heruedi.blog.uns.ac.id · web viewpembelajaran di sekolah dasar telah lama diharapkan menggunakan...
Post on 11-Jul-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING AND
LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF
SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA SEKOLAH DASAR DITINJAU
DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA
BIDANG KEGIATAN :
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN (PKMP)
Diusulkan oleh :
1. Nurul Fitriyah Sulaeman (K2305034)
2. Haris Adi Saputra (K2307028)
3. Heru Edi Kurniawan (K2307009)
4. Herdiyan Kurniasari (K2306029)
5. Anisa Widyaningtiyas (K2307017)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2008
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Penerapan Pembelajaran Quantum Teaching And Learning
Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Pada Pembelajaran IPA
Sekolah Dasar Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa
2. Bidang Kegiatan : PKMP
3. Bidang Ilmu : Pendidikan
4. Ketua Pelaksana Kegiatan :
a. Nama Lengkap : Nurul Fitriyah Sulaeman
b. NIM : K2305034
c. Jurusan : P. MIPA
d. Universitas : Universitas Sebelas Maret
e. Alamat Rumah/hp : Jl. Harapan no87A Cirebon (081804406223)
5. Anggota Pelaksana Kegiatan : 4 orang
6. Dosen Pendamping :
a. Nama Lengkap : Dra. Rini Budiharti, M.Pd
b. NIP : 131 415 240
c. Alamat Rumah : Ngebuk RT 04/VII no. 70 Kartosuro (0271-788038)
7. Biaya Kegiatan Total : Rp. 2.000.000,00
8. Jangka waktu pelaksanaan : 4 Bulan
9. Sumber dana : DIPA
Surakarta, 1 Maret 2008
Menyetujui,
Pembantu Dekan III FKIP UNS Ketua Pelaksana
Drs. Amir Fuady, M.Hum Nurul Fitriyah Sulaeman
NIP. 131 415 240 NIM K2305034
Pembantu Rektor III UNS Dosen Pembimbing
Drs. Dwi Tiyanto, SU Dra. Rini Budiharti, M.Pd
NIP. 130 814 593 NIP. 131 415 240
A. JUDUL PROGRAM
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING AND
LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA
SISWA SEKOLAH DASAR
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Menurut kurikulum sekolah dasar saat ini (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan 2006), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuairi dan berbuat sehingga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar.( Depdiknas, 2006:1).
Pembelajaran di sekolah dasar telah lama diharapkan menggunakan model
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa atau lebih dikenal dengan Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA). Namun pada kenyataannya masih banyak proses
pembelajaran di sekolah dasar yang menggunakan model pembelajaran
konvensional yang monoton dan kurang memberi kesempatan bagi siswa untuk
belajar secara aktif dalam suasana yang menyenangkan. Siswa sekolah dasar yang
pada umumnya sangat aktif, dipaksa menjadi anak-anak yang pasif dimana
mereka harus duduk tegak dengan rapi selama proses belajar berlangsung. Hal ini
menyebabkan banyak siswa sekolah dasar yang merasa bosan dan tidak betah di
sekolah. Setiap pagi saat mereka datang ke sekolah, mereka tidak bersemangat
untuk mempelajari pengetahuan yang baru, karena sekolah setiap hari selalu sama
dalam proses pembelajaran tidak ada hal-hal baru yang menarik untuk ditunggu.
Salah satu faktor penentu keberhasilan proses belajar mengajar adalah
ketepatan penggunaan metode pengajaran. Hal ini menuntut guru untuk
menguasai berbagai macam metode mengajar sehingga memungkinkan siswa
untuk belajar dengan efektif dan efisien. Rini Budiharti (1998: 2) mengatakan
bahwa “Metode yaitu berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum, yang sesuai
untuk mencapai tujuan tertentu”. Sementara Oemar Hamalik menyebutkan,
“Metode berarti cara, yakni cara mencapai suatu tujuan. Metode mengajar berarti
cara mencapai tujuan mengajar, yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai oleh
murid dalam kegiatan belajar mengajar”(1992:81).
Keaktifan siswa akan dapat muncul ketika proses belajar mengajar
menggunakan model yang sesuai untuk memfasilitasi siswa menjadi aktif. Siswa
sekolah dasar yang tingkat usianya antara sekitar 7 – 13 tahun, sesuai dengan
tingkat perkembangannya, memiliki karakter dasar yang aktif serta menyukai
permainan dengan teman sebayanya. Karakteristik dasar ini sebaiknya dapat
diakomodir dan diarahkan dalam proses belajar mengajar. Sehingga siswa merasa
belajar bukan sebagai sebuah beban, melainkan suatu kegiatan menyenangkan
tanpa paksaan.
Dalam merancang pembelajaran IPA di sekolah dasar para guru mendapat
tantangan untuk membuat suatu model rancangan pembelajaran yang mampu
merangsang dan mengarahkan keaktifan siswa sekaligus mampu memberi
pengalaman penemuan tentang konsep-konsep IPA. Berbagai model pembelajaran
dapat dijadikan pilihan untuk menjawab tantangan ini, salah satunya adalah model
Quantum Teaching And Learning.
C. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang diatas, agar penelitian ini lebih efektif maka kami
menyusun perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran
Quantum Teaching And Learning dan model pembelajaran konvensional
terhadap kemampuan kognitif siswa?
2. Apakah ada perbedaan pengaruh antara kemampuan awal siswa kategori
tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa?
3. Apakah ada interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran
Quantum Teaching And Learning dan model pembelajaran konvensional
terhadap kemampuan kognitif siswa?
4. Apakah ada peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah mengikuti
pembelajaran model Quantum Teaching And Learning?
D. TUJUAN PROGRAM
Program penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antara penggunaan model
pembelajaran quantum teaching and learning dan model pembelajaran
konvensional terhadap kemampuan kognitif siswa pada pelajaran IPA
sekolah dasar
2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antara kemampuan awal
siswa kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa
3. Mengetahui ada tidaknya interaksi pengaruh antara penggunaan model
pembelajaran Quantum Teaching And Learning dan model pembelajaran
konvensional terhadap kemampuan kognitif siswa
4. Mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah
mengikuti pembelajaran model Quantum Teaching And Learning
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari program penelitian ini adalah :
1. Siswa sekolah dasar dapat mempelajari IPA melalui kegiatan belajar yang
menyenangkan
2. Memberikan alternatif model pembelajaran IPA sekolah dasar sebagai
upaya meningkatkan kemampuan kognitif siswa sekolah dasar
3. Model pembelajaran quantum teaching and learning pada pembelajaran
IPA di sekolah dasar dapat menjadi salah satu alternatif variasi metode
pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa.
