eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/7200/1/192121011201107551.pdf · perpustakaan.uns.ac.id...
Post on 12-Mar-2019
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE” PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI LENGKUNG
DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX SMP DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH
T E S I S
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
OLEH :
MAGFIRATULLAH NIM : S850809108
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE” PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI LENGKUNG
DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX SMP DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH
Disusun Oleh :
MAGFIRATULLAH S850809108
Telah disetujui Tim Pembimbing
Pada : ....... Januari 2011
Pembimbing I
Dr. H. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002
Pembimbing II
Dr. Imam Sujadi, M.Si NIP. 19670915 200604 1 001
Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Dr. H. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
EKSPEREMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE” PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI LENGKUNG
DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX SMP DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH
Disusun Oleh :
MAGFIRATULLAH S850809108
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim penguji
Pada tanggal : ..... Januari 2011
Jabatan Nama Tanda tangan
Ketua : Prof. Dr. Budiyono, M.Sc .....................................
Sekretaris : Dr. Riyadi, M.Si .....................................
Anggota : 1. Dr. H. Mardiyana, M.Si .....................................
2. Dr. Imam Sujadi, M.Si .....................................
Surakarta, .. Januari 2011
Mengetahui, Ketua Program Studi Direktur PPs UNS Pendidikan Matematika Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Dr. H. Mardiyana, M.Si NIP. 19570820 198503 1 004 NIP. 19660225 199302 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Magfiratullah
NIM : S850809108
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul EKSPER IMENTASI
MODEL PEMBELAJARAN ”THINK PAIR SHARE PADA MATERI POKOK
BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITNJAU DARI GAYA BELAJAR
SISWA KELAS IX SMP DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN
TENGAH adalah betul – betul karya saya sendiri.
Hal – hal yang bukan karya saya dalam tesis ini ditunjukkan dalam daftar
pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabuan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Januari 2011
Yang membuat pernyataan
MAGFIRATULLAH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,maka apabila kamu telah selesai dari
sesuatu urusan, kerjakan dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”.
(Q.S. Al Insyirah: 6-7)
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
(Q.S. Al Baqarah: 286)
..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkah tesis ini kepada :
§ Gunawan Abrari, suamiku tercinta
§ Hj. Nurasimah, ibu mertuaku yang kuhormati
§ Nisa,Yayah, Ayi, Dede,Dodo dan Tata, anak-anakku yang kusayangi
§ Saudaraku semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas rohmat, karunia dan hidayah-
Nya penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan tesis ini telah banyak melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang setinggi –
tingginya dan terima kasih yang sebesar – besarnya pada :
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan
belajar yang seluas – luasnya untuk menyelesaikan tesis ini..
2. Dr. H. Mardiyana, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai
dosen pembimbing I yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
3. Dr. Imam Sujadi, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
petunjuk dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan
tesis ini.
4. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu
pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Palangka Raya yang telah
memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian di lingkungan Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Palangka Raya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
6. Kepala Sekolah, Guru dan Peserta Didik SMP Nusantara, SMP Muhammadiyah,
SMP Negeri-I dan SMP Negeri-2 Kota Palangka Raya yang telah memberikan
kesempatan dan membantu hingga terlaksananya penelitian ini.
7. Drs Josep Dudi, M.Si, Drs. Helmuth.Y.Bunu, M.Pd, Drs. Ahmad Yasluh, Drs.
Sugiyanto. M.Pd, Drs. Orhan. M.Pd dan Drs. Janu Pinardi, M.Si. yang telah
membantu dan menjadi validator uji coba instrumen angket dan tes prestasi dalam
penelitian ini.
8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
bantuan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
9. Suamiku, serta anak-anakku yang telah memberikan doa, semangat,bantuan dan
dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga bimbingan, dorongan dan bantuan yang telah diberikan dinilai
sebagai suatu amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS ........................................................... iii
PERNYATAAN ........................................................................................... iv
MOTTO …………………………………………………………………… v
PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
ABSTRAK .................................................................................................... xvii
ABSTRACT .................................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................... 5
C. Pemilihan Masalah ............................................................ 6
D. Pembatasan Masalah ......................................................... 6
E. Perumusan Masalah .......................................................... 6
F. Tujuan Penelitian .............................................................. 8
G. Manfaat Penelitian ............................................................ 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB II LANDASAN TEORI Dan PENGAJUAN HIPOTESIS ............ 10
A. Tinjauan Pustaka ............................................................... 10
1. Prestasi Belajar Matematika ....................................... 10
2 Model Pembelajaran ……………………………….. 15
3 Gaya Belajar ……………………………………….. 31
B. Penelitian yang Relevan .................................................... 35
C. Kerangka Berpikir ............................................................. 36
D. Hipotesis Penelitian ……………………………………. 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 42
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 42
1. Tempat Penelitian ...................................................... 42
2. Waktu Penelitian ........................................................ 42
B. Metode Penelitian .............................................................. 43
1. Rancangan Penelitian ................................................. 44
2. Prosedur Penelitian .................................................... 45
C. Populasi dan Sampel ......................................................... 46
1. Populasi ...................................................................... 46
2. Sampel ........................................................................ 46
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 49
1. Variabel Penelitian ..................................................... 49
2. Metode Pengumpulan Data ........................................ 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
3. Instrumen Penelitian .................................................. 53
E. Teknik Analisis Data ......................................................... 60
1. Uji Keseimbangan ...................................................... 60
2. Uji Prasyarat Analisis ................................................. 61
3. Pengujian Hipotesis Penelitian ................................... 64
4. Uji Komparasi Ganda .................................................. 69
BAB IV HASIL PENELITIAN Dan PEMBAHASAN ............................ 72
A. Uji Keseimbangan ............................................................. 72
B. Diskripsi Data …………………………………………… 73
1. Data Hasil uji coba xinstrument …………………… 73
2. Data Skor Pretasi belajar matematika siswa ………. 76
3 Data Skor Angket Gaya Belajar Matematika Siswa .. 77
C. Pengujian Prasyarat Analisis ……………………………. 78
1. Uji Normalitas ……………………………………… 78
2. Uji Homogenitas …………………………………… 79
D. Pengujian Hipotesis ……………………………………... 80
1. ANAVA Dua Jalan Sel Tak Sama ………………… 80
2. Uji Lanjut Pasca ANAVA …………………………. 81
E. Pembahasan Hasil Analisis ……………………………... 86
F. Keterbatasan Penelitian ..................................................... 94
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI Dan SARAN …………………. 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
A. Kesimpulan Penelitian ...................................................... 95
B. Implikasi Penelitian ........................................................... 96
C. Saran ................................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 99
LAMPIRAN-LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Skor Perkembangan Individu .................................................... 28
Tabel 2.2 Skor Perkembangan Kelompok ................................................. 29
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ................................................................ 44
Tabel 3.2 Data Peringkat Sekolah ............................................................. 47
Tabel 3.3 Data Sampel Pada Masing-masing Sekolah ............................. 49
Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan …………………… 68
Tabel 4.1 Hasil Uji normalitas Kemampuan Awal ................................... 72
Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas .............................................................. 72
Tabel 4.3 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ..................................................
77
Tabel 4.4 Hasil Pengelompokan Gaya Belajar Siswa ............................... 77
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas ………………………………………….. 78
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas ............................................................. 79
Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama 80
Tabel 4.8 Rataan Marginal ........................................................................ 81
Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom ............ 82
Tabel 4.10 Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel .................................. 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen …..... 102
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ………… 129
Lampiran 3 LKS Dan Lembar Soal ……………………………………… 152
Lampiran 4 Data Kemampuan Awal ……………………………………... 175
Lampiran 5 Kisi-kisi Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ........ 181
Lampiran 6 Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika …………….. 183
Lampiran 7 Lembar Jawaban Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar
Matematika …………………………………………………... 189
Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar
Matematika …………………………………………………... 190
Lampiran 9 Lembar Validasi Tes Prestasi Belajar Matematika ………….. 191
Lampiran 10 Analisis Konsistensi Internal Dan Tingkat Kesukaran Hasil
Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ………………….. 197
Lampiran 11 Analisis Reliabilitas Hasil Uji coba Tes Prestasi Belajar
Matematika …………………………………………………... 210
Lampiran 12 Kisi-kisi Uji Coba Angket Gaya Belajar Matematika ……...... 211
Lampiran 13 Angket Uji Coba Gaya Belajar Matematika ………………… 214
Lampiran 14 Lembar Validasi Gaya Belajar Matematika ………………..... 218
Lampiran 15 Analisis Konsistensi Internal Uji Coba Angket Gaya Belajar
Matematika …………………………………………………... 224
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Lampiran 16 Analisis Reliabilitas Hasil Uji Coba Angket Gaya Belajar …... 236
Lampiran 17 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Matematika …………………... 248
Lampiran 18 Soal Tes Prestasi Belajar Matematika ……………………….. 250
Lampiran 19 Lembar Jawaban Soal Tes Prestasi Belajar Matematika …...... 256
Lampiran 20 Kunci Jawaban Soal Tes Prestasi Belajar Matematika ……… 257
Lampiran 21 Kisi-kisi Angket Gaya Belajar Matematika ………………..... 258
Lampiran 22 Angket Gaya Belajar Matematika …………………………… 261
Lampiran 23 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Eksperimen ………. 264
Lampiran 24 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Kontrol …………… 268
Lampiran 25 Uji Homogenitas Kemampuan Awal ………………………… 272
Lampiran 26 Uji Keseimbangan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol …… 278
Lampiran 27 Data Induk Penelitian ………………………………………... 280
Lampiran 28 Uji Normalitas Kelas Eksperimen …………………………… 288
Lampiran 29 Uji Normalitas Kelas Kontrol ………………………………... 293
Lampiran 30 Uji Normalitas Gaya Belajar Visual ………………………..... 298
Lampiran 31 Uji Normalitas Gaya Belajar Auditorial ……………………... 301
Lampiran 32 Uji Normalitas Gaya Belajar Kinestetik ……………………... 305
Lampiran 33 Uji Homogenitas Model Pembelajaran ……………………… 309
Lampiran 34 Uji Homogenitas Gaya Belajar Siswa ……………………...... 315
Lampiran 35 Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama …………. 320
Lampiran 36 Uji Komparansi Ganda ………………………………………. 326
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Lampiran 37 Kumpulan Tabel Statistik 333
Lampiran 38 Kumpulan Administrasi penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRAK Magfiratullah, S850809108. Eksperimentasi Model Pembelajaran “Think Pair Share” Pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Kelas IX SMP Di Kota Pangka Raya Kalimantan Tengah. Tesis. Komisi Pembimbing I Dr. H. Mardiyana, M.Si dan Pembimbing II Dr. Imam Sujadi, M.Si. Surakarta: Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah model pembelajaran TPS dapat menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada penggunaan model pembelajaran STAD pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung. (2) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai gaya belajar visual, auditorial, dan kenestetik pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung. (3) Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara model pembelajaran TPS atau model pembelajaran STAD, pada siswa dengan gaya belajar visual. (4) Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara model pembelajaran TPS atau model pembelajaran STAD, pada siswa dengan gaya belajar auditorial. (5) Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara model pembelajara TPS atau model pembelajaran STAD, pada siswa dengan gaya belajar kinestetik. (6) Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa dengan gaya belajar visual, siswa dengan gaya belajar auditorial, dan siswa dengan gaya belajar kinestetik, pada kelas yang menggunakan model pembelajaran TPS. (7) Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa dengan gaya belajar visual, siswa dengan gaya belajar auditorial, dan siswa dengan gaya belajar kinestetik, pada kelas yang menggunakan model pembelajaran STAD.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu dengan rancangan faktorial 2x3. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Desember 2010 dengan populasi siswa kelas IX SMP di Kota Palangka Raya. Teknik pengambilan sampel adalah Stratified Cluster Random Sampling. Sedangkan sampel yang terpilih adalah siswa dari SMPN 1 Palangka Raya, SMP Muhammadiyah Palangka Raya dan SMP Nusantara Palangka Raya yang masing-masing terdiri dari 2 kelas yaitu satu kelas untuk eksperimen dan satu kelas untuk kontrol. Banyaknya siswa yang ditetapkan sebagai sampel adalah 240 siswa, yaitu 120 siswa untuk kelas eksperimen dan 120 siswa untuk kelas kontrol.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, angket dan tes. Metode dokumentasi untuk mengumpulkan data kemampuan awal berupa nilai UUB semester II kelas VIII tahun pelajaran 2009/2010 digunakan untuk uji keseimbangan, angket untuk mengumpulkan data gaya belajar siswa dan tes untuk mengumpulkan data prestasi belajar matematika. Sebelum instrumen tersebut digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba di kelas IX SMPN 2 Palangka Raya. Analisis instrumen tes menggunakan validitas isi oleh experts judgment dan reliabilitas tes menggunakan uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
KR – 20; sedangkan analisis butir tes dengan uji daya pembeda dan tingkat kesukaran. Analisis instrumen angket menggunakan validitas isi oleh experts judgment dan reliabilitas angket menggunakan Cronbach Alpha; sedangkan analisis butir angket menggunakan uji konsistensi internal. Dari 35 butir tes yang diujicobakan diperoleh 30 butir tes yang dipakai, sedangkan dari 54 butir angket yang diujicobakan diperoleh 45 butir angket yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini.
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis variansi (Anava) dua jalan dengan sel tak sama, dan dilanjutkan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Sebelum data dianalisis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dengan metode Liliefors dan uji homogenitas dengan uji Bartlett.
Hasil analisis data menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama dengan taraf signifikansi α = 0,05 adalah (1) Ada perbedaan efek antar baris (Fa = 27,7811 > F0,05;1;240 = 3,8815), dengan kata lain kedua model pembelajaran memberi pengaruh yang tidak sama terhadap prestasi belajar metematika siswa pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung. (2) Ada perbedaan efek antar kolom (Fb = 13,3093 > F0.05;2,240 = 3,0344), dengan kata lain ketiga kategori gaya belajar matematika siswa memberikan pengaruh yang tidak sama terhadap prestasi beljar matematika pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung. (3) Terdapat interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat. (Fab = 6,0386 > F0.05;2,240 = 3,0344). Kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) Materi dengan menggunakan model pembelajaran TPS lebih baik dari pada prestasi belajar Prestasi belajar matematika siswa pada matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran STAD. (2) Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik sama baiknya dengan daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial, prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar visual. (3) Pada gaya belajar visual pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada pembelajaran STAD. (4) Pada gaya belajar auditorial, pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar matematika sama baiknya dengan pembelajaran STAD. (5) Pada gaya belajar kinestetik, pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada pembelajaran STAD.(6) Pada kelas yang menggunakan pembelajaran TPS, gaya belajar kinestetik memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dari pada siswa dengan gaya belajar visual dan gaya belajar auditorial sama baiknya dengan gaya belajar kinestetik maupun dengan gaya belajar visual. (7) Pada kelas yang menggunakan pembelajaran STAD, gaya belajar auditorial memberian prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dari pada siswa dengan gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik sama baiknya dengan gaya belajar visual maupun auditorial. Kata kunci: Model TPS, Model STAD, Gaya Belajar, Prestasi Belajar Matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
ABSTRACT
Magfiratullah, S850809108. Experimentation of Learning Model “Think Pair Share” on Matery of Curved Side of Space Shape from Students Learning Styles in Class IX of Class IX SMP in the City of Palangka Raya-Central Kalimantan Province, Thesis, Surakarta, Program Study of Mathematics Education Program, Post Graduate Program of Sebelas Maret University, 2011.
The aims from this research are: (1) to know if teaching learning model of TPS can produce mathematics learning achievement better than the using model of STAD teaching-Learning on basic material of curva side shape, (2) to know if there is difference learning achievement whose has visual learning style, auditorial, and kinesthetics on basic material space shape of side curva, (3) to know which model gives mathematics learning achievement better between teaching learning model of STAD, on students with visual learning style. (4) to know which model gives mathematics learning achievement is better between teaching learning model of TPS or teaching learning model of STAD on students with auditorial learning style. (5) to know which model gives mathematics learning achievement better between teaching learning model of TPS or teaching learning model of STAD, on students whose learning style is kinestetic learning style. (6) to know which model gives mathematics learning achievement better than students with visual learning style, auditorial learning style and students with kinestetic learning style, on class which uses learning model of TPS. (7) to know which model gives mathematics learning achievement better between students with visual learning style, students with auditorial learning style, and students with kinesthetic learning style, on class which uses learning model of STAD.
The method of research used is quasi experiment research) with using factorial design 2x3. The research was performed on July 2010 up to December 2010 with population of students class IX of SMP in the city of Palangka Raya. Sample technique taking used in this research is Stratified Cluster Random Sampling. While sample chosen is students of SMP N I Palangka Raya, SMP Muhammadiyah Palangka Raya, and SMP Nusantara Palangka Raya which each of them consist of 2 classes, a class is for experiment class and a class for control class. The sum of individual who is fixed as sample amounting 240 students, they are 120 students for experiment class and 120 students for control class.
Data collecting is performed with documentation method, questionare, and test. Documentation test is used to collect values of UUB semester 2 of class VII in the education year 2009/2010 used as balanced test questionare method used to collect data of students learning style and test method used to collect data of mathematics learning achievement. Before these instruments are used , they are tried out in class IX of SMP 2 Palangka Raya. Instrument analysis test used is validity content by experts judgementand reliability test used is KR-20 test; while analysis of point test use is differential force and difficulty level. Analysis of questionare used is content validity by experts judgement and reliability questionare used is Cronbach
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
Alpha; while analysis of questionare poins internal consistency test. From 35 point test which are tried out, is gained 30 points used, while from 54 quetionare points,45 points of questionare used to collect data in this research.
