dashort09.files.wordpress.com file · web viewpengertian . ekologi tanaman pekarangan. efisiensi...
Post on 12-May-2019
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAHAN KULIAH MINGGU KE 10 BAB IX
Ir. Ketty Suketi MSi
BAHAN : Harjadi, S.S. 1989. Dasar Dasar Hortikultura. Departemen
Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB.
PEKARANGAN : EKOLOGI DAN INTENSIFIKASI
1. Pengertian
2. Ekologi Tanaman Pekarangan
3. Efisiensi Produksi Zat Gizi
4. Intensifikasi Pekarangan
1. Pengertian
Pekarangan disebut “Erfbouw” atau “Compound garden” atau “mixed
garden” oleh G.J.A. Terra (ahli pertanian Belanda) diberi definisi: sebidang
tanah darat (mencakup kolam) yang terletak langsung di sekeliling rumah,
dengan batas-batas yang jelas (boleh berpagar, boleh tidak berpagar),
ditanami dengan berbagai jenis tanaman. Oleh Mahfoedi (ahli pertanian
Indonesia) definisi tersebut ditambah dan masih mempunyai hubungan
pemilikan / fungsional dengan penghuninya.
Memang ada istilah-istilah lain, seperti kebun, tegal-pekarangan dan
talun yang berkembang di pedesaan. Yang disebut kebun, umumnya bila
tanaman sejenis, atau ada yang dominan; dalam data BPS yang lama diberi
pengertian tanaman tertutup berbeda dengan tanaman yang terpencar
seperti pekarangan. Misalnya dikenal adanya kebun kelapa, kebun jeruk,
kebun mangga dan lain-lain, yang lalu jadi nama dukuh atau sekarang jadi
nama desa atau kampung di kota-kota. Dari istilah kebun ini, dulu Hortikultura
pada tahun 50-an disebut juga perkebunan rakyat, berbeda dengan istilah
perkebunan besar untuk onderneming. Selain kebun, untuk daerah tertentu
ada istilah tegal dengan pengertian yang sama dengan kebun. Pada istilah
tegal dan kebun, tidak ada konotasi harus ada rumahnya, berlainan dengan
istilah pekarangan. Juga ada kesan bahwa kebun dapat bersifat luas, dan
pekarangan sangat terbatas. Pada beberapa daerah, yang areal sawahnya
sempit dan tanah desa kebanyakan berupa tanah kering, terdapat bentuk
kombinasi tegal dan pekarangan, dan sering disebut tegal-pekarangan. Yang
terakhir ini dapat seluas 2.000 - 5.000 m2, sedangkan pekarangan biasa
hanya 600 - 1.500 m2 sudah dianggap luas. Biasanya tegal-pekarangan
banyak dijumpai di kampung-kampung yang jauh dari pusat desa; sedangkan
di pusat desa lebih banyak dijumpai pekarangan. Bahkan di daerah Jawa
Barat, di pusat desa hanya didapati rumah-rumah berderet-deret berdekatan,
sehingga areal pekarangan sangatlah sempit dan sangat padat. Pada daerah
demikian, tanaman-tanaman berupa pohon ditanam di talun.
Ditinjau dari segi ekologinya, pekarangan merupakan habitat yang
serasi untuk berbagai jenis tanaman yang tumbuh secara beragregasi dan
berasosiasi dalam sistem berlapis-tingkat atau etagebouw atau multistoryed
yang dapat menunjukkan efisiensi penggunaan cahaya matahari tropik oleh
berlapis daun pohon-pohonan dan penekanan erosi tanah akibat benturan air
hujan dan sengatan cahaya matahari tidak langsung terkena tanah. Sistem
ekologi dengan banyaknya pohon-pohonan dapat membantu konservasi air.
Selain itu, sebagai transisi dari alam hutan ke alam budidaya, pekarangan
menjadi wilayah konservasi plasma nutfah (germ plasm) tumbuhan liar asli.
Tumbuhan liar asli ini dapat tumbuh sebagai pagar, tumbuhan merambat
atau pohon pelindung yang bernilai tinggi sebagai sumber bahan pemuliaan
atau induk batang bawah, yang umumnya tahan terhadap hama dan patogen
penyebab penyakit setempat.
Ditinjau dari fungsinya, Terra waktu itu mengemukaan fungsi
pekarangan sebagai berikut:
1. penghasil bahan pangan tambahan bagi hasil sawah dan ladang (padi,
jagung, gaplek) sebagai penganan, lauk-pauk dan buah.
2. penghasil uang tunai harian (vs musim panenan saja bagi sawah dan
ladang) atau mengurangi belanja dapur sehingga disebut sebagai
lumbung hidup (kelapa, pisang, nangka, dan lain-lain).
