alumunium
TRANSCRIPT
![Page 1: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/1.jpg)
I. ALUMINIUM
I. Pra-olah
I.1 Persiapan Bahan Baku.
Bauksit merupakan bahan baku untuk pembuatan alumina, macam-macam
bijih bauksit yang dikenal adalah sebagai berikut :
1. Bauksit “tryhydrat gibsite” (Al2O3 3H2O)
2. Bauksit “monohydrate boehmite” (Al2O3H2O)
3. Diaspore (Al2O3H2O)
Kandungan alumina yang terdapat dalam bijih bauksite uumumnya berkisar
50%, mineral-mineral ikutan yang biasanya teradapat dalam bijih bauksite
adalah kwarsa (SiO2), hematite (Fe2O3), rutile (TiO2). Senyawa silikat dalam
bijih bauksit ada dua jenis, yaitu silika reaktif dalam bentuk lempung yang
larut dalam proses pelarutan dan silica non rektif dalam bentuk mineral
kwarsa yang tidak larut sewaktu proses pelarutan. Sehingga tinggi
rendahnya kadar silica reaktif yang terdapat dalam bijih bauksit akan sangat
mempenfgaruhi pada proses pembuatan alumina yaitu pada proses “bayer”.
Sedangkan komponen bahan organic yang ada dalam bijih bauksit sebagai
mineral ikitan akan berpengaruh pada proses presipitasi hydrat alumina dari
larutan alumina. Sehingga dalam proses pembuatan alumina, analisa kadar
dari bijih bauksit yang akan dijadikan feed harus dibuat teliti.
I.2 Proses pembuatan Alumina.
Prinsip dasar proses ekstraksi alumina dari bijih bauksitdapat
diterangkan sebagai berikut:
1. Mereduksi ukuran bijih bauksit yang akan dijadikan feed deangan cara
digerus (grinding). Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses
pelarutan. Hasil atau produk dari proses penggerusan ini umumnya
yang dipakai sebagai feed pada proses bayer yaitu bijih yang berukuran
kurang dari 35 mesh
2. Melarutkan alumina yang terdapat dalam bijih bauksit dengan larutan
soda api atau “caustic soda”dengan konsentrasi dan temperature
tertentu, dengan menggunakan media uap sebagai pemanas didalam
1.
![Page 2: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/2.jpg)
suatu tabung yang dibuat dari baja yang tehan terhadap tekanan yang
timbul akibat proses pemanasan selama berlangsungnya proses
pelaruatan. Suhu pelarutan sekitar 108osampai 250o dengan konsentrasi
soda api 250 sapai 400 gr/liter. Pemilihan temperatu dan konsentrasi
serta lamanya waktu pelarutan tergantung pada sifat-sifat spesifik
bijih bauksit yang digunakan dan berdasarkan perhitungan-perhitungan
yang paling ekonomis meliputi semua rantai proses beserta efek-
efeknya untuk dapat menghasilkan alumina dengan mutu yang
memenuhi persyaratan sesuai yang dibutuhkan.
Reaksi yang terjadi pada prosespelarutan adalah:
Bauksit + NaOH NaAlO2 + H2O
Atau
Al2O33H2O + 2NaOH 2NaAlO2 + 4H2O
Sesuai dengan reaksi diatas, diperkirakan sekitar 90% alumina yang ada
dalam bijih beuksit akan larut menjadi NaAlO2. sedangkan rekasi
sampingan yang terjadi sebagai akibat adanya unsure silica reaktif dalam
bijih bauksit adalah:
a.SiO2 + 2NaOH Na2SiO2-
b. 5SiO2 + 6NaAlO2 + 5H2O 3Na2O.3Al2O3.5SiO2.5H2O
3. Proses memisahkan larutan natrium aluminat (NaAlO2) dari benda padat
yang tidak larut dan produk dari reaksi disilikasi. Pemisahan dilkaukan
dengan cara pengendapan, suhu pengendapan dikontrol sekitar 100oC,
dimana alumina masih dalam kondisi kelarutannya. Dari proses
pengendapan ini akan didapat suatu produk berupa larutan natrium
aluminat yang bening.
4. Larutan bening yang didapat, kemudian diproses lagi dengan proses
Presipitasi dengan cara menambahkan serbuk Al2O3 sebagai inti
pengendapan (seed). Endapan yang etrbentuk merupakan kristal-kristal
dari hidrat alumina dan sebagian teraglomerasi membentuk gumpalan-
gumpalan alumina yang lebih besar dan tidak mudah pecah. Hasil dari
proses presipitasi yang ukurannya dikembalikan lagi kedalam proses
2.
