all lapkes anklin 2011

139
PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR GLUKOSA URIN (UJI BENEDICT SEMI KUANTITATIF) 1.1 Tujuan Menentukan kadar glukosa urin dengan menggunakan metode uji benedict semi kuantitatif 2.1. Dasar Teori 2.1.1 Urin Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Mahyuzar, 2013). Urin biasanya jernih, berwarna sedikit kuning yang disebabkan oleh warna urobilinogen. Urobilinogen berasal dari bilirubin. Semakin peka urin makin kuning- cokelat warnanya dan makin tinggi berat jenisnya. Berat jenis urin normal ialah 1,002-1,305 g/mL. Urin yang keruh biasanya menunjukkan adanya kristal garam atau adanya lendir.

Upload: rere-maulidina

Post on 30-Dec-2014

253 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: All Lapkes Anklin 2011

PERCOBAAN IPENENTUAN KADAR GLUKOSA URIN (UJI BENEDICT SEMI

KUANTITATIF)

1.1 Tujuan

Menentukan kadar glukosa urin dengan menggunakan metode uji benedict

semi kuantitatif

2.1. Dasar Teori

2.1.1 Urin

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh

ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.

Ekskresi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah

yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin

disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya

dibuang keluar tubuh melalui uretra (Mahyuzar, 2013).

Urin biasanya jernih, berwarna sedikit kuning yang disebabkan oleh warna

urobilinogen. Urobilinogen berasal dari bilirubin. Semakin peka urin makin

kuning-cokelat warnanya dan makin tinggi berat jenisnya. Berat jenis urin normal

ialah 1,002-1,305 g/mL. Urin yang keruh biasanya menunjukkan adanya kristal

garam atau adanya lendir.

Apabila dibiarkan beberapa lama urin akan menjadi berbau pesing karena

terbentuk amoniak (NH3) dari urea atau dari ion ammonium. Urin bersifat asam

(pH < 7) karena makanan yang mengandung banyak protein akan menurunkan pH

urin. Sedangkan makanan yang banyak mengandung sayuran menaikkan pH urin.

pH normal urin 4,5-8,00. Volume urin yang normal ialah 900-2100 cc per hari.

(Irianto, 2004)

Urin mengandung berbagai produk sisa dalam konsentrasi tinggi plus bahan-

bahan yang diatur oleh ginjal dalam jumlah bervariasi, dengan setiap jumlah yang

berlebihan keluar ke dalam urin. Bahan-bahan yang bermanfaat dihemat melalui

proses reabsorpsi sehingga tidak ditemukan di urin. Perubahan terjadi relatif kecil

Page 2: All Lapkes Anklin 2011

2

dalam jumlah filtrat yang direabsorpsi dapat menyebabkan perubahan besar dalam

volume urin yang terbentuk (Sherwood, 2011).

Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air, zat-zat sisa nitrogen dari hasil

metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin, elektrolit (natrium,

kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat, dan sulfat), pigmen (bilirubin, urobilin), toksin

dan hormon (Syaifuddin, 2006).

Urin adalah spesimen yang paling sering dikirm untuk biakkan. Spesimen

urin mungkin harus diambil dengan prosedur bedah, misalnya aspirasi suprapubik,

sistoskopi, atau kateterisasi. Jika tidak, laboratorium harus berpegang pada

spesimen urin porsi tengah (clean-catch midstream urin), khususnya pada wanita

dan anak. Oleh karena urin itu sendiri merupakan media biakan yang baik, semua

spesimen harus diproses di laboratorium dalam waktu 2 jam setelah pengumpulan

atau disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 4°C sampai dibawa ke

laboratorium dan diproses tidak lebih dari 18 jam setelah pengumpulan.

Sedapat mungkin, spesimen urin untuk biakan harus dikumpulkan pada pagi

hari. Sebaliknya pasien diminta untuk menahan kencing semalam sebelumnya

sampai spesimen dikumpulkan.

(Vandepitte, 2011)

2.1.2 Glukosa

Glukosa ialah monomer dari karbohidrat. Glukosa dapat disintesis oleh

tumbuhan hijau semasa proses fotosintesis. Glukosa termasuk monosakarida yang

mempunyai rumus umum C6H12O6 yang disebut sebagai dekstrosa atau gula

anggur. Tumbuh-tumbuhan menyimpan glukosa sebagai karbohidrat yang

dinamai kanji dalam biji-bijian seperti beras, jagung, dan sebagainya.

Glukosa adalah suatu gula monosakarida yang merupakan salah satu

karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan

tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu fotosintesis utama dan awal bagi

respirasi. Bentuk alami (D-Glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada

industri pangan.

(Edahwati, 2010)

Page 3: All Lapkes Anklin 2011

3

Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai

glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam

hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon–hormon itu adalah

insulin, glukosa darah (hiperglikemia) terjadi jika insulin yang beredar tidak

mencukupi atau tidak dapat berfungsi dengan baik, keadaan ini disebut diabetes

melitus (Christy, 2012).

Glukosa ditemukan dalam kemih bila kadar glukosa darah melampaui 180

mg. Pengembalian molekul glukosa ditubulus proksimal merupakan proses aktif

pada sisi sel tubulus. Jumlah glukosa yang dapat dikembalikan sel tubulus ke

dalam darah dalam suatu waktu tertentu terbatas.

Volume kemih yang meningkat dalam keadaaan glukosuria disebut poliuria.

Sehubungan dengan itu, timbul rasa haus yang dinamakan polidipsi.

(Green, 2008)

Glukosa sebagai monosakarida paling sederhana kebanyakan bertindak

sebagai gula pereduksi, yang mampu mereduksi senyawa pengoksidasi. Senyawa

pengoksidasi yang selalu direduksi oleh monosakarida adalah Fe(CN)2, H2O2 dan

ion kupri (Cu2+). Gula akan dioksidasi pada gugus karbonilnya. Metode yang

sering digunakan dalam analisa kadar gula suatu sampel, biasanya menggunakan

reagen benedict. Reagen benedict mengandung ion Cu2+ yang akan direduksi oleh

gula menjadi ion Cu+ melalui proses pemanasan sehingga menghasilkan endapan

coklat atau merah bata (Indarti, 2011).

2.1.3 Pemeriksaan Urin

Glukosa akan merembes ke dalam urin jika kadar gula darah telah mencapai

ambangnya, pada kisaran angka 150-180 mg/dL. Pemeriksaan urin dapat

dilakukan dengan berbagai teknik dan dilaporkan dengan “sistem plus” satu plus

hingga empat plus

a. Keton terutama harus diperiksa selama infeksi, stress emosional, atau jika

terjadi peningkatan kadar gula darah yang sangat tinggi.

b. Protein urin juga harus diperiksa, terutama ketika gejala komplikasi ginjal

(nefropati) mulai tampak

(Arisman, 2011)

Page 4: All Lapkes Anklin 2011

4

Pemeriksaan standar untuk glukosa kemih menggunakan reagen gula

kualitatif benedict yang terdiri atas tembaga sulfat, natrium sitrat dan natrium

karbonat yang dilarutkan dalam air. Delapan tetes kemih ditambahkan pada 5 ml

reagen dan larutan dididihkan selama 3 menit. Suatu endapan hijau, kuning atau

merah menunjukkan adanya glukosa.

Pada cara tablet reagen, 5 tetes kemih dan 10 tetes air dimasukkan kedalam

tabung. 1 tablet berisi tembaga sulfat, asam sitrat, natrium karbonat dan natrium

hidroksida ditambahkan ke dalam tabung. Reaksi antara asam sitrat dan natrium

hidroksida menghasilkan panas yang cukup untuk menimbulkan pendidihan.

Warna yang timbul dibandingkan dengan warna pembanding.

Kedua jenis pemeriksaan tersebut memberikan hasil yang positif untuk

glukosa, galaktosa, laktosa, pentosa, asam homogentisik. Pada cara yang

menggunakan secara reagen, secarik pita berlapis di celupkan kedalam kemih.

Warna yang terbentuk sebagai hasil reaksi enzimatik, menunjukkan adanya

glukosa.

Enzim glukosida oksidase mengubah glukosa menjadi asam glukonat H2O2.

Hidrogen peroksida akan mengoksidasi o-toluidin pada reagen, yang karena

mengandung peroksidase menjadi senyawa berwana biru. Perubahan warna yang

terjadi itu khas untuk glukosa dan tidak akan terjadi oleh galaktosa. Perubahan

warna harus dibaca tepat setalah 1 menit. Warna lain yang timbul kemudian

diabaikan.

(Green, 2008)

Pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan glukosa dalam urin dengan

menggunakan reagen (misal : benedict, fehling, nylander).

Dinyatakan negatif (-) apabila tidak ada perubahan warna tetap biru sedikit

kehijauan (tidak ada glukosa)

a. Positif 1 (+) : warna hijau kekuningan dan keruh (terdapat 0,5-1 %)

b. Positif 2 (++) : warna kuning keruh (terdapat 1-1,5% glukosa)

c. Positif 3 (+++) : warna jingga, seperti lumpur keruh (2-3,5% glukosa)

d. Positif 4 (++++) : warna merah keruh (>3,5% glukosa)

Page 5: All Lapkes Anklin 2011

5

Reduksi (+) dalam urin menunjukkan adanya hiperglikemia diatas 170 mg

%, karena nilai ambang batas ginjal untuk absorbs glukosa adalah 170 mg%.

Reduksi (+) disertai hiperglikemia ditandai adanya penyakit DM.

(Sutedjo, 2006)

Page 6: All Lapkes Anklin 2011

6

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

a. Gelas kimia 1000 mL

b. Penangas air

c. Penjepit tabung

d. Pipet tetes

e. Pipet volume 5 mL

f. Propipet

g. Rak tabung reaksi

h. Tabung reaksi

3.1.2 Bahan

a. Aluminium foil

b. Aquades

c. Glukosa 0,3 %

d. Glukosa 1 %

e. Glukosa 5 %

f. Pereaksi benedict

g. Urin

4.1. Prosedur kerja

1. Dimasukkan 2,5 mL pereaksi benedict ke dalam 4 tabung yang telah

disiapkan

2. Diisi tabung 1 dengan urin, tabung 2 dengan larutan glukosa 0,3%, tabung 3

dengan larutan 1%, tabung 4 dengan larutan glukosa 5% masing-masing

sebanyak 4 tetes

3. Dipanaskan tabung dalam penangas air mendidih selama 5 menit

4. Diamati jika terbentuk endapan berwarna hijau, kuning atau merah

menandakan reaksi positif, sedangkan perubahan warna larutan saja berarti

negatif

Page 7: All Lapkes Anklin 2011

7

5.1 Hasil Pengamatan

5.1.1 Tabel Pengamatan

No Pereaksi Benedict Hasil Keterangan

1 Urin + Endapan hijau kemerahan

2 Glukosa 0,3% + Endapan merah

3 Glukosa 1% ++ Endapan merah

4 Glukosa 5% +++ Endapan merah

Keterangan: (+) positif mengandung glukosa

5.1.2 Reaksi

Page 8: All Lapkes Anklin 2011

8

6.1 Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar glukosa urin dengan uji

benedict semi kuantitatif. pengujian secara semi kuantitatif yaitu sampel (urin)

yang diuji setelah direaksikan dibandingkan dengan larutan pembanding yang

mengandung glukosa dengan kadar (%) yang berbeda dan telah diketahui

konsentrasinya. Perbedaan semikuantitatif dengan kuantitatif dan kualitatif adalah

pengujian kuantitatif merupakan uji yang dilakukan untuk menentukan kadar atau

konsentrasi suatu senyawa dalam suatu sampel dengan pereaksi atau alat bantu

(instrument), sedangkan pengujian kualitatif adalah uji yang dilakukan untuk

mengidentifikasi senyawa dalam suatu sampel dengan melihat perubahan warna

atau reaksi kompleks, pembentukan endapan dan perubahan pH.

Glukosa adalah karbohidrat yang tergolong dalam monosakarida.

Monosakarida yang terbentuk di dalam tubuh terjadi setelah proses perombakan

polisakarida menjadi sakarida sederhana yaitu monosakarida (selulosa) dan

galaktosa, inilah yang diserap oleh sel dan dimetabolisme menjadi ATP

(Adenosin Tri Phospat) yang digunakan oleh tubuh untuk beraktifitas. ATP adalah

bentuk energi proses atau masuknya glukosa ke dalam sel.

Urin adalah cairan sisa yang diekresikan oleh ginjal yang kemudian akan

dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan

untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan

untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin biasanya jernih, bewarna sedikit

kuning. Berat jenis urin normal ialah 1,002-1,035 g/mL. pH urin normal ialah 4,5-

8,00. Volume urin yang normal ialah 900-2100 cc per hari.

Ada beberapa macam urin yaitu urin sewaktu, urin pagi, urin postpradial,

urin 24 jam, dan urin 2/3 gelas. Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada

satu waktu yang tidak ditentukan dengan khusus. Urin pagi adalah urin yang

pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Urin postpradial

adalah urin yang pertama kali dikeluarkan 3 jam setelah makan. Urin 24 jam

adalah urin yang dikeluarkan dan ditampung dalam waktu 24 jam. Urin 2/3 gelas

adalah urin yang dikemihkan langsung ke dalam gelas-gelas tanpa menghentikan

aliran urinnya.

Page 9: All Lapkes Anklin 2011

9

Percobaan ini menggunakan urin pagi sebagai sampel uji dan pereaksi

benedict sebagai pereaksinya. Urin pagi ialah urin yang pertama-tama dikeluarkan

pada pagi hari setelah bangun tidur. Urin pagi lebih pekat dari urin yang

dikeluarkan pada siang hari, sehingga cukup baik untuk pemeriksaan sendimen.

Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)

pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa

disakarida seperti laktosa dan maltosa. Pereaksi benedict ini berupa larutan

kuprisulfat. Natrium karbonat dan natrium suflat. Prinsipnya, pereaksi benedict

mengandung ion Cu2+ yang akan direduksi oleh gula menjadi ion Cu+ melalui

proses pemanasan sehingga menghasilkan endapan Cu2O. Adanya natrium

karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi benedict bersifat basa lemah.

Endapan yang terbentuk dapat bewarna hijau, kuning, merah bata. Warna endapan

ini diperoleh berdasarkan konsentrasi larutan karbohidrat yang diperiksa. Selain

benedict pereaksi lain yang dapat digunakan untuk uji glukosa adalah pereaksi

fehling. Fehling merupakan pereaksi yang terdiri dari fehling A dan fehling B.

Fehling A adalah larutan CuSO4 dan H2SO4 sedangkan fehling B adalah campuran

larutan NaOH dan kalium natrium tartat. Untuk menjadi pereaksi fehling, fehling

A dan B dicampur dengan perbandingan 1:1. Pereaksi fehling dalam uji glukosa

tidak digunakan karena pereaksi fehling juga dapat mengidentifikasi senyawa-

senyawa lain seperti asam urat. Sedangkan pereaksi benedict mempunyai

keuntungan sangat baik untuk mengidentifikasi gula reduksi karena mengandung

garam kupri. Akan tetapi kerugiannya, uji benedict tidak spesifik terhadap

glukosa, gula lain yang mempunyai sifat mereduksi dapat juga memberikan hasil

yang positif.

Percobaan ini menggunakan 3 sampel glukosa sebagai pembanding selain

urin dengan konsentrasi atau kadar berturut-turut yaitu 0,3%, 1%, dan 5%. Alasan

pembanding dibuat dengan konsentrasi berbeda untuk mengetahui pada

konsentrasi berapa kadar glukosa akan meningkat tinggi dan pada konsentrasi

berapa kadar glukosa akan normal. Masing-masing sampel diteteskan ke dalam

tabung reaksi yang telah diberikan pereaksi benedict, kemudian dipanaskan di

dalam penangas air. Tujuan pemanasan ini untuk mempercepat proses reaksi,

Page 10: All Lapkes Anklin 2011

10

memutuskan ikatan-ikatan karbon pada karbohidrat, serta membentuk endapan

Cu2O karena Cu2+ pada pereaksi benedict akan direduksi oleh gula menjadi ion

Cu+ melalui proses pemanasan. Setelah dipanaskan sampel didiamkan agar reaksi

antara sampel dan pereaksi benedict terbentuk dan pengendapan Cu2O dapat

terlihat jelas, selain itu untuk membuat campuran sampel dan pereaksi benedict

menjadi lebih stabil setelah mengalami proses pemanasan. Hasil yang didapat

keempat sampel positif mengandung glukosa karena menghasilkan endapan

merah. Sampel glukosa 5% memiliki endapan merah yang paling banyak,

kemudian disusul glukosa 1%, glukosa 0,3%, dan urin yang memiliki endapan

merah yang paling sedikit. Pada percobaan ini menunjukkan hasil pengujian urin

tidak harus negatif tetapi bisa positif. Hal ini bisa dikarenakan pendonor memiliki

riwayat penyakit DM (Diabetes Mellitus) atau faktor gaya hidup, terutama pola

makan sehingga hasil uji urinnya positif. Disini pola makan yang dimaksud adalah

pola makan yang terlalu berlebihan makan makanan yang manis seperti coklat,

minum soda, teh manis, susu krim dan makanan yang mengandung pemanis, bisa

juga karena pola makan yang tidak teratur sehingga menyebabkan pola makan

yang berlebihan karena terlalu lapar.

Glukosa yang terdapat dalam urin dapat disebabkan glukosuria atau

Diabetes Mellitus. Glukosuria adalah dimana terdapatnya glukosa atau gula dalam

jumlah yang berlebih dalm urin. Glukosuria sebenarnya bukan merupakan suatu

jenis penyakit, melainkan merupakan suatu gejala yang disebabkan karena adanya

peningkatan glukosa dalam darah. Meningkatnya kadar glukosa dalam darah pada

penderita diabetes mellitus, disebabkan oleh adanya gangguan pada sel-sel beta

pankreas yang mensekresikan hormon insulin. Insulin yang tidak bekerja dengan

baik atau secara optimal (atau kekurangan insulin didalam tubuh) sehingga

glukosa tidak diserap oleh sel-sel dan dibawa oleh darah hingga diekskresikan

melalui uirn. Hormon insulin adalah hormon yang mempengaruhi transport

glukosa dan sangat berperan penting dalam metabolisme glukosa ini. Jika terjadi

gangguan dari hormon insulin, disebabkan kerusakan sel penghasilnya (sel beta

pada Pulau Langerhans pankreas) atau adanya reseptor hormon insulin dan juga

Page 11: All Lapkes Anklin 2011

11

tidak dihasilkan sama sekali insulin maka akan menyebabkan gangguan

metabolisme glukosa di dalam tubuh yang disebut diabetes mellitus.