4. Peningkatan kemampuan kognitif siswa pada pembelajaran IPA sekolah
dasar
5. Terciptanya suasana kegiatan belajar mengajar IPA sekolah dasar yang
kondusif bagi siswa
F. KEGUNAAN PROGRAM
Adapun kegunaan dari program ini, diantaranya :
1. Mengatasi kesulitan siswa belajar mata pelajaran IPA
2. Memberikan alternatif model pembelajaran bagi para guru IPA sekolah
dasar
3. Memberikan contoh model pembelajaran quantum teaching and learning
pada mata pelajaran IPA di sekolah dasar yang dijadikan studi kasus
penelitian
4. Mengetahui pengaruh penerapan model quantum teaching and learning
pada kemempuan kognitif siswa pada pelajaran IPAa sekolah dasar
5. Mengembangkan kreativitas dalam merancang pembelajaran bagi
mahasiswa pelaksana kegiatan
G. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Oemar Hamalik bahwa, “Belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pangalaman ( learning is defined as modification
or strengthening of behavior through experiencing)”.(Oemar Hamalik, 1992: 36).
Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses kegiatan dan
bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih
luas daripada itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil
latihan, melainkan perubahan kelakuan.
Banyak faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar
salah satunya adalah ketepatan penggunaan metode pengajaran. Hal ini menuntut
guru untuk menguasai berbagai macam metode mengajar sehingga
memungkinkan siswa untuk belajar dengan efektif dan efisien. Rini Budiharti
(1998: 2) mengatakan bahwa “Metode yaitu berbagai cara kerja yang bersifat
relatif umum, yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu”. Sementara Oemar
Hamalik menyebutkan, “Metode berarti cara, yakni cara mencapai suatu tujuan.
Metode mengajar berarti cara mencapai tujuan mengajar, yaitu tujuan-tujuan yang
diharapkan tercapai oleh murid dalam kegiatan belajar mengajar”(1992:81).
I. Metode Konvensional
Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang
paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan. Cara
mengajar dengan model konvensional dapat dikatakan juga sebagai teknik kuliah.
Model ini merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan
keterangan atau informasi atau tentang suatu pokok persoalan serta masalah
secara lisan.
Dalam menggunakan model konvensional, guru perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Apabila di sekolah telah tersedia bahan bacaan / buku-buku yang berisi
bahan atau masalah yang akan dipelajari
2. Apabila jumlah siswa tidak terlalu banyak, sehingga memungkinkan
guru dapat menggunakan teknik-teknik penyajian lain yang lebih efektif
3. Apabila guru bukan seorang pembicara yang baik, tidak mampu menarik
perhatian siswa
Keuntungan model pembelajaran konvensional adalah :
1. Guru lebih mudah mengawasi ketertiban siswa dalam mendengarkan
pembelajaran disebabkan siswa melakukan kegiatan yang sama
2. Perhatian guru tidak terbagi-bagi
Kelemahan model pembelajaran konvensional adalah :
1. Guru tidak mampu untuk mengontrol sejauh mana siswa telah memahami
uraiannya
2. Kadang-kadang model ini membosankan apalagi jika guru menyampaikan
secara monoton dan kurang mampu menarik perhatian siswa
(Sugiyanto, 2000:10)
II. Model Quantum teaching and learning
Model pembelajaran Quantum Teaching And Learning adalah penggubahan
belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Model ini juga menyertakan segala
kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar serta
berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi inilah yang
mendirikanlandasan dan kerangka untuk belajar. (DePorter, 2000:3)
Dalam Quantum Teaching And Learning terdapat 3 kata kunci untuk
membantu pemahaman terhadap filosofi model ini, yaitu :
1. Quantum
Quantum diartikan sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi
cahaya. Dengan demikian Quantum Teaching And Learning diartikan
sebagai pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di
sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk
belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi
ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang
akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.
2. Pemercepatan Belajar
Pemercepatan belajar dilakukan dengan menyingkirkan hambatan yang
menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan
musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang
sesuai, cara efektif penyajian, dan keterlibatan aktif .
3. Fasilitasi
Fasilitasi merupakan proses mempermudah segala hal yang merujuk pada
implementasi strategi yang menyingkirkan hambatan belajar serta
mengembalikan proses belajar ke keadaan yang mudah dan alami.
(DePorter, 2000:5-6)
Asas Utama Quantum Teaching And Learning
Asas utama dalam Quantum Teaching And Learning adalah Bawalah
Dunia Mereka Ke Dunia Kita, Dan Antarkan Dunia Kita Ke Dunia Mereka.
Landasan utama ini mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid
sebagai langkah pertama. Untuk mendapatkan hak mengajar, seorang guru harus
membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid. Mengajar adalah hak
yang diberikan para siswa, bukan oleh departemen pendidikan. Sebuah kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh aspek kepribadian manusia
(pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh) disamping pengetahuan, sikap, dan
keyakinan sebelumnya serta presepsi masa mendatang. Denagn demikian, karena
belajar berkaitan dengan manusia secara keseluruhan, hak untuk memudahkan
belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar dan diraih oleh guru. Tindakan ini
akan memperikan para guru izin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan
perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas.
(DePorter, 2000:6)
Memasuki dunia murid dapat dilakukan dengan mengaitkan apa yang
diajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari
kehidupan rumah, sosial, hobi, dan akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk,
seorang guru dapat membawa murid-muridnya ke dalam dunia guru tersebut, dan
memberikan pemahaman pada para murid mengenai isi dunia itu. Di sinilah kosa
kata baru, model mental, rumus, dan lain-lain dibeberkan. Seraya menjelajahi
kaitan dan interaksi, baik siswa maupun guru mendapatkan pengalaman baru dan
Dunia Kita diperluas mencakup tidak hanya para siswa tetapi juga guru.
Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan mendalam ini, siswa
dapat membawa apa yang mereka pelajari kedalam dunia mereka dan
menerapkannya pada situasi baru.
(DePorter, 2000: 6-7)
Prinsip-prinsip Quantum Teaching And Learning
Quantum Teaching And Learning memiliki lima prinsip, yaitu :
1. Segalanya berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh seorang guru, dari
kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya
mengirimkan pesan tentang belajar
2. Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam pembelajaran mempunyai tujuan.
3. Pengalaman sebelum pemberian nama
Otak manusia berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks,
yang menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling
baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka
memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.