![Page 3: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/3.jpg)
Presipitasi sebagai inti pengendapan. Larutan sisa presipitasi (spent
liquor), dimanfaatkan kembali dengan cara mengembalikannya kedalam
proses pelarutan dengan terlebih dahulu di uapkan kemudian ditambahkan
soda api. Reaksi yang terjadi selama berlangsungnya proses presipitasi
adalah:
2NaAlO2 + 4H2O 2NaOH + Al2O33H2O
5. Hidrat alumina yang didapat dari proses presipitasi sdan memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan, selajutnya akan mengalami proses
kalsinasi (pemanggangan) pada suhu sekitar 1.200oC yang bertujuan untuk
mengeluarkan juga mengurangi kadar air dan air kristal yangbterikat
dalam gumpalan-gumpalan alumina. Reaksi-reaksi yang terjadi pada
proses kalsinasi adalah :
Al2O33H2O Al2O3 + 3H2O
Al2O3 yang didapat dari proses diatas adalah alumina yang siap dikirim ke
pabrik peleburan untuk dilebur menjadi aluminium.
II. Prinsip dan Mekanisme.
Syarat alumina yang akan dilebur menjadi logam aluminium adalah
sebagai berikut :
1. kadar Al2O3 98,50% - 99,40%
2. kadar SiO2 0,015% - 0,03%
3. kadar Fe2O3 0,015% - 0,03%
4. kadar TiO2 0,001% - 0,003%
proses yang dilakukan untuk melebur atau mereduksi alumina menjadi logam
aluminium adalah proses “Hall Herrault”. Proses ini didasarkan pada prinsip
elektrolisa lelehan garam alumina pada temperature yang tinggi.
Lelehan garam alumina merupakan suatu campuran antara alumina
dengan kryolit (NaAlF6). Campuran akan meleleh pada suhu yang lebih
rendah dibandingkan dengan temperature titik lebur alumina. Titik lebur
alumina adalah sekitar 2.015oC, sedangkan titik lebur campuran alumina dan
kryoloit sekotar 1.000oC.
3.
![Page 4: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/4.jpg)
Bejana yang diperlukan untuk proses peleburan alumina menjadi
aluminium adalah suatu bejana yang disebut sel elektrolosa berbentuk segi
empat. Sel ini mempunyai dua elektroda, yaitu elektroda negative yang
disebut anoda dan elektroda positif yang disebut katoda. Kedua elektroda ini
terbuat dari bahan yang sama yaitu karbon. Posisi katoda dibuat sedemikian
rupa sehingga melepisi bejana sel elektrolosa.
Karena proses ini didasarkan pada proses elektrolisa maka dalam
bejana ini diperlukan suatu media yang dapat menyalurkan arus listrik untuk
keperluan tersebut. Oleh karena itu dipasanglah batang-batang baja yang
dipasang pada dasar bejana tersebut. Arus listrik yang dialirkan akan
menyebabkan kedua elektroda saling berinteraksi. Interaksi ini disebabkan
karena adanya beda potensial yang dimiliki kedua elektroda tersebut akibat
aliran arus listrik yang dialirkan.
Reaksi dasar yang terjadi pada sel elektrolisa adalah sebagai berikut :
Katoda : 4Al2O3 8Al + 6O2
Anoda : 7C + 6O2 5CO2 + 2CO
___________________________________
4Al2O3 + 7C 8Al + 5CO2 + 2CO
pada reaksi diatas dapat kita lihat bahwa produk setelah reksi adalah logam
aluminium, gas CO dan gas CO2. logam aluminium yang didapat dari proses
ini akan terendapkan pada dasar bejana elektrolisa, hal ini disebabkan karena
beret jenis logam aluminium lebih besar dri pada berat jenis larutan campuran
alumina dan kryolit. Logam aluminium produk dari reaksi ini akan memiliki
presentase (kadar) aluminium sekitar 99,70% dan siap untuk dipasarkan.
Pemasaran logam ini biasanya dalam bentuk balok-balok aluminium atau
lebih dikenal dengan nama “aluminium ingot”. Secara sistematis proses
peleburan alumina menjadi aluminium dapat digambarkan pada bagan
berikut :
4.
![Page 5: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/5.jpg)
Skema proses Hall Herrault
5.
Elektroda karbon alumina
listrikProses hall herrault elektrolisa temperature
1000oC
Proses pemurnian (Refinery)
Aluminium ingot 99,7% Al
Logam aluminium 99,9% Al
kryolit
![Page 6: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/6.jpg)
III. Bagan Alir Bauksit
Kapur Tohor
Penggerusan Soda api Pelarutan (Digestion) Uap air panas
Pengendapan (Settling)
Endapan Cairan
Pencucian Penjernihan (Clarification)
Cairan Endapan (red mud)
Seed
Al2O3
Presipitasi (Precipitation)
Pemisahan (Classifying)
Cairan Pencucian dan Penyaringan
(Filtering) Uap air
Penguapan Kalsinasi (Evaporation)
Alumina
SKEMA PENGOLAHAN BAUKSIT
6.