3. penghasil bumbu-bumbu, rempah-rempah, obat-obatan atau jamu-
jamuan, dan wangi-wangian, sehingga disebut apotik hidup (tanaman
obat keluarga).
4. penghasil bahan bangunan seperti : bambu, jeunjing dan lain-lain.
5. penghasil kayu bakar, dari ranting-ranting pohon yang perlu
dipangkas, pelepah kelapa dan lain-lain.
6. penghasil bahan baku kerajinan tangan atau industri rumah, industri
kecil seperti bambu untuk kipas, kukusan dan anyaman lain, kayu
papan untuk parut, batok kelapa untuk arang dan lain-lain.
7. untuk daerah tertentu, sebagai penghasil ikan dan ternak.
Tentu saja semua fungsi tersebut dapat lengkap terwujud pada
pekarangan dahulu. Sekarang sudah tidak semua fungsi terwujud pada
pekarangan desa. Hal ini dapat dimaklumi dengan perubahan gaya hidup dan
akibat kemajuan teknologi di segala bidang. Munculnya alat-alat rumah
tangga dari plastik dan kemajuan pabrik alat-alat rumah tangga serta
perbaikan sarana transportrasi dan perubahan bahan bakar untuk memasak,
membuat pekarangan sudah berkurang fungsinya.
Akhir-akhir ini setelah disadari pentingnya pekarangan sebagai fungsi
produksi, terutama untuk bahan sumber vitamin dan mineral, mulai dilakukan
program intensifikasi. Namun dalam hal ini perlu diingat bahwa pekarangan
memiliki fungsi ganda, bukan sekedar fungsi produksi, juga ada fungsi sosial
(untuk bermain-main, berkomunikasi antara anggota keluarga atau antar
tetangga), dan fungsi estetik atau pribadi, yaitu untuk mendapatkan peneduh,
rasa berlindung dan rasa nyaman atau untuk kepentingan pribadi. Dalam
mencanangkan program intensifikasi harus dapat membawa petani bertindak
secara pribadi, namun dalam suasana gotong royong.
Kalau diperhatikan derajat perkembangan jenis-jenis tanaman yang
dikembangkan dalam pekarangan, ternyata sangat dipengaruhi oleh:
agroklimat, agroekonomi dan budaya. Menurut Terra, di dataran tinggi aneka
jenis tanaman pekarangan kurang berkembang dibanding di dataran rendah,
demikian pula di daerah beriklim kering keanekaragaman kurang dibanding
daerah beriklim basah. Menurut agroekonominya, ditentukan oleh jauh-
dekatnya dengan pasar. Di daerah dekat pasar, untuk mencapai efisiensi
produksi dan pemasaran cenderung untuk monokultur, sehingga
keanekaragaman berkurang. Sebaliknya di daerah yang jauh pasar, produksi
lebih bersifat untuk tujuan subsisten, maka keanekaragaman tanaman tinggi.
Dilihat dari sudut budaya, daerah-daerah yang dulu merupakan
masyarakat “matrilineal” seperti Aceh, Minangkabau, Jawa dan Bali
keranekaragam tanaman pekarangan lebih berkembang, sebaliknya daerah
yang dulunya bersifat “patrilineal” seperti daerah Batak, Madura dan Lombok,
aneka jenis tanaman kurang berkembang.
2. Ekologi Tanaman Pekarangan
Telah dikemukakan bahwa perkembangan aneka jenis tanaman
pekarangan tergantung agroklimat. Berdasarkan keadaan iklim, Indonesia
dibagi atas daerah basah dan daerah kering menurut pembagian iklim oleh
Schmidt dan Fergusson. Selain itu terdapat perbedaan iklim menyolok
menurut ketinggian atau elevasi tempat, yaitu di atas 700 m sebagai daratan
tinggi dan di bawahnya sebagai daratan rendah. Batas 700 m diambil oleh
Terra, berdasarkan wujud pertumbuhan pohon kelapa, yang selalu terdapat
di tiap desa yang dipelajarinya. Di atas 700 m pohon kelapa masih tumbuh,
namun tampak buahnya tidak lebat, karena serangga penyerbuk bunga
kurang aktif. Sebaliknya di bawah 700 m pohon kelapa berbuah lebat.
Secara ringkas pembagian golongan tanaman buah-buahan yang cocok
untuk setiap daerah adalah ada golongan cocok untuk daratan tinggi basah,
daerah tinggi kering, daerah rendah basah dan daerah rendah kering.
