan, selalu menarik untuk di bicarakan
paling tidak karena dua alasan. Pertama, karena manusia pada dasarnya merupakan makhluk
religius, makhluk yang memiliki kesadaran keberagamaan yang pada tingkat tertentu dapat
menjadi spirit yang sangat dominan. Seluruh kehendaknya digerakkan oleh kekuatan raksasa
yang sering kali sulit dikendalikan. Bahkan kekuatan rasio sekalipun tidak lagi mampu
memberikan pertimbangan-pertimbangan penyeimbang sehingga akhirnya ia pasrah atas
kehendak itu.
Munculnya kekuatan religi ini pada manusia sekaligus mencerminkan adanya batas-batas
kehendak manusia, yang karena ketidak berdayaannya ia menjadi makhluk yang sangat fatalistic,
dan hanya bergerak pada ketergantungan spiritual yang hampir tidak mengenal batas. Dalam
sejarah peradaban umat manusia, watak teologis seperti ini pernah dituduh sebagai sumber utama
ketertinggalan dan keterbelakangan. Sehingga muncul suatu asumsi bahwa ikhtiar
membangkitkan karsa manusia hanya dapat dilakukan dengan mengembalikan citra teologis itu
pada pandangan yang lebih rasional.Kedua, karena manusia juga pada saat yang sama
merupakan makhluk rasional, makhluk yang berdasarkan fitrah penciptaannya dipandang
memiliki kelebihan eksklusif. Fasilitas akal yang sengaja dianugerahkan Tuhan kepada manusia
telah membentuk dirinya sebagai makhluk yang bebas dan merdeka. Kebebasan dan
kemerdekaan berfikir inilah yang pada gilirannya telah memberikan warna pluralisik, baik pada
tatanan sosial maupun spiritual.
Pola-pola berpikir teologis di atas, tanpa disadari kini telah melengkapi khazanah
pemikiran Islam yang sangat progresif. Bahkan lebih dari itu, kehadiran produk berpikir tersebut,
telah pula membentuk “semacam” mazhab teologi yang secara dikotomik terbelah pada kekuatan
Qodariah dan Jabariah.
1
Seperti apa yang telah diterangkan pada posisi atau kondisi kejadian Qodariah, kehendak
Tuhan terlaksana melewati kehendak manusia. Pada posisi atau kondisi kejadian Jabariah,
kehendak Tuhan terlaksana melewati kehendak kompleks yaitu kehendak alam lingkungan yang
unsurnya komplek, dimana manusia juga menjadi salah satu unsurnya.
Berdasarkan argumen diatas, maka makalah ini mencoba mengulas tentang kedua paham
tersebut, bagaimana asal-usulnya, siapa tokoh-tokohnya, bentuk ajaran-ajarannya, dan aspek-
aspek lain dalam kaitannya dengan Sejarah Pemikiran Islam. Paling tidak, kajian ini mampu
memberi pendalam pemahaman kita terhadap faham Jabariah dan Qodariah.
2
BAB II
B. Pembahasan Aliran Jabariah
1. Latar Belakang Munculnya Aliran Jabariah
Kata Jabariah berasal dari kata Jabara yang berarti Memaksa.Didalam Al-Munjid ,
dijelaskan bahwa nama Jabariah berasal dari kata Jabara yang mengandung arti memaksa dan
mengharuskannya melakukan sesuatu.1kalau dikatakan ,Allah mempunyai sifat Al-jabbar (dalam
bentuk Mubalaghah),itu artinya Allah Maha Memaksa. ungkap Al-Insan majbur (bentuk isim
maf’ul) mempunyai arti bahwa manusia dipaksa atau terpaksa .selanjutnya,Kata Jabara (bentuk
pertama),setelah ditarik menjadi jabariah (dengan menambah nisbah),memiliki arti suatu
kelompok atau aliran (isme).lebih lanjut Asy-Syahratsani menegas bahwa paham Al-Jabr berarti
menghilangkan perbuatan manusia dalam arti yang sesungguhnya dan menyandarkan nya kepada
Allah .2
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai asal –usul kemunculan dan perkembangan
Jabariah ,perlu dijelaskan mengenai orang yang melahirkan dan menyebarluaskan faham Al-
jabar dan dalam situasi apa saja faham ini muncul. Faham Al-Jabar pertama sekali
diperkenalkan oleh Ja’d bin Dirham kemudian disebarkan oleh Jahm bin Shafwan dari
kurasan.dalam sejarah Teologi Islam ,jahm tercatat sebagai tokoh yang mendirikan Aliran
Jahmiyah dalam kalangan Murji’ah .Ia adalah sekretaris Suraih bin Al-haris dan selalu
menemani nya dalam gerakan melawan kekuasaan Bani Umayah.3namun,dalam
perkembangannya ,faham al-jabar juga dikembangkan oleh tokoh lainnya diantaranya Al-Husain
bin Muhammad An-Najjar dan Ja’d Dirrar.
Mengenai kemunculan faham al-jabar ini ,para ahli sejarah pemikiran mengkajinya
melalui pendekatan geokultural bangsa Arab.diantara para ahli yang dimaksud adalah Ahmad
Amin .ia menggambarkan bahwa kehidupan bangsa Arab yang dikungkung oleh gurun pasir
1 Luwis Ma’luf, “Al-Munjid fi al-lughah wa Al-Alam”, Beirut ,Dar Al-Masyriq.1998,hal.782 Asy-syahratnasy , “Al-Mihal Wa An –Nihal” ,Darul Fikr,Beirut hal.853 Ibid
3
sahara memberikan pengaruh besar ke dalam cara hidup mereka .4ketergantungan mereka kepada
alam sahara yang ganas telah memunculkan sikap penyerahan diri terhadap alam.