4. Akui setiap usaha
Kegiatan belajar mengan dung resiko, karena belajar berarti melangkah
keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka
patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
5. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan
Perayaaan adalah sarapan pelajar juara. Perayaan memberikan umpan
balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan
belajar. (DePorter, 2000: 7-8)
Kerangka Rancangan Belajar Quantum Teaching And Learning
Kerangka rancangan belajar belajar Quantum Teaching And Learning dikenal
dengan singkatan TANDUR, yaitu :
Tumbuhkan
Tumbuhkan minat dengan memuaskan dengan mengajukan pertanyaan
“Apakah Manfaatnya Bagi Ku?” dan manfaatkan kehidupan pelajar.
Alami
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua
pelajar.
Namai
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, dan strategi.
Demonstrasikan
Sediakan tempat bagi pelajar bahwa mereka tahu.
Ulangi
Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskannya.
Rayakan
Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan ketermpilan dan
ilmu pengetahuan.
(DePorter, 2000:9-10)
Model Quantum Teaching And Learning
Model Quantum Teaching And Learning dibagi menjadi dua bagian utama,
yaitu :
a. Mengorkestrasi kesuksesan melalui konteks
Konteks menata panggung belajar mempunyai empat aspek, meliputi :
Suasana kelas
Suasana yang penuh kegembiraan akan membawa kegembiraan pula dalam
belajar. (DePorter, 2000:14) Dalam mengorkestrasikan suasana yang
menggairahkan diperlukan langkah-langkah berikut ini :
Kekuatan terpendam niat
Niat kuat seorang guru, atau kepercayaan akan kemampuan dan motivasi
siswa harus terlihat jelas. Siswa “menangkap” pandangan seorang guru,
lebih cepat daripada mereka “menangkap” pelajaran. Hal ini dapat
dilakukan dengan memperhatikan emosi siswa. Memehami emosi siswa
akan dapat membuat pembelajaran lebih berarti and permanen.
Jalinan rasa simpati dan saling pengertian
Untuk menarik keterlibatan siswa, guru harus membangun hubungan ,
yaitu denagn menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Hubungan akan
membangun jembatan menuju kehidupan bergairah siswa, membuka jalan
memasuki dunia baru mereka, mengetahui minat kuat mereka, berbagi
kesuksesan puncak mereka, dan berbicara dengan bahasa hati mereka.
Membina hubungan dapat memudahkanguru melibatkan siswa,
memudahkan pengelolaan kelas, memperpanjang waktu fokus, dan
meningkatkan kegembiraan. Sejauh mene seorang guru memesuki dunia
siswa, sejauh itu pula pengaruh yang ia miliki dalam kehidupan mereka.
Keriangan dan ketakjuban
Kegembiraan dapat membuat siswa siap belajar dengan lebih mudah, dan
bahkan sikap negatif. Dilema muncul dalam diri seorang murid ketika
kegiatan belajar yang dulunya menyenangkan dibuat dalam suasana serba
kaku demi mencapai suatu nilai tertentu. Padahal belajar adalah tempat
yang mengalir dinamis, penuh resiko, dan menggairahkan.
Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan
Biasanya saat kita mencapai sesuatu, kita langsung melanjutkan ke
kegiatan selanjutnya, tanpa menciptakan daya pendorong istimewa untuk
mengulang keberhasilan itu. Seorang guru harus menanamkan bibit
kesuksesan dan menghubungkan belajar dengan perayaan. Perayaan
membangun keinginan untuk sukses.
Pengambilan resiko
Belajar itu mengandung resiko. Setiap kita bertualang untuk belajar
sesuatu yang baru, kita mengambil resiko untuk keluar dari zona nyaman
kita. Pengambilan resiko menjaga otak tetap bergerak, dan dapat terasa
menggembirakan jika kita menciptakan suasana resiko aman, penuh
dukungan dan dorongan untuk melakukan sesuatu.
Rasa saling memiliki
Membangun rasa saling memiliki akan mempercepat proses pengajaran
dan meningkatkan rasa tanggung jawab pelajar.
Keteladanan
Memberi teladan adalah salah satu cara ampuh untuk membangun
hubugan dan memahami orang lain. Keteladanan ini akan lebih berdampak
kuat pada siswa. (DePorter, 2000:19-39)
Landasan
Menurut DePorter (2000:14), landasan adalah kerangka kerja yang meliputi
tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan aturan bersama yang
memberi guru dan siswa sebuah pedoman untuk bekerja dalam komunitas
belajar. Dalam mengorkestrasi landasan yang kukuh, lankah-langkah yang
harus dilakukan adalah sebagai berikut :
Tujuan
Sebuah komunitas belajar memiliki lebih dari sekedar lokasi yang sama,
tetapi harus memiliki tujuan yang sama.tujuan yang sama akan merekatkan
anggota komunitas dan memacu mereka untuk beraksi.
Prinsip-prinsip
Berikut ini merupakan 8 kunci keunggulan yang dapat menjadi prinsip
landasan yang kukuh:
1. Integritas (bersikap jujur, tulus, dan menyeluruh)
2. Kegagalan awal kesuksesan
3. Bicaralah dengan niat baik (berbicara dengan pengertian positif dan
bertanggungjawab terhadap komunikasi yang jujur)
4. Hidup di saat ini (pusatkan perhatian pada saat ini dan manfaatkan
waktu sebaik-baiknya)
5. Komitmen (penuhi setiap janji dan kewajiban)
6. Tanggung jawab
7. Sikap luwes dan fleksibel (bersikaplah terbuka terhadap segala
perubahan yang membantu memperoleh hasil yang diinginkan)
8. Keseimbangan (jaga keselarasan antara pikiran, tubuh, dan jiwa)
Keyakinan akan kemampuan pelajar, belajar, dan mengajar
Keyakinan seseorang akan mempengaruhi tindakan dan prilaku seseorang
serta akan memberi pengaruh terhadap orang-orang disekitarnya. Dalam
pembelajaran harus tercipta keyakinan antara guru dan siswa, siswa yakin
dengan kemampuan guru mengajar dan guru yakin dengan kemampuan
siswa belajar.
Kesepakatan, kebijakan, prosedur dan peraturan
Keempat hal diatas memenuhi kebutuhan otak akan struktur positif yang
terarah. Sehingga siswa dapat nyaman sekaligus mengetahui arah yang
jelas dalam pembelajaran.
Menjaga komunitas tetap berjalan dan tumbuh
Membangun landasan yang kukuh memerlukan waktu, usaha, dan tenaga.