Diabetes mellitus dapat diatasi dengan cara yaitu terapi dengan obat (terapi

farmakologi) dan terapi tanpa obat (terapi non farmakologi). Terapi yang pertama

kali dilakukan dalah terapi non farmakologi seperti diet, olahraga dan tidak

merokok. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang

dalam hal karbohidrat, protein dan lemak. Berolahraga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal, serta menghindari zat-

zat nikotin dengan tidak merokok. Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat

(pengaturan diet dan olahraga) belum berhasil mengendalikan kadar glukosa,

maka perlu dilakukan langkah berikutnya berupa penatalaksanaan terapi obat,

baik dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral, terapi insulin atau kombinasi

keduanya. Pemberian obat hipoglikemik oral seperti obat golongan sulfonylurea,

biguanid dan tiazolidindion.

7.1 Kesimpulan

Page 12: All Lapkes Anklin 2011

12

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Sampel urin positif menunjukkan hasil positif mengandung glukosa dengan

terbentuknya endapan hijau kemerahan

2. Semua sampel larutan glukosa yaitu larutan glukosa 0,3%, larutan glukosa

3%, dan larutan glukosa 5% menunjukkan hasil positif mengandung glukosa

dengan adanya endapan merah

PERCOBAAN IIPENENTUAN KADAR GLUKOSA (KUANTITATIF)

Page 13: All Lapkes Anklin 2011

13

1.1 Tujuan Percobaan

Menentukan kadar glukosa darah secara kuantitatif menggunakan metode

enzimatik.

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Glukosa

Glukosa adalah suatu gula enzim-karbon yang sederhana. Glukosa dalam

makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk disakarida (yaitu secara kimiawi

terikat ke molekul gula lain; sukrosa adalah glukosa plus fruktosa; laktosa adalah

glukosa plus galaktosa; maltose adalah dua molekul glukosa) dan sebagai kanji

polisakarida kompleks. Dalam mukosa usus halus, disakarida diuraikan menjadi

konstituen-konstituen monosakaridanya oleh enzim yang disebut disakaridase.

Enzim-enzim ini (lactase, sukrase, dan maltase) bersifat spesifik untuk satu jenis

disakarida. Kanji diuraikan oleh amylase yang dikeluarkan oleh pankreas dan juga

oleh kelenjar liur. Gula diserap di usus dalam bentuk monosakarida.

Metabolisme glukosa menghasilkan asam piruvat, asam laktat, dan

asetilkoenzim A (asetil-KoA) sebagai senyawa-senyawa antara oksidasi lengkap

glukosa menghasilkan karbondioksida, air, dan energi yang disimpan sebagai

senyawa fosfat berenergi tinggi adenosine trifosfat (ATP).

Apabila tidak segera dimetabolisasi untuk menghasilkan energi, glukosa

dapat disimpan di hati atau otot sebagai glikogen, suatu polimer yang terdiri dari

banyak residu glukosa dalam bentuk yang dapat dibebaskan dan dimetabolisasi

sebagai glukosa.

(Sacher, 2004)

2.1.2 Plasma dan Serum

Plasma adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya

bening kekuning-kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri atas air. Zat-zat

terdapat dalam plasma darah adalah sebagai berikut :

a. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.

Page 14: All Lapkes Anklin 2011

14

b. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang

berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik.

c. Protein darah (albumin, globulin) meningkatkan viskositas darah juga

menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan

dalam tubuh.

d. Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral, dan vitamin).

e. Hormon, yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.

f. Antibodi.

(Handayani, 2008)

Serum adalah cairan yang didapat jika darah dibiarkan membeku,

merupakan plasma yang telah kehilangan fibrinogen (unsur pembeku darah).

Serum juga merupakan bagian darah yang mengandung zat anti (antibodi)

terhadap macam-macam racun (toksin) yang dikeluarkan bakteri atau virus.

(Wibowo, 2007)

2.1.3 Pengukuran Glukosa

Dahulu pengukuran glukosa darah dilakukan terhadap darah lengkap, tetapi

sekarang sebagian besar laboratorium melakukan pengukuran glukosa dalam

serum. Karena eritrosit memiliki kadar protein (yaitu hemoglobin) yang lebih

tinggi daripada serum, serum memiliki kadar air yang lebih tinggi sehingga bila

dibandingkan dengan darah lengkap serum melarutkan lebih banyak glukosa.

(Sacher, 2004)

Pengumpulan darah dalam tabung bekuan untuk analisis kimiawi serum

memungkinkan terjadinya metabolisme glukosa dalam sampel oleh sel-sel darah

sampai terjadi pemisahan melalui pemusingan. Hitung sel darah yang sangat

tinggi dapat menyebabkan glikolisis berlebihan dalam sampel sehingga terjadi

penurunan kadar glukosa yang bermakna. Suhu lingkungan tempat darah

disimpan sebelum pemisahan juga mempengaruhi tingkat glikolisis. Pada suhu

lemari pendingin, glukosa tetap stabil selama beberapa jam didalam darah. Pada

suhu kamar, diperkirakan terjadi penurunan 1 sampai 2% glukosa/jam. Tabung

berisi fluoride umumnya digunakan apabila kadar glukosa digunakan untuk

tujuan-tujuan diagnostik (misal, dalam diagnosisi awal diabetes melitus). Tabung

Page 15: All Lapkes Anklin 2011

15

pemisah serum juga mempertahankan kadar glukosa dalam sampel setelah tabung

dipusing untuk memisahkan serum dari sel. Tabung pemisah serum umumnya

digunakan untuk sebagian besar penentuan glukosa maupun pemantauan terapi

cairan intravena, karena analit-analit lain dapat diukur pada sampel serum yang

sama (Sacher, 2004).

2.1.4 Metodologi

Terdapat dua metodologi utama berbeda yang telah digunakan untuk

mengukur glukosa. Metodologi lama adalah metodologi kimiawi yang

memanfaatkan sifat mereduksi glukosa yang nonspesifik dalam suatu reaksi

dengan bahan indikator yang memperoleh atau berubah warna apabila tereduksi.

Karena senyawa-senyawa lain yang ada dalam darah juga dapat mereduksi,

dengan metode reduksi kadar glukosa dapat lebih tinggi 5 sampai 15 mg/dL

dibandingkan kadar yang lebih akurat yang diperoleh dengan metode enzimatik.

Metode-metode enzimatik ini umumnya menggunakan enzim glukosa oksidase

atau heksokinase, yang bekerja pada glukosa, tetapi tidak pada gula lain dan tidak

pada bahan pereduksi lain (Sacher, 2004).

1) GOD PAP (Glucose oxidase-phenolaminophenazone)

GOD PAP adalah cara penetapan kadar glukosa darah atau serum

menggunakan glukosa oksidase, peroksidase dan akseptor oksigen. Kadar glukosa

darah ditetapkan dengan metode enzimatik menggunakan pereaksi GOD PAP

dengan alat spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 500 nm. Reaksi

pembentukan warna pada penetapan kadar glukosa darah metode enzimatik

dengan pereaksi GOD PAP. Reaksi yang terjadi adalah glukosa dioksidasi oleh

enzim glukosa oksidase (GOD) dengan adanya O2 menjadi asam glukonat disertai

pembentukan H2O2. Hidrogen peroksida (H2O2) yang terjadi dengan adanya enzim

peroksidase (PAP) akan membebaskan O2 yang selanjutnya mengoksidasi

akseptor kromogen (μ-Amino) yang mengandung quinonimin (senyawa berwarna

merah). Besarnya intensitas warna tersebut berbanding lurus dengan glukosa yang

ada. Selanjutnya absorbansi dibaca dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang 500 nm (Baroroh, 2011).

2) Heksokinase

Page 16: All Lapkes Anklin 2011

16

Heksokinase termasuk enzim yang berperan dalam mengkatalis transfer

gugus fosfat dari adenosine tri fosfat ke glukosa dengan melepaskan satu hidrogen

sebagai asam. Reaksi ini terjadi di dalam semua organisme karena merupakan

reaksi penting tahap awal metabolisme glukosa. Heksokinase merupakan enzim

intra selular sehingga untuk mendapatkannya perlu dilakukan pemecahan dinding

sel. Heksokinase yang diperoleh pada mulanya mempunyai kemurnian yang

rendah sehingga aktivitasnya juga rendah. Akan tetapi setelah mengalami

pemurnian dapat diperoleh heksokinase dengan aktivitas yang lebih tinggi. Satu

unit didefinisikan sebagai mikromol hekso–6 fosfat yang dihasilkan dalam 1

menit, dimana 1 unit ditunjukkan dengan adanya perubahan serapan sebesar

0,035. Prinsip penentuan disini dengan prinsip deteksi secara fotometri dengan

adanya indikator asam basa metode Wajzer. Heksokinase dapat diisolasi dari otak

tikus (rat brain), jantung hati babi dan khamir. Pada pembuatan anggur, produk

anggur diperoleh sebagai supernatan sedangkan endapannya sebagai limbah.

Limbah tersebut mengandung khamir sehingga didalamnya terdapat heksokinase.

(Wuyanti, 2003)

2.1.5 Fotometer

Semi automatic chemistry analyzer atau disebut fotometer adalah alat yang

digunakan untuk mengkur absorbansi dari suatu larutan dimana prinsipnya

memiliki kesamaan dengan spektrofotometer yang membedakan hanya

penggunaan filter sebagai monokromator. Filter tidak hanya digunakan untuk

meneruskan cahaya namun dapat juga menyerap sumber radiasi dari gelombang

lain yang dilewatinya dari suatu larutan atau zat warna. Fotometer biasanya

digunakan untuk mengukur kadar suatu bahan dari tubuh seperti serum dan

plasma (Panil, 2007).

3.1 Alat dan Bahan

Page 17: All Lapkes Anklin 2011

17

3.1.1 Alat

a. Mikropipet 10 μL-100μL

b. Mikropipet 100μL-1000μL

c. Rak tabung

d. Semi automatic chemistry analyzer

e. Sentrifuge

f. Tabung reaksi

g. Tabung sentrifuge

h. Tabung bertutup

3.1.2 Bahan

a. Air suling

b. Darah (plasma)

c. EDTA

d. Enzym reagen glukosa R1

e. Standar glukosa 100 mg/dL

4.1 Prosedur Kerja

4.1.1 Penyiapan sampel

a. Diambil darah kemudian dimasukkan dalam tabung bertutup yang telah

ditambah EDTA

b. Dipindahkan ke dalam tabung sentrifugasi

c. Disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10-15 menit

d. Diambil bagian plasma

4.1.2 Pengujian Kadar Glukosa

a. Disiapkan tiga buah tabung reaksi

b. Dimasukkan Reagen (R1) Glukosa 1000 μL pada tabung pertama

c. Dimasukkan Reagen (R1) Glukosa 1000 μL kemudian ditambahkan larutan

standar 10 μL pada tabung kedua

d. Dimasukkan Reagen (R1) Glukosa 1000 μL kemudian ditambahkan plasma

darah 10 μL pada tabung ketiga

e. Diinkubasi selama 10 menit pada suhu kamar

Page 18: All Lapkes Anklin 2011

18

f. Diukur dengan alat semi automatic chemistry analyzer dan dicatat hasilnya

5.1 Hasil Pengamatan

Page 19: All Lapkes Anklin 2011

GOD

19

5.1.1 Tabel Pengamatan

Sampel Absorbansi KonsentrasiPerhitunganAbsorbansi

Sampel A 0,28923,78 mg/dL 36,49 mg/dL

Standar 0,792

Sampel B 0,53062,76 mg/dL 69,01 mg/dL

Standar 0,768

Sampel C 0,49061,60 mg/dL 68,92 mg/dL

Standar 0,711

5.1.2 Perhitungan

a. Sampel A

C = 100 × = 36,49 mg/dL

b. Sampel B

C = 100 × = 69,01 mg/dL

c. Sampel C

C = 100 x = 68,92 mg/dL

5.1.3 Reaksi

Glukosa asam glukonat + H2O2

H2O2 + fenol + μ aminophenazone senyawa berwarna

Page 20: All Lapkes Anklin 2011

20

6.1 Pembahasan

Tubuh manusia mengandung glukosa darah atau yang biasa disebut gula

darah. Glukosa darah adalah gula utama yang dihasilkan oleh tubuh dari makanan

yang dikonsumsi. Glukosa dibawa ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah

untuk menghasilkan energi ke semua sel di dalam tubuh. Glukosa dihasilkan dari

makanan yang mengandung karbohidrat yang terdiri monosakarida, disakarida

dan polisakarida. Karbohidrat akan dikonversikan menjadi glukosa di dalam hati

dan seterusnya berguna untuk pembentukan energi. Glukosa tersebut akan diserap

oleh usus halus kemudian akan dibawa oleh aliran darah dan di distribusikan ke

seluruh sel tubuh. Glukosa yang disimpan di dalam otot dan hati adalah glikogen.

Selain itu, glukosa juga disimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah.

Fungsi glukosa dalam tubuh adalah sebagai bahan bakar bagi proses metabolisme

dan juga merupakan sumber utama bagi otak.

Percobaan ini membahas mengenai penetapan kadar glukosa darah secara

kuantitatif yang bertujuan untuk dapat menentukan kadar glukosa dalam darah

secara kuantitatif dengan menggunakan metode enzimatik yang diukur dalam semi

automatic chemistry analyzer. Penetapan secara kuantitatif adalah suatu penetapan

rangkaian analisa yang bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau

senyawa dalam sampel yang dianalisa. Penetapan secara kuantitatif diminta untuk

menentukan jumlah suatu zat yang umumnya memberikan hasil berupa data

matematis (numerik). Pada percobaan ini, penetapan kadar glukosa menggunakan

metode enzimatik. Pemeriksaan dengan metode enzimatik memiliki kelebihan

yaitu presisi tinggi, akurasi tinggi, spesifik, relatif bebas dari gangguan (kadar

hematokrit, vitamin C, lipid, volume sampel, dan suhu). Sedangkan

kekurangannya adalah memiliki ketergantungan pada reagen, butuh sampel darah

yang banyak, pemeliharaan alat dan reagen memerlukan tempat yang khusus dan

membutuhkan biaya yang cukup mahal. Metode enzimatik yang digunakan adalah

GOD-PAP yang merupakan reaksi kolorimetri enzimatik untuk pengukuran pada

daerah cahaya yang terlihat oleh mata. Prinsipnya adalah GOD (glukosa oksidase)

mengkatalis oksidasi dari glukosa menjadi asam glukonat dan H2O2. H2O2

direaksikan dengan peroksidase dan μ-aminoantipyrin dan membentuk N (μ-

Page 21: All Lapkes Anklin 2011

21

antipyril)-ρ-benzoquinone imine. Jumlah zat warna yang terbentuk sebanding

dengan konsentrasi glukosa. Sampel yang digunakan adalah darah. Darah yang

digunakan, diambil kemudian ditempatkan pada wadah yang telah diberi EDTA.

Fungsi penambahan EDTA adalah sebagai antikoagulan. Antikoagulan adalah

bahan yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. EDTA banyak

digunakan untuk pemeriksaan hematologi, sebagai garam natrium atau kalium

yang dapat mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion.

Tiap 1 mg EDTA menghindarkan membekunya 1 mL darah. Pada percobaan ini

yang digunakan adalah plasma darah. Jika dilihat dari kandungannya plasma

kurang baik jika digunakan untuk uji karena harus ditambahkan dengan zat

antikoagulan yang dapat mempengaruhi hasil uji. Jadi serum lebih baik bila

dibandingkan dengan plasma untuk digunakan pada uji glukosa. Plasma darah

digunakan karena tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan

plasma dibandingkan dengan serum dan juga jika menggunakan serum, sampel

darah yang digunakan lebih sedikit dibanding plasma. Darah sampel harus

ditambah dengan EDTA kemudian disentrifuge selama 15 menit. Sentrifuge

adalah suatu alat yang digunakan untuk memisahkan suatu larutan dengan berat

molekul yang berbeda berdasarkan sentrifugal. Biasa digunakan untuk

memisahkan serum dan darah beku. Prinsip kerja sentrifuge ini adalah dengan

memutar tabung sentrifuge pada kecepatan tertentu maka zat cair yang lebih padat

akan terpisah kebagian bawah tabung sentrifuge dan zat cair yang lebih ringan

akan terpisah kebagian atas tabung sentrifuge. Setelah darah ditambah dengan

EDTA, kemudian disentrifuge. Terbentuk cairan bening pada bagian atas, cairan

bening tersebut disebut plasma. Jika darah disentrifuge tanpa penambahan EDTA,

maka akan terbentuk serum. Perbedaan serum dan plasma terletak pada

fibrinogennya. Dalam serum, fibrinogen diubah menjadi fibrin, maka serum tidak

mengandung fibrinogen tetapi zat-zat lainnya masih terdapat di dalamnya.

Sedangkan plasma mengandung fibrinogen yang dalam memperoleh cairan ini

darah dicampur dengan antikoagulan untuk mencegah terjadinya pembekuan

darah tersebut sehingga tetap menjadi cairan dimana antikoagulan tersebut adalah

EDTA.

Page 22: All Lapkes Anklin 2011

22

Gula darah merupakan istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di

dalam darah. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi

untuk sel-sel tubuh. Penyakit yang ditimbulkan apabila terjadi masalah pada gula

darah adalah hiperglikemia atau diabetes melitus. Umumnya tingkat gula darah

bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari adalah 4-8 mmol/L. Kadar

ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi

hari, sebelum orang makan. Kadar gula yang tinggi sangat berbahaya sekali

karena dapat merusak dan mengacaukan kinerja organ-organ misalnya jantung,

ginjal, saraf, mata, gigi, dan lain-lain. Kebanyakan penderita kadar gula darah

tinggi atau diabetes tidak menyadari bahwa dirinya memiliki penyakit tersebut.

Bila gula darah tetap tinggi, disebut hiperglikemia, nafsu makan akan tertekan

untuk waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat

menyebabkan masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan

dengan diabetes termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf. Bila level gula

darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa fatal yang

disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental yang

menurun, rasa mudah tersinggung dan kehilangan kesadaran.

Langkah-langkah yang dilakukan pada penentuan kadar glukosa darah

adalah disiapkan 3 buah tabung reaksi yang diisi dengan Reagen (R1) glukosa

1000 μL, pada tabung pertama hanya terdiri dari blanko saja, tabung kedua diisi

dengan Reagen (R1) glukosa 1000 μL ditambah dengan larutan standar glukosa

100 mg/dL sebanyak 10 μL menggunakan mikropipet, dan tabung ketiga diisi

dengan Reagen (R1) glukosa 1000 μL ditambah dengan plasma darah 10 μL.

Setelah itu ketiga tabung diinkubasi selama 10 menit pada suhu kamar. Fungsi

diinkubasi adalah agar enzim dapat bereaksi optimal bekerja dengan glukosa,

setelah itu diukur dengan alat semi automatic chemistry analyzer.

