digilib.uns.ac.id · iv pernyataan orisinalitas dan publikasi isi tesis saya menyatakan dengan...
Post on 15-Mar-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL DAN
LATIHAN KECERDASAN KINESTETIK TERHADAP
KEMAMPUAN MOTORIK DAN KECERDASAN
EMOSI ANAK
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Kedokteran Keluarga
Oleh :
Edy Waspada
S541302033
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
1. Tesis yang berjudul : PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN
TRADISIONAL DAN LATIHAN KECERDASAN KINESTETIK
TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK DAN KECERDASAN EMOSI
ANAK ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak
terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh
gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai
acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar
pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah
ini maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs
UNS sebagai institusinya. Apabila dalama waktu sekurang-kurangnya satu
semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi
dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Magister Kedokteran
Keluarga PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang
diterbitkan oleh Prodi Magister Kedokteran Keluarga PPs UNS. Apabila saya
melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia
mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, Juli 2014
Edy Waspada
S541302033
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan tesis
dengan judul Perbedaan Pengaruh Permainan Tradisional dan Latihan Kecerdas-
an Kinestetik Terhadap Kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosi Anak Di TK
Aisyiyah 22 Reksoniten Surakarta dan TK Aisyiyah Gajahan Pasar Kliwon Sura-
karta
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dan bimbingan baik selama proses pendidikan
maupun dalam menyelesaikan penelitian tesis ini.
1. Prof.Dr.Ravik Karsidi,M.S, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Prof.Dr. Ahmad Yunus,Ir., M.S, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk
melaksanakan penelitian ini.
3. Dr. Hari Wujoso,dr., SpF,MM, selaku Ketua Program Studi Magister
Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. dr. Ari Natalia Probandari, MPH, PhD, selaku Sekretaris Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
dan Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan petunjuk,
perhatian, bimbingan, dorongan serta saran saran yang sangat berguna
selama penyusunan proposal tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
5. Dr. Nunuk Suryani,M.Pd, selaku Ketua Minat Pendidikan Profesi
Kesehatan, Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Dosen Pembimbing
Pendamping yang telah banyak memberikan perhatian, semangat,
bimbingan, arahan, dan nasehat kepada peneliti.
6. Suprihatiningsih Amd, selaku Kepala Sekolah TK Aisyiyah 22 Reksoniten
Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
7. Siti Surati selaku Kepala Sekolah TK aisyiyah Gajahan Pasar Kliwon
Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
8. Siti Maimunah S.Pd selaku Kepala Sekolah TK Al Islam 5 Surakarta yang
telah memberikan ijin dalam uji coba instrumen penelitian.
9. Seluruh Dosen Pascasarjana yang telah memberikan bimbingan dan
ilmunya untuk kemajuan penulis.
10. Rekan rekan mahasiswa Program Studi Magister Kedokteran Keluarga,
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2013
yang telah meberikan semangat dan dukungan.
11. Istri dan Anak-anak kami yang selalu memberikan doa dan motivasi
kepada penulis.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan tesis ini.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Sukoharjo, 2014
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS......................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi
ABSTRAK .................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 10
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 12
A. Kajian Teori ................................................................................... 12
1. Pengertian Bermain .................................................................... 12
2. Pengertian Permainan .................................................................. 13
3. Permainan Tradisional ................................................................ 15
4. Kecerdasan Kinestetik ............................................................... 25
5. Kemampuan Motorik ................................................................. 29
6. Emosi ......................................................................................... 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
7. Kecerdasan Emosional ............................................................. 46
B. Penelitian Relevan ....................................................................... 54
C. Kerangka Pikir .............................................................................. 57
D. Hipotesis ....................................................................................... 58
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 59
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 59
B. Desain Penelitian .......................................................................... 59
C. Populasi dan Sampel .................................................................... 62
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .............................. 62
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumentasi .............................. 65
F. Uji Coba Instrumen (Uji Validitas dan Reliabilitas)....................... 69
G. Pengolahan dan Teknik Analisa Data .......................................... 73
H. Hipotesis Statistik ........................................................................ 77
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 79
B. Pembahasan ............................................................................... 92
BAB V SIMPULAN,IMPLIKASI,SARAN
A. Simpulan .................................................................................... 106
B. Implikasi .................................................................................... 107
C. Saran ..................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 112
LAMPIRAN ........................................................................................... 115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis Gerakan ............................................................................... 35
Tabel 2.2 Penelitian Relevan ...................................................................... 54
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 59
Tabel 3.2 Definisi Operasional ................................................................... 63
Tabel 3.3 Instrumen Observasi Kemampuan Motorik .............................. 66
Tabel 3.4.Intstrumen Observasi Kecerdasan Emosi ................................. 67
Tabel 4.1. Deskripsi Karakteristik Sampel ............................................... 79
Tabel 4.2. Data Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Motorik .............. 80
Tabel 4.3. Data Hasil Pretes-Posttes Kecerdasan Emosi............................ 81
Tabel 4.4. Uji Normalitas Data Umur, Pretest kemampuan Motorik dan
Kecerdasan Emosi .................................................................... 82
Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Umur, Posttest Kemampuan motorik,
Kecerdasan Emosi ................................................................... 83
Tabel 4.6. Uji Homogenitas Varian Pretest Kemampuan Motorik
Siswa TK dengan Levence Test .................................................. 84
Tabel 4.7. Uji Homogenitas Varian Posttest Kemampuan Motorik
Siswa TK dengan Levence Test ............................................... 85
Tabel 4.8. Hasil Uji Paired t test Kelompok Permainan Tradisional.......... 86
Tabel 4.9. Hasil Uji Paired t test Kelompok Latihan Kecerdasan Kinestetik......86
Tabel 4.10. Hasil Uji 2 Pihak skor Kemampuan Motorik Siswa ....................... 87
Tabel 4.11. Hasil Uji 2 Pihak Skor Kecerdasan Emosi Siswa ...................... 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Tabel 4.12. Hasil Uji Kovarian Jenis Kelamin dan Umur terhadap
Selisih Kemampuan Motorik Siswa ........................................ 89
Tabel 4.11. Hasil Uji Kovarian Jenis Kelamin dan Umur terhadap
Kemampuan Emosi Siswa....................................................... 90
Tabel 4.12. Hasil Uji Kovarian Jenis Kelamin terhadap
Kecerdasan Emosi Siswa ....................................................... 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Otak .......................................................................... 32
Gambar 2.2 Humunculus Cerebri ............................................................... 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ; Instrumen Observasi Kemampuan Motorik
Lampiran 2 ; Instrumen Observasi Kecerdasan Emosi
Lampiran 3 : Hasil Uji Analisis SPSS.17
Lampiran 4 ; Surat Keterangan Ijin Kesediaan Penelitian
Lampiran 5 : Jadwal Kegiatan Penelitian
Lampiran 5 ; Gambar/Foto Proses Pembelajaran di Lahan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Edy Waspada. S541302033. 2014. THE DIFFERENCE EFFECT OF TRADITIONAL GAMES AND EXERCISE OF KINESTHETIC INTELLIGENCE TOWARD MOTOR SKILLS AND EMOTIONAL INTELLIGENCE IN CHILDREN . THESIS. Preceptor I: dr. Ari Natalia Probandari, MPH., Ph.D., Preceptor II: Dr. Nunuk Suryani MPd. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRACT
Background: Early Childhood is an age group that is in a unique developmental process, because this period is a period of maturation on the level of physical, psychological, and cognitive. This period is known as the golden age of its development. Provision of appropriate stimuli to the child will make the growth process will run optimally. The purpose of this study is to analyze the differences in the influence of traditional games and kinesthetic exercises on motor skills and emotional intelligence in early childhood (kindergarten). Subjects and Research Methods: This is a type of quasi-experimental research. The research design used in this study was a Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group Design. The Source population was all students of TK Aisyiyah Gajahan and TK Aisyiyah 22 Reksoniten Surakarta each amounted to 33 and 35 students. The data collection technique was questionnaire observation. The data analysis technique used the Independent t-test and ANOVA test with Two SPSS.17 for windows. Results: There were statistically significant differences in motor skills (p = 0.005) and emotional intelligence (p = 0.001) two groups of kindergarten students. There was covariance effect of age on motor skills (p = 0.025), and there was covariance effect of gender towards emotional intelligence (p = 0.004). Conclusion: There were differences in the influence of traditional games and kinesthetic exercises toward increasing motor skills and emotional intelligence of kindergarten children. Keywords: Traditional Games, Exercise of Kinesthetic Intelligence, motor skills,
Emotional Intelligence, kindergarten Children
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Edy Waspada. S541302033. 2014. PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL DAN LATIHAN KECERDASAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK DAN KECERDASAN EMOSI ANAK TESIS. Pembimbing I: dr. Ari Natalia Probandari, MPH., Ph.D, Pembimbing II: Dr. Nunuk Suryani, MPd. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Latar Belakang : Anak Usia Dini merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik, karena pada masa ini merupakan masa pematangan pada tingkat fisik, psikologi, kognitifnya. Pada masa tersebut dikenal sebagai usia emas bagi perkembangannya. Pemberian stimulus-stimulus yang tepat kepada anak sehingga proses tumbuh kembangnya akan berjalan optimal. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan pengaruh permainan tradisional dan latihan kecerdasan kinestetik terhadap kemampuan motorik dan kecerdasan emosi pada anak usia dini (Taman Kanak-kanak). Subyek dan Metode Penelitian : jenis penelitian ini adalah eksperimen semu atau Quasi Experimental. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group Design. Populasi sumber adalah seluruh siswa TK Aisyiyah Gajahan dan TK Aisyiyah 22 Reksoniten Surakarta masing-masing berjumlah 33 dan 35 siswa. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner observasi.Teknik analisa data menggunakan Independent t test dan uji Two Anova dengan SPSS.17 for windows Hasil : Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik pada kemampuan motorik (p=0,005) dan pada kecerdasan emosi ( p=0,001) dua kelompok siswa Taman Kanak-kanak. Ada pengaruh kovarian umur terhadap kemampuan motorik (p=0,025), dan ada pengaruh kovarian jenis kelamin terhadap kecerdasan emosi ( p=0,004). Kesimpulan : Ada perbedaan pengaruh permainan tradisional dan latihan kecerdasan kinestetik terhadap peningkatan kemampuan motorik dan kecerdasan emosi anak Taman Kanak-kanak. Kata Kunci : Permainan tradisional, Latihan Kecerdasan Kinestetik, Kemampuan
motorik Kecerdasan Emosi, Anak T
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Anak-anak pada masa usia dini memerlukan berbagai layanan dan bantuan
orang dewasa, dari kebutuhan jasmani dan rohani. Di mana bentuk layanan
tersebut diarahkan untuk memfasilitasi pertumbuhan sebagai peletakan dasar yang
tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya, sehingga anak
dapat tumbuh kembang secara optimal sesuai dengan nilai, norma, serta harapan
masyarakat (Unicef, 2012)
Anak usia dini merupakan tahap penting kehidupan dalam hal fisik,
perkembangan intelektual, emosional dan sosial anak. Pertumbuhan kemampuan
mental dan fisik kemajuan dengan kecepatan tinggi dan proporsi yang sangat
tinggi dari pembelajaran terjadi dari lahir sampai usia enam. Ini adalah saat ketika
anak-anak sangat membutuhkan perawatan pribadi dan pembelajaran pengalaman
berkualitas tinggi, ada dua pandangan yang berbeda terhadap konsep bermain.