Hal ini merupakan proses yang harus terus berlangsung selama proses
pembelajaran berlangsung. Perhatian yang konsisten akan membuat apa
yang telah dibangun tetap kuat dan sehat. (DePorter, 2000:44-58)
Lingkungan
Lingkungan meliputi cara penataan ruang kelas dan semua hal yang
mendukung proses belajar (DePorter, 2000:14). Lingkungan dapat
dikelompokan menjadi 4 bagian, yaitu :
Lingkungan sekeliling (misalnya
poster, warna cat tembok kelas, tumbuhan, dll)
Alat Bantu (benda yang dapat
mewakili gagasan)
Pengaturan bangku
Musik (menurut penelitian terbukti
musik klasik yang pas baik dari segi nada maupun volume, dapat
membantu meningkatkan hasil belajar) (DePorter, 2000: 64-77)
Rancangan
Rancangan adalah penciptaan terarah unsure-unsur penting yang bisa
menumbuhkan minat siswa, mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar
menukar informasi (DePorter, 2000:15). Dalam membuat perancangan pengajaran
yang dinamis, berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan :
Dari dunia mereka ke dunia kita (Asas utama Quantum teaching and
learning)
Modalitas Visual-Auditorial-Kinestetik
Walaupun kebanyakan orang memiliki akses ketiga modalitas ini, namun
hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas belajar. Melalui
indra yang mana orang-orang cenderung menyimpan informasi. (Prashing,
2007:44). Maing-masing modalitas memiliki ciri tersendiri, diantaranya :
Visual :
- teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan
- mengingat dengan gambar, lebih suka membaca daripada
dibacakan
- membutuhkan gambaran dan tujuan yang menyeluruh dan
menangkap detail
Auditorial
- perhatiannya mudah terpecah
- berbicara dengan pola berirama
- belajar dengan cara mendengarkan, menggerakkan bibir, bersuara
saat membaca
- berdialog secara internal dan eksternal
Kinestetik
- menyentuh orang yang berdiri berdekatan, banyak bergerak
- belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca,
menanggapi secara fisik
- mengingat sambil berjalan dan melihat
Model keseuksesan dari sudut pandang perancang
Kesuksesan siswa dalam menerima pelajaran merupakan kesuksesan pula
bagi guru yang mengajar. Untuk mendapatkan kesuksesan dalam
pembelajaran, materi pembelajaran harus disajikan secara :
Multisensori (gunakan unsur visual, auditorial, dan kinestetik)
Pemotongan proses pembelajaran menjadi segmen
Sering melakukan pengulangan
Penerapan kerangka perancangan TANDUR
Penggunaan metafora, perumpamaan, dan sugesti
b. Mengorkestrasikan kesuksesan melalui isi
Isi dari sebuah pembelajaran sama pentingnya dengan konteks pada bagian
pertama. Untuk dapat mengorkestrasikan kesuksesan melalui isi, dapat dilakukan
hal-hal berikut :
Penyajian yang prima
Untuk dapat menyajikan materi dengan baik, langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah :
Menjadi seorang quantum teacher
Seorang quantum teacher mendahulukan interaksi dalam
lingkungan belajar, memperhatikan kualitas interaksi antar pelajar, antara
pelajar dan guru, dan antara pelajar dan kurikulum serta mampu
mengajarkan keterampilan hidup di tengah-tengah keterampilan akademis.
Ciri seorang quantum teacher adalah :
Antusias : menampilkan semangat untuk hidup
Berwibawa : menggerakkan orang
Positif : melihat peluang dalam setiap saat
Supel : mudah menjalin hubungan dengan beragam siswa
Humoris : berhati lapang untuk menerima kesalahan
Luwes : menemukan lebih dari satu cara untuk mencapai hasil
Menerima : mencari di balik tindakan dan penampilan luar untuk
menemukan nilai-nilai inti
Fasih : berkomunikasi dengan jelas, ringkas, dan jujur
Tulus : memiliki niat dan motivasi positif
Spontan : dapat mengikuti irama dan tetap menjaga hasil
Menarik dan tertarik : mengaitkan setiap informasi dengan
pengalaman hidup siswa dan peduli akan diri siswa
Menganggap siswa “mampu” : percaya akan kesuksesan siswa
Menetapkan dan memelihara harapan tinggi : membuat pedoman
kualitas hubungan dan kualitas kerja yang memacu setiap siswa
untuk berusaha sebaik mungkin (DePorter, 2000:115)
Pencocokan modalitas
Otak terdiri dari modalitas utama untuk memproses rangsangan yang
datang dari dunia luar. Ketiga modalitas utama ini (visual, auditori,
kinestetik) merupakan saluran komunikasi yang membantu manusia
memahami dunia. Pembelajaran di kelas harus mampu berkesan bagi
setiap siswa yang mungkin memiliki modalitas utama yang berbeda-beda.
Komunikasi ampuh
Empat prinsip komunikasi ampuh adalah :
Munculkan kesan yang positif
Arahkan fokus siswa pada pembelajaran
Inklusif (bersifat mengajak)
Spesifik (bersifat tepat sasaran)
Komunikasi nonverbal
Komunikasi tidak hanya berarti apa yang dikatakan, komunikasi
nonverbal juga perlu untuk diperhatikan saat mengajar, diantaranya :
Kontak mata
Melalui kontak mata dapat dibuat jalinan antara siswa dan guru,
sehingga siswa merasa lebih diikutsertakan dalam pembelajaran.
Ekspresi wajah
Wajah seseorang merupakan alat komunikasi yang kuat. Pesan
nonverbal yang disampaikan melalui senyum, anggukan kepala,
alis terangkat akan setara dengan ribuan kata. Seorang guru perlu
melatih ekspresi wajah yang tepat dan sesuai saat mengajar.
Nada suara
Nada, volume, dan kecepatan berbicara akan menjadi bumbu
komunikasi. Variasi suara dapat menimbulkan berbagai kesan
dan mempengaruhi proses penyampaian informasi
Gerak tubuh
Gerakan tangan dan tubuh seorang guru yang alamiah dan terarah
akan memeberikan penekanan pada pesan pembelajaran yang
disampaikan.
Sosok (postur)
Postur atau posisi tubuh tertentu mampu menendakan pesan yang
spesifik. Kenyamanan yang ditunjukan seorang guru melaui
postur tubuhnya dapat menyebabkan siswa merasa santai dan
nyaman pula mengikuti pelajaran.
Paket presentasi efektif
Ada saat seorang guru mengajar, memberi petunjuk, dan
mengilhami. Semuanya memiliki cara penyampaian yang berbeda.
Perbedaan ini disusun dalam tiga paket presentasi yaitu :
Penemu
Paket penemuan dapat memencarkan keingintahuan , ketakjuban,
minat, dan semangat siswa untuk menemukan sesuatu. Paket ini
sangat disarankan untuk memulai pembelajaran.