![Page 7: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/7.jpg)
IV. Produk Akhir.Untuk keperluan yang sifatnya langsung, logam aluminium yang
didapat dari pross elektrolisa tidak perlu lagi dimurnikan, misalnya untuk
keperluan dunia rekayasa dan elektronika. Sedangkan untuk keperluan yang
sifatnya khusus, misalnya untuk keperluan industri, pengepakan, makanan
atau industri obat-obatan, maka aluminium ini harus diproses lagi. Proses
ulang ini disebut “refinery”, dari proses ini akan didapatkan suatu produk
logam aluminium dengan kadar 99,9%.
B. EMAS.
I. Pra-olah.
I.1 Crushing dan Screening.
Umumnya mineral yang ada dalam bijih kadarnya masih rendah
dengan distribusi yang heterogen. Maka untuk mengatasi hal tersebut
dilakukan penghancuran/crushing. Crushing adalah suatu proses yang
bertujuan untuk melibrasi mineral yang diinginkan agar terpisah dari mineral
pengotor yang lain menggunakan alat crusher atau 6.5 inchi (ukuran kasar).
Selanjutnya bijih dilakukan screening, yaitu pengayakan yang dilakukan
terhadap suatu material untuk memperoleh ukuran-ukuran tertentu,
berdasarkan besarnya lubang ayakan. Adapun tujuan dari screening adalah :
untuk mendapatkan ukuran butir dari material yang seragam, untuk
memenuhi persyaratan dalam proses konsentrasi, dan untuk keperluan
industri.
I.2 Milling.
Bijih emas yang telah dilakukan screening selanjutnya dimasukkan ke dalam
mill feeder→ball mill, sehingga diperoleh ukuran -74 µm = -200 mesh,
dengan persen solid 40%, yaitu 40 % solid dan 60 % cair.
7.
![Page 8: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/8.jpg)
II. Prinsip dan Mekanisme.
Proses Sianidasi dipilih jika ukuran emas cukup halus (<100#). Untuk
emas yang berukuran kasar akan memerlukan waktu pelarutan yang cukup
lama dalam larutan sianid hingga proses kurang ekonomis.
Adapun proses sianidasi adalah suatu proses yang berdasarkan
pelarutan yang selektif dari emas, perak, atau senyawanya dalam larutan encer
sianid (0,08-0,1). Dari alkali metal atau alkali tanah dengan aerasi. Flowset
sianidasi yang dipraktikkan di PT. ANTAM dapat dilihat sebagai berikut :
1. Unit pelarutan
Senyawa sianid yang biasa digunakan dalam proses sianidasi
adalah sodium sianid (NaCN). Konsentrasi sianid ini dipertahankan
konstan dengan cara memeriksa contoh setiap periode tertentu. Proses
pelarutan terjadi dengan kehadiran oksigen bebas dalam larutan dengan
kondisi pH 11 – 12. Penambahan oksigen dengan cara memompakan
udara kedalam pulp yang berasal dari kompresor.
Sebagai pengatur pH digunakan kapur yang ditambahkan pada saat bijih
digiling diunit miling. Reaksi pelarutan berjalan menurut reaksi Elsner
sebagai berikut :
4Au + 8NaCN + O2 + 2H2O ------ 4 NaAu(CN)2 + 4NaOH
8.
![Page 9: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/9.jpg)
4Ag+ 8NaCN + O2 + 2H2O ------ 4 NaAg(CN)2 + 4NaOH
Disamping itu reagen-reagen yang diperlikan untuk pelarutan logam
emas dan perak tersebut maka ditambahkan juga litharge (PbO) fungsinya
untuk mempercepat pelarutan logam Ag yang berupa sulfida perak juga
untuk mengurangi adanya NaCN yang termakan oleh sebagian sulfida
yang berasal dari mineral-mineral yang ada dalam bijih.
2. Unit Filtrasi.
Pemisahan larutan kaya dari ampasnya dilakukan dengan filtrasi.
Peralatan filter yang digunakan adalah tipe batch proses butter filter yang
bertujuan memisahkan filtrat yang mengandung logam emas dan perak
terlarut dari pertikel-partikel solid batuan sisa. Proses filtrasi untuk
pengambilan air kaya ini bergantian dengan proses pencuciannya,
sehingga partikel solid batuan sisa yang dihasilkan benar-benar bersih dari
kandungan air kaya. Sedangkan filtrat berupa air kaya dan air pencucian
dipompakan ke thickner II. Ampas pasir residu dari hasil filtrasi diolah
lebih lanjut dengan flotasi untuk mendapatkan konsentrat timbal dan
konsentrat seng.