Pendidik anak usia dini, dan beberapa orang tua percaya bahwa bermain adalah
cara terbaik bagi anak-anak untuk belajar konsep, keterampilan, dan tugas-tugas
yang diperlukan untuk peletakkan dasar yang kuat dalam rangka menuju tahapan
pendidikan selanjutnya pada anak usia dini (Wardle, 2008).
Dalam upaya mengoptimalkan segala kemampuan yang dimiliki anak usia
dini yang berdasarkan prinsip PAUD, seharusnya setiap pendidikan anak usia dini
memahami setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan karena segenap upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
yang dilakukannya harus berdasarkan pada tahapan tumbuh kembang anak agar
mencapai hasil yang optimal (Yuliani, 2012).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa
pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2003).
Keutamaan masa kanak-kanak sering tidak dimengerti oleh kebanyakan
orang, tetapi zaman dahulu para orang tua mengerti bahwa peristiwa pada masa
kanak-kanak tak akan mudah dilupakan.masa kanak-kanak merupakan masa
penting dalam kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan hubungan tersebut
maka upaya untuk membangun dan melatih kecerdasan emosional anak patut
diperhatikan, karena secara psikologis bukan pikiran rasional saja yang dapat
membantu anak mengalami perkembangan, tetapi pikiran emosional juga
memberi dampak efektif. Hal ini melihat bahwa masa anak merupakan saat yang
tepat untuk menerima dan menyerap informasi baru ( Sutikno, 2008)
Pertumbuhan pendidikan anak usia dini akhir-akhir mengalami
perkembangan yang sangat cepat, baik ditinjau dari sisi kuantitas maupun
kualitasnya. Perkembangan ini tidak terlepas dari proses perkembangan jaman
serta tingkat pengetahuan masyarakat baik orang tua maupun para penyelenggara
pendidikan anak usia dini. Membaiknya tingkat perekonomian bangsa dan negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
juga menjadi faktor penentu. Para orang tua juga sadar bahwa proses tumbuh
kembang anak juga dipengaruhi oleh proses pembelajaran sejak anak dilahirkan di
dunia. Proses pembelajaran dengan tepat dan optimal pada usia tersebut akan
memberikan cetak biru ( blue print ) pertumbuhan dan perkembangan yang yang
optimal. Peluang inilah yang langsung ditangkap oleh para penyelenggara
pendidikan anak usia dini dalam menyelenggarakan pendidikan anak usia dini
dengan menawarkan berbagai macam metode pembelajaran (Masitoh, 2009).
Anak Usia Dini merupakan kelompok usia yang berada dalam proses
perkembangan unik, karena pada masa ini merupakan masa pematangan pada
tingkat fisik, psikologi, kognitifnya. Pada masa tersebut dikenal sebagai usia emas
bagi perkembangannya. Pemberian stimulus-stimulus yang tepat kepada anak
sehingga proses tumbuh kembangnya akan berjalan optimal (Yuliani, 2012).
Pendidikan pada usia dini sangat spesifik dan unik, karena seorang
pendidik harus benar-benar memahami tahapantahapan tumbuh kembang anak.
Ketidak hati-hatian dalam proses pembelajaran di usia ini maka akan berakibat
terjadinya keterlambatan atau justru gangguan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan. Seorang pendidik dapat menyiapkan pengalaman yang sesuai
untuk setiap anak, oleh karenanya pendidik perlu mengetahui prinsip-prinsip
perkembangan fisik dan prinsip perkembangan dalam hal motorik anak sampai
dengan usia enam tahun (Sujiyono, 2012).
Motorik anak perlu dikembangkan karena tubuh anak belum banyak
memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru
dipelajarinya, anak lebih berani pada waktu kecil, tanggung jawab dan kewajiban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
anak kecil. Pendidikan juga perlu mengetahui hal-hal penting sehingga anak dapat
mempelajari keterampilan motorik yaitu kesiapan belajar, kesempatan belajar,
adanya model yang baik, serta yang tak kalah penting adalah bimbingan motivasi.
Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu, keterampilan
sebaiknya dipelajari satu persatu (Yuliani, 2012).
Perkembangan motorik berarti pengendalian gerakan jasmaniah melalui
kegiatan masa yang ada pada waktu masih dalam kandungan dan setelah lahir dan
sampai akhir hayat. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak tidak akan
berdaya, kondisi ketidakberdayaan tersebut secara cepat empat atau lima tahun
pertama kehidupannya, anak dapat mengendalikan motorik kasar. Gerakan
tersebut melibatkan bagian tubuh yang digunakan untuk berjalan, berlari,
berenang dan sebagainya. Setelah berusia lima tahun koordinasi otot-otot semakin
baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih kecil, melempar, menangkap
bola, menulis, dan menggunakan alat (Suyadi, 2009).
Upaya untuk mengembangkan keterampilan motorik dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang mencakup kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan
berpraktek, model yang baik, bimbingan, dan motivasi. Setiap keterampilan harus
dipelajari secara individu, dan sebaiknya keterampilan harus dipelajari satu demi
satu. Sebagai contoh, bila anak pada awal melakukan aktivitas meloncat dengan
penghalang bila tidak ada bimbingan yang diberikan serta kurang atau tidak
termotivasi maka keterampilan tersebut akan dipelajari lebih lambat dan kurang
efisien bila dibandingkan dengan anak yang sejak awal mendapatkan bimbingan
dari guru serta mempunyai motivasi yang tinggi (Suyadi, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Pada anak usia dini bermain adalah jendela perkembangan anak. Melalui
bermain sebenarnya anak sedang melaksanakan proyek besarnya, yaitu
mengembangkan potensi kecerdasan, keterampilan motorik, kemampuan sosial,
emosi dan kepribadian anak. Melalui bermain, anak belajar mengembangkan
pengetahuannya mengenai sesuatu hal, anak belajar untuk dapat melakukan sesua-
tu sesuai dengan konteksnya, anak juga belajar untuk dapat menjadi dirinya
sekaligus empati terhadap orang lain,dan anak juga belajar untuk dapat hidup
bersama orang lain. Pada dasarnya bermain adalah kebutuhan dan hak dasar anak.
Banyak teori yang mengatakan bahwa bermain dapat mengembangkan
kepribadian dan fisik mereka. Anak harus bermain sambil belajar atau sebaliknya.
Fenomena pendidikan sekarang lebih mengedepankan sistem pembelajaran secara
kognitif. Akibatnya, anak tidak memiliki kesempatan untuk bermain. Hal ini akan
menyulitkan anak menyerap ilmu yang dipelajari sehari-hari (Sujiyono, 2012).
Untuk mengembangkan potensi dasar anak, dibutuhkan keseimbangan
antara perkembangan kognitif, perkembangan emosi, perkembangan sosial dan
perkembangan motorik anak. Bila anak terlalu sering bermain dengan alat
elektronik maka pondasi perkembangan dasarnya harus seimbang terlebih
dahulu.Kemajuan teknologi merupakan bagian dari perkembangan jaman yang
tidak bisa dihindari. Pada proses perkembangan anak, stimulasi yang diberikan
harus komprehensif. Anak yang terlalu sering bermain dengan komputer maka
perkembangan motoriknya hanya terbatas di area tangan saja, karena stimulus
yang diterima hanya satu yaitu suara. Jadi anak tidak tertarik untuk merespon.