Technic of data analysis used in this research is two ways variant analysis with not same cell, and it is continued by doble comparassion test with Scheffe method. Before analyzing data with Anava test, prerequisition analysis test is done, that is normality test with Liliefors method and homogeneity test with uses Barlett test.
The result of data analysis used is two ways anava with not same cell with significant level α=0.05 are (1) there is effect among the row (Fa=27.7811> F0,05;1;240=3.8815), with other word both model of teaching learning gives different influence against mathematics learning achievement of the students on basic material of curva side space shape. (2) There is difference effect inter column (Fb =13. 3093 > F 0.05; 2; 240 = 3.0344), with another word the third category of learning style of mathematics of students give influence which is not same against learning achievement on basic material of side curva space shape. (3) There is raw and column interaction against dependent variable. ( Fab = 6. 0386> F0.05; 2;240 = 3.0344). Conclusions of the research are: (1) stuff presenting with using model of teaching TPS is better than students learning achievement of Mathematics with using STAD teaching. (2) Students learning achievement of Mathematics with kinesthetic learning style is as good as students learning achievement with using auditorial learning style, students learning achievement with using auditorial learning style is better than students learning achievement of Mathematics with visual learning style. (3) On visual learning style of TPS teaching give mathematics learning achievement better than STAD teaching. (4) On auditorial learning style, the teaching of TPS gives learning achievement of Mathematics as good as STAD teaching. (5) On Kinesthethic learning style, TPS teaching give learning achievement of Mathematics is better than on STAD teaching. (6) On class with using TPS teaching, kinesthetic learnig style gives students learning achievement of mathematics which is better than students with visual learning style and auditorial learning style is as good as kinesthetic learning style or visual learning style. (7) On class with using STAD teaching, auditorial learning style gives learning achievement of mathematics which is better than students with using visual learning style and kinesthetic leraning style is as good as students with visual learning style or auditorial learning style. Keywords: Model of TPS, Model of STAD, Learning Achievement of Mathematics
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
ABCTRACT Magfiratullah. S850809108. Experimentation Learning Model "Think Pair Share" subject matter curved side plane geometry View from Student Learning Styles in the Class IX SMP in the City of Palangka Raya in Central Kalimantan. Principal Advisor: Dr. H. Mardiyana, M.Si., Co-advisor: Dr. Imam Sujadi, M.Si. Thesis. Surakarta. Mathematics Education Study Program, Postgraduate Program Sebelas Maret University Surakarta. 2011.
The purpose of this study were (1) To determine whether the TPS learning
model can improve math achievement is better than the use of STAD learning models in subject matter build side curved space (3) To know which provides better mathematics achievement between TPS learning models or STAD learning model, students with visual learning styles. (4) To find out which provides better math achievement between TPS learning model or STAD learning model, students with auditory learning styles. (5) To find out which provides better math achievement between TPS learning model or STAD learning model, students with kinesthetic learning styles. (6) To find out which provides better mathematics achievement between students with visual learning styles, students with auditory learning styles, and students with kinesthetic learning styles, the class that uses a learning model TPS. (7) To find out which provides better mathematics achievement between students with visual learning styles, students with auditory learning styles, and students with kinesthetic learning styles, the class that uses a learning model STAD.
The research method used was quasi experiment research using 2 x 3 factorial design. The experiment was conducted in July to December 2010 with the junior class IX student population in the city of Palangka Raya. The sampling technique used in this study is Stratified Cluster Random Sampling. While the sample selected were students from SMP 1 Palangka Raya, SMP Muhammadiyah Palangka Raya and SMP Nusantara Palangka Raya, each consisting of 2 classes: one class for an experimental class and one class for control class. The number of student who are designated as samples are as many as 240 students, where 120 students for experiments class and 120 students for controll class.
Data was collected by the method of documentation, questionnaires and tests. Documentation methods for collecting value UUB second semester class VIII academic year 2009/2010 is used to test the balance, the questionnaire method to collect students’ learning styles and test methods for collecting data and studying mathematics achievement. Before the instrument was used first be tested in class IX SMPN 2 Palangka Raya. Analysis of test instruments used by the expert judgments content validity and reliability tests using KR-20 test, whereas the grain test analysis with a test distinguishing features and levels of difficulty. Analysis of questionnaire instruments used by the expert judgments and reliability of the questionnaire using
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
Cronbach Alpha, while the analysis of questionnaire items using the internal consistency test. Of the 35 point test that tested gained 30 points of this test, whereas of the 54 items tested questionnaire which obtained 45 item questionnaire used to collect data in this study.
The data analysis technique in this study using analysis of variance (Anava) two ways with not the same cells, and followed by multiple comparison test with Scheffe method. Before the data were analyzed using Anava test first prerequisite test analysis, namely normality test with Liliefors methods and homogeneity test using Bartlett’s test.
Results of data analysis using two-ways Anava with not the same cell with significance level a = 0.05 is (1) There is a difference in effects between lines (Fa = 27.7811> F0, 05;1,240 = 3.8815), in other words the two models of learning effect that is not the same as studying mathematics student achievement in subject matter curved side plane geometry. (2) There are differences in effects between the columns (Fb = 13.3093> F0, 05; 2.240 = 3.0344), in other words the three categories of mathematics learning styles are not the same effect on math achievement in subject matter curved side plane geometry. (3) There is interaction of rows and columns on the dependent variable (Fab = 6.0386> F0,05; 2.240 = 3.0344).
The conclusion of this study are: (1) Mathematics learning achievement using TPS learning model is better than the students’ learning achievement using STAD learning. (2) Studying mathematics achievement of students who have a kinesthetic learning style better than the math achievement of students who have auditory learning styles, and learning achievement of students who have auditory learning style better than the math achievement of students who have a visual learning style. (3) In the visual learning style, TPS learning model provide math learning achievement better than the STAD learning model, (4) In the auditory learning style, learning model TPS provide math learning achievement better than the STAD learning model. (5) In the kinesthetic learning styles, TPS learning model provide math learning achievement better than the STAD learning model. (6) In the class that uses a learning model TPS, kinesthetic learning styles provide math learning achievement of students better than students with visual or auditory learning styles. (7) In the class that uses a learning model STAD, auditory learning styles provide math learning achievement of students better than students with visual and kinesthetic learning styles. Key word : TPS Model, STAD Model, Student Learning Styles, Mathematics Learning Achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika mempunyai kegunaan yang sangat penting, baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam perkembangan ilmu. Banyak masalah dalam
kehidupan manusia yang dapat dipecahkan dengan menggunakan matematika
sebagai alat bantu. Dalam ilmu lain seperti fisika, kimia, biologi, ekonomi dan
lain-lain, matematika memegang peranan penting. Sadar atau tidak sadar setiap
orang menggunakan matematika dalam kehidupan, oleh karena itu setiap orang
perlu membekali diri dengan penguasaan matematika. Kehidupan dimasa yang
akan datang ditandai dengan perkembangan teknologi yang semakin maju
Perkembangan teknologi sangat dipengaruhi oleh kemajuan yang dicapai manusia.
dalam penguasaan matematika, Seseorang yang menguasai matematika berarti dia
harus mampu memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan matematika.
Menurut Miller (dalam Noraini Idris. 2009) mengatakan bahwa “Mathematics learning for understanding is not easy. Many students fail to understand the concepts taught to them. They solve problems by memorizing formulae and procedures teachers have taught them. The students merely put the required figures into the formulae to arrive at the answer.” Artinya bahwa belajar tentang pemahaman matemematika memang tidak mudah. Banyak siswa tidak berhasil memahami konsep yang diajarkan kepada mereka. Mereka menyelesaikan masalah dengan menghafal rumus dan formula yang diajarkan oleh guru. Mereka hanya meletakan unsur-unsur yang ada kedalam rumus atau formula untuk menjawab suatu pertanyaan.
Kenyataannya sampai saat ini matematika masih menjadi masalah bagi
sebagian siswa. Sebagian siswa masih menganggap matematika sangat sulit
sehingga mereka sering acuh tak acuh dalam proses belajar mengajar. Akibatnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
prestasi belajar matematika yang dicapai siswa masih tergolong rendah. Hal ini
sesuai pengalaman penulis selama menjadi guru bidang studi matematika, bahwa
nilai matematika dari sebagian siswa belum mencapai kriteria ketuntasan.
Berdasarkan pengalaman peneliti, bahwa sebagian besar siswa kelas IX
semester I mengalami permasalahan pada materi Geometri khususnya materi
pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung, hal ini berakibat rendahnya perestasi siswa.
Dari hasil Ujian Nasional SMP tahun pelajaran 2008/2009 diperoleh data
persentase penguasaan materi pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung
untuk tingkat rayon kota Palangka Raya hanya 28,66%, tingkat propinsi
Kalimantan Tengah 33,98%, dan tingkat nasional 59,03%, sedangkan materi
pokok lain yang diajarkan di SMP kelas IX semester I mempunyai persentase
penguasaan lebih baik yaitu misalnya untuk materi pokok statistika untuk tingkat
rayon kota Pangka Raya 47,99%, tingkat propensi Kalimantan Tengah 59,97%,
dan tingkat Nasional 78,63%. ( Sumber: Dikpora Kota Palangka Raya)
Salah satu faktor penyebab kesulitan siswa dalam belajar matematika
kemungkinan adalah model pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai
dengan kondisi siswa maupun materi pokok yang disampaikan. Banyak model
pembelajaran yang dapat digunakan dalam pengajaran matematika. Tetapi tidak
setiap model pembelajaran dapat diterapkan dalam setiap materi, sehingga
pemilihan model pembelajaran sangatlah penting guna mencapai tujuan
pembelajaran dan mendapatkan hasil yang optimal. Oleh karena itu sebelum
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperlukan pemikiran yang sangat matang
dalam pemilihan model pembelajaran yang efektif untuk suatu materi yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
disajikan. Hal tersebut dimaksudkan agar pengajaran matematika menjadi efektif
dan efisien. Namun yang terjadi guru kurang bervariasi dalam menggunakan
model pembelajaran. Kenyataan selama ini model pembelajaran yang sering
digunakan selain model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran
kooperatif STAD. Oleh karena itu sebagai guru matematika perlu memahami dan
mengembangkan berbagai model pembelajaran dalam pengajaran matematika.
Dalam hal ini hendaknya guru dapat menyusun program pengajaran yang dapat
membangkitkan motivasi peserta didik dalam belajar, sehingga peserta didik
merasa terlibat langsung dan merasa memilki pembelajaran tersebut. Selain Model
pembelajaran kooperatif STAD masih ada model pembelajaran kooperatif yang
dapat digunakan dalam pembelajaran matematika di sekolah misalnya model
pembelajaran Think Pair Share (TPS), yang melibatkan siswa untuk bekerja sama.
Pemilihan model pembelajaran perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi
yang disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia dan banyaknya
siswa serta hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Di samping penggunaan model pembelajaran yang sesuai, terdapat faktor
lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar matematika, diantaranya gaya
belajar matematika. Gaya belajar matematika merupakan cara yang khas dan
konsisten dilakukan oleh siswa dalam menyerap informasi. Gaya belajar
matematika dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu visual, auditorial, dan
kinestetik. Gaya belajar visual menggunakan indera penglihatannya untuk
membantunya belajar. Gaya belajar auditorial memanfaatkan kemampuan
pendengaran untuk mempermudah proses belajar, sehingga akan lebih mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
menerima materi yang disajikan dengan diskusi atau tanya-jawab. Gaya belajar
kinestetik menggunakan fisiknya sebagai alat belajar yang optimal. Siswa yang
mempunyai gaya belajar kinestetik dibantu dengan membawa alat peraga yang
nyata misal balok, patung. Pada umumnya siswa memiliki ketiga gaya belajar
tersebut, namun ada satu yang paling dominan dimilikinya. Kebanyakan siswa
belum mengenal persis gaya belajar yang dimilikinya sehingga mereka belum
dapat menerapkannya secara optimal. Pemanfaatan sumber belajar matematika,
cara memperhatikan pembelajaran matematika di kelas, serta cara mudah bagi
siswa untuk berkonsentrasi penuh saat belajar dapat digunakan untuk mengenal
gaya belajar matematika. Hal-hal tersebut di atas dipergunakan seorang guru
maupun siswa itu sendiri untuk mengetahui gaya belajar matematika masing-
masing siswa.
Dengan mengetahui gaya belajar yang berbeda, diharapkan membantu
para guru dalam membimbing dan menyajikan model pembelajaran yang
memudahkan siswa, menyenangkan dan efektif dalam peningkatan hasil belajar
matematika.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi geometri pada materi bangun ruang sisi
lengkung disebabkan oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Terkait dengan ini muncul pertanyaan kalau model pembelajaran dirubah,
apakah prestasi siswa menjadi lebih baik. Untuk menjawab hal ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dilakukan penelitian yang membandingkan dua model pembelajaran yang
dapat mengaktifkan siswa dan melihat apakah model tersebut cocok untuk
berbagai gaya belajar siswa.
2. Adanya kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan karena
kurang aktifnya siswa dalam mengikuti pembelajaran dan hanya
mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa mengkomunikasikan
dengan siswa lain, apakah keaktifan berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa.
3. Karena adanya perbedaan gaya belajar masing-masing siswa maka ada
kemungkinan bahwa suatu model pembelajaran matematika cocok bagi siswa
tertentu saja, tetapi tidak cocok bagi siswa lain. Demikian juga mungkin
cocok untuk siswa dengan gaya belajar matematika tipe visual dan gaya
belajar matematika tipe auditorial, tetapi tidak cocok untuk siswa dengan
gaya belajar matematika kinestetik dan sebaliknya. Terkait hal itu, perlu
diteliti apakah tipe gaya belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar
matematika siswa.
C. Pemilihan Masalah
Dari ketiga masalah yang diidentifikasi di atas, peneliti hanya ingin
melakukan penelitian yang terkait dengan permasalahan pertama dan ketiga yaitu
membahas masalah dalam menentukan sebuah model pembelajaran dan gaya
belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan
dilaksanakannya penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Model pembelajaran yang mengaktifkan siswa dipilih dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran TPS (Think Pair Share) untuk kelas eksperimen
dan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) untuk
kelas kontrol.
2. Gaya belajar pada penelian ini adalah cara yang khas dalam belajar matematika,
baik di rumah maupun di kelas. Gaya belajar siswa dalam penelitian ini
dikelompokkan menjadi tiga yaitu Gaya Belajar Visual, Gaya Belajar
Auditorial dan Gaya Belajar Kinestetik
3. Prestasi belajar matematika siswa yang dimaksudkan adalah hasil belajar
matematika siswa pada sub materi Bangun Ruang Sisi Lengkung yang dicapai
pada akhir pembelajaran
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka
permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran TPS dapat menghasilkan prestasi belajar
matematika lebih baik dari pada penggunaan model pembelajaran STAD pada
materi pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai gaya belajar
visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kenestetik pada materi pokok
Bangun Ruang Sisi Lengkung?
3. Apakah model pembelajaran TPS menghasilkan prestasi belajar matematika
lebih baik dari pada model pembelajaran STAD pada siswa dengan gaya
belajar visual?
4. Apakah model pembelajaran TPS menghasilkan prestasi belajar matematika
lebih baik dari pada model pembelajaran STAD pada siswa dengan gaya
belajar auditorial?
5. Apakah model pembelajaran TPS menghasilkan prestasi belajar matematika
lebih baik dari pada model pembelajaran STAD pada siswa dengan gaya
belajar kinestetik?
6. Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran TPS: Manakah yang
memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara gaya belajar visual,
gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik?
7. Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran STAD: Manakah yang
memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara gaya belajar visual,
gaya belajar audiorial, dan gaya belajar kinestetik?
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran TPS dapat menghasilkan
prestasi belajar matematika lebih baik dari pada penggunaan model
pembelajaran STAD pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yamempunyai
gaya belajar visual, auditorial, dan kenestetik pada materi pokok Bangun
Ruang Sisi Lengkung.
3. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebh
baik antara model pembelajaran TPS atau model pembelajaran STAD, pada
siswa dengan gaya belajar visual.
4. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika
lebih baik antara model pembelajaran TPS atau model pembelajaran STAD,
pada siswa dengan gaya belajar auditorial.
5. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika
lebih baik antara model pembelajara TPS atau model pembelajaran STAD,
pada siswa dengan gaya belajar kinestetik.
6. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika
lebih baik antara siswa dengan gaya belajar visual, siswa dengan gaya belajar
auditorial, dan siswa dengan gaya belajar kinestetik, pada kelas yang
menggunakan model pembelajaran TPS.
7. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika
lebih baik antara siswa dengan gaya belajar visual, siswa dengan gaya belajar
auditorial, dan siswa dengan gaya belajar kinestetik, pada kelas yang
menggunakan model pembelajaran STAD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
G. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk:
1. Memberikan masukan kepada guru ataupun calon guru matematika dalam
menentukan model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif
selain model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam proses
belajar mengajar.
2. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru untuk lebih
memperhatikan gaya belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajar matematika.
3. Memberikan masukan bagi guru matematika tentang keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses belajar mengajar.
4. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian yang sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Prestasi
Pengertian prestasi yang dikemukakan oleh para ahli sangatlah bervariasi.