3. Proses Presipitasi
Proses presipitasi ada dua macam yaitu merill crowe dan prose karbon
aktif.
a. Meril Crowe.
Proses ini adalah suatu proses dimana logam emas dan perak
yang berupa senyawa komplek dalam larutan NaCN, dibebaskan dan
ditangkap dengan mempergunakan serbuk seng sebagai reagen.
Berikut ini diberikan prosesnya :
Larutan air kaya produk yang ditampung dalam rich solution tank
dipompakan ke clarifier untuk dibersihkan sehingga larutan air kaya
tersebut jernih bebas dari kotoran berupa partikel-partikel solid yang
masih ada yang akan mengganggu proses. Kemudian dilakukan proses
deareation pada larutan air kaya karena proses reaksi presipitasi terjadi
dalam kondisi dimana larutan tidak mengandung oksigen bebas,
9.
![Page 10: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/10.jpg)
2+
+
2-
kemudian ditambahkan serbuk seng dan dipompakan ke kantong-
kantong filter.
Reaksi kimia yang terjadi merupakan reksi pendesakan logam
emas dan perak dari senyawa kompleks oleh logam seng menurut deret
clenel diman kemudian karena gaya elektromotive, logam emas dan
perak menempel pada serbuk seng yang berlebih dan tertinggal dalam
kantong filter. Reaksi sebagai berikut :
2NaAu(CN)2 + Zn ------- Na2Zn(CN)4 + 2Au
2NaAg(CN)2 + Zn ------- Na2Zn(CN)4 + 2Ag
b. Carbon in Leach
Emas diadsorbsi oleh karbon aktif apabila bijih masih
mengandung carbonaceous material yang dapat mengadsorb emas
dalam larutan dan ikut terbuang keampas dengan reaksi sebagai berikut
:
2Au(CN)2־ + Ca +2 + 2C → Ca[C-Au(CN)2]2
- Elution
Elusi adalah proses pelepasan emas dan perak dari karbon dengan
menggunakan zat katalisator yaitu PbNO3. Fungsi dari katalisator ini
adalah untuk menyerap zat pengotor dan untuk mempercepat reaksi.
Proses yang terjadi yaitu :
inorganic fouling.
2CN־ + O2 + H2O + 4OH 2 → ־ CO3 2 + ־ NH3
Ca2+ + CO3 → CaCO3
hidrochloric acid washing
CaCO3 + 2HCl → Ca + 2Cl־ + CO2 + H2O
2 Ca[C-Au(CN)2]2 + 4H+ → 2 Ca2+ + 2Ca[C-Au(CN)2־] + 4HCN
elution
C-Au(CN)2־ + NaCN → Na + Au(CN)2־ + C
C-OH + OH־ → C-O + H2O
10.
![Page 11: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/11.jpg)
- Electrowinning
Yaitu proses penyerapan Au dan Ag dari larutan menjadi padat melalui
proses elektrolisis.
Anoda : 2OH־ → O2 + H2 + 2e־
Katoda : 2 Au(CN)2 2 + ־ e 2→ ־ Au + 4CN־
Overall : 2 Au(CN)2 2 + ־ OH 2 → ־ Au + O2 + 4CN־
III. Bagan Alir.
Proses pemurnian emas dilakukan dengan cara elektrorefining. Emas
yang akan dimurnikan baik dari hasil pengolahan amalgamasi maupun
Cyanidasi, untuk dapat dicetak menjadi anode harus memenuhi persyaratan
kadar emas paling rendah\95%. Apabila kandungan emas Belem memenuhi
kandungan tersebut, maka perlu dilakukan proses pretreatment agar
kandungan emas dapat ditingkatkan sesuai dengan persyaratan.
Proses pemurniannya akan melalui jalar yang lebih panjang, pertama-
tama presipitat akan dilebur untuk memisahkan logam mulia (Au, Ag) dari
ganguenya terhadap metal yang dihasilkan dari peleburan dilebur lagi untuk
dicetak menjadi anode.
Anode yang kaya akan kandungan perak diproses dalam sel
elktrolisa perak. Perak akan larut dalam elektrolit dan kemudian diendapkan
pada katode sebagai perak murni, sedangkan emasnya tidak larut dan
membentuk slime. Dalam sel elktrolisa emas dalam anode akan larut
kedalam elektrolit yang selanjutnya diendapkan dalam katode yang dibuat
dari plat tipis emas murni. Elktrolit dalam sel pemurnian emas dalam larutan
amas florida dengan konsentrasi tertentu. Apabila emas yang diendapkan
sudah cukup banyak dan katode sudah tebal, maka katode diangkat dari cell,
dicuci dan dilebur. Emas murni yang dihasilkan menghasilkan 99,99 %
emas. Emas murni ini dilebur dan dicetak sebagai emas balok atau bar
dengan standar industri bahan baku tertentu.