Beberapa jenis memiliki penyebaran yang luas pada beberapa daerah
ekologi, yaitu: sirsak, nenas, jeruk siem, nangka, jambu biji, pepaya dan
berbagai jenis pisang. Namun lebih tepatnya dalam hal pembungaan dan
pembuahan yang baik setiap tahunnya diperlukan juga untuk memperhatikan
penyebaran curah hujan tahunan, dalam hal adanya bulan-bulan basah
(>100 mm/bulan) dan adanya bulan-bulan kering (<60 mm/bulan) sebagai:
A1 = 12 bulan basah dan 0 bulan kering
A2 = < 12 bulan basah dan 0 bulan kering
B1 = < 12 bulan basah dan 0 bulan kering sampai 9-10 bulan basah dan
2 bulan kering
B2 = < 9 bulan basah dan 2 bulan kering sampai 7 – 8 bulan basah dan
4 bulan kering
C = < 7 bulan basah dan 4 bulan kering sampai 5 – 6 bulan basah dan
6 bulan kering
D5 = < 5 bulan basah dan 6 bulan kering sampai 2 – 6 bulan dan 8 bulan
kering
Ketinggian air tanah juga diperhatikan, karena ada beberapa tanaman
yang akarnya sangat memerlukan oksigen, sehingga memerlukan aerasi
yang baik, seperti nangka dan pepaya. Untuk tanaman demikian, permukaan
air tanah yang terlalu tinggi dapat mengganggu, dapat berakibat setelah
pohon besar, mulai menampakkan daun menguning dan akhirnya daun luruh
dan pohon mati. Penggolongan ketinggian air tanah adalah sebagai berikut:
a = sangat tinggi, di atas 50 cm dari muka tanah
b = dari 50 – 150 m
c = di bawah 150 – 200 m
d = tidak tersedia air tanah.
Dari berbagai tanaman ada yang tahan cahaya matahari penuh, ada
yang tahan keadaan naungan, seperti salak, duku dan kebanyakan pohon-
pohon yang belum menghasilkan. Namun, pada saat pembungaan dan
pembuahan, diperlukan keadaan cahaya penuh.
Yang dikemukakan di sini ditekankan pada tanaman buah-buahan, yang
bersifat pohon-pohonan, jadi hidup menahun. Apabila salah menanam, akibat
ketidakcocokan baru terlihat 4 – 6 tahun kemudian setelah tanaman
berbuah. Bagi tanaman sayuran tidak dibahas di sini. Selain pengendalian
lingkungannya lebih mudah, juga karena pendek umurnya, maka kegagalan
pemilihan jenis yang cocok akan segera terlihat dan kurang besar
kerugiannya. Karena itu akan dibahas lebih khusus tersendiri, untuk tujuan
produksi komersial.
3. Efisiensi Produksi Zat Gizi
Telah dikemukaan bahwa pada kebanyakan daerah, luasan lahan
pekarangan sangat sempit, maka harus diusahakan secara intensif. Dengan
asumsi pemilikan lahan sawah rata-rata 0.25 – 0.50 ha dengan 2 kali tanam
setahun, dapat diperoleh sekitar 1.5 – 3.0 ton gabah atau 1.2 – 2.4 ton beras.
Dengan besar keluarga rata-rata 5 orang, setiap petani memerlukan 5 x 365
x (300 – 500 g) beras atau 540 – 900 kg beras. Jumlah ini tidak mudah
dipenuhi dari sawah sesempit itu, apalagi bila sebagian beras dijual, hasil dari
pekarangan sangat dibutuhkan, baik untuk sumber uang, protein, kalori
maupun vitamin dan mineral. Kita perlu memperbaiki cara beragam jenis
pekarangan yang tepat, lalu memperhatikan cara-cara teknik budidaya.
Pekarangan Lengkap
Bila kita memiliki pekarangan seluas 600 m2, dapatlah dilaksanakan
pekarangan lengkap ,yang mencakup berbagai tanaman pohon (durian,
petai, alpokat dan lain-lain), yang selain hasilnya dapat dimakan keluarga
sendiri, dapat dijual ke pasar dengan harga lumayan.
Kalau pekarangan tersebut diisi pula dengan kolam ikan atau ternak
piaraan, dapat diperoleh bahan makanan yang istimewa lezatnya , dan
bernilai gizi tinggi kalau sering dimakan sehari-hari. Kalau hendak dijual,
harganyapun tinggi, dapat digunakan sebagai pembeli beras kalau sedang
kekurangan beras atau kebutukan lainnya seperti garam, ikan dan sabun
atau minyak tanah.
Untuk mencapai pekarangan yang lengkap, perlu persiapan yang baik
dengan rencana sempurna. Karena ternak piaraan sering menjadi masalah,
maka dalam perencanaan ini dianjurkan dibuat pagar sekeliling halaman.
Juga pagar-pagar di dalam pekarangan sendiri dianjurkan dibuat, agar ayam
dan itik hanya berkeliaran di tempat yang disediakan saja.
Sumur perlu diusahakan agar persediaan air sepanjang tahun terjamin.