Hal tersebut antara lain dikarenakan latar belakang dan sudut pandang yang
berbeda-beda dari para ahli itu sendiri. Akan tetapi perbedaan tersebut justru dapat
saling melengkapi pengertian dari prestasi itu sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2005: 895) dinyatakan Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari
yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Dalam pengertian ini prestasi
merupakan hasil suatu usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan
dari pelaksanaan usaha tersebut. Sedangkan Sutratinah Tirtonagoro (2001: 43)
menyatakan bahwa, “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar
mengajar yang dalam bentuk symbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat
mencerminkan hasil usaha yang sudah dicapai oleh anak dalam periode tertentu”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai
prestasi pada penelitian ini yaitu bukti atau hasil yang telah dicapai setelah
diadakan usaha sebaik-baiknya sesuai batas kemampuan dari batas usaha tersebut.
b. Pengertian Belajar
Belajar adalah salah satu unsur utama dalam proses pendidikan formal di
sekolah. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu dekat dengan apa yang
disebut belajar. Seseorang yang telah belajar akan mengalami perubahan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
perubahan dalam pengetahuan, keterampian, dan nilai sikap, sehingga dapat
memecahkan masalah- masalah yang sedang dan akan dihadapi. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Winkel (2004: 59) bahwa, “Belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan
dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas”.
Menurut Ismet (2010) terdapat banyak definisi tentang konstruktivisme,
yaitu “the theory constructivisme according to which each child builds his own
knowledge from the inside, through his own mental activity, in interactive with the
environment”. Pendapat Ismet tersebut mempunyai pengertian bahwa menurut
teori konstruktivisme mengajak anak untuk membangun pengetahuannya sendiri
dari dalam dirinya, melalui aktivitas mental.
Selain beberapa pendapat mengenai definisi belajar tersebut, Sumadi
Suryabrata (1995: 249) menyebutkan bahwa hal pokok dalam kegiatan yang
disebut “belajar” adalah sebagai berikut:
1) Belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioural changes, aktual,
maupun potensial).
2) Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.
3) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja)
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
didefinisikan sebagai suatu proses menginternalisasi, membentuk kembali, atau
membentuk pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dimilik yang melibatkan aktivitas mental atau psikis seseorang yang menyebabkan
terjadinya suat perubahan kearah yang lebih baik.
c. Pengertian Prestasi Belajar
Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar tersebut di atas, prestasi
belajar merupakan suatu hasil usaha yang dicapai seseorang dalam penguasaan
pengetahuan, sikap serta ketrampilan berkat pengalaman dan latihan yang
dinyatakan dalam perubahan tingkah laku.
Sutratinah Tirtenegoro (2001: 43) mengatakan bahwa, “Prestasi belajar
adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar”. Dengan mengetahui
prestasi belajar anak, dapat diketahui kedudukan anak dalam kelas, apakah anak
tersebut tergolong kelompok anak pandai, sedang atau kurang. Prestasi anak ini
dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf, atau kalimat yang mencerminkan
hasil yang dicapai oleh anak dalam periode tertentu.
Sedang Zainal Arifin (1990: 3) menyatakan bahwa, “Prestasi belajar
merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah manusia karena
sepanjang rentang kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi menurut
bidang kamampuannya masing-masing”. Zainal Arifin juga mengemukakan
bahwa prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai anak didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan)
anak didik.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
dalam penelitian ini adalah hasil dari usaha yang dicapai oleh siswa dalam proses
belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun simbol. Di dalam
penelitian ini prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk angka.
d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 723) disebutkan bahwa,
“Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan
dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan”.
Wood (1999: 171) menyatakan bahwa beberapa peneliti seperti Confrey
dan Labinowicz telah memperoleh pandangan yang membangun dan berpendapat
bahwa siswa akan memahami matematika dengan baik jika siswa dengan aktif
terlibat dalam proses pembelajaran matematika.
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai oleh
semua siswa karena pelajaran lainnya tidak bisa terlepas dari matematika.
(Huntley : 329). Purwoto (2003: 12-13) mengemukakan bahwa, “Matematika
adalah pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang
terorganisasi mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang
didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Sedangkan R. Soejadi (2000: 11) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi
dari matematika, yaitu sebagai berikut:
1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik.
2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan.
4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk.
5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Menurut Lawson (2000: 26) “A major aim mathematics education is to devise ways of encouraging students to take more active role s in acquiring, experimenting with, and using the mathematical ideas and procedures that are included in the school curriculum”. menyatakan bahwa tujuan utama dari pembelajaran matematika adalah untuk menemukan jalan yang memberikan harapan siswa untuk melakukan banyak peranan dengan kecakapan, mengadakan percobaan dengan atau menggunakan ide-ide secara matematis dan prosedural yang dimasukkan dalam kurikulum sekolah.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah cabang ilmu pengetahuan eksak tentang bilangan, kalkulasi, penalaran,
logik, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan bentuk, aturan-aturan yang ketat,
dan pola keteraturan serta tentang struktur yang terorganisasi.
Berdasarkan pengertian prestasi belajar matematika yang telah diuraikan
di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika pada penelitian ini
adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses belajar matematika yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
menghasilkan perubahan pada diri seseorang berupa penguasaan, ketrampilan, dan
kecakapan baru yang dinyatakan dengan symbol, angka, atau, huruf.
2. Model Pembelajaran
Tujuan utama pembelajaran adalah mendorong siswa untuk belajar.
Pembelajaran merupakan upaya pengaturan informasi dan lingkungan sedemikian
rupa untuk memfasilitasi terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.
Lingkungan pembelajaran meliputi model, media, dan peralatan yang diperlukan
dalam penyampaian informasi dalam proeses pembelajaran. Pengaturan atau
pemilihan model, media atau peralatan serta informasi dalam proses pembelajaran
menjadi tanggung jawab dari guru untuk merancang atau mendesainnya.
Dengan demikian, model pembelajaran adalah bagian dari proses
pembelajaran yang merupakan langkah-langkah taktis bagi guru dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Menurut Jouce, Weil
dan Calhoun (2000: 10) model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara
atau pola yang digunakan untuk membantu siswa mengembangkan potensi dirinya
sebagai pembelajaran. Siswa tidak hanya menguasai materi perihal pengetahuan
dan keterampilan melainkan juga harus memperoleh peningkatan kemampuan
untuk menghadapi tugas-tugas di masa depan dan untuk keperluan belajar
mandiri. Dick dan Carey (1990: 1) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah
suatu pendekatan dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran
sehingga pesetra didik dapat mengusai isi pelajaran atau Borich dan Houston
dalam Toeti Soekamto dan Udin Syaripudin Winata putra (1997: 151) istilah
model digunakan dalam pengertian yang sama untuk menggambarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
keseluruhan prosedur yang sistematis kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pendapat lain dikemukakan oleh Gagne (2000: 114-115) peristiwa
pembelajaran mencakup Sembilan tahapan yaitu: (1) Membangkitkan perhatian,
(2) Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa, (3) Membangkitkan
ingatan dari pemahaman awal atau hasil belajar terdahulu, (4) Menyajikan
rangsangan, (5) Menyediakan arahan belajar, (6) Memancing tampilan siswa, (7)
Memberikan balikan, (8) Menilai hasil belajar siswa, (9) Meningkatkan perolehan
hasil belajar/retensi dan transfer. Sembilan tahapan peristwa belajar tersebut
dapan menunjang/mendukung proses internal dari belajar dan keberhasilan
pembelajaran.
Untuk menentukan atau memilih model pembelajaran, hendaknya
berangkat dari perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran
ditetapkan, kemudian model pembejaran yang dipandang efesien dan efektif
dipiliih,kreteria lain dalam memilih model pembelajaran adalah tingkat
keterlibatan peserta didik, dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Tidak ada
model pembelajaran yang paling baik untuk semua materi pembelajaran. Semua
model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan, sehingga yang paling
penting adalah perlunya guru mampu memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan materi, tujuan, sumber, kemampuan, pengetahuan sebelumnya, umur
peserta didik dan alat pembelajaran yang tersedia.
Jocye, Weil dan Calhoun (2000: 16-18) mengemukakan bahwa tiap model
pembelajaran yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realita yang sesuai
dengan situasi kelas dan tujuan yang ingin dicapai melalui kerjasama guru dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
siswa. Sangat sulit untuk menentukan suatu model pembelajaran yang sempurna,
yang dapat menyelesaikan semua masalah pembelajaran sehingga dapat
membantu siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Gaya mengajar yang
dimilki guru banyak dipengaruhi oleh situasi,kondisi, kebutuhan siswa, dan tujuan
yang hendak dicapai.
Model pembelajaran yang dipilih oleh guru harus mengarahkan
pembelajaran menjadi efektif. Pembelajara yang efektif menurut Dunne dan
Wragg (1996: 12-14) mempunyai dua karakteristik. (1) Pembelajaran efektif
memudahkan peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat meliputi fakta,
keterampilan,nilai-nilai, konsep atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. (2)
Pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang diakui keandalannya oleh mereka
yang berkompeten memberikan penilai seperti guru-guru, pengawas, tutor, dan
juga siswa Keterandalan itu sendiri antara lain adalah dapat diterapkannya
keterampilan penggunaan model pembelajaran secara konsisten pada tempat dan
waktu yang berbeda.
a. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) adalah model
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Pembelajaran Kooperatif menciptakan interaksi yang asah,asih dan auh
sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning Community). Siswa tidak hanya
belajar dari guru tetapi juga dari sesama siswa. Selanjutnya Armstrong, Scott
(1998) mengatakan “Teams members may (a) work on the worksheets in pairs, (b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
take turns quizzing each other, (c) discuss problems as a group, or (d)use
whatever strategies they wich to learn the assigned material”. Artinya anggota
kelompok diperbolehkan (a) mengerjakan lembar kerja secara berpasangan, (b)
membuat giliran kuis satu sama lain, (c) mendiskusikan masalah di dalam
kelompok, atau (d) mengunakan strategi apa saja untuk belajar materi yang
ditugaskan.
Menurut Rossetti dan Nembhard (1998: 68) menyatakan bahwa
“Cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang dirancang
untuk memotivasi minat siswa dan membantu mengingat tentang gagasan-gagasan
atau ide yang dilakukan di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur
dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih”. Jadi keberhasilan
mengajar dalam model pembeljaran ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan
individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan secara
bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik.
Beberapa karakteristik cooperative learning menurut Rossetti dan
Nembhard (1998: 68) antara lain:
a. Positive interdependence, adalah sifat yang menunjukkan saling
ketergantungan satu terhadap yang lain dalam kelompok serta positif.
b. Face-to-Face Promotive Interaction, proses yang melibatkan siswa dalam
proses belajar yang mengharuskan siswa untuk belajar dengan satu sama lain.
c. Individual accountability/Personal Responsibility, yaitu setiap individu dalam
kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
d. Collabortive Skills, yaitu suatu kebutuhan untuk mengajarkan kepada siswa
tentang bagaimana siswa berfungsi dalam suatu kelompok. Siswa harus
mempunyai pemahaman berkelompok, metode pendengaran yang aktif,
pengendalian konflik, dan ketrampilan sosial lainnya agar diskusi
berlangsung secara efektif.
e. Group processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh
kelompok secara bersama-sama.
Adapun langkah-langkah cooperative learning adalah sebagai berikut:
1). Guru merancang pengajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target
pengajaran yang ingin dicapai.
2). Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara
bersama-sama dalam kelompok kecil.
3). Guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual maupun
secara kelompok, dalam pemahaman materi maupun mengenai sikap dan
perilaku siswa selama kegiatan belajar mengajar.
4). Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil
kerjanya.
Menurut Arends, (2001: 322-326) pembelajaran kooperatif mempunyai 4
variasi, yaitu:
a). STAD (StudentTeams-Achievement Divisions)
Dalam penerapan STAD, guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja
dalam kelompok untuk memastikan anggota kelompok telah menguasai
materi tersebut. Akhirnya, seluruh siswa diberi kuis dengan materi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
sama. Pada waktu kuis, siswa tidak dapat saling membantu satu sama lain,
dan nilai kuis tersebut yang dipakai untuk menentukan skor individu maupun
kelompok.
b). Jigsaw
Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi dalam kelompok kecil yang heterogen
dengan menggunakan kelompok ‘asal’ dan kelompok ‘ahli’. Setiap kelompok
‘asal’ diberi tugas untuk mempelajari bagian tertentu yang berbeda dari
materi yang diberikan. Kemudian setiap siswa yang mempelajari topik yang
sama saling bertemu dan membentuk kelompok ‘ahli’ untuk bertukar
pendapat dan informasi. Setelah itu siswa tersebut kembali ke kelompok
‘asal’ untuk menyampaikan informasi yang diperoleh. Akhirnya setiap siswa
diberi kuis secara individu. Penilaian dan penghargaan yang digunakan pada
Jigsaw sama dengan STAD.
c). Grup Investigation (GI).
Grup Investigation (Investigasi Kelompok) adalah metode pembelajaran
kooperatif di mana setiap siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk
menyelidiki topik tertentu yang dipilih. Tipe ini merupakan pendekatan
pembelajaran kooperatif yang paling kompleks yang paling sulit untuk
diterapkan. Setiap kelompok membuat rencana kegiatan pembelajaran dan
kemudian melaksanakannya. Akhirnya setiap kelompok mempresentasikan
hasilnya. Dalam teknik ini, penghargaan tidak diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
d. Structural Approach (Pendekatan Struktural).
Setelah guru menyajikan materi pelajaran, setiap kelompok mengerjakan
lembar kerja siswa, saling mengajukan pertanyaan dan belajar bersama dalam
kelompok. Pendekatan struktural dikembangkan oleh Spencer Kagan.
Pendekatan tersebut memberikan penekanan pada penggunaan struktur
tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola kreatif siswa. Galligan
(2006: 20-21) menyatakan bahwa kreativitas itu penting dalam semua aspek
pembaharuan dan kemajuan budaya, memerlukan imajinasi, disiplin dan
dukungan. Struktur yang dikembangkan oleh Kagan tersebut menghendaki
siswa bekerja sama saling membantu dalam kelompok kecil. Ada dua tipe
yang dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu:
1) Think-Pair-Share (TPS), yaitu suatu pendekatan yang bertujuan memberi
siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain. Pendekatan ini mempunyai tiga tahapan
penting, yaitu berpikir (Thinking), berpasangan (Paring), dan berbagi
(Sharing). Informasi lebih lanjut mengenai tipe ini akan dibahas pada
paragraph selanjutnya.
2) Number-Head-Together (NHT), yaitu suatu pendekatan yang melibatkan
banyak siswa dalam menelaah materi pelajaran. Pendekatan ini bertujuan
mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut. Pendekatan
struktural Nurmber-Head-Together terdiri dari empat langkah utama,
yaitu: penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan
menjawab.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b. Model Pembelajaran TPS
TPS merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland. Model
pembelajaran TPS memberikan kepada siswa waktu untuk berpikir dan merespon
serta saling membantu satu sama lain.
Dalam menerapkan model pembelajaran TPS Frank Lyman dalam
Arends, (2001: 325-326) menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1). Thinking (berpikir)
Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran,
kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara
mandiri untuk beberapa saat.
2). Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa yang lain untuk
mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada langkah pertama. Interaksi
pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu
pertanyaan atau ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya
guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
3). Sharing (berbagi)
Guru meminta pasangan-pasangan siswa tersebut untuk berbagi atau
bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah
mereka diskusikan dengan cara bergantian pasangan demi pasangan dan
dilanjutkan sampai beberapa siswa telah mendapat kesempatan untuk
melaporkan, paling tidak sekitar seperempat pasangan, tetapi disesuaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dengan waktu yang tersedia. Pada langkah ini akan menjadi efektif apabila
guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain.
Berdasarkan langkah-lngkah di atas peneliti menggunakan langkah-
langkah pengembangan sebagai pengembangan sebagai berikut:
1). Guru mengorganisasi kelas untuk belajar dan mengarahkan siswa untuk
mempersiapkan materi yang telah dipelajari di rumah.
2) Guru mengingatkan siswa pada materi prasyarat dan memberikan penjelasan
seperlunya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari siswa.
3) .Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan anggota 2 orang
untuk tiap kelompok.
4) .Guru membagikan LKS yang berisi pertanyaan atau masalah dan
mengarahkan siswa untuk mengerjakan LKS, menjawab pertanyaan,
menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas, atau mengerjakan tugas secara
mandiri.
5). Guru memanggil pasangan tertentu dan pasangan siswa tersebut memberikan
jawabannya pada seluruh anggota kelas dari hasil diskusi yang telah mereka
lakukan. Kegiatan tersebut dilanjutkan sampai beberapa siswa mendapat
kesempatan untuk melaporkan, paling tidak sekitar seperempat pasangan,
tetapi disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
6). Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan tugas untuk
dikerjakan di rumah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Secara rinci fase-fase tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kegiatan Pendahuluan:
a. Guru memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Guru mengingatkan siswa tentang materi prasyarat berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari.