Selain itu, anak jadi tidak konsentrasi di sekolah. Ketika anak belajar mengenal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
warna melalui komputer maka tidak ada proses kreatif disana. Lain halnya ketika
anak dihadapkan pada hal berbau tradisional seperti daun suji yang menghasilkan
warna hijau, kunyit yang menghasilkan warna kuning dan sebagainya. Ada
banyak gerakan yang timbul di sana (gerakan tangan meremas, memijat dan
memilih). Ketangkasan ini memacu kemampuan menulis dan menggambar anak.
Membiasakan anak bermain dalam kelompok akan meningkatkan perkembangan
emosinya. Interaksi yang muncul akan memberi kesempatan bagi anak memahami
pola hidup berkelompok secara alami. Ketika anak bermain dakon, ada gerakan
motorik halus disana. Gerakan jari yang perlahan dan teratur mengembangkan
finger dexterity atau ketangkasan menggerakkan jari tangan, apalagi bermain
dakon menggunakan biji sawo, kerikil atau kerang. Permukaan yang tidak rata
tersebut justru memberikan impuls sewaktu anak memegangnya berkali-kali.
Tidak hanya pada tangan, namun juga memberikan stimulus keseluruh tubuh.
Semacam efek pijatan. Selain itu, kemampuan menghitung anak juga akan
meningkat. Anak belajar berinteraksi dengan temannya. Yang terpenting adalah
anak belajar menerima kekalahan secara adil. Artinya dalam satu permainan ada
stimulasi motorik, kognitif dan emosi secara bersamaan dan dalam sebuah
permainan tradisional selain melatih kecerdasan intelektual juga dapat
mengembangkan kecerdasan emosi seorang anak (Montolalu, 2005).
Bermain Engklek juga memberi efek positif yang besar bagi anak. Jaman
sekarang banyak orang tua yang mengeluh karena anak mereka tidak ceria, lemah,
postur tubuh tidak tegak dan lainnya, dengan hanya bermain engklek,
keseimbangan tonus dan postural anak dapat berkembang pesat. selain itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kemampuan jumping mereka juga meningkat dengan emosi yang terkontrol.
Bermain Engklek memberikan stimulasi motorik yang luar biasa pada anak. Yang
terpenting adalah permainan tradisional itu menggugah rasa, kepekaan dan
tenggang rasa. Permainan ini memiliki kapasitas lebih untuk mengajarkan anak
tentang banyak hal (Wardani, 2010).
Pendidikan pada anak usia dini juga merupakan suatu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan kepada arah dasar
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences).
Sehingga berbagai metode pembelajaran pada anak usia dini tidak akan terlepas
dari proses pengembangan kecerdasan majemuk tersebut (Asolihin, 2014).
Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences) menyatakan bahwa
kecerdasan seseorang tidak semata-mata dilihat hanya dari sisi IQ (kemampuan
bahasa dan logika) saja, setiap individu memiliki delapan kecerdasan (Multiple
Intelligences) seperti kecerdasan bahasa, kecerdasan logika-matematik,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal, kecerdasan naturalis (Gardner, 2006).
Faktanya di Indonesia masih banyak para orang tua yang ,melihat
kecerdasan anak dari kepandaian dalam membaca, menulis, dan berhitung saja.
Teori di atas mengatakan bahwa pada dasarnya setiap individu memiliki
kecerdasan majemuk yang berbeda satu dengan yang lainnya. Salah satu dari
kecerdasan majemuk yang sangat penting dalam proses pembelajaran pada anak
usia dini adalah kecerdasan dalam bidang gerak atau yang disebut dengan
kecerdasan kinestetik. Stimulasi yang benar pada komponen kecerdasan ini akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
memberikan optimalisasi perkembangan kecerdasan gerak kinestetik yang akan
mempengaruhi kecerdasan lainnya (Dirjen Pendidikan Luar Sekolah, 2002).
Gardner (2006) berpendapat bahwa kecerdasan kinestetik adalah
kemampuan seseorang untuk memadukan antara kemampuan fisik dengan fikiran
sehingga terlahir suatu penampilan fisik motorik yang indah dan terorganisasi
dengan rapih. Menurut Lwin (2003), kecerdasan kinestetik memungkinkan
individu membangun hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh, dengan
demikian memungkinkan tubuh untuk memanipulasi obyek dan menciptakan
gerakan. Musfiroh (2004) menyatakan kecerdasan kinestetik berkaitan dengan
kemampuan menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan
perasaannya serta keterampilan mempergunakan tangan untuk mencipta atau
mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik yang spesifik seperti
koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan
keakuratan menerima rangsang, sentuhan dan tekstur. Rahmawati dan Kurniati
(2010) menegaskan tentang pentingnya pengembangan kecerdasan kinestetik
tubuh merupakan keahlian individu dalam mengolah tubuhnya, mengekspresikan
gagasan dan emosi melalui gerakan, termasuk di dalamnya kemampuan
mengefektifkan gerakannya dalam melakukan atau membuat sesuatu.
Menurut Musfirah (2008), latihan-latihan gerakan dasar lebih ditekankan
dalam bentuk permainan yang sifatnya informal sesuai prinsip belajar mengajar di
Taman Kanak-kanak (TK), yakni bermain sambil belajar atau sebaliknya dengan
menggunakan pendekatan integratif. Melihat kenyataan bahwa demikian
kompleksnya permasalahan tentang pengembangan motorik kasar pada anak usia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dini, sudah seharusnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memaksimalkan
perannya untuk turut mengembangkan beragam kebutuhan anak didik dalam
proses peningkatan motorik. Pada kenyataannya tidak sesederhana apa yang
tertuang dalam berbagai teori. Banyak sebab yang menjadikan upaya
pengembangan motorik kurang optimal.
Pembelajaran tentang kecerdasan kinestetik serta metode permainan
tradisional yang mulai di terapkan di Taman Kanak-kanak (TK) tersebut sejak
lima tahun terakhir, namun dalam kenyataannya masih ditemukan penerapan
belum bisa maksimal, seperti yang telah dilakukan studi di dua Taman Kanak-
kanak khususnya yaitu Taman Kanak-kanak (TK) Aisyiyah Reksoniten dan
Taman Kanak-kanak (TK) Aisyah Gajahan Surakarta didapatkan data dan
informasi bahwa proses pembelajaran dengan proporsi 80 % menekankan pada
aspek kognitif, 20 % di aspek motorik dan aspek emosi dalam pembelajaran
Taman Kanak-kanak (TK) seluruh di kota Surakarta (data gugus Taman Kanak-
kanak Aisyiyah Surakarta, 2013, tidak dipublikasikan). Observasi dilakukan
ternyata output kemampuan skill motorik pada anak di Taman Kanak-kanak (TK)
tersebut setelah menginjak di Sekolah Dasar sangat kurang dalam mata pelajaran
Ketrampilan Tangan dan Kesenian, dan Olahraga yang kebetulan para Alumni
Taman Kanak-kanak tersebut diamati di salah satu Sekolah Dasar wilayah
Gajahan (Data, SD Muhammadiyah Gajahan Surakarta, 2013, tidak
dipublikasikan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
A. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan pengaruh antara permainan tradisional dan latihan
kecerdasan kinestetik terhadap kemampuan motorik dan kecerdasan emosi pada
anak usia dini ?
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Mengetahui perbedaan pengaruh antara permainan tradisional dan latihan
kecerdasan kinestetik terhadap kemampuan motorik dan kecerdasan emosi
anak.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui pengaruh permainan tradisional terhadap kemampuan
motorik dan kecerdasan emosi anak.
b. Mengetahui pengaruh latihan kecerdasan kinestetik terhadap
kemampuan motorik dan kecerdasan emosi anak.
c. Menganalisa perbedaan pengaruh permainan tradisional dan latihan
kecerdasan kinestetik terhadap kemampuan motorik dan kecerdasan
emosi anak.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah di-
bidang keilmuan pendidikan anak usia dini dengan cara memberikan data
empiris yang sudah teruji secara ilmiah dalam hal metode pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
yang berkaitan dengan optimalisasi perkembangan motorik kasar dan
kecerdasan emosi anak TK.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Pengajar
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai wawasan
dan masukan dalam penyusunan strategi belajar-mengajar di
Taman Kanak-Kanak dalam upaya pengembangan potensi secara
menyeluruh dalam pemilihan metode pembelajaran yang lebih
mengoptimalkan kemampuan motorik dan kecerdasan emosi anak.
b. Bagi Institusi
c. Menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah dalam upaya
menentukan kebijakan dan pengembangan metode pembelajaran
untuk mengoptimalkan kemampuan motorik dan kecerdasan
emosi anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Bermain
Bermain menurut para ahli memiliki fungsi dan manfaat yang
sangat penting. Bagi mereka, bermain bukan hanya menjadi kesenangan
tetapi juga suatu kebutuhan yang mau tidak mau harus terpenuhi. Menurut
Hurlock dalam Kurnia (2011).
Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja ke-
senangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia.
Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti hanya makanan, cinta kasih (Soetjiningsih, 1995).
Menurut Mulyadi (2004) bermain secara umum sering dikaitkan
dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan yang terdapat
lima pengertian bermain: (1) Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki
nilai intrinsik pada anak, (2) Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya
lebih bersifat intrinsik, (3) Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur
keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak serta melibatkan peran aktif
keikutsertaan anak, (4) Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan
seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah,
belajar bahasa, perkem- bangan sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Bermain adalah sebuah fenomena yang berkembang secara
menyeluruh di dalam masyarakat. Setiap orang bermain setiap harinya.