Lebih lanjut ,Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian ,masyarakat
Arab tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan sekeliling mereka sesuai dengan keinginan
sendiri .mereka merasa lemah dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup.Akhirnya ,mereka
banyak bergantung pada kehendak alam.hal ini membawa mereka kepada Sikap Fatalism.5
Sebenarnya benih-benih faham Al-jabar sudah muncul jauh sebelum kedua tokoh
diatas .Benih-benih itu terlihat dalam peristiwa sejarah berikut ini:
a. Suatu ketika Nabi menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam masalah
takdir Tuhan .Nabi melarang mereka untuk memperdebatkan persoalan tersebut , agar
terhindar dari kekeliruan penafsiran tentang ayat-ayat Tuhan mengenai takdir.6
b. Khalifah Umar Bin khatab pernah menangkap seseorang yang ketahuan mencuri .
Ketika diinterogasi,pencuri itu berkata “Tuhan telah menentukan aku mencuri”.
Mendengar ucapan itu ,Umar marah sekali dan menganggap orang itu telah berdusta
kepada Tuhan .oleh karena itu ,Umar memberi dua jenis hukuman kepada pencuri
itu.pertama ,hukuman potong tangan karena mencuri .kedua hukuman dera karena
menggunakan dalil takdir Tuhan.7
c. Khalifah Ali Bin Abi Thalib seusai perang Shiffin ditanya oleh seorang tua tentang
qadar (ketentuan)Tuhan dalam kaitannya dengan pahala dan siksa.Orang tua itu
bertanya , “Bila perjalanan (menuju perang Shiffin) itu terjadi dengan qadha dan
Qadar Tuhan ,tak ada pahala sebagai balasan nya.” Ali menjelaskan bahwa qadha
dan Qadar itu merupakan paksaan ,batallah pahala dan siksa ,gugur pulalah makna
janji dan ancaman Tuhan ,serta tidak ada celaan Allah atas pelaku dosa dan pujian
Nya bagi orang-orang baik.8
4 Ahmad Amin, “Fajr Islam”Maktab An-nahdhah Al-Misriyah li Ashhabiha Hasan Muhammad Wa Auladihi ,Cairo 1924 hal.45 Nasutian ,Loc.cit6 Aziz Dahlan, “Sejarah Perkembangan Pemikiran dalam Islam”,Beuneubi Cipta ,Jakarta ,1987 hlm 27-297 Ali Mustafa Al-Ghurabi, “Tariq Al-Firaq Al-Islamiyah”, kairo .1958 hlm 158 Ibid ,hlm 28
4
d. Pada pemerintahan Daulah Bani Umayah ,pandangan tentang al-jabar semakin cuat
kepermukaan .Abdullah Bin Abbas ,melalui suratnya ,memberikan reaksi keras
kepada penduduk Syiria yang diduga berfaham Al-Jabariah .9
Paparan menjelaskan bahwa bibit faham Al-jabariah telah muncul sejak awal periode
Islam .namun Al-jabar sebagai suatu pola piker atau aliran yangb dianut ,dipelajari dan
dikembangkan, baru terjadi pada masa pemerintahan Daulah Bani Umayah ,yakni oleh kedua
tokoh yang telah disebut diatas .10
Berkaitan dengan kemunculan aliran Jabariah ,ada yang mengatakan bahwa
kemunculannya diakibatkan oleh pengaruh pemikiran asing,yaitu pengaruh agama Yahudi
bermazhab Qurra dan agama Kristen bermazhab Yacobit.11 Namun ,tanpa pengaruh asing
itu,faham Al-Jabariah akan muncul juga dikalangan umat islam .di dalam Al-Qur’an sendiri
terdapat ayat-ayat yang dapat menimbulkan faham ini,misalnya:
Firman Allah SWT Surah Al-An’am (6) ayat 111 yang berbunyi;
Artinya: 111. Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui
(Q.S.Ash-Shaffat{37}:96)
Artinya: 096. Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".
9 Ahmad Abdul Rozak, “ilmu kalam”, pustaka setia hlm 6510 Harun Nasution , “islam ditinjau dari berbagai aspek” ,UI press cet VI ,Jakarta ,1986 hlm 3711 Sahiludin A,Nasir, ‘Pengantar Ilmu Kalam” , Rajawali ,1991,Jakarta hlm 133
5
(Q.S.Al-Anfal{8]:17)
Artinya: 017. Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu'min, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Q.S.Al-Insan {76}:30)
Artinya: 030. Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Hadist Rasullullah SAW
: قال ل قا عنهما الله رضي ص العا وبن عمر بن الله عبد محمد بى ا ع�ن : تبعا هواه يكون حتى كم حد ا يؤمن ال وسلم عليه الله صلي الله رسول
به جئت ()لما دصحيح بإسنا الحجة كتاب في روينا صحيح حديثArtinya:Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Ash ra.berkata:Rasullullah Saw
bersabda , “Tidak beriman seseorang diantara kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti ajaran-
ajaran yang aku bawa. “(Hadist Shahih,kami riwayatkan dalam kitab Al-Hajjah dengan sanad
yang shahih)”.