Semi automatic chemistry analyzer adalah alat untuk mengukur intensitas

cahaya tetapi dapat juga digunakan sebagai analisis suatu larutan. Prinsip

pengukuran menggunakan alat ini ialah energi cahaya yang akan diubah menjadi

energi listrik oleh foto sel. Energi listrik yang akan dihasilkan akan dicatat oleh

Page 23: All Lapkes Anklin 2011

23

recorder yang besarnya akan sebanding dengan kuat lemahnya sinar atau cahaya

yang masuk.

Hasil yang didapatkan pada sampel 1, 2 dan 3 menggunakan semi automatic

chemistry analyzer adalah 23,76 mg/dL, 62,76 mg/dL dan 61,60 mg/dL.

Sedangkan hasil yang didapat dari sampel dengan perhitungan manual adalah

36,49 mg/dL, 69,01 mg/dL, dan 68,92 mg/dL. Kadar glukosa darah normal adalah

60-120 mg/dL. Jadi pada sampel A pasien mengalami hipoglikemia dan pada

sampel B dan C pasien mengalami hiperglikemia. Terapi farmakologi dapat

dilakukan dengan menggunakan obat penurun kadar gula dan terapi non

farmakologinya dapat dilakukan dengan cara diet, menjaga pola makan, puasa dan

olahraga.

Page 24: All Lapkes Anklin 2011

24

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Konsentrasi glukosa darah pada sampel 1 adalah 23,78 mg/dL.

2. Konsentrasi glukosa darah pada sampel 2 adalah 62,76 mg/dL.

3. Konsentrasi glukosa darah pada sampel 3 adalah 61,60 mg/dL.

Page 25: All Lapkes Anklin 2011

25

PERCOBAAN IIIPENENTUAN KADAR GOT (ASAT) DAN GPT (ALAT) SECARA

KUANTITATIF

1.1 Tujuan

Mengetahui kadar GOT (ASAT) dan GPT (ALAT) secara kuantitatif.

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Darah

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler

adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat,

yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu per

dua belas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan, sedangkan

45% terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau

volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Pada waktu

sehat volume darah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik

dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.

Susunan darah dalam serum darah atau plasma terdiri atas:

Air 91,0% Kandungan

Protein 8,0% Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen

Mineral 0,9%Natrium klorida, natrium bikarbonat, garam

kalsium, fosfor, magnesium, besi dan seterusnya

Sisanya diisi sejumlah bahan organik, yaitu glukosa, lemak, urea, asam urat,

kreatinin, kolesterol, dan asam amino.

Fungsi darah yaitu bekerja sebagai sistem transpor dari tubuh,

menghantarkan semua bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan

untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan, serta menyingkirkan

karbon dioksida dan hasil buangan. Sel darah merah menghantarkan oksigen ke

jaringan dan menyingkirkan sebagian karbon dioksida. Sel darah putih

menyediakan banyak bahan pelindung dan karena gerakan fagositosis beberapa

sel makan melindungi tubuh terhadap serangan bakteri. Plasma membagi protein

yang diperlukan untuk pembentukan jaringan, menyegarkan cairan jaringan

Page 26: All Lapkes Anklin 2011

26

karena melalui cairan ini semua sel tubuh menerima makanannya. Dan merupakan

kendaraan untuk mengangkut bahan buangan ke berbagai organ ekskretorik untuk

dibuang. Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan

darah.

(Pearce, 2009)

a. Plasma

Plasma adalah cairan bagian dari darah. Plasma membentuk sekitar 5%

berat badan. Plasma merupakan media sirkulasi elemen darah (eritrosit, leukosit,

trombosit) yang terbentuk, pengangkut zat anorganik dan organik dari satu organ

atau jaringan ke organ atau jaringan lain.

Fungsi khusus protein plasma adalah mempertahankan tekanan osmotik

plasma yang dibutuhkan untuk pembentukan dan absorbs cairan jaringan, dengan

bergabung bersama asam dan alkali protein bekerja sebagai dapar dalam

mempertahankan pH normal tubuh. Fibrinogen dan protrombin dibutuhkan untuk

pembekuan darah, dan immunoglobulin penting dalam pertahanan tubuh terhadap

infeksi.

(Gibson, 2000)

Plasma adalah bagian cair dari darah. Di luar sistem vaskular, darah dapat

dijaga tetap cair dengan mengeluarkan fibrinogen atau menambahkan

antikoagulan yang sebagian besar mencegah koagulasi dengan mengelasi atau

menyingkirkan ion-ion kalsium. Sitrat oksalat dan EDTA adalah antikoagulan dari

golongan kelasi. Heparin mencegah koagulasi secara langsung dengan

menghambat trombin, zat ini mencegah perubahan fibrinogen menjadi fibrin

dengan memperkuat molekul antikoagulan alami, antitrombin III (AT III) untuk

menetralkan trombin. Heparin tidak dapat memengaruhi konsentrasi kalsium

dalam efek antikoagulasinya. Plasma yang baru diambil mengandung semua

protein yang terdapat di dalam darah yang bersirkulasi, namun setelah disimpan

aktivitas faktor V dan VIII secara bertahap menurun (Sacher, 2004).

Page 27: All Lapkes Anklin 2011

27

b. Serum

Serum adalah cairan yang tersisa setelah darah menggumpal atau membeku.

Koagulasi mengubah semua fibrinogen menjadi fibrin yang padat dan dalam

prosesnya mengkonsumsi faktor VII, faktor V, dan protrombin. Protein-protein

koagulasi lainnya dan protein yang tidak terkait dengan homeostatis tetap berada

dalam serum dengan kadar serupa dengan plasma. Serum normal tidak

mengandung fibrinogen, protrombin, faktor VII, faktor V, dan faktor XIII, tetapi

mengandung faktor XII, XI, X, IX dan VIII. Apabila proses koagulasi

berlangsung secara abnormal, serum mengandung sisa fibrinogen dan produk

pemecahan fibrinogen atau protrombin yang belum dikonversi (Sacher, 2004).

2.1.2 Hati

Liver atau hati adalah organ kelenjar terbesar dalam tubuh manusia.

beratnya sekitar 1,3 kg (pada orang dewasa). Letaknya di bagian kanan tubuh,

tepat dibawah diafragma. Liver memiliki dua bagian besar yang disebut lobus

kanan dan kiri. Sementara kandung empedu terletak di bawah liver, bersama

dengan bagian-bagian dari pankreas dan usus. Liver dan organ-organ ini bekerja

sama untuk mencerna, menyerap dan mengolah makanan.

Pekerjaan utama liver atau hati adalah menyaring darah yang berasal dari

saluran pencernaan, sebelum mengalir ke seluruh tubuh. Hati juga

mendetoksifikasi bahan kimia dan hasil metabolisme obat-obatan dalam tubuh.

Selama proses ini hati mengeluarkan empedu yang merupakan cairan hasil

pembakaran sel-sel darah yang sudah tua atau mati. Cairan empedu yang masih

bermanfaat akan dipergunakan lagi oleh tubuh untuk pembentukan sel darah yang

baru, sedangkan yang sudah tidak terpakai akan dibuang melalui ginjal dan usus

halus.

(Soebachman, 2011)

Hepar merupakan organ tubuh sekaligus kelenjar yang besar dan merupakan

pusat dari metabolisme tubuh. Salah satu indikator kerusakan sel-sel hati adalah

meningkatnya kadar enzim-enzim hati dalam serum, termasuk meningkatnya

kadar SGPT dan SGOT. SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) dan

SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) merupakan enzim

Page 28: All Lapkes Anklin 2011

28

aminotransferase yang beraktivitas dalam serum digunakan untuk mengukur

indikasi penyakit-penyakit hati.

Kedua aminotranferase tersebut normalnya ada dalam serum darah dalam

konsentrasi rendah kurang dari 30-40 U/L. Dari beberapa studi yang telah

dilakukan, SGPT dan SGOT dapat meningkat kadarnya hingga 10-500 lipat.

(Wahyuni, 2005)

2.1.3 SGOT

SGOT (Serum Glutamic Oxsaloacetik Transaminase) atasering juga disebut

AST (Aspartate Amino Transferase) katalisator perubahan dari asam amino

menjadi asam alfa ketoglutarat. Enzim ini berada pada serum dan jaringan

terutama pada jaringan jantung dan hati.

Pada penderita infark jantung, SGOT akan meningkat setelah 12 jam dan

mencapai puncak setelah 24-36 jam kemudian, dan akan kembali normal pada

hari ketiga sampai kelima. Nilai normal laki-laki sampai dengan 37 U/L dan

wanita sampai dengan 31 U/L.

Kondisi yang dapat menyebabkan peningkatan SGOT

No

.Peningkatan SGOT Kondisi atau Penyebab

1. Peningkatan ringan (< 3x Normal)

- Perikarditis

- Sirosis hepatic

- Infark paru

- Cerebrovascular accident

(CVA)

2.Peningkatan sedang (3-5 nilai

normal)

- Obstruksi saluran empedu

- Aritmia jantung

- Gagal jantung kangesti

- Tumor Hati

3. Peningkatan tinggi (> 5x nilai

normal)

- Kerusakan hepatoseluler

- Infark jantung

Page 29: All Lapkes Anklin 2011

29

- Kolaps sirkulasi

- Pankreatitis akut

(Sutedjo, 2008)

Aspartate aminotransferase (AST) atau serum glutamic oxaloacetic

transaminase (SGOT), alanin aminotransferase (ALT) atau serum glutamic

piruvic trasaminase (SGPT), dan alkali fosfotase (alkaline phosphatase/ALP)

merupakan beberapa enzim yang keberadaannya dan kadarnya dalam darah

dijadikan penanda terjadinya gangguan fungsi hati. Enzim-enzim tersebut

normalnya berada pada sel-sel hati. Kerusakan pada hati akan menyebabkan

enzim-enzim hati tersebut lepas ke dalam aliran darah sehingga kadarnya dalam

darah sehingga kadarnya dalam darah meningkat dan menandakan adanya

gangguan fungsi hati (Siwiendrayanti, 2012).

2.1.4 SGPT

SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) merupakan enzim

transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh terutama

hati. Sering disebut juga ALT (Alanin Aminotrasferase). Peningkatan dalam

serum darah mengindikasikan adanya trauma atau kerusakan pada hati. Nilai

normal laki-laki 42 U/L dan wanita 32 U/L.

a. Peningkatan SGOT/SGPT : > 20 kali normal : hepatitis, virus, hepatitis

toksis.

b. Penigkatan 3-10 kali normal: infeksi mononuklear, hepatitis kronik aktif,

obstruksi empedu ekstra hepatik, sindrom reye, dan infark miokard (AST

>ALT).

c. Peningkatan 1-3 kali nilai normal: pankreatitis, perlemakan hati, sirosis

laenner, dan sirosis biliar.

(Sutedjo, 2008)

Page 30: All Lapkes Anklin 2011

30

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

a. Mikropipet 10-100 µL

b. Mikropipet 100-1000 µL

c. Rak tabung reaksi

d. Semi automatic chemistry analyzer

e. Sentrifuge

f. Tabung bertutup

g. Tabung reaksi

h. Tabung sentrifuge

3.1.2 Bahan

a. R1 enzim reagen SGPT

b. R1 enzim reagen SGOT

c. R2 enzim reagen SGOT

d. R2 enzim reagen SGPT

e. Serum darah

4.1 Prosedur Kerja

4.1.1 Penyiapan sampel

a. Disiapkan sampel darah dan dibiarkan membeku

b. Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge

c. Disentrifugasi darah dengan 3000 rpm selama 10 menit

d. Diambil serum darah

4.1.2 Pengujian working reagent

a. Diambil 1 mL reagent R2 kemudian dimasukkan dalam 4 mL R1

b. Dihomogenkan

4.1.3 Pengujian SGOT

a. Diambil 100 µL serum darah dimasukkan dalam tabung reaksi

Page 31: All Lapkes Anklin 2011

31

b. Ditambah 1000 µL working reagent ke dalam tabung reaksi

c. Dicampur kedua larutan dan dibaca SGOT dalam sampel dengan alat

fotometer pada panjang gelombang 340 nm

4.1.4 Pengujian SGPT

a. Diambil 100 µL serum darah dimasukkan dalam tabung reaksi

b. Ditambah 1000 µL working reagent kedalam tabung reaksi

c. Dicampur kedua larutan dan dibaca SGPT dalam sampel dengan alat

fotometer pada panjang gelombang 340 nm

Page 32: All Lapkes Anklin 2011

GPT

LDH

32

5.1 Hasil Pengamatan

5.1.1 Tabel pengamatan

Sampel Kadar SGOT (U/L) Kadar SGPT (U/L)

Sampel A 60 92

Sampel B 30 41

5.1.2 Reaksi

a. SGOT

Aspartat + 2 oksaloglutarat glutamat + oksaloasetat

Oksaloasetat + NADH + H+ L-malate + NADH+

b. SGPT

L-Alanine + 2 oksaloglutarat L- glutamate + piruvat

Piruvat + NADH + H+ L- Lactate + NAD+

AST

MDH

Page 33: All Lapkes Anklin 2011

33

6.1 Pembahasan

Hati merupakan organ pusat metabolisme, hal ini didukung oleh

anatominya. Fungsi hati adalah menyaring darah yang berasal dari saluran

pencernaan sebelum mengalir keseluruh tubuh. Hati juga mendetoksifikasi bahan

kimia dan hasil metabolisme obat-obatan dalam tubuh.

Uji fungsi hati yang diujikan kali ini adalah berdasarkan aktivitas enzim.

Aktivitas dari enzim alanin transferase (SGPT) dan enzim aspartat transferase

(SGOT) meningkat bila ada kerusakan dinding sel hati sebagai penanda gangguan

integritas sel hati (hepatoselular). SGOT merupakan sebuah enzim yang secara

normal berada di hati dan organ lain seperti jantung. SGOT dikeluarkan ke dalam

darah ketika hati mengalami kerusakan. Sedangkan SGPT adalah enzim yang

banyak terdapat pada organ hati. Dalam uji ini kadar SGOT dan SGPT meningkat

dapat dikatakan bahwa hati mengalami kerusakan bila jumlah enzim tersebut

dalam serum lebih besar dari kadar normalnya. SGPT dan SGOT dapat dijadikan

biomarker karena berdasarkan dari tempat dimana enzim tersebut di produksi,

SGOT di produksi di hati dan juga terdapat pada jantung, sedangkan SGPT hanya

terdapat di hati sehingga SGPT lebih akurat untuk uji fungsi hati karena SGPT

murni dibentuk di dalam hati.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya SGOT dan SGPT

adalah terjadinya trauma pada proses pengambilan sampel, pengambilan darah

pada area yang terpasang jalur intra vena dapat menurunkan kadar, selain itu

konsumsi obat-obatan tertentu juga dapat meningkatkan kadarnya seperti obat

antibiotik, antihipertensi, anti narkotika dan aspirin, dapat meningkatkan atau

menurunkan kadar SGOT dan SGPT.

Prinsip reaksi SGOT yaitu aminotransferase (AST) mengkatalis transferase

dari L-aspartat dan -ketoglutarat membentuk L-glutarat dan oxaloasetat.

Oxaloasetat direduksi menjadi malate (MDH) dan niconamide adenine

Page 34: All Lapkes Anklin 2011

34

dinokleotida (NADH) teroksidasi menjadi NAD. Banyaknya NADH yang

teroksidasi berbanding langsung dengan aktivitas AST yang diukur secara

fotometrik. Sedangkan prinsip kerja SGPT adalah alanin aminotransmerase (ALT)

mengkatalis dari L-alanine dan -ketoglutarat terbentuk L-glutamate dan piruvat,

piruvat yang terbentuk direduksi menjadi laktat dehidrogenase (LDH) dan

nicotinamide adenine dinokleotida (NADH) teroksidasi menjadi NAD.

Banyaknya NADH yang teroksidasi hasil penurunan serapan berbanding langsung

dengan panjang gelombang 340 nm aktivitas ALT yang diukur secara fotometrik.

Pengujian percobaan menggunakan sampel A dengan hasil pengujian kadar

SGOT adalah 60 U/L dan kadar SGPT 92 U/L. Berdasarkan hasil pengukuran

kadar SGOT dan SGPT tersebut dapat diketahui bahwa orang tersebut mengalami

kerusakan hati dapat dilihat dari kadar SGPT yang jauh melebihi kadar, kadar

normal untuk laki-laki yaitu 0-50 U/L dan pada perempuan 0-35 U/L, karena

peningkatan SGOT dan SGPT lebih dari 20 kali kadar normal maka orang

tersebut dapat didiagnosa mengidap hepatitis viral akut atau nekrosis hati.

Sedangkan pada sampel B menunjukkan kadar SGOT 30 U/L dan kadar SGPT 41

U/L. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahuii bahwa orang tersebut tidak

meengalami kerusakan hati karena kadar SGOT dan SGPT nya masih berada

dalam kadar normal.

Panjang gelombang yang digunakan 340 nm untuk mendapatkan hasil yang

akurat karena panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang

maksimumnya. Sampel yang digunakan adalah serum karena dalam

pengerjaannya serum mudah didapat tanpa penambahan antikoagulan, dan juga

serum tidak mengandung fibrinogen. Antikoagulan sendiri berfungsi untuk

mengurangi terjadinya penggumpalan pada sampel darah. Pada dasarnya

penggunaan serum maupun plasma dapat digunakan untuk sampel pengujian

kadar SGOT dan kadar SGPT pada uji ini. Serum didapatkan tanpa penambahan

antikoagulan (EDTA). Di dalam serum tidak terdapat zat- zat organik lain seperti

EDTA yang dapat mengganggu hasil pengujian sehingga serum lebih dipilih

untuk menjadi sampel yang digunakan daripada serum.

Page 35: All Lapkes Anklin 2011

35

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa :

a. Kadar SGOT pada sampel A 60 U/L dan kadar SGPT 92 U/L, menunjukkan

kenaikan kadar atau mengalami kerusakan hati.

b. Kadar SGOT pada sampel B 30 U/L dan kadar SGPT 41 U/L, menunjukkan

kadar normal.

Page 36: All Lapkes Anklin 2011

36

PERCOBAAN IVPENENTUAN KADAR TRIGLISERIDA (KUANTITATIF)

1.1 Tujuan

Untuk mengetahui kadar trigliserida dalam plasma darah secara kuantitatif

dengan menggunakan metode enzimatik.

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Lipid

Lipid adalah sekelompok senyawa organik yang cenderung tidak larut

dalam air dan pelarut polar lainnya, tetapi dapat larut dalam pelarut organik

seperti toluene atau eter. Lipid terutama terdiri atas karbon, hidrogen, dan oksigen,

namun bisa juga mengandung unsur-unsur lain.