Kakus dibuat jauh dari sumur dan di luar rumah. Onggokan sampah dan
kotoran hewan perlu disediakan, agar pekarangan bersih dan persediaan
pupuk organik terjamin.
Tempat bermain anak-anak dipilih di halaman depan, di bawah pohon-
pohonan dan dibuat ayunan di pohon jeruk bali. Anak-anak senang panjat-
memanjat pohon: jambu biji merupakan pohon ideal. Kayunya baik dan
berbuah sepanjang tahun, dengan kandungan vitamin C-nya tinggi. Kolam
yang dekat daerah itu dapat merupakan pandangan yang menyenangkan.
Memberi makan ternak dan ikan dapat merupakan selingan yang menarik
untuk anak-anak. Juga menyenangkan kalau mereka ikut memetik sayuran
atau menyiraminya.
Bunga-bungaan dapat ditanam di pinggiran bedengan sayuran, agar
pemandangan baik dapat pula pada pot-pot yang ditaruh di beranda rumah.
Pot dapat pula ditanami tanaman yang berguna tetapi menarik
pemandangan, karena indah. Contoh: cabai rawit, tomat, seledri, gelang.
Kubis kalau ditanam sebagai tanaman pinggiran juga memberikan
pemandangan menarik.
Pekarangan Gizi
Kalau luas pekarangan sempit dan tidak mungkin memelihara ikan dan
ternak serta menanam pohon-pohonan, maka sebaiknya dianjurkan
penanaman sayuran hijau. Ini dapat dilakukan sebagai pagar hidup yang
biasanya bersifat tahunan, atau pagar merambat yang bersifat musiman.
Bedengan sayuran juga tidak dapat luas, karena itu perlu dipilih tanaman
yang bernilai gizi tinggi.
Dalam memilih jenis sayuran, perlu dilihat efisiensi produksi zat gizi,
yang komponennya ialah: (1) produktivitas per m2; (2) kandungan zat gizi
penting tiap 100 g; (3) kecepatan menghasilkan atau frekuensi panen tinggi.
Memang tidaklah semua sayuran efisiensi dalam menghasilkan zat gizi.
Beberapa sayuran yang umum dikonsumsi, seperti labu siem, terong, pepaya
muda, dan nangka muda menjadi sangat tidak efisien kalau diperhitungkan
per satuan luas, karena kandungan zat gizinya begitu rendah. Begitu pula
beberapa sayuran yang kandungan zat gizinya tinggi, seperti wortel dan
tomat, tidak selalu mudah diproduksi di berbagai tempat dengan hasil yang
tinggi. Dari percobaan lapang nantinya setiap lokasi dapat membuat prioritas
berdasarkan efisiensinya. Secara umum dari perhitungan diperoleh angka-
angka score tinggi untuk sayuran daun hijau, karena:
- cepat menghasilkan dan produktivitas tinggi
- kandungan protein lumayan, kandungan zat besi, karoten dan vitamin
C cukup tinggi, sedangan beberapa sayuran daun hijau di daerah tropik
memiliki kandungan asam amino esensial tertentu, yang umumnya terdapat
kurang dalam kacang-kacangan. Kandungan asam amino (seperti : iso-
leusin, leusin, lysine, fenilalanin, tirosin, sistein, metionin, treonin dan
tryptophan) relatif tinggi pada sayuran seperti : daun turi, daun bayam, daun
ubi jalar dan daun kelor. Dalam hal kebutuhan vitamin, bila kita
mengkonsumsi 100 g daun hijau per kapita per hari, akan diperoleh:
Karoten : 1 000 – 47 000 SI (kebutuhan 3 000 – 4 000 SI)
Vitamin B1 : 0.1 – 0.5 mg (kebutuhan: 0.5 – 1.2 mg)
Vitamin B2 : 0.1 – 7 mg (kebutuhan: 0.6 – 2.1 mg)
Niacin : 0.1 – 3.4 mg (kebutuhan: 4 – 14 mg)
Vitamin C : 20 – 320 mg (kebutuhan: 10 – 50 mg)
Oleh karena itu sangat dianjurkan penanaman sayuran hijau dalam
bedengan sayuran yang terbuka atau sebagai pagar hidup. Karena umumnya
orang akan bosan makan sayuran sejenis, maka penanaman hendaknya
diusahakan berjenis-jenis, kira-kira dapat dipanen selang dua minggu tiap
jenisnya sebanyak dua sampai empat mangkuk. Jenis sayuran yang dapat
ditanam untuk pemanenan berbeda tiap harinya dapat diatur misalnya :
singkong, kangkung, bayam, katuk, sawi, talas, kacang panjang, melinjo,
ubijalar, mangkokan, kecipir, kelor, dan kedondongan.