11.
![Page 12: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/12.jpg)
FLOWSET PEMURNIAN EMAS
IV. Produk Akhir.
Disamping mengolah dan memurnikan presipitat, PT. Antam
memurnikan dan melakukan lebur cap barang rongsokan emas, perak dan
platina. Selain itu, unit logam mulia menghasilkan barang atau logam
industri seperti patri emas, jarum uji, larutan penyepuh, perhiasan, medali
emas, dan perak, emas paladium dan lempengan perak.
12.
![Page 13: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/13.jpg)
C. NIKEL
I. Pra-olah.
1. Crushing.
Bertujuan untuk menghancurkan bongkahan bijih nikel. Berbeda
dengan pengolahan emas, dalam tahap kominusi untuk nikel ore ini hanya
dibutuhkan ukuran maksimal 30 mm sehingga hanya dibutuhkan crusher
saja dan tidak dibutuhkan grinder.
2. Drying.
Tujuannya adalah menurunkan kadar air bijih laterit yang dipasok dari
bagian Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran +25 mm dan – 25
mm. Untuk mengurangi kadar moisture dalam bijih. Biasanya kadar
moisture dalam bijih sekitar 30-35 % dan diturunkan dalam proses ini
dengan rotary dryer menjadi sekitar 23% (tergantung desain yang dibuat).
II. Prinsip dan Mekanisme.
1. Pengeringan di Tanur Pengering
Bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang dipasok
dari bagian Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran +25 mm dan
– 25 mm.
2. Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi
Untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi
sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi.
3. Peleburan di Tanur Listrik
Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk
fasa lelehan matte dan terak. Pada proses peleburan yang terjadi hanya
sebagian dari besi saja yang dapat diikat menjadi terak, dan sebagian besar
masih dalam bentuk ferro-nikel alloy.Dalam hal ini untuk memisahkan
besi dari nikel pada reaksi peleburan tersebut ditambahkan beberapa bahan
yang mengandung belerang (Gypsum atau Pyrite). Karena perbedaan daya
ikat besi dan nikel terhadap oksigen dan belerang, sehingga proses ini
didapatkan metal yaitu paduan Ni3S2 dan FeS dan sebagian besar besi
dapat diterakkan.
13.
![Page 14: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/14.jpg)
4. Pengkayaan di Tanur Pemurni
Metal yang dihasilkan ini masih mengandung lebih dari 60 % Fe
dan selanjatnya metal yang masih dalam keadaan cair terus diprosos lagi
dalam konvertor. Proses-proses konvertor diberikan bahan tambah silikon
untuk menterakkan oksida besi. Terak hasil konvertor ini masih
mengandung nikel yang cukup tinggi, sehingga terak ini biasanya di
proses ulang pada peleburan(Resmelting). Proses selanjutnya metal di
panggang untuk memisahkan belerang untuk menaikkan kadar Ni di dalam
matte dari sekitar 27 persen menjadi di atas 75 persen.
5. Granulasi dan Pengemasan
Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran
yang siap diekspor setelah dikeringkan ditanur pengering dan dikemas.
Metode metalurgi lain untuk mendapatkan logam Ni adalah
hydrometalurgy dimana proses pemisahan Ni dengan menggunakan larutan
kimia (biasanya asam sulfat) dimana temperatur yang diperlukan jauh lebih
rendah (200-400 C). Jika pyrometalurgy dibutuhkan temperatur yang sangat
tinggi (>1200 C) sehingga cost energy/power juga relatif jauh lebih tinggi.
Sebagai gambaran di Sorowako, ada 4 furnace (tungku peleburan)
membutuhkan total power 350 Megawatt untuk menghasilkan sekitar 70000
ton nickel in matte per tahun. Power sebesar 50 MW saja di hydrometallurgy
sudah cukup untuk menghasilkan 50000 ton nickel per tahun.
Proses Hydrometalurgy dipakai untuk mengolah lapisan limonite
(Magnesia rendah), jika magnesia tinggi seperti di saprolite konsumsi asam
sulfat yang dibutuhkan akan sangat tinggi sehingga bisa tidak ekonomis.
Sedangkan Pryrometalurgy untuk ore yang kandungan Fe dan MgO yang
relatif lebih tinggi seperti di saprolite. Keuntungan hydrometalurgi ada hasil
sampingan yaitu Co. Jadi semua tergantung karakteristik dari orebody yang
ditemukan. Apabila lapisan limonitenya tebal dan kandungan Ni dan Co
cukup tinggi, hydrometalurgy akan lebih ekonomis. Jika saprolitenya yang
tebal dengan Ni yang tinggi dan ada sumber energy yang murah seperti
PLTA/Hydro Power, maka Pyrometalurgy yang akan lebih ekonomis. Apabila
14.