Pemimpin
Paket kepemimpinan membangkitkan keyakinan terdalam dan
harapan tertinggi untuk siswa. Seorang guru dituntut untuk dapat
berkomunikasi dengan kelugasan dan mampu menginspirasi.
Pengarah
Paket pengarah menambahkan semangat dan ketelitian pada
siswa dalam belajar.
III. Kemampuan Awal
Pembelajaran IPA di sekolah dasar merupakan pembelajaran sistematis
yang bersifat hierarkis, sehingga untuk mendapatkan tingkat pemahaman yang
baik pada materi yang lebih tinggi perlu penguasaan materi sebelumnya. Dalam
hal ini kemampuan awal sangatlah penting. Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi
(1992:19) menjelaskan bahwa pengajaran akan berhasil dengan baik bila dimulai
dari apa yang diketahui oleh peserta didik. Ini berarti guru harus mengetahui
terlebih dahulu pengetahuan dan tingkah laku yang telah dimiliki oleh peserta
didik, baik pengetahuan dan tingkah laku dalam arti luas maupun pengetahuan
dan tingkah laku prasarat bagi bahan pengajaran berikutnya.
H. METODE PELAKSANAAN
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah melalui beberapa tahap
kegiatan, diantaranya :
a. Tempat dan waktu pelaksanaan
Tempat pelaksanaan : SD Negeri Papahan I Karanganyar
Waktu : tahun ajaran 2007- 2008
b. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan ialah desain statis dua kelompok
di mana kedua kelompok tersebut diasumsikan sama dalam hal kemampuan dan
intelegensinya.
Dua kelompok ini dilihat kemampuan awalnya, dengan cara memperoleh
data dari nilai ulangan IPA yang telah didapat sebelum pembelajaran. Dengan
data inilah untuk mengetahui mengenai keadaan awal kedua kelas.
Kemampuan awal
(B)
Tinggi
(B1)
Rendah
(B2)
Mod
el
Pem
bela
jara
n
(A)
Quantum
teaching and
learning (A1)
A1B1 A1B2
Konvensional
(A2)A2B1 A2B2
Tabel 1. Pola Penelitian
Dua kelompok ini selanjutnya diberi pembelajaran materi IPA kelas V
semester II. Kelompok eksperimen diberi pembelajaran IPA dengan model
quantum teaching and learning sedangkan kelompok kontrol diberikan
pembelajaran IPA dengan metode pembelajaran konvensional yang biasa
dilakukan oleh guru sekolah yang tempat penelitian. Setelah pengajaran diberi tes
akhir untuk mengetaui hasil belajar siswa.
d. Populasi dan Sampel
1) Populasi
Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas V SD Papahan I
Karanganyar tahun pelajaran 2007/2008 terdiri dari 2 kelas
Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
2) Sampel
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah random
sampling artinya sampel diambil secara acak tanpa mempertimbangkan kondisi
awal dari sampel melalui undian. Dari dua kelas yang ada diambil masing-masing
kelas 30 siswa yang dipilih secara acak pula. Dipilih teknik random sampling
karena hipotesisnya diuji menggunakan anava dua jalan.
Penentuan kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan melalui undian,
misalnya kelas V A menjadi kelas kontrol dan V B menjadi kelas eksperimen.
Sebelum diadakan perlakuan terhadap sampel yang akan diteliti maka dicari
dahulu kesamaan keadaan awal antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dengan menggunakan uji-t 2 ekor. Prosedur uji-t 2 ekor sebagai
berikut :
a. Hipotesis
H0 : : tidak ada perbedaan keadaan awal antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
H1 : : ada perbedaan keadaan awal antara kelompok eksperimen
dengan kelompok kontrol.
b. Statistik Uji
t =
(Nana Sudjana,2002:239)
Keterangan :
x1 : rata-rata kelompok eksperimen
x2 : rata-rata kelompok kontrol
n1 : cacah anggota kelompok eksperimen
n2 : cacah anggota kelompok kontrol
s2 : varians gabungan
Kriteria :
H0 diterima jika :-0.05 < t hitung < 0.05
H1 ditolak jika : t hitung
Variabel Penelitian
Dalam penelitian terdapat dua variabel yaitu variabel bebas berupa
model pembelajaran, serta variabel terikat yaitu berupa prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran IPA
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian yaitu model pembelajan IPA di sekolah
dasar.
Definisi operasionalnya :
1) Pembelajan IPA di sekolah dasar dapat dilakukan melalui berbagai model
pembelajaran. Kategori model pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah
a) Model pembelajaran quantum teaching and learning
b) Model pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan oleh guru
2) Skala pengukuran : skala nominal dengan dua kategori, yaitu :
a) Pembelajaran dengan menggunakan model quantum teaching and
learning
b) Pembelajaran dengan menggunakan model konvensional yang biasa
dilakukan oleh guru
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian adalah prestasi belajar IPA siswa
sekolah dasar kelas V
Definisi operasional :
1. Kemampuan kognitif adalah nilai atau angka yang diperoleh siswa dalam
mata pelajaran IPA sebagai hasil usaha yang telah dicapai siswa setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini tes diambil dari tes
bahan ajar salah satu pokok bahasan pada pelajaran IPA kelas V semester
II.
2. Skala Pengukuran :interval
3. Indikator : nilai ulangan sebelumnya
e. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian menggunakan teknik tes dan
teknik dokumentasi. Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data nilai
kemampuan kognitif salah satu pokok bahasan IPA kelas V sekolah dasar.
Sebelum tes dibuat, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi tes.
Setelah dikonsultasikan dengan pembimbing, soal tersebut kemudian
diujicobakan pada sekolah dasar yang dianggap tidak jauh beda kualitasnya
dengan sekolah dasar yang menjadi tempat penelitian yaitu SD Papahan I
Karanganyar. Kegunaannya adalah untuk memilih butir soal yang baik dan
memenuhi syarat.
Instrumen penelitian
Instrumen penelitian terbagi menjadi dua yaitu :
1. Instrumen pelaksanaan penelitian, yang berupa satuan pelajaran, rencana
pengajaran, dan lembar kegiatan siswa. Untuk menjamin bahwa instrumen
penelitian valid, maka instrumen dikonsultasikan kepada pembimbing atau
para ahli.