Pekarangan yang dapat ditanami lengkap, perlu diusahakan pemilihan
tanamannya sesuai dengan minat pemiliknya, akan tetapi perlu
memperhatikan anjuran prioritas kandungan nutrisi setiap tanamn. Misalnya
sebagai sumber vitamin A adalah tanaman : mangga, pepaya, apokat,
lamtoro, singkong, talas, katuk, kelor, melinjo, sawi, turi, kangkung, bayam,
ubi jalar, kecipir dan kacang panjang. Tanaman sumber vitamin C : jambu biji,
sirsak, srikaya, pepaya, cabai besar. Tanaman sumber protein : kacang
panjang, buncis, kara, kecipir, petai, lamtoro, bayam, singkong, kangkung
dan melinjo. Tanaman penghasil kalori : pisang, apokat, kelapa, ubi jalar,
ganyong, garut, singkong, jagung dan ubi jalar. Tanaman penghasil bumbu
–bumbu ialah : jahe, kencur, kunyit, kumis kucing, laja, sirih, temu lawak dan
lain lain.
Untuk mencukupi kebutuhan suplai zat gizi bila tidak ada sumber
pendapatan lain dari sawah, tegalan atau mata pencaharian lain, maka
pemilihan jenis-jenis tanaman untuk pekarangan harus meliputi : ubi-ubian
( talas, singkong dan ubi jalar), kacang-kacangan (kacang panjang, kacang
tanah, kacang tunggak, kedelai dan buncis) dan daun-daunan hijau (bayam,
kangkung darat dan katuk). Dengan pergiliran tanaman yang baik dan teknik
budidaya yang lebih intensif, maka hasil yang didapat akan lebih baik.
Apabila pada tanah tersebut ditanami juga dengan kelapa dan pisang, maka
dapat berfungsi juga sebagai penghasil uang tunai untuk pemilik
pekarangan.
4. Intensifikasi Pekarangan
Telah disebutkan di muka adanya Program Pemerintah dalam
membantu perbaikan pekarangan dengan intensifikasi. Tujuan kegiatan ialah:
(1) peningkatan pendapatan dan (2) perbaikan gizi keluarga. Untuk mencapai
tujuan pertama, dapat dipilih tanaman-tanaman yang mahal seperti anggrek,
cengkeh, kopi dan panili. Sudah barang tentu hal ini perlu modal besar dan
setelah berhasilpun masih perlu pembinaan pemanfaatan hasilnya. Juga
pembinaan pemasaran hasilnyapun perlu mendapat perhatian (masalah
tengkulak, ijon dan lain-lain).
Untuk tujuan kedua, dapat dipilih jenis usaha yang low input, jadi harus
dipilih tanaman yang mudah ditanam, cepat menghasilkan dan lumayan
hasilnya, selain kandungan zat gizinya tinggi. Untuk yang terakhir ini dapat
dipilih tanaman trio, yaitu:
(1) sayuran hijau – sebagai sumber karoten murah, sumber zat besi,
dan asam amino tertentu.
(2) sayuran polong/kacang-kacangan – sebagai sumber protein
(3) sayuran umbi – sebagai sumber kalori.
Jenisnya harus sesuai dengan selera penghuninya, tidak boleh dipaksakan.
Pilihan cukup luas, tinggal menyediakan benih/bibitnya.
Untuk tanaman buah-buahan, dapat dipilih yang sesuai dengan syarat
ekologinya, namun dapat dianjurkan untuk menanam varietas-varietas unggul
untuk jenis-jenis yang cepat menghasilkan, seperti nenas, pepaya, jeruk dan
pisang.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh:
(1) Rasionalisasi, ialah menginventarisasi mana tanaman yang tidak
bermanfaat lagi, lalu menebanginya, untuk membuat daerah terbuka.
(2) Zonasi atau pendaerahan: mana daerah umum untuk main dan tujuan
sosial, mana daerah aktif, mana daerah pribadi, mana daerah pohon-
pohonan, mana daerah terbuka untuk sayuran.
(3) Persiapan lahan yang baik: penggemburan daerah keras dengan
bahan organik dan teknik-teknik penggalian ganda.
(4) Persiapan benih / bibit bermutu: pemilihan prioritas berdasarkan
mudah tumbuh, cepat menghasilkan, tinggi kandungan zat gizinya dan
laku dijual.
(5) Pemilihan dan penanaman berikutnya untuk tanaman sayuran;
pembuangan naungan, pemangkasan pohon buah-buahan, selain
pemupukan dan pemberantasan hama penyakit yang rutin.
(6) Pemanenan pada waktunya; tidak terlalu lambat (untuk sayur-sayuran)
dan tidak terlalu muda (untuk buah-buahan) agar mutunya baik dan
zat gizinya tinggi.