Meskipun begitu bermain dalam lingkup pembelajaraan di sekolah masih
terasa terlarang. Permainan biasanya di lakukan dalam waktu senggang, di
Taman Kanak-kanak dan dalam pendidikan dasar. Tapi di sekolah tingkat
lanjut siswa di harapkan tidak bermain, melainkan belajar dan bekerja.
Bermain sebenarnya mempunyai peranan dalam semua bentuk sekolah,
dari tingkat dasar sampai tingkat lanjut. Dengan begitu, permainan bisa
memperkaya sistem pembelajaran sehingga menjadi lebih bervariasi.
Selain itu, sekolah membutuhkan sarana pemberian materi yang beraneka
ragam. Pendidikan modern harus bertujuan untuk membentuk
kemandirian, tanggungjawab, pendalaman materi, kreativitas, kemampuan
berkomunikasi, dan kompetensi-kompetensi sosial yang lain. Di sinilah
dibutuhkannya permainan sebagai variasi pendidikan dan pemahaman
dalam pembelajaran.
2. Pengertian Permainan
Menurut Pellegrini dalam Bennet (1998) bahwa permainan
didefinisikan menurut tiga matra sebagai berikut; (1) permainan sebagai
kecenderungan, (2) permainan sebagai konteks, dan (3) permainan sebagai
prilaku yang dapat diamati. Menurut Klippert (2006) bahwa permainan
memungkinkan terwujudnya pembelajaran mandiri, kelompok dan tim.
Hingga saat ini, tidak ada ilmuan yang dapat merumuskan definisi yang
tepat dari kata bermain permainan bagi manusia lebih tua dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
kebudayaan, bahkan kebudayaan itu sendiri muncul dari permainan-
permainan, seperti yang dikatakan oleh Huizinga dalam bukunya Homo
Ludens (manusia yang bermain) yang dikuatkan juga dari sumber-sumber
lain (Huizinga, 1958).
Dalam setiap kebudayaan, tradisi bermain akan terus dilanjutkan
meskipun permainan-permainan tradisional akan tergeser oleh kebudayaan
luar. Permainan dapat digunakan sebagai media belajar untuk
meningkatkan keteram- pilan dan kemampuan tertentu pada anak. Karena
dalam kegiatan bermain sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan
mengunakan atau tanpa mengunakan alat yang dapat dapat memberikan
informasi, memberikan kesenangan, dan mengem-bangkan imajinasi anak.
Dengan permainan juga memberikan keseempatan pada anak untuk
mengekspresikan dorongan-dorongan kreatifnya sebagai kesempatan
untuk merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk menemukan sesuatu
dengan cara-cara baru, untuk menemukan penggunaan suatu hal secara
berbeda, menemukan hubungan yang baru antara satu dengan yang lain.
Selain itu bermain memberikan kesempatan pada individu untuk berpikir
dan bertindak imajinatif, serta penuh daya khayal yang erat hubungannya
dengan perkembangan kreativitas anak (Mulyadi, 2004).
Permainan dapat menimbulkan kegiatan belajar yang menarik,
dapat menumbuhkan semangat belajar terutama bagi anak pada usia masa
perkembangan, dan dapat dijadikan media dalam kegiatan belajar di
sekolah. Permainan dalam proses pembelajaran dapat mencapai tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
kognitif, menambah motivasi dan menambah keterampilan siswa dalam
belajar, Permainan belajar (learning game) yang menciptakan atmosfer
mengembirakan dan membebaskan kecerdasan penuh dan tidak terhalang
dapat memberikan banyak sumbangan. Accelerated learning tidak selalu
membutuhkan permainan dan permaianan sendiri tidak selalu
mempercepat pembelajaran. Akan tetapi permainan yang dimanfaatkan
dengan baik dapat menambah variasi, semangat dan partisipasi sebagai
kegiatan belajar siswa (Dave, 2003).
Permainan tidak lepas dari pada adanya kegiatan bermain anak,
sehingga istilah bermain dapat digunakan secara bebas, yang paling tepat
adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkan, bermain dilakukan secara suka rela oleh anak tanpa ada
pemaksaan atau tekanan dari luar. Menurut Elizabeth (2006), secara garis
besar dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu aktif dan pasif.
Permainan dianggap sedemikian rupa sebagai suatu proses
pendidikan yang hebat sehingga pembelajaran akan berlangsung dengan
spontan, dan permainan dalam hal ini, dapat meningkatkan mutu
pembelajarandan mempromosikan sikap positif terhadap sekolah sehingga
memberikan manfaat yang segera dan berjangka pan- jang bagi anak-anak
(Bennet, 1998).
3. Permainan Tradisional
Permainan tradisional menurut Danandjaja, (1987) adalah salah
satu bentuk yang berupa permainan anak-anak, yang beredar secara lisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun
temurun serta banyak mempunyai variasi. Permainan tradisonal
merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan
mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan di baliknya, di mana pada
prinsipnya permainan anak tetap merupakan permainan anak. Dengan
demikian bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan
menggembirakan anak karena tujuannya sebagai media permainan.
Permainan tradisional merupakan warisan antar generasi yang
mempunyai makna simbolis di balik gerakan, ucapan, maupun alat-alat
yang digunakan. Pesan-pesan tersebut bermanfaat bagi perkembangan
motorik, kognitif, emosi dan sosial anak sebagai persiapan atau sarana
belajar menuju kehidupan di masa dewasa (Suyadi, 2011).
Menurut Sukirman (2008) bahwa permainan tradisional disini
adalah permainan anak-anak dari bahan sederhana sesuai aspek budaya
dalam kehidupan masyarakat. Pesatnya perkembangan permainan
elektronik membuat posisi permainan tradisional semakin tergerus dan
nyaris tak dikenal. Memperhatikan hal tersebut perlu usaha-usaha dari
berbagai pihak untuk mengkaji dan melestarikan keberadaannya melalui
pembelajaran ulang pada generasi sekarang melalui proses modifikasi
yang disesuaikan dengan kondisi sekarang.
Permainan tradisional juga dikenal sebagai permainan rakyat
merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk
menghibur diri, tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
kenyamanan sosial. Dalam hal ini, permainan merupakan alat bagi anak
untuk menjelajahi dunianya, dari yang tidak dia ketahui sampai pada yang
dia ketahui dan dari yang tidak dapat diperbuatnya, sampai mampu
melakukannya. Dengan demikian bermain suatu kebutuhan bagi anak.
Dengan merancang pelajaran tertentu untuk dilakukan sambil bermain
yang sesui dengan taraf kemampuannya. Jadi bermain bagi anak
mempunyai nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan
kehidupan sehari-hari termasuk dalam permainan tradisional (Mulyani,
2013)
Menurut Bennet (1998) dengan ini diharapkan bahwa permainan
dalam pendidikan untuk anak usia dini ataupun anak sekolah terdapat
pandangan yang jelas tentang kualitas belajar, hal ini diindikasikan sebagai
berikut (1) Gagasan dan minat anak merupakan sesuatu yang utama dalam
permainan, (2) Permainan menyediakan kondisi yang ideal untuk
mempelajari dan meningkatkan mutu pembelajaran, (3) Rasa memiliki
merupakan hal yang pokok bagi pembelajaran yang diperoleh melalui
permainan, (3) Pembelajaran menjadi lebih relevan bila terjadi atas
inisiatif sendiri, (4) Anak akan mempelajarai cara belajar dengan
permainan serta cara mengingat pelajaran dengan baik, (5) Pembelajaran
dengan permainan terjadi dengan gampang, tanpa ketakutan dan
permainan memudahkan para guru untuk mengamti pembelajaran yang
sesungguhnya dan siswa akan mengalami berkurangnya frustasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Permainan-permainan tradisional yang dapat mengembangkan aspek-
aspek yang terdapat pada diri anak usia dini yaitu sebagai berikut:
a. Permainan Congklak/Dakon
Bermain congklak juga dapat melatih anak-anak pandai dalam
berhitung. Selain itu, anak yang bermain congklak harus pandai membuat
strategi agar bisa memenangkan permainan. Permainan yang disebut
dakon dalam bahasa jawa ini, biasanya di mainkan oleh dua anak
perempuan. Permainan congklak menggunakan papan uang yang disebut
papan congklak. Ukuran papan terdiri atas 16 lubang untuk menyimpan
biji congklak. Keenambelas lubang tersebut saling berhadapan dan 2
lubang besar dikedua sisinya. Kemudian anak-anak pun membutuhkan 98
biji congklak. Biji congklak yang biasanya di gunakan adalah cangkang
kerang, biji-bijian, batu-batuan, kelereng atau plastik (Wardani, 2010).
Dua lubang besar tersebut merupakan milik masing-masing pemain untuk
menyimpan milik masing-masing pemain untuk menyimpan biji congklak
yang di kumpulkannya. Dua lubang tersebut biasanya kosong sedangkan
14 lubang yang lain diisi 7 biji congklak. Dari permainan congklak di atas
dapat mengembangkan berbagai aspek yang akan di kembangkan pada
anak di antaranya adalah melatih kemampuan motorik halus. Saat
memegang dan memainkan biji congklak yang paling berperanan adalah
motorik halus anak yaitu jari jemari. Bagi individu yang kemampuan
motorik halusnya tidak terlalu baik, maka ia tidak dapat menjalankan
permainan tersebut dengan cepat dan mungkin saja biji-biji congklak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
tersebut akan tersebar dan terlepas dari genggamannya. Kemampuan
motorik halus ini sangat bermanfaat bagi anak untuk memegang dan
menggenggam alat tulis. Dengan kemampuan motorik halus yang baik
maka anak dapat menulis bahkan mengetik dengan baik dan cepat.
a. Lompat Tali Atau Sapintrong
Lompat tali atau main karet pernah populer di kalangan anak-anak
tahun 70-an hingga 80-an. Permainan lompat tali ini menjadi permainan
favorite saat main di sekolah atau dirumah. Biasanya tali yang digunakan
untuk permainan lompat tali ini di buat dari ronceaan tali dari karet gelang.