Selain berperan sebagai media penyimpanan energi, beberapa jenis lemak

tertentu melapisi dan melindungi organ-organ internal tubuh, sementara jenis

lainnya dalam bentuk lapisan lemak tepat di bawah kulit pada banyak jenis

mamalia, menyediakan isolasi panas untuk melawan temperatur lingkungan yang

rendah.

Lipid lebih sulit untuk dikategorisasi daripada karbohidrat atau protein,

sebab ada banyak sekali ragam kelompok lipid. Di antara kelompok-kelompok

utama lipid yang berfungsi dalam organisme hidup adalah lemak netral

(trigliserida), fosfolipid, dan steroid (Fried, 2006).

a. Trigliserida

Trigliserida adalah jenis lemak dalam darah yang dapat mempengaruhi

kadar kolesterol. Makan makanan yang mengandung lemak akan meningkatkan

trigliserida dalam darah dan cenderung meningkatkan kadar kolesterol.

(Nirmagustina, 2007)

Lemak netral atau trigliserida adalah lipid yang paling umum ditemukan dan

juga yang paling familiar. Trigliserida tersusun atas tiga asam lemak yang

dihubungkan pada masing-masing dari ketiga gugus hidroksil dari alkohol gliserol

Page 37: All Lapkes Anklin 2011

37

tripel. Karena gabungan suatu asam dan suatu alkohol menghasilkan ester,

trigliserida dikenal juga sebagai trimester (Fried, 2006).

Nilai normal trigliserida:

1) Dewasa: 12-29 tahun: 10-140 mg/dL, 30-39 tahun: 20-150 mg/dL, 40-49

tahun: 30-160 mg/dL, > 50 tahun: 40-190 mg/dL, 0,44-2,09 mmol/L (unit

SI).

2) Anak: bayi: 5-40 mg/dL, anak 5-11 tahun: 10-135 mg/dL.

(Kee, 1997)

b. Kolesterol

Kolesterol adalah salah satu lemak tubuh yang berada dalam bentuk bebas

dan ester dengan asam lemak. Lemak yang dimakan terdiri atas kolesterol lemak

jenuh dan lemak tidak jenuh. Karbohidrat dan lemak tersebut di dalam tubuh akan

diproses menjadi suatu senyawa yang disebut asetil koenzim A. Bahan ini akan

membentuk beberapa zat penting seperti asam lemak, trigliserida, fosfolipid, dan

kolesterol, sehingga bila tubuh terlalu banyak asupan makanan yakni melebihi

kebutuhan maka jumlah trigliserida akan meningkat (Kasim, 2006).

Kolesterol merupakan ciri khas dari struktur steroid. Walaupun kolesterol

sering disebut sebagai penyebab arteriosklerosis pada manusia, kolesterol

sebenarnya adalah komponen structural vital dari membran sel. Kolesterol

memainkan peranan penting dalam menjaga keberlangsungan fungsi-fungsi yang

baik dari berbagai jaringan hewan seperti saraf dan darah. Kolesterol tidak

ditemukan pada tumbuhan (Fried, 2006).

c. Steroid

Steroid sangat berbeda dalam hal struktur dari asam-asam netral dan

fosfolipid. Steroid digolongkan sebagai lipid karena ketidaklarutannya dalam air.

Steroid terdiri atas empat cincin atom karbon yang saling berhubungan, tiga di

antaranya merupakan cincin heksagonal dan yang satunya merupakan cincin

pentagonal (Fried, 2006).

2.1.2 Metabolisme Trigliserida

a. Transpor lemak (lipid) dalam alirah darah. Lemak ditranspor dalam bentuk

kilomikron, asam lemak bebas, dan lipoprotein.

Page 38: All Lapkes Anklin 2011

38

1) Kilomikron terbentuk dalam mukosa usus dari asam lemak dan gliserol,

diabsorpsi dalam lacteal, dan masuk ke sirkulasi darah. Kilomikron terdiri

dari 90% trigliserida, ditambah kolesterol, fosfolipid, dan selubung tipis

protein. Dalam waktu empat jam setelah makan (tahap postabsorbtif),

sebagian besar kilomikron dikeluarkan dari darah oleh jaringan adiposa dan

hati.

a) Enzim lipoprotein lipase, yang ditemukan dalam hati dan kapilar jaringan

adiposa, mengurai trigliserida dalam kilomikron untuk melepaskan asam

lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol berikatan menjadi trigliserida

(lemak netral) untuk disimpan dalam jaringan adiposa. Sisa kilomikron yang

kaya kolesterol dimetabolisme oleh hati.

b) Simpanan lemak akan ditarik dari jaringan adiposa jika diperlukan untuk

energi. Enzim lipase sensitif-hormon mengurai trigliserida kembali menjadi

asam lemak dan gliserol.

c) Jumlah simpanan lemak bergantung pada total asupan makanan. Jaringan

adiposa dan hati dapat menyintesis lemak dari asupan lemak, karbohidrat,

atau protein yang berlebihan.

2) Asam lemak bebas adalah asam lemak yang terikat pada albumin, salah satu

protein plasma. Bentuk bebas ini adalah bentuk asam lemak yang ditranspor

dari sel-sel jaringan adiposa untuk dipakai jaringan lain sebagai energi.

3) Lipoprotein adalah partikel kecil yang komposisinya serupa kilomikron.

Lipoprotein terutama disintesis di hati. Lipoprotein dipakai untuk transport

lemak antar jaringan dan bersirkulasi dalam darah pada tahap postabsorbtif

setelah kilomikron dikeluarkan dari darah. Lipoprotein terbagi menjadi tiga

kelas sesuai dengan densitasnya.

a) VLDL (very low density lipoprotein) mengandung kurang lebih 60%

trigliserida dan 15% kolesterol dan memiliki massa terkecil. VLDL

mentranspor trigliserida dan koletserol menjauhi hati menuju jaringan untuk

disimpan atau digunakan.

b) LDL (low density lipoprotein) mengandung hampir 50% kolesterol dan

membawa 60% sampai 70% kolesterol plasma yang disimpan dalam

Page 39: All Lapkes Anklin 2011

39

jaringan adiposa dan otot polos. Konsentrasinya bergantung pada banyak

faktor, tetapi terutama pada faktor asupan makanan yang mengandung

kolesterol dan lemak jenuh. Konsentrasi LDL tinggi dalam darah

dihubungan dengan insidensi tinggi penyakit jantung koroner.

c) HDL (high density lipoprotein) mengandung 20% kolesterol, kurang dari

5% trigliserida dan 50% protein dari berat molekulnya. HDL penting dalam

pembersihan trigliserida dan kolesterol dari plasma karena HDL membawa

kolesterol kembali ke hati untuk proses metabolisme buka untuk disimpan

dalam jaringan lain. Konsentrasi HDL tingi dalam darah dihubungkan

dengan insidensi rendah penyakit jantung koroner.

(Sloane, 2003)2.1.3 Masalah-masalah klinis trigliserida

a. Penurunan kadar: β-lipoproteinemia congenital, hipertiroidisme, malnutrisi

protein, latihan.

b. Obat-obat yang dapat menurunkan nilai trigliserida: Asam askorbat, kofibrat

(Atromid-S), fenformin, metformin.

c. Peningkatan kadar: Hiperlipoproteinemia, IMA, hipertensi, hipotiroidisme,

sindrom nefrotik, trombosis serebral, sirosis alkoholik, DM yang tidak

terkontrol, sindrom Down’s stress, diet tinggi karbohidrat, kehamilan.

d. Obat-obat yang dapat meningkatkan nilai trigliserida: Estrogen, pil KB.

(Kee, 1997)

2.1.4 Plasma dan Serum

Plasma adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya

bening kekuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri atas air. Zat-zat yang

terdapat dalam plasma darah adalah sebagai berikut:

a. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.

b. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain) yang

berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik.

c. Protein darah (albumin, globulin) meningkatkan viskositas darah juga

menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan

dalam tubuh.

Page 40: All Lapkes Anklin 2011

40

d. Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral dan vitamin)

e. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.

f. Antibodi

(Handayani, 2008)

Serum adalah cairan tersisa setelah darah menggumpal atau membeku.

Koagulasi mengubah semua fibrinogen menjadi fibrin yang padat dan dalam

prosesnya mengonsumsi faktor VIII, faktor V dan protrombin. Protein-protein

koagulasi lainnya dan protein yang tidak terkait dengan hemostasis tetap berada

dalam serum dengan kadar serupa dengan dalam plasma. Serum normal tidak

mengandung fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor V, dan faktor XIII, tetapi

mengandung faktor XII, XI, X, IX, dan VII. Apabila proses koagulasi berlangsung

secara abnormal, serum mungkin mengandung sisa fibrinogen dan produk

pemecahan fibrinogen atau protrombin yang belum dikonversi (Sacher, 2004).

2.1.5 Metode GPO-PAP

Metode ini digunakan untuk pemisahan trigliserida dalam serum atau

plasma dengan menggunakan metode diagnosa trigliserida.

Prinsip GPO-PAP adalah lipoprotein lipase menghidrolisis serum

trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Gliserol kinase (GK)

mengkatalisis perubahan gliserol dalam menghasilkan ATP menjadi gliserol-3-

fosfat dan ADP. Gliserol-3-fosfat kemudian dioksidasi oleh gliserol-3-fosfat

oksidase (GPO) untuk menghasilkan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida

bereaksi dengan peroksidase (POD) dengan 4-klorofenol dan 4-aminoantipirin

untuk membentuk senyawa kompleks berwarna merah muda. Intensitas warna

sebanding dengan konsentrasi trigliserida dan dapat diukur kadarnya dengan

fotometer menggunakan panjang gelombang 546 nm.

Trigliserida lipase gliserol + asam lemak

Gliserol + ATP GK gliserol-3-fosfat + ADP

Gliserol-3-fosfat + O2 GPO dihydroxyacetone fosfat + H2O2

H2O2 + 4-aminoantipyrine POD quinoneimine + HCl + H2O + 4-chlorofenol

(Chakravarti, 2005)

Page 41: All Lapkes Anklin 2011

41

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

a. Mikropipet 10 µL dan 1000 µL

b. Rak tabung

c. Semi automatic chemistry analyzer

d. Sentrifuge

e. Tabung reaksi

f. Tabung sentrifuge

3.1.2 Bahan

a. Aquades

b. EDTA

c. Plasma darah

d. R1 (Enzym reagent): PIPES buffer pH 7,5, 4-chlorofenol, 4-

aminoantipyrine, magnesium ions, ATP, lipase, peroksidase, gliserol kinase,

gliserol-3-phosphate oksidase

e. Standar trigliserida

4.1. Prosedur Kerja

a. Disentrifuge darah agar terpisah serum dan plasma dengan kecepatan 3000

rpm selama 10 menit.

b. Disiapkan tiga buah tabung reaksi.

c. Dimasukkan larutan blanko sebanyak 1000 µL pada semua tabung, pada

tabung II ditambahkan dengan 10 µL standar trigliserida dan pada tabung III

ditambahkan dengan 10 µL plasma darah.

d. Diinkubasi seluruh tabung pada suhu kamar selama 10 menit.

e. Diukur kadarnya dengan alat semi automatic chemistry analyzer.

Page 42: All Lapkes Anklin 2011

42

5.1 Hasil Pengamatan

5.1.1 Tabel Pengamatan

SampelAbsorbansi

HasilHasil

PerhitunganBlanko Standar Sampel

Sampel 1 0,187 0,289 0,293 207,92 mg/dL 207,8 mg/dL

Sampel 2 0,204 0,307 0,257 102,05 mg/dL 102,91 mg/dL

Sampel 3 0,187 0,269 0,227 98,45 mg/dL 97,56 mg/dL

5.1.2 Perhitungan

a. Sampel 1

C = 200 × Asampel - Ablanko

Astandar - Ablanko

= 200 × 0,293 – 0,1870,289 – 0,187

= 200 ×0,1060,102

= 207,8 mg/dL

b. Sampel 2

C = 200 ×Asampel - Ablanko

Astandar - Ablanko

= 200 ×0,257 – 0,2040,307 – 0,204

= 200 ×0,0530,103

= 102,91 mg/dL

c. Sampel 3

C = 200 ×Asampel - Ablanko

Astandar - Ablanko

= 200 × 0,227 – 0,1870,269 – 0,187

= 200 ×0,0400,082

= 97,56 mg/dL

Page 43: All Lapkes Anklin 2011

43

5.1.3 Reaksi

Trigliserida lipase gliserol + asam lemak

Gliserol + ATP GK gliserol-3-fosfat + ADP

Gliserol-3-fosfat + O2 GPO dihydroxyacetone fosfat + H2O2

H2O2 + 4-aminoantipyrine POD quinoneimine + HCl + H2O + 4-chlorofenol

Page 44: All Lapkes Anklin 2011

44

6.1 Pembahasan

Percobaan ini mengenai penentuan kadar trigliserida dalam plasma darah

menggunakan metode enzimatik. Trigliserida adalah jenis lemak yang dapat

ditemukan dalam darah dan merupakan hasil uraian tubuh pada makanan yang

mengandung lemak dan kolesterol yang telah dikonsumsi dan masuk ke tubuh

serta dibentuk di hati. Tujuan dilakukan pengukuran trigliserida adalah untuk

memantau dan menilai resiko aterosklerosis khususnya bila ada riwayat keluarga

yang positif. Selain itu juga pada penyakit jantung koroner, stroke, pankreatitis,

penyakit hati dan ginjal.

Metabolisme trigliserida terjadi di dalam hati dan jaringan adiposa.

Trigliserida yang ada di dalam hati kemudian ditransport oleh lipoprotein ke

jaringan adiposa, dimana trigliserida juga disimpan untuk energi. Trigliserida

diangkut terutama sebagai kilomikron dari usus menuju hepar, kemudian

mengalami metabolisme dalam jumlah besar sebagai VLDL diangkut dari hepar

menuju ke seluruh jaringan tubuh. Oleh karena itu trigliserida yang tinggi

cenderung disertai dengan VLDL dan LDL yang tinggi pula, sementara HDLnya

rendah.

Perbedaan kolesterol dan trigliserida adalah kolesterol pada tubuh disimpan

dalam jaringan hati atau dinding pembuluh darah, sedangkan trigliserida disimpan

di dalam sel lemak di bawah jaringan kulit. Trigliserida bermanfaat pada tubuh

dengan menghasilkan energi yang lebih besar dibandingkan kolesterol, sedangkan

kolesterol bermanfaat pada tubuh untuk membangun sel-sel tubuh dan juga

hormon-hormon tertentu. Kadar kolesterol pada seseorang tidak bergantung pada

gemuk kurusnya seseorang karena banyak ditemui orang-orang yang kurus

memiliki kadar kolesterol yang tinggi.

Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah plasma darah. Alasan

digunakan plasma darah sebagai sampel karena plasma darah dapat melarutkan

dan membawa trigliserida dalam tubuh. Plasma darah adalah cairan berwarna

kuning muda yang didapat dengan menambahkan antikoagulan pada darah. Oleh

karena itu plasma darah masih mengandung fibrinogen. Antikoagulan yang

digunakan adalah EDTA. EDTA umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium

Page 45: All Lapkes Anklin 2011

45

(natrium) atau potassium (kalium) dan berguna untuk mencegah penggumpalan

darah dengan cara mengikat atau mengkhelasi kalsium.

Prinsip dari pengujian trigliserida ini adalah enzim lipase akan

memperantarai hidrolisis trigliserida menjadi gliserol dan asam-asam lemak.

Selanjutnya gliserol ini akan mengalami fosfatasi dengan bantuan enzim gliserol

kinase yang akan menghasilkan dihidroksi-aseton-fosfat dan H2O2. Pada tahap

selanjutnya, H2O2 akan bereaksi dengan 4-aminoantipirin dan 4-klorofenol dengan

bantuan enzim peroksidase membentuk kompleks kuinonimin yang berwarna

merah muda yang kemudian dapat diukur secara fotometri.

Tahap pertama yang dilakukan adalah dengan memasukkan darah ke dalam

tabung sentrifuge kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10

menit. Dimana dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit ini merupakan waktu

dan kecepatan optimum dalam memisahkan antara plasma darah dan serumnya.

Prinsip dari sentrifugasi adalah memisahkan serum dan plasma berdasarkan

prinsip berat jenis (BJ) dimana serum berwarna lebih merah tua pekat sehingga

berada di bagian bawah tabung (BJ besar), sedangkan plasma yang berwarna

kuning bening (BJ kecil) akan berada pada bagian atas tabung. Kemudian

dimasukkan larutan blanko sebanyak 1000 µL ke dalam 3 buah tabung reaksi,

pada tabung II ditambahkan 10 µL standar trigliserida dan pada tabung III

ditambahkan 10 µL plasma darah. Setelah itu seluruh tabung diinkubasi selama 10

menit agar reagen dan sampel dapat bereaksi optimal karena reaksi yang terjadi

merupakan reaksi enzimatis yang berjalan lambat. Kemudian diukur kadarnya

dengan menggunakan alat semi automatic chemistry analyzer.

Prinsip kerja alat semi automatic chemistry analyzer sama dengan alat

fotometer yaitu pengukuran penyerapan akibat interaksi sinar yang mempunyai

panjang gelombang tertentu dengan larutan atau zat warna yang dilewatinya. Alat

ini kurang spesifik dibandingkan dengan spektrofotometer. Hal ini dikarenakan

pada spektrofotometer, panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi

dan diperoleh dengan alat pengurai seperti plasma atau celah optis sedangkan

pada fotometer tidak dapat terseleksi.

Page 46: All Lapkes Anklin 2011

46

Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan hasil bahwa kadar trigliserida pada

sampel 1 sebesar 207,92 mg/dL, pada sampel 2 sebesar 102,05 mg/dL, dan pada

sampel 3 sebesar 98,45 mg/dL. Berdasarkan literatur, ambang batas trigliserida

dalam darah adalah 150 mg/dL. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa kadar

trigliserida pada sampel 1 melebihi batas normal. Sedangkan pada sampel 2 dan 3

kadar trigliseridanya normal. Dikatakan seseorang memiliki kadar trigliserida

yang tinggi jika kadarnya 200-499 mg/dL. Terdapat empat tingkatan pada kadar

trigliserida yaitu kisaran normal jika kadarnya kurang dari 150 mg/dL, batas

tinggi jika kadarnya 150-199 mg/dL, tinggi jika kadarnya 200-499 mg/dL, dan

sangat tinggi jika kadarnya lebih dari 500 mg/dL. Kadar trigliserida yang tinggi

disebut hiperlipidemia. Kadar trigliserida yang tinggi disebabkan oleh kombinasi

faktor genetik dan gaya hidup. Seseorang yang masuk kategori tinggi biasanya

juga memiliki faktor resiko penyakit jantung seperti lingkar pinggang yang lebar

atau resistensi insulin yang menyebabkan diabetes. Perubahan gaya hidup adalah

terapi utama yang bisa dilakukan.