4. Masalah Pengembangan Pekarangan
Walaupun di beberapa tempat luas pekarangan (terutama tegal-
pekarangan) dapat mencapai 4.000 – 6.000 m2, namun secara kebanyakan
di bawah 1000 m2. Di daerah transmigran memang secara terencana
diberikan areal pekarangan seluas 2.500 m2, yang efektif untuk pekarangan
sekitar 2.000 m2. Untuk pengembangan areal sesempit itu, dengan tujuan
meningkatkan fungsi produksi, memang kurang cukup.
Beberapa masalah yang perlu diingat dalam pengembangan
pekarangan ialah sebagai berikut:
1. sudah terlalu banyak tanaman, tidak ada daerah tersisa untuk
tanaman baru dan lingkungan terlalu teduh.
2. terlalu banyak naungan, sehingga bibit-bibit yang baru, dan tanaman
sayuran sulit tumbuh baik.
3. keadaan lahan yang terlalu padat, berbatu atau terlalu becek.
4. kurang air sewaktu musim kemarau dan tergenang atau kebanjiran
di musim hujan karena drainase buruk.
5. banyak gangguan ternak dan anak-anak, ataupun pencurian hasil.
Untuk mengatasi hal tersebut maka langkah-langkah berikut dapat
dianjurkan dilakukan :
1. Rasionalisasi tanaman, tanaman dijarangkan, tanaman yang tidak
perlu dibuang atau yang sudah terlalu tua diganti.
2. Menata tanaman sedemikian rupa sehingga terjadi formasi etage
bouw (struktur bertingkat), misalnya tanaman yang relatif tinggi
dikelompokkan di pinggir pekarangan dan yang rendah di tengah.
3. Meningkatkan penggunaan pupuk organik baik berupa kompos
maupun pupuk kandang dan melakukan pengolahan tanah yang baik.
4. Memperbaiki drainase.
5. Memberikan pengertian bahwa kebutuhan hidup tanaman bukan
hanya pupuk, tetapi juga CO2 ,cahaya, dan udara untuk respirasi
sistem perakaran.
Dalam hal tersebut, pengetahuan penghuni akan jenis-jenis tanaman
dan cara bercocok tanamnya, motivasi untuk mencukupi kebutuhan,
ketidaktersediaan benih/bibit pada waktunya dapat membuat penghuni segan
mengusahakannya. Untuk membantu petani meningkatkan hasil
pekarangannya, telah banyak usaha Pemerintah dalam beberapa Proyek
Perbaikan Pekarangan di daerah rawan atau di daerah marginal.
5. Pengolahan Pekarangan Secara Biodinamik
Pengertian
Dalam suasana ketakutan cemar lingkungan dan dengungan anjuran
pelestarian lingkungan, sistem biodinamik atau berkebun secara organik
perlu diketahui untuk selanjutnya dikembangkan.
Sistem biodinamik berasal dari kota besar Paris, bermula karena
terdapatnya banyak sekali kotoran kuda, lalu dari tumpukan kotoran kuda
yang tebal (± 50 cm) itu saja diusahakan untuk tanaman secara intensif.
Setelah itu adaptasinya di Australia dan pengembangannya di Amerika
berkembang dengan mengurangi jumlah pupuk kandang, dengan
memasukkan unsur pengerjaan tanah secara berat dan penggunaan
tanaman hidup dalam tanaman ganda sebagai mulsa hidup dan penggunaan
kompos.
Di negara maju , pertanian telah banyak menggunakan mesin-mesin
dan bahan kimia, baik sebagai pupuk, obat pemberantas hama dan patogen
penyebab penyakit maupun gulma, sistem kebun intensif ini kelihatan
sebagai hal baru, apalagi sistem tanam ganda menggantikan sistem tanam-
tinggal.
Prinsip bertanam secara biodinamik adalah: penggunaan bahan-bahan
organik , mengusahakan keseimbangan alami di antara: tanah, hewan dan
mikroorganisme, pembuatan bedengan tinggi, penggalian ganda,
penggunaan pupuk organik terutama kompos, tanaman-kawan (companion
plants) dalam bertanam ganda, dan saat tanam yang tepat.
Bedengan Tinggi
Tujuan pembuatan bedengan tinggi ialah untuk mendapatkan tanah
yang gembur yang membiarkan udara masuk. Akar-akar yang sehat akan
mencari zat hara dengan baik. Tujuan ini untuk memberikan kondisi yang
sama dengan kondisi bedengan pesemaian. Sehingga dimaksudkan
menghindari terhentinya pertumbuhan bibit sewaktu dipindah ke lapang.