![Page 15: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/15.jpg)
limonite dan saprolitenya bagus semua, yang ideal punya 2 jenis proses ini,
lapisan limonite ditambang untuk hydrometalurgy dan saprolite untuk
pyrometalurgy.
REAKTOR PELINDINGAN
Parameter pelindian untuk proses optimalisasi pelindian nickel matte
dengan media pelindian larutan campuran amonia-amonium nitrat, yang akan
diteliti adalah :
1. waktu proses pelindian,
2. konsentrasi oksigen terlarut (teknik agitasi) dan
3. kelarutan unsur nikel dan kobalt yang dapat dicapai dengan kondisi proses
yang tetap, yaitu parameter
4. proses pelindian ditentukan tetap untuk persen padatan sebesar 40%; suhu
45° C; pH larutan 11 (konsentrasi amonia); kekuatan konsentrasi media
pelindi sebesar 2,5 M ammonium nitrat.
Proses pelindian nikel yang selama ini dilakukan adalah secara batch,
hanya mampu menghasilkan 200 g/L nikel sulfamat. Hal ini disebabkan
proses tidak dapat berlangsung terus menerus, dan nilai parameter proses tidak
konsisten yang mengakibatkan hasil pelindian tidak mencapai persyaratan
15.
![Page 16: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/16.jpg)
yang diinginkan. Untuk meningkatkan hasil dari proses pelindian ini (hingga
mencapai 600 g/L nikel sulfamat), maka diperlukan perancangan peralatan
proses yang mampu dijalankan secara kontinyu dan dengan parameter proses
pelindian yang terkontrol secara otomat.
Pada kegiatan ini telah dilakukan perancangan peralatan proses pelindian
yang mampu bekerja secara kontinyu. Selain itu juga dilakukan perancangan
sistem kontrol proses yang otomat. Sistem kontrol yang digunakan adalah
berbasis PLC (Programmable Logic Controller). Parameter yang dikontrol
adalah level larutan pada reaktor dan aliran gas O2. Mode kontrol yang
digunakan adalah on/off. Sedangkan parameter lainnya, pH dan suhu larutan
dikontrol dengan mode kontrol PID (Proportional Integral Differential).
Hasil uji coba menunjukkan bahwa sistem kontrol telah mampu
mempertahankan kondisi proses. Suhu larutan dapat mendekati setpoint
(50°C) dengan simpangan 5°C untuk selang waktu 20-70 menit. Setelah
selang waktu tersebut simpangan hanya 1°C. Sistem ini masih perlu diperbaiki
untuk memperkecil simpangan suhu pada waktu di bawah 70 menit.
Walaupun demikian secara umum sistem ini telah berfungsi dengan baik.
Untuk pengontrolan pH saat ini masih belum tuntas dilaksanakan.
16.
![Page 17: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/17.jpg)
III. Bagan Alir.
IV. Produk Akhir.
Ferronickel (FeNi) merupakan salah satu produk hasil proses
pyrometallurgy terhadap Nickel Ore. Produk lain yg bisa dihasilkan dari
Pyrometalurgi adalah Nickel Matte Bedanya kandungan Ni di FeNi <30%,
sedangkan di Nickel Matte kandungan Ni>75% yang tentu harga produk juga
jauh lebih mahal. Bahan utama untuk proses peleburan adalah minyak untuk
proses pengeringan bijih dan penghilangan water crystall (LOI) dan coal utk
proses reduksi.
17.
![Page 18: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/18.jpg)
D. TIMAH.
I. Pra-Olah.
I.1 Aglomerasi
Suatu proses penggumpalan dari partikel yang kecil menjadi partikel
yang lebih besar. Biasa dilakuakn pada bijih, konsentrat dan partikel partikel
yang mengalami roasting. Aglomerasi diperlukana bila diumpankan butiran
yang terlalu halus dapat terjadi penyumbatan aliran aliran gas terganggu.
Jenis Aglomerasi :
1. Pembriketan (Briqueting)
2. Peletisasi (Pelletizing)
3. Sintering
4. Modulasi
I.2 Pembriketan
Pembriketan dilakukan dengan percetakan tekan, menggunakan
bahan perekat (kapur, semen, lempung dan minyak residu). Hasil dari
roasting yang mempunyai partikel yang sangat halus dengan ditambahkan
reduktor carbon dibentuk suatu briket.