2. Instrumen dalam pengambilan data berupa instrumen tes. Untuk instrumen
pengambilan data disusun oleh peneliti, agar instrumen menjadi valid,
instrumen dikonsultasikan kepada pembimbing kemudian instrumen tersebut
diujicobakan terlebih dahulu. Untuk menguji bahwa item dalam instrumen
tes baik harus memenuhi persyaratan dalam hal tingkat kesukaran, daya
pembeda, validitas, dan reliabilitas.
Taraf kesukaran
Soal yang baik untuk alat ukur prestasi adalah soal yang mempunyai
taraf kesukaran yang memadai, dalam arti soal tidak terlalu sulit dan tidak
terlalu mudah. Untuk menentukan taraf kesukaran dari tiap-tiap item soal
digunakan rumus
(Suharsimi Arikunto, 2002 : 208)
Keterangan :
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal betul
Js : jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan indeks kesukaran sering terjadi klasifikasi sebagai
berikut :
1) Soal sukar jika : 0,00 P 0,30
2) Soal sedang jika : 0,30 P 0,70
3) Soal mudah jika : 0,70 P 1,00
Daya pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (kemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang
pandai (kemampuan rendah). Untuk menghitung daya pembeda setiap soal,
dapat digunakan rumus sebagai berikut :
(Suharsimi Arikunto, 2002 : 211)
Keterangan :
J : jumlah peserta tes
JA : banyaknya siswa kelompok atas
JB : banyaknya siswa kelompok bawah
BA : banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar
BB : banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar
PA : proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar
PB : proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar
Daya pembeda (nilai D) diklsifikasikan sebagi berikut :
1) soal dengan 0,00 D 0,20 = jelek
2) soal dengan 0,20 D 0,40 = cukup
3) soal dengan 0,40 D 0,70 = baik
4) soal dengan 0,70 D 1,00 = baik sekali
Validitas
Sebuah tes valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.
Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas item tes obyektif pilihan
ganda dan esai adalah dengan menggunakan teknik korelasi point Biserial
dengan rumus :
(Suharsimi Arikunto, 2002 :79)
Keterangan :
pbi : koefisien korelasi biserial
Mp : rerata skor dari subyek yang menjawab benar
Mt : rerata skor total
St : standar deviasi dari skor total
p : proporsi siswa yang menjawab benar
q : proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 – p)
Kriteria
: soal valid
: soal tidak valid (invalid)
Reliabilitas
Reliabilitas sering diartikan dengan keajegan suatu tes apabila diteskan
kepada subyek yang sama dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek
yang tidak sama pada waktu yang sama.
Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus yang dikemukakan oleh
Kuder dan Richardson yang dihitung dengan menggunakan rumus K-R 20,
sebagai berikut :
r11 =
(Suharsimi Arikunto, 2002 : 101)
Keterangan :
r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
Σpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q
n : banyaknya item
S : standar deviasi dari tes
Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan
dengan tabel r product moment. Apabila harga rhitung > rtabel , maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa instrumen reliabel.
Kriteria nilai reliabilitas :
0,8 1 : sangat tinggi
0,6 0,8 : tinggi
0,4 0,6 : cukup
0,2 0,4 : rendah
0,0 0,2 : sangat rendah
(Suharsimi Arikunto, 2002:109)
f. Teknik Analisis Data
Uji Prasyarat Analisis
Untuk menguji hipotesis, sebelumnya harus dilakukan uji prasyarat analisis
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang berasal dari
populasi yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji
normalitas yang digunakan adalah metode liliefors. Prosedur uji normalitas
dengan menggunakan metode liliefors adalah sebagai berikut :
1) Penggunaan X1, X2,….Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ….Zn dengan
rumus : Z1 = dengan X rerata dan SD simpangan baku.
2) Data dari sampel kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor
tertinggi.
3) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal
baku. Kemudian dihitung peluang F( Zi ) = P ( Z Zi )
4) Menghitung perbandingan antara nomor subyek dengan subyek n yaitu
Keterangan :
fi : cacah Z dimana Z Zi
n : cacah semua observasi n
5) Statistik uji
6) Daerah kritik
DK =
7) Keputusan uji
Jika Lobs < Ltabel maka hipotesis H0 diterima. Sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
(Budiyono, 2004 :170)
Uji homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sample berasal
dari populasi yang homogen. Dalam penelitian ini uji homogenitasnya
menggunakan uji Bartlett yang prosedurnya adalah sebagai berikut:
1). Hipotesis
H0 : (sampel homogen)
H1 : (paling sedikit terdapat satu variansi yang berbeda
atau sampel tidak homogen)
2). Statistik uji
Keterangan :
f : derajat kebebasan untuk RKG = N – k
N : banyaknya seluruh nilai
k : cacah sampel
fj : derajat kebebasan untuk Sj2= nj – 1;j=1,2,….,k
nj : cacah pengukuran pada sampel ke-j
c =
RKG= rataan kuadrat galat= ;
3). Daerah Kritik
DK =
4). Keputusan Uji
Jika 2hitung < 2
j: k -1, maka kedua populasi homogen.
Pengujian Hipotesis
Uji Analisis Variansi Dua Jalan Frekuensi Tak Sama
Anava digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan efek dua faktor
A dan B serta interaksi terhadap variabel terikat. Uji ini digunakan untuk
menguji hipotesis 1, 2, dan 3.