Suatu interupsi pertumbuhan akan menyebabkan tanaman membuat
karbohidrat lebih banyak daripada protein. Oleh karena serangga lebih
tertarik pada karbohidrat, maka tanaman demikian tadi mengundang banyak
hama. Biasanya kita menghadapi keadaan seperti ini dengan cara memberi
pupuk lagi dan obat-obat anti hama. Obat-obatan ini akan menghentikan
cacing-cacing tanah dan lain-lain mikrofauna yang dapat berguna bagi
tanaman..
Pembuatan bedengan tinggi memang memerlukan waktu dan tenaga
pada awalnya. Tetapi sesudah tanaman pertama, hanya perlu 4 – 6 jam kerja
sesudah ditanami hanya perlu ¼ - ½ jam setiap harinya untuk luasan 50 m2.
Pada musim kering, tepi-tepi bedengan perlu ditinggikan lagi, untuk
mengindari larinya air siraman ke luar bedengan.
Penggalian Ganda
Tujuan penggalian ganda adalah menggemburkan tanah di bawah
lapisan olah (sedalam 60 cm), untuk memperbaiki drainase dan penembusan
akar.
I : Galilah sebuah parit lebih luas dari sekop, dan sedalam mata sekop
II : Bagian bawahnya digarpu dan ditambah kompos. Garpu digoyang
kanan-kiri
III : Bagian lapisan olah sebelahnya diletakan di atas lapisan bawah
yang telah digemburkan tadi
IV : Bagian bawah parit yang kedua diperlakukan seperti sampingnya
tadi, dan seterusnya.
Dengan cara penggalian ganda ini, lapisan atas tanah tetap diatas dan
lapisan bawahnya tetap di bawah tetapi gembur.
Pemberian Pupuk Organik
Pemberian bubuk tulang, bubuk kulit telur, kulit bekicot dan lain-lain
dapat menambah kalsium dan fosfor. Penambahan abu kayu memang baik
sebagai sumber kalium. Dianjurkan abu hitam, yaitu yang dibakar tertutupi
tanah. Abu yang putih telah banyak dioksidasikan. Dalam pembuatan
kompos perlu diketahui; di samping dapat membantu kebersihan lingkungan,
juga menghemat biaya pupuk kandang.
Pemberian pupuk organik akan merangsang mikroorganisme tanah dan
kehidupan parasit dan predator dari suatu hama masih dapat berlangsung,
karena mereka mendapat makanan dari bahan organik tersebut.
Rotasi Tanaman
Rotasi tanaman yang tepat merupakan aspek perhatian sistem
biodinamik. Biasanya golongan tanaman pemakan banyak (umumnya
sayuran) ditanam segera setelah persiapan tanah. Sesudah itu golongan
pemberi banyak, yaitu golongan kacang-kacangan, lalu golongan pemakan
sedikit seperti tanaman berumbi, contoh ubi jalar, talas.
Tanaman Kawan
Dalam tumpangsari, hal yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan
tanaman akan cahaya dan kedalaman akar masing-masing. Tanaman
naungan akan lebih baik ditanam bersama pencinta cahaya. Kadang-kadang
gulma berakar dalam masih dapat ditolerir, untuk pemberian naungan.
Perakaran Tanaman
Berakar Dalam Berakar Sedang Berakar Dangkal
Tomat Buncis Kubis
Mentimun Wortel
Kapri Seledri
Cabai
Kentang
Dll
Keinginan Cahaya / Naungan
Pecinta Cahaya Pecinta Naungan
Buncis Mentimun Petsai Selada
Bayam Tomat Cabai manis
Kubis Cabai Katuk
Wortel Jagung Talas
Kebutuhan Zat Hara
Pemakan Banyak
Pemakan Agak Banyak
Pemakan Sedang
Pemakan Sedikit
Kubis bunga Spinasi Buncis Bawang putih
Kentang Seledri Kapri Bawang merah
Lobak Bawang daun Kedelai Bawang Kucai
Tomat Ubi Jalar
Kubis
Jagung
Ketimun
Waluh
Dalam pemilihan tanaman kawan, perlu diperhatikan juga bau, sekresi
akar dan zat-zat lain yang dikeluarkan tanaman. Tanaman kawan dapat
membantu dalam membuka tanah, sebagai penopang, memperbaiki rasa
buah atau membuat bebas dari hama.
Bunga matahari, misalnya mengugurkan daun dan menghambat
pertumbuhan tanaman lain, tetapi dapat tumbuh bersama buncis yang
melilitnya. Kutu aphid buncis yang hitam,merupakan hama buncis yang
serius; merajalela kalau permukaan tanah sekitarnya berbongkah-bongkah,
karena itu buncis perlu ditumpangsarikan dengan bayam atau lobak, karena
daunnya melindungi tanah dari berbongkah-bongkah. Bawang daun senang
hidup dengan seledri; keduanya pecinta kalium, tetapi kebutuhan cahayanya
berbeda.