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagikan LKS yang berisikan pertanyaan atau masalah dan
mengarahkan siswa untuk mengerjakan LKS, menjawab pertanyaan,
menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas, atau mengerjakan tugas
secara mandiri untuk beberapa saat.
b. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa lain untuk
mendikusikan apa yng telah dipikirkan nya pada langkah pertama.
c. Siswa berpikir bersama untuk menentukan jawaban dari pertanyaan guru
berdasarkan jawaban yang telah mereka peroleh secara mandiri.
d. Guru memantau siswa dalam kerja bersama dan memberikan motivasi
sekaligus melatih keterampilan kooperatif.
e. Guru memanggil pasangan tertentu dan pasangan siswa tersebut
memberikan jawabannya pada seluruh kelas dari hasil diskusi yang telah
mereka lakukan. Kegiatan tersebut dilanjutkan sampai beberapa
pasangan siswa mendapat kesempatan untuk melaporkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3. Kegiatan Penutup
Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi yang teah dipelajari dan memberikan tugas untuk
dikerjakan dirumah.
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe “TPS” adalah
sebagai berikut:
Kelebihan:
1. Adanya interaksi antara siswa melalui diskusi untuk menyelesaikan masalah
akan meningkatkan keterampilan sosial siswa.
2. Baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai sama-sama
memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar kooperatif.
3. Kemungkinan siswa lebih mudah memahami konsep dan memperoleh
kesimpulan.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ketrampilan
bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan
Kelemahan:
1. Siswa yang pandai cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan
sikap minder dan pasif dari siswa yang kurang pandai.
2. Diskusi tidak akan berjalan lancar jika siswa hanya menyalin pekerjaan siswa
yang pandai.
. Kelebihan tersebut dapat terjadi apabila ada tanggung jawab individual
anggota kelompok, artinya keberhasilan kelompok ditentukan oleh hasil belajar
individual semua anggota kelompok. Selain itu diperlukan adanya pengakuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
kepada kelompok yang kinerjanya baik sehingga anggota kelompok tersebut dapat
melihat bahwa kerjasama untuk saling membantu teman dalam satu kelompok
sangat penting. Sedangkan kelemahan yang ada dapat diminimalisir dengan peran
guru yang senantiasa meningkatkan motivasi siswa yang lemah agar dapat
berperan aktif, meningkatkan tanggung jawab siswa untuk berlajar bersama, dan
membantu siswa yang mengalami kesulitan.
c. Model Pembelajaran STAD
Student Team Achievement Division (STAD), merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E, Slavin (2008) di
Universitas Jonn Hopkins, AS. Tipe STAD merupakan model pembelajaran
kooperatif yang sangat sederhana terdiri dari empat fase, yaitu:
1. Presentasi kelas
Pada komponen ini, guru memberikan materi dengan mengemukakan
konsep-konsep, keterampian-keterampilan dengan menggunakan buku siswa,
buku guru, bahan untuk audio visual dan sebagainya. Guru harus mampu
mendesain materi pembelajaran untuk mode pembelajaran kooperatif tipe
STAD, yaitu guru menyiapkan Lembar Kerja siswa (LKS) untuk masing-
masing kompetensi dasar.
2. Kelompok Belajar
Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok
heterogen dengan jumlah anggota 4-5 orang siswa. Pada pembentukan
kelompok guru harus memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang
sosial, etnik, serta tingkat kemampuan akademik siswa dalam keanggotaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kelompok. Fungsi utama kelompok belajar ini adalah siswa belajar dalam
kelompoknya serta mempersiapkan anggotanya untuk belajar dengan baik
dalam menghadapi tes individu..
Kelompok-kelompok belajar merupakan hakekat belajar yang sangat
penting dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Keberhasilan
pembelajaran sangat ditentukan oleh kelompok untuk melakukan hal terbaik
untuk kelompoknya, seperti saling memberikan semangat, dukungan, perhatian
dan penghargaan diri untuk keberhasilan belajar.
Setelah guru mempresentasikan materi, masing-masing kelompok bertemu
untuk mendiskusikan, membandingkan jawaban dan mengoreksi jika
ditemukan salah persepsi dari lembar kerja atau materi lain.
3. Evaluasi Belajar
Setelah guru mempresentasikan satu materi pokok bahasan, kemudian
dilakukan evaluasi perorangan dengan tujuan untuk mengukur pengetahuan
yang diperoleh selama kegiatan belajar mengajar.
4. Skor/nilai peningkatan perorangan atau kelompok.
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk
menunjukkan apa yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok.
1) Skor Perkembangan Individu
Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan
disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.
Menurut Slavin (2009: 159) Skor perkembangan individu dihitung
berdasarkan skor awal. Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi
kelompoknya. Berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan
perkembangan skor individu dimaksud agar siswa terpacu untuk
memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.
Adapun perhitungan skor perkembangan individu adalah:
Tabel 2.1 Skor Perkembangan Individu
SKOR KUIS POIN KEMAJUAN
Lebih dari 10 poin dibawah skor skor awal 5
10 – 1 poin dibawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20
Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30
2) Skor Perkembangan Kelompok
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam kegiatan ini adalah
menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu serta
memberikan sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian
penghargaan kelompok berdasarkan paa rata-rata nilai perkembangan
individu dalam kelompok.
Menurut Slavin (2009: 160) Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan
cara menjumlahkan masing-masing perkembangan individu dan hasilnya
dibagi sesuai dengan kelompok. Pemberian penghargaan berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik,
kelompok hebat, dan kelompok super.
Tiga macam tingkatan penghargaan diberikan berdasarkan pada rata-rata skor tim,
sebagai berikut:
Tabel 2.2 Skor Perkembangan Kelompok
Kriteria Penghargaan
15 TIM BAIK
16 TIM SANGAT BAIK
17 TIM SUPER
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Sugianto
(2007: 14) :
1. Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok dengan
anggota 4-5 orang siswa. Tiap memiliki anggota yang heterogen baik jenis
kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan akademik (tinggi, sedang, rendah)
2. Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik (LKS) dan
kemudian saling membantu untuk mengusai bahan ajar melalui tanya jawab
atau diskusi antar sesama kelompok.
3. Secara individual atau kelompok, tiap minggu atau dua minggu guru
mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik
yang telah dipelajari.
4. Tiap siswa dan tiap kelompok dievaluasi dan diberi skor atas penguasaannya
terhadap bahan ajar dan kepada siswa secara individu atau kelompok yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
Kadang-kadang beberapa atau semua kelompok memperoleh penghargaan jika
mampu meraih suatu kriteria atau standar tertentu.
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran koopertif tipe STAD adalah
adalah sebagai berikut:
Kelebihan:
1. Dapat memberikan keuntungan baik pada siswa yang pndai maupun yang
kurang pandai dalam kemampuan akademiknya.
2. Siswa belajar untuk saling menghargai satu sama lain meskipun berbeda latar
belakang
3. Mengajarkan pada siswa ketrampilan kerjasama dan kolaborasi
4. Materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode waktu yang lebih
lama.
Kelemahan:
1. Membutuhkan banyak waktu dalam persiapan pembelajaran
2. Tidak semua siswa aktif dalam diskusi kelompoknya
3. Gaya Belajar
a. Pengertian Gaya belajar
Setiap siswa mempunyai cara atau sikap yang berbeda-beda dan hal
tersebut selalu dilakukannya dalam belajar. Hal tersebut sesuai dengan beberapa
pendapat dari beberapa ahli. NASSP dalam Gobai (2005: 2) menyatakan bahwa
“Gaya belajar atau Learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan
perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar”.
Gaya belajar merupakan cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima
informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Hal ini sesuai
dengan pendapat De Porter dan Hernacki, (1999: 110-112) yang merumuskan
bahwa, “Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap
dan kemudian mengatur serta mengolah informasi”. Gaya belajar ini berkaitan
dengan pribadi seseorang yang tentu dipengaruhi oleh pendidikan dan riwayat
perkembangannya. Sedangkan Winkel (1996: 147) mengemukakan bahwa, ”Gaya
belajar merupakan cara belajar yang khas bagi siswa. Cara khas ini bersifat
individual yang kerapkali tidak disadari dan sekali terbentuk dan cenderung
bertahan terus”. Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa gaya belajar siswa adalah cara belajar yang khas, bersifat konsisten,
kerapkali tidak disadari yang merupakan kombinasi dari bagaimana siswa tersebut
menyerap dan mengatur serta mengolah informasi. Keanekaragaman gaya belajar
siswa perlu diketahui oleh guru dan siswa. Hal ini akan memudahkan bagi siswa
untuk belajar maupun guru untuk mengajar dalam proses pembelajaran. Siswa
akan dapat belajar dengan dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia
mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan guru dalam menerapkan
pembelajaran dengan mudah dan tepat.
b. Macam-macam Gaya Belajar
Sriyono (1992: 4) menggolongkan gaya belajar berdasarkan cara
menerima informasi ke dalam empat tipe yaitu tipe mendengarkan, tipe
penglihatan, tipe merasakan dan tipe motorik. Sedangkan De Porter dan Hernacki,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
(1999: 112-113) mengolongkan gaya belajar berdasarkan cara menerima
informasi dengan mudah (modalitas) ke dalam tiga tipe yaitu gaya belajar tipe
visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik. Selanjutnya sesuai dengan pembagian
tipe gaya belajar, orang dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu orang
bertipe visual, auditorial, dan kinestetik.
1) Auditorial
De Porter dan Hernacki (1999: 118) mengemukakan ciri-ciri siswa yang
bertipe auditorial dapat dirangkum bahwa:
Orang-orang yang bertipe auditorial memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
1. Mudah terganggu oleh keributan.
2. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.
3. Dapat mengulang kembali atau menirukan nada dan birama, dan warna suara.
4. Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.
5. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekarjaan yang bersifat visualisasi,
seperti memotong bagian-bagian sehingga sesuai satu sama lain.
Sriyono (1992: 4) menyatakan bahwa,”Siswa yang bertipe mendengarkan
dapat menerima dengan baik setiap informasi dengan mendengarkan”. Ada
beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa auditorial dalam
belajar yaitu mengusahakan menghindari kebisingan atau suara-suara yang
mengganggu, memutarkan musik-musik tenang tanpa lirik, mengajak berdiskusi
untuk memahami suatu pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2) Visual
De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike (1999: 116) mengemukakan ciri-ciri
siswa yang bertipe visual dapat dirangkum bahwa:
Orang-orang yang bertipe visual memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
1. Perilaku rapi, teratur,teliti terhadap detail.
2. Lebih mudah dalam mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar.
3. Mengingat dengan asosiasi visual.
4. Lebih suka membacakan daripada dibacakan.
5. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan
sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya.
Sriyono (1992: 4) menyatakan bahwa, “Siswa yang memiliki gaya belajar
tipe penglihatan dapat menerima informasi dengan baik bila ia melihat langsung”.
Beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa visual dalam belajar
yaitu menyediakan alat peraga seperti bagan, gambar, flow chart, atau alat-alat
eksperimen yang dibuat sendiri, membantunya untuk menuliskan hal-hal yang
penting dalam materi yang dipelajari dan memberi kesempatan untuk
mengobservasi
3) Kinestetik
De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike (1999: 118-120) mengemukakan ciri-ciri
siswa yang bertipe kinestetik dapat dirangkum bahwa:
Orang-orang yang bertipe kinestetik memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
1. Selalu berorientasi pada fisik, banyak gerak.
2. Berbicara dengan perlahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
3. Belajar melalui manipulasi dan praktek.
4. Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot dengan mencerminkan aksi
dengan gerakan tubuh saat membaca.
5. Ingin melakukan segala sesuatu.
Sriyono (1992: 4) menyatakan bahwa,”Siswa yang bertipe motorik akan
menerima informasi dengan baik bila ia melakukan sendiri secara langsung”.
Beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa kinestetik dalam
belajar yaitu menyediakan alat peraga yang nyata untuk belajar (seperti balok-
balok, miniatur, patung peraga), membiarkan dia menyentuh sesuatu yang
berhubungan dengan pelajarannya, memberi kesempatan untuk mempraktekkan
apa yang dipelajarinya, memberi kesempatan untuk berpindah tempat.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan Satya Sri Handayani (2009) yang berjudul
“Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model
Struktural TPS pada Materi Pokok Bentuk Akar dan Pangkat ditinjau dari
Gaya Belajar Matematika Siswa SMA Negeri Sekabupaten Pati Tahun
Pelajaran 2009/2010”. Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat
perbedaan prestasi belajar matematika yang signifikan yaitu metode
pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran matematika secara konvensional, tidak terdapat
perbedaan prestasi belajar ditinjau dari gaya belajar siswa, dan tidak terdapat
interaksi antara metode pembelajaran dan gaya belajar belajar siswa terhadap
prestasi belajar siswa pada pokok materi akar dan Pangkat. Persamaaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
dengan penelitian tersebut pada perlakuannya yaitu metode pembelajaran
kooperatif tipe TPS ditinjau dari gaya belajar. Sedangkan perbedaannya
terletak pada model pembelajarannya dan materi pokok matematika. Pada
penelitian tersebut hanya kooperatif tipe TPS dan materi pokok akar dan
pangkat, sedangkan pada penelitian ini model pembelajarannya kooperatif
tipe TPS dan STAD serta materi pokok bangun ruang sisi lengkung ditinjau
dari gaya belajar siswa.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ayuning Tyas Wulandari (2007) yang
berjudul “Eksperimentasi Metode Pembelajaran Contextual Teaching
Learning (CTL) pada pokok Bahasan Peluang Ditinjau Dari Gaya Belajar
Matematika Siswa Kelas IX SMP Negeri I Donorojo Tahun Pelajaran
2006/2007”. Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat perbedaan prestasi
matematika antara siswa yang mengikuti pelajaran dengan metode CTL
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional,
terdapat pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar dan tidak terdapat
interaksi antara metode pembelajaran yang digunakan dengan gaya belajar
siswa. Persamaan dengan penelitian ini adalah membahas peningkatan
prestasi belajar matematika yang ditinjau dari gaya belajar siswa. Perbedaan
dengan penelitian ini adalah perlakuan. Pada penelitian tersebut perlakuannya
dengan metode CTL, sedangkan pada penelitian ini perlakuannya pada model
pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe TPS dan STAD
3. Wendy Diane carss (2007). Dalam penelitian yang berjudul ”The Effects of
Using Think- Pair- Share During Guided Reading Lessons”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Hasil penelitian yang terkait adalah metode pembelajaran penggunaan metode
” Think- Pair- Share” (TPS) menimbulkan pengaruh yang positif sehingga
menghasilkan prestasi yang lebih baik. Persamaan dengan penelitian ini
adalah pada perlakuannya yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe TPS,
perbedaan dengan penelitian di atas dalam penelitian ini ditinjau dari gaya
belajar matematika siswa.
C. Kerangka Berpikir.
Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar siswa menunjukkan penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Keberhasilan siswa dalam menguasai
materi pelajaran dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya model
pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran dan faktor
dalam diri yaitu gaya belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif
adalah model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran ini didapatkan
adanya proses kebersamaan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Model
pembelajaran kooperatif terdapat interaksi antar siswa dalam kelompoknya
maupun interaksi antara siswa dan guru sebagai pengajar sehingga dapat
membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Interaksi
dalam kelompok ini akan berjalan dengan baik jika dalam setiap kelompok
mempunyai kemampuan yang heterogen.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), merupakan
salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari dua siswa dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
kemampuan yang berbeda, belajar dalam satu kelompok untuk memastikan bahwa
semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran, setelah guru menyampaikan
pelajaran. Kemudian diadakan presentasi masing-masing kelompok ke depan
untuk melihat pengetahuan yang dicapai siswa. Dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS ini, pembelajaran akan lebih bermakna dan dapat lebih
meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran. Selain itu,
diharapkan siswa akan merasa mudah didalam belajar matematika, karena mereka
saling berdiskusi dan saling berinteraksi.
Student Team Achievement Divisions (STAD), merupakan model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan paling mudah dipahami
(Slavin, 2009: 143). Guru yang menggunakan STAD menyajikan informasi
akademis baru kepada siswa setiap minggu atau secara regular, baik melalui
informasi verbal atau teks. Siswa dikelas tertentu dibagi menjadi beberapa
kelompok/tim belajar secara heterogen, anggota-anggota tim menggunakan
worksheets atau alat belajar lain untuk menguasai berbagai materi pelajaran dan
kemudian saling membantu untuk mempelajari berbagai materi melalui tutoring,
saling memberikan kuis, atau melaksanakan diskusi tim. Secara individual, siswa
diberi kuis mingguan atau dua mingguan tentang materi pelajaran. Kuis-kuis
diberi skor dan masing-masing individu diberi “skor kemajuan”. Skor kemajuan
dilihat dari seberapa banyak skor itu bertambah dari rata-rata skor sebelumnya.
Melalui penerapan model pembelajaran TPS pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran akan lebih bermakna dan penguasaan siswa terhadap suatu materi
pelajaran akan lebih banyak dibandingkan siswa yang diajarkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
menggunakan model pembelajaran STAD, karena dalam model pembelajaran TPS
dimana tiap kelompok hanya berjumlah dua orang, maka setiap siswa dituntut
untuk aktif secara penuh dalam berdiskusi dan memecahkan masalah yang
diberikan untuk masing-masing kelompok, sehingga diduga bahwa prestasi
belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran TPS lebih baik dari prestasi belajar matematika siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran STAD.
Selain model pembelajaran, gaya belajar siswa merupakan salah satu
faktor yang dapat berpengaruh terhadap prestasi siswa. Untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran, guru harus memperhatikan karakteristik gaya belajar siswa.
Siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih senang belajar dengan melihat atau
membaca daripada mendengarkan, biasanya mereka ini menyukai penyajian
informasi yang runtut. Siswa dengan gaya belajar auditorial lebih suka
mendengarkan penjelasan dari guru daripada membaca, mereka mengandalkan
kemampuan mendengar dan mengingat. Sedangkan siswa dengan gaya belajar
kinestetik suka belajar melalui gerakan, cenderung tidak suka mendengarkan
ceramah, dan lebih bisa belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan.
Selama pelajaran, mereka mungkin saja gelisah jika tidak bisa leluasa bergerak
dan mengerjakan sesuatu Dari uraian di atas diduga siswa dengan gaya belajar
auditorial mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan gaya
belajar visual maupun kinestetik.
Model pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Gaya belajar siswa juga memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Karena perbedaan gaya belajar siswa
maka ada kemungkinan bahwa suatu model pembelajaran matematika tidak selalu
cocok untuk semua siswa. Suatu model pembelajaran mungkin cocok untuk siswa
dengan gaya belajar visual, tetapi tidak cocok untuk siswa dengan gaya belajar
auditorial dan kinestetik, dan sebaliknya. Siswa dengan gaya belajar kinestetik
bisa belajar terutama jika terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran
matematika seperti belajar kelompok. Sehingga diduga model pembelajaran
kooperatif tipe TPS memberikan prestasi lebih baik pada siswa dengan gaya
belajar kinestetik daripada siswa dengan gaya belajar auditorial dan visual.
Sedangkan siswa dengan gaya belajar visual lebih suka membaca dan siswa
dengan gaya belajar auditorial lebih suka mendengarkan seperti ceramah.
Sehingga diduga model pembelajaran STAD memberikan prestasi belajar lebih
baik pada siswa dengan gaya belajar auditorial dan visual daripada siswa dengan
gaya belajar kinestetik.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Prestasi belajar matematika siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik dibandingkan dengan
model pembelajaran STAD pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung.
2. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik
lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya
belajar auditorial, dan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
belajar auditorial lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang
mempunyai gaya belajar visual.
3. Pada gaya belajar visual model pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar
matematika lebih baik daripada model pembelajaran STAD.
4. Pada gaya belajar auditorial, model pembelajaran TPS memberikan prestasi
belajar matematika lebih baik dari pada model pembelajaran STAD.
5. Pada gaya belajar kinestetik, model pembelajaran TPS memberikan prestasi
belajar matematika lebih baik dari pada model pembelajaran STAD.
6. Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran TPS, gaya belajar
kinestetik memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dari
pada siswa dengan gaya belajar visual maupun auditorial.
7. Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran STAD, gaya belajar
auditorial memberian prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dari
pada siswa dengan gaya belajar visual maupun kinestetika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP dalam wilayah Kota Palangka Raya.
Penelitian dilaksanakan pada semester 1 (satu) tahun pelajaran 2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
a. Tahap Persiapan:
1). Pengajuan judul tesis : Februari 2010.
2). Pengajuan proposal tesis : April - Juni 2010.
3). Seminar Proposal : Juli 2010.
4). Pengajuan instrumen penelitian : Juli 2010.
b. Tahap Pelaksanaan:
1). Mengambil data dokumenter : Juli 2010
2). Menetapkan sampel penelitian : Agustus 2010.
3). Uji coba angket : September 2010
4). Melaksanakan pembelajaran : September – Oktober 2010
5). Pengambilan data gaya belajar : September 2010
6). Uji coba tes prestasi : Oktober 2010.
7). Melaksanakan tes akhir : Oktober 2010.
c. Tahap Penyelesaian:
1). Pengolahan data hasil penelitian : Oktober - Nopember 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2). Penyusunan laporan : Nopember – Desember 2010
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental semu
(quasi-experimental research). Hal tersebut berkenaan dengan peneliti tidak
mungkin mengontrol semua variabel yang relevan. Seperti yang dikemukakan
Budiyono (2003: 82-83) bahwa “Tujuan eksperimental semu adalah untuk
memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat
diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang
relevan”.
Pada penelitian ini yang dilakukan adalah membandingkan prestasi
belajar dari kelompok yang diberi perlakuan dengan Model pembelajaran TPS
dengan kelompok yang diberi perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran STAD pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung.
Sebelum eksperimen dilakukan, peneliti melakukan uji normalitas
dengan menggunakan metode Lilliefors untuk mengetahui apakah kelompok
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang normal atau tidak.
Setelah itu dilakukan uji keseimbangan dengan menggunakan uji-t untuk
mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan
seimbang atau tidak. Data yang digunakan untuk melakukan kedua uji tersebut
adalah nilai hasil Ulangan Umum Bersama semester genap kelas VIII tahun
pelajaran 2009/2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Setelah melakukan eksperimen, kedua kelompok tersebut diukur dengan
menggunakan alat ukur yang sama, yaitu soal-soal tes prestasi belajar matematika
pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung. Hasil pengukuran tersebut
dianalisis dan dibandingkan dengan tabel uji statistik yang digunakan. Sebelum
dilakukan analisis, pada data yang diperoleh dilakukan uji normalitas untuk
mengetahui apakah kedua kelompok berasal dari populasi yang normal atau tidak
dan uji homogenitas untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai
variansi yang sama atau tidak.
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 3, dengan maksud
untuk mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat.
Rancangan dimaksud dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Gaya belajar (B)
Model
Pembelajaran (A)
Visual
(B1)
Auditorial
(B2)
Kinestetik
(B3)
Model pembelajaran TPS (A1) AB11 AB12 AB13
Model pembelajaran STAD (A2) AB21 AB22 AB23
dengan:
A1 : Model pembelajaran TPS
A2 : Model pembelajaran STAD
B1 : Visual
B2 : Auditorial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
B3 : Kinestetik
AB11 : Prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran TPS yang
memiliki gaya belajar visual.
AB12 : Prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran TPS yang memiliki
gaya belajar auditorial.
AB13 : Prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran TPS yang memiliki
gaya belajar kinestetika.
AB21 : Prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran STAD yang
memiliki gaya belajar visua.l
AB22 : Prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran STAD yang
memiliki gaya belajar auditorial.
AB23 : Prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran STAD yang
memiliki gaya belajar kinestetika.
2. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian akan dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan. Urutan – urutan kegiatan yang akan dilakukan adalah :
a. Melakukan observasi
Observasi SMP meliputi observasi objek penelitian, pengajaran dan fasilitas
yang dimiliki.
b. Memilih sekolah dan kelas mana yang akan digunakan untuk penelitian dan
kelas untuk uji coba instrumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
c. Mengambil data kemampuan awal berupa nilai Ulangan Umum Bersama
(UUB) Semester genap kelas VIII tahun pelajaran 2009/2010 untuk uji
keseimbangan.
d. Memberikan perlakuan berupa pengajaran dengan menggunakan model
pembelajaran TPS sebagai kelas eksperimen dan model pembelajaran STAD
sebagai kelas kontrol pada dua kelas yang telah dipilih.
e. Mengambil data gaya belajar dengan menggunakan angket.
f. Memberikan tes prestasi belajar untuk mengukur hasil belajar siswa.
g. Mengolah dan menganalisis data penelitian.
h. Menguji hipotesis dan menarik kesimpulan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan objek yang lengkap yang akan dijadikan objek
penelitian, dan memiliki sifat-sifat (karakteristik) yang sama. (M. Cholik
Adnawan dan Sugiyono, 2006: 48). Lebih lanjut Watson (2000: 48) menyatakan
bahwa “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”, sehingga dari pengertian
tersebut populasi merupakan keseluruhan subyek atau individu yang memiliki
karakteristik tertentu yang hendak diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa Kelas IX SMP di Kota Palangka Raya Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik yang
digunakan dalam pengambilan sampel yaitu teknik stratified cluster random
sampling, yaitu kombinasi antara stratified random sampling dan cluster random
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
sampling (Budiyono, 2003: 37) sampling random kluster adalah sampling random
yang dikenakan berturut-turut terhadap sub-sub populasi. Sub-sub populasi ini
disebut kluster Pada penelitian ini, dari seluruh SMP di Kota Palangka Raya
dipisah menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu pertama-tama dilihat dari peringkat
sekolah berdasarkan nilai matematika hasil Ujian Nasianoal tahun pelajaran
2009/2010.
Kemudian ditentukan kelompok-kelompok sekolah berdasarkan peringkat,
yaitu kelompok atas, menengah dan bawah
Tabel 3.2 Data Peringkat Sekolah
NO NAMA SEKOLAH RATA-RATA NILAI KELOMPOK
1 SMP Nusantara P. Raya 9,11 ATAS
2 SMPN 12 Palangka Raya 8,78 ATAS
3 SMP Bina Cita Utama 8,67 ATAS
4 SMPN- 13 8,15 ATAS
5 SMP T Pahandut -3 8,04 ATAS
6 SMP 1 Atap 6 7,33 MENEMGAH
7 SMPN 6 7,21 MENENGAH
8 SMP Kristen 7,16 MENENGAH
9 SMPN 2 7,12 MENENGAH
10 SMP 1 Atap 1 7,08 MENENGAH
11 SMPN 14 7,03 MENENGAH
12 SMPN 3 7,00 MENENGAH
13 SMP Pancasila 6,92 MENENGAH
14 SMP Muhammadiyah 6,89 MENENGAH
15 SMP Karya 6,88 MENENGAH
16 SMP Nasional 6,85 MENENGAH
17 SMP Budi Luhur 6,71 MENENGAH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
18 SMPN 1 Atap 7 6,67 MENENGAH
19 SMPN 8 6,62 MENENGAH
20 SMP 1 Atap 3 6,62 MENENGAH
21 SMP 1 Atap 2 6,54 MENENGAH
22 SMP Natania 6,53 MENENGAH
23 SMP Guppi 6,50 MENENGAH
24 SMPN 15 6,50 MENENGAH
25 SMP Esen Mulang 6,42 RENDAH
26 SMP Katolik Santa Maria 6,31 RENDAH
27 SMP 1 Atap 4 6,25 RENDAH
28 SMP Katolik St Paulus 6,23 RENDAH
27 SMP Bethil 6,23 RENDAH
28 SMPN 10 6,22 RENDAH
29 SMPN 7 6,21 RENDAH
30 SMP NU 6,20 RENDAH
31 SMPN 1 Atap 5 6,08 RENDAH
32 SMPN 5 5,96 RENDAH
33 SMP N 16 5,92 RENDAH
34 SMP N 11 5,87 RENDAH
35 SMP PGRI 5,77 RENDAH
39 SMP N 9 5,73 RENDAH
40 SMP N 4 5,60 RENDAH
41 SMP N 1 5,55 RENDAH
42 SMP Terbuka Bukit Batu 5,47 RENDAH
Dari masing-masing kelompok dipilih secara acak 3 SMP yang akan
dijadikan tempat penelitian. Kelompok atas terpilih SMP Nusantara Palangka
Raya, kelompok sedang terpilih SMP Muhammadiyah Palangka Raya dan
kelompok bawah terpilih SMP Negeri 1 Palangka Raya. Selanjutnya pada tiap-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
tiap SMP yang terpilih, secara acak dipilih dua kelas untuk dijadikan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, sehingga sebagai sampel penelitian terdapat 6
kelas yang terdiri dari 3 kelas sebagai kelompok eksprimen dan 3 kelas sebagai
kelas kontrol. Uji coba instrumen penelitian diambil secara acak dari sekolah
peringkat menengah dan terpilih SMP Negeri 2 Palangka Raya dengan jumlah
siswa 90 orang (2 kelas)
Data jumlah sampel pada masing-masing sekolah seperti pada tabel
berikut:
Tabel 3.3 Data Sampel Pada Masing-masing Sekolah
NO KELOMPOK NAMA SEKOLAH KELAS
JUMLAH EKSP KONTROL
1 ATAS SMP NUSANTARA IX-1 (43) IX-2 (45) 88 Orang
2 MENENGAH SMP MUH IX-3 (38) IX-1 (37) 75 Orang
3 BAWAH SMPN-1 IX-1 (39) IX-4 (38) 77 Orang
JUMLAH 120 Orang 120 Orang 240 Orang
D. Teknik Pengumpul Data
1. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu dua variabel bebas dan satu
variabel terikat yaitu:
a. Variabel Terikat
1). Definisi operasional: prestasi belajar matematika adalah hasil yang
telah dicapai oleh siswa dalam proses belajar matematika yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
mengakibatkan perubahan pada diri siswa berupa penguasaan dan
kecakapan baru yang ditunjukkan dengan hasil yang berupa nilai.
2). Indikator: nilai tes prestasi belajar matematika pada materi pokok
bangun ruang sisi lengkung.
3). Skala pengukuran: skala interval
4). Simbol: AB
b. Variabel bebas
1) Model Pembelajaran
a) Definisi operasional: model pembelajaran adalah bagian dari proses
pembelajaran yang merupkan langkah-langkah taktis bagi guru
dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan.
Dalam penelitian ini model pembelajaran yang digunakan adalah
model pembelajaran kooperatif TPS dan STAD.
b) Indikator: model pembelajaran yang akan digunakan untuk kelas
eksperimen diberikan kooperatif TPS dan kelas kontrol diberika
kooperatif STAD, dalam proses belajar mengajar pada materi pokok
Bangun Ruang Sisi Lengkung.
c) Skala pengukuran: skala nominal dengan 2 kategori yaitu melalui
model pembelajaran TPS dan model pembelajaran STAD
d) Simbol: A
(1) model pembelajaran TPS (A1)
(2) model pembelajaran STAD (A2)
2). Gaya Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
a) Definisi operasional :
Gaya belajar adalah cara khas yang bersifat konsisten yang dimiliki
oleh setiap siswa dalam menerima atau menangkap informasi
matematika yang datanya diperoleh dari angket gaya belajar
matematika.
b) Skala pengukuran: skala nominal yang dibagi menjadi tiga tipe
gaya belajar yaitu visual, auditorial , dan kinestetik. Penggolongan
gaya belajar matematika siswa didasarkan pada kecenderungan
skor siswa pada tipe yang sesuai. Siswa mempunyai skor tertinggi
pada tipe tertentu menunjukkan siswa tergolong pada tipe tersebut.
Apabila terdapat siswa memiliki skor tertinggi sama untuk dua atau
tiga tipe gaya belajar, maka siswa tersebut diberikan angket
kembali.
c) Indikator: skor angket gaya belajar matematika.
d) Simbol : B
(1) Tipe Visual (B1)
(2) Tipe Auditorial (B2)
(3) Tipe Kinestetik (B3)
2. Metode Pengumpulan data
Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk mengumpulkan data ada
tiga cara, yaitu metode dokumentasi, metode angket, dan metode tes.
a. Metode Dokumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Menurut Budiyono (2003: 54) metode dokumentasi adalah cara pengumpulan
data dengan melihatnya dalam dokumen-dokumen yang ada. Metode
dokumentasi pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui data nilai
prestasi awal siswa dan juga untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan
kelas kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak.
Pada penelitian ini, data nilai prestasi siswa diambil dari nilai hasil Ulangan
Umum Bersama (UUB) Semester genap kelas VIII tahun pelajaran
2009/2010.
b. Metode Angket
Menurut Budiyono (2003: 47) metode angket adalah cara pengumpulan data
melalui pengajuan pernyataan-pernyataan tertulis kepada subyek penelitian,
responden, atau sumber data dan jawaban diberikan pula secara tertulis.
Angket pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui gaya belajar siswa.
Angket berisi pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan gaya belajar
siswa. Butir pernyataan angket mengacu pada gaya belajar visual, auditorial,
dan kinestetik. Diberikan 2 pilihan jawaban yaitu ya dan tidak.
c. Metode Tes
Menurut Budiyono (2003: 54) metode tes adalah cara pengumpulan data yang
menghadapkan sejumlah pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subjek
penelitian. Tes dalam penelitian ini memuat beberapa pertanyaan yang berisi
materi-materi pokok bangun ruang sisi lengkung. Tes tersebut berupa tes
obyektif atau pilihan ganda sebanyak tiga puluh lima butir soal untuk prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
belajar pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung. Setiap soal obyektif
tersedia empat alternatif jawaban
3. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes untuk prestasi
belajar matematika dan angket untuk mengetahui gaya belajar siswa. Sebelum
digunakan, instrumen tes dan angket terlebih dahulu diujicobakan untuk
mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Setelah dilakukan uji coba, dilakukan
analisis butir soal tes dan angket sebagai berikut:
a. Tes Prestasi Belajar Matematika
Tujuan diadakan tes pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil
pembelajaran bangun ruang sisi lengkung. Untuk mendapatkan data yang akurat
maka tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang
baik. Prosedur penyusunan instrumen tes prestasi belajar adalah sebagai berikut:
(1) Mengidentifikasi bahan-bahan yang telah diberikan beserta tujuan
instruksionalnya.
(2) Membuat kisi-kisi soal.
(3) Menyusul soal tes.
(4) Menelaah soal tes
Sebelum instrumen tes dipergunakan, instrumen tes perlu di uji
validitas,reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukarannya.
1). Uji Validitas Isi
Menurut Budiyono (2003:58) suatu instrumen valid menurut validitas isi
apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
keseluruhan isi hal yang akan diukur. Pada penelitian ini uji validitas
dimaksudkan untuk menguji apakah isi tes sudah sesuai dengan isi kurikulum
yang hendak diukur. Agar tes hasil belajar mempunyai validitas isi, perlu
diperhatikan hal-hal berikut (Budiyono, 2003: 58):
(i). Bahan uji harus dapat mengukur seberapa jauh tujuan pembelajaran
tercapai baik ditinjau dari materi maupun proses belajar.