1). Model
Xijk = = i + j + ij +
(Budiyono, 2004 : 228)
Keterangan
Xijk : observasi pada subyek ke-k dibawah faktor A kategori ke-i faktor
B kategori ke-j
: rerata besar
i : efek faktor A kategori i
j : efek faktor B kategori j
ij : interaksi faktor A dan B
: kesalahan eksperimental yang berdistribusi normal
i = 1,2,3,....,p ; p : cacah kategori A
j = 1,2,3,....,q ; q : cacah kategori B
k = 1,2,3,....,n ; n : cacah kategori pengamatan setiap sel
2). Hipotesis
H01 : = 0 : tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model
pembelajaran quantum teaching and learning dan model pembelajaran
konvensional terhadap kemampuan kognitif siswa pada pelajaran IPA
sekolah dasar
H02 : = 0 : tidak ada perbedaan pengaruh antara kemampuan awal siswa
kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa
H03 : = 0 : tidak ada interaksi pengaruh antara penggunaan model
pembelajaran Quantum Teaching And Learning dan model pembelajaran
konvensional terhadap kemampuan kognitif siswa
3). Komputasi
Keterangan
A : model pembelajaran IPA sekolah dasar
B : kemampuan kognitif siswa
A1 : pembelajaran IPA dengan model quantum teaching and learning
A2 : pembelajaran IPA dengan model konvensional
B1 : kemampuan kognitif tinggi
B2 : kemampuan kognitif rendah
Tabel 3.3.Persiapan uji anava dua jalan
B
A B1 B2
Total
A1
A2
A1B1
A2B1
A1B2
A2B2
A’1
A’2
Total B’1 B’2 G
4). Komponen jumlah kuadrat
(1) =
(2) = dengan
dan
(3) =
(4) =
(5) =
5). Jumlah kuadrat
JKA =
JKB =
JKAB =
JKG =
JKT =
6). Derajat kebebasan
dkA = p –1
dkB = q –1
dkAB = (p –1)(q –1)
dkG = pq (N –1)
dkT = Npq –1 = N – 1
7). Rerata Kuadrat
RKA = JKA/ dkA
RKB = JKB / dkB
RKAB = JKAB / dkAB
RKG = JKG / dkG
8). Statistik Uji
Fa = RKA/ RKG
Fb = RKB/ RKG
Fab = RKAB/ RKG
9). Daerah Kritik
DKa = Fa > F;q-1,N-pq
DKb = Fb > F;q-1,N-pq
DKab= Fab > F;(p-1)(q-1),N-pq
10). Keputusan uji
H01 ditolak jika Fa > F;q-1,N-pq
H02 ditolak jika Fb > F;q-1,N-pq
H03 ditolak jika Fab > F;(p-1)(q-1),N-pq
11). Rangkuman ANAVA
Tabel 3.4. Rangkuman Anava
Sumber
Variansi Jk Dk Rk F P
Efek Utama
Baris (A)
Kolom (B)
Interaksi
(AB)
Kesalahan
JKA
JKB
JKAB
JKG
p-1
q-1
(p-1)(q-1)
N-pq
RKA
RKB
RKAB
RKG
Fa
Fb
Fab
-
> atau<α
> atau<α
> atau<α
-
Total JkT N-1
Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava digunakan uji komparasi ganda scheffe. Uji ini untuk
mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris, setiap pasangan kolom dan
setiap pasangan sel, langkah-langkah dalam menggunakan metode scheffe.
a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata
b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi
tersebut.
c. Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
1). Untuk komparasi rerata antar baris ke-i dan ke-j
2).Untuk komparasi rerata antar kolom ke-i dan ke-j
3). Untuk komparasi rerata antar sel ij dan sel kj
4). Untuk komparasi rerata antar sel ij dan sel ik
d. Menentukan tingkat signifikansi ()
e. Menentukan DK dengan rumus sebagai berikut :
1). DKi-j =
2). DKi-j =
3). DKij-kj =
4). DKij-ik =
f. Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda)
g. Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasangan komparasi
rerata.
(Budiyono, 2004 : 228)
Untuk menguji hipotesis 4 digunakan uji t 1 ekor :
a. Hipotesis
H0: : tidak ada peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah mengikuti
pembelajaran model Quantum Teaching And Learning
H1: : ada peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah mengikuti
pembelajaran model Quantum Teaching And Learning
b. Statistik Uji
t =
(Nana Sudjana,2002:239)
Keterangan :
x1 : rata-rata kelompok eksperimen
x2 : rata-rata kelompok kontrol
n1 : cacah anggota kelompok eksperimen
n2 : cacah anggota kelompok kontrol
s2 : varians gabungan
Kriteria :
H0 diterima jika :-0.0025 < t hitung < 0.0025
H1 ditolak jika :
I. JADWAL KEGIATAN PROGRAM
Bulan I II III IV V VI
Perencanaan awal
penelitian
Pembuatan instrumen
penelitian
Pelaksanaan penelitian
Pengolahan data
Penyusunan laporan
penelitian
Pelaporan hasil
kegiatan
J. NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA
1. Ketua pelaksana kegiatan :
a. Nama lengkap : Nurul Fitriyah Sulaeman
b. NIM : K2305034
c. Fakultas/Prodi : FKIP/P. Fisika
d. Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret Surakarta
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 6jam/minggu
2. Anggota pelaksana :
a. Nama lengkap : Haris Adi Saputra
b. NIM : K2305028
c. Fakultas/Prodi : FKIP/P. Fisika
d. Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret Surakarta
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 6jam/minggu
3. Anggota pelaksana :
a. Nama lengkap : Heru Edi Kurniawan
b. NIM : K2305009
c. Fakultas/Prodi : FKIP/P. Fisika
d. Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret Surakarta
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 6jam/minggu
4. Anggota pelaksana :
a. Nama lengkap : Herdiyan Kurniasari
b. NIM : K2306029
c. Fakultas/Prodi : FKIP/P. Fisika
d. Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret Surakarta
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 6jam/minggu
5. Anggota pelaksana :
a. Nama lengkap : Anisa
b. NIM : K23070
c. Fakultas/Prodi : FKIP/P. Fisika
d. Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret Surakarta
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 6jam/minggu
K. NAMA DAN BIODATA DOSEN PENDAMPING DOSEN
a. Nama Lengkap : Dra. Rini Budiharti, M.Pd
b. Golongan pangkat : IVa / Pembina
c. NIP : 131 415 240
d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
e. Jabatan Struktural : Ketua program studi P. Fisika P. MIPA FKIP UNS
f. Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
g. Jurusan / Program : P. MIPA/Fisika
h. Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret Surakarta
L. RINCIAN BIAYA KEGIATAN
a. Peralatan penunjang PKM
- Rental Komputer : Rp. 50.000,00
- Print proposal dan laporan : Rp. 50.000,00
- Penggandaan proposal dan laporan : Rp. 100.000,00
b. Biaya pembuatan instrument penelitian
- Pembuatan instrumen penelitian : Rp. 100.000,00
- Uji coba instrumen penelitian : Rp. 250.000,00
- Uji analisis instrumen : Rp. 200.000,00
- Revisi instrument penelitian : Rp. 100.000,00
- Penggandaan instrumen
60 x @ Rp. 5000,00 : Rp. 300.000,00
- Pembuatan media pembelajaran
Kertas karton
10 x @ Rp. 3.000,00 : Rp. 30.000,00
Kertas manila warna
10 x @ Rp. 2000,00 : Rp. 20.000,00
Spidol warna
2 pack x @ Rp. 15.000,00 : Rp. 30.000,00
Board maker
6 x @ Rp. 5.000,00 : Rp. 30.000,00
c. Biaya pelaksanaan penelitian
- Dekorasi kelas : Rp. 130.000,00
- Kertas HVS
2 rim x @ Rp. 30.000,00 : Rp. 60.000,00
- Transportasi : Rp. 150.000,00
- Dokumentasi : Rp. 100.000,00
d. Pengolahan data penelitian : Rp. 300.000,00
Total : Rp. 2.000.000,00
I.DAFTAR PUSTAKA
Budiyono.2000. Statistik Dasar Untuk Penelitian. Surakarta: Uns Press.