Ada tanaman yang dapat mengusir serangga, seperti tagetes atau
kenikir dan zinnia. Ada pula yang dapat mengganggu pertumbuhan gulma,
seperti tomat dapat membunuh rhizomes rumput tertentu demikian pula
mentimun. Tagetes sendiri dapat membunuh macam-macam gulma dari
sekresi yang dikeluarkan akarnya.
Pada prinsipnya pengomposan di pekarangan dapat meniru apa yang
terjadi di alam bebas. Dalam alam, kematian suatu makhluk hidup
memungkinkan kehadiran makhluk baru. Tumbuh-tumbuhan dan hewan-
hewan yang mati pada permukaan tanah di hutan, melapuk menjadi kompos
oleh pengaruh waktu, air, mikroorganisme, sinar matahari dan udara, yang
kemudian menghasilkan tanah berstruktur baik dan lingkungan tumbuh yang
baik serta kaya humus.
Pembutan kompos yang baik ialah dengan memperhatikan tahap-tahap
berikut: a) membuat tumpukan kompos dengan ukuran minimal 1 m panjang,
lebar dan tinggi; penempatannya pada daerah terlindung oleh sinar matahari;
b) menggemburkan tanah dasar tumpukan, c) memberikan bahan-bahan
kompos yang terdiri dari 1/3 sisa tanaman, 1/3 sisa sampah dapur, 1/3 tanah,
dan tebalnya kira-kira 10 cm; d) menambahkan lapisan baru setiap waktu
tertentu yang tebalnya kira-kira 10 cm pula; e) menyiram tumpukan secara
berkala, apabila musim hujan ditutupi.
Cabang-cabang dan ranting-ranting kayu yang sukar membusuk
sebaiknya dikeringkan lalu dibakar dan abunya ditambahkan dalam
tumpukan kompos. Daun-daunan dan ranting-ranting lunak yang terlalu
besar dan panjang, sebaiknya dicincang dulu.
Pemberantasan Hama dan Patogen Penyebab Penyakit
Pencegahan akan lebih baik daripada memberantas setelah hama ddan
penyakit merajalela. Drainase tanah yang jelek dan tanah sangat lembab
membuat siput, bekicot, binatang-binatang tanah berkembang lebih cepat.
Kebusukan akar dapat diatasi dengan membuka tanah dan menambahkan
bahan organik untuk memperbaiki drainase. Pengelolaan air yang baik, misal
dengan memberi mulsa dapat menghindari daerah perakaran dari
kekeringan. Beberapa aphid akar gemar menyerang akar kering, demikian
pula halnya dengan kepik tertentu. Rotasi tanaman untuk mencegah tanaman
yang sama terus menerus ditanam sebab mudah terserang hama atau
patogen penyakit. Tanaman perangkap, termasuk yang berbau tajam di
antara sayuran dan buah-buahan, dapat menarik serangga sehingga tidak
menyerang tanaman utamanya. Keranjang perangkap dari kawat, diisi sisa-
sisa/kulit sayuran, kulit jeruk dapat dibenamkan di antara tanaman-tanaman.
Setiap minggu dibakar dan diganti umpannya. Kertas, papan, kulit jeruk
dalam tanah dapat menarik bekicot, siput, lalu diambil dan dibakar.
Penggunaan tanaman penolak hama seperti tagetes (bunga taikotok) dan
Zinnia dianjurkan. Beberapa predator seperti belalang sembah dapat
memberantas beberapa hama.
Penyemprotan Bahan Organik
Penyemprotan air saja dapat membantu menekan hama. Ujung selang
plastik yang dipencet dapat menggugurkan serangga-serangga yang sedang
melekat. Penyemprotan-penyemprotan lain seperti dengan larutan kapur,
larutan garam, susu, larutan cendawan saprofitik, larutan bawang, larutan
sabun digunakan juga.
Pembuatan larutan bawang dilakukan merendam 100 g bawang dalam
2 sendok teh minyak mineral selama 24 jam, lalu ditambah 1 liter air berisi 10
g sabun lunak, dicampur baik-baik lalu disimpan. Untuk pemakaian
diencerkan 20 kali dengan air. Resep rumah tangga biasa: 1 ons sabun lunak
dalam 10 liter air, ditambah 1 liter tepung dalam 10 liter air. Yang terakhir
diteliti adalah larutan sabun cair sebanyak 2 persen dapat menyelubungi
serangga, sehingga tidak dapat bernafas secara baik, akhirnya mati.
BAHAN KULIAH MINGGU KE 11 BAB X
Ir. Ketty Suketi MSi
BAHAN : Harjadi, S.S. 1989. Dasar Dasar Hortikultura. Departemen
Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB.
FASE PERTUMBUHAN DAN FAKTOR PEMBATAS
top related