(ii). Titik berat bahan yang diujikan harus seimbang dengan titik berat bahan
yang diajarkan.
(iii).Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak diajarkan untuk menjawab
pertanyaan tes dengan benar.
Untuk menilai apakah instrumen tes mempunyai validitas isi yang tinggi,
biasanya penilaian dilakukan oleh para pakar (experts judgment). Dalam hal
ini, para pakar menilai apakah kisi-kisi yang dibuat oleh pembuat tes telah
menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi telah mewakili isi yang akan diukur.
Langkah selanjutnya, para penilai menilai apakah masing-masing butir tes yang
telah disusun cocok atau relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan.
Validitas isi ditentukan dengan cara:
(a). Perangkat tes diberikan kepada 3 (tiga) orang validator
(b). Ketiga orang validator memberikan penilaian pada lembar validasi
(c). Jika sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dari 3 (tiga) orang validator
menyatakan instrumen valid maka instrumen tersebut dikatakan memenuhi
validitas isi
2). Uji daya Pembeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Suatu butir soal dikatakan mempunyai daya pembeda yang baik jika
kelompok siswa yang pandai menjawab benar lebih banyak dari keompok
siswa yang kurang pandai.Untuk mengetahiui daya pembeda dari tiap butir soal
pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi momen produk
dari Karl Pearson sebagai berikut:
( )( )( )( ) ( )( )å å-å å-
å åå-=
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
dengan :
rxy : indeks daya pembeda untuk butir ke-i
n : cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor untuk butir ke-i
Y : skor total ( dari subyek uji coba)
(Budiyono, 2003: 65)
Butir ke-i dikatakan mempunyai daya pembeda yang baik jika mempunyai
indeks daya beda yang lebih besar dari 0,3. Jika indeks daya pembeda untuk
butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang.
3). Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang
memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk
menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus:
sJB
P =
dengan :
P : Indeks kesukaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
B : Banyak peserta tes yang menjawab soal benar
Js : Jumlah seluruh peserta tes
Pada penelitian ini soal dianggap baik jika 0, 30 £ P < 0, 70.
(Suharsimi Arikunto, 2005: 208)
4). Uji Reliabilitas
Tes prestasi belajar yang digunakan dalam penelitian adalah tes obyektif.
yaitu untuk jawaban benar diberi skor 1 sedangkan jawaban salah diberi skor 0.
Untuk itu digunakan rumus Kuder-Richardson dengan KR-20 untuk
menghitung indek reliabilitas instrumen yakni:
÷÷ø
öççè
æ -÷øö
çèæ
-= å
2
2
11 1t
iit
s
qps
nn
r
dengan :
r11 : indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir instrumen
st2 : variansi total
pi : proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar
: pada butir ke-i
qi = 1 - pi, i = 1, 2, ..., n
(Budiyono, 2003: 69)
Dalam penelitian ini insrumen disebut reliabel apabila indeks reliabilitas
yang diperoleh telah melebihi 0, 70 (r11 > 0, 70).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
b. Angket
Angket pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui gaya belajar
siswa. Sebelum angket disusun oleh peneliti, terlebih dahulu dibuat kisi-kisinya.
Instrumen angket sebelum digunakan perlu diuji validitas, konsistensi internal
butir angket, dan reliabilitasnya terlebih dahulu.
(a). Uji Validitas
Menurut Budiyono (2003: 58) suatu instrumen valid menurut validitas isi
apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari
keseluruhan isi hal yang akan diukur. Pada penelitian ini uji validitas
dimaksudkan untuk menguji apakah angket tersebut mampu
mempresentasikan validitas seluruh isi hal yang akan diukur. Untuk analisis
validitas angket harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
(i) Pernyataan harus representatif ditinjau dari materi yang akan dikaji.
(ii) Titik berat pernyataan harus sesuai dengan tujuan
(iii) Tidak terdapat pernyataan yang mempunyai makna ganda.
(iv) Tidak diperlukan pengetahuan yang tidak atau belum diketahui untuk
menjawab pernyataan
Pada penelitian ini, untuk mendapatkan validitas isi angket dinilai
validitasnya oleh pakar atau validator. Validator angket yang digunakan pada
penelitian ini adalah ahli psikologi yang berkompeten pada gaya belajar siswa.
(b). Konsistensi Internal
Menurut Budiyono (2003: 65) konsistensi internal pada angket
menunjukkan adanya korelasi positif antara skor masing-masing butir angket
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
tersebut, sehingga butir-butir tersebut mengukur hal yang sama dan
menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Untuk menghitung konsistensi
internal untuk butir ke-i, rumus yang digunakan adalah rumus korelasi
momen produk dari Karl Pearson sebagai berikut:
( )( )( )( ) ( )( )å å-å å-
å åå-=
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
dengan :
rxy : indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n : cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor untuk butir ke-i
Y : skor total ( dari subyek uji coba)
(Budiyono, 2003: 65)
Butir ke-i dikatakan mempunyai konsistensi internal yang baik jika
mempunyai indeks konsistensi internal yang lebih besar dari 0,3. Jika indeks
konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus
dibuang.
(c). Reliabilitas
Menurut Budiyono (2003:65), suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil
pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya
pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang
berlainan atau pada orang-orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi
yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik
Cronbach Alpha, adanya rumus Alpha yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
r99 ꧈ 足 nn 石1卒组1石∑ s纽挠s疟挠钻
Dengan : 辊99 : indeks reliabilitas instrumen 柜 : banyaknya butir instrumen 䣐平挠 : variansi butir ke-i, i= 1,2,3,4,…,n 䣐迫挠 : variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba.
Instrumen dikatakan reliabel jika 辊99 > 0,7
(Budoyono, 2003: 70)
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak. Untuk
mengetahuai uji keseimbangan dengan menggunakan uji-t. Sedangkan prasyarat
uji-t adalah sub-sub populasi yang berdistribusi normal dan sub-sub populasi
tersebut mempunyai variansi yang sama (homogen). Prosedur uji-t adalah sebagai
berikut:
1). Hipotesis
H0 : µ1 = µ2 (kedua kelompok berasal dari populasi yang berkemampuan
awal sama)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
H1 : µ1 ≠ µ2 (kedua kelompok tidak berasal dari populasi yang
berkemampuan awal sama)
2). Taraf signifikansi : α = 0,05
3). Statistik uji
( ))2n(nt ~
11s
t 21
21p
021 -++
--=
nn
dXX
dengan :
t : t hitung 贯呻9 : rata-rata dari sampel kelompok eksperimen 贯呻挠 : rata-rata dari sampel kelompok kontrol
n1 : ukuran sampel kelompok eksperimen
n2 : ukuran sampel kelompok kontro 圭难 : 幌9 - 幌挠 = 0 (sebab tidak dibicarakan selisih rerata).
sp2 : Variansi gabungan
dimana : sp2 =
2n)1()1(
21
222
211
-+-+-
nsnsn
䣐9挠 : Variansi kelompok kelas eksperimen 䣐挠挠 : Variansi kelompok kelas kontrol
4). Daerah Kritik
DK = { t|t < -t α/2, n 1 +n 2 -2 atau t > t α/2, n 1 +n 2 -2 }
5). Keputusan uji
H0 ditolak jika t Î DK
6). Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Kedua kelompok memiliki nilai rataan yang berbeda jika H0 ditolak.
(Budiyono, 2009: 151)
2. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
distribusi normal atau tidak. Karena data tidak dalam frekuensi data bergolong
maka digunakan metode Lilliefors, dengan prosedur uji sebagai berikut:
(1). Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berditribusi normal
(2). Statistik Uji
L = Maks |F(zi) – S(zi)|
dengan :
F(zi) = P(Z≤zi) ; Z ~ N(0,1)
zi : skor standar
s
XXz i
i
)( -=
s : standar deviasi
S(zi) : proporsi cacah z ≤ zi terhadap seluruh z
Xi : skor responden
X : Rataan skor data kemampuan awal
(3). Taraf Signifikansi : α = 0,05
(4). Daerah Kritik (DK)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
DK = { L| L > L α ; n }
(5). Keputusan Uji
H0 ditolak jika Lhitung terletak di daerah kritik
(6). Kesimpulan
Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0
diterima.
Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0
ditolak.
(Budiyono, 2009: 170-171)
b. Uji Homogenitas Variansi
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini
digunakan uji Bartlett dengan prosedur uji sebagai berikut:
(1). Hipotesis
H0 : σ12 = σ 2
2 = … = σ k2 (variansi populasi homogen/sama)
H1 : Tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)
(2). Taraf signifikansi : α = 0,05
(3). Stastistik uji
( )å-= 2jj
2 slogfRKG log fc
2,303 χ
dengan :
k : banyaknya sampel
N : banyaknya seluruh nilai
nj : ukuran sampel ke-j
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
fj = nj – 1 : derajat kebebasan untuk sj2 ; j = 1, 2, …, k
f = N – k : derajat kebebasan untuk RKG
c = 1 + ÷÷ø
öççè
æ-å ff j
111)-3(k
1;
RKG = ;åå
i
i
f
SS
RKG : rataan kuadrat galat
( )j
2
j2jj n
XXSS åå -=
(4). Daerah Kritik
DK = { χ2 | χ 2 > χ 2α, k-1}
(5). Keputusan Uji
H0 ditolak jika χ2 Î DK
(6). Kesimpulan
Sampel berasal dari populasi yang homogen jika H0 diterima
(Budiyono, 2009: 176-177)
3. Pengujian Hipotesis Penelitian
Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel
tak sama, sebagai berikut:
a. Model
ijkijjiijk eabbam ++++= )(X
dengan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
ijkX = data ( nilai) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
µ = rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
ia = efek baris ke-i pada variabel terikat
jb = efek kolom ke-j pada variabel terikat
( )ijab = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
ijke = deviasi data Xijk terhadap rataan populasinya ( )ijµ yang
berdistribusi normal rataan 0.
i = 1, 2, ..., p; p = banyaknya baris = 2;
j = 1, 2, ..., q; q = banyaknya kolom = 3;
k = 1, 2 ,..., n; n = banyaknya data amatan pada setiap sel
( Budiyono, 2009: 207, 209)
b. Prosedur
dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan jalan
sel tak sama, yaitu:
(a). Hipotesis
H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2, ..., p (tidak ada perbedaan efek
antara baris terhadap variabel terikat)
H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (ada perbedaan efek antara
baris terhadap variabel terikat)
H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, ..., q (tidak ada perbedaan efek
antar kolom terhadap variabel terikat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (ada perbedaan efek antar
kolom terhadap variabel terikat)
H0AB : ( )ijab = 0 untuk setiap i = 1, 2, ..., p dan j = 1, 2, ..., q (tidak ada
interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat)
H1AB : paling sedikit ada satu ( )ijab yang tidak nol (ada interaksi baris
dan kolom terhadap variabel terikat)
(Budiyono, 2009: 211)
(b). Komputasi
1). Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan
notasi-notasi sebagai berikut:
nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i kolom ke-j)
= banyaknya data amatan pada sel ij
= frekuensi sel ij
柜呻萍= rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
åj,i ijn
1pq
å=j,i
ijnN = banyaknya seluruh data amatan
ij
kijk
kijkij n
XXSS
2
2
÷ø
öçè
æ
-=å
å
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
ijAB = rataan pada sel ij.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
å=i
iji ABA = jumlah rataan pada baris ke-i
å=j
ijj ABB = jumlah rataan pada kolom ke-j
å=j,i
ijABG = jumlah rataan semua sel
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1),
(2), (3), (4), dan (5) sebagai berikut:
( )pqG
12
= ; ( ) å=j,i
ijSS2 ; ( ) å=i
2i
q
A3 ;
( ) å=j
2j
p
B4 ; ( ) ( )å=
j,i
2
ijAB5
2). Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat
lima jumlah kuadrat, yaitu:
JKA = hn { (3) – (1) }; JKG = (2);
JKB = hn { (4) – (1) }; JKT = JKA+JKB+JKAB+JKG;
JKAB = hn { (1) + (5) – (3) – (4) }
dengan:
JKA = jumlah kuadrat baris
JKB = jumlah kuadrat kolom
JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom
JKG = jumlah kuadrat galat
JKT = jumlah kuadrat total
3).Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut
adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dkA = p – 1 dkB = q – 1
dkAb = (p – 1) (q – 1) dkG = N – pq
dkT = N – 1
4). Rataan kuadrat
dkAJKA
RKA = dkABJKAB
RKAB =
dkBJKB
RKB = dkGJKG
RKG =
5) Statistik Uji
(i). Untuk H0A adalah RKGRKA
Fa = yang merupakan nilai dari
variabel random yang berdistribusi F dengan derajat
kebebasan p – 1 dan N – pq
(ii). Untuk H0B adalah RKGRKB
Fb = yang merupakan nilai dari
variabel random yang berdistribusi F dengan derajat
kebebasan q – 1 dan N – pq.
(iii). Untuk H0AB adalah RKG
RKABFab = yang merupakan nilai dari
variabel random yang berdistribusi F dengan derajat
kebebasan
(p – 1) (q – 1) dan N – pq.
6). Taraf Signifikansi α = 0,05
7). Daerah Kritik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
(i). Daerah kritik untuk Fa adalah DK = {Fa | Fa > Fα; p – 1, N – pq}
(ii). Daerah kritik untuk Fb adalah DK = {Fb | Fb > Fα; q – 1, N – pq}
(iii). Daerah kritik untuk Fab adalah
DK = {Fab | Fab > Fα; (p – 1)(q – 1) , N – pq}
8). Keputusan Uji
H0 ditolak jika Fobs terletak di daerah kritik.
9). Rangkuman Analisis
Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variasi Dua Jalan
Sumber JK dk RK Fhit Ftabel
Baris (A) JKA p – 1 RKA Fa Ftabel Kolom (B) JKB q – 1 RKB Fb Ftabel Interaksi (AB) JKAB (p – 1) (q – 1) RKAB Fab Ftabel Galat (G) JKG N – pq RKG - - Total JKT N – 1 - - -
(Budiyono, 2009: 234)
4. Uji Komparasi Ganda
Untuk uji lanjut pasca anava, digunakan metode Scheffe' untuk anava dua
jalan.
Langkah-langkah menggunakan metode Scheffe’ adalah sebagai berikut.
1). Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata.
2).Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
3). Menentukan taraf signifikansi α = 0,05.
4). Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
a. Komparasi rataan antar baris
Karena dalam penelitian ini hanya terdapat 2 variabel model pembelajaran
maka jika H0A ditolak tidak perlu dilakukan komparasi pasca anava antar baris.
Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih baik cukup
dengan membandingkan besarnya rataan marginal dari masing-maing model
pembelajaran. Jika rataan marginal pada model pembelajaran TPS lebih besar
dari rataan marginal pada model pembelajaran STAD maka dikatakan model
pembelajaran TPS lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran STAD
atau sebaliknya.
b. Komparasi rataan antar kolom
Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar kolom adalah:
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=-
j.i.
2j.i.
j.i.
n1
n1
RKG
XXF
dengan: F.平能.凭 : nilai Fobs pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j
贯呻.平 : rataan pada kolom ke-i
贯呻.凭 : rataan pada kolom ke-j
RKG : rataan kuadrat galat yang diperoleh dari
perhitungan analisis variansi 柜.平 : ukuran sampel kolom ke-i 柜.凭 : ukuran sampel kolom ke-j
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Daerah kritik: DK = {F|F > (q – 1)Fα; q – 1, N – pq}.
c. Komparasi rataan antarsel pada kolom yang sama
Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama adalah
sebagai berikut.
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=-
kjij
2kjij
kjij
n1
n1
RKG
XXF
dengan:
kjijF - : nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan
: rataan pada sel kj
ijX : rataan pada sel ij
kjX : rataan pada sel kj
RKG : rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan
: analisis variansi
ijn : ukuran sel ij
kjn : ukuran sel kj
Daerah Kritik untuk uji itu ialah: DK = {F|F>(pq–1)Fα; pq – 1, N – pq}
d. Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama adalah
sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=-
ikij
2ikij
ikij
n1
n1
RKG
XXF
Daerah kritik untuk uji itu ialah: DK={F|F>(pq – 1)Fα; pq – 1, N – pq}.
Menentukan keputusan uji untuk masing komparasi ganda.
Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang sudah ada.
(Budiyono, 2009: 215)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel kelas
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berkemampuan awal
sama. Rumus uji keseimbangan yang digunakan adalah uji t. Sebelum dlakukan
uji keseimbangan terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan
uji homogenitas. Hasil uji normalitas data awal dengan menggunakan uji
Liliefors, dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.1. Hasil Uji normalitas Kemampuan Awal
Uji Normalitas Lobs L0,05;n Keputusan Kesimpulan
Kemampuan Awal Kelas Eksperimen
0,0594 L0,05;120 = 0,0809 H0
diterima Normal
Kemampuan Awal Kelas Kontrol
0,0652 L0,05;120 = 0,0809 H0
diterima
Normal
Berdasarkan tabel di atas, untuk masing-masing sampel ternyata Lobs <
Ltabel, sehingga Ho diterima. Ini berarti masing-masing sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal (Lampiran 22,23)
Untuk uji homogenitas mnggunakan uji Barlett di peroleh hasil pada tabel
berikut:
Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas
variabel k 캈쀰ǴǑ挠
캈渰,渰B,坡挠 Keputusan Kesimpulan
Kemampuan Awal 2 0,0283 3,8410 Ho diterima Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Berdasarkan tabel di atas, untuk masing-masing sampel ternyata 캈渰,渰B挠 实0,0283 矢 캈渰,渰B挠 实3,8410 滚ehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal
kedua kelompok memiliki variansi yang homogen.