Ini mengasah kekereatifan seorang anak dalam menjalin karet yang akan
dipergunakan pada permainan tersebut (Yuliani, 2010).
Cara melakukan permainan lompat tali secara sendirian yaitu sesuaikan
karet tali dengan tinggi badan pemain. Caranya berdiri sambil menginjak
bagian tengah tali dan tarik ujung-ujung disamping badan. Panjang tali
sudah pas jika ujung tali yang di pegang sampai di ketiak. Karet tali di
pegang erat dengan posisi lengan atas rapat dengan tubuh dan siku sejajar
dipinggang. Kemudian berdiri dengan posisi agak jinjit dan lutut sedikit di
tekuk. Usahakan kepala tetap tegak tapi tetap rileks serta pandangan lurus
ke depan. Pergelangan tangan digerakkan untuk memutar tali. Lompatan
tidak terlalu tinggi saat tali menyentuh lantai, tinggi lompatan minimal 2,5
centimeter dari lantai. Pertahankan posisi agak jinjit saat mendarat dan
tumit jangan menyentuh lantai. Saat melompat harus hati-hati karena bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
jadi lompatan gagal. Sebaiknya jika baru memulai permainan ini lakukan
secara bertahap baru jika baru pandai biasa melakukan kombinasi gerakan.
Adapun aspek yang dapat dikembangkan dalam permainan ini yaitu
sebagai berikut :
1). Motorik kasar
Dengan bermain lompat tali motorik kasar akan terstimulasi.
Secara fisik hal itu akan membuat anak menjadi lebih terampil karena
mempelajari cara dan teknik melompat yang dalam permainan ini
memerlukan keterampilan tersendiri. Lama-kelamaan tumbuh menjadi
anak yang cekatan, tangkas dan dinamis. Otot-ototnya pun padat dan
berisi, kuat, tangkas serta terlatih. Lompat tali bisa mengurangi obesitas
pada anak.
2). Emosi
Lompat tali juga bisa melatih emosi anak. Untuk melakuka suatu
lompatan dengan tinggi tertentu dibutuhkan keberanian dari diri anak.
Berarti secara emosi ia di tuntut untuk membuat suatu keputusan besar.
3). Ketelitian dan akurasi
Seorang anak dengan lompat tali ini juga bisa belajar melihat suatu
ketepatan dan ketelitian. Ketika tali di ayunkan ia harus dapat melompat
sedemikian lupa sehingga tak dapat terjerat tali dengan berusaha mengikuti
ritme ayunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
4). Sosialisasi
Untuk bermain tali secara berkelompok anak membutuhkan teman
dengan berarti memberi kesempatan untuk bersosialisasi. Ia juga dapat
belajar berempat, bergiliran, menaati peraturan dan lain-lain.
5). Intelektual
Saat melakukan lompatan terkadang anak perlu berhitung secara
matematis agar lompatannya sesuai dengan jumlah yang telah di tentukan
dalam aturan permainan.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat memainkan permainan ini yaitu
permainan lompat tali di lakukan ditempat terbuka seperti lapangan atau
halaman rumah. Permainan masih bisa di lakukan ditempat tertutup
asalkan ruangan harus cukup lega dan lapang serta aman dari benda yang
dapat membahayakan.Ukuran tali yang di pergunakan harus sesuai dengan
ukuran tidak terlalu panjang atau tidak terlalu pendek. Variasi permainan,
semakin banyak variasi maka anak akan semakin mahir dan terampil
dalam melakukan gerakan-gerakan.Waktu sebaiknya di mainkan
pada`waktu senggang atau jam istirahat sekolah karena anak akan biasanya
keasyikan main sehingga lupa melakukan aktivitas sebenarnya
(Mandyawati, 2012)
b. Permainan kelereng
Permainan ini termasuk salah satu permainan rakyat yang sangat
populer. Kelereng terbuat dari adonan semen dan kapur bentuknya yang
bulat sebesar ibu jari kaki atau terbuat dari batu wali yang dibentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
sedemikian rupa sehinnga menyerupai kelereng yang sebenarnya.
Permainan ini sangat berpengaruh terhadap keterampilan motorik halus
dan kemampuan memproyeksikan suatu gerakan sewaktu membidik
kelereng yang mau dituju (Mulyani, 2013)
c. Permainan Tradisional Engklek
Permainan engklek (dalam bahasa Jawa) merupakan permainan
tradisional lompat lompatan pada bidang bidang datar yang digambar
diatas tanah, dengan membuat gambar kotak-kotak kemudian
melompatdengan satu kaki dari kotak satu kekotak berikutnya.Permainan
engklek biasa dimainkan oleh dua sampai lima anak perempuan dan
dilakukan di halaman. Namun, sebelum kita memulai permainan ini kita
harus mengambar kotak-kotak dipelataran semen, aspal atau tanah,
menggambar lima segi empat dempet vertikal kemudian di sebelah
kanandan kiri diberi lagi sebuah segi empat. (Montolalu, 2005).
Permainan tradisional engklek dalam bahasa daerah Bengkulu
berarti Lompek Kodok yang artinya Lompat Kodok (Depdikbud, 2003).
Sedangkan menurut Wardani (2010), permaianan engklek disebut juga
Somdah. Somdah merupakan permainan yang menggunakan media
gambatr persegi empat yangdigambar di lantai ataupun di tanah.
Cara bermain permainan radisional Engklek sederhana saja, cukup
melompat menggunakan satu kaki disetiap petak - petak yang telah
digambarkan sebelumnya di tanah. Untuk dapat bermain setiap anak harus
mempunyai kereweng atau gacuk yang biasanya berupa pecahan genting,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
keramik lantai atau pun batu yang datar. Kreweng/gacuk dilempar ke salah
satu petak yang tergambar di tanah, petak yang ada gacuknya tidak boleh
di injak atau di tempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus
melompat ke petak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak-petak
yang ada. Saat melemparkannya tidak boleh melebihi kotak yang telah
disediakan jika melebihi makadinyatakan gugur dan diganti dengan
pemain selanjutnya. Pemain yang menyelesaikan satu putaran terlebih
dahulu melemparkan gacuk dengan cara membelakangi engkleknya, jika
pas pada petak yang dikehendaki maka petak itu akan menjadi
sawahnya, artinya dipetak tersebut pemain yang bersangkutan dapat
menginjak petak tersebut dengan dua kaki, sementara pemain lain tidak
boleh menginjak petak itu selama permainan. Peserta yang memiliki
sawah paling banyak adalah pemenangnya Pemainan ini sangat seru
karena bisanya paling sering kesalahan yang dilakukan adalah saat kita
melempar gacuk tapi tidak pas dikotaknya atau meleset dari tempatnya
(Mulyani, 2013).
Keterkaitan permainan tradisional engklek dan kemampuan
motorik kasar anak. Kemampuan motorik anak usia dini tidak akan
berkembang tanpa adanya kematangan kontrol motorik,motorik tersebut
tidak akan optimal jika tidak diimbangi dengan gerakan anggota tubuh
tanpa dengan latihan fisik. Program pengembangan keterampilan motorik
anak usia dini sering kali terabaikan atau dilupakan oleh orang tua,
pembimbing bahkan guru sendiri. Hal ini lebih dikarenakan mereka belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
memahami bahwa program pengembangan keterampilan motorik menjadi
bagian yang tak terpisahkan dalam pendidikan anak usia dini. Hal ini
didasarkan pada pendapat Sudijono (2005), yang mengatakan bahwa
gerakan motorik kasar perlu dikenalkan dan dilatihkan pada masa anak
prasekolah dan pada masa sekolah awal melalui permainan,agar anak-anak
dapat melakukan gerakan-gerakan dengan benar, dan yang terpenting
dalam hal ini adalah menjadi bekal awal untuk mendapatkan keterampilan
gerak yang efisien bersifat umum dan selanjutnya akan dipergunakan
sebagai dasar untuk perkembangan keterampilan yanglebih khusus.
Permainan tradisional engklek merupakan kegiatan bermain yang
menyenangkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
indikator yang terdapat pada kurikulum di Taman Kanak-kanak (TK)
dapat dicapai. Karena permainan tradisional engklek membuat anak
mampu meningkatkan motorik kasarnya dengan baik (Mulyani, 2013)
Kemampuan fisik yang ingin dicapai dalam kurikulum Permen RI
No.58 Tahun 2009 merupakan kemampuan motorik kasar khususnya
kemampuan melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih
keseimbangan, kelenturan dan kelincahan dibutuhkan kegiatan yang
menarik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai.Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa keterkaitan
antara permainan tradisional engklek dan kemampuan motorik kasar
adalah permainan tradisional engklek merupakan kegiatan yang membantu
proses pembelajaran motorik kasar anak. Kemampuan motorik kasar anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
akan dapat ditingkatkan apabila kegiatan pembelajaranya lebih menarik.