Faktor yang dapat mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah adalah

kegemukan, makanan berlemak jenuh tinggi, makanan yang tinggi glukosa atau

karbohidrat serta minuman beralkohol. Pada makanan-makanan berlemak jenuh

tinggi dan tinggi glukosa dapat mempengaruhi kadar trigliserida apabila

dikonsumsi secara terus-menerus atau berlebihan karena makanan yang berlemak

jenuh atau tinggi glukosa sulit diuraikan menjadi unsur-unsur lain. Lemak jenuh

sering disebut kolesterol adalah suatu komponen dalam tubuh berbentuk seperti

lilin yang berwarna putih, diproduksi di dalam hati dan secara alami ditemukan di

dalam tubuh. Lemak jenuh akan bertahan sebagai lemak atau kolesterol jahat dan

menumpuk dalam pembuluh darah. Sedangkan mengkonsumsi alkohol secara

berlebihan dapat merusak fungsi hati dimana hati berguna untuk mensintesis

lipoprotein. Lipoprotein adalah partikel kecil yang komposisinya serupa

kilomikron, dimana lipoprotein digunakan untuk transport lemak antar jaringan

dan bersirkulasi dalam darah. Apabila fungsi hati menurun akibat konsumsi

alkohol yang berlebihan maka hati tidak dapat mensintesis lipoprotein dan lemak

Page 47: All Lapkes Anklin 2011

47

tidak dapat ditranspor sehingga terjadi penumpukkan lemak di saluran arteri yang

dapat mempercepat timbulnya plak pada dinding arteri.

Jika kadar trigliserida tinggi maka dapat beresiko terkena penyakit

aterosklerosis. Aterosklerosis adalah suatu kondisi berupa pengumpulan lemak

(lipid) di sepanjang dinding arteri. Lemak ini kemudian mengental, mengeras dan

akhirnya mempersempit saluran arteri sehingga mengurangi suplai oksigen

maupun darah ke organ-organ tubuh. Timbunan lemak yang mengeras di dinding

arteri ini disebut plak. Bila plak menutupi saluran arteri, jaringan yang disuplai

oleh arteri akan mati. Komplikasi aterosklerosis terjadi bila plak pecah dan

bermigrasi melalui arteri ke bagian lain. Plak yang beredar disebut emboli yang

terdiri dari lemak, sel-sel mati, gumpalan darah.

Untuk menurunkan kadar trigliserida dapat dilakukan dengan

memperbanyak makanan tinggi protein tak berlemak seperti kacang kedelai dan

jenis kacang-kacangan lainnya, dada ayam tanpa kulit, ikan salmon, ikan tuna,

putih telur, tahu dan tempe. Selain itu dengan memperbanyak konsumsi buah-

buahan dan sayur-sayuran yang mengandung serat tinggi, berolahraga minimal 30

menit per hari dan menghentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol.

Sedangkan obat-obat yang dapat menurunkan kadar trigliserida adalah asam

askorbat, kofibrat, fenformin dan metformin.

Page 48: All Lapkes Anklin 2011

48

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:1. Kadar trigliserida pada sampel 1 sebesar 207,92 mg/dL.

2. Kadar trigliserida pada sampel 2 sebesar 102,05 mg/dL.

3. Kadar trigliserida pada sampel 3 sebesar 98,45 mg/dL.

Page 49: All Lapkes Anklin 2011

49

PERCOBAAN IVPENENTUAN KADAR TRIGLISERIDA (KUANTITATIF)

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui kadar trigliserida dalam plasma darah secara kuantitatif

dengan menggunakan metode enzimatik.

2.2 Dasar Teori

2.2.1 Lipid

Lipid adalah sekelompok senyawa organik yang cenderung tidak larut

dalam air dan pelarut polar lainnya, tetapi dapat larut dalam pelarut organik

seperti toluene atau eter. Lipid terutama terdiri atas karbon, hidrogen, dan oksigen,

namun bisa juga mengandung unsur-unsur lain.

Selain berperan sebagai media penyimpanan energi, beberapa jenis lemak

tertentu melapisi dan melindungi organ-organ internal tubuh, sementara jenis

lainnya dalam bentuk lapisan lemak tepat di bawah kulit pada banyak jenis

mamalia, menyediakan isolasi panas untuk melawan temperatur lingkungan yang

rendah.

Lipid lebih sulit untuk dikategorisasi daripada karbohidrat atau protein,

sebab ada banyak sekali ragam kelompok lipid. Di antara kelompok-kelompok

utama lipid yang berfungsi dalam organisme hidup adalah lemak netral

(trigliserida), fosfolipid, dan steroid (Fried, 2006).

d. Trigliserida

Trigliserida adalah jenis lemak dalam darah yang dapat mempengaruhi

kadar kolesterol. Makan makanan yang mengandung lemak akan meningkatkan

trigliserida dalam darah dan cenderung meningkatkan kadar kolesterol.

(Nirmagustina, 2007)

Lemak netral atau trigliserida adalah lipid yang paling umum ditemukan dan

juga yang paling familiar. Trigliserida tersusun atas tiga asam lemak yang

dihubungkan pada masing-masing dari ketiga gugus hidroksil dari alkohol gliserol

Page 50: All Lapkes Anklin 2011

50

tripel. Karena gabungan suatu asam dan suatu alkohol menghasilkan ester,

trigliserida dikenal juga sebagai trimester (Fried, 2006).

Nilai normal trigliserida:

3) Dewasa: 12-29 tahun: 10-140 mg/dL, 30-39 tahun: 20-150 mg/dL, 40-49

tahun: 30-160 mg/dL, > 50 tahun: 40-190 mg/dL, 0,44-2,09 mmol/L (unit

SI).

4) Anak: bayi: 5-40 mg/dL, anak 5-11 tahun: 10-135 mg/dL.

(Kee, 1997)

e. Kolesterol

Kolesterol adalah salah satu lemak tubuh yang berada dalam bentuk bebas

dan ester dengan asam lemak. Lemak yang dimakan terdiri atas kolesterol lemak

jenuh dan lemak tidak jenuh. Karbohidrat dan lemak tersebut di dalam tubuh akan

diproses menjadi suatu senyawa yang disebut asetil koenzim A. Bahan ini akan

membentuk beberapa zat penting seperti asam lemak, trigliserida, fosfolipid, dan

kolesterol, sehingga bila tubuh terlalu banyak asupan makanan yakni melebihi

kebutuhan maka jumlah trigliserida akan meningkat (Kasim, 2006).

Kolesterol merupakan ciri khas dari struktur steroid. Walaupun kolesterol

sering disebut sebagai penyebab arteriosklerosis pada manusia, kolesterol

sebenarnya adalah komponen structural vital dari membran sel. Kolesterol

memainkan peranan penting dalam menjaga keberlangsungan fungsi-fungsi yang

baik dari berbagai jaringan hewan seperti saraf dan darah. Kolesterol tidak

ditemukan pada tumbuhan (Fried, 2006).

f. Steroid

Steroid sangat berbeda dalam hal struktur dari asam-asam netral dan

fosfolipid. Steroid digolongkan sebagai lipid karena ketidaklarutannya dalam air.

Steroid terdiri atas empat cincin atom karbon yang saling berhubungan, tiga di

antaranya merupakan cincin heksagonal dan yang satunya merupakan cincin

pentagonal (Fried, 2006).

2.2.2 Metabolisme Trigliserida

b. Transpor lemak (lipid) dalam alirah darah. Lemak ditranspor dalam bentuk

kilomikron, asam lemak bebas, dan lipoprotein.

Page 51: All Lapkes Anklin 2011

51

4) Kilomikron terbentuk dalam mukosa usus dari asam lemak dan gliserol,

diabsorpsi dalam lacteal, dan masuk ke sirkulasi darah. Kilomikron terdiri

dari 90% trigliserida, ditambah kolesterol, fosfolipid, dan selubung tipis

protein. Dalam waktu empat jam setelah makan (tahap postabsorbtif),

sebagian besar kilomikron dikeluarkan dari darah oleh jaringan adiposa dan

hati.

d) Enzim lipoprotein lipase, yang ditemukan dalam hati dan kapilar jaringan

adiposa, mengurai trigliserida dalam kilomikron untuk melepaskan asam

lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol berikatan menjadi trigliserida

(lemak netral) untuk disimpan dalam jaringan adiposa. Sisa kilomikron yang

kaya kolesterol dimetabolisme oleh hati.

e) Simpanan lemak akan ditarik dari jaringan adiposa jika diperlukan untuk

energi. Enzim lipase sensitif-hormon mengurai trigliserida kembali menjadi

asam lemak dan gliserol.

f) Jumlah simpanan lemak bergantung pada total asupan makanan. Jaringan

adiposa dan hati dapat menyintesis lemak dari asupan lemak, karbohidrat,

atau protein yang berlebihan.

5) Asam lemak bebas adalah asam lemak yang terikat pada albumin, salah satu

protein plasma. Bentuk bebas ini adalah bentuk asam lemak yang ditranspor

dari sel-sel jaringan adiposa untuk dipakai jaringan lain sebagai energi.

6) Lipoprotein adalah partikel kecil yang komposisinya serupa kilomikron.

Lipoprotein terutama disintesis di hati. Lipoprotein dipakai untuk transport

lemak antar jaringan dan bersirkulasi dalam darah pada tahap postabsorbtif

setelah kilomikron dikeluarkan dari darah. Lipoprotein terbagi menjadi tiga

kelas sesuai dengan densitasnya.

d) VLDL (very low density lipoprotein) mengandung kurang lebih 60%

trigliserida dan 15% kolesterol dan memiliki massa terkecil. VLDL

mentranspor trigliserida dan koletserol menjauhi hati menuju jaringan untuk

disimpan atau digunakan.

e) LDL (low density lipoprotein) mengandung hampir 50% kolesterol dan

membawa 60% sampai 70% kolesterol plasma yang disimpan dalam

Page 52: All Lapkes Anklin 2011

52

jaringan adiposa dan otot polos. Konsentrasinya bergantung pada banyak

faktor, tetapi terutama pada faktor asupan makanan yang mengandung

kolesterol dan lemak jenuh. Konsentrasi LDL tinggi dalam darah

dihubungan dengan insidensi tinggi penyakit jantung koroner.

f) HDL (high density lipoprotein) mengandung 20% kolesterol, kurang dari

5% trigliserida dan 50% protein dari berat molekulnya. HDL penting dalam

pembersihan trigliserida dan kolesterol dari plasma karena HDL membawa

kolesterol kembali ke hati untuk proses metabolisme buka untuk disimpan

dalam jaringan lain. Konsentrasi HDL tingi dalam darah dihubungkan

dengan insidensi rendah penyakit jantung koroner.

(Sloane, 2003)2.2.3 Masalah-masalah klinis trigliserida

e. Penurunan kadar: β-lipoproteinemia congenital, hipertiroidisme, malnutrisi

protein, latihan.

f. Obat-obat yang dapat menurunkan nilai trigliserida: Asam askorbat, kofibrat

(Atromid-S), fenformin, metformin.

g. Peningkatan kadar: Hiperlipoproteinemia, IMA, hipertensi, hipotiroidisme,

sindrom nefrotik, trombosis serebral, sirosis alkoholik, DM yang tidak

terkontrol, sindrom Down’s stress, diet tinggi karbohidrat, kehamilan.

h. Obat-obat yang dapat meningkatkan nilai trigliserida: Estrogen, pil KB.

(Kee, 1997)

2.2.4 Plasma dan Serum

Plasma adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya

bening kekuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri atas air. Zat-zat yang

terdapat dalam plasma darah adalah sebagai berikut:

g. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.

h. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain) yang

berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik.

i. Protein darah (albumin, globulin) meningkatkan viskositas darah juga

menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan

dalam tubuh.

Page 53: All Lapkes Anklin 2011

53

j. Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral dan vitamin)

k. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.

l. Antibodi

(Handayani, 2008)

Serum adalah cairan tersisa setelah darah menggumpal atau membeku.

Koagulasi mengubah semua fibrinogen menjadi fibrin yang padat dan dalam

prosesnya mengonsumsi faktor VIII, faktor V dan protrombin. Protein-protein

koagulasi lainnya dan protein yang tidak terkait dengan hemostasis tetap berada

dalam serum dengan kadar serupa dengan dalam plasma. Serum normal tidak

mengandung fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor V, dan faktor XIII, tetapi

mengandung faktor XII, XI, X, IX, dan VII. Apabila proses koagulasi berlangsung

secara abnormal, serum mungkin mengandung sisa fibrinogen dan produk

pemecahan fibrinogen atau protrombin yang belum dikonversi (Sacher, 2004).

2.2.5 Metode GPO-PAP

Metode ini digunakan untuk pemisahan trigliserida dalam serum atau

plasma dengan menggunakan metode diagnosa trigliserida.

Prinsip GPO-PAP adalah lipoprotein lipase menghidrolisis serum

trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Gliserol kinase (GK)

mengkatalisis perubahan gliserol dalam menghasilkan ATP menjadi gliserol-3-

fosfat dan ADP. Gliserol-3-fosfat kemudian dioksidasi oleh gliserol-3-fosfat

oksidase (GPO) untuk menghasilkan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida

bereaksi dengan peroksidase (POD) dengan 4-klorofenol dan 4-aminoantipirin

untuk membentuk senyawa kompleks berwarna merah muda. Intensitas warna

sebanding dengan konsentrasi trigliserida dan dapat diukur kadarnya dengan

fotometer menggunakan panjang gelombang 546 nm.

Trigliserida lipase gliserol + asam lemak

Gliserol + ATP GK gliserol-3-fosfat + ADP

Gliserol-3-fosfat + O2 GPO dihydroxyacetone fosfat + H2O2

H2O2 + 4-aminoantipyrine POD quinoneimine + HCl + H2O + 4-chlorofenol

(Chakravarti, 2005)

Page 54: All Lapkes Anklin 2011

54

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

g. Mikropipet 10 µL dan 1000 µL

h. Rak tabung

i. Semi automatic chemistry analyzer

j. Sentrifuge

k. Tabung reaksi

l. Tabung sentrifuge

3.2.2 Bahan

f. Aquades

g. EDTA

h. Plasma darah

i. R1 (Enzym reagent): PIPES buffer pH 7,5, 4-chlorofenol, 4-

aminoantipyrine, magnesium ions, ATP, lipase, peroksidase, gliserol kinase,

gliserol-3-phosphate oksidase

j. Standar trigliserida

4.2. Prosedur Kerja

f. Disentrifuge darah agar terpisah serum dan plasma dengan kecepatan 3000

rpm selama 10 menit.

g. Disiapkan tiga buah tabung reaksi.

h. Dimasukkan larutan blanko sebanyak 1000 µL pada semua tabung, pada

tabung II ditambahkan dengan 10 µL standar trigliserida dan pada tabung III

ditambahkan dengan 10 µL plasma darah.

i. Diinkubasi seluruh tabung pada suhu kamar selama 10 menit.

j. Diukur kadarnya dengan alat semi automatic chemistry analyzer.

Page 55: All Lapkes Anklin 2011

55

5.2 Hasil Pengamatan

5.2.1 Tabel Pengamatan

SampelAbsorbansi

HasilHasil

PerhitunganBlanko Standar Sampel

Sampel 1 0,187 0,289 0,293 207,92 mg/dL 207,8 mg/dL

Sampel 2 0,204 0,307 0,257 102,05 mg/dL 102,91 mg/dL

Sampel 3 0,187 0,269 0,227 98,45 mg/dL 97,56 mg/dL

5.2.2 Perhitungan

d. Sampel 1

C = 200 × Asampel - Ablanko

Astandar - Ablanko

= 200 × 0,293 – 0,1870,289 – 0,187

= 200 ×0,1060,102

= 207,8 mg/dL

e. Sampel 2

C = 200 ×Asampel - Ablanko

Astandar - Ablanko

= 200 ×0,257 – 0,2040,307 – 0,204

= 200 ×0,0530,103

= 102,91 mg/dL

f. Sampel 3

C = 200 ×Asampel - Ablanko

Astandar - Ablanko

= 200 × 0,227 – 0,1870,269 – 0,187

= 200 ×0,0400,082

= 97,56 mg/dL

Page 56: All Lapkes Anklin 2011

56

5.2.3 Reaksi

Trigliserida lipase gliserol + asam lemak

Gliserol + ATP GK gliserol-3-fosfat + ADP

Gliserol-3-fosfat + O2 GPO dihydroxyacetone fosfat + H2O2

H2O2 + 4-aminoantipyrine POD quinoneimine + HCl + H2O + 4-chlorofenol

Page 57: All Lapkes Anklin 2011

57

6.2 Pembahasan

Percobaan ini mengenai penentuan kadar trigliserida dalam plasma darah

menggunakan metode enzimatik. Trigliserida adalah jenis lemak yang dapat

ditemukan dalam darah dan merupakan hasil uraian tubuh pada makanan yang

mengandung lemak dan kolesterol yang telah dikonsumsi dan masuk ke tubuh

serta dibentuk di hati. Tujuan dilakukan pengukuran trigliserida adalah untuk

memantau dan menilai resiko aterosklerosis khususnya bila ada riwayat keluarga

yang positif. Selain itu juga pada penyakit jantung koroner, stroke, pankreatitis,

penyakit hati dan ginjal.

Metabolisme trigliserida terjadi di dalam hati dan jaringan adiposa.

Trigliserida yang ada di dalam hati kemudian ditransport oleh lipoprotein ke

jaringan adiposa, dimana trigliserida juga disimpan untuk energi. Trigliserida

diangkut terutama sebagai kilomikron dari usus menuju hepar, kemudian

mengalami metabolisme dalam jumlah besar sebagai VLDL diangkut dari hepar

menuju ke seluruh jaringan tubuh. Oleh karena itu trigliserida yang tinggi

cenderung disertai dengan VLDL dan LDL yang tinggi pula, sementara HDLnya

rendah.

Perbedaan kolesterol dan trigliserida adalah kolesterol pada tubuh disimpan

dalam jaringan hati atau dinding pembuluh darah, sedangkan trigliserida disimpan

di dalam sel lemak di bawah jaringan kulit. Trigliserida bermanfaat pada tubuh

dengan menghasilkan energi yang lebih besar dibandingkan kolesterol, sedangkan

kolesterol bermanfaat pada tubuh untuk membangun sel-sel tubuh dan juga

hormon-hormon tertentu. Kadar kolesterol pada seseorang tidak bergantung pada

gemuk kurusnya seseorang karena banyak ditemui orang-orang yang kurus

memiliki kadar kolesterol yang tinggi.

Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah plasma darah. Alasan

digunakan plasma darah sebagai sampel karena plasma darah dapat melarutkan

dan membawa trigliserida dalam tubuh. Plasma darah adalah cairan berwarna

kuning muda yang didapat dengan menambahkan antikoagulan pada darah. Oleh

karena itu plasma darah masih mengandung fibrinogen. Antikoagulan yang

digunakan adalah EDTA. EDTA umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium

Page 58: All Lapkes Anklin 2011

58

(natrium) atau potassium (kalium) dan berguna untuk mencegah penggumpalan

darah dengan cara mengikat atau mengkhelasi kalsium.

Prinsip dari pengujian trigliserida ini adalah enzim lipase akan

memperantarai hidrolisis trigliserida menjadi gliserol dan asam-asam lemak.

Selanjutnya gliserol ini akan mengalami fosfatasi dengan bantuan enzim gliserol

kinase yang akan menghasilkan dihidroksi-aseton-fosfat dan H2O2. Pada tahap

selanjutnya, H2O2 akan bereaksi dengan 4-aminoantipirin dan 4-klorofenol dengan

bantuan enzim peroksidase membentuk kompleks kuinonimin yang berwarna

merah muda yang kemudian dapat diukur secara fotometri.

Tahap pertama yang dilakukan adalah dengan memasukkan darah ke dalam

tabung sentrifuge kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10

menit. Dimana dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit ini merupakan waktu

dan kecepatan optimum dalam memisahkan antara plasma darah dan serumnya.

Prinsip dari sentrifugasi adalah memisahkan serum dan plasma berdasarkan

prinsip berat jenis (BJ) dimana serum berwarna lebih merah tua pekat sehingga

berada di bagian bawah tabung (BJ besar), sedangkan plasma yang berwarna

kuning bening (BJ kecil) akan berada pada bagian atas tabung. Kemudian

dimasukkan larutan blanko sebanyak 1000 µL ke dalam 3 buah tabung reaksi,

pada tabung II ditambahkan 10 µL standar trigliserida dan pada tabung III

ditambahkan 10 µL plasma darah. Setelah itu seluruh tabung diinkubasi selama 10

menit agar reagen dan sampel dapat bereaksi optimal karena reaksi yang terjadi

merupakan reaksi enzimatis yang berjalan lambat. Kemudian diukur kadarnya

dengan menggunakan alat semi automatic chemistry analyzer.

Prinsip kerja alat semi automatic chemistry analyzer sama dengan alat

fotometer yaitu pengukuran penyerapan akibat interaksi sinar yang mempunyai

panjang gelombang tertentu dengan larutan atau zat warna yang dilewatinya. Alat

ini kurang spesifik dibandingkan dengan spektrofotometer. Hal ini dikarenakan

pada spektrofotometer, panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi

dan diperoleh dengan alat pengurai seperti plasma atau celah optis sedangkan

pada fotometer tidak dapat terseleksi.

Page 59: All Lapkes Anklin 2011

59

Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan hasil bahwa kadar trigliserida pada

sampel 1 sebesar 207,92 mg/dL, pada sampel 2 sebesar 102,05 mg/dL, dan pada

sampel 3 sebesar 98,45 mg/dL. Berdasarkan literatur, ambang batas trigliserida

dalam darah adalah 150 mg/dL. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa kadar

trigliserida pada sampel 1 melebihi batas normal. Sedangkan pada sampel 2 dan 3

kadar trigliseridanya normal. Dikatakan seseorang memiliki kadar trigliserida

yang tinggi jika kadarnya 200-499 mg/dL. Terdapat empat tingkatan pada kadar

trigliserida yaitu kisaran normal jika kadarnya kurang dari 150 mg/dL, batas

tinggi jika kadarnya 150-199 mg/dL, tinggi jika kadarnya 200-499 mg/dL, dan

sangat tinggi jika kadarnya lebih dari 500 mg/dL. Kadar trigliserida yang tinggi

disebut hiperlipidemia. Kadar trigliserida yang tinggi disebabkan oleh kombinasi

faktor genetik dan gaya hidup. Seseorang yang masuk kategori tinggi biasanya

juga memiliki faktor resiko penyakit jantung seperti lingkar pinggang yang lebar

atau resistensi insulin yang menyebabkan diabetes. Perubahan gaya hidup adalah

terapi utama yang bisa dilakukan.

Faktor yang dapat mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah adalah

kegemukan, makanan berlemak jenuh tinggi, makanan yang tinggi glukosa atau

karbohidrat serta minuman beralkohol. Pada makanan-makanan berlemak jenuh

tinggi dan tinggi glukosa dapat mempengaruhi kadar trigliserida apabila

dikonsumsi secara terus-menerus atau berlebihan karena makanan yang berlemak

jenuh atau tinggi glukosa sulit diuraikan menjadi unsur-unsur lain. Lemak jenuh

sering disebut kolesterol adalah suatu komponen dalam tubuh berbentuk seperti

lilin yang berwarna putih, diproduksi di dalam hati dan secara alami ditemukan di

dalam tubuh. Lemak jenuh akan bertahan sebagai lemak atau kolesterol jahat dan

menumpuk dalam pembuluh darah. Sedangkan mengkonsumsi alkohol secara

berlebihan dapat merusak fungsi hati dimana hati berguna untuk mensintesis

lipoprotein. Lipoprotein adalah partikel kecil yang komposisinya serupa

kilomikron, dimana lipoprotein digunakan untuk transport lemak antar jaringan

dan bersirkulasi dalam darah. Apabila fungsi hati menurun akibat konsumsi

alkohol yang berlebihan maka hati tidak dapat mensintesis lipoprotein dan lemak

Page 60: All Lapkes Anklin 2011

60

tidak dapat ditranspor sehingga terjadi penumpukkan lemak di saluran arteri yang

dapat mempercepat timbulnya plak pada dinding arteri.

Jika kadar trigliserida tinggi maka dapat beresiko terkena penyakit

aterosklerosis. Aterosklerosis adalah suatu kondisi berupa pengumpulan lemak

(lipid) di sepanjang dinding arteri. Lemak ini kemudian mengental, mengeras dan

akhirnya mempersempit saluran arteri sehingga mengurangi suplai oksigen

maupun darah ke organ-organ tubuh. Timbunan lemak yang mengeras di dinding

arteri ini disebut plak. Bila plak menutupi saluran arteri, jaringan yang disuplai

oleh arteri akan mati. Komplikasi aterosklerosis terjadi bila plak pecah dan

bermigrasi melalui arteri ke bagian lain. Plak yang beredar disebut emboli yang

terdiri dari lemak, sel-sel mati, gumpalan darah.

Untuk menurunkan kadar trigliserida dapat dilakukan dengan

memperbanyak makanan tinggi protein tak berlemak seperti kacang kedelai dan

jenis kacang-kacangan lainnya, dada ayam tanpa kulit, ikan salmon, ikan tuna,

putih telur, tahu dan tempe. Selain itu dengan memperbanyak konsumsi buah-

buahan dan sayur-sayuran yang mengandung serat tinggi, berolahraga minimal 30

menit per hari dan menghentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol.

Sedangkan obat-obat yang dapat menurunkan kadar trigliserida adalah asam

askorbat, kofibrat, fenformin dan metformin.

Page 61: All Lapkes Anklin 2011

61

7.2. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:4. Kadar trigliserida pada sampel 1 sebesar 207,92 mg/dL.

5. Kadar trigliserida pada sampel 2 sebesar 102,05 mg/dL.

6. Kadar trigliserida pada sampel 3 sebesar 98,45 mg/dL.

Page 62: All Lapkes Anklin 2011

62

PERCOBAAN VPENENTUAN KADAR ASAM URAT

(KUANTITATIF)

1.1 Tujuan

Menentukan kadar asam urat secara kuantitatif dengan metode enzimatik

fotometri koulometri.

2.1 Dasar Teori

Asam urat telah dikenal sejak abad ke 5 M, tetapi hingga sekarang belum

juga ditemukan obat yang efektif untuk dapat menyembuhkannya, meskipun pada

akhir tahun 1814 telah ditemukan kolkisin sebagai dasar pengobatannya, namun

penderitanya semakin hari juga semakin bertambah. Umumnya yang sering

terserang asam urat adalah laki-laki karena kaum laki-laki memiliki kadar asam

urat yang memang lebih tinggi daripada perempuan (Utami, 2004).

Kata urat dalam asam urat tidak ada hubungannya dengan urat syaraf dan

urat daging. Nama asam urat merupakan terjemahan dari urid acid. Apabila acetic

acid diterjemahkan menjadi asam asetat, maka urid acid diterjemahkan menjadi

asam urat. Kadar asam urat di dalam darah antara 3,4-7,0 mg/dL pada laki-laki,

dan 2,4-5,7 mg/dL pada perempuan. Bila lebih tinggi dari harga itu maka

dikatakan mengalami hiperurisemia (Djojodibroto, 2001).

Asam urat adalah produk penguraian basa purin, kreatin dihasilkan dari

kreatin fosfat dan amonia dihasilkan dari glutamin, terutama oleh ginjal tempat

amonia membantu menjadi penyangga urin dengan cara bereaksi dengan proton

untuk membentuk ion amonium (NH4+). Senyawa-senyawa ini terutama dieksresi

melalui urin, tetapi cukup banyak dikeluarkan melalui feses dan kulit. Sejumlah

kecil metabolit berisi nitrogen terbentuk dari penguraian neurotransmitter hormon,

dan produk khusus asam amino lainnya dan dikeluarkan melalui urin. Sebagian

produk penguraian ini misalnya bilirubin (dibentuk dari penguraian hem),

terutama ekskresi oleh feses (Marks, 1996).

Page 63: All Lapkes Anklin 2011

63

Urat dihasilkan oleh sel yang mengandung xantine oksidase, terutama hepar

dan usus kecil. Asam urat merupakan produk akhir dari katabolisme adenin dan

guanin yang berasal dari pemecahan nukleotida purin.

Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang terdiri dari

komponen-komponen karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen dengan rumus

molekul C5H4N4O3. Pada pH alkali kuat, asam urat membawa ion urat dua kali

lebih banyak daripada pH asam.

Purin yang berasal dari katabolisme asam nukleat dalam diet diubah

menjadi asam urat secara langsung, pemecahan nukleotida purin terjadi di semua

sel, tetapi asam urat hanya dihasilkan oleh jaringan yang mengandung xiantine

terutama di hepar dan usus kecil. Rerata sintesa asam urat endogen setiap harinya

adalah 300-600 mg per hari, dari diet 600 mg lalu diekskresikan ke urin rerata 600

mg per hari dan ke usus sekitar 200 mg per hari.

Rumus struktur kimia asam urat

(Nasrul, 2012)

Dalam darah sebagian besar asam urat dalam bentuk monosodium urat.

Pada penderita gout, konsentrasi monosodium urat sangat tinggi dalam bentuk

campuran yang sangat jenuh sehingga beresiko terjadinya deposit kristal urat pada

jaringan yang menghasilkan:

1. Iofi (nodul subkutan akibat deposit kristal urat)

2. Sinovitis dan artritis

3. Penyakit ginjal dan kalkuli

(Underwood, 1994)

Nilai-nilai rujukan untuk asam urat. Nilai-nilai dapat berbeda untuk satu

laboratorium dengan laboratorium yang lain. Dalam serum kadar asam urat pada

Page 64: All Lapkes Anklin 2011

64

laki-laki dan wanita dewasa adalah 3,5-8,0 mg/dL (pria) dan 2,8-6,8 mg/dL

(wanita). Pada anak-anak adalah 2,5-5,5 mg/dL. Pada lansia 3,5-8,5 mg/dL.

Dalam urine kadar asam urat adalah pada dewasa 200-500 mg/24 jam (diet rendah

purin), 250-750 mg/24 jam (diet normal), pada anak-anak kadarnya sama dengan

dewasa.

Peningkatan asam urat (hiperurisemia) dalam urin dan serum tergantung

dari fungsi ginjal, frekuensi metabolisme purin, dan asupan makanan yang

mengandung purin. Jumlah asam urat yang berlebihan dikeluarkan dalam urin.

Asam urat dapat membentuk kristal di dalam saluran kemih, dan urin bersifat basa

adalah penting pada hiperurisemia. Masalah yang sering terjadi pada

hiperurisemia yaitu gout. Nilai dari asam urat biasanya berubah dari hari ke hari,

sehingga nilai-nilai asam urat mungkin diulang dalam beberapa hari atau minggu.

(Kee, 1995)

Penyebab gout adalah multifaktor, ada komponen genetik tetapi bekerjanya

faktor lain penyebab gout ini dimasukkan ke dalam kelainan yang didapat faktor

etiologik ialah:

1. Jenis kelamin (pria > wanita)

2. Riwayat keluarga

3. Diet (daging-alkohol)

4. Keadaan sosial, ekonomi (tinggi > rendah)

5. Ukuran tubuh (besar > kecil)

(Underwood, 1994)

Beberapa faktor ini tentunya saling mempengaruhi. Gout dapat dibagi dalam

gout primer, karena beberapa kelainan genetik pada metabolisme purin dan gout

sekunder karena meningkatnya suatu pembebasan asam nukleik dari jaringan

neurotik atau ekskresi asam urat dalam urin yang berkurang (Underwood, 1994).

Peningkatan kadar asam urat dapat mempengaruhi gangguan pada tubuh

manusia seperti perasaan linu-linu di daerah persendian dan sering disertai

timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan

oleh penumpukan kristal di daerah tersebut akibat tingginya kadar asam urat di

dalam darah (Andry, 2009).

Page 65: All Lapkes Anklin 2011

65

Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya basa purin dari gugus ribosa,

yaitu s-phosphoribosyl-1-phosphat (PRPP) yang didapat dari ribose-5-phosphat

yang disintesi dengan ATP dan merupakan sumber gugus ribosa. Reaksi pertama,

PRPP bereaksi dengan glutamin membentuk fosforibosilamin yang mempunyai

sembilan cincin purin. Reaksi ini dikatalisasi oleh PRPP glutamit

aminotransferase. Suatu enzim yang dihambat oleh produk nukleotida irosine

monophosphate (IMP), adenine monophosphat (AMP) dan guanine

monophosphat (GMP) sehingga memperlamabat produk nuleotida purin dengan

menurunkan kadar substrat PRPP.

IMP merupakan nukleotida purin pertama yang dibentuk dari gugus glisin

dan mengandung basa hipaxantine. IMP berfungsi sebagai titik cabang dari

nukleotida adenin dan guanin. AMP berasa; dari IMP melalui penambahan gugus

amino aspartat ke karbon enam cincin purin dalam reaksi yang memerlukan GTP.

GMP berasal dari IMP melalui pemindahan satu gugus amino dari amino

glutamin ke karbon dua cincin purin, reaksi ini membutuhkan ATP.

AMP mengalami deaminasi menjadi inosin, kemudian IMP dan GMP

mengalami defosforilasi menjadi inosin dan guanosin. Basa hipoxantine terbentuk

dari IMP yang mengalami defosforilasi dan diubah oleh xantine oksidase menjadi

xantine serta guanine akan mengalami deaminasi untuk menghasilkan xantine.

Xantine akan diubah oleh xantine oksidase menjadi asam urat (Nasrul, 2012).

Hiperurisemia didefinisikan sebagai kadar asam urat serum lebih dari 7

mg/dL pada laki-laki dan lebih dari 6 mg/dL pada perempuan. Hiperurisemia yang

lama dapat merusak sendi, jaringan lunak dan ginjal (Nasrul, 2012).

Hiperurisemia disebabkan oleh sintesa purin yang berlebihan dalam tubuh

karena pola makan yang tidak teratur dan proses pengeluaran asam urar dari

dalam tubuh yang mengalami gangguan ataupun yang lainnya (Andry, 2009).

Hiperurisemia ini dibagi menjadi dua, yakni hiperurisemia primer yang

tidak diketahui penyebabnya dan hiperurisemia sekunder yang diketahui

penyebabnya seperti glikogen dan ginjal. Normalnya, asam urat sebagai hasil

samping dari pemecahan sel terdapat dalam darah karena tubuh secara

berkesinambungan memecah dan membentuk sel yang baru. Ketika ginjal tidak

Page 66: All Lapkes Anklin 2011

66

sanggup untuk mengeluarkannya melalui kandung kemih, sehingga kadar asam

urat darah pun meningkat. Selain itu, tubuh juga dapat membuat asam urat dalam

jumlah sangat tinggi akibat adanya abnormalitas suatu enzim atau serangan suatu

penyakit (Utami, 2004).

Secara klinis, penyakit asam urat dibagi menjadi empat tahap, yakni tahap

asimtomatik, akut, interkritikal, dan kronis. Setiap tahap ini memiliki gejala yang

ditandai dengan meningkatnya asam urat tanpa disertai gejala nyeri, tofus, atau

batu urat disaluran kemih. Tahap akut ditandai dengan serangan nyeri di

persendian yang mendadak dan hebat, disertai rasa panas dan kemerahan yang

umumnya terjadi di pangkal ibu jari kaki pada tengah malam dan dini hari. Tahap

interkritikal yang ditandai dengan berjalannya aktivitas normal tanpa rasa sakit

sama sekali, bahkan penderita tidak mengalami serangan kembali. Disebut

memasuki tahap kronis jika ditandai dengan pembentukan tofus, setelah 11 tahun

serangan pertama terjadi, akibat gejala yang tidak diobati. Dalam tahap ini, nyeri

akan berlangsung lama, terus-menerus, dan akhirnya bengkak, sehingga sendi

menjadi kaku dan sakit (Utami, 2004).

Page 67: All Lapkes Anklin 2011

67

3.1 Alat dan bahan

3.1.1 Alat

a. Mikropipet 10 µL; 1000 µL

b. Rak tabung reaksi

c. Semi automatic chemistry analyzer (fotometer)

d. Sentrifuge

e. Tabung bertutup

f. Tabung reaksi

g. Tabung sentrifuge

3.1.2 Bahan

a. EDTA

b. Plasma darah

c. Reagen R1 (buffer fosfat pH 7,0, 4-aminophenazone, DCHBS, uricase dan

peroksidase

d. Standar asam urat

1.1. Prosedur Kerja

4.1.1 Penyiapan sampel

a. Diambil darah segar dari pendonor.

b. Dimasukkan darah segar ke dalam tabung bertutup yang berisi EDTA.

c. Dipindahkan ke dalam tabung sentrifuge.

d. Disentrifugasi selama 10 menit dalam sentrifuge.

e. Diambil supernatan dari hasil sentifuge yang berupa plasma darah.