Ayat –ayat tersebut terkesan membawa seseorang pada alam pikiran Jabariah .mungkin inilah
yang menyebabkan pola pikir Jabariah masih tetap ada dikalangan umat Islam hingga kini
walaupun anjurannya telah tiada.
6
2. Tokoh-Tokoh Tunci Dan Ajaran-Ajaran Dasar
Menurut Asy-syahratsani , Jabariah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian ,ekstrim
dan moderat.12 Diantara doktrin Jabariah ekstrim adalah pendapatnya bahwa segala perbuatan
manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri,tetapi perbuatan yang
dipaksakan atas dirinya .misalnya,kalau seseorang mencuri ,perbuatan mencuri itu bukanlah
terjadi atas kehendak sendiri,tetapi timbul karena Qadha dan Qadar Tuhan yang menghendaki
demikian .13Diantara pemuka Jabariah ekstrim adalah berikut:
a) Jahm bin Shofwan (Al-jahmiyyah)
Nama lengkap adalah Abu Mahrus jaham bin Shafwan .ia berasal dari Khurasan ,
bertempat tinggal di Khufah ;ia seorang da’I yang fasih dan lincah (orator);Ia menjabat
sebagai sekretaris Harist bin Surais ,seorang mawali yang menentang pemerintah Bani
Umayah di Khurasan,Ia ditawan kemudian dibunuh secara politis tanpa ada kaitannya
dengan agama.
Sebagai seorang penganut dan penyebar faham jabariah ,banyak usaha yang
dilakukan Jahm yang tersebar ke berbagai tempat,seperti ke Tirmidzi dan Balk.
Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan teologi adalah sebagai berikut:
1. Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa.Ia tidak mempunyai daya ,tidak
mempunyai kehendak sendiri,dan tidak mempunyai pilihan.pendapat Jahm
tentang keterpaksaan ini lebih terkenal dibandingkan dengan pendapatnya
tentang surga dan Neraka ,konsep iman,kalam Tuhan,meniadakan sifat
Tuhan(Nahyu As-sifat),dan melihat Tuhan di Akhirat.
2. Surga dan Neraka tidak kekal.Tidak ada yang kekal selain Tuhan.
3. Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati.Dalam hal
ini,pendapatnya sama dengan konsep iman yang dimajukan kaum Murjiah.
4. Kalam Tuhan adalah mahluk .Allah Maha suci dari sifat dan keserupaan
dengan manusia seperti berbicara,mendengar dan melihat.Begitu pula Tuhan
tidak dapat dilihat dengan indera mata di akhirat kelak.
12 Asy-Syahrastani, “Al-MIhal Wa Al-Nihal” , Aliran-Aliran Teologi dalam Sejarah Umat Islam,PT.Bina Ilmu 2003 hlm.7113 Nasution ,op.cit.hlm 34
7
Dengan demikian ,dalam beberapa hal,pendapat Jahm hampir sama dengan
Murji’ah, Muktazilah ,dan Asy’ariyah.itulah sebabnya para pengkritik dan
sejarawan menyebutnya dengan Al-Mu’tazili,Al-Murji’I,dan Al-Asy’ari.
b. Ja’d bin Dirham
Al-Ja’d adalah seorang Maulana Bani Hakim,tinggal di Damaskus .Ia
dibesarkan didalam lingkungan orang Kristen yang sedang membicarakan
Teologi.Semula ia percaya untuk mengajar di lingkungan pemerintah Bani Umayah
,tetapi setelah tampak pikiran –pikirannya yang kontroversial ,Bani Umayah
menolak nya .Kemudian Al-Ja’d lari ke Kufah dan disana ia bertemu dengan
Jahm,serta mentransfer pikirannya kepada Jahm untuk dikembangkan dan disebar
luaskan.
Doktrin pokok Ja,d secara umum sama dengan pikiran Jahm,Al-Ghuraby
menjelaskannya sebagai berikut .14
1. Al-quran itu adalah Makhluk .oleh karena itu ,dia baru.sesuatu yang baru itu
tidak dapat disifatkan kapada Allah SWT.
2. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan Makhluk ,seperti
berbicara,melihat,dan mendengar.
3. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.
Berbeda dengan Jabariah Ekstrim,Jabariah Moderat mengatakan bahwa Tuhan memang
menciptakan perbuatan manusia ,baik perbuatan jahat maupun perbuatan baik,tetapi manusia
mempunyai bagian didalamnya.Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek
untuk mewujudkan perbuatannya .inilah yang dimaksud dengan kasab(acquistin).15 Menurut
Faham Kasab,manusia tidaklah majbur(dipaksa oleh Tuhan),tidak seperti Wayang yang
dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan ,tetapi manusia memperoleh
perbuatan yang diciptakan Tuhan.
14 Al-Ghuraby,op.cit;hlm28-2915 Nasution.op.cit;hlm 35
8
Yang termasuk tokoh Jabariah moderat adalah berikut ini:
a) An-Najjar (An-Najjariyah)
Nama lengkapnya adalah Husein bin Muhammad An-Najjar (Wafat 230 H).Para pengikut
nya disebut An-Najjariyah atau Al-Husainiyah .Diantara pendapat-pendapat nya adalah :
1. Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia,tetapi manusia mengambil bagian atau
peran dalam mewujudkan perbuatan –perbuatan itu.itulah yang disebut dengan Kasab
dalam teori Al-Asy’ary.16Dengan demikian ,manusia dalam pandangan An-najjar tidak lagi
seperti wayang yang digerakkan bergantung pada dalang ,sebab tenaga yang diciptakan
Tuhan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya.