Hasil uji keseimbangan dengan menggunakan uji t diperoleh thit = -1.4532
dengan t0,025;240 = 1,9699 dan – t0,025;240 = -1,9699. Ternyata diperoleh
thit < t0,025;240 atau thit > - t0,025; 240, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas
eksperimen dan kelas kontrol tidak memiliki perbedaan mean.yang berarti kedua
kelas tersebut kemampuan awalnya dalam keadaan seimbang dengan taraf
signifikansi 5%. (Perhitungan uji keseimbangan selengkapnya disajikan pada
Lampiran 24).
B. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini meliputi data hasil uji coba instrumen, data prestasi
belajar matematika pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung, dan data gaya
belajar matematika. Berikut ini diberikan uraian tentang data-data tersebut :
1. Data Hasil Uji Coba Instrumen
a. Uji Validitas, Konsistensi Internal dan Reliabelitas Instrumen Tes Prestasi
1) Uji Validitas isi
Hasil uji validasi isi yang dilakukan oleh 3 orang validator yaitu Drs.
Sugiyanto, M.Pd Widyaiswara Bidang Matematika Pada LPMP Propinsi
Kalimantan Tengah, Drs. Orhan, M.Pd selaku Dosen Matematika FKIP
Universitas Muhammadiyah Palangka Raya, dan Drs. Janu Pinardi, M.Si
selaku dosen pada Prodi Matematika FKIP Universitas Palangka Raya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Dari validitas isi instrumen yang berupa tes berbentuk pilihan
ganda sebanyak 35 butir soal telah dipenuhi karena adanya kesesuaian
antara kisi – kisi yang dibuat (Lampiran 4) dengan butir soal yang dipakai
(Lampiran 5). Hasil penilaian validitas isi selengkapnya ditunjukkan
pada Lampiran 8.
2) Uji Daya Pembeda
Hasil analisis daya beda dengan menggunakan rumus korelasi
produk moment diperoleh hasil bahwa dari 35 soal terdapat beberapa butir
soal yang dikategorikan soal dengan daya beda invalid yaitu butir soal no
5,13,23,31, dan 32 sedangkan butir soal yang lain masuk kategori valid.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.
Dalam pengambilan soal untuk data prestasi, dari hasil analisis
butir soal baik validitas isi, daya beda, tingkat kesukaran ada 5 butir soal
yang tidak dipakai yaitu nomor 5, 13, 23, 31 dan 32, sehingga untuk soal
yang digunakan pengambilan data prestasi hanya dipakai 30 butir soal
(Lampiran 9). Sehingga berdasarkan kriteria butir tes yang digunakan
untuk mengambil data prestasi maka butir tes tersebut memenuhi kriteria
sebagai butir yang layak digunakan.
3) Tingkat Kesukaran
Hasil analisis tingkat kesukaran dapat diketahui bahwa dari 35 soal
yang diuji cobakan terdapat beberapa butir soal dengan tingkat kesukaran
mudah yaitu bukti soal no 13,23,31 dan 32. Untuk katagori butir soal
dengan tingkat kesukaran sulit terdapat pada butir soal no 5 sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
butir yang lain masuk katagori sedang. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 11
4) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan uji Kuder
Richardson KR - 20 yaitu untuk menghitung koefisien reliabilitas
instrumen tes. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas
instrumen adalah 0,9215, nilai koefisien reliabilitas instrumen ini lebih
besar dari 0,7 sehingga instrumen tes tersebut dikatakan reliabel.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
b. Ujj Validitas dan Reliabelitas Angket Gaya Belajar
1) Validitas Isi
Untuk melihat apakah instrumen angket yang digunakan mempunyai
validitas isi yang tinggi, penulis mengkonsultasikan pada validator (expert
judgement). Dalam penelitian ini validator yang ditunjuk adalah bapak
Drs. Helmut.Y.Banu, M.Pd. selaku Dosen pada Prodi Bimbingan &
Konseling FKIP UNPAR, Drs. Josep Dudi, M.Si,selaku Dosen pada Prodi
Bimbingan & Konseling FKIP UNPAR,dan Drs. Ahmad Yasloh selaku
Dosen pada Prodi Bimbingan & Konseling FKIP. Hasilnya menyatakan
bahwa butir angket adalah valid karena dari validator diambil hasil
terbanyak (suara terbanyak) untuk dapat dikatakan valid sehingga dapat
digunakan untuk uji angket gaya belajar. (Lampiran 13)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
2) Konsistensi Internal
Hasil uji coba 18 butir auditorial, 18 butir soal visual, dan 18 butir
soal kinestetik dari jumlah total 54 butir soal instrumen angket gaya
belajar terhadap 90 responden ada 3 butir soal yang harus dibuang karena
tidak memenuhi indeks konsistensi internal (minimal 0,30) pada gaya
belajar auditorial yaitu butir no 4, 15 dan 17, ada 3 butir soal yang harus
dibuang pada gaya belajar visual yaitu 3, 4, dan 11, sedangkan pada gaya
belajar kinestetik ada 3 yaitu 3,6, dan 13 sehingga total butir soal yang
harus dibuang adalah 3 butir pada auditorial, 3 butir pada gaya belajar
visual, dan 3 butir pada gaya belajar kinestetik, selain butir angket tersebut
dapat digunakan untuk uji angket gaya belajar. (Lampiran 14)
3) Uji reliabilitas
Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus alpha yaitu
untuk menghitung koefisien reliabilitas instrumen angket. Dari hasil
perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas instrumen angket gaya belajar
visual adalah 0,8175, koefisien reliabilitas instrumen angket gaya belajar
auditorial adalah 0,7675, dan koefisien reliabilitas angket gaya belajar
kinestetik adalah 0,7679, nilai koefisien reliabilitas ke tiga intrumen
angket gaya belajar ini lebih besar dari 0,7 sehingga instrumen angket
tersebut dikatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
2. Data Skor Prestasi Belajar Siswa
Setelah data dari setiap variabel terkumpul yaitu data tentang gaya belajar siswa
dan data tes prestasi belajar siswa pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung,
selanjutnya akan digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Berikut ini akan
diberikan uraian tentang data-data yang diperoleh.
Dari data prestasi belajar siswa pada materi pokok bangun ruang sisi
lengkung, dicari ukuran tendensi sentralnya yang meliputi rata-rata (贯呻), Median
(Me), Modus (Mo) dan ukuran penyebaran dispersi yang meliputi jangkauan (R),
dan standart deviasi (s) yang dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut.
(Perhitungan skor prestasi belajar siswa selengkapnya disajikan pada Lampiran
23).
Tabel 4.3 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol.
Kelas Ukuran
Tedensi Sentral
Ukuran Dispersi
X伸 Mo Me Skor
min
Skor
maks
R s
Eksperimen 68,0559 67 68,5 40 86,67 46,67 9,7934
Kontrol 61,5042 60 60 40 83,33 43,33 10,4982
3. Data Skor Angket Gaya Belajar Matematika Siswa
Data tentang gaya belajar matematika siswa diperoleh dari skor angket.
Penggolongan gaya belajar matematika siswa didasarkan pada
kecenderungan skor siswa pada tipe yang sesuai. Siswa yang memiliki skor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
bergaya belajar auditorial pada tipe tertentu menunjukkan bahwa siswa
tersebut tergolong tipe tertentu itu
Tabel 4.4 Hasil Pengelompokan Gaya Belajar Siswa
No. Kelompok Banyak Siswa Tipe gaya belajar
visual Auditorial Kinestetik
1 Eksperimen 120 37 41 42
2 Kontrol 120 36 41 43
Jumlah 240 73 83 85
C. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Lilliefors dengan taraf signifikansi 5%. Dalam penelitian ini
uji normalitas yang dilakukan ada 5 (lima) yaitu uji normalitas prestasi belajar
siswa kelas kontrol, uji normalitas prestasi belajar siswa kelas eksperimen, uji
normalitas prestasi belajar siswa kelompok gaya belajar visual, uji normalitas
prestasi belajar siswa kelompok gaya belajar auditorial, uji normalitas prestasi
belajar siswa kelompok gaya belajar kinestetik. Hasil uji normalitas skor prestasi
belajar matematika siswa masing-masing sampel ternyata 拐쀰ǴǑ < 拐崎,坡, sehingga
Ho diterima. Ini berarti dapat disimpulkan masing-maing sampel berasal darl
populasi yang berdistribusi normal dan dilihat pada tabel berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas
Uji Normalitas Lobs L0,05;n Keputusan Kesimpulan
Kelompok Eksperimen
0,0630 L0,05;120 = 0,0809 H0 diterima Normal
Kelompok Kontrol 0,0736 L0,05;120= 0,0809 H0 diterima
Normal
Gaya Belajar Visual 0,0929 L0,05;73 = 0,1037 H0 diterima
Normal
Gaya Belajar Auditorial
0,0902 L0,05;82 = 0,0978 H0 diterima
Normal
Gaya Belajar Kinestetik
0,0733 L0,05;85 = 0,0961 H0 diterima
Normal
Berdasarkan tabel di atas untuk masing-masing sampel ternyata L0bs < Ltab,
sehingga H0 diterima. Ini berarti masing-masing sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. (Perhitungan uji normalitas selengkapnya disajikan
pada Lampiran 27-31).
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji Bartlet dengan statistik uji Chi Kuadrat. Dalam penelitian ini ada dua
kali uji homogenitas yaitu antar baris (uji homogenitas prestasi belajar siswa
ditinjau dari model mengajar), antar kolom (uji homogenitas prestasi belajar siswa
ditinjau dari gaya belajar siswa). Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas
Berdasarkan tabel di atas, ternyata harga X2obs dari kelas yang diberi perlakuan
model mengajar dan gaya belajar siswa kurang dari X20,05;n sehingga Ho diterima.
Ini berarti populasi yang dikenai perlakuan model pembelajaran dan gaya belajar
siswa berasal dari populasi homogen. (Lampiran 32 dan Lampiran 33).
D. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan dalam
tabel sebagai berikut: (Perhitungan uji hipotesis selengkapnya disajikan pada
Lampiran 34).
Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber varian JK dK RK Fobs F Keputusan
Model Pembelajaran (A)
2501,8446 1 2501,8446 27,7811 3,8815 HOA ditolak
Gaya Belajar (B) 2397,1469 2 1198,5735 13,3093 3,0344 HOB ditolak
Interaksi (AB) 1087,6230 2 543,8115 6,0386 3,0344 HOAB ditolak
Galat 21073,0229S 234 90,0557
Total 27059,6374 239
Keterangan: F di dapat dengan perhitungan MINITAB
Sampel k 캈쀰ǴǑ挠 캈渰,渰B,坡挠 Keputusan Kesimpulan
Model Pembelajaran
2 0,5473 3,8410 Ho diterima Homogen
Gaya Belajar 3 0,6284 5,9910 Ho diterima Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat, atau dengan kata
lain kedua model pembelajaran memberikan pengaruh yang tidak sama
terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok bangun ruang
sisi lengkung.
b. Ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat, atau dengan kata
lain ketiga kategori gaya'belajar matematika siswa memberikan pengaruh
yang tidak sama terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok
bangun ruang sisi lengkung..
c. Terdapat interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat yaitu antara
penggunaan model pembelajaran dan gaya belajar matematika siswa terhadap
prestasi belajar matematika pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung.
2. Uji Lanjut Pasca Anava
Uji lanjut pasca anava dilakukan dengan menggunakan model Scheffe.
Berdasarkan perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama telah diperoleh
keputusan uji bahwa HOA, HOB, dan HOAB tidak diterima, maka perlu dilakukan uji
komparasi rataan antar kolom (gaya belajar siswa).
Pada antar baris tidak perlu dilakukan uji komparasi ganda karena variabel
model pembelajaran hanya ada dua nilai (model pembelajaran TPS dan model
pembelajaran STAD). Sehingga dilihat dari rataan marginalnya dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar siswa-siswa yang diberi model pembelajaran TPS memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
prestasi yang berbeda daripada siswa-siswa yang diberi model pembelajaran
STAD. Hal ini dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :
Tabel 4.8. Rataan Marginal
Gaya Belajar
Model Mengajar
Visual Auditorial Kinestetik Rataan Marginal
Model pembelajaran TPS 63,8892 66,5859 72,9460 68,0559
Model Pembelajaran STAD
56,4046 65,7727 61,8298 61,5042
Rataan Marginal 60,0956 66,1793 67,4533
Dari hasil perhitungan anava diperoleh bahwa H0A ditolak, tetapi karena
model pembelajaran hanya memiliki dua kategori maka untuk antar baris tak
perlu dilakukan uji komparasi ganda. Kalaupun dilakukan komparasi ganda, dapat
dipastikan bahwa hipotesis nolnya juga akan ditolak. Komparasi ganda tersebut
menjadi tidak berguna, karena anava telah menunjukkan bahwa H0A ditolak. Dari
rataan marginalnya (X伸1. = 68,0559 > 61.5042 = 匠伸2.) dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran TPS menghasilkan prestasi belajar lebih baik dibandingkan,
model pembelajaran STAD
HOB ditolak sehingga dilakukan uji komparasi ganda
dengan menggunakan model Scheffe' dan dirangkum dalam tabel berikut.
Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
Komparasi (贯黔 呻呻呻石 贯钱 呻呻呻) 2 (囊坡腮十囊坡 ) RKG Fobs Kritik Keputusan
µ.1 VS µ.2 37,0108 0,0259 90,0557 15,8717 6,06882 Ho ditolak
µ.1 VS µ.3 54,1354 0,0255 90,0557 23,6078 6,06882 Ho ditolak
µ.2 VS µ.3 1,6231 0,0240 90,0557 0,7522 6,06882 Ho diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 35).
Keterangan :
µ.1 = rataan siswa yang mempunyai gaya belajar visual
µ.2 = rataan siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial
µ.3 = rataan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Ada perbedaan rataan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa
dengan gaya belajar visual dan kelompok siswa dengan gaya belajar
auditorial. Untuk (匠伸.谜= 60,0956 < 66,1793 =X伸.挠) menunjukkan bahwa siswa
yang memiliki gaya belajar auditorial prestasi belajarnya lebih baik
dibandingkan siswa yang memiliki gaya belajar visual.
b. Ada perbedaan rataan antara prestasi belajar matematika pada kelompok
siswa dengan gaya belajar visual dan prestasi belajar matematika pada
kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik. Untuk (匠伸.谜= 60,0956 <
67,4533 = X伸.脑 menunjukkan bahwa siswa yang memiliki gaya belajar belajar
kinestetik prestasi belajarnya lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki
gaya belajar visual.
c. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada
kelompok siswa dengan gaya belajar Auditorial dan prestasi belajar
matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa yang memiliki gaya belajar belajar Auditorial
prestasi belajarnya sama baiknya siswa yang memiliki gaya belajar belajar
Kinestetik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 4.10. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel pada kolom yang sama
Komparasi (贯呻平凭- 贯呻瓶凭)2 (囊坡腮 +
囊坡塞 ) RKG F Kritik Keputusan
µ11 vs µ21 56,0188 0,0548 90,0557 11,3502 11.2631 Ho ditolak
µ12 vs µ22 0,6612 0,0488 90,0557 0,1505 11.2631 Ho diterima
µ13 vs µ23 123,5718 0,0471 90,0557 29,1546 11.2631 Ho ditolak
Tabel 4.11 Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel pada baris yang sama
Komparasi (贯呻平凭- 贯呻平瓶)2 (囊坡腮 +
囊坡腮塞) RKG F Kritik Keputusan
µ11 vs µ12 7,2721 0,0514 90,0557 1,5705 11.2631 Ho diterima
µ11 vs µ13 82,0271 0,0508 90,0557 17,9172 11.2631 Ho ditolak
µ12 vs µ13 40,4521 0,0482 90,0557 9,3193 11.2631 Ho diterima
µ21 vs µ22 87,7611 0,0522 90,0557 18,6804 11.2631 Ho ditolak
µ21 vs µ23 29,4324 0,0510 90,0557 6,4041 11.2631 Ho diterima
µ22 vs µ23 15,5466 0,0476 90,0557 3,6232 11.2631 Ho diterima
Berdasarkan Tabel di atas dapat disimpulkan
1. Terdapat perbedaan prestasi antara siswa yang dikenakan pembelajaran TPS
dan pembelajaran STAD pada gaya belajar visual. Jika dilihat dari rataan
marginal yaitu 匠伸谜谜 妮 泌米,ss幂µ使 匠伸µ谜 妮 觅泌,秘迷秘泌 狗o够 垢菇垢 berarti prestasi
siswa dengan gaya belajar visual pada pembelajaran TPS lebih baik dari
prestasi siswa pada pembelajaran STAD , pada materi pokok bangun ruang
sisi lengkung.
2. Tidak terdapat perbedaan prestasi antara siswa yang dikenakan pembelajaran
TPS dan pembelajaran STAD pada gaya belajar auditorial. Hal ini berarti
prestasi belajar siswa dengan gaya auditorial pada pembelajaran TPS sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
baiknya dengan prestasi belajar siswa pada pembelajaran STAD, pada materi
pokok bangun ruang sisi lengkung.