Budiharti, Rini. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : Uns Press.
Depdiknas. 2006. KTSP IPA Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
DePorter, Bobbi.2000. QuantumLearning. Bandung: Kaifa.
DePorter, Bobbi.2000. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
Suharsimi, arikunto. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rinerka cipta.Sugiyono, Retno. 2000. Pembelajaran Matematika Model Demonstrasi. Jogjakarta : Andy
J. LAMPIRAN
1. Daftar riwayat hidup peneliti dan pembimbing
2. Denah lokasi
3. Surat kesepakatan kerjasama
Lampiran I
BIODATA DIRI
Nama Lengkap : Nurul Fitriyah Sulaeman
NIM : K2305034
Tempat dan tanggal lahir : Cirebon, 20 September 1987
Alamat
a. Asal : Jl. Harapan no. 87 A Cirebon Jawa barat 45133
b. Sekarang : Jl. Kartika RT 2/ Rw 18 Ngoresan Jebres Surakarta
57126
No. telepon : 081804406223
Status : Mahasiswa
Riwayat Pendidikan
1. SD Al-azhar Cirebon lulus tahun 1999
2. SMP N 5 Cirebon lulus tahun 2000
3. SMA N 1 Cirebon lulus tahun 2005
4. FKIP Fisika UNS 2005-sekarang
Riwayat organisasi
1. Staff Departemen Kajian Ilmiah HMP Fisika Grafitasi periode 2006-2007
2. Staff Departemen pendidikan BEM FKIP UNS periode 2006-2007
3. Koordinator Departemen Kajian Ilmiah HMP Fisika Grafitasi periode 2007
4. Ketua Bidang Pendidikan dan Kajian Ilmiah HMP Fisika Grafitasi periode
2008
BIODATA DIRI
Nama Lengkap : Haris Ady Saputra
NIM : K2307028
Tempat dan tanggal lahir : Temanggung, 29 September 1988
Alamat
a. Asal : Rt 19/Rw 06 Sumber Ketandah Secang Magelang
b. Sekarang : Jl. Ki Hajar Dewantara no.60B Kentingan Surakarta
No. telepon : 085643209291
Status : Mahasiswa
Riwayat Pendidikan
1. SD 2 Secang lulus tahun 2001
2. SMP N 2 Magelang lulus tahun 2004
3. SMA N 1 Magelang lulus tahun 2007
4. FKIP Fisika UNS 2007-sekarang
Riwayat organisasi
Staff Bidang Pendidikan dan Kajian Ilmiah HMP Fisika Grafitasi periode 2006-
2007
BIODATA DIRI
Nama Lengkap : Heru Edi Kurniawan
NIM : K2307009
Tempat dan tanggal lahir : Batang, 7 April 1989
Alamat
a. Asal : Desa Harjowinangun Barat Rt 03/ Rw 01
b. Sekarang : Jl. Ki Hajar Dewantara no.60 Kentingan Surakarta
No. telepon : 085643209291
Status : Mahasiswa
Riwayat Pendidikan
1. MI Nurul Huda Harjowinangun lulus tahun 2001
2. SMP N 1 Tersono lulus tahun 2004
3. SMA N 1 Pekalongan lulus tahun 2007
4. FKIP Fisika UNS 2007-sekarang
Riwayat organisasi
1. Staff Bidang Pendidikan dan Kajian Ilmiah HMP Fisika Grafitasi periode 2006-
2007
2. Staff FULD SKI FKIP UNS periode 2007
BIODATA DIRI
Nama Lengkap : Herdiyan Kurniasari
NIM : K2307029
Tempat dan tanggal lahir : Surakarta, 4 Agustus 1988
Alamat : Jl. Rinjani Tengah III no. 1 Mojosongo Surakarta
No. telepon : 085643209291
Status : Mahasiswa
Riwayat Pendidikan
1. SD N Mojosongo III lulus tahun 2001
2. SMP N 7 Surakarta lulus tahun 2004
3. SMA N 5 Surakarta lulus tahun 2007
4. FKIP Fisika UNS 2006-sekarang
Riwayat organisasi
Staff Bidang Pendidikan dan Kajian Ilmiah HMP Fisika Grafitasi periode 2006-
2007
BIODATA DIRI
Nama Lengkap : Anisa Widyaningtyas
NIM : K2307017
Tempat dan tanggal lahir : Pati, 21 Mei 1989
Alamat
a. Asal : Langenharjo 7 / I Margorejo Pati
b. Sekarang : Jl. Mendung III no 35A Gendingan 2/XV Jebres
No. telepon : 081326568998
Status : Mahasiswa
Riwayat Pendidikan
1. SD N Langenharjo lulus tahun 2001
2. SMP N 3 Pati lulus tahun 2004
3. SMA N 1 Pati lulus tahun 2007
4. FKIP Fisika UNS 2007-sekarang
Riwayat organisasi
Staff Bidang Pendidikan dan Kajian Ilmiah HMP Fisika Grafitasi periode 2006-
2007
Lampiran 2
Denah Lokasi SD Papahan I Karanganyar
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Ir. Sutami 36 A Kentingan Surakarta
Perihal : Surat Pengantar
Kepada Yth
Kepala Sekolah SD Papahan I
Di Karanganyar
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini, kami :
Nama : Dra. Rini Budiharti, M.Pd
NIP : 131 415 240
Jabatan : Dosen Pembimbing
Menyatakan bahwasanya mahasiswa tersebut :
Nama : Nurul Fitriyah Sulaeman
NIM : K2305034
Benar-benar sedang merencanakan Program Kreativitas Mahasiswa
Penelitian (PKMP) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Quantum
Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa
Sekolah Dasar
Sehubungan dengan pelaksanaan program tersebut, maka kami memohon
bantuan Bapak/Ibu Kepala Sekolah untuk dapat bersedia menjadi mitra dan
memberikan izin kepada mahasiswa tersebut untuk dapat melakukan penelitian di
sekolah yang Bapak/Ibu pimpin.
Demikian surat pengantar ini dibuat untuk digunakan sebagaimana
mestinya. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami sampaikan terimakasih.
Surakarta, 1 Maret 2008
Hormat Kami,
Mengetahui, Dosen Pembimbing
Ketua Jurusan P.MIPA FKIP UNS
Dra. Hj. Kus Sri Martini, M. Si. Dra. Rini Budiharti,
M.Pd
NIP. 130 516 3 NIP. 131 415 240
top related