2. Tuhan tidak dapat dilihat di Akhirat.Akan tetapi ,An-Najjar menyatakan bahwa Tuhan
dapat saja memindahkan potensi hati (ma’rifat) pada mata sehingga manusia dapat melihat
Tuhan .17
b) Adh-dhirar
Nama lengkapnya adalah Dhirar bin Amr.Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama
dengan Husein An-Najjar ,yakni bahwa manusia tidak hanya merupakan wayang yang
digerakkan dalang . Manusia mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatan nya dan tidak
semata-mata dipaksa dalam melakukan perbuatannya.18secara tegas .Dhirar mengatakan bahwa
satu perbuatan dapat ditimbulkan oleh dua pelaku secara bersamaan ,artinya perbuatan manusia
tidak hanya
ditimbulkan oleh Tuhan ,tetapi juga oleh manusia itu sendiri.Manusia turut berperan dalam
mewujudkan perbuatan-perbuatannya.19
Mengenai ru’yat Tuhan di Akhirat ,Dhirar mengatakan bahwa Tuhan dapat dilihat di
Akhirat melalui indra keenam .Ia juga berpendapat bahwa hujjah yang dapat diterima setelah
nabi adalah Ijtihad.hadist ahad tidak dapat dijadikan sumber dalam menetapkan hukum. 20
C. Pembahasan Aliran Qodariah
16
Asy-Syahratsani,Op.cit,hlm 8917 Ibid18 Nasution ,Teologi hlm,3519 Asy-Syahratsani ,Loc.cit20 ibid
9
1. Latar Belakang Munculnya Aliran Qodariah
Qadariah berasal dari bahasa Arab,yaitu dari kata qadara yang artinya kemampuan dan
kekuatan.21 Adapun menurut pengertian terminology,Qadariah adalah suatu aliran yang percaya
bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan.Aliran ini berpendapat bahwa tiap-
tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatan;Ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya
atas kehendaknya sendiri.berdasarkan pengertian tersebut ,dapat difahami bahwa qadariah
dipakai untuk nama suatu aliran yang memberi penekanan atas kebebasan dan kekuatan manusia
dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya.dalam hal ini ,Harun Nasution menegaskan bahwa
kaum Qodariah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai Qudrah atau kekuatan untuk
melaksanakan kehendaknya,dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk
pada Qadar Tuhan.22
Seharusnya ,sebutan Qadariah diberikan kepada Aliran yang berpendapat bahwa Qadar
menentukan segala tingkah laku manusia ,baik yang bagus maupun yang jahat.Namun ,sebutan
tersebut telah melekat kaum Sunni,yang percaya bahwa manusia mempunyai kebebasan
berkehendak.
Menurut Ahmad Amin,sebutan ini diberikan kepada para pengikut faham Qadar oleh
lawan mereka dengan merujuk Hadist yang menimbulkan kesan negatif bagi nama Qadariah 23
Hadist itu berbunyi:
Artinya: “Kaum Qadariah adalah Majusinya umat Ini”. 24
Kapan Qadariah muncul dan siapa tokoh-tokohnya?Merupakan dua tema yang masih
diperdebatkan .Menurut Ahmad Amin ,ada ahli teologi yang mengatakan bahwa Qadariah
pertama sekali dimunculkan oleh Ma’bad Al-Jauhadi dan Ghailan Ad-Dimasyqy.25Ma’bad
adalah seorang taba’I yang dapat dipercaya dan pernah berguru pada hasan Al-basri.Adapun
21 Luwis Ma’luf Al-Yusu’I, “Al-Munjid”, Al-khatahulikiyah ,Beirut ,1945 , hlm 43622 Nasution , “Teologi Islam”,….hlm 3123 Ahmad Amin , “fajr Al-Islam “, maktabah An-nahdhah Al-Misriyah LI ashhabiha Hasan Muhammad wa Auladihi,kairo,1924.hlm 28424 Hadist ini terdapat di dalam Sunan Abu Daud, “Kitab As-Sunnah”, bab 16 ,fi Al-Qadr.25 Ahmad Amin,op.cit,hlm 284
10
ghailan adalah seorang orator berasal dari Damaskus .dan ayahnya menjadi Maula Usman bin
Affan.26
Ibnu Natabah dalam kitabnya Syarh Al-Uyun,seperti dikutip Ahmad Amin,member
informasi lain bahwa yang pertama sekali memunculkan faham Qadariah adalah orang Irak yang
semula beragama Kristen kemudian masuk islam dan balik lagi ke agama Kristen.Dari orang
inilah,Ma’bad dan Ghailan mengambil faham ini.orang Irak yang dimaksud ,sebagaimana
dikatakan Muhammad Ibnu Syu’ib yang memperoleh Informasi dari Al-Auza’I,adalah Susan.27
Sementara itu,W.Montgomery Watt menemukan dokumen lain melalui tulisan Hellmet
Ritter dalam bahasa Jerman yang dipublikasikan melalui majalah Der Islam pada tahun1933.