4.1.2 Pengujian kadar asam urat

a. Disiapkan 3 buah tabung reaksi. Tabung I diisi sampel, tabung II diisi

larutan standar masing-masing 20 µL dan tabung III diisi larutan blanko.

b. Ditambahkan pereaksi R1 pada masing-masing tabung sebanyak 1000 µL.

c. Dicampur dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 20-250C atau selama 5

menit pada suhu 370C.

d. Diukur absorbansi sampel dan larutan standar terhadap pereaksi blanko

dalam waktu 15 menit.

Page 68: All Lapkes Anklin 2011

68

5.1 Hasil Pengamatan

5.1.1 Tabel pengamatan

SampelAbsorbansi

HasilHasil

PerhitunganBlanko Standar Sampel

Sampel 1 0,104 0,704 0,224 1,62 mg/dL 1,6 mg/dL

Sampel 2 0,100 0,34 0,167 2,18 mg/dL 2,23 mg/dL

Sampel 3 0,100 0,561 0,145 0,84 mg/dL 0,85 mg/dL

5.1.2 Hasil perhitungan

a. Sampel 1

C = 8 × A.Sampel-A.BlankoA.standar-A.Blanko

C = 8 × 0,224-0,1040,704-0,104

C = 1,6 mg/dL

b. Sampel 2

C = 8 ×A.Sampel-A.BlankoA.standar-A.Blanko

C = 8 × 0,167-0,1040,34-0,104

C = 2,23 mg/dL

c. Sampel 3

C = 8 × A.Sampel-A.BlankoA.standar-A.Blanko

C = 8 × 0,145-0,1040,561-0,104

C = 0,85 mg/dL

Page 69: All Lapkes Anklin 2011

69

6.1 Pembahasan

Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang terdiri dari

komponen karbon, nitrogen, oksigen dan hydrogen dengan rumus molekul

C5H4N4O3. Pada pH dikali kuat, asam urat membentuk ion urat dua kali lebih

banyak dari pada pH asam.

Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya basa purin dari gugus ribose

yaitu PRPP yang didapat dari ribosa 5-fosfat yang disintesis dengan ATP. Reaksi

pertama PRPP bereaksi dengan glutamine membentuk fosforibosilamin.

Kemudian reaksi dikatalis oleh PRPP glutamil amidotransferase. Ketiga

nukleotida menghambat sintesis PRPP sehingga menghambat produk nukleotida

purin dengan menurunkan kadar substrat.

IMP merupakan nukleotida purin yang pertama yang dibentuk dari gugus

glisin dan mengandung basa hypoxanthine. Kemudian terbentuk AMP dari IMP

melalui penambahan sebuah gugus amino aspartat ke karbon enam cincin purin

dalam reaksi yang memerlukan GPT. Selain membentuk AMP, IMP juga

membentuk GMP melalui pemindahan satu gugus amino dari amino glutamine ke

karbon dua cincin purin dengan bantuan ATP.

AMP mengalami deaminasi menjadi inosin, sedangkan IMP dan GMP

mengalami defosforilasi menjadi inosin dan guanosin. Basa hypoxanthine

mengalami defosforilasi diubah menjadi xhantine oxidase menjadi xhantine serta

guanine. Xhantine akan diubah menjadi asam urat oleh xhantine oxidase.

Kadar asam urat normal pada laki-laki adalah 3,5-8,0 mg/dL. Untuk wanita

kadar asam urat normal adalah 2,8-6,8 mg/dL. Anak-anak 2,5-5,5 mg/dL dan

lansia adalah 3,5-8,5 mg/dL. Karena pada laki-laki lebih tinggi kadar asam

uratnya sehingga laki-laki lebih rentan terhadap penyakit asam urat.

Percobaan ini mengenai penentuan kadar asam urat dengan menggunakan

metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini pengukuran kadar asam urat

dapat ditentukan secara akurat dan lebih spesifik apabila menggunakan metode

lain misalnya secara semi kuantitatif hanya mennentukan ada tidaknya senyawa

yang dapat dijadikan indikasi dan hanya memperkirakan kadar secara tidak

Page 70: All Lapkes Anklin 2011

70

spesifik. Metode kuantitatif yang digunakan adalah enzymatic colorimetric-test

(metode uricase-PAP).

Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah plasma. Plasma adalah

komponen darah yang berupa cairan berwarna kekuningan. 55% dari jumlah per

volume darah merupakan plasma darah. Plasma darah terdiri dari 90 % air dan 10

% larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dan karbon

dioksida, faktor koagulan dalam plasama darah dapat menyebabkan darah

menggunmpal tanpa penambahan zat anti koagulan. Zat antikoagulan yang

digunakan adalah EDTA. EDTA merupakan kepanjangan dari asam etilen diamin

tetra asetat yang sering dipilih sebagai antikoagulan. Keuntungan EDTA

dibanding dengan antikoagulan lain adalah karena EDTA tidak mempengaruhi

sel-sel darah sehingga ideal untuk pengujian. EDTA mencengah pengunpulan

darah dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan

thrombin yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam

proses pembekuan. EDTA harus dicampur segera setalah pengambilan darah

untuk mencegah pembentukan microdot. Pencampuran dilakukan perlahan untuk

mencegah terjadinya hemolisis.

Plasma pada percobaan ini didapat dengan cara sentrifugasi selama kurang

lebih 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm menggunakan alat sentrifuge. Prinsip

kerja sentrifuge ini adalah dengan memutar tabung sentrifuge pada kecepatan

tertentu maka zat cair yang lebih padat akan terpisah ke bagian bawah tabung

sentrifuge membentuk endapan dan zat cair yang lebih ringan akan terpisah ke

bagian atas tabung sentrifuge. Plasma digunakan pada percobaan ini karena

plasma dapat dijadikan sebagai indikator untuk menentukan kadar asam urat

dalam darah. Pereaksi yang digunakan adalah pereaksi R1 yang merupakan enzim

4×10 mL yang berisikan buffer fosfat pH 7,0, 4-aminophenazone, DCHBS,

uricase dan peroxidase. Pereaksi ini nanti akan bereaksi dengan asam urat

membentuk reaksi H2O2 setelah katalis dari peroksidase dengan 3,5-dichlora-2-

hydroxybenzenesulfonic acid (DcHBS) dan 4-aminophenazone (PAP) yang akan

memberikan warna violet quinoneimine sebagai indikator.

Page 71: All Lapkes Anklin 2011

71

Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah disiapkan tiga

buah tabung reaksi yang kemudian diisi sampel pada tabung pertama, larutan

standar pada tabung kedua dan larutan blanko pada tabung ketiga. Larutan standar

merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya. Sedangkan larutan blanko

adalah larutan yang tidak mengandung analit pada percobaan ini pereaksi R1 yang

digunakan sebagai larutan blanko. Dan pada tabung sampel dan standar R1

digunakan sebagai pereaksi. Ketiga tabung lalu diinkubasi pada suhu kamar atau

suhu ruang selama kurang lebih 10 menit. Dan setelah itu diukur absorbansinya

dengan menggunakan alat fotometer. Prinsip kerja dari fotometer adalah

pengukuran sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai panjang gelombang

tertentu dengan larutan atau zat warna yang dilewatinya, untuk menganalisis

cahaya. Fotometer mengukur cahaya setelah melalui filter atau melalui

monokromator penentuan ditentukannya panjang gelombang atau untuk analisis

terhadap distribusi spectrum cahaya. Setelah diukur absorbansinya ketiga tabung

didapat hasil kadar asam urat pada sampel adalah 1,62 mg/dL, sampel 2 2,18

mg/dL, sampel 3 0,84 mg/dL. Dengan perhitungan manual kadar asam urat yang

didapat adalah pada sampel 1 1,6 mg/dL, sampel 2 2,23 mg/dL, dan sampel 3

adalah 0,85 mg/dL. Berdasarkan hasil data yang diperoleh sampel 1, 2 dan 3

kadarnya normal. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan

pada tubuh manusia seperti perasaan linu-linu didaerah persendian yang teramat

sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh penumpukan kristal di daerah

tersebut akibat tingginya kadar asam urat dalam darah.

Penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar asam urat adalah

hiperurisemia sedangkan apabila kadar asam urat dibawah normal maka disebut

hipourisemia.

Penyakit-penyakit tersebut dapat dicegah atau dihambat dengan terapi secara

farmakologi. Terapi secara farmakologi dapat dilakukan dengan cara

mengkonsumsi obat-obatan penurun atau meningkatkan kadar asam urat seperti

azatioprin, koumarin, sulfinpirazon, probenesial dan lain-lain. Sedangkan terapi

non farmakologi dapat dilakukan dengan mengatur pola makan yang sehat,

Page 72: All Lapkes Anklin 2011

72

sering berolahraga, minum air putih yang cukup setiap hari dan hindari hal-hal

yang dapat meningkatkan kadar asam urat seperti minuman beralkohol.

Faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan kadar asam urat diantaranya

faktor hormonal dapat menyebabkan kadar asam urat meningkat karena dapat

menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat meningkatkan produksi asam

urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari

dalam tubuh. Adanya produk asam urat berlebihan karena meningkatnya

pembentukan purin dalam tubuh. Peningkatan tersebut berasal dari asupan sumber

makanan yang mengandung purin tinggi. Semakin tinggi zat purin maka produlksi

asam urat juga semakin meningkat. Obat-obatan seperti asetaminofen, diuretik,

metildopa dan lain-lain. Selain itu faktor keturunan bisa menyebabkan

peningkatan kadar asam urat karena terjadi gangguan pada penyimpanan glikogen

atau defisiensi enzim pencernaan, sehingga tubuh lebih banyak menghasilkan

senyawa laktat yang berkompetisi dengan asam urat untuk dibuang oleh ginjal.

Page 73: All Lapkes Anklin 2011

73

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Kadar asam urat pada sampel I adalah 1,62 mg/dL dan 1,6 mg/dL.

2. Kadar asam urat pada sampel II adalah 2,18 mg/dL dan 2,23 mg/dL.

3. Kadar asam urat pada sampel III adalah 0,84 mg/dL dan 0,85 mg/dL.

Page 74: All Lapkes Anklin 2011

74

PERCOBAAN VIPENENTUAN KADAR KREATININ DAN BUN

(KUANTITATIF)

1.1 Tujuan

Menentukan kadar kreatinin dan BUN dengan metode enzimatik GOP-PAP

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Darah

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bagian intraseluler

adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat

yaitu sel darah merah.Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu

per dua belas berat badan, atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah

cairan, sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini digunakan

dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar

antara 40 sampai 47.

Pada waktu sehat volume darah konstan sampai batas tertentu diatur oleh

tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.

Susunan darah, serum darah atau plasma terdiri atas :

Air 91,0 %

Protein 8,0 % Albumin, globulin, protombin dan fibrinogen

mineral 0,9 %

Natrium chlorida, natrium bikarbonat, garam

kalsium, fosfor, magnesium, besi dan

seterusnya

Sisanya diisi dengan sejumlah bahan organik yaitu, glukosa, lemak, urea,

asam urat, kreatinin, kolestrol dan asam amino.

Plasma juga berisi :

a. Gas oksigen dan karbon dioksida

b. Hormon- hormon

c. Enzim dan

d. Antigen

Page 75: All Lapkes Anklin 2011

75

Sel darah terdiri atas tiga jenis :

a. Eritrosit atau sel darah merah

b. Leukosit atau sel darah putih dan

c. Trombosit atau butir pembeku

(Pearce, 2009)

2.1.2 Kreatinin

Merupakan produk akhir dari metabolisme kreatinin otot dan kreatinin

fosfat (protein) disintease dalam hati, ditemukan dalam otot rangka dan darah dan

dieksresikan dalam urine. Jumlah kreatinin yang disusun sebanding dengan massa

otot rangka. Pemeriksaan kreatinin serum berguna untuk mengevaluasi fungsi

glomerullus yang dihasilkan lebih spesifik daripada BUN. Peningkatan dalam

serum tak dipengaruhi oleh diet dan masukan cairan.

Perbandingan normal antara BUN dan kreatinin adalah 10 : 1. Nilai rasio

yang lebih tinggi menjadi petunjuk adanya gangguan prarenal. Nilai normal dalam

darah adalah :

Pria : 0,6–1,3 mg/dL atau 45–132,5 umol/L

Wanita : 0,5–0,9 mg/dL

Anak : 0,4–,2 mg/dL (27–54 umol/L)

Bayi : 0,7–1,7 mg/dL

(Sutedjo, 2006)

Dalam darah kreatinin dihilangkan dengan proses filtrasi melalui

glomerulus ginjal dan disekresikan dalam bentuk urin. Ginjal yang sehat

menghilangkan kreatinin dari darah dan memasukkannya pada urin untuk

dikeluarkan dari tubuh (Sulistyanti, 2011).

Peningkatan kreatinin dalam darah menunjukkan adanya penurunan fungsi

ginjal dan penyusutan masa otot rangka. Kadar kreatinin darah cenderung

tetap/tidak banyak berubah dibanding kadar ureum. Mengukur kreatinin dalam

darah dalam kurun waktu untuk mengukur fungsi ginjal dalam eksresi kreatinin.

Apabila klearan mengecil berarti konsentrasi kreatinin dalam darah naik.

(Sutedjo, 2008)

Page 76: All Lapkes Anklin 2011

76

Kreatinin darah meningkat apabila fungsi ginjal yang berlangsung secara

lambat terjadi bersamaan dengan penurunan masa otot, konsentrasi kreatinin

dalam serum mungkin stabil, tetapi angka eksresi (atau bersihan) 24 jam akan

lebih rendah daripada normal (Sacher, 2004).

2.1.3 Metabolisme Kreatinin

Kreatinin adalah produk akhir dari metabolisme kreatin. Kreatinin sebagian

besar dijumpai diotot rangka, tempat zat ini terlibat dalam penyimpanan energi

sebagai Kreatin Fosfat (CP). Dari sintesis ATP dari ADP, kreatin fosfat dirubah

menjadi kreatinin dengan katalis enzim Kreatin Kinase (CK).

Reaksi ini berlanjut seiring dengan pemakaian energi sehingga dihasilkan

CP. Dalam prosesnya sejumlah kecil kreatin secara ireversibel menjadi kreatinin

yang dikeluarkan dari sirkulasi oleh ginjal. Jumlah kreatinin yang dihasilkan oleh

seseorang setara dengan massa otot rangka yang dimilikinya. Nilai rujukan untuk

kreatinin adalah 0,6 sampai 1,3 mg/dL untuk laki-laki dan 0,5 sampai 1,0 mg/dL

untuk perempuan.

Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap dengan pengecualian pada

cedera fisik berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif

pada otot ginjal yang mengekresikan kreatinin secara sangat efisien. Pengaruh

tingkat aliran darah dan produksi urin pada eksresi kreatinin jauh lebih kecil

dibandingkan pada eksresi urea karena penambahan temporer dalam aliran darah

dan produksi urin pada eksresi kreatinin jauh lebih kecil dibandingkan pada

ekskresi urea karena penambahan temporer dalam aliran darah dan aktivitas

glomerulus dikompensasi oleh peningkatan sekresi kreatinin oleh tubulus ke

dalam urin.

(Sacher, 2004)

2.1.4 BUN (Blood Urea Nitrogen)

Adalah produk akhir dari metabolisme protein, dibuat oleh hati sampai

dengan ginjal tidak mengalami perubahan glomerulus yang ideal, karena

peningkatannya dalam darah dipengaruhi oleh banyak faktor diluar ginjal

(Sutedjo, 2006).

Page 77: All Lapkes Anklin 2011

77

Urea merupakan molekul dari amonia yang dibentuk pada proses deaminasi

asam amino dalam hati. Bahan dasar urea adalah amonia, karbon dioksida dan

kadar urea dalam darah orang dewasa adalah 1,8-4,0 mg/dL. Jika kuantitas urea

melebihi batas normalakan mengakibatkan tingginya kandungan urea dalam darah

dan umumnya terjadi pada penderita gagal ginjal (Khairl, 2005).

Nilai normal : (Berthelos) 8-20 mg/dl

Dewasa : 5 – 25 mg/dL

Anak : 5 – 20 mg/dL

Bayi : 5 – 15 mg/dL

Rasio nitrogen urea dan kreatinin = 12 : 1 – 20 : 1

Penurunan kadar BUN dapat disebabkan oleh hipervolemik (overhidrasi),

kerusakan hati yang berat, diet rendah protein, malnutrisi, kehamilan dan

penambahaan cairan glukosa intra vena yang lain. Obat fenotiazin juga dapat

menurunkan BUN. Peningkatan kadar BUNdapat terjadi pada dehidrasi konsumsi

protein yang tinggi, kegagalan prarenal (suplai darah menurun), gagal ginjal,

glomerulonefritis, pielonefritis, pendarahan gastrointestinal, septis, AMI dan DM.

(Sutedjo, 2006)

Nitrogen urea darah berasal dari penguraian protein, terutama protein yang

berasal dari makanan. Laki–laki memperlihatkan angka rata–rata yang sedikit

lebih tinggi daripada perempuan. Pada orang sehat yang makanannya sering

mengandung banyak protein, nitrogen urea darah biasanya berada diatas batas

rentang normal. Kadar BUN yang rendah umumnya tidak dianggap abnormal.Hal

ini mungkin mencerminkan rendahnya protein dalam makanan atau ekspansi

volume plasma. Kadar BUN yang sangat rendah merupakan temuan penting pada

penyakit hati yang berat, yang mengisyaratkan bahwa hati tidak mampu

membentuk urea dari amonia dalam sirkulasi (Sacher, 2004).

Kondisi kadar urea yang tinggi disebut uremia (walaupun dalam bahasa

umum uremia sering dianggap sebagai peningkatan semua zat sisa nitrogen).

Penyebab yang sering terjadi yaitu gagal ginjal yang menyebabkan gangguan

ekskresi. Uremia prarenal brerarti peningkatan BUN akibat mekanisme yang

bekerja sebelum filtrasi darah oleh glomerulus. Mekanisme-mekanisme ini

Page 78: All Lapkes Anklin 2011

78

mencakup penurunan mencolok aliran darah ke ginjal seperti syok, dehidrasi atau

peningkatan katabolisme protein seperti pendarahan masif ke dalam saluran cerna

disertai pencernaan hemoglobin dan penyerapannya sebagai protein dalam

makanan. Uremia pascarenal terjadi apabila terdapat obstruksi saluran kemih

bagian bawah ureter, kantung kemih atau uretra yang mencegah eksresi urin.

(Sacher, 2004)

2.1.5 Metabolisme Urea

Dibanyak jaringan tubuh terdapat pertukaran gugus amino antara asam-

asam amino yang dikatalis oleh aminotransferase. Selain itu dalamtransformasi

dan daur ulang asam–asam amino, gugus amino dikeluarkan dari asam amino.