Jadi jelas bahwa permainan tradisional engklek memiliki keterkaitan
dengan kemampuan motorik kasar (Mulyani, 2013)
4. Kecerdasan Kinestetik
Pengertian Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan untuk
menggabungkan antara fisik dan pikiran sehingga menghasilkan gerakan
yang sempurna. Kecerdasan kinestetik merupakan bagian dari kecerdasan
jamak ( Multiple Intelligences ) sesuai dengan teori Multiple Intelligences
(Gardner, 2006). Teori ini menjelaskan ada delapan macam kecerdasan
yang dimiliki oleh manusia, yaitu kecerdasan linguistic-verbal, kecerdasan
logical-mathematical, kecerdasan visual-spatial, kecerdasan musical-
rhytmic, kecerdasan bodily-kinesthetic, kecerdasan interpersonal,
kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalist. Kecerdasan selalu
selalu bekerjasama dan segala peran yang rumit akan melibatkan
penggabungan dari beberapa kecerdasan tersebut (Gardner, 2006).
Menurut Suyadi (2013), jika gerak sempurna yang bersumber dari
gabungan antara pikiran dan fisik tersebut terlatih dengan baik, maka
apapun yang dikerjakan orang tersebut akan berhasil dengan baik, bahkan
sempurna. Kecerdasan Kinestetik (bodily kinestetic,) kemampuan dalam
menggunakan keseluruhan potensi tubuh untuk mengekspresikan ide-ide
dan perasaan. Memiliki kemampuan untuk menggunakan tangan untuk
memproduksikan atau mentransformasikan hal/benda. Dalam hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
ini,termasuk keterampilan khusus seperti koordinasi, keseimbangan,
kekuatan, fleksibilitas, kecepatan,taktil (Gardner, 2013).
Adapun ciri-cirinya yang menonjol pada anak adalah sebagai berikut :
1). Berprestasi tinggi dalam olah raga.
2). Sering terlibat dalam kegiatan fisik : olah raga dan permainan.
3). Menikmati gerak melompat, lari, gulat atau kegiatan lainnya yang
serupa.
4). Terampil dalam kerajinan tangan: melipat, memotong, menggunting
dan mencocok.
5). Pintar dalam menirukan gerakan, kebiasaan dan perilaku orang lain.
6). Senang membongkar pasang barang dan mainan.
7). Senang bekerja dengan tanah liat, melukis dengan jari.
Kecerdasan Kinestetik adalah kemampuan menyelaraskan pikiran
dengan badan sehingga apa yang dikatakan oleh pikiran akan tertuang
dalam bentuk gerakan -gerakan badan yang indah, kreatif, dan mempunyai
makna. Definisi ini merujuk pada tulisan yang mengatakan bahwa
kecerdasan kinestetik adalah sebuah keselarasan antara pikiran dan tubuh,
dimana pikiran dilatih untuk memanfaatkan tubuh sebagaimana mestinya
dan tubuh dilatih untuk dapat merespon ekspresi kekuatan dan pikiran
(Linda et al dalam Farouq, 2011 )
Kecerdasan kinestetik lebih menekankan pada kemampuan
seseorang dalam menangkap informasi dan mengolahnya sedemikian
cepat, lalu dikonkritkan dalam wujud gerak, yakni dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
badan, kaki, dan tangan. Informasi yang datang diolah di dalam otak
dengan kecepatan tertentu lalu disampaikan ke anggota gerak badan yang
akhirnya diterjemahkan kedalam suatu gerakan sehingga memunculkan
suatu performa. Hal ini merupakan kecerdasan tersendiri yang dimiliki
oleh setiap orang, tetapi belum tentu mereka memilikinya secara sama.
Keindahan dari masing-masing performa itu akan memberikan dampak
berupa apresiasi yang sangat baik dari orang lain, sehingga dapat
dikatakan bahwa orang yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan
kemampuan. Misalnya seorang peloncat indah, ketika bergerak ke depan
menuju ujung papan tumpu, badan digerakkan mengikuti gerakan papan
pantul, yang akhirnya badan terangkat ke atas dan melakukan gerakan
yang sangat indah ketika posisinya sedang berada di atas udara, dan ketika
mendekati air badan diluruskan untuk bisa masuk ke air dengan aman dan
nyaman, ini yang dimaksud kecerdasan kinestetik. Setiap orang memiliki
potensi yang besar untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan
atau kemampuannya dalam segala hal termasuk kecerdasan kinestetik.
Pengembangan kecerdasan kinestetik anak memang harus ditangani sejak
dini dan dengan pendekatan yang baik dan benar. Jika caranya salah maka
akan susah sekali untuk mengubah atau mengembalikannya ke cara yang
baik dan benar, dalam mengembangkan kecerdasan kinestetik (kecerdasan
gerak), perlu lebih mengenal secara mendalam gerak apa saja yang perlu
dikembangkan. Gerak terbagi atas tiga macam yakni gerak lokomosi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
gerak non lokomosi dan gerak manipulasi. Selain itu, terdapat tiga tahap
dalam mempelajari gerak yakni tahap kognisi, fiksasi, dan otomatisasi.
1) Gerak Lokomosi
a). Berjalan
Menurut George et al dalam Faruq (2007) menjelaskan berjalan
adalah proses pergantian hilangnya keseimbangan dan mengembalikan
keseimbangan dengan menggerakkan kaki maju ke depan dalam posisi
yang benar secara bergantian.
b). Berlari
Menurut Thompson dalam Faruq (2007) mengemukakan bahwa
berlari merupakan gerak dasar yang sangat mudah dilakukan oleh anak-
anak dan mereka sangat menyukainya. Pada saat berlari ada saat melayang
dan ada saat mendarat.
d). Melompat
Melompat merupakan gerak dasar dengan proses gerak awal
menggunakan kaki untuk bisa berpijak kuat sehingga dapat mengangkat
badan melayang di udara dengan posisi sedemikian rupa dan mendarat
dengan dua kaki, tangan membantu sebagai penyeimbang badan..
e). Meluncur
Meluncur adalah gerakan yang berawal dari dorongan yang
menyebabkan badan bergerak, atau dari posisi ketinggian tertentu lalu
badan bisa tertarik ke bawah sehingga bergerak ke arah yang sudah
ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
f). Bergulir
Bergulir dilakukan dengan tiga tahap, yaitu pertama diawali
dengan berdiri tegak di depan matras, kemudian menurunkan badan dan
kedua telapak tangan di atas matras, kedua dagu didekatkan dengan dada
kedlua kaki mendorong secara perlahan dibantu dengan tangan untuk
keseimbangan, lalu menyentuhkan tengkuk ke atas matras, ketiga badan
bergulir dan mendaratkan kaki dengan tepat ke matras.
5. Kemampuan Motorik
a. Pengertian
Kemampuan Motorik berasal dari bahasa Inggris yaitu Motor
Ability, gerak (motor) merupakan suatu aktivitas yang sangat penting bagi
manusia, karena dengan gerak (motor) manusia dapat meraih sesuatu yang
menjadi harapannya. Kemampuan motorik adalah kapasitas seseorang
yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu keterampilan yang
relatif melekat setelah masa kanak-kanak (Lutan, 1988)
Menurut Sukadiyanto (1997), mengatakan bahwa kemampuan
motorik adalah suatu kemampuan seseorang dalam menampilkan
keterampilan gerak yang lebih luas serta diperjelas bahwa kemampuan
motorik suatu kemampuan umum yang berkaitan dengan penampilan
berbagai keterampilan atau tugas gerak. Berdasarkan pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik adalah suatu kemampuan
yang diperoleh dari keterampilan gerak umum, yang menjadi dasar untuk
meningkatkan pertum buhan dan perkembangan, keterampilan gerak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Seseorang yang memiliki tingkat kemampuan motorik yang tinggi dapat
diartikan bahwa orang tersebut memiliki potensi atau kemampuan untuk
melakukan keterampilan gerak yang lebih baik dibandingkan dengan orang
yang memiliki kemampuan motorik rendah.
Secara anatomi fungsional bahwa pusat motorik hampir meliputi
beberapa bagian otak antara lain sebagai berikut :
1). Cerebrum
Cereberum merupakan otak besar yang memiliki fungsi yang
sangat komplek salah satunya sebagai pusat motorik yang terdiri dari
beberapa bagian yaitu :
1. Lobus Frontal
Mempunyai tiga bagian:
a). Central sulcus (fisura Rolando)
b). Lateral sulcul (fisura sylvius)
c). Precentral gyrus
Merupakan bagian motorik yang penting yag terletak tepat
didepan central sulcus.
Fungsi Lobus frontal :
- Menginisiasi impuls gerak refleks otot rangka
- Mengolah sensory experience
- Menciptakan respons kepribadian
- Memediasi respons terhadap memori, emosi, judgement,
perencanaan dan komunikasi verbal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2. Lobus Parietal
Terletak dibagian posterior dari central sulcus lobus frontal.
Fungsi Lobus parietal :
mengerti cara bicara (speech) dan artikulasinya; interpretasi
emosi di dalam suatu pembicaraan; interpretasi bentuk dan
tekstur suatu benda yang di pegang.
- Postcentral gyrus : merupakan bagian sensorik yang sangat
penting (dibelakang cenral sulcus), ia bertindak sebagai area
somaestetik, karena responnya terhadap semua stimulus
reseptor cutaneous dan muscular
3. Lobus Temporal
Terletak dibawah lobus parietal dan di bagian posterior lobus
frontal. Fungsi Lobus Temporalis adalah : (1) Pusat auditory
yang menerina serabut sensoris dari koklea, (2)
Menginterpretasi sensory experience, (3) Menyimpan
memori penglihatan dan pendengaran dalam jangka panjang.