Artikel ini menjelaskan bahwa faham Qadariah terdapat dalam kitab Risalah dan ditulis untuk
Khalifah Abdul Malik oleh Hasan Al-Basri sekitar 700 M.Hasan Al-Basri (642-728) adalah anak
seorang tahanan di Irak.Ia lahir di Madinah,tetapi pada tahun 657,pergi ke Basrah dan tinggal
disana sampai akhir hayatnya.Apakah Hasan Al-Basri termasuk orang qodariah atau bukan,hal
ini memang menjadi perdebatan .Namun yang jelas ,berdasarkan catatannya yang terdapat dalam
kitab Risalah ini ia percaya bahwa manusia dapat memilih secara bebas antara baik dan
buruk.Hasan Yakin bahwa manusia bebas memilih antara berbuat baik atau berbuat buruk.
Ma’bad Al-Jauhani dan Ghailan ad-Dimasyqy,menurut Watt,adalah penganut Qadariah
yang hidup setelah Hasan Al-Basri.28 dihubungkan dengan keterangan Adz-Dzahabi dalam
Mizan Al-I’tidal,seperti dikutip Ahmad Amin yang menyatakan bahwa Ma’bad Al-Jauhani
pernah belajar pada Hasan Al-Bashri,maka sangat mungkin faham Qadariah ini mula-mula
dikembangkan Hasan Al-Bashri.dengan demikian ,keterangan yang ditulis oleh Ibn Natabah
dalam Syahrul Al-Uyum bahwa faham Qadariah berasal dari orang Irak Kristen yang masuk
Islam dan kemudian kembali kepada Kristen ,adalah hasil rekayasa orang yang tidak sependapat
dengan faham ini agar orang-orang tidak tertarik dengan pikiran Qadariah .lagi pula menurut
Kremer ,seperti dikutip Iqnaz Goldziher,dikalangan Gereja Timur ketika itu terjadi perdebatan
tentang butir doktrin Qodariah yang mencekan pikiran para teolognya.29
26 ibid27 Al-bagdadi, “Al-Farq bain Al-Firaq”, Maktabah Muhammad Ali Subeih,Kairo ,hlm.1828 Ibid hlm 2829 Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, “ilmu Kalam” , Pustaka Setia hlm 72
11
Berkaitan dengan persoalan pertama kalinya Qadariah muncul,ada baiknya bila meninjau
kembali pendapat Ahmad Amin yang menyatakan kesulitan untuk menentukannya.para peneliti
sebelumnya pun belum sepakat mengenai hal ini karena penganut Qadariah ketika itu banyak
sekali.sebagian terdapat di Irak dengan bukti bahwa gerakan ini terjadi pada pengajian Hasan Al-
Basri.pendapat ini dikuatkan oleh Ibn Natabah bahwa yang mencetuskan pendapat pertama
tentang masalah ini adalah seorang Kristen dari Irak yang telah masuk Islam pendapatnya itu
diambil oleh Ma’bad dan Ghailan.sebagian lain berpendapat bahwa faham ini muncul di
Damaskus .Diduga disebabkan oleh pengaruh orang-orang Kristen yang banyak di pekerjakan di
Istana-istana Khalifah.
Faham Qadariah mendapat tantangan keras dari umat islam ketika itu.Ada beberapa hal
yang mengakibatkan terjadi reaksi keras ini,pertama , seperti pendapat Harun Nasution ,karena
masyarakat Arab sebelum Islam kelihatannya di pengaruhi oleh Faham Fatalis.kehidupan
Bangsa Arab saat itu sangat sederhana dan jauh dari pengetahuan.Mereka selalu terpaksa
mengalah kepada keganasan alam,panas yang menyengat ,serta tanag dan gunungnya yang
gundul.mereka merasa dirinya lemah dan tak mampu menghadapi kesukaran hidup yang
ditimbulkan oleh alam sekelilingnya .faham ini terus di anut kendatipun mereka sudah beragama
Islam.Karena itu,ketika faham Qodariah dikembangkan, meraka tidak apat menerimanya .faham
Qodariah itu dianggap bertentangan dengan doktrin Islam.
Kedua, tantangan dari pemerintah ketika itu.Tantangan ini sangat mungkin terjadi karena
para pejabat pemerintah menganut faham Jabariah .ada kemungkinan juga penjabat pemerintah
menganggap gerakan faham Qodariah sebagai suatu usaha menyebarkan faham dinamis dan
daya kritis rakyat ,yang pada gilirannya mampu mengkritik kebijakan-kebijakan mereka yang
dianggap tidak sesuai , dan bahkan dapat menggulingkan mereka dari tahta kerajaan.
2. Tokoh-tokoh kunci dan ajaran-ajaran dasar
Dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal,pembahasan masalah Qadariah disatukan dengan
pembahasan tentang doktrin-doktrin Mu’tazilah,sehingga perbedaan antara kedua aliran ini
kurang begitu jelas.30 Ahmad Amin juga menjelaskan bahwa doktrin Qadar lebih luas dikupas
oleh kalangan Mu’tazilah sebab faham ini juga menjadikan salah satu doktrin
30 Asy-Syahratsani,op.cit,hlm 85
12
Mu’tazilah.akibatnya,seringkali orang menamakan Qadariah dengan Mu’tazilah karena kedua
aliran ini sama-sama percaya bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan
tindakan tanpa campur tangan Tuhan.
Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghalian tentang doktrin Qadariah bahwa manusia
berkuasa atas perbuatan-perbuatannya.Manusia sendirilah yang melakukan baik atas kehendak
dan kekuasaan sendiri dan manusia sendiri pula yang melakukan atau menjauhi perbuatan-
perbuatan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri.31Salah seorang pemuka Qadariah yang
lain,An-Nazzam ,mengemukakan bahwa manusia hidup mempunyai daya.Selagi hidup manusia
mempunyai daya,ia berkuasa atas segala perbuatannya.
Dari beberapa penjelasan diatas ,dapat difahami bahwa doktrin Qadariah pada dasarnya
menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri,baik berbuat
baik dan berbuat jahat .Oleh karena itu,ia berhak pula memperoleh hukuman atas kejahatan yang
diperbuatnya.Dalam kaitan ini,bila seseorang diberi ganjaran baik dengan balasan surga kelak di
akhirat dan di beri ganjaran siksa dengan balasan neraka kelak di akhirat.itu berdasarkan pilihan
pribadinya sendiri,bukan oleh takdir Tuhan.Sungguh tidak pantas ,manusia menerima siksaan
atau tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan dab kemampuannya sendiri.
Faham takdir dalam pandangan Qadariah bukanlah dalam pengertian takdir yang umum
dipakai oleh bangsa Arab ketika itu,yaitu faham yang mengatakan bahwa nasib manusia telah
ditentukan terlebih dahulu .Dalam perbuatan –perbuatannya ,manusia hanya bertindak menurut
nasib yang telah ditentukan sejak azali terhadap dirinya.Dalam faham Qadariah ,takdir itu
adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya bagi alam semesta beserta seluruh isinya,sejak azali
,yaitu hokum yang dalam istilah Al-quran adalah sunnatullah .
Secara alamiah,sesungguhnya manusia telah memiliki takdir yang tidak dapat
diubah.Manusia dalam dimensi Fisiknya tidak dapat berbuat lain,kecuali mengikuti hukum
alam .misalnya ,manusia ditakdirkan oleh Tuhan tidak mempunyai sirip seperti ikan yang
mampu berenang di lautan lepas.Demikian juga ,manusia tidak mempunyai kekuatan seperti
gajah yang mampu membawa barang beratus kilogram, dan lain-lain.akan tetapi, manusia
ditakdirkan mempunyai daya fikir yang kreatif.Demikian juga anggota tubuh lainnya dapat
31 Harun Nasution ,Teologi Islam hlm.31
13
berlatih sehingga dapat tampil membuat sesuatu.dengan daya fikir yang kreatif dan anggota
tubuh yang dapat dilatih terampil ,manusia dapat meniru apa yang dimiliki oleh ikan sehingga
dia dapat berenang dilautan lepas .Demikian juga,manusia dapat membuat benda lain yang dapat
membantunya membawa barang seberat yang dibawa gajah,bahkan lebih dari itu.Disinilah
terlihat semakin besar wilayah kebebasan yang dimiliki oleh manusia .Suatu hal yang benar-
benar tidak sanggup diketahui adalah sejauh mana kebebasan yang dimiliki manusia?Siapa dapat
membatasi daya imajinasi manusia ?Atau dengan pertanyaan lain ,dimana batas akhir kreativitas
manusia?.
Dengan pemahaman seperti ini ,kaum Qadariah berpendapat bahwa tidak ada alasan
yang tepat untuk menyadarkan segala perbuatan manusia kepada perbuatan Tuhan.Doktrin-
doktrin ini mempunyai tempat pijakan dalam doktrin Islam sendiri.Banyak ayat Al-quran yang
dapat mendukung pendapat ini,misalnya surat Al-Kahfi (18)
Artinya: 029. Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa
yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum
dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
Dalam surah Ali Imran {3}:165 disebutkan :
14
Artinya: 165. Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar) kamu berkata: "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalam surat Ar-Ra’d {13}:11 disebutkan:
Artinya: Artinya: 011. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Dalam surat An-Nisa {4}:111 disebutkan :
Artinya: 111. Barangsiapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Hadist Rasullullah SAW:
قا وسلم عليه الله صلى الله رسول ان عنهما الله رضي عباس ابن عنعليه : : هوا استكر وما ن والنسيا الخطأ امتي عن لي وز تجا الله ان ل
Artinya:Dari Ibnu Abbas ra.Bahwa Rasullullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mengampuni umat atas kesalahan ,kelupaan,dan atas sesuatu yang dipaksakan kepadanya.” (Hadist Hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah ,Baihaqi ,dan lain-lain)
15
D. Implikasinya pada masyarakat Islam
Masalah teologi dalam Islam telah melewati sekian banyak tahapan sejarah ummat
manusia. Dari abad klasik hingga abad posmodernisme sekarang wacana teologi Islam
nyatanya tidak terlalu beranjak jauh dari bentuk lahirnya, baik tema maupun bentuk
metodologinya. Perdebatan transendental spekulatif mengenai sifat Tuhan, kebebasan manusia,
apakah Alquran mahluk atau bukan tetap saja menjadi tema pokok dalam wacana teologi
Islam. Hal ini bisa dipahami karena tema-tema pokok teologi berdasar pada masalah tersebut.
Tetapi masalahnya adalah mengapa wacana teologi dalam Islam tidak beranjak dari tema-tema
tersebut menuju pada tema yang lebih historis social, yang lebih dekat pada sisi praktis
kehidupan manusia sekarang, misalnya tentang HAM, kemiskinan, demokrasi, kapitalisme,
globalisasi ekonomi, pemanasan global, masalah perempuan dan lain sebagainya.