Gugus amino yang dibebaskan diubah menjadi amonia yang mengalir kehati

dimana gugus tersebut digabungkan ke urea dalam satu jalur metabolik yang

disebut daur urea. Urea adalah molekul kecil dengan struktur kimia sebagai

berikut:

H2N NH2

Berat molekul urea = 60 dalton

Urea berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Zat ini

dipekatkan dalam urin untuk diksresikan. Pada kesetimbangan nitrogen yang

stabil, sekitar 25 g urea dieksresikan setiap hari. Kadar dalam darah

mencerminkan keseimbangan antara produksi dan eksresi urea.

(Sacher, 2004)

Hampir seluruh urea dibentuk didalam hati oleh katabolisme asam-asam

amino dan merupakan produk eksresi protein yang utama.Konsentrasi urea dalam

plasma darah terutama menggambarkan keseimbangan antara pembentukan urea

dan katabolisme protein serta eksresi urea oleh ginjal.Sejumlah urea

dimetabolisme lebih lanjut dan sejumlah kecil hilang dalamkeringat dan feses.

(Baron, 1990).

O

C

Page 79: All Lapkes Anklin 2011

79

2.1.6 Pengukuran Kreatinin

Analisis kadar kreatinin dalam tubuh merupakan indeks medis yang penting

untuk mengetahui kondisi laju filtrasi glomerulus, keadaan ginjal dan

berfungsinya kerja otot.Metode yang sering digunakan untuk penentuan kreatinin

adalah metode analisis secara kolorimetri melalui reaksi Jaffe.Reaksi Jaffe

merupakan reaksi yang sederhana dan mudah.Metode ini didasarkan pada

pembentukan senyawa berwarna merah orange yang terjadi antara asam pikrat

dengan kreatinin dalam suasana basa (Sulistyarti, 2011).

2.1.7 Pengukuran Urea

Penentuan urea dapat dilakukan dengan menggunakan metode

spektrofotometri dan potensiometri.Pada metode ini digunakan metode Berthelot

untuk mennentukan senyawa urea dalam larutan serum kontrol.Hasil hidrolisis

urea dengan urease menghasikan amonia dan karboksilat.Ion amonium yang

terbentuk bereaksi dengan hipoklorit dan salisilat membentuk larutan kuning

kehijau-hijauan yang dapat diukur secara spektrofotometri (Khairl, 2005).

Metode klasik untuk pemeriksaan urea memerlukan konversi menjadi

amonia oleh enzim urease yang spesifik dan pengukuran amonia, suatu metode

kolorimetri berdasarkan atas reaksi dengan diasetil monoksim yang sekarang

banyak dipakai.Analisa plasma (atau sering dari darah lengkap) untuk konsentrasi

urea mungkin merupakan pemeriksaan terlazim yang dilakukan dalam

laboratorium biokimia klinis.Terdapat jalur tes komersil yang cepat berdasarkan

atas reaksi urease karena mendekati pemeriksaan urea plasma (Baron, 1990).

Page 80: All Lapkes Anklin 2011

80

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

a. Gelas kimia 50 mL

b. Mikropipet 100 μL dan 1000 μL

c. Rak tabung

d. Semi automatic chemistry analyzer

e. Sentrifuge

f. Tabung reaksi

g. Tabung sentrifuge

3.1.2 Bahan

a. Aluminium foil

b. Aquades

c. EDTA

d. Plasma darah

e. R1 BUN (TRIS pH 7.8, 2-oxaloglutarato, ADP (sal monosodium), urease

(Jack Bean), GLDH (Levadura de Baker))

f. R1 Kreatinin (Asam pikrat)

g. R2 BUN (NADH (sal disodio))

h. R2 Kreatinin (Sodium hydroxide)

i. Standar Urea 30 mg/dL

j. Standar kreatinin2 mg/dL

4.1 Prosedur Kerja

4.1.1 Penyiapan Sampel

a. Diambil darah sebanyak 3 mL dengan spuit

b. Dimasukkan dalam tabung reaksi

c. Ditambahkan EDTA

d. Disimpan

4.1.2 Pembuatan reagen kreatinin

a. Diambil R2 dan air, dimasukkan masing-masing ke satu tabung reaksi

dengan

Page 81: All Lapkes Anklin 2011

81

perbandingan 1 : 4

b. Ditambahkan R1 (R1 dan R2) perbandingan 1 : 1

c. Dihomogenkan

4.1.3 Pembuatan reagen BUN

a. Diambil R1 dan R2 dengan perbandingan 5 : 1, dibuat dalam 21 mL dengan

R1 sebanyak 17,5 mL dan R2 sebanyak 3,5 mL

b. Dihomogenkan

4.1.4 Pengujian Kreatinin

a. Dipindahkan darah dari tabung reaksin ke dalam tabung sentrifuge

b. Disentrifugasi selama 10 menit, kecepatan 3000 rpm

c. Dibuat larutan blanko, standar dan sampel dengan 3 tabung

d. Dimasukkan 1000 μL reagen ke dalam tiga buah tabung reaksi

e. Dimasukkan larutan standar 100 μL ke dalam tabung 2 dan 100 μL sampel

plasma ke dalam tabung 3, tabung 1 sebagai kontrol

f. Dicampurkan secara homogen

g. Dibaca absorbansi setelah 30 detik pada alat Semi Automatic Chemistry

Analyzer

h. Dihiung konsentrasi

4.1.5 Pengujian BUN

a. Disentrifugasi darah

b. Dibuat larutan blanko, standar dan sampel dengan 3 tabung reaksi

c. Dimasukkan 1000 μL reagen ke dalam tiga buah tabung reaksi

d. Dimasukkan larutan standar 10 μL, ditambah 1000 μl, R2 pada tabung 3,

tabung 1 sebagai kontrol

e. Dicampur, diinkubasi selama 5 menit pada suhu 20°- 25° C atau 3 menit

pada suhu 37°C

f. Diukur absorbansipada alatSemi Automatic Chemistry Analyzer

g. Dihitung absorbansi

Page 82: All Lapkes Anklin 2011

82

5.1 Hasil Pengamatan

5.1.1 Tabel Pengamatan

a. Kadar Kreatinin

Sampel

Absorbansi Kadar kreatinin

Blanko Standar Sampel Alat Perhitungan

Sampel 1 0,660 0,708 0,706 3mg/dL 1,9 mg/dL

Sampel 2 0,658 0,689 0,700 1 mg/dL 2,7 mg/dL

Sampel 3 0,658 0,700 0,690 2 mg/dL 1,52 mg/dL

b. Kadar BUN

SampelAbsorbansi Kadar BUN

Blanko Standar Sampel Alat Perhitungan

Sampel 1 0,759 0,195 0,859 103,41mg/dL -5,3 mg/dL

Sampel 2 0,782 0,192 0,403 38,87 mg/dL 19,27 mg/dL

Sampel 3 0,775 0,194 0,592 105,99 mg/dL 11,74 mg/dL

5.1.2 Perhitungan

a. Kadar Kreatinin

Sampel 1

C=2 ×A sampel−A blankoA standar−A blanko

¿2 ×0,706−0,6600,780−0,660

¿1,9 mg /dL

Sampel 2

C=2 ×A sampel−A blankoA standar−A blanko

¿2 ×0,700−0,6580,689−0,658

¿2,7 mg /dL

Page 83: All Lapkes Anklin 2011

83

Sampel 3

C=2 ×A sampel−A blankoA standar−A blanko

¿2 ×0,690−0,6580,700−0,658

¿1,52 mg /dL

b. Kadar BUN

Sampel 1

C=30 ×A sampel−A blankoA standar−A blanko

¿30 ×0,859−0,7590,195−0,759

¿−5,3 mg /dL

Sampel 2

C=30 ×A sampel−A blankoA stndar−A blanko

¿30 ×0,403−0,7820,192−0,782

¿38,87 mg /dL

Sampel 3

C=30 ×A sampel−A blankoA standar−A blanko

¿30 ×0,592−0,7750,194−0,775

¿11,74 mg /dL

c. Perhitungan rasio BUN : Kreatini

Sampel 1

BUNkreatinin

=−5,31,9

=2,71

Sampel 2

BUNkreatinin

=19,22,7

=71

Page 84: All Lapkes Anklin 2011

84

Sampel 3

BUNkreatinin

=11,741,52

=71

5.1.3 Reaksi

a. Kreatinin

b. Urea

Urea + 2H2O 2NH4+ + CO3

2-

NH4+ + α-keoxaglutarat + NADH + H+ L-Glutamat + NAD

+ H2O

urease

GLDH

Page 85: All Lapkes Anklin 2011

85

6.1 Pembahasan

Percobaan yang dilakukan kali ini yaitu mengenai pengukuran kadar

kreatinin dan BUN (Blood Urea Nitrogen) menggunakan sampel darah yaitu

plasma dan diukur dengan sebuah alat yaitu Semi Automatic Chemistry Analyzer.

Kreatinin merupakan sutu produk hasil dari sisa metabolisme kreatin yang

terdapat kebanyakan dijaringan otot., dimana kreatin terlibat dalam penyimpanan

energi dan dirubah menjadi kreatin fosfat (CP) yang dalam proses sintesis ATP

menjadi ADP mengalami perubahan menjadi kreatin dengan katalis kreatin

kinase.

BUN (Blood Urea Nitrogen) merupakan produkakhir dari sisa metabolisme

protein dan asam-asam amino. Gugus-gugus amino mengalami perpindahan

diantara asam-asam amino yang dikatalis oleh aminotransferase. Dalam proses ini

gugus amino dibebaskan dan diubah menjadi amonia yang mengalir kehati dan

gugus tersebut digabungkan ke urea dalam suatu jalur metabolik yang disebut

daur urea.

Pengukuran kadar kreatinin dan BUN dilakukan untuk menentukan kadar

dari kedua senyawa tersebut yang dapat menginduksi adanya kerusakan pada

organ ginjal. Dimana pengukuran ata penetapan kerusakan ini didasarkan atas

perbandingan dari kadar kreatinin dan BUN. Nilai rasio normal antara BUN

dengan kreatinin yaitu antara 12-20. Namun kadar kreatinin dapat lebih spesifik

untuk penentuan kerusakan ginjal. Hal ini dikarenakan kreatinin saat berada dalam

darah adalah zat racun. Karena keberadaan kreatinin didarah dikarenakan ginjal

yang sudah tidak berfungsi dengan normal. Kreatinin biasanya difiltrasi melalui

glomerulus dan disekresikan dalam bentuk urin. Ginjalyang sehat menghilangkan

kreatinin dari darah dan memasukkannya pada urin untuk dikeluarkan dari tubuh.

Pengukuran kreatinin dan BUN dilakukan pada alat semi automatic

chemistry analyzer yang menggunakan prinsip penyerapan cahaya dengan

menggunakan panjang gelombang dan faktor konversi. Pengukuran ini dapat

dilakukan karena reaksi yang terjadi pada kreatinin dan BUN dengan pereaksi

yang digunakan. Pada kreatinin terjadi reaksi yaitu pembentukan warna merah

orange akibat reaksi antara asam pikrat dan kreatinin dalam melalui suasana basa

Page 86: All Lapkes Anklin 2011

86

atau alkali. Sedangkan pada BUN terjadi reaksi yaitu urea dalam darah akan

dikatalis oleh enzim urease dari reagen melalui reaksi hidrolisis yang melibatkan

molekul air, produk yang terbentuk adalah ammonium (NH4+) sebanyak 2

molekul. Satu molekul ammonium akan bereaksi dengan 2-oxaglutarat dan

NADH, dengan enzim Glutamat Dehidrogenase terbentuk produk L-Glutamat,

H2O, dan NAD+. Penurunan jumlah NADH akan dikonversikan oleh alat

chemistry automatic chemistry analyzer menjadi jumlah urea darah dan

dikonversikan ke dalam ukuran BUN.

Pengukuran diawali dengan pengambilan darah menggunakan EDTA yaitu

suatu zat antikoagulan yang dapat mencegah terjadinya pengumpalan

darah.Setelah itu darah disentrifugasi menggunakan sentrifuge. Tujuan dari

sentrifugasi ini yaitu untuk memisahkan antara plasma dan unsur darah lainnya.

Dimana prinsip kerja dari sentrifuge yaitu memisahkan antara cairan supernatan

dan pelet menggunakan percepatan perputaran dalam satu waktu tertentu dan

didasarkan pada perbedaan berat jenis molekul. Pelet sendiri merupakan endapan

yang terbentuk akibat dari perbedaan berat jenis suatu molekul dari molekul

lainnya yang berat jenisnya lebih ringan. Dari hasil sentrifugasi didapat sebuah

cairan yang berwarna kuning yang berada pada bagian atas cairan darah yang

disebut plasma. Plasma digunakan untuk percobaan karena pada plasma masih

terdapat unsur-unsur darah lengkap, selain itu merupakan suatu medium perantara

untuk mengangkut bahan–bahan organik dalam darah seperti urea yang dapat

digunakan untuk mengukurkadar kreatinin dan BUN.

Plasma hasil sentrifugasi kemudian diambil untuk dijadikan sampel dengan

menambahkan reagen pereaksi R1 kreatinin dan pada pemeriksaan BUN

ditambahkan reagen pereaksi R1 BUN. Setelah itu diperiksa pada semi autometic

chemistry analyzer yang kemudian dibandingkan kadarnya dengan kadar blanko

dan standar.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa kadar kreatinin pada

semua sampel melebihi batas normal. Pada sampel 1 sebesar 1,9 mg/dL, pada

sampel 2 sebesar 2,7 mg/dL dan pada sampel 3 sebesar 1,52 mg/dL. Kadar yang

dihasilkan melebihi kadar dari kadar kreatinin standar yang ditentukan yaitu pada

Page 87: All Lapkes Anklin 2011

87

laki-laki 0,6–1,3 mg/dL dan pada wanita sebesar 0,5–0,9 mg/dL. Begitu juga

dengan kadar kreatinin yang dihasilkan pada perhitungan menggunakan alat.

Namun terdapat perbedaan hasil dari nilai perhitungan manual dengan

menggunakan alat. Perbedaan kadar hasil pembacaan alat cukup berbeda hal ini

mungkin terjadi karena Semi Automatic Chemistry Analyzer memiliki faktor

konversi yang lebih akurat dibandingkan perhitungan manual yang hanya

berdasarkan perbandingan absorbansi sampel, standar, dan blanko. Peningkatan

kadar kreatinin dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya yaitu konsumsi

makanan, kerusakan pada ginjal serta konsumsi obat-obatan yang dapat

meningkatkan kadar kreatinin seperti golongan sefalosforin. Peningkatan kreatinin

dapat menyebabkan penyusutan otot rangka.

Pengukuran pada kadar BUN terlihat bahwa kadar dengan pengukuran

menggunakan alat memiliki hasil yang melebihi jauh dari kadar normal. Hal ini

dapat terjadi karena penggunaan reagen reaksi yang mempunyai cara kerja yang

berbeda dari cara perhitungan manual. Dimana pada alat digunakan faktor

konversi dalam perhitungannya. Sedangkan dengan perhitungan manual

didapatkan hasil yaitu semua sampel berada pada batas normal, kecuali pada

sampel 1 yang menghasilkan hasil minus yaitu -5,3. Pada sampel 2 didapat hasil

sebesar 19,27 dan pada sampel 3 sebesar 11,74. Kadar ini berada pada rentang

BUN normal yaitu pada orang dewasa sebesar 5-25 mg/dL. Kadar BUN dapat

dipengaruhi oleh konsumsi protein yang tinggi serta obat-obatan yang dapat

mempengaruhi kadar BUN. Selain itu juga dapat disebabkan dari keadaan organ

ginjal dan hati. Kadar yang didapatkan melalui pengukuran alat berbeda jauh

dengan hasil perhitungan secara manual menunjukkan bahwa data yang

didapatkan tidak valid, didukung dengan absorbansi blanko dan sampel yang

berubah-ubah, seharusnya nilai absorbansi blanko ataupun standar sama setiap

sampel karena hanya mengandung larutan standar dan reagen dalam volume yang

sama. Selain itu, nilai yang dibaca alat adalah BUN sedangkan berdasarkan

perhitungan adalah kadar urea karena faktor konversinya yaitu 2 adalah kadar

larutan standar urea yaitu 2 mg/dL. Ketiga, yaitu kurang kuantitatifnya proses

pengambilan sampel dengan mikropipet dan keempat adalah waktu atau lama

Page 88: All Lapkes Anklin 2011

88

proses reaksi enzimatik berlangsung dimana setiap kelompok tidak persis sama

mengukur absorbansi pada menit ke-5 setelah pencampuran, kelima, yaitu dalam

perhitungan kemungkinan hasil tidak menyatakan kadar urea secara utuh karena

dari reaksi hanya diperlukan 1 mol NH4+ untuk bereaksi dengan NADH, tetapi 1

mol urea sendiri dalam reaksi hidrolisisnya menghasilkan 2 mol NH4+ .

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat ditentukan nilai rasio pada

pengukuran kadar BUN banding kadar kreatinin yaitu dengan membandingkan

antara kadar BUN dan kadar kreatinin menggunakan nilai perhitungan manual.

Hal ini dikarenakan nilai perhitungan menggunakan alat pada percobaan BUN

berbeda jauh dari nilai yang didapat pada perhitungan manual, selain itu

perihitungan manual dilakukan untuk menyesuaikan dengan nilai dari kadar BUN

dengan kadar kreatinin. Karena jika digunakan perbandingan dengan kadar alat,

maka akan diperoleh hasil yang tidak sesuai pada perbandingan nilai BUN dan

kreatininnya.

Melalui perhitungan rasio dari BUN dibandingkan dengan kreatinin, maka

diperoleh nilai rasio hasil pada ketiga sampel yang ada tersebut dibawah 12. Nilai

yang diperoleh dari sampel kedua dan ketiga yaitu sebesar 7. Sedangkan nilai

rasio normal berada pada rentang 12-20. Hal ini sering terjadi pada penderita

gagal ginjal yang spesifik pada kerusakan tubulus. Sehingga penderita dengan

penyakit ini dapat memberikan hasil pemeriksaan dengan kadar rasio dari

kreatinin dan BUN yang berada dibawah 12.

Page 89: All Lapkes Anklin 2011

89

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Sampel pertama menunjukkan kadar kreatinin sebesar 1,9 mg/dL dan kadar

BUN sebesar 5,3 mg/dL.

2. Sampel kedua menunjukkan kadar kreatinin sebesar 2,7 mg/dL dan kadar

BUN sebesar 19,27 mg/dL.

3. Sampel ketiga menunjukkan kadar kreatinin sebesar 1,52 mg/dL dan kadar

BUN sebesar 11,74 mg/dL.