3. Terdapat perbedaan prestasi antara siswa yang dikenakan pembelajaran TPS
dan pembelajaran STAD pada gaya belajar kinestetik. Jika dilihat dari rataan
marginal yaitu X伸囊脑 妮 72,9460 使 X伸挠脑 妮 61,8298 hal ini berarti prestasi siswa
dengan gaya belajar kinestetik pada pembelajaran TPS lebih baik dari prestasi
siswa pada pembelajaran STAD, pada materi pokok bangun ruang sisi
lengkung.
4. Tidak terdapat perbedaan prestasi antara siswa dengan belajar visual dan siswa
dengan gaya belajar auditorial pada pembelajaran TPS. Hal ini berarti pada
pembelajaran TPS, prestasi belajar siswa dengan gaya belajar visual sama
baiknya dengan prestasi siswa dengan gaya belajar auditorial pada materi
pokok bangun ruang sisi lengkung.
5. Terdapat perbedaan prestasi antara siswa dengan belajar visual dan siswa
dengan gaya belajar kinestetik pada pembelajaran TPS. Jika dilihat dari rataan
marginal yaitu X伸囊囊 妮 63,8892 矢 X伸囊脑 妮 72,9460 hal ini berarti pada
pembelajaran TPS prestasi belajar siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih
baik dari pada prestasi belajar siswa dengan gaya belajar visual pada materi
pokok bangun ruang sisi lengkung.
6. Tidak terdapat perbedaan prestasi antara siswa dengan belajar auditorial dan
siswa dengan gaya belajar kinestetik pada pembelajaran TPS. Hal ini berarti
pada pembelajaran TPS prestasi belajar siswa dengan gaya belajar auditorial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
sama baiknya dengan prestasi belajar siswa dengan gaya belajar kinestetik
pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung.
7. Terdapat perbedaan prestasi antara siswa dengan belajar visual dan siswa
dengan gaya belajar auditorial pada pembelajaran STAD Jika dilihat dari
rataan marginal yaitu X伸挠囊 妮 56,4046 矢 X伸挠挠 妮 65,7727 hal ini berarti pada
pembelajaran STAD prestasi belajar siswa dengan gaya belajar auditorial
lebih baik dari pada prestasi belajar siswa dengan gaya belajar visual pada
materi pokok bangun ruang sisi lengkung
8. Tidak terdapat perbedaan prestasi antara siswa dengan gaya belajar visual dan
siswa dengan gaya belajar kinestetik pada pembelajaran STAD. Hal ini berarti
pada pembelajaran STAD prestasi belajar siswa dengan gaya belajar visual
sama baiknya dengan prestasi belajar siswa dengan gaya belajar kinestetik
materi pokok bangun ruang sisi lengkung
9. Tidak terdapat perbedaan prestasi antara siswa dengan gaya belajar auditorial
dan siswa dengan gaya belajar kinestetik pada pembelajaran STAD. Hal ini
berarti pada pembelajaran STAD prestasi siswa dengan gaya belajar
auditorial sama baiknya dengan prestasi siswa dengan gaya belajar kinestetik
pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung
E. Pembahasan Hasil Analisis
Pada pembahasan hasil analisis, yang dimaksud dengan hipotesis adalah
hipotesis pada penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan uji anava dua jalan sel tak sama yang dilakukan diperoleh
Fa= 27,7811 > 3,8815 = F判 sehingga Fa merupakan anggota Daerah Kritik.
Karena Fa merupakan anggota daerah kritik maka H0A ditolak, ini berarti
bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi perlakuan
pembelajaran TPS dan siswa yang diberi perlakuan pembelajaran STAD.
Berdasarkan rataan marginal pada siswa-siswa yang diberi pembelajaran TPS
adalah 68,0559 dan pembelajaran STAD adalah 61,5042 jadi dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran TPS menghasilkan prestasi belajar lebih
baik dibandingkan pembelajaran STAD, sehingga dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar siswa-siswa yang diberi pembelajaran TPS memiliki prestasi
yang lebih baik daripada siswa-siswa yang diberi pembelajaran STAD. Hal
ini disebabkan karena pada pembelajaran TPS, interaksi antara siswa melalui
diskusi untuk menyelesaikan masalah yang akan meningkatkan ketrampilan
siswa dan juga baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai
sama-sama memperoleh manfaat melalui gaya belajar.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan
pembelajaran TPS menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik
daripada pembelajaran STAD pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan uji anava dua jalan sel tak sama diperoleh Fb = 13,3093 >
3,0344 = F判, sehingga Fb anggota daerah kritik. Karena F荒, anggota daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
kritik maka HOB di tolak, ini berarti terdapat perbedaan pengaruh gaya belajar
terhadap prestasi belajar matematika siswa.
Selanjutnya dari uji lanjut pasca anava diperoleh DK= {F | F > 6.0688 } dan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a. F1-2 = 15,8717 碉 DK
Hal ini berarti, ada perbedaan rataan antara prestasi belajar matematika
pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual dan prestasi belajar
matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial
b. F1-3 = 23,6078 碉 DK
Hal ini berarti, ada perbedaan rataan antara prestasi belajar matematika
pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual dan prestasi belajar
matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik.
c. F2-3 = 0,7522 Ï DK
Tidak terdapat perbedaan rataan antara prestasi belajar matematika pada
kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial dan prestasi belajar
matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik.
Berdasarkan rataan marginal, uji anava dua jalan sel tak sama dan
uji lanjut pasca anava dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
matematika siswa yang memiliki gaya belajar auditorial lebih baik dari
prestasi siswa yang memiliki gaya belajar visual, siswa yang memiliki
gaya belajar kinestetik lebih baik dari prestasi siswa yang memiliki gaya
belajar visual, dan siswa yang memiliki gaya belajar auditorial sama
baiknya dengan prestasi siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
3. Hipotesis ketiga
Hasil analisis uji hipotesis Fab = 6,0386 lebih dari F判 = 3,0344 menunjukkan
bahwa HO(AB) ditolak. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan kategori gaya
belajar terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok bangun ruang
sisi lengkung
Karena HO(AB) ditolak maka harus dilanjutkan dengan uji komparasi ganda
dengan metode Scheffe. Dilihat dari perhitungan pada Lampiran 32
bahwa F11-21 > F判. Dari hasil ini maka keputusan ujinya adalah terdapat
perbedaan antara prestasi siswa kelompok gaya belajar visual pada
pembelajaran TPS dan gaya belajar visual pada pembelajaran STAD.
Sehingga prestasi siswa kelompok gaya belajar visual pada pembelajaran TPS
lebih baik dari prestasi siswa kelompok gaya belajar visual pada
pembelajaran STAD materi pokok bangun ruang sisi lengkung.
Pada gaya belajar visual, pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar
matematika yang lebih baik dari pembelajaran STAD.
4. Hipotesis Keempat
Hasil analisis uji hipotesis Fab = 6,0386 lebih dari F判= 3,0344
menunjukkan bahwa HO(AB) ditolak. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa
terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan kategori
gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok bangun
ruang sisi lengkung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Karena HO(AB) ditolak maka perlu dilakukan uji komparasi ganda dengan
metode Scheffe. Dilihat dari perhitungan pada Lampiran 32 bahwa baik F12-22
< F判. Dari hasil ini maka keputusan ujinya adalah tidak terdapat perbedaan
antara prestasi siswa kelompok gaya belajar auditorial pada pembelajaran
TPS dan gaya belajar auditorial pada pembelajaran STAD Sehingga prestasi
siswa kelompok gaya belajar auditorial pada pembelajaran TPS sama baiknya
dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar auditorial pada pembelajaran
STAD materi pokok bangun ruang sisi lengkung
Pada gaya belajar auditorial, pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar
matematika sama baiknya dengan pembelajaran STAD
5. Hipotesis Kelima
Hasil analisis uji hipotesis Fab = 6,0386 lebih dari F判 = 3,0344
menunjukkan bahwa HO(AB) ditolak. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa
terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan kategori
gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok bangun
ruang sisi lengkung..
Karena HO(AB) ditolak maka harus dilanjutkan dengan uji komparasi
ganda dengan metode Scheffe. Dilihat dari perhitungan pada Lampiran 32
bahwa baik F13-23 > F判. Dari hasil ini maka keputusan ujinya adalah terdapat
perbedaan antara prestasi siswa kelompok gaya belajar kinestetik pada
pembelajaran TPS dan gaya belajar kinestetik pada pembelajaran STAD.
Sehingga prestasi siswa kelompok gaya belajar kinestetik pada pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
TPS lebih baik dari prestasi siswa kelompok gaya belajar kinestetik pada
pembelajaran STAD materi pokok bangun ruang sisi lengkung.
Pada gaya belajar kinestetik, model pembelajaran TPS memberikan
prestasi belajar matematika lebih baik dari model pembelajaran STAD
6. Hipotesis Keenam
Hasil analisis uji hipotesis Fab = 6,0386 > 3,0344 = F判 menunjukkan
bahwa HO(AB) ditolak. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan kategori gaya
belajar terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok bangun ruang
sisi lengkung.
Karena HO(AB)) ditolak maka harus dilanjutkan dengan uji komparasi
ganda dengan metode Scheffe. Dilihat dari perhitungan pada Lampiran 33
bahwa F11-12 < F判 , F12-13 < F判, F11-13 > F判 Dari hasil ini maka keputusan
ujinya adalah :
.a. Tidak terdapat perbedaan antara prestasi siswa kelompok gaya belajar
visual dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar auditorial pada
pembelajaran TPS. Sehingga prestasi siswa kelompok gaya belajar visual
sama baiknya dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar auditorial
pada pembelajaran TPS materi pokok bangun ruang sisi lengkung.
b. Tidak terdapat perbedaan antara prestasi siswa kelompok gaya belajar
auditorial dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar kinestetik pada
pembelajaran TPS. Sehingga prestasi siswa kelompok gaya belajar
auditorial sama baiknya dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
kinestetik pada pembelajaran TPS materi pokok bangun ruang sisi
lengkung.
c. Terdapat perbedaan antara prestasi siswa kelompok gaya belajar visual
dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar kinestetik pada pembelajaran
TPS. Sehingga prestasi siswa kelompok gaya belajar kinestetik lebih baik
dari prestasi siswa kelompok gaya belajar visual pada pembelajaran TPS
materi pokok bangun ruang sisi lengkung.
Pada pembelajaran TPS prestasi belajar matematika siswa
kelompok gaya belajar visual sama baiknya dengan prestasi belajar
matematika siswa kelompok gaya belajar auditorial, prestasi belajar
matematika siswa kelompok gaya belajar auditorial sama baiknya dengan
prestasi belajar matematika siswa kelompok gaya belajar kinestetik, dan
prestasi belajar matematika siswa kelompok gaya belajar kinestetik lebih
baik dari prestasi belajar matematika siswa kelompok gaya belajar visual.
7. Hipotesis Ketujuh
Hasil analisis uji hipotesis Fab = 6,0386 lebih dari F判 = 3,0344
menunjukkan bahwa HO(AB) ditolak. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa
terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan kategori
gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok bangun
ruang sisi lengkung.
Karena HO(AB)) ditolak maka harus dilanjutkan dengan uji komparasi
ganda dengan metode Scheffe. Dilihat dari perhitungan pada Lampiran 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
bahwa F21-22 > F判, F22-23 < F判, F21-23, < F判 Dari hasil ini maka Keputusan
ujinya adalah :
a. Terdapat perbedaan antara prestasi siswa kelompok gaya belajar visual
dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar auditorial pada pembelajaran
STAD. Sehingga prestasi siswa kelompok gaya belajar auditorial lebih
baik dari prestasi siswa kelompok gaya belajar visual pada pembelajaran
STAD materi pokok bangun ruang sisi lengkung.
b. Tidak terdapat perbedaan antara prestasi siswa kelompok gaya belajar
auditorial dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar kinestetik pada
pembelajaran STAD. Sehingga prestasi siswa kelompok gaya belajar
kinestetik sama baiknya dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar
auditorial pada pembelajaran STAD materi pokok bangun ruang sisi
lengkung.
c. Tidak terdapat perbedaan antara prestasi siswa kelompok gaya belajar
visual dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar kinestetik pada
pembelajaran STAD. Sehingga prestasi siswa kelompok gaya belajar
visual sama baiknya dengan prestasi siswa kelompok gaya belajar
kinestetik pada pembelajaran STAD materi pokok bangu ruang sisi
lengkung.
Pada pembelajaran STAD, prestasi belajar matematika siswa kelompok
gaya belajar audiorial lebih baik dari prestasi belajar matematika siswa
kelompok gaya belajar visual, prestasi belajar matematika siswa kelompok
gaya belajar auditorial sama baiknya dengan prestasi belajar matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
siswa kelompok gaya belajar kinestetik, dan prestasi belajar matematika
siswa kelompok gaya belajar visual sama baiknya dengan prestasi belajar
matematika siswa kelompok gaya belajar kinestetik.
F. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini dapat diungkapkan sebagai berikut:
1. Populasi pada penelitian ini hanya mengambil siswa kelas IX SMP se Kota
Palangka Raya. Disamping itu pengambilan sampel juga mungkin masih
kurang baik sehingga kurang bisa mewakili populasi.
2. Data prestasi belajar yang digunakan untuk membahas perbedaan prestasi
belajar matematika bagi siswa yang diberi pembelajaran dengan model TPS
dan STAD, hanya terbatas pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung.
3. Model pembelajaran pada penelitian ini terbatas pada model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dan STAD, sehingga mengabaikan model pembelajaran
lain. Padahal selain model pembelajaran tersebut masih ada model
pembelajaran lain.
4.. Dalam pengerjaan soal tes kemungkinan sekali masih ada yang kerja sama,
sehingga akan berakibat data untuk nilai prestasi belajar pada penelitian ini
menjadi kurang murni. Demikian juga dalam pengisian angket gaya belajar
matematika kemungkinan masih banyak siswa yang mengisi angket kurang
jujur, sehingga berakibat pembagian kelompok gaya belajar visual, auditorial,
dan kinestetik kurang akurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan hasil analisis serta mengacu pada
perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Prestasi belajar matematika siswa pada materi dengan menggunakan
model pembelajaran TPS lebih baik dari pada prestasi belajar matematika
siswa dengan menggunakan pembelajaran STAD.
2. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik
sama baiknya dengan daripada prestasi belajar matematika siswa yang
mempunyai gaya belajar auditorial, prestasi belajar matematika siswa yang
mempunyai gaya belajar auditorial lebih baik daripada prestasi belajar
matematika siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan prestasi belajar
matematika siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik lebih baik
daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar
visual.
3. Pada gaya belajar visual, pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar
matematika lebih baik dari pada pembelajaran STAD.
4. Pada gaya belajar auditorial, pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar
matematika sama baiknya dengan pembelajaran STAD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
5. Pada gaya belajar kinestetik, pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar
matematika lebih baik dari pada pembelajaran STAD.
6. Pada kelas yang menggunakan pembelajaran TPS, gaya belajar kinestetik
memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dari pada
siswa dengan gaya belajar visual dan gaya belajar auditorial sama baiknya
dengan gaya belajar kinestetik maupun dengan gaya belajar visual.
7. Pada kelas yang menggunakan pembelajaran STAD, gaya belajar auditorial
memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dari pada
siswa dengan gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik sama baiknya
dengan gaya belajar visual maupun auditorial.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata pembelajaran matematika dengan
model TPS lebih baik daripada pembelajaran matematika dengan model
STAD. Hal tersebut berkenaan oleh beberapa hal yaitu:
a. Model pembelajaran TPS memiliki kelebihan interaksi antara siswa
dibandingkan model pembelajaran STAD, karena model pembelajaran TPS
siswa lebih aktif bekerjasama daripada siswa yang diberi model pembelajaran
STAD
b. Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh hasil bahwa siswa yang memiliki
gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik memiliki prestasi belajar
yang lebih baik daripada siswa dengan gaya belajar visual. Hal ini disebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
karena siswa yang memiliki gaya belajar auditorial dan kinestetik memiliki ciri
suka berdiskusi dan lebih mudah mengingat dan berbuat..
c. Selain kedua hal di atas, berdasarkan penelitian juga diperoleh hasil bahwa
pembelajaran TPS menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik
untuk gaya belajar kinestetik dibandingkan dengan gaya belajar visual dan
auditorial, sedangkan pada model pembelajaran STAD menghasilkan prestasi
belajar matematika yang lebih baik untuk siswa dengan gaya belajar auditorial
dibandingkan dengan gaya belajar visual dan kinestetik.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik dalam
upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran dan prestasi belajar yang dicapai
siswa pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung. Pembelajaran dengan TPS
dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi guru sebagai alternatif untuk
menyampaikan materi pelajaran matematika di SMP. Selain itu, guru juga
harus memperhatikan gaya belajar matematika siswa dalam rangka meningkatkan
prestasi belajar matematika karena gaya belajar matematika merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, beberapa saran yang
peneliti dapat sampaikan yaitu:
1. Kepada guru matematika penulis menyarankan agar pada materi pokok
bangun ruang sisi lengkung, pembelajaran dengan menggunakan model TPS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa.
2. Seorang guru hendaknya mengetahui karakteristik gaya belajar masing-
masing siswa.
3. Dalam penelitian ini model pembelajaran ditinjau dari gaya belajar
matematika siswa. Bagi para calon peneliti yang lain mungkin dapat
melakukan tinjauan yang lain, misalnya motivasi, karakteristik cara berpikir,
kreativitas, aktivitas, minat siswa, dan lain-lain.
top related