I.3 Pelletisasi
Dilakukan terhadap bijih yang berbutir sangat halus sehingga sulit
disinter, produknya berupa bola-bola kecil. Tahapan proses pelletisasi
pembentukna berukuran 1-3cm dengan penambahan perekat dan air yang
dilakukan pada temperatur (!0% berat air dari 1% flux) dan juga pembakran
pada temperatur 1200-1300oC. jenis fluks yang dipakai adalah bentonite, zat
zat organis dan garam garam logam.
I.4 Sintering
Sinterisasi merupakan aglomerasi yang paling luas penerapannya
khususnya pada proses penyiapan bijih besi untuk peleburan didalam tanur
tiup. Feeding terdiri atas : konsentrat yang halus, 15% kokas sebagai bahan
bakar dan 10% air supaya bersifat porous. Dalam proses ini bijih besi
dicampur dengan kokas dan air lalu dilakukan pemanasan dalam suatu
mesin. Aglomerasi terjadi karena pelelehan sebagian senyawa silikat yang
18.
Kondisi Dingin
Kondisi panas
![Page 19: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/19.jpg)
terdapat dalam bijih atau karena terjadinya pertumbuhan kristal dan
rekristalisasi. Untuk bijih sulfide sinterisasi biasanya dilakukan dengan
proses pemanggangan
I.5 Modulasi
Proses ini dikerjakan seperti pada pembuatan klinker semen dengan
cara pemanasan didalam tanur putar, sehingga gumpalan-gumpalan material
yang terikat kuat.
I.6 Kalsinasi
Temperatur kaslinasi harus lebih tinggi dari drying dan membutuhkan
panas untuk menguraikan air hidrat
Tujuan kalsinasi :
1. Penguraian karbonat
2. Penguraian hydrant (air kristal)
MOH2O MO + H2O
Proses yang terjadi dalam kalsinasi :
1. Reaksi endoterm
2. Suhu didalam reaksi > suhu diluar
3. Tekanan didalam > tekanan luar
I.7 Roasting
Pemanggangan secara oksidasi terjadi peleburan
Pemanggangan sulfide tidak sampai terjadipeleburan
I.8 Drying
Tuuan dari drying :
1. Mengeluarkan H2O
2. Merubah dari fase padat ke fase cair tetapi tidak terjadi peleburan.
II. Prinsip dan Mekanisme.
Peleburan bijh timah dilakukan dalam dua tahapy aitu peleburan bijih
timah dan peleburan slag I. Pada peleburan bijih tiah dihasilkan logam timah
kasar (crude tin) sedangkan pada peleburan slag I dihasilkan slag II dan
hardhead.
19.
![Page 20: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/20.jpg)
Tujuan dilakukan peleburan dua tahap adalah :
1. Pada peleburan bijih diharapkan besi dalam logam yang terbentuk
tidak terlalu besar sehingga temperatur operasi relatif rendah dan
penggunaan bahan redukstor dipakai relatif sedikit.
2. Pada pelebran slag I yang mengandung Sn 20-35% diharapkan mampu
menghasilkan hardhead dan slag II dengan kadar Sndibawah 1%
3. Untuk mendapatkan recovary peleburan yang setinggi tingginya
karena peleburan timah ini memerlukan biaya yang besar,sehingga
setiap langkah kerja harus efektif.
Bijih timah dan bahan sirkulasi seperti debu,dross, hardhead serta
antrasit, batu kapur dalam bunker komposisi ditimbang dengan Electrically
Drive Batch Scale yang bergerak diatas rel, alat ini dilengkapi dengan buah
kontainer untuk menampung material dari bunker.
Selesai penimbangan material dimasukkan ke dalam hopper, dilakukan
mixing agar material yang akan dilebur menjadi homogen. Material yang telah
homogen tersebut ditempatkan dalam hopper-hopper tanur dengan melalui
bukaan valve material dicharge kedalam tanur. Setiap charge kurang dari 35
dan 20 komposisi. Dalam peleburan bijih timah diperlukan udara kurang dari
6.000 m3/jam dan temperatur peleburan lebih kurang 1100-1350oC. Udara
pembakaran diambil dari atmosfer menggunakan axial fan refrigerator yang
berkapasitas maksimum 10.000 m3/jam. Minyak yang dipakai untuk
pembakaran dalam tanur adalah minyak jenis FO(Fuel Oil)
Pada temperatur diatas 700oC gas CO akan lebih stabil daripada gas
CO2 sehingga pada temperatur operasi akan diperoleh gas CO. Selain faktor,
faktor isapan yang berperan dalam pembentukan CO. Dengan isapan tekanan
dalam tanur menjadi kecildan jumlah oksigen didalam tanur sangat
terbatas,sehingga gas CO2 akan bereaksi dengan antrasit membentuk CO yang
akan mereduksi oksida oksida dalam tanur.