Idealnya, seharusnya pengetahuan teologi dapat berdaya guna bagi kehidupan manusia
sebab fungsi utama dari keilmuaan teologi adalah mengarahkan manusia pada kehidupan yang
baik dan benar. Dalam merespon tujuan tersebut wacana teologi wajib mengikuti dinamika
zaman, sebab jika tidak demikian, maka teologi dikatakan tidak fungsional terhadap daya
hidup ummat. Dengan demikian wacana teologi harus berbanding lurus dengan sisi sejarah dan
realitas ummat.
Pengembangan wacana teologi dari wacana dasarnya telah dilakukan oleh beberapa
kalangan terbatas, semisal apa yang dilakukan oleh Hasan Hanafi dengan transfomasi teologi
dari wacana transenden menuju wacana revolusi praktis untuk menggerakkan masyarakat
Islam untuk mendapatkan kembali kejayaan sosialnya seperti yang pernah tecapai pada masa
kejayaan Islam sebelumnya. Demikian juga apa yang serukan oleh Fazlurrahman, seorang
pemikir Islam yang terusir dari Pakistan, kampung halamannya sendiri, menyatakan perlunya
rekonstuksi sistematis pada bangunan keilmuan teologi Islam yang ada sekarang. Upaya-upaya
perubahan, baik metode maupun tema teologi Islam telah diusahakan oleh pemikir-pemikir
Islam neo modernism, sekalipun hanya dalam kalangan terbatas.
Di antara usaha-usaha demikianlah, tema teologi Islam seharusnya menemukan
kembali relevansinya. Jika dinamika tersebut diamati dimanakah posisi paham-paham teologi
Islam di masa kini? Dan bagaimana seharusnya paham-paham tersebut berlaku? Dan di mana
relevansi paham-paham tersebut dalam era masa kini?
16
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sebaiknya dimulia dari tinjauan epistemologi
paham atau aliran dari teologi yang dimaksud. Dalam hal ini penulis telah menguraikan dengan
singkat masalah epistemologi dari paham jabariah maupun qadariah (yang menjadi tema dalam
makalah ini). Dari pembahasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa baik jabariah maupun
qadariyah mempunyai peristiwa epistemologi yang berbeda. Epistemologi yang berbeda akan
melahirkan cara pandang dan aksi yang berbeda pula. Salah satu contoh yang dapat
dikemukakan dalam pembahasan ini adalah pendekatan kronologis di masa pemerintahan
khalifah Alma’mun, di mana pada masa tersebut aliran teologi muktazilah diadopsi sebagai
paham resmi negara dan dapat dilihat beberapa kemajuan yang terkait dengan dimensi
pemahaman teologi liberal tersebut. Pada masa itu perkembangan ilmu pengetahuan
mengalami ekspansi hingga melewati batas-batas normative tradisi Islam sebelumnya.
Meskipun secara politis ada beberapa masalah. Tetapi pengaruh aliran teologi muktazilah yang
berpaham qadariah jelas memiliki implikasi perkembangan ilmu pengetahuan pada masa
tersebut.
Terlepas dari perbedaan antara paham jabariah dan paham qadariah dalam memahami
kewenangan Tuhan, di mana tema semacam ini dianggap sebagai tema pokok teologi Islam
klasik, tetapi implikasi kedua paham ini akan ditinjau pada sisi realitas empiric ummat Islam.
Tentu saja pendekatan ini telah dianggap cukup transformatif meskipun tetap saja masi
diaggap kurang maksimal, karena realitas maju mundurnya ummat Islam pada masa kini belum
tentu digerakkan oleh pemahaman apakah mereka berpaham jabariah ataukah berpaham
qadariyah. Artinya korelasi paham teologi dengan gerak sejarah ummat Islam abad post
modern sekarang sangat komplek untuk ditentukan. Hal itu terjadi karena abad ini adalah abad
social-ekonomi dan politik yang penuh dengan siliweran isme-isme.
Ada beberapa contoh yang dapat dilihat mengenai hal tersebut: di kampung saya
hampir dapat dipastikan masyarakatnya menganut paham jabariah ekstrim, tetapi mereka
mempunyai etos kerja yang sangat tinggi. Waktu (jam) kerja masyarakat tersebut dimulai dari
jam 05:30, setelah shalat subuh. Yang petani berangkat ke sawah dan ladangnya yang
pedagang berangkat ke pasar dan mereka masing-masing pulang ke rumahnya setelah hampir
magrib. Jam istirahat hanya di waktu makan dan shalat saja. Penghasilan mereka rata-rata
dibawah standar kehidupan ekonomi modern. Artinya keterkaitan antara paham jabariah yang
dianut masyarakat di kampung saya memang kelihatan berbanding lurus dengan kondisi
17
keuangan mereka, karena mereka dianggap fatalism. Tetapi variable ini tidak berlaku mutlak
jika diadakan survey lebih lanjut. Hasilnya adalah, kehidupan ekonomi mereka dapat saja lebih
baik jika harga dari hasil tani mereka dinilai lebih layak oleh pasar. Faktanya tidak demikian,
karena harga terkait dengan banyak variable lain, misalnya regulasi dan kebijakan pemerintah,
mazhab ekonomi, kemampuan kompetisi dan lain-lain.