4. Lobus Occipital
Fungsi Utama ialah sebagai pusat penglihatan: (1)
Mengintegrasi pergerakan mata dengan mengarahkan dan
memfokuskan mata, (2) Mengkorelasikan gambar dengan
pengalaman penglihatan sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b. Cerebellum
Cerebellum merupakan struktur otak kedua yang paling besar,
terletak di metencephalon dan rongga otak bagian inferroposterior.
Fungsi utama cerebellum ialah mengkoordinasi kontraksi otot rangka.
Impuls untuk gerak reflek berasal dari korteks cerebral, dan diatur oleh
cerebellum. Cerebellum secara konstan menginisiasi impuls ke unit
motorik untuk mempertahankan tonus otot.Otak kecil juga mengolah
impuls yang berasal dari proprioreseptor yang berada didalam otot, tendon
dan sendi. Proprioreceptor merupakan ujung saraf sensorik yang sensitive
terhadap perubahan tegangan otot atau tendon (Chusid, 1985)
Gambar 1. Anatomi Otak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 2. Humunculus Cerebri
Berkaitan dengan kemampuan motorik Waharsono (1999)
menyatakan, sejalan dengan meningkatnya ukuran tubuh dan
meningkatnya kemampuan fisik, maka meningkat pulalah kemampuan
geraknya.
Menurut Mulyono (1994) bahwa, kemampuan motorik atau
kemampuan gerak dasar adalah hadirnya kemampuan bawaan dan
kemampuan yang diperoleh dalam melakukan keterampilan gerak (motor
skill) dari sifat yang umum atau fundamental, di luar kemampuan olahraga
spesialisasi tingkat tinggi. Menurut Sukintaka (2004) bahwa kemampuan
motorik merupakan kualitas hasil gerak individu dalam melakukan gerak,
baik gerakan non olahraga maupun gerak dalam olahraga atau kematangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
penampilan ketrampilan motorik. Berdasarkan pengertian kemampuan
motorik yang dikemukakan tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa,
kemampuan motorik merupakan kemampuan yang mendasari dari gerak
baik gerak olahraga maupun non olahraga di luar teknik khusus atau
spesialisasi pada suatu cabang olahraga tertentu. Kemampuan motorik
bersifat relatif statis dan permanen yang ditentukan oleh bawaan.
Kemampuan gerak berkembang relatif secara otomatis sesuai dengan
tingkat perkembangan, pertumbuhan dan kematangan. Hal ini artinya,
seorang anak yang tumbuh dan berkembang, secara otomatis kemampuan
geraknya juga meningkat. Komponen-Komponen Kemampuan Motorik
Secara kodrati setiap anak memiliki kemampuan gerak dasar yang dibawa
sejak lahir. Syarifuddin (1992) menyatakan, Gerak dasar manusia adalah
jalan, lari, lompat dan lempar. Pendapat lain dikemukakan Hidayatullah
(2002) mengklasifikasikan kemampuan gerak dasar terdiri dari tiga bagian.
Secara skematis komponen-komponen kemampuan gerak dasar digambar
sebagai berikut berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa,
kemampuan gerak dasar diklasifikasikan ke dalam tiga jenis gerak yaitu
gerak stabilitas, gerak lokomotor dan gerak manipulatif. Gerak stabilitas
adalah gerakan yang dilakukan ditempat, tidak ada perubahan dari satu
titik ke titik lain. Gerakan-gerakan stabilitas adalah gerakan yang
dilakukan oleh tubuh tanpa ada perubahan tempat. Gerakan-gerakan
stabilitas seperti membungkuk, memutar, mengayun dan jenis-jenis
gerakan lainnya yang tidak merubah posisi tubuh pada saat melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
gerakan. Lokomotor diartikan sebagai gerak berpindah tempat. Hal ini
artinya, gerak lokomotor merupakan jenis gerakan yang ditandai dengan
pergerakan seluruh tubuh dan anggota badan, dalam proses perpindahan
tempat atau titik berat badan dari suatu bidang tumpu ke bidang tumpu
lainnya. Gerakan-gerakan lokomotor ini seperti berjalan, berlari ,
meloncat, melayang dan jenis gerakan lainnya yang ditandai dengan
perubahan tempat. Gerakan manipulatif merupakan jenis gerakan yang
membutuhkan koordinasi yang cukup baik. Hal ini karena, dalam gerakan
manipulatif meliba tkan beberapa unsur gerak yang harus dikoordinasikan
menjadi satu pola gerakan yang baik dan harmonis.
Tabel 1. Jenis Gerakan
Gerak Dasar Gerak Stabilisasi Lokomotor Gerak Manipulasi Membungkuk
Meregang
Memutar
Mengayun
Memutar tubuh
Mendarat
Berhenti
Mengelak
Keseimbangan dll
Berjalan
Berlari
Meloncat
Melompat
Melayang
Meluncur
Berjingkrak
Memanjat dll
Melempar
Menangkap
Menendang
Menjerat/menjebak
Menyerang
Melambung
Melenting
Bergulir
Menggelinding
Menyepak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Sukintaka (2004) berpendapat, Berkembangnya kemampuan
motorik sangat ditentukan oleh dua faktor yakni pertumbuhan dan
perkembangan. Dari kedua faktor penentu ini masih harus didukung
dengan latihan sesuai dengan kematangan anak dan gizi yang baik.
Pendapat lain dikemukakan Waharsono (1999) bahwa, Dalam
kehidupan manusia selamanya dipengaruhi oleh sifat-sifat internal dan
eksternal, sehingga pertumbuhan dan perkembangan fisiknya terpengaruh
juga. Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak yang telah dimiliki sejak
lahir akan tumbuh dan berkembang secara wajar, bilamana mendapat
rangsangan secara tepat waktu dan lingkungan yang memungkinkan serta
tidak ada unsur paksanaan. Berdasarkan dua pendapat tersebut
menunjukkan bahwa, faktor internal dan eksternal merupakan faktor yang
selalu mempengaruhi kondisi seseorang. Faktor internal mencakup
perkembangan dan pertumbuhan, jenis kelamin, intelegensi, usia. Di
samping itu juga, kemampuan gerak dasar juga dapat ditingkatkan melalui
latihan yang baik dan teratur. Pengalaman dan latihan merupakan faktor
yang akan menentukan kualitas penampilan gerak seseorang. Berikut ini
akan diuraikan secara singkat faktor-faktor internal (faktor pembawaan).
Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan gerak dasar adalah
1). Pengaruh Jenis Kelamin dengan Kemampuan Gerak Dasar
Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa, antara anak laki-laki
dan perempuan memiliki banyak perbedaan baik secara fisik
maupun fisiologis. Perbedaan secara fisik maupun fisiologis akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
berpengaruh pada penampilan geraknya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rusli (1988) bahwa ada perbedaan gerak antara anak
laki-laki dan anak perempuan yang meliputi : bentuk tubuh,
struktur anatomis, fungsi fisiologis , dan faktor budaya.. Perbedaan
semakin nampak saat masa pubertas.
Kemampuan motorik anak laki laki dan anak perempuan relatif
sama begitu juga terhadap komposisi dari fisik seperti jumlah
lemak dalam tubuh, dan rasio ukuran otot. Anak laki-laki dan anak
perempuan akan memiliki kemampuan motorik yang berbeda pada
saat anak menjelang pubertas (Baynam, 2006). Dalam hal
pembelajaran keterampilan motorik mengacu pada tugas akan
dikerjakan untuk mencapai hasil yang diharapkan melalui latihan
dan pengalaman.Setelah menginjak masa pubertas, anak laki-laki
memiliki ukuran badan (termasuk kemampuan fisiknya) sedikit
lebih besar jika dibandingkan dengan perempuan. Hormon
petumbuhan antara pria dan wanita juga berbeda. Pada pria terjadi
penambahan jaringan otot, sedangkan pada wanita cenderung
menuju pada pengurangan otot dan penambahan jaringan lemak.
Dengan keadaan tersebut, maka anak laki-laki rata-rata memiliki
kemampuan gerak yang lebih tinggi dari pada anak perempuan.
2). Pengaruh Intelegensi dengan Kemampuan Gerak Dasar Kecerdasan
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan
seseorang untuk melakukan gerakan. Pada umumnya, anak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
cerdas akan lebih cepat memahami konsep suatu gerakan dan akan
lebih cepat untuk menguasainya, jika dibandingkan dengan anak
yang bodoh. Lutan (1988) mengemukakan: Intelegensia pada
dasarnya merupakan (1) kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan situasi baru, (2) kemampuan untuk berfikir abstrak, (3)
pembeda kualitas antara manusia dengan hewan, (4) abilitas untuk
berfikir dengan cepat, (5) abilitas untuk memecahkan masalah, dan
(6) cara seseorang berperilaku dalam menghadapi masalah yang
berubah-ubah.
Pendapat tersebut meunjukkan bahwa, dengan kemampuan
intelegensi yang baik, anak akan mampu mempelajari suatu jenis
gerakan yang rumit dan kompleks. Dengan intelegensi yang tinggi
anak akan mudah memecahkan gerakan-gerakan yang sulit dan
kompleks, karena anak yang cerdas (intelegensinya tinggi)
memiliki kemampuan yang lebih cepat untuk menguasai jenis
keterampilan yang lebih kompleks dari pada anak yang
intelegensinya rendah.