Gas gas yang dihasilkan selama proses peleburan berlangsung dihisap
keluar dari tanur menuju gerbong. Setiap tanur mempunyai dua buah
refrigerator yang bekerja secara bergantian sesua dengan pergantian sparay
20.
![Page 21: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/21.jpg)
nozzle. Flue gas hasil pembakaran dimanfaatkan untuk pemanasan refrigerator
lainnya sampai temperatur mencapai 400-600oC dan tekanan operasi dalam
tanur berkisar -0,01 in H2O sampai dengan -0,02 in H2O.
Empat jam setelah charge dilakukan tapping yaitu pengeluaran
material hasil peleburan untuk mengeluarkan timah cair. Temperatur pada saat
tapping dipertaankan sekitar 1200oC, setelah itu tiap jam dilakukan rabbling
yaitu pengadukan material dalam tanur merata. Setelah material mencair
semua dilakukan tapping C atau tapping akhir terakhir untuk mengeluarkan
timah cair dan slagnya yang ditampung dalam fore heart. Fore Heart iniini
dibagi dua bagian yang dipisahkan oleh weir sekat pemisah, dimana pada
bagian bwahnya ada saluran yang menghubungkan satu bagian dengan bagian
lainnya. Pemisahan di foreheart didasarkan pada perbedaan berat jenis antara
timah cair dengan slag seperti pada gambar.
Pengeluaran hasil peleburan atau tapping dilakukan apabila reaksi
dalam tanur relatif tidak terjadi lagi dngan cara membuka tapping
menggunakan pipa yang disemprotkan udara bertekanan tinggi. Tapping
dilakukan dalam tiga tahap yaitu Tapping A dan B untuk pengeluaran logam
timah dengan slagnya.
PELEBURAN TIMAH
Kurasan foreheart, float dan ketel rafinasi mengandung sn yang sangat
tinggi mencapai 90% dinamakan sebagai wet dross, untuk itu dilakukan
21.
![Page 22: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/22.jpg)
peleburan di flame oven yang prinsipnya sama dengan ditanur tetap hanya
temperatur dan bahan bakar yang digunakan berbeda. Hasil peleburan ini
dituang ke ketel rafinasi kembali sedangkan dry dross dilebur bersama sama
dengan bijih timah. Pada peleburan bijih timah dengan dross material sirkulasi
ternyata membutuhkan waktu yang sangat panjang dibandingan dengan
peleburan bijih timah biasa atau pun peleburan slag.
Peleburan Slag
Bahan baku yang dilebur pada peleburan tahap kedua adalah slag I,
batu kapur dan antrasit. sama halnya dengan peleburan pertama antrasit yang
digunakan untuk peleburan sebagai bahan konduktor dan batu kapur sebagai
flux untuk mengikat oksida pengotor.
Dalam peleburan bijih maupun dalam peleburan slag, SnO yang
terbentuk tidak seluruhnya tereduksi menjadi logam timah. Tetapi sebagian
akan masuk ke dalam slag cair dan sebagian lagi dalam bentuk debu timah
bersama dengan gas lain dari tanur. Temperatur tanur mula mula 1100oCdan
terus dinaikkan hingga mencapai temperatur operasi antara 1400-1500oC
kenaikkan temperatur kurang dari 45oC/jam. Udara yang dipakai untuk
embakaran slag I kurang 6000m3/jam atau sesuai dengan temepratur yang
diperlukan. Tekanan bahan bakar 7 kg/m2dan tekanan dalam tanur berkisar -
0,01 in H2O sampai dengan -0,02 in H2O.
22.
![Page 23: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/23.jpg)
III. Bagan Alir.
Bijih Timah terdiri dari +Antrasit + Batu kapur + pasir Kwarsa
- 72 % Sn
- Hardhead 70 % Sn
- Flue Dust 70 % Sn
- Fine Bross 70 % Sn
Gas Peleburan Stage I Fine Dust 70 % Sn
Fe - Sn Metal Bross 80 %
Peleburan Stage II Crystalurence
Reforming
Cashing
Slag Ditambah
Tin Ingot LLT Anoda
Tin Ingot Tin
ingot
( 100 ppm Pb) (50p ppm Pb)
23.
![Page 24: alumunium](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051620/55cf9d12550346d033ac1d76/html5/thumbnails/24.jpg)
IV. Produk Akhir.
Dross dan Handhead dipisahkan kemudian dilebur kembali bersama-
sama maka akan di hasilkan Timah murni kemudian dicetak dalam balok-
balok (ingot).
(35 kg) 99,92 % Sn untuk Bangka Brand
99,85 % Sn untuk Mentok Brand.
24.