Realitas ini membuktikan bahwa daya fungsi teologi Islam di masa sekarang, baik
jabariah maupun qadariya dan paham lainnya, tidak maksimal khususnya dikalangan massa
Islam. Hal ini dikarenakan perkembangan wacana teologi Islam mengalami stagnasi
pemikiran. Amin Abdulah melihat masalah tersebut diakibatkan oleh beberapa factor. Yang
petama, adalah hilangnnya daya kritis ummat terhadap masalah-masalah keagamaan termasuk
soal teologi. Kedua, akibat trauma perseteruan pemikiran al-Gazali dan Ibnu Zina. Ketiga
akibat dominasi pemikiran syariah formalistic. Dan tidak berkembangnya pemikiran filosofis
dikalangan ummat Islam yang menghilangkan daya nalar ummat dalam melahirkan ide-ide
segar. Keadaan ini menjadikan pemikiran teologi ummat Islam stagnan ditempat dan
kehilangan tema di masa kini.
Dalam posisi demikianlah persoalan paham teologi dipandang dan dicermati.
Demikianpun tentang teologi jabariah maupun qadariah, tidak dapat dilepaskan dari persoalan
tersebut. Peranan kedua model teologi ini akan dirasakan jika tema-tema yang diangkat
bersentuhan langsung dengan problem massa Islam modern. Berbagai masalah social
kemanusian yang mengemuka harus ditransformasikan lewat issu-issu teologi masyarakat.
Sebab bagaimanapun potensi menggerakkan massa Islam harus lahir dari inti kepercayaan
agamanya. Dan sebaliknya pula roh ajaran agama ini harus dapat mengubah dan mengantar
ummatnya ke arah yang lebih baik.
18
BAB III
Kesimpulan
Kesimpulan makalah ini adalah :
1. Konsepsi paham jabariah menempatkan manusia pada posisi menerima segala kehendaknya
sebagai kehendak kemutlakan Tuhan. Hal ini dapat dipahami berdasarkan cara paham teologi
ini memproduksi klaim teologinya.
2. Konsepsi paham qadariyah menempatkan manusia sebagai mahluk bebas dalam
berkehendak. Paham ini menggunakan akal (di luar teks sebagai cara memperoleh pengetahuan
tentang kebebasan itu).
3. Peran dua teologi ini dalam dunia Islam masa kini tidak maksimal dikarenakan pada
umumnya wacana teologi Islam tidak bersentuhan langsung dengan konteks massa muslim
dewasa ini.
Adapun kelebihan dan kekurangan Aliran Jabariyah antara lain sebagai berikut.
Kelebihannya yaitu:
1. Kita menjadikan diri kita selalu menyandarkan segala tingkah laku dan perbuatan kepada
Allah SWT
2. Menjadikan kita selalu rendah kepada Makhluk (Sifat Wara”) Apa lagi kepada Allah
SWT.
3. Menjadikan kita sadar akan kehebatan dan kebesaran Allah SWT.
Kekurangannya yaitu:
1. Menjadi Fatalisme (rendah) kepada Manusia
2. Menjadi kita malas dalam menjalankan hidup dan kehidupan ini
3. Tidak mau berusaha mengubah takdir yang dijanjikan Allah SWT.
Adapun kelebihan dan kekurangan Aliran Qodariah antara lain sebagai berikut:
Kelebihannya yaitu:
1. Menjadikan kita orang yang selalu berusaha dalam menjalankan hidup
2. Memiliki pemikiran yang tajam dalam memahami sesuatu
3. Dapat menciptakan ide-ide baru yang mendukung perubahan kehidupan Manusia.
19
Kekurangan yaitu:
1. Terlalu melebihkan Akal ketimbang Wahyu (Al-quran)
2. Merasa mampu menjalankan kehidupan tanpa bantuan orang lain
3. Merasa bangga terhadap yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Amin,Falsafah Kalam,Pustaka pelajar,Yogyakarta,1995
Amin Ahmad,Fajr Al-Islam.Kairo;Maktabah An-Nasdhah Al-Misriyah Li Ashhabiha Hasan Muhammad wa Auladihi,1924
Ali ,Mukti ,Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan ,Mizan ,Bandung.
Amal,Taufiq Adnan,dan Syamsu Rizal Panggabean,Tafsir dan Konstektual Ayat, MIzan,Bandung
Bagdadi,Abd Al-Qahir bin Thahir bin Muhammad ,Al-Faraq Baim Al-Firaq,Maktabah Muhammad Ali Subeih wa Auladuhu ,Kairo ,tt
Ghurabi ,Al-Tarikh Al-Farq Al-Islamiyah wa Nasatu Ilmu Kalam Inda Al-Muslimin ,Maktabah Muhammad Ali Shabih Wa Auladuh ,Mesir .tt
Ma’luf ,Luwis ,Al-Munjid ,Al-Khathulikiyah,Beirut,1945
Nasution,Harun,Teologi Islam;Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,UI Press,Jakarta,1986
Nasution,Harun,Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya,UI Press,Jakarta,1986
Rozak ,DR.Abdul, ,M.Ag.DR.Rosihan Anwar,MAg, “ilmu Kalam” , Pustaka Setia hlm 72
Syahrastani,Al-Milal wa An- Nihal,Al-Dar Al-Fikr;Beirut tt
Syekh.M.Nafis bin Idris Al-Banjarie, Ad-durrunnafis,Nur Ilmu Surabaya.1990
20