3). Pengaruh Usia dengan Kemampuan Gerak Dasar
Sesuai dengan kondrat alamiah manusia bahwa, pada usia muda
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang konstan. Pada
usia tertentu setiap anak mengalami perkembangan dan
pertumbuhan baik fisik, fisiologis maupuan psikologisnya. Seiring
dengan bertambahnya usia, maka akan terjadi kematangan baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
fisik, fisiologis maupun psikologis. Seorang anak mengalami
pertumbuhan baik massa otot, ukuran tubuh, ukuran organ jantung
dan paru-paru. Dari perkembangan secara simultan baik fisik,
fisiologis dan psikologisnya, tentu akan berpengaruh pula terhadap
kemampuan geraknya. Seperti dikemukakan Waharsono (1999)
bahwa sejalan dengan meningkatnya ukuran tubuh dan
meningkatnya kemampuan fisik, maka meningkat pula kemampuan
gerak anak besar. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, semakin
bertambahnya usia selalu diikuti meningkatnya kemampuan
geraknya. Meningkatnya kemampuan gerak tersebut sesuai dengan
tahap perkembangannya. Hal ini karena, setiap periode tertentu
kemampuan gerak anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Semakin tinggi tingkat usia seseorang sampai pada taraf tertentu,
maka akan semakin tinggi pula kemampuan gerak dasarnya.
Namun demikian, pada usia tertentu akan mengalami penurunan.
Seperti dikemukakan Lutan (1988) bahwa salah satu generalisasi
yang sederhana mengungkapkan efek usia terhadap keterampilan
motorik ialah setelah lewat usia 25 tahun terjadi penurunan yang
sistematik dalam perilaku motorik.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, sebelum mencapai usia 25 tahun,
berarti kemampuan gerak seseorang dapat meningkat seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangannya. Dan setelah mencapai usia 25 tahun,
maka akan mengalami penurunan. Di samping faktor pembawaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
(internal) kesegaran fisik juga berpengaruh dengan keterampilan gerak
seseorang. Kemampuan gerak tidak terlepas dari keterlibatan dari beberapa
unsur kondisi fisik. Kemampuan gerak yang ditampilkan anak dalam
kehidupan sehari-hari sangat bergantung pada komponen-komponen
kondisi fisik yang dimiliki. Menurut Iskandar et al (1999), unsur-unsur
fisik yang mendasari keterampilan gerak anak terdiri atas: (a) kecepatan,
(b) power, (c) kelincahan, (d) koordinasi, (e) keseimbangan dan (f)
kecepatan". Selain komponen tersebut, unsur daya tahan, kekuatan otot
dan kelentukan juga dapat mempengaruhi kemampuan gerak yang
ditampilkan. Komponen kondisi fisik tersebut merupakan unsur-unsur
yang menunjang pembentukan kemampuan gerak. Kemampuan fisik yang
dimiliki seseorang diwujudkan dalam penampilan geraknya. Seseorang
yang kondisi fisiknya lemah cenderung memiliki kemampuan gerak yang
lemah pula. Sebaliknya jika kondisi fisiknya baik, kemampuan gerak yang
ditampilkan juga akan baik.. Perkembangan Kemampuan Motorik Anak
Sesuai dengan kodrat alamiah manusia, sejak lahir mengalami perubahan-
perubahan berupa peningkatan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Perubahan-perubahan tersebut disebut pertumbuhan dan perkembangan.
Perkembangan merupakan proses perubahan kapasitas fungsional atau
kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin
terorganisasi dan terspesialisasi. Manusia dari anak-anak hingga dewasa
mengalami berbagai perkembangan antara lain perkembangan fisiologis,
psikologis, intelektual, sosial dan kemampuan gerak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Perkembangan merupakan proses perubahan menuju ke arah yang
lebih baik yang merupakan perubahan kualitatif. Berkaitan dengan
perkembangan kemampuan motorik, Sukintaka (2004) menyatakan bahwa
perkembangan kemampuan motorik merupakan perubahan kualitas hasil
gerak individ. Hal ini artinya, seiring dengan perkembangan dan
pertumbuhannya, maka kemampuan motorik juga berkembang.
Berkembangan kemampuan motorik ini bersifat kontinyuitas yaitu tidak
akan berhenti pada unsur tertentu. Tetapi akan berjalan secara kontinyu
dari sebelum lahir hingga mati. Secara kodrati perkembangan dan
pertumbuhan melalui tahapan-tahapan tertentu. Secara kronologis
sepanjang hidupnya manusia dapat dibedakan dalam lima tahapan
kehidupan yaitu, masa bayi, masa anak kecil, masa anak besar, masa
remaja serta masa dewasa dan tua. Setiap masa kehidupan manusia
memiliki kecenderungan-kecenderungan karakteristik tertentu, termasuk di
dalamnya yang berhubungan dengan perkembangan geraknya. Sejak lahir,
secara bertahap dan berangsur-angsur anak mengalami peningkatan gerak.
Peningkatan kemampuan gerak dapat diidentifikasikan melalui penampilan
geraknya sehari-hari. Waharsono (1999) menyatakan peningkatan
kemampuan gerak bisa diidentifikasi dalam bentuk: (1) gerakan dapat
dilakukan dengan mekanika tubuh yang makin efisien, (2) gerakan bisa
dilakukan semakin lancar dan terkontrol, (3) pola atau bentuk gerakan
makin bervariasi, (4) gerakan semakin bertenaga. Perkembangan
kemampuan motorik anak dapat dilihat dari kemampuan geraknya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
makin bervariasi. Berbagai macam gerakan dapat dilakukan dengan
efisien, halus, lancar dan terkontrol serta bertenaga. Penguasaan terhadap
berbagai kemampuan motorik dapat dicapai jika anak memperoleh
kesempatan untuk melakukannya. Anak yang kurang mendapat
kesempatan untuk melakukan berbagai aktivitas fisik, akan berakibat
terhambatnya perkembangan gerak yang dicapai.
6. Emosi
a. Pengertian Emosi
Emosi berasal dari bahasa Latin, yaitu emovere, yang berarti
bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan
bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Goleman (2002)
mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi terhadap
rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi
gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara
fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku
menangis.
Chaplin dalam Safaria (2009) merumuskan emosi sebagai
suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-
perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan
perilaku. Emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang
mengarah (approach) atau menyingkir (avoidance) terhadap sesuatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi
kejasmanian sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang
sedang mengalami emosi. Jika seseorang mengalami ketakutan mukanya
menjadi pucat, jantungnya berdebar-debar, jadi adanya perubahan-
perubahan kejasmanian sebagai rangkaian dari emosi yang dialami oleh
individu yang bersangkutan, Walgito dalam Safaria (2009).
Dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak terhadap rangsangan dari luar dan
dalam diri individu mencakup perubahan-perubahan yang disadari,
yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku pada umumnya disertai
adanya ekspresi kejasmanian, Walgito dalam Safaria (2009).
b. Macam-macam Emosi
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi,
antara lain Descrates, JB Watson dan Daniel Goleman. Menurut Descrates
(2003), emosi terbagi atas : Desire (hasrat), Hate (benci), Sorrow
(sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan),
sedangkan JB Watson (2000) mengemukakan tiga macam emosi, yaitu :
Fear (ketakutan), Rage (kemarahan), Love (cinta). Goleman (2002)
mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan
kedua tokoh di atas, yaitu amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan,
cinta, terkejut, jengkel, dan malu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Mayer dalam Goleman, (2002) menyebutkan bahwa orang
cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi
emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan
pasrah. Melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki
kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak
menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
c. Proses Terjadinya Emosi
Proses kemunculan emosi melibatkan faktor psikologis maupun
faktor fisiologis. Kebangkitan emosi kita pertama kali muncul akibat
adanya stimulus atau sebuah peristiwa, yang bisa netral, positif,
ataupun negatif. Stimulus tersebut kemudian ditangkap oleh reseptor
kita, kemudian melalui otak. Kita menginterpretasikan kejadian tersebut
sesuai dengan kondisi pengalaman dan kebiasaan kita dalam
mempersepsikan sebuah kejadian. Interpretasi yang kita buat kemudian
memunculkan perubahan secara internal dalam tubuh kita. Perubahan
tersebut misalnya napas tersengal, mata memerah, keluar air mata, dada
menjadi sesak, perubahan raut wajah, intonasi suara, cara menatap dan
perubahan tekanan darah kita (Goleman, 2002). Pandangan teori kognitif
menyebutkan emosi lebih banyak ditentukan oleh hasil interpretasi kita
terhadap sebuah peristiwa. Kita bisa memandang dan menginterpretasikan
sebuah peristiwa dalam persepsi atau penilai negatif, tidak menyenangkan,
menyengsarakan, menjengkelkan, mengecewakan. Persepsi yang lebih
positif seperti sebuah kewajaran, hal yang indah, sesuatu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
mengharukan, atau membahagiakan. Interpretasi yang kita buat atas
sebuah peristiwa mengkondisikan dan membentuk perubahan fisiologis
kita secara internal, ketika kita menilai sebuah peristiwa secara lebih
positif maka perubahan fisiologis kita pun menjadi lebih positif
(Goleman , 2002)
d. Teori Emosi
Para ahli mengemukakan beberapa teori dalam upaya menjelaskan
timbulnya gejala emosi. Beberapa teori emosi tersebut antara lain :
1) Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer
Teori ini dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi
pada rangsangan. Reaksi fisiologik dapat saja seperti hati berdebar,
tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam
darah. Jika rangsanga
top related